-
Ketekunan yang Memperoleh KemenanganMenara Pengawal—1991 | 1 November
-
-
Ketekunan yang Memperoleh Kemenangan
”Kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.”—IBRANI 10:36.
1. Mengapa ketekunan merupakan keharusan bagi setiap orang yang melayani Allah Yehuwa dewasa ini?
SELURUH dunia ini terletak dalam kuasa suatu allah yang suka membujuk. Penguasanya yang tidak kelihatan, Setan si Iblis, sedang memusatkan upayanya melawan Yehuwa dan berperang melawan pembenaran kedaulatan universal dari Yehuwa di bawah Kerajaan Almasih. Akibatnya setiap orang yang membaktikan diri kepada Allah dan berpihak kepada-Nya dalam sengketa kedaulatan, mau tidak mau akan terus ditentang oleh dunia ini. (Yohanes 15:18-20; 1 Yohanes 5:19) Karena itu, kita masing-masing harus memperkuat diri agar dapat bertekun sampai dunia ini dikalahkan sama sekali di Armagedon. Agar dapat berada di antara umat Allah yang menang yang mengalahkan dunia dengan iman dan integritas mereka, kita harus bertahan dengan tabah sampai akhir. (1 Yohanes 5:4) Bagaimana kita dapat melakukan hal itu?
2, 3. Bagaimana Allah Yehuwa dan Kristus Yesus merupakan teladan-teladan terbesar dari ketekunan?
2 Antara lain, kita dapat memperoleh anjuran dari dua teladan ketekunan yang menonjol. Siapa gerangan mereka ini? Salah satu adalah Kristus Yesus, ’yang sulung dari segala yang diciptakan’, yang dengan setia bertahan dalam dinas Allah sejak ia mulai dijadikan pada saat yang tidak diketahui di masa lampau. Dalam upayanya untuk tetap melayani Allah dengan setia, Yesus menjadi teladan bagi semua makhluk ciptaan yang cerdas yang belakangan diciptakan di surga dan di atas bumi. (Kolose 1:15, 16) Namun, teladan ketekunan yang paling agung adalah Allah Yehuwa, yang sudah lama sekali menanggung pemberontakan melawan kedaulatan universal-Nya dan akan terus melakukan hal itu sampai Ia bertindak menyelesaikan sengketa kedaulatan secara tuntas.
3 Yehuwa telah menahan dengan cara yang patut ditiru dalam masalah-masalah yang menyangkut martabat-Nya dan perasaan-Nya yang terdalam. Ia telah menahan diri dalam menghadapi provokasi yang sangat hebat dan telah membatasi diri untuk tidak mengambil tindakan melawan mereka yang telah mencela Dia—termasuk Setan si Iblis. Kita sangat bersyukur atas ketekunan Allah dan belas kasihan-Nya. Tanpa hal ini, kita tidak dapat menikmati bahkan eksistensi yang singkat. Sesungguhnya, Yehuwa adalah Allah yang telah menampilkan diri-Nya tanpa tandingan melalui ketekunan-Nya.
4, 5. (a) Bagaimana ilustrasi Paulus mengenai tukang periuk memperlihatkan kesabaran Allah dan belas kasihan-Nya? (b) Bagaimana belas kasihan Allah akan ternyata tidak sia-sia?
4 Rasul Paulus menunjuk kepada ketekunan dan juga belas kasihan Allah ketika ia berkata, ”Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa? Jadi, kalau untuk menunjukkan murkaNya dan menyatakan kuasaNya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaanNya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan—justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaanNya atas benda-benda belas kasihanNya yang telah dipersiapkanNya untuk kemuliaan, yaitu kita, yang telah dipanggilNya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain.”—Roma 9:21-24.
5 Sebagaimana ditunjukkan oleh kata-kata ini, selama masa ketekunan-Nya sekarang ini, Yehuwa melanjutkan maksud-tujuan-Nya yang mulia dan memperlihatkan belas kasihan ke atas bejana-bejana manusia tertentu. Ia mempersiapkan bejana-bejana ini untuk kemuliaan kekal dan dengan demikian mengalahkan tujuan-tujuan yang jahat dari lawan utama-Nya, Setan si Iblis, dan semua kaki tangannya. Tidak semua manusia ternyata merupakan bejana-bejana kemurkaan, yang layak dibinasakan. Hal itu merupakan hasil baik dari ketekunan yang sabar dari Allah Yang Mahakuasa. Belas kasihan-Nya tidak akan sia-sia. Itu akan menghasilkan (1) keluarga Kerajaan yang mulia di surga di bawah Putra Yehuwa yang kekasih, Kristus Yesus, dan (2) suatu keturunan makhluk manusia yang dipulihkan dan disempurnakan di atas bumi firdaus, semua yang akan mewarisi kehidupan kekal.
Ketekunan Sampai Akhir
6. (a) Mengapa umat kristiani tidak dapat menghindari ujian ketekunan? (b) Apa yang biasanya ditunjukkan oleh kata Yunani ”ketekunan”?
6 Dengan harapan yang menakjubkan di hadapan, kata-kata Yesus yang menguatkan hendaknya terus terngiang di telinga kita, yakni, ”Orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat”. (Matius 24:13) Penting untuk mulai dengan permulaan yang baik dalam haluan sebagai murid Kristen. Namun yang terutama adalah cara kita bertekun, cara terbaik kita mengakhiri haluan itu. Rasul Paulus menegaskan hal ini ketika ia berkata, ”Kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.” (Ibrani 10:36) Kata Yunani yang di ayat ini diterjemahkan ”ketekunan” adalah hy·po·mo·neʹ. Hal ini biasanya memaksudkan ketekunan yang berani, teguh, atau sabar yang tidak kehilangan harapan menghadapi rintangan, penindasan, pencobaan, dan godaan. Jika kita berharap memperoleh keselamatan akhir, kita harus tunduk kepada ujian ketekunan sebagai bagian dari persiapan yang dibutuhkan untuk keselamatan tersebut.
7. Apa gagasan keliru yang harus kita hindari, dan teladan siapa akan membantu kita untuk bertekun?
7 Kita tidak dapat menipu diri sendiri dengan gagasan menyenangkan diri bahwa kita dapat menyelesaikan ujian dengan cepat-cepat. Agar sengketa kedaulatan universal dan integritas manusia dapat dijawab dengan meyakinkan, Yehuwa tidak bertindak tergesa-gesa. Ia telah menahan hal-hal yang tidak menyenangkan meskipun Ia bisa saja langsung melenyapkannya. Kristus Yesus juga menjadi teladan dari ketekunan. (1 Petrus 2:21; bandingkan Roma 15:3-5.) Dengan teladan-teladan mulia ini di hadapan kita, pastilah kita juga akan rela bertekun terus sampai ke akhir.—Ibrani 12:2, 3.
Sifat yang Diperlukan
8. Kita semua membutuhkan sifat apa yang diperlihatkan oleh rasul Paulus?
8 Tidak ada hamba Allah, bahkan sejak masa-masa awal sekali, telah dikecualikan dari perlunya membuktikan integritasnya dengan ketekunan. Orang-orang yang sangat menonjol dalam sejarah Alkitab yang tetap setia sampai mati dan memenuhi syarat untuk kehidupan kekal di surga harus membuktikan keteguhan mereka. Misalnya, Saulus dari Tarsus, bekas orang Farisi, berkata kepada jemaat di Korintus, ”Aku tidak kalah terhadap rasul-rasul yang luar biasa itu. Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran [”ketekunan”, NW] oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa.” (2 Korintus 12:11, 12) Meskipun adanya beban dari pekerjaan itu, Paulus menilai pelayanannya begitu tinggi sehingga ia bertekun menanggung banyak hal dan sungguh-sungguh berupaya untuk tidak membawa celaan apa pun ke atasnya.—2 Korintus 6:3, 4, 9.
9. (a) Bagaimana kaum sisa terurap telah memperlihatkan ketekunan, dan dengan hasil apa? (b) Hal apa yang menjadi pendorong bagi kita untuk melanjutkan dinas ilahi dengan setia?
9 Pada zaman yang lebih modern, kristiani terurap yang melayani Allah sebelum perang dunia pertama mengetahui bahwa tahun 1914 akan menandai akhir Masa Orang Kafir, dan banyak di antara mereka mengharapkan untuk menerima pahala surgawi mereka dalam tahun yang penting itu. Namun hal ini tidak terjadi. Seperti diperlihatkan oleh fakta-fakta sekarang, ada puluhan tahun yang ditambahkan. Selama perpanjangan yang tidak terduga dari haluan hidup mereka di bumi, mereka mengalami pemurnian di tangan Allah Yehuwa. (Zakharia 13:9; Maleakhi 3:2, 3) Ketekunan yang berlanjut ternyata menghasilkan kebaikan bagi mereka. Sebagai hamba-hamba Yehuwa, mereka bersukacita disebut sebagai umat dari nama-Nya. (Yesaya 43:10-12; Kisah 15:14) Dewasa ini, setelah dibawa melewati dua peperangan dunia dan banyak pertikaian kecil, mereka tergugah karena dibantu dalam memberitakan kabar baik oleh kumpulan besar yang terus bertambah dari domba-domba lain, yang kini berjumlah lebih dari empat juta. Firdaus rohani yang mereka nikmati telah meluas ke segenap bumi, bahkan ke tempat-tempat terpencil di pulau-pulau. Perlakuan yang baik ini, yang semakin kita hargai dengan bertambahnya umur hidup kita, telah menjadi pendorong untuk melanjutkan dinas ilahi dengan setia sampai kehendak dan maksud-tujuan Yehuwa terlaksana sepenuhnya.
10. Agar kita tidak menjadi lemah, apa yang secara tetap tentu dibutuhkan?
10 Karena pahala kita bergantung pada ketekunan kita, kita terus membutuhkan nasihat sehubungan dengan masalah yang penting ini. (1 Korintus 15:58; Kolose 1:23) Agar tidak terjadi kemunduran di antara umat Yehuwa, kita harus tetap tentu dianjurkan untuk berpegang pada kebenaran dan pada hak istimewa berharga untuk menyebarkan kebenaran, sebagaimana halnya sidang yang baru dibentuk pada abad pertama dianjurkan oleh kunjungan-kunjungan dari Paulus dan Barnabas. (Kisah 14:21, 22) Hendaknya menjadi keputusan dan tekad kita yang teguh agar, seperti dinyatakan rasul Yohanes, kebenaran akan tinggal di dalam kita, ’dan akan menyertai kita sampai selama-lamanya’.—2 Yohanes 2.
Menanti dengan Ketekunan yang Tidak Tergoyahkan
11. Apa yang tampaknya menjadi peraturan Allah sehubungan dengan hamba-hamba-Nya, dan bagaimana hal ini dilukiskan dalam kasus Yusuf?
11 Dibutuhkan waktu agar ujian sehubungan dengan diri kita terlaksana selengkapnya. (Yakobus 1:2-4) Menanti! Menanti! Menanti! tampaknya menjadi peraturan Allah dengan hamba-hamba-Nya pada zaman dulu ketika mereka diuji sehubungan dengan tekad mereka untuk terus berada dalam iman. Namun penantian itu, pada akhirnya, selalu terbukti memberi berkat bagi hamba-hamba yang setia itu. Yusuf, misalnya, harus menanti selama 13 tahun sebagai budak dan tawanan di penjara, namun pengalaman tersebut memurnikan kepribadiannya.—Mazmur 105:17-19.
12, 13. (a) Bagaimana Abraham merupakan teladan mengenai ketekunan yang setia? (b) Dalam hal apa iman dan ketekunan Abraham disodorkan sebagai teladan bagi kita?
12 Abraham sudah berumur 75 tahun ketika Allah memanggil dia ke luar dari Ur-Kasdim untuk pergi ke Negeri Perjanjian. Ia berumur sekitar 125 tahun ketika ia menerima penegasan yang diikat dengan sumpah dari janji Allah—yang terjadi segera setelah Abraham memperlihatkan keteguhan imannya sampai-sampai ia rela mengorbankan putra yang ia sayangi, Ishak, dan baru berhenti setelah malaikat Yehuwa menahan tangannya dan mencegah korban tersebut. (Kejadian 22:1-18) Lima puluh tahun adalah masa yang lama bagi Abraham untuk menanti sebagai pengembara di negeri asing, namun ia bertahan 50 tahun lagi sampai kematiannya pada usia 175 tahun. Selama seluruh waktu tersebut, Abraham adalah saksi dan nabi yang setia dari Allah Yehuwa.—Mazmur 105:9-15.
13 Iman dan ketekunan Abraham dipegang sebagai pola bagi semua hamba Allah yang ingin menerima berkat-berkat yang dijanjikan melalui Kristus Yesus, Benih dari Abraham. (Ibrani 11:8-10, 17-19) Mengenai dia, kita membaca di Ibrani 6:11-15, ”Kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah. Sebab ketika Allah memberikan janjiNya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diriNya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari padaNya, kataNya, ’Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak.’ Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya.”
14. Mengapa kita hendaknya tidak berpikir bahwa ujian ketekunan tidak ada habisnya dan bahwa pahalanya hanya khayalan belaka?
14 Kaum terurap telah menyaksikan berlalunya 77 tahun sejak akhir dari Masa Orang Kafir pada tahun 1914, ketika beberapa di antara mereka menantikan dimuliakannya jemaat Kristen sejati ke surga. Kita tidak tahu berapa lama lagi kaum sisa harus menanti. Maka apakah kita harus menjadi goyah dan berpikir bahwa penantian itu tidak akan ada habisnya dan pahalanya hanya khayalan belaka? Tidak! Hal itu tidak pernah akan membenarkan kedaulatan Allah dan menghormati nama-Nya. Ia tidak akan dibenarkan di hadapan dunia apabila menganugerahkan kepada kita kemenangan dan hadiah yang dihasilkan berupa kehidupan kekal. Tidak soal lamanya waktu, kaum sisa, beserta rekan-rekan setia mereka yang seperti domba, telah bertekad untuk menantikan tindakan Yehuwa pada waktu yang Ia tetapkan sendiri. Dalam memperlihatkan keteguhan hati yang patut ditiru, mereka mengikuti haluan Abraham.—Roma 8:23-25.
15. (a) Kata apa merupakan slogan kita, dan melalui pengalaman apa saja Allah telah menopang kita secara berkemenangan? (b) Nasihat apa yang diberikan Paulus tetap cocok bagi kita dewasa ini?
15 Maka, slogannya masih tetap yaitu ketekunan yang tidak tergoyahkan dalam melakukan kehendak Allah. (Roma 2:6, 7) Pada masa lampau Ia telah menopang kita melalui penderitaan yang hebat, termasuk pemenjaraan dan kamp-kamp konsentrasi, dan Ia telah membimbing kita secara berkemenangan dengan kemuliaan demi nama dan maksud-tujuan-Nya.a Selama masa yang masih tinggal untuk menyelesaikan ujian kita sampai tuntas, Yehuwa akan terus melakukan hal yang sama. Peringatan Paulus tetap cocok bagi zaman kita, ”Sebab kamu memerlukan kesabaran dan ketekunan yang teguh, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.”—Ibrani 10:36, The Amplified Bible; Roma 8:37.
16. Mengapa kita hendaknya tidak memandang pembaktian kita kepada Yehuwa dalam cara terbatas saja atau dengan menahan diri?
16 Maka, selama Yehuwa masih memberikan pekerjaan bagi kita di tengah-tengah dunia yang jahat ini, dengan mengikuti teladan Yesus, kita ingin ikut serta dalam pekerjaan itu sampai selesai. (Yohanes 17:4) Pembaktian kita kepada Yehuwa bukanlah dengan pengertian bahwa kita akan melayani Dia untuk waktu yang singkat saja dan kemudian Armagedon tiba. Pembaktian kita adalah untuk selama-lamanya. Pekerjaan Allah bagi kita tidak akan berakhir dengan perang Armagedon. Namun, hanya setelah kita menyelesaikan pekerjaan yang harus dilaksanakan sebelum Armagedon, kita akan menyaksikan perkara-perkara menakjubkan yang akan terjadi setelah perang yang dahsyat itu. Pada waktu itu, sebagai tambahan kepada hak istimewa yang membahagiakan untuk terus melakukan pekerjaan-Nya, kita akan dianugerahi berkat-berkat yang Ia janjikan yang telah lama kita nantikan.—Roma 8:32.
Kasih kepada Allah Membantu Kita untuk Bertekun
17, 18. (a) Pada masa-masa yang menimbulkan ketegangan, apa yang akan membantu kita bertekun dengan perkenan Allah? (b) Apa yang akan membantu kita memperoleh kemenangan, dan apa yang tidak kita katakan mengenai waktu yang masih tinggal?
17 Mungkin, pada masa-masa yang menegangkan, bisa jadi kita bertanya, ’Bagaimana kita dapat bertekun lebih lama lagi?’ Jawabannya? Kita harus mengasihi Allah dengan segenap hati, pikiran, jiwa, dan kekuatan kita. ”Kasih itu sabar dan murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.” (1 Korintus 13:4, 7, 8) Kecuali jika kita bertekun karena kasih kepada Allah, ketekunan kita tidak berarti. Tetapi jika kita bertahan di bawah kewajiban-kewajiban karena pembaktian kita kepada Yehuwa, maka ketekunan kita akan menghasilkan diperdalamnya kasih kita kepada-Nya. Kasih kepada Allah, Bapaknya, memungkinkan Yesus untuk bertekun. (Yohanes 14:30, 31; Ibrani 12:2) Jika motif kita yang sebenarnya adalah mengasihi Allah, Bapak kita, hal apa lagi yang akan membuat kita tidak dapat bertekun?
18 Adalah kasih yang tak tergoyahkan kepada Allah Yehuwa yang telah memungkinkan untuk tetap menang atas dunia ini selama masa ujian yang paling kritis ini. Dan Yehuwa, melalui Kristus Yesus, akan terus memberi kita bantuan yang kita butuhkan tidak soal berapa lama lagi sistem perkara tua ini diizinkan ada. (1 Petrus 5:10) Tentu saja, kita tidak akan membuat ramalan mengenai berapa lama lagi waktu yang tinggal, dan kita tidak menetapkan tanggal khusus tertentu. Kita menyerahkan hal itu kepada Pemegang-Waktu Agung, Allah Yehuwa.—Mazmur 31:15.
19, 20. (a) Bagaimana hendaknya kita memandang berlalunya setiap hari yang berhasil kita lewati dengan ketekunan? (b) Kebodohan apa yang ingin kita hindari, dan mengapa?
19 Namun, usia generasi yang dinubuatkan akan menyaksikan dan mengalami ”kesudahan dunia [”sistem perkara-perkara”, NW]”, sekarang sudah lanjut sekali. (Matius 24:3, 32-35) Maka jangan kita pernah lupa bahwa berlalunya setiap hari yang berhasil kita lewati sama dengan berkurangnya satu hari bagi Setan dan hantu-hantunya untuk meracuni alam semesta dengan eksistensi mereka saja dan satu hari lebih dekat ke saat manakala Yehuwa tidak akan lagi bersabar terhadap ”benda-benda kemurkaanNya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan”. (Roma 9:22) Tidak lama lagi, pada waktu panjang sabar Yehuwa berakhir, Ia akan mencurahkan murka-Nya ke atas pria dan wanita yang fasik. Dengan demikian Ia akan menyingkapkan ketidak-perkenan ilahi-Nya atas haluan tindakan mereka, walaupun Ia membiarkan mereka terus hidup selama jangka waktu ini.
20 Akan sangat bodoh bila kita menghentikan upaya pengasih kita untuk memperoleh pahala mulia yang ditawarkan kepada kita melalui Kristus Yesus. Sebaliknya, kita bertekad untuk terus maju dengan setia sebagai Saksi-Saksi bagi Yehuwa dalam masa yang paling penting ini manakala Yehuwa bermaksud membenarkan diri-Nya sebagai Penguasa Semesta Alam.
[Catatan Kaki]
a Misalnya, Christine Elizabeth King menulis, ”Hanya melawan para Saksi pemerintah [Nazi] tidak berhasil, karena walaupun mereka telah membunuh ribuan Saksi, kegiatan berjalan terus dan pada bulan Mei 1945 gerakan Saksi-Saksi Yehuwa masih hidup, sedangkan Sosialisme Nasional tidak. Jumlah Saksi-Saksi bertambah dan tidak ada yang kompromi. Gerakan itu memperoleh martir-martir dan telah dengan sukses memenangkan satu lagi pertempuran dalam peperangan Allah Yehuwa.”—The Nazi State and the New Religions: Five Case Studies in Non-Conformity, halaman 193.
-
-
Berlari dengan Tekun dalam PerlombaanMenara Pengawal—1991 | 1 November
-
-
Berlari dengan Tekun dalam Perlombaan
”Marilah kita . . . berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.”—IBRANI 12:1.
1. (a) Apa yang diletakkan di hadapan kita pada waktu kita membuat pembaktian kepada Allah Yehuwa? (b) Seorang kristiani harus siap untuk perlombaan apa?
PADA WAKTU kita membaktikan diri kepada Yehuwa melalui Kristus Yesus, secara kiasan, Allah meletakkan suatu perlombaan di hadapan kita. Pada akhir perlombaan, suatu hadiah akan dikaruniakan kepada semua yang dengan sukses mencapai garis akhir atau finis. Apa gerangan hadiahnya? Kehidupan kekal! Agar dapat memenangkan hadiah yang menakjubkan ini, pelari kristiani harus siap, bukan untuk lari sprint jarak dekat dan cepat, tetapi lari jarak jauh. Maka ia membutuhkan ketekunan. Ia perlu bertekun karena upaya keras yang dituntut perlombaan itu sendiri dan juga rintangan-rintangan yang timbul selama perlombaan.
2, 3. (a) Apa yang akan membantu kita mengikuti perlombaan Kristen sampai garis akhir? (b) Bagaimana sukacita telah membantu Yesus mengikuti perlombaan dengan ketekunan?
2 Apa yang akan membantu kita mengikuti perlombaan demikian sampai ke garis finis? Nah, apa yang telah membantu Yesus untuk bertekun pada waktu ia hidup sebagai manusia di atas bumi? Ia memperoleh kekuatan batin dari sifat sukacita. Ibrani 12:1-3 berbunyi, ”Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.”
3 Di sepanjang pelayanannya di hadapan umum, Yesus berhasil mengikuti perlombaan karena sukacita dari Yehuwa. (Bandingkan Nehemia 8:10.) Sukacitanya membantu dia bertekun menanggung bahkan kematian yang mengerikan pada tiang siksaan. Setelah itu ia mengalami sukacita yang tak terkatakan dengan dibangkitkan dari kematian dan naik ke sebelah kanan Bapaknya, di sana menyaksikan pekerjaan Allah terus sampai finis. Melalui ketekunannya sebagai manusia di pihak Allah, ia berpegang teguh pada haknya untuk memperoleh kehidupan kekal. Ya, seperti dikatakan Lukas 21:19, ”Kalau kamu tetap bertahan [”bertekun”, NW], kamu akan memperoleh hidupmu.”
4. Teladan apa yang Yesus sediakan bagi rekan-rekan pelarinya, dan kita harus memusatkan pikiran atas apa?
4 Kristus Yesus memberikan teladan paling baik bagi rekan-rekan peserta perlombaan, dan teladannya meyakinkan kita bahwa kita juga dapat menjadi pemenang. (1 Petrus 2:21) Kita dapat melakukan apa yang Yesus minta agar kita lakukan. Karena ia bertekun, kita pun dapat. Dan seraya kita teguh berpegang dalam meniru dia, kita harus menetapkan pikiran kepada alasan-alasan untuk bersukacita. (Yohanes 15:11, 20, 21) Sukacita akan menguatkan kita agar terus mengikuti perlombaan dalam dinas Yehuwa sampai tercapainya pahala kehidupan kekal.—Kolose 1:10, 11.
5. Bagaimana kita dapat bersukacita dan dikuatkan untuk perlombaan di hadapan kita?
5 Untuk membantu kita tetap bertahan dalam perlombaan, Yehuwa menyediakan kekuatan melebihi yang normal. Pada waktu kita ditindas, kekuatan tersebut dan pengetahuan tentang alasan kita mendapat hak istimewa mengalami penindasan akan meneguhkan kita. (2 Korintus 4:7-9) Apa pun yang dialami demi memuliakan nama Allah dan menjunjung kedaulatan-Nya merupakan alasan untuk sukacita yang tidak dapat dirampas seorang pun dari kita. (Yohanes 16:22) Hal ini menjelaskan alasan mengapa para rasul, setelah disesah atas perintah Sanhedrin Yahudi karena memberikan kesaksian tentang perkara-perkara menakjubkan yang dilaksanakan oleh Allah Yehuwa sehubungan dengan diri Yesus, bersukacita ”karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus”. (Kisah 5:41, 42) Sukacita mereka tidak datang akibat penindasan itu sendiri tetapi sebagai hasil kepuasan batin karena mengetahui bahwa mereka menyenangkan hati Yehuwa dan Yesus.
6, 7. Mengapa seorang pelari Kristen bergembira bahkan sewaktu ia menderita, dan dengan hasil apa?
6 Kekuatan lain lagi yang mendukung dalam kehidupan kita adalah harapan yang ditetapkan oleh Allah di hadapan kita. Seperti yang dikatakan Paulus, ”Kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”—Roma 5:1-5.
7 Penindasan itu sendiri tidaklah mendatangkan sukacita, namun buah-buah damai yang dihasilkan kemudian itulah yang membawa sukacita. Buah-buah itu adalah ketekunan, keadaan yang diperkenan, harapan, dan penggenapan dari harapan tersebut. Ketekunan di pihak kita akan membuat kita dapat menerima perkenan ilahi. Bila kita memiliki perkenan Allah, kita dapat dengan yakin berharap terwujudnya janji yang telah Ia buat. Harapan ini mendorong kita untuk terus berada pada haluan yang benar dan menganjurkan kita di bawah penindasan sampai harapan itu terwujud.—2 Korintus 4:16-18.
Berbahagialah Mereka yang Bertekun!
8. Mengapa waktu menanti bukan berarti waktu yang terbuang bagi kita?
8 Seraya menantikan waktu yang ditetapkan ilahi untuk memberikan hadiah kepada para peserta perlombaan, ada perubahan yang kita alami. Ini adalah perbaikan rohani dalam diri kita sebagai hasil menghadapi pencobaan dengan sukses, dan hal itu membuat kita sangat diperkenan oleh Allah. Perbaikan rohani itu membuktikan siapa diri kita dan memberikan kita kesempatan untuk menunjukkan sifat-sifat baik yang sama seperti yang diperlihatkan oleh orang-orang beriman zaman dulu, khususnya oleh Teladan kita, Kristus Yesus. Yakobus sang murid berkata, ”Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.” (Yakobus 1:2-4) Ya, kita dapat mengharapkan untuk mengalami berbagai pencobaan, namun ini akan membuat kita terus memupuk sifat-sifat yang benar. Dengan demikian kita memperlihatkan bahwa kita akan tetap mengikuti perlombaan sampai kita memenangkan hadiah itu, tidak soal rintangan apa pun yang kita hadapi.
9, 10. (a) Mengapa mereka yang bertekun di bawah pencobaan berbahagia, dan bagaimana kita hendaknya menghadapi pencobaan? (b) Siapa orang-orang berbahagia pada zaman dahulu kala, dan bagaimana kita dapat terhitung di antara mereka?
9 Maka, tidak heran bahwa Yakobus berkata, ”Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia”! (Yakobus 1:12) Marilah kita secara konsisten menghadapi pencobaan-pencobaan, dipersenjatai dengan sifat-sifat ilahi yang akan menguatkan kita untuk mengatasinya.—2 Petrus 1:5-8.
10 Ingatlah bahwa cara Allah berurusan dengan kita bukanlah hal baru. ”Banyak saksi, bagaikan awan” dari zaman dulu diperlakukan dengan cara yang sama sesuai dengan kepatuhan mereka kepada Allah. (Ibrani 12:1) Perkenan Allah atas diri mereka dicatat di dalam Firman-Nya, dan kita menganggap mereka semua berbahagia karena mereka tetap teguh di bawah ujian. Yakobus berkata, ”Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan [”Yehuwa”, NW]. Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan [”Yehuwa”, NW] baginya, karena Tuhan [”Yehuwa”, NW] maha penyayang dan penuh belas kasihan.” (Yakobus 5:10, 11) Telah dinubuatkan bahwa selama hari-hari terakhir yang kritis ini, akan muncul orang-orang dalam panggung dunia yang melayani Yehuwa dengan integritas, sebagaimana dilakukan para nabi itu pada zaman dahulu kala. Apakah kita tidak berbahagia untuk menjadi orang-orang yang melakukan hal tersebut?—Daniel 12:3; Wahyu 7:9.
Mendapatkan Dukungan dari Firman Yehuwa yang Menganjurkan
11. Bagaimana Firman Allah dapat membantu kita untuk bertekun, dan mengapa kita hendaknya tidak seperti tanah berbatu-batu yang disebutkan dalam perumpamaan Yesus?
11 Paulus menunjuk kepada bantuan lain dalam ketekunan ketika ia berkata bahwa ”melalui ketekunan yang sabar, dan melalui anjuran dari Kitab Suci, kita dapat teguh berpegang pada harapan kita”. (Roma 15:4, The Twentieth Century New Testament) Kebenaran, Firman Allah, harus berurat-berakar di dalam diri kita agar dapat memperoleh dari diri kita tanggapan yang benar pada setiap waktu. Sama sekali tidak ada faedahnya untuk menjadi seperti tanah berbatu-batu yang digambarkan dalam perumpamaan Yesus mengenai si penabur, ”Ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad.” (Markus 4:16, 17) Kebenaran dari Firman Allah tidak akan berurat-berakar di dalam diri orang-orang demikian; karena itu, pada masa penindasan, mereka tidak dapat menimba darinya sebagai sumber yang benar dari kekuatan dan harapan.
12. Terhadap apa kita hendaknya tidak diperdayakan pada waktu menerima kabar baik?
12 Siapa pun yang menerima kabar baik dari Kerajaan hendaknya tidak memperdayakan dirinya sehubungan dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia menempuh haluan hidup yang akan mendatangkan kesengsaraan atau penindasan. (2 Timotius 3:12) Namun ia hendaknya menganggap sebagai ”suatu kebahagiaan” untuk memiliki hak istimewa mengalami berbagai pencobaan karena berpegang teguh pada Firman Allah dan berbicara tentangnya kepada orang-orang lain.—Yakobus 1:2, 3.
13. Bagaimana dan mengapa Paulus senang dengan orang-orang kristiani di Tesalonika?
13 Pada abad pertama, para penentang di Tesalonika membuat huru-hara karena pengabaran yang dilakukan Paulus. Ketika Paulus pergi ke Berea, para penindas ini mengikuti dia untuk menimbulkan lebih banyak kekacauan. Kepada orang-orang yang beriman yang tetap tinggal di Tesalonika, rasul yang ditindas itu menulis, ”Kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara. Dan memang patutlah demikian, karena imanmu makin bertambah dan kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara kamu, sehingga dalam jemaat-jemaat Allah kami sendiri bermegah tentang kamu karena ketabahanmu dan imanmu dalam segala penganiayaan dan penindasan yang kamu derita: suatu bukti tentang adilnya penghakiman Allah, yang menyatakan bahwa kamu layak menjadi warga Kerajaan Allah, kamu yang sekarang menderita karena Kerajaan itu.” (2 Tesalonika 1:3-5) Meskipun penderitaan yang mereka alami di tangan musuh, kristiani di Tesalonika bertumbuh dalam meniru Kristus dan bertambah jumlahnya. Bagaimana ini mungkin? Karena mereka memperoleh kekuatan dari Firman Yehuwa yang menganjurkan. Mereka mematuhi perintah-perintah Tuhan dan mengikuti perlombaan dengan ketekunan.—2 Tesalonika 2:13-17.
Demi Keselamatan Orang-Orang Lain
14. (a) Untuk alasan-alasan apa kita dengan sukacita tetap dalam pelayanan meskipun penindasan? (b) Kita berdoa untuk apa, dan mengapa?
14 Khususnya demi pembenaran Allah, kita dengan setia dan tanpa mengeluh bertekun menahan kesukaran dan penindasan. Tetapi ada alasan lain lagi yang tidak mementingkan diri mengapa kita tidak mengalah kepada perkara-perkara demikian: agar kita dapat meneruskan kepada orang-orang lain berita Kerajaan sehingga lebih banyak penyiar bagi Kerajaan Allah dapat ditambahkan untuk ”mengaku dan diselamatkan”. (Roma 10:10) Mereka yang bekerja dalam dinas Allah hendaknya berdoa agar Pemilik tuaian memberkati pekerjaan mereka dengan menyediakan lebih banyak penyiar Kerajaan. (Matius 9:38) Paulus menulis kepada Timotius, ”Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain. Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.”—2 Timotius 2:2, 3.
15. Mengapa kita harus membawakan diri kita seperti tentara dan peserta ”dalam perlombaan”?
15 Seorang tentara memisahkan dirinya dari kehidupan yang kurang terikat dari orang sipil yang bukan militer. Demikian pula, kita tidak boleh melibatkan diri kita dengan urusan-urusan dari mereka yang tidak berada dalam bala tentara Tuhan yang, malahan, berada di pihak lawan. Jadi, Paulus menulis lebih lanjut kepada Timotius, ”Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.” (2 Timotius 2:4, 5) Dalam perjuangan memperoleh kemenangan dalam perlombaan untuk ”mahkota kehidupan”, para pelari harus mempraktikkan pengendalian diri dan menghindari beban-beban dan keterlibatan yang tidak perlu. Dalam cara ini mereka dapat memusatkan diri untuk membawakan kabar baik keselamatan kepada orang-orang lain.—Yakobus 1:12; bandingkan 1 Korintus 9:24, 25.
16. Apa yang tidak dapat dibelenggu, dan demi manfaat siapa kita bertekun?
16 Karena kita mengasihi Allah dan orang-orang yang seperti domba yang berupaya mencari Dia, kita dengan senang hati menanggung banyak hal agar dapat mencapai orang-orang lain dengan kabar baik keselamatan. Musuh-musuh dapat menahan kita karena memberitakan Firman Allah. Namun Firman Allah tidak dapat ditahan, dan pemberitaannya demi keselamatan orang-orang lain tidak dapat dibelenggu. Paulus menggambarkan kepada Timotius alasan mengapa ia begitu rela menghadapi pencobaan, ”Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku. Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu. Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal.” (2 Timotius 2:8-10) Dewasa ini kita tidak hanya mengingat kaum sisa yang sedikit jumlahnya yang akan mendapat Kerajaan surgawi tetapi juga kumpulan besar dari domba-domba lain dari Gembala yang Baik, Kristus Yesus, kumpulan besar yang memperoleh Firdaus di bumi di bawah Kerajaan Kristus.—Wahyu 7:9-17.
17. Mengapa kita hendaknya tidak berhenti dari perlombaan, dan apa hasil-hasilnya jika kita tetap dalam perlombaan sampai akhir?
17 Jika kita berhenti, kita tidak akan membantu diri kita atau orang-orang lain untuk memperoleh keselamatan. Dengan bertekun dalam perlombaan Kristen, tidak soal rintangan yang kita hadapi, kita akan tetap menjaga agar kita layak mendapat hadiah dan dapat langsung membantu orang-orang lain memperoleh keselamatan, seraya menjadi teladan yang teguh bagi orang-orang lain. Tidak soal harapan kita, di surga ataupun di bumi, sikap Paulus yakni ”berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah” adalah sikap yang baik untuk ditiru.—Filipi 3:14, 15.
Tetap Teguh Berlomba dalam Perlombaan
18. Memenangkan hadiah bergantung pada apa, namun untuk bertahan sampai ke akhir, apa yang harus dihindari?
18 Untuk menyelesaikan haluan Kristen kita secara berkemenangan demi pembenaran Yehuwa dan memenangkan hadiah yang Ia sediakan bagi kita, bergantung pada keteguhan kita bertahan dalam seluruh perlombaan itu. Karena itu, kita tidak dapat bertahan sampai ke akhir apabila kita membebani diri kita dengan hal-hal yang tidak melayani kepentingan kebenaran. Bahkan bila dibebaskan dari hal-hal demikian, persyaratannya tetap cukup berat sehingga menuntut seluruh kekuatan yang dapat kita kerahkan. Karena itu, Paulus menasihati, ”Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.” (Ibrani 12:1) Seperti Yesus kita hendaknya tidak melebih-lebihkan penderitaan yang harus ditanggung tetapi menganggapnya harga yang rendah untuk membayar hadiah yang membawa sukacita.—Bandingkan Roma 8:18.
19. (a) Keyakinan apa yang Paulus nyatakan menjelang akhir hidupnya? (b) Seraya kita mendekati perlombaan ketekunan, keyakinan apa yang harus kita miliki sehubungan dengan pahala yang dijanjikan?
19 Menjelang akhir kehidupannya, Paulus dapat berkata, ”Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran.” (2 Timotius 4:7, 8) Kita berada dalam perlombaan ketekunan ini untuk memperoleh hadiah berupa kehidupan kekal. Jika ketekunan kita berakhir hanya disebabkan perlombaan itu agak lebih lama daripada yang kita harapkan pada waktu kita memulainya, kita akan gagal pada waktu kita sudah hampir memperoleh pahala yang dijanjikan. Jangan keliru. Tidak disangsikan bahwa tersedia hadiah di sana.
20. Apa hendaknya menjadi tekad kita hingga tercapai akhir dari perlombaan?
20 Maka semoga mata kita tidak menjadi letih menantikan mulainya sengsara besar, yang akan mendatangkan kebinasaan mula-mula atas Babel Besar dan kemudian atas sisa dari organisasi Iblis. (2 Petrus 3:11, 12) Mengingat tanda-tanda yang jelas di sekitar kita, marilah kita menatap ke depan dalam iman. Marilah kita memasang ikat pinggang dari kuasa ketekunan kita, dan marilah kita dengan gagah berani meneruskan perlombaan yang ditetapkan Allah Yehuwa bagi kita, hingga akhir itu dicapai dan hadiah yang menyenangkan diperoleh, demi pembenaran Yehuwa melalui Kristus Yesus.
-