PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w99 1/1 hlm. 6-11
  • Apakah Saudara Memiliki Iman seperti Iman Abraham?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Apakah Saudara Memiliki Iman seperti Iman Abraham?
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1999
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Taat sewaktu Diarahkan oleh Allah
  • Iman seperti Iman Abraham Dewasa Ini
  • Setia meskipun Menghadapi Ujian
  • Ketekunan Dewasa Ini
  • Pertanyaan Pembaca
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2001
  • Siapakah Abraham?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2012
  • Abraham—Sahabat Allah
    Buku Cerita Alkitab
  • Abraham dan Sara Taat kepada Allah
    Belajarlah dari Cerita-Cerita di Alkitab
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1999
w99 1/1 hlm. 6-11

Apakah Saudara Memiliki Iman seperti Iman Abraham?

”Apabila Putra manusia datang, apakah dia akan benar-benar mendapati iman itu di atas bumi?”​—LUKAS 18:8.

1. Mengapa sulit menjaga iman tetap kuat di zaman sekarang?

MEMANG tidak mudah untuk menjaga iman tetap kuat di zaman sekarang. Dunia ini melancarkan tekanan yang berat ke atas orang-orang Kristen untuk menyimpangkan perhatian mereka dari perkara-perkara rohani. (Lukas 21:34; 1 Yohanes 2:​15, 16) Banyak yang harus berjuang agar dapat bertahan menghadapi peperangan, bencana, penyakit, atau kelaparan. (Lukas 21:​10, 11) Di banyak negeri, budaya sekuler begitu kuat sehingga siapa pun yang mengamalkan imannya dipandang sebagai orang yang tidak berakal sehat, bahkan fanatik. Selain itu, banyak orang Kristen dianiaya karena iman mereka. (Matius 24:9) Pertanyaan Yesus, yang diajukan hampir 2.000 tahun yang lalu, sangat cocok, ”Apabila Putra manusia datang, apakah dia akan benar-benar mendapati iman itu di atas bumi?”​—Lukas 18:8.

2. (a) Mengapa iman yang kuat sangat penting bagi seorang Kristen? (b) Siapakah teladan iman yang sebaiknya kita perhatikan?

2 Namun, sesungguhnya, iman yang kuat sangatlah penting jika kita ingin berhasil dalam kehidupan kita sekarang dan menerima kehidupan abadi yang dijanjikan di masa depan. Sewaktu mengutip kata-kata Yehuwa kepada Habakuk, rasul Paulus menulis, ”’Orangku yang adil-benar akan hidup karena iman’, dan, ’jika ia menciut dan undur, jiwaku tidak akan senang kepadanya’. . . . Tanpa iman adalah mustahil untuk benar-benar menyenangkan [Allah].” (Ibrani 10:38–​11:6; Habakuk 2:4) Paulus memberi tahu Timotius, ”Perjuangkan perjuangan yang baik dari iman, genggamlah kehidupan abadi dengan teguh yang untuknya engkau dipanggil.” (1 Timotius 6:​12) Jadi, bagaimana kita dapat memiliki iman yang tidak terpatahkan? Untuk membahas pertanyaan itu, ada baiknya kita mengamati seorang pria yang meskipun hidup sekitar 4.000 tahun yang lalu, namun imannya masih sangat dihargai dalam tiga agama utama​—Islam, Yudaisme, dan Kekristenan. Pria itu adalah Abraham. Mengapa imannya sangat luar biasa? Dapatkah kita menirunya dewasa ini?

Taat sewaktu Diarahkan oleh Allah

3, 4. Mengapa Terah memindahkan keluarganya dari Ur ke Haran?

3 Abraham (yang semula dipanggil Abram) disebutkan untuk pertama kalinya di bagian awal Alkitab. Di Kejadian 11:​26, kita membaca, ”Terah . . . memperanakkan Abram, Nahor dan Haran.” Terah dan keluarganya tinggal di Ur, kota yang makmur milik orang-orang Kasdim (Khaldea), terletak di Mesopotamia bagian selatan. Akan tetapi, mereka tidak menetap di sana. ”Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai [Sara], menantunya, isteri Abram, anaknya; ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka ke Haran, dan menetap di sana.” (Kejadian 11:31) Saudara Abraham, Nahor, juga memindahkan keluarganya ke Haran. (Kejadian 24:​10, 15; 28:​1, 2; 29:4) Namun, mengapa Terah pindah dari Ur yang makmur ke Haran yang jauh?

4 Sekitar 2.000 tahun setelah zaman Abraham, seorang pria yang setia bernama Stefanus berbicara di hadapan Sanhedrin Yahudi, menjelaskan perpindahan yang tidak lazim dari keluarga Terah. Ia mengatakan, ”Allah kemuliaan muncul kepada bapak leluhur kita Abraham ketika dia di Mesopotamia, sebelum dia diam di Haran, dan ia mengatakan kepadanya, ’Keluarlah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan marilah ke negeri yang akan kuperlihatkan kepadamu.’ Lalu dia keluar dari negeri orang Khaldea dan diam di Haran.” (Kisah 7:​2-4) Terah tunduk pada kehendak Allah untuk Abraham sewaktu ia memboyong seisi rumah tangganya ke Haran.

5. Ke mana Abraham pergi setelah ayahnya meninggal? Mengapa?

5 Keluarga Terah menetap di kota baru mereka. Bertahun-tahun kemudian sewaktu Abraham berbicara tentang ”negeriku”, ia memaksudkan daerah Haran, bukan Ur. (Kejadian 24:4) Meskipun demikian, Haran tidak dimaksudkan sebagai tempat tinggal permanen Abraham. Menurut Stefanus, ”setelah bapak [Abraham] mati, Allah menyuruh dia pindah tempat kediaman ke negeri ini tempat kamu sekarang tinggal”. (Kisah 7:4) Abraham taat pada petunjuk Yehuwa dan, bersama Lot, ia menyeberangi Sungai Efrat ke negeri Kanaan.a

6. Apa janji yang Allah ucapkan kepada Abraham?

6 Mengapa Yehuwa menyuruh Abraham pindah ke Kanaan? Alasannya berkaitan dengan maksud-tujuan Allah bagi pria yang setia tersebut. Yehuwa telah berkata kepada Abraham, ”Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” (Kejadian 12:​1-3) Abraham akan menjadi bapak dari suatu bangsa besar yang akan menikmati perlindungan Yehuwa dan akan memiliki negeri Kanaan. Janji ini sungguh menakjubkan! Tetapi, Abraham harus membuat perubahan radikal dalam hidupnya agar dapat memasuki negeri itu.

7. Abraham harus siap membuat perubahan apa agar dapat mewarisi janji Yehuwa?

7 Sewaktu Abraham meninggalkan Ur, ia meninggalkan sebuah kota yang makmur dan barangkali meninggalkan keluarga besar ayahnya juga​—ini semua adalah sumber keamanan yang penting pada zaman patriarkat kala itu. Sewaktu ia meninggalkan Haran, ia memisahkan dirinya dari rumah tangga ayahnya, termasuk keluarga saudaranya, Nahor, dan pindah ke sebuah negeri yang tidak dikenal. Di Kanaan, ia tidak mencari tempat yang aman di kota yang bertembok. Mengapa? Tidak lama setelah Abraham memasuki negeri tersebut, Yehuwa mengatakan kepadanya, ”Jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu.” (Kejadian 13:17) Abraham yang berusia 75 tahun dan istrinya, Sara, yang berusia 65 tahun, mengikuti instruksi ini. ”Dengan iman ia berdiam sebagai orang asing di tanah perjanjian seperti di tanah asing, dan tinggal dalam kemah-kemah.”​—Ibrani 11:9; Kejadian 12:4.

Iman seperti Iman Abraham Dewasa Ini

8. Dengan mengingat teladan Abraham dan saksi-saksi zaman purba lain, apa yang hendaknya kita pupuk?

8 Abraham dan keluarganya termasuk di antara banyak ”saksi [pra-Kristen] bagaikan awan”, yang disebutkan dalam Ibrani pasal 11. Dengan mengingat iman hamba-hamba Allah yang setia pada masa permulaan ini, Paulus menganjurkan agar orang-orang Kristen ”melepaskan setiap beban dan dosa [ketiadaan iman] yang dengan mudah menjerat kita”. (Ibrani 12:1) Ya, ketiadaan iman dapat ”dengan mudah menjerat kita”. Tetapi, pada zaman Paulus dan zaman kita, orang-orang Kristen yang sejati dapat memupuk iman yang kuat, yang sebanding dengan iman Abraham dan hamba-hamba Allah lainnya pada zaman purba. Ketika berbicara tentang dirinya dan rekan-rekan Kristennya, Paulus mengatakan, ”Kita bukan jenis yang menciut dan undur kepada kebinasaan, melainkan jenis yang memiliki iman sehingga jiwa terpelihara hidup.”​—Ibrani 10:39.

9, 10. Apa buktinya bahwa, dewasa ini, banyak orang memiliki iman seperti iman Abraham?

9 Memang, dunia ini telah berubah sejak zaman Abraham. Akan tetapi, kita masih melayani ”Allah Abraham” yang sama, dan Ia tidak berubah. (Kisah 3:​13; Maleakhi 3:6) Yehuwa layak disembah dewasa ini sebagaimana pada zaman Abraham. (Penyingkapan 4:​11) Banyak yang membaktikan diri sepenuhnya kepada Yehuwa dan, seperti Abraham, membuat perubahan yang perlu dalam hidup mereka agar dapat melakukan kehendak Allah. Tahun lalu, 316.092 orang membuktikan pembaktian mereka di hadapan umum dengan menyerahkan diri untuk dibaptis dalam air, ”dalam nama Bapak dan Putra dan roh kudus”.​—Matius 28:19.

10 Kebanyakan di antara orang-orang Kristen yang baru ini tidak perlu pindah ke negeri-negeri asing yang jauh untuk memenuhi pembaktian mereka. Namun, dalam arti rohani, banyak di antara mereka mengadakan perjalanan yang cukup jauh. Misalnya, di Mauritius, Elsie, dahulu adalah seorang dukun. Semua orang takut kepadanya. Seorang perintis istimewa memberikan pengajaran Alkitab kepada putri Elsie, dan hal ini memberi Elsie kesempatan ’untuk berpaling dari kegelapan kepada terang’. (Kisah 26:18) Karena melihat minat putrinya, Elsie setuju untuk mempelajari Buku Cerita Alkitab. Pelajarannya diadakan tiga kali seminggu karena ia membutuhkan anjuran terus-menerus. Praktek-praktek ilmu gaibnya tidak mendatangkan kebahagiaan baginya, dan ia dilanda banyak problem pribadi. Tetapi, ia akhirnya sampai juga ke ibadat yang sejati setelah menempuh perjalanan panjang meninggalkan praktek pemujaan hantu-hantu. Apabila orang-orang datang untuk meminta pertolongannya, ia akan menjelaskan bahwa hanya Yehuwa yang dapat melindungi mereka dari malapetaka. Elsie kini adalah seorang Saksi yang terbaptis, dan 14 orang di antara anggota keluarga dan kenalannya telah menerima kebenaran.

11. Orang-orang yang membaktikan diri kepada Allah rela membuat penyesuaian apa saja?

11 Kebanyakan dari antara orang-orang yang pada tahun lalu membaktikan diri untuk melayani Allah tidak perlu membuat perubahan radikal semacam itu. Namun, mereka semua berpindah dari keadaan mati secara rohani menjadi hidup secara rohani. (Efesus 2:1) Meskipun secara jasmani masih berada di dalam dunia, mereka bukan lagi bagian darinya. (Yohanes 17:​15, 16) Sama seperti orang-orang Kristen terurap, yang ’kewarganegaraannya ada di surga’, mereka seperti ”orang-orang asing dan penduduk sementara”. (Filipi 3:​20; 1 Petrus 2:​11) Mereka menyelaraskan kehidupan mereka dengan standar-standar Allah, terutama dimotivasi oleh kasih akan Allah dan kasih akan sesama. (Matius 22:​37-​39) Mereka tidak mengejar cita-cita yang mementingkan diri dan materialistis atau merasa perlu meraih kesuksesan pribadi di dunia ini. Sebaliknya, mereka mengarahkan mata mereka pada ’langit baru dan bumi baru yang di dalamnya keadilbenaran akan tinggal’.​—2 Petrus 3:​13; 2 Korintus 4:​18.

12. Kegiatan apa yang dilaporkan pada tahun lalu membuktikan bahwa Yesus telah mendapati ”iman itu di atas bumi” selama kehadirannya?

12 Sewaktu Abraham pindah ke Kanaan, hanya ia dan keluarganya yang mendapat dukungan dan perlindungan Yehuwa di seluruh tanah Kanaan. Akan tetapi, 316.092 orang yang baru dibaptis ini, sama sekali tidak seorang diri. Benar, Yehuwa mendukung dan melindungi mereka melalui roh-Nya, seperti yang Ia lakukan terhadap Abraham. (Amsal 18:10) Namun, selain itu, Ia mendukung mereka melalui suatu ”bangsa” internasional yang bersukacita yang jumlah rakyatnya lebih banyak daripada beberapa bangsa di dunia dewasa ini. (Yesaya 66:8) Tahun lalu, puncak sebanyak 5.888.650 warga dari bangsa tersebut membuktikan iman mereka yang aktif dengan berbicara kepada sesama mereka tentang janji-janji Allah. (Markus 13:10) Jumlah waktu yang mereka gunakan sungguh luar biasa yaitu 1.186.666.708 jam dalam pekerjaan ini, berupaya mencari para peminat. Sebagai hasilnya, 4.302.852 pengajaran Alkitab diberikan kepada orang-orang lain yang ingin memupuk iman. Sebagai pertunjukan lebih jauh akan gairah mereka, 698.781 dalam ”bangsa” ini ambil bagian dalam dinas perintis, sepenuh waktu maupun selama satu bulan atau lebih. (Rincian tentang kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa tahun lalu terdapat pada halaman 12 sampai 15.) Rekor yang luar biasa ini merupakan jawaban positif yang nyata bagi pertanyaan Yesus, ”Apabila Putra manusia datang, apakah dia akan benar-benar mendapati iman itu di atas bumi?”

Setia meskipun Menghadapi Ujian

13, 14. Lukiskan beberapa kesulitan yang dihadapi Abraham dan keluarganya di Kanaan.

13 Abraham dan keluarganya sering mengalami keadaan-keadaan sulit di Kanaan. Setidaknya, pernah terjadi bencana kelaparan yang hebat sehingga mereka harus meninggalkan Kanaan menuju Mesir. Selain itu, penguasa Mesir maupun penguasa Gerar (dekat Gaza) mencoba meminang istri Abraham, Sara. (Kejadian 12:​10-​20; 20:​1-​18) Juga, terjadi konflik antara gembala ternak Abraham dan gembala ternak Lot, dan ini menyebabkan dua keluarga tersebut berpisah. Tanpa mementingkan diri, Abraham memberi Lot kesempatan pertama untuk memilih, dan Lot memilih bermukim di Distrik Yordan, yang tampak seperti Taman Eden yang subur dan permai.​—Kejadian 13:​5-​13.

14 Kemudian, Lot terlibat dalam sebuah perang antara raja dari negeri yang jauh, Elam, serta sekutunya dan raja-raja lima kota di Dataran Rendah Sidim. Raja-raja asing mengalahkan raja-raja setempat dan mengambil banyak jarahan, termasuk Lot dan hartanya. Sewaktu Abraham mendengar apa yang terjadi, tanpa gentar ia mengejar raja-raja asing tersebut dan dapat menyelamatkan Lot serta keluarganya, juga harta milik raja-raja setempat. (Kejadian 14:​1-​16) Akan tetapi, itu bukan pengalaman Lot yang terburuk di Kanaan. Karena alasan tertentu, ia bermukim di Sodom, padahal kota tersebut memiliki reputasi yang amoral.b (2 Petrus 2:​6-8) Sewaktu diperingatkan oleh dua malaikat bahwa kota itu akan dibinasakan, Lot melarikan diri bersama istri dan putri-putrinya. Akan tetapi, istri Lot melalaikan instruksi spesifik para malaikat, dan, sebagai akibatnya, terkubur dalam garam. Lot terpaksa hidup dalam sebuah gua di Zoar bersama kedua putrinya untuk sementara waktu. (Kejadian 19:​1-​30) Peristiwa-peristiwa ini pastilah sangat menyusahkan Abraham, terutama karena Lot datang ke Kanaan sebagai anggota keluarga Abraham.

15. Meskipun Abraham menghadapi problem sewaktu tinggal di kemah-kemah di sebuah tanah asing, pikiran negatif apa yang tampaknya ia hindari?

15 Pernahkah Abraham bertanya-tanya apakah lebih baik ia dan Lot tinggal dengan tenteram di Ur bersama keluarga besar ayahnya atau di Haran bersama saudaranya, Nahor? Pernahkah ia menyesal tinggal di kemah-kemah, dan berharap untuk menetap dengan aman di sebuah kota bertembok? Barangkali, apakah ia mempertanyakan hikmat di balik pengorbanannya, yakni menjadi pengembara di sebuah negeri asing? Sewaktu membahas tentang Abraham dan keluarganya, rasul Paulus menyatakan, ”Jika mereka sesungguhnya terus mengingat tempat itu yang darinya mereka telah pergi, mereka sebenarnya mempunyai kesempatan untuk kembali.” (Ibrani 11:15) Namun, mereka tidak kembali. Dengan tidak gentar dalam menghadapi kesukaran, mereka tinggal di tempat yang Yehuwa kehendaki.

Ketekunan Dewasa Ini

16, 17. (a) Kesulitan apa yang dihadapi oleh banyak orang Kristen dewasa ini? (b) Apa sikap positif yang dimiliki orang-orang Kristen? Mengapa?

16 Ketekunan serupa tampak dalam diri orang-orang Kristen dewasa ini. Meskipun melayani Allah menjadi sumber sukacita yang besar bagi mereka, kehidupan tidak mudah bagi orang-orang Kristen sejati pada hari-hari terakhir ini. Meskipun mereka tinggal di sebuah firdaus rohani, mereka menderita tekanan ekonomi yang sama seperti tetangga-tetangga mereka. (Yesaya 11:​6-9) Banyak yang telah menjadi korban dalam peperangan bangsa-bangsa, dan meskipun mereka sendiri tidak bersalah, ada yang terseret ke dalam kemiskinan yang parah. Selain itu, mereka bertekun menanggung problem-problem karena menjadi kaum minoritas yang tidak disukai. Di banyak negeri, mereka memberitakan kabar baik meskipun menghadapi sikap apatis yang luar biasa. Di negeri-negeri lain, mereka menderita serangan yang bersifat menipu dari orang-orang yang ”merancangkan bencana berdasarkan ketetapan” dan ”menyatakan fasik darah orang yang tidak bersalah”. (Mazmur 94:​20, 21) Bahkan, di negeri-negeri yang tidak menyerang orang-orang Kristen, dan yang sebagian warganya memuji standar-standar mereka yang luhur, mereka menyadari perlunya berbeda dari teman-teman sekolah dan rekan-rekan sekerja​—seperti halnya Abraham, yang hidup di kemah-kemah sedangkan kebanyakan orang di sekelilingnya bermukim di kota-kota. Ya, tidak mudah untuk hidup di dunia ini namun ”bukan bagian” darinya.​—Yohanes 17:14.

17 Maka, apakah kita menyesali pembaktian kita kepada Allah? Apakah kita menyesal karena tidak lagi menjadi bagian dari dunia, karena tidak lagi serupa dengan semua orang lain? Apakah kita meratapi pengorbanan yang telah kita berikan dalam dinas Yehuwa? Sama sekali tidak! Sebaliknya daripada menengok kembali dengan penuh kerinduan, kita sadar bahwa apa pun yang mungkin telah kita korbankan tidak memiliki nilai yang sejati bila dibandingkan dengan berkat-berkat yang dinikmati sekarang dan yang akan dinikmati di masa depan. (Lukas 9:​62; Filipi 3:8) Selain itu, apakah orang-orang di dunia ini berbahagia? Kebenarannya adalah, banyak dari antara mereka mencari jawaban yang telah kita miliki. Mereka menderita karena tidak mengikuti bimbingan Allah melalui halaman-halaman Alkitab yang telah kita ikuti. (Mazmur 119:105) Dan, banyak dari antara mereka mendambakan jenis persahabatan Kristen dan persekutuan menyenangkan yang kita nikmati bersama rekan-rekan seiman.​—Mazmur 133:1; Kolose 3:​14.

18. Apa hasil akhirnya bila orang-orang Kristen berlaku berani seperti Abraham?

18 Memang, adakalanya kita harus berani seperti Abraham sewaktu ia mengejar para penawan Lot. Namun, dengan berbuat demikian, Yehuwa memberkati hasil akhirnya. Misalnya, di Irlandia Utara, kebencian telah berurat-berakar sebagai akibat tindak kekerasan antarsekte, dan dibutuhkan keberanian agar tetap netral. Namun, orang-orang Kristen yang setia telah mengikuti kata-kata Yehuwa kepada Yosua, ’Kuatkan dan teguhkanlah hatimu. Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi.’ (Yosua 1:9; Mazmur 27:14) Selama bertahun-tahun, pendirian mereka yang tidak kenal gentar telah mendapat respek, dan kini mereka dapat mengabar dengan leluasa di semua daerah di negeri itu.

19. Orang-orang Kristen senang berada di mana, dan apa yang mereka harapkan dengan penuh keyakinan sewaktu mengikuti pengarahan Yehuwa?

19 Kita tidak perlu ragu bahwa keadaan apa pun yang kita hadapi, jika kita mengikuti pengarahan Yehuwa, itu akhirnya akan mendatangkan kemuliaan bagi-Nya dan manfaat jangka panjang bagi kita. Meskipun ada tantangan dan pengorbanan, tidak ada tempat lain yang terbaik selain berada dalam dinas Yehuwa, menikmati persekutuan dengan saudara-saudara Kristen kita dan dengan yakin menantikan masa depan kekal yang telah dijanjikan Allah.

[Catatan Kaki]

a Kemungkinan, Abraham mengadopsi kemenakannya, Lot, sewaktu ayah Lot, saudara Abraham, wafat.​—Kejadian 11:​27, 28; 12:5.

b Terdapat sejumlah asumsi bahwa Lot bermukim di sebuah kota untuk mendapatkan keamanan yang lebih besar setelah mengalami penawanan oleh empat raja.

Apakah Saudara Ingat?

◻ Mengapa iman yang kuat penting?

◻ Bagaimana Abraham memperlihatkan bahwa ia memiliki iman yang kuat?

◻ Bagaimana pembaktian disertai oleh perubahan dalam kehidupan seseorang?

◻ Mengapa kita senang melayani Allah apa pun problem yang mungkin kita hadapi?

[Gambar di hlm. 7]

Abraham bersedia membuat perubahan-perubahan besar dalam hidupnya agar dapat mewarisi janji

[Gambar di hlm. 9]

Bukti-bukti memperlihatkan bahwa Yesus telah mendapatkan ”iman itu di atas bumi” selama kehadirannya

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan