-
Apakah Allah Peduli kepada Kita?Apa Kunci Kehidupan yang Bahagia?
-
-
BAGIAN 1
Apakah Allah Peduli kepada Kita?
DUNIA dewasa ini penuh dengan problem. Perang, bencana alam, penyakit, kemiskinan, korupsi, dan malapetaka lainnya membuat jutaan orang menderita. Anda pun setiap hari mungkin menghadapi hal-hal yang mengkhawatirkan. Siapa yang bisa menolong kita? Apakah ada yang peduli?
Kasih Allah kepada kita lebih besar daripada kasih seorang ibu kepada bayinya
Kita bisa yakin bahwa Allah benar-benar peduli. Dalam Firman-Nya, Ia menyatakan, ”Dapatkah seorang istri melupakan anaknya yang masih menyusu sehingga ia tidak mengasihani putra dari kandungannya? Sekalipun wanita-wanita ini dapat lupa, aku tidak akan melupakan engkau.”a
Tidakkah hal itu menghibur kita? Kasih Allah jauh lebih besar daripada keibaan hati yang lembut dari seorang ibu kepada bayinya—salah satu emosi terkuat yang dimiliki manusia. Allah tidak akan sekali-kali meninggalkan kita! Sesungguhnya, Ia sudah menolong kita dengan cara yang menakjubkan. Dengan cara apa? Dengan menunjukkan kunci untuk memperoleh kebahagiaan—iman yang sejati.
Dengan mempunyai iman yang sejati, Anda akan berbahagia. Iman seperti ini akan membantu Anda menghindari banyak problem dan menangani problem yang tak terelakkan dengan sukses. Iman itu juga akan mendekatkan Anda kepada Allah, dengan mendatangkan kedamaian pikiran dan hati. Selain itu, iman yang sejati akan menuntun Anda ke masa depan yang menakjubkan—kehidupan abadi di Firdaus!
Tetapi, apa iman yang sejati itu? Dan, bagaimana Anda dapat memupuknya?
-
-
Apa Iman yang Sejati Itu?Apa Kunci Kehidupan yang Bahagia?
-
-
BAGIAN 2
Apa Iman yang Sejati Itu?
Seperti uang, agar ada nilainya, iman tidak boleh palsu
MEMILIKI iman yang sejati bukan sekadar percaya bahwa Allah itu ada. Jutaan orang percaya kepada Allah tetapi mereka sengaja berbuat jahat. ”Iman” seperti itu bagaikan uang palsu. Kelihatannya asli tetapi sama sekali tidak ada nilainya. Kalau begitu, apa iman yang sejati itu?
Iman yang sejati didasarkan atas pengetahuan yang saksama tentang Kitab Suci. Tulisan terilham itu memberi tahu kita kebenaran tentang Allah dan memungkinkan kita mengenal Dia. Kitab Suci menyingkapkan hukum-hukum, maksud-tujuan, dan ajaran-Nya. Berikut ini adalah beberapa dari ajaran-Nya:
Allah itu esa. Tidak ada yang setara dengan-Nya.
Yesus bukan Allah yang Mahakuasa. Ia nabi Allah.
Allah mengutuk penyembahan berhala dengan segala bentuknya.
Umat manusia menghadapi hari penghakiman yang akan datang.
Orang mati yang tak terhitung banyaknya akan dibangkitkan di Firdaus.
Iman yang sejati menggerakkan kita untuk melakukan perbuatan baik. Perbuatan tersebut menghormati Allah dan juga bermanfaat bagi kita dan orang lain. Perbuatan-perbuatan baik itu antara lain:
Menyembah Allah.
Memupuk sifat-sifat yang saleh—terutama kasih.
Menolak pikiran dan keinginan yang jahat.
Tetap beriman kepada Allah meski menghadapi problem.
Mengajar orang lain tentang Allah.
Iman yang sejati menghasilkan perbuatan baik
Bagaimana Anda Dapat Memupuk Iman yang Sejati?
Iman, seperti otot, bertambah kuat jika digunakan
Memohon pertolongan Allah. Nabi Musa berdoa kepada Allah, ”Beri tahukanlah kiranya jalan-jalanmu kepadaku, agar aku mengenal engkau, agar aku dapat memperoleh perkenan di matamu.”a Allah mendengar dan menjawab doanya. Musa menjadi teladan iman yang sangat bagus. Allah juga akan membantu Anda memupuk iman yang sejati.
Luangkan waktu untuk mempelajari Kitab Suci. Tulisan-tulisan terilham, termasuk Taurat, Mazmur (juga disebut Zabur), dan Injil, terdapat dalam Alkitab, buku yang paling banyak diterjemahkan dan disebarluaskan di dunia. Apakah Anda mempunyai tulisan-tulisan terilham ini?
Terapkan nasihat Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari. Iman, seperti otot, bertambah kuat jika digunakan. Jika Anda menjalankan iman, iman Anda pun akan bertambah kuat. Anda akan melihat sendiri bahwa nasihat Allah itu jitu. Sesungguhnya, nasihat praktis yang terdapat dalam Kitab Suci telah meningkatkan mutu kehidupan banyak orang. Bacalah terus untuk melihat beberapa contoh.
-
-
Nasihat Praktis yang Meningkatkan Mutu KehidupanApa Kunci Kehidupan yang Bahagia?
-
-
BAGIAN 3
Nasihat Praktis yang Meningkatkan Mutu Kehidupan
BAYANGKAN ada seorang dokter yang pindah ke daerah Anda. Pada awalnya, Anda mungkin kurang yakin kepadanya. Namun, bagaimana jika beberapa teman Anda berobat kepadanya dan mereka cepat sembuh? Tidakkah Anda juga ingin berobat kepadanya?
Dalam beberapa hal, Kitab Suci sama dengan dokter itu. Beberapa orang kurang percaya kepada Kitab Suci. Tetapi, sewaktu mereka menerapkan nasihat yang bijaksana di dalamnya, mutu kehidupan mereka menjadi jauh lebih baik. Perhatikan beberapa contoh.
Mengatasi Problem Perkawinan
”Pada waktu baru menikah, saya merasa bahwa Dumas, suami saya, menelantarkan saya,” kenang Sumiatun. ”Karena frustrasi, saya sering memaki, melempari, bahkan memukul dia. Kadang-kadang, saya begitu jengkel sampai-sampai saya pingsan.
”Ketika Dumas mulai mempelajari Kitab Suci, saya mengejeknya. Tetapi, dari kamar sebelah, diam-diam saya menguping apa yang dipelajarinya. Pada suatu hari, saya mendengar beberapa ayat dibaca, ’Hendaklah istri-istri tunduk kepada suami mereka sebagaimana kepada Tuan . . . Istri harus memiliki respek yang dalam kepada suaminya.’ (Efesus 5:22, 33) Kata-kata itu menyentuh hati saya. Saya memohon ampun kepada Allah karena melecehkan suami, dan saya berdoa agar Ia membantu saya menjadi istri yang lebih baik. Tak lama kemudian, saya ikut mempeIajari Kitab Suci bersama Dumas.”
Dumas dan Sumiatun
Kitab Suci juga berkata, ”Suami-suami harus mengasihi istri mereka seperti tubuh mereka sendiri.” (Efesus 5:28) Sumiatun bercerita, ”Mempelajari hal-hal itu memengaruhi kami berdua. Saya mulai menghidangkan secangkir teh kepada Dumas setelah ia pulang kerja dan berbicara kepadanya dengan lembut. Demikian pula Dumas, ia menunjukkan kasih sayang yang lebih besar dan membantu saya mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. Kami berdua berupaya menjadi ’baik hati seorang kepada yang lain, memiliki keibaan hati yang lembut, dengan lapang hati mengampuni satu sama lain’. (Efesus 4:32) Alhasil, kasih dan respek kami kepada satu sama lain kian bertambah. Sekarang, kami telah menikmati perkawinan yang bahagia selama lebih dari 40 tahun. Nasihat yang bijaksana dari Firman Allah telah menyelamatkan perkawinan kami!”
Mengendalikan Amarah
”Saya orangnya garang,” tutur Tayib. ”Saya sering berkelahi dan mengancam orang lain dengan senjata api. Saya juga suka memukuli istri saya, Kustriyah, membantingnya ke tanah kalau saya marah. Banyak orang takut kepada saya.
Kustriyah dan Tayib berdoa bersama setiap malam
”Pada suatu hari saya membaca perkataan Yesus, ’Aku memberikan kepadamu perintah baru, agar kamu mengasihi satu sama lain; sebagaimana aku telah mengasihi kamu.’ (Yohanes 13:34) Saya sangat tersentuh, dan saya bertekad untuk berubah. Apabila amarah meluap dalam diri saya, saya berdoa kepada Allah untuk membantu saya tetap tenang. Amarah saya pun segera reda. Saya dan istri menerapkan nasihat di Efesus 4:26, 27, ’Jangan sampai matahari terbenam sewaktu kamu masih dalam keadaan terpancing untuk marah, juga jangan memberikan tempat bagi Iblis.’ Kami membaca Kitab Suci dan berdoa bersama setiap malam. Hal ini menghilangkan ketegangan pada hari itu dan membuat hubungan kami lebih dekat.
”Sekarang saya dikenal sebagai orang yang suka damai. Istri dan anak-anak saya mengasihi dan menghormati saya. Saya punya banyak teman, dan merasa dekat dengan Allah. Saya benar-benar bahagia.”
Mengatasi Kecanduan Narkoba
Goin
”Saya dulu ikut geng anak muda, perokok berat, dan sering tergeletak di jalanan sepanjang malam dalam keadaan mabuk,” kata Goin. ”Saya juga memakai dan menjual obat-obat terlarang—mariyuana dan ekstasi—yang saya sembunyikan di balik rompi antipeluru. Meskipun kelihatan tegar, saya terus dihantui rasa takut.
”Belakangan ada yang memperlihatkan ayat ini kepada saya, ’Putraku, jangan lupakan hukumku . . . karena panjang umur dan tahun-tahun kehidupan serta kedamaian akan ditambahkan kepadamu.’ (Amsal 3:1, 2) Saya mendambakan umur panjang dan kedamaian! Saya juga membaca, ’Saudara-saudara yang kami kasihi, mengingat janji-janji ini ada pada kita, biarlah kita membersihkan diri dari setiap pencemaran daging dan roh, menyempurnakan kekudusan dengan takut akan Allah.’ (2 Korintus 7:1) Jadi, saya berhenti memakai narkoba, keluar dari geng, dan mulai melayani Allah.
”Sekarang saya sudah bebas dari narkoba selama lebih dari 17 tahun. Saya sehat, keluarga saya bahagia, saya punya teman-teman yang baik dan hati nurani yang bersih. Saya tidak lagi tergeletak di jalanan dalam keadaan mabuk, tetapi tidur dengan tenang di ranjang setiap malam.”
Mengatasi Prasangka Ras
”Ketika masih remaja, saya sering terlibat kejahatan,” kenang Bambang, ”dan korban saya kebanyakan berasal dari kelompok etnik minoritas yang saya benci.
”Akan tetapi, belakangan saya mulai mencari Allah. Lalu, saya menemukan sebuah kelompok yang berkumpul untuk mempelajari Kitab Suci. Di sana, saya disambut dengan hangat oleh orang-orang berlatar belakang etnik yang saya benci! Saya juga melihat bahwa dalam kelompok belajar tersebut, orang-orang dari berbagai ras berbaur dan bahagia. Saya terheran-heran! Belakangan saya tahu bahwa ada ayat yang mengatakan, ’Allah tidak berat sebelah, tetapi orang dari bangsa mana pun yang takut kepadanya dan mengerjakan keadilbenaran diperkenan olehnya.’—Kisah 10:34-35.
”Sekarang, hati saya tidak lagi diracuni oleh prasangka. Beberapa sahabat saya berasal dari kelompok etnik yang dulu saya benci. Melalui Kitab Suci, Allah mengajar saya untuk mengasihi.”
Bambang sekarang bergaul akrab dengan orang-orang dari berbagai ras
Meninggalkan Kekerasan
”Sewaktu masih remaja, saya sudah dipenjara tiga kali—dua kali karena mencuri dan sekali karena dengan sadis menikam orang,” tutur Garoga. ”Belakangan, saya ikut dengan kelompok pemberontak dan membunuh banyak orang. Setelah konflik berakhir, saya menjadi pemimpin kelompok penjahat yang suka memeras. Ke mana pun saya pergi, saya ditemani beberapa pengawal pribadi. Saya orang yang bengis dan berbahaya.
Garoga bukan lagi orang yang bengis melainkan pengajar Firman Allah yang dihormati
”Nah, pada suatu hari, saya membaca ayat ini, ’Kasih itu panjang sabar dan baik hati. Kasih tidak cemburu, tidak membual, tidak menjadi besar kepala, tidak berlaku tidak sopan, tidak memperhatikan kepentingan diri sendiri, tidak terpancing menjadi marah. Kasih tidak mencatat kerugian.’ (1 Korintus 13:4, 5) Kata-kata itu menyentuh hati saya. Saya pindah ke daerah baru, mempelajari Kitab Suci, dan menerapkan nasihatnya dalam kehidupan saya.
”Sekarang saya bukan lagi orang yang bengis. Sebaliknya, saya dihormati sebagai pengajar Firman Allah. Kehidupan saya bermakna dan memuaskan.”
Firman Allah Mengerahkan Kuasa
Pengalaman-pengalaman ini dan begitu banyak pengalaman lainnya membuktikan bahwa ”firman Allah itu hidup dan mengerahkan kuasa”. (Ibrani 4:12) Nasihatnya sederhana, praktis, dan membangun.
Dapatkah Kitab Suci membantu Anda juga? Ya, tentu, tidak soal problem apa pun yang mungkin Anda hadapi. ”Segenap Tulisan Kudus diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menegur, untuk meluruskan perkara-perkara, untuk mendisiplin dalam keadilbenaran, agar abdi Allah menjadi cakap sepenuhnya, diperlengkapi secara menyeluruh untuk setiap pekerjaan yang baik.”—2 Timotius 3:16, 17.
Oleh karena itu, mari kita perhatikan beberapa ajaran dasar yang terdapat dalam Kitab Suci.
-
-
Siapakah Allah?Apa Kunci Kehidupan yang Bahagia?
-
-
BAGIAN 4
Siapakah Allah?
ORANG-ORANG menyembah banyak ilah. Namun, Kitab Suci mengajarkan bahwa hanya ada satu Allah yang benar. Ia mahatinggi, kekal, dan tidak ada yang menyamai-Nya. Ia menciptakan segala sesuatu yang ada di surga dan di bumi, dan Ia memberi kita kehidupan. Dengan demikian, Dia sajalah yang layak kita sembah.
Hukum yang diberikan melalui nabi Musa adalah ”firman yang disampaikan melalui para malaikat”
Allah memiliki banyak gelar tetapi hanya mempunyai satu nama pribadi—YEHUWA. Allah memberi tahu Musa, ”Inilah yang harus kaukatakan kepada putra-putra Israel, ’Yehuwa, Allah bapak-bapak leluhurmu, Allah Abraham [atau, Ibrahim], Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu.’ Inilah namaku sampai waktu yang tidak tertentu, dan dengan inilah aku akan diingat, dari generasi ke generasi.” (Keluaran 3:15) Nama Yehuwa disebutkan kira-kira 7.000 kali dalam Kitab Suci. Seperti yang dikatakan Mazmur 83:18 tentang Allah, ”engkau, yang bernama Yehuwa, engkau sajalah Yang Mahatinggi atas seluruh bumi”.
Manuskrip kuno Gulungan Laut Mati memuat nama Allah
Manusia tidak pernah melihat Allah. Allah memberi tahu Musa, ”Engkau tidak sanggup melihat mukaku, karena tidak seorang pun dapat melihat aku dan tetap hidup.” (Keluaran 33:20) Allah tinggal di surga dan tidak terlihat oleh mata manusia. Adalah salah untuk membuat atau berdoa kepada berhala, gambar, atau lambang Allah. Allah Yehuwa memberikan perintah melalui nabi Musa, ”Jangan membuat patung pahatan atau suatu bentuk yang mirip apa pun yang ada di langit di atas atau yang ada di bumi di bawah atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan membungkuk kepadanya ataupun terbujuk untuk melayaninya, karena aku Yehuwa, Allahmu, adalah Allah yang menuntut pengabdian yang eksklusif.” (Keluaran 20:2-5) Belakangan, melalui nabi Yesaya, Allah berkata, ”Akulah Yehuwa. Itulah namaku; dan aku tidak akan memberikan kemuliaanku kepada siapa pun, ataupun pujian bagiku kepada patung ukiran.”—Yesaya 42:8.
Ada orang-orang yang percaya kepada Allah tetapi mungkin beranggapan bahwa Dia tidak dapat dikenal dan tidak dapat didekati, Pribadi yang harus ditakuti bukan dikasihi. Apa pendapat Anda? Apakah Allah berminat kepada Anda secara pribadi? Apakah Anda benar-benar dapat mengenal Dia, bahkan mendekat kepada-Nya? Mari kita lihat apa yang Kitab Suci katakan tentang sifat-sifat Allah.
-
-
Menghargai Sifat-Sifat Allah yang UnggulApa Kunci Kehidupan yang Bahagia?
-
-
BAGIAN 5
Menghargai Sifat-Sifat Allah yang Unggul
KITAB SUCI menyingkapkan banyak sifat Allah yang menakjubkan sehingga kita bisa mengenal Dia. Sebagai contoh, Kitab Suci memberi tahu kita tentang empat sifat utama Allah—kuasa, keadilan, hikmat, dan kasih. Mari kita bahas satu per satu.
Kuasa-Nya Tak Terbatas
Kuasa Allah sangat hebat
Yehuwa memberi tahu Abraham, ”Akulah Allah Yang Mahakuasa.” (Kejadian 17:1) Kuasa-Nya tak tertandingi, tak terbatas, dan tak pernah habis. Dengan kuasa-Nya, Allah menciptakan seluruh alam semesta.
Allah tidak pernah menyalahgunakan kuasa-Nya. Ia selalu menggunakannya secara terkendali dan dengan suatu tujuan. Ia menggunakan kuasa-Nya secara seimbang karena dibarengi keadilan, hikmat, dan kasih-Nya.
Yehuwa dengan murah hati menggunakan kuasa-Nya demi kepentingan hamba-hamba-Nya yang setia. ”Matanya menjelajahi seluruh bumi untuk memperlihatkan kekuatannya demi kepentingan orang-orang yang sepenuh hati terhadapnya.” (2 Tawarikh 16:9) Tidakkah Anda ingin mendekat kepada Allah ini, yang penuh kuasa tetapi juga penuh perhatian?
Allah yang Adil
”Yehuwa adalah pencinta keadilan.” (Mazmur 37:28) Ia selalu melakukan apa yang benar dan adil berdasarkan patokan-Nya yang sempurna.
Allah tidak berat sebelah
Allah membenci ketidakadilan. Ia ”tidak berlaku berat sebelah terhadap siapa pun atau menerima suap”. (Ulangan 10:17) Ia menentang para penindas, dan Ia bertindak demi kepentingan orang yang tak berdaya, termasuk ”janda atau anak lelaki yatim”. (Keluaran 22:22) Allah memandang semua orang tanpa prasangka. ”Allah tidak berat sebelah, tetapi orang dari bangsa mana pun yang takut kepadanya dan mengerjakan keadilbenaran diperkenan olehnya.”—Kisah 10:34, 35.
Keadilan Yehuwa seimbang sepenuhnya. Ia tidak pernah terlalu lunak, tidak pernah terlalu keras. Ia menghukum pelaku kesalahan yang tidak mau bertobat tetapi mengulurkan belas kasihan yang lembut kepada orang yang bertobat. ”Yehuwa itu berbelaskasihan dan murah hati, lambat marah dan berlimpah dengan kebaikan hati yang penuh kasih. Tidak untuk selamanya ia mengecam, ataupun kesal sampai waktu yang tidak tertentu. Ia tidak melakukan kepada kita apa yang sesuai dengan dosa kita; ataupun mendatangkan apa yang patut bagi kita sesuai dengan kesalahan kita.” (Mazmur 103:8-10) Allah juga mengingat perbuatan baik hamba-hamba-Nya yang setia dan memberikan pahala kepada mereka. Tidakkah Allah yang begitu adil layak Anda percayai?
Allah yang Berhikmat
Kitab Suci berisi hikmat Allah
Yehuwa adalah Sumber segala hikmat. ”Oh dalamnya kekayaan, hikmat, dan pengetahuan Allah!” (Roma 11:33) Hikmat-Nya tak tertandingi dan tak terbatas.
Hikmat Allah terlihat jelas dalam ciptaan-Nya. ”Betapa banyak pekerjaanmu, oh Yehuwa!” seru sang pemazmur. ”Semuanya itu kaubuat dengan hikmat.”—Mazmur 104:24.
Hikmat Allah juga disingkapkan dalam Kitab Suci. Raja Daud menulis, ”Pengingat dari Yehuwa itu dapat dipercaya, membuat orang yang kurang berpengalaman berhikmat.” (Mazmur 19:7) Coba bayangkan—Anda dapat menarik manfaat dari hikmat Allah yang tak terhingga! Maukah Anda memanfaatkan kesempatan itu?
”Allah Adalah Kasih”
Sifat utama Yehuwa adalah kasih. ”Allah adalah kasih,” kata Kitab Suci. (1 Yohanes 4:8) Kasihlah yang menggerakkan dan berperan dalam semua hal yang Ia lakukan.
Allah memperlihatkan kasih-Nya kepada kita dengan cara yang tak terhitung banyaknya. Ia memberi kita hal-hal yang baik. ”Ia melakukan kebaikan, dengan memberi kamu hujan dari langit dan musim-musim dengan hasil yang limpah, dan memuaskan hatimu dengan makanan serta kegembiraan yang limpah.” (Kisah 14:17) Ya, ”setiap pemberian yang baik dan setiap hadiah yang sempurna berasal dari atas, karena itu turun dari Bapak terang surgawi”. (Yakobus 1:17) Melalui pemberian yang tak ternilai, yaitu Kitab Suci, Allah menyingkapkan kebenaran tentang diri-Nya dan mengajar kita hukum-hukum dan prinsip-prinsip-Nya yang pengasih. ”Firmanmu adalah kebenaran,” kata Yesus dalam doanya.—Yohanes 17:17.
Hikmat Allah dalam mencipta menimbulkan kekaguman
Allah juga menolong kita sewaktu menghadapi masalah. ”Lemparkanlah bebanmu kepada Yehuwa, dan ia sendiri akan mendukungmu. Ia tidak akan pernah membiarkan orang adil-benar goyah.” (Mazmur 55:22) Ia mengampuni dosa kita. ”Engkau, oh, Yehuwa, baik dan siap mengampuni; dan kebaikan hati yang penuh kasih berlimpah bagi semua orang yang berseru kepadamu.” (Mazmur 86:5) Selain itu, Ia pun menawarkan kehidupan abadi kepada kita. ”Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan kematian tidak akan ada lagi, juga tidak akan ada lagi perkabungan atau jeritan atau rasa sakit.” (Penyingkapan [Wahyu] 21:4) Bagaimana Anda akan menanggapi kasih Allah? Apakah Anda akan mengasihi-Nya juga?
Mendekatlah kepada Allah
Perenungan dan doa mendekatkan Anda kepada Allah
Allah ingin agar Anda mengenal-Nya dengan baik. Firman-Nya mendesak Anda, ”Mendekatlah kepada Allah dan ia akan mendekat kepadamu.” (Yakobus 4:8) Allah menyebut Abraham, nabi yang setia, sebagai ”sahabatku”. (Yesaya 41:8) Yehuwa ingin agar Anda menjadi sahabat-Nya juga.
Semakin baik Anda mengenal Allah, semakin dekat Anda kepada-Nya dan Anda pun akan semakin berbahagia. ”Berbahagialah orang” yang ”kesenangannya ialah hukum Yehuwa, dan hukumnya ia baca dengan suara rendah siang dan malam”. (Mazmur 1:1, 2) Oleh karena itu, teruslah pelajari Kitab Suci. Renungkanlah sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan Allah. Perlihatkan kasih kepada Allah dengan menerapkan apa yang Anda pelajari. ”Inilah arti kasih akan Allah, yaitu bahwa kita menjalankan perintah-perintahnya; meskipun demikian perintah-perintahnya tidak membebani.” (1 Yohanes 5:3) Jadi, berdoalah seperti sang pemazmur, ”Beri tahukanlah jalan-jalanmu kepadaku, oh, Yehuwa; ajarlah aku jalan-jalanmu. Buatlah aku berjalan menurut kebenaranmu.” (Mazmur 25:4, 5) Anda akan mendapati bahwa Allah ”tidak jauh dari kita masing-masing”.—Kisah 17:27.
-
-
Apa Maksud-Tujuan Allah bagi Bumi?Apa Kunci Kehidupan yang Bahagia?
-
-
BAGIAN 6
Apa Maksud-Tujuan Allah bagi Bumi?
ALLAH menciptakan bumi untuk menjadi tempat tinggal yang sempurna bagi manusia. Firman-Nya menyatakan, ”Langit adalah milik Yehuwa, tetapi bumi telah diberikannya kepada putra-putra manusia.”—Mazmur 115:16.
Sebelum Allah menciptakan manusia pertama, Adam, Ia memilih satu bagian kecil dari bumi yang disebut Eden dan di sana Ia membuat sebuah taman yang indah. Kitab Suci menyatakan bahwa Sungai Efrat dan Sungai Tigris (Hidekel) bersumber di Eden.a Taman Eden diperkirakan terletak di sebelah timur Turki sekarang. Ya, Taman Eden benar-benar ada di bumi!
Allah menciptakan Adam dan menempatkannya di Taman Eden ”untuk menggarap dan mengurusnya”. (Kejadian 2:15) Belakangan, Allah menciptakan seorang istri bagi Adam, yaitu Hawa. Allah memberikan perintah kepada pasangan itu, ”Beranakcuculah dan bertambah banyak dan penuhilah bumi dan taklukkanlah itu.” (Kejadian 1:28) Jelaslah, Allah ”tidak menciptakan [bumi] dengan percuma, [tetapi] membentuknya untuk didiami.”—Yesaya 45:18.
Akan tetapi, Adam dan Hawa memberontak terhadap Allah, dengan sengaja melanggar hukum-Nya. Oleh karena itu, Allah mengusir mereka dari Taman Eden. Firdaus hilang. Dan, kerusakan yang disebabkan oleh dosa Adam pun berlanjut. Kitab Suci memberi tahu kita, ”Dosa masuk ke dalam dunia melalui satu orang dan kematian, melalui dosa, demikianlah kematian menyebar kepada semua orang karena mereka semua telah berbuat dosa.”—Roma 5:12.
Apakah Yehuwa tidak meneruskan maksud-tujuan-Nya yang semula—bahwa bumi akan menjadi firdaus yang dihuni oleh orang-orang yang berbahagia? Maksud-tujuan-Nya jalan terus! Allah menyatakan, ”Firmanku yang keluar dari mulutku . . . tidak akan kembali kepadaku tanpa hasil, tetapi pasti akan melaksanakan apa yang kusukai, dan akan berhasil dalam apa yang kusuruhkan kepadanya.” (Yesaya 55:11) Firdaus akan dipulihkan di bumi!
Seperti apakah kehidupan di Firdaus kelak? Perhatikanlah janji-janji dalam Kitab Suci yang diperlihatkan di dua halaman berikut.
a Kejadian 2:10-14 mengatakan,”Ada sungai yang mengalir dari Eden untuk mengairi taman itu, dan dari sana sungai itu mulai terbagi dan dapat dikatakan menjadi empat hulu. Yang pertama bernama Pisyon . . . Nama sungai yang kedua ialah Gihon . . . Nama sungai yang ketiga ialah Hidekel [atau, Tigris]; itulah sungai yang mengalir ke sebelah timur Asiria. Dan sungai yang keempat ialah Efrat.” Kedua sungai yang pertama tidak dikenal dan lokasinya tidak diketahui lagi.
-
-
Apa yang Allah Janjikan melalui para NabiApa Kunci Kehidupan yang Bahagia?
-
-
BAGIAN 7
Apa yang Allah Janjikan melalui para Nabi
PARA nabi zaman dahulu beriman kepada Allah. Mereka percaya kepada janji-janji-Nya dan menjalani kehidupan yang selaras dengan janji-janji itu. Apa saja yang termasuk dalam janji-janji itu?
Segera setelah Adam dan Hawa memberontak di Eden, Allah berjanji bahwa Ia akan menunjuk seseorang untuk meremukkan kepala ”ular itu”, yang memaksudkan ”naga besar itu, ular yang semula, yang disebut Iblis dan Setan”, dengan membinasakan dia selama-lamanya. (Kejadian 3:14, 15; Penyingkapan 12:9, 12) Siapakah Pribadi Yang Akan Datang itu?
Kira-kira 2.000 tahun setelah menyampaikan nubuat pertama tersebut, Yehuwa berjanji kepada nabi Abraham bahwa Pribadi Yang Akan Datang itu adalah keturunannya. Allah memberi tahu Abraham, ”melalui benihmu [atau, keturunanmu], semua bangsa di bumi pasti akan memperoleh berkat oleh karena engkau telah mendengarkan perkataanku”.—Kejadian 22:18.
Pada tahun 1473 SM, Allah memberikan keterangan lebih jauh kepada nabi Musa mengenai ”benih” itu. Musa memberi tahu keturunan Israel, ”Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh Yehuwa, Allahmu—kepadanya kamu sekalian harus mendengarkan.” (Ulangan 18:15) Jadi, nabi yang akan datang itu, sebagaimana Musa, berasal dari keturunan Abraham.
Nabi itu juga akan berasal dari keturunan Raja Daud dan ia sendiri akan menjadi seorang raja yang besar. Allah berjanji kepada Raja Daud, ”Aku pasti akan membangkitkan benihmu setelah engkau [dan] menetapkan takhta kerajaannya dengan kokoh sampai waktu yang tidak tertentu.” (2 Samuel 7:12, 13) Allah juga menyingkapkan bahwa keturunan Daud ini akan disebut ”Pangeran Perdamaian”, dengan menambahkan, ”Kekuasaannya yang sangat besar sebagai pangeran dan perdamaian tidak akan ada akhirnya, atas takhta Daud dan atas kerajaannya agar itu ditetapkan dengan kokoh dan ditunjang dengan keadilan dan dengan keadilbenaran, dari sekarang sampai waktu yang tidak tertentu.” (Yesaya 9:6, 7) Ya, Pemimpin yang adil-benar itu akan memulihkan perdamaian dan keadilan di seluruh dunia. Namun, kapan ia akan datang?
”Benih” yang dijanjikan akan . . . berasal dari Abraham, menjadi nabi seperti Musa, datang dari garis keturunan Daud, datang pada tahun 29 M, meremukkan ular, yaitu Setan
Malaikat Gabriel (Jibril) belakangan memberi tahu nabi Daniel, ”Hendaklah engkau tahu dan memiliki pemahaman bahwa sejak keluarnya firman untuk memulihkan dan membangun kembali Yerusalem sampai datangnya Mesias [atau, Almasih], sang Pemimpin, akan ada tujuh minggu, juga enam puluh dua minggu.” (Daniel 9:25) Itu adalah 69 minggu tahun. Karena satu minggu tahun sama dengan 7 tahun, jumlah keseluruhannya adalah 483 tahun. Itu berlangsung dari 455 SM sampai 29 M.a
Apakah Mesias, nabi yang seperti Musa dan ”benih” yang sudah lama dinantikan itu, benar-benar datang pada tahun 29 M? Mari kita lihat.
a Lihat catatan 2 di halaman 255 dari buku Hidup Bahagia Selamanya! yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
-
-
Sang Mesias MunculApa Kunci Kehidupan yang Bahagia?
-
-
BAGIAN 8
Sang Mesias Muncul
LEBIH dari 500 tahun setelah Daniel bernubuat, Gabriel, malaikat Allah, menampakkan diri kepada Maria, seorang gadis perawan keturunan Raja Daud. ”Salam, hai, engkau yang sangat diperkenan, Yehuwa menyertai engkau,” kata Gabriel kepadanya. (Lukas 1:28) Akan tetapi, Maria takut. Apa maksud dari salam Gabriel?
Gabriel memberi tahu Maria bahwa dia akan melahirkan sang Mesias
Gabriel menjelaskan, ”Jangan takut, Maria, karena engkau telah mendapat perkenan di hadapan Allah; dan, lihat! engkau akan mengandung dalam rahimmu dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan engkau harus menamai dia Yesus.” ”Allah Yehuwa akan memberikan kepadanya takhta Daud, bapaknya, dan . . . kerajaannya tidak akan berakhir.” (Lukas 1:30-33) Benar-benar berita yang menakjubkan! Maria akan melahirkan sang Mesias, ”benih” yang sudah lama dinantikan!
Tahun berikutnya, Yesus lahir di Betlehem. Pada malam itu, seorang malaikat mengumumkan kepada para gembala di sana, ”Lihat! aku menyatakan kepada kamu kabar baik tentang sukacita besar . . . karena telah lahir bagi kamu hari ini seorang Juru Selamat, yang adalah Kristus Tuan, di kota Daud.” (Lukas 2:10, 11) Belakangan, keluarga Yesus pindah ke Nazaret, tempat ia dibesarkan.
Pada tahun 29 M—tahun ketika Mesias diharapkan akan muncul—Yesus mulai melayani sebagai nabi Allah, sewaktu ia berumur ”kira-kira tiga puluh tahun”. (Lukas 3:23) Banyak orang belakangan menyadari bahwa ia diutus oleh Allah. Mereka berkata, ”Seorang nabi besar telah bangkit di antara kita.” (Lukas 7:16, 17) Sesungguhnya, apa yang Yesus ajarkan?
Yesus mengajar orang-orang untuk mengasihi Allah dan beribadat kepada-Nya: Ia menyatakan, ”Yehuwa adalah Allah kita; Yehuwa itu esa, dan engkau harus mengasihi Yehuwa, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap pikiranmu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Markus 12:29, 30) Ia juga berkata, ”Yehuwa, Allahmu, yang harus engkau sembah, dan kepada dia saja engkau harus memberikan dinas suci.”—Lukas 4:8.
Yesus mendesak orang-orang untuk saling mengasihi: ”Engkau harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri,” katanya. (Markus 12:31) Ia juga berkata, ”Segala sesuatu yang kamu ingin orang lakukan kepadamu, demikian juga harus kamu lakukan kepada mereka; sebenarnya, inilah makna hukum dan Kitab Para Nabi.”—Matius 7:12.
Yesus dengan bersemangat memberi tahu orang lain tentang Kerajaan Allah: ”Aku harus menyatakan kabar baik tentang kerajaan Allah, karena untuk itulah aku diutus,” katanya. (Lukas 4:43) Mengapa Kerajaan Allah begitu penting?
Kitab Suci mengajarkan bahwa Kerajaan Allah adalah pemerintahan surgawi yang akan memerintah atas bumi. Yesus, sang Mesias, adalah Raja yang Allah lantik. Nabi Daniel mendapat penglihatan bahwa di surga Allah akan memberi sang Mesias ”kekuasaan dan kehormatan dan kerajaan”. (Daniel 7:14) Kerajaan itu akan membuat seluruh bumi menjadi Firdaus dan memberikan pahala kehidupan abadi kepada hamba-hamba Allah. Bukankah itu berita yang paling baik?
-
-
Belajar dari Mesias sang PemimpinApa Kunci Kehidupan yang Bahagia?
-
-
BAGIAN 9
Belajar dari Mesias sang Pemimpin
ALLAH menubuatkan bahwa Ia akan melantik sang Mesias sebagai Pemimpin atas semua bangsa. Allah tahu pemimpin macam apa yang benar-benar kita butuhkan dan memilih Pemimpin yang paling baik. Pemimpin macam apakah sang Mesias itu? Seorang jenderal yang perkasa? Politikus ulung? Filsuf yang bijaksana? Menurut Kitab Suci, Mesias adalah seorang nabi yang sangat istimewa—Yesus Kristus.—Matius 23:10.
Allah memastikan bahwa Yesus terlahir sempurna dan kudus. Selain itu, Yesus menolak setiap upaya Setan untuk merusak dia. Dalam perkataan dan perbuatan, Yesus tanpa cela mencerminkan Allah dalam menggunakan kuasa secara sempurna, dan juga dalam memperlihatkan keadilan, hikmat, dan kasih. Perhatikan bagaimana kita dapat belajar dari teladan Yesus.
Yesus dengan murah hati menolong orang lain
Ia menggunakan kuasa yang Allah berikan untuk menolong orang lain. Yesus benar-benar peduli kepada orang-orang, dan ia dengan murah hati menggunakan kuasanya untuk memenuhi kebutuhan mereka. ”Aku merasa kasihan kepada kumpulan orang ini, karena . . . mereka tidak mempunyai sesuatu untuk dimakan,” katanya. (Markus 8:2) Lalu, Yesus secara mukjizat memberi makan kumpulan besar orang itu yang telah datang untuk mendengarkan ajarannya.
Yesus juga mengadakan banyak perjalanan, mengajar dan ”menyembuhkan setiap jenis penyakit dan setiap jenis kelemahan jasmani di antara orang-orang”. (Matius 4:23) Maka, tidak mengherankan bahwa begitu banyak orang mengikuti dia, dan ”seluruh kumpulan orang itu berupaya menyentuh dia, karena kuasa keluar dari dia dan mereka semua disembuhkan”. (Lukas 6:19) Ya, Yesus datang ”bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan memberikan jiwanya sebagai tebusan untuk penukar bagi banyak orang”. (Matius 20:28)a Berapa banyak pemimpin manusia yang memperlihatkan semangat rela berkorban seperti itu?
Yesus mengasihi anak-anak
Ia mencerminkan keadilan Allah. Yesus berpegang pada apa yang tertulis dalam hukum Allah dan bertindak selaras dengan prinsip-prinsip yang terdapat di dalamnya. Seperti yang dinubuatkan Kitab Suci, seakan-akan ia sendiri berkata, ”Melakukan kehendakmu, oh, Allahku, aku suka, dan hukummu ada di bagian dalamku.” (Mazmur 40:8) Yesus memperlakukan semua orang—kaya dan miskin, pria dan wanita, anak-anak dan orang dewasa—dengan bermartabat, hormat, dan tidak berat sebelah, seperti yang Allah lakukan. Sekali waktu, murid-murid Yesus menegur keras para orang tua yang membawa anak-anak mereka kepada Yesus. Tetapi, Yesus berkata, ”Biarkan anak-anak kecil itu datang kepadaku; jangan mencoba menghentikan mereka, karena kerajaan Allah adalah milik orang-orang seperti mereka.”—Markus 10:14.
Ia mempertunjukkan hikmat ilahi. Yesus sangat memahami orang-orang. ”Ia sendiri tahu apa yang ada dalam diri manusia.” (Yohanes 2:25) Ketika musuh-musuh Yesus menyuruh orang-orang untuk menangkapnya, mereka pun mengakui, ”Tidak pernah ada orang lain berbicara seperti itu.” Dari mana Yesus memperoleh hikmatnya? Ia menjelaskan, ”Apa yang aku ajarkan bukanlah milikku, melainkan milik dia yang telah mengutus aku.”—Yohanes 7:16, 46.
Yesus mengasihi anak-anak
Ia memperlihatkan kasih ilahi. Yesus juga berbelas kasihan kepada orang-orang. Seorang pria yang ”penuh kusta” memohon kepadanya, ”Tuan, kalau engkau mau, engkau dapat membuat aku tahir.” Karena tergerak oleh rasa kasihan, Yesus ”mengulurkan tangannya dan menyentuh dia, serta mengatakan kepadanya, ’Aku mau. Jadilah tahir.’ Dan saat itu juga kustanya lenyap”. (Lukas 5:12, 13; Markus 1:41, 42) Yesus benar-benar ingin meringankan penderitaan pria miskin itu.
Apakah Yesus juga peduli kepada Anda? Yesus sendiri menjawab, ”Marilah kepadaku, kamu semua yang berjerih lelah dan dibebani tanggungan yang berat, dan aku akan menyegarkan kamu. Pikullah kuk aku dan belajarlah padaku, karena aku berwatak lembut dan rendah hati, dan kamu akan menemukan kesegaran bagi jiwamu.”—Matius 11:28, 29.
Yesus adalah Pemimpin terbaik yang bisa kita miliki. Maka, ia mendesak kita, ”Belajarlah padaku.” Maukah Anda menerima undangannya yang menyejukkan hati? Jika Anda mau menerimanya, Anda akan hidup bahagia.
a Untuk pembahasan tentang tebusan, lihat pelajaran 27 dari buku Hidup Bahagia Selamanya!
-
-
Menyingkapkan Musuh ImanApa Kunci Kehidupan yang Bahagia?
-
-
BAGIAN 10
Menyingkapkan Musuh Iman
LAMA sebelum Allah Yehuwa membuat bumi, Ia sudah menciptakan malaikat di surga. Akan tetapi, belakangan ada satu malaikat yang mulai ingin disembah, padahal hanya Allah yang berhak disembah. Dengan menuruti keinginannya itu, ia menjadikan dirinya Setan, yang artinya ”Penentang”, yaitu pribadi yang menentang Allah. Bagaimana Setan melawan Allah?
Setan menggunakan seekor ular untuk menyesatkan Hawa
Setan menipu Hawa agar tidak menaati Allah. Dengan licik, ia memberi kesan bahwa Allah Yehuwa menahan sesuatu yang baik dengan melarang Hawa untuk makan buah pohon tertentu. Tanpa malu ia menyebut Allah sebagai pendusta dan menyiratkan bahwa Hawa harus menolak bimbingan Allah, sebagaimana terlihat dari kata-katanya, ”Allah tahu bahwa pada hari kamu memakannya, matamu tentu akan terbuka dan kamu tentu akan menjadi seperti Allah, mengetahui yang baik dan yang jahat.” (Kejadian 3:5) Hawa bertindak bodoh dengan memercayai dusta Setan. Ia melanggar hukum Allah dan memengaruhi Adam untuk melakukan hal yang sama. Sejak itu, Setan telah menjadi musuh semua orang yang mempunyai iman yang sejati. Dan, ia terus menipu orang-orang sampai sekarang. Bagaimana caranya?
Iman yang Sudah Rusak Menyebar
Setan menggunakan penyembahan berhala dan tradisi manusia untuk menyesatkan orang
Setan menggunakan penyembahan berhala dan tradisi manusia untuk merusak keturunan Israel. Yesus, sang Mesias, memberi tahu para pemimpin agama mereka bahwa karena mereka mengajarkan ”perintah manusia sebagai doktrin”, ibadat mereka sia-sia. (Matius 15:9) Sewaktu bangsa itu menolak sang Mesias, Allah menolak mereka. Yesus memberi tahu mereka, ”Kerajaan Allah akan diambil darimu dan diberikan kepada suatu bangsa yang menghasilkan buahnya.” (Matius 21:43) Di kemudian hari, para pengikut Yesus menjadi umat yang diperkenan Allah.
Setan selanjutnya berupaya merusak para pengikut Yesus. Apakah dia berhasil? Melalui sebuah perumpamaan Yesus menubuatkan apa yang akan terjadi. Dalam perumpamaan itu, seorang pria menabur gandum yang baik di ladang. Belakangan, seorang musuh menabur lalang di antara gandum itu. Kedua tanaman itu dibiarkan bertumbuh hingga musim panen. Lalu, lalang dipisahkan dari gandum dan dimusnahkan. Tetapi, gandum dikumpulkan ke dalam lumbung sang pemilik panenan.
Yesus kemudian menjelaskan kepada murid-muridnya arti perumpamaan itu. Ia sendiri adalah sang Penabur. ”Sedangkan benih yang baik,” lanjutnya, ”ini adalah putra-putra kerajaan; tetapi lalang adalah putra-putra si fasik, dan musuh yang menaburnya adalah Iblis. Panen merupakan penutup sistem ini, dan penuai-penuai adalah para malaikat.” (Matius 13:38, 39) Yesus menyamakan murid-muridnya yang sejati dengan gandum. Tetapi, Setan menaburkan murid-murid gadungan, seperti lalang, di antara para pengikut Yesus yang sejati. Jadi, seperti yang Yesus sendiri nubuatkan, pada abad-abad setelah kematiannya, murid-murid gadungan muncul. Mereka menyebarkan ajaran-ajaran yang sesat, misalnya Tritunggal, yaitu gagasan bahwa ada tiga pribadi dalam satu Allah. Para murid gadungan juga mulai menyembah berhala dan terjun dalam kancah politik. Hanya sebagian kecil yang berpaut pada ajaran Yesus.
Iman yang Sejati Tetap Ada
Akan tetapi, seperti yang Yesus jelaskan, pada akhirnya akan ada perubahan. Para malaikat Allah akan memisahkan orang-orang yang tidak mempunyai iman yang sejati untuk dibinasakan. Maka, orang-orang yang mempunyai iman yang sejati akan lebih mudah dikenali. Akhirnya, Setan si Iblis, musuh yang sesungguhnya dari iman, juga akan dibinasakan. Ya, iman yang sejati akan menang!
Namun, bagaimana Anda dapat mengenali orang-orang yang mempunyai iman yang sejati sekarang ini? Kita akan membahas jawaban atas pertanyaan ini di pasal berikut.
Para malaikat Allah mencari orang yang ingin mempunyai iman yang sejati
-
-
Memperlihatkan Iman yang Sejati SekarangApa Kunci Kehidupan yang Bahagia?
-
-
BAGIAN 11
Memperlihatkan Iman yang Sejati Sekarang
DEWASA INI, banyak orang mengaku beriman. Namun, Yesus mengajarkan bahwa hanya sedikit yang mempunyai iman yang sejati. Ia berkata, ”Lebar dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; sebab sempitlah gerbang dan sesaklah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang menemukannya.”—Matius 7:13, 14.
Dewasa ini, bagaimana orang-orang memperlihatkan bahwa mereka mempunyai iman yang sejati? ”Dari buah-buahnya kamu akan mengenali mereka,” kata Yesus. ”Setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, tetapi setiap pohon yang busuk menghasilkan buah yang tidak berguna.” (Matius 7:16, 17) Jadi, iman yang sejati menghasilkan ”buah yang baik” dan memotivasi orang untuk memperlihatkan sifat-sifat yang saleh. Bagaimana cara mereka memperlihatkannya?
Menggunakan Kuasa dengan Benar
Orang yang mempunyai iman yang sejati menggunakan kuasa dan wewenangnya untuk menghormati Allah dan untuk mendatangkan manfaat bagi orang lain. Yesus mengajarkan, ”Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu harus menjadi pelayanmu.” (Markus 10:43) Demikian pula, orang yang beriman tidak bertindak lalim, baik di luar maupun di dalam rumah. Ia menyayangi istrinya, menghormatinya, dan dengan pengasih memenuhi kebutuhannya. Kitab Suci berkata, ”Hai, suami-suami, teruslah kasihi istrimu dan janganlah marah dengan sengit kepada mereka.” (Kolose 3:19) ”Suami-suami, tetaplah tinggal bersama mereka sesuai dengan pengetahuan, memberikan kehormatan kepada mereka karena mereka adalah bejana yang lebih lemah, yang feminin, karena kamu pun adalah ahli waris bersama mereka dari perkenan yang tidak selayaknya diperoleh berupa kehidupan, agar doa-doamu tidak terhalang.”—1 Petrus 3:7.
Di pihak lain, seorang istri yang mempunyai iman yang sejati ”harus memiliki respek yang dalam kepada suaminya”. (Efesus 5:33) Istri harus ’mengasihi suaminya’ dan ’mengasihi anak-anaknya’. (Titus 2:4) Ayah dan ibu yang beriman menggunakan waktu bersama anak-anak mereka dan mengajarkan hukum dan prinsip Allah kepada mereka. Di rumah, di tempat kerja, dan di mana pun, mereka memperlakukan orang lain dengan bermartabat dan terhormat. Mereka mengikuti nasihat Kitab Suci, ”Dalam hal memperlihatkan hormat, hendaklah saling mendahului.”—Roma 12:10.
Hamba-hamba Allah menjalankan perintah Kitab Suci, ”Jangan menerima suap.” (Keluaran 23:8) Mereka tidak pernah menyalahgunakan kedudukan mereka demi keuntungan diri sendiri. Sebaliknya, mereka mencari kesempatan untuk menolong orang lain, khususnya yang membutuhkan. Mereka mengindahkan nasihat, ”Jangan lupa melakukan apa yang baik dan berbagi dengan orang-orang lain, karena Allah senang akan korban-korban yang demikian.” (Ibrani 13:16) Oleh karena itu, mereka merasakan benarnya perkataan Yesus, ”Lebih bahagia memberi daripada menerima”.—Kisah 20:35.
Menjalankan Keadilan Ilahi
Orang yang beriman rela menaati hukum-hukum Allah, dan bagi mereka ”perintah-perintahnya tidak membebani”. (1 Yohanes 5:3) Mereka tahu bahwa ”hukum Yehuwa itu sempurna . . . Titah-titah dari Yehuwa itu lurus, menyebabkan hati bersukacita; perintah Yehuwa itu bersih, membuat mata bersinar”.—Mazmur 19:7, 8.
Iman yang sejati juga menggerakkan mereka untuk menolak semua bentuk prasangka. Mereka tidak menganggap satu ras, negara, atau status sosial lebih unggul daripada yang lain, sebaliknya, mereka meniru Allah. ”Allah tidak berat sebelah, tetapi orang dari bangsa mana pun yang takut kepadanya dan mengerjakan keadilbenaran diperkenan olehnya.”—Kisah 10:34, 35.
Iman yang sejati menggerakkan orang untuk ”bertingkah laku jujur dalam segala perkara”. (Ibrani 13:18) Orang yang beriman juga menghindari gosip yang berbahaya dan fitnah. Mengenai orang macam apa yang diperkenan oleh Allah, Daud sang pemazmur menulis, ”Ia tidak memfitnah dengan lidahnya. Kepada temannya ia tidak berbuat jahat.”—Mazmur 15:3.
Mencerminkan Hikmat Ilahi
Orang yang mempunyai iman yang sejati mendasarkan kepercayaan mereka hanya kepada Kitab Suci. Mereka percaya bahwa ”segenap Tulisan Kudus diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menegur, untuk meluruskan perkara-perkara, untuk mendisiplin dalam keadilbenaran”. (2 Timotius 3:16) Sewaktu berurusan dengan orang lain, mereka mencerminkan ”hikmat yang datang dari atas”, yang ”murni, lalu suka damai, bersikap masuk akal, siap untuk taat, penuh belas kasihan dan buah yang baik”. (Yakobus 3:17) Mereka menjauhi tradisi yang tidak selaras dengan kehendak Allah dan spiritisme serta ’menjaga diri mereka terhadap berhala-berhala’.—1 Yohanes 5:21.
Memperlihatkan Kasih yang Tulus
Nabi Musa berkata, ”Engkau harus mengasihi Yehuwa, Allahmu, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan segenap tenaga hidupmu.” (Ulangan 6:5) Orang beriman memperlihatkan kasih seperti itu kepada Allah. Mereka menghormati nama Allah, Yehuwa. Mereka ’mengucapkan syukur kepada Yehuwa’ dan ’berseru kepada namanya’ dengan iman. (Mazmur 105:1) Hamba-hamba Allah juga mengindahkan perintah-Nya, ”Engkau harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri.” (Imamat 19:18) Mereka menolak kekerasan dan berupaya menjadi orang yang ”suka damai dengan semua orang”. (Roma 12:18) Karena ”tidak akan belajar perang lagi”, secara kiasan mereka ”menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak dan tombak-tombak mereka menjadi pisau pemangkas”. (Yesaya 2:4) Sebagai hasilnya, mereka menikmati persaudaraan sedunia karena mereka ”mempunyai kasih di antara [mereka]”. (Yohanes 13:35) Dapatkah Anda mengenali orang-orang seperti itu dewasa ini?
-
-
Perlihatkan bahwa Anda Mempunyai Iman yang Sejati!Apa Kunci Kehidupan yang Bahagia?
-
-
BAGIAN 12
Perlihatkan bahwa Anda Mempunyai Iman yang Sejati!
ALLAH memperingatkan hamba-hamba-Nya bahwa iman mereka akan diuji. Firman-Nya berkata, ”Waspadalah. Musuhmu, si Iblis, berjalan keliling seperti singa yang mengaum, berupaya melahap orang.” (1 Petrus 5:8) Apa upaya Setan untuk menghancurkan iman Anda?
Pernahkah Anda menghadapi tentangan seperti ini?
Setan bisa menggunakan orang lain, bahkan orang yang Anda kasihi, untuk melarang Anda memeriksa Kitab Suci. Sehubungan dengan hal ini, Yesus menubuatkan, ”Musuh orang adalah orang-orang dari rumah tangganya sendiri.” (Matius 10:36) Anggota keluarga dan teman yang beriktikad baik mungkin tidak mengetahui kebenaran-kebenaran menakjubkan yang terdapat dalam Firman Allah. Atau, mereka mungkin takut akan pendapat orang lain. Akan tetapi, Kitab Suci berkata, ”Gemetar terhadap manusialah yang mendatangkan jerat, tetapi ia yang percaya kepada Yehuwa akan dilindungi.” (Amsal 29:25) Jika Anda berhenti mempelajari Kitab Suci demi menyenangkan orang lain, apakah hal itu akan menyenangkan Allah? Tentu saja tidak! Sebaliknya, kalau kita memperlihatkan iman yang sejati, Allah akan menolong kita. ”Kita bukan jenis yang undur sehingga binasa, melainkan jenis yang memiliki iman sehingga jiwa terpelihara hidup.”—Ibrani 10:39.
Ingatlah pengalaman Dumas, yang diceritakan sebelumnya. Pada mulanya, istrinya mengejek dia karena imannya. Namun, belakangan istrinya ikut mempelajari Firman Allah. Demikian juga, apabila Anda terus melakukan apa yang benar, Anda bisa membantu teman dan orang yang Anda kasihi untuk mengikuti tindakan Anda. Banyak contoh memperlihatkan bahwa anggota keluarga yang tadinya menentang telah ’dimenangkan tanpa perkataan melalui . . . tingkah laku yang murni’ dan ”respek yang dalam” dari orang yang mempunyai iman yang sejati.—1 Petrus 3:1, 2.
Setan juga berupaya membuat orang-orang berpikir bahwa mereka terlalu sibuk untuk bisa mempelajari Kitab Suci. Sehubungan dengan Anda, ia ingin agar tekanan hidup—masalah pribadi dan kekhawatiran akan uang—”mencekik firman itu” sehingga iman Anda ”tidak berbuah”. (Markus 4:19) Tolaklah pandangan yang sempit tersebut! Kitab Suci berkata, ”Ini berarti kehidupan abadi, bahwa mereka terus memperoleh pengetahuan mengenai dirimu, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenai pribadi yang engkau utus, Yesus Kristus.” (Yohanes 17:3) Ya, terus belajar lebih banyak tentang Allah dan Yesus, sang Mesias, mutlak perlu untuk memperoleh kehidupan abadi di Firdaus!
Berdoalah meminta pertolongan Allah
Perhatikanlah Musa yang tadinya adalah anggota keluarga kerajaan Mesir. Ia bisa saja mengejar kekayaan, ketenaran, dan kuasa. Namun, Musa memilih ”untuk diperlakukan dengan kejam bersama umat Allah sebaliknya daripada mendapatkan kenikmatan sementara dari dosa”. Mengapa? ”Ia tetap kokoh seperti melihat Pribadi yang tidak kelihatan.” (Ibrani 11:24, 25, 27) Ya, Musa mempunyai iman yang kuat kepada Allah. Ia lebih mendahulukan kepentingan Allah daripada mengejar cita-cita yang mementingkan diri, dan Allah memberkatinya dengan limpah. Jika Anda meniru dia, Allah akan memberkati Anda juga.
Setan mungkin mencoba memangsa Anda dengan beragam cara. Tetapi, Anda tidak perlu menjadi korbannya. Firman Allah mendesak kita, ”Lawanlah Iblis, dan ia akan lari darimu.” (Yakobus 4:7) Bagaimana Anda dapat melawannya?
Teruslah pelajari Kitab Suci. Bacalah Firman Allah setiap hari. Pelajari ajarannya. Terapkan nasihatnya. Dengan melakukan hal itu, Anda akan ’mengambil seluruh perlengkapan senjata dari Allah’, yang dapat Anda gunakan untuk melawan serangan Setan.—Efesus 6:13.
Bergaullah dengan orang yang mempunyai iman yang sejati. Carilah orang-orang yang membaca, mempelajari, dan menerapkan Kitab Suci. Mereka ”memperhatikan satu sama lain untuk menggerakkan kepada kasih dan perbuatan yang baik, . . . saling menganjurkan”. Mereka akan membantu menguatkan iman Anda.—Ibrani 10:24, 25.
Bergaullah dengan orang yang beriman
Mendekatlah kepada Yehuwa. Berdoalah meminta pertolongan Allah, dan percayalah kepada-Nya. Ingatlah selalu, Allah ingin menolong Anda. ’Lemparkan semua kekhawatiranmu kepada Allah, karena ia memperhatikan kamu.’ (1 Petrus 5:6, 7) ”Allah itu setia, dan ia tidak akan membiarkan kamu digoda melampaui apa yang dapat kamu tanggung, tetapi sewaktu ada godaan itu ia juga akan memberikan jalan keluar agar kamu sanggup menahannya.”—1 Korintus 10:13.
Setan menantang Allah dengan mengatakan bahwa tidak seorang pun akan terus melayani Dia jika harus mengalami penderitaan. Tetapi, Anda mempunyai kesempatan untuk membuktikan bahwa Setan adalah pendusta! ”Hendaklah berhikmat,” kata Allah, ”dan buatlah hatiku bersukacita, agar aku dapat memberikan jawaban kepada dia yang mencela aku.” (Amsal 27:11) Ya, bertekadlah untuk memperlihatkan bahwa Anda memiliki iman yang sejati!
-
-
Iman yang Sejati Mendatangkan Kebahagiaan AbadiApa Kunci Kehidupan yang Bahagia?
-
-
BAGIAN 13
Iman yang Sejati Mendatangkan Kebahagiaan Abadi
”ORANG yang adil benar—karena iman dia akan hidup,” kata Kitab Suci. (Roma 1:17) Kata-kata ini berisi janji yang menakjubkan bagi Anda juga. Dalam hal apa?
Setelah menyelesaikan tugasnya di bumi, Yesus, sang Mesias, naik ke surga untuk tinggal bersama Allah. Sementara murid-muridnya memandang, ”ia terangkat dan awan menutupinya dari penglihatan mereka”. (Kisah 1:9) Di surga, Allah melantiknya sebagai Raja surgawi yang perkasa. Tidak lama lagi, Yesus, ”Putra manusia”, akan tiba ”dalam kemuliaannya, dan semua malaikat bersamanya, ketika itu ia akan duduk di takhtanya yang mulia. Dan semua bangsa akan dikumpulkan di hadapannya, dan ia akan memisahkan orang, yang satu dari yang lain, sama seperti seorang gembala memisahkan domba dari kambing”. (Matius 25:31, 32) Kapan hal ini akan terjadi?
Kitab Suci menubuatkan akan datangnya masa kesusahan sedunia yang menjadi tanda bahwa sebentar lagi sang Mesias akan menghakimi bangsa-bangsa. Yesus menjelaskan apa yang akan tercakup dalam tanda itu, ”Bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan; dan akan ada gempa bumi yang hebat, dan di berbagai tempat akan ada sampar dan kekurangan makanan; dan akan ada pemandangan yang menakutkan.”—Lukas 21:7, 10, 11.
Problem-problem dewasa ini menunjukkan bahwa Mesias akan segera menghakimi bangsa-bangsa
Dewasa ini, kita dapat melihat dengan jelas digenapinya kata-kata Yesus. Tidak lama lagi, Yesus akan datang untuk membinasakan orang jahat. Akhirnya, Setan sendiri akan dibinasakan! Bumi akan menjadi firdaus sedunia. Semua orang akan hidup damai bahkan dengan binatang. ”Serigala akan berdiam sebentar dengan anak domba jantan, dan macan tutul akan berbaring dengan anak kambing, dan anak lembu dan singa muda yang bersurai dan binatang yang gemuk, semua bersama-sama; dan seorang anak kecil akan menjadi pemimpinnya. Mereka tidak akan melakukan apa pun yang membawa celaka atau menimbulkan kerusakan.” (Yesaya 11:6, 9) ”Tidak ada penghuni yang akan mengatakan, ’Aku sakit.’ . . . Pada waktu itu, mata orang buta akan terbuka, dan telinga orang tuli akan dibuka penyumbatnya.” (Yesaya 33:24; 35:5) Bahkan orang mati akan dibangkitkan. ”Yehuwa pasti akan menghapus air mata dari semua muka”, dan ”kematian tidak akan ada lagi, juga tidak akan ada lagi perkabungan atau jeritan atau rasa sakit”. (Yesaya 25:8; Penyingkapan 21:4) Maka, terwujudlah maksud-tujuan Allah yang semula. Sungguh menakjubkan harapan ini!
Teruslah Kuatkan Iman Anda
Orang macam apa yang akan Allah beri pahala kehidupan di Firdaus? Orang yang mempunyai iman—iman yang sejati!
Ingatlah bahwa iman yang sejati didasarkan atas pengetahuan yang saksama akan Firman Allah. Oleh karena itu, teruslah berupaya untuk lebih mengenal Allah dan Yesus!
Iman yang sejati didukung oleh perbuatan-perbuatan yang adil benar. Firman Allah menyatakan, ”Iman tanpa perbuatan adalah mati.” (Yakobus 2:26) Dengan melakukan perbuatan baik itu, Anda akan mencerminkan sifat-sifat Allah yang mengagumkan—kuasa, keadilan, hikmat, dan kasih. Teruslah berupaya keras memperkembangkan sifat-sifat yang saleh ini!
Orang yang beriman akan menikmati Firdaus selama-lamanya!
Dengan memupuk iman yang sejati, Anda akan mendapat pahala yang limpah. Ya, itulah kunci menuju kehidupan yang bahagia—sekarang dan terus sampai ke masa depan yang abadi!
-