-
Tirulah Iman MusaMenara Pengawal—2014 | 15 April
-
-
Tirulah Iman Musa
”Karena beriman, setelah dewasa Musa menolak untuk disebut sebagai putra dari putri Firaun.”—IBR. 11:24.
1, 2. (a) Keputusan apa yang Musa buat sewaktu berusia 40 tahun? (Lihat gambar di atas.) (b) Mengapa Musa memilih untuk menderita bersama orang Israel?
MUSA tahu masa depan apa yang bisa ia dapatkan di Mesir. Ia melihat banyak rumah mewah di sekitarnya. Ia diangkat menjadi anak oleh keluarga raja. Ia ”diajar tentang segala hikmat orang Mesir”, mungkin termasuk kebudayaan, astronomi, matematika, dan ilmu lainnya. (Kis. 7:22) Ia bisa dengan mudah mendapat uang, kuasa, dan fasilitas yang tak akan pernah bisa diperoleh orang Mesir biasa.
2 Meskipun begitu, sewaktu berusia 40 tahun ia membuat keputusan yang pasti sangat tidak masuk akal bagi Firaun dan keluarganya. Ia memilih untuk meninggalkan semua itu. Apakah ia ingin hidup sebagai orang Mesir biasa? Itu pun tidak! Ia memilih untuk menderita bersama para budak. Mengapa? Karena Musa punya iman. (Baca Ibrani 11:24-26.) Musa seolah-olah bisa melihat Yehuwa. Ia beriman akan ”Pribadi yang tidak kelihatan” dan penggenapan janji Allah.—Ibr. 11:27.
3. Tiga pertanyaan apa yang akan dijawab dalam artikel ini?
3 Seperti Musa, kita perlu punya mata iman agar bisa melihat hal yang lebih berharga daripada tawaran dunia ini dan melihat Yehuwa. Kita harus menjadi ”jenis yang memiliki iman”. (Ibr. 10:38, 39) Agar iman kita lebih kuat, mari kita bahas apa yang disebutkan tentang Musa di Ibrani 11:24-26. Sambil membahas itu, cobalah jawab tiga pertanyaan ini: Bagaimana iman menggerakkan Musa untuk menolak keinginan daging? Sewaktu ditentang, bagaimana dia bisa tetap menghargai hak istimewa melayani Yehuwa? Dan, mengapa Musa ”menatap upah yang akan diberikan”?
IA MENOLAK KEINGINAN DAGING
4. Apa yang Musa sadari tentang ’kenikmatan dosa’?
4 Dengan mata iman, Musa bisa menyadari bahwa ’kenikmatan dosa’ itu hanya sementara. Orang di sekitarnya mungkin tidak berpendapat demikian. Mengapa? Karena mereka melihat Mesir, yang sarat dengan berhala dan spiritisme, berkembang menjadi kuasa dunia, sementara umat Yehuwa menderita sebagai budak. Tapi, Musa tahu bahwa Allah bisa mengubah keadaan. Meskipun orang-orang yang memuaskan hasrat mereka tampaknya sejahtera, Musa beriman bahwa orang jahat akan dibinasakan. Maka, ia tidak tergoda untuk mencicipi ”kenikmatan sementara dari dosa”.
5. Bagaimana kita bisa menolak ”kenikmatan sementara dari dosa”?
5 Bagaimana Saudara bisa menolak ”kenikmatan sementara dari dosa”? Jangan lupa bahwa kesenangan yang diperoleh dengan berbuat dosa itu hanya berumur pendek. Dengan mata iman, Saudara bisa melihat bahwa ”dunia ini sedang berlalu, demikian pula keinginannya”. (1 Yoh. 2:15-17) Renungkan apa yang akan terjadi atas pedosa yang tidak bertobat. Mereka berada ”di tanah yang licin” dan akan mengalami kesudahan yang mengerikan! (Mz. 73:18, 19) Sewaktu Saudara tergoda untuk berbuat dosa, pikirkanlah, ’Masa depan apa yang ingin saya miliki?’
6. (a) Mengapa Musa menolak ”untuk disebut sebagai putra dari putri Firaun”? (b) Menurut Saudara, mengapa keputusan Musa itu tepat?
6 Iman Musa juga memengaruhi pilihan kariernya. ”Karena beriman, setelah dewasa Musa menolak untuk disebut sebagai putra dari putri Firaun.” (Ibr. 11:24) Musa tidak berpikir bahwa ia bisa punya kedudukan penting di kerajaan lalu melayani Allah dengan menggunakan uang dan kekuasaannya untuk membantu sesama orang Israel. Musa sangat mengasihi Yehuwa, sehingga ia bertekad untuk melayani-Nya dengan segenap hati, jiwa, dan tenaganya. (Ul. 6:5) Musa membuat keputusan yang tepat, karena akhirnya bangsa Israel mengambil banyak harta Mesir. (Kel. 12:35, 36) Firaun dipermalukan dan akhirnya ditenggelamkan. (Mz. 136:15) Tapi, bagaimana dengan Musa? Ia digunakan oleh Allah untuk membawa seluruh bangsa Israel ke tempat yang aman. Hidupnya benar-benar sukses.
7. (a) Menurut Matius 6:19-21, mengapa kita harus membuat rencana untuk masa depan yang kekal? (b) Ceritakan pengalaman yang menunjukkan perbedaan antara merencanakan masa depan yang sementara dan yang kekal.
7 Kalau kamu hamba Yehuwa yang masih muda, bagaimana imanmu bisa berperan dalam memilih karier? Buatlah rencana untuk masa depan. Berimanlah akan janji Allah dan ”timbunlah”, atau buatlah rencana, untuk masa depan yang kekal, bukan yang sementara. (Baca Matius 6:19-21.) Itulah yang harus diputuskan Sophie, seorang penari balet yang berbakat. Ia mendapat banyak tawaran beasiswa dan karier yang menggiurkan sebagai balerina profesional di Amerika Serikat. Ia mengatakan bahwa menjadi idola itu memang menyenangkan. Ia bahkan mengaku bahwa ia merasa lebih unggul daripada penari lainnya. Tapi ia tidak bahagia. Lalu, Sophie menonton video Kaum Muda Bertanya—Apa yang Akan Kukejar dalam Hidupku? Ia berkata, ”Saya sadar bahwa dunia ini telah membuat saya sukses dan diidolakan banyak orang, tapi saya harus menukarnya dengan ibadat sepenuh hati kepada Yehuwa.” Jadi, ia berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Yehuwa lalu meninggalkan karier baletnya. Apa yang ia rasakan sekarang? ”Saya tidak merindukan kehidupan saya dulu. Sekarang, saya benar-benar bahagia. Saya merintis bersama suami saya. Kami tidak terkenal, dan hidup kami pas-pasan. Tapi, kami punya Yehuwa, banyak studi, dan cita-cita rohani. Saya tidak menyesal sama sekali.”
8. Nasihat Alkitab mana yang bisa membantu anak muda memilih karier dalam hidupnya?
8 Yehuwa tahu yang terbaik buat kamu. Musa berkata, ”Apakah yang diminta Yehuwa, Allahmu, darimu selain dari takut akan Yehuwa, Allahmu, agar kamu berjalan di segala jalannya dan mengasihi dia dan melayani Yehuwa, Allahmu, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu; menjalankan perintah Yehuwa dan ketetapannya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, demi kebaikanmu?” (Ul. 10:12, 13) Selagi masih muda, pilihlah karier yang tidak akan menghalangimu untuk melayani dan mengasihi Yehuwa ”dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu”. Yakinlah bahwa pilihan seperti itu adalah ”demi kebaikanmu” sendiri.
IA MENGHARGAI HAK ISTIMEWA DINASNYA
9. Jelaskan mengapa Musa mungkin merasa sulit melaksanakan tugasnya.
9 Musa ”menganggap celaan karena menjadi Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar daripada harta Mesir”. (Ibr. 11:26) Dalam ayat ini, Musa disebut sebagai ”Kristus”, atau ”Pribadi Terurap”. Ini berarti ia dipilih Yehuwa untuk membawa orang Israel keluar dari Mesir. Musa tahu bahwa itu tidak mudah. Ia bahkan akan menghadapi ”celaan”, atau tentangan. Sebelumnya, seorang Israel pernah mencelanya, ”Siapa yang mengangkat engkau sebagai pemimpin dan hakim atas kami?” (Kel. 2:13, 14) Belakangan, Musa bertanya kepada Yehuwa, ”Bagaimana mungkin Firaun akan mendengarkan aku?” (Kel. 6:12) Untuk mempersiapkan diri menghadapi tentangan, Musa mengungkapkan rasa takut dan kekhawatirannya dalam doa kepada Yehuwa. Bagaimana Yehuwa membantu Musa agar berhasil melakukan tugasnya yang sulit?
10. Bantuan apa yang Yehuwa berikan kepada Musa agar bisa melakukan tugasnya?
10 Pertama, Yehuwa berjanji kepada Musa, ”Aku akan menyertai engkau.” (Kel. 3:12) Kedua, Yehuwa memberinya harapan dan keberanian dengan menjelaskan satu aspek dari arti nama-Nya, ”Aku akan menjadi apa pun yang Aku inginkan.”a (Kel. 3:14) Ketiga, Ia memberi Musa kuasa untuk melakukan mukjizat, dan ini menjadi bukti bahwa Musa memang diutus Allah. (Kel. 4:2-5) Keempat, Yehuwa memilih Harun untuk menjadi juru bicara Musa dan membantu dia melaksanakan tugasnya. (Kel. 4:14-16) Musa sangat yakin bahwa Allah selalu membantu hamba-hamba-Nya melakukan tugas apa pun yang Ia berikan. Karena itu, menjelang kematiannya ia bisa memberi tahu Yosua, ”Yehuwa adalah pribadi yang berjalan di depanmu. Ia akan terus menyertai engkau. Ia tidak akan membiarkan engkau ataupun meninggalkan engkau. Jangan takut atau gentar.”—Ul. 31:8.
11. Mengapa Musa menghargai tugasnya?
11 Musa mendapat dukungan Yehuwa sehingga ia sangat menghargai tugasnya yang sulit, bahkan lebih daripada ”harta Mesir”. Tak ada yang lebih memuaskan daripada melayani Allah Yang Mahakuasa. Apa artinya menjadi pangeran di Mesir dibandingkan dengan menjadi orang pilihan Yehuwa untuk memimpin bangsa Israel? Musa diberkati karena memiliki sikap yang benar. Ia menikmati hubungan akrab dengan Yehuwa, Pribadi yang memberinya kuasa yang besar untuk memimpin bangsa Israel ke Tanah Perjanjian.—Ul. 34:10-12.
12. Hak istimewa apa yang Yehuwa berikan kepada kita?
12 Kita juga punya tugas. Yehuwa menugasi kita ”suatu pelayanan”, seperti Ia menugasi rasul Paulus dan yang lainnya. (Baca 1 Timotius 1:12-14.) Kita semua mendapat hak istimewa memberitakan kabar baik. (Mat. 24:14; 28:19, 20) Ada yang melayani sebagai penginjil sepenuh waktu. Saudara-saudara terbaptis yang matang melayani orang lain di sidang sebagai hamba pelayanan dan penatua. Namun, keluarga Saudara yang tidak seiman atau orang lain mungkin tidak menghargai pentingnya hak istimewa yang Saudara miliki. Mereka mungkin mengkritik Saudara karena pengorbanan yang Saudara buat untuk Yehuwa. (Mat. 10:34-37) Jika itu membuat Saudara kecil hati, Saudara bisa saja mulai berpikir bahwa pengorbanan Saudara sia-sia atau bahwa Saudara tidak sanggup memenuhi tugas Saudara. Bagaimana iman bisa membantu Saudara bertekun dalam situasi demikian?
13. Bagaimana Yehuwa membantu kita untuk melakukan tugas yang Ia berikan kepada kita?
13 Mintalah dukungan Yehuwa, dan berimanlah bahwa Ia akan membantu Saudara. Ungkapkan rasa takut dan kekhawatiran Saudara kepada-Nya. Lagi pula, Yehuwa-lah yang memberi Saudara tugas ini. Maka, Saudara bisa yakin bahwa Ia akan membantu Saudara agar berhasil. Bagaimana? Dengan cara yang sama seperti Ia membantu Musa. Pertama, Yehuwa berjanji, ”Aku akan membentengi engkau. Aku benar-benar akan menolongmu. Aku benar-benar akan terus memegangmu erat-erat dengan tangan kanan keadilbenaranku.” (Yes. 41:10) Kedua, Ia mengingatkan Saudara bahwa Saudara bisa memercayai janji-Nya, ”Aku telah mengatakannya; aku juga akan mewujudkannya. Aku telah membentuknya, aku juga akan melakukannya.” (Yes. 46:11) Ketiga, Yehuwa memberi Saudara ”kuasa yang melampaui apa yang normal” agar berhasil melakukan tugas Saudara. (2 Kor. 4:7) Keempat, agar Saudara bisa bertekun dalam tugas Saudara, Bapak kita yang pengasih mendukung Saudara melalui persaudaraan sedunia yang terdiri dari penyembah Yehuwa yang sejati. Mereka ’terus menghibur satu sama lain dan membina satu sama lain’. (1 Tes. 5:11) Sewaktu Yehuwa memberikan apa yang Saudara butuhkan agar berhasil melakukan tugas Saudara, iman Saudara kepada-Nya akan semakin kuat. Sebagai hasilnya, Saudara akan lebih menghargai tugas Saudara dibanding dengan apa pun yang ditawarkan dunia ini.
”IA MENATAP UPAH YANG AKAN DIBERIKAN”
14. Mengapa Musa yakin bahwa ia akan mendapat upah?
14 Musa ”menatap upah yang akan diberikan”. (Ibr. 11:26) Musa selalu mempertimbangkan masa depannya sewaktu mengambil keputusan, meskipun apa yang ia ketahui tentang masa depannya itu terbatas. Seperti Abraham leluhurnya, Musa yakin bahwa Yehuwa bisa membangkitkan orang mati. (Luk. 20:37, 38; Ibr. 11:17-19) Karena yakin akan janji Allah, ia tidak merasa telah menyia-nyiakan kehidupannya ketika menjadi pelarian selama 40 tahun dan belakangan mengembara di padang belantara selama 40 tahun. Meskipun tidak tahu pasti bagaimana Yehuwa akan menepati semua janji-Nya, ia sangat beriman kepada Yehuwa, sehingga Musa seolah-olah bisa melihat upahnya di masa depan.
15, 16. (a) Mengapa kita harus berfokus pada upah kita? (b) Berkat apa yang Saudara nanti-nantikan di bawah Kerajaan Allah?
15 Apakah Saudara ”menatap upah yang akan diberikan” kepada Saudara? Seperti Musa, kita masih belum tahu pasti bagaimana janji Allah akan tergenap. Misalnya, kita ”tidak tahu kapan waktu yang ditetapkan” untuk kesengsaraan besar. (Mrk. 13:32, 33) Meski kita tidak tahu setiap perincian, kita tahu jauh lebih banyak tentang Firdaus di masa depan daripada Musa. Yehuwa telah memberi kita cukup banyak janji tentang kehidupan di masa depan di bawah Kerajaan-Nya. Jadi, kita bisa ”menatap upah” itu, atau punya gambaran yang jelas tentang dunia baru. Dengan begitu, kita akan tergerak untuk mencari dulu Kerajaan. Mengapa? Pikirkan ini: Apakah Saudara akan membeli sebuah rumah jika Saudara hanya tahu sedikit tentang rumah itu? Tentu saja tidak! Sama halnya, kita tidak akan menggunakan kehidupan kita untuk mengejar harapan yang tidak nyata bagi kita. Dengan beriman, kita bisa memiliki gambaran yang jelas tentang kehidupan kita di bawah pemerintahan Kerajaan.
Betapa serunya mengobrol dengan hamba Allah yang setia seperti Musa! (Lihat paragraf 16)
16 Agar bisa mendapat gambaran yang jelas tentang Kerajaan Allah, ’tataplah’, atau bayangkan, kehidupan Saudara di Firdaus kelak. Misalnya, sewaktu Saudara mempelajari tokoh-tokoh Alkitab yang hidup sebelum Yesus, pikirkan apa yang akan Saudara tanyakan kepada mereka sewaktu mereka dibangkitkan. Bayangkan apa yang akan mereka tanyakan kepada Saudara tentang kehidupan Saudara selama hari-hari terakhir. Bayangkan betapa serunya bertemu dengan kerabat yang hidup ratusan tahun lalu dan mengajar mereka tentang apa yang Allah telah lakukan agar mereka bisa dibangkitkan dan hidup abadi. Bayangkan sukacita yang Saudara rasakan sewaktu mempelajari berbagai binatang buas dengan mengamati mereka di bumi yang damai. Renungkan seberapa akrabnya Saudara kelak dengan Yehuwa seraya Saudara secara bertahap menjadi sempurna.
17. Dewasa ini, apa manfaatnya memiliki gambaran yang jelas tentang upah kita di masa depan?
17 Kalau kita punya gambaran yang jelas tentang upah di masa depan, kita bisa bertekun, tetap bersukacita, dan membuat keputusan yang baik. Paulus menulis kepada orang Kristen terurap, ”Jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita akan tetap menunggunya dengan ketekunan.” (Rm. 8:25) Ini tidak hanya berlaku bagi kaum terurap, tapi juga bagi semua orang Kristen yang memiliki harapan hidup abadi. Karena iman kita sangat kuat, kita terus dengan sabar menantikan ”upah yang akan diberikan”. Seperti Musa, kita tidak merasa bahwa tahun-tahun yang kita gunakan untuk melayani Yehuwa itu sia-sia. Sebaliknya, kita yakin bahwa ”perkara-perkara yang kelihatan adalah sementara, tetapi perkara-perkara yang tidak kelihatan adalah abadi”.—Baca 2 Korintus 4:16-18.
18, 19. (a) Mengapa kita harus berjuang untuk menjaga iman kita tetap kuat? (b) Apa yang akan kita bahas di artikel berikutnya?
18 Karena beriman, kita bisa melihat ”kenyataan-kenyataan walaupun tidak kelihatan”. (Ibr. 11:1) Manusia jasmani tidak memiliki mata iman, jadi ia tidak memahami betapa pentingnya melayani Yehuwa. Baginya, hak istimewa ini adalah ”kebodohan”. (1 Kor. 2:14) Kita berharap untuk hidup abadi dan menyaksikan kebangkitan, yang benar-benar tak terbayangkan bagi banyak orang di dunia ini. Seperti beberapa pria di zaman Paulus yang menyebut dia sebagai ”peleter” yang tidak tahu apa-apa, kebanyakan orang dewasa ini menganggap harapan yang kita beritakan itu omong kosong belaka.—Kis. 17:18.
19 Karena kita dikelilingi banyak orang yang tidak beriman, kita harus berjuang untuk menjaga iman kita tetap kuat. Mintalah bantuan Yehuwa agar iman Saudara tidak ”gugur”. (Luk. 22:32) Seperti Musa, teruslah ingat akibat dari dosa, hak istimewa melayani Yehuwa, dan harapan hidup abadi. Apakah hanya itu yang bisa kita pelajari dari teladan Musa? Tidak. Di artikel berikutnya, kita akan membahas bagaimana iman membantu Musa melihat ”Pribadi yang tidak kelihatan”.—Ibr. 11:27.
a Sewaktu menjelaskan kata-kata di Keluaran 3:14, seorang pakar Alkitab mengatakan bahwa tidak ada yang bisa menghentikan Yehuwa untuk melakukan kehendak-Nya. Ia menulis, ”Nama ini [Yehuwa] akan menjadi benteng orang Israel.” Itu akan menjadi sumber harapan dan penghiburan yang mereka butuhkan.
-
-
Apakah Saudara Melihat ”Pribadi yang Tidak Kelihatan”?Menara Pengawal—2014 | 15 April
-
-
Apakah Saudara Melihat ”Pribadi yang Tidak Kelihatan”?
Ia tetap kokoh seperti melihat Pribadi yang tidak kelihatan.”—IBR. 11:27.
1, 2. (a) Jelaskan mengapa Musa tampaknya berada dalam bahaya. (Lihat gambar di atas.) (b) Mengapa Musa tidak takut akan kemarahan raja?
FIRAUN adalah raja yang sangat besar kekuasaannya, dan ia dianggap dewa oleh orang Mesir. Buku When Egypt Ruled the East berkata bahwa bagi orang Mesir, Firaun lebih unggul dalam hal ”hikmat dan kekuasaan” daripada siapa pun di bumi. Agar orang Mesir takut kepadanya, ia memakai mahkota dengan hiasan ular kobra yang siap menyerang. Itu menjadi pengingat bahwa musuh-musuh raja akan langsung dibinasakan. Jadi, bayangkan perasaan Musa ketika Yehuwa berkata kepadanya, ”Aku akan mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umatku, putra-putra Israel, keluar dari Mesir.”—Kel. 3:10.
2 Musa pergi ke Mesir dan menyampaikan pesan Allah kepada Firaun. Ini membuat Firaun murka. Setelah Mesir dihukum dengan sembilan tulah, Firaun sangat marah sehingga ia mengancam Musa, ”Jangan mencoba melihat mukaku lagi, karena pada hari engkau melihat mukaku engkau akan mati.” (Kel. 10:28) Musa pun pergi dari hadapan Firaun, tapi sebelumnya, ia menubuatkan bahwa putra sulung raja akan mati. (Kel. 11:4-8) Lalu, Musa menyuruh setiap keluarga Israel menyembelih seekor kambing atau domba jantan, binatang yang suci bagi dewa Mesir Ra, dan memercikkan darahnya pada ambang pintu rumah mereka. (Kel. 12:5-7) Bagaimana reaksi Firaun? Apa pun reaksinya, Musa tidak takut. Mengapa? Ia beriman dan menaati Yehuwa, tidak ”takut akan kemarahan raja, sebab ia tetap kokoh seperti melihat Pribadi yang tidak kelihatan”.—Baca Ibrani 11:27, 28.
3. Pertanyaan apa saja yang akan kita bahas tentang iman Musa kepada ”Pribadi yang tidak kelihatan”?
3 Apakah iman Saudara begitu kuat sehingga Saudara seolah-olah bisa ”melihat Allah”? (Mat. 5:8) Untuk memperkuat iman kita agar bisa melihat ”Pribadi yang tidak kelihatan”, kita akan membahas teladan Musa. Bagaimana iman kepada Yehuwa membuat Musa tidak takut akan manusia? Bagaimana ia menunjukkan bahwa ia benar-benar memercayai janji Allah? Dan, dengan melihat ”Pribadi yang tidak kelihatan”, bagaimana Musa bisa dikuatkan sewaktu ia dan bangsanya berada dalam bahaya?
IA TIDAK TAKUT AKAN ”KEMARAHAN RAJA”
4. Apa yang mungkin dipikirkan orang yang tidak beriman tentang Musa yang harus menemui Firaun?
4 Bagi orang yang tidak beriman, Musa tampaknya tidak akan mampu menghadapi Firaun yang perkasa. Kehidupan dan masa depan Musa ada di tangan Firaun. Bahkan Musa sendiri bertanya kepada Yehuwa, ”Siapakah aku sehingga aku harus pergi kepada Firaun dan membawa putra-putra Israel keluar dari Mesir?” (Kel. 3:11) Sekitar 40 tahun sebelumnya, Musa melarikan diri dari Mesir. Ia mungkin berpikir, ’Apakah bijaksana kalau aku kembali ke Mesir? Raja pasti murka.’
5, 6. Apa yang membantu Musa untuk takut kepada Yehuwa, bukan kepada Firaun?
5 Allah mengajarkan prinsip yang penting kepada Musa sebelum ia kembali ke Mesir. Musa belakangan menulis tentang itu di buku Ayub, ”Takut akan Yehuwa—itulah hikmat.” (Ayb. 28:28) Agar Musa belajar takut akan Yehuwa dan bertindak dengan bijaksana, Yehuwa membandingkan manusia dengan diri-Nya sendiri, Allah Yang Mahakuasa. Ia bertanya, ”Siapa yang memberikan mulut kepada manusia atau yang membuat orang bisu atau orang tuli atau orang berpenglihatan terang atau orang buta? Bukankah aku, Yehuwa?”—Kel. 4:11.
6 Apa pelajarannya? Musa diutus oleh Allah, jadi ia tidak perlu takut. Allah akan memberi Musa kuasa untuk menyampaikan pesan Allah kepada Firaun. Dan, ini bukan pertama kalinya hamba-hamba Allah berada dalam bahaya di Mesir. Mungkin Musa ingat bagaimana Yehuwa melindungi Abraham, Yusuf, dan bahkan dirinya sendiri dari Firaun-Firaun sebelumnya. Firaun tidak berdaya menghadapi Yehuwa. (Kej. 12:17-19; 41:14, 39-41; Kel. 1:22–2:10) Karena Musa melihat ”Pribadi yang tidak kelihatan”, ia dengan berani menemui Firaun dan memberitahunya semua pesan Yehuwa.
7. Ceritakan pengalaman seorang saudari yang beriman kepada Yehuwa.
7 Karena beriman kepada Yehuwa, seorang saudari bernama Ella tidak menyerah pada rasa takut akan manusia. Pada tahun 1949, ia ditangkap di Estonia oleh KGB. Mereka melucuti semua pakaiannya, dan para polisi muda memandangi dia dengan tidak senonoh. ”Saya merasa terhina,” katanya. ”Tapi, setelah berdoa kepada Yehuwa, hati saya menjadi damai dan tenang.” Lalu, Ella disekap sendirian di sel yang kecil dan gelap selama tiga hari. Ia berkata, ”Para polisi berseru, ’Kami akan buat nama Yehuwa tidak diingat lagi di Estonia! Kamu akan dibawa ke kamp, dan yang lain ke Siberia!’ Mereka mengejek, ’Di mana Yehuwa-mu?’” Apakah Ella akan takut kepada manusia atau percaya kepada Yehuwa? Sewaktu diinterogasi, ia tidak takut untuk berkata, ”Saya sudah pikirkan ini masak-masak. Lebih baik saya tinggal di penjara dan tetap bersahabat dengan Allah daripada hidup bebas tapi tidak diperkenan lagi oleh-Nya.” Bagi Ella, Yehuwa itu sangat nyata, sama nyatanya seperti para pria di hadapannya. Ia terus loyal kepada Yehuwa karena ia beriman kepada-Nya.
8, 9. (a) Bagaimana Saudara bisa mengatasi rasa takut akan manusia? (b) Jika Saudara ingin menyerah pada rasa takut akan manusia, apa yang hendaknya Saudara ingat?
8 Jika Saudara beriman kepada Yehuwa, Saudara bisa mengatasi rasa takut. Kalau kalangan berwenang mencoba membuat Saudara berhenti beribadat, mungkin tampaknya kehidupan dan masa depan Saudara ada di tangan mereka. Saudara mungkin bertanya-tanya, ’Apakah bijaksana kalau saya terus melayani Yehuwa dan membuat kalangan berwenang marah?’ Ingatlah: Dengan beriman kepada Allah, Saudara bisa mengatasi rasa takut akan manusia. (Baca Amsal 29:25.) Yehuwa bertanya, ”Siapakah engkau sehingga engkau harus takut kepada manusia yang berkematian yang akan mati, dan kepada putra manusia yang akan menjadi seperti rumput hijau belaka?”—Yes. 51:12, 13.
9 Ingatlah selalu Bapak kita Yang Mahakuasa. Ia melihat semua orang yang menderita karena diperlakukan dengan tidak adil. Ia berbelaskasihan kepada mereka dan membantu mereka. (Kel. 3:7-10) Meskipun Saudara harus membela iman Saudara di hadapan pejabat yang berpengaruh, Alkitab berkata, ”Jangan menjadi khawatir mengenai bagaimana atau apa yang harus kamu katakan; sebab apa yang harus kamu katakan akan diberikan kepadamu pada jam itu juga.” (Mat. 10:18-20) Para penguasa dan pejabat tidak berdaya di hadapan Yehuwa. Jika Saudara memperkuat iman Saudara sekarang, Saudara bisa melihat Yehuwa sebagai Pribadi yang nyata yang ingin membantu Saudara.
IA BERIMAN AKAN JANJI ALLAH
10. (a) Perintah apa yang Yehuwa berikan kepada bangsa Israel pada bulan Nisan 1513 SM? (b) Mengapa Musa menaati perintah Allah?
10 Pada bulan Nisan 1513 SM, Yehuwa menyuruh Musa dan Harun memberi tahu bangsa Israel untuk mengambil domba jantan atau kambing yang sehat, menyembelihnya, lalu memercikkan darahnya di ambang pintu rumah mereka. (Kel. 12:3-7) Meskipun bangsa Israel belum pernah melakukan itu, rasul Paulus belakangan menulis bahwa Musa beriman dan ”melaksanakan paskah dan memercikkan darah, agar pembinasa itu tidak menyentuh anak-anak sulung mereka”. (Ibr. 11:28) Musa tahu bahwa janji Yehuwa pasti tergenap, dan ia yakin bahwa semua putra sulung di Mesir akan mati.
11. Mengapa Musa memperingatkan orang lain?
11 Putra-putra Musa sendiri tampaknya aman di Midian, jauh dari ”pembinasa”.a (Kel. 18:1-6) Tapi, Musa dengan taat memperingatkan semua keluarga Israel yang putra sulungnya terancam bahaya. Karena mengasihi rekan-rekannya, Musa segera ”memanggil semua tua-tua Israel dan mengatakan kepada mereka, ’Sembelihlah korban paskah’”.—Kel. 12:21.
12. Yehuwa memerintahkan kita untuk menyampaikan berita apa?
12 Dengan bantuan para malaikat, umat Yehuwa dewasa ini menyampaikan berita penting, ”Takutlah akan Allah dan muliakan dia, karena telah tiba jam penghakiman oleh dia, dan karena itu sembahlah Pribadi yang menjadikan langit dan bumi dan laut dan sumber-sumber air.” (Pny. 14:7) Sekaranglah waktunya untuk menyampaikan berita itu. Kita harus memperingatkan sesama kita untuk keluar dari Babilon Besar, atau agama palsu, agar mereka tidak ”menerima bagian dari tulah-tulahnya”. (Pny. 18:4) Orang Kristen terurap, dengan bantuan ”domba-domba lain”, mengimbau orang-orang untuk menjadi sahabat Allah.—Yoh. 10:16; 2 Kor. 5:20.
Jika Saudara beriman pada Yehuwa, Saudara akan semakin bersemangat memberitakan kabar baik (Lihat paragraf 13)
13. Apa yang bisa membuat Saudara semakin bersemangat memberitakan kabar baik?
13 Kita yakin bahwa ”jam penghakiman” telah tiba. Sama seperti Yehuwa, kita menganggap pekerjaan pengabaran itu sangat mendesak. Dalam sebuah penglihatan, rasul Yohanes ”melihat empat malaikat berdiri di keempat penjuru bumi, memegang erat keempat angin bumi”. (Pny. 7:1) Apakah Saudara melihat para malaikat siap melepaskan angin kebinasaan yang mengawali kesengsaraan besar ke atas dunia ini? Kalau Saudara melihatnya dengan mata iman, Saudara akan semakin yakin untuk memberitakan kabar baik.
14. Mengapa kita ingin ’memperingatkan orang fasik dari jalannya yang fasik’?
14 Kita sudah bersahabat dengan Yehuwa dan punya harapan hidup abadi. Tapi, kita juga menyadari bahwa kita punya tanggung jawab untuk ’memperingatkan orang fasik dari jalannya yang fasik agar dia tetap hidup’. (Baca Yehezkiel 3:17-19.) Tentu saja, kita mengabar bukan hanya karena itu. Kita mengabar karena kita mengasihi Yehuwa dan sesama kita. Dalam perumpamaannya tentang orang Samaria, Yesus mengajarkan apa artinya memperlihatkan kasih dan belas kasihan. Kita bisa merenung, ’Apakah saya seperti orang Samaria, atau apakah saya seperti sang imam dan orang Lewi? Apakah saya selalu bersemangat memberikan kesaksian, atau apakah saya mencari-cari alasan agar tidak mengabar?’ (Luk. 10:25-37) Jika kita beriman akan janji Allah dan mengasihi sesama, kita ingin mengerahkan upaya terbaik dalam mengabar sebelum terlambat.
BANGSA ISRAEL ”MELINTASI LAUT MERAH”
15. Mengapa bangsa Israel merasa terjebak?
15 Sewaktu bangsa Israel berada dalam bahaya setelah meninggalkan Mesir, Musa tetap tabah karena beriman kepada ”Pribadi yang tidak kelihatan”. Alkitab berkata, ”Putra-putra Israel melayangkan pandangan mereka dan lihat, orang-orang Mesir sedang mengejar mereka; putra-putra Israel menjadi sangat takut dan mulai berseru kepada Yehuwa.” (Kel. 14:10-12) Seharusnya bangsa Israel tidak perlu kaget. Yehuwa sudah menubuatkan, ”Aku akan membiarkan hati Firaun menjadi keras, dan ia pasti akan mengejar mereka dan aku akan memperoleh kemuliaan bagi diriku melalui Firaun dan seluruh pasukan militernya; dan orang Mesir akan tahu bahwa akulah Yehuwa.” (Kel. 14:4) Meskipun begitu, bangsa Israel tidak beriman. Mereka hanya melihat Laut Merah yang menghalangi jalan mereka, kereta perang Firaun yang mendekat dengan cepat, dan gembala berusia 80 tahun yang memimpin mereka. Mereka merasa terjebak.
16. Bagaimana iman menguatkan Musa di Laut Merah?
16 Musa tidak takut. Dengan mata iman, ia melihat sesuatu yang lebih kuat daripada laut atau bala tentara. Ia bisa melihat ”penyelamatan dari Yehuwa”, dan ia tahu bahwa Yehuwa akan berperang untuk bangsa Israel. (Baca Keluaran 14:13, 14.) Iman Musa membangkitkan semangat umat Allah. Alkitab berkata, ”Karena beriman, mereka melintasi Laut Merah seperti di atas tanah kering, tetapi ketika memberanikan diri untuk melintasinya, orang-orang Mesir ditelan habis.” (Ibr. 11:29) Lalu, ”bangsa itu mulai takut akan Yehuwa dan menaruh iman kepada Yehuwa dan kepada Musa, hambanya”.—Kel. 14:31.
17. Peristiwa apa yang akan menguji iman kita?
17 Tak lama lagi, hidup kita seolah-olah terancam bahaya. Pada waktu Armagedon akan dimulai, pemerintahan-pemerintahan dunia telah membinasakan organisasi-organisasi agama yang jauh lebih besar daripada organisasi kita. (Pny. 17:16) Dalam sebuah nubuat, Yehuwa berkata bahwa kita akan tanpa pertahanan, seperti ’negeri dengan daerah pedusunan yang terbuka, tanpa tembok, palang, dan pintu’. (Yeh. 38:10-12, 14-16) Mereka yang tidak beriman kepada Yehuwa mungkin berpikir bahwa kita tidak akan bisa selamat. Bagaimana reaksi Saudara nanti?
18. Jelaskan mengapa kita bisa tetap kuat selama kesengsaraan besar.
18 Kita tidak perlu takut. Mengapa? Karena Yehuwa telah menubuatkan bahwa umat-Nya akan diserang. Tapi, Ia akan menyelamatkan mereka. ”’Pada hari itu, pada hari Gog datang melawan tanah Israel,’ demikian ucapan Tuan Yang Berdaulat Yehuwa, ’kemurkaanku akan sampai ke hidungku. Dalam gairahku yang berkobar, dalam api kemurkaanku, aku akan berbicara.’” (Yeh. 38:18-23) Allah akan membinasakan semua yang ingin mencelakai umat-Nya. Jika Saudara beriman bahwa Yehuwa akan melindungi Saudara pada ”hari Yehuwa yang hebat dan menakutkan itu”, Saudara bisa melihat ”penyelamatan dari Yehuwa” dan tetap kuat.—Yl. 2:31, 32.
19. (a) Seberapa akrab hubungan Yehuwa dan Musa? (b) Jika Saudara menaati Yehuwa ’dalam segala jalan’ Saudara, apa hasilnya?
19 Persiapkan diri sekarang untuk menghadapi peristiwa-peristiwa seru itu dengan berupaya untuk ”tetap kokoh seperti melihat Pribadi yang tidak kelihatan”! Binalah persahabatan yang lebih akrab dengan Yehuwa. Kita bisa melakukannya dengan belajar dan berdoa secara teratur. Musa bersahabat akrab dengan Yehuwa dan ia digunakan dengan cara yang luar biasa oleh-Nya sehingga Alkitab berkata bahwa Allah mengenal Musa ”muka dengan muka”. (Ul. 34:10) Musa adalah nabi yang hebat. Jika Saudara beriman, Saudara juga bisa menjadi sahabat akrab Yehuwa sehingga seolah-olah Saudara bisa melihat Dia. Jika Saudara menaati-Nya, seperti yang Firman Allah perintahkan, ’ia akan meluruskan jalan-jalan’, atau memberkati dan menuntun, Saudara.—Ams. 3:6.
a Yehuwa tampaknya mengutus para malaikat untuk mengeksekusi putra sulung orang Mesir.—Mz. 78:49-51.
-