-
Apakah Allah Didahulukan dalam Keluarga Saudara?Menara Pengawal—1995 | 1 Oktober
-
-
Apakah Allah Didahulukan dalam Keluarga Saudara?
”Engkau harus mengasihi Yehuwa Allahmu dengan segenap hatimu.”—MARKUS 12:29, 30.
1. Seberapa pentingkah kita harus mengasihi Yehuwa?
”PERINTAH manakah yang pertama dari semua?” tanya seorang penulis kepada Yesus. Sebaliknya daripada memberikan pendapatnya sendiri, Yesus menjawab pertanyaannya dengan mengutip Firman Allah di Ulangan 6:4, 5. Ia menjawab, ”Yang pertama adalah, ’Dengarlah, oh Israel, Yehuwa Allah kita adalah satu Yehuwa, dan engkau harus mengasihi Yehuwa Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap pikiranmu dan dengan segenap kekuatanmu.’”—Markus 12:28-30.
2. (a) Tentangan apa yang harus Yesus hadapi? (b) Apa yang kadang-kadang membuat sulit untuk menyenangkan Yehuwa?
2 Untuk menaati apa yang Yesus sebut perintah yang pertama—perintah yang terpenting—menuntut agar kita senantiasa melakukan apa yang menyenangkan Yehuwa. Yesus berbuat demikian, meskipun pada sekali peristiwa rasul Petrus menentang haluan Yesus, dan pada peristiwa lain, sanak saudara dekatnya melakukan hal yang sama. (Matius 16:21-23; Markus 3:21; Yohanes 8:29) Bagaimana jika saudara mengalami keadaan yang serupa? Misalnya saja anggota-anggota keluarga ingin agar saudara berhenti belajar Alkitab dan tidak bergaul lagi dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Apakah saudara akan mendahulukan Allah dengan melakukan apa yang menyenangkan Dia? Apakah Allah didahulukan, bahkan bila anggota-anggota keluarga mungkin menentang upaya saudara untuk melayani Dia?
Jerat dari Tentangan Keluarga
3. (a) Konsekuensi-konsekuensi apa yang mungkin timbul dari pengajaran Yesus atas keluarga? (b) Bagaimana anggota-anggota keluarga dapat memperlihatkan kepada siapa mereka memiliki kasih sayang yang lebih besar?
3 Yesus tidak mengecilkan kesukaran yang mungkin timbul bila orang-orang menentang anggota keluarga mereka yang menerima pengajarannya. ”Musuh seseorang adalah orang-orang dari rumah tangganya sendiri,” kata Yesus. Namun, meskipun ada konsekuensi yang menyedihkan demikian, Yesus memperlihatkan siapa yang hendaknya didahulukan dengan mengatakan, ”Dia yang memiliki kasih sayang lebih besar bagi bapak atau ibu daripada bagiku tidak layak akan aku; dan dia yang memiliki kasih sayang lebih besar bagi putra atau putri daripada bagiku tidak layak akan aku.” (Matius 10:34-37) Kita mendahulukan Allah Yehuwa dengan mengikuti pengajaran dari Putra-Nya, Yesus Kristus, yang adalah ”gambaran yang tepat dari diri pribadi [Allah]”.—Ibrani 1:3; Yohanes 14:9.
4. (a) Menurut Yesus, apa yang tersangkut dalam menjadi pengikutnya? (b) Dalam arti apa orang-orang Kristen harus membenci anggota-anggota keluarga?
4 Pada suatu peristiwa lain ketika Yesus sedang membahas apa yang sebenarnya tersangkut dalam menjadi pengikutnya yang sejati, ia mengatakan, ”Jika seseorang datang kepadaku dan tidak membenci bapak dan ibu dan istri dan anak-anak dan saudara-saudara lelaki dan saudara-saudara perempuannya, ya, dan bahkan jiwanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridku.” (Lukas 14:26) Jelaslah Yesus tidak memaksudkan bahwa para pengikutnya harus secara harfiah membenci anggota-anggota keluarga mereka, karena ia memerintahkan orang-orang untuk mengasihi bahkan musuh-musuh mereka. (Matius 5:44) Sebaliknya, Yesus di sini memaksudkan bahwa kasih para pengikutnya terhadap anggota keluarga mereka harus kurang daripada kasih mereka terhadap Allah. (Bandingkan Matius 6:24.) Selaras dengan pengertian tersebut, Alkitab mengatakan bahwa Yakub ’membenci’ (NW) Lea dan mencintai Rahel, yang memaksudkan bahwa cintanya kepada Lea tidak sebesar cintanya kepada adiknya, Rahel. (Kejadian 29:30-32) Bahkan ”jiwa”, atau kehidupan, kita sendiri, kata Yesus, hendaknya dibenci, atau kurang dikasihi, dibandingkan kasih kita kepada Yehuwa!
5. Bagaimana Setan dengan licik mengeksploitasi penyelenggaraan keluarga?
5 Sebagai Pencipta dan Pemberi Kehidupan, Yehuwa layak menerima pengabdian yang lengkap dari semua hamba-Nya. (Penyingkapan 4:11) ”Aku bertekuk lutut kepada Bapak,” tulis rasul Paulus, ”yang kepadanya setiap keluarga di surga dan di bumi berutang nama.” (Efesus 3:14, 15) Yehuwa menciptakan penyelenggaraan keluarga dengan cara yang sedemikian menakjubkan sehingga anggota-anggota keluarga memiliki kasih sayang alami terhadap satu sama lain. (1 Raja 3:25, 26; 1 Tesalonika 2:7) Akan tetapi, Setan si Iblis dengan licik mengeksploitasi kasih sayang alami ini dalam keluarga, yang mencakup keinginan untuk menyenangkan orang-orang yang dikasihi. Ia mengobarkan api tentangan keluarga, dan banyak yang mendapati hal ini sebagai suatu tantangan untuk berdiri teguh demi kebenaran Alkitab bila menghadapi hal ini.—Penyingkapan 12:9, 12.
Sukses Menghadapi Tantangan Ini
6, 7. (a) Bagaimana anggota-anggota keluarga dapat dibantu untuk menghargai pentingnya pelajaran Alkitab dan pergaulan Kristen? (b) Bagaimana kita dapat mempertunjukkan bahwa kita benar-benar mengasihi anggota-anggota keluarga kita?
6 Apa yang akan saudara lakukan jika saudara didesak untuk membuat pilihan antara menyenangkan Allah atau menyenangkan anggota keluarga? Apakah saudara berpikir bahwa Allah tidak mengharapkan kita belajar Firman-Nya dan menerapkan prinsip-prinsipnya jika berbuat demikian menimbulkan pertikaian keluarga? Namun, pikirkan hal ini. Jika saudara mengalah dan berhenti belajar Alkitab atau tidak bergaul lagi dengan Saksi-Saksi Yehuwa, bagaimana orang-orang yang dikasihi akan pernah mengerti bahwa pengetahuan yang saksama dari Alkitab adalah soal hidup dan mati?—Yohanes 17:3; 2 Tesalonika 1:6-8.
7 Kita dapat mengilustrasikan keadaannya seperti ini: Barangkali seorang anggota keluarga kecanduan minuman keras. Apakah dengan tidak memedulikan atau memaklumi problemnya akan benar-benar bermanfaat baginya? Apakah sebaiknya menjaga perdamaian dengan mengalah dan tidak berbuat apa-apa mengenai problemnya? Tidak, saudara barangkali setuju bahwa akan lebih baik untuk mencoba membantu dia mengatasi problem kecanduan minumnya, bahkan jika itu berarti tanpa gentar menghadapi amarah dan ancamannya. (Amsal 29:25) Demikian pula, jika saudara mengasihi anggota keluarga saudara dengan sungguh-sungguh, saudara tidak akan mengalah kepada upaya-upaya mereka untuk menghentikan saudara belajar Alkitab. (Kisah 5:29) Hanya dengan mengambil sikap yang teguh saudara dapat membantu mereka menghargai bahwa hidup selaras dengan pengajaran Kristus berarti kehidupan kita.
8. Bagaimana kita mendapat manfaat dari fakta bahwa Yesus dengan setia melakukan kehendak Allah?
8 Mendahulukan Allah mungkin kadang-kadang sangat sulit. Tetapi ingatlah, Setan juga mempersulit Yesus untuk melakukan kehendak Allah. Namun, Yesus tidak pernah menyerah; ia bertekun menanggung bahkan penderitaan yang sangat pada tiang siksaan demi kita. ”Yesus Kristus [adalah] Juru Selamat kita,” kata Alkitab. ”Ia mati bagi kita.” (Titus 3:6; 1 Tesalonika 5:10) Bukankah kita bersyukur bahwa Yesus tidak menyerah kepada tentangan? Karena ia bertekun menanggung kematian sebagai korban, kita memiliki prospek kehidupan abadi dalam suatu dunia baru yang penuh damai yang berisi keadilbenaran dengan mempraktekkan iman akan darahnya yang dicurahkan.—Yohanes 3:16, 36; Penyingkapan 21:3, 4.
Suatu Imbalan yang Limpah Tidak Mustahil
9. (a) Bagaimana orang-orang Kristen dapat ambil bagian dalam menyelamatkan orang-orang lain? (b) Bagaimana keadaan keluarga Timotius?
9 Apakah saudara menyadari bahwa saudara juga dapat berpartisipasi dalam menyelamatkan orang-orang lain, termasuk sanak saudara yang sangat dikasihi? Rasul Paulus mendesak Timotius, ”Tetaplah pada hal-hal ini [yang diajarkan kepadamu], karena dengan melakukan ini engkau akan menyelamatkan dirimu dan juga mereka yang mendengarkan engkau.” (1 Timotius 4:16) Timotius hidup dalam rumah tangga yang terbagi, ayahnya seorang Yunani yang tidak percaya. (Kisah 16:1; 2 Timotius 1:5; 3:14) Meskipun kita tidak mengetahui apakah ayah Timotius akhirnya menjadi seorang yang percaya, kemungkinan tersebut diperbesar oleh karena tingkah laku yang setia dari istrinya, Eunike dan dari Timotius.
10. Apa yang orang-orang Kristen dapat lakukan demi teman hidup mereka yang tidak seiman?
10 Alkitab menyingkapkan bahwa para suami dan istri yang dengan kukuh menjunjung kebenaran Alkitab dapat menyumbang kepada diselamatkannya teman hidup mereka yang bukan Kristen dengan membantu mereka menjadi orang yang percaya. Rasul Paulus menulis, ”Jika seorang saudara mempunyai istri yang tidak percaya, namun wanita itu setuju tinggal bersamanya, janganlah ia meninggalkan dia; dan seorang wanita yang mempunyai suami yang tidak percaya, namun pria itu setuju tinggal bersamanya, janganlah ia meninggalkan suaminya. Karena, istri, bagaimana engkau tahu bahwa mungkin engkau akan menyelamatkan suamimu? Atau, suami, bagaimana engkau tahu bahwa mungkin engkau akan menyelamatkan istrimu?” (1 Korintus 7:12, 13, 16) Rasul Petrus menggambarkan bagaimana para istri, sebenarnya, dapat menyelamatkan suami mereka, dengan mendesak, ”Tunduklah kepada suamimu sendiri, agar, jika ada yang tidak taat kepada firman, mereka dapat dimenangkan tanpa perkataan melalui tingkah laku istri mereka.”—1 Petrus 3:1.
11, 12. (a) Imbalan apa diterima oleh ribuan orang Kristen, dan apa yang mereka lakukan untuk menerimanya? (b) Ceritakan sebuah pengalaman dari seorang anggota keluarga yang mendapat imbalan karena ketekunannya yang setia.
11 Pada tahun-tahun belakangan ini, beribu-ribu orang menjadi Saksi-Saksi Yehuwa setelah berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun menentang kegiatan Kristen dari sanak saudara Saksi mereka. Hal ini benar-benar suatu imbalan bagi orang-orang Kristen yang tetap kukuh, dan sungguh suatu berkat bagi orang-orang yang sebelumnya menentang! Dengan nada emosional, seorang penatua Kristen berusia 74 tahun menceritakan, ”Saya sering berterima kasih kepada istri dan anak-anak saya karena telah berpaut kepada kebenaran selama tahun-tahun ketika saya menentang mereka.” Ia mengatakan bahwa selama tiga tahun ia dengan keras kepala bahkan tidak mengizinkan istrinya berbicara kepadanya tentang Alkitab. ”Tetapi ia menggunakan psikologi terhadap saya,” ia mengatakan, ”dan mulai memberi kesaksian kepada saya sambil memijat kaki saya. Saya sungguh bersyukur bahwa ia tidak mengalah kepada tentangan saya!”
12 Seorang suami lain yang menentang keluarganya menulis, ’Saya dahulu adalah musuh terbesar istri saya karena setelah ia mendapatkan kebenaran, saya mengancamnya, dan kami bertengkar setiap hari; maksudnya, saya selalu yang memulai pertengkaran. Namun semuanya sia-sia; istri saya berpaut kepada Alkitab. Demikianlah selama dua belas tahun saya berjuang dengan sengit melawan kebenaran dan melawan istri dan anak saya. Bagi mereka berdua, saya adalah jelmaan Iblis.’ Pada akhirnya pria ini mulai menganalisis tingkah lakunya sendiri. ’Saya menyadari betapa kejamnya saya,’ ia menjelaskan. ’Saya membaca Alkitab, dan berkat instruksinya, saya kini seorang Saksi yang terbaptis.’ Pikirkan imbalan besar yang diperoleh istrinya, ya karena membantu ’menyelamatkan suaminya’ dengan tetap setia menahan tentangannya selama 12 tahun!
Belajar dari Yesus
13. (a) Alasan utama apa yang harus dipelajari oleh suami dan istri dari haluan hidup Yesus? (b) Bagaimana orang-orang yang mendapati sulit untuk tunduk kepada kehendak Allah dapat memperoleh manfaat dari teladan Yesus?
13 Alasan utama para suami dan istri hendaknya belajar dari haluan hidup Yesus adalah perihal ketaatan kepada Allah. ”Aku selalu melakukan hal-hal yang menyenangkan dia,” kata Yesus. ”Aku mencari, bukan kehendakku sendiri, tetapi kehendak dia yang mengutus aku.” (Yohanes 5:30; 8:29) Bahkan sewaktu Yesus pernah merasa sebuah aspek khusus dari kehendak Allah tidak menyenangkan, ia tetap taat. ”Jika engkau mau, singkirkanlah cawan ini dariku,” ia berdoa. Tetapi ia dengan segera menambahkan, ”Meskipun demikian, biarlah, bukan kehendakku, melainkan kehendakmu yang terjadi.” (Lukas 22:42) Yesus tidak meminta Allah untuk mengubah kehendak-Nya; ia memperlihatkan bahwa ia benar-benar mengasihi Allah dengan taat tunduk kepada apa pun kehendak Allah baginya. (1 Yohanes 5:3) Senantiasa mendahulukan Allah, seperti yang dilakukan Yesus, sangat penting untuk keberhasilan tidak hanya dalam kehidupan lajang melainkan juga dalam kehidupan perkawinan dan keluarga. Perhatikan mengapa hal ini demikian.
14. Bagaimana beberapa orang Kristen bernalar dengan tidak patut?
14 Seperti yang dikemukakan sebelumnya, bila orang-orang yang percaya mendahulukan Allah, mereka berupaya tetap mendampingi teman hidup mereka yang tidak percaya dan sering kali dapat membantu mereka agar layak mendapatkan keselamatan. Bahkan jika pasangan suami-istri orang-orang yang percaya, perkawinan mereka mungkin jauh dari ideal. Karena kecenderungan yang berdosa, suami dan istri tidak selalu mempunyai pemikiran penuh kasih terhadap satu sama lain. (Roma 7:19, 20; 1 Korintus 7:28) Beberapa bahkan sampai-sampai mencari teman hidup lain, meskipun mereka tidak memiliki dasar Alkitab untuk perceraian. (Matius 19:9; Ibrani 13:4) Mereka bernalar bahwa ini adalah hal yang terbaik bagi mereka, bahwa kehendak Allah bagi suami dan istri untuk tinggal bersama terlalu sulit. (Maleakhi 2:16; Matius 19:5, 6) Ini tak diragukan adalah sebuah contoh lain tentang berpikir pemikiran manusiawi bukannya pemikiran Allah.
15. Mengapa mendahulukan Allah menjadi suatu perlindungan?
15 Mendahulukan Allah benar-benar suatu perlindungan! Pasangan-pasangan menikah yang berbuat demikian akan berupaya tetap bersatu dan mengatasi problem mereka dengan menerapkan nasihat Firman Allah. Dengan demikian mereka terhindar dari segala macam sakit hati yang diakibatkan jika kehendak Allah diabaikan. (Mazmur 19:8-12) Ini diilustrasikan oleh sepasang suami-istri muda yang, ketika berada pada ambang perceraian, memutuskan untuk mengikuti nasihat Alkitab. Bertahun-tahun kemudian ketika istrinya menceritakan tentang sukacita yang ia alami dalam perkawinannya, ia mengatakan, ”Saya duduk dan menangis bila saya membayangkan kemungkinan bahwa saya hidup terpisah dari suami saya selama tahun-tahun ini. Kemudian saya berdoa kepada Allah Yehuwa dan berterima kasih kepada-Nya atas nasihat dan bimbingan-Nya yang mempersatukan kami dalam hubungan yang sangat bahagia ini.”
Suami, Istri—Tirulah Kristus!
16. Contoh apa yang Yesus sediakan bagi suami maupun istri?
16 Yesus, yang selalu mendahulukan Allah, menyediakan teladan bagus bagi suami maupun istri, dan mereka sebaiknya memberikan perhatian yang saksama kepada hal ini. Para suami didesak untuk meniru caranya Yesus mempraktekkan kekepalaan yang lembut atas anggota-anggota sidang Kristen. (Efesus 5:23) Dan istri-istri Kristen dapat belajar dari teladan Yesus yang tidak bercela dari ketundukan kepada Allah.—1 Korintus 11:3.
17, 18. Dengan cara-cara apa Yesus menyediakan teladan yang baik bagi para suami?
17 Alkitab memerintahkan, ”Suami-suami, teruslah kasihi istrimu, sebagaimana Kristus juga mengasihi sidang jemaat dan menyerahkan dirinya sendiri baginya.” (Efesus 5:25) Suatu cara penting Yesus memperlihatkan kasihnya kepada sidang dari para pengikutnya adalah dengan menjadi sahabat karib mereka. ”Aku menyebutmu sahabat,” kata Yesus, ”karena segala perkara yang aku dengar dari Bapakku telah kuberitahukan kepadamu.” (Yohanes 15:15) Pikirkan tentang semua waktu yang Yesus gunakan untuk berbicara dengan murid-muridnya—banyak sekali pembahasan yang ia adakan bersama mereka—dan kepercayaan yang ia berikan kepada mereka! Bukankah ini contoh yang menonjol bagi para suami?
18 Yesus menaruh minat yang sungguh-sungguh kepada murid-muridnya dan memiliki kasih sayang yang tulus kepada mereka. (Yohanes 13:1) Ketika pengajarannya tidak jelas bagi mereka, ia dengan sabar mengambil waktu untuk secara pribadi menjernihkan masalahnya. (Matius 13:36-43) Para suami, apakah kesejahteraan istri saudara sama pentingnya bagi saudara? Apakah saudara menggunakan waktu bersamanya, memastikan bahwa kalian berdua memiliki kebenaran Alkitab yang jelas dalam pikiran dan hati? Yesus menyertai rasul-rasulnya dalam pelayanan, barangkali dengan melatih mereka masing-masing secara pribadi. Apakah saudara menyertai istri saudara dalam pelayanan, ambil bagian dalam kunjungan dari rumah ke rumah dan dalam memimpin pengajaran Alkitab?
19. Bagaimana caranya Yesus menghadapi kelemahan yang terulang dari rasul-rasulnya menyediakan teladan bagi para suami?
19 Khususnya dalam menghadapi ketidaksempurnaan rasul-rasulnya, Yesus menyediakan contoh yang sangat bagus bagi para suami. Selama perjamuan terakhir dengan murid-muridnya, ia dapat merasakan adanya semangat bersaing yang terulang. Apakah ia dengan kasar mengkritik mereka? Tidak, melainkan ia dengan rendah hati mencuci kaki setiap murid. (Markus 9:33-37; 10:35-45; Yohanes 13:2-17) Apakah saudara memperlihatkan kesabaran demikian terhadap istri saudara? Sebaliknya daripada mengeluh karena kelemahan yang terulang, apakah saudara dengan sabar berupaya membantunya dan mencapai hatinya melalui teladan saudara? Para istri kemungkinan akan menanggapi keibaan hati yang penuh kasih demikian, sebagaimana para rasul pada akhirnya juga menanggapi.
20. Apa yang hendaknya tidak pernah dilupakan oleh para istri Kristen, dan siapa yang disediakan sebagai teladan bagi mereka?
20 Para istri juga perlu memperhatikan Yesus, yang tidak pernah lupa bahwa ”kepala dari Kristus adalah Allah”. Ia senantiasa tunduk kepada Bapak surgawinya. Demikian pula, para istri hendaknya tidak lupa bahwa ”kepala dari seorang wanita adalah pria”, ya, bahwa suami mereka adalah kepala mereka. (1 Korintus 11:3; Efesus 5:23) Rasul Petrus mendesak para istri Kristen untuk mempertimbangkan contoh dari ”wanita-wanita kudus” dari masa-masa permulaan, khususnya contoh dari Sara, yang ”biasa menaati Abraham, dengan memanggilnya ’tuan’”.—1 Petrus 3:5, 6.
21. Mengapa perkawinan Abraham dan Sara berhasil tetapi perkawinan Lot dan istrinya gagal?
21 Sara terbukti meninggalkan rumah yang nyaman di kota yang makmur untuk hidup dalam tenda-tenda di sebuah negeri asing. Mengapa? Apakah karena ia lebih menyukai gaya hidup demikian? Sama sekali tidak. Apakah karena suaminya memintanya pergi? Tidak diragukan ini salah satu faktor, sebab Sara mengasihi dan merespek Abraham karena sifat-sifat suaminya yang saleh. (Kejadian 18:12) Tetapi alasan utama ia menyertai suaminya adalah karena kasihnya kepada Yehuwa dan keinginannya yang sepenuh hati untuk mengikuti petunjuk Allah. (Kejadian 12:1) Ia senang untuk taat kepada Allah. Istri Lot, di lain pihak, enggan melakukan kehendak Allah sehingga dengan rindu menengok ke belakang kepada perkara-perkara yang ia telah tinggalkan di kampung halamannya, Sodom. (Kejadian 19:15, 25, 26; Lukas 17:32) Sungguh suatu akhir yang tragis bagi perkawinan itu—semua karena ketidaktaatan sang istri kepada Allah!
22. (a) Pemeriksaan diri apa yang akan dibuat oleh anggota-anggota keluarga dengan bijaksana? (b) Apa yang akan kita bahas dalam pelajaran kita yang berikut?
22 Maka sebagai suami atau istri, penting agar saudara menanyakan diri sendiri, ’Apakah Allah didahulukan dalam keluarga kami? Apakah saya benar-benar berupaya memenuhi peran keluarga yang telah dikaruniakan Allah kepada saya? Apakah saya membuat upaya yang tulus untuk mengasihi teman hidup saya dan membantunya memperoleh atau mempertahankan hubungan yang baik dengan Yehuwa?’ Dalam kebanyakan keluarga juga terdapat anak-anak. Kita akan membahas peran orang-tua dan pentingnya bagi mereka maupun anak-anak mereka untuk mendahulukan Allah.
-
-
Orang-tua dan Anak-Anak: Dahulukanlah Allah!Menara Pengawal—1995 | 1 Oktober
-
-
Orang-tua dan Anak-Anak: Dahulukanlah Allah!
”Takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya.”—PENGKHOTBAH 12:13.
1. Apa rasa takut yang perlu dipupuk oleh orang-tua dan anak-anak, dan apa yang akan dihasilkan oleh hal ini atas mereka?
SEBUAH nubuat tentang Yesus Kristus mengatakan bahwa ”kesenangannya ialah takut akan [Yehuwa]”. (Yesaya 11:3) Rasa takutnya pada dasarnya adalah rasa hormat dan takut yang sangat dalam kepada Allah, rasa takut untuk membuat Allah tidak senang karena ia mengasihi-Nya. Orang-tua dan anak-anak perlu memupuk rasa takut kepada Allah seperti yang dimiliki Kristus, yang akan memberi kepada mereka kesenangan sebagaimana yang dialami Yesus. Mereka perlu mendahulukan Allah dalam kehidupan mereka dengan menaati perintah-perintah-Nya. Menurut seorang penulis Alkitab, ”ini adalah kewajiban setiap orang”.—Pengkhotbah 12:13.
2. Apa perintah yang paling penting dari Hukum, dan kepada siapa hal ini terutama diberikan?
2 Perintah yang terpenting dari Hukum, yaitu bahwa kita hendaknya ’mengasihi Yehuwa dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan kita’, terutama diberikan kepada orang-tua. Hal ini diperlihatkan oleh kata-kata dari Hukum berikut ini, ”Haruslah engkau mengajarkan [kata-kata tentang mengasihi Yehuwa ini] berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ulangan 6:4-7; Markus 12:28-30) Dengan demikian orang-tua diperintahkan untuk mendahulukan Allah dengan mengasihi Dia dan dengan mengajarkan anak-anak mereka untuk melakukan hal yang sama.
Suatu Tanggung Jawab Kristen
3. Bagaimana Yesus mempertunjukkan pentingnya memberikan perhatian kepada anak-anak?
3 Yesus mempertunjukkan pentingnya memberikan perhatian bahkan kepada anak-anak kecil. Pada suatu kesempatan menjelang akhir pelayanan Yesus di bumi, orang-orang berdatangan membawa anak-anak kecil mereka kepadanya. Tampaknya karena mengira bahwa Yesus terlalu sibuk untuk diganggu, murid-murid berupaya menghentikan orang-orang. Tetapi Yesus menegur murid-muridnya dengan keras, ”Biarkan anak-anak kecil itu datang kepadaku, dan jangan mencoba menghentikan mereka.” Yesus bahkan ”merangkul anak-anak itu”, dengan demikian memperlihatkan dengan cara yang menyentuh hati pentingnya memberikan perhatian kepada anak-anak.—Lukas 18:15-17; Markus 10:13-16.
4. Siapa yang diberi perintah untuk ’menjadikan murid-murid dari orang-orang segala bangsa’, dan hal ini menuntut mereka untuk berbuat apa?
4 Yesus juga membuatnya jelas bahwa para pengikutnya memiliki tanggung jawab untuk mengajar orang-orang lain selain anak-anak mereka sendiri. Setelah kematian dan kebangkitannya, Yesus ”muncul kepada lebih dari lima ratus saudara pada waktu yang sama”—termasuk beberapa orang-tua. (1 Korintus 15:6) Tampaknya hal ini terjadi di sebuah gunung di Galilea tempat 11 rasulnya juga dikumpulkan. Di sana Yesus mendesak mereka semua, ”Karena itu pergilah dan jadikanlah murid-murid dari orang-orang segala bangsa, . . . mengajar mereka untuk menjalankan semua perkara yang aku perintahkan kepadamu.” (Matius 28:16-20) Tidak seorang Kristen pun boleh mengabaikan perintah ini! Bagi para ayah dan ibu untuk melaksanakan hal ini menuntut agar mereka memperhatikan anak-anak mereka serta juga ambil bagian dalam kesaksian umum dan pekerjaan pengajaran.
5. (a) Apa yang memperlihatkan bahwa kebanyakan, jika tidak semua, dari antara para rasul menikah dan karena itu kemungkinan memiliki anak-anak? (b) Nasihat apa perlu dicamkan dengan serius oleh para kepala keluarga?
5 Menarik sekali, bahkan para rasul harus menyeimbangkan tanggung jawab keluarga mereka dengan kewajiban untuk mengabar maupun menggembalakan kawanan Allah. (Yohanes 21:1-3, 15-17; Kisah 1:8) Hal ini karena kebanyakan, jika tidak semua, dari antara mereka telah menikah. Itulah sebabnya rasul Paulus menjelaskan, ”Kami mempunyai wewenang untuk membawa serta seorang saudari sebagai istri, sama seperti yang lain-lain dari antara rasul-rasul dan saudara-saudara Tuan dan Kefas, bukan?” (1 Korintus 9:5; Matius 8:14) Beberapa rasul mungkin juga memiliki anak-anak. Sejarawan pada masa awal, seperti Eusebius, mengatakan bahwa Petrus memiliki anak-anak. Semua orang-tua Kristen pada masa awal perlu menaati nasihat Alkitab, ”Tentu jika seseorang tidak menyediakan kebutuhan bagi mereka yang adalah miliknya, dan teristimewa bagi mereka yang adalah anggota rumah tangganya, ia telah menyangkal iman dan lebih buruk daripada seseorang yang tanpa iman.”—1 Timotius 5:8.
Tanggung Jawab yang Utama
6. (a) Tantangan apa dimiliki oleh para penatua Kristen yang sudah berkeluarga? (b) Apa tanggung jawab utama dari para penatua?
6 Para penatua Kristen yang sudah berkeluarga dewasa ini berada dalam keadaan serupa dengan keadaan para rasul. Mereka harus menyeimbangkan tanggung jawab mereka untuk memenuhi kebutuhan rohani dan jasmani dari keluarga mereka dengan kewajiban mereka untuk memberi kesaksian umum dan menggembalakan kawanan Allah. Kegiatan yang mana yang hendaknya diprioritaskan? The Watchtower 15 Maret 1964, menulis, ”Kewajiban utama [seorang ayah] adalah terhadap keluarganya, dan sebenarnya, ia tidak boleh melayani sebagai penatua jika ia tidak memenuhi kewajiban ini.”
7. Bagaimana para ayah Kristen mendahulukan Allah?
7 Maka, para ayah harus mendahulukan Allah dengan menaati perintah ’untuk terus membesarkan mereka dalam disiplin dan pengaturan-mental dari Yehuwa’. (Efesus 6:4) Tanggung jawab tersebut tidak dapat diserahkan kepada orang lain, meskipun seorang ayah bisa jadi juga memiliki tugas untuk mengawasi kegiatan-kegiatan dalam sidang Kristen. Bagaimana para ayah seperti itu dapat memenuhi tanggung jawab mereka—menunjang anggota keluarga secara fisik, rohani, dan emosi—dan pada waktu yang sama, memimpin dan menyediakan pengawasan bagi sidang?
Menyediakan Dukungan yang Dibutuhkan
8. Bagaimana istri seorang penatua dapat mendukungnya?
8 Jelaslah, para penatua yang memikul tanggung jawab keluarga dapat memperoleh manfaat jika menerima dukungan. Watchtower yang dikutip di atas menulis bahwa seorang istri Kristen dapat mendukung suaminya. Dikatakan, ”Istri dapat membantu sang suami agar semudah mungkin bisa mempersiapkan beberapa penugasan, dan membantu menghemat waktu yang berharga bagi suami dan bagi istri dengan memiliki jadwal yang baik di rumah, menyediakan makanan pada waktunya, siap pergi ke perhimpunan-perhimpunan sidang. . . . Di bawah pengarahan suaminya, seorang istri Kristen dapat berbuat banyak untuk melatih anak-anak menurut jalan yang patut untuk menyenangkan Yehuwa.” (Amsal 22:6, NW) Ya, istri diciptakan untuk menjadi ”penolong”, dan suaminya dengan bijaksana akan menyambut bantuannya. (Kejadian 2:18) Dukungan istri dapat memungkinkan suami untuk dengan lebih efektif memenuhi tanggung jawab keluarga maupun tanggung jawab sidang.
9. Siapa di sidang Tesalonika yang dianjurkan untuk membantu anggota-anggota sidang yang lain?
9 Akan tetapi, bukan hanya para istri penatua Kristen yang dapat berpartisipasi dalam kegiatan yang mendukung seorang pengawas yang harus ’menggembalakan kawanan Allah’ maupun mengurus rumah tangganya sendiri. (1 Petrus 5:2) Siapa lagi yang dapat mendukung? Rasul Paulus mendesak saudara-saudara di Tesalonika untuk menghargai orang-orang yang ”memimpin” mereka. Namun, ketika melanjutkan lagi dan berbicara kepada saudara-saudara yang sama ini—khususnya mereka yang tidak memimpin—Paulus menulis, ”Kami menganjurkan kamu dengan kuat, saudara-saudara, peringatkanlah orang yang tidak tertib, berbicaralah dengan cara yang menghibur kepada jiwa-jiwa yang masygul, dukunglah yang lemah, berpanjangsabarlah terhadap semua.”—1 Tesalonika 5:12-14.
10. Pengaruh baik apa yang dimiliki oleh bantuan pengasih dari semua saudara-saudara atas sidang?
10 Alangkah baiknya bila saudara-saudara di dalam sidang memiliki kasih yang menggerakkan mereka untuk menghibur orang-orang yang masygul, mendukung yang lemah, memperingatkan orang yang tidak tertib, dan berpanjang sabar terhadap semua! Saudara-saudara di Tesalonika, yang baru saja menyambut kebenaran Alkitab meskipun menderita kesengsaraan besar, menerapkan nasihat Paulus untuk melakukan hal ini. (Kisah 17:1-9; 1 Tesalonika 1:6; 2:14; 5:11) Bayangkan pengaruh yang baik dari kerja sama mereka yang penuh kasih untuk menguatkan dan mempersatukan seluruh sidang! Demikian pula, bila saudara-saudara dewasa ini menghibur, mendukung, dan mengingatkan satu sama lain, hal ini membuat tanggung jawab penggembalaan dari para penatua, yang kebanyakan sudah berkeluarga, menjadi lebih mudah ditangani.
11. (a) Mengapa masuk akal untuk menyimpulkan bahwa para wanita termasuk dalam istilah ”saudara-saudara”? (b) Bantuan apa dapat diberikan oleh seorang wanita Kristen yang matang kepada para wanita yang lebih muda dewasa ini?
11 Apakah wanita-wanita termasuk di antara ”saudara-saudara” yang diajak bicara oleh rasul Paulus? Ya, mereka juga, karena banyak wanita menjadi orang-orang percaya. (Kisah 17:1, 4; 1 Petrus 2:17; 5:9) Bantuan macam apa dapat diberikan oleh wanita-wanita tersebut? Nah, ada banyak wanita muda di dalam sidang yang memiliki problem dalam mengendalikan ”dorongan seksual” atau yang menjadi ”jiwa-jiwa yang masygul”. (1 Timotius 5:11-13) Beberapa wanita dewasa ini memiliki problem-problem yang sama. Apa yang mungkin paling mereka butuhkan adalah seseorang yang menjadi tempat mengadu yang mendengarkan dengan penuh simpati. Sering kali seorang wanita Kristen yang matang menjadi orang yang paling cocok untuk menyediakan bantuan. Misalnya, ia dapat membahas dengan sesama wanita problem pribadi yang tidak cocok bila ditangani oleh seorang pria Kristen sendirian. Ketika menonjolkan nilai dari bantuan demikian, Paulus menulis, ”Hendaklah wanita-wanita yang sudah berumur . . . guru-guru dari apa yang baik; agar mereka dapat menyadarkan wanita-wanita muda untuk mengasihi suami mereka, untuk mengasihi anak-anak mereka, untuk menjadi sehat dalam pikiran, murni, pekerja-pekerja di rumah, baik, menundukkan diri mereka kepada suami mereka sendiri, agar firman Allah jangan dicaci.”—Titus 2:3-5.
12. Bimbingan siapa yang penting diikuti oleh semua di dalam sidang?
12 Saudari-saudari yang rendah hati benar-benar menjadi berkat di dalam sidang bila mereka bekerja sama mendukung suami mereka dan para penatua! (1 Timotius 2:11, 12; Ibrani 13:17) Para penatua yang memiliki tanggung jawab keluarga khususnya mendapat manfaat bila semua bekerja sama untuk membantu satu sama lain dengan semangat kasih dan bila semua bersikap tunduk kepada petunjuk dari para gembala yang ditetapkan.—1 Petrus 5:1, 2.
Orang-Tua, Apa yang Kalian Dahulukan?
13. Bagaimana banyak ayah mengecewakan keluarga mereka?
13 Bertahun-tahun yang lalu seorang bintang hiburan yang terkenal menulis, ”Saya melihat pria-pria yang sukses memimpin perusahaan dengan mempekerjakan ratusan orang; mereka tahu bagaimana menangani setiap keadaan, bagaimana mendisiplin dan memberi imbalan dalam dunia bisnis. Tetapi bisnis terbesar yang mereka jalankan adalah keluarga mereka dan mereka mengecewakan.” Mengapa? Bukankah karena mereka mendahulukan bisnis dan kepentingan lain serta mengabaikan nasihat Allah? Firman-Nya mengatakan, ”Apa yang kuperintahkan kepadamu . . . , haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu.” Dan ini harus dilakukan setiap hari. Orang-tua perlu tanpa batas memberikan waktu mereka—dan teristimewa kasih dan perhatian mereka yang dalam.—Ulangan 6:6-9.
14. (a) Bagaimana orang-tua hendaknya mengurus anak-anak mereka? (b) Apa yang tercakup dalam pelatihan yang sepatutnya bagi anak-anak?
14 Alkitab memperingatkan kita bahwa anak-anak adalah milik pusaka dari Yehuwa. (Mazmur 127:3) Apakah saudara memperhatikan anak-anak saudara sebagai harta milik Allah, suatu pemberian yang Ia telah percayakan kepada saudara? Anak saudara kemungkinan akan menyambut jika saudara memeluknya, dengan demikian mempertunjukkan kasih sayang dan perhatian saudara. (Markus 10:16) Namun untuk ’melatih seorang anak menurut jalan itu’ menuntut lebih daripada sekadar memeluk dan mencium. Untuk diperlengkapi dengan hikmat untuk menghindari jerat-jerat hidup, seorang anak membutuhkan disiplin yang penuh kasih juga. Orang-tua yang memperlihatkan kasih yang tulus dengan ’mencari anaknya dengan disiplin’.—Amsal 13:1, 24, NW; 22:6.
15. Apa yang memperlihatkan pentingnya disiplin dari orang-tua?
15 Pentingnya disiplin dari orang-tua dapat terlihat dari uraian seorang guru pembimbing tentang anak-anak yang datang ke kantornya, ”Mereka patut dikasihani, merasa tertekan, dan bingung. Mereka menangis sewaktu mereka menceritakan bagaimana keadaan yang sebenarnya. Banyak—lebih banyak daripada yang dapat dibayangkan—berupaya bunuh diri, bukan karena mereka begitu gembira sehingga mereka tidak dapat menanggungnya; penyebabnya adalah karena mereka merasa begitu tidak bahagia, tidak diperhatikan, dilanda stres, karena pada usia yang semuda itu mereka sudah ’memikul banyak tanggung jawab’ dan terlalu banyak yang harus ditangani.” Kemudian ia menambahkan, ”Adalah suatu hal yang menakutkan bagi anak muda untuk merasa bahwa ia bertanggung jawab atas banyak hal.” Benar, anak-anak mungkin mencoba menolak disiplin, tetapi mereka sebenarnya menghargai bimbingan dan pembatasan yang diberikan orang-tua. Mereka berbahagia bahwa orang-tua mereka cukup peduli untuk menentukan pembatasan bagi mereka. ”Ini telah menyingkirkan beban yang sangat berat dari pikiran saya,” kata seorang remaja yang orang-tuanya berbuat demikian.
16. (a) Apa yang terjadi dengan beberapa anak yang dibesarkan dalam keluarga Kristen? (b) Mengapa haluan suka melawan dari seorang anak tidak selalu berarti bahwa pelatihan yang diberikan oleh orang-tua tidak baik?
16 Namun, meskipun memiliki orang-tua yang mengasihi mereka dan yang menyediakan pelatihan yang baik, beberapa anak muda, seperti anak yang boros dalam perumpamaan Yesus, menolak bimbingan orang-tua dan menyimpang. (Lukas 15:11-16) Akan tetapi, itu sendiri tidak berarti bahwa orang-tua tidak memenuhi tanggung jawab mereka untuk melatih anak-anak mereka dengan patut, seperti yang dikatakan Amsal 22:6. Kalimat tentang ’melatih orang muda menurut jalan yang patut baginya dan ia tidak akan menyimpang dari jalan itu’ diberikan sebagai peraturan umum. Sayang sekali, seperti anak yang boros, beberapa anak akan ’enggan mendengarkan orang-tua’.—Amsal 30:17.
17. Dari apa orang-tua dengan anak-anak yang suka melawan dapat memperoleh penghiburan?
17 Seorang ayah dari anak yang suka melawan mengeluh, ”Saya terus-menerus berupaya mencapai hatinya. Saya tidak tahu lagi apa yang harus saya lakukan karena saya sudah mencoba begitu banyak cara. Tidak ada yang berhasil.” Mudah-mudahan, anak-anak yang suka melawan demikian akan, pada waktunya, mengingat pendidikan pengasih yang mereka terima dan kembali sebagaimana halnya anak yang boros. Namun, faktanya tak berubah bahwa beberapa anak memberontak dan melakukan perkara-perkara yang amoral yang sangat menyakiti orang-tua mereka. Orang-tua dapat memperoleh penghiburan dengan mengetahui bahwa bahkan guru terbesar yang hidup di bumi melihat Yudas Iskariot murid seniornya mengkhianati dia. Dan Yehuwa sendiri tidak diragukan merasa sedih ketika banyak dari antara putra-putra rohani-Nya menolak nasihat-Nya dan terbukti memberontak meskipun tidak ada kesalahan di pihak-Nya.—Lukas 22:47, 48; Penyingkapan 12:9.
Anak-Anak—Siapa yang Kalian Senangkan?
18. Bagaimana anak-anak dapat memperlihatkan bahwa mereka mendahulukan Allah?
18 Yehuwa mendesak kalian anak-anak muda, ”Taatilah orang-tuamu dalam persatuan dengan Tuan.” (Efesus 6:1) Kaum remaja mendahulukan Allah dengan melakukan hal ini. Jangan bodoh! ”Orang bodoh menolak didikan ayahnya, tetapi siapa mengindahkan teguran adalah bijak,” kata Firman Allah. Kalian juga jangan dengan angkuh mengira bahwa kalian dapat berhasil tanpa disiplin. Faktanya adalah ”ada keturunan yang menganggap dirinya tahir, tetapi belum dibasuh dari kotorannya sendiri”. (Amsal 15:5; 30:12) Maka indahkanlah petunjuk ilahi—”dengarkanlah”, ’simpanlah’, ’jangan lupakan’, ”perhatikanlah”, ”peliharalah”, dan ”janganlah menyia-nyiakan” perintah dan disiplin dari orang-tua.—Amsal 1:8; 2:1; 3:1; 4:1; 6:20.
19. (a) Alasan yang kuat apa dimiliki anak-anak untuk menaati Yehuwa? (b) Bagaimana orang-orang muda dapat memperlihatkan bahwa mereka bersyukur kepada Allah?
19 Kalian memiliki alasan-alasan yang kuat untuk menaati Yehuwa. Ia mengasihi kalian, dan Ia telah memberikan hukum-hukum-Nya, termasuk hukum bagi anak-anak agar menaati orang-tua mereka, untuk melindungi kalian dan untuk membantu kalian menikmati kehidupan yang bahagia. (Yesaya 48:17) Ia juga telah memberikan Putra-Nya untuk mati bagi kalian sehingga kalian dapat diselamatkan dari dosa dan kematian dan menikmati kehidupan abadi. (Yohanes 3:16) Apakah kalian merasa bersyukur? Allah mengamati dari surga, menyelidiki hati kalian untuk melihat apakah kalian benar-benar mengasihi Dia dan menghargai persediaan-persediaan-Nya. (Mazmur 14:2) Setan juga mengamati, dan ia menantang Allah, mengatakan bahwa kalian tidak akan menaati Allah. Kalian membuat Setan senang dan Yehuwa ’merasa susah’ bila kalian tidak menaati Allah. (Mazmur 78:40, 41) Yehuwa mengimbau kalian, ”Anakku, hendaklah engkau bijak [dengan bersikap taat kepada-Ku], sukakanlah hatiku, supaya aku dapat menjawab orang yang mencela aku.” (Amsal 27:11) Ya, pertanyaannya adalah: Siapa yang kalian akan senangkan, Setan atau Yehuwa?
20. Bagaimana seorang remaja memelihara ketabahan untuk melayani Yehuwa meskipun ia sedang merasa takut?
20 Tidak mudah melakukan kehendak Allah seraya menghadapi tekanan yang dikerahkan Setan dan dunianya atas diri kalian. Hal ini dapat menakutkan. Seorang remaja menulis, ”Rasa takut sama seperti rasa dingin. Ada yang dapat dilakukan untuk melawannya.” Ia menjelaskan, ”Bila kita kedinginan, kita mengenakan baju hangat. Jika masih kedinginan, kita menambah baju hangat lain. Dan kita akan terus menambah baju hangat sampai rasa dinginnya hilang dan kita tidak kedinginan lagi. Maka berdoa kepada Yehuwa sewaktu kalian sedang ketakutan adalah seperti mengenakan baju hangat sewaktu kalian sedang kedinginan. Jika setelah berdoa satu kali saya masih merasa takut, saya berdoa lagi, dan sekali lagi, dan terus lagi, sampai saya tidak merasa takut lagi. Dan itu ampuh. Ini membantu saya terhindar dari masalah!”
21. Bagaimana Yehuwa akan mendukung kita jika kita benar-benar berupaya untuk mendahulukan Dia dalam kehidupan kita?
21 Jika kita benar-benar berupaya mendahulukan Allah dalam kehidupan kita, Yehuwa akan mendukung kita. Ia akan menguatkan kita, menyediakan bantuan malaikat bila dibutuhkan, sama seperti yang Ia lakukan bagi Putra-Nya. (Matius 18:10; Lukas 22:43) Tabahlah kalian semua orang-tua dan anak-anak. Milikilah rasa takut seperti Kristus, dan ini akan memberikan kesenangan bagi kalian. (Yesaya 11:3) Ya, ”takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang”.—Pengkhotbah 12:13.
-