PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Hidup dalam Ketakutan
    Sedarlah!—2005 | 8 Agustus
    • Hidup dalam Ketakutan

      ROXANAa takut memberi tahu suaminya bahwa ia ingin bekerja penggal waktu. Ia pernah meminta ongkos bus untuk mengunjungi ibunya, tetapi suaminya malah memukuli Roxana begitu kerasnya sampai-sampai ia perlu dirawat dokter. Ia senantiasa hidup dalam ketakutan.

      Rolando dulu membiarkan istrinya pulang pada malam hari dengan angkutan umum, tetapi kini ia menjemputnya dengan mobil. Ada begitu banyak laporan tindak kekerasan di sekitar lingkungannya sehingga ia mencemaskan keselamatan istrinya.

      Haidé bekerja di pusat sebuah ibu kota. Sekali waktu ketika ia hendak pulang, ia terjebak dalam barisan demonstran yang menjadi beringas. Kini, setiap kali ia mendengar suara orang berbaris, ia merasa tegang. ”Saya merasa tidak aman,” katanya. ”Saya tidak mau lagi bekerja di sini. Tapi saya tidak punya pilihan.”

      Kehidupan Roxana, Rolando, dan Haidé dipengaruhi oleh rasa takut​—dan bukan hanya sewaktu ada keadaan darurat. Hal ini mempengaruhi mereka setiap saat. Apabila orang hidup dalam ketakutan, ia bisa merasa energinya terkuras. Rasa takut bisa merampas kenikmatan hidupnya, mencegahnya melakukan apa yang ia inginkan. Rasa takut dapat menguasai pikiran orang dan mencegahnya berkonsentrasi pada hal lain.

      Hidup dalam ketakutan sangatlah menekan. Ini sering kali mengakibatkan depresi dan dapat merusak kesehatan seseorang. ”Stres menghambat sistem kekebalan dan merupakan faktor penyebab kebanyakan penyakit,” jelas sebuah majalah kesehatan. ”Tubuh akan mengalami gejala kerusakan jangka panjang, khususnya pada organ yang terimbas. Hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, gangguan pada lambung dan usus, infeksi, nyeri kepala, insomnia, depresi, dan kecemasan dapat timbul. Kondisi yang berkepanjangan ini berakibat kehabisan tenaga.”

      Dalam dunia dewasa ini, sudah umum orang-orang hidup dalam ketakutan. Apakah kita akan pernah menyaksikan dunia yang orang-orangnya dapat menikmati kehidupan tanpa ketakutan?

      [Catatan Kaki]

      a Beberapa nama telah diubah.

  • Mengapa Begitu Banyak Orang Hidup dalam Ketakutan?
    Sedarlah!—2005 | 8 Agustus
    • Mengapa Begitu Banyak Orang Hidup dalam Ketakutan?

      SUASANA penuh ketakutan menyelubungi umat manusia. Suasana yang tidak terlihat tetapi terasa ini mempengaruhi hampir setiap orang, sekalipun sering kali luput dari perhatian. Apa yang menyebabkan suasana ini? Mengapa beberapa orang merasa takut setiap kali keluar rumah? Mengapa banyak orang merasa tidak aman di tempat kerja? Mengapa banyak orang mencemaskan keselamatan anak-anak mereka? Bahaya apa saja yang membuat orang-orang takut berada di rumah sendiri?

      Tentu saja, ada banyak penyebab ketakutan, tetapi kita akan membahas empat bahaya yang dapat mempengaruhi orang secara terus-menerus​—kekerasan di kota, pelecehan seksual, pemerkosaan, dan kekerasan di rumah. Pertama, mari kita ulas kekerasan di kota. Topik ini sangat tepat waktu sekarang karena hampir setengah dari umat manusia tinggal di daerah perkotaan.

      Bahaya di Kota

      Pada awalnya, kota-kota mungkin dibangun sebagai perlindungan, tetapi banyak orang sekarang menganggap kota sebagai zona bahaya. Tempat yang dulunya menaungi, kini malah menakutkan. Pusat kota yang ramai menciptakan kondisi yang ideal bagi para penodong, dan di beberapa kota, kawasan kumuh yang tidak memiliki banyak lampu dan polisi sangat berbahaya untuk didatangi.

      Rasa takut ini tidak dibuat-buat; sudah banyak sekali orang yang mati secara mengenaskan. Menurut sebuah laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), di seluruh dunia 1,6 juta orang mati akibat tindak kekerasan setiap tahun. Di Afrika, dari setiap 100.000 orang, diperkirakan 60,9 mati secara mengenaskan.

      Banyak orang, tempat, dan organisasi yang dulu dianggap aman, kini dianggap mengancam keamanan. Misalnya, banyak tempat bermain, sekolah, dan pertokoan kini dianggap sebagai kawasan rawan kejahatan yang menakutkan. Dalam beberapa kasus, para pemimpin agama, pekerja sosial, dan guru​—orang-orang yang semestinya menyediakan perlindungan​—telah merusak kepercayaan yang diberikan kepada mereka. Laporan bahwa beberapa dari mereka melakukan pelecehan anak membuat orang tua enggan menyerahkan anaknya untuk diawasi orang lain. Polisi seyogianya melindungi masyarakat, tetapi di beberapa kota, korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan oleh polisi sudah umum. Sehubungan dengan pasukan ”keamanan”, di beberapa negeri orang masih mengingat perang-perang sipil manakala orang-orang yang mereka kasihi hilang setelah dibawa oleh tentara. Oleh karena itu, di berbagai bagian dunia, polisi dan tentara tidak meredakan suasana penuh ketakutan, malah memperkeruhnya.

      Buku Citizens of Fear​—Urban Violence in Latin America, mengatakan, ”Penduduk di berbagai ibu kota Amerika Latin senantiasa hidup dalam ketakutan, di tengah-tengah kondisi yang paling berbahaya di muka bumi. Di kawasan yang sangat luas ini, sekitar 140 ribu orang mati secara mengenaskan setiap tahun, dan satu dari tiga penduduk telah menjadi korban kekerasan secara langsung atau tidak langsung.” Di bagian bumi lainnya pun, protes politis sering terjadi di ibu kota. Sewaktu aksi protes tersebut menjadi beringas, banyak orang memanfaatkan situasi untuk menjarah toko-toko, yang diikuti kekacauan massal. Orang yang berbisnis di kota tahu-tahu terjebak di tengah gerombolan massa yang mengamuk.

      Di banyak negeri, ada jurang yang besar antara standar kehidupan si kaya dan si miskin, sehingga timbul kekesalan yang terpendam. Gerombolan orang yang merasa kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi telah menyerbu dan menjarah lingkungan eksklusif kaum elite. Hal ini belum terjadi di beberapa kota, tetapi situasinya sama seperti bom waktu yang bakal meledak​—tidak seorang pun tahu kapan.

      Ancaman pencuri dan kaum revolusioner tampaknya sudah cukup parah, tetapi ada lagi hal-hal lain yang menyebabkan kegelisahan dan memperkeruh suasana ketakutan.

      Pelecehan Seksual yang Mencekam

      Bagi jutaan wanita, suitan, isyarat cabul, dan tatapan penuh nafsu merupakan mimpi buruk setiap hari. Majalah Asia Week mengatakan, ”Berbagai survei menyingkapkan bahwa satu dari empat wanita Jepang telah diserang secara seksual di tempat umum, 90% kejadiannya berlangsung di kereta. . . . Hanya 2% korban yang bertindak sewaktu dikasari. Kebanyakan menyebutkan takut akan reaksi si penganiaya sebagai alasan utama mereka tutup mulut.”

      Pelecehan seksual telah meningkat secara dramatis di India. ”Setiap kali seorang wanita menginjakkan kaki ke luar rumah, ia dibayangi ketakutan,” jelas seorang jurnalis di sana. ”Di setiap langkah, ia menghadapi ejekan yang merendahkan dan komentar yang tidak senonoh.” Dari sebuah kota di India yang penduduknya berbangga memiliki jalan-jalan yang relatif aman dilaporkan, ”Problem [kota ini] bukan di jalan, tetapi di perkantoran. . . . 35 persen wanita yang disurvei mengaku dilecehkan secara seksual di tempat kerja. . . . 52 persen wanita mengatakan bahwa karena takut dilecehkan di tempat kerja, mereka memilih bekerja di tempat yang lebih rendah gajinya . . . sehingga mereka [hanya] perlu berurusan dengan sesama wanita.”

      Takut Diperkosa

      Ada yang lebih ditakuti wanita daripada sekadar takut kehilangan martabat mereka. Pelecehan seksual sering kali menyiratkan ancaman pemerkosaan. Dapat dipahami, bagi banyak wanita, pemerkosaan adalah tindak kejahatan yang bahkan lebih menakutkan daripada pembunuhan. Seorang wanita mungkin tiba-tiba mendapati dirinya berada di tempat yang membuatnya takut diperkosa. Ia mungkin melihat pria yang tidak dikenal atau tidak dipercaya. Jantungnya berdebar-debar seraya ia dengan panik mencoba memeriksa situasinya. ’Dia mau apa? Ke mana saya bisa lari? Berteriak atau tidak?’ Jika sering terjadi, pengalaman seperti itu dapat menggerogoti kesehatan wanita. Banyak orang memilih untuk tidak tinggal di kota atau tidak berkunjung ke kota karena rasa takut demikian.

      ”Rasa takut, kecemasan, kesusahan semuanya adalah santapan sehari-hari kehidupan di kota bagi banyak wanita,” kata buku The Female Fear. ”Rasa takut diperkosa membuat wanita harus selalu berjaga-jaga, siaga, dan waspada, membuatnya dicekam rasa waswas setiap kali ada yang berjalan terlalu dekat di belakangnya, terutama pada malam hari. Ini adalah . . . perasaan yang selalu membelenggu para wanita.”

      Kejahatan yang penuh kekerasan mempengaruhi banyak wanita. Namun, ketakutan akan tindak kekerasan mempengaruhi hampir semua wanita. The State of World Population 2000, sebuah publikasi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengatakan, ”Di seputar dunia, paling sedikit satu dari setiap tiga wanita pernah dipukuli, dipaksa berhubungan seks, atau dianiaya dengan cara lain​—sering kali oleh seseorang yang dikenalnya.” Apakah suasana penuh ketakutan telah merambah lebih jauh lagi? Seberapa umumkah orang-orang hidup dalam ketakutan di rumahnya sendiri?

      Takut akan Kekerasan di Rumah

      Praktek memukuli istri secara diam-diam agar tunduk adalah ketidakadilan yang parah yang dilakukan di seluruh dunia​—dan baru belakangan ini diakui sebagai tindak kejahatan di banyak tempat. Di India, sebuah laporan menyatakan bahwa ”paling sedikit 45 persen wanita India ditampar, ditendang, atau dipukuli oleh suaminya”. Penganiayaan oleh teman hidup merupakan bahaya kesehatan yang serius di seluruh dunia. Mengenai wanita berusia antara 15 dan 44 tahun di Amerika Serikat, Biro Investigasi Federal melaporkan bahwa lebih banyak yang cedera akibat kekerasan dalam rumah daripada akibat kecelakaan mobil, penodongan, dan pemerkosaan jika digabungkan. Jadi, kekerasan dalam rumah lebih serius daripada sekadar sesekali adu mulut yang kemudian menjadi saling tampar. Banyak wanita dihantui rasa takut dicederai atau dibunuh di rumah. Sebuah survei nasional di Kanada memperlihatkan bahwa sepertiga wanita yang telah mengalami tindak kekerasan dalam rumah adakalanya merasa takut kehilangan nyawanya. Di Amerika Serikat, dua peneliti menyimpulkan, ”Rumah adalah tempat yang paling berbahaya bagi wanita dan sering kali menjadi tempat kekejaman dan penyiksaan.”

      Mengapa begitu banyak wanita terperangkap dalam hubungan yang berbahaya demikian? Banyak orang bertanya-tanya, ’Mengapa mereka tidak mencari bantuan? Mengapa tidak lari saja?’ Jawabannya, dalam kebanyakan kasus, adalah rasa takut. Rasa takut telah disebut sebagai ciri utama tindak kekerasan dalam rumah. Pria-pria penganiaya biasanya mengendalikan istrinya dengan tindak kekerasan dan kemudian membungkam mereka dengan ancaman kematian. Kalaupun istri yang babak belur akhirnya berani meminta bantuan, ia tidak selalu mendapatkannya. Ada kecenderungan, bahkan di antara orang-orang yang muak terhadap kekerasan jenis lain, untuk menganggap enteng, mengabaikan, atau membenarkan tindak kekerasan para suami. Selain itu, di luar rumah, sang suami mungkin tampak memesona. Sering kali, teman-teman tidak percaya kalau ia suka memukuli istrinya. Karena tidak dipercaya, dan tidak tahu harus lari ke mana, banyak istri yang dianiaya merasa tidak punya pilihan selain terus hidup dalam ketakutan.

      Wanita yang dipukuli dan berani lari adakalanya menjadi korban pelecehan jenis lain, yakni aksi teror. Di Amerika Utara, sebuah penelitian terbaru atas lebih dari seribu wanita di negara bagian Louisiana memperlihatkan bahwa 15 persen dari mereka telah diteror. Bayangkan rasa takut mereka. Orang yang mengancam Anda terus saja muncul ke mana pun Anda pergi. Ia menelepon Anda, membuntuti Anda, mengamati-amati Anda, dan menunggui Anda. Ia mungkin bahkan membunuh hewan peliharaan Anda. Ini adalah kampanye teror!

      Anda mungkin bukan korban rasa takut demikian. Tetapi, sejauh mana rasa takut mempengaruhi kegiatan Anda sehari-hari?

      Apakah Rasa Takut Mempengaruhi Cara Anda Bertindak?

      Karena kita hidup dalam suasana penuh ketakutan, kita mungkin tidak sadar seberapa banyak keputusan kita setiap hari yang dipengaruhi oleh rasa takut. Seberapa sering rasa takut mempengaruhi cara Anda bertindak?

      Apakah takut terhadap tindak kekerasan membuat Anda dan keluarga berupaya untuk tidak pulang malam-malam sendirian? Apakah rasa takut membuat Anda enggan naik angkutan umum? Apakah takut berkomuter mempengaruhi pekerjaan Anda? Atau, apakah takut terhadap rekan sekerja atau orang yang harus Anda hadapi mempengaruhi pilihan pekerjaan Anda? Apakah rasa takut telah mempengaruhi kehidupan sosial atau hiburan yang dapat Anda nikmati? Barangkali, rasa takut bertemu pemabuk dan gerombolan orang yang beringas mengurungkan niat Anda untuk pergi ke acara olahraga atau konser tertentu? Apakah rasa takut telah mempengaruhi kegiatan Anda di sekolah? Karena takut anak mereka menjadi nakal, banyak orang memilih sekolah tertentu dan menjemput anak-anak daripada membiarkan mereka pulang dengan berjalan kaki atau menggunakan angkutan umum.

      Sesungguhnya, umat manusia hidup dalam suasana penuh ketakutan. Tetapi, rasa takut terhadap tindak kekerasan sudah ada hampir sepanjang sejarah manusia. Dapatkah kita mengharapkan perubahan? Apakah kebebasan dari rasa takut hanya impian? Atau, adakah alasan yang kuat untuk mengharapkan masa depan manakala tidak seorang pun perlu takut lagi akan hal yang buruk?

  • Bebas dari Ketakutan​—Mungkinkah?
    Sedarlah!—2005 | 8 Agustus
    • Bebas dari Ketakutan​—Mungkinkah?

      SIAPA yang bisa hidup sama sekali tanpa rasa takut dalam dunia yang berbahaya sekarang ini? Hampir tidak ada. Bahkan orang-orang yang beriman akan Allah menghadapi bahaya yang menimbulkan kecemasan. Misalnya, pada abad pertama M, rasul Paulus yang sering mengadakan perjalanan menyebutkan bahwa ia mengalami karam kapal, bahaya karena sungai-sungai, bahaya karena para penyamun, dan bahaya di kota. (2 Korintus 11:25-28) Demikian pula dewasa ini, kebanyakan dari kita harus menghadapi situasi yang berbahaya.

      Namun, kita dapat mengambil langkah pencegahan yang bijaksana, dan dengan mengurangi risiko, kita bisa mengurangi kecemasan kita. Alkitab mengatakan, ”Cerdiklah orang yang melihat malapetaka kemudian menyembunyikan diri, tetapi orang yang kurang berpengalaman berjalan terus dan pasti menderita hukuman.” (Amsal 22:3) Apa beberapa langkah praktis yang dapat diambil?

      Langkah Pencegahan

      Yang menarik ialah meskipun ditulis lama berselang, Alkitab berisi banyak prinsip yang masih praktis untuk menghindari bahaya dewasa ini. Contohnya, Alkitab mengatakan, ”Sehubungan dengan orang berhikmat, matanya ada di kepalanya; tetapi orang bebal terus berjalan dalam kegelapan semata-mata.” (Pengkhotbah 2:14) Masuk akal untuk tanggap tentang siapa yang ada di sekeliling Anda dan menghindari tempat gelap sebisa mungkin. Barangkali Anda dapat berjalan di tempat yang seterang mungkin, sekalipun Anda harus berjalan sedikit lebih jauh. Alkitab juga mengatakan, ”Berdua lebih baik daripada seorang diri . . . Jika seseorang dapat mengalahkan orang yang sendirian, dua orang bersama-sama dapat bertahan melawan dia.” (Pengkhotbah 4:9, 12) Jika Anda tinggal di daerah yang berbahaya, dapatkah Anda mengatur untuk berjalan pulang bersama orang lain?

      Jika Anda ditodong, ingatlah bahwa kehidupan lebih berharga daripada harta materi. (Matius 16:26) Bijaksana juga untuk mengingat bahwa apabila orang-orang bergerombol untuk melampiaskan amarah, mereka berbahaya dan tidak terduga.​—Keluaran 23:2.

      Jika Anda dilecehkan oleh seseorang yang mengatakan sesuatu yang amoral, menceritakan lelucon cabul, atau mencoba menyentuh Anda, langkah terbaik adalah menolaknya dengan tegas. Anda mungkin perlu angkat kaki, seperti dilakukan Yusuf sewaktu seorang wanita amoral mencengkeram dia. Ia ”lari dan pergi ke luar”. (Kejadian 39:12) Jika mustahil untuk pergi, Anda dapat mengatakan, ”Hentikan!” atau ”Jangan sentuh saya!” atau ”Saya tidak suka kata-katamu.” Jika mungkin, hindarilah tempat-tempat yang rawan pelecehan.

      Mengatasi Ketakutan di Rumah

      Apa yang bisa Anda lakukan kalau Anda takut kepada suami yang beringas? Mungkin bijaksana untuk membuat rencana untuk lari menghindar seandainya perilaku suami Anda mendadak mengancam kesehatan atau kehidupan Anda atau anak-anak Anda.a Alkitab mengisahkan bagaimana Yakub dengan saksama menyusun rencana untuk lari seandainya saudaranya Esau menjadi beringas. Sekalipun rencana itu ternyata tidak diperlukan, itu adalah langkah pencegahan yang bijaksana. (Kejadian 32:6-8) Rencana Anda bisa mencakup mencari orang yang akan menampung Anda dalam keadaan genting. Anda dapat membahas sebelumnya dengan orang itu tentang apa yang Anda butuhkan. Sebaiknya, siapkan dokumen dan barang-barang penting lainnya sehingga siap dibawa setiap saat.

      Selain itu, Anda juga bisa melaporkan penganiayaan oleh suami Anda kepada kalangan berwenang dan meminta perlindungan mereka.b Alkitab mengajarkan bahwa semua orang harus menghadapi konsekuensi tindakannya. (Galatia 6:7) Mengenai kalangan berwenang pemerintah, Alkitab mengatakan, ”Ia adalah pelayan Allah bagimu demi kebaikanmu. Tetapi jika engkau melakukan apa yang buruk, takutlah.” (Roma 13:4) Tidak soal dilakukan di rumah atau di jalan, penyerangan merupakan tindak kejahatan. Aksi teror juga dianggap tindak kejahatan di banyak negeri.

      Mengambil langkah yang telah kita bahas bisa mengurangi rasa takut hingga taraf tertentu. Tetapi, Alkitab menawarkan nasihat yang lebih praktis. Alkitab bukan sekadar buku panduan pribadi. Alkitab adalah buku nubuat yang dapat diandalkan yang menyingkapkan apa yang sedang dan akan Allah lakukan di masa depan. Harapan apa yang Alkitab ulurkan bagi orang-orang yang terpaksa hidup dalam ketakutan?

      Apa Makna di balik Suasana Penuh Ketakutan

      Yang menarik ialah rasul Paulus menulis, ”Pada hari-hari terakhir akan datang masa kritis yang sulit dihadapi. Sebab orang-orang akan menjadi pencinta diri sendiri, . . . tidak memiliki kasih sayang alami, tidak suka bersepakat, pemfitnah, tidak mempunyai pengendalian diri, garang, tidak mengasihi kebaikan.” (2 Timotius 3:1-3) Betapa menakutkannya masa yang dilukiskan oleh kata-kata ini!

      Sewaktu Yesus berbicara tentang ”penutup sistem ini”, ia mengatakan, ”Bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan; dan akan ada gempa bumi yang hebat, dan di berbagai tempat akan ada sampar dan kekurangan makanan; dan akan ada pemandangan yang menakutkan dan tanda-tanda yang hebat dari langit.” (Matius 24:3, 7, 8; Lukas 21:10, 11) Oleh karena itu, ”pemandangan yang menakutkan” yang telah kita lihat dan yang turut menghasilkan suasana penuh ketakutan sekarang semestinya tidak mengejutkan kita. Tetapi, apa maknanya?

      Yesus mengatakan, ”Apabila kamu melihat hal-hal ini terjadi, ketahuilah bahwa kerajaan Allah sudah dekat.” (Lukas 21:31) Pada zaman kita ini, kita dapat mengharapkan suatu pemerintahan oleh Allah untuk memerintah dari surga atas seluruh umat manusia. (Daniel 2:44) Seperti apa kehidupan nantinya?

      Bebas dari Ketakutan!

      Alkitab menguraikan masa depan yang damai manakala perang akan berakhir, para pelaku kejahatan akan lenyap, dan bumi akan dipenuhi orang-orang yang mengasihi Allah. Petrus, seorang rasul Yesus, menulis tentang ”hari penghakiman dan hari kebinasaan orang-orang yang tidak saleh” di masa depan. Tidak akan ada lagi orang fasik yang menakutkan karena ”keadilbenaran akan tinggal” di bumi. (2 Petrus 3:7, 9, 13) Bayangkan betapa leganya hidup di antara orang-orang yang dapat dipercaya dan benar-benar saling mengasihi! Prospek ini membantu kita melihat masa yang berbahaya dewasa ini dari sudut yang berbeda. Masa ini tidak akan berlangsung tanpa akhir.​—Mazmur 37:9-11.

      Demi manfaat orang-orang yang menderita kecemasan, nabi Yehuwa diberi tahu, ”Katakan kepada mereka yang khawatir hatinya, ’Jadilah kuat. Jangan takut. Lihat! Allahmu akan datang dengan pembalasan, ya, Allah datang dengan ganjaran. Dia akan datang dan menyelamatkan kamu sekalian.’” (Yesaya 35:4) Jadi, hamba-hamba Allah yang sejati dapat menatap masa depan dengan penuh keyakinan. (Filipi 4:6, 7) Bagi orang-orang yang selama ini mau tidak mau hidup dalam ketakutan, sungguh menghibur untuk mengetahui bahwa Yehuwa tidak mengabaikan maksud-tujuan-Nya yang semula agar bumi dipenuhi orang-orang yang mengenal Dia dan mencerminkan sifat-sifat-Nya yang pengasih.​—Kejadian 1:26-28; Yesaya 11:9.

      Kita tahu bahwa tidak ada yang dapat mencegah Yehuwa untuk mewujudkan maksud-tujuan-Nya yang pengasih bagi umat manusia. (Yesaya 55:10, 11; Roma 8:35-39) Apabila kita memahami hal ini, kata-kata yang terkenal dari sebuah mazmur memiliki makna yang istimewa. Bunyinya, ”Yehuwa adalah Gembalaku. . . . Jiwaku ia segarkan. Ia menuntun aku di jalan keadilbenaran demi namanya. Meskipun aku berjalan di lembah yang tertutup bayang-bayang yang kelam, aku tidak takut yang jahat, karena engkau menyertai aku.” (Mazmur 23:1-4) Meskipun masa yang menakutkan bisa memburuk, suatu dunia yang bebas dari ketakutan sudah di ambang pintu dan pasti terwujud.

      [Catatan Kaki]

      a Untuk mengetahui dalam situasi apa saja seseorang boleh berpisah dari pasangan hidupnya menurut prinsip Alkitab, lihat Sedarlah!, 8 Februari 2002, halaman 10.

      b Mengenai para korban tindak kekerasan dalam rumah, lihat Sedarlah!, 8 November 2001, halaman 3-12, dan Sedarlah!, 8 Februari 1993, halaman 3-14.

      [Gambar di hlm. 8-10]

      Allah akan segera mewujudkan dunia yang bebas dari ketakutan

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan