PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • ed hlm. 14-18
  • Tantangan dari Keragaman Agama

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Tantangan dari Keragaman Agama
  • Saksi-Saksi Yehuwa dan Pendidikan
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Hari Ulang Tahun
  • Natal
  • Perayaan-Perayaan Lain
  • Apakah Natal Cocok untuk Orang Kristen?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Umum)—2017
  • Apakah Semua Perayaan Menyenangkan Allah?
    Cara agar Tetap Dikasihi Allah
  • Apakah Memberi Hadiah Natal Masuk Akal?
    Sedarlah!—1992
  • Asal Usul Natal Zaman Modern
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1997
Lihat Lebih Banyak
Saksi-Saksi Yehuwa dan Pendidikan
ed hlm. 14-18

Tantangan dari Keragaman Agama

Sebagai seorang pendidik, Anda dihadapkan pada tantangan yang jarang dihadapi oleh para pendidik pada abad-abad yang lalu—keragaman agama.

SEPANJANG Abad Pertengahan, warga negara dari negeri yang sama biasanya mempraktekkan agama yang sama. Baru pada akhir abad ke-19, Eropa terbiasa hanya dengan beberapa agama utama: Katolik dan Protestan di barat, Ortodoksi dan Islam di timur, dan Yudaisme. Tidak diragukan, keragaman agama jauh lebih umum dewasa ini di Eropa dan di seluruh dunia. Agama-agama yang kurang kita kenal telah berdiri, baik karena dianut oleh beberapa orang di antara penduduk aslinya sendiri atau diperkenalkan oleh para imigran dan pengungsi.

Maka dewasa ini, di negeri-negeri seperti Australia, Inggris, Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat, kita menemukan banyak penganut agama Islam, Buddha, dan Hindu. Pada waktu yang sama, Saksi-Saksi Yehuwa, sebagai orang Kristen, melayani dengan aktif di 239 negeri. Di masing-masing dari 14 negeri, Saksi yang aktif berjumlah lebih dari 150.000 orang.​—Lihat kotak “Saksi-Saksi Yehuwa Agama Seluas Dunia.”

Saksi-Saksi Yehuwa​—Agama Seluas Dunia

Gambar di hlm. 15

Negara

Saksi Aktif

Amerika Serikat

1.243.387

Argentina

150.171

Brasil

794.766

Filipina

196.249

Italia

251.650

Jepang

215.703

Jerman

166.262

Kolombia

166.049

Meksiko

829.523

Nigeria

362.462

Republik Demokratik Kongo

216.024

Ukraina

150.906

Zambia

178.481

Keragaman dari praktek-praktek agama setempat bisa menimbulkan tantangan kepada para pendidik. Sebagai contoh, beberapa pertanyaan penting mungkin diajukan mengenai perayaan-perayaan yang populer: Haruskah setiap peringatan diikuti oleh setiap siswa—tidak soal agamanya? Kebanyakan mungkin tidak mempunyai keberatan dengan perayaan-perayaan demikian. Akan tetapi, tidakkah sudut pandangan dari keluarga yang termasuk kelompok minoritas hendaknya juga dihormati? Dan ada faktor lain yang harus dipertimbangkan: Di negeri-negeri yang hukumnya memisahkan agama dari Negara dan pelajaran agama tidak boleh dimasukkan ke dalam kurikulum, tidakkah beberapa orang akan mendapatinya tidak konsisten jika sekolah mewajibkan perayaan-perayaan demikian?

Hari Ulang Tahun

Salah pengertian bahkan dapat timbul sehubungan perayaan-perayaan yang tampaknya mempunyai sedikit, kalau pun ada, keterkaitan dengan agama. Halnya demikian berkenaan hari ulang tahun, yang dirayakan di banyak sekolah. Walaupun Saksi-Saksi Yehuwa menghargai hak orang lain untuk merayakan hari ulang tahun, Anda tentu mengetahui bahwa mereka memilih untuk tidak ikut dalam perayaan demikian. Tetapi mungkin Anda tidak mengetahui alasan-alasan mengapa mereka dan anak-anak mereka memutuskan untuk tidak berpartisipasi dalam perayaan ini.

Le livre des religions (Buku Agama-Agama), sebuah ensiklopedia yang beredar luas di Prancis, menyebutkan kebiasaan ini sebagai suatu upacara dan mendaftarkannya di antara ”upacara-upacara duniawi”. Walaupun dewasa ini dianggap sebagai kebiasaan duniawi yang tidak berbahaya, perayaan hari ulang tahun sebenarnya berasal dari kekafiran.

The Encyclopedia Americana (edisi tahun 1991) menyatakan, ”Dunia purba dari Mesir, Yunani, Romawi, dan Persia merayakan hari ulang tahun para dewa, raja, dan bangsawan.” Pengarang bernama Ralph dan Adelin Linton menyingkapkan alasan yang mendukung hal ini. Dalam buku mereka The Lore of Birthdays, mereka menulis, ”Mesopotamia dan Mesir, tempat lahirnya peradaban, adalah juga negeri-negeri pertama yang orang-orangnya mengingat dan menghormati hari ulang tahun mereka. Dipeliharanya catatan-catatan tanggal kelahiran penting di zaman purba terutama karena tanggal kelahiran sangat diperlukan untuk pembuatan sebuah horoskop.” Keterkaitan langsung dengan astrologi ini menjadi alasan untuk pertimbangan yang penting bagi siapa pun yang menjauhi astrologi mengingat apa yang Alkitab katakan tentangnya.​—Yesaya 47:13-15.

Maka tidaklah mengherankan, kita membaca dalam The World Book Encyclopedia, ”Orang-orang Kristen masa awal tidak merayakan kelahiran-Nya [Kristus] karena mereka menganggap perayaan kelahiran seseorang sebagai kebiasaan kafir.”​—Jilid 3, halaman 416.

Gambar di hlm. 16

Saksi-Saksi senang bersukaria bersama

Mengingat keterangan di atas, Saksi-Saksi Yehuwa memilih untuk tidak ikut dalam pesta-pesta hari ulang tahun. Sudah pasti, kelahiran seorang anak adalah peristiwa yang membahagiakan dan menakjubkan. Secara wajar, semua orang-tua merasa girang melihat anak-anak mereka bertumbuh dan berkembang seraya tahun-tahun berlalu. Saksi-Saksi Yehuwa juga merasakan sukacita besar dalam mempertunjukkan kasih mereka kepada keluarga dan teman-teman dengan memberi hadiah dan bersukaria bersama. Akan tetapi, mengingat asal usul perayaan hari ulang tahun, mereka lebih suka melakukannya pada waktu-waktu lain sepanjang tahun.​—Lukas 15:22-25; Kisah 20:35.

Natal

Natal dirayakan di seluas dunia, bahkan di negeri-negeri yang bukan Kristen. Karena hari raya ini diterima oleh kebanyakan agama dari Susunan Kristen, mungkin tampaknya agak mengejutkan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa memilih untuk tidak merayakannya. Mengapa demikian?

Sebagaimana dinyatakan dengan jelas oleh banyak ensiklopedia, hari kelahiran Yesus ditetapkan dengan sesuka hati sehingga bersamaan waktu dengan sebuah festival kafir Romawi. Perhatikanlah pernyataan-pernyataan berikut yang diambil dari berbagai karya acuan:

”Tanggal kelahiran Kristus tidak diketahui. Injil tidak menunjukkan hari maupun bulannya.”​—New Catholic Encyclopedia, Jilid III, halaman 656.

Gambar di hlm. 17

”Saturnalia di roma menyediakan model bagi kebanyakan kebiasaan bersukaria pada waktu natal.”​—Encyclopædia of Religion and Ethics

”Kebanyakan kebiasaan Natal yang kini umum di Eropa, atau yang dicatat sejak masa silam, bukanlah kebiasaan-kebiasaan asli Kristen, melainkan kebiasaan-kebiasaan kafir yang telah diterima atau ditoleransi oleh Gereja. . . . Saturnalia di Roma menyediakan model bagi kebanyakan kebiasaan bersukaria pada waktu Natal.”​—Encyclopædia of Religion and Ethics (Edinburgh, 1910), diedit oleh James Hastings, Jilid III, halaman 608-9.

”Natal telah dirayakan pada tanggal 25 Desember di semua gereja Kristen sejak abad keempat. Pada waktu itu, ini adalah tanggal dari festival kafir yang merayakan titik balik matahari di musim dingin yang disebut ’Kelahiran (Latin, natale) Matahari’, karena matahari tampaknya lahir kembali seraya hari-hari kembali menjadi lebih panjang. Di Roma, Gereja mengadopsi kebiasaan yang sangat populer ini . . . dengan memberinya suatu arti baru.”​—Encyclopædia Universalis, 1968, (Prancis) Jilid 19, halaman 1375.

”Perkembangan festival Natal dipengaruhi oleh perbandingan dengan perayaan kafir Sol Invictus (Matahari yang Tidak Terkalahkan atau Mitra). Di lain pihak, tanggal 25 Desember, sebagai hari titik balik matahari di musim dingin, ditandai dengan terang yang terbit ke dalam dunia melalui Kristus, dan simbolisme Sol Invictus kemudian dialihkan kepada Kristus.”​—Brockhaus Enzyklopädie, (Jerman) Jilid 20, halaman 125.

Pada waktu mengetahui fakta-fakta tentang Natal, bagaimana reaksi beberapa orang? The Encyclopædia Britannica menyatakan, ”Pada tahun 1644, kaum puritan Inggris melarang pesta atau kebaktian agama apa pun dengan undang-undang dari Parlemen, dengan alasan bahwa hari itu [Natal] adalah festival kafir, dan memerintahkan agar hari itu diperingati sebagai hari puasa. Charles II menghidupkan kembali kegiatan-kegiatan meriah tersebut, tetapi orang-orang Skotlandia berpaut pada pandangan kaum Puritan.” Orang-orang Kristen masa awal tidak merayakan Natal, demikian pula Saksi-Saksi Yehuwa dewasa ini tidak merayakannya ataupun berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Natal.

Akan tetapi, Alkitab memperbolehkan memberi hadiah atau mengundang keluarga dan teman-teman untuk suatu perjamuan makan yang menyenangkan pada kesempatan-kesempatan lain. Alkitab menganjurkan orang-tua untuk melatih anak-anak mereka agar bermurah hati dengan tulus, sebaliknya daripada memberi hadiah hanya jika secara sosial kita diharapkan untuk melakukannya. (Matius 6:2, 3) Anak-anak dari Saksi-Saksi Yehuwa diajar untuk bersikap toleran dan penuh hormat, dan hal ini termasuk mengakui hak orang lain untuk merayakan Natal. Maka, mereka menghargai jika keputusan mereka untuk tidak ikut dalam perayaan Natal dihormati.

Perayaan-Perayaan Lain

Saksi-Saksi Yehuwa mengambil pendirian yang sama terhadap hari-hari raya lain yang bersifat keagamaan atau yang berbau keagamaan yang diadakan selama tahun pelajaran sekolah di berbagai negeri, seperti festival-festival bulan Juni di Brasil, Epiphany di Prancis, Carnival di Jerman, Setsubun di Jepang, dan Halloween di Amerika Serikat. Sehubungan hari-hari raya ini atau perayaan spesifik lainnya yang tidak disebutkan di sini, orang-tua Saksi atau anak-anak mereka pasti akan senang menjawab pertanyaan apa pun yang mungkin Anda miliki.

Apa yang Anak-Anak Katakan

”Meskipun saya tidak mendapat hadiah pada hari ulang tahun, orang-tua saya tetap membelikan hadiah untuk saya pada kesempatan-kesempatan lain. Saya lebih senang begitu sebab saya mendapat kejutan.”​—Gregory, 11 tahun.

”Kebanyakan anak menganggap Natal sekadar waktu untuk menerima banyak hadiah. Tetapi saya menerima hadiah-hadiah dan bepergian sepanjang tahun. Keluarga saya mengajak saya ke negeri-negeri lain, seperti Fiji, Selandia Baru, dan Brasil.”​—Caleb, 10 tahun.

”Saya bergembira bersama sahabat-sahabat saya, dan kami saling memberi kejutan dengan memberi hadiah pada waktu-waktu tertentu.”​—Nicole, 14 tahun.

”Banyak teman di sekolah bertanya kepada saya bagaimana saya dapat tahan tidak mengikuti Natal dan hari-hari raya lainnya. Saya tidak kehilangan kegembiraan. Saya dan keluarga sering melakukan berbagai hal bersama-sama. Kami memiliki sahabat-sahabat yang menyenangkan untuk pergi berlibur bersama. Kami pergi berkemah dan bermain ski, dan kami sering berkumpul di rumah. Saya pikir andaikan orang-orang lain tahu betapa banyak kegembiraan yang kami nikmati, mereka pasti terkejut!”​—Andriana, 13 tahun.

”Saya tidak pernah merasa diabaikan karena saya tidak merayakan Natal atau hari-hari raya lainnya. Selama liburan, sewaktu kami tidak bersekolah dan Ayah tidak bekerja, kami mengadakan permainan, nonton bioskop, nonton TV. Kami melakukan banyak hal bersama-sama sebagai satu keluarga.”​—Brian, 10 tahun.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan