-
Bagian 1—Saksi-Saksi ke Bagian yang Paling Jauh di BumiSaksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
-
-
Pasal 22
Bagian 1—Saksi-Saksi ke Bagian yang Paling Jauh di Bumi
Ini adalah yang pertama dari lima bagian dalam pasal yang melaporkan bagaimana kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa telah menjangkau seputar bumi. Bagian 1, yang meliputi era dari tahun 1870-an sampai dengan 1914, terdapat di halaman 404 hingga 422. Masyarakat manusia tidak pernah pulih dari gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh Perang Dunia I, yang dimulai pada tahun 1914. Itulah tahun yang sudah lama ditandai oleh Siswa-Siswa Alkitab sebagai akhir Zaman Orang Kafir.
SEBELUM ia naik ke surga, Yesus Kristus menugaskan para rasulnya, dengan berkata, ”Kamu akan menjadi saksi-saksiku . . . ke bagian yang paling jauh di bumi.” (Kisah 1:8, NW) Ia juga menubuatkan bahwa ”Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa”. (Mat. 24:14) Pekerjaan tersebut belum selesai pada abad pertama. Bagian utamanya telah dilakukan pada zaman modern. Catatan mengenai pelaksanaannya sejak tahun 1870-an hingga sekarang sungguh menggetarkan hati.
Meskipun Charles Taze Russell menjadi terkenal di kalangan luas karena khotbah-khotbahnya tentang Alkitab yang banyak diiklankan, minatnya tidak semata-mata kepada jumlah hadirin yang banyak melainkan kepada orang-orang. Maka, tidak lama sesudah ia mulai menerbitkan Watch Tower pada tahun 1879, ia mengadakan perjalanan yang ekstensif untuk mengunjungi kelompok-kelompok kecil para pembaca majalah itu guna membahas Alkitab bersama mereka.
C. T. Russell mendesak mereka yang percaya kepada janji-janji yang berharga dari Firman Allah untuk ikut serta membagikannya kepada orang-orang lain. Mereka yang sangat tersentuh hatinya oleh apa yang mereka pelajari, menunjukkan gairah sejati untuk bertindak tepat demikian. Untuk membantu dalam pekerjaan, bahan tercetak disediakan. Pada awal tahun 1881, sejumlah risalah diterbitkan. Keterangan tentang isinya kemudian digabung dengan informasi tambahan sehingga membentuk publikasi Food for Thinking Christians yang lebih lengkap, dan 1.200.000 eksemplar dipersiapkan untuk disebarkan. Namun bagaimanakah kelompok kecil dari Siswa-Siswa Alkitab (mungkin terdiri dari 100 pada waktu itu) dapat menyebarkan semuanya ini?
Mencapai Para Pengunjung Gereja
Beberapa diberikan kepada sanak saudara dan teman-teman. Sejumlah surat kabar setuju untuk mengirimkan sebuah eksemplar risalah itu kepada setiap langganan mereka. (Perhatian khusus diberikan kepada surat kabar mingguan dan bulanan agar Food for Thinking Christians dapat mencapai banyak orang yang tinggal di daerah pedesaan.) Tetapi banyak dari penyebarannya terlaksana pada beberapa hari Minggu secara berturut-turut di depan gereja-gereja di Amerika Serikat dan Inggris. Tidak ada cukup Siswa-Siswa Alkitab untuk melakukan semuanya secara pribadi, maka mereka menyewa orang-orang lain untuk membantu.
Saudara Russell mengutus dua rekan, J. C. Sunderlin dan J. J. Bender, ke Inggris untuk mengawasi penyebaran 300.000 eksemplar di sana. Saudara Sunderlin pergi ke London, sedangkan Saudara Bender melakukan perjalanan ke utara ke Skotlandia dan kemudian mengerjakan daerah sepanjang perjalanannya ke selatan. Perhatian utama diberikan kepada kota-kota besar. Melalui iklan-iklan di surat kabar ditemukan pria-pria yang cakap dan kontrak dibuat dengan mereka untuk mengatur agar cukup banyak orang membantu guna menyebarkan jatah buku mereka. Di London saja hampir 500 orang dikerahkan untuk menyebarkan risalah itu. Pekerjaan dilakukan dengan cepat, pada dua hari Minggu berturut-turut.
Pada tahun itu juga penyelenggaraan dibuat agar Siswa-Siswa Alkitab yang dapat meluangkan setengah waktu mereka atau lebih, khusus dalam pekerjaan Tuhan untuk menjadi kolportir, menyebarkan lektur untuk pengajaran Alkitab. Para pelopor dari mereka yang dewasa ini dikenal sebagai perintis, secara mencolok berhasil menyebarkan kabar baik.
Selama dekade berikutnya, Saudara Russell menyiapkan aneka ragam risalah yang dengan mudah dapat digunakan untuk menyebarkan beberapa kebenaran Alkitab penting yang telah dipelajari. Ia juga menulis beberapa jilid Millenial Dawn, (belakangan dikenal sebagai Studies in The Scriptures). Kemudian ia mulai mengadakan perjalanan penginjilan secara pribadi ke negeri-negeri lain.
Russell Melakukan Perjalanan ke Luar Negeri
Pada tahun 1891 ia mengunjungi Kanada, di sana telah ditanamkan cukup banyak minat sejak tahun 1880 sehingga suatu kebaktian dapat diadakan di Toronto yang dihadiri oleh 700 orang. Ia juga melakukan perjalanan ke Eropa pada tahun 1891 untuk melihat apa yang dapat dilakukan guna memajukan penyebaran kebenaran di sana. Perjalanan ini membawanya ke Irlandia, Skotlandia, Inggris, banyak negeri di benua Eropa, Rusia (daerah yang kini dikenal sebagai Moldavia), dan Timur Tengah.
Kesimpulan apakah yang ia tarik dari orang-orang yang dihubunginya dalam perjalanan tersebut? ”Kami tidak melihat peluang atau kesediaan untuk menerima kebenaran di Rusia . . . Kami tidak melihat sesuatu yang dapat menganjurkan kami untuk mengharapkan tuaian di Italia atau Turki atau Austria atau Jerman,” lapornya. ”Tetapi Norwegia, Swedia, Denmark, Swiss, dan teristimewa Inggris, Irlandia dan Skotlandia, merupakan ladang yang siap dan menunggu untuk dituai. Tampaknya ladang-ladang ini berseru, Datanglah kemari dan bantulah kami!” Ini merupakan era yang Gereja Katolik masih melarang pembacaan Alkitab, ketika banyak orang Protestan meninggalkan gereja mereka, dan ketika tidak sedikit orang, yang karena dikecewakan oleh gereja, menolak Alkitab sama sekali.
Untuk membantu orang-orang yang lapar secara rohani itu, sesudah perjalanan Saudara Russell pada tahun 1891 upaya intensif dikerahkan untuk menerjemahkan lektur ke dalam bahasa-bahasa Eropa. Penyelenggaraan juga dibuat untuk mencetak dan menyimpan persediaan lektur di London sehingga dapat lebih mudah tersedia untuk dipergunakan di Inggris. Ladang di Inggris terbukti siap untuk dituai. Menjelang tahun 1900, sudah terdapat sembilan sidang dan sejumlah 138 Siswa-Siswa Alkitab—di antara mereka terdapat beberapa kolportir yang bergairah. Sewaktu Saudara Russell kembali mengunjungi Inggris pada tahun 1903, seribu orang berkumpul di Glasgow untuk mendengar dia berbicara tentang ”Harapan dan Prospek Milenium”, 800 orang hadir di London, dan hadirin berjumlah 500 hingga 600 orang di kota-kota lainnya.
Akan tetapi, untuk menguatkan pengamatan Saudara Russell, setelah 17 tahun berlalu sejak kunjungannya, sidang pertama Siswa-Siswa Alkitab terbentuk di Italia, yakni di Pinerolo. Dan bagaimana dengan Turki? Selama akhir tahun 1880-an, Basil Stephanoff telah mengabar di Makedonia, yang pada waktu itu adalah Turki Eropa. Walaupun beberapa orang tampaknya menunjukkan minat, orang-orang tertentu yang mengaku sebagai saudara membuat laporan-laporan palsu, mengakibatkan ia dipenjarakan. Baru pada tahun 1909, sepucuk surat dari seorang pria Yunani di Smirna (kini Izmir), Turki, melaporkan bahwa sebuah kelompok di sana dengan penuh penghargaan sedang mempelajari publikasi-publikasi Watch Tower. Sehubungan dengan Austria, Saudara Russell sendiri kembali pada tahun 1911 untuk berbicara di Wina, namun pertemuan itu dibubarkan oleh gerombolan pengacau. Di Jerman juga, tanggapan yang baik lambat diberikan. Tetapi orang-orang Skandinavia menunjukkan kesadaran yang lebih besar akan kebutuhan rohani mereka.
Orang Skandinavia Saling Membagi
Banyak orang Swedia tinggal di Amerika. Pada tahun 1883 sebuah sampel majalah Watch Tower yang diterjemahkan ke dalam bahasa Swensk disediakan untuk disebarkan di antara mereka. Majalah-majalah ini segera dikirimkan melalui pos kepada teman-teman dan sanak saudara di Swedia. Lektur dalam bahasa Norsk belum diproduksi. Meskipun demikian, pada tahun 1892, tahun berikutnya sesudah perjalanan Saudara Russell ke Eropa, Knud Pederson Hammer, seorang Norwegia yang telah mempelajari kebenaran di Amerika, secara pribadi kembali ke Norwegia untuk memberi kesaksian kepada sanak saudaranya.
Kemudian, pada tahun 1894, tatkala lektur mulai diterbitkan dalam bahasa Dansk-Norsk, Sophus Winter, seorang Amerika keturunan Denmark yang berusia 25 tahun, diutus ke Denmark dengan persediaan lektur untuk disebarkan. Menjelang musim semi berikutnya, ia telah menempatkan 500 buah dari jilid-jilid Millenial Dawn. Dalam waktu singkat beberapa orang lain yang membaca publikasi tersebut ikut serta dalam pekerjaannya. Sayang sekali, ia kemudian tidak menghargai lagi nilai dari hak istimewa berharga yang dimilikinya; tetapi yang lainnya terus membiarkan terang mereka bercahaya.
Akan tetapi, sebelum ia meninggalkan dinas ini, Winter telah melakukan pekerjaan sebagai kolportir di Swedia. Tidak lama sesudah itu, di rumah seorang teman di Pulau Sturkö, August Lundborg, seorang kapten Bala Keselamatan yang masih muda, melihat dua jilid Millenial Dawn. Ia meminjamnya, membacanya dengan penuh gairah, mengundurkan diri dari gereja, dan mulai membagikan kepada orang-orang lain apa yang telah dipelajarinya. Seorang pemuda lain, P. J. Johansson, terbuka matanya karena membaca sebuah risalah yang dipungutnya dari sebuah bangku di taman.
Seraya kelompok orang Swedia mulai berkembang, beberapa pergi ke Norwegia untuk menyebarkan lektur Alkitab. Bahkan sebelum itu, lektur telah tiba di Norwegia melalui pos dari sanak-saudara di Amerika. Dengan cara inilah Rasmus Blindheim memulai dinas Yehuwa. Antara lain di Norwegia, Theodor Simonsen, seorang penginjil dari Free Mission (Misi Bebas), menerima kebenaran selama tahun-tahun permulaan tersebut. Ia mulai membantah ajaran api neraka dalam khotbah-khotbahnya di Free Mission. Hadirinnya bangkit berdiri dengan kagum karena berita yang luar biasa ini; tetapi ketika diketahui bahwa ia telah membaca ”Millennial Dawn”, ia dikeluarkan dari gereja. Meskipun demikian, ia terus berbicara tentang perkara-perkara baik yang telah dipelajarinya. Pemuda lain yang menerima beberapa lektur adalah Andreas Øiseth. Sekali yakin bahwa ia telah mendapat kebenaran, ia meninggalkan peternakan keluarganya dan terjun ke dalam pekerjaan kolportir. Secara sistematis ia mengerjakan daerah sepanjang perjalanannya ke utara, kemudian ke selatan sepanjang fjord (teluk sempit di antara tebing-tebing atau lereng curam), tanpa melewatkan satu pemukiman pun. Pada musim salju ia membawa persediaannya—makanan, pakaian, dan lektur—di atas kereta luncur, dan orang-orang yang murah hati menyediakan tempat baginya untuk tidur. Dalam suatu perjalanan selama delapan tahun, ia menjangkau hampir seluruh negeri itu dengan kabar baik.
Istri August Lundborg, Ebba, pergi dari Swedia ke Finlandia untuk melakukan pekerjaan kolportir pada tahun 1906. Hampir bersamaan waktu, para pria yang kembali dari Amerika Serikat membawa serta sejumlah lektur Watch Tower dan mulai membagikan apa yang telah mereka pelajari. Maka beberapa tahun kemudian, Emil Österman, yang mencari sesuatu yang lebih baik daripada yang ditawarkan oleh gereja-gereja, dapat memiliki The Divine Plan of the Ages. Ia membagikannya kepada temannya Kaarlo Harteva, yang juga sedang melakukan pencarian. Karena menyadari nilai dari apa yang mereka miliki, Harteva menerjemahkannya ke dalam bahasa Finlandia dan, dengan bantuan dana dari Österman, mengatur agar buku itu diterbitkan. Bersama-sama mereka mulai menyebarkannya. Dengan menunjukkan semangat penginjilan yang sejati, mereka berbicara kepada orang-orang di tempat umum, membuat kunjungan dari rumah ke rumah, dan menyampaikan khotbah dalam auditorium-auditorium besar yang dipadati sesuai kapasitasnya. Di Helsinki, sesudah menyingkapkan doktrin-doktrin palsu Susunan Kristen, Saudara Harteva mengundang hadirin untuk menggunakan Alkitab guna membela kepercayaan akan jiwa yang tidak berkematian, jika mereka bisa. Semua mata berpaling kepada para pemimpin agama yang hadir. Tidak ada yang berbicara; tidak ada yang dapat menanggapi pernyataan jelas yang terdapat di Yehezkiel 18:4. Beberapa yang hadir mengatakan bahwa mereka hampir tidak bisa tidur pada malam tersebut sesudah apa yang mereka dengar.
Tukang Kebun yang Rendah Hati Menjadi Penginjil di Eropa
Sementara itu, Adolf Weber, atas anjuran seorang teman berusia lanjut yang beragama Anabaptis, berangkat dari Swiss ke Amerika Serikat untuk mencari pengertian Alkitab yang lebih mendalam. Di sana, karena menanggapi sebuah iklan, ia menjadi tukang kebun untuk Saudara Russell. Dengan bantuan The Divine Plan of the Ages, (waktu itu tersedia dalam bahasa Jerman) dan perhimpunan-perhimpunan yang dipimpin oleh Saudara Russell, Adolf memperoleh pengetahuan Alkitab yang dicarinya, dan ia dibaptis pada tahun 1890. ’Mata hatinya menjadi terang’, sehingga ia sungguh menghargai betapa besar peluang yang terbuka baginya. (Ef. 1:18) Sesudah beberapa waktu memberi kesaksian dengan penuh gairah di Amerika Serikat, ia pulang ke kampung halamannya, untuk mulai bekerja ”dalam kebun anggur Tuhan” di sana. Demikianlah, menjelang pertengahan tahun 1890-an, ia berada kembali di Swiss untuk membagikan kebenaran Alkitab kepada mereka yang mempunyai hati yang suka menerima.
Adolf mencari nafkahnya sebagai tukang kebun dan ahli kehutanan, tetapi minat utamanya adalah penginjilan. Ia memberi kesaksian kepada rekan-rekan kerjanya, juga kepada orang-orang di kota-kota dan desa-desa Swiss yang terdekat. Ia mengetahui beberapa bahasa, dan ia menggunakan pengetahuan ini untuk menerjemahkan publikasi-publikasi Lembaga ke dalam bahasa Prancis. Sewaktu musim salju tiba ia mengisi tas ranselnya dengan lektur Alkitab dan berjalan kaki ke Prancis, dan kadang-kadang ia melakukan perjalanan ke arah barat laut menuju Belgia dan ke selatan menuju Italia.
Agar dapat mencapai orang-orang yang mungkin tidak dapat dihubunginya secara pribadi, ia memasang iklan di surat-surat kabar dan majalah-majalah, dengan menarik perhatian kepada lektur yang tersedia untuk pengajaran Alkitab. Elie Thérond, di Prancis tengah, menanggapi salah satu iklan itu, mengenali nada kebenaran dari apa yang dibacanya, dan ia sendiri segera mulai menyebarluaskan berita itu. Di Belgia, Jean-Baptiste Tilmant, Sr., juga melihat salah satu iklan pada tahun 1901 dan memperoleh dua jilid Millenial Dawn. Betapa tergetar hatinya melihat kebenaran Alkitab dikemukakan dengan begitu jelas! Bagaimana mungkin ia menahan diri untuk tidak memberi tahu teman-temannya! Menjelang tahun berikutnya, sebuah kelompok pengajaran berhimpun secara tetap tentu di rumahnya. Segera sesudah itu kegiatan kelompok kecil tersebut menghasilkan buah bahkan di Prancis bagian utara. Saudara Weber tetap berhubungan dengan mereka, secara berkala mengunjungi berbagai kelompok yang berkembang, membina mereka secara rohani dan memberikan kepada mereka petunjuk-petunjuk tentang cara bagaimana membagikan kabar baik kepada orang lain.
Sewaktu Kabar Baik Mencapai Jerman
Tidak lama sesudah beberapa dari publikasi mulai ada dalam bahasa Jerman, pada pertengahan tahun 1880-an, orang-orang Amerika keturunan Jerman yang menghargainya mulai mengirimkannya ke sanak-saudara di tanah kelahiran mereka. Seorang juru rawat yang bekerja di sebuah rumah sakit di Hamburg membagikan publikasi Millenial Dawn kepada orang-orang lain di rumah sakit. Pada tahun 1896, Adolf Weber, di Swiss, memasang iklan di surat kabar berbahasa Jerman dan mengirimkan risalah-risalah melalui pos ke Jerman. Pada tahun berikutnya sebuah depot lektur dibuka di Jerman untuk memperlancar penyebaran edisi Watch Tower dalam bahasa Jerman, namun perkembangannya lambat. Akan tetapi, pada tahun 1902, Margarethe Demut, yang telah belajar kebenaran di Swiss, pindah ke Tailfingen, sebelah timur dari Black Forest. Kesaksian yang diberikannya secara pribadi dengan penuh gairah membantu untuk membubuh dasar bagi salah satu kelompok permulaan Siswa-Siswa Alkitab di Jerman. Samuel Lauper, dari Swiss, pindah ke Bergisches Land, sebelah timur laut Cologne, untuk menyebarkan kabar baik di daerah tersebut. Menjelang tahun 1904, perhimpunan-perhimpunan diadakan di sana di Wermelskirchen. Di antara mereka yang hadir ada seorang pria berusia 80 tahun, Gottlieb Paas, yang telah mencari-cari kebenaran. Menjelang saat kematiannya, tidak lama sesudah perhimpunan-perhimpunan tersebut mulai, Paas memegang Watch Tower dan berkata, ”Inilah kebenaran; berpeganglah padanya.”
Jumlah mereka yang berminat pada kebenaran-kebenaran Alkitab ini kian hari kian bertambah. Walaupun mahal, penyelenggaraan dibuat untuk melampirkan sampel majalah Watch Tower secara gratis pada surat kabar di Jerman. Sebuah laporan yang diterbitkan pada tahun 1905 berbunyi bahwa lebih dari 1.500.000 eksemplar sampel Watch Tower ini telah disebarkan. Itu merupakan suatu prestasi besar bagi suatu kelompok yang sangat kecil.
Tidak semua Siswa-Siswa Alkitab beranggapan bahwa mereka sudah melakukan apa yang diperlukan dengan mencapai orang-orang yang tinggal di dekat rumah. Bahkan sejak tahun 1907, Saudara Erler, dari Jerman, melakukan perjalanan ke Bohemia yang pada waktu itu disebut Austria-Hongaria (belakangan bagian dari Cekoslowakia). Ia menyebarkan lektur yang memberi peringatan tentang Armagedon dan menceritakan tentang berkat-berkat yang akan datang kepada umat manusia sesudahnya. Menjelang tahun 1912, seorang Siswa Alkitab lain telah menyebarkan lektur Alkitab di daerah Memel, di tempat yang kini adalah Lituania. Berita ini disambut dengan antusias oleh banyak orang, dan beberapa kelompok yang cukup besar dari Siswa-Siswa Alkitab segera terbentuk di sana. Akan tetapi, sewaktu mereka belajar bahwa orang Kristen sejati harus juga menjadi saksi, jumlah mereka mulai menciut. Meskipun demikian, beberapa membuktikan diri peniru Kristus yang sejati, ”Saksi yang setia dan benar”.—Why. 3:14.
Sewaktu Nikolaus von Tornow, seorang bangsawan Jerman yang memiliki tanah yang luas di Rusia, berada di Swiss sekitar tahun 1907, ia menerima salah satu risalah dari Lembaga Menara Pengawal. Dua tahun kemudian ia muncul di Sidang Berlin, di Jerman, dengan mengenakan pakaian terbaiknya dan disertai oleh pelayan pribadinya. Memerlukan waktu baginya untuk dapat memahami apa sebabnya Allah mempercayakan kebenaran-kebenaran yang tak ternilai harganya kepada orang-orang yang begitu sederhana, tetapi apa yang dibacanya di 1 Korintus 1:26-29 membantu, ”Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. . . , supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.” Karena yakin bahwa ia telah menemukan kebenaran, von Tornow menjual tanah miliknya di Rusia dan membaktikan dirinya dan sumber dayanya guna memajukan kepentingan ibadat yang murni.
Pada tahun 1911, ketika sepasang suami-istri muda Jerman, keluarga Herkendell, menikah, mempelai wanita meminta dari ayahnya, sebagai mas kawin, uang untuk menikmati bulan madu yang lain daripada yang lain. Ia dan suaminya berniat melakukan perjalanan yang sibuk yang akan makan waktu berbulan-bulan. Bulan madu mereka ialah suatu perjalanan pengabaran ke Rusia untuk mencapai orang-orang yang berbahasa Jerman di sana. Demikianlah dengan banyak cara berbagai macam orang membagikan kepada orang lain apa yang telah mereka pelajari tentang maksud-tujuan Allah yang pengasih.
Pertumbuhan Di Ladang Inggris
Sesudah penyebaran lektur secara intensif di Inggris pada tahun 1881, beberapa pengunjung gereja melihat perlunya untuk bertindak sesuai dengan apa yang telah mereka pelajari. Tom Hart dari Islington, London, adalah salah seorang yang terkesan oleh nasihat Alkitab di dalam Watch Tower, ”Hai umatKu, pergilah dari padanya”—yakni, keluarlah dari gereja-gereja Susunan Kristen yang bersifat Babilon dan ikutilah pengajaran Alkitab. (Why. 18:4) Ia mengundurkan diri dari gereja pada tahun 1884, diikuti oleh sejumlah orang lain.
Banyak orang yang bergabung dengan kelompok-kelompok pengajaran berkembang menjadi penginjil yang efektif. Beberapa menawarkan lektur Alkitab di taman-taman di London dan tempat-tempat lain yang menjadi tempat orang bersantai. Yang lain memusatkan diri kepada gedung-gedung bisnis. Akan tetapi, cara yang lebih lazim ialah mengadakan kunjungan dari rumah ke rumah.
Sarah Ferrie, seorang pelanggan Watch Tower, menulis kepada Saudara Russell dan berkata bahwa ia dan beberapa teman di Glasgow secara sukarela ingin ikut serta menyebarkan risalah. Benar-benar suatu kejutan ketika sebuah truk berhenti di depan rumahnya dengan muatan 30.000 selebaran, semuanya untuk dibagikan secara cuma-cuma! Mereka mulai bergerak. Minnie Greenlees, bersama tiga putranya yang masih muda, ”dengan sebuah bendi yang dihela seekor kuda poni” sebagai sarana pengangkutan, membuat penyebaran lektur Alkitab menembus sampai ke daerah pedesaan Skotlandia. Belakangan, Alfred Greenlees dan Alexander MacGillivray, dengan mengendarai sepeda menyebarkan risalah di banyak tempat di Skotlandia. Sebaliknya daripada membayar orang lain untuk menyebarkan lektur, para sukarelawan yang berbakti itu sendiri kini melaksanakan pekerjaan itu.
Hati Mereka Mendorong Mereka
Dalam salah satu perumpamaannya, Yesus telah berkata bahwa orang-orang yang ’mendengar firman Allah dengan hati yang bagus dan baik’ akan mengeluarkan buah. Penghargaan yang tulus akan persediaan Allah yang pengasih menggerakkan mereka untuk membagikan kabar baik tentang Kerajaan Allah kepada orang lain. (Luk. 8:8, 11, 15, NW) Tidak soal keadaan mereka, mereka akan menemukan suatu cara untuk melakukannya.
Demikianlah, seorang turis Argentina memperoleh sebagian dari risalah Food for Thinking Christians dari seorang pelaut Italia. Sementara berlabuh di Peru, turis itu menulis untuk meminta lebih banyak lagi, dan dengan minat yang semakin besar ia menulis lagi pada tahun 1885 dari Argentina kepada redaktur Watch Tower untuk meminta lektur. Pada tahun yang sama seorang anggota dari Angkatan Laut Inggris, yang diutus bersama pasukannya ke Singapura, membawa serta Watch Tower. Ia sangat gembira akan apa yang dipelajarinya dari majalah itu dan dengan bebas menggunakannya di sana untuk memberitahukan pandangan Alkitab tentang topik-topik yang menjadi pokok pembahasan umum. Pada tahun 1910, sebuah kapal ditumpangi dua wanita Kristen yang sedang bepergian, berhenti di pelabuhan Kolombo, Sailan (kini Sri Lanka). Mereka menggunakan kesempatan untuk memberi kesaksian kepada Tn. Van Twest, kepala perkapalan pelabuhan itu. Mereka dengan sungguh-sungguh berbicara kepadanya tentang perkara-perkara baik yang telah mereka pelajari dari buku The Divine Plan of the Ages. Sebagai hasilnya, Tn. Van Twest menjadi seorang Siswa-Siswa Alkitab, dan pemberitaan kabar baik mulai berjalan di Sri Lanka.
Bahkan mereka yang tidak dapat melakukan perjalanan mengupayakan cara-cara untuk membagikan kebenaran-kebenaran Alkitab kepada orang-orang di negeri lain. Seperti tersingkap dari sepucuk surat penghargaan yang diterbitkan pada tahun 1905, seseorang di Amerika Serikat telah mengirimkan The Divine Plan of the Ages kepada seorang pria di St. Thomas, di negeri yang pada waktu itu adalah Hindia Barat Denmark. Sesudah membacanya, si penerima berlutut dan menyatakan keinginannya yang sungguh-sungguh untuk digunakan oleh Allah dalam melakukan kehendak-Nya. Pada tahun 1911, Bellona Ferguson di Brasil menceritakan kasusnya sebagai ”bukti yang hidup dan positif bahwa tidak ada yang terlalu jauh untuk dijangkau” oleh air kebenaran. Rupanya ia telah menerima publikasi-publikasi Lembaga melalui pos sejak tahun 1899. Beberapa waktu sebelum Perang Dunia I, seorang imigran Jerman di Paraguay menemukan salah satu risalah Lembaga dalam kotak posnya. Ia memesan lebih banyak lektur dan segera memutuskan hubungannya dengan gereja Susunan Kristen. Tidak ada orang lain di negeri itu yang dapat melakukannya, maka ia dan iparnya laki-laki memutuskan untuk membaptis satu sama lain. Sungguh, kesaksian diberikan di tempat-tempat yang jauh di bumi, dan itu menghasilkan buah.
Namun Siswa-Siswa Alkitab lainnya merasa terdorong untuk melakukan perjalanan ke tempat kelahiran mereka atau orang-tua mereka untuk menceritakan kepada teman-teman dan sanak saudara tentang maksud-tujuan Yehuwa yang menakjubkan dan bagaimana mereka dapat mengambil bagian di dalamnya. Demikianlah, pada tahun 1895, Saudara Oleszynski pulang kembali ke Polandia dengan kabar baik tentang ”tebusan, restitusi dan panggilan surgawi”; walaupun, sayang sekali, ia tidak bertekun dalam dinas tersebut. Pada tahun 1898 seorang mantan profesor berbangsa Hongaria meninggalkan Kanada untuk menyebarkan berita yang mendesak dari Alkitab di negeri asalnya sendiri. Pada tahun 1905 seorang pria yang telah menjadi seorang Siswa-Siswa Alkitab di Amerika kembali ke Yunani untuk memberi kesaksian. Dan pada tahun 1913, seorang pemuda membawa benih-benih kebenaran Alkitab dari New York pulang ke kota kelahiran keluarganya, Ramallah, tidak jauh dari Yerusalem.
Membuka Daerah Karibia
Sementara jumlah penginjil berkembang di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa, kebenaran Alkitab juga mulai menguasai Panama, Kosta Rika, Guiana Belanda (kini Suriname), dan Guiana Inggris (kini Guyana). Joseph Brathwaite, yang berada di Guiana Inggris sewaktu ia dibantu untuk memahami maksud-tujuan Allah, berangkat ke Barbados pada tahun 1905 guna membaktikan segenap waktunya mengajarkan hal itu kepada orang-orang di sana. Louis Facey dan H. P. Clarke, yang mendengar kabar baik ketika bekerja di Kosta Rika kembali ke Jamaika pada tahun 1897 untuk membagikan iman yang baru mereka temukan, di kalangan sanak-saudara mereka. Mereka yang berpegang pada kebenaran di sana adalah pekerja-pekerja yang bergairah. Pada tahun 1906 saja, kelompok di Jamaika menyebarkan sekitar 1.200.000 risalah dan lektur lainnya. Seorang pekerja lain yang bermigrasi, yang belajar kebenaran di Panama, membawa berita pengharapan dari Alkitab kembali ke Grenada.
Revolusi di Meksiko pada tahun 1910-11 merupakan faktor lain dalam membawa berita tentang Kerajaan Allah kepada orang-orang yang lapar akan kebenaran. Banyak orang melarikan diri ke utara ke Amerika Serikat. Di sana beberapa di antara mereka mulai berkenalan dengan Siswa-Siswa Alkitab, belajar tentang maksud-tujuan Yehuwa untuk mendatangkan perdamaian kekal bagi umat manusia, dan mengirimkan lektur ke Meksiko. Akan tetapi, ini bukan yang pertama kali berita ini mencapai Meksiko. Bahkan sudah sejak tahun 1893, Watch Tower menerbitkan sepucuk surat dari F. de P. Stephenson, dari Meksiko, yang telah membaca beberapa publikasi Lembaga Menara Pengawal dan ingin mendapatkan lebih banyak untuk dibagikan kepada teman-temannya di Meksiko dan di Eropa.
Agar lebih banyak tempat di negeri-negeri Karibia dibuka bagi pemberitaan kebenaran Alkitab dan agar perhimpunan-perhimpunan yang tetap tentu diorganisasi untuk pengajaran, Saudara Russell mengutus E. J. Coward ke Panama pada tahun 1911 dan kemudian ke pulau-pulau. Saudara Coward adalah seorang pembicara yang tegas dan bersemangat, dan hadirin yang sering kali berjumlah ratusan berduyun-duyun datang mendengar khotbah-khotbahnya yang membantah doktrin api neraka dan keadaan tidak berkematian dari jiwa manusia, juga menceritakan tentang masa depan yang menakjubkan bagi bumi. Ia pindah dari satu kota ke kota berikutnya, dan dari satu pulau ke pulau berikutnya—St. Lucia, Dominika, St. Kitts, Barbados, Grenada, dan Trinidad—mencapai sebanyak mungkin orang. Ia juga berbicara di Guiana Inggris. Sementara berada di Panama, ia bertemu dengan W. R. Brown, seorang saudara muda Jamaika yang bergairah, yang kemudian melayani bersama Saudara Coward di beberapa pulau di Karibia. Belakangan, Saudara Brown membantu membuka ladang-ladang yang lain lagi.
Pada tahun 1913, Saudara Russell sendiri berkhotbah di Panama, Kuba, dan Jamaika. Pada waktu ia menyampaikan khotbah umum di Kingston, Jamaika, dua auditorium penuh sesak, dan masih ada sekitar 2.000 orang yang terpaksa tidak dapat ditampung. Ketika pembicara sama sekali tidak menyinggung tentang uang dan ketika tidak diadakan kolekte, pers mencatatnya.
Terang Kebenaran Mencapai Afrika
Afrika juga ditembus oleh terang kebenaran selama jangka waktu ini. Sepucuk surat yang dikirim dari Liberia pada tahun 1884 menyingkapkan bahwa seorang pembaca Alkitab di sana memperoleh sebuah buku Food for Thinking Christians dan ia menginginkan lebih banyak untuk dapat dibagikan kepada orang lain. Beberapa tahun sesudah itu, dilaporkan bahwa seorang pemimpin agama di Liberia telah meninggalkan kedudukannya di gereja agar dapat bebas mengajarkan kebenaran-kebenaran Alkitab yang dipelajarinya dengan bantuan Watch Tower dan bahwa perhimpunan-perhimpunan yang tetap tentu diadakan di sana oleh sekelompok Siswa-Siswa Alkitab.
Seorang rohaniwan dari gereja Reformasi Belanda membawa serta beberapa publikasi dari C. T. Russell ketika ia diutus ke Afrika Selatan pada tahun 1902. Walaupun ia tidak terus menarik manfaat dari buku-buku itu, namun tidak demikian halnya dengan Frans Ebersohn dan Stoffel Fourie yang melihat lektur itu dalam perpustakaannya. Beberapa tahun kemudian, barisan di bagian ladang tersebut diperkuat sewaktu dua Siswa-Siswa Alkitab yang bergairah berimigrasi dari Skotlandia ke Durban, Afrika Selatan.
Sayang sekali, di antara mereka yang memperoleh lektur yang ditulis oleh Saudara Russell dan kemudian mengajarkan sebagian darinya kepada orang-orang lain, terdapat beberapa orang, seperti Joseph Booth dan Elliott Kamwana, yang mencampurkan gagasan mereka sendiri ke dalamnya, yang dirancang untuk menghasut diadakannya perubahan sosial. Bagi beberapa pengamat di Afrika Selatan dan Nyasaland (belakangan Malawi), hal ini cenderung mengacaukan identitas dari Siswa-Siswa Alkitab yang sejati. Meskipun demikian, banyak orang mendengar dan menunjukkan penghargaan terhadap berita yang membawa perhatian kepada Kerajaan Allah sebagai pemecahan problem-problem umat manusia.
Namun, mengenai memberitakan dengan luas di Afrika, hal ini masih akan terjadi di masa depan.
Ke Negeri-Negeri Timur dan Pulau-Pulau di Pasifik
Tidak lama sesudah publikasi-publikasi Alkitab yang dipersiapkan oleh C. T. Russell mula-mula menyebar di Inggris, publikasi-publikasi tersebut juga mencapai Negeri-Negeri Timur. Pada tahun 1883, Nona C. B. Downing, seorang misionaris Presbiter di Chefoo (Yantai), Cina, menerima sebuah majalah Watch Tower. Ia menghargai apa yang ia pelajari mengenai restitusi, dan meminjamkan lektur tersebut kepada beberapa misionaris lainnya, termasuk Horace Randle, yang bergabung dengan Dewan Misi Baptis. Belakangan minat Randle tergugah lebih jauh oleh sebuah iklan tentang Millennial Dawn yang muncul di Times, London, dan kemudian oleh buku-buku itu sendiri—satu dari Nona Downing dan satu lagi dikirim oleh ibunya di Inggris. Mula-mula, ia terkejut akan apa yang dibacanya. Tetapi sekali ia diyakinkan bahwa Tritunggal bukanlah ajaran Alkitab, ia mengundurkan diri dari Gereja Baptis dan mulai menceritakan apa yang telah ia pelajari kepada misionaris-misionaris lainnya. Pada tahun 1900 ia melaporkan bahwa ia telah mengirimkan 2.324 pucuk surat dan sekitar 5.000 risalah kepada misionaris-misionaris di Cina, Jepang, Korea, dan Siam (Thailand). Pada waktu itu kesaksian di Negeri-Negeri Timur terutama diberikan kepada misionaris-misionaris Susunan Kristen.
Selama jangka waktu yang sama tersebut, benih-benih kebenaran juga ditabur di Australia dan Selandia Baru. Yang pertama dari ”benih-benih” yang tiba di Australia ini mungkin dibawa ke sana pada tahun 1884 atau tidak lama sesudah itu oleh seorang pria yang mula-mula didekati oleh seorang Siswa-Siswa Alkitab di sebuah taman di Inggris. ”Benih-benih” lain datang melalui pos dari teman-teman dan sanak-saudara di luar negeri.
Dalam beberapa tahun sesudah Persemakmuran Australia dibentuk pada tahun 1901, ratusan orang di sana berlangganan Watch Tower. Sebagai hasil dari kegiatan mereka yang menyadari hak istimewa untuk membagikan kebenaran kepada orang lain, ribuan risalah dikirimkan kepada orang-orang yang namanya terdapat dalam daftar pemilihan umum. Lebih banyak lagi yang disebarkan di jalan-jalan, dan tumpukan-tumpukan risalah itu dilemparkan dari jendela kereta api untuk para pekerja dan penghuni pondok-pondok yang terpencar-pencar di daerah terpencil sepanjang rel kereta api. Masyarakat diberi tahu mengenai akhir Zaman Orang Kafir yang mendekat pada tahun 1914. Arthur Williams, Sr., berbicara mengenai ini kepada semua pelanggan di tokonya di Australia Barat dan mengundang orang-orang yang berminat ke rumahnya untuk pembahasan lebih lanjut.
Siapa yang pertama-tama mencapai Selandia Baru dengan kebenaran Alkitab tidak diketahui sekarang. Tetapi menjelang tahun 1898, Andrew Anderson, seorang penduduk di Selandia Baru, telah cukup banyak membaca publikasi-publikasi Watch Tower sehingga tergerak menyebarluaskan kebenaran di sana sebagai kolportir. Upayanya diperkuat pada tahun 1904 oleh kolportir-kolportir lain yang datang dari Amerika dan dari kantor cabang Lembaga yang didirikan pada tahun yang sama di Australia. Ny. Thomas Barry, di Christchurch, menerima enam jilid Studies in the Scriptures dari salah seorang kolportir. Putranya, Bill, membacanya pada tahun 1909 dalam perjalanan dengan kapal selama enam minggu ke Inggris dan menyadari kebenaran dari isinya. Bertahun-tahun kemudian Lloyd, putra Bill, menjadi anggota Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa.
Di antara pekerja-pekerja yang bergairah pada masa permulaan tersebut adalah Ed Nelson, yang walaupun agak kurang bijaksana, membaktikan sepenuh waktunya selama 50 tahun menyebarluaskan berita Kerajaan dari ujung utara Selandia Baru hingga selatan. Sesudah beberapa tahun, ia ditemani oleh Frank Grove, yang mengembangkan daya ingatnya guna mengimbangi penglihatan matanya yang kabur dan yang juga merintis selama lebih dari 50 tahun sampai kematiannya.
Suatu Tur Dunia untuk Meningkatkan Pemberitaan Kabar Baik
Upaya besar lebih lanjut dikerahkan pada tahun 1911-12 untuk membantu orang-orang di Negeri-Negeri Timur. International Bible Students Association (IBSA) mengutus suatu panitia terdiri dari tujuh orang, diketuai oleh C. T. Russell, untuk langsung meneliti kondisi di sana. Ke mana pun mereka pergi mereka berbicara tentang maksud-tujuan Allah untuk memberikan berkat-berkat kepada umat manusia melalui Kerajaan Mesias. Kadang-kadang hadirin mereka sedikit; namun di Filipina dan di India, ada ribuan. Mereka tidak mendukung kampanye yang pada waktu itu populer di Susunan Kristen yang mengumpulkan dana untuk mentobatkan dunia. Mereka mengamati bahwa sebagian besar upaya misionaris-misionaris Susunan Kristen dikerahkan untuk memajukan pendidikan duniawi. Tetapi Saudara Russell yakin bahwa apa yang dibutuhkan orang ialah ”Injil tentang persediaan Allah yang pengasih yakni Kerajaan Mesias yang akan datang”. Daripada berharap untuk mentobatkan dunia, Siswa-Siswa Alkitab memahami dari Alkitab bahwa apa yang perlu dilakukan pada waktu itu ialah memberikan kesaksian dan bahwa hal ini akan berfungsi sebagai pengumpulan ”kelompok kecil yang terpilih dari segala bangsa, penduduk, suku dan bahasa untuk menjadi anggota golongan Mempelai Perempuan [Kristus]—untuk duduk bersama Dia di atas takhta-Nya selama seribu tahun, bekerja sama dalam pekerjaan mengangkat umat manusia secara keseluruhan.”a—Why. 5:9, 10; 14:1-5.
Sesudah menggunakan waktu di Jepang, Cina, Filipina, dan lokasi-lokasi lainnya, para anggota panitia melakukan perjalanan tambahan sejauh 6.400 kilometer di India. Beberapa orang yang tinggal di India telah membaca lektur Lembaga dan telah menulis surat untuk menyatakan penghargaan mereka akan hal itu sejak tahun 1887. Kesaksian aktif juga diberikan di kalangan orang-orang yang berbahasa Tamil sejak tahun 1905 oleh seorang pemuda yang, sebagai mahasiswa di Amerika, telah bertemu dengan Saudara Russell dan belajar kebenaran. Pemuda ini membantu terbentuknya sekitar 40 kelompok pengajaran Alkitab di sebelah selatan India. Tetapi setelah mengabar kepada orang lain, ia sendiri menjadi tercela karena meninggalkan standar-standar Kristen.—Bandingkan 1 Korintus 9:26, 27.
Akan tetapi, kira-kira pada waktu yang sama, A. J. Joseph, dari Travancore (Kerala), sebagai tanggapan atas pertanyaan yang ia kirimkan kepada seorang Adven yang terkemuka, mendapat kiriman sebuah jilid Studies in the Scriptures. Di sini ia menemukan jawaban-jawaban yang memuaskan dari Alkitab atas berbagai pertanyaannya tentang Tritunggal. Segera ia dan anggota keluarga lainnya menjelajahi daerah-daerah persawahan dan perkebunan kelapa di India bagian selatan untuk menceritakan kepercayaan yang baru mereka temukan. Sesudah kunjungan Saudara Russell pada tahun 1912, Saudara Joseph terjun dalam dinas sepenuh waktu. Dengan kereta api, pedati sapi, tongkang, dan berjalan kaki, ia melakukan perjalanan untuk menyebarkan lektur Alkitab. Pada waktu ia menyampaikan khotbah umum, acara ini sering diganggu oleh para pemimpin agama dan pengikut-pengikut mereka. Di Kundara, ketika seorang pemimpin agama ”Kristen” memperalat pengikut-pengikutnya untuk mengganggu perhimpunan seperti ini dan melemparkan kotoran hewan ke Saudara Joseph, seorang pria Hindu yang berpengaruh datang untuk melihat kegaduhan apa yang sedang terjadi. Ia bertanya kepada sang pemimpin agama, ’Apakah ini teladan yang diberikan oleh Kristus untuk diikuti oleh orang Kristen, atau apakah perbuatan Anda itu seperti tingkah laku orang-orang Farisi pada zaman Yesus?’ Sang pemimpin agama angkat kaki.
Sebelum tur keliling dunia selama empat bulan oleh panitia IBSA itu selesai, Saudara Russell telah mengatur agar R. R. Hollister menjadi wakil Lembaga di Negeri-Negeri Timur dan melanjutkan menyebarluaskan berita mengenai persediaan Allah yang pengasih yakni Kerajaan Mesias kepada masyarakat di sana. Risalah-risalah khusus dipersiapkan dalam sepuluh bahasa, dan jutaan darinya disebarkan di seluruh India, Cina, Jepang, dan Korea oleh para penyebarnya yang pribumi. Kemudian buku-buku diterjemahkan ke dalam empat bahasa ini untuk menyediakan makanan rohani lebih lanjut bagi mereka yang menunjukkan minat. Daerah ini adalah ladang yang luas, dan masih banyak yang harus dikerjakan. Namun apa yang sejauh itu telah dicapai sungguh menakjubkan.
Kesaksian yang Mengesankan Diberikan
Sebelum kehancuran akibat perang dunia pertama melanda, kesaksian yang ekstensif telah diberikan di seluruh dunia. Saudara Russell telah mengadakan perjalanan untuk berkhotbah ke ratusan kota di Amerika Serikat dan Kanada, telah mengadakan perjalanan berkali-kali ke Eropa, telah berkhotbah di Panama, Jamaika, dan Kuba, juga di kota-kota utama di Negeri-Negeri Timur. Puluhan ribu orang telah mendengar secara pribadi khotbah-khotbah Alkitabnya yang menggerakkan dan telah mengamati cara ia di hadapan umum menjawab dari Alkitab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh kawan maupun lawan. Dengan demikian banyak minat dibangkitkan, dan ribuan surat kabar di Amerika, Eropa, Afrika Selatan, dan Australia secara teratur memuat khotbah-khotbah Saudara Russell. Jutaan buku, maupun ratusan juta risalah dan lektur lainnya dalam 35 bahasa, telah disebarkan oleh Siswa-Siswa Alkitab.
Meskipun peranan Saudara Russell menonjol, bukan ia saja yang memberitakan. Yang lain juga, orang-orang yang tinggal terpencar di seluruh muka bumi, memadukan suara mereka sebagai saksi dari Yehuwa dan Putra-Nya, Yesus Kristus. Mereka yang ambil bagian tidak semuanya pembicara umum. Mereka berasal dari semua lapisan masyarakat, dan mereka menggunakan setiap sarana yang tepat yang ada pada mereka untuk menyebarkan kabar baik.
Pada bulan Januari 1914, kurang dari setahun sebelum berakhirnya Zaman Orang Kafir, masih ada kesaksian intensif lain yang dilancarkan. Ini adalah ”Drama-Foto Penciptaan”, yang menandaskan maksud-tujuan Allah untuk bumi dengan cara baru. Ini dilakukan dengan pertunjukan slide berwarna yang dengan indah dilukis tangan, dan gambar bergerak yang disinkronkan dengan suara. Pers umum di Amerika Serikat melaporkan bahwa di seluruh negeri hadirin yang berjumlah ratusan ribu menontonnya setiap minggu. Menjelang akhir tahun pertama, jumlah hadirin di Amerika Serikat dan Kanada telah mencapai hampir delapan juta. Di London, Inggris, jumlah pengunjungnya melimpah ruah di Opera House dan Royal Albert Hall untuk melihat pertunjukan ini, yang terdiri dari empat bagian dan masing-masing lamanya dua jam. Dalam jangka waktu setengah tahun, lebih dari 1.226.000 orang telah hadir di 98 kota di Kepulauan Inggris. Para pengunjung di Jerman dan Swiss memadati gedung-gedung yang tersedia hingga penuh sesak. Pertunjukan ini juga disaksikan oleh banyak pengunjung di Skandinavia dan Pasifik Selatan.
Betapa suatu kesaksian global, intensif, dan menakjubkan telah diberikan selama dekade-dekade awal dalam sejarah Saksi-Saksi Yehuwa zaman modern! Tetapi, sesungguhnya, pekerjaan itu baru mulai.
Hanya beberapa ratus orang yang secara aktif ikut serta dalam penyebarluasan kebenaran Alkitab selama awal tahun 1880-an. Menjelang tahun 1914, menurut laporan yang ada, terdapat kira-kira 5.100 yang berpartisipasi dalam pekerjaan itu. Yang lain-lain mungkin sewaktu-waktu telah menyebarkan beberapa risalah. Pekerja-pekerja relatif sangat sedikit.
Barisan kecil para penginjil ini, dengan berbagai cara, telah menyebarkan pengumuman mereka tentang Kerajaan Allah ke 68 negeri pada bagian akhir tahun 1914. Dan pekerjaan mereka sebagai pengabar dan pengajar Firman Allah telah ditegakkan secara cukup konsisten di 30 negeri di antaranya.
Jutaan buku dan ratusan juta risalah telah disebarkan sebelum Zaman Orang Kafir berakhir. Selain itu, menjelang tahun 1913 sebanyak 2.000 surat kabar secara tetap tentu menerbitkan khotbah-khotbah yang dipersiapkan oleh C. T. Russell, dan pada tahun 1914 hadirin yang berjumlah lebih dari 9.000.000 orang di tiga benua melihat ”Drama-Foto Penciptaan”.
Sungguh, suatu kesaksian yang menakjubkan telah diberikan! Tetapi ada lebih banyak lagi yang akan terjadi.
[Catatan Kaki]
a Laporan lengkap mengenai tur keliling dunia ini dimuat dalam The Watch Tower 15 April 1912.
[Peta/Gambar di hlm. 405]
C. T. Russell secara pribadi memberikan khotbah-khotbah Alkitab di lebih dari 300 kota (di daerah-daerah yang ditunjukkan dengan titik-titik) di Amerika Utara dan Karibia—di banyak tempat di antaranya 10 atau 15 kali
[Peta]
(Lihat publikasinya)
[Peta di hlm. 407]
(Lihat publikasinya)
Tur-tur pengabaran Russell ke Eropa, biasanya melalui Inggris
1891
1903
1908
1909
1910 (dua kali)
1911 (dua kali)
1912 (dua kali)
1913
1914
[Peta/Gambar di hlm. 408]
Ketika ia yakin telah menemukan kebenaran, Andreas Øiseth dengan bergairah menyebarkan lektur Alkitab di hampir setiap bagian Norwegia
[Peta]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
NORWEGIA
Lingkar Kutub Utara
[Peta/Gambar di hlm. 409]
Adolf Weber, seorang tukang kebun yang rendah hati, menyebarkan kabar baik dari Swiss ke negeri-negeri lain di Eropa
[Peta]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
BELGIA
JERMAN
SWISS
ITALIA
PRANCIS
[Peta/Gambar di hlm. 413]
Bellona Ferguson, di Brasil—”tidak ada yang terlalu jauh untuk dijangkau”
[Peta]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
BRASIL
[Peta di hlm. 415]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
ALASKA
KANADA
GREENLAND
ST. PIERRE & MIQUELON
AMERIKA SERIKAT
BERMUDA
BAHAMA
KEPULAUAN TURKS & KAIKOS
KUBA
MEKSIKO
BELIZE
JAMAIKA
HAITI
REPUBLIK DOMINIKA
PUERTO RIKO
KEPULAUAN CAYMAN
GUATEMALA
EL SALVADOR
HONDURAS
NIKARAGUA
KOSTA RIKA
PANAMA
VENEZUELA
GUYANA
SURINAME
GUIANA PRANCIS
KOLOMBIA
EKUADOR
PERU
BRASIL
BOLIVIA
PARAGUAY
CILE
ARGENTINA
URUGUAY
KEPULAUAN FALKLAND
KEPULAUAN VIRGIN (AS)
KEPULAUAN VIRGIN (INGGRIS)
ANGUILA
ST. MAARTEN
SABA
ST. EUSTATIUS
ST. KITTS
NEVIS
ANTIGUA
MONTSERRAT
GUADELOUPE
DOMINIKA
MARTINIK
ST. LUCIA
ST. VINCENT
BARBADOS
GRENADA
TRINIDAD
ARUBA
BONAIRE
CURAÇAO
SAMUDRA ATLANTIK
LAUT KARIBIA
SAMUDRA PASIFIK
[Peta di hlm. 416, 417]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
GREENLAND
SWEDIA
ISLANDIA
NORWEGIA
KEPULAUAN FAEROE
FINLANDIA
RUSIA
ESTONIA
LATVIA
LITUANIA
BELARUS
UKRAINA
MOLDOVIA
GEORGIA
ARMENIA
AZERBAIJAN
TURKMENISTAN
UZBEKISTAN
KAZAKSTAN
TAJIKISTAN
KIRGHIZIA
POLANDIA
JERMAN
BELANDA
DENMARK
INGGRIS
IRLANDIA
BELGIA
LUKSEMBURG
LIECHTENSTEIN
SWISS
CEKOSLOWAKIA
AUSTRIA
HONGARIA
ROMANIA
YUGOSLAVIA
SLOVENIA
KROATIA
BOSNIA & HERCEGOVINA
BULGARIA
ALBANIA
ITALIA
GIBRALTAR
SPANYOL
PORTUGAL
MADEIRA
MAROKO
SAHARA BARAT
SENEGAL
ALJAZAIR
LIBIA
MESIR
LEBANON
ISRAEL
SIPRUS
SURIAH
TURKI
IRAK
IRAN
BAHRAIN
KUWAIT
YORDANIA
SAUDI ARABIA
QATAR
PERSATUAN EMIRAT ARAB
OMAN
YAMAN
JIBUTI
SOMALIA
ETIOPIA
SUDAN
CAD
NIGER
MALI
MAURITANIA
GAMBIA
GUINEA-BISSAU
SIERRA LEONE
LIBERIA
PANTAI GADING
GHANA
TOGO
BENIN
GUINEA EKUATORIAL
ST. HELENA
GUINEA
BURKINA FASO
NIGERIA
REPUBLIK AFRIKA TENGAH
KAMERUN
SÃO TOMÉ
KONGO
GABON
ZAIRE
ANGOLA
ZAMBIA
NAMIBIA
BOTSWANA
AFRIKA SELATAN
LESOTHO
SWAZILAND
MOZAMBIK
MADAGASKAR
RÉUNION
MAURITIUS
RODRIGUES
ZIMBABWE
MAYOTTE
KOMORO
SEYCHELLES
MALAWI
TANZANIA
BURUNDI
RWANDA
UGANDA
PRANCIS
PAKISTAN
AFGHANISTAN
NEPAL
BHUTAN
MYANMAR
BANGLADESH
INDIA
SRI LANKA
YUNANI
MALTA
TUNISIA
KENYA
SAMUDRA ATLANTIK
SAMUDRA INDIA
ALASKA
MONGOLIA
REPUBLIK RAKYAT DEMOKRASI KOREA
JEPANG
REPUBLIK KOREA
CINA
MAKAO
TAIWAN
HONG KONG
LAOS
THAILAND
VIETNAM
KAMBOJA
FILIPINA
BRUNEI
MALAYSIA
SINGAPURA
INDONESIA
SAIPAN
ROTA
GUAM
YAP
BELAU
CHUUK
POHNPEI
KOSRAE
KEPULAUAN MARSHALL
NAURU
PAPUA NUGINI
AUSTRALIA
SELANDIA BARU
PULAU NORFOLK
KALEDONIA BARU
KEPULAUAN WALLIS & FUTUNA
VANUATU
TUVALU
FIJI
KIRIBATI
TOKELAU
HAWAII
SAMOA BARAT
SAMOA AMERIKA
NIUE
TONGA
KEPULAUAN COOK
TAHITI
KEPULAUAN SOLOMON
SAMUDRA PASIFIK
SAMUDRA INDIA
[Peta/Gambar di hlm. 421]
A. J. Joseph, dari India, dengan putrinya Gracie, yang melayani sebagai seorang utusan injil keluaran Sekolah Gilead
[Peta]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
INDIA
[Gambar di hlm. 411]
Hermann Herkendell, bersama dengan mempelai perempuannya, mengadakan perjalanan bulan madu selama berbulan-bulan untuk mengabar kepada orang berbahasa Jerman di Rusia
[Gambar di hlm. 412]
Para kolportir di Inggris dan Skotlandia berupaya memberi kesempatan kepada setiap orang untuk menerima kesaksian; bahkan anak-anak mereka membantu dalam penyebaran risalah
[Gambar di hlm. 414]
E. J. Coward dengan bergairah menyebarkan kebenaran Alkitab di daerah Karibia
[Gambar di hlm. 418]
Frank Grove (kiri) dan Ed Nelson (di sini tampak bersama istri mereka) masing-masing membaktikan lebih dari 50 tahun untuk menyebarkan berita Kerajaan sepenuh waktu di seluruh Selandia Baru
[Gambar di hlm. 420]
C. T. Russell dan enam rekannya berkeliling dunia pada tahun 1911-12 untuk memajukan pemberitaan kabar baik
-
-
Bagian 2—Saksi-Saksi ke Bagian yang Paling Jauh di BumiSaksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
-
-
Pasal 22
Bagian 2—Saksi-Saksi ke Bagian yang Paling Jauh di Bumi
Pekerjaan pemberitaan Kerajaan dari tahun 1914 sampai 1935 diliput di halaman 423 hingga 443. Saksi-Saksi Yehuwa menunjuk ke tahun 1914 sebagai saat ditakhtakannya Yesus Kristus sebagai Raja surgawi dengan kuasa atas bangsa-bangsa. Ketika berada di bumi, Yesus menubuatkan bahwa suatu pengabaran global mengenai berita Kerajaan yang menghadapi penindasan hebat akan menjadi bagian dari tanda kehadirannya dalam kuasa Kerajaan. Apa yang sesungguhnya terjadi selama tahun-tahun setelah 1914?
PERANG dunia pertama dengan cepat berkecamuk di Eropa pada tahun 1914. Kemudian ia menyebar dan melibatkan negara-negara yang diperkirakan mencakup 90 persen dari penduduk dunia. Bagaimana peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan perang tersebut mempengaruhi kegiatan pengabaran dari hamba-hamba Yehuwa?
Tahun-Tahun Suram Selama Perang Dunia I
Selama tahun-tahun awal perang, tidak banyak rintangan kecuali di Jerman dan Prancis. Risalah disebarkan dengan bebas di banyak tempat, dan ”Drama-Foto” dapat terus dipertunjukkan, meskipun dalam skala yang jauh lebih terbatas sesudah tahun 1914. Seraya demam perang meningkat, kaum pemimpin agama di Hindia Barat Inggris menyebarkan kabar angin bahwa E. J. Coward, yang mewakili Lembaga Menara Pengawal, adalah seorang mata-mata Jerman, maka ia diperintahkan untuk meninggalkan negeri itu. Sewaktu buku The Finished Mystery mulai disebarkan pada tahun 1917, tentangan semakin meluas.
Masyarakat ingin sekali memperoleh buku tersebut. Pesanan pertama Lembaga untuk mesin-mesin cetak terpaksa harus ditingkatkan lebih dari sepuluh kali hanya dalam beberapa bulan. Tetapi para pemimpin agama Susunan Kristen menjadi marah sekali karena doktrin-doktrin palsu mereka ditelanjangi. Mereka memanfaatkan histeria masa perang untuk mengadukan Siswa-Siswa Alkitab kepada pejabat-pejabat pemerintah. Di seluruh Amerika Serikat, pria dan wanita yang dikenal sebagai penyebar lektur dari Siswa-Siswa Alkitab diserang oleh gerombolan, juga disiram dengan ter dan ditempeli bulu-bulu burung. Di Kanada, rumah-rumah digeledah, dan orang-orang yang kedapatan mempunyai publikasi-publikasi tertentu dari International Bible Students Association dikenakan denda yang berat atau dipenjarakan. Akan tetapi, Thomas J. Sullivan, yang waktu itu berada di Port Arthur, Ontario, melaporkan bahwa pada satu kesempatan, sewaktu ia dipenjarakan selama semalam, polisi di kota itu membawa pulang lektur yang dilarang itu untuk diri mereka sendiri dan kawan-kawan mereka, dengan demikian membagikan seluruh persediaan yang ada—sekitar 500 atau 600 eksemplar.
Kantor pusat Lembaga Menara Pengawal sendiri menjadi sasaran serangan, dan anggota dari staf pengurus dijatuhi hukuman penjara yang panjang. Musuh-musuh mereka mengira bahwa Siswa-Siswa Alkitab sudah tamat riwayatnya. Cara mereka memberi kesaksian yang menarik perhatian luas dari masyarakat nyaris terhenti.
Meskipun demikian, bahkan Siswa-Siswa Alkitab yang meringkuk dalam penjara menemukan kesempatan untuk berbicara kepada sesama tahanan tentang maksud-tujuan Allah. Ketika para pejabat Lembaga dan rekan-rekan dekat mereka tiba di penjara di Atlanta, Georgia, mereka mula-mula dilarang untuk mengabar. Tetapi mereka membahas Alkitab di antara mereka, dan orang-orang lain tertarik pada mereka karena tingkah laku mereka, cara hidup mereka. Sesudah beberapa bulan, wakil sipir penjara menugaskan mereka untuk memberikan pengajaran agama kepada tahanan lainnya. Jumlahnya meningkat hingga sekitar 90 orang yang menghadiri pelajaran.
Orang-orang Kristen lain yang loyal juga menemukan cara-cara untuk memberi kesaksian selama tahun-tahun perang tersebut. Kadang-kadang hal ini menghasilkan penyebaran berita Kerajaan ke negeri-negeri yang belum mendapat pemberitaan kabar baik. Maka pada tahun 1915, seorang Siswa Alkitab di New York yang berasal dari Kolombia, Amerika Selatan, mengirimkan The Divine Plan of the Ages edisi Spanyol melalui pos kepada seorang pria di Bogotá, Kolombia. Sesudah kira-kira enam bulan, jawaban datang dari Ramón Salgar. Ia telah mempelajari buku itu dengan teliti, sangat menyukainya, dan menginginkan 200 eksemplar untuk dibagikan kepada orang lain. Saudara J. L. Mayer, dari Brooklyn, New York, juga mengirimkan banyak buku dari Bible Students Monthly berbahasa Spanyol. Cukup banyak lektur ini dikirim ke Spanyol. Dan sewaktu Alfred Joseph, yang pada waktu itu ada di Barbados, mengadakan kontrak kerja di Sierra Leone, Afrika Barat, ia menggunakan kesempatan untuk memberi kesaksian di sana tentang kebenaran-kebenaran Alkitab yang belum lama dipelajarinya.
Bagi para kolportir, yang pelayanannya mencakup kunjungan ke rumah-rumah dan tempat-tempat bisnis, sering kali lebih sulit. Tetapi beberapa yang pergi ke El Salvador, Honduras dan Guatemala pada tahun 1916 sibuk membagikan kebenaran yang membawa kehidupan kepada orang-orang di sana. Selama masa ini Fanny Mackenzie, seorang kolportir berkebangsaan Inggris, dua kali mengadakan perjalanan ke Negeri-Negeri Timur naik kapal, berhenti di Cina, Jepang, dan Korea untuk menyebarkan lektur Alkitab, dan kemudian ia membantu para peminat dengan menulis surat.
Meskipun demikian, menurut catatan yang ada, jumlah Siswa-Siswa Alkitab yang dilaporkan mengambil bagian tertentu dalam pemberitaan kabar baik kepada orang lain selama tahun 1918, berkurang 20 persen di seluruh dunia bila dibandingkan dengan laporan tahun 1914. Sesudah perlakuan kejam selama tahun-tahun perang, apakah mereka akan tetap bertahan dalam pelayanan mereka?
Digairahkan Dengan Semangat Hidup yang Baru
Pada tanggal 26 Maret 1919, presiden Lembaga Menara Pengawal dan rekan-rekannya dibebaskan dari pemenjaraan mereka yang tidak adil. Rencana segera disusun untuk bergerak maju dengan pemberitaan kabar baik tentang Kerajaan Allah di seluas dunia.
Pada suatu kebaktian umum di Cedar Point, Ohio, bulan September tahun itu, J. F. Rutherford, yang pada waktu itu adalah presiden Lembaga, menyampaikan khotbah yang menonjolkan diumumkannya kedatangan yang mulia dari Kerajaan Mesias Allah sebagai pekerjaan yang sungguh penting bagi hamba-hamba Yehuwa.
Akan tetapi, jumlah mereka yang benar-benar ikut serta dalam pekerjaan tersebut pada waktu itu hanya sedikit. Beberapa yang telah menahan diri karena takut selama tahun 1918 menjadi aktif kembali, dan beberapa lagi bergabung dengan barisan mereka. Namun catatan yang ada memperlihatkan bahwa pada tahun 1919, hanya ada sekitar 5.700 orang yang secara aktif memberi kesaksian di 43 negeri. Namun Yesus menubuatkan, ”Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh bumi yang berpenduduk menjadi kesaksian bagi semua bangsa.” (Mat. 24:14, NW) Bagaimana hal itu dapat dilaksanakan? Mereka tidak tahu, dan mereka juga tidak tahu berapa lama kesaksian itu akan berlangsung. Meskipun demikian, mereka yang adalah hamba-hamba Allah yang loyal, bersedia dan ingin sekali meneruskan pekerjaan itu. Mereka yakin bahwa Yehuwa akan memberi bimbingan selaras dengan kehendak-Nya.
Digairahkan oleh pekerjaan yang mereka lihat telah digariskan dalam Firman Allah, mereka mulai bekerja. Dalam tiga tahun, jumlah yang ambil bagian dalam memberitakan Kerajaan Allah di muka umum meningkat hampir tiga kali lipat, menurut laporan yang ada, dan selama tahun 1922 mereka sibuk mengabar di 15 negeri lebih banyak daripada tahun 1919.
Topik yang Membangkitkan Minat
Betapa menggetarkan hati berita yang mereka umumkan—”Jutaan orang yang sekarang hidup tidak akan pernah mati!” Saudara Rutherford telah menyampaikan sebuah khotbah mengenai topik ini pada tahun 1918. Itu juga merupakan judul dari sebuah buku kecil dengan 128 halaman yang terbit pada tahun 1920. Dari tahun 1920 hingga 1925, topik yang sama itu digemakan kembali berkali-kali di seluruh dunia dalam perhimpunan umum di semua daerah yang dapat menyediakan pembicara dan dalam lebih dari 30 bahasa. Sebaliknya daripada mengatakan, seperti yang Susunan Kristen lakukan, bahwa semua orang yang baik pergi ke surga, khotbah ini memusatkan perhatian kepada harapan yang berdasarkan Alkitab, tentang kehidupan kekal di bumi firdaus bagi umat manusia yang taat. (Yes. 45:18; Why. 21:1-5) Dan khotbah itu menyatakan keyakinan bahwa waktu untuk terwujudnya harapan tersebut sudah sangat dekat.
Iklan-iklan surat kabar dan papan reklame digunakan untuk mengiklankan khotbah. Topiknya membangkitkan minat. Pada tanggal 26 Februari 1922, lebih dari 70.000 orang hadir di 121 lokasi di Jerman saja. Bukan hal yang luar biasa jika di satu tempat hadirinnya berjumlah ribuan. Di Cape Town, Afrika Selatan, misalnya, ada 2.000 orang hadir ketika khotbah disampaikan di Opera House. Di auditorium universitas di ibu kota Norwegia, tidak hanya setiap tempat duduk terisi tetapi begitu banyak orang ditolak sehingga acaranya harus diulang satu setengah jam kemudian—sekali lagi kepada hadirin di gedung yang penuh sesak.
Di Klagenfurt, Austria, Richard Heide berkata kepada ayahnya, ”Saya akan pergi mendengar khotbah itu apa pun kata orang. Aku ingin tahu apakah ini hanya omong kosong atau ada sesuatu kebenaran di dalamnya!” Ia sangat tergerak oleh apa yang didengarnya, dan segera ia dan saudara perempuannya, beserta orang-tua mereka, menceritakannya kepada orang lain.
Akan tetapi berita Alkitab bukan hanya untuk orang yang menghadiri khotbah umum. Orang lain juga perlu diberi tahu tentang hal itu. Bukan hanya masyarakat secara keseluruhan melainkan juga para pemimpin politik dan agama perlu mendengarnya. Bagaimana hal itu dapat terlaksana?
Penyebaran Deklarasi-Deklarasi yang Penuh Kuasa
Media cetak digunakan untuk mencapai jutaan orang yang sebelumnya hanya mengetahui Siswa-Siswa Alkitab dan berita yang mereka umumkan dari kabar angin. Dari tahun 1922 hingga 1928, kesaksian yang efektif diberikan dengan perantaraan tujuh deklarasi yang penuh kuasa, resolusi-resolusi yang diambil pada kebaktian tahunan Siswa-Siswa Alkitab. Banyaknya masing-masing resolusi yang tercetak dan disebarkan seusai kebaktian-kebaktian tersebut berjumlah 45 hingga 50 juta eksemplar—suatu prestasi yang sungguh luar biasa untuk barisan kecil pemberita Kerajaan yang melayani pada waktu itu!
Resolusi tahun 1922 berjudul ”Suatu Tantangan Kepada Para Pemimpin Dunia”—ya, suatu tantangan agar mereka membuktikan klaim mereka bahwa mereka dapat menegakkan perdamaian, kemakmuran, dan kebahagiaan bagi umat manusia atau, jika gagal, agar mengakui bahwa hanya Kerajaan Allah dengan Mesias-Nya yang dapat melaksanakan hal-hal ini. Di Jerman, resolusi tersebut dikirim melalui pos tercatat kepada kaisar Jerman yang diasingkan, kepada presiden, dan kepada semua anggota Parlemen Kekaisaran; dan kira-kira empat setengah juta eksemplar disampaikan kepada masyarakat umum. Di Afrika Selatan, Edwin Scott, dengan membawa lektur itu dalam tas di punggungnya dan dengan memegang tongkat di tangannya untuk menghalau anjing-anjing yang ganas, mengerjakan 64 kota, dan dia sendiri menyebarkan 50.000 eksemplar. Sesudah itu, sewaktu para pemimpin agama berkebangsaan Belanda di Afrika Selatan mengunjungi rumah-rumah para anggota gereja untuk mengumpulkan kolekte, banyak di antara anggota gereja melambaikan resolusi itu di muka pemimpin agama mereka dan berkata, ”Anda harus membaca ini dan Anda tidak akan datang-datang lagi untuk mendapatkan uang dari kami.”
Pada tahun 1924, resolusi berjudul ”Kependetaan Didakwa” menyingkapkan ajaran-ajaran dan praktek-praktek para pemimpin agama yang tidak berdasarkan Alkitab, menelanjangi peranan mereka selama perang dunia, dan mendesak orang-orang agar belajar Alkitab untuk mengetahui sendiri persediaan-persediaan menakjubkan dari Allah demi pemberkatan umat manusia. Di Italia pada waktu itu, orang-orang yang mencetak diwajibkan untuk membubuhkan nama mereka pada apa pun yang mereka cetak, dan mereka dianggap bertanggung jawab atas isinya. Siswa Alkitab yang mengawasi pekerjaan ini di Italia menyampaikan sebuah salinan resolusi kepada kalangan berwenang pemerintah, yang memeriksanya dan segera memberikan izin untuk mencetak dan menyebarkannya. Orang-orang yang mencetak juga setuju untuk menerbitkannya. Saudara-saudara di Italia menyebarkan 100.000 eksemplar. Mereka khususnya berupaya agar paus dan pejabat-pejabat tinggi lain Vatikan masing-masing menerima satu eksemplar.
Di Prancis, penyebaran resolusi ini menimbulkan reaksi yang sengit dan sering kali disertai kekerasan dari pihak kaum pemimpin agama. Dalam kemarahan, seorang pemimpin agama di Pomerania, Jerman, menggugat Lembaga dan pengelolanya ke pengadilan, tetapi sang pemimpin agama kalah dalam perkara itu ketika pihak pengadilan mendengarkan isi seluruh resolusi itu. Untuk menghindari diganggunya pekerjaan mereka oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan orang-orang mengetahui kebenaran, Siswa-Siswa Alkitab di propinsi Quebec, Kanada, meninggalkan resolusi di rumah-rumah orang pada dini hari, mulai pukul 3.00 pagi. Masa itu merupakan masa yang menggembirakan!
Menunjukkan Penghargaan Atas Jawaban-Jawaban yang Memuaskan
Selama Perang Dunia I, banyak orang Armenia dengan kejam diusir dari rumah mereka dan tanah kelahiran mereka. Baru dua dekade sebelumnya, ratusan ribu orang Armenia dibantai, dan yang lain lari menyelamatkan diri. Beberapa dari orang-orang ini telah membaca publikasi Lembaga Menara Pengawal di tanah air mereka. Tetapi jauh lebih banyak di antara mereka menerima kesaksian di negeri-negeri tempat mereka pergi sebagai pengungsi.
Sesudah pengalaman kejam yang mereka derita, banyak yang memiliki pertanyaan serius mengapa Allah membiarkan kejahatan. Berapa lama hal itu akan berlangsung? Kapan itu akan berakhir? Beberapa di antara mereka bersyukur dapat mempelajari jawaban-jawaban memuaskan yang terdapat dalam Alkitab. Kelompok-kelompok dari Siswa-Siswa Alkitab Armenia dengan cepat berkembang di berbagai kota di Timur Tengah. Gairah mereka akan kebenaran Alkitab mempengaruhi kehidupan orang-orang lain. Di Etiopia, Argentina, dan Amerika Serikat, sesama orang Armenia menerima kabar baik dan dengan senang hati menerima tanggung jawab untuk membagikannya kepada orang lain. Salah seorang di antaranya adalah Krikor Hatzakortzian, yang sebagai satu-satunya perintis menyebarkan berita Kerajaan di Etiopia pada pertengahan tahun 1930-an. Pada suatu kesempatan, ketika dituduh secara palsu oleh para penentangnya, ia bahkan mendapat kesempatan untuk memberi kesaksian kepada sang kaisar, Haile Selassie.
Membawa Kembali Kebenaran yang Berharga ke Negeri Asal Mereka
Hasrat yang menyala-nyala untuk membagikan kebenaran Alkitab yang penting menggerakkan banyak orang kembali ke negeri kelahiran mereka untuk ikut serta dalam penginjilan. Sambutan mereka sama seperti orang-orang dari banyak negeri yang berada di Yerusalem pada tahun 33 M dan menjadi percaya ketika roh kudus menggerakkan para rasul dan rekan-rekan mereka untuk berbicara dalam banyak bahasa ”tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah”. (Kis. 2:1-11) Sebagaimana orang-orang yang percaya pada abad pertama itu membawa pulang kebenaran ke tanah air mereka, begitu pula murid-murid pada zaman modern ini.
Baik pria maupun wanita yang telah belajar kebenaran di luar negeri kembali ke Italia. Mereka datang dari Amerika, Belgia, dan Prancis dan dengan bergairah mengumumkan berita Kerajaan di tempat mereka menetap. Para kolportir dari Ticino, wilayah Swiss yang berbahasa Italia juga pindah ke Italia untuk meneruskan pekerjaan mereka. Walaupun jumlah mereka sedikit, sebagai hasil kegiatan mereka yang terpadu mereka segera menjangkau hampir semua kota utama dan banyak desa di Italia. Mereka tidak menghitung waktu yang mereka gunakan dalam pekerjaan ini. Karena yakin bahwa mereka memberitakan kebenaran yang Allah inginkan orang-orang ketahui, mereka sering bekerja dari pagi hingga malam untuk mencapai sebanyak mungkin orang.
Orang-orang Yunani yang telah menjadi Siswa-Siswa Alkitab di negeri yang dekat Albania dan di negeri sejauh Amerika juga memberikan perhatian ke tanah air mereka. Hati mereka tergetar ketika mengetahui bahwa ibadat kepada patung atau ikon tidak sesuai dengan Alkitab (Kel. 20:4, 5; 1 Yoh. 5:21), bahwa pedosa-pedosa tidak dipanggang dalam api neraka (Pkh. 9:5, 10; Yeh. 18:4; Why. 21:8), dan bahwa Kerajaan Allah adalah satu-satunya harapan umat manusia yang sejati (Dan. 2:44; Mat. 6:9, 10). Mereka ingin sekali membagikan kebenaran ini kepada sesama bangsa mereka—secara pribadi atau melalui surat. Sebagai hasilnya, kelompok-kelompok Saksi-Saksi Yehuwa mulai berkembang di Yunani dan di pulau-pulau Yunani.
Sesudah Perang Dunia I, ribuan orang dari Polandia pindah ke Prancis untuk bekerja di tambang-tambang batubara. Sidang-sidang di Prancis tidak melewatkan mereka karena mereka berbicara bahasa yang berbeda. Mereka menemukan cara untuk membagikan kebenaran Alkitab kepada buruh-buruh tambang ini dan keluarga-keluarga mereka, dan jumlah yang memberi tanggapan yang baik segera melebihi jumlah Saksi-Saksi Prancis. Ketika suatu perintah deportasi dari pemerintah mengakibatkan 280 orang harus kembali ke Polandia pada tahun 1935, hal ini hanya memperkuat penyebaran berita Kerajaan di sana. Maka, pada tahun 1935, ada 1.090 pemberita Kerajaan yang ikut memberikan kesaksian di Polandia.
Yang lain-lain menyambut undangan untuk meninggalkan tanah air mereka untuk terjun dalam dinas di ladang luar negeri.
Penginjil-Penginjil Eropa yang Bergairah Membantu di Ladang-Ladang Luar Negeri
Dengan kerja sama internasional, Negara-Negara Baltik (Estonia, Latvia, dan Lituania) mendengar kebenaran yang menghangatkan hati tentang Kerajaan Allah. Selama tahun 1920-an dan 1930-an, saudara-saudara dan saudari-saudari yang bergairah dari Denmark, Inggris, Finlandia, dan Jerman melakukan pekerjaan kesaksian yang ekstensif di kawasan ini. Banyak lektur ditempatkan, dan ribuan orang mendengar khotbah-khotbah Alkitab yang disampaikan. Dari Estonia siaran radio yang tetap tentu mengudarakan acara-acara Alkitab dalam beberapa bahasa menjangkau bahkan apa yang pada waktu itu adalah Uni Soviet.
Dari Jerman pekerja-pekerja yang rela selama tahun 1920-an dan 1930-an menerima penugasan di tempat-tempat seperti Austria, Belgia, Bulgaria, Cekoslowakia, Prancis, Luksemburg, Belanda, Spanyol, dan Yugoslavia. Willy Unglaube ada di antara mereka. Setelah melayani selama beberapa waktu di Betel Magdeburg, di Jerman, ia terus melaksanakan penugasan sebagai penginjil sepenuh waktu di Prancis, Aljazair, Spanyol, Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Ketika ada permintaan bantuan dari Prancis selama tahun 1930-an, kolportir-kolportir dari Inggris memberikan bukti akan kesadaran mereka bahwa penugasan Kristen untuk mengabar menuntut bukan saja penginjilan di negeri sendiri melainkan juga di bagian-bagian lain di bumi. (Mrk. 13:10) John Cooke adalah salah seorang pekerja yang bergairah yang menyambut panggilan Makedonia. (Bandingkan Kisah 16:9, 10.) Selama enam dekade berikut, ia melaksanakan penugasan dinas di Prancis, Spanyol, Irlandia, Portugal, Angola, Mozambik, dan Afrika Selatan. Saudaranya Eric meninggalkan pekerjaannya di Barclay’s Bank dan bergabung dengan John dalam pelayanan sepenuh waktu di Prancis; kemudian, ia juga melayani di Spanyol dan Irlandia dan ikut serta dalam pekerjaan utusan injil di Rhodesia Selatan (kini Zimbabwe) dan Afrika Selatan.
Pada bulan Mei 1926, George Wright dan Edwin Skinner, di Inggris, menerima undangan untuk membantu perluasan pekerjaan Kerajaan di India. Tugas mereka adalah tugas raksasa! Itu menjangkau seluruh Afganistan, Birma (kini Myanmar), Sailan (kini Sri Lanka), India, dan Parsi (kini Iran). Setibanya di Bombay, mereka disambut oleh musim hujan. Akan tetapi, karena tidak terlalu mementingkan kenyamanan atau kemudahan pribadi, mereka segera melakukan perjalanan ke tempat-tempat terpencil di negeri itu untuk mencari Siswa-Siswa Alkitab yang diketahui dan menganjurkan mereka. Mereka juga menempatkan banyak sekali lektur untuk menggerakkan minat di antara orang-orang lain. Pekerjaan dilakukan secara intensif. Maka, selama tahun 1928 ke-54 pemberita Kerajaan di Travancore (Kerala), di India bagian selatan, menyelenggarakan 550 perhimpunan umum yang dihadiri oleh kira-kira 40.000 orang. Pada tahun 1929, empat orang perintis lagi dari ladang Inggris pindah ke India untuk membantu pekerjaan. Dan pada tahun 1931, tiga orang lagi dari Inggris tiba di Bombay. Berkali-kali mereka berupaya menjangkau berbagai tempat di negeri yang luas ini, menyebarkan lektur bukan saja dalam bahasa Inggris melainkan juga dalam bahasa-bahasa India.
Sementara itu, apa yang terjadi di Eropa Timur?
Suatu Tuaian Rohani
Sebelum perang dunia pertama, benih-benih kebenaran Alkitab telah disebarkan di Eropa Timur, dan beberapa telah mulai berakar. Pada tahun 1908, Andrásné Benedek, seorang wanita Hongaria yang rendah hati, telah kembali ke Austria-Hongaria, untuk membagikan kepada orang lain perkara-perkara baik yang telah dipelajarinya. Dua tahun kemudian, Károly Szabó dan József Kiss juga pulang ke negeri tersebut dan menyebarluaskan kebenaran Alkitab di daerah yang belakangan dikenal sebagai Romania dan Cekoslowakia. Meskipun adanya tentangan yang disertai kekerasan dari kaum pemimpin agama yang marah sekali, kelompok-kelompok pengajaran dibentuk, dan kesaksian yang ekstensif dilakukan. Yang lain-lain bergabung dengan mereka dalam menyatakan iman di depan umum, dan sampai tahun 1935 barisan pemberita Kerajaan di Hongaria bertumbuh menjadi 348 orang.
Luas Romania hampir berlipat ganda sewaktu peta Eropa diubah oleh pihak yang menang sesudah Perang Dunia I. Dilaporkan bahwa di negeri yang diperluas ini, pada tahun 1920 terdapat kira-kira 150 kelompok Siswa-Siswa Alkitab, dengan 1.700 orang tergabung di dalamnya. Tahun berikutnya, pada perayaan Perjamuan Malam Tuhan, hampir 2.000 orang ambil bagian dari lambang-lambang Peringatan, yang menunjukkan bahwa mereka mengaku diri saudara-saudara Kristus yang diurapi dengan roh. Jumlah tersebut meningkat secara dramatis selama empat tahun berikutnya. Pada tahun 1925, ada 4.185 orang yang hadir pada Peringatan itu, dan sebagaimana biasa pada waktu itu, kebanyakan di antara mereka pasti ambil bagian dari lambang-lambangnya. Akan tetapi, iman mereka semua akan diuji. Apakah mereka terbukti sebagai ”gandum” yang asli, atau hanya tiruan? (Mat. 13:24-30, 36-43) Apakah mereka benar-benar melakukan pekerjaan kesaksian yang ditugaskan oleh Yesus kepada para pengikutnya? Apakah mereka bertekun dalam pekerjaan tersebut di bawah tentangan yang hebat? Apakah mereka akan setia bahkan bilamana yang lain-lain memperlihatkan semangat seperti Yudas Iskariot?
Laporan untuk tahun 1935 menyatakan bahwa tidak semua memiliki jenis iman yang membuat mereka bertekun. Pada tahun tersebut, hanya ada 1.188 yang ambil bagian tertentu dalam memberikan kesaksian di Romania, walaupun lebih dari dua kali jumlah tersebut pada waktu itu ambil bagian dari lambang-lambang Peringatan. Meskipun demikian, mereka yang setia tetap sibuk dalam dinas sang Majikan. Mereka membagikan kepada orang lain yang rendah hati kebenaran Alkitab yang membawa sukacita demikian ke dalam hati mereka sendiri. Salah satu cara menonjol yang mereka lakukan dalam hal ini ialah dengan menyebarkan lektur. Antara tahun 1924 dan 1935, mereka telah menempatkan kepada orang-orang yang berminat lebih dari 800.000 buku dan buku kecil, selain risalah.
Bagaimana dengan Cekoslowakia, yang telah menjadi suatu bangsa pada tahun 1918 sesudah jatuhnya Kekaisaran Austria-Hongaria? Di sini kesaksian yang bahkan lebih intensif membantu penuaian rohani. Pengabaran telah dilakukan lebih awal di Hongaria, Rusia, Romania, dan Jerman. Kemudian, pada tahun 1922, beberapa Siswa Alkitab kembali dari Amerika untuk mengarahkan perhatian kepada penduduk yang berbahasa Slowakia, dan tahun berikutnya sepasang suami-istri dari Jerman mulai berkonsentrasi di daerah Ceko. Kebaktian yang tetap tentu, walaupun kecil, membantu menganjurkan dan mempersatukan saudara-saudara. Setelah sidang-sidang menjadi lebih terorganisasi untuk penginjilan dari rumah ke rumah pada tahun 1927, pertumbuhan menjadi lebih jelas. Pada tahun 1932, satu dorongan kuat kepada pekerjaan diberikan oleh suatu kebaktian internasional di Praha, yang dihadiri oleh kira-kira 1.500 orang dari Cekoslowakia dan negeri-negeri tetangga. Selain ini, sejumlah besar hadirin menyaksikan ”Drama-Foto Penciptaan” versi empat jam yang dipertunjukkan dari ujung ke ujung negeri itu. Dalam jangka waktu hanya satu dekade, lebih dari 2.700.000 lektur Alkitab disebarkan kepada berbagai kelompok bahasa dalam negeri ini. Semua penanaman, pemeliharaan, dan penyiraman secara rohani ini menyumbang kepada tuaian yang didukung oleh 1.198 pemberita Kerajaan pada tahun 1935.
Yugoslavia (mula-mula dikenal sebagai Kerajaan orang-orang Serbia, Kroatia, dan Slovenia) muncul karena penyesuaian peta Eropa sesudah perang dunia pertama. Bahkan sejak tahun 1923, dilaporkan bahwa sekelompok Siswa-Siswa Alkitab memberi kesaksian di Belgrado. Belakangan, ”Drama-Foto Penciptaan” dipertunjukkan kepada kelompok-kelompok hadirin yang besar di seluruh negeri. Ketika Saksi-Saksi Yehuwa mulai dianiaya secara kejam di Jerman, jumlah mereka di Yugoslavia diperkuat oleh perintis-perintis Jerman. Tanpa menghiraukan kenyamanan pribadi, mereka menjangkau bagian yang paling terpencil di negeri yang bergunung-gunung ini untuk mengabar. Yang lainnya dari antara para perintis tersebut pergi ke Bulgaria. Upaya juga dilakukan untuk memberitakan kabar baik di Albania. Di semua tempat ini, benih-benih kebenaran Kerajaan ditabur. Beberapa benih berbuah. Namun baru pada tahun-tahun selanjutnya ada tuaian yang lebih besar di tempat-tempat ini.
Lebih jauh ke selatan, di benua Afrika, kabar baik juga disebarluaskan oleh mereka yang sangat menghargai hak istimewa untuk menjadi saksi-saksi dari Yang Mahatinggi.
Terang Rohani Bercahaya di Afrika Barat
Kira-kira tujuh tahun sesudah seorang Siswa Alkitab dari Barbados pertama kali pergi ke Afrika Barat karena kontrak kerja, ia menulis ke kantor Lembaga Menara Pengawal di New York untuk memberi tahu mereka bahwa ada cukup banyak orang yang menunjukkan minat kepada Alkitab. Beberapa bulan kemudian, pada tanggal 14 April 1923, atas undangan Saudara Rutherford, W. R. Brown, yang sebelumnya telah melayani di Trinidad, tiba di Freetown, Sierra Leone, bersama keluarganya.
Langsung diatur agar Saudara Brown menyampaikan khotbah di Wilberforce Memorial Hall. Pada tanggal 19 April ada kira-kira 500 orang yang hadir, termasuk sebagian besar kaum pemimpin agama di Freetown. Hari Minggu berikutnya ia kembali berkhotbah. Topik yang ia bahas adalah yang sering digunakan oleh C. T. Russell—”Ke Neraka dan Kembali. Siapa yang Berada di Sana?” Khotbah-khotbah Saudara Brown selalu secara tetap diselingi dengan kutipan-kutipan Alkitab yang dibuat dapat terlihat oleh hadirin dengan menggunakan plastik transparan yang diproyeksikan. Seraya ia berbicara, ia berulangkali berkata, ”Bukan Brown yang mengatakan, melainkan Alkitab yang mengatakan.” Karenanya, ia akhirnya dikenal sebagai ”Bible Brown”. Dan sebagai hasil persembahannya yang logis dan berdasarkan Alkitab, beberapa anggota gereja terkemuka mengundurkan diri dan memulai dinas Yehuwa.
Ia banyak melakukan perjalanan untuk memulai pekerjaan Kerajaan di daerah-daerah yang baru. Untuk maksud itu ia menyampaikan banyak khotbah Alkitab dan menyebarkan sejumlah besar lektur, dan ia menganjurkan orang-orang lain untuk berbuat hal yang sama. Pekerjaan penginjilan membawanya sampai ke Pantai Emas (kini Ghana), Liberia, Gambia, dan Nigeria. Dari Nigeria berita Kerajaan dibawa oleh yang lain-lain ke Benin (waktu itu dikenal sebagai Dahomey) dan Kamerun. Saudara Brown tahu bahwa masyarakat kurang menghargai apa yang mereka sebut ”agama orang kulit putih”, maka di Glover Memorial Hall di Lagos, ia berbicara mengenai kegagalan agama Susunan Kristen. Seusai pertemuan itu hadirin yang antusias mengambil 3.900 buku untuk dibaca dan untuk dibagikan kepada orang lain.
Ketika Saudara Brown mula-mula pergi ke Afrika Barat, hanya segelintir orang di sana yang telah mendengar berita Kerajaan. Ketika ia meninggalkannya 27 tahun kemudian, lebih dari 11.000 orang adalah Saksi-Saksi yang aktif dari Yehuwa di daerah tersebut. Kepalsuan agama ditelanjangi; ibadat yang sejati telah berakar dan menyebar dengan cepat.
Menelusuri Pantai Timur Afrika
Sudah sejak awal abad ke-20, beberapa publikasi C. T. Russell tersebar di Afrika bagian tenggara oleh orang-orang yang telah menerima beberapa gagasan yang diuraikan dalam buku-buku tersebut namun kemudian mencampurkannya dengan filsafat mereka sendiri. Akibatnya ada sejumlah gerakan yang disebut Watchtower yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Beberapa di antaranya berorientasi politik, menghasut orang-orang Afrika pribumi. Selama bertahun-tahun nama buruk dari kelompok-kelompok tersebut menjadi rintangan terhadap pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa.
Meskipun demikian, sejumlah orang Afrika memahami perbedaan antara yang benar dan yang palsu. Pekerja-pekerja yang berkeliling membawa kabar baik tentang Kerajaan Allah ke negeri-negeri yang berdekatan dan menceritakan kepada orang-orang yang berbicara bahasa-bahasa Afrika. Penduduk yang berbahasa Inggris di Afrika bagian tenggara kebanyakan menerima berita melalui kontak dengan Afrika Selatan. Akan tetapi, di beberapa negeri tentangan hebat dari pemerintah, yang dikobarkan oleh kaum pemimpin agama Susunan Kristen, menghambat pemberitaan dari Saksi-Saksi berkebangsaan Eropa di kalangan kelompok-kelompok berbahasa Afrika. Namun demikian, kebenaran tersebar, walaupun banyak orang yang menunjukkan minat kepada berita Alkitab membutuhkan lebih banyak bantuan untuk menerapkan secara benar dan praktis apa yang telah mereka pelajari.
Beberapa pejabat pemerintah yang tidak berat sebelah tidak begitu saja menerima tuduhan-tuduhan keji yang diajukan oleh kaum pemimpin agama Susunan Kristen terhadap Saksi-Saksi. Demikianlah halnya dengan seorang komisaris polisi di Nyasaland (kini Malawi) yang menyamar dan pergi menghadiri perhimpunan Saksi-Saksi pribumi untuk mencari tahu sendiri orang-orang macam apa mereka itu. Ia mendapat kesan yang sangat baik. Ketika pemerintah memberikan persetujuan kepada seorang wakil Eropa untuk menetap, Bert McLuckie dan belakangan Bill, saudaranya, diutus ke sana pada pertengahan tahun 1930-an. Mereka tetap berhubungan dengan polisi dan para komisaris distrik sehingga para pejabat ini mendapat pengertian yang jelas tentang kegiatan mereka dan tidak akan menyalahartikan Saksi-Saksi Yehuwa dengan gerakan-gerakan apa pun yang dengan salah disebut Watchtower. Pada waktu yang sama, mereka bekerja dengan sabar, bersama Gresham Kwazizirah, seorang Saksi setempat yang matang, untuk membantu ratusan orang yang ingin bergabung dengan sidang-sidang untuk menghargai bahwa perbuatan seksual yang amoral, penyalahgunaan minuman beralkohol, dan takhayul tidaklah patut di dalam kehidupan Saksi-Saksi Yehuwa.—1 Kor. 5:9-13; 2 Kor. 7:1; Why. 22:15.
Pada tahun 1930, hanya ada kira-kira seratus Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh Afrika bagian selatan. Namun, penugasan mereka mencakup kira-kira seluruh Afrika di sebelah selatan khatulistiwa dan beberapa daerah yang mencakup hingga sebelah utaranya. Untuk meliputi daerah yang sangat luas demikian dengan berita Kerajaan menuntut adanya perintis-perintis yang sejati. Frank dan Gray Smith adalah perintis semacam ini.
Mereka berlayar sejauh 4.800 kilometer ke sebelah timur dan utara dari Cape Town dan kemudian meneruskan selama empat hari di jalan yang tidak rata dengan mobil untuk mencapai Nairobi, Kenya (di Afrika Timur Inggris). Selama kurang dari sebulan, mereka menempatkan 40 karton lektur Alkitab. Akan tetapi, sangat disayangkan, dalam perjalanan pulang, Frank meninggal karena malaria. Walaupun demikian, tidak lama kemudian, Robert Nisbet dan David Norman memulai perjalanan—kali ini dengan 200 karton lektur—untuk mengabar di Kenya dan Uganda, juga di Tanganyika dan Zanzibar (keduanya kini Tanzania), mencapai sebanyak mungkin orang. Ekspedisi-ekspedisi serupa lainnya menyebarkan berita Kerajaan ke Kepulauan Mauritius dan Madagaskar di Samudra Hindia dan ke St. Helena di Samudra Atlantik. Benih-benih kebenaran ditabur, tetapi benih-benih itu tidak segera bertunas dan bertumbuh di mana-mana.
Dari Afrika Selatan pengabaran kabar baik juga menyebar ke negeri Basuto (kini Lesotho), negeri Bechuana (kini Botswana), dan Swaziland, bahkan sejak tahun 1925. Kira-kira delapan tahun kemudian, sewaktu para perintis mengabar kembali di Swaziland, Raja Sobhuza II memberi sambutan kerajaan kepada mereka. Ia mengumpulkan pasukan pengawal pribadinya sebanyak seratus prajurit, mendengarkan suatu kesaksian yang saksama, dan kemudian memperoleh semua publikasi Lembaga yang dibawa oleh saudara-saudara.
Berangsur-angsur jumlah Saksi-Saksi Yehuwa di bagian dari ladang dunia ini berkembang. Yang lain bergabung dengan beberapa yang telah merintis pekerjaan di Afrika sejak awal abad ke-20 ini, dan menjelang tahun 1935, ada 1.407 orang di benua Afrika yang dilaporkan ambil bagian dalam pekerjaan memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah. Sejumlah besar di antara mereka ada di Afrika Selatan dan Nigeria. Kelompok-kelompok besar lainnya yang memperkenalkan diri sebagai Saksi-Saksi Yehuwa berada di Nyasaland (kini Malawi), Rhodesia Utara (kini Zambia), dan Rhodesia Selatan (kini Zimbabwe).
Selama jangka waktu yang sama ini, perhatian juga diarahkan ke negeri-negeri yang berbahasa Spanyol dan Portugis.
Mengerjakan Ladang Berbahasa Spanyol dan Portugis
Sewaktu Perang Dunia I masih berkecamuk, The Watch Tower diterbitkan mula-mula dalam bahasa Spanyol. Majalah itu mencantumkan alamat sebuah kantor di Los Angeles, Kalifornia, yang telah didirikan untuk memberikan perhatian khusus kepada ladang berbahasa Spanyol. Saudara-saudara dari kantor tersebut memberi banyak bantuan pribadi kepada orang-orang yang berminat di Amerika Serikat dan di negeri-negeri di sebelah selatan.
Juan Muñiz, yang telah menjadi seorang hamba Yehuwa pada tahun 1917, dianjurkan oleh Saudara Rutherford pada tahun 1920 untuk meninggalkan Amerika Serikat dan kembali ke Spanyol, negeri kelahirannya, untuk mulai mengorganisasi pekerjaan pengabaran Kerajaan di sana. Namun hasilnya terbatas, bukan karena ia kurang bergairah, melainkan karena ia terus-menerus dibuntuti oleh polisi; maka sesudah beberapa tahun, ia dipindahkan ke Argentina.
Di Brasil, beberapa penyembah Yehuwa sudah mengabar. Delapan pelaut yang rendah hati telah belajar kebenaran sewaktu mereka cuti dari pekerjaan di kapal mereka di New York. Kembali di Brasil pada awal tahun 1920, mereka sibuk membagikan berita Alkitab kepada orang lain.
George Young, seorang Kanada, diutus ke Brasil pada tahun 1923. Ia betul-betul membantu dalam memberi dorongan kepada pekerjaan. Seraya menyampaikan sejumlah khotbah umum dengan perantaraan juru bahasa, ia memperlihatkan bahwa Alkitab mengatakan tentang kondisi orang yang mati, menyingkapkan spiritisme sebagai demonisme, dan menjelaskan maksud-tujuan Allah untuk memberkati seluruh keluarga di bumi. Khotbah-khotbahnya lebih meyakinkan lagi, karena kadang-kadang ia memproyeksikan pada layar ayat-ayat Alkitab yang sedang dibahas sehingga hadirin dapat melihatnya dalam bahasa mereka sendiri. Ketika ia berada di Brasil, Bellona Ferguson, dari São Paulo, akhirnya dapat dibaptis, bersama empat anaknya. Ia telah menunggu kesempatan ini selama 25 tahun. Di antara mereka yang berpegang pada kebenaran terdapat beberapa yang waktu itu rela untuk membantu menerjemahkan lektur ke dalam bahasa Portugis. Segera tersedia cukup banyak persediaan publikasi dalam bahasa itu.
Dari Brasil, Saudara Young meneruskan perjalanan ke Argentina pada tahun 1924 dan mengatur agar 300.000 lektur dalam bahasa Spanyol disebarkan dengan cuma-cuma di 25 kota besar dan kecil. Pada tahun itu juga ia secara pribadi melakukan perjalanan ke Cile, Peru, dan Bolivia untuk menyebarkan risalah.
George Young segera berangkat untuk melaksanakan penugasan yang baru. Kali ini Spanyol dan Portugal. Sesudah diperkenalkan oleh duta besar Inggris kepada pejabat-pejabat pemerintahan setempat, ia berhasil mengatur agar Saudara Rutherford berbicara kepada hadirin di Barcelona dan Madrid, maupun di ibu kota Portugal. Sesudah khotbah-khotbah ini, sejumlah lebih dari 2.350 orang memasukkan nama dan alamat mereka dengan permintaan untuk mendapat keterangan lebih lanjut. Kemudian, khotbah itu diterbitkan pada salah satu surat kabar Spanyol yang beredar luas, dan itu dikirimkan dalam bentuk risalah melalui pos kepada orang-orang di seluruh negeri. Khotbah itu juga muncul di pers Portugal.
Melalui sarana-sarana itu berita tersebut menjangkau jauh melampaui perbatasan Spanyol dan Portugal. Menjelang akhir tahun 1925, kabar baik telah menembus ke Kepulauan Tanjung Verde (kini Republik Tanjung Verde), Madeira, Afrika Timur Portugis (kini Mozambik), Afrika Barat Portugis (kini Angola), dan kepulauan di Samudra Hindia.
Pada tahun berikutnya, diadakan penyelenggaraan untuk mencetak resolusi yang sangat berbobot ”Suatu Kesaksian Kepada Para Penguasa Dunia” dalam surat kabar Spanyol La Libertad. Siaran radio dan penyebaran buku, buku kecil, dan risalah, maupun pertunjukan ”Drama-Foto Penciptaan”, membantu untuk meningkatkan kesaksian. Pada tahun 1932, beberapa perintis Inggris menyambut undangan untuk membantu di ladang ini, dan mereka secara sistematis mengerjakan bagian yang luas dari negeri ini dengan lektur Alkitab sampai Perang Saudara Spanyol memaksa mereka pergi.
Sementara itu, setelah tiba di Argentina, Saudara Muñiz segera mulai mengabar, sambil menunjang diri sendiri dengan bekerja memperbaiki jam. Selain pekerjaannya di Argentina, ia memberikan perhatian kepada Cile, Paraguay, dan Uruguay. Atas permintaannya, beberapa saudara datang dari Eropa untuk memberi kesaksian kepada penduduk berbahasa Jerman. Bertahun-tahun kemudian Carlos Ott menuturkan bahwa mereka memulai hari dinas mereka pada pukul 4.00 dini hari dengan meninggalkan risalah di bawah setiap pintu rumah di suatu daerah. Sesudah beberapa jam berselang, mereka akan berkunjung kembali untuk memberi kesaksian lebih lanjut dan menawarkan lebih banyak lektur Alkitab kepada penghuni rumah yang berminat. Dari Buenos Aires mereka yang ikut dalam pelayanan sepenuh waktu menyebar ke seluruh negeri, mula-mula mengikuti jalur-jalur rel kereta api yang terbentang memencar ke segala penjuru sejauh ratusan kilometer dari ibu kota seperti bentangan jari-jari tangan saudara, kemudian menggunakan setiap sarana angkutan yang dapat mereka peroleh. Mereka hanya memiliki sedikit secara materi dan bertahan menghadapi banyak penderitaan, tetapi mereka kaya secara rohani.
Salah seorang pekerja yang bergairah di Argentina adalah Nicolás Argyrós, seorang Yunani. Pada awal tahun 1930, ketika ia memperoleh sejumlah lektur yang diterbitkan oleh Lembaga Menara Pengawal, ia khususnya terkesan oleh sebuah buku kecil berjudul Hell (Neraka), dengan judul kecil yang bertanya ”Apa Gerangan Itu? Siapa yang Berada di Sana? Dapatkah Mereka Keluar?” Ia heran sekali ketika mendapati bahwa buku kecil ini tidak menggambarkan para pedosa dipanggang di atas pembakaran. Betapa tercengangnya ia ketika menyadari bahwa api neraka adalah suatu dusta agama yang diciptakan untuk menakut-nakuti orang, bagaimana ia sendiri telah ditakut-takuti olehnya! Ia segera mengambil langkah untuk membagikan kebenaran—mula-mula kepada orang Yunani; kemudian, seraya ia makin fasih berbahasa Spanyol kepada orang-orang lain. Setiap bulan ia membaktikan antara 200 hingga 300 jam untuk membagikan kabar baik kepada orang lain. Dengan berjalan kaki dan menggunakan setiap sarana pengangkutan apa pun yang ada, ia menyebarkan kebenaran Alkitab di 14 dari 22 propinsi di Argentina. Seraya ia pindah dari satu tempat ke tempat lain, ia tidur di tempat tidur bila ditawarkan oleh orang yang murah hati, sering di udara terbuka, dan bahkan dalam sebuah kandang bersama seekor burro sebagai bekernya!
Seorang lain yang memiliki semangat perintis sejati ialah Richard Traub, yang telah belajar kebenaran di Buenos Aires. Ia ingin sekali membagikan kabar baik kepada orang-orang di seberang Andes, di Cile. Pada tahun 1930, lima tahun sesudah dibaptis, ia tiba di Cile—satu-satunya Saksi dalam sebuah negeri yang berpenduduk 4.000.000 orang. Mula-mula, ia bekerja hanya dengan Alkitab, tetapi kemudian ia mulai berkunjung dari rumah ke rumah. Tidak ada perhimpunan sidang yang dapat ia hadiri, maka pada hari-hari Minggu, pada waktu yang lazim untuk perhimpunan, ia berjalan ke Gunung San Cristóbal, duduk di bawah naungan sebuah pohon, dan menenggelamkan dirinya dalam pelajaran pribadi dan doa. Sesudah ia menyewa sebuah apartemen, ia mulai mengundang orang-orang ke perhimpunan di sana. Satu-satunya orang lain yang muncul pada perhimpunan pertama adalah Juan Flores, yang bertanya, ”Orang-orang lain, kapan datang?” Saudara Traub hanya menjawab, ”Mereka pasti datang.” Dan betul juga. Dalam waktu kurang dari setahun, 13 orang menjadi hamba Yehuwa yang terbaptis.
Empat tahun kemudian, dua orang Saksi yang tidak pernah saling bertemu sebelumnya, berpasangan untuk memberitakan kabar baik di Kolombia. Setelah satu tahun yang produktif di sana, Hilma Sjoberg harus kembali ke Amerika Serikat. Tetapi Kathe Palm naik kapal ke Cile, menggunakan 17 hari di laut untuk memberi kesaksian kepada awak kapal maupun para penumpang. Selama dekade berikutnya, ia bekerja mulai dari Arika, pelabuhan di ujung utara Cile, sampai ke ujung selatannya, Tierra del Fuego. Ia berkunjung ke tempat-tempat bisnis dan bersaksi kepada pejabat-pejabat pemerintah. Dengan memikul ransel di bahu untuk membawa lektur, dan mengangkut barang keperluan seperti selimut untuk tidur, ia mencapai kamp-kamp pertambangan dan peternakan domba yang paling jauh. Itulah kehidupan seorang perintis sejati. Dan ada orang-orang lain yang memiliki semangat yang sama—ada yang lajang, ada yang sudah menikah, tua dan muda.
Selama tahun 1932, upaya khusus dikerahkan untuk menyebarkan berita Kerajaan di negeri-negeri Amerika Latin yang belum banyak mendapatkan pengabaran. Pada tahun tersebut buku kecil The Kingdom, the Hope of the World (Kerajaan, Harapan Dunia Ini) telah disebarkan secara luar biasa. Buku kecil ini memuat sebuah khotbah yang sudah pernah didengar dalam suatu siaran radio internasional. Kini sekitar 40.000 eksemplar dari khotbah itu dalam bentuk tercetak diedarkan di Cile, 25.000 eksemplar di Bolivia, 25.000 di Peru, 15.000 di Ekuador, 20.000 di Kolombia, 10.000 di Santo Domingo (kini Republik Dominika), dan 10.000 lagi di Puerto Riko. Memang, berita Kerajaan sedang diumumkan, dan dengan intensitas yang besar.
Menjelang tahun 1935, di Amerika Selatan saja hanya 247 orang yang telah menggabungkan suara mereka untuk mengumumkan bahwa hanya Kerajaan Allah yang akan mendatangkan kebahagiaan sejati bagi umat manusia. Tetapi betapa hebat kesaksian yang mereka berikan!
Mencapai Orang Bahkan di Daerah yang Lebih Terpencil
Saksi-Saksi Yehuwa sama sekali tidak menganggap bahwa tanggung jawab mereka di hadapan Allah sudah dipenuhi jika mereka sekadar berbicara kepada beberapa orang yang kebetulan adalah tetangga mereka. Mereka berupaya mencapai setiap orang dengan kabar baik.
Orang-orang yang tinggal di tempat-tempat yang pada saat itu tidak dapat dijangkau secara pribadi oleh Saksi-Saksi, dapat dicapai dengan cara-cara lain. Demikianlah, pada akhir tahun 1920-an, Saksi-Saksi di Cape Town, Afrika Selatan, mengirimkan 50.000 buku kecil ke semua petani, penjaga mercu suar, polisi kehutanan, dan orang-orang lain yang tinggal di tempat yang sulit terjangkau. Juga diperoleh sebuah buku petunjuk pos terbaru untuk seluruh Afrika Barat Daya (kini dikenal sebagai Namibia), dan satu eksemplar dari buku kecil The Peoples Friend dikirimkan kepada setiap orang yang namanya tertera di dalam buku petunjuk itu.
Pada tahun 1929, F. J. Franske diserahi tanggung jawab atas kapal layar Morton milik Lembaga Menara Pengawal dan ditugaskan, bersama Jimmy James, untuk mencapai orang-orang di Labrador dan semua perkampungan nelayan di Newfoundland. Pada musim salju Saudara Franske menyusuri pantai bersama sekawanan anjing. Untuk menutup biaya lektur Alkitab yang ditinggalkannya kepada mereka, orang-orang Eskimo dan Newfoundland memberikan kepadanya barang-barang kerajinan kulit dan ikan. Beberapa tahun kemudian, ia berupaya menemui para pekerja tambang, penebang kayu, pemasang perangkap, pengusaha peternakan, dan orang Indian di pedalaman Cariboo yang rawan di Kolombia Inggris. Seraya mengadakan perjalanan, ia berburu untuk memperoleh daging, memetik buah berry liar, dan memanggang rotinya dalam wajan di atas api unggun di udara terbuka. Lalu, pada kesempatan lain, ia dan seorang rekan kerja menggunakan sebuah kapal penangkap ikan salem sebagai sarana pengangkutan sewaktu mereka membawa berita Kerajaan ke setiap pulau, teluk, kamp para penebang kayu, mercu suar, dan pemukiman di sepanjang pantai barat Kanada. Ia hanyalah salah satu di antara banyak orang yang mengerahkan upaya khusus untuk mencapai orang-orang yang tinggal di daerah terpencil di bumi.
Menjelang akhir tahun 1920-an, Frank Day mulai melakukan perjalanan ke arah utara melalui desa-desa di Alaska, mengabar, menempatkan lektur, dan menjual kacamata untuk menunjang kebutuhan jasmaninya. Meskipun berjalan pincang dengan sebuah kaki palsu, ia mengerjakan daerah yang terbentang dari Ketchikan sampai Nome, berjarak kira-kira 1.900 kilometer. Sudah sejak tahun 1897, seorang pekerja tambang emas memperoleh lektur Millennial Dawn dan Watch Tower sewaktu berada di Kalifornia dan merencanakan untuk membawanya kembali ke Alaska. Dan pada tahun 1910, Kapten Beams, nakhoda kapal penangkap ikan paus, telah menempatkan lektur di pelabuhan-pelabuhan Alaska yang disinggahi. Namun kegiatan pengabaran mulai meluas pada waktu Saudara Day melakukan perjalanannya ke Alaska berkali-kali pada setiap musim panas selama lebih dari 12 tahun.
Dua orang Saksi lain, dengan menggunakan sebuah kapal motor bernama Esther yang panjangnya 12 meter, mengerjakan daerah sepanjang pantai Norwegia sampai jauh ke Samudra Arktik. Mereka memberi kesaksian di pulau-pulau, di banyak mercu suar, di desa-desa sepanjang pantai, dan di tempat-tempat terpencil jauh di balik pegunungan. Banyak orang menyambut mereka, dan dalam jangka waktu setahun, mereka berhasil menempatkan 10.000 hingga 15.000 buku dan buku kecil yang menjelaskan maksud-tujuan Allah untuk umat manusia.
Pulau-Pulau Mendengar Puji-Pujian Yehuwa
Bukan hanya pulau-pulau yang dekat dengan pantai-pantai benua yang mendapat kesaksian. Di tengah-tengah Samudra Pasifik sana, pada awal tahun 1930-an, Sydney Shepherd melakukan perjalanan dengan kapal selama dua tahun untuk mengabar di Kepulauan Cook dan Tahiti. Lebih jauh ke barat, George Winton mengunjungi New Hebrides (kini Vanuatu) membawa kabar baik.
Kira-kira pada waktu yang sama, Joseph Dos Santos, seorang Amerika keturunan Portugis, juga berupaya mencapai daerah yang belum pernah dijamah. Mula-mula ia memberi kesaksian di pulau-pulau lain yang berdekatan dengan pulau Hawaii; kemudian ia melakukan tur pengabaran keliling bola bumi. Akan tetapi, sewaktu ia mencapai Filipina, ia menerima sepucuk surat dari Saudara Rutherford yang memintanya untuk tinggal di sana guna membangun dan mengorganisasi kegiatan pengabaran Kerajaan. Ia melakukannya, selama 15 tahun.
Pada waktu itu, cabang Lembaga di Australia sedang mengarahkan perhatian kepada pekerjaan di dan sekitar Pasifik Selatan. Dua perintis yang diutus dari sana memberikan kesaksian yang luas di Fiji pada tahun 1930-31. Samoa menerima kesaksian pada tahun 1931. Kaledonia Baru dijangkau pada tahun 1932. Sepasang suami-istri perintis dari Australia bahkan memulai dinas di Cina pada tahun 1933 dan memberi kesaksian di 13 kota utamanya selama beberapa tahun berikutnya.
Saudara-saudara di Australia menyadari bahwa ada lebih banyak yang dapat dilaksanakan jika ada sebuah kapal yang dapat mereka gunakan. Pada waktunya mereka memperlengkapi sebuah perahu layar 16 meter yang mereka namakan Lightbearer (Pembawa Terang) dan, mulai awal tahun 1935, menggunakannya selama beberapa tahun sebagai pangkalan operasi untuk sekelompok saudara yang bergairah seraya mereka memberi kesaksian di Hindia Timur Belanda (kini Indonesia), Singapura, dan Malaya. Kedatangan kapal itu senantiasa menarik banyak perhatian, dan hal ini sering membuka jalan bagi saudara-saudara untuk mengabar dan menempatkan banyak lektur.
Sementara itu, di belahan bumi yang lain, dua orang saudari perintis dari Denmark memutuskan untuk mengadakan perjalanan liburan ke Kepulauan Faeroe di Samudra Atlantik Utara pada tahun 1935. Tetapi yang ada dalam benak mereka bukan sekadar perjalanan untuk menikmati pemandangan. Mereka pergi dengan diperlengkapi ribuan lektur, dan mereka menggunakannya dengan baik. Tanpa memedulikan angin dan hujan dan permusuhan dari kaum pemimpin agama, mereka mengerjakan sebanyak mungkin pulau yang berpenduduk selama mereka tinggal di sana.
Lebih jauh ke barat, Georg Lindal, seorang Kanada keturunan Islandia, melaksanakan suatu penugasan yang berlangsung lebih lama. Atas saran Saudara Rutherford, ia pindah ke Islandia untuk merintis pada tahun 1929. Betapa hebat ketekunan yang diperlihatkannya! Sebagian besar dari 18 tahun berikutnya ia melayani di sana seorang diri. Ia mengunjungi kota-kota dan desa-desa berkali-kali. Puluhan ribu lektur ditempatkan, tetapi pada waktu itu tidak ada orang Islandia yang bergabung dengan dia dalam dinas Yehuwa. Kecuali satu tahun saja, tidak seorang Saksi pun di Islandia yang bisa dia ajak bergaul hingga tahun 1947, sewaktu dua orang utusan injil keluaran Sekolah Gilead tiba.
Bila Manusia Melarang Apa yang Allah Perintahkan
Seraya ambil bagian dalam pelayanan umum mereka, tidaklah janggal sama sekali, teristimewa sejak tahun 1920-an sampai dengan tahun 1940-an, bagi Saksi-Saksi untuk mengalami tentangan, yang biasanya digerakkan oleh kaum pemimpin agama setempat dan kadang-kadang oleh para pejabat pemerintah.
Di suatu daerah pedesaan sebelah utara Wina, Austria, Saksi-Saksi mendapati diri berhadapan dengan segerombolan penduduk desa yang bersikap bermusuhan karena dihasut oleh imam setempat, yang didukung oleh polisi. Para imam bertekad bahwa tidak boleh ada pengabaran oleh Saksi-Saksi Yehuwa di desa-desa mereka. Tetapi Saksi-Saksi, bertekad untuk melaksanakan tugas yang Allah berikan kepada mereka, mengubah pendekatan mereka dan kembali pada hari yang lain, dengan memasuki desa-desa melalui jalan yang berputar.
Tidak soal ancaman dan tuntutan dari pihak manusia, Saksi-Saksi Yehuwa menyadari bahwa mereka mempunyai kewajiban kepada Allah untuk memberitakan Kerajaan-Nya. Mereka memilih menaati Allah sebagai penguasa daripada manusia. (Kis. 5:29) Bila para pejabat setempat mencoba untuk menyangkal kebebasan beragama bagi Saksi-Saksi Yehuwa, maka Saksi-Saksi malahan mendapatkan lebih banyak kekuatan.
Sesudah berkali-kali ditangkap di satu bagian Bavaria, di Jerman, pada tahun 1929, mereka menyewa dua kereta api khusus—yang satu berangkat dari Berlin dan yang lain dari Dresden. Kedua kereta api ini digandengkan di Reichenbach, dan pada pukul 2.00 dini hari kereta api yang telah disatukan ini memasuki daerah Regensburg dengan 1.200 penumpang yang ingin sekali ikut serta memberikan kesaksian. Biaya perjalanan mahal, dan setiap orang telah membayar sendiri ongkosnya. Di setiap stasiun kereta api, beberapa orang turun. Beberapa di antara mereka telah membawa sepeda sehingga mereka dapat masuk ke daerah pedesaan. Seluruh distrik itu dikerjakan dalam satu hari saja. Sewaktu mereka melihat hasil dari upaya mereka yang terpadu, mereka tidak dapat berbuat apa-apa kecuali mengingat janji Allah kepada hamba-hamba-Nya, ”Setiap senjata yang ditempa terhadap engkau tidak akan berhasil.”—Yes. 54:17.
Begitu bergairahnya Saksi-Saksi di Jerman sehingga antara tahun 1919 dan 1933, mereka, diperkirakan, telah menyebarkan sedikitnya 125.000.000 buku, buku kecil, dan majalah, dan juga jutaan risalah. Padahal hanya ada kira-kira 15.000.000 keluarga di Jerman pada waktu itu. Selama jangka waktu tersebut, Jerman telah menerima kesaksian yang paling saksama dibandingkan kesaksian yang diberikan di negeri mana pun di bumi. Di bagian bumi tersebut terdapat salah satu konsentrasi paling padat dari orang-orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus yang diurapi dengan roh. Namun selama tahun-tahun berikutnya, mereka juga mengalami beberapa ujian integritas yang sangat meletihkan.—Why. 14:12.
Pada tahun 1933, perlawanan dari para pejabat terhadap pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman sangat meningkat. Rumah Saksi-Saksi dan kantor cabang Lembaga berkali-kali digeledah oleh Gestapo. Larangan diberlakukan atas kegiatan Saksi-Saksi di kebanyakan negara bagian Jerman, dan beberapa ditangkap. Berton-ton Alkitab dan lektur Alkitab mereka dibakar di depan umum. Pada tanggal 1 April 1935, sebuah undang-undang nasional dikeluarkan yang melarang Ernste Bibelforscher (Siswa-Siswa Alkitab yang Sungguh-Sungguh, atau Saksi-Saksi Yehuwa), dan upaya sistematis dikerahkan untuk merampas mata pencaharian mereka. Sebaliknya, Saksi-Saksi mengubah semua perhimpunan mereka menjadi kelompok-kelompok kecil, mengatur untuk mereproduksi bahan pengajaran Alkitab dalam bentuk yang tidak mudah dikenali oleh Gestapo, dan menggunakan metode pengabaran yang tidak begitu mencolok.
Bahkan sebelum ini, sejak tahun 1925, saudara-saudara di Italia telah hidup di bawah kediktatoran Fasis, dan pada tahun 1929, suatu konkordat antara Gereja Katolik dan Negara Fasis ditandatangani. Umat Kristen sejati dikejar-kejar tanpa belas kasihan. Beberapa berhimpun dalam gudang-gudang dan kandang-kandang untuk menghindari penangkapan. Saksi-Saksi Yehuwa di Italia pada waktu itu sangat sedikit jumlahnya; akan tetapi, upaya mereka untuk menyebarkan berita Kerajaan diperkuat pada tahun 1932 sewaktu 20 Saksi-Saksi dari Swiss melintas masuk ke Italia dan secepat kilat menyebarkan 300.000 buku kecil The Kingdom, the Hope of the World.
Di Timur Jauh juga, tekanan makin meningkat. Saksi-Saksi Yehuwa di Jepang ditangkap. Lektur Alkitab mereka dalam jumlah besar dihancurkan oleh para pejabat di Seoul (di negara yang sekarang adalah Republik Korea) dan Pyongyang (di negara yang kini adalah Republik Rakyat Demokrasi Korea).
Di tengah tekanan yang makin meningkat ini, pada tahun 1935, Saksi-Saksi Yehuwa memperoleh pengertian yang jelas dari Alkitab tentang identitas ”perhimpunan besar”, atau ”kumpulan besar”, dari Wahyu 7:9-17 (KJ; TB). Pengertian ini membuat mereka sadar akan suatu pekerjaan mendesak yang tidak mereka antisipasi sebelumnya. (Yes. 55:5) Mereka tidak lagi beranggapan bahwa suatu waktu kelak semua yang bukan bagian dari ”kawanan kecil” ahli waris Kerajaan surgawi mendapat kesempatan untuk menyesuaikan kehidupan mereka dengan tuntutan-tuntutan Yehuwa. (Luk. 12:32) Mereka menyadari bahwa sudah tiba waktunya untuk menjadikan murid di kalangan orang-orang demikian sekarang agar mereka dapat selamat memasuki dunia baru Allah. Mereka tidak tahu berapa lama pengumpulan kumpulan besar dari segala bangsa akan terus berlangsung, walaupun mereka merasa bahwa akhir sistem yang jahat pasti sudah sangat dekat. Mereka tidak tahu pasti bagaimana tepatnya pekerjaan akan terlaksana di bawah penganiayaan yang semakin luas dan semakin keji. Akan tetapi, mereka yakin akan hal ini—karena ”tangan [Yehuwa] tidak kurang panjang”, Ia akan membuka jalan bagi mereka untuk melaksanakan kehendak-Nya.—Yes. 59:1.
Pada tahun 1935, jumlah Saksi-Saksi Yehuwa relatif sedikit—hanya 56.153 di seluruh dunia!
Mereka mengabar di 115 negeri selama tahun tersebut; tetapi di hampir setengah dari jumlah negeri tersebut, hanya ada kurang dari 10 Saksi. Hanya dua negeri memiliki 10.000 atau lebih Saksi-Saksi Yehuwa yang aktif (Amerika Serikat, 23.808 orang; Jerman, dengan kira-kira 10.000 dari 19.268 orang yang berhasil melaporkan dua tahun sebelumnya). Tujuh negeri lain (Australia, Cekoslowakia, Inggris, Kanada, Polandia, Prancis, dan Romania) masing-masing melaporkan lebih dari 1.000 tetapi kurang dari 6.000 Saksi. Catatan mengenai kegiatan di 21 negeri lainnya menunjukkan adanya 100 hingga 1.000 Saksi di masing-masing negeri ini. Namun, selama satu tahun tersebut, barisan Saksi yang bergairah ini membaktikan 8.161.424 jam di seluruh dunia untuk mengumumkan Kerajaan Allah sebagai satu-satunya harapan umat manusia.
Selain mereka sibuk di negeri-negeri itu selama tahun 1935, mereka sudah menyebarkan kabar baik ke tempat-tempat lain, sehingga sebegitu jauh sudah 149 negeri dan kepulauan yang dicapai dengan berita Kerajaan.
[Blurb di hlm. 424]
Meskipun meringkuk dalam penjara, mereka menemukan kesempatan untuk mengabar
[Blurb di hlm. 425]
Bersedia dan ingin sekali meneruskan pekerjaan itu!
[Blurb di hlm. 441]
Mereka tidak memedulikan angin, hujan, dan permusuhan dari kaum pemimpin agama
[Blurb di hlm. 442]
Suatu kesaksian dengan proporsi yang luar biasa diberikan di Jerman sebelum ”Ernste Bibelforscher” dilarang di sana
[Peta/Gambar di hlm. 423]
Sementara dunia terlibat dalam peperangan, R. R. Hollister dan Fanny Mackenzie sibuk membawa berita perdamaian kepada orang-orang di Cina, Jepang, dan Korea
[Peta]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
KOREA
JEPANG
CINA
SAMUDRA PASIFIK
[Peta di hlm. 428]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
Sewaktu para imigran dari negeri-negeri yang disebut di peta ini mempelajari maksud-tujuan Allah yang menakjubkan untuk memberkati umat manusia, mereka merasa tergerak untuk membawa berita itu pulang ke tanah air mereka
AMERIKA
↓ ↓
AUSTRIA
BULGARIA
SIPRUS
CEKOSLOWAKIA
DENMARK
FINLANDIA
JERMAN
YUNANI
HONGARIA
ITALIA
BELANDA
NORWEGIA
POLANDIA
PORTUGAL
ROMANIA
SPANYOL
SWEDIA
SWISS
TURKI
YUGOSLAVIA
[Peta di hlm. 432]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
Selama tahun 1920-an dan 1930-an, penginjil-penginjil keluar dari Jerman ke banyak negeri untuk memberi kesaksian
JERMAN
↓ ↓
AMERIKA SELATAN
AFRIKA UTARA
ASIA
[Peta/Gambar di hlm. 435]
Perintis-perintis bergairah seperti Frank Smith dan saudara laki-lakinya Gray, (terlihat di gambar atas) menyebarkan kabar baik sampai ke pantai timur Afrika
[Peta]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
UGANDA
KENYA
TANZANIA
AFRIKA SELATAN
[Peta/Gambar di hlm. 439]
Di seluruh Afrika Barat Daya (kini Namibia) orang-orang menerima buku kecil ini melalui pos pada tahun 1928
[Peta]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
NAMIBIA
[Peta/Gambar di hlm. 440]
Dengan naik kapal ”Lightbearer”, perintis-perintis yang bergairah menyebarkan berita Kerajaan di Asia Tenggara
[Peta]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
MALAYA
BORNEO
SULAWESI
SUMATRA
JAWA
TIMOR
NUGINI
AUSTRALIA
SAMUDRA PASIFIK
[Gambar di hlm. 426]
Di banyak negeri khotbah ”Jutaan Orang yang Sekarang Hidup Tidak Akan Pernah Mati” menarik banyak hadirin
[Gambar di hlm. 427]
Edwin Scott, di Afrika Selatan, secara pribadi menyebarkan 50.000 eksemplar ”Suatu Tantangan Kepada Para Pemimpin Dunia”
[Gambar di hlm. 429]
Menyambut panggilan untuk menginjil, Willy Unglaube melayani di Eropa, Afrika, dan Negeri-Negeri Timur
[Gambar di hlm. 430]
Menjelang tahun 1992, Eric Cooke dan saudara laki-lakinya John, (duduk) telah berada dalam dinas sepenuh waktu masing-masing selama lebih dari 60 tahun, menikmati pengalaman-pengalaman yang menggetarkan hati di Eropa dan Afrika
[Gambar di hlm. 431]
Sewaktu ia pergi ke India pada tahun 1926, Edwin Skinner menerima suatu penugasan yang mencakup lima negeri; dengan setia ia terus mengabar di sana selama 64 tahun
[Gambar di hlm. 433]
Alfred dan Frieda Tuček, diperlengkapi dengan barang-barang kebutuhan hidup dan lektur untuk memberi kesaksian, melayani sebagai perintis di Yugoslavia Lama
[Gambar di hlm. 434]
Di seluruh Afrika Barat, ”Bible Brown” dengan penuh gairah ambil bagian dalam membeberkan ibadat palsu
[Gambar di hlm. 436]
George Young ambil bagian dalam mengumumkan Kerajaan Allah secara luas di Amerika Selatan, Spanyol, dan Portugal
[Gambar di hlm. 437]
Juan Muñiz (kiri), yang telah mengabar di Amerika Selatan sejak tahun 1924, hadir untuk menyambut N. H. Knorr ketika ia pertama kali mengunjungi Argentina lebih dari 20 tahun kemudian
[Gambar di hlm. 438]
Nicolás Argyrós menyebarkan kebenaran Alkitab yang memerdekakan ke 14 propinsi di Argentina
[Gambar di hlm. 439]
F. J. Franske, dengan melakukan perjalanan di darat dan dengan kapal, berupaya mencapai pemukiman-pemukiman yang terpencil dengan kebenaran Alkitab
-
-
Bagian 3—Saksi-Saksi ke Bagian yang Paling Jauh di BumiSaksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
-
-
Pasal 22
Bagian 3—Saksi-Saksi ke Bagian yang Paling Jauh di Bumi
Laporan sedunia mengenai pengabaran berita Kerajaan dari tahun 1935 sampai 1945 dikemukakan pada halaman 444 hingga 461. Tahun 1935 sangat berarti karena pada waktu itu perhimpunan besar, atau kumpulan besar, dari Wahyu 7:9 diketahui identitasnya. Berkenaan dengan pengumpulan kelompok tersebut, Saksi-Saksi Yehuwa mulai memahami bahwa Alkitab menghadapkan kepada mereka satu pekerjaan dalam ukuran yang lebih besar dibanding dengan pekerjaan yang pernah dilakukan sebelumnya. Bagaimana mereka melaksanakannya ketika bangsa-bangsa mulai terlibat dalam Perang Dunia II dan kebanyakan negeri memberlakukan larangan atas mereka atau lektur Alkitab mereka?
SERAYA Saksi-Saksi Yehuwa ambil bagian dalam pelayanan mereka selama tahun 1930-an, tujuan mereka adalah untuk mencapai sebanyak mungkin orang dengan berita Kerajaan. Jika mereka mengamati adanya minat yang luar biasa, beberapa di antara mereka bisa jadi sampai jauh malam menerangkan kebenaran-kebenaran Alkitab dan menjawab pertanyaan untuk memuaskan orang-orang yang lapar secara rohani. Namun dalam kebanyakan situasi, Saksi-Saksi hanya menyampaikan persembahan singkat yang dimaksudkan untuk menggugah minat penghuni rumah, dan kemudian mereka membiarkan lektur atau khotbah umum Alkitab melakukan hal selanjutnya. Pekerjaan mereka adalah memberikan informasi kepada orang-orang, menabur benih kebenaran Kerajaan.
Upaya yang Sungguh-Sungguh untuk Mencapai Banyak Orang Dengan Kabar Baik
Pekerjaan dilakukan dengan perasaan mendesak. Sebagai contoh, pada awal tahun 1930-an, ketika Armando Menazzi, di Córdoba, Argentina, membaca kebenaran Alkitab yang dikemukakan dengan jelas dalam buku kecil Hell (Neraka) dan Where Are the Dead? (Di Manakah Orang Mati?), ia bertindak tegas. (Mzm. 145:20; Pkh. 9:5; Kis. 24:15) Tergerak oleh apa yang dipelajarinya, dan diilhami oleh gairah yang diperlihatkan oleh Nicolás Argyrós, ia menjual bengkel mobilnya untuk mengabdikan dirinya dalam pengabaran kebenaran sebagai seorang perintis. Kemudian, pada awal tahun 1940-an, atas anjurannya, Saksi-Saksi di Córdoba membeli sebuah bus tua, memasang tempat-tempat tidur, dan menggunakan kendaraan ini untuk membawa sepuluh orang penyiar atau lebih dalam ekspedisi pengabaran yang berlangsung seminggu, dua minggu, atau bahkan tiga bulan. Sewaktu perjalanan-perjalanan ini direncanakan, saudara dan saudari yang berlainan dalam sidang diberi kesempatan untuk ikut serta. Setiap orang dalam kelompok memiliki pekerjaannya masing-masing—membersihkan, memasak, atau menangkap ikan dan berburu untuk mendapatkan makanan. Sedikitnya di sepuluh propinsi di Argentina, kelompok yang bergairah ini mengabar dari rumah ke rumah, mengerjakan kota-kota maupun desa-desa dan mencapai perladangan yang tersebar.
Semangat serupa nyata di ladang Australia. Banyak kesaksian dilakukan di kota-kota pinggir pantai yang berpenduduk padat. Tetapi Saksi-Saksi di sana juga berusaha mencapai orang-orang yang tinggal di daerah terpencil. Demikianlah, pada tanggal 31 Maret 1936, agar dapat mencapai orang-orang di peternakan domba dan sapi yang banyak terdapat di pedesaan yang terpencil, Arthur Willis dan Bill Newlands menempuh perjalanan yang jarak seluruhnya adalah 19.710 kilometer. Sebagian besar dari perjalanan yang mereka tempuh, bukan jalan raya—hanya jalan setapak yang bersemak-semak melalui gurun tanpa pohon dengan panas yang menyengat dan badai debu yang menderu-deru. Tetapi mereka maju terus. Di mana pun minat ditemukan, mereka memutar rekaman khotbah Alkitab dan meninggalkan lektur. Pada kesempatan-kesempatan lain, John E. (Ted) Sewell pergi bersama mereka; dan kemudian ia merelakan diri untuk melayani di Asia Tenggara.
Wilayah yang diawasi oleh kantor cabang Lembaga di Australia menjangkau jauh ke luar Australia itu sendiri. Daerah itu mencakup Cina dan kepulauan-kepulauan dan bangsa-bangsa yang terbentang dari Tahiti di sebelah timur ke Birma (kini Myanmar) di sebelah barat, meliputi jarak 13.700 kilometer. Dalam daerah tersebut terdapat tempat-tempat seperti Hong Kong, Indocina (kini Kamboja, Laos, dan Vietnam), Hindia Timur Belanda (termasuk pulau-pulau seperti Sumatra, Jawa, dan Kalimantan), Selandia Baru, Siam (kini Thailand), dan Malaya. Tidak jarang pengawas cabang, Alexander MacGillivray, seorang Skotlandia, mengundang seorang perintis muda yang bergairah ke kantornya, memperlihatkan kepadanya sebuah peta daerah dari cabang itu, dan bertanya, ’Apakah Saudara mau menjadi utusan injil?’ Kemudian, seraya menunjuk ke suatu daerah yang jarang atau sama sekali belum mendapat pengabaran, ia akan bertanya, ’Bagaimana kalau Saudara membuka pekerjaan di daerah ini?’
Selama awal tahun 1930-an, beberapa di antara perintis-perintis ini telah melakukan banyak pekerjaan di Hindia Timur Belanda (kini Indonesia) dan Singapura. Pada tahun 1935, Frank Dewar, seorang Selandia Baru, melakukan perjalanan dengan sekelompok perintis ini dengan kapal Lightbearer (Pembawa Terang) sampai sejauh Singapura. Kemudian tepat sebelum kapal itu meneruskan perjalanan ke pantai barat Malaya, Kapten Eric Ewins berkata, ”Nah, Frank, kita sudah sampai. Kami hanya dapat membawamu sampai sejauh ini saja. Engkau memilih pergi ke Siam. Sekarang, pergilah!” Tetapi Frank hampir lupa mengenai Siam. Ia telah menikmati dinasnya bersama kelompok itu di atas kapal. Sekarang ia sendirian.
Ia singgah di Kuala Lumpur sampai ia dapat mengumpulkan cukup banyak uang untuk perjalanan berikutnya, tetapi sementara berada di sana ia mengalami kecelakaan lalu lintas—sebuah truk menabraknya sehingga ia terjatuh dari sepedanya. Sesudah sembuh, hanya dengan lima dollar di sakunya, ia naik kereta api yang berangkat dari Singapura ke Bangkok. Namun dengan iman kepada kemampuan Yehuwa untuk memelihara, ia meneruskan pekerjaan. Claude Goodman telah mengabar untuk waktu singkat di sana pada tahun 1931; tetapi sewaktu Frank tiba pada bulan Juli 1936, tidak ada Saksi yang berada di sana untuk menyambutnya. Akan tetapi, selama beberapa tahun berikutnya, saudara-saudara lain ambil bagian dalam pekerjaan—Willy Unglaube, Hans Thomas, dan Kurt Gruber dari Jerman dan Ted Sewell dari Australia. Mereka menyebarkan banyak lektur, tetapi kebanyakan dalam bahasa Inggris, Cina, dan Jepang.
Sewaktu sepucuk surat dikirimkan ke kantor pusat Lembaga yang menyatakan bahwa saudara-saudara memerlukan lektur dalam bahasa Thai tetapi tidak ada penerjemah, Saudara Rutherford menjawab, ”Saya tidak berada di Thailand; kalian yang berada di sana. Berimanlah kepada Yehuwa dan bekerjalah dengan sungguh-sungguh, pasti kalian akan menemukan seorang penerjemah.” Dan memang demikian. Chomchai Inthaphan, seorang mantan kepala sekolah dari Sekolah Putri Presbiterian di Chiang Mai, memeluk kebenaran, dan menjelang tahun 1941 saudari ini menerjemahkan lektur Alkitab ke dalam bahasa Thai.
Satu minggu sesudah Frank Dewar mulai mengabar di Bangkok, Frank Rice, yang telah merintis pekerjaan Kerajaan di Jawa (kini bagian dari Indonesia), singgah dalam perjalanannya ke penugasan baru di tempat yang waktu itu disebut Indocina Prancis. Sebagaimana telah dilakukannya di daerahnya yang dulu, ia mengabar kepada mereka yang berbahasa Inggris sementara ia mempelajari bahasa setempat. Sesudah mengerjakan Saigon (sekarang Ho Chi Minh), ia mengajar bahasa Inggris agar dapat membeli sebuah mobil tua yang dapat digunakannya untuk mencapai bagian utara negeri itu. Keinginannya bukanlah kenyamanan materi melainkan kepentingan Kerajaan. (Ibr. 13:5) Dengan menggunakan mobil yang dibelinya, ia memberi kesaksian di kota-kota dan desa-desa dan rumah-rumah yang terpencil sepanjang jalan ke Hanoi.
Publisitas yang Berani
Untuk menarik perhatian kepada berita Kerajaan dan untuk membuat orang waspada akan kebutuhan mengambil tindakan tegas, cara-cara yang mencolok digunakan oleh Saksi-Saksi di banyak negeri. Mulai tahun 1936 di Glasgow, Skotlandia, Saksi-Saksi mengiklankan khotbah kebaktian dengan mengenakan plakat dan membagi-bagikan selebaran di daerah-daerah pertokoan. Dua tahun kemudian, pada tahun 1938, suatu corak lain yang mencolok digunakan sehubungan dengan sebuah kebaktian di London, Inggris. Nathan H. Knorr dan Albert D. Schroeder, yang belakangan bersama-sama melayani sebagai Badan Pimpinan, memimpin pawai yang terdiri dari hampir seribu Saksi melintasi kawasan pusat bisnis di London. Selang-seling satu orang dalam pawai itu ada yang mengenakan sebuah plakat yang mengiklankan khotbah umum ”Hadapi Kenyataan”, yang akan disampaikan oleh J. F. Rutherford di Royal Albert Hall. Mereka yang diapit membawa plakat-plakat yang bertuliskan, ”Agama Adalah Jerat dan Suatu Penipuan”. (Pada waktu itu mereka memahami agama sebagai semua ibadat yang tidak sesuai dengan Firman Allah, Alkitab.) Kemudian pada pekan itu juga, untuk meredam reaksi yang bermusuhan dari beberapa pihak dalam masyarakat, plakat-plakat yang bertuliskan ”Layani Allah dan Kristus Sang Raja” disisipkan di antara plakat-plakat yang lebih dahulu. Kegiatan ini tidak mudah bagi banyak di antara Saksi-Saksi Yehuwa, tetapi mereka memandangnya sebagai suatu cara lain untuk melayani Yehuwa, ujian lain atas loyalitas mereka kepada-Nya.
Tidak setiap orang senang akan publisitas berani yang diberikan oleh Saksi-Saksi Yehuwa kepada berita mereka. Kaum pemimpin agama di Australia dan Selandia Baru melancarkan tekanan kepada para manajer stasiun-stasiun radio untuk menghentikan semua siaran yang disponsori oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Pada bulan April 1938, sewaktu Saudara Rutherford sedang dalam perjalanan ke Australia untuk menyampaikan sebuah khotbah melalui radio, para pejabat pemerintah membiarkan diri mereka dipengaruhi untuk membatalkan penyelenggaraan-penyelenggaraan yang sudah diatur baginya untuk menggunakan Balai Kota Sydney dan fasilitas-fasilitas radio. Segera Gelanggang Olahraga Sydney disewa, dan sebagai hasil dari publisitas berita yang luas mengenai tentangan terhadap kunjungan Saudara Rutherford, bahkan lebih banyak orang datang untuk mendengar khotbahnya. Pada kesempatan-kesempatan lain, sewaktu Saksi-Saksi tidak diperbolehkan menggunakan fasilitas-fasilitas radio, mereka menanggapi dengan memberikan publisitas yang penuh semangat mengenai perhimpunan-perhimpunan yang akan memperdengarkan hasil reproduksi khotbah Saudara Rutherford melalui perlengkapan transkripsi.
Kaum pemimpin agama di Belgia menyuruh anak-anak untuk melempari Saksi-Saksi dengan batu, dan para imam secara pribadi berkeliling ke rumah-rumah untuk mengumpulkan lektur yang telah disebarkan. Tetapi beberapa dari penduduk desa menyukai pengajaran Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka sering berkata, ”Berikan saya beberapa buku kecil Anda; bila imam itu datang, saya dapat memberikan satu kepadanya agar dia puas dan menyimpan selebihnya untuk dibaca!”
Akan tetapi, pada tahun-tahun berikutnya, perlawanan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa dan berita Kerajaan yang mereka umumkan makin menghebat.
Pengabaran di Eropa Menghadapi Penganiayaan Masa Perang
Karena mereka tidak mau mengingkari iman mereka dan berhenti mengabar, ribuan Saksi-Saksi Yehuwa di Austria, Belanda, Belgia, Jerman, dan Prancis dipenjara atau dikirim ke kamp konsentrasi Nazi. Di sana, perlakuan yang kejam merupakan peristiwa sehari-hari. Mereka yang belum masuk penjara meneruskan pelayanan mereka dengan hati-hati. Mereka sering bekerja dengan Alkitab saja dan menawarkan lektur lain hanya sewaktu mengadakan kunjungan kembali kepada orang-orang yang berminat. Untuk menghindari penangkapan, Saksi-Saksi berkunjung hanya ke satu pintu dari sebuah bangunan rumah susun dan kemudian mungkin pergi ke gedung lain, atau sesudah berkunjung ke satu rumah mereka langsung pergi ke jalan lain untuk kemudian mendekati rumah berikutnya. Namun mereka sama sekali tidak malu untuk memberi kesaksian.
Pada tanggal 12 Desember 1936, hanya beberapa bulan sesudah Gestapo menangkap ribuan Saksi dan orang berminat lainnya dalam upaya seluas dunia untuk menghentikan pekerjaan mereka, Saksi-Saksi itu sendiri mengadakan suatu kampanye. Dengan secepat kilat mereka memasukkan puluhan ribu eksemplar resolusi tercetak ke dalam kotak-kotak pos dan di bawah pintu rumah-rumah di seluruh Jerman. Resolusi ini memprotes perlakuan kejam terhadap saudara dan saudari Kristen mereka. Satu jam setelah penyebaran dimulai, polisi memburu ke sana kemari mencoba menangkapi orang-orang yang menyebarkannya, tetapi yang mereka tangkap hanya kira-kira dua belas orang di seluruh negeri itu.
Para pejabat tercengang melihat bahwa kampanye demikian dapat dilaksanakan meski segala upaya telah dilakukan pemerintah Nazi untuk menghentikan pekerjaan itu. Lagi pula, mereka menjadi takut kepada penduduk. Mengapa? Karena sewaktu polisi dan para pejabat berseragam lainnya mendatangi rumah-rumah dan bertanya apakah penghuninya telah menerima selebaran demikian, kebanyakan orang menyangkalnya. Sesungguhnya, mayoritas terbesar dari mereka tidak menerimanya. Selebaran itu hanya diberikan kepada dua atau tiga keluarga di setiap gedung. Tetapi polisi tidak mengetahui hal itu. Mereka mengira bahwa setiap rumah mendapatkan satu selebaran.
Selama bulan-bulan berikutnya, para pejabat Nazi dengan tegas menyangkal tuduhan-tuduhan yang dilontarkan dalam resolusi tercetak tersebut. Maka, pada tanggal 20 Juni 1937, Saksi-Saksi yang masih bebas menyebarkan berita lain, sepucuk surat terbuka yang secara gamblang dan terperinci membeberkan penganiayaan itu, sebuah dokumen yang menyebutkan nama para pejabat dan mengutip tanggal dan tempat. Terjadi kegemparan yang hebat di kalangan Gestapo mengenai penyingkapan ini dan mengenai kemampuan Saksi-Saksi untuk melakukan penyebaran demikian.
Sejumlah pengalaman dari keluarga Kusserow, dari Bad Lippspringe, Jerman, menyatakan tekad yang sama untuk memberi kesaksian. Suatu contoh adalah mengenai apa yang terjadi sesudah Wilhelm Kusserow dieksekusi di muka umum di Münster oleh rezim Nazi karena ia menolak mengkompromikan imannya. Hilda, ibu dari Wilhelm, segera pergi ke penjara dan mendesak mereka memberikan jenazahnya untuk dimakamkan. Ia berkata kepada keluarganya, ”Kita akan memberi kesaksian besar kepada orang-orang yang mengenal dia.” Pada upacara pemakaman, Franz, ayah Wilhelm, memanjatkan doa yang menyatakan iman akan persediaan-persediaan Yehuwa yang pengasih. Di kuburan, Karl-Heinz, saudara dari Wilhelm, mengucapkan kata-kata penghiburan dari Alkitab. Karena hal ini mereka tidak luput dari hukuman, tetapi bagi mereka yang penting adalah menghormati Yehuwa dengan memberi kesaksian mengenai nama-Nya dan Kerajaan-Nya.
Seraya tekanan-tekanan masa perang menghebat di Belanda, Saksi-Saksi di sana dengan bijaksana menyesuaikan penyelenggaraan perhimpunan mereka. Perhimpunan-perhimpunan ini sekarang hanya diadakan dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari sepuluh orang atau kurang di rumah-rumah pribadi. Tempat berhimpun sering diubah. Masing-masing Saksi hanya hadir di kelompoknya sendiri, dan tidak ada yang memberitahukan tempat dilangsungkannya pelajaran itu, bahkan kepada seorang teman yang tepercaya pun tidak. Pada masa tersebut dalam sejarah, sewaktu seluruh penduduk dihalau dari rumah mereka karena perang, Saksi-Saksi Yehuwa mengetahui bahwa orang-orang sangat membutuhkan berita penghiburan yang hanya terdapat dalam Firman Allah, dan mereka tanpa takut menceritakannya kepada mereka. Namun sepucuk surat dari kantor cabang mengingatkan saudara-saudara bagaimana Yesus telah memperlihatkan sikap hati-hati pada berbagai peristiwa ketika berhadapan dengan para penentang. (Mat. 10:16; 22:15-22) Sebagai hasilnya, jika mereka menjumpai seseorang yang menunjukkan sikap bermusuhan, mereka mencatat alamatnya dengan teliti agar tindakan pencegahan khusus dapat dilakukan bila mengerjakan daerah tersebut di kemudian hari.
Di Yunani penderitaan yang meluas dialami oleh penduduk selama masa pendudukan Jerman. Akan tetapi, perlakuan paling bengis terhadap Saksi-Saksi Yehuwa, adalah sebagai akibat fitnah keji oleh kaum pemimpin agama Gereja Ortodoks Yunani, yang berkeras agar polisi dan pengadilan mengambil tindakan terhadap mereka. Banyak dari antara Saksi-Saksi dipenjarakan atau dibuang dari kampung halaman mereka dan dikirim ke desa-desa yang terpencil atau ditahan di bawah kondisi yang sangat buruk di pulau-pulau yang gersang. Walaupun demikian, mereka terus memberi kesaksian. (Bandingkan Kisah 8:1, 4.) Sering kali hal ini dilakukan dengan berbicara kepada orang di taman dan kebun umum, dengan duduk di bangku bersama mereka dan menceritakan kepada mereka tentang Kerajaan Allah. Sewaktu mendapati minat yang tulus, sebuah lektur Alkitab yang berharga dipinjamkan kepada orang itu. Lektur demikian akan dikembalikan di kemudian hari dan digunakan berkali-kali. Banyak pencinta kebenaran dengan penuh penghargaan menerima bantuan yang ditawarkan oleh Saksi-Saksi dan bahkan bergabung bersama mereka dalam membagikan kabar baik kepada orang lain, walaupun ini mengakibatkan penganiayaan yang hebat atas diri mereka.
Faktor penting dalam keberanian dan ketekunan Saksi-Saksi adalah bahwa mereka dibina oleh makanan rohani. Walaupun persediaan lektur untuk disebarkan kepada orang lain akhirnya menjadi sangat sedikit di beberapa bagian di Eropa selama perang, mereka berhasil menyebarkan di antara mereka sendiri bahan-bahan yang menguatkan iman yang telah dipersiapkan oleh Lembaga untuk dipelajari oleh Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh dunia. Dengan mempertaruhkan nyawa, August Kraft, Peter Gölles, Ludwig Cyranek, Therese Schreiber, dan banyak lagi yang lain ikut serta mereproduksi dan menyebarkan bahan pelajaran yang diselundupkan ke Austria dari Cekoslowakia, Italia, dan Swiss. Di Belanda, seorang pengawal penjara yang ramah membantu Arthur Winkler dalam upaya memperoleh sebuah Alkitab. Meskipun adanya segala langkah pencegahan yang dilakukan oleh musuh, air kebenaran Alkitab yang menyegarkan dari The Watchtower menjangkau bahkan ke kamp-kamp konsentrasi Jerman dan menyebar di antara Saksi-Saksi di sana.
Penahanan dalam penjara dan kamp konsentrasi tidak membuat Saksi-Saksi Yehuwa berhenti menjadi saksi. Ketika rasul Paulus berada dalam penjara di Roma, ia menulis, ”Aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu.” (2 Tim. 2:9) Demikian pula halnya berkenaan Saksi-Saksi Yehuwa di Eropa selama Perang Dunia II. Para penjaga mengamati tingkah laku mereka; beberapa mengajukan pertanyaan, dan beberapa menjadi rekan seiman, walaupun itu mengakibatkan hilangnya kemerdekaan mereka sendiri. Banyak penghuni penjara yang ditahan bersama Saksi-Saksi berasal dari negeri-negeri seperti Rusia, yang sedikit sekali mendapat pemberitaan kabar baik. Seusai perang, beberapa di antara mereka ini kembali ke tanah air mereka sebagai Saksi-Saksi Yehuwa, yang ingin sekali menyebarkan berita Kerajaan di sana.
Penganiayaan yang kejam dan dampak dari perang total tidak dapat mencegah apa yang sudah dinubuatkan mengenai dikumpulkannya orang-orang ke rumah rohani Yehuwa yang mulia untuk beribadat. (Yes. 2:2-4) Dari tahun 1938 hingga tahun 1945, sebagian besar dari negeri-negeri di Eropa menunjukkan peningkatan yang cukup besar dalam jumlah yang ikut serta dalam ibadat demikian dengan mengumumkan Kerajaan Allah. Di Inggris, Finlandia, Prancis, dan Swiss, Saksi-Saksi mengalami pertambahan kira-kira 100 persen. Di Yunani, pertambahannya hampir tujuh kali lipat. Di Belanda, dua belas kali lipat. Namun menjelang akhir tahun 1945, belum diperoleh perincian dari Jerman atau Romania, dan hanya laporan-laporan yang kurang lengkap masuk dari sejumlah negeri lainnya.
Di Luar Eropa Selama Tahun-Tahun Perang Tersebut
Juga di negeri-negeri Timur, perang dunia menimbulkan penderitaan luar biasa bagi Saksi-Saksi Yehuwa. Di Jepang dan Korea, mereka ditangkapi dan menjadi sasaran pukulan serta disiksa karena mereka mendukung Kerajaan Allah dan tidak mau menyembah kaisar Jepang. Akhirnya semua hubungan mereka dengan Saksi-Saksi di negeri-negeri lain diputuskan. Bagi banyak di antara mereka, kesempatan satu-satunya untuk memberi kesaksian adalah ketika sedang diinterogasi atau sedang diperiksa di pengadilan. Menjelang akhir perang, pelayanan umum dari Saksi-Saksi Yehuwa di negeri-negeri ini boleh dikatakan terhenti.
Sewaktu perang sampai ke Filipina, Saksi-Saksi diperlakukan secara buruk oleh kedua pihak karena mereka tidak mau mendukung pihak Jepang maupun pihak kekuatan lawan. Untuk menghindari penangkapan, banyak dari Saksi-Saksi meninggalkan rumah mereka. Tetapi seraya mereka pindah dari satu tempat ke tempat lain, mereka mengabar—meminjamkan lektur bila tersedia, dan kemudian hanya menggunakan Alkitab. Seraya gejolak perang surut, mereka bahkan memperlengkapi beberapa kapal untuk mengangkut rombongan-rombongan besar Saksi ke pulau-pulau yang jarang atau belum pernah mendapat kesaksian.
Di Birma (kini Myanmar), bukanlah serbuan Jepang melainkan tekanan dari para pemimpin agama Anglikan, Metodis, Katolik Roma, dan Baptis Amerika atas para pejabat kolonial yang mengakibatkan munculnya larangan atas lektur Saksi-Saksi Yehuwa pada bulan Mei 1941. Dua Saksi yang bekerja di kantor telegram melihat sebuah telegram yang membuat mereka waspada akan apa yang bakal terjadi, maka saudara-saudara segera memindahkan lektur ke luar dari depot Lembaga untuk menghindari kemungkinan disita. Kemudian diadakan upaya untuk mengirimkan banyak lektur melalui darat ke Cina.
Pada waktu itu pemerintah AS sedang mengangkut dengan truk sejumlah besar perlengkapan perang melalui Jalan Birma untuk mendukung pemerintah Nasionalis Cina. Saudara-saudara berupaya menumpang di salah satu truk tersebut tetapi mereka ditolak dengan kasar. Upaya untuk memperoleh kendaraan dari Singapura juga tidak berhasil. Akan tetapi, ketika Mick Engel, yang bertanggung jawab atas depot Lembaga di Rangoon (kini Yangon), mengadakan pendekatan kepada seorang pejabat tinggi AS, ia mendapat izin untuk mengangkut lektur itu dengan truk tentara.
Meskipun demikian, setelah itu ketika Fred Paton dan Hector Oates mendekati perwira yang mengawasi konvoi ke Cina ini dan meminta tempat, amarahnya hampir meledak! ”Apa?” teriaknya. ”Bagaimana mungkin saya memberikan tempat yang berharga di truk-truk saya untuk risalah-risalah Anda yang menyebalkan sedangkan saya sama sekali tidak punya tempat untuk persediaan militer dan medis yang sangat dibutuhkan, yang menjadi rusak di udara terbuka ini?” Fred berdiam sejenak, merogoh tasnya, memperlihatkan kepadanya surat kuasa itu, dan mengemukakan bahwa persoalannya bisa menjadi sangat serius jika ia mengabaikan petunjuk yang diberikan oleh para pejabat di Rangoon. Perwira pengawas itu tidak hanya mengatur pengangkutan dua ton buku melainkan ia menyediakan sebuah truk kecil, dengan supir dan perbekalan, untuk digunakan oleh saudara-saudara. Mereka menuju ke arah timur laut menempuh jalan pegunungan yang berbahaya memasuki Cina dengan muatan mereka yang berharga. Setelah memberi kesaksian di Pao-shan, mereka maju terus ke Chungking (Pahsien). Ribuan lektur yang menceritakan tentang Kerajaan Yehuwa disebarkan selama satu tahun mereka di Cina. Di antara orang-orang yang mendapat kesaksian secara pribadi dari mereka adalah Chiang Kai-shek, presiden pemerintahan Nasionalis Cina.
Sementara itu, seraya pemboman meningkat di Birma, semua kecuali tiga orang Saksi di sana meninggalkan negeri itu, kebanyakan pergi ke India. Kegiatan dari ketiga orang yang tinggal tentunya terbatas. Namun mereka terus memberi kesaksian secara tidak resmi, dan upaya mereka menghasilkan buah sesudah perang.
Juga di Amerika Utara, Saksi-Saksi Yehuwa harus menghadapi hambatan-hambatan yang berat selama perang. Kekerasan massa yang meluas dan penerapan hukum setempat yang bertentangan dengan konstitusi menimbulkan tekanan berat atas pekerjaan pengabaran. Ribuan dipenjarakan karena mengambil pendirian sebagai orang Kristen yang netral. Namun, hal ini tidak mengendurkan pelayanan Saksi-Saksi dari rumah ke rumah. Tambahan pula, mulai bulan Februari 1940, sudah menjadi umum untuk melihat mereka ada di jalan-jalan dalam kawasan bisnis menawarkan The Watchtower dan Consolation (kini Awake!). Gairah mereka bahkan semakin kuat. Walaupun mengalami penganiayaan yang paling hebat yang belum pernah dialami sebelumnya di bagian dunia tersebut, jumlah Saksi-Saksi bertambah lebih dari dua kali lipat di Amerika Serikat maupun di Kanada dari tahun 1938 hingga 1945, dan waktu yang mereka baktikan kepada pelayanan umum bertambah tiga kali lipat.
Di banyak negeri yang dikenal dengan Persemakmuran Inggris (di Amerika Utara, Afrika, Asia, dan pulau-pulau di Karibia dan Pasifik) Saksi-Saksi Yehuwa maupun lektur mereka dilarang oleh pemerintah. Salah satu di antara negeri-negeri ini ialah Australia. Pengumuman resmi yang diterbitkan di sana pada tanggal 17 Januari 1941, atas petunjuk gubernur jenderal, menyatakan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa dilarang mengadakan pertemuan ibadat, menyebarkan lektur apa pun, atau bahkan memilikinya. Undang-undang memperbolehkan untuk mempermasalahkan larangan itu di pengadilan, dan hal ini segera dilakukan. Namun baru lebih dari dua tahun kemudian Tn. Justice Starke dari Mahkamah Tinggi menyatakan bahwa peraturan yang mendasari larangan itu ”sewenang-wenang, mudah berubah dan bersifat menindas”. Mahkamah Tinggi kemudian menyingkirkan larangan tersebut. Sementara itu apa yang dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa?
Dalam meniru rasul-rasul Yesus Kristus, mereka ’lebih menaati Allah sebagai penguasa daripada manusia’. (Kis. 4:19, 20; 5:29) Mereka terus mengabar. Meskipun banyak rintangan, mereka bahkan menyelenggarakan sebuah kebaktian di Hargrave Park, dekat Sydney, tanggal 25-29 Desember 1941. Ketika pemerintah menolak menyediakan pengangkutan kereta api kepada beberapa delegasi kebaktian, sebuah kelompok dari Australia Barat memperlengkapi kendaraan-kendaraan mereka dengan unit-unit yang menghasilkan uap dari pembakaran arang dan memulai perjalanan melintas alam selama 14 hari, termasuk satu minggu melintasi Dataran Nullarbor yang gersang itu. Mereka tiba dengan selamat dan menikmati acara bersama enam ribu delegasi lainnya. Tahun berikutnya diadakan kebaktian lagi, tetapi kali ini kebaktian dibagi menjadi 150 kelompok yang lebih kecil di tujuh kota utama di seluruh negeri, dengan para pembicara yang bolak-balik dari satu lokasi ke lokasi berikutnya.
Seraya kondisi di Eropa memburuk pada tahun 1939, beberapa rohaniwan perintis dari Saksi-Saksi Yehuwa merelakan diri untuk melayani di ladang-ladang lain. (Bandingkan Matius 10:23; Kisah 8:4.) Tiga orang perintis Jerman dikirim dari Swiss ke Shanghai, Cina. Beberapa pergi ke Amerika Selatan. Di antara mereka yang dipindahkan ke Brasil adalah Otto Estelman, yang telah mengunjungi dan membantu sidang-sidang di Cekoslowakia, dan Erich Kattner, yang telah melayani di kantor Lembaga Menara Pengawal di Praha. Penugasan mereka yang baru tidaklah mudah. Mereka mendapati bahwa di beberapa daerah perladangan, Saksi-Saksi biasa bangun dini hari dan mengabar sampai pukul 7.00 pagi dan kemudian melanjutkan dinas pengabaran sampai larut malam. Saudara Kattner mengingat kembali bahwa, seraya ia berpindah dari satu tempat ke tempat lain, ia sering tidur di udara terbuka, dan menggunakan tas lekturnya sebagai bantal.—Bandingkan Matius 8:20.
Saudara Estelmann maupun Saudara Kattner menjadi buronan polisi rahasia Nazi di Eropa. Apakah kepindahan mereka ke Brasil membebaskan mereka dari penganiayaan? Sebaliknya, hanya setelah satu tahun, mereka dikenakan tahanan rumah dan pemenjaraan yang waktunya diulur-ulur karena hasutan para pejabat yang rupanya bersimpati kepada Nazi! Tentangan dari para pemimpin agama Katolik juga merupakan hal biasa, tetapi Saksi-Saksi terus gigih dalam melakukan pekerjaan yang Allah berikan kepada mereka. Mereka secara tetap tentu mengerjakan kota-kota besar dan kecil di Brasil yang belum terjangkau oleh berita Kerajaan.
Tinjauan kembali mengenai situasi sedunia menunjukkan bahwa di kebanyakan negeri tempat Saksi-Saksi Yehuwa berada selama Perang Dunia II, mereka dihadapkan kepada larangan pemerintah atas organisasi mereka atau lektur mereka. Walaupun mereka telah mengabar di 117 negeri pada tahun 1938, namun selama tahun-tahun perang (1939-45) terjadi pelarangan atas organisasi atau lektur mereka, atau deportasi para rohaniwan mereka, di lebih dari 60 di antara negeri-negeri tersebut. Bahkan di tempat yang tidak memberlakukan larangan, mereka menghadapi kekerasan massa dan sering kali ditangkap. Meskipun adanya segala hal ini, pemberitaan kabar baik tidak berhenti.
Kumpulan Besar Mulai Menyatakan Diri di Amerika Latin
Tepat pada pertengahan tahun-tahun perang, pada bulan Februari 1943, dengan memandang kepada pekerjaan yang harus dilakukan pada era pascaperang, Lembaga Menara Pengawal meresmikan Sekolah Gilead di negara bagian New York guna melatih utusan-utusan injil untuk berdinas di luar negeri. Sebelum akhir tahun itu, 12 di antara para utusan injil tersebut telah mulai melayani di Kuba. Ladang di sana ternyata sangat produktif.
Bahkan lebih awal lagi, yakni tahun 1910, beberapa benih kebenaran Alkitab telah mencapai Kuba. C. T. Russell telah menyampaikan khotbah di sana pada tahun 1913. J. F. Rutherford telah berbicara melalui radio di Havana pada tahun 1932, dan telah diadakan siaran ulangan mengenai bahan itu dalam bahasa Spanyol. Tetapi pertumbuhannya lambat. Banyak sekali yang buta huruf pada waktu itu dan ada banyak prasangka agama. Pada mulanya yang paling banyak memperlihatkan minat adalah dari kalangan penduduk yang berbahasa Inggris yang berasal dari Jamaika dan tempat-tempat lain. Menjelang tahun 1936, hanya ada 40 pemberita Kerajaan di Kuba. Tetapi penanaman dan penyiraman benih-benih kebenaran Kerajaan kemudian mulai menghasilkan lebih banyak buah.
Pada tahun 1934, orang-orang Kuba yang pertama telah dibaptis; yang lain-lain menyusul. Mulai pada tahun 1940, siaran radio setiap hari yang ditambah dengan kesaksian yang berani di jalan memperkuat pelayanan dari rumah ke rumah di sana. Bahkan sebelum utusan-utusan injil keluaran Sekolah Gilead tiba pada tahun 1943, ada 950 orang di Kuba yang telah menerima kabar baik dan memberitakannya kepada orang lain, walaupun tidak semua di antara mereka mengikutinya secara tetap tentu. Selama dua tahun sesudah para utusan injil tiba, jumlahnya bertambah bahkan lebih cepat. Menjelang tahun 1945, Saksi-Saksi Yehuwa di Kuba berjumlah 1.894 orang. Walaupun kebanyakan di antara mereka berasal dari agama yang mengajarkan bahwa semua pendukung yang setia dari gereja akan pergi ke surga, bagian terbesar dari mereka yang menjadi Saksi-Saksi Yehuwa dengan segala senang hati menerima prospek hidup kekal di bumi dalam firdaus yang dipulihkan. (Kej. 1:28; 2:15; Mzm. 37:9, 29; Why. 21:3, 4) Hanya 1,4 persen di antara mereka mengaku sebagai saudara Kristus yang diurapi dengan roh.
Ada lagi cara lain yang digunakan oleh kantor pusat Lembaga untuk membantu ladang Amerika Latin. Pada awal tahun 1944, N. H. Knorr, F. W. Franz, W. E. Van Amburgh, dan M. G. Henschel tinggal selama sepuluh hari di Kuba untuk menguatkan saudara-saudara di sana secara rohani. Selama waktu tersebut suatu kebaktian diadakan di Havana, dan penyelenggaraan untuk koordinasi yang lebih baik dari pekerjaan pengabaran digariskan. Dalam perjalanan ini Saudara Knorr dan Saudara Henschel juga berkunjung ke Kosta Rika, Guatemala, dan Meksiko untuk membantu Saksi-Saksi Yehuwa di negeri-negeri tersebut.
Pada tahun 1945 dan 1946, N. H. Knorr dan F. W. Franz mengadakan perjalanan sehingga mereka dapat berbicara dan bekerja bersama Saksi-Saksi di 24 negeri dalam daerah yang mencakup Meksiko sampai ke ujung selatan Amerika Selatan maupun di Karibia. Secara pribadi mereka menggunakan waktu lima bulan di bagian dunia tersebut, memberikan bantuan dan pengarahan yang pengasih. Di beberapa tempat mereka berjumpa dengan hanya segelintir orang yang berminat. Supaya ada penyelenggaraan yang tetap tentu untuk perhimpunan dan dinas pengabaran, mereka secara pribadi membantu pengorganisasian sidang-sidang yang pertama di Lima, Peru, dan Karakas, Venezuela. Bilamana sudah ada perhimpunan sidang, mereka menghadirinya dan, sewaktu-waktu, memberikan nasihat tentang cara memperbaiki nilai praktis berkenaan pekerjaan penginjilan.
Bila memungkinkan, penyelenggaraan dibuat untuk menyampaikan khotbah Alkitab di depan umum selama kunjungan-kunjungan ini. Publisitas yang intensif diberikan untuk khotbah-khotbah itu dengan menggunakan plakat-plakat yang dikenakan oleh Saksi-Saksi dan dengan membagi-bagikan selebaran di jalan-jalan. Hasilnya, ke-394 Saksi di Brasil senang menyambut hadirnya 765 orang di kebaktian mereka di São Paulo. Di Cile, yang memiliki 83 pemberita Kerajaan, 340 orang datang untuk mendengarkan khotbah yang diiklankan secara istimewa. Di Kosta Rika ke-253 Saksi setempat senang sekali menyambut jumlah total 849 hadirin di kedua kebaktian mereka. Ini merupakan kesempatan untuk menikmati pergaulan yang hangat di antara saudara-saudara.
Akan tetapi, tujuannya bukan sekadar mengadakan kebaktian yang tak terlupakan. Selama perjalanan-perjalanan ini para wakil dari kantor pusat memberi penekanan khusus kepada pentingnya mengadakan kunjungan kembali kepada orang-orang berminat dan mengadakan pengajaran Alkitab di rumah dengan mereka. Agar orang-orang menjadi murid yang sejati, mereka membutuhkan pengajaran yang tetap tentu dari Firman Allah. Sebagai hasilnya, jumlah pengajaran Alkitab di rumah meningkat dengan cepat di bagian dunia ini.
Sementara Saudara Knorr dan Saudara Franz mengadakan perjalanan-perjalanan dinas ini, lebih banyak utusan injil keluaran Sekolah Gilead tiba di daerah penugasan mereka. Menjelang akhir tahun 1944, beberapa melayani di Kosta Rika, Meksiko, dan Puerto Riko. Pada tahun 1945, utusan-utusan injil lain membantu agar pekerjaan pengabaran terorganisasi lebih baik di Barbados, Brasil, Cile, El Salvador, Guatemala, Haiti, Honduras Inggris (kini Belize), Jamaika, Kolombia, Nikaragua, Panama, dan Uruguay. Sewaktu dua utusan injil yang pertama tiba di Republik Dominika pada tahun 1945, hanya merekalah Saksi-Saksi di negeri itu. Dampak pelayanan para utusan injil yang pertama itu segera terasa. Trinidad Paniagua berkata tentang para utusan injil pertama yang diutus ke Guatemala, ”Ini tepat seperti yang kami butuhkan—pengajar-pengajar Firman Allah yang membantu kami memahami cara melaksanakan pekerjaan.”
Maka dasar sudah diletakkan untuk perluasan di bagian dari ladang dunia ini. Di kepulauan Karibia, ada 3.394 pemberita Kerajaan menjelang akhir tahun 1945. Di Meksiko, ada 3.276, dan ada 404 orang lagi di Amerika Tengah. Di Amerika Selatan, 1.042. Bagian dunia inilah, yang menunjukkan pertambahan 386 persen selama tujuh tahun sebelumnya, suatu masa penuh pergolakan dalam sejarah manusia. Tetapi itu baru permulaan. Pertumbuhan dalam ukuran yang benar-benar pesat masih menanti! Alkitab telah menubuatkan bahwa ”suatu kumpulan besar . . . dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa” akan dikumpulkan sebagai penyembah-penyembah Yehuwa sebelum sengsara besar.—Why. 7:9, 10, 14.
Sewaktu Perang Dunia II mulai pada tahun 1939, hanya ada 72.475 Saksi-Saksi Yehuwa yang mengabar di 115 negeri (jika dihitung menurut pembagian nasional pada awal tahun 1990-an). Meskipun mereka mengalami penganiayaan yang hebat dalam skala global, jumlah mereka meningkat lebih dari dua kali lipat menjelang akhir perang. Maka, laporan untuk tahun 1945 menunjukkan bahwa 156.299 Saksi aktif di 107 negeri yang berhasil menyusun laporan. Akan tetapi, menjelang waktu itu sesungguhnya sudah 163 negeri yang dicapai dengan berita Kerajaan.
Kesaksian yang diberikan selama tahun 1936 hingga tahun 1945 betul-betul menakjubkan. Selama dekade kekacauan dunia tersebut, Saksi-Saksi Yehuwa yang bergairah ini membaktikan sejumlah 212.069.285 jam untuk memberitakan kepada dunia bahwa Kerajaan Allah adalah harapan satu-satunya untuk umat manusia. Mereka juga menyebarkan 343.054.579 buku, buku kecil, dan majalah untuk membantu orang memahami dasar Alkitab untuk keyakinan tersebut. Untuk membantu peminat yang tulus hati, pada tahun 1945, rata-rata mereka memimpin 104.814 pengajaran Alkitab di rumah secara gratis.
[Blurb di hlm. 455]
Walaupun kondisi masa perang memaksa mereka untuk melarikan diri, mereka tetap mengabar
[Kotak/Gambar di hlm. 451-453]
Mereka Menolak untuk Berhenti Memberi Kesaksian Meskipun Dipenjarakan
Yang diperlihatkan di sini hanyalah sedikit di antara ribuan yang karena iman mereka menderita dalam penjara dan kamp konsentrasi selama Perang Dunia II
1. Adrian Thompson, Selandia Baru. Dipenjarakan pada tahun 1914 di Australia; permohonannya untuk dibebaskan dari wajib militer ditolak ketika Australia melarang Saksi-Saksi Yehuwa. Setelah ia bebas, sebagai pengawas keliling, ia menguatkan sidang-sidang dalam pelayanan mereka kepada umum. Melayani sebagai utusan injil dan pengawas keliling pertama pada masa pascaperang di Jepang; terus mengabar dengan bergairah hingga kematiannya pada tahun 1976.
2. Alois Moser, Austria. Dalam tujuh penjara dan kamp konsentrasi. Masih seorang Saksi yang aktif pada tahun 1992 pada usia 92 tahun.
3. Franz Wohlfahrt, Austria. Pelaksanaan hukuman mati atas ayahnya dan adik laki-lakinya tidak membuat Franz mundur. Ditahan di Kamp Rollwald di Jerman selama lima tahun. Masih memberi kesaksian pada tahun 1992 pada usia 70 tahun.
4. Thomas Jones, Kanada. Dipenjarakan pada tahun 1944, kemudian ditahan dalam dua kamp kerja paksa. Sesudah 34 tahun dalam dinas sepenuh waktu, pada tahun 1977 ia diangkat menjadi anggota Panitia Cabang yang mengawasi pekerjaan pengabaran di seluruh Kanada.
5. Maria Hombach, Jerman. Berulang kali ditangkap; dikurung dalam sel tersendiri selama tiga setengah tahun. Sebagai kurir, mempertaruhkan kehidupannya untuk membawa lektur Alkitab kepada rekan-rekan Saksi. Pada tahun 1992, seorang anggota setia dari keluarga Betel pada usia 90 tahun.
6. Max dan Konrad Franke, Jerman. Ayah dan putra, keduanya dipenjarakan berkali-kali, dan selama bertahun-tahun. (Istri Konrad, Gertrud, juga dalam penjara.) Semua tetap hamba Yehuwa yang loyal dan bergairah, dan Konrad ada di baris depan dalam menghidupkan kembali pekerjaan pengabaran Saksi-Saksi pada masa pascaperang di Jerman.
7. A. Pryce Hughes, Inggris. Divonis dengan dua masa hukuman di Wormwood Scrubs, London; juga dipenjarakan karena imannya selama Perang Dunia I. Berada di baris depan pekerjaan pengabaran Kerajaan di Inggris hingga kematiannya pada tahun 1978.
8. Adolphe dan Emma Arnold, dengan putri mereka Simone, Prancis. Setelah Adolphe dipenjarakan, Emma dan Simone terus memberi kesaksian, juga menyebarkan lektur kepada Saksi-Saksi lain. Ketika Emma dalam penjara, dikurung dalam sel tersendiri karena terus memberi kesaksian kepada sesama tahanan. Simone dikirim ke sekolah anak-anak nakal. Mereka semua terus menjadi Saksi-Saksi yang bergairah.
9. Ernst dan Hildegard Seliger, Jerman. Bila dijumlahkan, mereka berada dalam penjara dan kamp konsentrasi karena iman mereka lebih dari 40 tahun. Bahkan dalam penjara mereka bertekun membagikan kebenaran-kebenaran Alkitab kepada orang-orang lain. Sewaktu bebas, mereka membaktikan sepenuh waktu mereka kepada pemberitaan kabar baik. Saudara Seliger meninggal sebagai hamba Allah yang loyal pada tahun 1985; Saudari Seliger pada tahun 1992.
10. Carl Johnson, Amerika Serikat. Dua tahun sesudah dibaptis, dipenjarakan bersama ratusan Saksi lainnya di Ashland, Kentucky. Ia telah melayani sebagai perintis dan sebagai pengawas wilayah; pada tahun 1992, masih memimpin pelayanan pengabaran dan sebagai penatua.
11. August Peters, Jerman. Dipisahkan secara paksa dari istri dan empat anaknya, ia dipenjarakan tahun 1936-37, juga tahun 1937-45. Sesudah dibebaskan, sebaliknya daripada berkurang dalam pengabaran, ia berbuat lebih banyak, dalam dinas sepenuh waktu. Pada tahun 1992, dalam usia 99 tahun, ia masih melayani sebagai anggota keluarga Betel dan telah melihat jumlah Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman meningkat menjadi 163.095.
12. Gertrud Ott, Jerman. Dipenjarakan di Lodz, Polandia, kemudian di kamp konsentrasi Auschwitz; selanjutnya di Gross-Rosen dan Bergen-Belsen di Jerman. Sesudah perang ia melayani dengan bergairah sebagai utusan injil di Indonesia, Iran, dan Luksemburg.
13. Katsuo Miura, Jepang. Tujuh tahun sesudah ia ditangkap dan dipenjarakan di Hiroshima, banyak bagian penjara tempat ia ditahan hancur karena bom atom yang memusnahkan kota. Akan tetapi, dokter-dokter tidak menemukan bukti bahwa ia menderita luka karena radiasi. Ia menggunakan tahun-tahun terakhir dalam kehidupannya sebagai perintis.
14. Martin dan Gertrud Poetzinger, Jerman. Beberapa bulan sesudah menikah, mereka ditangkap dan dipisahkan secara paksa selama sembilan tahun. Martin dikirimkan ke Dachau dan Mauthausen; Gertrud, ke Ravensbrück. Meskipun diperlakukan secara kejam, iman mereka tidak goyah. Sesudah bebas, mereka membaktikan segenap upaya mereka kepada dinas Yehuwa. Selama 29 tahun ia melayani sebagai pengawas keliling di seluruh Jerman; kemudian, sebagai anggota Badan Pimpinan hingga akhir hayatnya pada tahun 1988. Pada tahun 1992, Gertrud tetap seorang penginjil yang bergairah.
15. Jizo dan Matsue Ishii, Jepang. Sesudah menyebarkan lektur Alkitab di seluruh Jepang selama satu dekade, mereka dipenjarakan. Meskipun pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa di Jepang dibekukan selama perang, Saudara dan Saudari Ishii kembali memberi kesaksian dengan penuh gairah sesudah perang. Menjelang tahun 1992, Matsue Ishii telah melihat bertambahnya jumlah Saksi-Saksi yang aktif di Jepang menjadi lebih dari 171.000 orang.
16. Victor Bruch, Luksemburg. Dipenjarakan di Buchenwald, Lublin, Auschwitz, dan Ravensbrück. Pada usia 90 tahun, masih aktif sebagai seorang penatua dari Saksi-Saksi Yehuwa.
17. Karl Schurstein, Jerman. Seorang pengawas keliling sebelum Hitler berkuasa. Dipenjara selama delapan tahun, kemudian dibunuh oleh SS di Dachau pada tahun 1944. Bahkan di dalam kamp, ia terus membina orang lain secara rohani.
18. Kim Bong-nyu, Korea. Dipenjarakan selama enam tahun. Pada usia 72 tahun, masih menceritakan kepada orang lain tentang Kerajaan Allah.
19. Pamfil Albu, Romania. Sesudah dianiaya secara brutal, ia dikirim ke sebuah kamp kerja paksa di Yugoslavia selama dua setengah tahun. Sesudah perang, ia dipenjarakan dua kali lagi, selama 12 tahun. Ia tidak berhenti berbicara tentang maksud-tujuan Allah. Sebelum kematiannya, ia telah membantu ribuan orang di Romania untuk melayani bersama organisasi sedunia dari Saksi-Saksi Yehuwa.
20. Wilhelm Scheider, Polandia. Dalam kamp konsentrasi Nazi tahun 1939-45. Dalam penjara Komunis tahun 1950-56, juga tahun 1960-64. Hingga kematiannya pada tahun 1971, ia tanpa goyah membaktikan tenaganya untuk memberitakan Kerajaan Allah.
21. Harald dan Elsa Abt, Polandia. Selama dan sesudah perang, Harald menghabiskan waktu 14 tahun dalam penjara dan kamp konsentrasi karena imannya namun terus mengabar bahkan di sana. Elsa dipisahkan dengan paksa dari putri mereka yang masih bayi dan kemudian ditahan dalam enam kamp di Polandia, Jerman, dan Austria. Meskipun adanya pelarangan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa selama 40 tahun di Polandia bahkan sesudah perang, mereka semua terus menjadi hamba Yehuwa yang bergairah.
22. Ádám Szinger, Hungaria. Melewati enam kali pemeriksaan pengadilan, dihukum 23 tahun, di antaranya ia meringkuk 8 1/2 tahun dalam penjara dan kamp kerja paksa. Sewaktu bebas, ia melayani sebagai pengawas keliling selama 30 tahun seluruhnya. Pada usia 69 tahun, masih seorang penatua sidang yang loyal.
23. Joseph Dos Santos, Filipina. Telah berbakti 12 tahun sebagai pembawa berita Kerajaan sepenuh waktu sebelum dipenjarakan pada tahun 1942. Menggairahkan kembali kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa di Filipina sesudah perang dan secara pribadi terus melayani dalam dinas perintis hingga kematiannya pada tahun 1983.
24. Rudolph Sunal, Amerika Serikat. Dipenjarakan di Mill Point, Virginia Barat. Sesudah dibebaskan, ia membaktikan sepenuh waktunya untuk menyebarkan pengetahuan tentang Kerajaan Allah—sebagai perintis, anggota keluarga Betel, dan pengawas wilayah. Masih merintis pada tahun 1992, pada usia 78 tahun.
25. Martin Magyarosi, Romania. Dari penjara, tahun 1942-44, ia terus memberi petunjuk untuk pemberitaan kabar baik di Transylvania. Sewaktu dibebaskan, ia banyak melakukan perjalanan untuk menganjurkan rekan-rekan Saksi dalam pengabaran dan ia sendiri seorang Saksi yang tidak kenal takut. Dipenjara lagi pada tahun 1950, ia meninggal dalam kamp kerja paksa pada tahun 1953, seorang hamba Yehuwa yang loyal.
26. R. Arthur Winkler, Jerman dan Belanda. Mula-mula dikirimkan ke kamp konsentrasi Esterwegen; tetap mengabar dalam kamp. Belakangan, di Belanda, ia dipukuli oleh Gestapo hingga tidak dapat dikenali lagi. Akhirnya ia dikirim ke Sachsenhausen. Seorang saksi yang bergairah dan loyal hingga kematiannya pada tahun 1972.
27. Park Ock-hi, Korea. Tiga tahun dalam Penjara Sodaemun, Seoul; disiksa dengan cara yang tak terlukiskan. Dalam usia 91 tahun, pada tahun 1992, masih memberi kesaksian dengan penuh gairah, sebagai perintis istimewa.
[Peta/Gambar di hlm. 446]
Alexander MacGillivray, sebagai pengawas cabang Australia, membantu merencanakan ekspedisi pengabaran ke banyak negeri dan pulau
[Peta]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
AUSTRALIA
SELANDIA BARU
TAHITI
TONGA
FIJI
NUGINI
JAWA
BORNEO
SUMATRA
BIRMA
HONG KONG
MALAYA
SINGAPURA
SIAM
INDOCINA
CINA
SAMUDRA PASIFIK
Nama-Nama Tempat Adalah yang Digunakan Selama Tahun 1930-an
[Peta/Gambar di hlm. 460]
Menjelang akhir 1945, utusan-utusan injil dari Sekolah Gilead sudah mulai berdinas di 18 negeri di bagian dunia ini
Charles dan Lorene Eisenhower
Kuba
John dan Adda Parker
Guatemala
Emil Van Daalen
Puerto Riko
Olaf Olson
Kolombia
Don Burt
Kosta Rika
Gladys Wilson
El Salvador
Hazel Burford
Panama
Louise Stubbs
Cile
[Peta]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
BARBADOS
BELIZE
BOLIVIA
BRASILIA
CILE
EL SALVADOR
GUATEMALA
HAITI
JAMAIKA
KOLOMBIA
KOSTA RIKA
KUBA
MEKSIKO
NIKARAGUA
PANAMA
PUERTO RIKO
REPUBLIK DOMINIKA
URUGUAY
[Gambar di hlm. 444]
Beberapa kolportir menempatkan berkarton-karton lektur; para penghuni rumah mendapatkan banyak khotbah Alkitab dalam setiap buku
[Gambar di hlm. 445]
Armando Menazzi (depan tengah) dan kelompok yang bergembira yang bepergian bersamanya dalam ekspedisi pengabaran di depan ”rumah perintis yang beroda” milik mereka.
[Gambar di hlm. 445]
Arthur Willis, Ted Sewell, dan Bill Newlands—tiga pembawa berita Kerajaan ke daerah pedesaan Australia yang terpencil
[Gambar di hlm. 447]
Frank Dewar (tampak di sini bersama istrinya dan kedua putri mereka) pergi ke Thailand sebagai perintis seorang diri pada tahun 1936 dan masih seorang perintis istimewa pada tahun 1992
[Gambar di hlm. 447]
Chomchai Inthaphan menggunakan kemampuannya sebagai penerjemah untuk mencapai orang-orang Thai dengan kabar baik yang ditemukan dalam Alkitab
[Gambar di hlm. 448]
Di Jerman, Saksi-Saksi Yehuwa menyebarkan surat terbuka ini secara luas kepada umum pada tahun 1937, meskipun ibadat mereka dilarang pemerintah
[Gambar di hlm. 449]
Keluarga Franz dan Hilda Kusserow—setiap orang di antara mereka adalah Saksi yang setia dari Yehuwa walaupun semua di dalam keluarga (kecuali seorang putra yang meninggal dalam kecelakaan) pernah dimasukkan ke dalam kamp konsentrasi, penjara, atau sekolah untuk anak nakal karena iman mereka
[Gambar di hlm. 450]
Beberapa di Austria dan Jerman yang mempertaruhkan kehidupan mereka untuk memperbanyak atau menyebarkan bahan yang berharga untuk pengajaran Alkitab, seperti yang diperlihatkan di latar belakang
Therese Schreiber
Peter Gölles
Elfriede Löhr
Albert Wandres
August Kraft
Ilse Unterdörfer
[Gambar di hlm. 454]
Saksi-Saksi pada kebaktian di Shanghai, Cina, pada tahun 1936; sembilan dari kelompok ini dibaptis pada kesempatan tersebut
[Gambar di hlm. 456]
Meskipun ibadat mereka dilarang, Saksi-Saksi ini mengadakan kebaktian di Hargrave Park, dekat Sydney, Australia, pada tahun 1941
[Gambar di hlm. 458]
Saksi-Saksi Kuba pada kebaktian di Cienfuegos pada tahun 1939
[Gambar di hlm. 459]
N. H. Knorr (kiri) di kebaktian São Paulo pada tahun 1945, dengan Erich Kattner sebagai juru bahasa
-
-
Bagian 4—Saksi-Saksi ke Bagian yang Paling Jauh di BumiSaksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
-
-
Pasal 22
Bagian 4—Saksi-Saksi ke Bagian yang Paling Jauh di Bumi
Sementara Perang Dunia II masih berkecamuk, Saksi-Saksi Yehuwa membuat rencana untuk meningkatkan kegiatan pada masa pascaperang. Laporan di halaman 462 hingga 501 membentangkan perincian yang menakjubkan mengenai apa yang sesungguhnya terjadi dari tahun 1945 sampai 1975 seraya jumlah mereka bertambah, menjangkau lebih banyak negeri lagi, dan mengabarkan dan mengajarkan Firman Allah dengan cara yang lebih cermat daripada sebelumnya.
SEBAGIAN besar pulau-pulau di Hindia Barat dengan berbagai cara telah dicapai dengan berita Kerajaan menjelang tahun 1945. Tetapi kesaksian yang lebih cermat perlu diberikan. Para utusan injil keluaran Sekolah Gilead akan memainkan peranan yang penting.
Utusan-Utusan Injil Meningkatkan Kesaksian di Hindia Barat
Menjelang tahun 1960 para utusan injil ini telah melayani di 27 pulau atau kepulauan di Karibia. Setengah dari tempat-tempat ini belum mempunyai sidang Saksi-Saksi Yehuwa ketika para utusan injil tiba. Para utusan injil mulai memimpin pengajaran Alkitab di rumah dengan orang-orang berminat, dan mereka menyelenggarakan perhimpunan-perhimpunan secara tetap tentu. Apabila sudah ada sidang, mereka memberikan pelatihan yang berharga kepada penyiar-penyiar setempat. Sebagai hasilnya, mutu perhimpunan dan keefektifan dalam pelayanan bertambah baik.
Siswa-Siswa Alkitab masa permulaan telah memberi kesaksian di Trinidad sejak sebelum Perang Dunia I, tetapi sesudah para utusan injil dari Gilead tiba pada tahun 1946, hal memimpin pengajaran Alkitab di rumah dengan orang-orang berminat mendapat dorongan yang lebih kuat. Di Jamaika pemberitaan kabar baik telah berlangsung selama hampir setengah abad, dan ada seribu Saksi setempat menjelang tibanya utusan injil yang pertama; tetapi mereka senang mendapat bantuan untuk mencapai orang-orang yang lebih berpendidikan, khususnya di daerah pinggiran sekitar ibu kota. Di lain pihak, di Aruba sudah banyak kesaksian diberikan di kalangan masyarakat yang berbahasa Inggris, maka para utusan injil memberikan perhatian kepada penduduk pribumi. Setiap orang harus mendengarkan kabar baik.
Untuk memastikan bahwa orang-orang di semua pulau di bagian bumi ini mendapat kesempatan mendengar tentang Kerajaan Allah, maka pada tahun 1948 Lembaga Menara Pengawal memperlengkapi kapal layar Sibia berukuran panjang 18 meter menjadi rumah utusan injil yang mengapung. Awak kapal ditugaskan untuk membawa berita Kerajaan ke setiap pulau di Hindia Barat yang tidak memiliki satu orang pun yang aktif memberitakan kabar baik. Gust Maki adalah nakhodanya, dan bersama dia ada Stanley Carter, Ronald Parkin, dan Arthur Worsley. Mereka mulai dari Kepulauan Out dari grup Bahama, kemudian bekerja di sepanjang jalan ke arah tenggara melalui Kepulauan Leeward dan Kepulauan Windward. Bagaimana dampak dari kunjungan mereka? Di St. Maarten seorang usahawan berkata kepada mereka, ”Masyarakat tidak biasa berbicara tentang Alkitab, tetapi sejak kalian ada di sini setiap orang berbicara tentang Alkitab.” Belakangan, Sibia diganti dengan kapal yang lebih besar, yakni Light. Juga ada perubahan dalam susunan awak kapal. Dalam waktu satu dekade pekerjaan khusus yang dilakukan dengan menggunakan kapal-kapal ini telah terlaksana, dan para pemberita kabar baik yang berpangkalan di darat melakukan tindak lanjut.
Memberi Kesaksian Lebih Dahulu di Kota-Kota Besar
Seperti halnya di Hindia Barat, demikian pula di Amerika Tengah dan Selatan, sudah ada orang-orang di banyak daerah yang telah memiliki beberapa publikasi Lembaga Menara Pengawal sebelum utusan-utusan injil dari Sekolah Gilead tiba. Akan tetapi, agar dapat mencapai setiap orang dengan kabar baik dan membantu mereka yang tulus hati menjadi murid yang sejati, diperlukan organisasi yang lebih baik.
Menjelang berakhirnya perang dunia kedua pada tahun 1945, ada ratusan Saksi-Saksi Yehuwa di Argentina dan Brasil; kira-kira tiga ribu di Meksiko; beberapa sidang yang sangat kecil di Guiana Inggris (kini Guyana), Cile, Guiana Belanda (kini Suriname), Paraguay, dan Uruguay; beberapa penyiar di Kolombia, Guatemala, dan Venezuela. Tetapi mengenai Bolivia, Ekuador, El Salvador, Honduras, dan Nikaragua, kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa baru dimulai secara mantap setelah tibanya para utusan injil keluaran Sekolah Gilead.
Para utusan injil mula-mula mengarahkan perhatian khusus ke pusat-pusat pemukiman utama. Menarik untuk diperhatikan bahwa pada abad pertama, rasul Paulus banyak mengabar di kota-kota sepanjang rute-rute perjalanan yang utama di Asia Kecil dan di Yunani. Di Korintus, salah satu kota yang paling terkemuka di Yunani purba, Paulus membaktikan 18 bulan untuk pengajaran Firman Allah. (Kis. 18:1-11) Di Efesus, yang merupakan persimpangan jalan dan perniagaan dunia purba, ia mengumumkan Kerajaan Allah selama lebih dari dua tahun.—Kis. 19:8-10; 20:31.
Demikian pula, sewaktu Edward Michalec dan Harold Morris, utusan injil lulusan Sekolah Gilead, tiba di Bolivia pada tahun 1945, mereka tidak mencari-cari lokasi yang beriklim paling enak. Sebaliknya, mereka memberi perhatian pertama-tama kepada La Paz, ibu kota, yang terletak di pegunungan Andes pada ketinggian hampir 3.700 meter. Bagi para pendatang baru, mereka harus berjuang untuk mendaki jalan-jalan yang terjal pada ketinggian ini; jantung mereka sering berdebar-debar. Tetapi para utusan injil menemui banyak orang yang berminat kepada berita Alkitab. Di ibu kota tersebut, bukanlah hal yang aneh bila ada yang mengatakan kepada mereka, ”Saya ini seorang Katolik Roma apostolik, tetapi saya tidak suka kepada para imam.” Hanya dalam jangka waktu dua bulan, kedua utusan injil ini memimpin 41 pengajaran Alkitab di rumah.
Selama dekade berikutnya, seraya lebih banyak utusan injil tiba dan jumlah Saksi setempat meningkat, perhatian diberikan kepada kota-kota lain di Bolivia: Cochabamba, Oruro, Santa Cruz, Sucre, Potosí, dan Tarija. Sesudah itu, lebih banyak perhatian dapat diarahkan ke kota-kota yang lebih kecil dan juga daerah pedesaan.
Sama halnya, di Kolombia para utusan injil mengawali pengabaran yang terorganisasi di ibu kota, Bogotá, pada tahun 1945, dan di kota pinggir pantai, Barranquilla, pada tahun berikutnya. Setelah itu, secara berangsur-angsur perhatian diarahkan ke Cartagena, Santa Marta, Cali, dan Medellín. Lebih banyak orang dapat dicapai dalam waktu singkat dengan mengerjakan kota-kota besar lebih dahulu. Dengan bantuan mereka yang mempelajari kebenaran di sana, berita itu akan segera dibawa ke daerah-daerah sekitarnya.
Jika di sebuah kota didapati sedikit sekali minat maka para utusan injil dipindahkan ke tempat lain. Karena itu, di Ekuador, ketika pekerjaan selama tiga tahun pada pertengahan tahun 1950-an tidak menghasilkan satu orang pun yang berani mengambil pendirian untuk kebenaran di Cuenca yang fanatik agama, maka Carl Dochow dipindahkan ke Machala, sebuah kota yang dihuni oleh orang-orang yang lembut hati dan berpikiran terbuka. Akan tetapi, satu dekade kemudian, orang-orang di Cuenca mendapat kesempatan sekali lagi. Sikap yang berbeda dijumpai, hambatan-hambatan dapat diatasi, dan menjelang tahun 1992 di dalam dan di sekitar Cuenca, lebih dari 1.200 orang telah menjadi Saksi-Saksi Yehuwa dan diorganisasi dalam 25 sidang!
Dengan Sabar Mencari Orang-Orang yang Bersifat Domba
Banyak kesabaran dituntut untuk mencari orang-orang yang benar-benar bersifat domba. Untuk menemukan mereka di Suriname, Saksi-Saksi Yehuwa telah mengabar kepada orang-orang Indian-Amerika, Cina, Indonesia, Yahudi, Lebanon, keturunan dari orang-orang Belanda yang menetap, dan suku-suku di hutan rimba yang terdiri dari orang Negro Bush, yang merupakan keturunan dari budak-budak pelarian. Di antara mereka dijumpai ratusan orang yang betul-betul lapar akan kebenaran. Beberapa harus berjuang untuk melepaskan diri dari keterlibatan yang dalam dengan praktek-praktek animisme dan spiritisme. Salah seorang seperti ini adalah Paitu, seorang dukun, yang mencamkan berita Alkitab dan kemudian membuang berhala-berhala, jimat-jimat, dan obat-obatnya ke dalam sungai. (Bandingkan Ulangan 7:25; 18:9-14; Kis. 19:19, 20.) Pada tahun 1975 ia membaktikan dirinya kepada Yehuwa, Allah yang sejati.
Sejumlah besar penduduk Peru tinggal di desa-desa kecil yang bertebaran di pegunungan Andes dan di dalam hutan rimba sekitar hulu Sungai Amazon. Bagaimana mereka dapat dijangkau? Pada tahun 1971 sebuah keluarga Saksi dari Amerika Serikat bepergian ke Peru untuk mengunjungi putra mereka yang adalah seorang utusan injil, Joe Leydig. Sewaktu mereka memperhatikan banyaknya desa yang terletak di sana sini di lembah-lembah pegunungan, kepedulian mereka akan orang-orang ini menggerakkan mereka untuk berbuat sesuatu. Mula-mula mereka membantu menyediakan sebuah rumah mobil, dan kemudian dua buah lagi, serta sepeda-sepeda khusus untuk jalan setapak yang dapat digunakan dalam ekspedisi pengabaran yang luas ke daerah-daerah yang terpencil ini.
Walaupun berbagai upaya dikerahkan, di banyak tempat agaknya hanya sedikit sekali yang memperlihatkan minat kepada berita Alkitab. Saudara dapat membayangkan bagaimana perasaan kelompok yang terdiri dari enam utusan injil muda di Barquisimeto, Venezuela, pada awal tahun 1950-an ketika, setelah setahun penuh mengabar dengan rajin, mereka hampir tidak melihat adanya kemajuan. Walaupun orang-orang cukup ramah, kebanyakan dari mereka sangat dipengaruhi oleh takhayul dan menganggapnya dosa bahkan untuk membaca sebuah ayat dari Alkitab. Kalaupun ada yang memperlihatkan minat, ia akan segera ditakut-takuti oleh anggota-anggota keluarga atau para tetangga. (Mat. 13:19-21) Tetapi dengan penuh keyakinan bahwa pasti ada beberapa orang yang bersifat domba di Barquisimeto dan bahwa Yehuwa akan mengumpulkan mereka pada waktunya, para utusan injil terus berkunjung dari rumah ke rumah. Maka, betapa menghangatkan hati bagi Penny Gavette ketika suatu hari seorang wanita yang sudah beruban mendengarkan kepadanya dan kemudian mengatakan,
”Senorita, sudah sejak remaja saya menunggu kedatangan seseorang ke rumah saya untuk menerangkan hal-hal yang baru Anda katakan tadi. Begini, waktu saya masih muda, saya biasa membersihkan rumah seorang imam, dan ia mempunyai sebuah Alkitab dalam perpustakaannya. Saya tahu bahwa kami dilarang untuk membacanya, tetapi saya begitu ingin tahu mengenai alasannya hingga pada suatu hari, tanpa ada yang melihat, saya membawanya pulang dan membacanya secara diam-diam. Apa yang saya baca menyadarkan saya bahwa Gereja Katolik tidak mengajarkan kebenaran kepada kami dan karena itu bukanlah agama yang benar. Saya takut mengatakan apa pun kepada siapa pun, tetapi saya yakin bahwa pada suatu hari mereka yang mengajarkan agama yang sejati akan datang ke kota kami. Ketika agama Protestan datang, saya mula-mula mengira bahwa merekalah itu, tetapi saya segera mendapati bahwa mereka mengajarkan banyak kepalsuan yang sama yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Nah, apa yang baru saja Anda katakan kepada saya sama dengan apa yang saya baca dalam Alkitab tersebut bertahun-tahun yang lampau.” Dengan senang sekali ia setuju untuk mempelajari Alkitab dan ia menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa. Meskipun mendapat tentangan dari keluarga, ia melayani Yehuwa dengan setia hingga kematiannya.
Cukup banyak upaya harus dikerahkan untuk mengumpulkan orang-orang yang bersifat domba ini ke dalam sidang-sidang dan melatih mereka untuk ikut serta dalam dinas Yehuwa. Sebagai contoh, di Argentina, Rosendo Ojeda secara tetap tentu menempuh perjalanan kira-kira 60 kilometer dari General San Martín, Chaco, untuk memimpin suatu perhimpunan di rumah Alejandro Sozoñiuk, seorang yang berminat. Perjalanan itu sering kali menghabiskan waktu sepuluh jam, sebagian perjalanan ditempuh dengan sepeda, sebagian berjalan kaki, kadang-kadang mengarungi air setinggi ketiak. Sekali sebulan selama lima tahun ia melakukan perjalanan itu, dan setiap kali ia tinggal selama seminggu untuk memberi kesaksian di daerah tersebut. Sedemikian berhargakah itu? Ia tidak ragu-ragu mengenai hal itu karena hasilnya adalah sebuah sidang yang berbahagia yang terdiri dari pemuji-pemuji Yehuwa.
Memajukan Pendidikan Demi Kehidupan
Di Meksiko, Saksi-Saksi Yehuwa melaksanakan pekerjaan mereka sesuai dengan hukum-hukum yang mengatur organisasi-organisasi kebudayaan di sana. Tujuan Saksi-Saksi adalah lebih daripada sekadar mengadakan perhimpunan untuk menyampaikan khotbah. Mereka ingin agar orang-orang sama seperti orang-orang Berea pada zaman rasul Paulus yang dapat ’dengan saksama menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semua yang diajarkan itu benar-benar demikian’. (Kis. 17:11, NW) Di Meksiko, seperti halnya di banyak negeri lain, sering kali hal ini berarti memberikan bantuan khusus kepada orang-orang yang tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah namun ingin dapat membaca sendiri Firman Allah yang terilham.
Kursus-kursus melek huruf yang dipimpin oleh Saksi-Saksi Yehuwa di Meksiko, telah membantu puluhan ribu orang di sana untuk belajar membaca dan menulis. Pekerjaan ini dihargai oleh Departemen Pendidikan Umum Meksiko, dan pada tahun 1974 seorang direktur di Kantor Pusat Pendidikan Orang Dewasa menulis sepucuk surat kepada La Torre del Vigía de México, suatu perkumpulan sipil yang digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa, dengan menyatakan, ”Saya ingin menggunakan kesempatan ini dengan hangat mengucapkan selamat kepada Anda . . . atas kerja sama yang patut dipuji yang diberikan oleh perkumpulan Anda selama tahun ke tahun demi manfaat rakyat kita.”
Seraya menyiapkan orang-orang untuk kehidupan kekal sebagai warga-warga Kerajaan Allah, pendidikan yang diselenggarakan oleh Saksi-Saksi juga mengangkat harkat kehidupan keluarga mereka sekarang. Setelah seorang hakim di El Salto, Durango State, mengadakan upacara perkawinan pada berbagai kesempatan bagi Saksi-Saksi Yehuwa, ia menyatakan pada tahun 1952, ”Kita mengaku diri sebagai patriot dan warga negara yang begitu baik namun kita dipermalukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka adalah teladan bagi kita karena mereka tidak mengizinkan seorang pun dalam organisasi mereka hidup bersama namun belum mensahkan hubungannya. Dan kalian, hai orang-orang Katolik, hampir semua di antara kalian menempuh kehidupan yang amoral dan belum mensahkan perkawinan kalian.”
Program pendidikan ini juga membantu orang untuk belajar hidup bersama dengan damai, untuk saling mengasihi dan bukan membenci dan membunuh. Sewaktu seorang Saksi mulai mengabar di Venado, Guanajuato State, ia mendapati bahwa orang-orang semuanya dipersenjatai dengan bedil dan pistol. Permusuhan membuat keluarga-keluarga mengganyang satu sama lain. Tetapi pengajaran Alkitab menghasilkan perubahan-perubahan besar. Bedil dijual agar dapat membeli Alkitab. Lebih dari 150 orang di daerah itu segera menjadi Saksi-Saksi Yehuwa. Dalam arti kiasan, mereka ’menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak’ dan mulai menempuh jalan damai.—Mi. 4:3.
Banyak orang Meksiko yang takut akan Allah telah mencamkan dalam hati apa yang telah diajarkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa kepada mereka dari Firman Allah. Hasilnya, jumlah penyiar di Meksiko yang hanya beberapa ribu orang itu seusai Perang Dunia II segera melonjak menjadi 10.000, kemudian 20.000, 40.000, 80.000, dan lebih banyak lagi seraya Saksi-Saksi memperlihatkan kepada orang lain cara menerapkan nasihat Firman Allah dan cara mengajarkannya kepada orang lain.
Berhimpun Bersama Meski Dalam Kesulitan
Akan tetapi, seraya jumlah Saksi-Saksi Yehuwa meningkat mereka mendapati bahwa di negeri mana pun, mereka harus mengatasi rintangan-rintangan yang sulit untuk dapat mengadakan kebaktian-kebaktian untuk pengajaran Kristen. Di Argentina mereka dilarang oleh pemerintah pada tahun 1950. Meskipun demikian, karena taat kepada Allah, mereka tidak berhenti mengabar, ataupun lalai berhimpun bersama. Penyelenggaraannya memang lebih rumit, namun kebaktian-kebaktian tetap diadakan.
Misalnya, menjelang akhir tahun 1953, Saudara Knorr dan Saudara Henschel mengunjungi Argentina untuk melayani suatu kebaktian nasional. Saudara Knorr memasuki negeri tersebut dari barat, dan Saudara Henschel memulai kunjungannya di selatan. Mereka berbicara kepada kelompok-kelompok orang di perladangan, di kebun buah, pada kesempatan piknik di tepi sungai kecil di gunung, dan di rumah-rumah pribadi. Sering kali mereka harus melakukan perjalanan jarak jauh dari satu kelompok ke kelompok berikutnya. Setibanya di Buenos Aires, mereka masing-masing melayani pada acara-acara di sembilan lokasi dalam satu hari, dan di sebelas rumah keesokan harinya. Seluruhnya, mereka menyampaikan khotbah kepada 56 kelompok, dengan jumlah total hadirin 2.505 orang. Jadwalnya melelahkan, tetapi mereka senang dapat melayani saudara-saudara mereka dengan cara itu.
Ketika mempersiapkan suatu kebaktian di Kolombia pada tahun 1955, Saksi-Saksi mengontrak sebuah balai di Barranquilla. Akan tetapi, di bawah tekanan dari uskup, campur tangan wali kota dan gubernur, kontrak dibatalkan. Hanya dengan pemberitahuan satu hari sebelumnya, saudara-saudara mengalihkan tempat kebaktian, dan mengatur agar itu diadakan di halaman kantor cabang Lembaga. Meskipun demikian, sewaktu acara malam pertama tengah berlangsung, polisi bersenjata tiba dengan perintah untuk membubarkan kebaktian. Saudara-saudara tetap melanjutkannya. Suatu imbauan kepada wali kota pada keesokan paginya, menyebabkan sekretarisnya meminta maaf, dan hampir 1.000 orang berjejal-jejal di kompleks Lembaga pada hari terakhir acara Kebaktian ”Kerajaan yang Berkemenangan” tersebut. Walaupun mengalami situasi-situasi yang ada pada waktu itu, saudara-saudara dengan demikian dikuatkan oleh nasihat rohani yang dibutuhkan.
Melayani di Tempat yang Lebih Membutuhkan
Ladangnya luas, dan para pekerja sangat dibutuhkan di Amerika Latin, sebagaimana halnya di banyak tempat lain. Pada tahun 1957, di kebaktian-kebaktian di seluruh dunia, Saksi-Saksi Yehuwa yang matang secara perorangan dan secara keluarga dianjurkan untuk mempertimbangkan agar benar-benar pindah dan bermukim di daerah yang lebih membutuhkan dan melaksanakan pelayanan mereka di sana. Sesudah itu anjuran serupa diberikan dengan berbagai cara. Undangan itu mirip dengan undangan yang disampaikan oleh Allah kepada rasul Paulus, yang dalam penglihatan melihat seorang pria yang memohon kepadanya, ”Menyeberanglah ke mari (”ke Makedonia”, NW) dan tolonglah kami!” (Kis. 16:9, 10) Bagaimana sambutan atas undangan zaman modern itu? Hamba-hamba Yehuwa menawarkan diri mereka dengan sukarela.—Mzm. 110:3.
Bagi keluarga yang memiliki anak-anak kecil, dibutuhkan iman yang kuat untuk keluar dari lingkungannya, meninggalkan sanak-saudara dan rumah serta pekerjaan duniawi, dan pindah ke suatu lingkungan yang sama sekali baru. Perpindahan itu mungkin mengharuskan mereka menerima standar kehidupan yang sangat berbeda dan, dalam beberapa situasi, mempelajari suatu bahasa yang baru. Namun, ribuan Saksi secara perorangan dan keluarga telah melakukan perpindahan demikian untuk membantu orang lain belajar tentang persediaan-persediaan Yehuwa yang pengasih untuk kehidupan kekal.
Sebagai tanggapan yang cepat, sejumlah Saksi-Saksi Yehuwa melakukan perpindahan menjelang akhir tahun 1950-an; yang lainnya pada tahun 1960-an; lebih banyak lagi pada tahun 1970-an. Dan perpindahan Saksi-Saksi ke daerah yang lebih membutuhkan terus berlangsung hingga dewasa ini.
Dari manakah mereka datang? Sejumlah besar dari Amerika Serikat, Australia, Kanada, dan Selandia Baru. Banyak dari Inggris, Jerman, dan Prancis. Antara lain juga dari Austria, Belgia, Denmark, Finlandia, Italia, Jepang, Republik Korea, Norwegia, Spanyol, Swedia, dan Swiss. Seraya jumlah Saksi-Saksi Yehuwa bertambah di Argentina, Brasil, Meksiko, dan negeri-negeri lain di Amerika Latin, negeri-negeri ini juga telah menyediakan pekerja-pekerja yang rela melayani di negeri-negeri lain yang sangat membutuhkan. Serupa pula, di Afrika pekerja-pekerja yang bergairah telah pindah dari satu negeri ke negeri lain untuk membantu memberikan kesaksian.
Ke daerah mana saja mereka itu pindah? Negeri-negeri seperti Afghanistan, Malaysia, dan Senegal, dan pulau-pulau seperti Réunion dan St. Lucia. Kira-kira 1.000 orang pindah ke Irlandia, tempat mereka melayani selama berbagai jangka waktu. Sejumlah besar pergi ke Islandia, meskipun mengalami musim salju yang panjang dan gelap, dan beberapa tetap tinggal, menjadi pilar-pilar dalam sidang dan memberikan bantuan pengasih kepada mereka yang masih baru. Banyak hal baik telah dilakukan teristimewa di Amerika Tengah dan Selatan. Lebih dari 1.000 Saksi pindah ke Kolombia, lebih dari 870 ke Ekuador, lebih dari 110 ke El Salvador.
Harold dan Anne Zimmerman ada di antara mereka yang pindah. Mereka sudah pernah melayani sebagai guru utusan injil di Etiopia. Akan tetapi, pada tahun 1959, sewaktu mereka menyelesaikan urusan untuk pindah dari Amerika Serikat ke Kolombia agar dapat ikut serta menyebarkan berita Kerajaan di sana, mereka juga membesarkan empat orang anak, yang umurnya berkisar antara lima bulan sampai lima tahun. Harold pergi lebih dahulu untuk mencari pekerjaan. Ketika ia tiba di negeri itu, laporan warta berita setempat mengganggu pikirannya. Perang saudara yang tidak dinyatakan dengan resmi sedang berkecamuk, dan terjadi pembantaian besar-besaran di daerah pedalaman. ’Apakah saya benar-benar mau membawa keluarga saya kemari untuk hidup dalam kondisi seperti ini?’ demikian ia bertanya pada diri sendiri. Ia memeriksa ingatannya untuk mendapatkan suatu contoh atau prinsip penuntun dalam Alkitab. Apa yang muncul dalam ingatannya adalah kisah Alkitab tentang para mata-mata penakut yang membawa kembali laporan yang buruk tentang Negeri Perjanjian ke perkemahan Israel. (Bil. 13:25–14:4, 11) Itu membulatkan keputusannya; ia tidak ingin seperti mereka! Ia segera mengatur agar keluarganya datang. Baru setelah dana mereka menciut sampai tinggal tiga dolar saja, ia menemukan pekerjaan duniawi yang dibutuhkan, tetapi mereka memiliki apa yang benar-benar dibutuhkan. Banyaknya pekerjaan demikian yang harus dilakukannya untuk memberi nafkah keluarganya beraneka ragam dari tahun ke tahun, tetapi ia senantiasa berusaha tetap mengutamakan kepentingan Kerajaan. Ketika mereka mula-mula pergi ke Kolombia, ada kira-kira 1.400 Saksi di negeri itu. Betapa pertumbuhan yang menakjubkan telah mereka saksikan sejak itu!
Melayani di tempat yang lebih membutuhkan Saksi-Saksi tidak selalu mengharuskan seseorang pergi ke negeri lain. Ribuan Saksi secara perorangan dan keluarga telah pindah ke daerah-daerah lain di dalam negeri mereka sendiri. Sebuah keluarga di Bahia State, Brasil, pindah ke kota kecil Prado, yang belum ada Saksi-Saksi. Meskipun kaum pemimpin agama keberatan, mereka tetap tinggal dan bekerja di kota tersebut dan daerah sekitarnya selama tiga tahun. Sebuah bangunan gereja yang sudah tidak digunakan lagi dibeli dan diubah menjadi Balai Kerajaan. Tidak lama kemudian ada lebih dari seratus Saksi yang aktif di daerah itu. Dan itu baru permulaan.
Semakin banyak orang yang mengasihi keadilbenaran di Amerika Latin menyambut undangan yang dicatat di Mazmur 148, ’Pujilah Yah, hai orang-orang! Pujilah Yehuwa dari atas bumi, hai semua kelompok bangsa.’ (Ay. 1, 7-11, NW) Sesungguhnya, menjelang tahun 1975 terdapat pemuji-pemuji Yehuwa di setiap negara di Amerika Latin. Laporan untuk tahun tersebut menunjukkan bahwa 80.481 orang yang terorganisasi dalam 2.998 sidang, melayani di Meksiko. Ada 24.703 orang lagi di 462 sidang yang berbicara tentang Kerajaan Yehuwa di Amerika Tengah. Dan di Amerika Selatan terdapat 206.457 orang yang memuji Yehuwa di muka umum di 3.620 sidang.
Menjangkau Jauh ke Kepulauan Pasifik
Sementara perluasan cepat berlangsung di Amerika Selatan, Saksi-Saksi Yehuwa juga mengarahkan perhatian ke Kepulauan Pasifik. Ada ratusan pulau yang bertebaran antara Australia dan benua Amerika, dan banyak di antaranya seakan-akan sekadar menyembulkan kepalanya ke atas permukaan samudera, karena begitu kecilnya. Beberapa di antaranya hanya dihuni oleh beberapa keluarga; yang lain puluhan ribu orang. Pada awal tahun 1950-an, prasangka yang ada di kalangan berwenang tidak memungkinkan Lembaga Menara Pengawal untuk mengutus utusan-utusan injil ke banyak di antara pulau-pulau ini. Namun penduduk di sana juga harus mendengar tentang Yehuwa dan Kerajaan-Nya. Hal ini selaras dengan nubuat yang tercatat di Yesaya 42:10-12, yang berkata, ”Nyanyikanlah nyanyian baru bagi [Yehuwa] dan pujilah Dia dari ujung bumi! . . . Baiklah mereka . . . memberitakan pujian yang kepadaNya di pulau-pulau.” Maka, pada tahun 1951, pada suatu kebaktian di Sydney, Australia, para perintis dan pengawas wilayah yang berminat ambil bagian dalam menyebarkan berita Kerajaan ke pulau-pulau itu diundang untuk bertemu dengan Saudara Knorr. Pada waktu itu kira-kira 30 orang merelakan diri untuk mengabar di kepulauan tropis.
Di antara mereka adalah Tom dan Rowena Kitto, yang segera mendapati diri mereka di Papua, yang pada waktu itu belum ada Saksi-Saksi. Mereka mengawali pekerjaan mereka di kalangan orang-orang Eropa di Port Moresby. Tidak lama kemudian mereka menghabiskan petang dan malam hari di Hanuabada, ”Desa Besar”, dengan suatu kelompok yang terdiri dari 30 hingga 40 orang Papua yang lapar akan kebenaran rohani. Dari mereka, berita menyebar ke desa-desa lain. Dalam waktu singkat, orang-orang Kerema mengutus suatu delegasi yang memohon agar pengajaran Alkitab diadakan dengan mereka. Kemudian seorang kepala kampung dari Haima datang dan memohon, ”Datanglah dan ajar rakyatku tentang kebenaran!” Demikianlah kebenaran menyebar.
Sepasang suami-istri lainnya, John dan Ellen Hubler, pergi ke Kaledonia Baru untuk memulai pekerjaan di sana. Sewaktu mereka tiba pada tahun 1954, mereka hanya mempunyai visa turis untuk satu bulan saja. Tetapi John mendapat pekerjaan duniawi, dan hal ini membantu mereka untuk memperoleh perpanjangan. Menjelang waktu, Saksi-Saksi lain—semuanya ada 31—mengadakan perpindahan serupa. Pada mulanya, mereka melaksanakan pelayanan mereka di daerah-daerah terpencil agar tidak terlalu menarik perhatian. Belakangan, mereka mulai mengabar di ibu kota, Nouméa. Sebuah sidang terbentuk. Kemudian, pada tahun 1959, seorang anggota Aksi Katolik memangku kedudukan penting dalam pemerintahan. Tidak ada lagi perpanjangan visa bagi Saksi-Saksi. Keluarga Hubler harus angkat kaki dari negeri itu. Publikasi Menara Pengawal dilarang. Namun, kabar baik Kerajaan telah tertanam dan jumlah Saksi-Saksi terus bertambah.
Di Tahiti banyak orang memperlihatkan minat kepada pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa ketika saudara-saudara mengadakan kunjungan-kunjungan singkat ke sana. Tetapi pada tahun 1957, belum ada Saksi-Saksi setempat, pekerjaan mereka dilarang, dan utusan-utusan injil Menara Pengawal ditolak masuk ke negeri itu. Akan tetapi, Agnes Schenck, seorang warga negara Tahiti yang pada waktu itu tinggal di Amerika Serikat, telah menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa. Ketika mendengar tentang kebutuhan akan pemberita Kerajaan di Tahiti, ia, suaminya, dan putra mereka berlayar dari Kalifornia pada bulan Mei 1958. Tidak lama sesudah itu dua keluarga lain bergabung dengan mereka, walaupun mereka hanya memperoleh visa turis untuk tiga bulan. Menjelang tahun berikutnya, sebuah sidang terbentuk di Papeete. Dan pada tahun 1960 pemerintah memberikan pengakuan kepada perkumpulan Saksi-Saksi Yehuwa yang diorganisasi secara lokal.
Agar dapat menyebarkan berita Kerajaan, dua saudari utusan injil dalam perjalanan kembali ke daerah penugasan mereka singgah untuk mengunjungi seorang kerabat di Pulau Niue. Satu bulan yang mereka manfaatkan di sana sangat produktif; banyak minat yang ditemukan. Namun ketika kapal antar-pulau berikutnya tiba, mereka harus pergi. Akan tetapi, Seremaia Raibe, seorang Fiji, segera memperoleh kontrak pekerjaan dengan Departemen Pekerjaan Umum di Niue dan kemudian menggunakan seluruh waktu luangnya untuk mengabar. Akan tetapi, sebagai akibat tekanan kaum pemimpin agama, izin menetap Saudara Raibe dibatalkan sesudah beberapa bulan, dan pada bulan September 1961 Dewan Perwakilan Rakyat memutuskan untuk tidak mengizinkan lagi seorang pun dari Saksi-Saksi Yehuwa masuk ke dalam negeri. Meskipun demikian, pemberitaan kabar baik di sana terus berlangsung. Dengan cara bagaimana? Saksi-Saksi setempat, walaupun masih baru, bertekun dalam melayani Yehuwa. Selain itu, pemerintah setempat telah setuju untuk mempekerjakan William Lovini, seorang pribumi Niue yang telah tinggal di Selandia Baru. Mengapa ia ingin sekali pulang ke Niue? Karena ia telah menjadi salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa dan ingin melayani di tempat yang lebih membutuhkan. Menjelang tahun 1964 jumlah Saksi di sana meningkat menjadi 34 orang.
Pada tahun 1973, David Wolfgramm, seorang warga negara Tonga, dengan istrinya dan delapan orang anak, tinggal dalam sebuah rumah yang nyaman di Selandia Baru. Namun mereka meninggalkan semua itu dan pindah ke Tonga untuk memajukan kepentingan Kerajaan. Dari sana mereka ikut membuat pekerjaan masuk sampai jauh ke Kepulauan Tonga, yang 30 pulau di antaranya berpenduduk.
Telah banyak waktu, upaya, dan biaya dikerahkan untuk mencapai pulau-pulau. Namun Saksi-Saksi Yehuwa memandang kehidupan sesama manusia mereka sebagai sesuatu yang berharga dan mereka rela berupaya habis-habisan membantu mereka memperoleh manfaat dari persediaan Yehuwa yang pengasih untuk kehidupan kekal dalam dunia barunya.
Satu keluarga yang menjual perladangan mereka di Australia dan pindah ke salah satu pulau di Pasifik menyatakan perasaan mereka sebagai berikut, ”Mendengar penduduk pulau ini berkata bahwa mereka sekarang mengenal Yehuwa, mendengar mereka memanggil anak-anak kami sebagai anak-anak mereka, semata-mata karena mereka mengasihi anak-anak demi kebenaran, mengamati kemajuan kepentingan Kerajaan dan pertambahan jumlah hadirin, mendengar orang-orang yang menyenangkan ini berkata, ’Anak-anak saya hanya akan menikah di dalam Tuhan,’ dan ini terjadi setelah sekian abad berpaut kepada tradisi pernikahan ala Timur, mengamati mereka meluruskan dan membereskan liku-liku rumah tangga, . . . melihat mereka belajar seraya menjaga ternak di pinggir jalan, setelah bekerja membanting tulang di ladang padi, mengetahui bahwa mereka sedang membahas di warung setempat dan di tempat-tempat lain tentang salahnya penyembahan berhala dan indahnya nama Yehuwa, mendengar seorang ibu berbangsa India menyapa kami sebagai saudara dan saudari dan meminta kami menemaninya guna menceritakan kepada sanak-saudaranya tentang Allah yang sejati . . . Semuanya ini menambah kepada berkat yang tidak ternilai karena kami telah mengambil langkah sebagai sambutan atas panggilan dari Pasifik Selatan.”
Akan tetapi, tidak hanya penduduk pulau-pulau di Pasifik ini yang mendapat perhatian. Mulai tahun 1964 perintis-perintis yang berpengalaman dari Filipina ditugaskan untuk memperkuat barisan utusan injil yang bergairah yang sudah bekerja di Hong Kong, Indonesia, Republik Korea, Laos, Malaysia, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
Menghadapi Tekanan dari Keluarga dan Lingkungan Masyarakat
Sewaktu seseorang menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa, hal ini tidak selalu diterima semata-mata sebagai keputusan pribadi oleh keluarganya dan lingkungan masyarakat.—Mat. 10:34-36; 1 Ptr. 4:4.
Kebanyakan di antara mereka yang telah menjadi Saksi-Saksi Yehuwa di Hong Kong adalah kaum muda. Namun anak-anak muda ini telah berada di bawah tekanan yang hebat dalam suatu sistem yang memprioritaskan pendidikan tinggi dan pekerjaan dengan gaji besar. Orang-tua memandang anak-anak mereka sebagai investasi yang akan menjamin kehidupan nyaman di hari tua mereka. Maka, sewaktu orang-tua dari seorang pemuda di Kwun Tong menyadari bahwa pengajaran Alkitab, kehadiran di perhimpunan, dan dinas pengabaran dari putra mereka akan mengganggu dia dalam mencari uang, semakin gencar mereka melancarkan tentangan. Ayahnya mengejar dia dengan golok daging; ibunya meludahi dia di depan umum. Ia terus dicaci maki tak henti-hentinya selama berbulan-bulan. Pernah ia bertanya kepada orang-tuanya: ”Bukankah ayah dan ibu membesarkan saya karena kasih?” Dan mereka menjawab: ”Tidak, karena uang!” Meskipun demikian pemuda itu terus mendahulukan ibadatnya kepada Yehuwa; namun tatkala ia meninggalkan rumah, ia juga terus membantu orang-tuanya secara keuangan sebisa-bisanya, sebab ia tahu bahwa hal ini akan menyenangkan Yehuwa.—Mat. 15:3-9; 19:19.
Dalam lingkungan masyarakat yang erat hubungannya, tekanan berat sering datang bukan hanya dari keluarga terdekat. Seseorang yang mengalami ini adalah Fuaiupolu Pele di Samoa Barat. Di kalangan masyarakat Samoa dianggap sangat mustahil untuk menolak adat-istiadat dan agama dari nenek moyang, dan Pele mengetahui bahwa ia akan dimintai pertanggungjawaban. Ia belajar dengan tekun dan berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Yehuwa. Sewaktu dipanggil menghadap oleh kepala suku tradisional dalam keluarganya ke suatu pertemuan di Faleasiu, ia berhadapan muka dengan enam orang ketua, tiga ahli pidato, sepuluh pastor, dua guru teologi, kepala suku tradisional yang memimpin pertemuan, dan tua-tua pria dan wanita dalam keluarga. Mereka mencaci maki dan mengutuki dia maupun seorang anggota keluarga lain yang menunjukkan minat kepada Saksi-Saksi Yehuwa. Suatu perdebatan terjadi; itu berlangsung hingga jam empat dini hari. Penggunaan Alkitab oleh Pele menjengkelkan beberapa orang yang hadir, dan mereka berteriak: ”Singkirkan Alkitab itu! Jangan pakai-pakai Alkitab itu!” Tetapi akhirnya kepala suku tradisional dengan suara lemah berkata: ”Engkau menang, Pele.” Tetapi Pele menjawab: ”Maafkan saya, Pak, saya tidak menang. Malam ini Bapak mendengar berita tentang Kerajaan. Saya dengan tulus berharap agar Bapak mau memperhatikannya.”
Bila Ada Tentangan Hebat dari Para Pemimpin Agama
Para misionaris Susunan Kristen telah datang ke Kepulauan Pasifik pada tahun 1800-an. Kedatangan mereka di banyak tempat berlangsung dengan damai; di tempat lain mendapat dukungan kekuatan militer. Di beberapa daerah mereka membagi pulau-pulau itu di antara mereka sendiri dengan ”permufakatan”. Tetapi ada juga perang agama, yang menyebabkan orang Katolik dan orang Protestan saling berperang untuk berkuasa. ”Gembala-gembala” agama ini, para pemimpin agama, kini menggunakan segala sarana yang dapat mereka gunakan untuk mencegah Saksi-Saksi Yehuwa masuk ke tempat yang mereka anggap sebagai daerah kekuasaan mereka. Kadang-kadang mereka menekan para pejabat untuk mengusir Saksi-Saksi dari pulau-pulau tertentu. Pada waktu-waktu lain mereka main hakim sendiri.
Di Pulau New Britain, di desa Vunabal, suatu kelompok dari suku Sulka menunjukkan minat besar kepada kebenaran Alkitab. Akan tetapi, suatu hari Minggu pada tahun 1959, sementara John Davison sedang memimpin pengajaran Alkitab dengan mereka, suatu gerombolan Katolik, di bawah pengarahan seorang pengajar katekismus Katolik, menyerobot masuk ke dalam rumah dan menghentikan pengajaran itu dengan teriakan dan caci maki. Hal ini dilaporkan ke polisi di Kokopo.
Sebaliknya daripada meninggalkan domba-domba, Saksi-Saksi kembali pada minggu berikutnya untuk terus memberikan bantuan rohani kepada orang-orang yang memperlihatkan penghargaan di Vunabal. Sang imam Katolik juga berada di sana, walaupun tidak diundang oleh penduduk desa, dan ia membawa serta beberapa ratus orang Katolik dari suku lain. Sesudah dihasut oleh sang imam, orang-orang dari gerejanya bersumpah-serapah kepada Saksi-Saksi, meludahi mereka, mengacung-acungkan tinju mereka, dan merobek-robek Alkitab penduduk desa itu, sementara imam itu berdiri berlipat tangan dan tersenyum. Polisi yang berusaha mengendalikan keadaan kelihatan gemetar. Banyak di antara penduduk desa juga menjadi takut. Namun sedikitnya salah seorang penduduk desa terbukti berani dan mengambil pendiriannya untuk apa yang diketahuinya sebagai kebenaran. Kini, ratusan orang lain di pulau tersebut telah melakukan hal yang sama.
Akan tetapi, tidak semua guru agama memperlihatkan semangat bermusuhan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa. Shem Irofa’alu, di Kepulauan Solomon, merasakan tanggung jawab yang tulus terhadap mereka yang memandang dia sebagai pemimpin agama mereka. Sesudah membaca buku terbitan Lembaga Menara Pengawal berjudul Dari Firdaus Hilang sampai Firdaus Dipulihkan, ia menyadari bahwa seseorang telah berdusta kepadanya. Ia dan para guru agama yang ada di bawah wewenangnya mendengarkan pembahasan-pembahasan dengan Saksi-Saksi, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan membuka Alkitab untuk membaca ayat-ayatnya. Kemudian mereka setuju untuk menjadi Saksi-Saksi Yehuwa, maka mereka selanjutnya mengubah gereja-gereja di 28 desa mereka menjadi Balai-Balai Kerajaan.
Aliran Kebenaran yang Deras di Afrika
Khususnya mulai awal tahun 1920-an, banyak upaya dikerahkan agar orang-orang di semua bagian Afrika mendapat kesempatan untuk mengenal Yehuwa, Allah yang sejati, dan mendapat manfaat dari persediaan-persediaan-Nya yang pengasih. Sewaktu perang dunia kedua berakhir, terdapat Saksi-Saksi Yehuwa yang aktif di 14 negeri di benua Afrika. Ada 14 negeri lagi di Afrika yang telah dicapai dengan berita Kerajaan, tetapi di negeri-negeri ini tidak ada Saksi-Saksi yang melaporkan kegiatan pada tahun 1945. Selama 30 tahun berikutnya, sampai tahun 1975, pemberitaan kabar kesukaan menembus ke-19 negeri lain lagi di Afrika. Di hampir semua negeri ini, maupun di pulau-pulau sekitarnya, sidang-sidang mulai terbentuk—di beberapa negeri hanya sedikit, di Zambia lebih dari seribu, di Nigeria hampir dua ribu. Bagaimana semua itu terjadi?
Penyebaran berita Kerajaan itu bagaikan aliran air yang deras. Pada umumnya, air mengalir melalui alur-alur sungai, walaupun ada sebagian yang meluap ke tanah yang di sampingnya; dan jika ada rintangan menghalangi arus, air menemukan jalan alternatif atau volume dan tekanannya meningkat sehingga meluap.
Dengan menggunakan saluran-saluran organisasinya yang biasa, Lembaga Menara Pengawal menugaskan rohaniwan-rohaniwan sepenuh waktu—perintis, perintis istimewa, dan utusan injil—ke negeri-negeri yang belum atau baru sedikit mendapat pemberitaan. Ke mana pun mereka pergi, mereka mengundang orang-orang untuk ”mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!” (Why. 22:17) Sebagai contoh, di Afrika bagian utara, empat perintis istimewa dari Prancis menyampaikan undangan tersebut kepada orang-orang di Aljazair pada tahun 1952. Segera seorang wanita peramal di sana menerima kebenaran, mengakui bahwa ia harus meninggalkan profesinya agar dapat menyenangkan Yehuwa, dan mulai memberi kesaksian kepada para bekas langganannya. (Ul. 18:10-12) Para perintis menggunakan buku ”Karena Allah Itu Benar Adanya” secara efektif untuk membantu orang-orang yang tulus hati melihat perbedaan antara Alkitab dan tradisi agama. Begitu berkuasanya buku itu dalam membebaskan orang dari praktek-praktek agama palsu sehingga seorang pemimpin agama memperlihatkan buku itu di mimbar dan melontarkan kutukan atasnya, atas mereka yang menyebarkannya, dan atas mereka yang membacanya.
Pada tahun 1954 seorang utusan injil diusir dari Spanyol Katolik karena mengajarkan Alkitab tanpa persetujuan para pemimpin agama; maka tahun berikutnya, ia dan rekan perintisnya mulai mengabar di Maroko. Segera mereka ditemani oleh satu keluarga yang terdiri dari lima orang Saksi-Saksi Yehuwa yang telah dideportasi dari Tunisia, tempat pernah terjadinya kehebohan besar ketika sepasang suami-istri Yahudi menerima Yesus sebagai Mesias dan segera mulai menyebarkan kepercayaan mereka yang baru kepada orang-orang lain. Lebih jauh ke selatan, perintis-perintis dari Ghana diarahkan ke Mali pada tahun 1962. Belakangan, perintis-perintis dari Prancis yang melayani di Aljazair juga diminta untuk membantu di Mali. Pada gilirannya, cukup banyak dari mereka yang di kemudian hari menjadi Saksi-Saksi di sana terjun dalam barisan dinas sepenuh waktu. Pada tahun 1966 delapan perintis istimewa dari Nigeria memulai penugasan di Niger, negeri yang jarang penduduknya dan yang mencakup bagian Gurun Sahara. Burundi mendapat kesempatan untuk mendengar berita Kerajaan ketika dua perintis istimewa diutus ke sana dari Rhodesia Utara (kini Zambia) pada tahun 1963, disusul oleh empat utusan injil keluaran Sekolah Gilead.
Ada juga utusan-utusan injil di Etiopia pada awal tahun 1950-an. Pemerintah Etiopia menuntut agar mereka mendirikan suatu misi yang permanen dan mengajar di sekolah, dan hal-hal tersebut mereka lakukan. Namun, di samping itu, mereka sibuk mengajarkan Alkitab, dan segera orang-orang terus berdatangan ke rumah utusan injil, orang-orang baru yang setiap hari datang untuk meminta agar seseorang membantu mereka memahami Alkitab. Selama tiga dekade sesudah Perang Dunia II, 39 negeri di benua Afrika mendapat manfaat dari bantuan para utusan injil keluaran Gilead tersebut.
Pada waktu yang sama, air kebenaran meluap ke daerah-daerah yang kering rohani dengan perantaraan Saksi-Saksi Yehuwa yang pekerjaan duniawinya menyebabkan mereka mengadakan kontak dengan orang-orang lain. Demikianlah, Saksi-Saksi dari Mesir yang karena pekerjaannya harus pindah ke Libia pada tahun 1950 mengabar dengan bergairah selama jam-jam mereka tidak bekerja. Pada tahun yang sama seorang Saksi yang adalah saudagar kain wol, bersama keluarganya, pindah dari Mesir ke Khartum, Sudan. Ia membuat kebiasaan untuk memberi kesaksian kepada para pelanggannya sebelum mengadakan bisnis dengan mereka. Salah seorang dari Saksi-Saksi yang pertama di Senegal (pada waktu itu bagian dari Afrika Barat Prancis) pergi ke sana, pada tahun 1951, sebagai wakil sebuah firma niaga. Ia juga menghargai tanggung jawabnya sebagai seorang Saksi dari Yang Mahatinggi. Pada tahun 1959, karena pekerjaan duniawinya, seorang Saksi pergi ke Fort-Lamy (kini N’Djamena), di daerah yang kemudian dikenal sebagai Chad, dan ia menggunakan kesempatan itu untuk menyebarkan berita Kerajaan di negeri tersebut. Di negeri-negeri yang berbatasan dengan Niger terdapat pedagang-pedagang yang adalah Saksi-Saksi Yehuwa; jadi, sementara perintis-perintis istimewa sibuk di Niger sejak tahun 1966 dan seterusnya, pedagang-pedagang ini juga mengabar kepada orang-orang dari Niger yang mengadakan bisnis dengan mereka. Dan dua Saksi yang suami mereka bekerja di Mauritania pada tahun 1966 menggunakan kesempatan untuk memberi kesaksian di daerah tersebut.
Orang-orang yang disegarkan oleh ’air kehidupan’ membagikannya kepada orang-orang lain. Misalnya, pada tahun 1947 seorang yang telah menghadiri beberapa perhimpunan namun ia sendiri belum menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa pindah dari Kamerun ke Ubangi-Shari (kini Republik Afrika Tengah). Ketika ia mendengar tentang seorang pria di Bangui yang sangat berminat kepada Alkitab, ia dengan murah hati mengatur agar kantor Lembaga Menara Pengawal di Swiss mengirim sebuah buku kepadanya. Etienne Nkounkou, si penerima, gembira sekali akan makanan rohani yang sehat yang terkandung di dalamnya, dan setiap minggu ia membacakan isi buku tersebut kepada sekelompok orang lain yang berminat. Mereka menghubungi kantor pusat Lembaga. Seraya pengetahuan mereka bertambah, kelompok belajar tersebut juga menjadi kelompok pengabaran. Walaupun tekanan dari para pemimpin agama mengakibatkan diberlakukannya larangan pemerintah atas lektur Menara Pengawal, Saksi-Saksi yang baru ini terus mengabar dengan Alkitab saja. Orang-orang di negeri itu senang sekali mendengar diskusi-diskusi Alkitab, maka menjelang saat larangan atas beberapa publikasi Lembaga dicabut pada tahun 1957, Saksi-Saksi di sana sudah berjumlah lebih dari 500 orang.
Bila Rintangan-Rintangan Muncul
Bila rintangan-rintangan menghambat arus air yang memberi kehidupan, air itu segera mengalir terus dengan cara tertentu lainnya. Ayité Sessi, seorang perintis dari Dahomey (kini Benin), sudah sempat mengabar di Togo Prancis (kini Togo) selama waktu yang singkat pada tahun 1949 ketika pemerintah memaksa dia untuk angkat kaki dari sana. Namun tahun berikutnya Akakpo Agbetor, seorang bekas petinju yang berasal dari Togo, kembali ke tanah airnya bersama adik laki-lakinya. Karena ini adalah negeri kelahirannya, ia dapat memberi kesaksian dengan agak bebas, bahkan mengadakan perhimpunan. Walaupun perintis-perintis yang telah mendapat penugasan di Fernando Po (kini bagian dari Guinea Ekuatorial) kira-kira pada tahun 1950 dideportasi sesudah waktu yang singkat akibat tidak ada toleransi agama, Saksi-Saksi lain belakangan memperoleh kontrak kerja yang memungkinkan mereka tinggal di daerah tersebut. Dan, tentu saja, selaras dengan perintah Yesus, mereka mengabar.—Mrk. 13:10.
Emmanuel Mama, seorang pengawas wilayah dari Ghana, dikirim ke Volta Hulu (kini disebut Burkina Faso) selama beberapa minggu pada tahun 1959 dan dapat memberikan banyak kesaksian di Ouagadougou, ibu kotanya. Tetapi tidak ada Saksi-Saksi yang tinggal di negeri itu. Empat tahun kemudian, tujuh Saksi yang berasal dari Togo, Dahomey (kini Benin), dan Kongo, pindah ke Ouagadougou dan mencari pekerjaan agar mereka dapat melayani di daerah ini. Beberapa bulan kemudian, mereka ditemani oleh beberapa perintis istimewa dari Ghana. Akan tetapi, akibat tekanan para pemimpin agama atas para pejabat, pada tahun 1964, sesudah Saksi-Saksi berada di sana selama kurang dari setahun, mereka ditangkap, ditahan selama 13 hari, dan kemudian diusir dari negeri itu. Apakah segala upaya mereka itu membawa imbalan? Emmanuel Johnson, seorang penduduk negeri itu, telah mengetahui di mana kebenaran Alkitab dapat ditemukan. Ia terus belajar dengan Saksi-Saksi Yehuwa melalui surat, dan ia dibaptis pada tahun 1969. Ya, pekerjaan Kerajaan telah mendapat tempat berpijak di sebuah negeri lagi.
Ketika diajukan permohonan visa yang memungkinkan utusan-utusan injil keluaran Sekolah Gilead melayani di Pantai Gading (atau Côte d’Ivoire), para pejabat Prancis tidak memberikan izin. Maka, pada tahun 1950, Alfred Shooter, dari Pantai Emas (kini Ghana), dikirim ke ibu kota Pantai Gading sebagai perintis. Setelah ia menetap, istrinya bergabung dengan dia; dan beberapa bulan kemudian, sepasang suami-istri utusan injil, Gabriel dan Florence Paterson, datang. Problem-problem timbul. Suatu hari, lektur mereka disita karena tidak diakui oleh pemerintah, dan saudara-saudara kena denda. Tetapi belakangan mereka mendapati buku-buku mereka dijual di pasar, maka mereka membelinya kembali dan memanfaatkannya dengan baik.
Sementara itu saudara-saudara ini mendatangi sejumlah kantor pemerintah dalam upaya memperoleh visa permanen. Tn. Houphouët-Boigny, yang kemudian menjadi presiden Pantai Gading, menawarkan bantuan. ”Kebenaran,” komentar beliau, ”tidak mengenal rintangan sama sekali. Ia bagaikan sungai yang besar; bila dibendung, air akan meluap dari bendungan itu.” Sewaktu seorang imam Katolik dan seorang rohaniwan Metodis berupaya menghalangi, Ouezzin Coulibaly, seorang wakil pemerintah, berkata, ”Saya mewakili rakyat dari negara ini. Kamilah rakyatnya, dan kami menyukai Saksi-Saksi Yehuwa, maka kami ingin mereka tinggal di negara ini.”
Murid-Murid yang Sungguh-Sungguh Mengerti
Ketika memberikan instruksi untuk ’menjadikan murid dari orang-orang segala bangsa’, Yesus juga memberi petunjuk agar mereka yang akan menjadi muridnya—mereka yang percaya kepada ajaran-ajaran Kristus dan menerapkannya—harus dibaptis. (Mat. 28:19, 20, NW) Selaras dengan ini, penyelenggaraan diadakan untuk pembaptisan murid-murid baru di kebaktian berkala dari Saksi-Saksi Yehuwa. Jumlah yang dibaptis pada suatu kesempatan mungkin relatif sedikit. Akan tetapi, pada suatu kebaktian tahun 1970 di Nigeria, ada 3.775 Saksi baru yang dibaptis. Namun demikian, jumlah yang besar bukan menjadi tujuannya.
Ketika disadari pada tahun 1956 bahwa beberapa orang di Pantai Emas yang dibaptis tidak membangun iman mereka di atas fondasi yang memadai, suatu pengaturan dimulai untuk menyaring calon-calon pembaptisan. Tanggung jawab diberikan kepada para pengawas sidang setempat di Pantai Emas untuk memeriksa secara pribadi setiap calon pembaptisan guna memastikan bahwa ia mempunyai pengetahuan yang benar tentang kebenaran dasar Alkitab, bahwa ia hidup selaras dengan standar-standar Alkitab, dan bahwa ia dengan jelas mengerti kewajiban-kewajiban seorang Saksi-Saksi Yehuwa yang berbakti dan terbaptis. Menjelang waktu, prosedur serupa diberlakukan di seluruh dunia. Suatu rangka terperinci yang digunakan untuk meninjau kembali ajaran dasar Alkitab bersama para calon pembaptisan disediakan pada tahun 1967 di dalam buku ”Firmanmu Adalah Pelita bagi Kakiku”. Setelah bertahun-tahun diterapkan, perbaikan lebih lanjut dari rangka tersebut diterbitkan pada tahun 1983 dalam buku Diorganisir untuk Melaksanakan Pelayanan Kita.
Dengan penyelenggaraan demikian, apakah kebutuhan orang-orang yang tidak atau sedikit mengenyam pendidikan formal ikut diperhatikan?
Menanggulangi Masalah Buta Huruf
Pada tahun 1957 Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa kira-kira 44 persen dari penduduk dunia yang berusia 15 tahun atau lebih tidak bisa membaca atau menulis. Dilaporkan bahwa dalam 42 negeri di Afrika, 2 di benua Amerika, 28 di Asia, dan 4 di Oceania, 75 persen dari orang-orang dewasanya buta huruf. Namun, mereka juga membutuhkan kesempatan untuk belajar tentang hukum Allah sehingga mereka dapat mempersiapkan diri untuk menjadi warga Kerajaan-Nya. Banyak orang yang tidak bisa membaca memiliki pikiran yang tajam dan dapat mengingat banyak dari apa yang mereka dengar, namun mereka tetap tidak bisa membaca sendiri Firman Allah yang sangat berharga itu dan menggunakan alat bantu pengajaran Alkitab yang tercetak.
Selama bertahun-tahun Saksi-Saksi secara perorangan memberikan bantuan pribadi kepada orang-orang yang ingin belajar membaca. Akan tetapi, pada tahun 1949 dan 1950, kursus-kursus melek huruf diresmikan oleh Saksi-Saksi Yehuwa di setiap sidang mereka di banyak negeri Afrika. Kursus-kursus itu biasanya diadakan di Balai Kerajaan, dan di beberapa tempat seluruh desa diundang untuk mendapat manfaat dari program itu.
Di tempat-tempat yang program melek hurufnya disponsori oleh pemerintah, Saksi-Saksi Yehuwa dengan senang hati bekerja sama. Akan tetapi, di banyak daerah, Saksi-Saksi harus mengembangkan dan menggunakan buku pedoman pengajaran mereka sendiri. Puluhan ribu orang, termasuk ribuan wanita dan orang lanjut usia, telah dibantu menjadi melek huruf melalui kelas-kelas yang dipimpin oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Sebagai hasil dari kurikulum kursus itu, mereka bukan hanya telah belajar membaca dan menulis tetapi pada waktu yang sama mereka juga mengetahui kebenaran-kebenaran dasar dari Firman Allah yang Kudus. Ini telah membantu mereka untuk memenuhi syarat dalam pekerjaan menjadikan murid yang diperintahkan oleh Yesus. Keinginan untuk melakukannya secara efektif telah memberi motivasi kepada banyak orang untuk mengerahkan upaya yang sungguh-sungguh untuk belajar membaca.
Ketika seorang Saksi yang baru di Dahomey (kini Benin), Afrika Barat, ditolak oleh seorang penghuni rumah karena Saksi itu tidak bisa membaca, maka Saksi itu memutuskan untuk mengatasi masalah tersebut. Selain menghadiri kursus-kursus melek huruf, ia secara pribadi mempraktekkannya sendiri. Enam minggu kemudian ia mengunjungi penghuni rumah yang sama; pria itu begitu tercengang mendengar orang ini, yang belum lama berselang masih buta huruf, membacakan kepadanya dari Firman Allah sehingga ia juga menunjukkan minat kepada apa yang diajarkan oleh Saksi itu. Beberapa saudara yang telah diajar dalam kursus-kursus melek huruf ini, menjelang waktu, bahkan menjadi pengawas keliling, dengan mengajar sejumlah sidang. Halnya demikian dengan Ezekiel Ovbiagele di Nigeria.
Mendidik Dengan Menggunakan Film dan Pertunjukan Slide
Untuk membantu mereka yang memperlihatkan minat kepada Alkitab agar menghargai besarnya organisasi Yehuwa yang kelihatan, sebuah film diterbitkan pada tahun 1954. Film ini, Masyarakat Dunia Baru Sedang Beraksi, juga membantu mematahkan prasangka masyarakat ramai.
Di negara yang kini bernama Zambia, sering diperlukan sebuah generator portabel untuk mempertunjukkan film. Sebuah kain kanvas putih yang dibentangkan di antara dua buah pohon digunakan sebagai layar. Di Propinsi Barotse, kepala suku tertinggi menonton film itu dengan keluarga bangsawannya, dan kemudian ia ingin agar film itu dipertunjukkan bagi umum. Hasilnya, pada malam berikut ada 2.500 orang yang menonton film itu. Jumlah hadirin untuk pertunjukan film ini di Zambia selama jangka waktu 17 tahun melebihi satu juta orang. Mereka yang hadir gembira sekali atas apa yang mereka saksikan. Dari daerah yang berdekatan, Tanganyika (kini bagian Tanzania) dilaporkan bahwa seusai pertunjukan film, ruangan dipenuhi dengan seruan orang banyak yang berkata, ”Ndaka, ndaka” (Terima kasih, terima kasih).
Sesudah film Masyarakat Dunia Baru Sedang Beraksi, film-film lain menyusul: Kebahagiaan dari Masyarakat Dunia Baru, Mengumumkan ”Kabar Kesukaan Kekal” di Seluruh Dunia, Allah Tak Dapat Berdusta, dan Warisan. Ada juga berbagai pertunjukan slide, dengan komentar tentang bukti betapa praktisnya Alkitab bagi zaman kita, asal usul kafir dari doktrin-doktrin dan praktek-praktek Susunan Kristen, dan arti keadaan dunia dalam terang nubuat Alkitab, maupun slide yang memperlihatkan Saksi-Saksi Yehuwa sebagai satu organisasi, menyorot kunjungan ke kantor pusat sedunia, kebaktian-kebaktian yang menggetarkan hati di negeri-negeri yang dahulunya melarang mereka, dan tinjauan kembali mengenai sejarah mereka di zaman modern. Semua ini telah membantu orang menyadari bahwa Yehuwa memang memiliki suatu umat di atas bumi dan bahwa Alkitab adalah Firman-Nya yang terilham.
Mengenali Domba yang Sejati
Di negeri-negeri tertentu, orang-orang yang sekadar memiliki beberapa publikasi Menara Pengawal mengaku diri Saksi-Saksi Yehuwa atau menggunakan nama Menara Pengawal. Namun apakah mereka telah mengubah segala kepercayaan dan cara hidup mereka agar diselaraskan dengan standar-standar Alkitab? Ketika diberikan pengajaran yang dibutuhkan, apakah mereka membuktikan diri sebagai orang yang benar-benar bersifat domba yang memperhatikan suara sang Majikan, Yesus Kristus?—Yoh. 10:4, 5.
Sepucuk surat yang mencengangkan diterima oleh kantor cabang Lembaga Menara Pengawal di Afrika Selatan, pada tahun 1954, dari sekelompok orang Afrika di Baía dos Tigres, sebuah perkampungan orang hukuman di selatan Angola. Si penulis, João Mancoca, menyatakan, ”Kelompok Saksi-Saksi Yehuwa di Angola terdiri dari 1.000 anggota. Mereka ini mempunyai pemimpin yang bernama Simão Gonçalves Toco.” Siapa gerangan Toco? Apakah para pengikutnya benar-benar Saksi-Saksi Yehuwa?
Penyelenggaraan dibuat agar John Cooke, seorang utusan injil yang dapat berbicara dalam bahasa Portugis, mengunjungi Angola. Sesudah wawancara panjang dengan seorang pejabat kolonial, Saudara Cooke diizinkan untuk mengunjungi Mancoca. Saudara Cooke mendapati bahwa pada tahun 1940-an, sewaktu Toco bergabung dengan suatu misi Baptis di Kongo Belgia (kini Zaire), ia telah memperoleh sejumlah lektur Menara Pengawal dan membagikan kepada rekan-rekan dekatnya apa yang telah dipelajarinya. Namun kemudian, para penganut spiritisme mempengaruhi kelompok tersebut, dan menjelang waktu Toco sama sekali berhenti menggunakan lektur Menara Pengawal dan Alkitab. Sebaliknya, ia mencari petunjuk melalui medium roh. Para pengikutnya dipulangkan kembali ke Angola oleh pemerintah dan kemudian disebarkan ke berbagai tempat di dalam negeri.
Mancoca pernah menjadi salah seorang rekan Toco, tetapi Mancoca mencoba berupaya membujuk yang lain untuk tidak lagi mempraktekkan spiritisme dan untuk berpaut kepada Alkitab. Beberapa pengikut Toco tidak menyukai ini dan, melancarkan tuduhan-tuduhan palsu, mengadukan Mancoca kepada kalangan berwenang Portugis. Akibatnya, Mancoca dan mereka yang berpandangan sama dengannya dideportasi ke perkampungan orang-orang hukuman. Dari sana ia berhubungan dengan Lembaga Menara Pengawal dan memperoleh lebih banyak lektur Alkitab. Ia seorang yang rendah hati, berpikiran rohani, dan sangat berminat untuk bekerja erat dengan organisasi yang melaluinya ia telah belajar kebenaran. Sesudah Saudara Cooke menggunakan berjam-jam untuk membahas kebenaran-kebenaran Alkitab dengan kelompok ini, ia tidak ragu-ragu lagi bahwa João Mancoca benar-benar salah satu dari domba-domba Tuhan. Dalam keadaan yang sangat sulit, Saudara Mancoca telah membuktikan hal tersebut selama bertahun-tahun hingga sekarang.
Berbagai wawancara juga telah diadakan dengan Toco dan beberapa pengikutnya. Akan tetapi, dengan beberapa perkecualian tertentu, mereka tidak memperlihatkan bukti bahwa mereka memiliki sifat-sifat seperti domba dari para pengikut Kristus. Jadi, pada waktu itu, jumlah Saksi-Saksi Yehuwa di Angola bukan 1.000 orang melainkan hanya kira-kira 25 orang.
Sementara itu, di Kongo Belgia (kini Zaire), telah berkembang suatu pengacauan identitas lainnya. Ada suatu gerakan agama dan politik yang dikenal sebagai Kitawala, yang kadang-kadang juga menggunakan nama Menara Pengawal. Di rumah beberapa anggotanya ditemukan publikasi-publikasi Saksi-Saksi Yehuwa yang telah mereka peroleh melalui pos. Tetapi kepercayaan-kepercayaan dan praktek-praktek Kitawala (termasuk rasisme, subversi terhadap kalangan berwenang untuk mengadakan perubahan politik atau sosial, dan percabulan seksual yang mencolok atas nama ibadat) sama sekali tidak mewakili kepercayaan dan praktek Saksi-Saksi Yehuwa. Namun laporan-laporan tertentu yang diterbitkan berupaya untuk melibatkan Lembaga Menara Pengawal dari Saksi-Saksi Yehuwa dengan Kitawala.
Upaya berulang kali dari Saksi-Saksi Yehuwa untuk mengirim pengawas-pengawas yang terlatih masuk ke dalam negeri ditolak mentah-mentah oleh para pejabat Belgia. Golongan Katolik dan Protestan sangat gembira. Khususnya sejak tahun 1949, tindakan-tindakan menindas yang kejam dilancarkan terhadap mereka di Kongo Belgia yang berupaya keras untuk mempelajari Alkitab dengan bantuan lektur Menara Pengawal. Namun halnya adalah sebagaimana dikatakan oleh salah seorang dari Saksi-Saksi yang setia di sana, ”Kami bagaikan sekarung jagung Afrika. Ke mana pun kami dibawa oleh mereka, Firman itu akan tercecer, satu per satu, sampai saat hujan datang, dan mereka akan melihat kami bertumbuh di mana-mana.” Maka demikianlah halnya bahwa walaupun keadaan sulit, sejak tahun 1949 hingga 1960, jumlah yang melaporkan kegiatan sebagai Saksi-Saksi Yehuwa meningkat dari 48 menjadi 1.528 orang.
Lambat laun para pejabat mulai menyadari bahwa Saksi-Saksi Yehuwa sangat berbeda dengan Kitawala. Ketika Saksi-Saksi mendapat kebebasan terbatas untuk berhimpun, para pengamat dari kalangan pemerintah sering memberi komentar tentang tingkah laku dan ketertiban mereka yang baik. Ketika ada demonstrasi yang disertai kekerasan untuk menuntut kemerdekaan politik, masyarakat mengetahui bahwa Saksi-Saksi Yehuwa tidak terlibat. Pada tahun 1961 seorang pengawas Saksi yang memenuhi syarat, Ernest Heuse, Jr., dari Belgia, akhirnya dapat masuk ke negeri itu. Dengan banyak upaya yang rajin, secara berangsur-angsur saudara-saudara dapat dibantu untuk lebih menyelaraskan sidang-sidang mereka dan kehidupan pribadi mereka dengan Firman Allah. Masih banyak yang harus dipelajari, dan hal itu menuntut banyak kesabaran.
Karena mengira akan menguntungkan kedudukan mereka, kelompok Kitawala dari beberapa daerah mengirimkan daftar panjang dari anggota-anggota mereka yang ingin diakui sebagai Saksi-Saksi Yehuwa. Dengan bijaksana Saudara Heuse mengutus saudara-saudara yang memenuhi syarat ke daerah-daerah ini untuk mencari tahu orang macam apa mereka itu. Sebaliknya daripada menerima kelompok-kelompok yang besar, mereka memimpin pengajaran Alkitab secara perorangan.
Pada waktunya, domba-domba yang sejati, yakni mereka yang benar-benar menganggap Yesus Kristus sebagai Gembala mereka, menjadi nyata. Dan ada banyak orang semacam ini. Pada gilirannya, mereka mengajar orang lain. Selama bertahun-tahun banyak utusan injil Menara Pengawal dari luar negeri datang untuk bekerja berdampingan dengan mereka, untuk membantu mereka agar memperoleh pengetahuan yang lebih saksama dari Firman Allah dan memberikan pelatihan yang dibutuhkan. Menjelang tahun 1975, ada 17.477 Saksi-Saksi Yehuwa di Zaire, yang diorganisasi dalam 526 sidang, sibuk mengabarkan dan mengajarkan Firman Allah kepada orang lain.
Mematahkan Daya Kekuatan Jimat
Di sebelah barat Nigeria terletak negara Benin (dahulu dikenal sebagai Dahomey), dengan penduduk yang terbagi dalam 60 kelompok etnis yang berbicara kurang lebih 50 bahasa dan dialek. Sebagaimana halnya di banyak tempat di Afrika, animisme adalah agama tradisional, dan ini disertai penyembahan kepada nenek moyang. Lingkungan agama semacam ini membuat kehidupan orang-orang menjadi redup karena takhayul dan perasaan takut. Banyak orang yang mengaku diri Kristen juga mempraktekkan animisme.
Sejak akhir tahun 1920-an hingga tahun 1940-an, Saksi-Saksi Yehuwa dari Nigeria menebarkan banyak benih kebenaran Alkitab di Dahomey dengan kunjungan sewaktu-waktu untuk menyebarkan lektur Alkitab. Banyak di antara benih-benih tersebut hanya membutuhkan sedikit penyiraman agar dapat berbuah. Penanganan tersebut diberikan pada tahun 1948 ketika Nouru Akintoundé, seorang pribumi Dahomey yang sebelumnya telah tinggal di Nigeria, kembali ke Dahomey untuk merintis. Dalam waktu empat bulan, 300 orang segera menyambut kebenaran dan ikut serta dengan dia dalam pelayanan pengabaran. Sambutan ini melebihi segala perkiraan yang masuk akal.
Sebagai akibat dari kegiatan ini, hasutan segera timbul bukan saja di antara kaum pemimpin agama Susunan Kristen melainkan juga di antara para animis. Ketika sekretaris dari kumpulan para pemuja jimat di Porto-Novo menunjukkan minat kepada kebenaran, pemimpin pemujaan kepada jimat mengumumkan bahwa sekretaris itu akan mati dalam tujuh hari. Tetapi bekas sekretaris kumpulan itu dengan tegas menyatakan, ”Jika jimat itulah yang menjadikan Yehuwa, saya akan mati; tetapi jika Yehuwa adalah Allah Yang Mahatinggi, maka Ia akan menaklukkan jimat itu.” (Bandingkan Ulangan 4:35; Yohanes 17:3.) Supaya ramalannya tergenap, pada malam yang keenam, pemimpin pemujaan kepada jimat itu mengumbar berbagai macam ilmu sihir dan kemudian mengumumkan bahwa bekas sekretaris kumpulan ini telah mati. Akan tetapi, para penyembah jimat itu dihinggapi ketakutan yang besar keesokan harinya ketika wanita itu datang ke pasar di Cotonou dalam keadaan segar bugar. Kemudian, salah seorang saudara menyewa sebuah mobil dan membawa saudari itu mengelilingi Porto-Novo sehingga semua orang dapat melihat sendiri bahwa ia masih hidup. Sesudah peristiwa ini, banyak penyembah jimat lainnya mengambil pendirian yang teguh demi kebenaran.—Bandingkan Yeremia 10:5.
Tak lama kemudian, sebagai akibat tekanan agama yang hebat, publikasi-publikasi Menara Pengawal dilarang di Dahomey. Tetapi karena taat kepada Allah Yehuwa, Saksi-Saksi terus mengabar, sering kali hanya dengan Alkitab. Kadang-kadang mereka bekerja dari rumah ke rumah sebagai ”pedagang”, dengan membawa berbagai barang. Jika percakapan berlangsung dengan baik, mereka mengalihkan perhatian kepada Alkitab, dan mereka bahkan mengeluarkan dari kantong tempel yang besar di balik baju mereka suatu eksemplar lektur Alkitab yang sangat berharga.
Bila polisi sangat menyulitkan mereka di kota, mereka akan mengabar di daerah pedesaan. (Bandingkan Matius 10:23.) Dan bila mereka dijebloskan ke dalam penjara, mereka mengabar di situ. Pada tahun 1955, Saksi-Saksi di dalam penjara menemukan sedikitnya 18 orang yang berminat di antara para penghuni penjara dan pejabat penjara di Abomey.
Hanya dalam jangka waktu satu dekade sesudah saudara perintis Dahomey itu kembali ke negeri asalnya untuk mengabar, ada 1.426 orang yang ambil bagian dalam pelayanan—dan halnya demikian walaupun pekerjaan mereka dilarang oleh pemerintah!
Lebih Banyak Pekerja Ambil Bagian Dalam Penuaian
Jelas bahwa banyak orang di seluruh Afrika lapar akan kebenaran. Tuaian memang besar, tetapi pekerja sedikit. Oleh karena itu saudara-saudara merasa dianjurkan seraya mereka melihat bagaimana Majikan dari tuaian, yakni Allah Yehuwa, menjawab doa mereka untuk mengirim lebih banyak pekerja guna membantu pengumpulan rohani.—Mat. 9:37, 38.
Banyak lektur telah disiarkan di Kenya pada tahun 1930-an oleh para perintis keliling, tetapi hanya sedikit pekerjaan tindak lanjut dilakukan. Akan tetapi, pada tahun 1949, Mary Whittington, dengan ketiga anaknya yang masih kecil, beremigrasi dari Inggris untuk tinggal di Nairobi bersama suaminya, yang bekerja di sana. Saudari Whittington belum sampai setahun dibaptis, namun ia memiliki semangat merintis. Walaupun ia belum mengenal seorang pun dari Saksi-Saksi di Kenya, ia pergi membantu orang-orang lain di daerah yang luas ini untuk belajar kebenaran. Meskipun adanya berbagai rintangan, ia tidak mundur. Saksi-Saksi lain juga datang—dari Australia, Inggris, Kanada, Afrika Selatan, Swedia, Amerika Serikat, dan Zambia—yang secara pribadi mengatur untuk pindah ke sana guna membagikan harapan Kerajaan kepada orang-orang.
Selain itu, pasangan-pasangan suami-istri utusan injil dikirim untuk membantu penuaian. Mula-mula para suami diwajibkan untuk bekerja duniawi agar dapat tinggal di negeri itu, dan karena itu waktu mereka yang tersedia untuk pelayanan terbatas. Namun istri mereka bebas melayani sebagai perintis. Menjelang waktu lebih dari seratus utusan injil keluaran Sekolah Gilead datang ke Kenya. Sewaktu hari kemerdekaan mendekat, dengan berakhirnya segregasi (pemisahan golongan) yang diberlakukan oleh pemerintahan kolonial Inggris, Saksi-Saksi Eropa mempelajari bahasa Swahili dan dengan cepat memperluas kegiatan mereka untuk mencapai pribumi Afrika. Jumlah Saksi-Saksi meningkat dengan cepat.
Pada tahun 1972, Botswana juga mendapat bantuan dalam menangani tuaian rohaninya sewaktu Saksi-Saksi dari Inggris, Kenya, dan Afrika Selatan pindah ke kota-kota besar negeri itu. Tiga tahun kemudian, utusan-utusan injil keluaran Sekolah Gilead juga datang. Akan tetapi, sebagian besar penduduk bertebaran di desa-desa pedalaman. Untuk mencapai mereka, Saksi-Saksi dari Afrika Selatan telah melakukan perjalanan melintasi kawasan gurun yang dikenal sebagai Kalahari. Di pemukiman-pemukiman terpencil tersebut mereka telah memberi kesaksian kepada kepala-kepala desa, kepada guru-guru sekolah, dan sering kali kepada kelompok-kelompok yang terdiri dari 10 atau 20 orang pendengar yang menghargai. Seorang pria yang lanjut usia berkata, ”Anda datang begitu jauh untuk berbicara dengan kami tentang perkara-perkara ini? Sungguh baik hati, baik hati sekali.”
”Bible Brown” telah menyampaikan khotbah-khotbah Alkitab yang penuh kuasa di Liberia selama tahun 1920-an, tetapi ada tentangan yang cukup kuat. Pekerjaan penuaian rohani di sana sebenarnya baru maju ketika utusan-utusan injil keluaran Sekolah Gilead tiba. Harry Behannan yang datang pada tahun 1946, adalah yang pertama. Lebih banyak lagi yang ambil bagian pada tahun-tahun berikutnya. Pribumi Liberia secara berangsur-angsur ikut serta dengan mereka dalam pekerjaan, dan menjelang tahun 1975 jumlah pemuji Yehuwa melampaui seribu orang.
Bahkan lebih banyak pengabaran telah dilakukan oleh ”Bible Brown” di Nigeria. Ini merupakan suatu negara yang terbagi atas banyak kerajaan, wilayah kota, dan sistem sosial, dengan orang-orang yang berbicara lebih dari 250 bahasa dan dialek. Agama adalah faktor pemecah-belah lebih lanjut. Dengan sedikit kebijaksanaan namun dengan argumentasi ayat-ayat Alkitab yang penuh kuasa, Saksi-Saksi yang mula-mula di sana menelanjangi kaum pemimpin agama dan ajaran-ajaran palsu mereka. Ketika lektur mereka dilarang selama Perang Dunia II, saudara-saudara mengabar hanya dengan Alkitab. Orang-orang yang mengasihi kebenaran menyambut dengan penuh penghargaan. Mereka berhenti dari gereja, kemudian meninggalkan poligami dan menyingkirkan ”juju” (jimat) mereka, yang oleh gereja telah ditoleransi. Menjelang tahun 1950 jumlah Saksi-Saksi Yehuwa yang ikut serta dalam mengumumkan berita Kerajaan di Nigeria ada 8.370. Menjelang tahun 1970 ada lebih dari sepuluh kali jumlah tersebut.
Rintangan-rintangan hukum yang terus berlangsung harus diatasi untuk dapat memberikan bantuan rohani kepada orang-orang yang berminat di Rhodesia Selatan (kini dikenal sebagai Zimbabwe). Upaya untuk memperoleh pengakuan resmi telah dimulai pada pertengahan tahun 1920-an. Pada tahun 1932 perintis-perintis dari Afrika Selatan diperintahkan untuk meninggalkan negeri dan secara sewenang-wenang diberi tahu bahwa mereka tidak bisa naik banding. Namun mereka naik banding juga. Tuduhan-tuduhan bahwa lektur Menara Pengawal bernada menghasut harus dihadapi di meja hijau. Pada awal tahun 1940-an, saudara-saudara meringkuk di penjara karena menyebarkan bacaan-bacaan yang menerangkan tentang Alkitab. Baru pada tahun 1966 Saksi-Saksi Yehuwa mendapat pengakuan resmi sepenuhnya sebagai suatu organisasi agama di Zimbabwe. Selama 40 tahun lebih, pekerjaan penuaian rohani telah berlangsung dengan cukup banyak kesulitan, namun selama masa tersebut pekerja-pekerja yang tabah hati telah membantu 11.000 orang lebih menjadi hamba-hamba Allah Yehuwa.
Memberi Kesaksian Kepada Gubernur dan Raja
Yesus mengetahui bahwa murid-muridnya akan menghadapi perlawanan dalam pelayanan mereka. Ia berkata kepada mereka bahwa mereka akan digugat ke hadapan ”pengadilan setempat”, bahkan ke hadapan ”gubernur-gubernur dan raja-raja”, dan bahwa ini adalah ”sebagai kesaksian kepada mereka dan bangsa-bangsa”. (Mat. 10:17, 18, NW) Saksi-Saksi Yehuwa telah mengalami tepat seperti yang dinubuatkan oleh Yesus, dan selaras dengan apa yang ia katakan, mereka telah berupaya menggunakan kesempatan itu untuk memberi kesaksian.
Beberapa pejabat telah membiarkan perasaan takut menahan diri mereka untuk berbuat baik terhadap pengikut-pengikut Kristus. (Yoh. 12:42, 43) Llewelyn Phillips melihat bukti mengenai hal ini pada tahun 1948 ketika ia mengadakan wawancara pribadi dengan sejumlah pejabat pemerintah di Kongo Belgia, dengan maksud mengupayakan keringanan bagi Saksi-Saksi yang dianiaya di sana. Ia menjelaskan kepada orang-orang ini tentang kepercayaan dan kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa. Namun selama wawancara itu, sang gubernur jenderal dengan prihatin bertanya, ”Lalu kalau saya membantu Anda, apa yang akan terjadi dengan saya?” Ia tahu bahwa Gereja Katolik Roma sangat berpengaruh di negeri itu.
Akan tetapi, kepala tertinggi bangsa Swazi, Raja Sobhuza II, tidak terlalu menghiraukan pendapat kaum pemimpin agama. Ia telah sering berbicara dengan Saksi-Saksi Yehuwa, sudah mempunyai banyak lektur mereka, dan bersikap ramah terhadap mereka. Pada hari ”Jumat Agung” setiap tahun, ia mengundang para pemimpin agama Afrika ke desa kerajaannya. Ia membiarkan mereka berbicara, tetapi ia juga mengundang salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa untuk berbicara. Pada tahun 1956 Saksi itu berbicara tentang doktrin jiwa yang tidak berkematian dan gelar-gelar kehormatan dari para pemimpin agama. Ketika ia selesai, kepala tertinggi bertanya kepada para pemimpin agama, ”Apakah hal-hal yang dikatakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa di sini benar atau salah? Jika salah, nyatakan alasannya.” Mereka tidak dapat membuktikan bahwa hal-hal tersebut salah. Pada satu peristiwa kepala tertinggi itu bahkan tertawa terbahak-bahak ketika para pemimpin agama menjadi takut sekali atas apa yang dikatakan oleh Saksi itu.
Sering kali tugas dilimpahkan kepada polisi untuk meminta alasan dari Saksi-Saksi mengenai apa yang mereka sedang lakukan. Dari sidang di Tangier, Maroko, Saksi-Saksi secara tetap tentu mengadakan perjalanan ke Ceuta, sebuah pelabuhan kapal di bawah pengawasan Spanyol tetapi di pantai Maroko. Pada suatu kesempatan tahun 1967, ketika Saksi-Saksi dihentikan oleh polisi, mereka diinterogasi selama dua jam, yang memungkinkan mereka memberi kesaksian yang bagus sekali. Suatu saat, dua inspektur polisi bertanya apakah Saksi-Saksi percaya kepada ”Perawan Maria”. Ketika diberitahukan bahwa catatan Injil memperlihatkan bahwa Maria mempunyai anak-anak lain sesudah Yesus dilahirkan oleh perawan Maria, dan bahwa mereka ini adalah saudara-saudara tiri laki-laki dan perempuan dari Yesus, petugas-petugas polisi itu berseru keheranan dan berkata bahwa hal demikian mustahil ada di dalam Alkitab. Sewaktu Yohanes 7:3-5 diperlihatkan, salah seorang polisi menatapnya agak lama tanpa berkata sepatah kata pun; maka rekannya berkata, ”Berikan kepada saya Alkitab itu. Saya akan menerangkan ayat itu!” Polisi pertama menjawab, ”Tidak usah. Ayat ini jelas sekali.” Banyak pertanyaan lain diajukan dan dijawab dalam suasana santai. Setelah itu hanya sedikit sekali gangguan dari para pejabat seraya Saksi-Saksi mengabar di daerah tersebut.
Orang-orang terkemuka dalam pemerintahan sudah mengenal baik Saksi-Saksi Yehuwa dan pelayanan mereka. Beberapa di antara mereka menyadari bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Saksi-Saksi benar-benar bermanfaat bagi orang-orang. Menjelang akhir tahun 1959, sewaktu dilakukan persiapan kemerdekaan Nigeria, gubernur jenderal, Dr. Nnamdi Azikiwe, memohon agar W. R. Brown hadir sebagai wakil dari Saksi-Saksi Yehuwa. Beliau berkata kepada Dewan Menteri, ”Jika semua aliran agama seperti Saksi-Saksi Yehuwa, tidak akan ada pembunuh, perampok, penjahat, tawanan di penjara dan bom atom. Pintu tidak usah dikunci siang dan malam.”
Tuaian rohani yang benar-benar besar sedang dikumpulkan di Afrika. Menjelang tahun 1975, ada 312.754 Saksi yang mengabarkan kabar baik di 44 negeri di benua Afrika. Di sembilan dari negeri-negeri tersebut, ada kurang dari 50 orang yang mengambil pendirian untuk kebenaran Alkitab dan ambil bagian dalam pekerjaan penginjilan. Namun Saksi-Saksi menganggap kehidupan setiap orang sangat berharga. Di 19 negeri di antaranya, orang-orang yang ambil bagian dalam pelayanan dari rumah ke rumah sebagai Saksi-Saksi Yehuwa berjumlah ribuan. Pertambahan yang dramatis dilaporkan di beberapa daerah. Di Angola misalnya, dari tahun 1970 hingga 1975, jumlah Saksi-Saksi telah bertambah dari 355 menjadi 3.055. Di Nigeria, pada tahun 1975 ada 112.164 Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka ini bukan sekadar orang-orang yang menikmati pembacaan lektur Menara Pengawal, dan mereka juga bukan sekadar orang-orang yang hanya sewaktu-waktu menghadiri perhimpunan di sebuah Balai Kerajaan. Mereka semua adalah pemberita yang aktif dari Kerajaan Allah.
Negeri-Negeri Timur Menghasilkan Pemuji-Pemuji Yehuwa
Sebagaimana halnya di banyak tempat lain, kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa di Filipina berkembang dengan cepat seusai Perang Dunia II. Langsung setelah dibebaskan dari penjara pada tanggal 13 Maret 1945, Joseph Dos Santos menghubungi kantor Lembaga Menara Pengawal di New York. Ia ingin memperoleh semua bahan pengajaran Alkitab dan petunjuk-petunjuk organisasi yang tidak diterima oleh saudara-saudara di Filipina selama perang berlangsung. Kemudian ia mengunjungi sidang-sidang secara pribadi untuk mempersatukan dan menguatkan mereka. Pada tahun itu juga suatu kebaktian nasional diadakan di Lingayen, Pangasinan, dan petunjuk-petunjuk disampaikan tentang cara mengajar orang-orang yang lapar akan kebenaran melalui pengajaran Alkitab di rumah. Pada tahun-tahun berikutnya tampak upaya yang sungguh-sungguh dikerahkan untuk menerjemahkan dan menerbitkan lebih banyak bahan dalam bahasa-bahasa setempat—Tagalog, Iloko, dan Cebuano. Fondasi untuk ekspansi dibubuh dan hal itu cepat terjadi.
Dalam satu dekade sesudah perang berakhir, jumlah Saksi di Filipina meningkat dari kira-kira 2.000 menjadi lebih dari 24.000 orang. Setelah 20 tahun berlalu, ada lebih dari 78.000 pemuji Yehuwa di sana.
Di antara Negeri-Negeri Timur yang pertama menerima utusan-utusan injil keluaran Sekolah Gilead adalah Cina. Harold King dan Stanley Jones tiba di Shanghai pada tahun 1947; Lew Ti Himm, pada tahun 1949. Ketiga orang perintis Jerman yang telah memulai pekerjaan di sana pada tahun 1939 datang untuk menyambut mereka. Inilah sebuah negeri dengan mayoritas Budhis yang tidak cepat menanggapi pembahasan Alkitab. Di dalam rumah mereka terdapat tempat sembahyang dan altar. Dengan menaruh kaca cermin di atas pintu, mereka mencoba menakut-nakuti roh-roh jahat. Kertas merah bertuliskan kata-kata ’keberuntungan’ dan gambar yang menakutkan mengenai dewa-dewi Budha menghiasi pintu gerbang. Namun masa itu ditandai oleh perubahan besar di Cina. Di bawah kekuasaan Komunis setiap orang diwajibkan untuk mempelajari ’ajaran Mao Tse-tung’. Sesudah mereka selesai dengan pekerjaan duniawi, mereka harus menghadiri pertemuan-pertemuan yang berlangsung lama yang membahas uraian terperinci mengenai Komunisme. Di tengah berlangsungnya hal ini, saudara-saudara kita tetap sibuk memberitakan kabar baik tentang Kerajaan Allah.
Banyak di antara mereka yang ingin belajar dengan Saksi-Saksi Yehuwa dahulunya pernah berhubungan dengan Alkitab melalui gereja-gereja Susunan Kristen. Demikianlah halnya dengan Nancy Yuen, seorang aktivis gereja dan ibu rumah tangga yang bersyukur atas hal-hal yang ditunjukkan kepadanya di dalam Alkitab oleh Saksi-Saksi. Segera ia ikut serta dengan penuh gairah dalam pekerjaan dari rumah ke rumah dan ia sendiri memimpin pengajaran-pengajaran Alkitab di rumah. Orang-orang lain kepada siapa mereka mengabar mempunyai latar belakang Cina dan Budhis yang khas dan sebelumnya tidak mempunyai pengetahuan tentang Alkitab. Pada tahun 1956 puncak 57 penyiar dicapai. Akan tetapi, pada tahun itu juga, sesudah enam kali ditangkap karena mengabar, Nancy Yuen ditahan dalam penjara. Yang lainnya ditangkap atau dipaksa meninggalkan negeri itu. Stanley Jones dan Harold King ditangkap pada tanggal 14 Oktober 1958. Sebelum dibawa ke pengadilan, mereka ditahan selama dua tahun. Selama waktu itu mereka terus-menerus diinterogasi. Ketika akhirnya dibawa ke pengadilan pada tahun 1960, mereka dijatuhi masa hukuman penjara yang panjang. Demikianlah, pada bulan Oktober 1958 kegiatan umum Saksi-Saksi Yehuwa di daratan Cina dihentikan secara paksa. Namun pengabaran mereka tidak pernah berhenti sama sekali. Bahkan di dalam penjara dan di kamp kerja paksa, ada kesempatan untuk memberi kesaksian. Di masa depan, apakah lebih banyak yang akan dilakukan di negeri yang amat luas ini? Hal ini akan diketahui pada waktunya.
Sementara itu, apa yang sedang terjadi di Jepang? Hanya kira-kira seratus Saksi-Saksi Yehuwa yang telah mengabar di sana sebelum perang dunia kedua. Ketika menghadapi tindakan-tindakan menindas yang brutal selama tahun-tahun perang, banyak di antara mereka ini berkompromi. Walaupun beberapa tetap mempertahankan integritas mereka, pengabaran kepada umum secara terorganisasi terhenti. Akan tetapi, pemberitaan Kerajaan Yehuwa dimulai lagi di bagian dunia tersebut ketika Don Haslett, seorang utusan injil keluaran Sekolah Gilead, tiba di Tokyo pada bulan Januari 1949. Dua bulan kemudian, istrinya, Mabel, bisa bergabung dengannya. Ini merupakan ladang yang memiliki banyak orang yang lapar akan kebenaran. Sang kaisar telah membatalkan pengakuannya bahwa ia seorang dewa. Shinto, Budha, Katolik, dan Kyodan (gabungan dari berbagai golongan Protestan di Jepang) semuanya telah kehilangan muka di hadapan orang-orang karena ikut serta dalam upaya perang Jepang, yang berakhir dengan kekalahan.
Menjelang akhir tahun 1949, 13 utusan injil dari Sekolah Gilead sibuk di Jepang. Lebih banyak lagi yang menyusul,—seluruhnya lebih dari 160 orang. Hanya ada sedikit sekali lektur yang digunakan dalam pekerjaan. Beberapa utusan injil bisa berbicara bahasa Jepang kuno di Hawaii, namun mereka masih harus belajar bahasa yang terbaru. Yang lainnya telah menguasai sedikit pelajaran dasar tetapi sering kali harus menggunakan kamus bahasa Jepang-Inggris sampai mereka lebih paham dalam bahasa mereka yang baru. Tidak lama kemudian, keluarga Ishii dan keluarga Miura, yang tidak melepaskan iman mereka selama tahun-tahun perang, mengadakan hubungan dengan organisasi dan mulai lagi ambil bagian dalam pelayanan kepada umum.
Rumah-rumah utusan injil secara berangsur-angsur dibuka di Kobe, Nagoya, Osaka, Yokohama, Kyoto, dan Sendai. Dari tahun 1949 hingga 1957, upaya utama adalah membuka pekerjaan Kerajaan di kota-kota besar yang ada di pulau utama Jepang. Kemudian para pekerja mulai pindah ke kota-kota lain. Ladangnya luas sekali. Jelas, jika seluruh Jepang harus mendapat kesaksian yang saksama, banyak rohaniwan perintis dibutuhkan. Hal ini ditekankan, banyak yang merelakan diri, dan terdapat sambutan yang menakjubkan kepada upaya yang terpadu dari para rohaniwan yang bekerja keras ini! Dekade pertama menghasilkan 1.390 pemuji Yehuwa. Menjelang pertengahan 1970-an, ada 33.480 pemuji Yehuwa yang bergairah tersebar di seluruh Jepang. Dan laju pengumpulan sedang dipercepat.
Pada tahun yang sama ketika Don Haslett tiba di Jepang, yakni tahun 1949, pekerjaan Kerajaan di Republik Korea juga sedang mendapat dorongan yang besar. Korea berada di bawah kekuasaan Jepang selama perang dunia, dan Saksi-Saksi telah dianiaya dengan kejam. Walaupun sesudah perang sudah ada suatu kelompok kecil yang berhimpun bersama untuk belajar, namun hubungan dengan organisasi internasional baru ada sesudah Choi Young-won melihat sebuah laporan tentang Saksi-Saksi Yehuwa pada tahun 1948 di dalam surat kabar Angkatan Darat Amerika Stars and Stripes. Pada tahun berikutnya sebuah sidang yang terdiri dari 12 penyiar terbentuk di Seoul. Belakangan pada tahun tersebut, Don dan Earlene Steele, utusan-utusan injil yang pertama dari Sekolah Gilead, tiba. Tujuh bulan kemudian, enam utusan injil lainnya menyusul.
Mereka mendapat hasil-hasil yang bagus sekali—masing-masing rata-rata 20 pengajaran Alkitab dan hadirin perhimpunan sampai mencapai 336 orang. Kemudian Perang Korea meletus. Belum sampai tiga bulan sesudah kelompok terakhir dari para utusan injil itu tiba, mereka semua sudah diungsikan ke Jepang. Lebih dari setahun telah berlalu sebelum Don Steele dapat kembali ke Seoul, dan baru setahun berikutnya istrinya Earlene dapat bergabung dengan dia. Sementara itu saudara-saudara di Korea tetap teguh dan bergairah mengabar, meskipun menghadapi kenyataan bahwa mereka kehilangan rumah dan banyak di antara mereka menjadi pengungsi. Tetapi sekarang, dengan berlalunya perang, perhatian diarahkan kepada hal menyediakan lebih banyak lektur dalam bahasa Korea. Kebaktian-kebaktian dan gelombang masuknya lebih banyak utusan injil memberikan dorongan kepada pekerjaan. Menjelang tahun 1975, ada 32.693 Saksi-Saksi Yehuwa di Republik Korea—hampir sebanyak di Jepang—dan ada potensi untuk pertumbuhan yang bagus sekali, karena lebih dari 32.000 pengajaran Alkitab di rumah sedang dipimpin.
Bagaimana Situasi di Eropa?
Berakhirnya Perang Dunia II di Eropa tidak mengakibatkan kebebasan penuh bagi Saksi-Saksi Yehuwa di sana untuk melaksanakan pekerjaan pendidikan Alkitab mereka tanpa gangguan. Di beberapa tempat para pejabat menaruh respek karena pendirian mereka yang teguh selama perang. Namun di tempat lain gelombang nasionalisme yang sangat kuat dan permusuhan agama mengakibatkan penindasan lebih lanjut.
Di antara Saksi-Saksi di Belgia ada beberapa yang datang dari Jerman untuk ikut serta dalam pemberitaan kabar baik. Karena mereka tidak mau mendukung rezim Nazi, Gestapo memburu mereka bagaikan binatang buas. Namun kini para pejabat Belgia menuduh beberapa di antara Saksi-Saksi yang sama ini sebagai orang Nazi dan menyuruh mereka dipenjarakan dan kemudian dideportasi. Meskipun segala hal ini, jumlah Saksi-Saksi yang ikut serta dalam pelayanan pengabaran di Belgia meningkat lebih dari tiga kali lipat dalam jangka waktu lima tahun sesudah perang.
Siapa yang menjadi dalang dari banyak penganiayaan tersebut? Gereja Katolik Roma. Bila ia mendapat kekuasaan untuk melakukan hal itu, ia tak henti-hentinya melancarkan perangnya untuk menumpas Saksi-Saksi Yehuwa.
Menyadari bahwa banyak orang di Barat takut pada Komunisme, para imam Katolik di kota Cork di Irlandia, pada tahun 1948, mengobarkan sikap bermusuhan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa dengan senantiasa menyebut mereka sebagai ”iblis-iblis Komunis”. Akibatnya, ketika Fred Metcalfe sedang ikut serta dalam pelayanan di lapangan, ia berhadapan dengan segerombolan orang yang memukul dan menendangnya dan menghamburkan lektur Alkitabnya di jalan. Untung, pada saat itu seorang polisi lewat dan membubarkan gerombolan itu. Menghadapi semua hal ini, Saksi-Saksi tetap tabah. Tidak semua orang Irlandia setuju dengan kekerasan itu. Belakangan bahkan beberapa yang ikut serta di dalamnya menyesalkan keterlibatan mereka. Sebagian besar dari orang-orang Katolik di Irlandia belum pernah melihat Alkitab. Namun, dengan kesabaran yang pengasih, beberapa di antara mereka dibantu untuk berpegang pada kebenaran yang memerdekakan orang.—Yoh. 8:32.
Walaupun Saksi-Saksi di Italia hanya berjumlah kira-kira seratus orang pada tahun 1946, tiga tahun kemudian terdapat 64 sidang—kecil namun bekerja keras. Para imam cemas. Karena tidak dapat menyanggah kebenaran-kebenaran Alkitab yang diberitakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa, para imam Katolik menekan kalangan berwenang untuk mengupayakan agar mereka itu disingkirkan. Maka pada tahun 1949, utusan-utusan injil Saksi diperintahkan untuk ke luar dari negeri itu.
Berkali-kali para pemimpin agama Katolik Roma di Italia berupaya membubarkan atau mencegah kebaktian-kebaktian yang diadakan oleh Saksi-Saksi di Italia. Mereka menggunakan para pengejek yang berteriak-teriak untuk berusaha mengacaukan suatu kebaktian di Sulmona pada tahun 1948. Di Milan mereka menekan kepala polisi untuk membatalkan izin untuk kebaktian di Teatro dell’Arte pada tahun 1950. Sekali lagi pada tahun 1951, mereka mempengaruhi polisi untuk membatalkan izin untuk kebaktian di Cerignola. Tetapi pada tahun 1957, ketika polisi memerintahkan agar sebuah kebaktian Saksi di Milan ditutup, pers Italia keberatan, dan pertanyaan-pertanyaan diajukan dalam parlemen. Mingguan di Roma Il Mondo terbitan 30 Juli 1957, tidak segan-segan menyatakan bahwa tindakan itu telah diambil ”untuk memuaskan uskup agung”, Giovanni Battista Montini, yang kemudian menjadi Paus Paulus VI. Selama berabad-abad telah diketahui umum bahwa Gereja Katolik telah melarang penyebaran Alkitab dalam bahasa-bahasa yang digunakan oleh masyarakat umum. Namun Saksi-Saksi Yehuwa bersikeras untuk membiarkan orang-orang Katolik yang jujur melihat sendiri apa yang dikatakan Alkitab. Kontras antara Alkitab dan dogma gereja jelas sekali. Meskipun adanya upaya yang intensif dari Gereja Katolik untuk mencegahnya, ribuan orang meninggalkan gereja, dan menjelang tahun 1975 ada 51.248 Saksi-Saksi Yehuwa di Italia. Mereka semua adalah penginjil-penginjil yang aktif, dan jumlah mereka berlipat ganda dengan cepat.
Di Spanyol Katolik ketika kegiatan terorganisasi dari Saksi-Saksi Yehuwa secara berangsur-angsur dihidupkan kembali sesudah tahun 1946, tidaklah mengherankan bahwa para pemimpin agama di sana juga menekan pejabat-pejabat duniawi untuk mencoba menghentikan mereka. Perhimpunan-perhimpunan sidang dari Saksi-Saksi Yehuwa dikacaukan. Utusan-utusan injil dipaksa untuk ke luar dari negeri itu. Saksi-Saksi ditangkap hanya karena memiliki Alkitab atau lektur Alkitab. Mereka sering ditahan dalam penjara yang kotor sampai tiga hari lamanya, kemudian dibebaskan—lalu ditangkap, diinterogasi, dan dijebloskan lagi ke dalam penjara. Banyak yang menjalani hukuman penjara sebulan atau lebih. Imam-imam mendesak para pejabat duniawi untuk mengejar dan menangkap setiap orang yang belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Bahkan sesudah Undang-Undang Kemerdekaan Beragama disahkan pada tahun 1967, perubahan-perubahan berlangsung lambat. Meskipun demikian, pada waktu Saksi-Saksi Yehuwa diakui secara resmi pada tahun 1970, sudah ada lebih dari 11.000 orang dari antara mereka di Spanyol. Dan lima tahun kemudian, jumlah mereka lebih dari 30.000 orang, masing-masing adalah penginjil yang aktif.
Dan bagaimana dengan Portugal? Di sini juga, utusan-utusan injil diperintahkan untuk ke luar dari negeri itu. Atas hasutan para pemimpin agama Katolik, polisi menggeledah semua rumah Saksi-Saksi Yehuwa, menyita lektur mereka, dan membubarkan perhimpunan mereka. Pada bulan Januari 1963 komandan Polisi Keamanan Umum di Caldas da Rainha bahkan mengeluarkan perintah tertulis yang melarang mereka ’melakukan kegiatan pembacaan Alkitab mereka’. Tetapi Saksi-Saksi tidak melalaikan dinas mereka kepada Allah. Ada lebih dari 13.000 orang pada waktu mereka memperoleh pengakuan resmi di Portugal yaitu pada tahun 1974.
Di bagian-bagian lain dari Eropa, pejabat-pejabat duniawi merintangi pemberitaan kabar baik dengan menggolongkan penyebaran lektur Alkitab sebagai kegiatan komersial, yang berada di bawah undang-undang perdagangan. Di sejumlah wilayah Swiss, peraturan-peraturan mengenai menjaja barang dagangan diberlakukan kepada penyebaran lektur oleh Saksi-Saksi Yehuwa yang didasarkan atas sumbangan sukarela. Seraya Saksi-Saksi melaksanakan kegiatan, mereka sering mengalami penangkapan dan tindakan pengadilan. Namun, sewaktu kasus-kasus diajukan ke pengadilan, beberapa pengadilan, termasuk Mahkamah Tinggi dari wilayah Vaud, pada tahun 1953 memutuskan bahwa kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa tidak patut dianggap sebagai menjajakan barang dagangan. Sementara itu, upaya dilakukan di Denmark untuk membatasi jam-jam penawaran lektur oleh Saksi-Saksi, dengan membatasi kegiatan mereka mengikuti waktu kerja yang ditentukan oleh undang-undang untuk toko-toko komersial. Hal ini juga harus diperjuangkan dalam pengadilan. Meskipun adanya rintangan-rintangan itu, Saksi-Saksi Yehuwa terus mengumumkan Kerajaan Allah sebagai satu-satunya harapan bagi umat manusia.
Masalah lain yang mempengaruhi Saksi-Saksi Yehuwa di Eropa, maupun di tempat-tempat lain di bumi, ialah kenetralan Kristen. Karena hati nurani Kristen mereka tidak mengizinkan mereka untuk ikut terlibat dalam pertikaian-pertikaian antar faksi-faksi di dunia, mereka mendapat hukuman penjara di berbagai negeri satu demi satu. (Yes. 2:2-4) Ini mengakibatkan pemuda-pemuda ditangkap selagi dalam pelayanan tetap tentu mereka dari rumah ke rumah. Tetapi satu hasil yang bermanfaat ialah kesaksian yang intensif dapat diberikan kepada para pengacara, hakim, petugas militer, dan penjaga penjara. Bahkan di dalam penjara Saksi-Saksi menemukan suatu cara untuk mengabar. Walaupun menghadapi perlakuan bengis di beberapa penjara, Saksi-Saksi yang ditahan di penjara Santa Catalina di Cádiz, Spanyol, dapat menggunakan sebagian waktu mereka untuk memberi kesaksian melalui surat. Dan di Swedia banyak pemberitaan diterbitkan mengenai cara kasus-kasus yang menyangkut kenetralan Saksi-Saksi Yehuwa ditangani. Demikianlah, dengan banyak cara orang-orang disadarkan mengenai fakta bahwa Yehuwa memang mempunyai saksi-saksi di bumi dan bahwa mereka berpaut teguh pada prinsip-prinsip Alkitab.
Ada hal lain lagi yang membuat Saksi-Saksi tetap menjadi perhatian masyarakat umum. Hal itu juga memberikan dampak kuat yang menyegarkan kepada pekerjaan penginjilan mereka.
Kebaktian-Kebaktian Menyumbang Kepada Kesaksian
Ketika Saksi-Saksi Yehuwa mengadakan suatu kebaktian internasional di Paris, Prancis, pada tahun 1955, laporan pemberitaan di televisi menayangkan kepada seluruh bangsa cuplikan-cuplikan mengenai apa yang terjadi. Pada tahun 1969 suatu kebaktian lain diadakan dekat Paris, dan nyata di situ bahwa pelayanan dari Saksi-Saksi telah berbuah baik. Mereka yang dibaptis di kebaktian itu berjumlah 3.619 orang, atau kira-kira 10 persen dari rata-rata hadirin. Mengenai hal ini, surat kabar sore yang populer di Paris yakni France-Soir tanggal 6 Agustus 1969, mengatakan, ”Apa yang mencemaskan para pemimpin agama dari agama-agama lain bukanlah cara-cara penyebaran publikasi yang menggemparkan yang digunakan oleh saksi-saksi dari Yehuwa, melainkan, bahwa mereka menobatkan orang-orang. Masing-masing saksi Yehuwa berkewajiban untuk memberi kesaksian atau mengumumkan imannya dengan menggunakan Alkitab dari rumah ke rumah.”
Selama jangka waktu tiga minggu pada musim panas tahun 1969 itu juga, empat kebaktian internasional besar lainnya diadakan di Eropa—di London, Kopenhagen, Roma, dan Nuremberg. Kebaktian di Nuremberg dihadiri oleh 150.645 orang dari 78 negeri. Selain pesawat terbang dan kapal, kira-kira 20.000 mobil, 250 bus, dan 40 kereta api khusus dibutuhkan untuk mengangkut para delegasi ke kebaktian tersebut.
Kebaktian-kebaktian bukan hanya menguatkan dan memperlengkapi Saksi-Saksi Yehuwa untuk pelayanan mereka tetapi juga memberikan kesempatan kepada masyarakat umum untuk melihat sendiri orang macam apa Saksi-Saksi Yehuwa itu. Ketika suatu kebaktian internasional dijadwalkan di Dublin, Irlandia, pada tahun 1965, tekanan agama yang hebat dilancarkan untuk memaksa agar penyelenggaraannya dibatalkan. Namun kebaktian itu tetap diadakan, dan banyak rumah tangga di Dublin menyediakan pemondokan bagi para delegasi. Dengan hasil apa? ”Kami tidak diberitahukan hal sebenarnya mengenai kalian,” demikian komentar beberapa nyonya rumah sesudah kebaktian. ”Para imam berdusta kepada kami, tetapi sekarang kami sudah mengenal kalian, kami akan selalu senang menampung kalian lagi.”
Sewaktu Orang-Orang Berbicara Bahasa Lain
Dalam beberapa dekade belum lama berselang Saksi-Saksi Yehuwa di Eropa mendapati bahwa mereka telah dihadapkan kepada suatu tantangan khusus untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang berbangsa lain. Banyak orang telah pindah dari satu negeri ke negeri lain untuk memperoleh manfaat dari peluang-peluang mata pencaharian. Beberapa kota di Eropa telah menjadi tempat kedudukan lembaga-lembaga internasional besar, dengan pegawai-pegawai yang tidak semuanya menggunakan bahasa setempat.
Pasti, daerah dengan banyak bahasa sudah menjadi kenyataan hidup selama berabad-abad di beberapa tempat. Di India misalnya, 14 bahasa utama, dan barangkali ada 1.000 bahasa minoritas dan dialek. Di Papua Nugini terdapat lebih dari 700 bahasa. Namun khususnya selama tahun 1960-an dan 1970-an Saksi-Saksi di Luksemburg mendapati bahwa daerah mereka telah menampung orang-orang yang terdiri dari lebih 30 bangsa yang berlainan—dan sesudah itu sedikitnya 70 bangsa lain tiba. Swedia melaporkan bahwa negeri itu telah berubah dari negeri dengan satu bahasa yang digunakan oleh hampir setiap orang, menjadi masyarakat yang berbicara 100 bahasa yang berlainan. Bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa telah menangani hal ini?
Pertama-tama mereka hanya berupaya mencari tahu bahasa dari si penghuni rumah dan kemudian mencoba menyediakan lektur yang dapat dibacanya. Di Denmark, rekaman tape dibuat agar orang-orang Turki yang tulus dapat mendengar berita itu dalam bahasa mereka sendiri. Di Swiss ada sejumlah besar pekerja asing dari Italia dan Spanyol. Pengalaman Rudolf Wiederkehr dalam membantu beberapa di antara mereka ini merupakan sesuatu yang khas sehubungan dengan bagaimana segalanya bermula. Ia mencoba memberi kesaksian kepada seorang pria Italia, tetapi mereka berdua saling tidak mengetahui banyak tentang bahasa dari lawan bicaranya. Apa yang dapat dilakukan? Saudara kita meninggalkan sebuah Watchtower dalam bahasa Italia kepadanya. Meskipun ada masalah bahasa, Saudara Wiederkehr kembali. Suatu pengajaran Alkitab dimulai dengan pria itu, istrinya, dan putra mereka yang berusia 12 tahun. Buku pelajaran Saudara Wiederkehr berbahasa Jerman, tetapi ia menyediakan eksemplar-eksemplar dalam bahasa Italia untuk keluarga itu. Bila kehabisan ’kamus’, maka isyarat digunakan. Kadang-kadang si anak laki-laki, yang belajar bahasa Jerman di sekolah, berlaku sebagai juru bahasa. Seluruh keluarga tersebut memeluk kebenaran dan segera mulai membagikannya kepada orang lain.
Tetapi benar-benar ada jutaan karyawan dari Italia, Portugal, Spanyol, Turki, Yugoslavia, dan Yunani pindah ke Jerman dan negara-negara lain. Bantuan rohani dapat diberikan kepada mereka secara lebih efektif dalam bahasa mereka sendiri. Segera beberapa dari Saksi-Saksi setempat mulai mempelajari bahasa-bahasa dari para pekerja asing. Di Jerman, kantor cabang bahkan menyelenggarakan kelas-kelas bahasa Turki. Saksi-Saksi di negeri-negeri lain yang mengerti bahasa yang dibutuhkan diundang untuk pindah ke tempat-tempat yang khusus membutuhkan bantuan.
Beberapa di antara para pekerja dari luar negeri belum pernah berjumpa dengan Saksi-Saksi Yehuwa dan benar-benar lapar akan perkara-perkara rohani. Mereka bersyukur atas upaya yang dikerahkan untuk membantu mereka. Banyak sidang yang berbahasa asing dibentuk. Akhirnya, beberapa dari antara pekerja-pekerja asing ini pulang kembali ke negeri asal mereka untuk melakukan pelayanan di daerah yang sebelumnya belum pernah mendapat kesaksian yang saksama mengenai Kerajaan Allah.
Tuaian yang Limpah Walaupun Menghadapi Rintangan-Rintangan
Saksi-Saksi Yehuwa menggunakan cara-cara pengabaran yang sama di seluruh bumi. Di Amerika Utara mereka telah aktif menginjil selama lebih dari seabad. Maka, tidaklah mengherankan bahwa ada tuaian rohani yang limpah di sana. Menjelang tahun 1975, ada 624.097 Saksi-Saksi Yehuwa yang aktif di daratan Amerika Serikat dan Kanada. Akan tetapi, ini bukan karena pengabaran mereka di Amerika Utara dilakukan tanpa adanya perlawanan.
Walaupun pemerintah Kanada telah mencabut pelarangannya atas Saksi-Saksi Yehuwa dan badan-badan hukumnya menjelang tahun 1945, manfaat-manfaat dari keputusan tersebut tidak segera terasa di propinsi Quebec. Pada bulan September 1945, gerombolan-gerombolan Katolik menyerang Saksi-Saksi Yehuwa di Châteauguay dan Lachine. Saksi-Saksi ditangkap dan didakwa telah menghasut karena lektur yang mereka sebarkan mengkritik Gereja Katolik Roma. Yang lainnya dijebloskan ke penjara karena mereka menyebarkan lektur Alkitab yang tidak disetujui oleh kepala polisi. Menjelang tahun 1947 ada 1.700 kasus terhadap Saksi-Saksi yang belum ada keputusannya di pengadilan-pengadilan di Quebec.
Sementara kasus-kasus percobaan diajukan ke pengadilan, Saksi-Saksi diinstruksikan untuk mengumumkan berita injil secara lisan, dengan menggunakan Alkitab saja—bila mungkin Alkitab Katolik Douay Version. Rohaniwan-rohaniwan sepenuh waktu dari tempat-tempat lain di Kanada merelakan diri untuk belajar bahasa Prancis dan pindah ke Quebec agar dapat ambil bagian dalam menyebarkan ibadat yang sejati di sana.
Banyak orang Katolik yang tulus mengundang Saksi-Saksi ke rumah mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meskipun mereka sering mengatakan, ’Saya beragama Katolik Roma dan tidak akan pernah berubah.’ Namun ketika mereka melihat sendiri apa yang dikatakan oleh Alkitab, puluhan ribu di antara mereka, karena mengasihi kebenaran dan ingin menyenangkan Allah, ternyata berubah.
Di Amerika Serikat juga, ternyata perlu untuk berargumentasi di hadapan pengadilan demi menegakkan hak Saksi-Saksi Yehuwa untuk mengabar kepada umum dan dari rumah ke rumah. Dari tahun 1937 hingga 1953, ada 59 kasus menyangkut Saksi-Saksi yang dilimpahkan terus ke atas hingga ke Mahkamah Agung di Washington, DC.
Perhatian ke Daerah yang Belum Ditugaskan
Tujuan Saksi-Saksi Yehuwa bukan sekadar melakukan sesuatu dalam memberitakan kabar baik melainkan mencapai setiap orang sedapat mungkin dengan berita Kerajaan. Untuk maksud itu, Badan Pimpinan dari Saksi-Saksi Yehuwa telah menyerahkan kepada setiap kantor cabang tanggung jawab atas bagian spesifik dari ladang sedunia. Seraya sidang-sidang terbentuk di dalam wilayah kantor cabang, masing-masing sidang itu mendapat sebagian dari daerah tersebut sebagai daerah pengabaran mereka. Sidang kemudian membagi daerah itu menjadi bagian-bagian yang dapat dipercayakan kepada kelompok-kelompok dan rohaniwan-rohaniwan secara pribadi di dalam sidang. Mereka ini berupaya mencapai setiap penghuni rumah secara tetap tentu. Namun bagaimana dengan daerah-daerah yang belum ditugaskan kepada sidang-sidang?
Pada tahun 1951 dibuat suatu tabel mengenai semua kabupaten di Amerika Serikat untuk menentukan kabupaten-kabupaten yang belum menerima kunjungan tetap tentu dari Saksi-Saksi Yehuwa. Pada waktu itu hampir 50 persen belum dikerjakan atau hanya dikerjakan sebagian. Penyelenggaraan dibuat agar Saksi-Saksi melaksanakan pelayanan mereka di daerah-daerah ini selama bulan-bulan musim panas atau pada waktu-waktu lain yang cocok, dengan maksud mengembangkan sidang-sidang. Bilamana tidak ada orang di rumah, sebuah berita tercetak kadang-kadang ditinggalkan, bersama dengan satu eksemplar lektur Alkitab. Pengajaran-pengajaran Alkitab dipimpin melalui surat. Belakangan perintis-perintis istimewa diutus ke daerah-daerah demikian untuk mengadakan tindak lanjut kepada peminat-peminat yang ditemukan.
Kegiatan ini tidak terbatas pada tahun 1950-an. Di seluruh dunia, di negeri-negeri yang kota-kota utamanya telah menerima kesaksian namun terdapat daerah yang belum pernah dikerjakan, upaya yang sungguh-sungguh terus dibuat untuk mencapai orang-orang yang belum dihubungi secara tetap tentu. Di Alaska pada tahun 1970-an kira-kira 20 persen dari penduduk tinggal di desa-desa terpencil. Banyak dari antara orang-orang ini paling cocok ditemui pada musim salju yang merupakan waktu manakala kegiatan menangkap ikan hampir-hampir terhenti. Namun itu merupakan waktu yang berbahaya untuk penerbangan karena adanya lapisan es yang hebat dan badai salju. Meskipun demikian, penduduk Eskimo, Indian, dan Aleut memerlukan kesempatan untuk belajar tentang persediaan berupa hidup kekal di bawah Kerajaan Allah. Untuk mencapai mereka, sekelompok yang terdiri dari 11 Saksi dengan menggunakan pesawat-pesawat terbang kecil mendatangi kira-kira 200 desa yang tersebar di daerah seluas 844.000 kilometer persegi selama jangka waktu dua tahun. Semuanya ini dibiayai oleh sumbangan-sumbangan sukarela yang diberikan oleh Saksi-Saksi setempat.
Di samping ekspedisi-ekspedisi pengabaran demikian, Saksi-Saksi yang matang telah dianjurkan agar mempertimbangkan kemungkinan untuk benar-benar pindah ke daerah-daerah di luar negeri mereka yang lebih memerlukan tenaga pemberita Kerajaan. Ribuan saudara telah menyambut. Di antara mereka di Amerika Serikat yang telah berbuat demikian adalah Eugene dan Delia Shuster, yang meninggalkan Illinois pada tahun 1958 untuk melayani di Hope, Arkansas. Mereka telah menetap selama lebih dari tiga dekade untuk mencari orang-orang berminat, mengorganisasi mereka hingga sidang terbentuk, dan membantu mereka bertumbuh mencapai kematangan Kristen.
Atas anjuran pengawas wilayah mereka, pada tahun 1957, Alexander B. Green dan istrinya meninggalkan Dayton, Ohio, untuk melayani di Mississippi. Mula-mula mereka ditugaskan ke Jackson dan dua tahun kemudian ke Clarksdale. Akhirnya, Saudara Green melayani di lima lokasi lain. Sidang-sidang di semua tempat ini kecil dan membutuhkan bantuan. Mata pencahariannya ialah menjaga dan membersihkan gedung, mengurus kebun, memelitur ulang perabot rumah, memperbaiki mobil, dan sebagainya. Namun upaya utamanya diarahkan kepada pemberitaan kabar baik. Ia membantu Saksi-Saksi setempat untuk bertumbuh secara rohani, bekerja dengan mereka untuk mencapai orang-orang di daerah mereka, dan sering membantu mereka membangun sebuah Balai Kerajaan sebelum ia pindah ke tempat lain.
Pada tahun 1967, ketika Gerald Cain menjadi seorang Saksi di Amerika Serikat bagian barat, ia dan keluarganya sangat merasakan mendesaknya pekerjaan penginjilan. Bahkan sebelum seseorang dari antara mereka dibaptis, mereka membuat penyelenggaraan untuk melayani di tempat yang lebih memerlukan tenaga. Selama empat tahun mereka bekerja dengan Sidang Needles, Kalifornia, yang mempunyai tanggung jawab atas daerah yang mencakup wilayah dari tiga negara bagian di Amerika Serikat sebelah barat. Bila ada yang harus pindah karena alasan kesehatan, mereka sekali lagi memilih sebuah tempat yang khusus membutuhkan bantuan, dan mereka mengubah sebagian dari rumah mereka di sana menjadi Balai Kerajaan. Sesudah itu terjadi beberapa kali perpindahan, tetapi yang selalu menjadi pertimbangan utama ialah tinggal di tempat yang membuat mereka dapat memberikan bantuan yang paling baik dalam memberi kesaksian.
Seraya jumlah sidang berlipat ganda, di beberapa daerah kebutuhan akan penatua-penatua yang memenuhi syarat sangat dirasakan. Untuk memenuhi kebutuhan ini, ribuan penatua telah merelakan diri untuk pulang pergi bertugas secara tetap tentu (dan dengan biaya sendiri) ke sidang-sidang di luar lingkungan masyarakat mereka. Mereka mengadakan perjalanan itu tiga, empat, lima kali, atau lebih dalam seminggu—untuk ambil bagian dalam perhimpunan-perhimpunan sidang dan pelayanan pengabaran dan juga untuk menggembalakan kawanan. Hal ini telah dilakukan bukan hanya di Amerika Serikat melainkan di Belanda, El Salvador, Jepang, Spanyol, dan di banyak negeri lain. Dalam beberapa pengalaman, para penatua dan keluarga mereka telah pindah, untuk memenuhi kebutuhan ini.
Bagaimana hasil-hasilnya? Pertimbangkan sebuah negeri. Pada tahun 1951, sewaktu penyelenggaraan untuk mengerjakan daerah yang belum ada orang yang ditugaskan ke sana diumumkan untuk pertama kali, terdapat kira-kira 3.000 sidang di Amerika Serikat, dengan rata-rata 45 penyiar per sidang. Menjelang tahun 1975, ada 7.117 sidang, dan rata-rata jumlah Saksi aktif yang tergabung dengan setiap sidang telah meningkat hingga hampir 80 orang.
Kesaksian yang diberikan tentang nama dan Kerajaan Yehuwa sejak tahun 1945 hingga 1975 jauh lebih banyak daripada semua yang telah terlaksana hingga saat itu.
Jumlah Saksi telah meningkat dari 156.299 orang pada tahun 1945 menjadi 2.179.256 orang di seputar bola bumi pada tahun 1975. Mereka masing-masing telah ambil bagian secara pribadi dalam memberitakan kepada umum tentang Kerajaan Allah.
Pada tahun 1975, Saksi-Saksi Yehuwa sibuk di 212 negeri (dihitung berdasarkan cara pembagian peta pada awal tahun 1990-an). Di daratan AS dan Kanada, 624.097 di antara mereka melaksanakan pelayanan mereka. Di Eropa, di luar dari negeri yang ketika itu adalah Uni Soviet, ada 614.826 orang lagi. Afrika mendengar berita kebenaran Alkitab dari 312.754 Saksi yang ikut serta dalam pekerjaan di sana. Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan dilayani oleh 311.641 Saksi; Asia, oleh 161.598 orang; Australia dan banyak pulau di seluruh bumi, oleh 131.707 orang.
Selama 30 tahun hingga tahun 1975, Saksi-Saksi Yehuwa membaktikan 4.635.265.939 jam untuk mengabar dan mengajar kepada umum. Mereka juga menempatkan sejumlah 3.914.971.158 eksemplar buku, buku kecil, dan majalah kepada orang-orang berminat untuk membantu mereka menghargai bagaimana mereka dapat menarik manfaat dari maksud-tujuan Yehuwa yang pengasih. Selaras dengan perintah Yesus untuk menjadikan murid, mereka mengadakan 1.788.147.329 kunjungan kembali kepada orang-orang berminat, dan pada tahun 1975 mereka memimpin rata-rata 1.411.256 pengajaran Alkitab di rumah secara gratis dengan orang perorangan dan keluarga.
Menjelang tahun 1975 pemberitaan kabar baik sesungguhnya telah menjangkau 225 negeri. Di lebih dari 80 negeri yang menjelang tahun 1945 telah dicapai oleh kabar baik namun belum ada sidang pada tahun tersebut, sidang-sidang yang terdiri dari Saksi-Saksi yang bergairah berkembang pesat menjelang tahun 1975. Di antara tempat-tempat ini adalah Republik Korea dengan 470 sidang, Spanyol dengan 513, Zaire dengan 526, Jepang dengan 787, dan Italia dengan 1.031.
Selama jangka waktu dari 1945 hingga 1975, bagian terbesar dari mereka yang menjadi Saksi-Saksi Yehuwa tidak mengaku bahwa mereka diurapi dengan roh Allah dengan prospek hidup di surga. Pada musim semi tahun 1935, jumlah mereka yang ambil bagian dari lambang-lambang pada Perjamuan Malam Tuhan seluruhnya mencapai 93 persen dari mereka yang ikut serta dalam pelayanan pengabaran. (Belakangan pada tahun itu juga, ”kumpulan besar” dari Wahyu 7:9 dipastikan identitasnya sebagai orang-orang yang akan hidup selama-lamanya di bumi.) Menjelang tahun 1945 jumlah Saksi yang menantikan kehidupan di atas bumi firdaus telah meningkat sampai sebanyak 86 persen dari jumlah mereka yang ikut serta dalam pemberitaan kabar baik. Menjelang tahun 1975 mereka yang mengaku sebagai orang Kristen yang diurapi dengan roh berjumlah tidak sampai setengah dari 1 persen jumlah total organisasi Saksi-Saksi Yehuwa sedunia. Walaupun tersebar di 115 negeri pada waktu itu, mereka yang terurap terus melayani sebagai suatu badan yang bersatu-padu di bawah Yesus Kristus.
[Blurb di hlm. 463]
”Sejak kalian ada di sini setiap orang berbicara tentang Alkitab”
[Blurb di hlm. 466]
”Apa yang baru saja Anda katakan kepada saya sama dengan apa yang saya baca dalam Alkitab tersebut bertahun-tahun yang lampau”
[Blurb di hlm. 470]
Ribuan pindah ke daerah-daerah di dalam negeri mereka sendiri yang lebih membutuhkan Saksi-Saksi
[Blurb di hlm. 472]
”Berkat yang tidak ternilai”
[Blurb di hlm. 475]
Saksi-Saksi yang memenuhi syarat dikirim ke negeri-negeri yang memiliki kebutuhan khusus
[Blurb di hlm. 486]
Dengan argumentasi ayat-ayat Alkitab yang penuh kuasa, Saksi-Saksi yang mula-mula di Nigeria menelanjangi kaum pemimpin agama dan ajaran-ajaran palsu mereka
[Blurb di hlm. 497]
Bila kehabisan ’kamus’, maka isyarat digunakan
[Blurb di hlm. 499]
Tujuannya? Mencapai setiap orang sedapat mungkin dengan berita Kerajaan
[Kotak/Gambar di hlm. 489]
Banyak upaya dikerahkan untuk mencapai orang-orang di daratan Cina dengan kabar baik tentang Kerajaan Yehuwa
Dari Chefoo ribuan surat, risalah, dan buku dikirimkan antara tahun 1891 dan 1900
C. T. Russell berkhotbah di Shanghai dan mengunjungi 15 kota dan desa, tahun 1912
Para kolportir menyebarkan banyak lektur sewaktu menyusuri pantai Cina, dengan perjalanan ke pedalaman, tahun 1912-18
Kolportir-kolportir Jepang melayani di sini, tahun 1930-31
Siaran-siaran radio diadakan dalam bahasa Cina dari Shanghai, Peking, Tientsin, selama tahun 1930-an; hasilnya, surat-surat yang meminta lektur datang dari banyak bagian di Cina
Perintis-perintis dari Australia dan Eropa memberi kesaksian di Shanghai, Peking, Tientsin, Tsingtao, Pei-tai-ho, Chefoo, Weihaiwei, Canton, Swatow, Amoy, Foochow, Hankow, dan Nanking selama tahun 1930-an dan 1940-an. Yang lain datang melalui Jalan Birma dan bersaksi di Pao-shan, Chungking, Ch’eng-tu. Perintis-perintis setempat melayani di Shensi dan Ningpo
[Foto]
Utusan-utusan injil keluaran Sekolah Gilead, seperti Stanley Jones (kiri) dan Harold King (kanan), melayani di sini dari tahun 1947 hingga 1958, bersama Saksi-Saksi setempat yang bergairah
[Peta]
CINA
[Peta/Gambar di hlm. 462]
”Sibia” berfungsi sebagai rumah utusan injil terapung di Hindia Barat
G. Maki
S. Carter
R. Parkin
A. Worsley
[Peta]
(Untuk keterangan lebih lengkap, lihat publikasi)
BAHAMA
KEPULAUAN LEEWARD
KEPULAUAN VIRGIN (A.S.)
KEPULAUAN VIRGIN (INGGRIS)
KEPULAUAN WINWARD
[Peta di hlm. 477]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
Air kebenaran yang memberi kehidupan meluap melintasi batas-batas nasional ke banyak jurusan di Afrika
MESIR
SENEGAL
KENYA
AFRIKA SELATAN
GHANA
KENYA
MALAWI
NIGERIA
SIERRA LEONE
ZAMBIA
[Gambar di hlm. 464]
Sebagai utusan injil di Bolivia, Edward Michalec (kiri) dan Harold Morris (kanan) mula-mula mengabar di sini di La Paz
[Gambar di hlm. 465]
Kapal ”El Refugio”, yang dibangun oleh Saksi-Saksi di Peru, digunakan untuk membawa berita Kerajaan kepada orang-orang di sepanjang sungai-sungai di daerah hulu Sungai Amazon
[Gambar di hlm. 467]
Kursus-kursus pemberantasan buta huruf yang dipimpin oleh Saksi-Saksi di Meksiko telah memungkinkan puluhan ribu orang membaca Firman Allah
[Gambar di hlm. 468]
Saudara Knorr (depan kanan) bertemu dengan Saksi-Saksi di kebaktian-kebaktian kecil di perladangan dan pegunungan di Argentina sewaktu mereka tidak mendapat kebebasan untuk berhimpun secara lebih terbuka
[Gambar di hlm. 469]
Di antara ribuan Saksi yang pindah ke negeri-negeri lain untuk melayani di tempat-tempat yang lebih membutuhkan terdapat keluarga-keluarga, seperti misalnya Harold dan Anne Zimmerman bersama empat anak mereka yang masih kecil (Kolombia)
[Gambar di hlm. 471]
Sebagai sambutan atas panggilan untuk menjadi sukarelawan, Tom dan Rowena Kitto pindah ke Papua untuk mengajar kebenaran Alkitab
[Gambar di hlm. 471]
John dan Ellen Hubler, diikuti oleh 31 Saksi lain, pindah ke Kaledonia Baru. Sebelum mereka terpaksa harus pergi, sebuah sidang telah berdiri dengan teguh di sana
[Gambar di hlm. 473]
Sebagai seorang pemuda di Samoa Barat, Fuaiupolu Pele menghadapi tekanan hebat dari keluarga dan lingkungan masyarakat ketika ia memutuskan untuk menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa
[Gambar di hlm. 474]
Setelah Shem Irofa’alu dan rekan-rekannya yakin bahwa apa yang diajarkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa sungguh-sungguh merupakan kebenaran, gereja-gereja di 28 desa di Kepulauan Solomon diubah menjadi Balai-Balai Kerajaan
[Gambar di hlm. 476]
Untuk mengabar di Etiopia pada awal tahun 1950-an, Saksi-Saksi dituntut untuk mendirikan suatu misi dan mengajar di sekolah
[Gambar di hlm. 478]
Sewaktu terancam deportasi, Gabriel Paterson (tampak di sini) diyakinkan oleh seorang pejabat terkemuka, ’Kebenaran bagaikan sungai yang besar; bila dibendung, air akan meluap dari bendungan itu’
[Gambar di hlm. 479]
Pada tahun 1970 di suatu kebaktian di Nigeria, 3.775 Saksi baru dibaptis; perhatian diberikan untuk memastikan agar setiap orang benar-benar memenuhi syarat
[Gambar di hlm. 481]
Pertunjukan-pertunjukan film (di Afrika dan di seluruh dunia) memberikan gambaran sekilas kepada hadirin tentang besarnya organisasi Yehuwa yang kelihatan
[Gambar di hlm. 482]
João Mancoca (tampak di sini bersama istrinya, Mary) telah melayani Yehuwa dengan loyal selama beberapa dekade seraya menghadapi keadaan-keadaan yang sukar
[Gambar di hlm. 483]
Pada tahun 1961, Ernest Heuse, Jr., dengan keluarganya, dapat memasuki Zaire (ketika itu disebut Kongo) untuk membantu memberi pengajaran rohani bagi mereka yang benar-benar ingin melayani Yehuwa
[Gambar di hlm. 485]
Walaupun baru setahun dibaptis dan belum mengenal Saksi-Saksi lain di Kenya, Mary Whittington siap pergi membantu orang-orang lain belajar kebenaran
[Gambar di hlm. 487]
Mary Nisbet (front center), flanked by her sons Robert and George, who pioneered in East Africa in the 1930’s, and (in the rear) her son William and his wife Muriel, who served in East Africa from 1956 to 1973
[Gambar di hlm. 488]
Pada suatu kebaktian di Filipina pada tahun 1945, petunjuk-petunjuk diberikan tentang cara mengajar melalui pengajaran Alkitab di rumah
[Gambar di hlm. 490]
Don dan Mabel Haslett, utusan-utusan injil pascaperang yang pertama di Jepang, sedang melakukan pekerjaan kesaksian di jalan
[Gambar di hlm. 491]
Selama 25 tahun Lloyd Barry (kanan) melayani di Jepang, mula-mula sebagai utusan injil dan kemudian sebagai pengawas cabang
[Gambar di hlm. 491]
Don dan Earlene Steele, yang pertama di antara banyak utusan injil yang melayani di Republik Korea
[Gambar di hlm. 492]
Pada tahun-tahun yang lampau, gerombolan kadang-kadang mengejar Fred Metcalfe ketika ia mencoba untuk memberi pengajaran dari Alkitab di Irlandia; tetapi belakangan sewaktu orang-orang menyempatkan diri untuk mendengarkan, ribuan orang menjadi Saksi-Saksi Yehuwa
[Gambar di hlm. 493]
Meskipun adanya tentangan para pemimpin agama, ribuan orang berduyun-duyun menghadiri kebaktian-kebaktian yang diselenggarakan oleh Saksi-Saksi di Italia (Roma, 1969)
[Gambar di hlm. 494]
Selama adanya pelarangan, perhimpunan sidang sering diadakan di luar kota, bergaya piknik, seperti di Portugal ini
[Gambar di hlm. 495]
Saksi-Saksi dalam penjara di Cádiz, Spanyol, terus mengabar dengan cara menulis surat
[Gambar di hlm. 496]
Kebaktian-kebaktian besar memberi kesempatan kepada masyarakat umum untuk melihat dan mendengar sendiri orang macam apa Saksi-Saksi itu
Paris, Prancis (1955)
Nuremberg, Jerman (1955)
[Gambar di hlm. 498]
Untuk mencapai setiap orang di Luksemburg dengan kabar baik, Saksi-Saksi Yehuwa harus menggunakan lektur sedikitnya dalam seratus bahasa
-
-
Bagian 5—Saksi-Saksi ke Bagian yang Paling Jauh di BumiSaksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
-
-
Pasal 22
Bagian 5—Saksi-Saksi ke Bagian yang Paling Jauh di Bumi
Pada tahun 1975 keputusan-keputusan penting dibuat mengenai caranya pengawasan atas kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa akan dilakukan dari kantor pusat mereka. Pada waktu itu mereka tidak tahu ladang-ladang mana yang masih akan terbuka untuk kesaksian yang luas sebelum sistem dunia dewasa ini berakhir atau berapa banyak pengabaran yang masih harus mereka lakukan di negeri-negeri yang selama bertahun-tahun telah diberi kesaksian secara terbuka. Namun mereka ingin menggunakan setiap kesempatan dengan sebaik-baiknya. Halaman 502 hingga 520 mengisahkan beberapa perkembangan yang menggetarkan hati.
PERUBAHAN-PERUBAHAN besar telah terjadi di Amerika Selatan. Belum lama berselang Saksi-Saksi Yehuwa di Ekuador menghadapi gerombolan-gerombolan pengacau Katolik, imam-imam Katolik di Meksiko berkuasa bagaikan raja di banyak desa, dan larangan oleh pemerintah diberlakukan atas Saksi-Saksi Yehuwa di Argentina dan Brasil. Namun keadaan telah berubah secara mencolok. Banyak di antara mereka yang diajar untuk takut atau membenci Saksi-Saksi, kini mereka sendiri adalah Saksi-Saksi Yehuwa. Yang lain dengan senang hati mendengar bila Saksi-Saksi mengunjungi mereka untuk membagikan berita perdamaian Alkitab. Saksi-Saksi Yehuwa terkenal baik dan mendapat respek di kalangan luas.
Ukuran dari kebaktian-kebaktian mereka dan tingkah laku Kristen dari mereka yang hadir telah menarik perhatian. Dua kebaktian demikian yang diadakan serentak di São Paulo dan Rio de Janeiro, Brasil, pada tahun 1985, mencapai puncak hadirin 249.351 orang. Belakangan, 23 kebaktian tambahan yang diadakan untuk menampung peminat-peminat yang tinggal di tempat-tempat lainnya di Brasil, menambah jumlah hadirin menjadi 389.387 orang. Hasil dari pekerjaan yang telah dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa di Brasil sebagai pengajar-pengajar Firman Allah jelas terbukti sewaktu 4.825 orang melambangkan pembaktian mereka kepada Yehuwa melalui pembaptisan air pada rangkaian kebaktian tersebut. Hanya lima tahun kemudian, pada tahun 1990, perlu diselenggarakan 110 kebaktian di seluruh Brasil untuk menampung 548.517 orang yang hadir. Kali ini 13.448 orang mempersembahkan diri mereka untuk pembaptisan air. Di seluruh negeri ratusan ribu orang secara perorangan dan keluarga menyambut hangat Saksi-Saksi Yehuwa yang mengajar mereka tentang Firman Allah.
Dan bagaimana tentang Argentina? Sesudah adanya pembatasan dari pemerintah selama beberapa dekade, Saksi-Saksi Yehuwa dapat berhimpun lagi dengan bebas pada tahun 1985. Sungguh suatu sukacita karena 97.167 orang hadir pada rangkaian pertama kebaktian mereka! Di bawah judul ”Kerajaan yang Makin Berkembang—dari Saksi-Saksi Yehuwa”, publikasi berita setempat, Ahora, kagum atas ketertiban kumpulan orang yang hadir di kebaktian di Buenos Aires, karena mereka sama sekali tidak ada prasangka ras dan sosial, karena mereka suka damai, dan karena kasih yang mereka perlihatkan. Lalu publikasi itu menyimpulkan, ”Apakah kita setuju atau tidak dengan gagasan dan doktrin mereka, seluruh massa ini tetap layak mendapat respek kita setinggi-tingginya.” Akan tetapi, banyak orang Argentina melakukan lebih daripada hal tersebut. Mereka mulai belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa, dan mereka menghadiri perhimpunan-perhimpunan di Balai Kerajaan untuk mengamati bagaimana Saksi-Saksi mengamalkan prinsip-prinsip Alkitab dalam kehidupan mereka. Kemudian para pengamat ini mengambil keputusan. Selama tujuh tahun berikutnya puluhan ribu di antara mereka membaktikan kehidupan mereka kepada Yehuwa, dan jumlah Saksi di Argentina meningkat sebesar 71 persen!
Sambutan kepada kabar baik mengenai Kerajaan Allah bahkan lebih luar biasa lagi di Meksiko. Pada tahun-tahun sebelumnya, Saksi-Saksi Yehuwa di sana sering kali diserang oleh gerombolan-gerombolan pengacau yang dihasut para imam. Namun kenyataan bahwa Saksi-Saksi tidak membalas atau berusaha membalas dendam sangat mengesankan orang-orang yang berhati jujur. (Rm. 12:17-19) Mereka juga mengamati bahwa semua kepercayaan Saksi-Saksi didasarkan atas Alkitab, Firman Allah yang terilham, sebaliknya daripada atas tradisi-tradisi manusia. (Mat. 15:7-9; 2 Tim. 3:16, 17) Mereka dapat melihat bahwa Saksi-Saksi memiliki iman yang benar-benar menguatkan hati mereka pada waktu menghadapi situasi yang sulit. Lebih banyak keluarga menyambut baik Saksi-Saksi Yehuwa bila mereka menawarkan pengajaran Alkitab di rumah secara cuma-cuma kepada mereka. Sesungguhnya, selama tahun 1992, 12 persen dari pengajaran Alkitab yang dipimpin oleh Saksi-Saksi di seluruh dunia terdapat di Meksiko, dan cukup banyak di antaranya adalah dengan keluarga-keluarga yang besar. Sebagai hasilnya, jumlah Saksi-Saksi Yehuwa di Meksiko—bukan hanya mereka yang menghadiri perhimpunan melainkan mereka yang aktif sebagai pemberita Kerajaan Allah—membengkak dari 80.481 pada tahun 1975 menjadi 354.023 pada tahun 1992!
Di Eropa juga, peristiwa-peristiwa yang luar biasa menyumbang kepada perluasan berita Kerajaan.
Perkembangan Menakjubkan di Polandia
Walaupun pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa telah dilarang di Polandia dari tahun 1939 hingga 1945 (selama waktu kekuasaan Nazi dan Soviet) dan sekali lagi pada bulan Juli 1950 (di bawah pengawasan Soviet), Saksi-Saksi Yehuwa tidak berhenti mengabar di sana. Meskipun jumlah mereka hanya 1.039 orang pada tahun 1939, pada tahun 1950 terdapat 18.116 pemberita Kerajaan, dan mereka ini terus menjadi penginjil yang bergairah (meskipun hati-hati). (Mat. 10:16) Akan tetapi, berkenaan kebaktian-kebaktian, ini telah diadakan luput dari perhatian umum—di pedalaman, di dalam gudang-gudang, di hutan-hutan. Namun mulai tahun 1982, pemerintah Polandia mengizinkan mereka mengadakan kebaktian satu hari dengan jumlah yang bersahaja dengan menggunakan fasilitas-fasilitas yang disewa.
Kemudian, pada tahun 1985, stadion-stadion terbesar di Polandia disediakan untuk Saksi-Saksi Yehuwa guna mengadakan empat kebaktian yang besar selama bulan Agustus. Sewaktu seorang delegasi dari Austria tiba dengan pesawat terbang, ia tercengang mendengar sebuah pengumuman melalui pengeras suara yang mengucapkan selamat datang kepada Saksi-Saksi Yehuwa yang datang ke Polandia untuk kebaktian mereka. Menyadari bahwa ini merupakan tanda adanya perubahan sikap dari pemerintah, seorang Saksi Polandia lanjut usia yang berada di sana untuk menyambut si pengunjung tidak dapat menahan diri dan mulai mencucurkan air mata karena sukacita. Hadirin pada kebaktian-kebaktian ini berjumlah 94.134 orang delegasi, termasuk rombongan-rombongan dari 16 negeri. Apakah masyarakat umum mengetahui apa yang sedang berlangsung? Memang demikianlah halnya! Selama dan sesudah kebaktian-kebaktian ini, mereka membaca laporan-laporan berita dalam berbagai surat kabar utama mereka, melihat di televisi banyaknya orang di kebaktian, dan mendengar bagian-bagian dari acara melalui radio nasional. Banyak di antara mereka menyukai apa yang mereka lihat dan dengar.
Rencana untuk mengadakan kebaktian-kebaktian yang bahkan lebih besar di Polandia sedang dibuat ketika, pada tanggal 12 Mei 1989, pemerintah memberikan pengakuan resmi kepada Saksi-Saksi Yehuwa sebagai suatu perkumpulan agama. Dalam waktu tiga bulan, tiga kebaktian internasional berlangsung—di Chorzów, Poznan, dan Warsawa—dengan jumlah seluruh hadirin 166.518 orang. Secara menakjubkan, ribuan Saksi dari negara yang ketika itu adalah Uni Soviet (USSR) dan dari Cekoslowakia berhasil memperoleh izin yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan dan mereka hadir. Apakah pekerjaan menjadikan murid oleh Saksi-Saksi Yehuwa membuahkan hasil di negara-negara ini yang selama beberapa dekade ateisme sangat kuat dianut oleh Negara? Jawabannya jelas terlihat sewaktu 6.093 orang, termasuk banyak anak muda, mempersembahkan diri mereka untuk dibaptis dengan air pada kebaktian-kebaktian tersebut.
Masyarakat tidak dapat tidak melihat bahwa Saksi-Saksi berbeda—dalam cara yang positif sekali. Di berbagai pemberitaan pers kepada umum mereka membaca pernyataan seperti berikut, ”Mereka yang beribadat kepada Allah Yehuwa—seperti yang mereka sendiri katakan—sangat menghargai pertemuan-pertemuan mereka, yang memang merupakan manifestasi persatuan di kalangan mereka. . . . Mengenai ketertiban, perdamaian, dan kebersihan, para peserta kebaktian merupakan teladan yang patut ditiru.” (Życie Warszawy) Beberapa orang Polandia memutuskan untuk berbuat lebih daripada sekadar mengamati pengunjung-pengunjung kebaktian. Mereka ingin agar Saksi-Saksi Yehuwa mempelajari Alkitab bersama mereka. Sebagai hasil pengajaran Firman Allah yang demikian, jumlah Saksi-Saksi Yehuwa di Polandia meningkat dari 72.887 pada tahun 1985 menjadi 107.876 pada tahun 1992; dan selama tahun terakhir itu, mereka membaktikan lebih dari 16.800.000 juta jam untuk menceritakan kepada orang-orang lain lagi tentang harapan menakjubkan yang dibentangkan dalam ayat-ayat Alkitab.
Akan tetapi, bukan hanya di Polandia terjadi perubahan-perubahan yang menggetarkan hati.
Eropa Timur Semakin Membuka Pintu-Pintunya
Hongaria memberikan status resmi kepada Saksi-Saksi Yehuwa pada tahun 1989. Negara yang pada waktu itu adalah Republik Demokrasi Jerman (RDJ) pada tahun 1990, mencabut larangannya atas Saksi-Saksi yang telah berlangsung selama 40 tahun, hanya empat bulan sesudah pembongkaran Tembok Berlin dimulai. Pada bulan berikutnya Perkumpulan Kristen Saksi-Saksi Yehuwa di Romania dengan resmi diakui oleh pemerintah Romania yang baru. Pada tahun 1991 Departemen Kehakiman di Moskow menyatakan bahwa Piagam dari ”Organisasi Agama Saksi-Saksi Yehuwa di USSR” secara resmi didaftar. Pada tahun itu juga pengakuan resmi diberikan kepada pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa di Bulgaria. Selama tahun 1992, Saksi-Saksi Yehuwa di Albania mendapat status resmi.
Apa yang dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa dengan kebebasan yang diberikan kepada mereka? Seorang jurnalis bertanya kepada Helmut Martin, koordinator pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa di RDJ, ”Apakah Anda akan terjun dalam politik?” Pada hakikatnya, itulah yang dilakukan oleh banyak dari kaum pemimpin agama Susunan Kristen. ”Tidak,” jawab Saudara Martin, ”Yesus memberikan penugasan berdasarkan Alkitab kepada murid-muridnya, dan kami menganggapnya sebagai tugas utama kami.”—Mat. 24:14; 28:19, 20.
Saksi-Saksi Yehuwa sesungguhnya bukannya baru mulai memikul tanggung jawab tersebut di bagian dunia ini. Walaupun mereka harus melaksanakan kegiatan mereka selama bertahun-tahun dalam keadaan yang sangat sukar, di kebanyakan negeri ini sidang-sidang (yang berhimpun dalam kelompok-kelompok kecil) telah berfungsi, dan kesaksian telah dilakukan. Namun sekarang suatu peluang baru terbuka. Mereka dapat mengadakan perhimpunan dan dengan bebas mengundang umum ke perhimpunan tersebut. Mereka dapat mengabar dari rumah ke rumah secara terang-terangan, tanpa takut dipenjarakan. Dengan jumlah penduduk lebih dari 390.000.000 orang, masih banyak pekerjaan dapat dilakukan di negeri-negeri ini. Dengan menyadari sepenuhnya bahwa kita hidup di hari-hari terakhir dari sistem perkara-perkara dunia dewasa ini, Saksi-Saksi Yehuwa bertindak dengan cepat.
Bahkan sebelum pengakuan resmi diberikan, anggota-anggota Badan Pimpinan telah mengunjungi sejumlah negeri untuk meneliti kemungkinan yang dapat dilakukan guna membantu saudara-saudara Kristen mereka. Sesudah pelarangan dicabut, mereka pergi ke lebih banyak dari daerah-daerah ini untuk membantu mengorganisasi pekerjaan. Dalam beberapa tahun, mereka secara pribadi telah berjumpa dan berbicara dengan Saksi-Saksi di Polandia, Hongaria, Romania, Cekoslowakia, Rusia, Ukraina, Estonia, dan Belarus.
Kebaktian-kebaktian diselenggarakan untuk menguatkan Saksi-Saksi yang tinggal di negeri-negeri ini dan dengan lebih tandas menyodorkan kepada umum berita mengenai Kerajaan Allah. Kurang dari lima bulan sesudah pelarangan dicabut di negara yang dahulunya RDJ, kebaktian seperti ini diadakan di Olympia Stadium di Berlin. Saksi-Saksi dari 64 negeri lain segera menyambut undangan untuk hadir. Mereka menganggapnya sebagai hak istimewa untuk menikmati kesempatan tersebut dengan saudara-saudara dan saudari-saudari Kristen yang selama beberapa dekade telah menunjukkan loyalitas kepada Yehuwa dalam menghadapi penindasan yang hebat.
Pada tahun 1990 maupun pada tahun 1991, kebaktian-kebaktian lain diadakan di seluruh Eropa Timur. Sesudah empat kebaktian setempat diadakan di Hongaria pada tahun 1990, suatu pertemuan internasional diselenggarakan di Népstadion di Budapest pada tahun 1991. Yang hadir adalah 40.601 hadirin dari 35 negeri. Untuk pertama kali setelah lebih dari 40 tahun, Saksi-Saksi Yehuwa dapat mengadakan kebaktian-kebaktian umum di Romania pada tahun 1990. Suatu rangkaian kebaktian di seluruh negeri, dan kemudian dua kebaktian yang lebih besar, diadakan pada tahun tersebut. Ada delapan kebaktian lagi pada tahun 1991, dengan hadirin 34.808 orang. Pada tahun 1990, di negeri yang pada waktu itu adalah Yugoslavia, kebaktian diadakan di masing-masing republik yang membentuk negara itu. Pada tahun berikutnya, walaupun negara itu terancam oleh perang saudara, 14.684 Saksi-Saksi Yehuwa menikmati suatu kebaktian internasional di Zagreb, ibu kota Kroatia. Polisi tercengang sewaktu melihat orang-orang Kroatia, Montenegro, Serbia, Slovenia, dan lain-lain berkumpul dengan damai untuk mendengarkan acara.
Juga di negara yang pada waktu itu adalah Cekoslowakia, kebaktian-kebaktian segera diselenggarakan. Suatu kebaktian nasional di Praha pada tahun 1990 dihadiri oleh 23.876 orang. Pengelola stadion sangat senang akan apa yang mereka lihat sehingga mereka menyediakan bagi Saksi-Saksi fasilitas-fasilitas terbesar yang ada di dalam negeri untuk kebaktian mereka yang berikutnya. Pada kesempatan bersejarah tersebut, pada tahun 1991, ada 74.587 pengunjung kebaktian yang antusias yang memenuhi Strahov Stadium di Praha. Para delegasi Ceko dan Slowakia sangat gembira dan dengan antusias bertepuk tangan ketika diumumkan terbitnya New World Translation of the Holy Scriptures dalam bahasa-bahasa mereka sendiri, untuk digunakan dalam pelayanan umum maupun pelajaran pribadi dan sidang.
Selama tahun 1991 pula, untuk pertama kali dalam sejarah, Saksi-Saksi Yehuwa dapat mengadakan kebaktian-kebaktian secara terang-terangan di tempat-tempat yang ketika itu ada di dalam Uni Soviet. Sesudah kebaktian di Tallinn, Estonia, ada pula di Siberia. Empat diadakan di kota-kota besar di Ukraina, dan satu di Kazakhstan. Hadirin seluruhnya berjumlah 74.252 orang. Dan sebagai buah-buahan yang baru dihasilkan dari pekerjaan menjadikan murid oleh Saksi-Saksi Yehuwa di kawasan ini, 7.820 orang mempersembahkan diri mereka untuk dibaptis dalam air. Ini bukan keputusan emosional yang diambil karena mereka merasa tergetar oleh kebaktian itu. Para calon pembaptisan telah dipersiapkan dengan cermat sebelumnya selama berbulan-bulan—dan dalam beberapa kasus, bertahun-tahun.
Dari mana gerangan semua orang ini datang? Jelas bahwa pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa bukan baru saja mulai di bagian dunia ini. Publikasi-publikasi Menara Pengawal telah diposkan kepada seorang peminat di Rusia bahkan sejak tahun 1887. Presiden pertama Lembaga Menara Pengawal sendiri telah mengunjungi Kishinev (kini di Moldavia) pada tahun 1891. Beberapa Siswa-Siswa Alkitab telah pergi ke Rusia untuk mengabar selama tahun 1920-an; tetapi ada perlawanan resmi yang kuat, dan beberapa kelompok kecil menunjukkan minat kepada berita Alkitab. Akan tetapi keadaan berubah selama dan sesudah Perang Dunia II. Batas-batas nasional ditata kembali, dan kelompok-kelompok besar penduduk disesuaikan kembali lokasinya. Akibatnya, lebih dari seribu Saksi yang berbahasa Ukraina dari daerah yang dahulu adalah Polandia bagian timur mendapati diri mereka berada di dalam Uni Soviet. Saksi-Saksi lain yang tinggal di Romania dan Cekoslowakia mendapati bahwa tempat-tempat tinggal mereka telah menjadi bagian dari Uni Soviet. Selain itu, orang-orang Rusia yang telah menjadi Saksi-Saksi Yehuwa ketika berada dalam kamp-kamp konsentrasi Jerman kembali ke negeri asal mereka, dan mereka membawa kabar baik tentang Kerajaan Allah bersama mereka. Menjelang tahun 1946, ada 4.797 Saksi yang aktif di Uni Soviet. Banyak dari antara mereka dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain oleh pemerintah tahun demi tahun. Beberapa dikirim ke kamp-kamp penjara. Ke mana pun mereka pergi mereka memberi kesaksian. Jumlah mereka bertambah. Bahkan sebelum pemerintah memberikan pengakuan resmi kepada mereka, kelompok-kelompok mereka sudah aktif mulai dari Lviv di barat hingga Wladiwostok di batas timur Uni Soviet, di seberang Laut Jepang.
Banyak Orang Kini Suka Mendengarkan
Sewaktu Saksi-Saksi mengadakan kebaktian-kebaktian di negara yang pada waktu itu adalah USSR pada tahun 1991, masyarakat umum mendapat kesempatan untuk memperhatikan mereka lebih dekat. Bagaimana tanggapan mereka? Di Lviv, Ukraina, seorang pejabat polisi mengatakan kepada salah seorang pengunjung kebaktian, ”Kalian unggul dalam hal mengajarkan kebaikan kepada orang lain, kalian berbicara tentang Allah, dan kalian tidak melakukan kekerasan. Kami sedang membahas mengapa kami dalulu menindas kalian, dan kami menyimpulkan bahwa kami dulu tidak pernah mendengarkan kepada kalian dan tidak tahu apa-apa tentang kalian.” Namun kini banyak orang mendengarkan, dan Saksi-Saksi Yehuwa ingin membantu mereka.
Agar dapat melaksanakan pekerjaan mereka dengan lebih efektif di negeri-negeri ini, lektur Alkitab dibutuhkan. Upaya keras dikerahkan untuk segera menyediakannya. Di Selters/Taunus, Jerman, Saksi-Saksi Yehuwa meningkatkan berbagai fasilitas percetakannya hampir dua kali lipat. Walaupun perluasan ini belum selesai, kira-kira dua minggu sesudah pelarangan dicabut di negeri yang ketika itu adalah Jerman Timur, 25 ton lektur dikirimkan ke daerah ini dari percetakan di Selters. Sejak larangan dicabut di negeri-negeri Eropa Timur, hingga tahun 1992 hampir 10.000 ton lektur dalam 14 bahasa utama telah dikirimkan ke berbagai negeri ini dari Jerman, 698 ton lagi dari Italia, dan lebih banyak lagi dari Finlandia.
Karena telah sangat terisolasi selama bertahun-tahun, Saksi-Saksi di beberapa negeri juga membutuhkan bantuan tentang hal-hal pengawasan sidang dan administrasi organisasi. Untuk mengisi kebutuhan yang mendesak ini, penatua-penatua yang berpengalaman—sedapat mungkin mereka yang dapat berbicara dalam bahasa dari negeri itu—dihubungi di Jerman, Amerika Serikat, Kanada, dan di tempat-tempat lain. Apakah mereka rela pindah ke salah satu dari negeri-negeri ini di Eropa Timur untuk membantu mengisi kebutuhan? Sambutannya memang sangat memuaskan! Bilamana dianggap menguntungkan, penatua-penatua yang telah dilatih di Sekolah Gilead atau di Sekolah Pelatihan Pelayanan juga dikirim.
Lalu, pada tahun 1992, suatu kebaktian internasional yang luar biasa diadakan di St. Petersburg, kota kedua terbesar di Rusia. Kira-kira 17.000 delegasi berasal dari 27 negeri di luar Rusia. Kebaktian itu diiklankan secara luas sekali. Di antara mereka yang datang adalah orang-orang yang sebelumnya belum pernah mendengar tentang Saksi-Saksi Yehuwa. Jumlah hadirin mencapai puncak 46.214 orang. Para delegasi hadir dari semua bagian Rusia; beberapa dari tempat yang paling jauh di timur yakni Pulau Sakhalin, dekat Jepang. Rombongan besar datang dari Ukraina, Moldavia, dan negeri-negeri lain yang dahulunya menjadi bagian dari USSR. Mereka membawa serta kabar baik. Laporan-laporan menunjukkan bahwa masing-masing sidang di kota-kota seperti Kiev, Moskow, dan St. Petersburg mempunyai rata-rata hadirin dalam perhimpunan mereka dua kali lipat atau lebih dibanding dengan jumlah Saksi. Banyak orang yang ingin mendapat pengajaran Alkitab bersama Saksi-Saksi Yehuwa harus dicatat namanya dalam daftar tunggu. Dari Latvia, kira-kira 600 delegasi datang, dan bahkan lebih banyak lagi dari Estonia. Di St. Petersburg sebuah sidang mempunyai lebih dari seratus orang yang siap dibaptis di kebaktian. Banyak di antara mereka yang menunjukkan minat adalah orang-orang muda atau orang-orang yang berpendidikan tinggi. Sungguh, suatu pekerjaan besar berupa penuaian rohani sedang berlangsung di daerah yang sangat luas ini yang untuk waktu yang begitu lama dipandang sebagai benteng ateisme!
Ladang-Ladang Siap untuk Dituai
Seraya sikap mengenai kebebasan beragama berubah, negeri-negeri lain juga mencabut pembatasan yang dikenakan atas Saksi-Saksi Yehuwa atau memberikan kepada mereka pengakuan resmi yang telah lama disangkal. Di banyak tempat ini, tuaian rohani yang limpah siap untuk dikumpulkan. Keadaannya seperti yang dilukiskan oleh Yesus kepada murid-muridnya sewaktu ia berkata, ”Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.” (Yoh. 4:35) Perhatikanlah beberapa tempat di Afrika yang membenarkan hal ini.
Pelarangan telah dikenakan atas pelayanan dari rumah ke rumah yang dilakukan Saksi-Saksi Yehuwa di Zambia pada tahun 1969. Akibatnya, Saksi-Saksi di sana membaktikan lebih banyak waktu untuk memimpin pengajaran-pengajaran Alkitab di rumah dengan orang-orang yang berminat. Orang-orang lain juga mulai mencari Saksi-Saksi agar mereka dapat menerima pengajaran. Secara berangsur-angsur pembatasan-pembatasan pemerintah diperlunak, dan angka kehadiran perhimpunan meningkat. Pada tahun 1992 ada 365.828 yang menghadiri Perjamuan Malam Tuhan di Zambia, 1 untuk setiap 23 orang penduduk!
Di utara Zambia, di Zaire, ribuan orang lagi ingin belajar hal-hal yang diajarkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa tentang kehidupan Kristen dan tentang maksud-tujuan Allah untuk umat manusia. Pada tahun 1990, sewaktu keadaan memungkinkan Saksi-Saksi untuk membuka kembali Balai-Balai Kerajaan mereka, di beberapa daerah sampai sebanyak 500 orang berduyun-duyun ke perhimpunan mereka. Dalam dua tahun ke-67.917 Saksi-Saksi di Zaire memimpin 141.859 pengajaran Alkitab di rumah dengan orang-orang demikian.
Jumlah negeri yang membuka diri mencengangkan. Pada tahun 1990 utusan-utusan injil Menara Pengawal yang telah diusir dari Benin 14 tahun sebelumnya kini secara resmi diberikan kesempatan untuk kembali, dan pintu terbuka untuk kedatangan yang lain-lainnya. Pada tahun itu juga Menteri Kehakiman di Republik Cape Verde menandatangani sebuah dekrit yang menyetujui anggaran dasar dari Perkumpulan Saksi-Saksi Yehuwa setempat, dengan demikian memberikan pengakuan resmi kepada mereka. Lalu, pada tahun 1991 pelarangan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa secara resmi dicabut di Mozambik (yang penguasa-penguasa sebelumnya telah menindas mereka dengan hebat), Ghana (yang telah membekukan kegiatan mereka secara resmi), dan Etiopia (yang telah melarang mereka untuk mengabar secara terang-terangan atau mengadakan kebaktian selama 34 tahun). Sebelum tahun itu berakhir, Niger dan Kongo juga telah memberikan pengakuan resmi kepada mereka. Pada awal tahun 1992, pelarangan dicabut atau pengakuan resmi diberikan kepada Saksi-Saksi Yehuwa di Cad, Kenya, Rwanda, Tongo, dan Angola.
Ladang-ladang ini siap untuk dituai secara rohani. Di Angola misalnya, Saksi-Saksi dengan cepat mengalami kenaikan 31 persen; selain itu, ke-19.000 pemberita Kerajaan di sana memimpin hampir 53.000 pengajaran Alkitab di rumah. Guna memberikan bantuan administrasi yang dibutuhkan untuk program pendidikan Alkitab yang luas di Angola ini maupun di Mozambik (yang banyak orangnya berbicara bahasa Portugis), penatua-penatua yang memenuhi syarat dari Portugal dan Brasil diundang pindah ke Afrika untuk melaksanakan pelayanan mereka. Utusan-utusan injil yang berbahasa Portugis ditugaskan ke daerah Guinea-Bissau yang baru dibuka. Dan Saksi-Saksi yang cakap di Prancis dan negeri-negeri lain diundang membantu melaksanakan pekerjaan mendesak untuk mengabarkan dan menjadikan murid di Benin, Cad, dan Togo, yang penduduknya banyak berbicara bahasa Prancis.
Di antara daerah-daerah tersebut yang telah menghasilkan panen yang limpah berupa pemuji-pemuji Yehuwa adalah yang sebelumnya merupakan kubu-kubu Katolik Roma. Selain Amerika Latin, halnya demikian juga di Prancis (yang laporannya untuk tahun 1992 menunjukkan 119.674 penginjil Saksi), Spanyol (yang terdapat 92.282 orang, Filipina (dengan 114.335 orang), Irlandia (dengan angka rata-rata pertumbuhan 8 sampai 10 persen per tahun), dan Portugal.
Sewaktu 37.567 orang menghadiri kebaktian Saksi-Saksi di Lisabon, Portugal, pada tahun 1978, majalah berita Opção menyatakan, ”Bagi siapa saja yang pernah berada di Fátima selama waktu berziarah, pada kenyataannya ini sangat berbeda. . . . Di sini [pada kebaktian Saksi-Saksi Yehuwa] hal-hal yang mistik tidak ada, diganti dengan suatu pertemuan orang-orang percaya yang dengan seia sekata membahas masalah-masalah mereka, iman mereka, dan pandangan rohani mereka. Tingkah laku mereka seorang terhadap yang lain khas mencirikan hubungan saling mempedulikan.” Selama dekade berikut, jumlah Saksi-Saksi di Portugal meningkat hampir 70 persen.
Dan bagaimana dengan Italia? Karena calon-calon imam Katolik sangat langka beberapa seminari terpaksa ditutup. Sejumlah besar gereja tidak punya imam paroki lagi. Di banyak tempat bekas gedung-gedung gereja kini menjadi kedai kopi atau kantor. Meskipun semua hal ini, gereja telah berupaya dengan susah payah untuk menghentikan Saksi-Saksi Yehuwa. Pada tahun-tahun yang silam mereka menekan para pejabat untuk mendeportasi utusan-utusan injil Saksi dan meminta dengan sangat agar polisi menutup perhimpunan-perhimpunan mereka. Di beberapa daerah selama tahun 1980-an, imam-imam paroki menyuruh ditempelkannya stiker di pintu semua orang (yang beberapa di antaranya kebetulan pintu Saksi-Saksi Yehuwa), yang berbunyi, ”Jangan Ketok. Kami orang Katolik.” Surat-surat kabar memuat judul, ”Pekik Tanda Bahaya Gereja Terhadap Saksi-Saksi Yehuwa” dan ”’Perang Suci’ Melawan Saksi-Saksi Yehuwa”.
Sewaktu imam-imam Yahudi abad pertama berupaya membungkamkan para rasul, Gamaliel, seorang pengajar Hukum, dengan bijaksana memberi nasihat, ”Jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini.” (Kis. 5:38, 39) Bagaimana hasilnya sewaktu imam-imam Katolik Roma abad ke-20 ini berupaya membungkamkan Saksi-Saksi Yehuwa? Pekerjaan dari 120 Saksi di Italia pada tahun 1946 tidaklah lenyap. Sebaliknya, menjelang tahun 1992, ada 194.013 Saksi aktif yang tergabung dalam 2.462 sidang di seluruh negeri itu. Mereka benar-benar telah memenuhi Italia dengan pengajaran Firman Allah. Sejak tahun 1946, mereka telah membaktikan lebih dari 550 juta jam untuk berbicara kepada sesama orang Italia tentang Kerajaan Allah. Sementara melakukan ini, mereka telah menyampaikan ke tangan orang-orang jutaan Alkitab maupun lebih dari 400 juta buku, buku kecil, dan majalah yang menerangkan Kitab Suci. Mereka ingin memastikan bahwa orang-orang Italia telah mendapat kesempatan sepenuhnya untuk menentukan pendirian mereka di pihak Yehuwa sebelum Armagedon datang. Sementara berbuat demikian, mereka terus ingat apa yang ditulis oleh rasul Paulus di 2 Korintus 10:4, 5, yakni, ”Senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah.”
Saksi-Saksi Yehuwa mengarahkan perhatian bukan hanya kepada daerah-daerah yang dahulu menjadi kubu-kubu Katolik. Mereka tahu bahwa Yesus Kristus berkata, ”Injil harus diberitakan dahulu kepada semua bangsa.” (Mrk. 13:10) Dan inilah pekerjaan yang sedang dilakukan oleh Saksi-Saksi. Menjelang tahun 1992, ada 12.168 dari antara mereka yang sibuk menceritakan kepada masyarakat di India tentang Kerajaan Allah. Ada 71.428 orang lagi dari antara mereka yang mengabar di Republik Korea. Di Jepang ada 171.438 orang, dan jumlah mereka meningkat setiap bulan. Mereka juga terus menjangkau negeri-negeri yang belum banyak atau sama sekali belum mendapat pengabaran.
Demikianlah, selama bagian terakhir dari tahun 1970-an untuk pertama kali mereka dapat membawa berita Kerajaan kepada orang-orang yang tinggal di Kepulauan Marquesas dan di Kosrae—keduanya di Samudra Pasifik. Mereka juga menjangkau Bhutan, yang berbatasan dengan Cina bagian selatan, dan Komoro, di sebelah pantai timur Afrika. Selama tahun 1980-an, pekerjaan pengabaran yang pertama oleh Saksi-Saksi Yehuwa dilaporkan dari Kepulauan Wallis dan Futuna, maupun dari Kepulauan Nauru dan Rota, semuanya di barat daya Pasifik. Beberapa dari kepulauan ini adalah tempat-tempat yang relatif kecil; tetapi ada orang yang tinggal di situ dan kehidupan sangat berharga. Saksi-Saksi Yehuwa sangat menyadari nubuat Yesus bahwa sebelum akhir itu datang, berita Kerajaan akan dikabarkan ”di seluruh bumi yang berpenduduk”.—Mat. 24:14, NW.
Menghubungi Orang di Mana Saja dan Kapan Saja yang Memungkinkan
Seraya pengabaran dari rumah ke rumah terus menjadi metode utama yang digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa untuk mencapai orang, mereka menyadari bahwa tidak hanya dengan metode yang sistematis ini saja mereka dapat bertemu dengan setiap orang. Dengan perasaan yang mendesak Saksi-Saksi terus mencari orang-orang di mana saja mereka dapat ditemukan.—Bandingkan Yohanes 4:5-42; Kisah 16:13, 14.
Sewaktu kapal-kapal naik dok di pelabuhan di Jerman dan Belanda, bahkan untuk waktu yang singkat, Saksi-Saksi Yehuwa berupaya mengunjungi mereka, mula-mula memberi kesaksian kepada nakhoda dan kemudian kepada awak kapal. Mereka membawa lektur Alkitab dalam banyak bahasa untuk orang-orang itu. Di pasar pribumi di Cad, Afrika Tengah, bukan hal yang luar biasa untuk melihat sekelompok dari 15 atau 20 orang mengerumuni salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa yang sedang berbicara kepada mereka tentang harapan Kerajaan Allah. Dengan bekerja secara bergiliran, Saksi-Saksi berbicara kepada pedagang kios dan ribuan orang yang berbelanja pada hari Sabtu pagi di pasar loak di Auckland, Selandia Baru. Orang-orang yang melewati terminal bus di Guayaquil, Ekuador—banyak di antara mereka dari tempat-tempat yang jauh di negeri itu—dihampiri di sana oleh Saksi-Saksi yang menawarkan kepada mereka sebuah brosur yang cocok atau La Atalaya dan ¡Despertad!. Mereka yang bekerja pada giliran malam hari di pasar makanan yang buka siang malam di New York City, dikunjungi di tempat kerjanya oleh Saksi-Saksi agar mereka juga bisa mendapat kesempatan untuk mendengar kabar baik.
Ketika bepergian dengan pesawat terbang, kereta api, bus, dan kereta api bawah tanah, banyak di antara Saksi-Saksi Yehuwa membagikan kebenaran-kebenaran Alkitab yang sangat berharga kepada sesama penumpang. Selama istirahat makan siang di pekerjaan duniawi mereka dan di sekolah, juga bila orang datang ke rumah mereka untuk urusan bisnis, mereka menggunakan kesempatan untuk bersaksi. Mereka tahu bahwa banyak dari antara orang-orang ini mungkin tidak berada di rumah ketika Saksi-Saksi mengadakan kunjungan mereka yang tetap.
Seraya bersaksi kepada orang lain, mereka tidak melupakan anggota-anggota keluarga yang dekat dan sanak-saudara mereka. Namun ketika Maria Caamano, seorang Saksi di Argentina, mencoba menceritakan kepada keluarganya betapa hatinya sangat tergetar oleh apa yang dipelajarinya dari Alkitab, mereka memperolok-oloknya atau bersikap acuh tak acuh. Ia tidak menyerah melainkan mengadakan perjalanan sejauh 1.900 kilometer untuk bersaksi kepada sanak-saudaranya yang lain. Beberapa menyambut baik. Lambat laun yang lain-lain mendengarkan. Hasilnya, kini di kalangan sanak-saudaranya terdapat lebih dari 80 orang dewasa dan lebih dari 40 anak yang telah memeluk kebenaran Alkitab dan membagikannya kepada orang lain.
Untuk membantu sanak-saudaranya, Michael Regan pulang kembali ke kota asalnya, Boyle, Kabupaten Roscommon, di Irlandia. Ia memberi kesaksian kepada mereka semua. Keponakannya terkesan oleh semangat gembira dan cara hidup yang sehat dari anak-anak Michael. Segera ia dan suaminya setuju untuk belajar Alkitab. Sewaktu mereka dibaptis, ayahnya mengusir dia dari rumah keluarga. Akan tetapi berangsur-angsur sikapnya melunak, dan ia menerima beberapa lektur—dengan maksud untuk menyingkapkan ”kesalahan” Saksi-Saksi. Namun ia segera menyadari bahwa bahan yang dibacanya itu adalah kebenaran, dan akhirnya ia dibaptis. Sekitar 20 orang lebih anggota keluarganya kini bergabung dengan sidang, dan kebanyakan di antaranya sudah dibaptis.
Bagaimana dengan orang-orang di dalam penjara? Dapatkah mereka menarik manfaat dari berita Kerajaan Allah? Saksi-Saksi Yehuwa tidak bersikap acuh tak acuh terhadap mereka. Di sebuah penjara di Amerika Utara, penyelenggaraan untuk pengajaran Alkitab pribadi dengan para narapidana, ditambah lagi dengan hadirnya mereka di perhimpunan yang diadakan secara tetap tentu di penjara oleh Saksi-Saksi Yehuwa, menghasilkan manfaat yang begitu baik sehingga para pengurus penjara memberi kelonggaran untuk mengadakan kebaktian-kebaktian di sana. Ini dihadiri bukan saja oleh para narapidana melainkan juga oleh ribuan Saksi dari luar. Di negeri-negeri lain juga, upaya yang sungguh-sungguh dikerahkan untuk bersaksi kepada pria dan wanita di dalam penjara.
Saksi-Saksi Yehuwa tidak yakin bahwa pengajaran Alkitab akan membuat semua penghuni penjara bertobat. Namun mereka mengetahui dari pengalaman bahwa beberapa dapat dibantu, dan mereka ingin memberikan kesempatan kepada orang-orang itu untuk memeluk harapan Kerajaan Allah.
Upaya Berkali-kali untuk Mencapai Hati
Berulang kali Saksi-Saksi Yehuwa mengunjungi orang-orang. Sebagaimana halnya murid-murid Yesus pada masa awal, Saksi-Saksi ”senantiasa pergi” kepada orang-orang di daerah penugasan mereka untuk berupaya merangsang minat mereka kepada Kerajaan Allah. (Mat. 10:6, 7, NW) Di beberapa tempat mereka dapat mengunjungi semua rumah tangga dalam daerah mereka hanya satu kali setahun; di tempat lain, mereka berkunjung setiap beberapa bulan. Di Portugal, di daerah Lisabon yang lebih besar, yang angka perbandingannya kini adalah 1 Saksi untuk setiap 160 penduduk, orang-orang dikunjungi oleh Saksi-Saksi kira-kira seminggu sekali. Di Venezuela, ada kota-kota yang daerahnya dikerjakan lebih dari satu kali seminggu.
Sewaktu Saksi-Saksi Yehuwa berkunjung, mereka tidak mencoba untuk memaksakan berita Alkitab kepada orang-orang. Mereka hanya berupaya memberikan kesempatan kepada orang-orang untuk membuat keputusan yang tepat dan berakal. Hari ini, beberapa orang mungkin berkata bahwa mereka tidak berminat; tetapi perubahan-perubahan yang drastis dalam kehidupan mereka atau dalam kondisi-kondisi dunia mungkin membuat mereka bersikap lebih menerima pada waktu yang lain. Karena prasangka atau karena semata-mata terlalu sibuk sehingga tidak mau mendengarkan, banyak orang belum pernah benar-benar mendengar apa yang diajarkan oleh Saksi-Saksi. Namun kunjungan ramah yang berulang kali mungkin membuat mereka menaruh perhatian. Orang-orang sering terkesan oleh kejujuran dan integritas moral dari Saksi-Saksi yang tinggal di lingkungan mereka atau yang adalah teman sekerja mereka. Akibatnya, beberapa orang akhirnya cukup berminat untuk mencari tahu apa sebenarnya berita mereka itu. Seorang wanita di Venezuela yang seperti ini, sesudah ia dengan senang hati menerima lektur dan tawaran pengajaran Alkitab di rumah secara cuma-cuma, berkata, ”Belum pernah sebelumnya ada orang yang menerangkan hal-hal ini kepada saya.”
Dengan cara yang ramah, Saksi-Saksi berupaya mencapai hati orang-orang yang mereka ajak bicara. Di Guadeloupe, yang terdapat 1 Saksi untuk setiap 57 penduduk pada tahun 1992, tidaklah luar biasa jika ada penghuni rumah mengatakan, ”Saya tidak berminat.” Menghadapi hal itu, Eric Dodote akan menjawab, ”Saya mengerti Anda, dan saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan.” Lalu ia akan menambahkan, ”Namun bolehkah saya bertanya, Maukah Anda hidup dalam keadaan yang lebih baik daripada yang ada sekarang ini?” Sesudah mendengarkan jawaban penghuni rumah, ia akan menggunakan Alkitab untuk menunjukkan cara bagaimana Allah akan mewujudkan keadaan demikian di dalam dunia baru-Nya.
Mengerjakan Daerah Bahkan Dengan Lebih Cermat
Dalam tahun-tahun belakangan ini di beberapa negeri semakin sulit untuk menemukan orang di rumah. Sering kali suami maupun istri bekerja duniawi, dan pada akhir pekan mereka mungkin mengejar kesenangan jauh dari rumah. Untuk menanggulangi situasi ini, di banyak negeri Saksi-Saksi Yehuwa lebih banyak melakukan kesaksian dari rumah ke rumah pada petang hari. Di Inggris, beberapa Saksi bukan saja melakukan kunjungan ke rumah-rumah yang penghuninya sedang keluar antara pukul enam dan delapan malam tetapi Saksi-Saksi lain, dalam upaya menghubungi orang sebelum mereka pergi ke tempat pekerjaan, melakukan kunjungan-kunjungan demikian sebelum pukul delapan pagi.
Bahkan jika ada orang di rumah, masih sangat sulit untuk menjumpai mereka tanpa membuat janji terlebih dahulu karena adanya pengamanan yang disebabkan meningkatnya kejahatan. Tetapi di Brasil ketika beberapa orang yang sulit dihubungi sedang jalan pagi di pesisir Pantai Copacabana, mereka mungkin dihampiri oleh seorang Saksi yang bergairah yang juga berada di situ pada dini hari untuk mengajak orang berbicara tentang cara Kerajaan Allah akan memecahkan masalah-masalah umat manusia. Di Paris, Prancis, sewaktu orang-orang kembali ke apartemen mereka menjelang petang hari, mereka mungkin menjumpai sepasang suami-istri Saksi yang ramah dekat pintu masuk gedung, yang menunggu untuk berbicara kepada para penghuni secara perorangan yang ingin meluangkan beberapa menit untuk mendengar tentang sarana yang akan digunakan oleh Allah untuk membawa keamanan yang sejati. Di Honolulu, New York City, dan banyak tempat lain, upaya juga dikerahkan untuk menghubungi penghuni dari gedung-gedung yang sangat ketat dijaga melalui telepon.
Jika mereka berhasil menghubungi seseorang di setiap rumah, Saksi-Saksi masih belum merasa bahwa penugasan mereka sudah selesai. Keinginan mereka adalah mencapai sebanyak mungkin orang di setiap rumah. Kadang-kadang hal ini terlaksana dengan berkunjung pada hari-hari lain atau pada waktu-waktu lain. Di Puerto Riko ketika seorang nyonya rumah berkata bahwa ia tidak berminat, seorang Saksi bertanya apakah ada orang lain di rumah yang dapat diajak bicara. Maka terjadilah percakapan dengan tuan rumah, yang sudah 14 tahun sakit dan kebanyakan berbaring di tempat tidurnya. Hatinya dihangatkan oleh pengharapan yang dibentangkan dalam Firman Allah. Karena hasrat hidup yang diperbarui, tidak lama kemudian ia beranjak dari tempat tidur, menghadiri perhimpunan di Balai Kerajaan, dan membagikan kepada orang-orang lain harapan yang baru ditemukannya.
Meningkatkan Kesaksian Seraya Akhir Mendekat
Faktor lain lagi telah sangat menyumbang kepada meningkatnya kesaksian dalam tahun-tahun belakangan. Ini adalah kenaikan jumlah Saksi yang melayani sebagai perintis. Karena ingin sekali membaktikan sebanyak mungkin waktu mereka kepada dinas Allah, dan karena menaruh perhatian yang pengasih kepada sesama manusia, mereka mengatur urusan pribadi dan menggunakan 60, 90, 140 jam atau lebih setiap bulan di dalam dinas pengabaran. Sebagaimana halnya rasul Paulus ketika mengabar di Korintus, Yunani, mereka yang terjun dalam dinas perintis ”dengan sepenuhnya dapat memberitakan firman”, berupaya memberi kesaksian kepada sebanyak mungkin orang tentang Kerajaan Mesias.—Kis. 18:5.
Pada tahun 1975 terdapat 130.225 perintis di seluruh dunia. Menjelang tahun 1992 ada rata-rata 605.610 setiap bulan (termasuk perintis biasa, ekstra, dan istimewa). Jadi, selama masa meningkatnya jumlah Saksi di seluruh dunia sebesar 105 persen, mereka yang merelakan diri untuk terjun dalam pelayanan sepenuh waktu meningkat 365 persen! Sebagai hasilnya, jumlah waktu yang sesungguhnya dibaktikan untuk kegiatan kesaksian membubung dari kira-kira 382 juta jam menjadi lebih dari satu miliar jam setahun!
’Yang Paling Kecil Telah Menjadi Seribu’
Yesus Kristus menugaskan para pengikut untuk menjadi saksi-saksinya sampai ke ujung bumi. (Kis. 1:8) Melalui nabi Yesaya, Yehuwa telah menubuatkan, ”Yang paling kecil akan menjadi kaum yang besar [”menjadi seribu”, NW], dan yang paling lemah akan menjadi bangsa yang kuat; Aku, [Yehuwa], akan melaksanakannya dengan segera pada waktunya.” (Yes. 60:22) Catatan dengan jelas memperlihatkan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa sedang melakukan pekerjaan yang dinubuatkan oleh Yesus, dan mereka telah mengalami pertumbuhan yang dijanjikan oleh Allah sendiri.
Pada akhir Perang Dunia II, mereka terutama terdapat di Amerika Utara dan Eropa; ada beberapa di Afrika; dan yang lain, dalam kelompok-kelompok lebih kecil, tersebar di seputar bola bumi. Mereka sama sekali belum mencapai setiap negeri dengan berita Kerajaan, dan mereka juga belum mencapai setiap bagian dari negeri-negeri yang telah mereka kerjakan. Akan tetapi, dengan kecepatan yang menakjubkan gambaran itu berubah.
Perhatikan Amerika Utara. Daratannya terbentang dari Kanada di utara hingga Panama, dengan sembilan negeri di antaranya. Menjelang tahun 1945 terdapat 81.410 Saksi di daerah yang luas ini. Empat di antaranya masing-masing melaporkan kurang dari 20 Saksi, dan ada satu negeri yang sama sekali belum ada pekerjaan pengabaran yang terorganisasi. Sejak itu, kesaksian yang intensif dan terus-menerus telah diberikan di semua negeri ini. Sejak tahun 1992, terdapat 1.440.165 Saksi-Saksi Yehuwa di bagian dunia ini. Di kebanyakan dari negeri-negeri ini, sekarang setiap Saksi rata-rata hanya perlu memberi kesaksian kepada beberapa ratus orang. Sebagian besar dari penduduk dikunjungi oleh Saksi-Saksi setiap beberapa bulan; banyak yang dikunjungi setiap minggu. Lebih dari 1.240.000 pengajaran Alkitab di rumah dipimpin secara tetap tentu dengan orang perorangan dan kelompok-kelompok yang berminat.
Bagaimana dengan Eropa? Bagian dari bola bumi ini terbentang dari Skandinavia di selatan hingga Lautan Tengah. Di luar dari sebagian besar daerah yang dahulu dikenal sebagai Uni Soviet, kesaksian yang luas telah diberikan di Eropa sebelum Perang Dunia II. Sejak itu telah bertumbuh generasi-generasi baru, dan kepada mereka juga diperlihatkan dari ayat-ayat Alkitab bahwa Kerajaan Allah segera akan menggantikan semua pemerintahan manusia. (Dan. 2:44) Dari beberapa ribu Saksi yang melaksanakan kegiatan pengabaran mereka di bawah pembatasan yang ketat selama perang, jumlah pemberita Kerajaan di 47 negeri yang laporannya diterbitkan pada tahun 1992 telah meningkat menjadi 1.176.259, termasuk para pemberita di tempat-tempat yang dulu menjadi bagian dari USSR, di Eropa maupun Asia. Di lima negeri—Inggris, Italia, Jerman, Polandia, dan Prancis—masing-masing terdapat lebih dari 100.000 Saksi yang bergairah. Dan apa yang dilakukan oleh semua Saksi ini? Laporan mereka untuk tahun 1992 menunjukkan bahwa selama tahun tersebut, mereka membaktikan lebih dari 230.000.000 jam untuk pengabaran kepada umum, mengadakan kunjungan dari rumah ke rumah, dan memimpin pengajaran Alkitab di rumah. Dalam penginjilan mereka, Saksi-Saksi ini tidak mengabaikan bahkan sebuah republik kecil yaitu San Marino, kerajaan-kerajaan kecil seperti Andorra dan Liechtenstein, atau Gibraltar. Sungguh, kesaksian yang dinubuatkan sedang diberikan.
Afrika juga sedang menerima kesaksian yang luas. Catatan menunjukkan bahwa hingga tahun 1945, kabar kesukaan telah mencapai 28 negeri di benua tersebut, tetapi sangat sedikit kesaksian resmi yang telah dilakukan di kebanyakan dari negeri-negeri ini. Akan tetapi, sejak waktu itu banyak hal telah dilaksanakan di sana. Menjelang tahun 1992, terdapat 545.044 Saksi-Saksi yang bergairah di benua Afrika, yang memberitakan kabar baik di 45 negeri. Pada peringatan Perjamuan Malam Tuhan pada tahun tersebut, ada 1.834.863 yang hadir. Maka, bukan saja pertumbuhan itu menakjubkan melainkan potensi untuk perluasannya yang lebih lanjut sungguh luar biasa!
Laporan untuk Amerika Selatan tidak kurang hebatnya. Walaupun semua kecuali satu dari 13 negeri telah dicapai oleh berita Alkitab sebelum Perang Dunia II, pada waktu itu hanya terdapat 29 sidang di seluruh benua, dan sebegitu jauh masih belum ada kegiatan pengabaran yang terorganisasi di beberapa dari negeri-negeri itu. Ketika itu sebagian besar dari pekerjaan pengabaran Kerajaan masih akan dilakukan di masa mendatang. Sejak itu Saksi-Saksi di sana telah bekerja keras dan penuh semangat. Mereka yang telah disegarkan oleh air kehidupan dengan senang hati mengundang orang-orang lain, seraya berkata, ’Marilah, dan ambillah air kehidupan dengan cuma-cuma.’ (Why. 22:17) Pada tahun 1992, terdapat 683.782 hamba Yehuwa di 10.399 sidang di Amerika Selatan yang dengan sukacita ambil bagian dalam pekerjaan ini. Beberapa di antara mereka mencapai daerah-daerah yang belum pernah mendapat kesaksian yang saksama. Yang lainnya berkali-kali mengunjungi tempat-tempat yang sudah mendapat kesaksian, untuk menganjurkan orang ”kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya [Yehuwa] itu!” (Mzm. 34:9) Secara tetap tentu mereka memimpin 905.132 pengajaran Alkitab di rumah untuk membantu orang-orang yang berminat agar membuat jalan-jalan Yehuwa menjadi jalan hidup mereka sendiri.
Perhatikan pula Asia serta banyak pulau dan kepulauan di seputar bola bumi. Apa yang telah dicapai di sana? Hingga masa pascaperang, banyak di antara tempat-tempat ini hampir belum tersentuh oleh pemberitaan Kerajaan. Namun Yesus Kristus menubuatkan bahwa kabar baik tentang Kerajaan akan diberitakan ”di seluruh bumi yang berpenduduk sebagai kesaksian bagi segala bangsa”. (Mat. 24:14, NW) Sesuai dengan itu, selama beberapa dekade sejak Perang Dunia II, pemberitaan kabar baik yang sebelumnya telah mencapai 76 dari negeri-negeri, pulau-pulau, dan kepulauan ini meluas ke 40 tempat lagi dan pemberitaan ini lebih ditingkatkan di tempat-tempat yang telah dicapai sebelumnya. Di daerah yang luas ini, pada tahun 1992 terdapat 627.537 Saksi-Saksi yang berbakti dengan penuh sukacita menceritakan ’keperkasaan dan kemuliaan semarak Kerajaan’ Yehuwa. (Mzm. 145:11, 12) Pelayanan mereka tidaklah mudah. Di beberapa tempat mereka harus mengadakan perjalanan berjam-jam dengan kapal atau pesawat udara untuk mencapai pulau-pulau yang terpencil di daerah mereka. Namun selama tahun 1992 mereka membaktikan lebih dari 200.000.000 jam untuk pekerjaan penginjilan dan memimpin 685.211 pengajaran Alkitab di rumah secara tetap tentu.
Penggenapan janji bahwa ”yang paling kecil akan menjadi seribu” (NW) benar-benar telah terjadi, bahkan secara melimpah! Lebih dari 50 negeri yang masing-masing bahkan tidak memiliki ”yang paling kecil”—tempat tidak ada seorang pun dari Saksi-Saksi Yehuwa pada tahun 1919 yang lalu, tempat mereka sama sekali tidak melakukan pemberitaan—dewasa ini memiliki lebih dari seribu pemuji Yehuwa. Di beberapa dari negeri-negeri ini, kini terdapat puluhan ribu, ya, bahkan lebih dari ratusan ribu Saksi-Saksi Yehuwa yang adalah pemberita yang bergairah dari Kerajaan Allah! Di seluruh dunia, Saksi-Saksi Yehuwa telah menjadi ”bangsa yang kuat”—sebagai satu sidang global yang bersatu-padu lebih banyak jumlahnya dibandingkan jumlah penduduk negeri mana pun dari sedikitnya 80 bangsa yang mempunyai pemerintahan sendiri dari dunia ini.
Berapa Banyak Kesaksian di ’Negara-Negara Lain’?
Termasuk di dalam semua negeri yang disebut di atas, sejak tahun 1992, masih ada 24 ”negara lain”—negara yang pemerintahnya mengenakan pembatasan yang ketat atas Saksi-Saksi Yehuwa sehingga tidak diterbitkan laporan terperinci. Banyak kesaksian telah dilakukan di beberapa negeri ini. Namun, di negeri-negeri tertentu jumlah Saksi-Saksi agak terbatas. Masih ada orang-orang yang belum mendengarkan berita Kerajaan. Akan tetapi, Saksi-Saksi Yehuwa percaya sepenuhnya bahwa kesaksian yang dibutuhkan akan diberikan. Mengapa?
Karena ayat-ayat Alkitab menunjukkan bahwa dari takhtanya di surga Yesus Kristus sendiri mengawasi pekerjaan. (Mat. 25:31-33) Di bawah pengarahannya seorang ’malaikat yang terbang di tengah-tengah langit’ dipercayakan tanggung jawab untuk mengumumkan kabar baik yang kekal dan untuk mendesak ”semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum” agar ’takut akan Allah dan memuliakan Dia’. (Why. 14:6, 7) Tidak ada kekuatan di surga atau di bumi yang dapat menghentikan Yehuwa untuk menarik kepada diri-Nya sendiri mereka yang ”memiliki kecenderungan yang benar untuk kehidupan yang abadi”.—Kis. 13:48, NW; Yoh. 6:44.
Tidak ada bagian dari bumi yang begitu terpencil untuk dicapai oleh berita Kerajaan. Sanak-saudara berkunjung. Berita dibawa lewat telepon dan pos. Para usahawan, pekerja, mahasiswa, dan wisatawan mengadakan kontak dengan orang-orang dari bangsa lain. Sebagaimana di masa lampau, begitu pula sekarang, berita penting bahwa Yehuwa telah mentakhtakan Raja-Nya di surga dengan kuasa atas bangsa-bangsa terus diberi tahu dengan cara-cara ini. Para malaikat dapat mengatur agar mereka yang lapar dan dahaga akan kebenaran dan keadilbenaran dapat dicapai.
Jika adalah kehendak Tuhan agar berita Kerajaan lebih banyak diumumkan secara langsung di beberapa daerah yang hingga kini dihambat oleh pemerintah-pemerintah, Allah dapat menyebabkan keadaan-keadaan yang membuat pemerintah-pemerintah tersebut mengubah kebijaksanaan mereka. (Ams. 21:1) Dan andai kata kesempatan masih terbuka, Saksi-Saksi Yehuwa akan dengan senang hati mengerahkan diri mereka agar orang-orang di negeri-negeri tersebut memperoleh sebanyak mungkin bantuan untuk belajar tentang maksud-tujuan Yehuwa yang pengasih. Mereka bertekad untuk terus melayani tanpa henti-hentinya hingga Yehuwa dengan perantaraan Yesus Kristus mengatakan bahwa pekerjaan sudah selesai!
Pada tahun 1992, Saksi-Saksi Yehuwa sibuk mengabar di 229 negeri. Menjelang tahun tersebut kabar baik tentang Kerajaan Allah dengan berbagai cara telah mencapai 235 negeri. Sepuluh di antara negeri-negeri ini pertama dicapai sesudah tahun 1975.
Seberapa intensifkah kesaksian telah diberikan? Nah, selama 30 tahun pertama sesudah Perang Dunia II, Saksi-Saksi Yehuwa membaktikan 4.635.265.939 jam untuk pengabaran dan pengajaran tentang nama dan Kerajaan Yehuwa. Akan tetapi, dengan lebih banyak Saksi dan proporsi yang lebih besar dari mereka dalam dinas sepenuh waktu, maka selama 15 tahun berikutnya (hanya setengah dari sekian banyak tahun), 7.858.677.940 jam dibaktikan untuk memberi kesaksian kepada umum dan dari rumah ke rumah maupun memimpin pengajaran Alkitab di rumah. Dan intensitas pekerjaan terus meningkat, seraya mereka melaporkan tambahan 951.870.021 jam dalam kegiatan ini selama tahun 1990/91 dan lebih dari satu miliar jam pada tahun berikutnya.
Jumlah lektur Alkitab yang disebarkan oleh Saksi-Saksi untuk mengumumkan Kerajaan, serta banyaknya ragam bahasa yang tersedia, tidak ada taranya dibanding upaya manusia di bidang mana pun. Catatan-catatannya tidak lengkap; tetapi laporan-laporan yang masih tersedia menunjukkan bahwa dalam 294 bahasa ada 10.107.565.296 buku, buku kecil, brosur, dan majalah, maupun juga miliaran risalah yang tak terhitung banyaknya, disampaikan ke tangan orang-orang yang berminat antara tahun 1920 hingga 1992.
Pada saat penulisan ini, kesaksian global belum selesai. Namun pekerjaan yang telah dilaksanakan dan keadaan-keadaan setelah pengabaran itu dilakukan memberikan bukti yang meyakinkan tentang bekerjanya roh Allah.
[Blurb di hlm. 502]
Kebaktian-kebaktian besar dan tingkah laku Kristen para delegasi menarik perhatian
[Blurb di hlm. 505]
”Mengenai ketertiban, perdamaian, dan kebersihan, para peserta kebaktian merupakan teladan yang patut ditiru”
[Blurb di hlm. 507]
Kebaktian-kebaktian bersejarah diselenggarakan di tempat-tempat yang selama beberapa dekade Saksi-Saksi telah dilarang
[Blurb di hlm. 508]
Ribuan ton lektur Alkitab dikirimkan ke negeri-negeri Eropa Timur
[Blurb di hlm. 509]
Penatua-penatua yang memenuhi syarat rela pindah ke negeri-negeri yang sangat membutuhkan
[Blurb di hlm. 516]
Keinginan mereka adalah mencapai sebanyak mungkin orang di setiap rumah
[Blurb di hlm. 518]
Pertumbuhan yang menakjubkan dan potensi untuk perluasan yang lebih lanjut
[Grafik/Gambar di hlm. 513]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
Kenaikan Jumlah Pemberita Kerajaan di Negeri-Negeri Timur
India
10.000
5.000
1950 1960 1970 1980 1992
Republik Korea
60.000
30.000
1950 1960 1970 1980 1992
Jepang
150.000
100.000
50.000
1950 1960 1970 1980 1992
[Gambar di hlm. 503]
Stadion Morumbi di São Paolo, Brasil (tampak di bawah), dan Stadion Maracanã di Rio de Janeiro, digunakan bersamaan waktu pada tahun 1985 untuk menampung orang banyak yang menghadiri kebaktian Saksi-Saksi Yehuwa
[Gambar di hlm. 504]
Beberapa calon pembaptisan di Chorzów, Polandia, pada tahun 1989
[Gambar di hlm. 506]
Beberapa Kebaktian yang Bersejarah Pada Tahun 1991
Praha, Cekoslowakia
Tallinn, Estonia (kanan)
Zagreb, Kroatia (kanan)
Budapest, Hongaria (atas)
Baia-Mare, Romania (kanan)
Usolye-Sibirskoye, Rusia (bawah)
Alma-Ata, Kazakhstan (atas)
Kiev, Ukraina (kiri)
[Gambar di hlm. 511]
Kebaktian Internasional Saksi-Saksi Yehuwa di St. Petersburg, Rusia, pada tahun 1992
Semangat internasional yang hangat
Dari Rusia
Dari Moldavia
Dari Ukraina
Banyak kaum muda yang hadir
M. G. Henschel (kiri) membicarakan acara dengan Stepan Kozhemba (tengah), dengan bantuan juru bahasa
Para delegasi dari luar negeri membawa Alkitab-Alkitab Rusia untuk digunakan oleh Saksi-Saksi di seluruh Rusia
[Gambar di hlm. 512]
Pada tahun 1980-an Gereja Katolik menyatakan perang terhadap Saksi-Saksi, seperti diperlihatkan oleh guntingan-guntingan berita Italia ini
[Gambar di hlm. 514]
Bila kapal-kapal naik dok di Rotterdam, Belanda, Saksi-Saksi berada di situ untuk berbicara kepada orang-orang tentang Kerajaan Allah
[Gambar di hlm. 515]
Bahkan bila daerah sering dikerjakan, seperti di sini di Guadeloupe, Saksi-Saksi terus berupaya untuk mencapai hati sesama mereka dengan kabar baik
-
-
Utusan Injil Mendorong Ekspansi Seluas DuniaSaksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
-
-
Pasal 23
Utusan Injil Mendorong Ekspansi Seluas Dunia
KEGIATAN yang bergairah dari para utusan injil yang rela melayani di mana pun mereka dibutuhkan telah menjadi suatu faktor penting dalam pemberitaan Kerajaan Allah di seluruh dunia.
Lama sebelum Watch Tower Bible and Tract Society mendirikan sekolah untuk maksud ini, utusan-utusan injil telah diutus ke negeri-negeri lain. Presiden Lembaga yang pertama, C. T. Russell, menyadari kebutuhan akan orang-orang yang memenuhi syarat untuk merintis dan mengambil pimpinan dalam pemberitaan kabar baik di ladang-ladang luar negeri. Ia mengutus pria-pria untuk maksud tersebut—Adolf Weber ke Eropa, E. J. Coward ke daerah Karibia, Robert Hollister ke Negeri Timur, dan Joseph Booth ke Afrika bagian selatan. Sayangnya, Booth ternyata lebih berminat kepada rencana-rencananya sendiri; maka, pada tahun 1910, William Johnston diutus dari Skotlandia ke Nyasaland (kini Malawi), negeri yang teristimewa telah merasakan pengaruh yang buruk dari Booth. Setelah itu, Saudara Johnston ditugaskan mendirikan sebuah kantor cabang untuk Lembaga Menara Pengawal di Durban, Afrika Selatan, dan belakangan ia melayani sebagai pengawas cabang di Australia.
Sesudah perang dunia pertama, J. F. Rutherford bahkan mengutus lebih banyak utusan injil—misalnya, Thomas Walder dan George Phillips dari Inggris ke Afrika Selatan, W. R. Brown dari penugasan di Trinidad ke Afrika Barat, George Young dari Kanada ke Amerika Selatan dan Eropa, Juan Muñiz mula-mula ke Spanyol dan kemudian ke Argentina, George Wright dan Edwin Skinner ke India, diikuti oleh Claude Goodman, Ron Tippin, dan banyak lagi. Mereka adalah perintis-perintis sejati, menjangkau daerah-daerah yang hanya sedikit atau belum pernah mendapat pemberitaan kabar baik dan membubuh fondasi yang kuat untuk perkembangan organisasi di masa mendatang.
Ada orang-orang lain juga, yang digerakkan oleh semangat utusan injil untuk mengabar di luar negeri mereka sendiri. Di antara mereka terdapat Kate Goas dan putrinya Marion, yang bertahun-tahun berbakti dalam dinas yang bergairah di Kolombia dan Venezuela. Yang lain adalah Joseph Dos Santos, yang meninggalkan Hawaii dalam perjalanan pengabaran dan membawanya kepada pelayanan selama 15 tahun di Filipina. Ada pula Frank Rice, yang melakukan perjalanan dengan kapal barang dari Australia untuk membuka pemberitaan kabar baik di Pulau Jawa (kini di Indonesia).
Akan tetapi, pada tahun 1942 rencana disusun untuk sebuah sekolah dengan kurikulum yang khusus dirancang untuk melatih pria maupun wanita yang rela mengemban dinas utusan injil demikian di mana saja mereka dibutuhkan dalam ladang di seputar bumi.
Sekolah Gilead
Di tengah berkecamuknya perang dunia, mungkin tampaknya tidak praktis dari sudut pandangan manusia untuk merencanakan ekspansi kegiatan pemberitaan Kerajaan di ladang luar negeri. Namun, pada bulan September 1942, dengan bersandar kepada Yehuwa, para direktur kedua badan hukum utama yang digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa menyetujui proposal N. H. Knorr untuk mendirikan sebuah sekolah yang dirancang untuk melatih para utusan injil dan orang-orang lain untuk dinas khusus. Sekolah itu akan dinamakan Perguruan Tinggi Alkitab Gilead Menara Pengawal. Belakangan nama tersebut diubah menjadi Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal. Tidak ada pungutan uang kuliah, dan siswa-siswa diasramakan dan makanan ditanggung Lembaga selama periode pelatihan mereka.
Di antara mereka yang diundang untuk membantu menyusun kurikulum pelajaran adalah Albert D. Schroeder, yang telah menimba banyak pengalaman dalam Departemen Dinas di kantor pusat Lembaga di Brooklyn dan sebagai pengawas cabang Lembaga di Inggris. Pandangannya yang positif, cara ia mengerahkan dirinya sendiri, dan minatnya yang hangat kepada para siswa membuat ia disayangi oleh siapa saja yang diajarnya dalam kurun waktu 17 tahun ia melayani sebagai panitera dan instruktur di sekolah tersebut. Pada tahun 1974, ia menjadi anggota Badan Pimpinan, dan tahun berikutnya ia ditugaskan untuk melayani sebagai anggota Panitia Pengajaran.
Saudara Schroeder dan rekan-rekannya sesama instruktur (Maxwell Friend, Eduardo Keller, dan Victor Blackwell) menyusun suatu kurikulum pelajaran selama lima bulan yang menitikberatkan pengajaran Alkitab itu sendiri dan organisasi teokratis, juga doktrin-doktrin Alkitab, berbicara kepada umum, pelayanan pengabaran, dinas utusan injil, sejarah agama, hukum ilahi, cara berurusan dengan pejabat-pejabat pemerintah, hukum internasional, memelihara catatan, dan satu bahasa asing. Selama bertahun-tahun telah dibuat modifikasi dalam kurikulumnya, tetapi pelajaran mengenai Alkitab itu sendiri dan pentingnya pekerjaan penginjilan senantiasa menjadi hal yang utama. Tujuan pendidikan itu adalah untuk menguatkan iman siswa-siswanya, membantu mereka mengembangkan sifat-sifat rohani yang dibutuhkan agar dapat menanggulangi tantangan dinas utusan injil dengan sukses. Ditekankan tentang pentingnya mengandalkan Yehuwa sepenuhnya dan loyal kepada-Nya. (Mzm. 146:1-6; Ams. 3:5, 6; Ef. 4:24) Kepada siswa tidak diberikan jawaban-jawaban yang tepat untuk segala sesuatunya tetapi mereka dilatih untuk mengadakan riset dan dibantu untuk menghargai mengapa Saksi-Saksi Yehuwa percaya hal-hal itu dan mengapa mereka berpaut kepada cara-cara tertentu dalam melaksanakan segala sesuatu. Mereka belajar memahami prinsip-prinsip yang dapat mereka gunakan dalam bekerja. Dengan demikian terbentuk suatu fondasi bagi perkembangan lebih lanjut.
Undangan kepada para calon siswa kelas pertama dikirim pada tanggal 14 Desember 1942. Pada pertengahan musim dingin, 100 siswa yang membentuk kelas tersebut mendaftarkan diri di fasilitas-fasilitas sekolah itu yang berlokasi di daerah utara negara bagian New York, di South Lansing. Mereka rela, bergairah, dan agak gugup. Walaupun pelajaran-pelajaran dalam kelas merupakan perhatian utama mereka, namun mereka tidak dapat menahan diri untuk tidak bertanya-tanya ke bagian ladang dunia mana kira-kira mereka akan diutus sesudah hari wisuda.
Dalam sebuah ceramah kepada kelas pertama tersebut pada tanggal 1 Februari 1943, hari pembukaan sekolah, Saudara Knorr berkata, ”Saudara-saudara akan dipersiapkan lebih lanjut untuk pekerjaan yang serupa dengan pekerjaan rasul Paulus, Markus, Timotius, dan orang-orang lain yang bepergian ke segala penjuru Kekaisaran Romawi untuk mengabarkan berita Kerajaan. Mereka harus dikuatkan dengan Firman Allah. Mereka harus mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai maksud-tujuan-Nya. Di banyak tempat mereka harus berdiri sendiri melawan kalangan atas dan yang berkuasa dari dunia ini. Bagian saudara mungkin sama; dan untuk itu Allah akan menjadi kekuatan saudara.
”Ada banyak tempat yang belum menerima cukup banyak kesaksian mengenai Kerajaan. Orang-orang yang tinggal di tempat-tempat ini hidup dalam kegelapan, terbelenggu oleh agama. Di beberapa negeri yang hanya memiliki beberapa Saksi, diketahui bahwa orang-orang yang berkemauan baik senang mendengar dan akan menggabungkan diri dengan organisasi Tuhan, jika diajar dengan sepatutnya. Tentu ada ratusan dan ribuan orang lagi yang dapat dijangkau jika ada lebih banyak pekerja di ladang. Dengan kemurahan Tuhan, jumlah pekerja akan lebih banyak.
”Tujuan perguruan ini BUKAN untuk memperlengkapi saudara-saudara menjadi rohaniwan yang terlantik. Saudara sudah menjadi rohaniwan dan telah aktif dalam pelayanan selama bertahun-tahun. . . . Kurikulum pelajaran di perguruan ini semata-mata bertujuan mempersiapkan saudara menjadi rohaniwan yang lebih mahir di daerah yang menjadi tempat tujuan saudara. . . .
”Pekerjaan saudara yang utama adalah memberitakan injil Kerajaan ini dari rumah ke rumah sebagaimana dilakukan Yesus dan rasul-rasul. Sewaktu saudara menemukan orang yang suka mendengar, adakanlah kunjungan kembali, mulailah pengajaran di rumah, dan bentuklah sebuah kompi [sidang] yang terdiri dari semua orang yang seperti itu di kota besar atau kota kecil. Bukan hanya menyenangkan untuk mengorganisasi sebuah sidang, tetapi saudara harus membantu mereka memahami Firman, menguatkan mereka, berbicara kepada mereka dari waktu ke waktu, membantu mereka dalam pertemuan dinas mereka dan cara mereka mengorganisasi. Bila mereka kuat dan dapat melanjutkannya sendiri serta mengambil alih daerah, saudara dapat pergi ke kota lain untuk memberitakan Kerajaan. Dari waktu ke waktu saudara mungkin perlu datang kembali guna membina mereka dalam iman yang paling kudus dan meluruskan mereka dalam doktrin; dengan demikian pekerjaan saudara adalah memelihara ’domba-domba lain’ Tuhan, dan tidak meninggalkan mereka. (Yoh. 10:16) Pekerjaan saudara yang sesungguhnya adalah membantu orang-orang yang berkemauan baik. Saudara harus banyak berprakarsa, namun berpaling kepada bimbingan Allah.”a
Lima bulan kemudian anggota-anggota dari kelas pertama itu telah menyelesaikan pelatihan khusus mereka. Visa diperoleh, pengaturan perjalanan diadakan, dan mereka berangkat menuju sembilan negeri Amerika Latin. Tiga bulan sesudah mereka diwisuda, utusan-utusan injil pertama keluaran Gilead meninggalkan Amerika Serikat dan menuju Kuba. Menjelang tahun 1992, lebih dari 6.500 siswa dari 110 lebih negeri telah dilatih dan setelah itu melayani di lebih dari 200 negeri dan kepulauan.
Sampai saat kematiannya, 34 tahun sesudah peresmian Sekolah Gilead, Saudara Knorr menunjukkan minat pribadi yang dalam terhadap pekerjaan utusan injil. Setiap masa ajaran sekolah, ia beberapa kali mengunjungi kelas yang sedang berlangsung jika memang memungkinkan, memberi kuliah dan membawa serta anggota-anggota lain dari staf kantor pusat untuk berbicara kepada para siswa. Setelah lulusan Gilead memulai dinas mereka di luar negeri, secara pribadi ia mengunjungi kelompok-kelompok utusan injil, membantu mereka menanggulangi problem-problem, dan memberikan kepada mereka anjuran yang diperlukan. Seraya jumlah kelompok utusan injil berlipat ganda, ia mengatur agar saudara-saudara lain yang benar-benar memenuhi syarat dapat juga mengadakan kunjungan-kunjungan semacam itu, sehingga semua utusan injil, tidak soal di mana mereka melayani, mendapat perhatian pribadi secara tetap tentu.
Utusan-Utusan Injil Ini Berbeda
Misionaris-misionaris Susunan Kristen telah mendirikan rumah sakit, pusat penampungan pengungsi, dan panti asuhan untuk mengurus kebutuhan materi orang-orang. Dengan memainkan peranan sebagai pahlawan bagi orang-orang miskin, mereka juga telah menggerakkan revolusi dan berpartisipasi dalam perang gerilya. Sebagai kontras, para utusan injil lulusan Sekolah Gilead mengajarkan Alkitab kepada orang-orang. Sebaliknya daripada mendirikan gereja dan mengharapkan orang-orang datang kepada mereka, mereka berkunjung dari rumah ke rumah untuk menemukan dan mengajar mereka yang lapar dan haus akan keadilbenaran.
Dengan berpaut erat kepada Firman Allah, para utusan injil Saksi menunjukkan kepada orang-orang mengapa Kerajaan Allah merupakan jalan keluar yang sejati dan abadi atas masalah-masalah umat manusia. (Mat. 24:14; Luk. 4:43) Kontras antara pekerjaan ini dan pekerjaan para misionaris Susunan Kristen dinyatakan jelas kepada Peter Vanderhaegen pada tahun 1951 sewaktu ia dalam perjalanan ke tempat penugasannya di Indonesia. Satu-satunya penumpang lain di atas kapal barang yang ditumpanginya itu adalah seorang misionaris Baptis. Walaupun Saudara Vanderhaegen berusaha berbicara kepadanya tentang kabar baik mengenai Kerajaan Allah, penganut Baptis itu menegaskan bahwa minatnya yang berkobar-kobar adalah mendukung upaya Chiang Kai-shek di Taiwan untuk berkuasa kembali di daratan utama.
Meskipun demikian, banyak orang lain mulai menghargai nilai dari apa yang dinyatakan dalam Firman Allah. Di Barranquilla, Kolombia, ketika Olaf Olson memberi kesaksian kepada Antonio Carvajalino, yang adalah seorang pendukung gigih dari gerakan politik tertentu, Saudara Olson tidak berpihak kepadanya, dan juga tidak mendukung ideologi politik yang lain. Sebaliknya, ia menawarkan pengajaran Alkitab cuma-cuma kepada Antonio dan adik-adik perempuannya. Antonio segera menyadari bahwa Kerajaan Allah benar-benar merupakan satu-satunya harapan bagi orang-orang miskin di Kolombia dan orang-orang lain di dunia. (Mzm. 72:1-4, 12-14; Dan. 2:44) Antonio dan adik-adiknya menjadi hamba-hamba Allah yang bergairah.
Fakta bahwa para utusan injil Saksi terpisah dan berbeda dari sistem agama Susunan Kristen ditonjolkan dengan cara lain dalam suatu peristiwa di Rhodesia (kini Zimbabwe). Ketika Donald Morrison berkunjung ke rumah salah seorang misionaris Susunan Kristen di sana, sang misionaris mengeluh bahwa Saksi-Saksi tidak menaruh respek kepada batas-batas yang telah ditentukan. Batas-batas apa? Begini, agama-agama Susunan Kristen telah membagi-bagi negeri ini ke dalam beberapa daerah untuk dikerjakan oleh masing-masing tanpa diganggu oleh yang lain. Saksi-Saksi Yehuwa tidak dapat mengikuti penyelenggaraan demikian. Yesus pernah berkata bahwa berita Kerajaan harus diberitakan di seluruh bumi yang berpenduduk. Susunan Kristen pasti tidak melakukannya. Para utusan injil keluaran Gilead bertekad melaksanakannya dengan saksama, sebagai ketaatan kepada Kristus.
Para utusan injil ini diutus, bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Dalam banyak hal jelas bahwa inilah yang sebenarnya mereka upayakan. Tidaklah salah untuk menerima pemberian materi yang ditawarkan secara cuma-cuma (dan bukan hasil meminta-minta) sebagai penghargaan atas bantuan rohani. Namun untuk mencapai hati orang-orang di Alaska, John Errichetti dan Hermon Woodard mendapati bahwa adalah bermanfaat untuk menyisihkan sedikitnya beberapa jam untuk bekerja dengan tangan mereka guna menyediakan kebutuhan jasmani mereka, sebagaimana telah dilakukan oleh rasul Paulus. (1 Kor. 9:11, 12; 2 Tes. 3:7, 8) Kegiatan utama mereka adalah memberitakan kabar baik. Namun bila mereka menerima kemurahan hati, mereka juga membalasnya dengan pekerjaan-pekerjaan yang perlu dilakukan—misalnya, melapisi atap rumah seseorang dengan ter karena mereka menyadari bahwa ia membutuhkan bantuan. Dan sewaktu mereka melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dengan perahu, mereka ikut membantu membongkar muatan. Orang-orang segera menyadari bahwa para utusan injil ini sama sekali bukan seperti para pemimpin agama Susunan Kristen.
Di beberapa tempat, utusan injil Saksi perlu melakukan pekerjaan duniawi selama waktu tertentu hanya agar dapat menetap di suatu negeri sehingga mereka dapat melaksanakan pelayanan mereka di sana. Maka, sewaktu Jesse Cantwell pergi ke Kolombia, ia mengajar bahasa Inggris di fakultas kedokteran di sebuah universitas sampai situasi politik berubah dan pembatasan agama berakhir. Sesudah itu, ia dengan sepenuh waktu dapat menggunakan pengalamannya dalam pelayanan sebagai pengawas keliling bagi Saksi-Saksi Yehuwa.
Di banyak tempat, para utusan injil harus mulai dengan menggunakan visa turis yang memungkinkan mereka berada di sebuah negeri selama sebulan atau mungkin beberapa bulan. Kemudian mereka harus meninggalkan negeri itu dan masuk kembali. Namun mereka tetap bertekun, mengulang proses itu berkali-kali hingga surat izin tinggal dapat diperoleh. Mereka telah membulatkan hati untuk membantu orang-orang di negeri yang menjadi tempat penugasan mereka.
Utusan-utusan injil ini tidak memandang diri lebih unggul daripada penduduk setempat. Sebagai pengawas keliling, John Cutforth, yang pada mulanya seorang guru sekolah di Kanada, mengunjungi sidang-sidang maupun Saksi-Saksi yang terpencil di Papua Nugini. Ia duduk di lantai bersama mereka, makan bersama mereka, dan menerima undangan untuk tidur di tikar di lantai rumah mereka. Ia menikmati persaudaraan dengan mereka seraya berjalan bersama dalam pelayanan pengabaran. Namun hal ini mengagumkan bagi orang-orang bukan Saksi yang mengamatinya, sebab para pastor berbangsa Eropa dari berbagai misi Susunan Kristen memiliki reputasi suka menjaga jarak dalam pergaulan dengan penduduk setempat, berbaur dengan anggota gereja mereka hanya untuk waktu yang singkat di beberapa pertemuan mereka, namun tidak pernah makan bersama mereka.
Orang-orang yang dilayani oleh Saksi-Saksi ini merasakan adanya minat yang pengasih dari para utusan injil dan dari organisasi yang mengutus mereka. Untuk menanggapi sepucuk surat dari João Mancoca, seorang Afrika yang rendah hati yang ditawan di sebuah koloni bagi para narapidana di Afrika Barat Portugis (kini Angola), seorang utusan injil Menara Pengawal diutus untuk memberikan bantuan rohani. Sewaktu mengenang kunjungan tersebut, Mancoca belakangan berkata, ”Saya tidak ragu-ragu lagi bahwa inilah organisasi sejati yang didukung oleh Allah. Saya tidak pernah berpikir atau percaya bahwa ada organisasi agama lain mana pun yang akan berbuat demikian: tanpa bayaran, mengirim utusan injil dari jauh untuk mengunjungi seorang yang tak berarti hanya karena ia menulis sepucuk surat.”
Kondisi Kehidupan dan Adat Istiadat
Sering kali kondisi kehidupan di negeri tempat utusan injil dikirim tidak semakmur negeri asal mereka. Sewaktu Robert Kirk mendarat di Birma (kini Myanmar) pada awal tahun 1947, dampak perang masih tampak jelas, dan hanya beberapa rumah yang memiliki penerangan listrik. Di banyak negeri, para utusan injil mendapati bahwa baju dicuci satu demi satu dengan menggunakan papan cuci atau di atas batu karang di sungai sebaliknya daripada menggunakan mesin cuci listrik. Namun mereka datang untuk mengajarkan kebenaran Alkitab kepada orang-orang, maka mereka menyesuaikan diri dengan kondisi setempat dan sibuk dalam pelayanan.
Pada mulanya, sering tidak ada seseorang yang menunggu untuk menyambut kedatangan para utusan injil ini. Terserah kepada mereka untuk mencari tempat tinggal. Sewaktu Charles Eisenhower, beserta 11 orang lain, tiba di Kuba pada tahun 1943, mereka tidur di lantai pada malam pertama. Keesokan harinya mereka membeli tempat tidur dan membuat lemari pakaian serta lemari rias dari peti buah apel. Dengan menggunakan sumbangan apa pun yang mereka terima dari penempatan lektur, serta uang tunjangan sekadarnya yang disediakan oleh Lembaga Menara Pengawal bagi perintis istimewa, setiap kelompok utusan injil berharap agar Yehuwa memberkati upaya mereka untuk membayar uang sewa, memperoleh makanan, dan menutup biaya-biaya lain yang dibutuhkan.
Dalam mempersiapkan makanan kadang-kadang dibutuhkan perubahan dalam cara berpikir. Bila tidak ada lemari es, mereka perlu ke pasar setiap hari. Di banyak negeri, orang memasak dengan menggunakan arang atau kayu sebaliknya daripada kompor gas atau listrik. George dan Willa Mae Watkins, yang ditugaskan ke Liberia, mendapati bahwa kompor mereka tidak lain berupa tiga batu besar yang digunakan untuk menyangga sebuah ketel besi.
Bagaimana dengan air? Sewaktu memandang rumah barunya di India, Ruth McKay berkata, ’Rumah seperti ini belum pernah saya lihat. Dapurnya tidak mempunyai bak cuci, hanya sebuah keran air pada dinding di sudut, dengan batas yang disemen di bawahnya dan lebih tinggi dari lantai agar air tidak mengalir ke mana-mana. Air tidak mengalir 24 jam, tetapi air harus ditampung dan disimpan untuk waktu-waktu ketika aliran air berhenti.’
Karena tidak terbiasa dengan kondisi setempat, beberapa dari para utusan injil ini terserang penyakit selama bulan-bulan pertama penugasan mereka. Russell Yeatts berulang kali diserang penyakit disentri pada waktu ia tiba di Curaçao pada tahun 1946. Namun seorang saudara setempat telah memanjatkan doa yang sungguh-sungguh sebagai rasa syukur kepada Yehuwa atas kehadiran para utusan injil ini sehingga mereka tidak sampai hati untuk meninggalkannya. Setelah tiba di Volta Hulu (kini Burkina Faso), Brian dan Elke Wise segera merasakan iklim ganas yang berakibat buruk atas kesehatan seseorang. Mereka harus belajar menanggulangi suhu 43° C pada siang hari. Selama tahun pertama mereka, panas yang menyengat ditambah malaria menyebabkan Elke jatuh sakit selama beberapa minggu berturut-turut. Pada tahun berikutnya, Brian harus berbaring di tempat tidur selama lima bulan akibat penyakit hepatitis yang parah. Namun mereka segera mendapati bahwa mereka dapat memimpin sejumlah pengajaran Alkitab yang bagus semampu mereka—dan kemudian beberapa lagi. Kasih akan orang-orang tersebut membantu mereka bertekun; begitu pula fakta bahwa mereka memandang penugasan mereka sebagai hak istimewa dan pelatihan yang baik untuk apa pun yang Yehuwa sediakan bagi mereka di masa depan.
Seraya tahun-tahun berlalu, lebih banyak utusan injil disambut di tempat penugasan mereka oleh para utusan injil yang telah lebih dahulu ada di sana atau oleh Saksi-Saksi setempat. Beberapa ditugaskan ke negeri-negeri yang memiliki kota-kota utama yang cukup modern. Mulai tahun 1946, Lembaga Menara Pengawal juga berupaya menyediakan rumah yang layak dan perabotan yang pokok bagi setiap kelompok utusan injil serta dana untuk makanan, dengan demikian mereka tidak perlu memikirkan hal-hal ini lagi dan memungkinkan mereka mengarahkan lebih banyak perhatian kepada pekerjaan pengabaran.
Di sejumlah tempat, perjalanan menjadi pengalaman yang menguji ketahanan mereka. Sehabis hujan, ternyata tidak hanya satu saudari utusan injil di Papua Nugini yang harus membawa perbekalan dengan ransel di punggungnya seraya berjalan melintasi semak belukar di jalan setapak yang licin dan sangat berlumpur sehingga kadang-kadang sepatu mereka terlepas dari kaki. Di Amerika Selatan, cukup banyak utusan injil yang telah menempuh perjalanan yang menegakkan bulu roma dengan bus di jalan-jalan sempit pada ketinggian di Pegunungan Andes. Ini merupakan pengalaman yang tidak mudah terlupakan bila bus saudara, berada di sisi luar jalan, berpapasan dengan sebuah kendaraan besar dari arah yang berlawanan di sebuah tikungan tanpa pagar pengaman dan saudara merasa bus mulai terjungkir lewat tebing yang curam!
Revolusi politik agaknya menjadi rutin dalam kehidupan di tempat-tempat tertentu, tetapi para utusan injil Saksi mencamkan pernyataan Yesus bahwa murid-muridnya ”bukan bagian dari dunia”; karena itu mereka bersikap netral terhadap pertikaian-pertikaian demikian. (Yoh. 15:19, NW) Mereka belajar untuk menekan rasa ingin tahu yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam bahaya yang tak perlu. Sering kali yang terbaik justru adalah menghindari berada di jalan sampai situasi mereda. Sembilan orang utusan injil di Vietnam tinggal tepat di jantung kota Saigon (kini Kota Ho Chi Minh) ketika perang melanda kota tersebut. Mereka dapat melihat bom-bom berjatuhan, kebakaran di seluruh kota, dan ribuan orang lari menyelamatkan diri. Namun karena menghargai bahwa Yehuwa telah mengutus mereka untuk menyampaikan pengetahuan yang dapat memberi kehidupan kepada orang-orang yang lapar akan kebenaran, mereka berpaling kepada-Nya untuk perlindungan.
Bahkan sewaktu situasi relatif damai, sulit bagi para utusan injil untuk melaksanakan pelayanan mereka di beberapa bagian kota-kota di Asia. Tampilnya seorang asing di jalan-jalan sempit sebuah daerah miskin di Lahore, Pakistan, sudah cukup menarik perhatian sekelompok besar anak dari segala umur yang jarang mandi dan tidak bersisir. Sambil berteriak dan berdesak-desakan, mereka membuntuti utusan injil itu dari rumah ke rumah, sering kali menyerobot masuk ke dalam rumah mengikuti si penyiar. Seluruh jalan itu segera diberi tahu harga majalah dan bahwa orang asing tersebut ’mencari orang untuk dijadikan Kristen’. Dalam keadaan demikian, biasanya mereka harus meninggalkan daerah itu. Kepergian mereka sering kali diikuti teriakan, tepuk tangan, dan kadang-kadang, hujan batu.
Kebiasaan setempat sering menuntut adanya beberapa penyesuaian di pihak para utusan injil. Di Jepang mereka belajar menanggalkan sepatu mereka di teras bila masuk ke sebuah rumah. Dan mereka harus membiasakan diri, jika mungkin, untuk duduk di lantai di depan sebuah meja pendek pada waktu pengajaran Alkitab. Di beberapa daerah di Afrika, mereka belajar bahwa menggunakan tangan kiri untuk menawarkan sesuatu kepada orang lain dianggap sebagai penghinaan. Dan mereka mendapati bahwa di bagian dunia itu, mereka dianggap tidak sopan bila mencoba menjelaskan maksud kunjungan sebelum berbasa-basi dahulu—menanyakan kesehatan masing-masing dan menjawab pertanyaan seperti dari mana, mempunyai berapa anak, dan sebagainya. Di Brasil, para utusan injil biasanya harus bertepuk tangan di depan gerbang, bukan mengetuk pintu, untuk memanggil penghuni rumah.
Akan tetapi, di Lebanon para utusan injil menghadapi ragam kebiasaan yang lain. Hanya beberapa saudara membawa istri dan putri-putri mereka ke perhimpunan. Wanita-wanita yang hadir selalu duduk di bagian belakang, tidak pernah di antara para pria. Para utusan injil, karena tidak menyadari kebiasaan adat itu, menimbulkan kehebohan yang cukup besar pada perhimpunan pertama mereka. Sepasang suami-istri duduk di bagian muka, dan para saudari utusan injil yang masih lajang duduk di mana saja ada kursi kosong. Namun seusai perhimpunan suatu pembahasan mengenai prinsip-prinsip Kristen membantu menjernihkan suasana. (Bandingkan Ulangan 31:12; Galatia 3:28.) Pemisahan tidak terjadi lagi. Lebih banyak istri dan anak perempuan menghadiri perhimpunan. Mereka juga ikut serta dengan para saudari utusan injil dalam pelayanan dari rumah ke rumah.
Tantangan Berupa Bahasa Baru
Kelompok kecil utusan injil yang tiba di Martinik pada tahun 1949 hanya mengerti sedikit bahasa Prancis, tetapi mereka tahu bahwa orang-orang membutuhkan berita Kerajaan. Dengan iman yang sungguh-sungguh mereka mulai bekerja dari rumah ke rumah, dengan mencoba membacakan beberapa ayat Alkitab atau kutipan dari publikasi yang mereka tawarkan. Dengan penuh kesabaran, bahasa Prancis mereka lama-kelamaan membaik.
Walaupun para utusan injil ingin membantu Saksi-Saksi setempat dan orang-orang lain yang berminat, sering kali mereka sendirilah yang perlu dibantu lebih dahulu—dalam hal bahasa. Mereka yang diutus ke Togo mendapati bahwa tata bahasa Ewe, bahasa pribumi yang utama, cukup berbeda dibanding bahasa-bahasa Eropa, juga nada suara yang digunakan dalam mengucapkan sebuah kata dapat mengubah artinya. Maka, kata dengan dua huruf to, bila diucapkan dengan nada suara yang tinggi, dapat berarti telinga, gunung, mertua laki-laki, atau suku bangsa; dengan nada suara rendah, itu berarti kerbau. Para utusan injil yang melayani di Vietnam menghadapi suatu bahasa yang menggunakan enam variasi nada untuk setiap kata tertentu, masing-masing nada menghasilkan arti yang berlainan.
Edna Waterfall, yang ditugaskan ke Peru, tidak mudah melupakan rumah pertama tempat ia mencoba memberi kesaksian dalam bahasa Spanyol. Dengan berkeringat dingin, ia tersendat-sendat menyampaikan kesaksiannya yang dihafal, menawarkan lektur, dan mengatur suatu pengajaran Alkitab dengan seorang nyonya yang sudah berumur. Kemudian wanita itu berkata dalam bahasa Inggris yang sempurna, ”Baiklah, semuanya bagus sekali. Saya akan belajar dengan Anda dan kita akan melakukan semuanya dalam bahasa Spanyol untuk membantu Anda belajar bahasa Spanyol.” Dengan terkesima, Edna menjawab, ”Anda dapat berbahasa Inggris? Dan Anda membiarkan saya melakukan semua tadi dalam bahasa Spanyol saya yang tidak fasih?” ”Itu baik bagi Anda,” jawab wanita itu. Dan memang demikian! Sebagaimana segera disadari oleh Edna, benar-benar berbicara dalam bahasa itu merupakan bagian yang penting dalam belajar bahasa.
Di Italia, sewaktu George Fredianelli mencoba berbicara bahasa itu, ia mendapati bahwa kata-kata yang dianggapnya sebagai ungkapan Italia (namun sesungguhnya adalah kata-kata Inggris yang di-Italia-kan) tidak dimengerti. Untuk mengatasi problem itu, ia memutuskan untuk menulis seluruh khotbahnya kepada sidang-sidang dan menyampaikannya dengan membaca sebuah manuskrip. Namun banyak di antara hadirinnya mengantuk dan tertidur. Maka ia membuang manuskripnya, berbicara dengan kata-kata sendiri, dan meminta hadirin untuk membantunya bila ia terhenti. Dengan demikian mereka tetap terjaga, dan ini membantunya membuat kemajuan.
Untuk memberikan kepada para utusan injil suatu permulaan dengan bahasa mereka yang baru, kurikulum pelajaran di Sekolah Gilead untuk kelas-kelas awal mencakup bahasa-bahasa seperti bahasa Spanyol, Prancis, Italia, Portugis, Jepang, Arab, dan Urdu. Selama bertahun-tahun, lebih dari 30 bahasa diajarkan. Namun karena tidak semua lulusan dari suatu kelas tertentu pergi ke tempat-tempat yang menggunakan bahasa yang sama, maka kelas-kelas bahasa ini belakangan diganti dengan penyelenggaraan pelajaran bahasa di bawah pengawasan selama waktu yang intensif segera setelah mereka tiba di daerah penugasan mereka. Pada bulan pertama, para pendatang baru secara keseluruhan belajar bahasa selama 11 jam sehari; dan bulan berikutnya, setengah dari waktu mereka digunakan untuk belajar bahasa di rumah, dan setengah lagi dibaktikan untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam pelayanan pengabaran.
Akan tetapi, menurut pengamatan, mempraktekkan bahasa dalam pelayanan pengabaran merupakan kunci utama untuk membuat kemajuan; maka penyesuaian dibuat. Selama tiga bulan pertama dalam penugasan mereka, para utusan injil baru yang tidak mengerti bahasa setempat akan menggunakan empat jam sehari untuk belajar dengan seorang guru yang memenuhi syarat, dan sejak awal, mereka mempraktekkan apa yang mereka pelajari dengan memberi kesaksian kepada penduduk setempat tentang Kerajaan Allah.
Banyak kelompok utusan injil bekerja sebagai tim untuk memperbaiki daya tangkap bahasa mereka. Mereka membahas beberapa, atau sampai sebanyak 20 kata baru setiap hari pada waktu sarapan dan kemudian berupaya menggunakan kata-kata ini dalam pelayanan pengabaran mereka.
Mempelajari bahasa setempat ternyata merupakan faktor penting dalam hal memenangkan kepercayaan orang-orang. Di beberapa tempat, banyak yang merasa curiga terhadap orang asing. Hugh dan Carol Cormican telah melayani sewaktu masih lajang maupun sebagai suami-istri di lima negeri di Afrika. Mereka menyadari betul prasangka yang sering timbul antara orang Afrika dan orang Eropa. Namun mereka berkata, ”Berbicara dalam bahasa setempat cepat menyingkirkan perasaan ini. Selanjutnya, orang lain yang tidak suka mendengarkan kabar baik dari sesama bangsa mereka akan bersedia mendengarkan kami, mengambil lektur, dan belajar, karena kami telah berupaya untuk berbicara kepada mereka dalam bahasa mereka sendiri.” Agar dapat melakukan hal itu, Saudara Cormican belajar lima bahasa, selain bahasa Inggris, dan Saudari Cormican belajar enam bahasa.
Tentu saja, problem dapat timbul bila seorang berupaya belajar bahasa baru. Di Puerto Riko, seorang saudara yang sedang memutar berita Alkitab yang direkam kepada penghuni rumah langsung mematikan fonografnya dan pergi ke rumah berikut ketika penghuni rumah menjawab, ”¡Como no!” Baginya, kata itu kedengaran seperti ”Tidak”, dan setelah beberapa waktu ia baru mengetahui bahwa ucapan itu berarti ”Mengapa tidak!” Sebaliknya, para utusan injil kadang-kadang tidak mengerti sewaktu penghuni rumah berkata bahwa ia tidak berminat, sehingga mereka terus saja memberi kesaksian. Hasilnya beberapa penghuni rumah yang bertenggang rasa mendapat manfaat.
Ada pula situasi yang lucu. Leslie Franks, di Singapura, belajar bahwa ia harus berhati-hati untuk tidak bicara tentang kelapa bila ia memaksudkan kepala, dan rumput bila ia memaksudkan rambut. Seorang utusan injil di Samoa, karena salah mengucapkan, bertanya kepada seorang pribumi, ”Bagaimana dengan jenggot anda?” (padahal orang itu tidak berjenggot), sedangkan yang ia maksudkan adalah pertanyaan yang sopan tentang keadaan istri pria itu. Di Ekuador, sewaktu seorang pengemudi bus secara mendadak mulai menjalankan kendaraannya, Zola Hoffman, yang sedang berdiri di dalam bus, hilang keseimbangannya dan terduduk di pangkuan seorang pria. Dengan tersipu-sipu malu, ia mencoba meminta maaf. Tetapi yang keluar dari mulutnya adalah, ”Con su permiso” (Dengan seizin Anda). Ketika pria itu dengan berbaik hati menjawab, ”Silakan, Nyonya,” penumpang-penumpang lain meledak tertawa.
Meskipun demikian, hasil-hasil baik dari pelayanan terlihat karena para utusan injil berupaya. Lois Dyer, yang tiba di Jepang pada tahun 1950, mengenang nasihat yang diberikan oleh Saudara Knorr, ”Lakukanlah sebaik-baiknya, dan, walaupun saudara-saudara membuat kesalahan, lakukanlah sesuatu!” Ia melakukannya, dan begitu pula dengan banyak orang lain. Selama 42 tahun berikutnya, para utusan injil yang diutus ke Jepang menyaksikan bagaimana jumlah pemberita Kerajaan di sana meningkat dari hanya beberapa menjadi lebih dari 170.000, dan pertumbuhan terus berlangsung. Betapa limpah pahala yang mereka peroleh, karena, setelah berpaling kepada Yehuwa untuk pengarahan-Nya, mereka rela berupaya!
Membuka Ladang Baru, Mengembangkan Ladang-Ladang Lain
Di puluhan negeri dan kepulauan, para utusan injil keluaran Sekolah Gilead-lah yang memulai pekerjaan pemberitaan Kerajaan atau memberikan dorongan yang dibutuhkan sesudah kesaksian diberikan sampai batas tertentu oleh orang-orang lain. Mereka terbukti sebagai Saksi-Saksi Yehuwa pertama yang memberitakan kabar baik di Somalia, Sudan, Laos, dan di banyak kepulauan di seputar bola bumi.
Pengabaran yang mula-mula telah dilakukan di tempat-tempat seperti Bolivia, Republik Dominika, Ekuador, El Salvador, Honduras, Nikaragua, Etiopia, Gambia, Liberia, Kamboja, Hong Kong, Jepang, dan Vietnam. Namun tidak seorang pun dari Saksi-Saksi Yehuwa yang melaporkan kegiatan di negeri-negeri ini ketika para utusan injil lulusan Sekolah Gilead pertama-tama tiba. Sedapat mungkin, para utusan injil mengerjakan negeri itu secara sistematis, dengan lebih dahulu berkonsentrasi pada kota-kota besar. Mereka tidak sekadar menempatkan lektur dan terus pindah ke tempat lain, sebagaimana dilakukan oleh para kolportir di masa lalu. Mereka dengan sabar mengunjungi kembali orang-orang berminat, memimpin pengajaran Alkitab dengan mereka, dan melatih mereka dalam pelayanan pengabaran.
Negeri-negeri lain hanya mempunyai kira-kira sepuluh pemberita Kerajaan (dan, sering kali, lebih sedikit) sebelum para utusan injil lulusan Sekolah Gilead tiba. Termasuk di antaranya adalah Kolombia, Guatemala, Haiti, Puerto Riko, Venezuela, Burundi, Pantai Gading, Kenya, Mauritius, Senegal, Afrika Barat Daya (kini Namibia), Sailan (kini Sri Lanka), Cina, dan Singapura, serta banyak kepulauan. Utusan-utusan injil memberikan contoh yang bergairah dalam pelayanan, membantu Saksi-Saksi setempat meningkatkan kemampuan mereka, mengorganisasi sidang-sidang, dan membantu saudara-saudara agar dapat memenuhi syarat untuk mengambil pimpinan. Sering kali mereka juga memulai pekerjaan penginjilan di daerah-daerah yang belum pernah dijamah sebelumnya.
Dengan bantuan ini jumlah Saksi mulai meningkat. Di kebanyakan negeri ini, kini terdapat ribuan Saksi yang aktif dari Yehuwa. Beberapa negeri di antaranya, memiliki puluhan ribu pemuji Yehuwa, atau bahkan lebih dari seratus ribu.
Beberapa Orang Ingin Sekali Mendengar
Di beberapa daerah, para utusan injil menemukan banyak orang yang bersedia dan ingin sekali belajar. Ketika Ted dan Doris Klein, lulusan kelas pertama Gilead, tiba di Kepulauan Virgin pada tahun 1947, ada begitu banyak orang yang ingin belajar Alkitab sehingga sering dinas mereka sehari selesai hingga tengah malam. Pada khotbah umum pertama yang disampaikan Saudara Klein di Lapangan Pasar Charlotte Amalie, ada seribu orang yang hadir.
Joseph McGrath dan Cyril Charles diutus ke daerah orang-orang Amis di Taiwan pada tahun 1949. Mereka harus tinggal dalam rumah-rumah beratap jerami dan berlantai tanah. Namun mereka berada di sana untuk membantu orang-orang. Beberapa pria suku Amis telah memperoleh lektur Menara Pengawal, telah menikmati bahan yang mereka baca itu, dan telah membagikan kabar baik kepada orang-orang lain. Kini para utusan injil ini berada di sana untuk membantu mereka bertumbuh secara rohani. Mereka diberi tahu bahwa ada 600 orang yang berminat akan kebenaran, tetapi sejumlah 1.600 orang menghadiri perhimpunan yang mereka adakan seraya mereka pindah dari desa ke desa. Orang-orang yang rendah hati ini mau belajar, tetapi mereka tidak mempunyai pengetahuan yang saksama mengenai banyak hal. Dengan sabar kedua saudara ini mulai mengajar mereka, satu pokok setiap kali belajar, sering kali membaktikan delapan jam atau lebih untuk pembahasan tanya jawab mengenai suatu pokok di setiap kampung. Pelatihan juga disediakan bagi 140 orang yang menyatakan keinginan untuk ikut memberi kesaksian dari rumah ke rumah. Sungguh suatu pengalaman yang membahagiakan bagi para utusan injil itu! Namun masih banyak yang perlu dilakukan untuk menghasilkan pertumbuhan rohani yang mantap.
Kira-kira 12 tahun kemudian, Harvey dan Kathleen Logan, utusan injil keluaran sekolah Gilead dan yang telah melayani di Jepang, ditugaskan untuk memberi bantuan lebih lanjut kepada saudara-saudara suku Amis. Saudara Logan menggunakan banyak waktu dalam membantu mereka memahami doktrin dan prinsip-prinsip dasar Alkitab dan juga hal-hal organisasi. Saudari Logan bekerja bersama saudari-saudari suku Amis dalam dinas pengabaran setiap hari, dan setelah itu ia berupaya mempelajari kebenaran-kebenaran dasar Alkitab bersama mereka. Kemudian, pada tahun 1963, Lembaga Menara Pengawal mengatur agar delegasi dari 28 negeri berkumpul bersama Saksi-Saksi setempat di desa Shou Feng, sehubungan dengan diadakannya sebuah kebaktian keliling dunia. Semua ini mulai membubuh fondasi yang kokoh untuk pertumbuhan lebih lanjut.
Pada tahun 1948, dua utusan injil, Harry Arnott dan Ian Fergusson, tiba di Rhodesia Utara (kini Zambia). Sudah ada 252 sidang dari Saksi-Saksi pribumi Afrika pada waktu itu, namun kini perhatian juga diberikan kepada orang-orang Eropa yang pindah ke situ karena dibukanya penambangan tembaga. Tanggapannya menggembirakan. Banyak lektur ditempatkan; mereka yang menerima pengajaran Alkitab maju dengan cepat. Pada tahun tersebut ada peningkatan 61 persen pada jumlah Saksi yang aktif dalam pelayanan pengabaran.
Di banyak tempat bukan hal yang luar biasa bila utusan injil mempunyai daftar tunggu orang-orang yang ingin mendapatkan pengajaran Alkitab. Kadang-kadang sanak-saudara, tetangga, dan teman-teman lain juga ikut hadir ketika pengajaran diadakan. Bahkan sebelum orang-orang dapat menerima pengajaran Alkitab secara pribadi, mereka mungkin sudah menghadiri perhimpunan di Balai Kerajaan secara tetap tentu.
Akan tetapi, di negeri-negeri lain, meskipun upaya besar dikerahkan oleh para utusan injil, hasil tuaiannya sangat terbatas. Sudah sejak tahun 1953, para utusan injil Menara Pengawal diutus ke Pakistan Timur (kini Bangladesh), yang penduduknya kini melebihi 115.000.000 dan terutama beragama Islam dan Hindu. Upaya sungguh-sungguh dikerahkan untuk membantu orang-orang. Namun, menjelang tahun 1992, hanya ada 42 penyembah Yehuwa di negeri tersebut. Akan tetapi, dalam pandangan para utusan injil yang melayani daerah-daerah semacam ini, setiap orang yang mulai menganut ibadat sejati teristimewa berharga—karena mereka begitu langka.
Bantuan Pengasih Bagi Rekan-Rekan Saksi
Pekerjaan para utusan injil pada dasarnya adalah menginjil, memberitakan kabar baik tentang Kerajaan Allah. Namun seraya mereka ikut serta secara pribadi dalam kegiatan ini, mereka juga dapat memberikan banyak bantuan kepada Saksi-Saksi setempat. Para utusan injil telah mengundang mereka agar ikut serta dalam pelayanan pengabaran dan telah memberikan saran-saran tentang cara menangani situasi-situasi sulit. Dengan mengamati utusan injil, Saksi-Saksi setempat sering kali belajar bagaimana melaksanakan pelayanan secara lebih terorganisasi dan bagaimana menjadi guru yang lebih efektif. Sebaliknya, para utusan injil dibantu oleh Saksi-Saksi setempat dalam menyesuaikan diri dengan kebiasaan setempat.
Sewaktu tiba di Portugal pada tahun 1948, John Cooke mengambil langkah-langkah untuk mengorganisasi pekerjaan dari rumah ke rumah secara sistematis. Walaupun mereka bersedia, banyak Saksi setempat membutuhkan pelatihan. Belakangan ia berkata, ”Saya tidak akan pernah lupa sewaktu pertama kali keluar dalam dinas dengan saudari-saudari di Almada. Ya, enam saudari masuk ke satu rumah bersama-sama. Bayangkan sekelompok orang yang terdiri dari enam wanita berdiri di depan pintu seraya salah seorang dari mereka menyampaikan sebuah khotbah pendek! Namun secara berangsur semuanya mulai menjadi tertib dan bergerak maju.”
Teladan keberanian para utusan injil membantu Saksi-Saksi di Kepulauan Leeward untuk menjadi berani, tidak mudah diintimidasi oleh penentang yang berupaya mengganggu pekerjaan ini. Iman yang diperlihatkan oleh seorang utusan injil membantu saudara-saudara di Spanyol memulai pelayanan dari rumah ke rumah, meskipun pada waktu itu mereka hidup di bawah kediktatoran Fasis Katolik. Para utusan injil yang melayani di Jepang sesudah Perang Dunia II memberikan teladan dalam berlaku bijaksana—tidak berbicara berulang-ulang tentang kegagalan agama nasional, sesudah kaisar Jepang melepaskan statusnya sebagai dewa, melainkan mengemukakan bukti yang meyakinkan untuk mempercayai Pencipta.
Saksi-Saksi setempat mengamati para utusan injil dan sering kali sangat terpengaruh oleh hal-hal yang mungkin pada waktu itu belum disadari oleh para utusan injil. Di Trinidad, beberapa peristiwa memperlihatkan kerendahan hati para utusan injil, kerelaan mereka untuk bersabar menahan keadaan-keadaan yang sulit, dan kerja keras mereka dalam dinas Yehuwa meskipun cuaca yang panas masih sering menjadi topik pembicaraan setelah bertahun-tahun kemudian. Saksi-Saksi di Korea sangat terkesan oleh semangat rela berkorban para utusan injil yang selama sepuluh tahun tidak meninggalkan negeri itu untuk mengunjungi keluarga mereka karena pemerintah tidak mau mengeluarkan izin masuk kembali kecuali dalam beberapa kasus darurat yang berdasarkan ”kemanusiaan”.
Selama dan sesudah mengenyam pendidikan Sekolah Gilead mereka yang pertama, kebanyakan utusan injil telah memandang dari dekat cara bekerja kantor pusat organisasi Yehuwa yang kelihatan. Mereka sering mendapat banyak kesempatan untuk bergaul dengan anggota-anggota Badan Pimpinan. Belakangan, dalam penugasan mereka sebagai utusan injil, mereka dapat menyampaikan kepada Saksi-Saksi setempat dan orang-orang yang baru berminat laporan pandangan mata mengenai cara organisasi berfungsi serta penghargaan mereka sendiri terhadapnya. Dalamnya penghargaan yang mereka perlihatkan berkenaan bekerjanya organisasi secara teokratis sering kali merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan yang dialami.
Di banyak tempat penugasan para utusan injil, tidak ada perhimpunan sidang sewaktu mereka tiba. Maka mereka membuat penyelenggaraan yang dibutuhkan, memimpin perhimpunan, dan menangani hampir semua bagian perhimpunan sampai ada saudara-saudara lain yang memenuhi syarat untuk ikut dalam hak-hak istimewa ini. Mereka terus-menerus melatih saudara-saudara lain agar dapat memenuhi syarat untuk mengambil alih tanggung jawab. (2 Tim. 2:2) Mula-mula perhimpunan biasanya diadakan di rumah utusan injil. Belakangan, pengaturan dibuat untuk Balai-Balai Kerajaan.
Di tempat-tempat yang sudah memiliki sidang, para utusan injil menyumbang dengan membuat perhimpunan lebih menarik dan instruktif. Komentar mereka yang dipersiapkan dengan baik dihargai dan segera memberikan pola yang kemudian ditiru oleh orang-orang lain. Dengan menerapkan pelatihan Gilead mereka, saudara-saudara memberikan teladan dalam hal berbicara kepada umum dan mengajar, dan mereka dengan senang hati menggunakan waktu bersama saudara-saudara setempat untuk membantu mereka mempelajari seni itu. Di negeri-negeri yang penduduknya secara tradisional bersifat santai dan tidak begitu memperhatikan ketepatan waktu, para utusan injil juga dengan sabar membantu mereka menghargai nilai dari perhimpunan yang dimulai tepat waktu dan menganjurkan setiap orang untuk hadir tepat waktu di sana.
Kondisi-kondisi yang mereka dapati di beberapa tempat menunjukkan bahwa bantuan diperlukan untuk membina penghargaan akan pentingnya berpaut kepada standar-standar Yehuwa yang adil-benar. Di Botswana, misalnya, mereka mendapati bahwa beberapa saudari masih mengikatkan benang atau manik-manik pada bayi mereka sebagai penangkal bahaya, tidak sepenuhnya menyadari bahwa kebiasaan ini berakar pada takhayul dan ilmu sihir. Di Portugal mereka mendapati keadaan-keadaan yang menimbulkan perpecahan. Dengan penuh kesabaran, bantuan yang pengasih, dan ketegasan bila perlu, kesehatan rohani yang membaik menjadi nyata.
Para utusan injil yang ditugaskan untuk menempati kedudukan sebagai pengawas di Finlandia membaktikan banyak waktu dan upaya untuk melatih saudara-saudara setempat agar dapat menangani problem-problem dengan penalaran berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab dan dengan demikian sampai kepada kesimpulan yang sesuai dengan pemikiran Allah sendiri. Di Argentina mereka juga membantu saudara-saudara untuk mempelajari nilai dari sebuah jadwal, cara menyimpan catatan, pentingnya menyimpan berkas-berkas. Di Jerman mereka membantu saudara-saudara yang loyal yang dalam beberapa segi memiliki pandangan yang agak terlalu kaku, sebagai akibat perjuangan hidup dalam kamp-kamp konsentrasi, untuk lebih sepenuhnya meniru cara-cara Yesus Kristus yang lemah lembut dalam menggembalakan kawanan domba Allah.—Mat. 11:28-30; Kis. 20:28.
Pekerjaan dari beberapa utusan injil mencakup berurusan dengan para pejabat pemerintah, menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, dan mengajukan permohonan untuk pengakuan hukum atas pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa. Misalnya, selama jangka waktu hampir empat tahun, Saudara Joly, yang ditugaskan ke Kamerun bersama istrinya, berulang kali berupaya memperoleh pengakuan resmi. Ia sering berbicara kepada para pejabat berbangsa Prancis maupun Afrika. Akhirnya, sesudah ada perubahan pemerintahan, pengakuan resmi diberikan. Sampai saat ini Saksi-Saksi telah aktif di Kamerun selama 27 tahun dan sudah berjumlah lebih dari 6.000 orang.
Menghadapi Tantangan dalam Dinas Keliling
Beberapa utusan injil telah ditugaskan untuk melayani sebagai pengawas keliling. Ada kebutuhan khusus di Australia, di sana upaya beberapa saudara telah disimpangkan secara kurang bijaksana dari kepentingan Kerajaan kepada kepentingan duniawi selama Perang Dunia II. Pada waktunya, hal ini telah diluruskan, dan selama kunjungan Saudara Knorr pada tahun 1947, pentingnya untuk tetap mengutamakan pekerjaan pengabaran Kerajaan ditandaskan. Kemudian, kegairahan, teladan yang bagus, dan metode pengajaran dari para lulusan Gilead yang melayani sebagai pengawas wilayah dan distrik lebih lanjut membantu memupuk suasana rohani yang sesungguhnya di kalangan Saksi-Saksi di sana.
Ikut serta dalam dinas keliling demikian sering kali menuntut kerelaan untuk mengerahkan upaya yang besar dan menghadapi bahaya. Wallace Liverance mendapati bahwa satu-satunya cara untuk menemui satu keluarga yang terdiri dari penyiar-penyiar yang tinggal terpencil di Volcan, Bolivia, adalah dengan berjalan 90 kilometer pulang pergi melintasi daerah berbatu dan gersang di bawah terik matahari pada ketinggian kira-kira 3.400 meter, sambil membawa perlengkapan kantong tidur, makanan, dan air, serta lektur. Untuk melayani sidang-sidang di Filipina, Neal Callaway sering kali naik bus yang penuh sesak di daerah pedesaan, membagi tempat bukan hanya dengan manusia melainkan juga dengan hewan dan hasil bumi. Richard Cotterill mengawali pekerjaannya sebagai pengawas keliling di India sewaktu ribuan orang dibunuh karena kebencian agama. Ketika ia dijadwalkan untuk melayani saudara-saudara di suatu daerah yang bergolak, pegawai penjualan karcis kereta api mencoba membujuknya untuk tidak pergi ke sana. Perjalanan itu terbukti menjadi mimpi buruk bagi kebanyakan penumpang, tetapi Saudara Cotterill sangat mengasihi saudara-saudaranya, tidak peduli di mana mereka tinggal atau bahasa apa yang mereka gunakan. Dengan menaruh keyakinan kepada Yehuwa, ia menerangkan, ”Jika Yehuwa menghendaki, aku akan berupaya tiba di sana.”—Yak. 4:15.
Menganjurkan Orang Lain untuk Terjun Dalam Dinas Sepenuh Waktu
Sebagai hasil dari semangat bergairah yang diperlihatkan oleh para utusan injil, banyak orang yang mendapat pengajaran dari mereka telah meniru teladan mereka dengan terjun dalam dinas sepenuh waktu. Di Jepang, yang telah dilayani oleh 168 utusan injil, ada 75.956 perintis pada tahun 1992; lebih dari 40 persen jumlah penyiar di Jepang berada dalam corak tertentu dari dinas sepenuh waktu. Di Republik Korea, terdapat rasio yang serupa.
Dari negeri-negeri yang memiliki rasio yang cukup baik antara Saksi-Saksi dan penduduk, banyak rohaniwan sepenuh waktu telah diundang untuk menerima pelatihan di Sekolah Gilead dan kemudian telah diutus untuk melayani di tempat-tempat lain. Sejumlah besar utusan injil berasal dari Amerika Serikat dan Kanada; kira-kira 400 orang dari Inggris; lebih dari 240 orang dari Jerman; 150 orang lebih dari Australia; lebih dari 100 orang dari Swedia; selain itu utusan injil dengan jumlah yang cukup besar dari Belanda, Denmark, Finlandia, Hawaii, Selandia Baru, dan lain-lain. Beberapa negeri yang tadinya dibantu oleh para utusan injil belakangan menyediakan juga calon-calon utusan injil untuk dinas di negeri-negeri lain.
Memenuhi Kebutuhan Dalam Organisasi yang Berkembang
Seraya organisasi berkembang, para utusan injil juga mengemban berbagai tanggung jawab lain. Cukup banyak di antara mereka yang telah melayani sebagai penatua atau pelayan sidang dalam sidang-sidang yang mereka bantu. Di banyak negeri mereka menjadi pengawas wilayah dan distrik yang pertama. Seraya perkembangan lebih lanjut memungkinkan Lembaga bermanfaat untuk mendirikan kantor-kantor cabang yang baru, sejumlah utusan injil telah dipercayakan dengan tanggung jawab sehubungan dengan kegiatan kantor cabang. Dalam beberapa keadaan, mereka yang sudah menguasai bahasa dengan baik diminta untuk membantu menerjemahkan lektur Alkitab dan mengoreksi hasilnya sebelum dicetak.
Akan tetapi, mereka terutama merasa mendapat imbalan bila orang-orang yang telah belajar Firman Allah bersama mereka, atau saudara-saudara yang sedikit banyak telah mereka bantu bertumbuh secara rohani, dapat memenuhi syarat untuk mengemban berbagai tanggung jawab. Maka sepasang suami-istri di Peru gembira ketika melihat beberapa yang telah belajar dengan mereka melayani sebagai perintis istimewa, membantu memperkuat sidang-sidang baru dan membuka daerah baru. Satu pengajaran yang dipimpin oleh seorang utusan injil bersama sebuah keluarga di Sri Lanka telah menghasilkan seorang anggota Panitia Cabang bagi negeri ini. Banyak utusan injil lain telah menikmati sukacita yang serupa.
Mereka juga menghadapi tentangan.
Ketika Menghadapi Tentangan
Yesus mengatakan kepada para pengikutnya bahwa mereka akan dianiaya, bahkan seperti yang telah ia alami. (Yoh. 15:20) Karena utusan injil biasanya berasal dari luar negeri, sering kali bila penganiayaan hebat meledak di suatu negeri, ini berarti deportasi.
Pada tahun 1967, Sona Haidostian dan orang-tuanya ditangkap di Aleppo, Suriah. Mereka dijebloskan ke dalam penjara selama lima bulan dan kemudian diusir dari negeri itu tanpa membawa barang-barang milik mereka. Margarita Königer, dari Jerman, ditugaskan ke Madagaskar; tetapi deportasi demi deportasi mengakibatkan ia mendapat beberapa penugasan baru, di Kenya, Dahomey (Benin), dan Volta Hulu (Burkina Faso). Domenick Piccone dan istrinya, Elsa, diusir dari Spanyol pada tahun 1957 karena pengabaran mereka, kemudian dari Portugal pada tahun 1962, dan dari Maroko pada tahun 1969. Akan tetapi, di setiap negeri seraya berupaya agar perintah pengusiran tidak diberlakukan, ada hal-hal baik yang dicapai. Kesaksian diberikan kepada para pejabat. Di Maroko, misalnya, mereka mendapat kesempatan untuk memberi kesaksian kepada pejabat-pejabat yang duduk di Dewan Keamanan Nasional, seorang hakim di Mahkamah Agung, kepala polisi Tangier, dan konsul-konsul AS di Tangier dan Rabat.
Diusirnya utusan-utusan injil tidak menghentikan pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa, seperti diharapkan oleh beberapa pejabat. Benih-benih kebenaran yang sudah ditabur sering kali terus bertumbuh. Misalnya, empat utusan injil baru melaksanakan pelayanan mereka selama beberapa bulan di Burundi ketika pemerintah memaksa mereka pergi pada tahun 1964. Namun salah seorang di antara mereka terus berhubungan melalui surat dengan seorang peminat, yang menulis bahwa ia sedang belajar Alkitab bersama 26 orang. Seorang Saksi berbangsa Tanzania yang belum lama ini pindah ke Burundi juga tetap sibuk mengabar. Lambat laun jumlah mereka meningkat hingga ada ratusan orang yang membagikan berita Kerajaan kepada lebih banyak orang lagi.
Di tempat lain, sebelum mengeluarkan perintah deportasi, para pejabat menggunakan kekerasan yang kejam dalam upaya menjadikan setiap orang tunduk kepada tuntutan mereka. Di Gbarnga, Liberia, pada tahun 1963, beberapa tentara menangkap 400 pria, wanita, dan anak-anak yang sedang menghadiri sebuah kebaktian Kristen di sana. Tentara-tentara itu menggiring mereka ke kamp tentara, mengancam mereka, memukuli mereka, dan menuntut agar setiap orang—tidak peduli kebangsaan atau kepercayaan agama mereka—memberi salut kepada bendera Liberia. Di antara mereka yang ada dalam kelompok tersebut terdapat Milton Henschel, dari Amerika Serikat. Ada juga beberapa utusan injil, termasuk John Charuk dari Kanada. Salah seorang lulusan Gilead berkompromi, sebagaimana pernah ia lakukan sebelumnya (meskipun hal itu tidak pernah ia ungkapkan), dan ini pasti mempengaruhi orang-orang lain yang ada di kebaktian itu untuk ikut berkompromi. Maka jelaslah siapa yang benar-benar takut akan Allah dan siapa yang terjerat oleh takut akan manusia. (Ams. 29:25) Setelah itu, pemerintah menyuruh agar semua utusan injil Saksi yang berasal dari luar negeri pergi meninggalkan negeri, walaupun belakangan pada tahun itu juga sebuah perintah resmi dari presiden mengizinkan mereka untuk kembali.
Sering kali, tindakan yang diambil oleh pejabat-pejabat pemerintah terhadap para utusan injil disebabkan oleh adanya tekanan dari para pemimpin agama. Kadang-kadang tekanan itu dilancarkan tidak secara terang-terangan. Belakangan, setiap orang mengetahui siapa yang sengaja mengobarkan tentangan. George Koivisto tidak akan pernah melupakan pagi harinya yang pertama dalam dinas pengabaran di Medellín, Kolombia. Tiba-tiba segerombolan anak sekolah yang berteriak-teriak muncul, sambil melemparkan batu dan gumpalan tanah liat. Seorang wanita penghuni rumah, yang belum pernah bertemu dengannya, memaksanya masuk dan menutup semua jendela kayu, berkali-kali meminta maaf atas perbuatan massa di luar itu. Ketika polisi tiba, beberapa orang menyalahkan guru sekolah karena membiarkan murid-murid itu keluar. Tetapi yang lain berteriak, ”Bukan! Ini gara-gara imam itu! Melalui pengeras suara ia mengumumkan agar murid-murid dibiarkan ke luar untuk ’melempari Orang-Orang Protestan itu dengan batu’.”
Keberanian ilahi disertai kasih akan domba-domba diperlukan. Elfriede Löhr dan Ilse Unterdörfer ditugaskan ke lembah Gastein di Austria. Dalam waktu singkat, banyak lektur Alkitab ditempatkan kepada orang-orang yang lapar akan makanan rohani. Tetapi kemudian para pemimpin agama bereaksi. Mereka mendesak anak-anak sekolah untuk meneriaki para utusan injil tersebut di jalan-jalan dan lari mendahului mereka guna memperingatkan para penghuni rumah agar tidak mendengarkan mereka. Orang-orang menjadi takut. Namun dengan ketekunan yang pengasih, beberapa pengajaran yang baik dimulai. Ketika sebuah ceramah umum Alkitab diselenggarakan, imam paroki itu berdiri dengan gaya yang menantang tepat di depan tempat perhimpunan. Namun ketika para utusan injil pergi ke jalan untuk menyambut kedatangan orang-orang, imam tersebut menghilang. Ia memanggil seorang polisi dan kemudian kembali, dengan harapan dapat mengacaukan perhimpunan. Namun upayanya gagal. Pada waktunya sebuah sidang yang bagus terbentuk di sana.
Di kota-kota dekat Ibarra, Ekuador, Unn Raunholm dan Julia Parsons berulang kali menghadapi gerombolan yang didalangi oleh seorang imam. Karena imam tersebut menyebabkan kegaduhan setiap kali para utusan injil muncul di San Antonio, maka saudari-saudari tersebut memutuskan untuk memusatkan kegiatan di kota lain, yakni Atuntaqui. Namun suatu hari kepala polisi setempat dengan penuh kekhawatiran mendesak Saudari Raunholm untuk segera meninggalkan kota. ”Imam itu sedang mengorganisasi suatu unjuk rasa terhadap Anda, dan saya tidak mempunyai cukup banyak orang untuk membela Anda,” katanya. Saudari Raunholm masih mengingat jelas, ”Gerombolan itu mengejar kami! Bendera Vatikan berwarna putih dan kuning dilambai-lambaikan di depan kelompok seraya imam memekikkan slogan-slogan seperti ’Hidup Gereja Katolik!’ ’Matilah orang-orang Protestan!’ ’Hidup keperawanan Sang Perawan!’ ’Hidup pengakuan dosa!’ Setiap kali, gerombolan itu menggemakan slogan-slogan tersebut kata demi kata mengikuti sang imam.” Tepat pada waktu itu beberapa pria mengundang saudari-saudari Saksi tersebut masuk ke dalam Wisma Serikat Buruh setempat demi keselamatan mereka. Di sana para utusan injil itu sibuk memberi kesaksian kepada orang-orang yang masuk untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Mereka menempatkan semua lektur yang mereka bawa.
Kursus yang Dirancang untuk Memenuhi Kebutuhan Khusus
Selama tahun-tahun sejak para utusan injil yang pertama diutus dari Sekolah Gilead, organisasi Saksi-Saksi Yehuwa telah mengalami pertumbuhan dengan kegiatan yang mencengangkan. Pada tahun 1943, ketika sekolah dibuka, hanya ada 129.070 Saksi di 54 negeri (sebenarnya 103 negeri menurut cara pembagian peta pada awal tahun 1990-an). Menjelang tahun 1992, ada 4.472.787 Saksi di 229 negeri dan kepulauan di seluas dunia. Seraya pertumbuhan ini terjadi, kebutuhan organisasi pun berubah. Kantor-kantor cabang yang pada mulanya menangani kurang dari seratus Saksi yang tergabung dalam beberapa sidang kini mengawasi kegiatan dari puluhan ribu Saksi, dan banyak di antara kantor-kantor cabang ini merasa perlu untuk mencetak lektur di negeri setempat guna memperlengkapi mereka yang ikut ambil bagian dalam pekerjaan penginjilan.
Untuk memenuhi kebutuhan yang berubah-ubah ini, maka 18 tahun setelah Sekolah Gilead dibuka, suatu kursus pelatihan selama sepuluh bulan di kantor pusat sedunia dari Lembaga diselenggarakan khusus bagi saudara-saudara yang mengemban tanggung jawab berat di kantor-kantor cabang Lembaga Menara Pengawal. Beberapa di antara mereka sebelumnya telah mengikuti kursus utusan injil Gilead selama lima bulan; yang lainnya belum. Mereka semua dapat memperoleh manfaat dari pelatihan khusus untuk pekerjaan mereka ini. Pembahasan mengenai cara menangani berbagai situasi dan memenuhi kebutuhan organisasi yang selaras dengan prinsip-prinsip Alkitab memiliki dampak yang mempersatukan. Kurikulumnya mencakup penelitian analitis ayat demi ayat dari seluruh Alkitab. Ini juga mencakup tinjauan sejarah agama; pelatihan yang terperinci mengenai hal-hal yang tersangkut dalam menjalankan sebuah kantor cabang, Rumah Betel, dan percetakan; dan petunjuk mengenai pengawasan pelayanan pengabaran, mengorganisasi sidang baru, dan membuka ladang-ladang baru. Kursus-kursus ini (termasuk yang terakhir yang dipersingkat menjadi delapan bulan) diselenggarakan di kantor pusat sedunia, di Brooklyn, New York, dari tahun 1961 hingga 1965. Banyak di antara para lulusan diutus kembali ke negeri-negeri yang telah mereka layani; beberapa ditugaskan ke negeri-negeri lain; di sana mereka dapat memberikan sumbangan yang berharga kepada pekerjaan tersebut.
Sejak tanggal 1 Februari 1976, suatu penyelenggaraan baru diberlakukan di kantor-kantor cabang Lembaga untuk memperlengkapi ekspansi lebih lanjut yang telah diantisipasi sebelumnya sesuai dengan nubuat Alkitab. (Yes. 60:8, 22) Sebaliknya daripada hanya seorang pengawas cabang, beserta asistennya, yang mengawasi setiap cabang, Badan Pimpinan telah menunjuk tiga saudara atau lebih yang memenuhi syarat untuk melayani dalam setiap Panitia Cabang. Kantor cabang yang lebih besar dapat mempunyai sampai sebanyak tujuh orang anggota panitia. Untuk memberikan pelatihan bagi semua saudara ini, suatu kursus istimewa Gilead selama lima minggu diselenggarakan di Brooklyn, New York. Empat belas kelas yang terdiri dari anggota-anggota Panitia Cabang dari seluruh bagian dunia diberikan pelatihan khusus di kantor pusat sedunia sejak akhir tahun 1977 hingga tahun 1980. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik untuk mempersatukan dan memurnikan tata-kerja.
Sekolah Gilead terus melatih mereka yang memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam pelayanan sepenuh waktu dan bersedia dan sanggup diutus ke luar negeri, namun lebih banyak yang dapat ditugaskan. Untuk memudahkan pelatihan, sekolah diselenggarakan di negeri-negeri lain sebagai perluasan dari Gilead sehingga siswa-siswa tidak perlu belajar bahasa Inggris dulu untuk dapat memenuhi syarat mengikutinya. Pada tahun 1980-81, Sekolah Budaya Gilead di Meksiko memberikan pelatihan bagi siswa-siswa berbahasa Spanyol yang membantu memenuhi kebutuhan mendesak akan pekerja-pekerja yang memenuhi syarat di Amerika Tengah dan Selatan. Pada tahun 1981-82, 1984, dan sekali lagi pada tahun 1992, kelas-kelas dari Sekolah Perluasan Gilead juga diselenggarakan di Jerman. Dari situ para lulusan diutus ke Afrika, Amerika Selatan, Eropa Timur, dan berbagai negeri di kepulauan. Kelas-kelas yang lain diadakan di India pada tahun 1983.
Seraya Saksi-Saksi setempat yang bergairah bergabung dengan para utusan injil dalam meluaskan kesaksian Kerajaan, jumlah Saksi-Saksi Yehuwa meningkat dengan pesat, dan hal ini mengarah kepada terbentuknya lebih banyak sidang. Antara tahun 1980 dan 1987, jumlah sidang di seluruh dunia meningkat sebanyak 27 persen, mencapai jumlah 54.911. Di beberapa daerah, walaupun banyak orang menghadiri perhimpunan dan ambil bagian dalam pelayanan pengabaran, kebanyakan saudara masih baru. Ada kebutuhan yang mendesak akan pria-pria Kristen yang berpengalaman untuk melayani sebagai gembala dan guru rohani, dan juga untuk mengambil pimpinan dalam pekerjaan penginjilan. Guna membantu memenuhi kebutuhan ini, pada tahun 1987 Badan Pimpinan mengadakan Sekolah Pelatihan Pelayanan sebagai suatu segmen dari program pendidikan Alkitab Sekolah Gilead. Kursus selama delapan minggu itu mencakup penelitian Alkitab secara sungguh-sungguh serta minat pribadi kepada perkembangan rohani setiap siswa. Masalah organisasi dan pengadilan sidang, serta tanggung jawab para penatua dan pelayan sidang, dibahas, dan pelatihan khusus diberikan dalam hal berbicara kepada umum. Tanpa mengganggu kelas-kelas yang secara teratur diadakan untuk melatih para utusan injil, sekolah ini diselenggarakan dengan menggunakan fasilitas-fasilitas lain, dan terdapat di berbagai negeri. Para lulusan kini memenuhi kebutuhan vital di banyak negeri.
Dengan demikian pelatihan yang diperluas dan yang diselenggarakan oleh Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal ini telah mengikuti perkembangan kebutuhan yang berubah dari organisasi internasional yang bertumbuh dengan pesat.
”Ini Aku, Utuslah Aku!”
Semangat yang diperlihatkan oleh para utusan injil sama seperti semangat nabi Yesaya. Ketika Yehuwa menyiagakan dia untuk memanfaatkan kesempatan dalam dinas khusus, ia memberi tanggapan, ”Ini aku, utuslah aku!” (Yes. 6:8) Semangat kerelaan ini telah menggerakkan ribuan pria dan wanita muda untuk meninggalkan lingkungan yang akrab dan sanak-saudara untuk melayani demi memajukan kehendak Allah di mana pun mereka dibutuhkan.
Keadaan keluarga telah membawa perubahan dalam kehidupan banyak utusan injil. Beberapa yang memiliki anak-anak sesudah menjadi utusan injil dapat tinggal di negeri tempat mereka ditugaskan, melakukan pekerjaan duniawi sekadarnya dan bekerja dengan sidang-sidang. Beberapa, setelah bertahun-tahun dalam dinas, terpaksa kembali ke negeri asal mereka untuk mengurus orang-tua yang sudah lanjut usia, atau karena alasan-alasan lain. Namun mereka menganggap sebagai hak istimewa untuk ambil bagian dalam dinas utusan injil selama keadaan memungkinkan.
Yang lain telah berhasil menjadikan dinas utusan injil sebagai pekerjaan selama hidup mereka. Untuk dapat melakukannya, mereka semua telah berupaya mengatasi keadaan-keadaan yang penuh tantangan. Olaf Olson, yang telah menikmati karier yang panjang sebagai utusan injil di Kolombia, mengakui, ”Tahun pertama merupakan yang tersulit.” Hal itu terutama karena ketidakmampuan untuk mengungkapkan diri secara memadai dalam bahasanya yang baru. Ia menambahkan, ”Andai kata saya terus memikirkan negeri yang telah saya tinggalkan, saya tentu tidak akan berbahagia, tetapi saya telah mengambil keputusan untuk hidup secara fisik dan mental di Kolombia, untuk berteman dengan saudara-saudari yang ada dalam kebenaran di sana, untuk menjadikan diri sibuk dalam pelayanan dan kemudian saya menjadi betah di daerah penugasan saya.”
Ketekunan yang mereka perlihatkan dalam penugasan bukanlah karena mereka selalu mendapati lingkungan fisik yang ideal. Norman Barber, yang melayani di Birma (kini Myanmar) dan India, sejak tahun 1947 hingga akhir hayatnya pada tahun 1986, mengungkapkan sebagai berikut, ”Jika seseorang bersukacita karena digunakan oleh Yehuwa, maka tempat mana pun dianggap sama baiknya. . . . Terus terang, daerah beriklim tropis menurut pendapat saya bukanlah tempat tinggal yang ideal. Cara hidup orang-orang di daerah tropis juga bukan cara hidup yang akan saya pilih secara pribadi. Namun ada hal-hal yang lebih penting untuk dipertimbangkan daripada hal-hal sepele demikian. Mampu memberikan bantuan kepada orang-orang yang benar-benar miskin secara rohani merupakan suatu hak istimewa yang di luar kuasa manusia untuk mengungkapkannya.”
Lebih banyak lagi yang berpandangan seperti itu, dan semangat rela berkorban ini telah banyak menyumbang kepada penggenapan nubuat Yesus bahwa kabar baik tentang Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh bumi yang berpenduduk, sebagai kesaksian bagi segala bangsa, sebelum tiba kesudahannya.—Mat. 24:14.
[Catatan Kaki]
a The Watchtower, 15 Februari 1943, hlm. 60-4.
[Blurb di hlm. 523]
Ditekankan tentang pentingnya mengandalkan Yehuwa sepenuhnya dan loyal kepada-Nya
[Blurb di hlm. 534]
Rasa humor yang baik membantu!
[Blurb di hlm. 539]
Kesabaran, bantuan yang pengasih, dan ketegasan bila perlu
[Blurb di hlm. 546]
’Memberikan bantuan kepada orang-orang yang benar-benar miskin secara rohani merupakan suatu hak istimewa yang di luar kuasa manusia untuk mengungkapkannya’
[Kotak di hlm. 533]
Kelas-Kelas Gilead
1943-60: Sekolah di South Lansing, New York. Dalam 35 kelas, 3.639 siswa dari 95 negeri telah lulus, kebanyakan ditugaskan untuk dinas utusan injil. Pengawas wilayah dan distrik yang melayani di Amerika Serikat juga termasuk dalam kelas-kelas ini.
1961-65: Sekolah di Brooklyn, New York. Dalam 5 kelas, 514 orang siswa lulus dan diutus ke negeri-negeri yang mempunyai kantor cabang dari Lembaga Menara Pengawal; kebanyakan lulusan dipercayakan penugasan administratif. Empat kelas di antaranya berlangsung selama 10 bulan; satu selama 8 bulan.
1965-88: Sekolah di Brooklyn, New York. Dalam 45 kelas, masing-masing berlangsung selama 20 minggu, 2.198 siswa lain dilatih, kebanyakan untuk dinas utusan injil.
1977-80: Sekolah di Brooklyn, New York. Pendidikan Gilead selama lima minggu bagi anggota-anggota Panitia Cabang. Empat belas kelas diadakan.
1980-81: Sekolah Budaya Gilead di Meksiko; pendidikan 10 minggu; tiga kelas; 72 lulusan berbahasa Spanyol siap untuk dinas di Amerika Latin.
1981-82, 1984, 1992: Sekolah Perluasan Gilead di Jerman; pendidikan 10 minggu; empat kelas; 98 siswa berbahasa Jerman dari negeri-negeri Eropa.
1983: Kelas-kelas di India; pendidikan selama 10 minggu, diselenggarakan dalam bahasa Inggris; 3 kelompok; 70 siswa.
1987- : Sekolah Pelatihan Pelayanan, dengan pendidikan selama 8 minggu, diadakan di lokasi-lokasi penting di berbagai belahan dunia. Sampai tahun 1992, para lulusan sudah melayani di lebih dari 35 negeri di luar negeri asal mereka.
1988- : Sekolah di Wallkill, New York. Pendidikan selama dua puluh minggu sebagai persiapan bagi dinas utusan injil dewasa ini sedang diselenggarakan di sana. Sekolah itu direncanakan akan pindah ke Pusat Pendidikan Menara Pengawal di Patterson, New York, bila kompleks ini selesai dibangun.
[Kotak di hlm. 538]
Kelompok Siswa Internasional
Siswa-siswa yang telah mengikuti Sekolah Gilead mewakili puluhan bangsa dan berasal dari 110 negeri lebih.
Kelas keenam merupakan kelompok internasional pertama pada tahun 1945-46.
Permohonan diajukan kepada pemerintah AS agar siswa-siswa dari luar negeri diizinkan masuk dengan ketentuan visa pelajar nonimigran. Sebagai tanggapan, Kantor Pendidikan AS memberi pengakuan kepada Sekolah Gilead yang menyelenggarakan pendidikan yang dapat disamakan dengan perguruan tinggi dan lembaga pendidikan profesional. Maka, sejak tahun 1953, para konsul AS di seluruh dunia memasukkan Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal dalam daftar lembaga pendidikan yang diakui. Sejak tanggal 30 April 1954, sekolah ini muncul dalam publikasi yang berjudul ”Lembaga-Lembaga Pendidikan yang Diakui Oleh Jaksa Agung”.
[Gambar di hlm. 522]
Siswa-siswa dari kelas pertama Sekolah Gilead
[Gambar di hlm. 524]
Albert Schroeder membahas ciri-ciri tabernakel bersama siswa-siswa Gilead
[Gambar di hlm. 525]
Maxwell Friend sedang memberi kuliah di amfiteater Sekolah Gilead
[Gambar di hlm. 526]
Hari-hari wisuda Gilead merupakan acara rohani yang penting
. . . beberapa di kebaktian-kebaktian besar (New York, 1950)
. . . beberapa di kampus sekolah; (tempat N. H. Knorr terlihat sedang berbicara di depan perpustakaan sekolah, pada tahun 1956)
[Gambar di hlm. 527]
Kampus Sekolah Gilead di South Lansing, New York, seperti yang tampak selama tahun 1950-an
[Gambar di hlm. 528]
Hermon Woodard (kiri) dan John Errichetti (kanan) melayani di Alaska
[Gambar di hlm. 529]
John Cutforth menggunakan bantuan visual untuk mengajar di Papua Nugini
[Gambar di hlm. 530]
Para utusan injil di Irlandia, bersama pengawas distrik, tahun 1950
[Gambar di hlm. 530]
Para lulusan ke penugasan utusan injil di Negeri-Negeri Timur tahun 1947
[Gambar di hlm. 530]
Beberapa utusan injil dan rekan sekerja di Jepang tahun 1969
[Gambar di hlm. 530]
Para utusan injil di Brasil tahun 1956
. . . di Uruguay tahun 1954
. . . di Italia tahun 1950
[Gambar di hlm. 530]
Empat utusan injil keluaran Sekolah Gilead yang pertama diutus ke Jamaika
[Gambar di hlm. 530]
Rumah utusan injil yang pertama di Salisbury (kini Harare, Zimbabwe), tahun 1950
[Gambar di hlm. 530]
Malcolm Vigo (Gilead, 1956-57) dengan istrinya Linda Louise; mereka telah melayani bersama-sama di Malawi, Kenya, dan Nigeria
[Gambar di hlm. 530]
Robert Tracy (kiri) dan Jesse Cantwell (kanan) bersama istri mereka—utusan-utusan injil dalam pekerjaan keliling di Kolombia tahun 1960
[Gambar di hlm. 532]
Kelas bahasa di rumah utusan injil di Pantai Gading
[Gambar di hlm. 535]
Ted dan Doris Klein menemukan banyak orang yang senang mendengar kebenaran Alkitab di Kepulauan Virgin AS pada tahun 1947
[Gambar di hlm. 536]
Harvey Logan (depan tengah) dengan Saksi-Saksi suku Amis di depan Balai Kerajaan, tahun 1960-an
[Gambar di hlm. 540]
Victor White, pengawas distrik keluaran Sekolah Gilead, sedang berbicara di Filipina, tahun 1949
[Gambar di hlm. 542]
Margarita Königer, di Burkina Faso, sedang memimpin suatu pengajaran Alkitab di rumah
[Gambar di hlm. 543]
Unn Raunholm, utusan injil sejak tahun 1958, harus menghadapi gerombolan yang dipimpin oleh imam di Ekuador
[Gambar di hlm. 545]
Sekolah Pelatihan Pelayanan
Kelas pertama, Coraopolis, Pa., AS, tahun 1987 (atas)
Kelas ketiga di Inggris, Manchester, tahun 1991 (kanan)
-
-
Dengan Keperkasaan Manusia? atau dengan Roh Allah?Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
-
-
Pasal 24
Dengan Keperkasaan Manusia? atau dengan Roh Allah?
TUGAS yang Yesus Kristus berikan kepada pengikut-pengikutnya merupakan salah satu dari antara hal-hal yang kelihatannya mempunyai perbandingan yang tidak masuk akal. Meskipun jumlah mereka hanya sedikit, mereka harus mengumumkan kabar baik tentang Kerajaan Allah di seluruh bumi yang berpenduduk. (Mat. 24:14; Kis. 1:8) Tugas tersebut bukan saja sangat besar melainkan juga harus dilakukan meskipun menghadapi rintangan-rintangan yang tampaknya sangat banyak karena, sebagaimana Yesus dengan terus terang memberi tahu murid-muridnya, mereka akan dibenci dan dianiaya di segala bangsa.—Mat. 24:9; Yoh. 15:19, 20.
Dalam menghadapi perlawanan global, Saksi-Saksi Yehuwa dengan bergairah telah mengerahkan diri untuk melaksanakan pekerjaan yang Yesus nubuatkan. Luasnya kesaksian yang telah diberikan merupakan fakta yang tercatat, dan benar-benar menakjubkan. Namun apa yang telah membuatnya mungkin? Apakah karena keperkasaan atau kecerdikan manusia? Atau apakah karena bekerjanya roh Allah?
Catatan Alkitab mengenai pemulihan ibadat sejati di Yerusalem pada abad keenam SM mengingatkan kita bahwa peranan Allah dalam melaksanakan kehendak-Nya jangan pernah diabaikan. Para komentator duniawi mungkin saja mencari suatu penjelasan lain tentang apa yang terjadi. Akan tetapi, ketika menjelaskan bagaimana maksud-tujuan-Nya akan dilaksanakan, Allah membuat nabi-Nya Zakharia menyatakan, ”’Bukan dengan kekuatan dan bukan dengan keperkasaan, melainkan dengan rohKu,’ firman Yehuwa yang berbala tentara.” (Za. 4:6, NW) Saksi-Saksi Yehuwa tidak ragu-ragu untuk mengatakan bahwa inilah cara pengabaran berita Kerajaan dilaksanakan dewasa ini—bukan dengan mengandalkan kekuatan militer, bukan karena kekuatan pribadi atau pengaruh suatu kelompok orang yang terkemuka, melainkan sebagai akibat bekerjanya roh Yehuwa. Apakah bukti mendukung keyakinan mereka?
”Menurut Ukuran Manusia Tidak Banyak Orang yang Bijak”
Ketika menulis kepada orang-orang Kristen masa awal di Yunani, rasul Paulus mengakui, ”Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.”—1 Kor. 1:26-29.
Rasul-rasul Yesus sendiri berasal dari kalangan pekerja. Empat orang berprofesi nelayan. Yang seorang bekas pemungut cukai, suatu profesi yang dipandang hina oleh orang-orang Yahudi. Para rasul ini adalah orang-orang yang dipandang sebagai ”orang biasa yang tidak terpelajar” oleh para pemimpin agama Yahudi, yang memberikan indikasi bahwa pendidikan mereka bukanlah dari sekolah berpendidikan tinggi. (Kis. 4:13) Ini tidak berarti bahwa dari kalangan orang yang lebih berpendidikan secara duniawi atau agama tidak ada yang menjadi Kristen. Rasul Paulus telah mengenyam pendidikan di bawah bimbingan Gamaliel yang terpelajar, seorang anggota Sanhedrin Yahudi. (Kis. 22:3) Namun, seperti dinyatakan ayat tersebut, ”tidak banyak” orang demikian.
Sejarah membuktikan bahwa Celsus seorang filsuf Roma dari abad kedua M, membuat hal itu menjadi cemoohan dengan mengatakan bahwa ”para buruh, tukang sepatu, petani, orang-orang yang paling tidak berpendidikan dan orang udik, harus menjadi pengabar Injil yang bergairah.” (The History of the Christian Religion and Church, During the Three First Centuries oleh Augustus Neander) Dalam menghadapi penghinaan dan penganiayaan keji yang ditimpakan secara bertubi-tubi atas mereka di Kekaisaran Romawi, apa yang menguatkan umat Kristen sejati agar terus menjadi pemberita kabar baik? Yesus telah mengatakan bahwa itu adalah roh kudus Allah.—Kis. 1:8.
Pada masa-masa belakangan, Saksi-Saksi Yehuwa juga dicela karena sebagian besar di antara mereka adalah orang biasa, bukan orang terpandang di dunia. Di antara hamba-hamba Yehuwa zaman modern yang pertama-tama memperkenalkan berita Kerajaan kepada orang-orang di Denmark terdapat seorang tukang sepatu. Di Swiss dan Prancis, seorang tukang kebun. Di banyak tempat di Afrika, berita ini disampaikan oleh pekerja-pekerja yang berpindah-pindah tempat. Di Brasil, pelaut-pelaut ikut berperan. Cukup banyak Saksi-Saksi berbangsa Polandia di Prancis bagian utara adalah pekerja tambang batubara.
Karena sangat tergerak oleh apa yang mereka pelajari dari Firman Allah dengan bantuan publikasi Menara Pengawal, mereka ingin memperlihatkan kasih mereka akan Yehuwa dengan menaati-Nya, maka mereka melaksanakan pekerjaan yang menurut Firman Allah harus dilakukan oleh umat Kristen sejati. Sejak itu, berjuta-juta orang lagi dari segala lapisan masyarakat telah ikut serta dalam pekerjaan ini. Mereka semua adalah penginjil.
Saksi-Saksi Yehuwa menjadi satu-satunya organisasi agama di dunia yang setiap anggotanya secara pribadi memberi kesaksian kepada orang-orang yang belum percaya, berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dari Alkitab, dan mendesak mereka untuk menaruh iman kepada Firman Allah. Organisasi-organisasi agama lain mengakui bahwa inilah yang harus dilakukan oleh semua orang Kristen. Beberapa telah berupaya menganjurkan anggota-anggota gereja mereka untuk melakukannya. Namun hanya Saksi-Saksi Yehuwa yang secara konsisten melakukannya. Pengarahan siapa, nasihat siapa, jaminan akan dukungan pengasih siapa, dan janji-janji siapa yang memotivasi mereka untuk melakukan pekerjaan yang dihindari oleh banyak orang ini? Silakan menanyakannya sendiri kepada mereka. Tidak soal di tengah bangsa mana pun mereka tinggal, mereka akan menjawab, ”Yehuwa.” Maka, siapakah yang layak dipuji?
Peranan yang Dinubuatkan Bagi Malaikat-Malaikat Allah
Ketika melukiskan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi selama penutup sistem segala perkara ini, Yesus menunjukkan bahwa bukan hanya para pengikutnya di bumi yang ikut ambil bagian dalam pengumpulan para pencinta keadilbenaran. Di Matius 24:31, ia berkata bahwa ia akan ”menyuruh keluar malaikat-malaikatNya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya” untuk mengumpulkan ”orang-orang pilihanNya”, yakni anggota-anggota terakhir dari 144.000, yang akan ikut bersama Kristus dalam Kerajaan surgawi. Mereka ini akan dikumpulkan ”dari keempat penjuru bumi”, dari segala bagian di bumi. (Bandingkan Lukas 12:32; 2 Timotius 2:10; Wahyu 14:1-4.) Apakah hal ini benar-benar telah terjadi?
Memang demikian! Meskipun Siswa-Siswa Alkitab hanya berjumlah beberapa ribu orang seraya dunia memasuki hari-hari terakhirnya pada tahun 1914, berita Kerajaan yang mereka kabarkan dengan cepat mengelilingi bola bumi. Di Negeri-Negeri Timur, Eropa, Afrika, dan benua Amerika, maupun di pulau-pulau, masing-masing orang meraih kesempatan untuk melayani kepentingan-kepentingan Kerajaan Allah dan dikumpulkan ke dalam satu organisasi yang terpadu.
Di Australia Barat misalnya, berita Kerajaan mencapai Bert Horton. Agama sepanjang pengetahuannya tidak menarik baginya; ia telah terlibat dalam politik dan kegiatan serikat buruh. Namun ketika ibunya memberi kepadanya publikasi Menara Pengawal, The Divine Plan of the Ages dan ia mulai membacanya bersama Alkitab, ia menyadari bahwa ia telah menemukan kebenaran. Secara spontan ia menceritakannya kepada teman-teman sekerjanya. Sewaktu ia dapat menemukan tempat Siswa-Siswa Alkitab, dengan senang hati ia bergabung bersama mereka, dibaptis pada tahun 1922, terjun dalam pelayanan sepenuh waktu, dan merelakan diri untuk melayani ke daerah mana pun organisasi Yehuwa mengarahkannya.
Di belahan bumi yang lain, W. R. Brown, yang sudah mengabar di Kepulauan Karibia, berangkat ke Afrika pada tahun 1923 untuk menyebarkan berita Kerajaan di sana. Ia bukan seorang penginjil yang independen yang sedang melancarkan suatu misi pribadi tertentu. Ia juga bekerja bersama umat Yehuwa yang terorganisasi. Ia telah menawarkan diri untuk melayani di tempat yang membutuhkannya, dan ia menerima penugasan di Afrika Barat sebagai sambutan atas pengarahan dari kantor pusat. Mereka yang mendapat manfaat pribadi dari pelayanannya juga dibantu untuk menghargai pentingnya bekerja erat bersama organisasi Yehuwa.
Pemberitaan Kerajaan juga mencapai Amerika Selatan. Hermán Seegelken di Mendoza, Argentina, sudah lama mengamati kemunafikan dalam gereja Katolik maupun Protestan. Namun pada tahun 1929, ia juga mendengar berita Kerajaan, dengan gairah menerimanya, dan mulai membagikannya kepada orang lain, bersatu padu dengan hamba-hamba Yehuwa di seluruh dunia. Pengalaman-pengalaman serupa terjadi di sekitar bola bumi. Orang-orang ”dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa”, walaupun tersebar secara geografis dan menempuh berbagai cara hidup, tidak hanya mendengarkan melainkan menawarkan diri mereka dalam dinas Allah. Mereka dikumpulkan ke dalam suatu organisasi yang bersatu padu melakukan pekerjaan yang telah dinubuatkan oleh Yesus untuk zaman ini. (Why. 5:9, 10) Apa yang menyebabkan hal ini?
Alkitab berkata bahwa para malaikat Allah akan memainkan peranan yang sangat penting di dalamnya. Oleh karenanya, pengumuman tentang Kerajaan akan menggema di seputar bola bumi bagaikan suara sangkakala dari sumber adimanusiawi. Sesungguhnya, menjelang tahun 1935, itu telah menembus 149 negeri—ke utara, selatan, timur, dan barat, dari satu penjuru bumi ke penjuru lainnya.
Mula-mula, hanya suatu ”kawanan kecil” yang menunjukkan penghargaan yang tulus akan Kerajaan Allah dan rela melayani kepentingan-kepentingannya. Itulah yang telah dinubuatkan oleh Alkitab. Kini suatu ”kumpulan besar” yang secara cepat berkembang, berjumlah jutaan orang dari segala bangsa, telah mulai bergabung dengan mereka. Hal itu pun telah dinubuatkan dalam Firman Allah. (Luk. 12:32; Yoh. 10:16; Why. 7:9, 10) Mereka bukan orang-orang yang sekadar menganut agama yang sama namun yang, dalam kenyataannya, terbagi-bagi di antara mereka sendiri akibat segala pandangan dan filsafat yang memecah-belah dunia di sekitar mereka. Saksi-Saksi Yehuwa tidak sekadar berbicara tentang Kerajaan Allah sementara sebenarnya menaruh kepercayaan kepada pemerintahan manusia. Bahkan dengan mempertaruhkan nyawa, mereka menaati Allah sebagai penguasa. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa pengumpulan orang-orang demikian yang ’takut akan Allah dan memuliakan Dia’ akan dilakukan di bawah bimbingan malaikat-malaikat. (Why. 14:6, 7; Mat. 25:31-46) Saksi-Saksi yakin sepenuhnya bahwa inilah yang sesungguhnya telah terjadi.
Sering sekali terjadi, seraya mereka melakukan pelayanan, mereka melihat bukti yang meyakinkan akan adanya bimbingan surgawi. Misalnya, di Rio de Janeiro, Brasil, sekelompok Saksi sedang menyelesaikan kunjungan mereka dari rumah ke rumah pada suatu hari Minggu ketika salah seorang dalam kelompok itu berkata, ”Saya ingin terus bekerja sebentar lagi. Entah apa yang membuat saya ingin pergi ke rumah itu.” Saudara yang memimpin kelompok itu menyarankan agar ia melakukannya lain kali saja, tetapi penyiar itu tetap juga pergi ke sana. Di rumah tersebut Saksi itu mendapati seorang wanita dengan air mata berlinang mengatakan bahwa ia baru saja berdoa meminta bantuan. Sebelumnya ia pernah dihubungi oleh Saksi-Saksi namun tidak menunjukkan minat kepada berita Alkitab. Akan tetapi, kematian suaminya yang mendadak telah membuatnya sadar bahwa ia membutuhkan bantuan rohani. Ia telah mencari Balai Kerajaan, tetapi sia-sia. Dengan sungguh-sungguh ia telah berdoa kepada Allah meminta bantuan, dan sekarang bantuan itu ada di depan pintunya. Tidak lama sesudah itu ia dibaptis. Ia yakin bahwa Allah telah mendengar doanya dan telah mengambil tindakan yang perlu sebagai jawaban.—Mzm. 65:3.
Seorang saudari Saksi Yehuwa berbangsa Jerman yang dahulu tinggal di New York membiasakan diri untuk berdoa kepada Allah memohon bimbingan-Nya seraya ia melakukan pelayanan. Ada seorang wanita yang berminat yang telah ia cari selama berminggu-minggu di suatu jalan karena ia tidak tahu tempat tinggal wanita ini. Lalu, pada suatu hari pada tahun 1987, seraya Saksi itu memulai pelayanannya, ia berdoa, ”Yehuwa, engkau tahu tempat ia berada. Tolong bantulah saya menemukannya.” Beberapa menit kemudian, ia melihat wanita itu duduk di sebuah restoran.
Apakah ini hanya suatu kebetulan? Alkitab berkata bahwa orang-orang Kristen sejati adalah ”kawan sekerja Allah” dan bahwa malaikat-malaikat diutus ”untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan”. (1 Kor. 3:9; Ibr. 1:14) Setelah Saksi itu menceritakan kepada wanita tersebut bagaimana ia dapat menemukannya, ia menerima undangan untuk duduk dan menyelidiki Alkitab lebih lanjut pada hari itu juga.
Menjangkau ’Daerah yang Sulit Dicapai’ Dengan Kabar Baik
Saksi-Saksi Yehuwa tekun dalam upaya mereka mencapai semua negeri dengan berita Kerajaan. Namun ini tidak sepenuhnya menjelaskan apa yang telah dilaksanakan. Mereka telah melihat berita Kerajaan menyebar ke daerah-daerah yang sebelumnya telah menolak segala upaya yang telah mereka rencanakan dengan cermat.
Misalnya, lebih dari satu kali selama tahun 1920-an dan 1930-an, imbauan-imbauan yang sungguh-sungguh telah diajukan kepada pejabat-pejabat pemerintah di negara yang dahulunya adalah Uni Soviet untuk memperoleh izin mengirim lektur Alkitab ke negeri tersebut atau mencetaknya di sana. Jawabannya pada waktu itu negatif. Ada beberapa Saksi-Saksi Yehuwa di Uni Soviet, tetapi lebih banyak bantuan dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan pengabaran yang menurut Firman Allah harus dilakukan. Apakah ada yang dapat dilakukan untuk memberikan bantuan tersebut?
Menarik sekali, pada akhir Perang Dunia II, bersama dengan banyak orang lain, lebih dari seribu Saksi-Saksi Yehuwa di wilayah yang dahulunya adalah Polandia bagian timur ternyata berada dalam wilayah Uni Soviet. Di kamp konsentrasi Ravensbrück, ratusan wanita muda berbangsa Rusia kemudian berkenalan dengan sesama tahanan yang adalah Saksi-Saksi Yehuwa. Beberapa wanita ini membaktikan diri kepada Yehuwa selama waktu tersebut, dan belakangan mereka dikembalikan ke berbagai tempat di Uni Soviet. Ratusan lainnya juga ternyata menjadi penduduk Uni Soviet karena batas-batas nasional berubah selama perang. Hasilnya tidak seperti yang dibayangkan oleh pemerintah Soviet. Badan Pimpinan dari Saksi-Saksi Yehuwa tidak mengaturnya. Namun hal ini memang mendukung terlaksananya sesuatu yang telah dinubuatkan oleh Firman Allah yang terilham. Ketika memberi komentar tentang perkembangan ini, The Watchtower berkata, ”Demikianlah dapat terlihat bagaimana, sesuai dengan pemeliharaan Tuhan, Ia dapat membangkitkan saksi-saksi di negeri mana pun, untuk menjunjung tinggi panji-panji kebenaran dan mengumumkan nama Yehuwa.”—Terbitan 1 Februari 1946.
Bukan satu negeri saja yang pernah mengatakan kepada Saksi-Saksi Yehuwa, ’Kalian tidak dapat masuk ke sini!’ atau, ’Kalian tidak boleh mengabar di sini’. Hal itu telah terjadi berulang kali di seluruh bumi, benar-benar di puluhan negeri, sering kali sebagai akibat dari tekanan para pemimpin agama kepada pejabat-pejabat pemerintah. Beberapa dari negeri-negeri ini belakangan memberikan status resmi kepada Saksi-Saksi Yehuwa. Namun bahkan sebelum hal itu terjadi, ibadat kepada Yehuwa, Pencipta surga dan bumi, telah dianut oleh ribuan orang di negeri-negeri itu. Bagaimana hal itu terlaksana?
Penjelasan yang sederhana sekali terdapat dalam Alkitab, yaitu, bahwa malaikat-malaikat Allah memainkan peranan penting dalam menyampaikan kepada orang-orang dari setiap bangsa imbauan yang mendesak, ”Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakimanNya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air.”—Why. 14:6, 7.
Sukses Dalam Menghadapi Banyak Sekali Rintangan
Hal yang dihadapi oleh Saksi-Saksi Yehuwa di beberapa negeri bukanlah sekadar larangan yang dikenakan atas pelayanan umum mereka melainkan upaya-upaya untuk menghabisi mereka sama sekali.
Selama Perang Dunia I, suatu upaya terpadu dikerahkan oleh para pemimpin agama di Amerika Serikat dan Kanada untuk menghentikan pekerjaan Siswa-Siswa Alkitab, sebagaimana Saksi-Saksi Yehuwa dikenal pada waktu itu. Ini merupakan fakta yang diketahui oleh umum. Meskipun adanya jaminan hukum tentang kebebasan berbicara dan beragama, para pemimpin agama menekan pejabat-pejabat pemerintah agar melarang lektur Siswa-Siswa Alkitab. Banyak yang ditangkap dan ditahan tanpa uang jaminan; yang lainnya dipukuli dengan kejam. Para pejabat Lembaga Menara Pengawal dan rekan-rekan dekat mereka dijatuhi hukuman penjara yang panjang dalam proses pengadilan yang belakangan ternyata tidak sah. Ray Abrams dalam bukunya Preachers Present Arms mengatakan, ”Suatu analisis dari seluruh kasus menghasilkan kesimpulan bahwa gereja-gereja dan para pemimpin agama sejak semula berada di belakang gerakan untuk membasmi Russellites (para pengikut Russell),” yakni julukan hina yang diberikan oleh para pemimpin agama kepada Siswa-Siswa Alkitab. Namun seusai perang, Siswa-Siswa Alkitab tersebut dipenuhi dengan kekuatan yang lebih besar daripada sebelumnya untuk mengumumkan Raja dari Yehuwa, yakni Yesus Kristus, dan Kerajaannya. Dari mana datangnya kekuatan yang diperbarui tersebut? Alkitab telah menubuatkan kejadian demikian dan telah berkata bahwa hal itu akan terjadi sebagai hasil dari ”roh kehidupan dari Allah”.—Why. 11:7-11.
Sesudah kaum Nazi mulai berkuasa di Jerman, penganiayaan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa menghebat di negeri-negeri yang jatuh di bawah pengawasan Nazi. Terjadi penangkapan-penangkapan dan perlakuan yang bengis. Pelarangan-pelarangan dikenakan. Akhirnya, pada bulan Oktober 1934, sidang-sidang Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh Jerman mengirim surat-surat tercatat kepada pemerintah yang dengan jelas menyatakan bahwa mereka tidak mempunyai maksud-maksud politik melainkan bahwa mereka bertekad menaati Allah sebagai penguasa. Pada waktu yang sama, sidang-sidang Saksi-Saksi di seluruh dunia mengirimkan telegram sebagai dukungan kepada semua saudara Kristen mereka di Jerman.
Pada hari itu juga, tanggal 7 Oktober 1934, di kantor Dr. Wilhelm Frick, di Berlin, Adolf Hitler sambil mengacungkan kepalan tangannya menyatakan mengenai Saksi-Saksi Yehuwa, ”Kelompok ini akan dilenyapkan dari Jerman!” Ini bukan ancaman kosong. Di mana-mana dilakukan penangkapan. Menurut sebuah pemberitahuan rahasia dari Polisi Rahasia Negara di Prusia tanggal 24 Juni 1936, suatu ”Komando Gestapo khusus” dibentuk untuk berperang melawan Saksi-Saksi. Sesudah persiapan yang ekstensif, Gestapo melancarkan kampanye mereka untuk menangkap semua Saksi-Saksi Yehuwa dan setiap orang yang dicurigai sebagai Saksi. Selama serangan tersebut seluruh jaringan polisi dilibatkan, sehingga orang-orang yang melakukan kejahatan tidak ditindak.
Laporan-laporan menunjukkan bahwa akhirnya sekitar 6.262 Saksi berbangsa Jerman ditangkap. Karl Wittig, seorang mantan pejabat pemerintah Jerman yang juga ditawan di beberapa kamp konsentrasi, belakangan menulis, ”Tidak ada kelompok tawanan lain . . . yang menjadi sasaran sadisme para serdadu SS secara begitu rupa seperti halnya Siswa-Siswa Alkitab. Sadisme itu ditandai oleh serentetan penyiksaan fisik dan mental tanpa akhir, yang padanannya tidak dapat dilukiskan dengan istilah bahasa mana pun di dunia.”
Apa hasilnya? Dalam sebuah buku yang diterbitkan pada tahun 1982, Christine King menyimpulkan, ”Hanya terhadap Saksi-Saksi [sebagai kontras dengan kelompok-kelompok agama lainnya] pemerintah tidak berhasil.” Hitler telah bersumpah untuk melenyapkan mereka, dan ratusan telah dibunuh. Meskipun demikian, Dr. King menyatakan, ”Pekerjaan [pengabaran tentang Kerajaan Allah] berlangsung terus dan pada bulan Mei 1945 gerakan Saksi-Saksi Yehuwa masih tetap hidup, sedangkan Sosialisme Nasional tidak.” Ia juga mengemukakan, ”Tidak ada kompromi yang dilakukan.” (The Nazi State and the New Religion: Five Case Studies in Non-Conformity) Mengapa Hitler, dengan bala tentaranya yang dipersenjatai lengkap, dengan polisi yang terlatih baik, dan banyak kamp pemusnahan, tidak berhasil melaksanakan ancamannya untuk membinasakan kelompok yang relatif kecil dan tidak bersenjata yang dianggap dunia sebagai orang-orang biasa? Mengapa bangsa-bangsa lain tidak berhasil menghentikan kegiatan mereka? Apa sebabnya, tidak hanya beberapa pribadi secara perorangan, tetapi Saksi-Saksi Yehuwa secara keseluruhan dapat tetap teguh meskipun menghadapi penganiayaan yang bengis?
Jawabannya terdapat dalam suatu nasihat bijaksana yang diberikan oleh Gamaliel, seorang guru Taurat, kepada rekan-rekan anggota Sanhedrin Yahudi ketika mereka berurusan dengan kasus serupa berkenaan rasul-rasul Yesus Kristus. Ia berkata, ”Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah.”—Kis. 5:38,39.
Demikianlah fakta-fakta sejarah menunjukkan bahwa tugas yang kelihatannya tidak masuk akal yang diberikan oleh Yesus kepada para pengikutnya untuk dilaksanakan di bawah rintangan-rintangan yang tampaknya sangat banyak, sedang dilaksanakan bukan dengan keperkasaan manusia melainkan dengan roh Allah. Sebagaimana Yesus sendiri katakan dalam doa kepada Allah, ”Ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagiMu.”—Mrk. 14:36.
-
-
Mengabar kepada Umum dan dari Rumah ke RumahSaksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
-
-
Pasal 25
Mengabar kepada Umum dan dari Rumah ke Rumah
KETIKA Yesus Kristus mengutus murid-muridnya, ia menginstruksikan mereka, ”Pergilah dan beritakanlah: ’Kerajaan Sorga sudah dekat.’” (Mat. 10:7) Dan dalam perintah yang mengandung nubuat kepada umat Kristen sejati yang akan hidup selama akhir sistem perkara ini, ia berkata, ”Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia [yang berpenduduk, NW] menjadi kesaksian.” (Mat. 24:14) Apa artinya itu?
Itu tidak berarti bahwa mereka harus membangun gereja, membunyikan genta, dan menunggu berkumpulnya jemaat untuk mendengar khotbah yang mereka sampaikan satu kali seminggu. Kata kerja Yunani yang diterjemahkan ’beritakan’ (ke·rysʹso) di sini pada dasarnya berarti, ”memproklamasikan sebagai suatu pengumuman yang diserukan”. Gagasannya bukanlah menyampaikan khotbah kepada murid-murid dalam suatu kelompok yang terbatas, melainkan lebih tepat, membuat pernyataan umum dan terbuka.
Yesus sendiri memberi teladan mengenai caranya hal itu dilakukan. Ia pergi ke tempat-tempat orang dapat dijumpai. Pada abad pertama, orang-orang secara tetap tentu berkumpul di sinagoge-sinagoge untuk mendengar pembacaan Kitab Suci. Yesus menggunakan kesempatan-kesempatan yang ada untuk mengabar kepada mereka di sana, bukan hanya di satu kota melainkan di kota-kota dan desa-desa di seluruh Galilea dan Yudea. (Mat. 4:23; Luk. 4:43, 44; Yoh. 18:20) Bahkan lebih sering, seperti diperlihatkan oleh catatan Injil, ia mengabar di pantai, di lereng gunung, di jalan, di desa, dan di rumah orang-orang yang menyambut dia. Di mana pun ia menjumpai orang, ia berbicara tentang maksud-tujuan Allah bagi umat manusia. (Luk. 5:3; 6:17-49; 7:36-50; 9:11, 57-62; 10:38-42; Yoh. 4:4-26, 39-42) Dan ketika ia mengutus murid-muridnya, ia menginstruksikan mereka untuk pergi ke rumah orang-orang untuk mencari mereka yang layak dan memberi kesaksian kepada mereka tentang Kerajaan Allah.—Mat. 10:7, 11-13.
Saksi-Saksi Yehuwa zaman modern telah berupaya mengikuti pola yang ditetapkan oleh Yesus dan murid-muridnya pada abad pertama.
Menyerukan Berita Kehadiran Kristus
Seraya Charles Taze Russell dan rekan-rekannya mulai memahami pola yang selaras dari kebenaran sebagaimana dibentangkan dalam Firman Allah, mereka sangat tergugah oleh apa yang mereka pelajari tentang tujuan dan cara kembalinya Kristus. Saudara Russell merasakan kebutuhan untuk memberitahukannya dan juga perasaan mendesak untuk melakukannya. Ia mengatur segala urusannya agar dapat melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang ia dapat berbicara kepada orang-orang tentang kebenaran-kebenaran Alkitab ini. Ia menghadiri pertemuan-pertemuan kelompok agama dan menggunakan kesempatan yang ada untuk berbicara kepada mereka, sebagaimana Yesus mengabar dalam sinagoge-sinagoge. Namun ia segera menyadari bahwa lebih banyak yang dapat dicapai dengan cara-cara lain. Dari penyelidikannya tentang Alkitab, ia mendapati bahwa Yesus dan para rasulnya melakukan sebagian besar pengabarannya dengan berbicara secara pribadi kepada orang-orang dan ketika mereka berkunjung dari rumah ke rumah. Ia juga menyadari nilai dari menyambung percakapan dengan memberikan sesuatu dalam bentuk tercetak kepada orang-orang.
Sudah sejak tahun 1877 ia sudah menerbitkan buku kecil The Object and Manner of Our Lord’s Return (Tujuan dan Cara Kembalinya Tuhan Kita). Dua tahun kemudian ia mulai menerbitkan secara tetap tentu majalah Zion’s Watch Tower and Herald of Christ’s Presence. Ya, tujuannya adalah untuk mengabarkan, atau menyerukan, berita yang sangat penting mengenai kehadiran Kristus.
Sudah sejak tahun 1881, lektur dari Siswa-Siswa Alkitab dibagikan secara cuma-cuma di dekat gereja-gereja—bukan tepat di depan pintu gereja melainkan di dekatnya sehingga orang-orang yang cenderung kepada agama dapat menerimanya. Banyak Siswa-Siswa Alkitab memberikan lektur demikian kepada kenalan-kenalannya atau mengirimnya melalui pos. Menjelang tahun 1903, Watch Tower menganjurkan agar mereka berupaya mencapai setiap orang dengan menyebarkan risalah dari rumah ke rumah, sebaliknya daripada memusatkan perhatian kepada para pengunjung gereja. Tidak semua Siswa-Siswa Alkitab melakukan hal ini, tetapi banyak yang menyambutnya dengan penuh gairah. Sebagai contoh, dilaporkan bahwa di sejumlah kota besar di Amerika Serikat, maupun di daerah pinggiran kota-kota tersebut sejauh 16 kilometer atau lebih ke segala jurusan, hampir setiap rumah telah dikunjungi. Berjuta-juta risalah, atau buku kecil, dibagikan dengan cara ini. Pada waktu itu sebagian besar Siswa-Siswa Alkitab yang ambil bagian dalam menyebarluaskan kabar baik melakukannya dengan corak tertentu yaitu penyebaran risalah dan lektur lain secara cuma-cuma.
Orang-orang lain di antara Siswa-Siswa Alkitab—yang jumlahnya lebih terbatas—melayani sebagai penginjil kolportir, dengan menggunakan cukup banyak waktu secara eksklusif untuk pekerjaan ini.
Kolportir-Kolportir yang Bergairah Mengambil Pimpinan
Undangan pertama bagi pria dan wanita yang berbakti yang dapat menggunakan cukup banyak waktu mereka dalam dinas ini disodorkan pada bulan April 1881. Mereka menawarkan kepada para penghuni rumah dan pengusaha sebuah buku kecil yang menerangkan kebenaran-kebenaran Alkitab dan menawarkan agar mereka berlangganan majalah Watch Tower. Tujuan mereka adalah mencari orang-orang yang lapar akan kebenaran dan membagi pencerahan kepada mereka. Selama beberapa waktu mereka mencoba berbicara secukupnya sekadar merangsang minat, meninggalkan satu paket berisi lektur agar penghuni rumah dapat menyelidikinya, dan kemudian kembali sesudah beberapa hari. Beberapa penghuni rumah mengembalikan lektur itu; yang lain mungkin ingin membelinya; sering kali ada kesempatan untuk bercakap-cakap. Mengenai tujuannya, Watch Tower menyatakan, ”Ini bukan masalah penjualan paket, ataupun mendapatkan langganan, melainkan masalah penyebaran kebenaran, dengan cara menggerakkan orang untuk membaca.”
Jumlah mereka yang ambil bagian dalam penginjilan kolportir ini relatif sedikit. Selama 30 tahun pertama, barisan mereka berkisar antara beberapa orang hingga sekitar 600 orang. Para kolportir ini adalah perintis dalam arti kata yang sebenarnya, membuka daerah baru. Anna Andersen, salah seorang yang bertekun dalam dinas ini selama puluhan tahun, biasanya bepergian dengan mengendarai sepeda, dan ia sendiri telah mencapai hampir setiap kota di Norwegia dengan kabar baik. Kolportir-kolportir lain mengadakan perjalanan ke luar negeri dan merekalah orang-orang pertama yang membawa berita ini ke negeri-negeri seperti Finlandia, Barbados, El Salvador, Guatemala, Honduras, dan Birma (kini Myanmar). Ada juga beberapa yang tidak bebas untuk pindah ke daerah lain tetapi yang melayani sebagai penginjil kolportir di daerah kediaman mereka.
Pekerjaan yang dilakukan oleh para kolportir ini luar biasa. Salah seorang yang melayani di pantai barat Amerika Serikat menulis pada tahun 1898 bahwa selama 33 bulan, ia telah menempuh 12.800 kilometer dengan kuda dan keretanya, memberi kesaksian di 72 kota, mengadakan 18.000 kunjungan, menempatkan 4.500 buku, mendapat 125 langganan, membagikan 40.000 risalah dengan cuma-cuma, dan mengatur agar 40 orang yang berminat ini bukan hanya menerima berita itu melainkan juga mulai membagikannya kepada orang lain. Sebuah tim yang terdiri dari sepasang suami-isteri yang melayani di Australia berhasil menempatkan 20.000 buku kepada orang-orang berminat selama jangka waktu hanya dua setengah tahun.
Apakah penempatan dalam jumlah besar hanyalah perkecualian, bukan hal yang biasa? Nah, laporan untuk tahun 1909 memperlihatkan bahwa kira-kira 625 kolportir (jumlah yang terdaftar pada waktu itu) menerima dari Lembaga 626.981 buku besar untuk ditempatkan kepada umum (rata-rata lebih dari seribu untuk setiap kolportir), selain sejumlah besar lektur gratis. Mereka sering tidak dapat membawa cukup banyak buku dari rumah ke rumah, maka mereka menerima pesanan lalu datang kembali untuk mengantarkannya.
Meskipun demikian, beberapa orang menyanggah, ”Ini bukan mengabar!” Namun, sesungguhnya, sebagaimana dijelaskan oleh Saudara Russell, ini merupakan pengabaran dalam bentuk yang paling efektif. Sebaliknya daripada mendengarkan hanya satu khotbah, orang-orang menerima banyak khotbah dalam bentuk tercetak dan dengan demikian dapat menikmatinya berulang kali dan dapat memeriksa isinya dalam Alkitab mereka sendiri. Inilah penginjilan yang mempertimbangkan kenyataan bahwa pendidikan umum telah memperlengkapi orang-orang untuk membaca. Buku The New Creation mengemukakan, ”Fakta bahwa penginjil-penginjil ini bekerja menurut metode yang disesuaikan dengan zaman kita dan bukan menurut metode masa lalu, tidaklah bertentangan dengan pekerjaan ini, sama seperti fakta bahwa mereka mengadakan perjalanan dengan menggunakan tenaga uap dan listrik dan bukan dengan berjalan kaki atau naik unta. Penginjilan adalah dengan cara mempersembahkan Kebenaran . . . , Firman Allah.”
Minat yang tulus dari Siswa-Siswa Alkitab untuk membantu orang-orang nyata dalam kecermatan yang pada akhirnya menjadi ciri khas pekerjaan pengabaran mereka. The Watch Tower tanggal 1 Maret 1917 menggariskan program itu sebagai berikut: Pertama-tama, para kolportir akan mengunjungi rumah-rumah di suatu daerah, dengan beberapa jilid Studies in the Scriptures. Kemudian, sebagai tindak lanjut atas nama-nama yang dicatat oleh para kolportir atau yang diperoleh pada waktu perhimpunan umum, ’para pekerja pastoral’a akan mengunjungi mereka. Mereka berupaya merangsang keinginan untuk membaca lektur, menganjurkan orang berminat untuk menghadiri khotbah-khotbah yang khusus diselenggarakan, dan berupaya menyelenggarakan kelas-kelas pengajaran Alkitab Berea. Bila mungkin, para kolportir akan mengerjakan daerah yang sama lagi, dan kemudian para pekerja pastoral akan melanjutkannya agar tetap berhubungan dengan orang-orang yang menunjukkan minat. Kemudian, golongan pekerja lain akan mengunjungi rumah-rumah yang sama dengan bahan bacaan sukarela, sebutan yang mereka berikan kepada risalah dan lektur cuma-cuma lainnya yang mereka tawarkan. Ini memungkinkan setiap orang setidaknya menerima sesuatu yang mungkin dapat merangsang keinginan untuk belajar lebih banyak tentang maksud-tujuan Allah.
Bila hanya satu atau dua kolportir yang melayani di suatu daerah, dan tidak ada sidang, para kolportir sering melakukan sendiri pekerjaan tindak lanjut. Maka, ketika Herman Herkendell dan rekannya pergi ke Bielefeld, Jerman, sebagai kolportir pada tahun 1908, mereka khusus diinstruksikan untuk saling memperkenalkan orang-orang berminat di daerah itu seorang kepada yang lain dan untuk membentuk sebuah sidang. Beberapa tahun kemudian, The Watch Tower menyebut tentang beberapa kolportir lain yang memberikan perhatian pribadi kepada orang-orang berminat saat mereka meninggalkan sebuah kelas Siswa-Siswa Alkitab di setiap kota kecil atau kota besar tempat mereka layani.
Bantuan yang berharga bagi pekerjaan ini disediakan pada tahun 1921 dalam buku The Harp of God. Buku yang khusus dirancang untuk kepentingan orang-orang baru itu, akhirnya tersebar sebanyak 5.819.037 eksemplar dalam 22 bahasa. Untuk membantu mereka yang memperoleh buku ini, Lembaga menyelenggarakan suatu kursus korespondensi tentang pengajaran Alkitab yang disusun menurut topik. Ini terdiri dari 12 daftar pertanyaan, yang dikirim dalam jangka waktu 12 pekan. Dengan menggunakan buku ini, penyelenggaraan juga dibuat untuk mengadakan kelompok diskusi Alkitab di rumah para peminat. Sejumlah Siswa-Siswa Alkitab biasanya menghadiri pengajaran demikian.
Akan tetapi, Saksi-Saksi sangat menyadari bahwa ladang luas dan jumlah mereka sedikit.—Luk. 10:2.
Mencapai Banyak Orang Sedangkan Jumlah Pekerja Sedikit
Watch Tower mengemukakan bahwa mereka yang benar-benar umat Kristen yang diurapi dengan roh mempunyai tanggung jawab yang diberikan Allah untuk mencari dan membantu orang-orang yang adalah orang Kristen yang tulus, tidak soal mereka pengunjung gereja atau bukan. (Yes. 61:1, 2) Bagaimana hal itu dapat dilakukan?
Kedua Siswa-Siswa Alkitab (J. C. Sunderlin dan J. J. Bender) yang diutus ke Inggris pada tahun 1881 hanya dapat berbuat relatif sedikit bila mereka sendiri saja; tetapi dengan bantuan ratusan pemuda yang dibayar untuk jasa-jasa mereka, mereka berhasil menyebarkan 300.000 eksemplar Food for Thinking Christians dalam waktu yang singkat. Adolf Weber, yang kembali ke Swiss dengan membawa kabar baik pada pertengahan tahun 1890-an, mempunyai daerah pengabaran yang luas yang terbentang hingga ke beberapa negeri. Bagaimana ia dapat mengerjakan seluruhnya? Secara pribadi ia melakukan perjalanan yang jauh sebagai seorang kolportir, tetapi ia juga memasang iklan-iklan di surat kabar dan mengatur agar para penjual buku memasukkan publikasi-publikasi Menara Pengawal dalam barang dagangan mereka. Kelompok kecil Siswa-Siswa Alkitab di Jerman pada tahun 1907 mengatur dikirimkannya 4.850.000 risalah empat halaman bersama surat kabar melalui pos. Tidak lama setelah perang dunia pertama, seorang saudara dari Latvia yang adalah anggota staf kantor pusat Lembaga di New York memasang iklan di surat kabar yang terbit di negeri kelahirannya. Seorang pria yang menanggapi salah satu iklan itu menjadi Siswa Alkitab pertama di Latvia. Akan tetapi, penggunaan sarana publisitas demikian tidaklah menggantikan pekerjaan kesaksian secara pribadi dan pencarian orang-orang yang layak dari rumah ke rumah. Sebaliknya, hal ini digunakan untuk memperkuat pengumuman tersebut berkumandang.
Akan tetapi, bukan iklan yang dipublikasikan dalam surat kabar. Selama tahun-tahun sebelum Perang Dunia I, di bawah pengawasan Saudara Russell, khotbah-khotbahnya dipublikasikan secara tetap tentu. Dalam waktu singkat, ini sampai kepada momentum yang luar biasa. Lebih dari 2.000 surat kabar, dengan jumlah keseluruhan 15.000.000 pembaca, menyajikan khotbah-khotbah ini secara serentak di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia, dan Afrika Selatan. Dapatkah lebih banyak hal dilakukan? Saudara Russell beranggapan demikian.
Sesudah dipersiapkan selama dua tahun, pertunjukan pertama ”Drama-Foto Penciptaan” diadakan pada bulan Januari 1914. ”Drama-Foto” itu dipersembahkan dalam empat bagian. Acara selama delapan jam itu mencakup gambar bergerak dan slide, dikoordinasi dengan rekaman suara. Itu benar-benar sebuah produksi luar biasa yang dirancang untuk membina penghargaan terhadap Alkitab dan maksud-tujuan Allah sebagaimana dibentangkan di dalamnya. Pertunjukan-pertunjukan diorganisasi agar 80 kota dapat dilayani setiap hari. Iklan dipasang lebih dahulu melalui surat-surat kabar, sejumlah besar selebaran yang ditempel di jendela dan penyebaran bahan-bahan tercetak secara cuma-cuma yang dirancang untuk mendorong minat akan ”Drama-Foto” tersebut. Di mana pun ini dipertunjukkan, orang berduyun-duyun datang menyaksikannya. Dalam waktu setahun jumlah penonton ”Drama-Foto” itu telah mencapai 8.000.000 orang lebih di Amerika Serikat dan Kanada, dan setelah itu hadirin dalam jumlah besar dilaporkan dari Inggris dan benua Eropa maupun Australia dan Selandia Baru. ”Drama-Foto” diikuti oleh versi yang agak lebih pendek (tanpa gambar bergerak) untuk digunakan di kota-kota yang lebih kecil dan daerah pedesaan. Dalam berbagai bahasa Drama itu digunakan terus selama sedikitnya dua dasawarsa. Minat banyak orang dibangkitkan, nama dari orang-orang yang berminat diberikan, dan kunjungan-kunjungan tindak lanjut diadakan.
Kemudian, pada tahun 1920-an, sarana lain tersedia untuk memberikan publisitas yang luas tentang berita Kerajaan. Saudara Rutherford sangat merasakan betapa tangan Tuhan nyata dalam perkembangannya. Apakah itu gerangan? Radio. Kurang dari dua tahun sesudah stasiun radio komersial yang pertama di dunia memulai siarannya dengan tetap tentu (pada tahun 1920), J. F. Rutherford, presiden Lembaga Menara Pengawal, mengudarakan kebenaran Alkitab. Inilah suatu sarana yang dapat mencapai jutaan orang secara serentak. Dua tahun kemudian, pada tahun 1924, Lembaga memiliki stasiun radio sendiri, WBBR, yang beroperasi di New York. Menjelang tahun 1933, yakni tahun puncak, 408 stasiun digunakan untuk memancarkan berita ke enam benua. Di samping siaran langsung, acara-acara mengenai berbagai pokok direkam terlebih dahulu. Pengiklanan setempat dilakukan dengan gencar melalui penyebaran pengumuman tercetak supaya orang-orang mengetahui tentang siaran-siaran itu dan dapat memperoleh manfaat darinya. Siaran-siaran ini menghapus banyak prasangka dan membuka mata orang-orang yang berhati jujur. Banyak orang, karena takut kepada tetangga dan para pemimpin agama, enggan menghadiri perhimpunan yang disponsori oleh Siswa-Siswa Alkitab, tetapi ini tidak menghalangi mereka untuk mendengar radio dalam keleluasaan pribadi di rumah mereka sendiri. Siaran-siaran itu tidak menggantikan perlunya memberi kesaksian dari rumah ke rumah; tetapi ini sungguh dapat membawa kebenaran Alkitab ke tempat-tempat yang sukar dijangkau, dan memberi permulaan yang sangat bagus untuk percakapan lebih lanjut pada waktu Saksi-Saksi secara pribadi berkunjung ke rumah-rumah.
Tanggung Jawab Masing-Masing untuk Memberi Kesaksian
Tanggung jawab untuk ambil bagian secara pribadi dalam memberi kesaksian telah dikemukakan selama puluhan tahun dalam Watch Tower. Namun sejak tahun 1919, hal itu menjadi topik pembicaraan yang tetap dalam publikasi tercetak dan dalam acara kebaktian. Namun, bagi banyak orang, tidak mudah mendekati orang yang tidak dikenal di rumah mereka, dan mula-mula hanya sejumlah terbatas dari Siswa-Siswa Alkitab yang ambil bagian secara tetap tentu dalam pekerjaan kesaksian dari rumah ke rumah.
Anjuran yang menghangatkan hati diberikan Alkitab. ”Diberkatilah Mereka yang Tidak Takut” adalah pokok yang dibahas dalam Watch Tower terbitan 1 dan 15 Agustus 1919. Artikel itu memperingatkan tentang takut akan manusia, menarik perhatian kepada 300 pejuang Gideon yang berani yang waspada dan rela melayani dengan cara apa pun yang Tuhan kehendaki dan meskipun menghadapi rintangan-rintangan yang kelihatannya sangat banyak, dan memuji sikap Elisa yang dengan berani bersandar kepada Yehuwa. (Hak. 7:1-25; 2 Raj. 6:11-19; Ams. 29:25) Pada tahun 1921, artikel ”Tabahkanlah Hatimu” menonjolkan bukan saja kewajiban melainkan hak istimewa untuk melayani di pihak Tuhan melawan kuasa-kuasa kegelapan dari Setan dengan ambil bagian dalam melakukan pekerjaan yang dinubuatkan di Matius 24:14. Mereka yang mengalami keterbatasan karena keadaan, didesak untuk jangan berkecil hati dan pada waktu yang sama jangan menahan diri untuk berbuat sebisa-bisanya.
Dengan pembahasan yang terus terang berdasarkan Alkitab, The Watch Tower membuat semua yang mengaku diri hamba Allah yang terurap, sadar akan tanggung jawab mereka untuk menjadi pemberita Kerajaan Allah. Terbitan tanggal 15 Agustus 1922 memuat sebuah artikel yang singkat dan tegas berjudul ”Dinas Sangat Penting”—yakni, dinas dengan meniru Kristus, dinas yang menggerakkan seseorang untuk pergi ke rumah orang lain guna menceritakan kepada mereka tentang Kerajaan Allah. Belakangan pada tahun itu juga, diperlihatkan bahwa dinas demikian, agar bernilai dalam pandangan Allah, harus dimotivasi oleh kasih. (1 Yoh. 5:3) Sebuah artikel dalam terbitan 15 Juni 1926, menyatakan bahwa Allah sama sekali tidak terkesan oleh ibadat yang bersifat formal; apa yang Ia inginkan adalah ketaatan, dan itu mencakup penghargaan terhadap sarana apa pun yang digunakan-Nya untuk melaksanakan maksud-tujuan-Nya. (1 Sam. 15:22) Pada tahun berikutnya, ketika meninjau ”Misi Orang Kristen di Atas Bumi”, perhatian diarahkan kepada peranan Yesus sebagai ”Saksi yang setia dan benar” dan kepada fakta bahwa rasul Paulus mengabar ”kepada umum dan dari rumah ke rumah”.—Why. 3:14; Kis. 20:20, NW.
Bahan persembahan yang terperinci untuk dihafalkan oleh para penyiar disediakan dalam Bulletin, lembaran petunjuk dinas mereka yang terbit setiap bulan. Anjuran diberikan untuk ambil bagian dalam dinas pengabaran secara tetap tentu setiap minggu. Namun jumlah orang yang benar-benar memberi kesaksian dengan mengadakan kunjungan dari rumah ke rumah hanya sedikit pada mulanya, dan beberapa yang memulai pekerjaan itu tidak terus melakukannya. Di Amerika Serikat misalnya, jumlah rata-rata setiap minggu yang melaporkan keikut-sertaannya dalam dinas pengabaran pada tahun 1922 adalah 2.712. Namun menjelang tahun 1924 angka itu telah turun menjadi 2.034. Pada tahun 1926 angka rata-rata itu naik menjadi 2.261, dengan puncak 5.937 orang ikut serta dalam kegiatan istimewa selama satu minggu.
Kemudian, pada akhir tahun 1926, Lembaga mulai menganjurkan sidang-sidang untuk mengatur agar sebagian dari hari Minggu digunakan sebagai waktu untuk memberi kesaksian secara kelompok dan menawarkan pada waktu itu bukan saja risalah melainkan juga buku untuk pengajaran Alkitab. Pada tahun 1927, The Watch Tower mendesak mereka yang loyal dalam sidang-sidang agar menyingkirkan dari kedudukan penatua siapa saja yang dengan kata-kata atau tindakan menunjukkan bahwa mereka tidak menerima tanggung jawab untuk memberi kesaksian kepada umum dan dari rumah ke rumah. Jadi, halnya sama seperti ranting-ranting yang tidak menghasilkan buah dikerat, dan yang tetap tinggal dipangkas agar dapat menghasilkan lebih banyak buah demi kepujian Allah. (Bandingkan perumpamaan Yesus di Yohanes 15:1-10.) Apakah ini benar-benar menghasilkan pertambahan dalam pujian kepada Yehuwa di muka umum? Tahun 1928 menunjukkan adanya 53 persen peningkatan dalam rata-rata setiap minggu dari jumlah mereka yang berpartisipasi dalam memberi kesaksian di Amerika Serikat!
Saksi-Saksi tidak lagi sekadar menyampaikan sebuah risalah cuma-cuma kepada orang dan terus pergi. Lebih banyak di antara mereka yang berbicara dengan singkat kepada penghuni rumah, berupaya membangkitkan minat kepada berita Alkitab, dan kemudian menawarkan buku kepada mereka untuk dibaca.
Saksi-Saksi pada masa permulaan tersebut pasti berani, walaupun tidak semua dari antara mereka bijaksana. Meskipun demikian, mereka secara mencolok berbeda dari golongan-golongan agama lainnya. Mereka tidak sekadar mengatakan bahwa masing-masing harus memberi kesaksian tentang imannya. Dalam jumlah yang kian bertambah, mereka benar-benar melakukannya.
Kartu Kesaksian dan Fonograf
Pada akhir tahun 1933, suatu metode pengabaran yang berbeda dimulai. Sebagai pembukaan, Saksi-Saksi menyampaikan kepada orang sebuah kartu kesaksian yang memuat berita singkat untuk dibaca oleh penghuni rumah. Ini khususnya sangat membantu penyiar-penyiar baru, yang tidak menerima banyak pelatihan pada masa itu. Pada umumnya, mereka hanya mengucapkan pernyataan singkat kepada penghuni rumah setelah kartu tersebut dibaca; ada juga yang berbicara lebih banyak, dengan menggunakan Alkitab. Penggunaan kartu-kartu kesaksian ini terus berlangsung hingga tahun 1940-an. Dengan demikian daerah dapat dikerjakan dengan cepat, dan Saksi-Saksi dapat mencapai lebih banyak orang, lebih banyak lektur Alkitab yang berharga dapat sampai kepada mereka, kesaksian yang seragam diberikan, dan bahkan berita dapat disampaikan kepada orang yang bahasanya tidak mereka kuasai. Ini juga mengakibatkan saat-saat yang agak canggung bila penghuni rumah memegang kartu itu dan menutup pintu, sehingga seorang Saksi perlu mengetuk lagi untuk mendapatkan kembali kartu tersebut!
Khotbah-khotbah Alkitab yang direkam juga memainkan peranan yang menonjol selama tahun 1930-an dan pada permulaan tahun 1940-an. Pada tahun 1934, beberapa di antara Saksi-Saksi mulai membawa sebuah fonograf portabel bila mereka pergi memberi kesaksian. Mesin itu agak berat, jadi mereka meninggalkannya di dalam mobil mereka atau meletakkannya di suatu tempat yang aman sampai mereka menemukan orang yang mau mendengar sebuah khotbah Alkitab yang direkam. Kemudian, pada tahun 1937, diresmikan penggunaan fonograf portabel untuk kesaksian bahkan di rumah-rumah orang. Prosedurnya sederhana: Sesudah menyatakan bahwa ada berita Alkitab yang penting, Saksi menaruh jarum pada piringan hitam dan membiarkan piringan hitam itu yang berbicara. Kasper Keim, seorang perintis Jerman yang melayani di Belanda, sangat bersyukur atas ”Harun” milik-nya, demikian sebutannya untuk fonograf itu, karena ia mengalami kesulitan untuk memberi kesaksian dalam bahasa Belanda. (Bandingkan Keluaran 4:14-16.) Karena rasa ingin tahu kadang-kadang seluruh keluarga mendengarkan piringan hitam itu.
Sejak tahun 1940, lebih dari 40.000 buah fonograf digunakan. Pada tahun tersebut fonograf baru model vertikal yang dirancang dan dibuat oleh Saksi-Saksi diperkenalkan, dan ini teristimewa digunakan di Amerika. Fonograf itu bahkan lebih membangkitkan rasa ingin tahu karena penghuni rumah tidak dapat melihat piringan hitam yang sedang diputar. Setiap piringan hitam berkapasitas 78 r.p.m. dan berputar selama empat setengah menit. Judulnya singkat dan tegas: ”Kerajaan”, ”Doa”, ”Jalan Menuju Kehidupan”, ”Tritunggal”, ”Api Penyucian”, ”Mengapa Pemimpin Agama Menentang Kebenaran”. Lebih dari 90 khotbah yang berbeda-beda direkam; lebih dari satu juta piringan hitam dipergunakan. Persembahannya jelas dan mudah diikuti. Banyak penghuni rumah mendengarkan dengan penuh penghargaan; beberapa menanggapi dengan kasar. Namun kesaksian yang efektif dan konsisten sedang dilakukan.
Dengan Berani Menyerukan Kabar Baik di Tempat-Tempat Umum
Walaupun kartu kesaksian dan piringan hitam banyak ”berbicara”, dibutuhkan keberanian besar untuk menjadi seorang Saksi selama tahun-tahun tersebut. Justru sifat pekerjaan itu membuat Saksi-Saksi secara pribadi berhadapan dengan umum.
Seusai kebaktian tahun 1931 di Columbus, Ohio, Saksi-Saksi Yehuwa menyebarkan buku kecil The Kingdom, the Hope of the World (Kerajaan, Harapan Dunia Ini), yang mencakup sebuah resolusi berjudul ”Peringatan dari Yehuwa” yang ditujukan ”Kepada Para Penguasa dan Kepada Masyarakat”. Mereka mengakui bahwa sebagai Saksi-Saksi bagi Yehuwa, mereka memikul suatu kewajiban yang serius untuk menyampaikan peringatan yang dikemukakan dalam Firman-Nya. (Yeh. 3:17-21) Mereka tidak sekadar mengirim buku-buku kecil tersebut melalui pos atau menyelipkannya di bawah pintu. Mereka menyampaikannya secara pribadi. Mereka berkunjung kepada semua pemimpin agama dan, sedapat mungkin, kepada para politikus, para perwira militer, dan para direktur perusahaan-perusahaan besar. Di samping itu, mereka berkunjung kepada masyarakat umum di kira-kira seratus negeri tempat Saksi-Saksi Yehuwa pada waktu itu melaksanakan pekerjaan memberi kesaksian yang terorganisasi.
Menjelang tahun 1933, mereka menggunakan mesin transkripsi yang berdaya besar untuk memutar rekaman khotbah-khotbah Alkitab yang tegas di tempat-tempat umum. Saudara Smets dan Saudara Poelmans menaikkan perlengkapan mereka ke atas kendaraan roda tiga dan berdiri di sebelahnya seraya alat itu mendengungkan berita di pasar-pasar dan dekat gereja-gereja di Liège, Belgia. Mereka sering bekerja di sana sepuluh jam sehari. Masyarakat di Jamaika akan segera berkerumun bila mereka mendengar musik, maka saudara-saudara di sana memainkan musik terlebih dahulu. Bila orang banyak berduyun-duyun ke luar dari semak ke jalan utama untuk melihat apa yang sedang terjadi, mereka mendapati Saksi-Saksi Yehuwa sedang menyampaikan berita Kerajaan.
Beberapa dari perlengkapan transkripsi tersebut dipasang di mobil dan di kapal, dengan pengeras suara di atapnya supaya suara dapat terdengar lebih jauh. Bert dan Vi Horton, di Australia, menaiki sebuah prahoto (van) dengan sebuah corong pengeras suara yang besar di atasnya yang bertuliskan kata-kata ”Berita Kerajaan”. Satu tahun mereka telah menggemakan penyingkapan agama palsu yang menggemparkan dan penjelasan yang menghangatkan hati mengenai berkat-berkat Kerajaan Allah hampir di setiap jalan di Melbourne. Selama tahun-tahun tersebut Claude Goodman merintis di India. Penggunaan mobil dengan pengeras suara, dengan piringan hitam dalam bahasa-bahasa setempat, memungkinkan dia mencapai banyak orang yang berkerumun di bazar, di taman, di sepanjang jalan—di mana saja orang-orang dapat dijumpai.
Sewaktu saudara-saudara di Lebanon memarkir mobil mereka yang memakai pengeras suara di atas sebuah bukit dan menyiarkan khotbah-khotbah, suaranya berkumandang sampai ke lembah-lembah. Masyarakat desa, karena tidak melihat sumber suara itu, kadang-kadang menjadi takut, menyangka bahwa Allah sedang berbicara kepada mereka dari surga!
Akan tetapi, ada beberapa saat yang menegangkan bagi saudara-saudara. Pada suatu peristiwa, di Suriah, seorang imam desa meninggalkan makan malamnya di meja, meraih tongkatnya yang besar, dan berlari ke kerumunan orang banyak yang sedang mendengar khotbah Alkitab yang disiarkan dari sebuah mobil dengan pengeras suara. Seraya mengacung-acungkan tongkatnya dengan marah dan berteriak, ia menuntut, ”Berhenti! Saya perintahkan kamu untuk berhenti!” Tetapi saudara-saudara menyadari bahwa tidak semua setuju dengan dia; ada di antara mereka yang ingin mendengar. Segera, beberapa dari antara orang banyak itu mengangkat sang imam dan membawanya kembali ke rumahnya, dan mereka mendudukkannya lagi di meja makan! Meskipun adanya perlawanan dari para pemimpin agama, Saksi-Saksi dengan berani berupaya agar orang-orang mendapat kesempatan untuk mendengar.
Selama era ini juga plakat-plakat iklan yang dikenakan oleh Saksi-Saksi banyak digunakan di kawasan bisnis seraya mereka membagikan undangan untuk khotbah-khotbah istimewa. Itu mulai pada tahun 1936 di Glasgow, Skotlandia. Pada tahun tersebut metode pengiklanan yang sama digunakan di London, Inggris, dan kemudian di Amerika Serikat. Dua tahun kemudian, pengiklanan demikian ditingkatkan dengan membawa papan iklan yang diangkat tinggi-tinggi dengan tongkat. Papan iklan ini mengumumkan ”Agama Adalah Jerat dan Suatu Penipuan”b dan, ”Layani Allah dan Kristus Sang Raja”. Pada waktu ada kebaktian, barisan orang-orang yang membawa papan iklan ini dapat mencapai beberapa kilometer panjangnya. Seraya mereka berbaris tanpa bersuara, berbaris satu-satu, di sepanjang jalan-jalan padat, hasilnya adalah bagaikan bala tentara Israel purba yang berbaris mengelilingi Yerikho sebelum tembok-temboknya runtuh. (Yos. 6:10, 15-21) Dari London, Inggris, hingga Manila, di Filipina, kesaksian umum yang berani dilakukan.
Namun, metode lain untuk kesaksian umum mulai diterapkan pada tahun 1940. Selaras dengan ayat yang menunjuk kepada ’hikmat sejati yang berseru nyaring di jalan-jalan’, pada bulan Februari tahun tersebut Saksi-Saksi Yehuwa mulai menyebarkan The Watchtower dan Consolation (kini dikenal sebagai Awake!)c di sudut-sudut jalan. (Ams. 1:20, NW) Mereka biasanya menyerukan slogan-slogan untuk menarik perhatian kepada majalah-majalah itu dan berita yang terkandung di dalamnya. Di kota besar dan kota kecil di semua bagian dunia, Saksi-Saksi Yehuwa yang menawarkan majalah mereka telah menjadi pemandangan sehari-hari. Namun melakukan pekerjaan tersebut dibutuhkan keberanian, dan teristimewa keberanian demikian dibutuhkan sewaktu pekerjaan ini dimulai, sebab pada masa itu terjadi banyak penganiayaan yang ditambah lagi dengan adanya demam nasionalisme masa perang.
Bila diundang untuk ambil bagian dalam kesaksian umum demikian, Saksi-Saksi menyambut dengan penuh iman. Jumlah yang ikut secara pribadi dalam pekerjaan itu terus bertambah. Mereka menganggapnya sebagai hak istimewa untuk memperlihatkan integritas mereka kepada Yehuwa dengan cara ini. Namun masih ada lebih banyak hal yang perlu mereka pelajari.
Masing-Masing Mampu Menjelaskan Imannya
Program pendidikan yang luar biasa mulai diadakan pada tahun 1942. Program itu berawal di kantor pusat sedunia dari Saksi-Saksi Yehuwa, dan menjelang tahun berikut, program ini mulai diresmikan di semua sidang Saksi-Saksi di seluruh bumi. Dengan keyakinan bahwa roh Allah ada pada mereka dan bahwa Ia telah menaruh firman-Nya dalam mulut mereka, mereka bertekad memberitakan firman tersebut bahkan andai kata para penganiaya merampas publikasi-publikasi Menara Pengawal atau juga Alkitab. (Yes. 59:21) Ada negeri-negeri, seperti Nigeria, di sana Saksi-Saksi hanya menggunakan Alkitab pada waktu mengabar, karena pemerintah telah melarang semua lektur Menara Pengawal dan bahkan telah menyita publikasi-publikasi yang disimpan oleh banyak saudara dalam perpustakaan pribadi mereka.
Pada tanggal 16 Februari 1942 itulah Saudara Knorr meresmikan suatu kursus lanjutan pelayanan teokratis di Rumah Betel di Brooklyn, New York. Pendidikan itu memberikan pengajaran dalam hal-hal seperti riset, menyatakan diri secara jelas dan benar, membuat rangka untuk mempersembahkan khotbah, mengucapkan khotbah secara efektif, menyampaikan gagasan yang menggugah hati, dan berlaku bijaksana. Saudara maupun saudari dengan senang hati diperkenan untuk hadir, namun hanya kaum pria yang diundang untuk mendaftarkan diri dan menyampaikan khotbah latihan, dan untuk khotbah latihan itu mereka akan menerima nasihat. Manfaat-manfaatnya segera menjadi nyata bukan saja dalam hal berbicara di mimbar melainkan juga dalam hal menjadi lebih efektif dalam pengabaran dari rumah ke rumah.
Pada tahun berikutnya, pengajaran di sekolah ini mulai diperluas ke sidang-sidang setempat dari Saksi-Saksi Yehuwa sedunia. Mula-mula dalam bahasa Inggris, kemudian dalam bahasa-bahasa lain. Tujuan yang ditetapkan bagi sekolah ini adalah untuk membantu setiap Saksi-Saksi Yehuwa agar mampu mengajar orang lain bila mengunjungi orang dari rumah ke rumah, mengadakan kunjungan kembali, dan memimpin pengajaran-pengajaran Alkitab. Setiap Saksi akan dibantu menjadi rohaniwan yang memenuhi syarat. (2 Tim. 2:2) Pada tahun 1959, kesempatan juga diberikan kepada saudari-saudari untuk mendaftarkan diri dalam sekolah ini dan menyampaikan khotbah dalam pertunjukan dinas pengabaran—bukan berkhotbah kepada seluruh hadirin, melainkan kepada seseorang yang ditugaskan untuk berperan sebagai penghuni rumah. Dan bukan itu saja.
Sejak tahun 1926, wakil-wakil keliling dari Lembaga telah bekerja bersama-sama dengan Saksi-Saksi secara pribadi dalam dinas pengabaran, untuk membantu meningkatkan kemahiran mereka. Akan tetapi, dalam suatu kebaktian internasional di New York pada tahun 1953, dengan pengawas-pengawas wilayah dan distrik duduk di depan panggung, Saudara Knorr menyatakan bahwa pekerjaan utama dari semua hamba, atau pengawas, hendaknya adalah membantu setiap Saksi untuk menjadi rohaniwan yang berkunjung dari rumah ke rumah secara tetap tentu. ”Setiap orang,” katanya, ”hendaknya mampu untuk memberitakan kabar baik dari rumah ke rumah.” Suatu kampanye sedunia dilancarkan untuk mencapai hal itu.
Mengapa hal itu begitu ditekankan? Pertimbangkan Amerika Serikat sebagai contoh: Pada waktu itu 28 persen dari Saksi-Saksi membatasi kegiatan mereka kepada penyebaran surat selebaran atau berdiri di jalan sambil menawarkan majalah. Dan lebih 40 persen dari Saksi-Saksi ambil bagian dalam dinas pengabaran hanya sewaktu-waktu, dengan membiarkan bulan demi bulan berlalu tanpa memberi kesaksian sama sekali. Dibutuhkan bantuan pengasih berupa pelatihan pribadi. Rencana dibuat agar memungkinkan Saksi-Saksi Yehuwa yang belum menjadi Saksi-Saksi yang mengabar dari rumah ke rumah, dibantu untuk melakukan pendekatan kepada orang-orang di rumah mereka, berbicara kepada mereka dari Alkitab, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Mereka belajar mempersiapkan khotbah-khotbah pendek berdasarkan Alkitab yang dapat mereka sampaikan barangkali dalam tiga menit kepada orang yang sibuk, atau kira-kira delapan menit kepada orang-orang lain. Tujuannya adalah untuk membantu setiap Saksi agar menjadi penginjil Kristen yang matang.
Bukan hanya pengawas-pengawas keliling yang memberikan instruksi ini. Hamba-hamba, atau pengawas-pengawas setempat juga; dan pada tahun-tahun berikutnya, Saksi-Saksi lain yang memenuhi syarat ditugaskan melatih orang-orang tertentu. Selama bertahun-tahun, pertunjukan-pertunjukan mengenai cara melakukan pekerjaan ini telah disediakan dalam Perhimpunan Dinas mingguan di sidang. Namun hal ini kini ditambah dengan lebih dititikberatkannya pelatihan pribadi di lapangan.
Hasilnya luar biasa. Jumlah Saksi-Saksi yang mengabar dari rumah ke rumah meningkat, seperti halnya jumlah Saksi yang tetap tentu ambil bagian dalam pelayanan pengabaran. Dalam satu dekade jumlah Saksi-Saksi sedunia naik 100 persen. Mereka juga mengadakan peningkatan dalam hal kunjungan kembali sebanyak 126 persen untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Alkitab bagi orang-orang berminat, dan mereka memimpin 150 persen lebih banyak pengajaran Alkitab di rumah dengan mereka yang memperlihatkan rasa lapar akan kebenaran Alkitab. Mereka sungguh membuktikan diri sebagai rohaniwan-rohaniwan yang memenuhi syarat.
Mengingat Saksi-Saksi ini berasal dari beraneka ragam latar belakang pendidikan dan budaya, dan kenyataan bahwa mereka tersebar dalam kelompok-kelompok kecil di seluruh bumi, jelaslah bahwa Saksi-Saksi memberikan pujian, bukan kepada manusia mana pun, melainkan kepada Allah Yehuwa atas cara mereka diperlengkapi dan dilatih untuk mengumumkan kabar baik.—Yoh. 14:15-17.
Pengabaran dari Rumah ke Rumah—Tanda Pengenal
Pada berbagai kesempatan, kelompok-kelompok agama lain menganjurkan anggota-anggota mereka untuk berkunjung ke rumah orang-orang dalam lingkungan mereka guna berbicara tentang agama. Beberapa orang telah mencobanya. Orang-orang tertentu bahkan mungkin melakukannya sebagai misionaris selama beberapa tahun, namun sampai di situ saja. Akan tetapi, hanya di kalangan Saksi-Saksi Yehuwa, sesungguhnya semua, tua dan muda, pria dan wanita, berpartisipasi tahun demi tahun, dalam pelayanan dari rumah ke rumah. Hanya Saksi-Saksi Yehuwa yang sungguh-sungguh berupaya mencapai seluruh bumi yang berpenduduk dengan berita Kerajaan, dengan demikian menaati perintah yang bersifat nubuat di Matius 24:14.
Halnya bukan bahwa semua Saksi-Saksi Yehuwa menganggap pekerjaan ini mudah.d Sebaliknya, banyak dari antara mereka, ketika pertama-tama mulai belajar Alkitab, berkata, ’Ada satu hal yang tidak akan pernah saya lakukan, yaitu pergi dari rumah ke rumah!’ Namun, itulah kegiatan yang digeluti oleh hampir semua Saksi-Saksi Yehuwa jika secara fisik mereka sanggup melakukannya. Dan banyak yang tidak sanggup secara fisik pun tetap melakukannya—dengan kursi roda, dengan menggunakan tongkat, dan sebagainya. Yang lain-lain—sama sekali tidak dapat meninggalkan rumah mereka, atau sementara terbatas ruang geraknya, atau demi mencapai orang yang sebaliknya sulit dijangkau—memberi kesaksian melalui telepon atau dengan menulis surat. Mengapa harus mengerahkan upaya penuh tekad demikian?
Seraya mereka mengenal Yehuwa, kasih mereka kepada-Nya mengubah seluruh pandangan mereka mengenai kehidupan. Mereka ingin berbicara tentang Dia. Hal-hal menakjubkan yang tersedia bagi mereka yang mengasihi-Nya terlalu bagus untuk hanya diketahui oleh mereka saja. Dan mereka merasa bertanggung jawab kepada Allah untuk memperingatkan orang-orang tentang sengsara besar yang kian mendekat. (Mat. 24:21; bandingkan Yehezkiel 3:17-19.) Namun mengapa harus dilakukan dengan pergi dari rumah ke rumah?
Mereka mengetahui bahwa Yesus mengajar murid-muridnya untuk pergi ke rumah-rumah orang guna mengabar dan mengajar. (Mat. 10:11-14) Mereka menyadari bahwa setelah roh kudus dicurahkan pada hari Pentakosta tahun 33 M, rasul-rasul terus tanpa henti-hentinya mengumumkan kabar baik ”di Bait Allah [di Yerusalem] dan dari rumah ke rumah”. (Kis. 5:42, NW) Setiap Saksi mengetahui Kisah 20:20 (NW), yang mengatakan bahwa rasul Paulus mengajar ”di muka umum dan dari rumah ke rumah”. Dan mereka melihat bukti yang limpah mengenai berkat Yehuwa atas pekerjaan ini pada zaman modern. Demikianlah, seraya mereka mendapat pengalaman dalam pelayanan dari rumah ke rumah, kegiatan yang pernah mereka takuti ini sering kali menjadi sesuatu yang mereka nantikan dengan penuh gairah.
Dan mereka melakukannya dengan cermat. Mereka memelihara catatan-catatan yang saksama sehingga mereka dapat berkunjung kembali untuk berbicara kepada setiap orang yang sebelumnya tidak ada di rumah. Bukan itu saja, mereka mengadakan kunjungan berkali-kali ke setiap rumah.
Oleh karena efektifnya pelayanan dari rumah ke rumah, para penentang di banyak negeri telah berupaya menghentikannya. Demi memperoleh pengakuan resmi akan hak mereka untuk mengabar dari pintu ke pintu, Saksi-Saksi Yehuwa telah naik banding kepada para pejabat pemerintah. Bila perlu, mereka menghadap pengadilan untuk menegakkan secara hukum hak menyebarkan kabar baik dengan cara ini. (Flp. 1:7) Dan jika pemerintah di suatu negeri menindas dan bersikeras melarang kegiatan demikian, Saksi-Saksi Yehuwa kadang-kadang tetap melakukannya hanya dengan cara yang kurang mencolok atau, jika perlu, menggunakan cara-cara lain untuk mencapai orang dengan berita Kerajaan.
Meskipun siaran radio dan televisi telah digunakan untuk menyebarkan berita Kerajaan, Saksi-Saksi Yehuwa menyadari bahwa kontak pribadi yang diadakan pada waktu berkunjung dari rumah ke rumah adalah jauh lebih efektif. Hal itu memberi kesempatan lebih baik untuk menjawab pertanyaan dari masing-masing penghuni rumah dan untuk mencari mereka yang layak. (Mat. 10:11) Itulah salah satu alasan mengapa, pada tahun 1957, Lembaga Menara Pengawal menjual stasiun radio WBBR di New York.
Akan tetapi, setelah memberikan kesaksian secara pribadi, Saksi-Saksi Yehuwa tidak merasa bahwa tugas mereka sudah selesai. Ini baru permulaan.
”Jadikanlah Murid-Murid . . . Mengajar Mereka”
Yesus memerintahkan para pengikutnya untuk berbuat lebih daripada mengabar. Dengan meniru dia, mereka juga harus mengajar. (Mat. 11:1) Sebelum ia naik ke surga, ia menginstruksikan mereka: ”Karena itu pergilah dan jadikanlah murid-murid dari orang-orang segala bangsa, . . . mengajar mereka untuk menjalankan semua perkara yang aku perintahkan kepadamu.” (Mat. 28:19, 20, NW) Mengajar (bahasa Yunani, di·daʹsko) berbeda dengan mengabar dalam hal bahwa si pengajar berbuat lebih daripada memberitakan; ia mengajar, menerangkan, memberikan bukti-bukti.
Watch Tower, sudah sejak bulan April 1881 memberikan beberapa saran singkat tentang cara mengajar. Beberapa kolportir masa permulaan khusus berupaya mengunjungi kembali orang-orang yang menunjukkan minat, menganjurkan mereka agar membaca buku-buku Lembaga dan bertemu dengan orang-orang lain untuk mempelajari Firman Allah secara tetap tentu. Buku The Harp of God (yang diterbitkan pada tahun 1921) sering digunakan untuk tujuan itu. Akan tetapi, belakangan, bahkan lebih banyak lagi yang dilakukan dalam hal memberikan perhatian pribadi kepada orang-orang yang berminat. Pembahasan-pembahasan Alkitab yang direkam disertai buku penuntun pengajaran digunakan secara menonjol dalam kegiatan ini. Bagaimana hal itu terjadi?
Sejak awal tahun 1933, Lembaga telah menambah siaran-siaran radionya dengan rekaman-rekaman yang diputar pada perlengkapan transkripsi portabel di balai pertemuan, di taman, di pintu gerbang pabrik, dan seterusnya. Dalam waktu singkat, Saksi-Saksi yang menemukan orang berminat ketika berkunjung dari rumah ke rumah membuat penyelenggaraan untuk berkunjung kembali guna memutar beberapa rekaman ini di rumah mereka. Ketika buku Riches mulai tersedia pada tahun 1936, pembahasan dari buku itu digunakan, sesudah memutar rekaman-rekaman tersebut, dengan maksud mendirikan pengajaran-pengajaran yang dapat dihadiri oleh para peminat di daerah itu. Pekerjaan ini khusus ditandaskan dengan maksud membantu calon-calon anggota ”perhimpunan besar” guna belajar kebenaran.—Why. 7:9, Bode.
Kira-kira pada waktu itu, hierarki Katolik meningkatkan tekanannya atas para pemilik dan pengelola stasiun-stasiun radio maupun perwakilan lembaga pemerintah dalam upaya yang bertekad untuk menghentikan siaran acara-acara Menara Pengawal. Sebuah petisi yang ditandatangani oleh 2.630.000 orang di Amerika Serikat memohonkan suatu debat di muka umum antara J. F. Rutherford dan seorang pejabat tinggi dari Gereja Katolik Roma. Tidak seorang pun dari antara para pemimpin agama Katolik bersedia menerima tantangan itu. Maka, pada tahun 1937, Saudara Rutherford membuat rekaman-rekaman yang berjudul ”Disingkapkan” dan ”Agama dan Kekristenan”, yang mengemukakan ajaran-ajaran dasar Alkitab, teristimewa untuk membuktikan bahwa doktrin-doktrin Katolik tidak berdasarkan Alkitab. Bahan yang sama diterbitkan dalam buku kecil Protection dan Uncovered, dan sebuah eksemplar dari Uncovered disampaikan secara pribadi kepada setiap orang yang telah menandatangani petisi itu sehingga orang-orang dapat membaca sendiri kebenaran-kebenaran Alkitab yang berusaha dibungkamkan oleh hierarki Katolik.
Demi membantu masyarakat melihat pokok-pokok persoalannya dengan jelas dan menyelidiki dasar Alkitab untuk ini, buku kecil Model Study No. 1 dicetak untuk digunakan di perhimpunan-perhimpunan yang diselenggarakan bagi orang-orang berminat. Buku kecil itu memuat pertanyaan-pertanyaan, jawaban-jawaban, dan ayat-ayat yang mendukung jawaban yang diberikan. Pertama-tama, si pembimbing akan memutar satu piringan atau lebih yang berisi rekaman pembahasan yang disebutkan di atas sehingga semua orang dapat mendengar seluruh argumen. Kemudian, pembahasan menyusul, dengan menggunakan bahan yang disediakan dalam buku kecil Model Study dan memeriksa sendiri ayat-ayatnya. Model Study No. 1 diikuti oleh No. 2 dan No. 3, dikoordinasikan dengan rekaman khotbah-khotbah lainnya. Pengajaran-pengajaran demikian mula-mula diorganisasi di lokasi tempat kelompok-kelompok orang berminat dapat dikumpulkan, tetapi segera diadakan pula dengan pribadi-pribadi dan keluarga-keluarga.
Sejak waktu itu banyak buku yang bagus telah disediakan khusus untuk digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa dalam memimpin pengajaran Alkitab di rumah-rumah. Buku-buku yang paling luas beredar ialah ”Karena Allah Itu Benar Adanya”, Kebenaran yang Membimbing Kepada Hidup yang Kekal, dan Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi. Ada juga buku-buku kecil 32 halaman—”Kabar Kesukaan Tentang Kerajaan Ini”, God’s Way Is Love, ”Lihatlah, Aku Menjadikan Segala Sesuatu Baru”, dan banyak lainnya. Ini semua diikuti oleh brosur-brosur seperti Nikmatilah Hidup Kekal di Bumi!, yang mempersembahkan ajaran-ajaran dasar Alkitab secara sangat sederhana dan mudah dipahami.
Penggunaan alat-alat ini, dilengkapi dengan pelatihan di sidang dan secara pribadi yang ekstensif, telah menghasilkan peningkatan yang dramatis dalam jumlah pengajaran Alkitab di rumah yang sedang dipimpin. Pada tahun 1950, pengajaran Alkitab di rumah, yang sering kali dipimpin setiap minggu, berjumlah rata-rata 234.952. Pengajaran-pengajaran yang tidak membuat kemajuan dihentikan. Banyak murid yang maju begitu rupa, sehingga pada gilirannya mereka menjadi pengajar. Walaupun senantiasa ada yang berhenti, namun jumlahnya terus naik, sering kali cukup pesat. Pada tahun 1992, Saksi-Saksi memimpin 4.278.127 pengajaran Alkitab di rumah di seluruh dunia.
Demi melaksanakan pekerjaan pengabaran dan pengajaran yang sangat luas ini, dalam bahasa-bahasa yang ada di seluruh bumi, Saksi-Saksi Yehuwa telah menggunakan media cetak secara luas. Ini memerlukan kegiatan penerbitan yang sangat besar.
[Catatan Kaki]
a Pekerjaan pastoral mula-mula diorganisasi selama tahun 1915-16 dalam sekitar 500 sidang yang telah memilih Saudara Russell sebagai pastor mereka. Sebagai pastor, ia menulis sepucuk surat kepada mereka untuk menguraikan pekerjaan itu, yang mula-mula terbatas kepada saudari-saudari. Pada tahun berikutnya saudara-saudara juga diikutsertakan dalam kegiatan ini. Pekerjaan pastoral ini, dilaksanakan oleh kelompok yang terpilih, berlangsung hingga tahun 1921.
b Penggunaan istilah tersebut berdasarkan pengertian bahwa istilah agama mencakup semua ibadat yang didasarkan atas tradisi-tradisi manusia, bukan atas Firman Allah, Alkitab. Akan tetapi, pada tahun 1950, ketika New World Translation of the Christian Greek Scriptures diterbitkan, catatan kaki untuk Kisah 26:5, Kolose 2:18, dan Yakobus 1:26, 27 memperlihatkan bahwa istilah agama dapat dengan sepatutnya digunakan untuk menunjuk kepada ibadat yang sejati atau palsu. Hal ini lebih lanjut dijelaskan di dalam The Watchtower tanggal 15 Maret 1951, halaman 191, dan buku What Has Religion Done for Mankind?, halaman 8-10.
c Beberapa kegiatan kesaksian di jalan-jalan telah dilakukan sebagai uji coba pada tahun sebelumnya, di Kalifornia, AS. Bahkan pada tahun 1926, Siswa-Siswa Alkitab sudah mengadakan penyebaran buku-buku kecil yang memuat berita-berita penting secara umum di jalan-jalan. Jauh sebelumnya, pada tahun 1881, mereka telah menyebarkan lektur di dekat gereja-gereja pada hari-hari Minggu.
d The Watchtower, 15 Mei 1981, hal. 12-16.
[Blurb di hlm. 556]
Di mana pun ia menjumpai orang, Yesus berbicara tentang maksud-tujuan Allah bagi umat manusia
[Kotak di hlm. 559]
Berkat Istimewa Dalam Pekerjaan dari Pintu ke Pintu
”Sebagaimana halnya pada kedatangan yang pertama, pekerjaan dari pintu ke pintu, bukan pengabaran dari mimbar, tampaknya menerima berkat istimewa dari Tuhan.”—”Watch Tower”, 15 Juli 1892.
[Kotak di hlm. 570]
Mengapa Saksi-Saksi Berkunjung Berulang Kali
Sebagai penjelasan mengapa Saksi-Saksi Yehuwa berulang kali mengunjungi setiap rumah, ”The Watchtower” 1 Juli 1962 mengatakan, ”Keadaan terus berubah. Hari ini, seseorang mungkin tidak di rumah, lain kali ia mungkin ada. Hari ini ia mungkin terlalu sibuk untuk mendengarkan, tetapi kali berikut mungkin tidak. Hari ini seorang anggota keluarga menerima kita di rumah, kali lain anggota keluarga yang lain; dan Saksi-Saksi bukan saja berupaya mencapai setiap rumah dalam daerah penugasan mereka, melainkan juga, jika mungkin, setiap orang dewasa di setiap rumah. Sering kali keluarga terbagi dalam soal agama, maka tidak selalu mungkin bagi satu orang anggota untuk berbicara mewakili seluruh keluarga. Lagi pula, orang-orang terus berpindah-pindah, maka Saksi-Saksi tidak dapat memperkirakan siapa yang akan mereka jumpai di rumah tertentu.
”Bukan saja keadaan berubah, orang-orang itu sendiri berubah. . . . Akibat soal kecil saja seseorang bisa menjadi tidak senang dan sama sekali tidak suka membicarakan agama atau apa saja tidak peduli siapa pun yang datang ke rumahnya, tetapi itu sama sekali tidak berarti bahwa ia akan bersikap mental demikian pada waktu lain. Atau, hanya karena seseorang sama sekali tidak berminat membicarakan soal agama bulan lalu tidak berarti ia tidak berminat pada bulan ini. Sejak seorang Saksi berkunjung terakhir sekali orang ini mungkin telah mengalami sesuatu peristiwa yang menyiksa batinnya atau dengan suatu cara lain belajar sesuatu yang membuatnya rendah hati sebaliknya daripada sombong, lapar dan sadar akan kebutuhan rohaninya daripada berpuas diri.
”Lagi pula, berita yang dibawa oleh Saksi-Saksi kedengarannya asing bagi banyak orang dan mereka tidak dapat memahami urgensinya. Hanya dengan mendengarnya berulang kali mereka lambat-laun mulai mengerti.”
[Kotak/Gambar di hlm. 574]
Menggunakan ”Segala Cara yang Ada”
”Di antara kita yang ada dalam organisasi Tuhan ada yang telah berupaya, dengan segala cara yang ada, untuk menarik perhatian [dunia] kepada berita kehidupan. Kita telah menggunakan slogan-slogan, iklan sehalaman penuh, radio, mobil dengan pengeras suara, fonograf portabel, kebaktian yang sangat besar, pawai para pemberi informasi yang berjalan sambil membawa papan iklan, dan bala tentara para rohaniwan dari rumah ke rumah yang kian berkembang. Kegiatan ini telah berfungsi memisahkan orang-orang—mereka yang berpihak kepada Kerajaan Allah di satu pihak, mereka yang melawannya di pihak lain. Inilah pekerjaan yang dinubuatkan oleh Yesus bagi generasiku.”—Ditulis pada tahun 1987 oleh Melvin Sargent, pada usia 91 tahun.
[Gambar]
Melvin Sargent
[Grafik di hlm. 574]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
Pertambahan Pengajaran Alkitab di Rumah
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
1950 1960 1970 1980 1992
[Gambar di hlm. 557]
Puluhan juta risalah ini telah disebarkan, dengan cuma-cuma, dekat gereja-gereja, dari rumah ke rumah, dan melalui pos
[Gambar di hlm. 558]
Penginjil kolportir menyebarkan buku-buku yang menerangkan Alkitab
[Gambar di hlm. 559]
Anna Andersen menjangkau hampir setiap kota di Norwegia dengan lektur Alkitab
[Gambar di hlm. 560]
Iklan-iklan surat kabar membantu mencapai orang-orang yang tidak dihubungi dengan cara-cara lain
[Gambar di hlm. 561]
Lebih dari 2.000 surat kabar di empat benua memuat khotbah-khotbah Saudara Russell secara bersamaan waktu
[Gambar di hlm. 562]
”Drama-Foto Penciptaan” memberikan kesaksian yang penuh kuasa kepada jutaan orang di banyak negeri
[Gambar di hlm. 563]
Melalui radio, J. F. Rutherford berhasil memberi kesaksian kepada jutaan orang di seluruh dunia di dalam rumah mereka sendiri
[Gambar di hlm. 564]
Siap berangkat naik sepeda untuk kesaksian kelompok di Inggris
[Gambar di hlm. 565]
Mulai tahun 1933, digunakan kartu kesaksian yang tercetak
[Gambar di hlm. 566]
Khotbah-khotbah Alkitab yang direkam memberikan kesaksian yang penuh kuasa selama tahun 1930-an dan 1940-an
[Gambar di hlm. 567]
Mobil dengan pengeras suara, kadang-kadang dalam jumlah yang besar (seperti di Australia ini), digunakan untuk menyiarkan kebenaran Alkitab di tempat-tempat umum
[Gambar di hlm. 568]
Papan iklan yang diterangi di jendela rumah Saksi-Saksi Yehuwa memberikan kesaksian selama 24 jam
[Gambar di hlm. 568]
Plakat-plakat dan papan-papan iklan menyumbang kepada kesaksian yang berani di depan umum (seperti di Skotlandia ini)
[Gambar di hlm. 569]
Pengedaran ”The Watch Tower” dan ”Consolation” (seperti diperlihatkan di AS ini) mulai pada tahun 1940
[Gambar di hlm. 569]
Mulai pada tahun 1943, saudara-saudara di sidang mendapat pelatihan berkhotbah kepada umum
[Gambar di hlm. 571]
Pengajaran Alkitab di rumah dipimpin bersama para peminat. Di bawah adalah publikasi-publikasi yang khusus dirancang untuk itu—diterbitkan pertama-tama dalam bahasa Inggris, kemudian dalam banyak bahasa lain
[Gambar di hlm. 572, 573]
Saksi-Saksi yang tua dan muda, pria dan wanita, di seputar bola bumi ambil bagian dalam kesaksian dari rumah ke rumah
Romania
Bolivia
Zimbabwe
Hong Kong
Belgia
Uruguay
Fiji
-
-
Pengabaran Kerajaan Ditingkatkan dengan Produksi Lektur AlkitabSaksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
-
-
Bagian 5
Pengabaran Kerajaan Ditingkatkan dengan Produksi Lektur Alkitab
Mengabar di seluruh bumi yang berpenduduk—bagaimana ini dapat dilaksanakan? Sebagaimana bagian ini (Pasal 25 sampai 27) memperlihatkan, sarana yang digunakan telah mencakup perkembangan dari fasilitas internasional untuk menerbitkan Alkitab dan lektur Alkitab untuk mencapai orang-orang dari segala bangsa.
[Gambar penuh di hlm. 554]
-