PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-1 “Juru Ramal Peristiwa”
  • Juru Ramal Peristiwa

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Juru Ramal Peristiwa
  • Pemahaman Alkitab, Jilid 1
  • Bahan Terkait
  • Spiritisme
    Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
  • Dapatkah Saudara Berbicara dengan Orang2 Mati?
    Begini Sajakah Hidup Ini?
  • Roh-Roh Jahat yang Berkuasa
    Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi
  • Spiritisme
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
Lihat Lebih Banyak
Pemahaman Alkitab, Jilid 1
it-1 “Juru Ramal Peristiwa”

JURU RAMAL PERISTIWA

Orang yang mengaku mempunyai kesanggupan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa depan; beberapa yang disebutkan dalam Alkitab adalah para imam yang mempraktekkan ilmu gaib, penenung yang spiritistik, ahli nujum, dan lain-lain. (Lihat SPIRITISME; TENUNG.) Kata Ibrani yid·deʽo·niʹ, yang diterjemahkan menjadi ”juru ramal peristiwa”, berasal dari kata dasar ya·dhaʽʹ (tahu) dan menyiratkan pengetahuan yang tersembunyi bagi orang awam. Kata itu sering kali muncul bersama-sama dengan ʼohv, yang artinya ”cenayang”. (Ul 18:11) Beberapa orang memiliki kekuatan gaib karena berhubungan dengan hantu-hantu, yaitu malaikat-malaikat fasik yang adalah musuh Allah di bawah Setan si Iblis, penguasa hantu-hantu. (Luk 11:14-20) Pada zaman dahulu, berbagai metode digunakan oleh para peramal ini untuk memperoleh pesan-pesan berisi prediksi: melihat bintang (Yes 47:13), menilik liver dan organ-organ dalam lainnya dari binatang yang dikorbankan (Yeh 21:21), menafsirkan pertanda (2Raj 21:6), berkonsultasi dengan apa yang disebut roh-roh orang mati, dan sebagainya.—Ul 18:11.

Kehidupan orang Mesir, seperti halnya kehidupan orang Babilonia, sebagian besar diatur oleh para tukang ramal mereka. (Yes 19:3) Sebaliknya, hamba-hamba sejati Allah tidak pernah berpaling kepada orang-orang demikian untuk memperoleh informasi. Sewaktu Hukum diberikan kepada Israel tidak lama setelah mereka dibebaskan dari perbudakan di Mesir, mereka dilarang keras untuk berkonsultasi dengan ”para juru ramal peristiwa”. (Im 19:31) Jika ada yang melakukan ”hubungan amoral” dengan mereka, orang ini akan dimusnahkan dari antara umat Allah. Dan, sehubungan dengan orang yang mempraktekkan ilmu ini, Hukum mengatakan selanjutnya, ”Mengenai pria atau wanita yang padanya terdapat roh cenayang atau roh peramal, mereka harus dibunuh.” (Im 20:6, 27) Hampir 40 tahun kemudian, ketika siap memasuki Tanah Perjanjian dan menghalau penduduknya, Israel diingatkan, ”Jangan belajar melakukan perkara-perkara memuakkan dari bangsa-bangsa itu. Jangan didapati di antaramu . . . orang yang meminta nasihat cenayang, seorang juru ramal peristiwa, ataupun orang yang bertanya kepada orang mati.”—Ul 18:9-11.

Lebih dari 350 tahun kemudian, Saul, raja pertama Israel, menyingkirkan semua juru ramal peristiwa dari negeri itu, tetapi sebelum kematiannya ia telah menyimpang sedemikian jauhnya dari Yehuwa sehingga ia sendiri mencari ”seorang wanita yang ahli dalam memanggil roh di En-dor” untuk meramalkan masa depannya. Pada mulanya wanita itu takut untuk mempraktekkan ilmunya, tetapi atas desakan Saul untuk ’memanggilkan Samuel’, ia memunculkan suatu penglihatan. Ia menggambarkan bentuknya seperti ’seorang laki-laki tua yang memakai mantel tak berlengan’. Saul yakin bahwa orang itu adalah nabi Samuel. (1Sam 28:3, 7-19) Namun, sebenarnya orang itu tidak mungkin Samuel, karena ia sudah mati, dan orang mati ”tidak sadar akan apa pun”. (Pkh 9:5) Samuel, ketika masih hidup, pasti tidak mau berurusan dengan seorang cenayang, dan Allah Yehuwa serta malaikat-malaikat kudus-Nya tidak akan mau bekerja sama dengan orang semacam itu. Allah sendiri memberi tahu umat-Nya, ”Jika mereka mengatakan kepada kamu sekalian, ’Bertanyalah kepada para cenayang atau kepada orang-orang yang mempunyai roh peramal yang menciap-ciap dan mengeluarkan ucapan dengan nada rendah’, bukankah kepada Allahnya suatu bangsa harus bertanya? Haruskah orang bertanya kepada orang mati demi kepentingan orang yang hidup? Kepada hukum dan kepada pengesahan!” Yehuwa selanjutnya berfirman, ”Pasti mereka akan terus mengatakan apa yang sesuai dengan pernyataan ini yang tidak mempunyai cahaya fajar.”—Yes 8:19, 20.

Hampir 400 tahun setelah pemerintahan Saul, Raja Manasye dari Yehuda ”melakukan banyak sekali hal yang buruk di mata Yehuwa, untuk menyakiti hatinya”, termasuk meminta nasihat kepada para juru ramal peristiwa, yang merajalela di bawah pemerintahannya. (2Raj 21:6; 2Taw 33:6) Mereka semua harus disingkirkan dari negeri itu oleh cucu Manasye, Raja Yosia yang adil-benar.—2Raj 23:24.

Dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen peramalan masa depan dengan bantuan hantu-hantu hanya satu kali disebutkan, yaitu pada waktu rasul Paulus, di kota Filipi, membebaskan ”seorang hamba perempuan yang mempunyai suatu roh, suatu hantu tenung”. Perempuan itu telah memberikan banyak keuntungan kepada majikan-majikannya ”dengan mempraktekkan ilmu ramal”. Praktek demikian benar-benar dipengaruhi hantu-hantu dan sama sekali bertentangan dengan Allah; hal itu terlihat dari fakta bahwa majikan-majikan dari perempuan yang dikeluarkan hantunya tersebut menimbulkan banyak kesulitan bagi Paulus di Filipi, menggiring Paulus dan temannya, Silas, ke hadapan para pejabat pengadilan, yang memerintahkan agar mereka dipukuli dan kemudian dijebloskan ke dalam penjara.—Kis 16:12, 16-24.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan