PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • yb94 hlm. 170-252
  • Polandia

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Polandia
  • Buku Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa 1994
  • Subjudul
  • Bagaimana Alkitab Sampai ke Polandia
  • Terang Kebenaran Mencapai para Emigran
  • Benih-Benih Kebenaran Mulai Bertunas
  • Rangsangan Baru
  • Sidang-Sidang Berbahasa Polandia Berkembang di Amerika Serikat
  • Saudara-Saudara Palsu Berupaya Menumbangkan Iman
  • Apakah Ia Memfitnah Paus?
  • Para Teolog Berupaya Mendiskreditkan Siswa-Siswa Alkitab
  • Seorang Pemilik Toko Membagikan Kebenaran kepada Seorang Guru
  • Memberikan Kesaksian Umum yang Berani di Łódź
  • Perhimpunan-Perhimpunan Umum Mendatangkan Pertumbuhan di Poznań
  • Tahun 1925—Waktu Perpecahan
  • Pekerjaan Mendapatkan Kestabilan yang Lebih Besar
  • Waktu Penyaringan
  • Serangan dan Tangkisan
  • Berkat-Berkat Berupa Organisasi yang Patut
  • Perjuangan Menghebat
  • Berupaya Menghentikan Arus Lektur
  • Perang Melanda!
  • Yehuwa Tidak Meninggalkan Umat-Nya
  • Di General Gouvernement
  • Suatu ”Pengaturan Baru” di Sektor Soviet
  • Ujian Akhir sebelum Era Pascaperang
  • Bergerak Maju dengan Pekerjaan Tuhan
  • Memuaskan Mereka yang Lapar secara Rohani
  • Ladang-Ladang Aktivitas yang Baru
  • Persediaan yang Menghasilkan Peningkatan
  • Balai-Balai Kerajaan Kami yang Pertama
  • Kebaktian—Resmi dan Tidak Resmi
  • Para Utusan Injil Lulusan Sekolah Gilead Tiba
  • Kantor di Łódź Digerebek
  • ”Dunia Tidak Layak akan Mereka”
  • ”September Berdarah ’Abad Pertengahan’”
  • Pelecehan dari Kalangan Berwenang
  • Para Utusan Injil Diusir
  • Tidak Ada Pikiran untuk Mengalah pada Rasa Takut
  • Majelis Penyiksaan UB
  • Setia bahkan sampai Mati
  • Pengadilan Rahasia
  • Apa Berikutnya?
  • Kaum Muda Memperlihatkan Iman dan Keberanian
  • Penjara—Lahan untuk Penginjilan
  • Pintu-Pintu Penjara Terbuka
  • Kegiatan yang Meningkat dalam Menghadapi Rintangan Hukum
  • Kemajuan dalam Menyalurkan Makanan Rohani
  • Dapatkah Organisasi Melemah dari Dalam?
  • Tindakan Hukum yang Terorganisasi
  • Lebih Banyak ”Senjata”—Keberhasilan Tidak Bertahan Lama
  • Kebaktian-Kebaktian di Hutan
  • Para Anggota Badan Pimpinan Berkunjung
  • Menikmati Keramahtamahan Austria
  • Suatu Dekade Kebaktian Bersejarah di Negeri Sendiri
  • Dengan Teguh Berpegang pada Peraturan Teokratis
  • Makanan Rohani Berkelimpahan
  • Balai Kerajaan Muncul Kembali
  • Pada Akhirnya—Pengakuan Resmi!
  • Dalam Skala yang Lebih Hebat daripada Sebelumnya
  • Sebuah Kantor Cabang untuk Polandia
  • Bertekad untuk Terus Bertahan
Buku Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa 1994
yb94 hlm. 170-252

Polandia

NEGERI dengan dataran-dataran yang banyak air serta kota-kota yang berkembang pesat. Negeri yang berbatasan dengan Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) di sebelah timur, Republik Slowakia dan Ceko di sebelah selatan, Jerman di sebelah barat, dan Laut Baltik di sebelah barat laut. Tempat tinggal bagi lebih dari 38 juta jiwa. Itulah Polandia.

Namun bagi para pencinta musik, Polandia mengingatkan mereka akan hal lain lagi. Negeri ini dikaitkan dengan komposer-komposer seperti Frédéric Chopin serta pianis-pianis seperti Ignacy Jan Paderewski dan Arthur Rubinstein. Bagi para ilmuwan, Polandia merupakan tempat kelahiran Nicolaus Copernicus, yang mengembangkan teori bahwa bumi bergerak mengelilingi matahari dan, pada waktu yang sama, bumi berputar pada porosnya satu kali sehari. Madame Curie (Maria Skłodowska-Curie), penemu radium, juga dilahirkan di Polandia, di Warsawa.

Di lain pihak, kepedihan telah menjadi bagian dari sejarah Polandia. Meskipun negeri ini dulunya merupakan kekaisaran yang terbentang di dataran Eropa dari Laut Baltik hingga ke Laut Hitam, selama seratus tahun, Polandia sama sekali lenyap dari peta. Setelah keberadaannya yang singkat sebagai Republik setelah Perang Dunia I, negeri itu sekali lagi dilupakan dan berada di bawah dominasi negeri asing selama Perang Dunia II. Masyarakat Polandia baru saja membersihkan sisa-sisa reruntuhan perang tersebut manakala, seperti halnya negeri-negeri Eropa Tengah dan Eropa Timur lainnya, Polandia diisolasi dari perhatian seluruh dunia oleh suatu ”Tirai Besi”. Akan tetapi, penghalang itu telah runtuh dalam tahun-tahun belakangan ini.

Pada tahun 1985, Saksi-Saksi Yehuwa di seputar bola bumi mulai mendengar laporan tentang kebaktian-kebaktian internasional yang besar dari saudara-saudari Kristen mereka di Polandia. Mereka kemudian bersukacita atas berita bahwa pada tahun 1991 jumlah Saksi-Saksi di Polandia telah melampaui 100.000 dan bahwa dua kali jumlah tersebut hadir pada peringatan Perjamuan Malam Tuhan. Namun, bagaimana hal ini mungkin? Padahal, sejak tahun 1950, ketika jumlah Saksi-Saksi di Polandia hanya 18.116, kegiatan mereka telah dilarang di sana.

Dalam menjawab pertanyaan tersebut, kita mengingat kata-kata berikut ini yang dicatat oleh nabi Yesaya, ”Setiap senjata yang ditempa terhadap engkau tidak akan berhasil . . . Inilah yang menjadi bagian hamba-hamba [Yehuwa].”—Yes. 54:17.

Bagaimana Alkitab Sampai ke Polandia

Polandia telah dianggap sebagai suatu negeri ”Kristen” sejak 966 M, ketika Pangeran Mieszko I dibaptis menurut upacara Gereja Katolik Roma. Pembaptisan massal atas rakyatnya juga dilakukan—tentu saja, bukan berarti mereka langsung menjadi orang Kristen yang baik. Sebenarnya, masyarakat terus merayakan tradisi-tradisi dan takhayul-takhayul Slavia yang kafir selama ratusan tahun. Beberapa orang masih melakukannya.

Selama berabad-abad setelah negeri itu menjadi Katolik, Alkitab tidak tersedia bagi masyarakat Polandia, bahkan tidak bagi para pemimpin agama. Psałterz floriański (Mazmur Florianski) dari abad ke-14 dan Biblia królowej Zofii (Alkitab Ratu Zofia) dari akhir abad ke-15 merupakan terjemahan tertua dalam bahasa Polandia yang masih terpelihara. Namun hanya satu manuskrip dari masing-masing Alkitab ini dibuat, dan hanya beberapa orang pilihan memiliki wewenang untuk membacanya. Akan tetapi, pada abad ke-16 di banyak negeri Eropa, termasuk Polandia, pandangan tentang agama mengalami perubahan drastis. Dogma Katolik ditantang. Kitab Suci semakin dipandang sebagai standar tunggal. Sebagai akibatnya, para penerjemah lebih sering membuat Alkitab tersedia dalam bahasa-bahasa setempat supaya masyarakat dapat membacanya.

”Perjanjian Baru” dalam bahasa Polandia yang diterbitkan pada tahun 1574 menggunakan nama Pencipta, Jehowa (Yehuwa), di beberapa ayat. Itu diterbitkan oleh Szymon Budny, yang adalah anggota sebuah kelompok kecil orang yang ingin berpaut pada Firman Allah dan yang menyebut diri mereka sendiri sebagai Kristen saja atau saudara-saudara (brethren). Kemudian mereka mengadopsi nama Brethren Polandia. Sebagai hasil dari apa yang mereka pelajari, mereka menolak dogma Tritunggal.

Akan tetapi, pada tahun 1658, Sejm, atau parlemen Polandia, mengeluarkan dekret bahwa Brethren Polandia, di bawah ancaman hukuman mati, diberikan waktu tiga tahun—dan belakangan dikurangi menjadi dua tahun—untuk menjadi penganut Katolik atau meninggalkan negeri tersebut. Bagaimana ini bisa terjadi?

Suatu perubahan besar telah terjadi di negeri tersebut. Selama bertahun-tahun, Polandia merupakan suatu negeri yang terkenal karena toleransi beragamanya. Korban-korban penganiayaan agama di negeri-negeri lain mencari perlindungan ke Polandia. Ikrar yang diucapkan oleh raja-raja Polandia dari tahun 1573 dan seterusnya mencakup jaminan yang berbunyi, ”Saya . . . berjanji dan bersumpah dengan sungguh-sungguh di hadapan Allah Yang Mahakuasa bahwa . . . saya akan melindungi dan mempertahankan perdamaian dan ketenteraman di kalangan orang yang berbeda agamanya, dan tidak akan dengan cara apa pun . . . membiarkan siapa pun dipengaruhi atau ditekan karena agama yang dianutnya.” Sebenarnya, John II Casimir Vasa, yang memerintah saat Brethren Polandia dilarang, telah mengucapkan ikrar tersebut. Tetapi, tidak diragukan lagi bahwa pelatihan yang diikuti di keimaman Yesuit, yang menuntunnya sehingga menjadi raja, mempengaruhi sikapnya berkenaan kebebasan beragama.

Kaum Yesuit mulai beroperasi di Polandia pada tahun 1564, kira-kira 84 tahun sebelum John Casimir naik takhta. Mereka telah dengan licik mengarahkan pengaruh mereka ke takhta Kerajaan. Pada waktu yang sama, mereka berupaya mendapatkan kendali atas sekolah-sekolah dan dengan demikian membentuk cara berpikir masyarakat. Jaminan kebebasan beragama lambat laun terkikis. Orang-orang yang dididik di sekolah-sekolah yang dikendalikan Yesuit dicekoki dengan semangat tidak ada toleransi agama, yang dinyatakan dalam bentuk serangan-serangan kejam atas para penganut agama lain, di rumah mereka maupun di tempat ibadat mereka. Alkitab mulai dipandang sebagai buku terlarang. Selama periode ini, Polandia kehilangan banyak wilayahnya. Bangsa-bangsa di sekitarnya menaklukkan bagian demi bagian dari negeri itu, hingga pada tahun 1795, Polandia sebagai negara yang merdeka lenyap dari peta Eropa.

Akan tetapi, sekali lagi, kebebasan beragama ditegakkan oleh hukum di Polandia. Tidak ada lagi hukum yang melarang orang-orang Katolik Roma untuk berpindah ke agama lain, sebagaimana halnya di bawah Undang-Undang Dasar Polandia tahun 1791. Pada tahun 1993, Undang-Undang tersebut berbunyi, ”Republik Polandia akan menjamin kebebasan hati nurani dan agama kepada warga negaranya.” Lebih banyak orang Polandia membuka diri kepada kebebasan itu dan berpaling kepada Alkitab untuk mendapatkan bimbingan. Gereja Katolik Roma telah dipaksa membatalkan kebijakan yang menyingkirkan Firman Allah yang tertulis dari masyarakat. Sejak akhir Perang Dunia II, beberapa terjemahan Alkitab Polandia yang baik telah diterbitkan, dan Saksi-Saksi Yehuwa memanfaatkan terjemahan-terjemahan itu. Sewaktu Saksi-Saksi membagikan kepada orang-orang lain kabar baik Kerajaan Allah, banyak orang seperti halnya orang-orang berhati luhur yang tertulis di Alkitab di Kisah 17:11, berminat menyelidiki ”apakah semuanya itu benar demikian”.

Terang Kebenaran Mencapai para Emigran

Ketika Polandia berada di bawah dominasi negara-negara lain, keadaan kadang-kadang sangat sulit bagi masyarakat. Banyak orang Polandia mau tidak mau pindah ke luar negeri—beberapa ke Amerika Serikat. Agama orang-tua mereka, yang telah ditanamkan dalam diri mereka di rumah dan di gereja, adalah Katolik Roma. Sejumlah besar dari antara mereka berupaya mempertahankan identitas nasional dengan mempraktekkan agama itu. Itulah sebabnya, ada anggapan umum bahwa ”orang Polandia adalah orang Katolik”.

Akan tetapi, karena mereka jauh dari lingkungan tradisional, beberapa mulai mengubah cara berpikir mereka. Misalnya dalam sepucuk surat kepada Lembaga Menara Pengawal pada tahun 1891, C. Antoszewski (yang kemudian tinggal di Chicago, AS) menjelaskan bahwa meskipun ia dibesarkan di wilayah Polandia yang diduduki Rusia dan diasuh oleh orang-tua Katolik, ia sedang mencari kebenaran. Sewaktu ia memiliki beberapa lektur Menara Pengawal, ia menjadi yakin bahwa ia telah menemukan apa yang dicarinya. Hampir setiap malam, ia menerjemahkan keterangan dari buku-buku tersebut untuk pria lain dari Polandia yang juga lapar akan kebenaran rohani. Sebagaimana dinasihatkan Yesus, mereka tidak ’menyembunyikan terang rohani ini di bawah gantang’. Mereka bersama-sama mulai mengunjungi keluarga-keluarga Polandia untuk membagikan kabar baik.—Mat. 5:3, 14-16.

Di kalangan para imigran Polandia, terdapat orang-orang yang bukan hanya menerima kebenaran-kebenaran Alkitab dengan segera, tetapi juga membagikan ini kepada keluarga dan teman-teman mereka di Negeri Lama. Beberapa dari mereka kembali ke negeri kelahiran mereka untuk mengumumkan berita kehadiran Kristus. Di bawah judul ”Kemajuan Pekerjaan di Luar Negeri”, Zion’s Watch Tower tertanggal 15 Juni 1895, melaporkan, ”Saudara Oleszynski, seorang Polandia yang menerima kebenaran ke dalam hati yang baik dan jujur kira-kira tiga tahun yang lalu, telah kembali ke negeri asalnya untuk mencari orang-orang yang layak dan mengabarkan kepada mereka injil yang mulia berkenaan tebusan, restitusi dan panggilan surgawi.”

Pada mulanya, mereka hanya menggunakan publikasi apa pun yang tersedia dalam bahasa Inggris dan Jerman. Namun, pekerjaan membagikan kebenaran Alkitab kepada sesama orang Polandia menerima bantuan besar pada tahun 1909 sewaktu Lembaga Menara Pengawal menerbitkan risalah-risalah dalam bahasa Polandia untuk dibagikan secara cuma-cuma. Suatu edisi ringkasan dalam bahasa Polandia dari bahan-bahan buku Studies in the Scriptures juga diterbitkan pada tahun tersebut. Dan menjelang tahun 1915, The Watch Tower secara tetap tentu dicetak dalam bahasa Polandia setiap bulan.

Benih-Benih Kebenaran Mulai Bertunas

Pada musim gugur tahun 1905, manajemen sebuah pabrik renda di Warsawa diambil alih oleh seorang direktur baru dari Swiss, seorang Siswa Alkitab bernama Tn. Bente. Meskipun ia harus berkomunikasi dengan karyawan-karyawannya melalui penerjemah, ia mendapatkan kepercayaan mereka dan rumahnya menjadi tempat pertemuan orang-orang yang ingin belajar tentang persaudaraan Kristen yang sejati. Segera mereka menyelenggarakan diskusi-diskusi secara tetap tentu, membahas peristiwa-peristiwa aktual dalam terang Firman Allah dan dengan bantuan lektur Alkitab.

Masa itu adalah suatu periode penuh protes dan kekacauan di Rusia. Wilayah Polandia yang berada di bawah kendali Rusia juga terpengaruh. Namun, sebuah dekret dari Kaisar Rusia pada tahun 1906 memberikan hak kepada semua sekte agama untuk melakukan kegiatan keagamaan dengan damai.

Namun, terang kebenaran Alkitab hampir tidak menembus kegelapan dan tidak begitu diperhatikan orang kecuali oleh sanak saudara dekat dan kenalan-kenalan dari orang yang telah berminat kepada Alkitab. Meskipun demikian, terang memang tersebar ke luar Warsawa dan kelompok-kelompok kecil dibentuk di kota-kota lain. Kelompok-kelompok ini dikunjungi beberapa kali oleh Saudara H. Herkendell dari Kantor Lembaga di Barmen-Elberfeld, Jerman, yang menyalurkan lektur kepada kelompok-kelompok tersebut.

Rangsangan Baru

Pada bulan Mei 1910, Charles Taze Russell, presiden pertama Lembaga Menara Pengawal, mengadakan kunjungan singkat ke Warsawa. Betapa bersukacitanya kelompok yang terdiri dari kira-kira 20 orang yang datang untuk mendengar khotbah-khotbahnya! Tiga dari antara mereka begitu antusias sehingga mereka melamar untuk pekerjaan kolportir, sebutan untuk dinas perintis pada waktu itu. Mereka berhasil menempatkan banyak lektur dan menemukan orang-orang yang berminat untuk belajar tentang kesudahan yang mendekat dari ”zaman orang-orang kafir”. (Lukas 21:24, King James Version) Pada tahun 1913, beberapa dari antara mereka yang memperlihatkan minat akan Firman Allah membentuk sebuah kelompok di Łódź, serta di tempat-tempat lain.

Akan tetapi, masalah-masalah mulai berkembang di Warsawa sehubungan dengan menyelenggarakan pertemuan-pertemuan umum. Kepolisian Rusia mulai curiga akan segala sesuatu yang kelihatannya seperti mempersiapkan suatu pemberontakan. Namun, seorang pejabat militer yang baru menunjukkan minat akan kebenaran turun tangan demi kepentingan Siswa-Siswa Alkitab, sehingga sebuah dekret dikeluarkan yang memberi mereka pengakuan resmi. Ketika Polandia mendapat kembali kemerdekaannya setelah Perang Dunia I, dekret tersebut dikeluarkan pada tahun 1913 oleh jenderal militer yang adalah gubernur Warsawa, memberikan landasan hukum untuk kegiatan saudara-saudara.

Untuk beberapa waktu, Siswa-Siswa Alkitab beroperasi secara normal. Beberapa pejuang kebenaran dari masa itu masih mengenang atau mengingat kata-kata orang-tua mereka tentang saudara-saudara yang aktif di Sidang Warsawa pra-1914. Di antaranya adalah Saudara Kącki, Kokosiński, Barcikowski, Rudaś, dan Kremer. Saudara Dojczman dan Saudari Maron aktif dalam bidang-bidang lain.

Sewaktu pecah perang pada tahun 1914, kondisi-kondisi kehidupan yang sulit—khususnya di kota-kota—menyebabkan kelompok-kelompok keluarga di Warsawa dan Łódź terpencar-pencar. Meskipun demikian, kegiatan Siswa-Siswa Alkitab tidak berhenti. Sebuah kelompok kecil masih mengadakan perhimpunan-perhimpunan di sebuah apartemen di Warsawa. Pada waktunya, kelompok ini mendapati lebih banyak orang yang sedang mencari penjelasan berdasarkan Alkitab terhadap peristiwa-peristiwa dunia. Contohnya, Bolesław Uchman yang dibaptis pada tahun 1916, melayani sebagai saka guru di Sidang Warsawa selama lebih dari setengah abad. Menjelang tahun 1918, sebanyak 50 orang menghadiri khotbah-khotbah umum. Sewaktu perang selesai dan saudara-saudara Amerika-Polandia datang untuk membantu, pekerjaan mencapai puncaknya.

Sidang-Sidang Berbahasa Polandia Berkembang di Amerika Serikat

Dari semua kelompok Siswa-Siswa Alkitab berbahasa asing di Amerika Serikat pada waktu itu, mereka yang berasal dari Polandia termasuk di antara kelompok yang paling besar dan paling aktif.

Meskipun Siswa-Siswa Alkitab di Amerika Serikat mengalami penganiayaan berat, khususnya selama tahun 1918-19, kelompok Polandia memperlihatkan inisiatif dalam melayani Yehuwa secara terorganisasi. Pada awal tahun 1919, mereka membentuk sebuah badan hukum resmi khusus untuk memenuhi kebutuhan sidang-sidang yang berbahasa Polandia. Mereka mendaftarkannya di Detroit, Michigan. Namanya dalam bahasa Polandia, Strażnica—Towarzystwo Biblijne i Broszur, berarti ”Lembaga Alkitab dan Brosur Menara Pengawal”. Itu tidak dirancang untuk bersaing dengan badan hukum induk, Watch Tower Bible and Tract Society. Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal. Kantor di Detroit hanyalah dipandang sebagai kantor cabang Polandia milik Lembaga. Itu dimaksudkan untuk menyalurkan makanan rohani dari organisasi kepada sidang-sidang dan untuk memberi anjuran kesetiaan selama masa yang sulit, serta untuk membantu menyebarkan kebenaran Alkitab di Polandia.

Pada awal tahun 1920, badan hukum ini mengatur agar sepuluh wakil keliling, yang disebut musafir, mengunjungi sidang-sidang berbahasa Polandia. Ada 622 khotbah umum yang mereka sampaikan yang dihadiri oleh 211.692 orang. Kolportir Polandia berjumlah 36 orang. Menara Pengawal berbahasa Polandia terbit secara tetap tentu dua kali sebulan. Sidang-sidang dapat melengkapi persediaan buku-buku kecil mereka demikian pula jilid-jilid Studies in the Scriptures dalam bahasa Polandia. Pada tahun 1921, sebuah buku nyanyian baru, Hymns of the Millennial Dawn, diterbitkan. Sebuah terjemahan dari buku kecil Millions Now Living Will Never Die diterima dengan antusias, dan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, 45.545 eksemplar telah disalurkan. Selain itu, jilid ketujuh dari Studies diterbitkan, demikian pula buku The Harp of God, beberapa waktu kemudian.

Saudara-saudara Polandia tidak berniat memisahkan diri dari saudara-saudara mereka yang berbahasa Inggris. Oleh karena itu pada bulan Januari 1921, direktur badan hukum Detroit memilih J. F. Rutherford, yang pada saat itu adalah presiden badan hukum induk, menjadi presiden mereka. Belakangan, pada bulan Juli, pada rapat umum badan hukum, keputusan dibuat untuk bergabung dengan badan hukum milik Lembaga di Pennsylvania. Sejak saat itu, semakin nyata bahwa kantor di Detroit berfungsi sebagai kantor cabang dari Lembaga Menara Pengawal. Pada bulan Mei 1922, kantor cabang tersebut pindah ke Brooklyn, yang sejak bulan Oktober 1919 sekali lagi telah menjadi pusat kegiatan Lembaga. Menara Pengawal berbahasa Polandia, demikian juga buku-buku dan buku-buku kecil, sejak itu dicetak di Brooklyn.

Karena kegairahan yang diperlihatkan oleh saudara-saudara Polandia serta respek mereka kepada organisasi yang digunakan Yehuwa, Yehuwa memberkati upaya-upaya mereka. Contohnya, Peringatan kematian Kristus tahun 1921 diselenggarakan dalam bahasa Polandia di Amerika Serikat di 65 tempat, dengan total hadirin sebanyak 2.942 orang. Satu tahun kemudian, 73 sidang dan kelompok berbahasa Polandia melaporkan perayaan Peringatan. Dan pada tahun 1923, Sidang berbahasa Polandia di Chicago dihadiri oleh 675 orang, termasuk empat-besar di dunia; setelah New York City (906), London (1.029), dan Los Angeles (850) yang hadirinnya lebih tinggi untuk satu jenis bahasa.

Pengaruh-pengaruh dari hal ini juga terasa di Polandia. Dalam jumlah yang lebih besar daripada yang pernah sebelumnya, saudara-saudara Polandia mulai mengunjungi keluarga-keluarga mereka di Negeri Lama, menjelaskan kebenaran-kebenaran Alkitab kepada mereka dan kadang-kadang bahkan menetap untuk membentuk sidang-sidang. Hal ini menjadi lebih mudah pada tahun 1921, sewaktu Polandia menerima sebuah Undang-Undang Dasar Demokrasi. Meskipun Gereja Katolik Roma diberi kedudukan istimewa, kebebasan hati nurani dan agama terjamin bagi semua orang.

Dalam jumlah yang semakin meningkat, publikasi Menara Pengawal dikirimkan ke Polandia. Guna memudahkan pekerjaan di sana, pengumuman dibuat pada tahun 1919 berkenaan rencana untuk mendirikan sebuah kantor cabang di Warsawa. Kantor itu mulai beroperasi pada tahun 1921.

Saudara-Saudara Palsu Berupaya Menumbangkan Iman

Selama Perang Dunia I, hubungan saudara-saudara di wilayah Polandia yang diduduki Rusia dengan dunia luar diputus. Sebagai contoh, baru pada tahun 1919, dua tahun setelah hal tersebut terjadi, Sidang Warsawa menerima berita kematian Saudara Russell—dan bahkan pada waktu itu, hanya disampaikan secara perorangan. Desas-desus yang meresahkan tentang perpecahan di antara saudara-saudara di Amerika juga datang, dan desas-desus ini mengakibatkan kesulitan, khususnya sewaktu seorang wakil dari kelompok oposisi berkunjung dari Amerika Serikat ke Warsawa untuk mempengaruhi kelompok di sana. Dengan menyisihkan sebagian besar dari saudara-saudara demi kepentingan diri sendiri, para penentang mendapatkan kendali atas badan hukum resmi yang pada waktu itu digunakan oleh saudara-saudara di Polandia. Antara lain, ini mengakibatkan Sidang Warsawa kehilangan tempat berhimpun.

Akan tetapi, untunglah saudara-saudara Polandia yang loyal di Amerika juga mengatur untuk mengirimkan suatu delegasi ke Polandia. Delegasi itu terdiri dari W. Kołomyjski, seorang musafir, atau pembicara keliling, yang adalah ketua badan hukum Lembaga di Michigan, dan C. Kasprzykowski. Setibanya mereka di Polandia pada tahun 1920, mereka diterima dengan penuh sukacita oleh saudara-saudara di Warsawa.

Karena kehilangan tempat berhimpun yang biasa mereka gunakan, saudara-saudara yang tersisa menyewa gedung-gedung bioskop untuk pelajaran sidang dan khotbah umum. Khotbah umum pada hari Minggu diiklankan di surat kabar dan melalui selebaran-selebaran yang dibagikan di jalan-jalan raya. Meskipun ada problem-problem yang dihadapi saudara-saudara di sana, prospek untuk kemajuan tampaknya cerah.

Pada tahun yang sama, Setan menimpakan pukulan lain lagi. Pecah perang antara Rusia dan Polandia, menimbulkan inflasi pada skala yang belum pernah terjadi hingga saat itu. Ini sangat mempengaruhi pekerjaan. Juga pada masa-masa kritis tersebut, Saudara Kołomyjski terjangkit tifus. Setelah sembuh, ia kembali ke Amerika Serikat, tempat ia terus melayani sebagai musafir.

Atas permintaan saudara-saudara di Warsawa, Lembaga terus menggunakan Saudara Kasprzykowski di Polandia sebagai wakilnya. Ia memperlihatkan inisiatif dan prestasi yang besar, misalnya, pendaftaran Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab Kelompok II. Kelompok II ini terdiri dari saudara-saudara yang loyal kepada Lembaga; ini menggantikan badan hukum yang lama, yang dikuasai oleh pihak oposisi. Dengan pengakuan resmi sekali lagi, Siswa-Siswa Alkitab dapat mengorganisasi khotbah-khotbah umum pada skala yang lebih besar. Selama tahun 1921, khotbah-khotbah ini kadang-kadang dihadiri oleh sebanyak 700 orang. Juga, saudara-saudara mendapatkan gedung untuk digunakan sebagai balai yang baru, dan setelah dimodifikasi kembali, gedung itu dapat menampung lebih dari 400 orang.

Pada kebaktian umum yang pertama (tanggal 30 Oktober hingga 2 November 1921), 500 orang hadir dari berbagai bagian Polandia, dan ada 14 yang dibaptis. Pada tahun berikutnya, hadirin Peringatan di 32 lokasi di seluruh negeri, mencapai angka 657! Pada tahun yang sama, beberapa kebaktian diselenggarakan, tempat 108 orang mengajukan diri untuk pembaptisan air. Pekerjaan terus maju dengan kecepatan yang baik.

Apakah Ia Memfitnah Paus?

Jan Kusina kembali dari Amerika Serikat ke Kraków, sebuah kota besar di wilayah bekas Austria-Hongaria, pada tahun 1920. Meskipun ia sendiri masih baru dalam kebenaran, ia segera mengatur untuk menggerakkan semangat di antara sebuah kelompok kecil dari orang-orang yang tulus. Namun, ia ditahan dan dituduh memfitnah paus. Akan tetapi, sebenarnya, semua yang ia lakukan adalah membagikan kebenaran Alkitab kepada orang-orang lain. Di pengadilan, ia bersandar kepada Alkitab untuk membela dirinya sendiri. Sang hakim, seorang yang berpandangan terbuka, membebaskan dia.

Kira-kira pada waktu yang sama, Józef Krett, seorang saudara musafir dari Amerika Serikat yang mengunjungi Warsawa dan Kraków, melaporkan bahwa anak-anak sekolah disuruh mengucapkan doa katekismus mereka sehingga mereka mengatakan, ”Dari kematian mendadak, kelaparan, api, perang, dan sampar dari kemurtadan Amerika, lindungilah kami, ya Tuhan.”

Para Teolog Berupaya Mendiskreditkan Siswa-Siswa Alkitab

Orang asing lainnya, Saudara Winiarz, seorang pria kaya namun rela berkorban, membeli sebuah rumah di Kraków untuk digunakan sebagai tempat berhimpun. Pada tahun 1922, rumah tersebut digunakan sebagai tempat diadakannya suatu debat antara tiga saudara dan tiga teolog Katolik.

Pada tahun sebelumnya, Franciszek Puchała kembali dari Amerika dan ia secara pribadi menerbitkan selebaran berisi daftar 13 doktrin gereja. Ia menawarkan hadiah uang senilai 10.000 mark Polandia per doktrin kepada siapa saja yang dapat membuktikan bahwa doktrin-doktrin itu didasarkan atas Kitab Suci. Hal itu meliputi jiwa manusia yang tidak berkematian, api neraka, api penyucian, persembahan pada misa, keadaan lajang dari kaum pemimpin agama, pengakuan dosa kepada imam, penggunaan rosario, dan lain sebagainya. ”Itu bagaikan menghantamkan sebuah tongkat ke sarang semut,” tulis Saudara Puchała kemudian.

Para pemimpin agama, berbicara melalui surat kabar Katolik, menuntut agar masyarakat menolak selebaran itu. Atau, seru mereka, mereka akan menuntut Franciszek Puchała karena memfitnah gereja. Tanpa gentar ia meminta agar suatu diskusi umum diadakan.

Setelah berkonsultasi dengan Majelis Agung Roma, para pemimpin agama setuju mengadakan suatu diskusi, asalkan sifatnya tertutup, ’mengingat kesucian perkara-perkara yang terlibat’, demikian alasan mereka. Saudara Puchała setuju. Sedemikian yakinnya para pemimpin agama bahwa mereka akan menang sehingga mereka mengatur agar pertemuan tersebut dihadiri seorang pengacara yang dapat mengambil tindakan hukum terhadap saudara-saudara setelah mereka kalah. Dengan angkuh, surat kabar gereja mengumumkan, ”Kita akan melihat siapa yang benar—Gereja Katolik Roma yang usianya berabad-abad atau segelintir makhluk sesat yang malang yang bahkan tidak mampu membaca Kitab Suci dengan tepat.”

Teolog Yesuit kenamaan yang bernama Jan Rostworowski memimpin delegasi Katolik, disertai dua orang imam. Siswa-Siswa Alkitab diwakili oleh Franciszek Puchała dan dua saudara lainnya. Para stenografer, serta beberapa orang yang bertindak sebagai saksi-saksi, juga hadir. Kaum Yesuit datang dengan diperlengkapi buku-buku sebanyak dua koper penuh. Saudara-saudara hanya membawa Alkitab mereka dan kamus-kamus bahasa Yunani dan Ibrani.

Para pemimpin agama meminta agar pokok ke-13 pada selebaran itu (jiwa yang tidak berkematian) dibahas terlebih dahulu. Setelah kira-kira dua jam, para teolog menarik diri, mengatakan bahwa waktu mereka telah habis, kemudian pergi. Meskipun mereka tidak pernah mengaku kalah di depan umum, mereka mengaku di sebuah artikel surat kabar, ”Kita harus mengakui bahwa Siswa-Siswa Alkitab . . . sama sekali tidak bodoh.”

Seluruh diskusi diterbitkan dalam sebuah buku kecil berjudul Bitwa na niebie (Pertempuran di Surga), yang sirkulasi perdananya mencapai 10.000 eksemplar dan berkali-kali dicetak ulang. Masyarakat beragama tradisional di Kraków dan di daerah-daerah sekitarnya terpaksa harus memberi perhatian. Apa hasilnya? Pada tahun 1923, ada 69 orang yang hadir pada perayaan Peringatan di Kraków.

Tentu saja, para pemimpin agama tidak pernah memaafkan Saudara Puchała karena merendahkan wewenang Gereja Katolik Roma di muka umum. Mereka berupaya dengan segala macam cara untuk mempersulit kehidupannya. Seorang polisi diutus untuk mencatat pada perhimpunan-perhimpunan di rumahnya, dan belakangan ia berkali-kali diseret ke pengadilan. Lebih dari satu kali, pembunuh bayaran mengancam nyawanya, tetapi Yehuwa melindungi dia.

Selama sebuah khotbah di desa Wawrzeńczyce, seorang imam menghasut masyarakat untuk menyerang Saudara Puchała dengan pentung kayu sewaktu ia datang untuk memberikan sebuah khotbah. Sebuah kelompok terdiri dari wanita-wanita yang sangat bergairah ingin sekali melakukan apa yang diinginkan sang imam. Mereka menunggu-nunggu kedatangan Saudara Puchała sejak pagi buta hingga hampir malam. Sewaktu Saudara Puchała tiba, ia menyapa mereka dengan tenang, mengatakan, ”Orang yang tanpa dosa dari antara kalian silakan memukul saya dengan pentung lebih dahulu.” Akhirnya, wanita-wanita itu pun mundur. Akan tetapi, sepulangnya ke rumah, mereka dipukuli oleh suami-suami mereka dengan pentung yang mereka bawa untuk memukul Saudara Puchała. Mengapa? Para suami marah karena terpaksa menunggu begitu lama untuk makan malam!

Seorang Pemilik Toko Membagikan Kebenaran kepada Seorang Guru

Pada tahun 1919, pemilik dari sebuah toko sepatu besar di pusat tekstil Łódź pergi ke Gdańsk untuk berobat. Di sanalah pengusaha wanita ini, Ny. Mandowa, mendengar kebenaran dari Kitab Suci untuk pertama kalinya. Ia menerimanya dengan hati yang tulus. Ia pulang dengan setumpuk lektur Lembaga dan dengan antusias berbicara kepada teman-teman dan kenalan-kenalannya tentang apa yang dibacanya. Argumen-argumennya sangat mengesankan seorang guru muda, yang dianjurkan oleh seorang teman untuk hadir di perhimpunan bersamanya.

Pada tahun 1920, guru ini, Wilhelm Scheider, mengatur agar dapat dipindahkan dari sebuah daerah pedesaan ke Łódź supaya ia bisa mengadakan kontak yang lebih dekat dengan kelompok kecil orang-orang berminat di sana. Ny. Mandowa belakangan menjadi seorang Siswa Alkitab, dan kelompok perhimpunan didukung oleh saudara-saudara yang sewaktu-waktu datang dengan kereta api dari Gdańsk, yang jauhnya 384 kilometer. Pelajaran publikasi-publikasi Lembaga bersama Alkitab juga meyakinkan Tn. Scheider bahwa ia telah menemukan kebenaran. Meskipun adanya penganiayaan dan kesengsaraan, ia dengan setia menyesuaikan kegiatan hidupnya dengan kebenaran hingga akhir kehidupannya di bumi pada tahun 1971.

Memberikan Kesaksian Umum yang Berani di Łódź

Pada mulanya, kegiatan kelompok di Łódź agak terbatas dalam hal kesaksian umum apa pun. Namun setelah Saudari Mandowa meninggal pada tahun 1922, problem-problem yang muncul sehubungan pemakamannya merupakan titik balik. Para pemimpin agama menolak untuk memberi izin penguburan di pemakaman umum. Hal ini mendatangkan banyak komentar dan kritik di media. Setelah berjuang selama tiga hari yang bahkan harus ditengahi oleh kepolisian, tanah makam diperoleh di sebuah pemakaman Muslim yang sempit. Sekitar seribu orang menghadiri pemakaman, sangat ingin mencari tahu apa yang sebenarnya dipercayai Siswa-Siswa Alkitab. Khotbah berdasarkan Alkitab yang disampaikan oleh seorang saudara dari Gdańsk, merupakan kesaksian umum pertama yang pernah diberikan di Łódź.

Sejak saat itu, khotbah-khotbah umum diselenggarakan lebih sering dan diiklankan di surat-surat kabar. Gedung-gedung bioskop disewa untuk perhimpunan-perhimpunan ini. Pada mulanya, gedung-gedung ini cukup luas, namun tak lama kemudian bahkan gedung bioskop yang terbesar di kota berpenduduk 500.000 itu terlalu sempit. Sementara itu, kelompok-kelompok kecil berhimpun di rumah-rumah pribadi untuk mempelajari Alkitab dan lektur yang berdasarkan Alkitab. Mengingat banyak orang di Łódź adalah keturunan Jerman dan Yahudi, khotbah-khotbah umum dan perhimpunan-perhimpunan yang lebih kecil diselenggarakan dalam bahasa Polandia dan Jerman.

Ratusan, jika tidak ribuan, dari orang-orang yang menghadiri khotbah-khotbah umum di Łódź ini, sebagaimana dinyatakan Yakobus, sang murid, adalah ”hanya pendengar” bukan ”pelaku firman”. (Yak. 1:22) Meskipun demikian, hadirin Peringatan melonjak dari 25 orang pada tahun 1922 menjadi 92 pada tahun 1924. Dan pada tahun 1924, setelah memodifikasi sebuah pabrik yang tidak digunakan lagi di pusat kota, saudara-saudara di Łódź memiliki sebuah balai yang indah untuk digunakan bagi kebaktian mereka yang pertama. Pada peristiwa itu, sekitar 200 orang hadir.

Ketika itu, saudara-saudara berkonsentrasi pada pekerjaan baru yaitu mengundang orang-orang melihat ”Drama-Foto Penciptaan”, sebuah film yang baru mulai dipertunjukkan di Polandia pada awal tahun 1920-an. Program selengkapnya terdiri dari empat presentasi yang lamanya masing-masing dua jam. Begitu banyak orang ingin melihat hal itu sehingga, meskipun telah menyewa gedung-gedung yang terbesar, saudara-saudara harus mengulangi pertunjukan itu berkali-kali.

Perhimpunan-Perhimpunan Umum Mendatangkan Pertumbuhan di Poznań

Pada tahun 1910, pada usia 18 tahun, Teofil Szmidt telah meninggalkan rumahnya dekat Radomsko dan pindah ke Jerman untuk mencari pekerjaan. Di sana, pada tahun 1914, ia mendengar tentang Siswa-Siswa Alkitab dan menyaksikan ”Drama-Foto Penciptaan”. Ia mendapatkan keterangan yang memuaskan tentang dua pokok yang telah menjadi perhatiannya selama bertahun-tahun: kembalinya Kristus dan kesudahan dunia.

Belakangan, setelah kembali ke wilayah Polandia yang pada waktu itu dikuasai oleh Prusia, ia menghubungi sebuah kelompok di Poznań yang membaca buku-buku yang ditulis oleh C. T. Russell. Meskipun belum terbaptis, ia mengambil pimpinan dalam bagian-bagian pelajaran ini dan terus membuat kemajuan. Pada tahun 1918, pada suatu kunjungan oleh Saudara Kujat dari Berlin, Teofil Szmidt dibaptis dan juga menjadi seorang hamba di sidang pertama di Poznań. Selama beberapa tahun berikutnya, ia bergairah dalam mengorganisasi perhimpunan-perhimpunan umum. Menjelang waktu ia meninggalkan Poznań pada tahun 1922, sidang telah bertumbuh menjadi sekitar 20 anggota yang tetap tentu.

Kemudian Saudara Kącki pindah dari Warsawa untuk mengurus sidang di Poznań. Ia telah mempelajari kebenaran sebelum tahun 1914, manakala ia masih menjadi pemahat yang berbakat yang berniat pergi ke Paris untuk mendapatkan pelatihan universitas. Sebaliknya, ia membaktikan diri bagi dinas Yehuwa. Dengan bergairah, ia menyewa gedung-gedung di Poznań dengan biaya sendiri dan memberikan khotbah-khotbah Alkitab yang menganjurkan. Sebagai hasilnya, pada tahun 1924, hadirin pada perayaan Peringatan di Poznań telah meningkat menjadi 91 orang. Pada tahun yang sama itu, ada 281 hadirin di Warsawa dan 625 orang yang hadir di 13 kota besar dan kota kecil Polandia, jika kita menghitung hanya kelompok-kelompok yang dihadiri oleh sedikitnya 20 orang. Perkembangan di masa depan tampaknya terjamin. Namun, ujian-ujian iman yang serius terbentang di hadapan.

Tahun 1925—Waktu Perpecahan

Meskipun Saudara Kasprzykowski telah memberikan dinas yang berharga demi kepentingan saudara-saudara setelah Perang Dunia I, belakangan kesombongan menjadi balok sandungan baginya. Sikapnya yang menolak nasihat merupakan bukti awal dari kesombongan ini; kemudian, ia terang-terangan menentang bekas saudara-saudaranya. Sewaktu The Watch Tower mulai dengan lebih tegas menekankan tanggung jawab masing-masing pribadi untuk ambil bagian dalam memberitakan kabar baik, ia mendapat dukungan dari kalangan orang-orang yang tidak mau berbuat apa-apa selain mendengarkan.

Selama beberapa waktu, Sidang Warsawa terus berpura-pura bersatu dengan berhimpun bersama, namun mereka sangat terpecah-belah. Situasinya memuncak pada waktu Peringatan pada tahun 1925. Dari antara 300 saudara, hanya 30 yang terus loyal kepada Lembaga.

Tak lama kemudian, sidang-sidang lain terpengaruh. Dari antara sekitar 150 orang di Łódź, hanya 3 saudara dan 6 saudari yang dengan loyal terus berhimpun bersama untuk mempelajari Firman Allah dengan bantuan publikasi-publikasi Menara Pengawal. Mereka juga ikut serta dalam dinas pengabaran, memanfaatkan sebaik-baiknya majalah Golden Age (kini Sedarlah!), yang mulai diterbitkan dalam bahasa Polandia pada tahun 1925.

Banyak orang yang terombang-ambing atau bingung, setelah melihat kerohanian dan semangat pada kelompok kecil di Łódź ini, kembali bergabung kepada organisasi. Pada musim panas itu, sidang di Łódź mengambil pimpinan dalam mengikuti instruksi-instruksi Lembaga untuk mengatur kelompok-kelompok ”utusan injil” memberi kesaksian di daerah-daerah yang jauh. Beberapa daerah yang mereka rencanakan sebagai tempat khotbah-khotbah umum diadakan jaraknya sampai 150 kilometer.

Meskipun demikian, problem-problem belum berakhir. Di seluruh negeri, ada orang-orang yang motivasinya untuk melayani Allah semata-mata dipengaruhi oleh kepercayaan bahwa mereka akan menerima imbalan surgawi mereka selambat-lambatnya pada tahun 1925. Banyak dari antara orang-orang ini menjadi lemah secara rohani atau jatuh setelah tahun tersebut berlalu. Selama periode itu, berbagai kelompok oposisi secara aktif berupaya untuk mendapatkan pengaruh atas sidang-sidang atau setidaknya untuk melemahkan mereka. Tiga dari antara kelompok-kelompok oposisi ini masih ada hingga hari ini. Meskipun demikian, seraya tahun-tahun berlalu, jelaslah sudah siapa yang memiliki berkat Allah dan ’memberitakan kabar baik Kerajaan Allah’, sebagaimana digariskan dalam Alkitab.—Mat. 24:14.

Setelah krisis-krisis ini, pekerjaan yang berada di bawah arahan ”hamba yang setia dan bijaksana” nyaris harus mulai dari awal lagi. Terdapat lebih banyak rintangan; namun, terdapat pula hasil-hasil positif.—Mat. 24:45-47.

Pekerjaan Mendapatkan Kestabilan yang Lebih Besar

Situasi di Warsawa tidak memberikan petunjuk apa pun akan kembali normal dengan segera. Saudara Wnorowski diutus ke Polandia, namun setelah sekitar satu tahun, ia tidak tahan dengan situasi tersebut dan kembali ke Amerika. Kemudian, Saudara Szwed ditugaskan untuk mengawasi kantor di Warsawa; namun setelah satu tahun ia digantikan oleh Wacław Narodowicz, yang meskipun adalah pembicara yang baik, tidak menyukai pekerjaan kantor dan, setelah satu tahun, memilih untuk kembali ke lapangan.

Selama masa yang sulit ini, saudara-saudara yang loyal kepada Lembaga tidak memiliki status resmi sehingga mereka tidak dapat menyelenggarakan khotbah-khotbah umum, apa lagi kebaktian-kebaktian. Badan hukum yang mula-mula ada di tangan para penentang, dan sekarang bahkan Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab Kelompok II dikuasai orang-orang murtad, Kasprzykowski dan para pengikutnya. Kalangan berwenang menolak untuk mempertimbangkan gagasan akan sebuah kelompok ketiga, sehingga situasinya berada di jalan buntu.

Namun, Yehuwa mendengarkan doa hamba-hamba-Nya yang loyal dan memberikan jalan keluar. Seorang pria yang bersahaja, bernama Całka, yang mengenal kebenaran sebelum Perang Dunia I, telah terdaftar di Warsawa sebagai salah seorang anggota badan hukum yang mula-mula dari Siswa-Siswa Alkitab. Pada mulanya, ia telah tersandung secara rohani, namun pada saat kritis ini, ia mengambil inisiatif untuk memperbarui hubungannya dengan sidang. Ia juga setuju untuk mengalihkan wewenang penuhnya kepada Wilhelm Scheider. Ini merupakan bantuan besar bagi saudara-saudara ”dalam membela dan secara hukum meneguhkan kabar baik”.—Flp. 1:7, NW.

Pada tahun 1927, Lembaga mengirim ke Polandia seorang saudara yang menyenangkan dan terampil yang telah mengunjungi sidang-sidang di Amerika Serikat dan Prancis sebagai seorang musafir. Saudara ini, Ludwik Kuźma, menganjurkan banyak orang melakukan kegiatan yang bergairah. Namun pada waktu ia kembali ke Amerika, ia sadar betul bahwa hubungan yang lebih dekat dengan kantor pusat Lembaga amat dibutuhkan. Oleh karena itu, Saudara Rutherford memutuskan untuk membuat penyesuaian-penyesuaian tertentu sehubungan organisasi.

Karena Saudara Narodowicz telah meninggalkan kantor di Warsawa, Paul Balzereit diutus dari kantor Lembaga di Jerman untuk mencari seseorang di Polandia yang dapat bekerja sama dengan kantor di Jerman dalam mengurus hamba-hamba Yehuwa di Polandia. Pada waktu itu, Sidang Łódź mengambil pimpinan dengan baik dalam dinas pengabaran, maka Saudara Balzereit meminta Wilhelm Scheider, di Łódź, apakah ia bersedia menerima penugasan tersebut. Akan tetapi, Saudara Scheider dengan rendah hati mengusulkan Edward Rüdiger, yang pada waktu itu adalah penerjemah majalah Golden Age, dan Saudara Rüdiger memang mengurus tanggung jawab tersebut selama hampir satu tahun.

Sewaktu pembatasan perjalanan membuat saudara-saudara di Jerman mustahil untuk memberikan bantuan lebih lanjut di Polandia, pengawasan umum atas kegiatan-kegiatan teokratis di Polandia ditetapkan di bawah Kantor Pusat Lembaga Eropa, di Bern, Swiss. Dari sana, pada tahun 1928, Martin Harbeck pergi ke Polandia, sekali lagi untuk mencari seseorang yang memenuhi syarat guna melayani sebagai pengawas di ladang Polandia. Lagi-lagi, Saudara Scheider diminta untuk menerima penugasan itu, dan kali ini ia menerimanya.

Pertumbuhan yang tetap kini nyata. Pada tahun 1927, hadirin Peringatan mencapai 1.101 orang, namun hanya 76 dari mereka telah melaporkan bagian apa pun dalam memberitakan kabar baik. Pada akhir tahun 1928, terdapat 24 sidang yang terorganisasi untuk dinas ini dan 256 penyiar telah dengan tetap tentu melaporkan kegiatan. Pada tahun 1929, jumlah sidang yang diorganisasi untuk mengabarkan berita Kerajaan mencapai 40, dan pada tahun 1930 ada 55 sidang.

Dari waktu ke waktu, sesuai dengan instruksi Lembaga, sidang-sidang ini mengorganisasi pekan-pekan untuk kegiatan yang meningkat. Pada tahun 1929, untuk pertama kali beberapa kolportir dipindahkan ke bagian-bagian tenggara Polandia untuk membagikan kebenaran Kerajaan kepada orang-orang Ukraina di sana. Menurut Yearbook 1930, ”Semakin banyak saudara (brethren) mengakui bahwa mereka terpanggil, bukan untuk duduk-duduk bersama Tuhan di ladang anggur, tetapi untuk bekerja bersama-Nya.”

Waktu Penyaringan

Sementara itu, ruangan yang disewa untuk kantor di Warsawa tidak lagi memadai. Upaya pencarian untuk tempat yang lain di kota itu tidak membuahkan hasil; segala sesuatunya sangat mahal. Jadi, diputuskan untuk memindahkan kantor ke Łódź.

Kantor sementara didirikan di sana di tempat perhimpunan sidang. Akhirnya, pada tahun 1932, sebuah gedung yang cocok ditemukan di Jalan Rzgowska No. 24. Sidang-sidang di sana diberi tahu tentang jumlah dana yang dibutuhkan untuk memperolehnya, namun saudara-saudara, yang semula begitu rela untuk berkorban, gagal menanggapi. Pemilik gedung bersedia menunda pembayaran, meskipun ada pembeli-pembeli lain. Sekali lagi, saudara-saudara diberi tahu berkenaan situasinya. Lagi-lagi tidak ada tanggapan. Mengapa?

Sebelum jawabannya tersingkap, Yehuwa menyediakan bantuan dari sumber lain. Tiga hari sebelum batas akhir pembayaran, Saudari Scheider dapat meminjam uang yang dibutuhkan dari saudara tirinya yang cukup kaya, meskipun saudara tiri ini tidak begitu suka akan kebenaran.

Akan tetapi, tak lama kemudian menjadi jelas mengapa sidang-sidang enggan menyiapkan dana guna membeli bangunan di Łódź. Wacław Narodowicz, yang melayani sebagai seorang musafir, telah menempuh perjalanan ke seluruh Polandia memperdebatkan bahwa kantor harus tetap ada di Warsawa dan harus sekali lagi di bawah pengawasannya. Ia menyumbangkan uang untuk mendapatkan sebuah lokasi di Warsawa dan meminta agar uang sumbangan hendaknya diberikan kepadanya. Meskipun sasarannya gagal, Narodowicz menyebabkan banyak saudara menjadi resah. Ia belakangan menjadi murtad.

Tibalah saatnya ketika ’jiwa-jiwa yang goyah’ tersaring ke luar karena mengikuti manusia, sebaliknya daripada berpaut pada Yehuwa dan organisasi-Nya. (2 Ptr. 2:14, 15) Faktor utama dalam hal ini melibatkan kegiatan yang berhubungan dengan diterimanya nama Saksi-Saksi Yehuwa. Tidak setiap orang mau bersaksi. Tetapi orang-orang yang tetap berada dalam organisasi memberikan bukti ketulusan kasih mereka kepada Yehuwa. Ini sungguh penting, karena tahun 1930-an—dan tahun-tahun sesudahnya—terbukti sebagai tahun-tahun manakala Saksi-Saksi Yehuwa di Polandia harus berjuang untuk hidup. Inilah masanya manakala kebenaran dari Yesaya 54:17 berulang kali dinyatakan—ya, ’senjata-senjata dibentuk’ melawan hamba-hamba Yehuwa, namun tak satu pun dari antaranya berhasil menghancurkan ibadat sejati.

Serangan dan Tangkisan

Para pemimpin agama Katolik Roma semakin sering menggunakan fitnah terhadap hamba-hamba Yehuwa, khususnya melalui media cetak. Mereka juga menuntut agar masyarakat menyerahkan lektur apa pun yang diterima dari Siswa-Siswa Alkitab agar dapat dibakar di muka umum. Suatu contoh dari hal ini yang mendapat banyak publisitas terjadi di Chojnice. Kantor kejaksaan di sana menuduh Saudara Śmieszko, seorang perintis setempat, menghujah dengan menggunakan barang-barang cetakan. Persidangan yang diadakan pada tahun 1933, dihadiri oleh begitu banyak orang. Seorang imam Katolik bernama Janke dipanggil untuk bersaksi. Ia memiliki gelar Doktor dan adalah seorang guru agama di sekolah menengah atas setempat. Saudara Scheider mewakili Lembaga. Jiwa yang tidak berkematian, siksaan kekal, dan api penyucian termasuk di antara pokok-pokok yang dibahas. Setelah itu, Tn. Janke, mengaku kalah, mendekati Saudara Scheider, menjabat tangannya, dan mengatakan bahwa ia tidak akan pernah lagi melibatkan diri dalam kasus semacam ini.

Surat kabar Kraków Ilustrowany Kurier Codzienny (Kurir Harian Bergambar) turut menyerang Saksi-Saksi, dengan palsu menuduh mereka sebagai antek-antek komunis yang menyanyikan lagu-lagu Bolshevik, dilatih di Uni Soviet, dan menerima bayaran dari sana. Atas hal ini, saudara-saudara mengajukan pihak-pihak yang bertanggung jawab dari surat kabar tersebut ke pengadilan, dan redaksinya dihukum.

Mieczysław Skrudlik, seorang Yesuit, secara pribadi menerbitkan buku kecil yang memfitnah Saksi-Saksi. Namun, sewaktu ia diajukan ke pengadilan, ia menyatakan bahwa ia sedang sakit. Tiga kali ia meminta agar kasusnya ditunda. Sementara itu, ia pindah beberapa kali dan tidak dapat ditemukan lagi.

Akan tetapi, serangan-serangan oleh para pemimpin agama tidak selamanya secara verbal. Mereka dan kaki tangan mereka juga menggunakan kekerasan. Sewaktu Saksi-Saksi melakukan pelayanan dari rumah ke rumah, para penentang menyerang mereka. Para penentang menggunakan tinju, kaki, tongkat, dan batu, merusak lektur Alkitab dan meninggalkan Saksi-Saksi berlumuran darah atau tak sadar diri di tanah. Saksi-Saksi yang menempuh perjalanan ke tempat-tempat yang jauh untuk mengabar dicegat, dipukuli, dan dibenamkan ke dalam air; sepeda dan sepeda motor mereka dihancurkan; lektur mereka disita dan dirusak.

Seorang perintis kawakan, Bolesław Zawadzki, menulis dalam riwayat hidupnya bahwa sewaktu sebuah perhimpunan diselenggarakan di rumah orang-tuanya di Kielce, satu gerombolan terdiri dari 2.000 orang yang sedang marah, berteriak kepada orang-orang untuk mengepung rumah dan melemparinya dengan batu. Gerobak dorong digunakan untuk membawa persediaan batu. Baru setelah jauh lewat tengah malam ”permainan” itu selesai. Batu-batu yang menembus atap, banyaknya enam gerobak bila dikumpulkan! Dalam upaya menghentikan gelombang penganiayaan ini, saudara-saudara kadang-kadang berhasil membuat para pelaku penganiayaan dihukum. Agak jarang mereka dapat menyeret ke pengadilan penghasut yang sesungguhnya, yakni para pemimpin agama.

Berkat-Berkat Berupa Organisasi yang Patut

Terutama sejak akhir 1920-an dan seterusnya, bantuan yang lebih besar diberikan kepada sidang-sidang dalam hal dinas pengabaran. Sidang-sidang diberi tugas untuk mengerjakan daerah pengabaran tertentu. Direktur dinas daerah, diutus untuk mengunjungi setiap sidang, tidak hanya memberikan khotbah-khotbah, tetapi juga melatih saudara-saudara dalam dinas pengabaran. Pengaturan ini sangat bermanfaat dan menyegarkan. Salah satu dari saudara-saudara yang bergairah dan rela berkorban ini, Ludwik Kinicki, masih diingat oleh banyak penyiar lama.

Para perintis—kira-kira 30 hingga 50 pada waktu itu—juga memperlihatkan semangat rela berkorban. Dengan senang hati mereka mengabar bahkan di wilayah-wilayah terpencil tempat tidak ada sidang, dan mereka berjalan kaki berkilo-kilometer jauhnya karena hanya beberapa yang mempunyai sepeda. Mereka diperbolehkan mengambil sebagian dari sumbangan yang diterima untuk lektur, dan kadang-kadang mereka mempunyai sedikit penghasilan tambahan. Pada musim dingin, mereka sering tidur di atas timbunan rumput kering atau di atas timbunan jerami yang dibentangkan di lantai sebuah gudang, dengan jaket mereka sebagai selimut.

Orang-orang yang mereka jumpai, meskipun berhati baik, sering kali hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang Alkitab atau sejarah dunia. Dalam sebuah percakapan dengan sekelompok penduduk desa, Stefan Milewski mengenang sewaktu menyebutkan bahwa Yesus dilahirkan sebagai seorang Yahudi. Orang-orang mulai merasa tersinggung, ia hampir saja dipukuli. Dengan marah mereka berteriak, ”Tuhan Yesus adalah seorang Polandia dan seorang Katolik!”

Namun, Saksi-Saksi terus memperlihatkan kegairahan dalam mencari orang-orang yang seperti domba. Pada tahun 1932, mereka menggunakan 103.323 jam dalam pelayanan, menempatkan 177.505 buku dan buku kecil, 2.101 Alkitab, dan 87.455 eksemplar The Golden Age. Ini membuat sebuah surat kabar di Warsawa mengomentari, ”Jumlah Siswa-Siswa Alkitab di Polandia tidak mungkin lebih dari 600.000, dan dari jumlah yang kecil ini, telah muncul begitu banyak keresahan seperti yang tidak didapati dalam agama lain mana pun.” Sebenarnya, pada waktu itu jumlah Saksi-Saksi yang aktif hanya sekitar 600! Namun di mata beberapa pengamat, satu kaum yang kecil ini telah menjadi seribu.—Bandingkan Yesaya 60:22.

Perjuangan Menghebat

Para pemimpin agama Katolik terus berupaya mendesak pihak yang berwenang untuk menghentikan Saksi-Saksi. Tuduhan-tuduhan yang mereka lontarkan terhadap Saksi-Saksi tidak berbeda: menyebarkan propaganda Komunis, mencari sumbangan tanpa izin, melanggar sabat Minggu, serta menghujah gereja dan ajarannya. Pada tahun 1933, dilaporkan sekitar 100 kasus polisi menghentikan penyiar-penyiar. Terdapat juga 41 insiden berupa pemukulan yang parah di tangan gerombolan-gerombolan yang fanatik. Dua tahun kemudian, terdapat 3.000 kasus yang di dalamnya para pemimpin agama melaporkan Saksi-Saksi ke polisi. Apabila tuduhan yang didasarkan atas sebuah ordonansi (peraturan) tidak berhasil, para pemimpin agama mencari-cari dasar tuduhan lain. Namun, bahkan sebelum kasus-kasus dibawa ke persidangan, kebanyakan dari kasus tersebut dibatalkan karena tidak mempunyai dasar yang kuat; yang lain-lain dibebaskan.

Saudara-saudara tidak mampu membayar pengacara setiap kali mereka ditahan. Namun, kantor Lembaga memberi mereka advis-advis hukum. Lembaga mengirimkan kepada mereka ratusan dokumen berisi informasi tentang pengadilan banding, keputusan yang menguntungkan, dan kasus-kasus yang memberikan preseden yang menguntungkan. Selaras dengan instruksi-instruksi yang disediakan, sewaktu saudara-saudara berada di pengadilan, mereka menandaskan pemberitaan kabar baik Kerajaan Allah sebaliknya daripada menekankan teknik-teknik hukum. Akan tetapi, untuk beberapa kasus serius, ada pengacara-pengacara yang menyediakan diri untuk membela saudara-saudara.

Untuk menangkis tuduhan-tuduhan menjajakan, Lembaga menerbitkan kartu-kartu yang menyatakan bahwa si pemegangnya berhak mengabar atas dasar kebebasan hati nurani dan agama. Bagi Saksi-Saksi yang masih anak-anak yang bersekolah di sekolah negeri dan yang sering dibuat tidak naik kelas karena mereka menolak mengikuti mata pelajaran agama yang diwajibkan, Lembaga menerbitkan sertifikat khusus. Ini menjelaskan bahwa sang anak telah mengikuti pelajaran agama di lingkungan agamanya sendiri dan telah mendapat nilai sekian. Oleh karena itu, banyak sidang menyelenggarakan ”sekolah Minggu” selama beberapa tahun. Setelah banyak upaya dilakukan oleh saudara-saudara, Kementerian Pendidikan dan Sekte-Sekte Agama mengeluarkan suatu dekret yang memerintahkan kalangan berwenang sekolah untuk menerima sertifikat-sertifikat tersebut. Begitu nilai-nilai dicantumkan dalam rapor, sang anak dapat naik kelas.

Beberapa pejabat pemerintah jelas memahami bahwa adalah sikap tidak toleran dalam hal agama yang memotivasi tuduhan-tuduhan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa. Dengan demikian, penasihat hukum negara di pengadilan banding di Toruń, pada suatu kasus yang melibatkan seorang Saksi, menolak tuduhan hujah, menuntut pembebasan, dan mengumumkan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa mengambil pendirian yang sama seperti umat Kristen masa awal. Dalam kasus lain, penasihat hukum negara pada pengadilan banding di Poznań menolak untuk menuntut seorang Saksi yang dituduh menuding para pemimpin agama sebagai bagian dari ”organisasi Setan”. (Bandingkan Yohanes 8:44.) Ia sendiri menunjuk kepada takhta kepausan Alexander VI, yang dikenal luas karena telah menyebarkan suasana yang amoral. Ia kemudian mengkontraskan ini dengan tingkah laku yang baik dari Saksi-Saksi Yehuwa dan kegairahan mereka dalam melayani Yehuwa.

Berupaya Menghentikan Arus Lektur

Lagi-lagi, para pemimpin agama berupaya menghentikan arus lektur yang digunakan Saksi-Saksi Yehuwa dalam kegiatan mereka. Apabila memungkinkan, para pemimpin agama memanipulasi pejabat pemerintah untuk memberlakukan pelarangan. Misalnya, pada tahun 1930, mereka membujuk menteri dalam negeri agar membatalkan hak pengiriman untuk majalah Golden Age, yang tanpa gentar membeberkan kemunafikan agama. Namun hanya beberapa minggu kemudian, menteri terpaksa meletakkan jabatan, dan penggantinya sekali lagi mengizinkan The Golden Age untuk diimpor dan diedarkan melalui pos.

Pihak-pihak yang menentang Saksi-Saksi akhirnya berhasil menghambat semua proses impor The Golden Age dari Swiss. Jadi, pada tahun 1933, saudara-saudara mencetaknya di Łódź. Setiap kali para pemimpin agama mendatangkan tekanan atas satu percetakan agar tidak bersedia lagi bekerja untuk saudara-saudara, mereka menemukan percetakan lain yang senang melakukan pekerjaan itu. Ini berlangsung berulang kali, hingga, setelah banyak penyitaan yang diperintahkan oleh badan sensor, suatu larangan diberlakukan atas majalah itu sendiri. Setelah naik banding atas keputusan ini, saudara-saudara tetap menerbitkan The Golden Age hingga larangan tersebut diberlakukan dan Augustyn Raczek, redaksi majalah, dihukum satu tahun penjara.

Hal ini tampak bagi para penentang bahwa mereka telah mencapai tujuan mereka. Akan tetapi, saudara-saudara tidak menyerah. Terbitan terakhir dari The Golden Age diterbitkan pada tanggal 1 September 1936. Pada tanggal 1 Oktober tahun yang sama, majalah tersebut digantikan dengan sebuah majalah baru yang dicetak di Warsawa. Dengan judul Nowy Dzień (Hari Baru), majalah itu terus menerbitkan artikel-artikel yang menyingkapkan kebejatan dan kemunafikan agama dan yang menjunjung kebenaran Alkitab. Majalah itu dicetak di Warsawa hingga pecahnya Perang Dunia II.

Sementara itu, pada tahun 1937, menteri dalam negeri memberlakukan larangan atas The Watchtower, yang digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa bersama dengan Alkitab dalam perhimpunan sidang mereka. Tidak sesuatu pun dalam The Watchtower yang bersifat subversif, namun para pemimpin agama Katolik tidak ingin majalah itu beredar di kalangan yang mereka anggap sebagai wilayah kekuasaan mereka. Akan tetapi, karena bertekad untuk ’lebih menaati Allah daripada menaati manusia’, saudara-saudara kita mulai memproduksinya kembali dalam bentuk stensilan.—Kisah 5:29.

Pada saat itu, Uskup Jasiński dari Łódź, didukung oleh Aksi Katolika, mendirikan ”Badan Penentang Minoritas Agama”. Sebaliknya, badan ini dengan cara manipulasi yang sistematis memasukkan orang-orangnya sendiri ke dalam kantor pemerintahan tertinggi. Salah satu tujuan mereka adalah untuk menyita semua lektur Menara Pengawal. Meskipun terdapat risiko tertangkap, Saksi-Saksi terus maju dan menerbitkan dua brosur baru. Denda dikenakan oleh kalangan berwenang. Namun, siapa yang ada di belakang aksi tersebut? Sebaliknya daripada hukum duniawi, hukum resmi dari Gereja Katolik sering digunakan untuk melancarkan tuduhan. Sulit untuk menemukan bukti yang lebih kuat bahwa seluruh kampanye tersebut dilaksanakan di bawah arahan hierarki Katolik.

Selama tahun 1937, Aksi Katolik bertanggung jawab atas kekerasan terhadap Saksi-Saksi pada 75 kasus; yang 2 dari antaranya, saudara-saudara dibunuh. Dari antara 263 kasus pengadilan, 99 akhirnya dibebaskan dan 71 berakhir dengan hukuman penjara. Selebihnya ditunda. Lektur disita dalam 129 kasus, namun saudara-saudara berhasil memperjuangkan untuk meminta kembali lektur-lektur tersebut dalam 99 kasus. Sebagaimana dinyatakan dalam laporan Yearbook 1938, ”Seluruh umat Tuhan di negeri ini bertekad meneruskan pekerjaan kesaksian tidak soal apakah itu menyenangkan manusia atau tidak, mengingat . . . bahwa ’kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia’.”

Pasti itulah yang dirasakan para penyiar di ke-121 sidang yang berorientasi pada dinas mengenai hal tersebut. Rata-rata setiap bulan, sekitar 800 penyiar memberikan laporan dan pada bulan Peringatan terdapat 1.040 penyiar! Tetapi, para penentang bertekad melancarkan pukulan yang mematikan. Tidak diragukan, mereka berpikir bahwa mereka telah berhasil ketika pada tanggal 22 Maret 1938, kalangan berwenang menyegel pintu kantor kita di Łódź. Publikasi-publikasi tidak dapat lagi dikirimkan melalui pos atau melalui kurir dengan kereta api; pengirim maupun penerima dapat dikenakan hukuman. Saksi-Saksi ingin mengajukan banding ke pengadilan yang lebih tinggi namun pejabat pemerintah yang bersimpati secara diam-diam memberi tahu mereka bahwa itu akan sia-sia saja. Menurutnya, ”suasana pada masa itu” telah berubah, dan bahkan jika Saksi-Saksi memenangkan kasus, menteri dalam negeri akan memastikan bahwa segala kegiatan mereka di seluruh negeri dilarang keras. Jadi, diputuskan agar tidak mengajukan gugatan lebih jauh atas perkara ini di pengadilan namun percaya kepada Yehuwa dan bergerak maju dengan cara-cara lain.

Sebenarnya, sewaktu menyegel kantor kita, kepolisian tidak mengamati adanya sebuah pintu darurat di ruang penyimpanan lektur. Jadi hari demi hari, pekerja-pekerja Betel memindahkan lektur Alkitab, bahkan berton-ton, dan menyalurkannya ke sidang-sidang. Selain lektur dalam bahasa Polandia, terdapat juga publikasi-publikasi dalam bahasa Ukraina, Rusia, Jerman, dan Yiddish (bahasa Jerman klasik yang ditulis dalam aksara Ibrani).

Saudara-saudara di lapangan dengan sepenuh hati bekerja sama dalam menyimpan sejumlah besar lektur untuk digunakan pada masa-masa yang sulit di kemudian hari. Misalnya, Józef Włodarczyk dari daerah Lublin menerima 12.000 buku kecil, banyak buku, 500 Alkitab, 500 ”Perjanjian Baru”, 500 buku nyanyian, dan 250 rekaman fonograf, yang kemudian dengan hati-hati ia sembunyikan. Saudara-saudara lain melakukan hal yang sama, dan ini terbukti amat bermanfaat selama perang sewaktu tidak ada kiriman baru.

Larangan pada tahun 1938 memberikan saudara-saudara waktu lebih dari satu tahun untuk mempersiapkan diri melaksanakan pekerjaan di bawah tanah selama tahun-tahun yang sulit dari Perang Dunia II. Mereka membagi negeri itu menjadi zona-zona, masing-masing dengan sejumlah sidang. Setiap zona diawasi oleh saudara-saudara setempat yang paling bergairah dan bertanggung jawab untuk membuat stensilan lektur, khususnya The Watchtower, untuk sidangnya. Ini adalah satu-satunya ”makanan segar” yang diterima sidang-sidang. Sistem organisasi ini berhasil mengatasi tantangan yang belakangan ditimbulkan oleh berkecamuknya perang.

Perang Melanda!

Perang Dunia II meletus pada tanggal 1 September 1939. Laporan terakhir yang dikumpulkan dari seluruh Polandia menunjukkan bahwa mereka berjumlah 1.039 penyiar. Bagaimana kebutuhan mereka dipenuhi?

Pada masa penjajahan, Polandia dibagi menjadi tiga bagian. Bagian barat dianeksasi (diambil alih) oleh Kekaisaran Jerman. Bagian tengah, termasuk kota-kota Warsawa, Kraków, Lublin, dan belakangan Lviv, disebut General Gouvernement dan berada di bawah administrasi Jerman. Bagian timur dianeksasi oleh Uni Soviet. Kondisi-kondisi berbeda dari satu bagian ke bagian lain.

Di bagian barat, Gestapo Jerman menahan siapa pun yang diketahui sebagai anggota Saksi-Saksi Yehuwa. Sistem Nazi yang totaliter memperlakukan dengan kejam siapa pun yang tidak tunduk mutlak kepadanya. Saksi-Saksi yang mengumumkan Kerajaan Allah dipandang sebagai musuh. Apabila seseorang didapati membawa satu eksemplar The Watchtower saja atau didapati berfoto bersama seorang Saksi, hal-hal itu dapat dijadikan bukti bahwa orang tersebut adalah penjahat. Cara-cara yang brutal digunakan untuk memaksa Saksi-Saksi memberitahukan nama dan alamat saudara dan saudari rohani mereka. Orang-orang yang menolak untuk mengkhianati saudara-saudara mereka atau untuk menandatangani sebuah pernyataan yang menyangkal iman dikirim ke kamp-kamp konsentrasi. Sangat sedikit yang berkompromi. Bahkan para penganiaya kagum akan loyalitas dari hamba-hamba Yehuwa ini.

Di Łódź, Gestapo menahan Saudara Scheider dan banyak saudara lainnya dan menjebloskan mereka ke dalam kamp-kamp. Dari Poznań, 69 saudara dan saudari dikirim ke kamp Jerman; 22 tewas. Meskipun ini terjadi, begitu banyak orang di Poznań belajar kebenaran selama perang dan setelah itu sebuah sidang yang kuat terbentuk. Gairah mereka menyebar ke wilayah-wilayah yang berdekatan dan turut membangun kembali organisasi di bagian barat Polandia.

Tentu saja, saudara-saudara menderita di banyak kota lainnya dan juga di kota-kota kecil. Misalnya, dari Wisła, suatu daerah pegunungan yang berpenduduk kira-kira 6.000 orang pada waktu itu, 51 saudara dan saudari dibawa ke kamp konsentrasi. Hanya 13 yang kembali.

Yehuwa Tidak Meninggalkan Umat-Nya

Sungguh nyata bahwa Pencipta melindungi umat-Nya selama masa penganiayaan berat. Bagi mereka, kemenangan bergantung bukan pada keselamatan melainkan pada kesetiaan—hingga mati jika perlu. (Why. 2:10) Seorang saudara menuturkan bahwa ia tanpa henti dipukuli selama berjam-jam, khususnya pada bagian punggung dan pada bagian sekitar ginjal. Namun, ia bertekun meskipun ada upaya-upaya untuk memaksanya mengadukan saudara-saudara lain dan untuk mengkhianati hal-hal organisasi. Perlakuan yang menyakitkan ini diulangi keesokan harinya, hanya kali ini lebih parah lagi. Pada hari ketiga, tubuhnya yang babak belur dihujani pukulan dengan rasa nyeri yang luar biasa. Saudara itu berdoa kepada Yehuwa memohon kelegaan, bahkan memohon kematian. Tiba-tiba, agen Gestapo yang mencambukinya melontarkan kata-kata umpatan kotor, menjatuhkan cambuknya, dan pergi. Apa yang terjadi?

Beberapa hari kemudian saudara ini melihat pria tersebut di koridor dengan tangan yang diperban. Rekan-rekan tahanannya memberi tahu saudara tersebut bahwa jari telunjuk dari agen ini telah patah—rupanya sewaktu sedang mencambuk.

Saksi-Saksi yang dapat menghindari penangkapan tidak membiarkan diri mereka terpencar-pencar. Mereka berkumpul bersama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari Alkitab dan The Watchtower. Majalah-majalah yang mereka terima biasanya datang dari saudara-saudara di Jerman; kemudian mereka membuat stensilan atau menyalinnya dengan tulisan tangan. Fritz Otto mengambil bagian yang aktif dalam pekerjaan di bawah tanah di Łódź selama periode penjajahan ini, memelihara kontak dengan Poznań, Bydgoszcz, dan Gdańsk. Meskipun jalur komunikasi kadang-kadang diputuskan oleh musuh, komunikasi tidak pernah terhenti untuk waktu yang sangat lama.

Di General Gouvernement

Situasi di bagian tengah dan selatan Polandia sangat berbeda. Di sana pemerintah tidak mengejar dan menganiaya Saksi-Saksi Yehuwa sedemikian ganas, maka meskipun selalu melakukan tindakan-tindakan pencegahan, saudara-saudara bekerja dengan giat. Mereka mempersiapkan stensilan-stensilan majalah The Watchtower di Warsawa; kemudian pihak-pihak yang bertanggung jawab di masing-masing zona membuat stensilan, dengan menggunakan alat-alat duplikasi yang primitif yang ada pada waktu itu. Berbagai metode digunakan untuk menyelundupkan lektur-lektur yang asli. Kadang-kadang, bahkan tentara-tentara Jerman yang keluarganya dalam kebenaran tanpa sadar bertindak sebagai kurir sewaktu mereka kembali dari front timur setelah mereka pulang dari penugasan.

Juga ada banyak pengalaman yang memilukan hati. Pada bulan Desember 1942, polisi Jerman di Warsawa menangkap Stefan Milewski dan Jan Gontkiewicz ketika mereka sedang membuat salinan dengan mesin stensil. Mereka langsung dikirim ke kamp konsentrasi di Majdanek dan kemudian ke Buchenwald. Oleh karena itu, Ludwik Kinicki, yang mengawasi aktivitas Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh daerah yang dikenal sebagai General Gouvernement, mengambil alih tugas-tugas mereka. Dua tahun kemudian, pada tahun 1944, ia ditangkap, dan menjelang akhir tahun tersebut, ia meninggal di kamp konsentrasi di Gusen, Austria. Apakah musuh telah menang? Sama sekali tidak! Saudara-saudara itu, semuanya, dengan teguh tetap loyal kepada Yehuwa. Dan berkenaan para penentang, mereka telah mendapat kesempatan untuk memperlihatkan di hadapan Hakim surgawi sikap mereka terhadap pemerintahan oleh Allah.—Ayb. 31:14; Rm. 14:12.

Selama masa penuh teror ini, orang-orang mudah diintimidasi. Setiap orang curiga terhadap orang-orang lain. Untuk mencegah timbulnya problem-problem yang tidak perlu, saudara-saudara sangat berhati-hati sewaktu mengundang orang datang ke perhimpunan atau sewaktu memperkenalkan mereka kepada orang berminat lainnya. Namun Saksi-Saksi bergairah, Yehuwa memberkati mereka, dan kelompok-kelompok baru tumbuh dengan pesat.

Kesempatan untuk memberi kesaksian kadang-kadang datang secara tak terduga. Pada akhir musim gugur tahun 1940, seorang peminat di Wojkowice Komorne, distrik Katowice, meninggal. Ia sebelumnya telah menyatakan keinginannya untuk dimakamkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa, maka seorang saudara mengadakan persiapan untuk mengucapkan beberapa patah kata penghiburan di rumah duka. Namun sekelompok besar orang berkumpul di pekuburan. Sewaktu melihat mereka, saudara kita ini tidak dapat menahan diri; selama lebih dari satu jam, ia berbicara tentang harapan berdasarkan Alkitab bagi orang-orang mati. Sejak saat itu, Saksi-Saksi selalu mengadakan upacara pemakaman mereka pada hari Minggu agar sebanyak mungkin orang dapat mendengar berita Alkitab.

Mengabar di kota-kota biasanya dilakukan secara tidak resmi, namun di daerah-daerah pedesaan, teristimewa di sekitar Lublin, para penyiar mulai melakukan kembali pekerjaan dari rumah ke rumah bahkan sebelum perang usai. Akan tetapi, agar tidak menarik perhatian yang berlebihan, mereka memulai percakapan dengan bertanya, misalnya, tentang kemungkinan untuk membeli sesuatu. Jawabannya sering membuka jalan untuk membahas perkara-perkara rohani.

Beberapa sidang mengorganisasi perjalanan untuk memberi kesaksian ke desa-desa terpencil, dan di sana mereka mendapati bahwa pengalaman masa perang telah mengubah sikap yang pernah diperlihatkan sebelumnya. Banyak orang, termasuk kaum muda, sekarang senang sekali mendengarkan. Lektur yang masih disimpan oleh saudara-saudara itu dapat dimanfaatkan, dan sidang-sidang baru dibentuk.

Tentu, Setan berupaya menghentikan perluasan ibadat yang murni ini. Satu cara yang digunakannya untuk melakukan hal tersebut adalah dengan memanfaatkan kelompok-kelompok gerilyawan. Beberapa di antaranya, karena hasutan para imam Katolik, mulai menyerang bukan hanya pasukan pendudukan Jerman tetapi juga Saksi-Saksi, mendatangkan ujian iman yang baru. Rumah saudara-saudara digerebek pada malam hari. Pria, wanita, dan anak-anak dipukuli dan diperintahkan untuk membuat tanda salib, mencium salib, dan menggantungkan patung-patung ”kudus” pada dinding rumah mereka. Orang-orang yang mengacau itu merampas dan merusak. Beberapa keluarga mengalami serangan semacam itu berulang kali. Sejumlah saudara terpaksa bersembunyi agar dapat tetap hidup.

Suatu ”Pengaturan Baru” di Sektor Soviet

Sebuah wilayah yang luas di Polandia timur telah direbut oleh Uni Soviet pada bulan September 1939. Ini berarti bahwa kira-kira setengah dari jumlah penyiar, termasuk Saksi-Saksi Polandia dan Ukraina serta beberapa Saksi-Saksi berkebangsaan Rusia dan Yahudi, dipisahkan dari Saksi-Saksi lainnya dalam organisasi. Walaupun mereka bergairah, kerohanian mereka terancam oleh tidak adanya makanan rohani yang segar. Mereka berupaya mengadakan kontak dengan organisasi melalui Slowakia, namun ini ternyata sangat sulit.

Demikianlah halnya sehingga sejumlah sidang turut terlibat dalam suatu ”pengaturan baru”. Pada mulanya, tujuannya adalah membantu saudara-saudara beradaptasi dengan situasi mereka yang baru. Ini menekankan perlunya terpisah dari dunia dan mengarahkan kehidupan dengan ”berhiaskan kekudusan”. (Mzm. 110:3, NW) ”Pengaturan baru” ini menyebar mulai dari Lviv melalui Lublin sampai sejauh Warsawa. Akan tetapi, sebaliknya daripada dianjurkan untuk sekadar menerapkan dengan saksama apa yang dinyatakan dalam Firman Allah, mereka segera didesak untuk melakukan aktivitas yang semata-mata merupakan gagasan seorang manusia.

Di bawah pengaruh ini, misalnya, sekelompok penyiar yang kurang mengerti melancarkan serangan mendadak ke markas militer di Białystok yang diduduki tentara Jerman, menurunkan bendera swastika dari atap gedung, dan menggantikannya dengan bendera putih. Mereka ditangkap dan dieksekusi pada hari itu juga. Peristiwa-peristiwa ini menjadi suatu peringatan yang memedihkan tentang apa yang dapat terjadi bila seseorang berbuat lancang, melampaui apa yang tertulis dalam Alkitab dan melampaui teladan yang ditetapkan oleh Kristus dan rasul-rasulnya, tidak berpaling kepada ”hamba yang setia dan bijaksana” untuk mencari bimbingan.—Mat. 24:45.

Ujian Akhir sebelum Era Pascaperang

Tepat sebelum perang usai, saudara-saudara menghadapi suatu tantangan baru. Seraya front timur semakin mendekat, orang-orang diperintahkan untuk menggali parit perlindungan antitank. Sebagai orang-orang Kristen yang netral, Saksi-Saksi Yehuwa, berdasarkan bimbingan hati nurani, tidak dapat berpartisipasi, dan mereka menolak untuk melakukan hal itu bahkan di bawah ancaman kematian. Puluhan di antara mereka, beberapa masih baru dalam kebenaran, ditembak mati, dan ini dilakukan di hadapan umum. Namun, ini juga berfungsi sebagai kesaksian karena hal itu membuat orang-orang lain sadar bahwa Saksi-Saksi Yehuwa memiliki iman yang begitu kuat sehingga mereka lebih baik mati daripada meninggalkan Allah mereka.

Akhirnya, tahun-tahun pendudukan berakhir. Saksi-Saksi Yehuwa di Polandia berhasil menghadapi ujian-ujian yang hebat. Sekarang, dengan jumlah yang bahkan lebih besar daripada jumlah yang ada sebelum perang, mereka melaksanakan tugas-tugas yang ada di hadapan.

Bergerak Maju dengan Pekerjaan Tuhan

Beberapa di antara Saksi-Saksi Yehuwa yang selamat keluar dari kamp konsentrasi kembali ke kota asal mereka pada musim semi tahun 1945, siap untuk mendesak maju dengan pemberitaan kepada umum tentang Kerajaan Allah. Di antara mereka terdapat Wilhelm Scheider.

Pada waktunya, ia berhasil mengatur agar bangunan di Rzgowska Street No. 24 di Łódź digunakan kembali. Sayangnya, lektur baru hanya dapat diterima bila ada orang yang dapat secara pribadi membawanya dari luar negeri karena sistem pos umum belum berfungsi. Namun setiap kali ada lektur tiba, lektur itu diterjemahkan sesegera mungkin, dan stensilan dikirim ke setiap zona. Segera para sukarelawan lain menawarkan diri untuk membantu pekerjaan tersebut. Dan Yehuwa menggerakkan hati orang-orang lain untuk mendukung pekerjaan ini dengan sumbangan materi.

Perbedaan antara hamba-hamba Yehuwa dan penduduk lainnya sangat nyata. (Yoh. 13:35) Kebanyakan orang Ukraina, termasuk ratusan saudara kita, ditampung di bagian timur, di daerah perbatasan Soviet yang baru. Akan tetapi, sebelum hal ini terjadi, timbul banyak ledakan kebencian antara orang Polandia dan orang Ukraina yang tinggal di bagian timur dan selatan dari General Gouvernement. Di lain pihak, Saksi-Saksi Polandia dan Ukraina hidup damai. Pada suatu kesempatan, seorang saudara Polandia pulang ke rumahnya setelah menghadiri perhimpunan, berjalan bersama tiga saudari Ukraina, mereka bertemu dengan para gerilyawan Ukraina. Gerilyawan tersebut berupaya menangkap saudara itu, hendak menembaknya, tetapi saudari-saudari tersebut memprotes, secara fisik menghalang-halangi demi kepentingan saudara tersebut. Perjuangan itu berlangsung selama dua jam. Akhirnya, para gerilyawan mengalah, namun sebelumnya mereka merobek-robek pakaian saudara itu dan membakarnya. Hanya dengan mengenakan pakaian dalam, ia berlari sejauh lebih dari dua kilometer tanpa alas kaki menembus salju menuju rumah seorang saudara Ukraina.

Dengan berakhirnya pembatasan masa perang, Saksi-Saksi melakukan dinas pengabaran dengan bersemangat. Laporan pertama setelah perang menunjukkan adanya kira-kira 2.500 penyiar. Pada tahun 1939, hanya ada 1.039 penyiar. Akan tetapi, kira-kira setengah dari jumlah ini sekarang tinggal di daerah-daerah yang telah dianeksasi Uni Soviet. Jadi, selama masa perang dan pendudukan yang berlangsung enam tahun, sesungguhnya terjadi kenaikan 400 persen! Betapa terbukti benar kata-kata terilham dari nabi Daniel, ”Tetapi umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak [efektif, NW]. Dan orang-orang bijaksana di antara umat itu akan membuat banyak orang mengerti”!—Dan. 11:32, 33.

Minat yang bertambah akan berita Kerajaan tampak sangat jelas di beberapa tempat. Dari Poznań, Jan Wąsikowski melaporkan, ”Betapa bersukacitanya saudara-saudara yang kembali dari kamp-kamp pada tahun 1945 ketika melihat bahwa suatu kelompok kecil dari Saksi-Saksi telah bertumbuh mencapai jumlah keseluruhan yang membesarkan hati yaitu kira-kira 600 penyiar Kerajaan! Dari satu sidang yang aktif di kota, tiga sidang dibentuk.”

Namun, perkembangan yang paling menakjubkan terlihat di bagian timur negeri ini. Kondisi hidup sangatlah sulit. Seorang pengawas wilayah menceritakan bahwa, setelah tiba di sana pada tahun 1947, ia melihat bukan hanya rumah-rumah yang habis terbakar, tetapi seluruh pemukiman telah hancur sama sekali. Saudara-saudara hidup dalam lubang perlindungan dan gudang bawah tanah. Meskipun demikian, sidang-sidang bertumbuh dengan kecepatan yang menakjubkan. Selama tahun 1945 dan 1946, Sidang Teresin sering mengalami pertambahan sebanyak 15 sampai 20 penyiar baru setiap bulan, dan bahkan sebanyak 42 dalam satu bulan! Menjelang tahun 1947, sidang itu sudah memiliki 240 penyiar. Sidang di Alojzów memiliki 190 penyiar.

Memuaskan Mereka yang Lapar secara Rohani

Meskipun saudara-saudara hanya memiliki sedikit kekayaan materi, mereka merasa bahwa kebutuhan pokok mereka adalah Alkitab dan alat bantu belajar Alkitab. Siapa pun yang memiliki sebuah buku dari Kitab-Kitab Yunani Kristen merasa beruntung. Beberapa penyiar memiliki hanya satu buku dari empat kitab Injil untuk digunakan dalam dinas pengabaran. Namun bantuan cepat datang.

Pada tahun 1946, Lembaga Menara Pengawal mengundang Saksi-Saksi di Amerika Serikat, Kanada, Swiss, dan Swedia untuk menyumbang pakaian bagi rekan-rekan seiman di negeri-negeri yang diporak-porandakan perang. Mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk mengirim bukan hanya pakaian tetapi juga berkarton-karton Alkitab! Tidak lama kemudian, ribuan buku ”The Truth Shall Make You Free” tiba, dan juga 250.000 buku kecil Religion Reaps the Whirlwind. Bayangkan betapa bersyukurnya saudara-saudara tersebut!

Rasa lapar akan Firman Allah di pihak orang-orang di Polandia setelah perang usai sangatlah hebat. Pada tahun 1946, lebih dari 6.000 penyiar Kerajaan siap membantu memenuhi kebutuhan itu. Sedapat mungkin, kantor cabang berupaya menyalurkan lektur. Namun karena kantor cabang tidak memiliki fasilitas percetakan pusat, The Watchtower serta buku-buku kecil dan bahan cetakan lainnya terus direproduksi di zona-zona yang termasuk dalam wilayah negeri ini. Meskipun peralatan terbatas, saudara-saudara segera diperlengkapi dengan makanan rohani yang utama dengan baik.

Ladang-Ladang Aktivitas yang Baru

Sejumlah Saksi-Saksi—perorangan maupun keluarga-keluarga secara keseluruhan—memutuskan untuk pindah ke suatu daerah yang selama bertahun-tahun dihuni oleh orang-orang Jerman namun yang setelah perang menjadi wilayah Polandia barat. Banyak orang Polandia yang pernah tinggal di bagian timur Polandia sebelum perang, yang sekarang telah direbut oleh Uni Soviet, juga pindah ke daerah barat ini. Orang-orang di wilayah-wilayah pemukiman baru ini menyambut kebenaran dengan baik.

Salah seorang sukarelawan yang bergairah yang melayani di daerah ini adalah Stanisław Kocieniewski, yang belakangan menjadi pengawas keliling. Ketika ia kembali setelah ditahan dalam sebuah kamp kerja Jerman pada masa perang, ia benar-benar lelah. Namun setelah suatu masa pemulihan, ia ingin sekali untuk menjadi sibuk lagi. Ia memindahkan keluarganya ke Jelenia Góra. Keluarga mereka merupakan keluarga Saksi-Saksi pertama yang menetap di sana. Belakangan orang-orang lain bergabung dengan mereka, dan sebuah sidang segera terbentuk. Saat ini, ada sembilan sidang di kota itu.

Demikian pula, Jan Pieniewski beserta istrinya pindah ke Gorzów Wielkopolski untuk melayani. Pieniewski mengenang, ”Pada bulan Februari 1946, kami memulai pelayanan dari rumah ke rumah, pertama-tama mengunjungi tetangga-tetangga kami. Kami mengunjungi tiga rumah pertama bersama-sama, namun setelah itu kami masing-masing mengabar secara terpisah. Istri saya bertanya, ’Kapan kita dapat mengerjakan seluruh kota ini ?’ . . . Kami bertemu dengan seorang pria yang bersedia menukarkan seekor sapi untuk sebuah Alkitab! Kami mengantarkan kepadanya sebuah Alkitab namun, tentu, kami tidak mau menerima sapi tersebut.”

Tidak semua Saksi-Saksi asal Jerman yang tinggal di Polandia memutuskan untuk kembali ke Jerman setelah perang. Bagi beberapa di antara mereka, belajar bahasa Polandia merupakan tugas yang cukup sulit. Namun Lembaga membantu mereka dalam dinas pengabaran dengan menyiapkan selebaran-selebaran yang menyajikan berita Kerajaan dalam bahasa Polandia maupun Jerman. Di lain pihak, ketika seorang saudari Polandia beserta keluarganya kembali dari Prancis dan menetap dekat Wałbrzych, merekalah yang justru merasa seperti orang asing, karena ada begitu banyak orang yang berbahasa Jerman di daerah tersebut. Namun dengan mengambil inisiatif untuk memberi kesaksian, saudari ini segera mengadakan kontak dengan saudara-saudara berbangsa Jerman. ”Betapa senangnya!” katanya. ”Kami pergi bersama mereka dalam pelayanan dari rumah ke rumah, mengunjungi orang-orang yang berminat secara tetap tentu dan memimpin pengajaran Alkitab.”

Karena melihat kebutuhan akan pemberita kabar baik di daerah mereka, banyak penyiar mulai merintis. Zofia Kuśmierz menulis, ”Tidak ada Saksi-Saksi di daerah ini, maka saya memulai dinas sepenuh waktu. Saya menggunakan lima hari dalam seminggu di daerah pengabaran . . . Orang-orang memperlihatkan minat yang sungguh-sungguh. Kadang-kadang saya dapat membantu 20 orang dalam setahun untuk menerima kebenaran.”

Daerah pengabarannya sangat luas. Sarana transportasi belum tersedia. Namun Jan Skiba mengenang, ”Kami dahulu biasa pergi ke banyak kota dengan berjalan kaki, mencapai 30 sampai 40 kilometer sekali jalan. Kami meninggalkan rumah pada pukul lima pagi, bekerja sampai matahari terbenam, dan sering pulang larut malam. Atau kadang-kadang kami tidur di suatu tempat di atas jerami.” Mereka mencapai tempat-tempat yang tidak pernah mendapat pemberitaan kabar baik sebelumnya. Dalam kira-kira satu tahun setelah perang usai, Saksi-Saksi mengabar di setiap penjuru negeri ini. Pada bulan Maret 1946, Polandia melaporkan 6.783 penyiar Kerajaan!

Persediaan yang Menghasilkan Peningkatan

Selama Perang Dunia II, saudara-saudara di Polandia tidak dapat mengadakan kontak langsung dengan kantor pusat sedunia dari Saksi-Saksi Yehuwa. Bahkan kantor cabang Swiss, yang mengawasi banyak negeri di Eropa, hanya menerima informasi yang terbatas mengenai Saksi-Saksi yang tinggal di wilayah-wilayah yang diduduki Jerman. Karena itu, dapat dimaklumi bahwa Saksi-Saksi Polandia tidak tahu banyak mengenai perubahan-perubahan organisasi yang telah diperkenalkan di bagian-bagian lain di dunia.

Akan tetapi, meskipun adanya rintangan pascaperang, segera setelah kantor cabang di Łódź dapat memperoleh informasi yang diperlukan, perubahan-perubahan itu segera diterapkan. Sebelum hal ini terjadi, penekanan utama diberikan kepada penyebaran lektur. Namun Informant (sekarang Pelayanan Kerajaan Kita) dalam bahasa Polandia terbitan Mei 1946 menjelaskan cara mengadakan kunjungan kembali yang efektif, cara mempelajari lektur Alkitab bersama orang-orang berminat, dan cara melaporkan dengan benar. Diadakan juga perubahan-perubahan dalam perhimpunan sidang. Suatu Kursus Pelayanan Teokratis, sekarang disebut Sekolah Pelayanan Teokratis, diperkenalkan. Penyelenggaraan untuk kunjungan kepada para saudara oleh hamba-hamba (sekarang dikenal sebagai pengawas wilayah) ditetapkan.

Perubahan-perubahan organisasi ini membawa kepada aktivitas yang meningkat. Dan sebagaimana halnya pada abad pertama, demikian pula pada zaman modern, bila sidang-sidang menerapkan petunjuk dari badan pimpinan, ”jemaat-jemaat diteguhkan dalam iman dan makin lama makin bertambah besar jumlahnya”.—Kis. 16:5.

Balai-Balai Kerajaan Kami yang Pertama

Dalam waktu singkat setelah perang usai, saudara-saudara mulai mencari gedung-gedung yang cocok untuk ditata kembali agar dapat digunakan sebagai Balai Kerajaan. Di Poznań sebuah balai yang dapat menampung 60 orang sudah digunakan menjelang akhir tahun 1945. Bahan-bahan bangunan sulit diperoleh, namun saudara-saudara memiliki banyak akal. Bahkan kayu dari peti-peti yang digunakan oleh Lembaga untuk pengiriman diminta kembali.

Di tempat-tempat yang memungkinkan, ruang klub, bioskop, atau bangunan umum lainnya disewa. Bila ini tidak tersedia, perhimpunan diadakan di rumah-rumah pribadi atau di apartemen.

Saudara-saudara kita menyukai musik, dan mereka menggunakan karunia ini untuk memuji Yehuwa. Selama tahun-tahun awal pascaperang, beberapa di antara mereka mengorganisasi paduan suara dan orkestra amatir. Bila mereka tampil sebelum ceramah umum disampaikan, kadang-kadang seluruh penduduk desa datang untuk mendengar khotbah-khotbah tersebut.

Kebaktian—Resmi dan Tidak Resmi

Dua kebaktian pascaperang pertama di Polandia tidak terlupakan. Satu, yang diadakan pada bulan Juni 1946 di desa Borówek, dekat Lublin. Kira-kira 1.500 orang hadir. Kebaktian dua hari itu, yang diorganisasi oleh saudara-saudara menurut pengetahuan yang mereka miliki, merupakan kebaktian tidak resmi. Sebagaimana halnya pada tahun-tahun sebelumnya, saudara-saudara tertentu menyampaikan ceramah mengenai pokok yang mereka pilih sendiri. Yang lain menceritakan pengalaman. Betapa senangnya mereka yang hadir ketika menyaksikan 260 orang melambangkan pembaktian mereka dengan pembaptisan air untuk melakukan kehendak Yehuwa!

Belakangan pada tahun itu, bulan September, sebuah kebaktian nasional yang diselenggarakan oleh Lembaga diadakan di Katowice. Hadirinnya 5.300 orang. Acara ini dirancang khusus untuk menganjurkan saudara-saudara agar melakukan aktivitas yang bergairah dan terpadu dan untuk melaksanakan dinas mereka kepada Yehuwa dengan cara yang menyenangkan Dia.

Para Utusan Injil Lulusan Sekolah Gilead Tiba

Pada tanggal 19 Maret 1947, Stefan Behunick dan Paweł Muhaluk, dua lulusan Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal, turun dari kapal Jutlandia yang mendarat di Gdynia. Keduanya berbicara bahasa Polandia yang relatif baik, dan mereka segera mengerjakan penugasan yang teristimewa telah dipercayakan kepada mereka.

Salah satu hal penting dari tugas mereka adalah mengorganisasi pekerjaan wilayah dan distrik. Ini menuntut agar mereka melatih pengawas-pengawas keliling—saudara-saudara yang akan mengunjungi sidang-sidang secara tetap tentu, bekerja bersama Saksi-Saksi setempat dalam pekerjaan pengabaran, dan menyampaikan ceramah yang membantu dan menganjurkan. Pekerjaan distrik dibuka, dengan pengaturan untuk kebaktian-kebaktian yang tetap tentu di setiap wilayah. Selama beberapa tahun berikutnya, puluhan kebaktian seperti ini diadakan di seluruh negeri. Dalam beberapa keadaan, auditorium umum dapat digunakan, namun bila tidak, kebaktian diadakan di gedung milik Saksi-Saksi.

Distrik pertama mencakup seluruh negeri ini. Pengawasnya, Edward Kwiatosz, dengan setia melayani Yehuwa di kantor cabang Polandia sampai masa hidupnya di bumi berakhir pada tahun 1992.

Sebagai bagian dari program untuk melatih saudara-saudara agar dapat memenuhi berbagai kebutuhan, perintis-perintis diundang untuk datang ke Łódź pada tahun 1947 guna mengikuti kursus istimewa. Seorang yang menghadirinya belakangan menulis, ”Dua minggu di kantor cabang itu tidak terlupakan. Setiap hari saya menerima apa yang paling saya butuhkan.” Empat orang dari kelompok itu diundang untuk ambil bagian dalam melayani sidang-sidang sebagai pengawas keliling.

Para utusan injil ini tidak hanya memberi nasihat mengenai hal-hal organisasi tetapi juga tetap sibuk dalam pengabaran bersama saudara-saudara. Sedapat mungkin, mereka mengunjungi wilayah-wilayah dan memberikan bantuan praktis. Para pengawas dan juga penyiar menghargai bantuan mereka, dan banyak yang mengingatnya sampai hari ini.

Kantor di Łódź Digerebek

Seraya organisasi meluas, Saksi-Saksi membaktikan upaya-upaya mereka dalam membantu orang-orang untuk menarik manfaat dari Alkitab. Namun tantangan terhadap kegiatan mereka tidak berhenti sekalipun mereka sekarang hidup di bawah pemerintahan sosialis.

Pada bulan Februari 1946, kantor mereka di Łódź digerebek, dan semua saudara yang bekerja di sana ditangkap. Hanya beberapa saudari yang tidak tertangkap. Gedung tersebut berada di bawah pengawasan 24 jam oleh pengawal-pengawal UB, atau Urząd Bezpieczeństwa (Dinas Keamanan). Namun salah seorang saudari berhasil mengirim telegram ke kantor cabang di Swiss. Melalui kantor itu, permohonan naik banding diajukan ke kedutaan Polandia di Bern. Pada waktu itu, kalangan berwenang ingin sekali mendapat nama baik dari negeri-negeri lain, maka dalam waktu satu minggu saudara-saudara di Łódź dibebaskan.

Sementara itu, UB (Dinas Keamanan) berupaya mengajak saudara-saudara bekerja bersama mereka untuk mengawasi para pemimpin agama Katolik, seolah-olah orang-orang tersebut adalah ”musuh bersama”. Betapa piciknya pengertian mereka tentang prinsip kenetralan Kristen!

Menarik sekali, tahun berikutnya ketika Saksi-Saksi mengadakan kebaktian nasional di Kraków, 7.000 delegasi mengenakan lencana pada kelepak baju mereka dengan gambar segi tiga ungu yang serupa dengan tanda pengenal Saksi-Saksi Yehuwa di kamp-kamp konsentrasi. Mereka belum melupakan dan juga tidak ingin orang-orang lain melupakan, betapa hebatnya mereka telah dianiaya di bawah pemerintahan Nazi.

”Dunia Tidak Layak akan Mereka”

Pada tahun 1946, laporan yang menceritakan tentang tindakan kebrutalan yang keji terhadap Saksi-Saksi Yehuwa di berbagai bagian negeri ini sampai ke kantor cabang. Yang terutama kejam dalam oposisi mereka adalah pasukan gerilyawan Narodowe Siły Zbrojne (Angkatan Bersenjata Nasional). Aktivitas mereka ditujukan bukan hanya kepada pemerintahan Komunis tetapi juga, sebagai akibat pengaruh para pemimpin agama Katolik Roma, melawan Saksi-Saksi Yehuwa. Apa yang mereka tuntut benar-benar mirip dengan apa yang Setan inginkan dari Yesus Kristus. Setan mendesak, ’Lakukan hanya satu tindakan penyembahan kepadaku.’ (Mat. 4:9, 10, NW) Pasukan gerilyawan Katolik ini menuntut, ’Lakukan hanya satu tindakan penyembahan untuk memperlihatkan bahwa Anda seorang Katolik.’

Misalnya, pada tanggal 1 Maret, Henryka Żur yang berusia 15 tahun berasal dekat Chełm menemani seorang saudara dari sidangnya untuk mengunjungi orang-orang berminat di sebuah desa tetangga. Ini ternyata menjadi kunjungan kembali yang terakhir dari saudari tersebut. Kedua penyiar itu jatuh ke tangan anggota-anggota Narodowe Siły Zbrojne yang sedang bermalam di desa tersebut. Saudara kita dipukuli dengan hebat namun dapat meloloskan diri dengan selamat. Saudari kita disiksa dengan begitu mengerikan selama berjam-jam. ”Terserah apa yang kau pikirkan dalam hati,” kata salah seorang penyiksanya menganjurkan, ”pokoknya, buat tanda salib Katolik. Jika tidak, kau akan ditembak!” Akhirnya, karena integritasnya tidak terpatahkan, saudari muda ini diseret ke hutan di sekitar situ dan ditembak.

Kurang dari tiga minggu kemudian, pada sore hari tanggal 18 Maret, segerombolan massa terdiri dari 30 orang menggerebek rumah Jan Ziemcow di Polandia timur. Pada mulanya, mereka berupaya memaksa keluarga tersebut untuk pergi menghadap imam Katolik setempat guna mengaku dosa dan memperoleh secarik sertifikat darinya yang membuktikan bahwa mereka telah melakukan hal itu. Ketika kebenaran Alkitab disampaikan, gerombolan tersebut menjadi tak terkendali. Mereka tanpa belas kasihan memukul Saudara Ziemcow dengan pentung dan berulang kali menyuruhnya mencium sebuah salib. Dalam upaya mereka untuk memaksa dia menyangkal Alkitab dan kembali ke Gereja Katolik, mereka memukuli dia sampai pingsan. Kemudian, setelah membuatnya sadar dengan air dingin, mereka benar-benar memukuli dia sampai mati. Setelah melakukan pembunuhan ini, mereka dengan tenang duduk dan menikmati makan malam sebelum memukuli anggota-anggota lain dari keluarga itu sampai pingsan.

Pada tanggal 12 Juni, pembunuhan lain terjadi. Aleksander Kulesza, dari daerah Podlasie, pergi untuk mengurus Saudara Kadziela dan keluarganya, yang telah diserang pada malam sebelumnya. Suatu pemandangan yang mengerikan menantinya. Ia bahkan mengalami kesulitan untuk mengenali korban-korban! Setelah memberikan bantuan, Saudara Kulesza beserta keluarganya pulang ke rumah, tanpa menyadari bahwa mereka telah dipilih sebagai korban berikutnya.

Sore itu, sebuah geng mengelilingi rumah mereka dan, atas hasutan imam paroki setempat, mereka menganiaya keluarga tersebut selama enam jam. Karena gerombolan itu begitu bertekad untuk memaksa Saudara Kulesza kembali ke Gereja Katolik, maka mereka memukuli dia sampai mati. Putranya, Jerzy, meski mendapat pukulan-pukulan yang hebat pada waktu itu, memasuki dinas sepenuh waktu dua tahun kemudian dan terus berada dalam dinas itu sampai hari ini.

Pada tahun 1947, suatu tinjauan atas tindakan-tindakan yang pernah dilancarkan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa di Polandia dalam upaya mengubah kepercayaan mereka ke paham Katolik menyingkapkan bahwa 4.000 orang telah dianiaya—60 di antaranya dibunuh. Pasukan gerilyawan Narodowe Siły Zbrojne telah melancarkan kira-kira 800 serangan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa di rumah mereka. Mengenai Saksi-Saksi zaman modern dari Yehuwa ini, benar-benar dapat dikatakan, sama seperti saksi-saksi dari Yehuwa zaman dahulu, ”Dunia tidak layak akan mereka.”—Ibr. 11:38, NW.

”September Berdarah ’Abad Pertengahan’”

Para pemimpin agama Katolik telah menanamkan dalam diri kawanan mereka sikap tidak toleran yang fanatik terhadap segala sesuatu yang tidak selaras dengan agama Katolik. Karena merupakan agama dominan di Polandia, mereka sering memanfaatkan secara tidak adil pemuda-pemuda yang masih bersekolah serta orang-orang dewasa, menggunakan mereka untuk melakukan tindakan kekerasan massa.

Ketika Saksi-Saksi Yehuwa mengadakan sebuah kebaktian distrik di Lublin pada tahun 1948, para pemimpin agama memanas-manasi kawanan mereka dengan menyatakan bahwa Saksi-Saksi telah datang dari seluruh penjuru Polandia untuk menghancurkan tempat-tempat ibadat Katolik setempat. Orang-orang yang setia diminta untuk mempertahankan gereja dan kota mereka. Sekumpulan besar orang beragama yang fanatik menyerang. Pada kesempatan itu para petugas polisi yang bersenjata, yang ditugaskan untuk menangani keamanan gedung kebaktian, menciduk para pemimpin gerombolan yang paling agresif ke dalam mobil-mobil dan membawa mereka sampai sejauh 30 kilometer ke luar kota sebelum melepaskan mereka di tempat yang jauh dari rute transportasi.

Situasinya agak berbeda pada tanggal 5 September 1948, ketika Saksi-Saksi sedang menghadiri kebaktian wilayah di Piotrków Trybunalski, kira-kira 120 kilometer dari Warsawa. Para utusan injil, Saudara Behunick dan Saudara Muhaluk, hadir. Menjelang pukul lima sore, segerombolan besar orang yang melancarkan ancaman telah berkumpul di dekat tempat itu, menunggu acara selesai agar mereka dapat menghajar ”para uskup ini”, sebutan bagi para utusan injil tersebut. Sewaktu Saksi-Saksi meninggalkan gedung, segerombolan yang terdiri dari beberapa ratus orang menyerbu, memukuli beberapa orang, termasuk para utusan injil, sampai pingsan. Orang-orang yang cedera dibawa ke Rumah Sakit Holy Trinity, tempat luka-luka mereka dibalut. Namun personel rumah sakit, di bawah pengaruh para biarawati di sana, menolak untuk mengizinkan mereka tetap berada di rumah sakit.

Pada mulanya, pers tidak menyebutkan tentang insiden tersebut. Namun tidak lama setelah kedutaan Amerika di Warsawa diperlengkapi dengan perincian mengenai apa yang telah terjadi, agen berita di Amerika Serikat melaporkan aksi gerombolan tersebut.

Kurang dari tiga minggu kemudian—dapat disebut sebagai aksi kedua dalam ”September Berdarah ’Abad Pertengahan’”, sebagaimana sebuah majalah menyebutnya—suatu hal lain terjadi di wilayah yang sama, memancing pendapat umum. Sekelompok mahasiswa universitas menanggapi suatu permohonan yang diajukan oleh Kementerian Kebudayaan dan Kesenian agar barang-barang peninggalan arsitektur, patung-patung, dan lukisan-lukisan yang terdapat di sekitar Piotrków Trybunalski didaftarkan. Kementerian ini mendapat izin dari kalangan berwenang gereja, dan para mahasiswa tersebut mulai bekerja di sebuah gereja setempat.

Namun di Kamiensk, sebuah kota yang terletak tidak jauh, seorang pengurus rumah tangga yang terlalu bergairah dari seorang imam paroki menyerbu masuk gereja dan mulai memaki-maki mahasiswa tersebut. Ia menuduh bahwa mereka sama sekali bukan mahasiswa melainkan Saksi-Saksi Yehuwa, yang menurutnya akan mematahkan salib-salib, menajiskan gereja, dan menodai kuburan. Walaupun tak seorang pun dari mahasiswa itu adalah Saksi-Saksi Yehuwa, namun imam tersebut memerintahkan agar mereka segera meninggalkan gereja. Desas-desus menyebar cepat sekali ke seluruh desa di dekat situ. Penjelasan yang diberikan sia-sia. Sekumpulan orang yang mengamuk diperlengkapi dengan pentung, garpu rumput, dan batu, secara brutal memukuli pemuda-pemuda tersebut, mengakibatkan enam di antaranya harus dirawat di rumah sakit.

Kali ini, kalangan berwenang cepat bertindak. Para penghasut, termasuk sang imam paroki dan pengurus rumah tangganya, ditangkap dan dijatuhi hukuman dengan masa penjara yang panjang. Peristiwa ini setidaknya mengurangi upaya para pemimpin agama untuk menggunakan kekerasan massa sebagai alat menentang Saksi-Saksi.

Pelecehan dari Kalangan Berwenang

Akan tetapi, sekali lagi, suatu perubahan dramatis dalam suasana politik berlangsung di Polandia. Mereka yang belakangan berkuasa berupaya membuat agama tunduk kepada Negara.

Sebagaimana telah diceritakan, pada bulan Februari 1946, seorang pejabat dinas keamanan distrik di Łódź telah berupaya untuk menggunakan Saksi-Saksi sebagai mata-mata terhadap Gereja Katolik, namun Saksi-Saksi menolak. Ketika seorang agen polisi rahasia datang kembali ke kantor cabang empat bulan kemudian, ia kembali mendesak agar saudara-saudara menuruti perintah polisi, dengan menjanjikan balai-balai yang sangat bagus untuk perhimpunan Saksi-Saksi Yehuwa jika mereka bekerja sama tetapi mengingatkan tentang akibat yang mengerikan jika mereka tidak melakukannya. ”Tidak seorang pun dapat menghentikan kami,” ancamnya ketika meninggalkan mereka.

Kemudian, izin untuk menyelenggarakan kebaktian-kebaktian tertentu dibatalkan; dalam peristiwa lain polisi berupaya membubarkan orang-orang yang datang untuk menghadiri kebaktian. Pada bulan Mei 1949, pada sebuah kebaktian wilayah yang berlangsung dekat Chełm, polisi memerintahkan agar acara dihentikan. Ketika saudara-saudara yang bertugas terus saja melangsungkan acara, mereka ditangkap. Saksi-Saksi berkumpul kembali pada hari terakhir, dan sebuah khotbah pembaptisan disampaikan oleh seorang saudara yang bertugas menggantikan seorang yang telah ditangkap. Siang itu kira-kira seribu orang datang untuk khotbah umum. Polisi menangkap para pembicara satu demi satu. Segera setelah seorang pembicara dibawa pergi, yang lain akan bertindak menggantikan tempatnya. Sebelum hari itu berlalu, 27 saudara yang berbeda telah menyampaikan khotbah!

Para Utusan Injil Diusir

Pada tanggal 24 Juli 1949, dua tahun empat bulan setelah kedatangan mereka di Polandia, Stefan Behunick dan Paweł Muhaluk dipaksa untuk meninggalkan negeri tersebut. Dalam catatan pribadi tentang tahun-tahun dinas itu, Saudara Behunick menulis, ”Sekarang, pada tahun 1949, pekerjaan di cabang sudah diorganisasi dengan lebih baik. Ada kerja sama yang lebih baik di antara sidang-sidang. Kami telah memiliki tiga distrik, dan pada bulan Juni kami memiliki 13.699 penyiar, dua kali lebih banyak daripada jumlah yang ada pada tahun 1947 ketika kami baru tiba. Ada 710 sidang yang aktif, dan 45 orang bekerja di kantor cabang. Kegiatan kami ditoleransi, dan pengabaran dari rumah ke rumah berlanjut.”

Sesungguhnya, menjelang tahun 1949, kegiatan Saksi-Saksi telah ditoleransi untuk waktu yang lebih lama daripada yang diantisipasi. Setahun sebelumnya, pada tahun 1948, menteri kehakiman telah berbicara mengenai pokok ”Kebebasan Beragama di Uni Soviet”. Dalam pidatonya, yang disampaikan di gedung pengadilan distrik di Łódź, ia menyatakan bahwa minoritas-minoritas agama di Uni Soviet telah secara pribadi dan sukarela membubarkan diri dan bergabung dengan gereja yang diakui secara resmi oleh Negara. Saksi-Saksi Yehuwa mengerti bahwa ’pembubaran sukarela’ ini yang dilakukan oleh minoritas agama di Uni Soviet mengartikan bahwa suatu proses yang serupa akan segera terjadi di Polandia. Mereka mulai bersiap-siap untuk bekerja di bawah tanah.

Pada waktu yang sama, sesuai dengan hukum yang baru dalam masyarakat, Saksi-Saksi mengajukan kepada kalangan berwenang suatu piagam yang diusulkan yang menjelaskan kegiatan Lembaga Menara Pengawal. Mereka meminta agar Lembaga itu didaftarkan secara resmi sesuai dengan situasi hukum yang baru.

Sementara itu, semakin banyak orang berkumpul ke dalam organisasi. Sepuluh puncak penyiar secara berurutan dicapai, dengan 18.116 penyiar di 864 sidang melaporkan pada bulan Maret 1950. Tahun itu, Peringatan kematian Kristus dihadiri oleh 28.918 orang. Betapa kuat bukti bahwa masih ada banyak calon penyembah Yehuwa di Polandia!

Tidak Ada Pikiran untuk Mengalah pada Rasa Takut

Kemudian, pada malam tanggal 21 April 1950, sekelompok besar agen UB, masuk lewat jendela, menggerebek kantor cabang di Łódź. Para pekerja Betel dituduh memata-matai demi kepentingan Amerika Serikat dan ”berupaya menggulingkan dengan kekerasan pemerintahan Republik Rakyat Polandia”. Para agen UB menggeledah dengan saksama kantor ini untuk menemukan bukti. Tentu, tidak ada yang ditemukan. Namun dokumen-dokumen yang memuat hal-hal berkenaan kegiatan agama Saksi-Saksi disita. Keesokan harinya para direktur Lembaga ditangkap.

Mereka yang tidak ditangkap di kantor cabang memutuskan untuk mencetak sebanyak mungkin majalah dan menyebarkannya ke sidang-sidang. Mereka menghabiskan seluruh persediaan kertas, kira-kira 20 ton, dan menyebarkan lektur tersebut. Kemudian mereka menyembunyikan mesin stensil dan mesin-mesin lain, serta arsip-arsip. Terus bekerja di cabang di bawah keadaan-keadaan ini menuntut keberanian yang sangat besar. Selama masa tersebut, mereka menerima surat dari orang-orang yang disangka berminat yang meminta saudara-saudara menemui mereka di lokasi-lokasi tertentu di dalam kota. Akan tetapi, tujuan sesungguhnya adalah sekadar memancing saudara-saudara keluar ke jalan, tempat beberapa saudara pekerja Betel benar-benar diculik. Setelah hal itu terjadi, saudara-saudara lain meninggalkan tempat secara berkelompok.

Pada sore hari tanggal 21 Juni, Betel kembali digerebek. Kali ini hampir semua yang ada di sana ditangkap. Saudara-saudara dinaikkan ke dalam sebuah truk bak terbuka dan dibawa melalui Łódź. Para pengawal mengolok-olok dengan mengatakan bahwa hal itu seperti mengadakan suatu perjalanan wisata. ”Kalau begitu,” saran seorang saudara, ”mari kita bernyanyi.” Dan segera, dengan mengabaikan protes para pengawal tersebut, hamba-hamba Yehuwa yang berani ini mulai bernyanyi, ”Yang setiawan dan yang menurut, rasa takut tak ada.”

Malam itu juga, rumah ratusan Saksi-Saksi di seluruh negeri digeledah. Banyak saudara ditangkap. Musuh dari Kerajaan Allah ingin membubarkan organisasi dan memaksa Saksi-Saksi Yehuwa untuk bungkam.

Baru setelah semua hal ini terjadi, pada tanggal 2 Juli 1950, Kantor Urusan Agama mengumumkan kepada media penolakannya terhadap permohonan pendaftaran Perkumpulan Saksi-Saksi Yehuwa di Polandia. Pengumuman yang sewenang-wenang ini menyatakan bahwa organisasi saat itu dibubarkan dan bahwa harta miliknya akan diambil alih oleh Negara.

Majelis Penyiksaan UB

Bagi banyak Saksi-Saksi, gelombang penangkapan dan penyelidikan ini merupakan awal periode penyiksaan dan penderitaan yang panjang. Para penyelidik berupaya memaksa mereka mengakui kejahatan yang tidak mereka lakukan, terutama berkenaan kegiatan demi kepentingan dinas intelijen luar negeri. Upaya-upaya juga dibuat untuk membujuk saudara-saudara agar menjadi informan UB. Menurut statistik UB yang tidak diterbitkan, 90 persen dari apa yang disebutkan oleh sumber itu sebagai ”para anggota sekte” menjadi sasaran perlakuan yang menindas. Akibatnya, jumlah mereka yang melaporkan keikutsertaan dalam dinas pengabaran untuk sementara merosot sampai separuhnya.

Wilhelm Scheider diinterogasi selama delapan hari dan delapan malam tanpa interupsi. Dengan memberikan pukulan-pukulan secara buas, para pemeriksa berupaya memaksa dia untuk mengaku bersalah terhadap tuduhan-tuduhan yang telah mereka karang sendiri. Ketika ia jatuh pingsan, ia disiram dengan air dingin sampai ia sadar kembali. Ia tidak diberi apa pun untuk dimakan dan untuk diminum dan pernah sekali ia dipaksa untuk berlutut terus selama 72 jam. Belakangan ia dipindahkan dari Łódź ke Warsawa dan kemudian dimasukkan dalam keadaan telanjang ke sebuah ruang bawah tanah yang sempit selama 24 hari. Di sana ia tidak dapat duduk, berbaring, atau berdiri tegak. Dalam upaya lebih lanjut untuk memaksa dia berkompromi, UB menangkap dan menganiaya istri serta anak perempuannya. Namun tidak ada sesuatu pun yang berhasil mematahkan integritasnya.

Perlakuan yang sama diberikan kepada Harald Abt, sekretaris cabang. Selama enam hari nonstop ia diinterogasi sambil sekali-sekali kepalanya dipukuli dan perutnya ditinju. Kepadanya dikatakan, ”Sekalipun Anda mendekam dalam kamp selama lima tahun karena menentang Nazisme, kami masih dapat membuktikan bahwa Anda sebenarnya agen Gestapo.”

Edward Kwiatosz secara brutal dipukuli dan tidak diberi makan selama tiga hari. Para penyelidik yang kejam mengancam hendak menggantungnya. Mereka membiarkan dia tidak tidur selama dua minggu. Tumit-tumitnya dipukuli dengan pentung karet. Tulang rusuk serta hidungnya patah, tengkoraknya remuk, dan sebuah gendang telinganya ditusuk. Seluruhnya, ia mengalami perlakuan yang buruk selama 32 hari. Namun ia tidak berhasil ditakut-takuti untuk secara palsu menuduh saudara-saudaranya agar dia sendiri dapat dibebaskan.—Bandingkan Ayub 2:4.

Saudara-saudara lain dianiaya dengan cara yang sama. Beberapa di antara mereka, pada waktu diinterogasi oleh penyiksa mereka, dipaksa duduk di atas sebuah bangku tanpa sandaran yang di bagian tengahnya terdapat sebuah paku yang mencuat ke luar. Ini disebut ”perlakuan Roma”. Semua ini mereka alami hanya karena mereka menjadi Saksi-Saksi Yehuwa, karena menolak untuk menandatangani pernyataan-pernyataan yang penuh dusta, dan karena menolak untuk memberi kesaksian palsu terhadap saudara-saudara Kristen mereka.

Beberapa saudara dimasukkan ke dalam penjara di Zawiercie pada tahun 1950 karena mereka menolak untuk menandatangani Permohonan Stockholm yang didukung oleh politik (Permohonan untuk menyatakan bom atom tidak sah dan mendukung perdamaian). Yang pertama tiba di sana adalah Władysław Drabek dari Poręba. Ia dikurung dalam sebuah ruang bawah tanah yang gelap dengan genangan air mencapai lututnya. Ia dapat beristirahat sebentar dengan duduk bertekuk lutut di atas beberapa potong kayu yang ada di sebuah sudut. Dua hari kemudian sel tersebut dipadati dengan saudara-saudara. Semua telah menolak untuk menandatangani Permohonan tersebut. Dari waktu ke waktu, para pengawal memberikan kepada para tahanan itu ember-ember yang dapat digunakan untuk buang air. Jika mereka tidak memanfaatkannya pada waktu itu disediakan, mereka tidak akan diberikan kesempatan kedua. Dapat dimengerti, setelah beberapa hari, air berbau sangat busuk.

Satu masa hidup seseorang akan terlalu singkat untuk menceritakan setiap contoh perlakuan buruk yang Saksi-Saksi Yehuwa alami setelah penangkapan massal pada tahun 1950. Integritas dari hamba-hamba Allah benar-benar diuji, dan tidak heran, beberapa meninggal akibat perlakuan yang tidak berperikemanusiaan.

Setia bahkan sampai Mati

Saudara J. Szlauer baru berusia 20 tahun ketika, pada bulan Agustus 1950, ia dipanggil ke markas UB di Cieszyn untuk diinterogasi. Ia dengan tabah menolak untuk mengadukan rekan-rekan seimannya. Karena kecewa, petugas yang menginterogasi menembaknya dua kali selama penyelidikan berlangsung, dan setelah satu jam hamba Yehuwa yang masih muda ini meninggal. Namun sebelum kematiannya, ia dapat mengatakan kepada dokter, ”Saya ditembak oleh perwira UB karena saya setia kepada Yehuwa.”

Saksi-Saksi lain menderita selama bertahun-tahun sebelum kematian pada akhirnya mendatangkan kelepasan. Seorang pengawas keliling, Alojzy Prostak dari Kraków, ditangkap pada bulan Mei 1952 di Szczecin. Setelah dua tahun ditahan di Warsawa dan Łódź, ia begitu babak belur dan begitu lelah sehingga ia harus dirawat di rumah sakit. Istrinya yang bertindak atas anjuran seorang pengacara, berhasil mengupayakan kelepasannya pada tahun 1954, namun ia meninggal seminggu kemudian. Kira-kira 2.000 orang menghadiri pemakamannya. Saudara yang dengan berani menyampaikan khotbah pemakamannya di pekuburan menggunakan kesempatan tersebut untuk memprotes metode sadis yang digunakan para agen UB sewaktu menginterogasi Saksi-Saksi. Setelah itu, ia sendiri terpaksa harus bersembunyi agar tidak ditangkap.

Menjelang tahun 1956, laporan menyingkapkan bahwa 16 saudara, di semua bagian Polandia, telah meninggal karena siksaan UB atau karena tidak diperbolehkan untuk mendapatkan perawatan medis. (Kasus-kasus lain disingkapkan kemudian.) Jenazah saudara-saudara ini biasanya dikirim dalam peti jenazah yang tertutup kepada keluarga-keluarga yang ditinggalkan, dan mereka tidak diperbolehkan untuk membukanya. Dalam kasus-kasus lain, mereka baru mengetahui tentang kematian seorang yang dikasihi setelah sekian bulan berlalu.

Pengadilan Rahasia

Orang-orang yang selamat dari perlakuan tidak berperikemanusiaan ini menjelaskan tentang upaya yang dikerahkan untuk memaksa mereka memberi kesaksian yang memberatkan para direktur Lembaga. Ada dua saudara yang menyerah di bawah penyiksaan dan membiarkan diri mereka mengalah kepada paksaan untuk memberi kesaksian palsu. Namun UB juga mereka-reka sendiri ”fakta-fakta”.

Dengan menggunakan ini, mereka mengadakan suatu pengadilan tertutup di Warsawa dari tanggal 16 hingga 22 Maret 1951. Meskipun mereka sendiri terancam bahaya, Saksi-Saksi lain dari Yehuwa berkumpul di depan gedung pengadilan dalam jumlah besar, berharap agar kehadiran mereka dapat menganjurkan saudara-saudara mereka bertekun dengan setia.

Dengan menggunakan minibus milik paramedis, yang dikemudikan sampai ke halaman bagian dalam gedung, petugas-petugas berupaya membawa masuk para terdakwa ke dalam ruang pengadilan tanpa dilihat orang lain. Akan tetapi, ketika para tahanan keluar dari minibus-minibus tersebut, saudara-saudara yang berhasil mendekati tembok halaman gedung meneriakkan kata-kata anjuran, mengingatkan para terdakwa bahwa mereka tidak sendirian.

Tujuh saudara duduk di tempat para tahanan: empat anggota dewan direksi dari badan hukum Lembaga di Polandia, dan tiga saudara lain yang untuk berbagai alasan dianggap penting bagi organisasi. Jaksa penuntut umum menuntut hukuman mati bagi Wilhelm Scheider. Pengadilan menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup. Tiga direktur lainnya masing-masing dijatuhi hukuman penjara selama 15 tahun, yang lainnya dijatuhi hukuman dengan masa tahanan yang lebih singkat. Semuanya dimasukkan dalam penjara dengan penjagaan yang sangat ketat.

Apa Berikutnya?

Dengan perhatian yang pengasih kepada semua sidang, dua pengawas distrik yang telah berhasil terhindar dari penahanan, beserta beberapa saudara berpengalaman lainnya, mulai menyusun rencana guna memperlengkapi saudara-saudara dengan makanan rohani. Mereka menemukan suatu sistem komunikasi yang terbukti efektif selama hampir 40 tahun. Para pengawas wilayah dilantik untuk melanjutkan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh mereka yang berada dalam penjara, dan menjelang akhir tahun 1952, meskipun terdapat pelecehan yang terus-menerus, jumlah yang memberitakan kepada orang-orang lain tentang Kerajaan Allah telah meningkat hingga mencapai 19.991 orang!

Ini bukan yang diharapkan oleh pasukan keamanan. Rencana mereka adalah melenyapkan Saksi-Saksi Yehuwa dari Polandia dalam waktu dua tahun. Karena marah atas kegagalan mereka, mereka merencanakan apa yang mereka anggap sebagai pukulan terakhir yang melumpuhkan. Suatu gelombang penangkapan yang baru berlangsung. Empat anggota Komite Negeri (komite yang mengawasi pekerjaan di sebuah negeri yang tidak memiliki kantor cabang resmi), serta saudara dan saudari yang bergairah lainnya ditangkap. Rencana dibuat untuk mengadakan suatu pengadilan terbuka di Łódź.

Selama bulan-bulan sebelum pengadilan tersebut berlangsung, salah seorang saudara meninggal, beberapa menderita gangguan saraf, dan yang lain, Zygfryd Adach, dibebaskan karena penyakit serius yang didapatnya sewaktu dalam penjara. Setelah lebih dari dua tahun persiapan, suatu pengadilan lima hari dimulai pada tanggal 10 Maret 1955. Hasilnya adalah dijatuhkannya putusan terberat sejak pengadilan Warsawa. Tiga anggota dari Komite Negeri, Jan Lorek, Tadeusz Chodara, dan Władysław Szklarzewicz, dijatuhi hukuman penjara masing-masing selama 12 tahun.

Apakah hal itu menjadikan Saksi-Saksi lain takut hingga mereka membungkam?

Kaum Muda Memperlihatkan Iman dan Keberanian

Bahkan Saksi-Saksi muda yang bersekolah berpegang teguh kepada iman mereka. Memang, di sekolah mereka dijejali dengan gagasan-gagasan ateistis. Mereka yang menolak diolok-olok. Masalah-masalah politik sering dimasukkan dalam kurikulum, dan kehadiran mereka dalam baris-berbaris atau demonstrasi diwajibkan. Beberapa sekolah memperkenalkan mata pelajaran militer. Mereka yang berdasarkan hati nurani menolak berpartisipasi biasanya dikeluarkan.

Namun, sebaliknya daripada menjadi kecil hati, banyak di antara Saksi-Saksi muda ini terjun dalam dinas perintis, dengan demikian memberikan sumbangan yang besar bagi penyebaran berita Kerajaan. Pada tahun 1954, dengan perhatian yang sepatutnya, sejumlah pertemuan khusus yang berlangsung selama beberapa hari diadakan bersama para perintis. Mereka mendapatkan informasi dari beberapa khotbah yang disampaikan di New York pada Kebaktian internasional Masyarakat Dunia Baru pada tahun 1953. Sungguh suatu sumber penyegaran rohani! Betapa menguatkan diingatkan dengan cara ini bahwa mereka merupakan bagian dari persaudaraan seluas dunia yang pengasih dari umat Yehuwa!

Apa yang dilakukan oleh saudara-saudara itu di penjara?

Penjara—Lahan untuk Penginjilan

Władysław Przybysz, yang dipenjarakan pertama kali dari tahun 1952 sampai 1956 dan dibebaskan untuk keempat kalinya pada tahun 1969, mengenang, ”Hukuman penjara diterima sebagai penugasan untuk bekerja di wilayah yang tidak dapat dicapai oleh orang-orang lain.” Sebagai hasil pengabaran yang dilakukan di penjara, banyak tahanan mendengar tentang Yehuwa dan maksud-tujuan-Nya yang menakjubkan. Saudara-saudara yang dipenjarakan juga mengorganisasi kelompok-kelompok kecil dan mengatur agar pertemuan singkat diadakan setiap hari. Bahkan di belakang jeruji, ’jumlah murid makin bertambah banyak’.—Kis. 6:7.

Berkat perilaku yang patut dicontoh dari Saksi-Saksi, ada juga perubahan sedikit demi sedikit dalam sikap beberapa personel penjara. Romuald Stawski mengingat bahwa di dalam sebuah penjara keadaan berubah agar Saksi-Saksi tidak lagi menghadapi ujian berupa pemberian makanan yang mengandung darah. Suatu hari, dua wadah makanan yang besar dibawa masuk ke dalam sel, satu penuh berisi sosis darah, yang lain berisi sup sayuran. Seorang penjaga menekankan, ”[Sup] ini hanya untuk Saksi-Saksi.”

Pintu-Pintu Penjara Terbuka

Akan tetapi, menjelang tahun 1956 sikap para pejabat terhadap Saksi-Saksi Yehuwa mulai berubah. Pada musim semi, seorang pengawas distrik dari Kraków dibebaskan dari penjara dan diberi tahu bahwa kalangan berwenang siap bernegosiasi dengan Saksi-Saksi. Masalahnya telah dipertimbangkan, dan suatu delegasi resmi yang terdiri dari tiga saudara dipilih untuk menghadap ke Kantor Urusan Agama.

Ketiga saudara tersebut menekankan bahwa mereka hanya berminat untuk memperoleh informasi, bahwa orang-orang yang berhak untuk bernegosiasi hanyalah para direktur Lembaga yang dipenjarakan. Namun Kantor Urusan Agama tidak memperlihatkan kesediaan untuk berurusan dengan para tahanan. Pertemuan yang kedua juga berakhir tanpa hasil yang jelas ketika ketiga saudara tersebut menekankan bahwa menurut Saksi-Saksi sendiri, para direktur yang dipenjarakan itu tidak bersalah.

Akan tetapi, banyak saudara dan saudari, beberapa telah dipenjarakan sejak tahun 1950, segera dibebaskan. Di antaranya termasuk tiga anggota dewan direksi dan anggota Komite Negeri yang divonis belakangan. Akhirnya, pada bulan Agustus 1956, Wilhelm Scheider juga dibebaskan. Apa yang telah terjadi?

Lebih banyak yang terlibat daripada sekadar perubahan politik. Dua saudara yang telah memberikan kesaksian palsu sebagaimana telah disebutkan sebelumnya mencabut kembali pernyataan mereka, dan atas dasar ini tuduhan terhadap para direktur tersebut secara resmi dibatalkan. Namun bukan hanya itu. Para pejabat dapat melihat bahwa Saksi-Saksi Yehuwa bertumbuh dalam jumlah, dan dengan laju yang pesat. Dalam tiga tahun, jumlah penyiar Kerajaan telah mencapai 37.411, suatu kenaikan sebanyak 87 persen! Belakangan, pada tahun 1972, seorang agen UB yang mengetahui banyak mengakui, ”Kami melihat bahwa dikeluarkannya pengumuman tentang pemeriksaan pengadilan dari Saksi-Saksi Yehuwa dan tentang propaganda mereka tidak melemahkan organisasi tetapi malahan mendatangkan dampak yang sebaliknya.” Loyalitas kepada Yehuwa telah mendatangkan sukses!

Kegiatan yang Meningkat dalam Menghadapi Rintangan Hukum

Setelah dibebaskan, saudara-saudara segera memberi perhatian kepada kebutuhan rohani sidang-sidang dan kepada pemberitaan kabar baik kepada umum. Pelayanan Kerajaan, yang memberikan nasihat yang bagus tentang cara mengabar dan menjadikan murid, disediakan bagi saudara-saudara. Meskipun kesulitan terus berlangsung, sidang-sidang dikunjungi secara tetap tentu oleh para pengawas keliling dan bergairah dalam kegiatan teokratis.

Undang-Undang Dasar Polandia secara resmi menjamin kebebasan untuk mengamalkan agama, dan Saksi-Saksi Yehuwa menyetujui jaminan itu. Mengabar dari rumah ke rumah merupakan bagian dari ibadat mereka, sehingga mereka sibuk dalam pekerjaan itu. Namun, ketika saudara-saudara berada dalam dinas pengabaran, polisi menangkap mereka ”karena menjadi bagian dari” apa yang dilukiskan sebagai ”suatu perkumpulan yang keberadaan, susunan, dan tujuannya disembunyikan terhadap Negara dalam selubung misteri”. Suatu fase baru dari perjuangan hukum bagi kebebasan beragama segera akan mulai.

Saudara-saudara dengan sabar menjelaskan lagi kedudukan mereka di hadapan pengadilan dan melalui surat-surat yang ditujukan kepada kalangan berwenang oleh mereka sendiri atau para wakil hukum mereka. Akhirnya, pada bulan Mei 1963, tujuh hakim dari Mahkamah Agung memutuskan, ”Dibubarkannya suatu perkumpulan agama secara logis mengartikan dilarangnya setiap bentuk kegiatan organisasi namun tidak mempengaruhi ibadat perseorangan atau pribadi, dan ini tidak dikenakan hukuman.” Saudara-saudara mengerti bahwa itu berarti pengabaran perseorangan dari rumah ke rumah tidak akan dianggap melanggar hukum.

Sekarang, Saksi-Saksi melanjutkan dengan kegairahan yang bahkan lebih besar dalam pekerjaan penuaian rohani. (Mat. 9:37) Jumlah penyiar yang aktif meningkat dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Di lain pihak, situasi di daerah-daerah yang jarang penduduknya kurang positif. Maka saudara-saudara di Polandia selatan mulai mengorganisasi kelompok-kelompok perintis ekstra yang akan dikirim ke wilayah-wilayah yang memiliki kebutuhan lebih besar. Belakangan wilayah-wilayah ini dikenal sebagai pusat-pusat perintis. Setiap kelompok, biasanya terdiri dari belasan orang, tinggal di rumah-rumah perladangan milik saudara-saudara, atau, sering, di tenda-tenda.

Kegiatan ini mencapai momentum seraya banyak penyiar dari pusat-pusat perintis melayani sebagai perintis ekstra sedikitnya satu kali setahun. Pengajaran Alkitab yang baru mulai diserahkan kepada para penyiar dari sidang terdekat. Bahkan dewasa ini metode tersebut kadang-kadang digunakan. Jelaslah bahwa hal ini mendapat berkat Yehuwa.

Kemajuan dalam Menyalurkan Makanan Rohani

Yehuwa, sebagai Bapa yang pengasih, juga menyediakan makanan rohani bagi umat-Nya, melakukan hal itu bahkan sewaktu mereka mengalami kemalangan. Meskipun adanya penganiayaan, lektur dikirim ke sidang-sidang dapat dikatakan hampir secara tetap tentu.

Pada mulanya, hanya mesin stensil manual yang sangat primitif tersedia untuk mereproduksi lektur Alkitab. Seorang saudara mengenang, ”Kualitas cetakannya buruk dan jumlah yang dihasilkan sedikit. Mencetak dengan menggunakan mesin stensil membutuhkan banyak kertas. Mesin ini harus dibawa ke tempat pekerjaan pencetakan dilaksanakan, dan kemudian majalah-majalah yang telah selesai dicetak harus disebarkan, semua ini, tentu, dilakukan secara diam-diam. Jika suatu lokasi diketahui polisi, itu berarti hukuman penjara selama beberapa tahun bagi sang pemilik rumah serta para pekerjanya.”

Akan tetapi, lebih banyak yang dibutuhkan daripada sekadar kemampuan mereproduksi beberapa lektur. Ada kebutuhan untuk meningkatkan jumlah lektur yang dicetak dan memperbaiki mutu pencetakan. Maka pada akhir tahun 1950-an, sebuah mesin cetak offset Rotaprint, sebuah mesin kecil, diperoleh; belakangan, mesin-mesin lain ditambahkan. Seorang manajer yang baik hati dari sebuah percetakan kecil di Kraków mempertunjukkan kepada saudara-saudara kita cara menggunakan mesin tersebut dan cara menyiapkan stensil aluminium. Stensil-stensil ini jauh lebih kuat, sehingga lebih banyak salinan dapat dibuat dalam waktu yang lebih singkat.

Belakangan seorang saudara menguasai pengetahuan tentang pembuatan pelat fotokimia—yang justru ia pelajari di Akademi Sains Polandia. Maka saudara-saudara mulai membuat sendiri perlengkapan yang perlu. Ini terbukti sukses. Karena ukuran huruf dapat diperkecil secara fotografik, dengan demikian lebih banyak teks dapat dimuat pada kertas berukuran sama yang sulit diperoleh. Selain majalah, buku-buku dicetak, dengan buku pertamanya adalah Dari Firdaus Hilang Sampai Firdaus Dipulihkan, diterbitkan di Polandia pada tahun 1960.

Ada banyak problem. Misalnya, listrik dengan kekuatan lebih besar kini dibutuhkan. Untuk menghindari timbulnya kecurigaan, saudara-saudara mengakali meteran listrik supaya mereka dapat menggunakan lebih banyak listrik. Namun agar hati nurani tidak terganggu, mereka menyetorkan sejumlah uang tanpa disertai nama ke perusahaan listrik. Petugas keamanan pada suatu waktu menemukan salah satu ”pabrik roti” dari Saksi-Saksi, julukan bagi tempat-tempat percetakan tersebut, dekat Gdańsk. Para pekerja dihadapkan ke pengadilan, dan dituduh, antara lain, mencuri listrik. Namun setelah saudara-saudara tersebut membuktikan bahwa mereka sebenarnya telah melakukan pembayaran secara diam-diam untuk listrik yang mereka gunakan, tuduhan tersebut dibatalkan. Suatu kesaksian yang sangat bagus diberikan.

Menurut statistik dari pasukan keamanan, antara tahun 1956 dan 1969, mereka membongkar dan menghentikan operasi dari 34 pusat produksi dan distribusi lektur Saksi-Saksi. Salah seorang perwira mereka dari Bydgoszcz membual, ”Dinas Intelijen terorganisasi begitu baik sehingga sebuah percetakan rahasia dari Saksi-Saksi Yehuwa dapat ditemukan dalam waktu kurang dari enam bulan.”

Ini jelas merupakan pernyataan yang berlebihan. Meskipun demikian, setiap Rotaprint yang disita benar-benar merupakan suatu kerugian. Mesin-mesin yang rumit ini tidak dibuat di mana pun di Polandia, dan karena diawasi oleh Negara maka sulit sekali untuk membeli mesin-mesin tersebut. Karena itu, sejumlah besar mesin yang kita miliki—kira-kira 50 di antaranya—diproduksi oleh saudara-saudara kita sendiri, dengan dukungan Yehuwa.

Dapatkah Organisasi Melemah dari Dalam?

Karena serangan langsung terbukti tidak berhasil, kalangan berwenang mengerahkan upaya untuk menghancurkan persatuan Saksi-Saksi dari dalam. Musuh-musuh mulai menerbitkan majalah Watchtower palsu berisi keterangan yang memfitnah hamba-hamba Yehuwa yang loyal. Sebuah ”komite dua belas” yang tidak dikenal mengedarkan surat-surat—menggunakan alamat yang diambil dari arsip UB—yang secara tidak benar menyerang saudara-saudara yang terkemuka. Namun domba-domba mengenal suara Gembala mereka dan dapat membedakan antara kebenaran dan kepalsuan.—Yoh. 10:27.

Menjelang akhir tahun 1950-an, jelas bahwa sikap bermusuhan tahun 1956 akan segera berakhir. Tampaknya tepat bila kabar baik diberitakan dalam skala sebesar-besarnya sementara hal itu masih dapat dilakukan. Terdapat kenaikan yang mencolok, namun semangat persaingan yang tidak sehat berkembang di antara beberapa orang. Akibatnya, banyak penyiar baru gagal menyelaraskan diri dengan tuntutan Alkitab. Seorang yang berminat sudah dianggap sebagai penyiar jika ia sekadar mengangguk sewaktu ditanya apakah ia telah menceritakan kepada orang lain tentang harapan Kerajaan sebagaimana dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Maka, slogan yang kemudian berlaku, ”Hari ini berminat, besok menjadi penyiar.” Banyak di antara mereka bahkan tidak menghadiri perhimpunan. Karena itu, pada bulan Maret 1959, ketika jumlah penyiar yang melaporkan mencapai 84.061, tidak banyak juga yang menghadiri Peringatan. Situasi demikian akan dengan mudah melemahkan kekuatan rohani organisasi.—1 Kor. 3:5-7.

Tindakan perbaikan diambil. Lambat laun jumlah penyiar menurun, akhirnya mencapai jumlah kira-kira 50.000. Dibutuhkan hampir 29 tahun—sampai bulan Januari 1988—sebelum suatu puncak baru penyiar dicapai kembali. Namun kali ini mereka semua adalah penyiar-penyiar sejati, seluruhnya berjumlah 84.559!

Tindakan Hukum yang Terorganisasi

Mengingat banyaknya kasus pengadilan yang dihadapi oleh Saksi-Saksi, saudara-saudara mengambil langkah-langkah untuk mengkoordinasi pembelaan hukum mereka. Ada beberapa pengacara berbakat dan berani yang bersedia untuk mewakili mereka. Argumen-argumen hukum yang kuat disajikan, namun penandasan diberikan pada hal-hal yang Saksi-Saksi percayai dan ajarkan dari Firman Allah. Akibatnya, setiap proses pengadilan menghasilkan suatu kesaksian kepada para hakim dan juga kepada umum. Romuald Stawski, yang telah menangani urusan hukum bagi Saksi-Saksi Yehuwa, mengingat tentang satu bulan manakala terdapat 30 proses pengadilan, tidak termasuk proses pengadilan berkenaan masalah kenetralan Kristen. Hadirin pada proses pengadilan Saksi meningkat sampai mencapai kira-kira 30.000 orang dalam setiap tahun.—Mat. 10:18.

Kadang-kadang, para pejabat pemerintah menyatakan secara terbuka kebencian mereka terhadap Saksi-Saksi. Misalnya, di Poznań dalam proses pengadilan enam pengawas keliling, seorang saudari memberi kesaksian bahwa jaksa penuntut umum telah mengatakan kepadanya bahwa jika Hitler masih hidup, ’ia akan segera membereskan masalah Saksi-Saksi Yehuwa’. Jaksa penuntut ini belakangan menambahkan bahwa ia secara pribadi akan bersedia untuk menembak ribuan Saksi-Saksi.

Namun untuk alasan apa? Kegiatan agama dari Saksi-Saksi Yehuwa sama sekali tidak mendatangkan ancaman kepada kalangan berwenang. Ini jelas diperlihatkan pada proses pengadilan lain di Poznań, ketika seorang pengacara pembela mengingat bahwa sekelompok besar orang telah menyerbu penjara pada tahun 1956, membebaskan semua tahanannya, termasuk tiga Saksi-Saksi yang dijatuhi hukuman dengan masa penjara yang panjang. Namun—sebagaimana disebutkan dalam notula pengadilan militer garnisun—ketiga Saksi-Saksi tersebut ”segera dan secara sukarela menyerahkan diri kepada Milisi Rakyat”.

Lebih Banyak ”Senjata”—Keberhasilan Tidak Bertahan Lama

Kalangan berwenang tidak berhenti dalam upaya menemukan ”senjata” tertentu yang akan membantu tercapainya tujuan mereka guna menempatkan organisasi dari hamba-hamba Yehuwa di bawah kendali mereka. Pada tahun 1961 mereka mungkin merasa bahwa mereka berhasil. Dengan menjanjikan kebebasan bergerak yang lebih besar, mereka membujuk 15 saudara yang lemah secara rohani untuk mengajukan permohonan pendaftaran suatu aliran agama yang akan bertindak terpisah dari perkumpulan internasional Saksi-Saksi Yehuwa. Namun saudara-saudara pada umumnya tidak mendukung hal itu. Dua tahun kemudian permohonan pendaftaran itu sendiri ditolak.

Maka para penentang mencoba cara lain. Mereka mencari beberapa orang yang ”berpengaruh” yang dapat diperas. Sekali lagi, mereka tampaknya berhasil. Mereka menemukan seorang saudara dalam kedudukan dengan tanggung jawab penting, yang melanggar standar-standar moralitas Kristen. Saudara-saudara yang ditugaskan untuk memeriksa tuduhan yang memberatkan pengawas ini tiba-tiba ditangkap. Ia sendiri memusnahkan dokumen-dokumen yang memberatkan dirinya. Kemudian saudara-saudara lain mulai menerima surat-surat yang diduga berasal dari teman-teman yang mendiskreditkan saudara-saudara yang dihormati dan berupaya membenarkan orang yang bersalah ataupun sebaliknya. Dapat dimengerti, ini menyebabkan kekacauan di antara saudara-saudara, dan ini tepat seperti apa yang diinginkan kalangan berwenang.

Namun Yehuwa tahu apa yang sedang terjadi. (Ibr. 4:13) Pada waktunya, bukti yang tidak dapat dibantah lagi disajikan untuk memperlihatkan apa yang sebenarnya telah terjadi, dan orang yang amoral ini yang telah membiarkan dirinya menjadi pion bagi para penentang dipecat. Jerat tersebut dipatahkan. Dengan demikian, senjata lain yang digunakan terhadap hamba-hamba Yehuwa tidak mendatangkan hasil yang bertahan lama.—Mzm. 124:7.

Pada tahun 1972, para penentang berpikir bahwa mereka telah menemukan suatu senjata baru. Seorang perwira UB selama bertahun-tahun telah mengumpulkan bahan fitnahan terhadap Saksi-Saksi. Ia sekarang menggunakan bahan tersebut untuk menulis sebuah tesis dalam upaya meraih gelar Doktor dalam bidang Sastra. Dengan judul ”Isi dan Bentuk Propaganda yang Digunakan Oleh Sekte Saksi-Saksi Yehuwa di Republik Rakyat Polandia”, buku itu dirancang untuk digunakan belakangan sebagai pedoman bagi para pejabat hukum dalam upaya mereka memerangi Saksi-Saksi.

Akan tetapi, sebelum gelar tersebut dapat diberikan, tesis harus dipertahankan dalam suatu diskusi terbuka. Ini biasanya hanya formalitas. Namun begitu saudara-saudara mengetahui kapan dan di mana ini akan berlangsung, mereka membawa persoalan ini dalam doa. Meskipun tidak memiliki banyak waktu untuk persiapan, mereka memutuskan untuk menggunakan hal ini sebagai kesempatan untuk membela nama Yehuwa dan umat-Nya.

Maka, pada tanggal 31 Mei 1972, ketika Henryk Skibiński menyampaikan tesisnya yang sengit itu di Universitas di Toruń, Saksi-Saksi Yehuwa ada di antara hadirin. Skibiński menuduh bahwa Saksi-Saksi Yehuwa bermusuhan dengan Negara serta sekutunya, adalah mata-mata dari suatu adikuasa yang tidak bersahabat, dan adalah musuh-musuh, antara lain, dari sains, transfusi darah, dan evolusi. Namun ia merasa berkewajiban untuk menyebutkan bahwa mereka dikenal sebagai warga-warga yang bertindak menurut hati nurani dan jujur. Profesor yang akan memberikan gelar serta para peninjau kemudian berbicara. Setelah itu, orang-orang yang hadir diminta menyatakan pendapat mereka.

Saudara Jan Waldemar Rynkiewicz dari Bydgoszcz memanfaatkan kesempatan ini untuk berbicara panjang lebar, dengan saksama membantah tuduhan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa bermusuhan dengan Negara dan adalah mata-mata. Ia menjelaskan tentang tidak adanya konsistensi dalam tesis Tn. Skibiński dan sikap memihak dalam argumentasinya. (Misalnya, ia menghilangkan sama sekali fakta bahwa pengadilan-pengadilan telah membatalkan tuduhan-tuduhan melakukan spionase dan telah membela banyak di antara Saksi-Saksi.) Lebih lanjut, Saudara Rynkiewicz menarik perhatian khusus kepada sumbangan yang diberikan oleh Saksi-Saksi berkenaan pembedahan tanpa darah—pokok lain yang tidak disebutkan oleh Tn. Skibiński. Dewan pemeriksa menerima dokumen yang diserahkan Saudara Rynkiewicz. Saudara Zygmunt Sawicki dan Saudara Józef Rajchel, yang juga ada di antara hadirin, kemudian secara berani mengemukakan pandangan Alkitab tentang keterlibatan orang Kristen dalam politik dan konflik dunia. Semua yang hadir mendengarkan dengan penuh perhatian. Dalam upayanya untuk menyangkal, Tn. Skibiński naik pitam, dan ketua terpaksa harus meminta dia berhenti berbicara. Gelar Doktor dalam bidang Sastra tidak jadi diberikan, sehingga sangat mengecewakan sanak saudara dan kerabat Skibiński, yang hanya berdiri sambil membawa bunga-bunga namun tidak ada yang akan diberi selamat.

Jadi, tepat 50 tahun setelah Saksi-Saksi mengadakan diskusi yang terkenal dengan kaum Yesuit di Kraków, suatu kelompok lain dari Saksi-Saksi juga berjuang dalam suatu pertarungan yang menghasilkan kemenangan—kali ini dengan lawan yang juga merasa putus asa dan ateistis. Sejak saat itu, kalangan berwenang agak kurang antusias untuk berupaya membenarkan penganiayaan mereka atas Saksi-Saksi. Juga, cara yang digunakan para pejabat dalam berurusan dengan Saksi-Saksi Yehuwa mulai berubah.

Kebaktian-Kebaktian di Hutan

Pada akhir tahun 1960-an, selain mengadakan perhimpunan sidang secara tetap tentu di rumah-rumah pribadi, Saksi-Saksi dari daerah Śląsk Cieszyński mulai berkumpul dalam kelompok-kelompok yang lebih besar di hutan selama musim panas. Tidak lama setelah itu pengaturan dibuat untuk menyiapkan suatu acara kebaktian secara sentral, dan perhimpunan-perhimpunan ini, yang disebut kebaktian di hutan, diadakan di seluruh negeri.

Pada mulanya, kalangan berwenang mengusut para penyelenggara dan orang-orang yang hadir. Namun, apakah hal-hal yang dilakukan Saksi-Saksi benar-benar merugikan? Mereka semata-mata membahas Firman Allah. Seraya waktu berlalu, para pejabat menjadi terbiasa dengan kebaktian-kebaktian dari umat Yehuwa ini. Kebaktian-kebaktian ini terus bertambah besar. Pada mulanya, hanya beberapa puluh saudara yang datang; menjelang tahun 1970-an, biasanya ada ratusan.

Pada akhir tahun 1970-an, acaranya termasuk sebuah drama Alkitab dan, sering kali, penyelenggaraan untuk pembaptisan. Mikrofon, pengeras suara, dan tape recorder digunakan. Di beberapa tempat, kebaktian-kebaktian ini hampir bersifat resmi, karena dilangsungkan di tempat-tempat tertentu yang dipersiapkan jauh sebelumnya.

Para Anggota Badan Pimpinan Berkunjung

Pada akhir bulan November 1977, Frederick Franz, Theodore Jaracz, dan Daniel Sydlik, dari kantor pusat sedunia dari Saksi-Saksi Yehuwa, diberi izin untuk mengunjungi Polandia. Ini merupakan kunjungan resmi pertama yang dilakukan oleh para anggota Badan Pimpinan. Mereka berbicara kepada para pengawas, perintis, dan orang-orang yang sudah lama menjadi Saksi-Saksi di berbagai kota, menceritakan kepada mereka tentang kemajuan teokratis di negeri-negeri lain dan menjawab banyak pertanyaan. Sidang-sidang menanggapi kunjungan itu dengan kegiatan Kerajaan yang meningkat.

Setahun kemudian Milton Henschel dan Theodore Jaracz mengunjungi Polandia. Kali ini mereka mengadakan kunjungan kehormatan ke Kantor Urusan Agama. Selama tahun-tahun tersebut, Badan Pimpinan dapat memberikan lebih banyak perhatian pada pekerjaan di Polandia dan menggalang ikatan yang lebih erat dengan pengawas-pengawas di seluruh negeri. Dengan semakin bertambahnya arahan dan pengaruh teokratis yang diperbolehkan, saudara-saudara yang bertanggung jawab di Polandia sekarang dapat menerapkan pengaturan-pengaturan dan membuat persediaan-persediaan untuk organisasi lokal serupa dengan yang mendatangkan manfaat bagi umat Allah di banyak negeri lain. Pada waktu yang sama perubahan besar dilakukan seraya wakil-wakil pemerintahan memperlihatkan sikap lebih toleran terhadap kita dan kegiatan kita.

Menikmati Keramahtamahan Austria

Menjelang akhir tahun 1970-an, beberapa di antara saudara-saudara dapat menghadiri kebaktian distrik di luar Polandia, pertama di Lille, Prancis, Polandia, dan belakangan di Denmark. Kemudian, pada musim panas tahun 1980, sesuatu yang luar biasa terjadi.

Sekalipun organisasi dari Saksi-Saksi Yehuwa masih berada di bawah larangan, kira-kira 2.000 Saksi mendapat izin resmi untuk menghadiri Kebaktian Distrik ”Kasih Ilahi” di Wina, Austria. Saudara-saudara Austria menyambut tamu-tamu mereka dengan ramah. Di dalam tenda besar yang didirikan untuk acara berbahasa Polandia, setiap orang mengikuti acara dengan penuh penghargaan.

Untuk mengakhiri kebaktian, kelompok-kelompok berbagai bahasa semuanya berkumpul di stadion yang berdekatan. Secara terpadu, setiap kelompok bernyanyi ”Syukur Kami, Yehuwa” dalam bahasanya masing-masing. Bahkan setelah mereka bersatu dalam doa penutup, tidak seorang pun ingin pulang. Para tuan rumah Austria yang pengasih telah mengulurkan keramahtamahan kepada tamu-tamu tidak hanya yang berasal dari Polandia tetapi juga dari Hongaria, Yugoslavia, serta negeri-negeri lain. Sekarang, di tengah-tengah tepuk tangan yang berkepanjangan, mata mereka penuh dengan air mata sukacita. Inilah orang-orang Kristen sejati yang bersukacita dalam persatuan yang telah menyingkirkan pembatas-pembatas yang menyakitkan yang begitu khas dari dunia tua yang sekarat ini!

Kebaktian ”Loyalitas Kerajaan” yang diadakan di Austria pada tahun berikutnya dihadiri oleh lebih dari 5.000 Saksi-Saksi Polandia. Kali ini saudara-saudara Austria berkumpul di sebuah tenda dan memberikan fasilitas stadion kepada tamu-tamu mereka. Selain itu, para tamu Polandia diizinkan untuk membantu mengorganisasi kebaktian, dengan demikian memperoleh pengalaman yang berharga yang kelak ternyata bermanfaat bila mereka akan mempersiapkan kebaktian-kebaktian besar di Polandia.

Suatu Dekade Kebaktian Bersejarah di Negeri Sendiri

Pada tahun yang sama ketika 5.000 Saksi Polandia mengadakan acara kebaktian di sebuah stadion di Austria, para pejabat setempat di Gdańsk mengizinkan Saksi-Saksi mengadakan sebuah kebaktian di Olivia Hall. Yang hadir pada tanggal 5 Juli 1981 ada 5.751 orang. Saksi-Saksi di daerah Kraków juga diizinkan untuk menggunakan sebuah gedung olahraga yang kecil pada tahun itu. Di sana, di Skawina, ada dua Kebaktian ”Loyalitas Kerajaan” diselenggarakan.

Situasi memang membaik. Namun, sayang sekali, pada tanggal 13 Desember 1981, Polandia berada di bawah undang-undang darurat perang! Polisi bersenjata dan patroli militer bersiap siaga di seluruh negeri. Semua mobil yang lewat diperiksa. Pertemuan-pertemuan umum dilarang. Ini akan berarti apa bagi kita?

Dalam beberapa minggu pertama, menjadi jelas bahwa Saksi-Saksi, yang dikenal dengan pendirian mereka berupa kenetralan Kristen, dapat berkumpul di rumah-rumah pribadi tanpa kesulitan. Meskipun adanya pembatasan mengadakan perjalanan, para pengawas wilayah, masih dapat mengunjungi sidang-sidang. Lektur, walaupun masih diterbitkan tanpa diketahui umum, dapat terus diterima saudara-saudara.

Namun musim panas tahun 1982 segera mendekat. Bagaimana dengan kebaktian-kebaktian distrik? Daerah-daerah perbatasan ditutup, sehingga tidak seorang pun dapat mengadakan perjalanan ke negeri lain. Diberlakukannya keadaan perang dengan ketat menyingkirkan kemungkinan apa pun untuk mengadakan kebaktian di hutan. Apa yang dapat dilakukan? Saudara-saudara mendekati para pemilik gedung-gedung olahraga guna menanyakan apakah gedung-gedung tersebut dapat disewa untuk tujuan mengadakan kebaktian. Izin diberikan! Berita ini diterima dengan kegembiraan yang besar, dan lebih dari 80 pesta rohani diadakan di seluruh negeri itu.

Pada tahun 1983, kebaktian-kebaktian distrik yang diadakan jumlahnya tidak begitu banyak namun lebih besar, kebanyakan diadakan di gedung-gedung sewaan. Untuk pertama kalinya, Saksi-Saksi dari negeri-negeri di Eropa Barat diizinkan hadir. Seluruhnya, ada 114.166 yang hadir, dan 2.388 yang dibaptis.

Apakah Saksi-Saksi Yehuwa mungkin mengadakan kebaktian-kebaktian internasional dalam ukuran besar di Polandia? Selama musim panas tahun 1984, saudara-saudara meminta kepada kalangan berwenang izin untuk menyewa empat stadion besar untuk kebaktian-kebaktian semacam itu pada tahun 1985. Bulan demi bulan berlalu tanpa jawaban. Sampai pertengahan bulan Februari 1985, masih belum diketahui dengan pasti apakah izin akan diberikan. Akhirnya, persetujuan diterima! Waktu terbatas. Banyak pekerjaan dilaksanakan untuk membereskan banyak perincian yang tersangkut dalam mengadakan empat kebaktian 3 hari, di Chorzów, Warsawa, Wrocław, dan Poznań. Lebih dari 94.000 orang hadir, termasuk ratusan tamu dari luar negeri. Betapa bersukacitanya mereka ketika melihat 3.140 hamba baru dari Yehuwa dibaptis! Mereka mendengarkan acara, termasuk khotbah-khotbah yang disampaikan oleh empat anggota Badan Pimpinan, dengan penuh perhatian dan penghargaan yang dalam.

Televisi Polandia belakangan menayangkan dua film dokumenter tentang kehidupan dan kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa di Polandia. Acara-acara ini memasukkan pemandangan di kebaktian-kebaktian dalam tayangannya. Kedua acara ini yang berjudul ”Kabar Baik Tentang Kerajaan” dan ”Para Pemelihara Integritas” ditayangkan melalui televisi di seluruh negeri.

Dengan Teguh Berpegang pada Peraturan Teokratis

Akan tetapi, hendaknya tidak disimpulkan bahwa semua tekanan yang datang dari sumber-sumber resmi telah berhenti. Sekalipun Saksi-Saksi pada tingkat jemaat tidak dihalangi sewaktu mereka mengabar dari rumah ke rumah, namun saudara-saudara yang memegang kedudukan dengan tanggung jawab tertentu memikul beban yang berat. Ingat, organisasi Saksi-Saksi Yehuwa masih belum mendapat pengakuan resmi; larangan belum pernah dicabut secara resmi. Kebaktian-kebaktian harus diatur oleh saudara-saudara terpilih yang memperoleh izin untuk kepentingan mereka atas nama pribadi. Upaya dibuat untuk menyensur bagian-bagian dari acara kebaktian. Namun saudara-saudara ini bertekad untuk tidak melakukan apa pun tanpa persetujuan Badan Pimpinan.

Suatu situasi yang melibatkan para pengawas keliling muncul pada tahun 1984. Suatu dekret keadaan perang yang masih berlaku menuntut agar semua pria yang berusia antara 20 dan 45 tahun melakukan pekerjaan duniawi. Berdasarkan hukum ini, para pengawas keliling dipanggil ke departemen agama tingkat pemerintahan propinsi. Di sana saudara-saudara diberikan sertifikat-sertifikat yang telah disusun yang berisi penugasan daerah mereka. Secara sepintas ini tampak seperti pengabsahan atas pekerjaan mereka, namun sertifikat-sertifikat tersebut harus diperbarui secara berkala, dan perubahan apa pun dalam hal daerah atau penugasan harus dilaporkan. Saudara-saudara dengan tegas menolak pengaturan tersebut. Penugasan mereka sebagai gembala bagi kawanan bersifat teokratis, bukan berdasarkan persetujuan atau peraturan oleh kalangan berwenang duniawi.

Makanan Rohani Berkelimpahan

Dewasa ini, Saksi-Saksi Yehuwa di Polandia memiliki lektur yang indah untuk pelajaran pribadi dan untuk digunakan dalam pelayanan mereka kepada umum. Namun, jalan yang mengarah kepada situasi ini tidaklah mudah. Selama bertahun-tahun, perlengkapan pencetakan mereka telah disita setiap kali itu ditemukan. Kemudian upaya dikerahkan oleh kalangan berwenang untuk memperoleh setidaknya kekuasaan setengah resmi atas apa yang diproduksi oleh saudara-saudara dalam ”pabrik roti”, atau percetakan mereka.

Akan tetapi, saudara-saudara menyarankan agar mereka diperbolehkan untuk mengimpor buku-buku, brosur-brosur, dan majalah-majalah dari luar negeri. Seperti halnya publikasi agama lainnya, publikasi ini, menurut hukum, dibebaskan dari penyensuran. Pada mulanya, ini tampak seperti sasaran yang mustahil, sekalipun saudara-saudara menekankan nilai pendidikan sosial dari lektur mereka yang berdasarkan Alkitab. Namun kegigihan mereka pada akhirnya mendatangkan hasil yang baik.

Pada tahun 1984 izin diberikan untuk mengimpor lebih dari 60.000 eksemplar Buku Cerita Alkitab dari Amerika Serikat. Belakangan, persetujuan diterima bagi mereka untuk mendapat jumlah yang bahkan lebih besar dari brosur ”Lihatlah, Aku Menjadikan Segala Sesuatu Baru” dan Nama Ilahi yang akan Kekal Selama-lamanya. Ada tenggang waktu yang cukup lama sebelum buku Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi dapat diimpor, namun segera itu diterima, bayangkan sukacita yang dinikmati dengan memiliki seperempat juta eksemplar! Setelah itu, biasanya tanpa banyak kesulitan, buku dan brosur dalam banyak kasus disalurkan oleh cabang Lembaga di Selters/Taunus, Jerman. Pada tahun 1989, ini termasuk buku Kehidupan—Bagaimana Asal Mulanya? Melalui Evolusi atau melalui Penciptaan?, suatu pokok yang tepat, namun kontroversial, di negeri-negeri ateistis.

Pada pertengahan tahun 1988—hampir setahun sebelum Lembaga Menara Pengawal menjadi wakil resmi dari Saksi-Saksi Yehuwa di Polandia—edisi empat warna dari majalah tengah bulanan Menara Pengawal dan majalah bulanan Sedarlah! mulai tiba secara teratur. Saat ini, ratusan ribu eksemplar diterima, dan jumlahnya terus bertambah. Di seluruh negeri, orang-orang terbiasa melihat Menara Pengawal dan Sedarlah! dalam bahasa Polandia ditawarkan kepada mereka oleh Saksi-Saksi Yehuwa di jalan-jalan dan di stasiun-stasiun kereta api, dan juga pada waktu para penyiar mengunjungi rumah mereka. Sejak tanggal 1 April 1989, Menara Pengawal bahasa Polandia diterbitkan secara simultan dengan edisi bahasa Inggris, sebagaimana halnya dengan edisi bahasa-bahasa lain.

Jumlah lektur yang sangat besar ini, yang berkualitas tinggi baik dalam bentuk maupun isi, telah membantu menyebarkan kabar baik tentang Kerajaan Allah dalam skala yang tidak terduga sebelumnya. Jumlah pengajaran Alkitab yang dipimpin bersama orang-orang yang berhati jujur telah berlipat ganda hingga mencapai lebih dari 80.000, membimbing lebih banyak orang ke jalan yang mengarah kepada kehidupan kekal. Yesus Kristus telah dengan jelas membuka lebar-lebar pintu kesempatan di negeri ini.—Bandingkan Wahyu 3:7, 8.

Balai Kerajaan Muncul Kembali

Selama tahun-tahun yang berat di bawah larangan, tentu, tidak ada Balai Kerajaan. Namun pada awal tahun 1980-an, Balai-Balai Kerajaan mulai muncul kembali. Balai-balai ini tidak resmi dan didirikan di dalam gedung-gedung milik Saksi-Saksi. Pada tahun 1986 suatu seminar diadakan bagi para wakil dari sidang-sidang yang sudah membangun sebuah balai atau yang sedang membangunnya. Hal-hal teknis dan hukum dibahas secara terperinci.

Menjelang bulan Mei 1993, saudara-saudara memiliki 644 Balai Kerajaan yang menjadi milik mereka. Ada sejumlah 257 Balai Kerajaan lain yang disewa, dan 130 lagi sedang dibangun.

Pada Akhirnya—Pengakuan Resmi!

Sejak 1949, petisi untuk pengakuan resmi yang diajukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa telah ditolak oleh kalangan berwenang pemerintah. Pada beberapa tahun berturut-turut saudara-saudara berulang kali berupaya memperoleh pengakuan resmi agar mereka dapat secara lebih baik mewakili kepentingan Saksi-Saksi Yehuwa di Polandia. Sering kali itu berlalu tanpa jawaban.

Kemudian, pada tahun 1985, agar memudahkan pengimporan lektur, sebuah perusahaan yang disetujui pengadilan didaftarkan dengan nama Strażnica—Wydawnictwo Wyznania Świadków Jehowy w Polsce (Menara Pengawal—Rumah Penerbitan dari Agama Saksi-Saksi Yehuwa di Polandia). Ini merupakan langkah penting yang mengarah kepada pengesahan kegiatan penerbitan kita.

Pada tahun 1987, usulan piagam lain diajukan ke Kantor Urusan Agama. Ini telah disusun dengan saksama di bawah pengarahan Badan Pimpinan. Surat-menyurat dan diskusi selama dua tahun menyusul. Di antara anggota-anggota delegasi yang berbicara kepada para pejabat terdapat dua saudara yang telah menandatangani permohonan pendaftaran yang pertama pada tahun 1949. Bayangkan sukacita mereka ketika, 40 tahun kemudian, pada tanggal 12 Mei 1989, direktur Kantor Urusan Agama menyetujui piagam dari Strażnica—Towarzystwo Biblijne i Traktatowe, Zarejestrowany Związek Wyznania Świadków Jehowy w Polsce (Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal, Perkumpulan Agama yang Terdaftar dari Saksi-Saksi Yehuwa di Polandia)! Semua cabang media melaporkan berita ini, dan Saksi-Saksi Yehuwa seluas dunia bersukacita.

Dewan direksi yang mula-mula dari Perkumpulan ini terdiri dari Harald Abt, Zygfryd Adach, Stanisław Kardyga, Edward Kwiatosz, Franciszek Mielczarek, Antoni Tomaszewski, dan Adam Wojtyniak. Akan tetapi, selama tahun-tahun sejak piagam tersebut disetujui, dua di antara saudara-saudara ini telah meninggal—Harald Abtb dan Edward Kwiatosz, keduanya melayani Yehuwa dengan setia sampai mati. Mereka digantikan oleh Wiesław Jaśko dan Klaudiusz Skowron.

Di sini, di Polandia, memperoleh pengakuan resmi dari kalangan berwenang duniawi penting, namun, tentu tidak begitu penting dibandingkan memperoleh pengakuan dan persetujuan dari Allah Yehuwa, yang kedaulatan-Nya akan segera dibenarkan di hadapan semua ciptaan.—Why. 4:11.

Dalam Skala yang Lebih Hebat daripada Sebelumnya

Tidak lama setelah pendaftaran resmi dilaksanakan, Kebaktian-Kebaktian ”Pengabdian Ilahi” internasional diadakan di Warsawa, Chorzów, dan Poznań selama musim panas tahun 1989. Delegasi dari hampir setiap benua bersukacita untuk hadir, termasuk ribuan dari negeri-negeri lain di Eropa Timur, dan juga lima anggota Badan Pimpinan. Acara bagi delegasi luar negeri di Chorzów, Poznań, dan Warsawa secara simultan diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. Sukacita besar dihasilkan karena hadirin mencapai jumlah keseluruhan 166.000 dan jumlah orang-orang yang dibaptis sebesar 6.093.

Kemudian, pada tanggal 9-12 Agustus 1990, di Stadion Dziesięciolecia di Warsawa suatu peristiwa bersejarah lainnya berlangsung. Stadion terbesar di ibu kota Polandia dipadati. Delegasi dari Uni Soviet duduk di satu sisi dan saudara-saudara serta tuan rumah Polandia mereka di sisi lain. Ini merupakan pengalaman yang tidak terlupakan ketika setiap kelompok mendengarkan acara dalam bahasanya masing-masing.

Baru beberapa hari sebelumnya, keberhasilan kebaktian telah terancam bahaya. Para pejabat Soviet telah mengumumkan pembatasan mengadakan perjalanan bagi warga negaranya yang bepergian ke Polandia. Agen-agen perjalanan Soviet memperingatkan Saksi-Saksi bahwa di perbatasan mereka akan dipulangkan kembali. Namun dengan percaya kepada Yehuwa, saudara-saudara terus membuat rencana kebaktian. Tepat pada waktunya, tanggal diberlakukannya pembatasan mengadakan perjalanan ditunda sampai setelah kebaktian. Segera, lebih dari 17.000 Saksi Soviet secara berbondong-bondong menyeberangi perbatasan. Acara yang limpah dengan makanan rohani lezat yang mereka nikmati merupakan imbalan yang berlimpah bagi pengorbanan yang telah mereka lakukan untuk berada di sana.

Ini tentu bukan berkat rohani yang terakhir. Pada tahun berikutnya, tahun 1991, lebih banyak kebaktian diadakan, kali ini di lebih banyak kota. Sekali lagi berkat Yehuwa nyata. Enam hari sebelum kebaktian hendak dimulai di Chorzów, para kerabat kerja dari suatu kelompok musik rock terkenal yang dijadwalkan akan tampil untuk suatu konser mendatang di stadion tersebut menggantungkan sebuah plakat iklan yang besar pada menara stadion. Plakat ini menampilkan gambar dan simbol yang melambangkan setanisme. Panitia Pesta memprotes beberapa kali, meminta plakat tersebut diturunkan, namun sia-sia. Mereka berpaling kepada Yehuwa dalam doa sepenuh hati. Pada malam hari, suatu embusan angin yang datang secara tiba-tiba mencabik-cabik plakat tersebut sampai berkeping-keping, dengan demikian memecahkan problem tersebut!

Pada tahun yang sama, lebih dari 22.000 delegasi Polandia berada di antara para peserta kebaktian yang menghadiri kebaktian-kebaktian di Budapest, Hongaria; di Lviv, Ukraina; dan di Praha, di negeri yang sekarang dikenal sebagai Republik Ceko. Betapa bersukacitanya mereka dalam kesempatan-kesempatan ini untuk ambil bagian dalam persahabatan rohani bersama orang-orang lain dari persaudaraan seluas dunia!

Apa yang dapat dilakukan untuk menyediakan suatu pusat yang sesuai di Polandia yang dapat digunakan untuk memberikan pengawasan atas sidang-sidang dan pemberitaan kabar baik mereka?

Sebuah Kantor Cabang untuk Polandia

Setelah kehilangan kantor di Łódź pada tahun 1950, departemen-departemen yang biasanya ada dalam sebuah kantor cabang terletak, tidak di bawah satu atap, namun di berbagai tempat selama hampir 40 tahun. Bila Perkumpulan Agama dari Saksi-Saksi Yehuwa disahkan, pengaturan ini dapat diubah. Sebuah rumah di Jalan Prosta No. 17 di Marki, sekarang Warsawa, dipilih sebagai kantor sementara yang digunakan untuk mengatur pekerjaan. Kemudian dilakukan pencarian untuk menemukan suatu lokasi yang permanen bagi pembangunan sebuah kantor cabang.

Pada bulan Oktober 1989, sebidang tanah yang cocok, berikut sebuah motel yang telah ditelantarkan, dibeli di kota kecil yaitu Nadarzyn, kira-kira 20 kilometer di sebelah barat daya Warsawa. Kantor Rekayasa Regional Lembaga di Eropa menyusun rencana bangunan, dan pembangunannya segera mulai. Kadang-kadang, sebanyak 600 sukarelawan bekerja di lokasi pembangunan. Maka dalam waktu sangat singkat yaitu satu tahun delapan bulan, sebuah kompleks bangunan tempat keluarga Betel dapat tinggal dan bekerja diselesaikan. Pada tanggal 28 November 1992, fasilitas-fasilitas baru secara resmi ditahbiskan.

Para pengunjung terkagum-kagum melihat efisiensi dari saudara-saudara dan cara mereka bekerja. Dalam surat kabar Gazeta Stołeczna (Harian Metropolitan), sebuah artikel yang berjudul ”Dengan Cara Allah” mengomentari, ”Pekerjaan berlangsung dengan dinamika yang penuh; tidak seorang pun menganggur. Setiap orang mengenakan helm pelindung selama bekerja. Ketika beton untuk lantai akan dicor pada keesokan harinya, para tukang kayu bekerja secukupnya guna menyelesaikan kerangka luar. Tidak perlu khawatir akan adanya kemungkinan bahwa para sukarelawan yang datang untuk bekerja keesokan harinya akan mengalami penundaan. . . . Tujuan utama Saksi-Saksi adalah membawa kabar baik kepada setiap orang yang menginginkannya. Orang-orang yang membangun Rumah Betel tidak melupakan misi mereka. Seusai bekerja, beberapa di antara mereka mengambil sebuah Alkitab dan beberapa terbitan Menara Pengawal dan mereka pergi memberitakan Firman Allah dari rumah ke rumah. Mereka mengadakan pembahasan Alkitab secara tetap tentu dengan banyak orang di Nadarzyn dan di daerah sekitarnya.”

Saudara-saudara di Polandia bersyukur kepada Yehuwa karena mereka masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan proyek ini. Mereka yakin bahwa kantor cabang yang baru akan memudahkan kegiatan teokratis di Polandia. Mereka juga ingin menyatakan rasa syukur mereka kepada persaudaraan seluas dunia yang melalui doa dan bantuan praktis membantu mereka, dengan begitu banyak cara yang berbeda, untuk bertekun sehingga dapat menatap hari ini.

Bertekad untuk Terus Bertahan

Upaya para penentang, baik dari golongan agama maupun sekular, untuk melenyapkan Saksi-Saksi Yehuwa telah gagal. Saksi-Saksi dewasa ini merupakan kelompok agama terbesar ketiga di Polandia! Sebagian besar penduduk yang bukan Saksi-Saksi Yehuwa memiliki sanak-saudara atau kenalan yang adalah Saksi-Saksi. Pada tahun-tahun belakangan, media telah mengatakan dan menulis banyak mengenai Saksi-Saksi, biasanya dengan cara yang objektif, dan bahkan sering kali positif. Kebaktian-kebaktian besar yang terutama menyumbang kepada hal ini. Namun, saudara-saudara juga telah menjadi lebih efisien dalam memberikan informasi yang berguna kepada media.

Demikian pula, pada awal tahun 1991, Panitia Penghubung Rumah Sakit dibentuk. Para anggota dari panitia ini telah mengadakan diskusi yang bermanfaat dengan personel medis di banyak kota besar di Polandia. Hal ini telah membawa kepada suatu perubahan positif dalam sikap di lingkungan medis terhadap Saksi-Saksi Yehuwa dan pendirian mereka berkenaan transfusi darah. Sehubungan dengan rumah sakit di Skwierzyna, surat kabar Ziemia Gorzowska melaporkan, ”Staf medis menjadi terbiasa dengan prinsip-prinsip mereka; tidak ada lagi pasien yang dipaksa untuk menerima darah.”

Beberapa tahun yang lalu, ratusan Saksi-Saksi Yehuwa berada dalam penjara karena pendirian mereka tentang kenetralan Kristen. Akan tetapi, sekarang, sebagai penyiar yang terbaptis, rohaniwan terlantik dari Allah, Saksi-Saksi Yehuwa di Polandia dibebaskan dari dinas militer. Pengecualian mereka ini diberikan oleh pemerintah berdasarkan sebuah sertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga bagi mereka yang memenuhi syarat. Meskipun tidak ada Saksi-Saksi yang saat itu dipenjarakan untuk alasan kenetralan, mereka tidak melupakan para tahanan yang mereka temui pada tahun-tahun yang lalu dan yang memperlihatkan minat yang tulus kepada Firman Allah. Mereka terus mengunjungi orang-orang ini, membantu mereka menyelaraskan kehidupan mereka dengan kehendak-Nya

Betapa senang melihat bahwa pada bulan Juni 1993 jumlah penyiar di Polandia mencapai 113.551. Puluhan ribu Saksi-Saksi ini sungguh memiliki banyak alasan untuk bersyukur kepada Yehuwa! Mereka telah melihat kebenaran diteruskan dari generasi ke generasi sehingga dewasa ini beberapa keluarga Polandia dapat berbangga hati ketika mengetahui bahwa generasi kelima menerima panji kebenaran! Mereka secara pribadi telah mengalami kebaikan yang pengasih dari persaudaraan Kristen internasional yang sangat erat! Mereka telah menjadi Saksi-Saksi tentang bagaimana Yehuwa berada di dekat mereka selama masa-masa yang sangat sulit, memberi mereka kekuatan yang diperlukan untuk tetap berada di pihak Kerajaan surgawi Allah di bawah Yesus Kristus! Mereka telah merasakan bagaimana iman mereka dikuatkan dan kepercayaan mereka kepada sang Pencipta diperdalam, dimurnikan oleh banyak pencobaan dan penganiayaan!—Yak. 1:2-4.

Karena itu, bukan dengan semangat memegahkan diri namun dengan rasa syukur yang rendah hati atas perhatian yang pengasih dari Yehuwa mereka menegaskan kebenaran dari janji ilahi, ”Setiap senjata yang ditempa terhadap engkau tidak akan berhasil.”—Yes. 54:17.

[Catatan Kaki]

a Aksi Katolik mengacu kepada kelompok-kelompok orang awam Katolik yang terorganisasi, di bawah arahan atau mandat seorang uskup, demi tujuan-tujuan lebih lanjut yang bersifat agama, sosial, dan politik dari Gereja Katolik Roma.

b Untuk kisah kehidupan dari Saudara dan Saudari Abt, lihat The Watchtower 15 April 1980.

[Grafik di hlm. 252]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

Penyiar

125.000

100.000

75.000

50.000

25.000

0

1981 1983 1985 1987 1989 1993

Jam (jutaan)

20

16

12

8

4

0

1981 1983 1985 1987 1989 1993

[Peta di hlm. 170]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

Gdańsk

Chojnice

Gorzów Wielkopolski

Bydgoszcz

Białystok

Nadarzyn

Poznań

Warsaw

Łódź

Wrocław

Lublin

Kielce

Katowice

Kraków

[Gambar di hlm. 183]

Di sini di Kraków, Franciszek Puchała menawarkan imbalan yang besar kepada siapa pun yang dapat membuktikan dari Alkitab ajaran-ajaran dasar tertentu dari gereja

[Gambar di hlm. 191]

Wilhelm dan Amelia Scheider, segera setelah mereka memulai dinas Betel di Polandia

[Gambar di hlm. 193]

Jan Śmieszko, diadili atas tuduhan menghujah di ruang pengadilan ini di Chojnice; imam yang bersaksi terhadapnya mengaku kalah

[Gambar di hlm. 197]

Sebuah kelompok Saksi-Saksi di Polandia Selatan siap untuk melakukan kegiatan, pada tahun 1933

[Gambar di hlm. 199]

Ketika ”Złoty Wiek” (The Golden Age) dilarang, saudara-saudara mengganti nama majalah tersebut menjadi ”Nowy Dzień” (Hari Baru)

[Gambar di hlm. 202]

Beberapa dari antara mereka yang membuktikan iman mereka di penjara dan di kamp konsentrasi: (1) Paulina Woelfle, 5 tahun. (2) Jan Otre̗bski, 4 tahun. (3) Harald dan Elsa Abt; masing-masing 14 tahun dan 7 tahun. (4) Franz Schipp, 3 tahun

[Gambar di hlm. 207]

Pada tahun 1940, Jan Sadowski (sebagaimana terlihat dahulu dan sekarang) memanfaatkan kesempatan untuk memberi kesaksian panjang lebar kepada sekumpulan besar orang di pekuburan ini

[Gambar di hlm. 215]

Saksi-Saksi Polandia yang penuh semangat, 5.300 di antara mereka, berkumpul di Katowice untuk kebaktian pascaperang pada tahun 1946

[Gambar di hlm. 216]

Kantor cabang di Łódź, pada tahun 1948, dan keluarga Betel yang melayani di sana

[Gambar di hlm. 217]

Henryka Żur, meninggal sebagai martir tiga tahun setelah foto ini diambil karena ia tidak mau membuat tanda salib Katolik

[Gambar di hlm. 223]

Paweł Muhaluk (kiri) dan Stefan Behunick, para utusan injil yang diusir dari Polandia

[Gambar di hlm. 227]

Dalam pengadilan di Warsawa ini, hukuman berat dikenakan kepada Saksi-Saksi Yehuwa pada tahun 1951. Dari kanan ke kiri pada barisan depan: Wilhelm Scheider, Edward Kwiatosz, Harald Abt, Wladyslaw Sukiennik, dan seorang penjaga

[Gambar di hlm. 235]

Mesin cetak dirakit dan digunakan oleh Saksi-Saksi untuk mencetak lektur Alkitab sewaktu di bawah larangan, dan sekelompok saudari selama bertahun-tahun mempertaruhkan nyawa dan kebebasan mereka untuk mencetak serta menyebarkan lektur tersebut

[Gambar di hlm. 238]

Di sini di Universitas Toruń, Jan W. Rynkiewicz dan dua orang lainnya menyangkal di hadapan umum tuduhan yang memfitnah terhadap Saksi-Saksi

[Gambar di hlm. 240]

Sebuah ”Kebaktian di Hutan” pada tahun 1981

[Gambar di hlm. 251]

Panitia Cabang Polandia pada tahun 1992

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan