-
Eden—Tempat Asal Mula Manusia?Menara Pengawal—2011 | 1 Januari
-
-
Eden—Tempat Asal Mula Manusia?
BAYANGKAN Anda berada di sebuah taman. Tak ada gangguan, tak sedikit pun terdengar ingar-bingar kehidupan kota dari balik tembok terdekat. Taman ini amat luas, dan tak ada yang mengusik kedamaiannya. Yang lebih menyenangkan lagi, pikiran Anda bebas dari kekhawatiran, tubuh Anda bebas dari deraan penyakit, alergi, ataupun rasa sakit. Indra-indra Anda dapat sepenuhnya menikmati lingkungan sekitar.
Mata Anda mula-mula disuguhi kembang aneka warna nan semarak, lalu aliran air yang berkilauan, lalu beragam nuansa hijau dedaunan dan rerumputan yang ditimpa sinar mentari dan bayang-bayang. Anda merasakan semilir angin di kulit Anda dan menghirup wanginya yang semerbak. Anda mendengar desik daun-daun, gemercak air menerpa bebatuan, suitan dan kicauan burung, dengungan serangga yang hilir mudik. Sewaktu membayangkannya, tidakkah Anda ingin berada di tempat seperti itu?
Orang-orang di seputar dunia percaya bahwa umat manusia bermula dari tempat semacam itu. Selama berabad-abad, umat Yahudi, Susunan Kristen, dan Muslim diajar tentang Taman Eden, tempat tinggal yang Allah sediakan bagi Adam dan Hawa. Menurut Alkitab, kehidupan mereka penuh damai dan bahagia. Mereka berdamai dengan satu sama lain, dengan binatang, dan dengan Allah, yang dengan baik hati memberi mereka harapan hidup kekal di lingkungan yang elok itu.—Kejadian 2:15-24.
Orang Hindu juga punya konsep tersendiri tentang firdaus dahulu kala. Umat Buddhis percaya bahwa para pemimpin spiritual agung, atau para Buddha, muncul pada zaman keemasan seperti itu kala dunia laksana firdaus. Dan, banyak agama di Afrika mengajarkan cerita yang mirip sekali dengan kisah Adam dan Hawa.
Sebenarnya, gagasan tentang firdaus masa awal ditemukan dalam banyak agama dan kisah turun-temurun umat manusia. Seorang penulis berkomentar, ”Banyak peradaban percaya akan firdaus purbakala yang bercirikan kesempurnaan, kebebasan, kedamaian, kebahagiaan, kelimpahan, dan tidak adanya pemaksaan, ketegangan, dan konflik.” Menurutnya, kepercayaan ini membuat masyarakat di mana-mana mendambakan firdaus yang hilang tetapi tak terlupakan itu dan berupaya mendapatkannya kembali.
Mungkinkah semua cerita dan kisah turun-temurun itu berpangkal dari akar yang sama? Mungkinkah kepercayaan itu dipengaruhi oleh ingatan tentang sesuatu yang memang pernah ada? Apakah dahulu kala memang ada Taman Eden serta Adam dan Hawa?
Orang yang skeptis mencibir gagasan itu. Di era yang serbailmiah ini, banyak orang beranggapan bahwa catatan tersebut adalah legenda dan mitos belaka. Di luar dugaan, bukan kalangan sekuler saja yang skeptis. Banyak pemimpin agama turut menyuburkan ketidakpercayaan akan Taman Eden. Kata mereka, tempat seperti itu tidak pernah ada. Kata mereka, kisah itu cuma metafora, mitos, dongeng, parabel belaka.
Memang, Alkitab berisi parabel. Yesus sendiri menyampaikan parabel-parabel paling terkenal. Tetapi, Alkitab menyajikan kisah tentang Eden bukan sebagai parabel, melainkan sebagai sejarah, tidak lebih tidak kurang. Namun, jika uraian peristiwa itu tidak pernah terjadi, bagaimana bagian lain dalam Alkitab bisa dipercaya? Mari kita selidiki mengapa ada orang yang skeptis terhadap Taman Eden dan mari kita lihat apakah alasan mereka masuk akal. Lalu, akan kita perhatikan mengapa kisah itu sangat penting bagi kita masing-masing.
-
-
Apakah Taman Eden Memang Ada?Menara Pengawal—2011 | 1 Januari
-
-
Apakah Taman Eden Memang Ada?
APAKAH Anda tahu kisah tentang Adam dan Hawa serta Taman Eden? Kisah ini tidak asing bagi orang-orang di seluruh dunia. Cobalah Anda membacanya. Itu terdapat di Kejadian 1:26–3:24. Beginilah ringkasannya:
Allah Yehuwaa membentuk seorang pria dari debu, menamainya Adam, dan menempatkannya di sebuah taman di kawasan yang disebut Eden. Allah-lah yang membuat taman ini. Di sana ada banyak air dan berlimpah pepohonan indah yang menghasilkan buah. Di tengah taman itu ada ”pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat”. Allah melarang manusia makan buah pohon ini, menyatakan bahwa ketidaktaatan akan mengakibatkan kematian. Belakangan, Yehuwa membuat seorang pendamping bagi Adam—wanita Hawa—membentuk dia dari salah satu rusuk Adam. Allah memberi mereka pekerjaan mengurus taman itu dan menyuruh mereka beranak cucu serta memenuhi bumi.
Tatkala Hawa sendirian, seekor ular berbicara kepadanya, menggoda dia untuk makan buah terlarang itu dengan menyatakan bahwa Allah telah membohonginya dan menahan sesuatu yang baik, sesuatu yang akan membuat dia seperti allah. Dia tergoda dan memakan buah terlarang itu. Kemudian, Adam ikut tidak taat kepada Allah. Yehuwa pun menjatuhkan hukuman atas Adam, Hawa, dan si ular. Setelah manusia diusir dari taman firdaus itu, malaikat-malaikat menghalangi jalan masuknya.
Dulu, kaum cendekiawan, intelektual, dan sejarawan menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa yang ditulis di buku Kejadian dalam Alkitab itu benar dan aktual. Dewasa ini, sikap skeptis terhadap hal semacam itu lebih populer. Tetapi, apa dasar untuk meragukan catatan Kejadian tentang Adam, Hawa, dan Taman Eden? Mari kita kupas empat hal yang umumnya menjadi keberatan.
1. Apakah Taman Eden benar-benar ada?
Mengapa ada keraguan tentang hal ini? Filsafat boleh jadi turut berperan. Selama berabad-abad, para teolog berspekulasi bahwa taman Allah masih ada di suatu tempat. Namun, gereja dipengaruhi oleh para filsuf Yunani seperti Plato dan Aristoteles, yang berpendapat bahwa tidak ada yang sempurna di bumi. Kesempurnaan hanya ada di surga. Maka, para teolog bernalar, Firdaus yang semula itu seharusnya lebih dekat ke langit.b Menurut beberapa orang, taman itu terletak di puncak sebuah gunung yang luar biasa tinggi, tak tersentuh kebobrokan planet ini; menurut yang lain, di Kutub Utara atau di Kutub Selatan; menurut yang lain lagi, di atau dekat bulan. Tidak heran, seluruh konsep tentang Eden terkesan fantastis. Beberapa cendekiawan modern menyatakan geografi Eden sebagai omong kosong, menegaskan bahwa tempat semacam itu tidak ada.
Namun, Alkitab tidak melukiskannya seperti itu. Kejadian 2:8-14 memberi tahu kita sejumlah hal spesifik perihal tempat itu. Letaknya di bagian timur kawasan yang disebut Eden. Taman itu diairi sebuah sungai yang menjadi sumber bagi empat sungai. Masing-masing ada namanya serta uraian singkat tentang jalurnya. Berbagai perincian ini sudah lama memikat banyak cendekiawan yang menelaah ayat-ayat ini untuk mencari petunjuk di mana lokasi situs kuno itu sekarang. Tetapi, mereka telah mengemukakan banyak sekali opini yang bertentangan. Apakah ini berarti uraian tentang Eden, tamannya, dan sungai-sungainya tidak benar atau sekadar khayalan?
Pikirkan: Peristiwa dalam catatan tentang Taman Eden terjadi kira-kira 6.000 tahun silam. Kisah itu ditulis oleh Musa, yang bisa jadi memanfaatkan sumber lisan atau barangkali bahkan dokumen yang pernah ada. Namun, Musa menulis kira-kira 2.500 tahun setelah terjadinya peristiwa yang diuraikan. Eden sudah menjadi sejarah kuno. Nah, mungkinkah berbagai petunjuk lokasi seperti sungai-sungai telah berubah seiring abad-abad berlalu? Kerak bumi dinamis, terus bergerak. Kawasan yang kemungkinan mencakup Eden terletak di sabuk gempa bumi—yang kini menyebabkan sekitar 17 persen gempa terhebat di dunia. Di wilayah tersebut, perubahan merupakan hal yang lazim. Selain itu, Air Bah zaman Nuh mungkin telah merombak topografi dengan cara yang tidak dapat kita ketahui saat ini.c
Namun, berikut ini beberapa fakta yang kita ketahui: Catatan Kejadian berbicara tentang Taman Eden sebagai tempat yang benar-benar ada. Dua dari empat sungai yang disebut di dalamnya—Efrat dan Tigris, atau Hidekel—masih mengalir dewasa ini, dan sebagian sumber air mereka sangat berdekatan. Catatan itu bahkan menyebut nama-nama negeri yang dilalui sungai-sungai tersebut dan memerinci kekayaan alam yang terkenal di daerah itu. Bagi masyarakat Israel kuno, yang mula-mula membaca catatan itu, perincian ini sangat informatif.
Apakah mitos dan dongeng diutarakan seperti itu? Atau, apakah dongeng cenderung meniadakan perincian yang bisa langsung diverifikasi? ”Alkisah di negeri antah-berantah”, begitulah awal cerita dongeng. Tetapi, sejarah cenderung memasukkan detail yang relevan, sebagaimana catatan tentang Eden.
2. Apakah memang dapat dipercaya bahwa Allah membentuk Adam dari debu dan Hawa dari rusuk Adam?
Sains modern telah meneguhkan bahwa tubuh manusia terdiri dari berbagai unsur—seperti hidrogen, oksigen, dan karbon—semuanya terdapat dalam kerak bumi. Tetapi, bagaimana unsur-unsur itu disusun menjadi makhluk hidup?
Banyak ilmuwan berteori bahwa kehidupan muncul dengan sendirinya, bermula dari bentuk sangat sederhana yang berangsur-angsur, selama jutaan tahun, menjadi semakin kompleks. Tetapi, istilah ”sederhana” bisa menyesatkan, karena semua makhluk hidup—bahkan organisme mikroskopis bersel tunggal—luar biasa kompleks. Tidak ada bukti bahwa suatu jenis kehidupan pernah atau bisa muncul secara kebetulan. Sebaliknya, terdapat bukti jelas bahwa semua makhluk hidup dirancang oleh pribadi cerdas yang mahabesar.d—Roma 1:20.
Bisakah Anda bayangkan saat mendengarkan simfoni yang megah atau mengagumi lukisan yang memukau atau takjub akan capaian teknologi, Anda lalu berkukuh bahwa semua itu tak ada pembuatnya? Tentu saja tidak! Tetapi, berbagai mahakarya tersebut tidak bisa sedikit pun menandingi kerumitan, keindahan, atau kecerdasan rancangan tubuh manusia. Bagaimana mungkin kita membayangkan tidak ada Pencipta? Selain itu, catatan Kejadian menjelaskan bahwa dari semua kehidupan di bumi, hanya manusia yang dibuat menurut gambar Allah. (Kejadian 1:26) Itu sebabnya, hanya manusia di bumi yang sanggup mencerminkan hasrat Allah dalam mencipta, sehingga adakalanya menghasilkan karya musik, seni, dan teknologi yang mengesankan. Tidaklah mengherankan, bukan, bahwa Allah jauh lebih unggul dalam hal mencipta daripada kita?
Soal menciptakan wanita menggunakan rusuk pria, apa susahnya?e Allah bisa menggunakan sarana lain, tetapi caranya Ia membuat wanita punya arti penting yang indah. Ia ingin pria dan wanita menikah dan membentuk ikatan yang intim, seolah-olah mereka ”satu daging”. (Kejadian 2:24) Bukankah fakta bahwa pria dan wanita bisa saling melengkapi serta membentuk ikatan yang stabil dan bermanfaat bagi keduanya memberikan bukti ampuh adanya Pencipta yang berhikmat dan pengasih?
Selain itu, pakar genetika modern telah mengakui bahwa semua manusia agaknya berasal dari satu pria dan satu wanita saja. Nah, jadi, apakah catatan Kejadian sulit dipercaya?
3. Pohon pengetahuan dan pohon kehidupan sepertinya berbau mitos.
Sesungguhnya, catatan Kejadian tidak mengajarkan bahwa pohon-pohon ini punya kekuatan istimewa atau adikodrati. Sebaliknya, itu adalah pohon-pohon sungguhan yang diberi makna simbolis oleh Yehuwa.
Bukankah manusia pun kadang berbuat begitu? Contohnya, seorang hakim memberikan peringatan tentang kejahatan menghina pengadilan. Yang ingin dilindungi sang hakim dari tindakan tidak respek bukannya perabot, peralatan, dan dinding ruang pengadilan, melainkan sistem peradilan yang diwakili oleh pengadilan. Beberapa raja juga menggunakan tongkat dan mahkota sebagai simbol wewenang tertinggi mereka.
Lantas, kedua pohon itu menyimbolkan apa? Banyak teori pelik telah diajukan. Jawaban yang benar, walau sederhana, sangat dalam maknanya. Pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat melambangkan hak istimewa yang hanya dimiliki Allah—hak untuk menentukan apa yang baik dan apa yang jahat. (Yeremia 10:23) Tidak heran, mencuri dari pohon tersebut adalah kejahatan! Di pihak lain, pohon kehidupan melambangkan karunia yang hanya bisa dianugerahkan oleh Allah—kehidupan abadi.—Roma 6:23.
4. Ular yang berbicara biasanya hanya ada dalam dongeng rakyat.
Memang, penggalan narasi Kejadian ini bisa membingungkan, khususnya jika kita tidak memerhatikan bagian Alkitab lainnya. Namun, Tulisan-Tulisan Kudus secara bertahap mengungkap misteri yang menimbulkan rasa penasaran ini.
Siapa atau apa yang membuat ular itu kelihatannya berbicara? Masyarakat Israel kuno mengetahui faktor-faktor lain yang cukup banyak menerangkan peranan ular tersebut. Misalnya, mereka tahu bahwa walau binatang tidak bisa bicara, suatu pribadi roh dapat membuat seekor binatang tampak berbicara. Musa juga menulis kisah tentang Bileam; Allah pernah mengutus malaikat untuk membuat keledai milik Bileam bisa berbicara.—Bilangan 22:26-31; 2 Petrus 2:15, 16.
Dapatkah pribadi roh lainnya, termasuk musuh-musuh Allah, melakukan mukjizat? Musa pernah melihat para imam Mesir yang mempraktekkan ilmu gaib meniru beberapa mukjizat dari Allah, misalnya membuat tongkat tampak berubah menjadi ular. Kuasa di balik keahlian seperti itu jelas berasal dari musuh-musuh Allah di alam roh.—Keluaran 7:8-12.
Musa pun adalah penulis terilham buku Ayub. Buku itu mengajarkan banyak hal tentang musuh utama Allah, Setan, yang dengan dusta menyangsikan integritas semua hamba Yehuwa. (Ayub 1:6-11; 2:4, 5) Apakah orang Israel zaman dahulu dengan demikian bernalar bahwa Setan telah memanipulasi ular di Eden, membuatnya terlihat berbicara dan mengelabui Hawa untuk mematahkan integritasnya kepada Allah? Tampaknya demikian.
Apakah Setan berada di balik ular itu? Yesus belakangan menyebut Setan sebagai ”pendusta dan bapak dusta”. (Yohanes 8:44) ”Bapak dusta”-lah sumber dusta paling awal itu, bukan? Dusta pertama itu terkandung dalam kata-kata ular kepada Hawa. Bertentangan dengan peringatan Allah bahwa memakan buah terlarang berujung kematian, si ular berkata, ”Kamu pasti tidak akan mati.” (Kejadian 3:4) Jelaslah, Yesus tahu Setan telah memanipulasi ular itu. Penyingkapan yang Yesus berikan kepada rasul Yohanes menuntaskan masalah ini, dengan disebutnya Setan sebagai ”ular yang semula”.—Penyingkapan (Wahyu) 1:1; 12:9.
Apakah memang sulit untuk percaya bahwa suatu pribadi roh yang penuh kuasa dapat memanipulasi seekor ular, membuatnya terlihat berbicara? Bahkan manusia, yang kuasanya jauh lebih kecil daripada roh-roh, bisa melakukan trik-trik suara perut yang memukau dan menciptakan efek khusus yang meyakinkan.
Bukti yang Paling Kuat
Tidakkah Anda setuju bahwa sikap skeptis terhadap catatan Kejadian kurang memiliki dasar yang kokoh? Sementara itu, ada bukti yang ampuh bahwa catatan itu adalah sejarah yang benar.
Contohnya, Yesus Kristus disebut ”saksi yang setia dan benar”. (Penyingkapan 3:14) Sebagai manusia sempurna, ia tidak pernah berdusta, tidak pernah menyalahgambarkan kebenaran dengan cara apa pun. Selain itu, ia mengajarkan bahwa ia telah ada lama sebelum hidup sebagai manusia di bumi—malah, ia sudah hidup di sisi Bapaknya, Yehuwa, ”sebelum dunia ada”. (Yohanes 17:5) Jadi, ia sudah hidup tatkala kehidupan di bumi dimulai. Bukti apa yang diberikan oleh saksi yang paling tepercaya ini?
Yesus berbicara tentang Adam dan Hawa sebagai orang-orang yang pernah ada. Ia menyinggung perkawinan mereka ketika menjelaskan standar Yehuwa tentang monogami. (Matius 19:3-6) Jika mereka tidak pernah ada dan taman tempat tinggal mereka mitos belaka, maka bisa jadi Yesus telah dikelabui atau ia pendusta. Kedua kesimpulan itu tidak masuk akal! Yesus kala itu di surga, mengamati tragedi yang berkembang di taman tersebut. Adakah bukti yang lebih meyakinkan daripada itu?
Faktanya, ketidakpercayaan akan catatan Kejadian merongrong iman kepada Yesus. Ketidakpercayaan tersebut juga membuat orang mustahil memahami beberapa tema utama dan janji yang paling menenteramkan dalam Alkitab. Mari kita lihat mengapa demikian.
[Catatan Kaki]
a Dalam Alkitab, Yehuwa adalah nama pribadi Allah.
b Pandangan itu tidak berdasarkan Alkitab. Alkitab mengajarkan bahwa semua pekerjaan Allah sempurna; penyimpangan berasal dari sumber lain. (Ulangan 32:4, 5) Ketika Yehuwa menyelesaikan penciptaan di bumi, Ia menyatakan bahwa semua yang telah Ia buat ”sangat baik”.—Kejadian 1:31.
c Banjir Besar yang Allah datangkan itu pasti menyapu bersih semua bekas Taman Eden. Yehezkiel 31:18 menyiratkan bahwa ”pohon-pohon di Eden” sudah lama lenyap pada abad ketujuh SM. Jadi, siapa pun yang mau mencari Taman Eden pada masa-masa belakangan tidak akan berhasil.
d Lihat brosur Asal Mula Kehidupan—Lima Pertanyaan yang Patut Direnungkan, yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
e Menarik, ilmu kedokteran modern mendapati bahwa tulang rusuk memiliki kemampuan unik untuk pulih. Tidak seperti tulang lain, rusuk bisa tumbuh kembali jika selaput jaringan ikatnya masih utuh.
-
-
Mengapa Eden Penting bagi AndaMenara Pengawal—2011 | 1 Januari
-
-
Mengapa Eden Penting bagi Anda
SALAH satu keberatan paling mengejutkan yang diajukan beberapa cendekiawan atas kisah tentang Eden adalah bahwa itu tidak didukung oleh bagian lainnya dari Alkitab. Misalnya, Profesor Kajian Agama Paul Morris menulis, ”Kisah Eden tidak pernah disebut-sebut lagi secara langsung dalam Alkitab.” Berbagai ”pakar” boleh jadi mengamini penilaiannya ini, tetapi itu jelas bertentangan dengan fakta-faktanya.
Alkitab justru sering menyebutkan Taman Eden, Adam, Hawa, dan ular itu.a Tetapi, kekeliruan beberapa cendekiawan itu tidak seberapa dibanding kekeliruan yang jauh lebih besar dan lebih menyeluruh. Dengan mendiskreditkan catatan Kejadian tentang Taman Eden, para pemimpin agama dan kritikus Alkitab sebenarnya melancarkan serangan total atas Alkitab. Mengapa begitu?
Memahami apa yang terjadi di Eden mutlak perlu untuk memahami bagian lainnya dari Alkitab. Misalnya, Firman Allah dirancang untuk membantu kita menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan paling dalam dan krusial yang dihadapi manusia. Berulang kali, jawaban Alkitab berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di Taman Eden. Perhatikan beberapa contoh.
● Mengapa kita menjadi tua dan mati? Adam dan Hawa akan hidup kekal jika tetap tunduk kepada Yehuwa. Mereka akan mati hanya jika mereka memberontak. Pada hari mereka memberontak, mereka mulai mati. (Kejadian 2:16, 17; 3:19) Mereka kehilangan kesempurnaan dan hanya dapat meneruskan dosa serta ketidaksempurnaan kepada keturunan mereka. Maka, Alkitab menjelaskan, ”Dosa masuk ke dalam dunia melalui satu orang dan kematian, melalui dosa, demikianlah kematian menyebar kepada semua orang karena mereka semua telah berbuat dosa.”—Roma 5:12.
● Mengapa Allah membiarkan kefasikan? Di Taman Eden, Setan menyebut Allah pendusta yang menahan kebaikan dari ciptaan-Nya. (Kejadian 3:3-5) Ia dengan demikian mempertanyakan cara Yehuwa memerintah. Adam dan Hawa memilih ikut Setan; jadi mereka pun menolak kedaulatan Yehuwa dan pada dasarnya menegaskan bahwa manusia bisa memutuskan sendiri apa yang baik dan apa yang buruk. Yehuwa, yang maha-adil dan maha berhikmat, tahu bahwa hanya ada satu cara untuk menjawab tantangan ini dengan sepatutnya—membiarkan waktu berlalu, memberi manusia kesempatan untuk memerintah diri sendiri sebagaimana pilihan mereka. Kefasikan yang diakibatkannya, sebagian karena terus adanya pengaruh Setan, lambat laun menyingkapkan kebenaran penting: Manusia tidak sanggup memerintah diri sendiri tanpa Allah.—Yeremia 10:23.
● Apa maksud-tujuan Allah bagi bumi? Di Taman Eden, Yehuwa menetapkan standar keindahan untuk bumi. Ia menugasi Adam dan Hawa untuk memenuhi bumi dengan keturunan mereka dan ’menaklukkannya’, agar seluruh planet menjadi indah dan serasi seperti taman itu. (Kejadian 1:28) Jadi, maksud-tujuan Allah ialah agar bumi menjadi firdaus yang dihuni keluarga keturunan Adam dan Hawa yang sempurna dan rukun. Banyak ayat Alkitab berbicara tentang sarana Allah untuk memenuhi maksud-tujuan yang semula itu.
● Mengapa Yesus Kristus datang ke bumi? Pemberontakan di Taman Eden mendatangkan hukuman mati atas Adam dan Hawa serta semua keturunan mereka, tetapi Allah dengan pengasih menyediakan harapan. Ia mengutus Putra-Nya ke bumi untuk menyediakan apa yang Alkitab sebut tebusan. (Matius 20:28) Apa artinya? Nah, Yesus adalah ”Adam yang terakhir”; ia berhasil sedangkan Adam gagal. Yesus menjaga kehidupan manusianya tetap sempurna dengan terus taat kepada Yehuwa. Lalu, ia rela memberikan kehidupannya sebagai korban, atau tebusan, menyediakan sarana bagi semua manusia yang setia untuk menerima pengampunan dosa dan akhirnya mendapatkan jenis kehidupan yang dinikmati Adam dan Hawa di Eden sebelum berdosa. (1 Korintus 15:22, 45; Yohanes 3:16) Dengan demikian, Yesus menjamin bahwa maksud-tujuan Yehuwa untuk mengubah bumi ini menjadi firdaus seperti Eden akan terwujud.b
Maksud-tujuan Allah tidak samar-samar, juga bukan konsep teologi yang abstrak. Itu nyata. Sama seperti Taman Eden adalah tempat yang benar-benar ada di bumi dengan binatang sungguhan dan orang-orang sungguhan, begitu pula janji Allah akan masa depan adalah hal yang pasti, kenyataan yang akan segera terwujud. Akankah itu menjadi masa depan dan kenyataan bagi Anda? Hal itu banyak bergantung pada Anda. Allah menginginkan masa depan itu untuk sebanyak mungkin orang, bahkan bagi mereka yang hidupnya tidak benar.—1 Timotius 2:3, 4.
Ketika sedang sekarat, Yesus berbicara kepada seorang pria yang kehidupannya menyimpang. Ia seorang penjahat; ia tahu ia pantas dihukum mati. Tetapi, ia berpaling kepada Yesus untuk mendapatkan penghiburan dan harapan. Tanggapan Yesus? ”Engkau akan bersamaku di Firdaus.” (Lukas 23:43) Jika Yesus ingin melihat bekas penjahat itu di sana—dibangkitkan dan diberkati kesempatan untuk hidup abadi di firdaus seperti Eden—tidakkah ia menginginkan berkat yang sama bagi Anda? Ya! Bapaknya juga! Jika Anda menginginkan masa depan itu, berupayalah sebisa-bisanya untuk belajar tentang Allah yang membuat Taman Eden.
[Catatan Kaki]
a Sebagai contoh, lihat Kejadian 13:10; Ulangan 32:8; 2 Samuel 7:14; 1 Tawarikh 1:1; Yesaya 51:3; Yehezkiel 28:13; 31:8, 9; Lukas 3:38; Roma 5:12-14; 1 Korintus 15:22, 45; 2 Korintus 11:3; 1 Timotius 2:13, 14; Yudas 14; dan Penyingkapan 12:9.
b Untuk mengetahui lebih banyak tentang korban tebusan Kristus, lihat pasal 5 buku Apa yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan? yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
[Kotak/Gambar di hlm. 10]
NUBUAT YANG MENGIKAT SELURUH ALKITAB
”Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau [ular] dan wanita itu dan antara benihmu dan benihnya. Ia akan meremukkan kepalamu dan engkau akan meremukkan tumitnya.”—Kejadian 3:15.
Itulah nubuat pertama Alkitab, yang Allah ucapkan di Eden. Siapakah keempat tokoh itu: wanita, keturunannya, ular, dan keturunannya? Bagaimana ”permusuhan” yang diramalkan itu berlangsung?
ULAR
Setan si Iblis.—Penyingkapan 12:9.
WANITA
Organisasi Yehuwa yang terdiri dari makhluk-makhluk surgawi. (Galatia 4:26, 27) Yesaya berbicara tentang ”wanita”, dan menubuatkan bahwa dia kelak melahirkan suatu bangsa rohani.—Yesaya 54:1; 66:8.
BENIH ULAR
Orang-orang yang memilih melakukan kehendak Setan.—Yohanes 8:44.
BENIH WANITA
Terutama Yesus Kristus, yang muncul dari bagian organisasi Yehuwa yang ada di surga. Yang termasuk juga dalam ”benih” ini adalah saudara-saudara rohani Kristus, yang memerintah di surga bersamanya. Orang-orang Kristen terurap itu membentuk bangsa rohani, ”Israel milik Allah”.—Galatia 3:16, 29; 6:16; Kejadian 22:18.
PEREMUKAN TUMIT
Pukulan menyakitkan bagi Sang Mesias tetapi efeknya hanya sementara. Setan berhasil menyebabkan kematian Yesus di bumi. Yesus dibangkitkan.
PEREMUKAN KEPALA
Pukulan memautkan bagi Setan. Yesus akan meniadakan Setan selama-lamanya. Bahkan sebelum itu, Yesus akan memperbaiki dampak kejahatan yang Setan awali di Eden.—1 Yohanes 3:8; Penyingkapan 20:10.
Untuk tinjauan ringkas tentang tema sentral Alkitab, lihat brosur Alkitab—Apa Isinya? yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
[Gambar di hlm. 11]
Adam dan Hawa menanggung dampak buruk dosa
-