-
JermanBuku Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa 1999
-
-
Reorganisasi untuk Menguatkan Persaudaraan
Semasa pemerintah Komunis berupaya memutuskan hubungan Saksi-Saksi di bagian dunia tersebut dari saudara-saudara Kristen mereka di negeri lain, terjadi perubahan penting di seluas dunia dalam pengorganisasian Saksi-Saksi Yehuwa sendiri. Perubahan-perubahan ini, yang dibuat agar sidang-sidang dapat lebih selaras dengan gambaran Alkitab mengenai sidang Kristen abad pertama, berfungsi untuk menguatkan persaudaraan internasional dan mempersiapkan organisasi untuk pertumbuhan pesat pada tahun-tahun mendatang.—Bandingkan Kisah 20:17, 28.
Jadi, mulai bulan Oktober 1972, sidang tidak lagi diawasi oleh satu pribadi, yang disebut hamba sidang, yang mengurus pekerjaan yang perlu dengan dibantu para asisten. Sebaliknya, suatu badan penatua dilantik untuk mengawasi setiap sidang. Pada tahun 1975, hasil-hasil bagus dari perubahan ini telah terlihat jelas.
Akan tetapi, seorang pengawas keliling kawakan, Erwin Herzig, mengingat bahwa perubahan tersebut tidak disambut semua orang. Hal itu ternyata menyingkapkan ”keadaan hati dari beberapa hamba sidang”, katanya. Meskipun mayoritas memiliki hati yang loyal, perubahan itu menyaring beberapa yang ambisius dan yang lebih berhasrat untuk ”menjadi nomor satu” sebaliknya daripada melayani saudara-saudara mereka.
Lebih banyak perubahan yang akan dilakukan. Pada tahun 1970-an, Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa diperbesar dan kemudian direorganisasi, pekerjaannya dibagi di antara enam panitia yang mulai berfungsi pada tanggal 1 Januari 1976. Sebulan kemudian, mulai tanggal 1 Februari 1976, pengawasan kantor cabang di seluas dunia mengalami penyesuaian. Kantor cabang tidak lagi beroperasi di bawah yurisdiksi seorang hamba cabang. Sebaliknya, setiap kantor cabang diawasi oleh suatu Panitia Cabang yang dilantik oleh Badan Pimpinan.
Saudara Frost, Franke, dan Kelsey masing-masing pernah melayani sebagai hamba cabang di Jerman selama periode yang berbeda-beda. Saudara Frost merasa harus meninggalkan Betel untuk alasan kesehatan. (Ia meninggal pada tahun 1987 pada usia 86 tahun. Kisah hidupnya dimuat dalam The Watchtower terbitan 15 April 1961.) Sewaktu suatu Panitia Cabang beranggotakan lima orang dibentuk di Jerman pada tahun 1976, ini termasuk Konrad Franke (yang berulang-kali dipenjarakan pada era Nazi) dan Richard Kelsey (lulusan Gilead yang hingga saat itu telah melayani di Jerman selama 25 tahun). Termasuk juga Willi Pohl (yang selamat dari kamp konsentrasi Nazi dan telah mengikuti kelas ke-15 Gilead), Günter Künz (lulusan kelas ke-37 Gilead), dan Werner Rudtke (mantan pengawas keliling).
Anggota-anggota semula ini, kecuali Saudara Franke yang meninggal pada tahun 1983, kini masih melayani dalam Panitia Cabang. (Kisah hidup Konrad Franke dimuat dalam The Watchtower terbitan 15 Maret 1963.) Dua saudara lain yang melayani untuk suatu waktu sebelum mereka meninggal: Egon Peter, dari tahun 1978 hingga tahun 1989, dan Wolfgang Krolop, dari tahun 1989 hingga tahun 1992.
Sekarang ini, Panitia Cabang tersebut beranggotakan delapan orang. Selain yang telah disebutkan, terdapat Edmund Anstadt (sejak tahun 1978), Peter Mitrega (sejak tahun 1989), juga Eberhard Fabian dan Ramon Templeton (sejak tahun 1992).
Sewaktu penyesuaian untuk penyelenggaraan pengawasan kantor cabang diresmikan pada tahun 1976, hanya ada 187 anggota keluarga Betel di Wiesbaden, Jerman Barat. Sejak waktu itu, anggota Betel telah bertambah hingga 1.134 orang, termasuk orang-orang dari 30 bangsa. Hingga suatu taraf, ini mencerminkan aspek internasional dari pekerjaan yang merupakan hak istimewa bagi kantor cabang tersebut.
Fasilitas Percetakan untuk Memenuhi Kebutuhan yang Meluas
Pada pertengahan tahun 1970-an, fasilitas kantor cabang di Jerman berada di bagian dari Wiesbaden yang dikenal sebagai Kohlheck, dulunya adalah daerah pinggiran yang tenang di pinggir hutan, tetapi kini merupakan bagian kota yang berkembang dengan pesat. Lembaga telah menambah propertinya di daerah ini sebanyak 13 kali. Tetapi, jumlah pemberita Kerajaan di Jerman Barat telah bertumbuh hingga sekitar 100.000. Sebuah kantor yang besar dibutuhkan untuk mengawasi ladang tersebut. Percetakan yang lebih luas diperlukan agar dapat menyediakan lektur Alkitab. Semakin sulit memperoleh properti tambahan untuk ekspansi. Bagaimana jalan keluar untuk problem tersebut? Panitia Cabang berdoa memohon pengarahan Yehuwa.
Pada akhir tahun 1977, para anggota Panitia Cabang yang baru dilantik mulai mempertimbangkan kemungkinan membangun sebuah rumah Betel di lokasi lain. Tetapi, apakah hal ini benar-benar perlu? Pada umumnya, ada perasaan bahwa akhir sistem tua pastilah sudah sangat dekat. Akan tetapi, faktor lain juga harus dipertimbangkan. Metode pencetakan sedang berubah, dan Lembaga terdesak untuk menerapkan metode ini jika masih ingin melanjutkan pencetakan dalam skala besar selama waktu yang masih sisa dari sistem tua ini. Menarik, pengalaman yang diperoleh dalam menghadapi situasi di Jerman Timur selama pelarangan atas Saksi-Saksi Yehuwa lebih memudahkan saudara-saudara di Wiesbaden untuk mengadakan penyesuaian, sewaktu ini kemudian dibutuhkan. Bagaimana demikian?
Keputusan untuk Melakukan Pencetakan Ofset
Setelah Tembok Berlin didirikan pada tahun 1961, penyediaan lektur bagi Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman Timur semakin sulit. Untuk mempermudah pekerjaan ini, edisi khusus Menara Pengawal dalam format mini dipersiapkan bagi mereka. Edisi ini hanya memuat artikel-artikel pelajaran. Untuk menghasilkannya, penyusunan huruf artikel harus dikerjakan sekali lagi. Mencetak di atas kertas yang ekstra tipis benar-benar sulit, dan melipat lembaran-lembaran tercetak pun merupakan tantangan. Sewaktu saudara-saudara memperoleh sebuah mesin pelipat otomatis yang sanggup melakukan pekerjaan tersebut, ternyata mesin itu dirakit di Leipzig, Jerman Timur—sungguh ironis mengingat di sanalah Saksi-Saksi Yehuwa dilarang dan untuk negara itulah edisi Menara Pengawal yang tidak terlalu mencolok ini dirancang.
Untuk menyederhanakan pekerjaan, seorang saudara yang pernah mempelajari pencetakan ofset sebelum datang ke Betel menyarankan untuk mereproduksi majalah dengan cara itu. Artikel pelajaran dapat dipotret, diperkecil ukurannya, dan kemudian dibuatkan pelat ofsetnya. Sebuah mesin cetak ofset sheetfed yang kecil diberikan kepada kantor cabang sebagai hadiah. Belakangan, kami bukan hanya dapat mencetak artikel pelajaran, melainkan juga seluruh majalah, mula-mula dalam hitam putih dan akhirnya dalam tata warna penuh. Dengan cara yang sama, buku-buku berukuran kecil pun dihasilkan.
Sewaktu Nathan Knorr, presiden Lembaga Menara Pengawal pada waktu itu, mengunjungi Wiesbaden pada tahun 1975, ia mengamati kegiatan tersebut dengan penuh minat. ”Cukup bagus,” katanya setelah memeriksa bahan tercetak. Sewaktu dijelaskan bahwa ini adalah edisi khusus untuk Jerman Timur dan bahwa kami merasa senang menggunakan metode pencetakan yang baru ini, Saudara Knorr menjawab, ”Saudara-saudara yang menjalani kesukaran yang sedemikian berat layak mendapatkan pelayanan yang terbaik dari kita.” Ia langsung memberikan izin untuk membeli mesin tambahan guna melakukan pekerjaan tersebut.
Jadi, sewaktu Grant Suiter, seorang anggota Badan Pimpinan, mengunjungi Jerman pada tahun 1977 dan menyebutkan bahwa Lembaga telah lama mempertimbangkan dengan serius untuk beralih ke pencetakan ofset dan kini memutuskan untuk melakukannya dalam skala besar, saudara-saudara di Wiesbaden telah berpengalaman untuk itu. Secara tidak langsung, pelarangan di Jerman Timur telah mempersiapkan mereka untuk menyambut penyesuaian ini.
Akan tetapi, rencana pengubahan metode pencetakan itu melibatkan lebih banyak hal lain. Saudara Suiter menjelaskan bahwa akan dibutuhkan mesin-mesin cetak yang lebih besar dan lebih berat. Tetapi, di mana mesin-mesin ini akan diletakkan? Merealisasikan pencetakan dengan mesin cetak web ofset dalam tata warna penuh ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Beberapa kemungkinan untuk perluasan lebih lanjut di Kohlheck pun diselidiki, tetapi semuanya ternyata bermasalah. Apa yang harus dilakukan?
Kompleks Kantor Cabang yang Baru
Pencarian properti di lokasi lain pun dimulai. Pada tanggal 30 Juli 1978, sekitar 50.000 Saksi yang berkumpul pada sebuah kebaktian di Düsseldorf dan sebanyak hampir 60.000 orang yang berkumpul di Munich mendapat kejutan sewaktu diberi tahu mengenai rencana membeli properti yang dapat digunakan untuk membangun sebuah kompleks kantor cabang yang benar-benar baru.
Selama hampir setahun, 123 lokasi diselidiki. Akhirnya, pilihan jatuh pada properti yang terletak di sebuah bukit yang menjulang di atas desa Selters. Atas persetujuan Badan Pimpinan, pembelian dilakukan pada tanggal 9 Maret 1979. Negosiasi lebih lanjut dengan 18 pemilik properti memungkinkan diperolehnya 65 bidang tanah yang berdekatan, sehingga tersedia 30 hektar lahan untuk pembangunan. Terletak sekitar 40 kilometer di sebelah utara Wiesbaden, Selters memiliki lalu lintas yang mudah bagi truk. Bandara Internasional Rhein-Main di Frankfurt terletak kurang dari 65 kilometer jauhnya.
Proyek konstruksi terbesar dalam sejarah Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman akan segera dimulai. Apakah kami benar-benar sanggup melakukannya? Rolf Neufert, seorang anggota Panitia Pembangunan, mengenang, ”Tidak seorang pun, kecuali saudara yang menjadi arsitek kami, yang pernah bekerja pada proyek sebesar ini. Tak terbayangkan betapa sulitnya tugas tersebut. Biasanya, proyek sedemikian besar dan rumit hanya dapat ditangani oleh perusahaan yang telah berpengalaman selama bertahun-tahun dan didukung oleh semua pakar yang dibutuhkan.” Akan tetapi, saudara-saudara bernalar bahwa jika Yehuwa memang ingin mereka membangun fasilitas ini, Ia pasti akan memberkati hasilnya.
Empat puluh izin bangunan yang berbeda harus diperoleh, tetapi para pejabat setempat bekerja sama dengan baik dan ini sangat dihargai. Memang, ada beberapa tentangan pada tahap-tahap awal, tetapi ini terutama datang dari pemimpin agama, yang menyelenggarakan pertemuan-pertemuan guna menyulut tentangan, tetapi hasilnya nihil.
Saksi-Saksi di seluruh negeri merelakan diri untuk membantu pekerjaan tersebut. Semangat yang mereka perlihatkan sungguh luar biasa. Rata-rata, ada 400 pekerja tetap di lokasi konstruksi setiap harinya, bersama kira-kira 200 pekerja ”liburan” yang sewaktu-waktu membantu. Selama empat tahun pembangunan, tak kurang dari 15.000 Saksi menyumbangkan tenaga mereka.
Seorang saudara mengenang, ”Apa pun cuacanya, bagaimanapun sulitnya, panas atau sejuk atau bahkan dingin membeku sekalipun, pekerjaan berjalan terus. Adakalanya sewaktu yang lainnya telah selesai bekerja, kami baru saja mulai.”
Bantuan juga datang dari negeri lain. Mengadakan perjalanan sejauh ribuan kilometer untuk membantu pun tidak terlalu jauh bagi Jack dan Nora Smith, bersama putri mereka, Becky, yang berusia 15 tahun, dari Oregon, di Amerika Serikat. Mereka menghadiri kebaktian internasional di Munich sewaktu diumumkan bahwa Lembaga merencanakan untuk membangun fasilitas kantor cabang yang baru di Jerman. ”Sungguh suatu hak istimewa untuk bekerja pada konstruksi Betel baru!” kata mereka. Mereka memberitahukan bahwa mereka siap membantu. Jack mengenang, ”Sewaktu melakukan pekerjaan prakebaktian pada tahun 1979, kami menerima formulir permohonan dan surat undangan untuk datang sesegera mungkin. Kami begitu gembira sehingga sulit berkonsentrasi pada pekerjaan kami atau pun pada kebaktian.”
Untuk menampung para pekerja konstruksi, bangunan-bangunan yang telah ada di properti itu harus dimodifikasi. Pada musim dingin tahun 1979/80, rumah pertama telah rampung. Pada bulan September 1980, fondasi diletakkan untuk rumah Betel yang baru. Pekerjaan juga dimulai untuk bangunan percetakan, dan semuanya berlangsung pada waktunya. Mesin cetak web ofset sepanjang 27 meter yang dipesan pada bulan Januari 1978 akan dikirimkan pada awal tahun 1982. Pada waktu itu, percetakan, setidaknya sebagian, sudah harus rampung.
Kami dapat melakukan sendiri sebagian besar pekerjaan itu. Seorang saudara masih mengingat dengan perasaan takjub, ”Tidak seorang pun dari kami yang memiliki pengalaman kerja pada proyek yang sedemikian besarnya dengan kru kerja yang senantiasa berubah. Kami sering berpikir bahwa di bidang-bidang tertentu kami sudah menemui jalan buntu, karena untuk pekerjaan tertentu tidak tersedia spesialis yang dibutuhkan. Tetapi, sering kali pada saat-saat terakhir, tiba sepucuk surat lamaran dari saudara yang memenuhi syarat. Kapan saja saudara-saudara dibutuhkan, mereka pun muncul.” Kami bersyukur kepada Yehuwa atas pengarahan dan berkat-Nya.
Perpindahan ke Selters
Banyak pekerjaan yang tersangkut dalam memindahkan perabotan dan barang milik pribadi dari sekitar 200 anggota keluarga Betel, belum lagi mesin dan peralatan yang dibutuhkan untuk pekerjaan mereka. Pekerjaan ini terlalu besar untuk dilakukan sekaligus. Seraya pekerjaan konstruksi berlangsung, keluarga Betel pindah ke Selters secara bertahap, departemen demi departemen.
Dari antara yang lebih dahulu pindah adalah para personel percetakan, karena bagian inilah dari kompleks tersebut yang pertama-tama rampung. Sedikit demi sedikit, mesin-mesin di Wiesbaden dipreteli dan dipindahkan ke Selters. Sementara itu, pada tanggal 19 Februari 1982, pencetakan dalam tata warna penuh dengan mesin cetak ofset rotari yang baru di Selters dimulai. Ini benar-benar peristiwa yang pantas dirayakan! Pada bulan Mei, percetakan Wiesbaden telah sepi. Setelah 34 tahun, kegiatan pencetakan kami di Wiesbaden pun berakhir.
Tugas besar pertama untuk mesin cetak ofset yang baru ini adalah pencetakan buku Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi. Publikasi baru ini direncanakan akan diperkenalkan pada kebaktian distrik tahun 1982, dan Jerman diminta menghasilkannya dalam tujuh bahasa. Masalahnya adalah bahwa mesin penjilid bukunya masih berada di Wiesbaden. Bahkan, mesin itu baru dipindahkan ke Selters setahun kemudian. Jadi, setelah bundel-bundel kertas (signature) keluar dari mesin cetak di Selters, ini segera diangkut dengan truk Lembaga ke Wiesbaden untuk dijilid. Meskipun ini menuntut kerja ekstra, saudara-saudara berhasil menyelesaikan 485.365 eksemplar dari 1.348.582 dalam cetakan pertama, memungkinkan kumpulan besar orang pada kebaktian di beberapa negara bersukacita atas terbitan baru tersebut.
Dapat dimaklumi apabila perpindahan tersebut membawa perasaan campur aduk. Bagi beberapa anggota keluarga Betel, Wiesbaden telah menjadi rumah mereka selama hampir 35 tahun. Tetapi, tak lama kemudian kompleks Betel di Wiesbaden dibagi dan dijual kepada beberapa pihak. Hanya satu bagian kecil dari bekas ruang penjilidan buku yang dipertahankan dan dimodifikasi menjadi sebuah Balai Kerajaan. Sebagai cermin persatuan internasional yang khas di antara umat Yehuwa, balai ini sekarang menampung empat sidang—dua dalam bahasa Jerman, satu dalam bahasa Inggris, dan satu dalam bahasa Rusia.
Hari Penahbisan
Setelah sentuhan akhir diberikan pada kompleks Betel Selters, acara penahbisan pun diselenggarakan pada tanggal 21 April 1984. Semua yang ambil bagian dalam proyek itu merasakan betapa tangan Yehuwa menyertai mereka. Mereka mencari pengarahan dari-Nya dan bersyukur kepada-Nya seraya kendala-kendala yang tampaknya tak tertanggulangi dapat disingkirkan. Kini mereka menyaksikan bukti nyata dari berkat-Nya berupa fasilitas yang telah rampung ini, yang telah dan sedang digunakan untuk memajukan ibadat sejati. (Mzm. 127:1) Sesungguhnya, inilah waktu yang istimewa untuk bersukacita.
Pada awal minggu itu, kompleks tersebut dibuka untuk umum. Berbagai pejabat yang berurusan dengan Lembaga diundang untuk mengadakan tur ke kompleks itu. Para tetangga juga disambut. Seorang pengunjung memberi tahu bahwa kedatangannya adalah berkat pastornya. Ia menjelaskan bahwa beberapa tahun belakangan ini, sang pastor sangat sering menggerutu tentang Saksi-Saksi sehingga seluruh jemaat bosan mendengarnya. Pada hari Minggu sebelumnya, ia sekali lagi mencerca Saksi-Saksi, memperingatkan kawanannya untuk tidak menerima undangan Saksi-Saksi ke acara pembukaan. ”Saya tahu mengenai undangan Anda,” jelas pengunjung tersebut, ”tetapi saya lupa tanggalnya. Kalau pastor tidak menyebutnya pada hari Minggu yang lalu, saya pasti telah melewatkannya.”
Seusai tur-tur pendahuluan, hari untuk acara penahbisan akhirnya tiba. Sewaktu acara tersebut dimulai dengan musik pada pukul 9.20, alangkah bersukacitanya ketika tahu bahwa dari ke-14 anggota Badan Pimpinan pada waktu itu, 13 orang sanggup memenuhi undangan untuk hadir! Karena tidak mungkin bagi semua orang yang telah mendukung keberhasilan proyek tersebut untuk hadir secara pribadi, dibuatlah pengaturan guna menghubungkan 11 lokasi lain di seluruh negeri tersebut melalui telepon. Dengan demikian, acara yang bagus itu dapat dinikmati oleh 97.562 hadirin.
Acara yang tak terlupakan di Selters itu dihadiri pula oleh orang-orang yang telah membuktikan imannya sewaktu ditahan dalam kamp-kamp konsentrasi Nazi pada Perang Dunia II, serta beberapa yang belum lama dibebaskan dari pemenjaraan di Jerman Timur. Termasuk di antaranya Ernst dan Hildegard Seliger. Saudara Seliger telah memulai kariernya dalam dinas sepenuh waktu persis 60 tahun sebelumnya, dan bersama istrinya, mereka telah menghabiskan lebih dari 40 tahun dalam penjara dan kamp konsentrasi di bawah rezim Nazi dan Komunis. Setelah menghadiri acara penahbisan, mereka menulis, ”Dapatkah Saudara bayangkan bagaimana perasaan kami sewaktu diizinkan menghadiri perjamuan rohani yang menakjubkan ini dalam firdaus rohani kita? Dari awal hingga akhir, mendengarkan acara yang luar biasa ini bagaikan mendengar simfoni ilahi berupa persatuan dan keharmonisan teokratis.” (Untuk perincian mengenai ujian iman yang mereka alami, silakan lihat The Watchtower terbitan 15 Juli 1975.)
’Rumah-Rumah bagi Nama Yehuwa’
Orang-orang sering kali terpukau melihat Saksi-Saksi Yehuwa membangun Balai Kerajaan dalam waktu beberapa minggu—atau mungkin beberapa hari saja—membangun Balai Kebaktian besar dengan tenaga kerja sukarela, dan membiayai kompleks Betel senilai jutaan dolar dengan sumbangan sukarela. Para penduduk Jerman memiliki banyak kesempatan untuk melihat langsung semua kegiatan ini.
Balai Kebaktian yang pertama di Jerman Barat ditahbiskan di Berlin Barat pada awal tahun 1970-an. Proyek-proyek lain menyusul, sehingga pada tahun 1986 seluruh kebaktian wilayah di Jerman Barat diadakan di balai-balai milik Saksi.
Berkat Yehuwa tampak jelas seraya saudara-saudara bekerja pada proyek-proyek ini. Di Munich, berkat kerja sama para pejabat kota, properti untuk sebuah Balai Kebaktian diperoleh dengan harga yang sangat murah di seberang jalan raya dari Stadion Olimpiade raksasa, berbatasan dengan Taman Olimpiade yang lanskapnya indah.
Upaya yang sungguh-sungguh dikerahkan untuk menekan biaya peralatan dan konstruksi hingga seminim mungkin. Ketika sebuah pusat pembangkit tenaga listrik sedang dipindahkan ke lokasi yang baru dan mengobral kotak-kotak saklar listrik serta sebuah papan saklar telepon, saudara-saudara berhasil membelinya dengan harga di bawah 5 persen dari harga semula. Dan, benar-benar tepat pada waktunya ketika sebuah kompleks bangunan diruntuhkan, sehingga saudara-saudara dapat memperoleh wastafel, toilet, pintu, jendela, serta ratusan meter pipa untuk air, gas, dan ventilasi dengan harga yang sangat murah. Penghematan lebih lanjut dilakukan dengan membuat sendiri kursi dan meja. Sesuai dengan kebijakan lanskap kota, saudara-saudara harus menanam 27 pohon linden pada properti Balai Kebaktian. Sebuah tempat pembibitan yang pailit memiliki pohon tersebut dalam jumlah yang persis dan masing-masing dengan tinggi yang persis menurut peraturan, dan ini dibeli dengan harga sepersepuluh dari harga biasa. Setelah kota Munich selesai melapisi jalannya dengan batu-batu kerakal, berton-ton batu ini dapat diperoleh dengan harga yang sangat rendah, dan ini digunakan untuk melapisi jalan di sekeliling balai dan tempat parkirnya yang berdekatan.
Hal serupa juga terjadi pada proyek pembangunan Balai Kebaktian lain di Jerman, yang masing-masing dirancang secara unik dan memiliki keindahan tersendiri. Seperti ungkapan Raja Salomo sewaktu melukiskan bait di Yerusalem lebih dari 3.000 tahun yang lalu, semua Balai Kebaktian ini adalah ”rumah bagi nama Yehuwa”.—1 Raj. 5:5, NW.
Selain itu, pembangunan Balai Kerajaan berlangsung dengan cepat untuk memenuhi kebutuhan ke-2.083 sidang di Jerman. Kini, ada 17 Panitia Pembangunan Regional. Sebelum yang pertama dari Panitia ini dibentuk pada tahun 1984, Saksi-Saksi hanya memiliki 230 Balai Kerajaan di seluruh Jerman. Sejak saat itu, hingga bulan Agustus 1998, rata-rata 58 balai baru dibangun setiap tahun—lebih dari satu balai setiap minggu selama 12 tahun terakhir!
Dalam hal konstruksi pun Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman tidak dihalangi batas-batas nasional. Mereka adalah bagian dari suatu keluarga global. Sebanyak 40 orang dari Jerman telah melayani sebagai hamba internasional, bersedia ambil bagian dalam pekerjaan konstruksi di mana pun Lembaga mengutus mereka dan selama dibutuhkan. Terdapat juga 242 orang yang melayani untuk jangka waktu yang berbeda-beda pada proyek semacam itu di negeri-negeri lain.
Para Pengawas Keliling Menggembalakan Kawanan
Satu faktor penting yang menentukan kondisi rohani organisasi adalah pekerjaan para pengawas keliling. Pria-pria semacam itu sesungguhnya adalah gembala kawanan Allah. (1 Ptr. 5:1-3) Sebagaimana rasul Paulus lukiskan, mereka adalah ”pemberian berupa pria-pria”.—Ef. 4:8.
Seusai Perang Dunia II, para pengawas keliling mengunjungi sidang-sidang, membina mereka, dan bekerja bersama mereka dalam dinas pengabaran. Di antara para pengawas keliling ini terdapat Gerhard Oltmanns, Josef Scharner, dan Paul Wrobel, semuanya dibaptis pada tahun 1925. Juga Otto Wulle dan Max Sandner, yang telah dibaptis pada tahun 1930-an.
Seraya kebutuhan meningkat, saudara-saudara lain pun ditambahkan ke dalam barisan pengawas keliling. Sejak akhir perang dunia hingga sekarang, sebanyak 290 saudara telah ambil bagian dalam pekerjaan keliling di Jerman Barat dan lebih dari 40 saudara di Jerman Timur. Mereka benar-benar mengerahkan diri dalam memajukan kepentingan Kerajaan. Bagi beberapa, ini berarti mereka tidak dapat sering-sering melihat anak atau cucu mereka yang telah dewasa. Ada pula yang seraya mengurus tugas-tugasnya, juga menyempatkan diri menggunakan waktu bersama orang-tua yang lanjut usia atau yang sedang sakit.
Beberapa dari rohaniwan keliling tersebut telah melayani dalam pekerjaan yang berat namun memuaskan ini selama puluhan tahun. Misalnya, Horst dan Gertrud Kretschmer telah berada dalam pekerjaan keliling di seluruh Jerman sejak pertengahan tahun 1950-an. Saudara Kretschmer masih ingat ketika ia tinggal sebentar di Betel Wiesbaden pada tahun 1950, Erich Frost dengan pengasih meletakkan tangan di bahunya dan berkata, ”Horst, jangan pernah khawatir. Jika kamu tetap setia kepada Yehuwa, Ia akan memeliharamu. Saya telah mengalaminya; kamu pun akan mengalaminya. Yang penting harus tetap setia.”
Pada tahun 1998, terdapat 125 saudara di Jerman yang melayani sebagai pengawas wilayah atau distrik. Mereka adalah pria-pria matang, yang rata-rata telah 30 tahun dalam dinas sepenuh waktu kepada Yehuwa. Istri-istri mereka juga bergairah dalam dinas dan merupakan anjuran istimewa bagi para saudari di sidang-sidang yang mereka kunjungi.
Pengawas Keliling Pindah ke Brooklyn
Martin dan Gertrud Poetzinger dikenal baik di antara umat Yehuwa di Jerman. Keduanya telah melayani Yehuwa dengan setia sebelum, selama, dan setelah Rezim Nazi. Setelah dibebaskan dari pemenjaraan Nazi, mereka langsung melanjutkan kembali kegiatan sepenuh waktu. Selama 30 tahun lebih, mereka telah berada dalam pekerjaan keliling, melayani wilayah di seluruh Jerman. Mereka dikasihi dan direspek oleh ribuan Saksi.
Pada tahun 1959, Saudara Poetzinger menghadiri kelas ke-32 Gilead. Gertrud, yang tidak bisa berbahasa Inggris, tidak menemaninya, tetapi turut bersukacita dalam hak istimewanya. Terpisah dari suaminya bukan hal baru baginya. Penganiayaan oleh Nazi secara paksa memisahkan mereka selama sembilan tahun dan ini terjadi hanya beberapa bulan setelah perkawinan mereka. Kini, sewaktu organisasi Yehuwa meminta mereka untuk berpisah secara sukarela demi kegiatan teokratis, mereka tidak ragu-ragu, apalagi mengeluh.
Pelayanan mereka kepada Yehuwa tidak pernah demi keuntungan pribadi. Mereka selalu rela menerima tugas teokratis. Meskipun demikian, sungguh mengejutkan sewaktu, pada tahun 1977, mereka diundang untuk menjadi anggota keluarga Betel di kantor pusat sedunia di Brooklyn, New York, AS. Saudara Poetzinger akan menjadi seorang anggota Badan Pimpinan!
Mereka diinstruksikan untuk tinggal di Betel di Wiesbaden hingga mereka dapat memperoleh dokumen-dokumen sebagai penduduk AS. Penantian mereka ternyata lebih lama daripada yang diperkirakan, tertunda hingga beberapa bulan. Seraya Martin memperbaiki bahasa Inggrisnya, istrinya yang energik, Gertrud, juga mempelajarinya. Mempelajari bahasa baru bukan tugas mudah bagi seorang wanita pada usia pertengahan 60-an tahun. Tetapi, apa pun akan mereka lakukan demi dinas kepada Yehuwa!
Beberapa anggota keluarga Betel Wiesbaden yang berbahasa Inggris sangat bersukacita membantu Martin dan Gertrud mempelajari bahasa itu. Setiap kali Gertrud merasa kesal sewaktu belajar bahasa Inggris, suaminya dengan ramah mengingatkan, ”Santai, Gertrud, santai saja.” Tetapi, Gertrud tidak pernah berhasil ”santai”. Seluruh kehidupannya dalam dinas Yehuwa telah bercirikan tekad dan pengerahan diri yang sepenuh jiwa. Dengan semangat yang sama ini, ia mengerahkan diri untuk mempelajari bahasa itu, dan pada bulan November 1978, segera setelah visa izin masuk permanen diperoleh, ia menemani suaminya ke Brooklyn.
Meskipun terdapat perasaan campur aduk sewaktu mereka berangkat, saudara-saudara di Jerman bersukacita bersama mereka untuk hak istimewa dinas yang baru. Mereka juga sangat terharu, sewaktu, sekitar satu dasawarsa kemudian, mereka mendengar bahwa pada tanggal 16 Juni 1988, pada usia 83 tahun, Martin menyelesaikan haluan hidupnya di bumi.
Setelah kematian suaminya, Gertrud kembali ke Jerman, tempat ia melayani sebagai anggota keluarga Betel. Ia masih belum ”santai”. Dan, tampaknya, ia tidak akan pernah santai. Selain mengurus tugas Betelnya, Gertrud sering menggunakan hari liburnya untuk merintis ekstra. (Untuk informasi lebih lanjut tentang suami-istri Poetzinger, silakan lihat The Watchtower terbitan 1 Desember 1969; 1 Agustus 1984; dan 15 September 1988.)
Sekolah-Sekolah Khusus Turut Memenuhi Kebutuhan Internasional
Sejak tahun 1978, tak lama setelah suami-istri Poetzinger berangkat ke Brooklyn, Sekolah Dinas Perintis, sebuah kursus pelatihan praktis selama sepuluh hari, telah berfungsi untuk menguatkan para perintis di Jerman. Setiap tahun, sekolah tersebut diadakan di wilayah-wilayah di seluruh negeri. Semua perintis yang telah terdaftar sekurang-kurangnya satu tahun dan yang belum pernah menghadirinya diundang. Menjelang awal tahun 1998, sebanyak 16.812 perintis telah mengikuti sekolah tersebut. Selain dalam bahasa Jerman, diselenggarakan juga kelas-kelas dalam bahasa Inggris, Italia, Polski, Portugis, Prancis, Rusia, Serbia-Kroasia, Spanyol, Turki, dan Yunani.
Beberapa yang menghadiri Sekolah Dinas Perintis melakukannya meskipun di bawah keadaan yang sangat sukar. Kurang dari seminggu sebelum Christine Amos mengikuti sekolah tersebut, putranya tewas karena kecelakaan mobil dalam perjalanan pulang dari perhimpunan. Di bawah keadaan ini, apakah ia akan mendapat manfaat dari sekolah tersebut? Bagaimana keadaan suaminya jika ditinggal sendirian di rumah selama masa ini? Mereka memutuskan agar Christine pergi ke sekolah itu; merupakan suatu berkat untuk menyibukkan pikirannya dengan perkara-perkara rohani. Suaminya diundang untuk bekerja di Betel pada waktu itu. Tak lama setelah itu, keduanya diundang ke Selters untuk ikut dalam pekerjaan konstruksi. Sewaktu proyek itu rampung, mereka senang untuk ambil bagian dalam proyek-proyek konstruksi di Spanyol, Yunani, dan Zimbabwe. Dan, kini, mereka kembali merintis di Jerman.
Dari antara para peserta Sekolah Dinas Perintis, ada yang dapat menjadikan dinas perintis sebagai karier—yang bagi mereka, senantiasa menantang namun sangat memuaskan. Inge Korth, seorang perintis sejak tahun 1958, berkata, ”Dinas sepenuh waktu menawarkan kesempatan istimewa untuk memperlihatkan kasih dan rasa syukur saya yang dalam kepada Yehuwa dari hari ke hari.” Waldtraut Gann, yang mulai merintis pada tahun 1959, menambahkan, ”Dinas perintis merupakan perlindungan dalam sistem yang fasik ini. Merasakan uluran bantuan Yehuwa membawa kebahagiaan sejati dan kepuasan batiniah. Ini tidak terbandingkan dengan nilai materi.” Martina Schaks, yang merintis bersama suaminya, menambahkan, ”Dinas perintis merupakan ’sekolah kehidupan’, karena dinas ini membantu saya mengembangkan sifat-sifat tertentu, seperti pengendalian diri dan kesabaran. Sebagai perintis, saya merasa sangat dekat dengan Yehuwa dan organisasi-Nya.” Bagi yang lainnya, dinas perintis terbukti sebagai batu loncatan untuk dinas Betel, pekerjaan utusan injil, atau pekerjaan wilayah.
Guna membantu memenuhi kebutuhan mendesak akan lebih banyak utusan injil, Sekolah Perluasan Gilead dibentuk di Jerman pada tahun 1981, agar kursus yang bagus sekali ini tersedia bagi para perintis berbahasa Jerman. Karena kompleks Betel yang baru di Selters belum rampung, dua kelas pertama diadakan di Wiesbaden. Setelah perpindahan ke Selters, tiga kelas diselenggarakan di sana. Selain 100 siswa dari Jerman, siswa-siswa berbahasa Jerman dari Luksemburg, Swiss, dan Belanda, juga menghadiri lima kelas ini. Setelah lulus, siswa-siswa tersebut disebarkan ke sejumlah 24 negeri lain, termasuk tempat-tempat di Afrika, Amerika Latin, Eropa Timur, dan kepulauan Pasifik.
Pada pertengahan tahun 1970-an, sebanyak 183 pelayan sepenuh waktu dari Jerman telah menghadiri Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal. Pada akhir tahun 1996, sebagian adalah berkat Sekolah Perluasan Gilead, jumlah ini telah meningkat hingga 368. Betapa menyenangkan untuk tahu bahwa hingga bulan Januari 1997, kira-kira setengah dari siswa-siswa ini masih melayani sebagai utusan injil dalam tugas di negeri asing! Di antaranya adalah Paul Engler, yang telah berada di Thailand sejak tahun 1954, Günter Buschbeck, yang melayani di Spanyol dari tahun 1962 hingga ia ditugaskan ke Austria pada tahun 1980; Karl Sömisch, yang melayani di Indonesia dan Timur Tengah sebelum dipindahkan ke Kenya; Manfred Tonak, yang setelah melayani di Kenya, diminta memenuhi kebutuhan kantor cabang Etiopia; dan Margarita Königer, yang dinas utusan injilnya selama 32 tahun telah membawanya ke Madagaskar, Kenya, Benin, dan Burkina Faso.
Sekolah lain lagi, Sekolah Pelatihan Pelayanan, menyediakan instruksi bagi para penatua dan hamba pelayanan yang lajang, dan ini telah menjadi corak tetap di Jerman sejak tahun 1991. Saudara-saudara berbahasa Jerman dari Austria, Belanda, Belgia, Denmark, Hongaria, Luksemburg, Republik Ceko, dan Swiss telah bergabung dengan saudara-saudara dari Jerman untuk menikmati pelatihan yang sangat luar biasa yang ditawarkan oleh sekolah tersebut. Dan, setelah lulus, beberapa siswa mengemban tanggung jawab tambahan, diutus ke Afrika, Eropa Timur, dan tempat-tempat lain yang memiliki kebutuhan khusus.
Rumah Betel dan percetakan di Selters juga terbukti sebagai ”sekolah”, yang memperlengkapi saudara-saudara untuk memenuhi kebutuhan sewaktu pekerjaan pemberitaan mulai terbuka di Eropa Timur. Kehidupan Betel mengajar mereka untuk bekerja sama dengan segala macam orang dan untuk sadar bahwa Yehuwa dapat menggunakan segala macam orang, tidak soal adanya ketidaksempurnaan manusiawi, guna menyelesaikan pekerjaan-Nya. Saudara-saudara yang bekerja di Departemen Dinas sadar bahwa problem-problem dapat tuntas apabila prinsip-prinsip Alkitab diterapkan secara konsisten dan dengan mengikuti pengarahan dari Badan Pimpinan secara saksama. Mereka telah belajar dari saudara-saudara yang, meskipun di bawah tekanan hebat, senantiasa menunjukkan buah-buah roh, memperlihatkan sikap yang seimbang, dan menaruh kepercayaan mutlak kepada Yehuwa. Sungguh pelajaran yang berharga untuk dibagikan kepada saudara-saudara mereka di kantor cabang lain!
Mengatasi Kendala dengan Pendidikan dan Kasih
Selama dekade terakhir, sebuah program pendidikan seluas dunia telah diselenggarakan guna memperkuat kedudukan Saksi-Saksi Yehuwa dalam tekad mereka untuk menaati larangan berdasarkan Alkitab berkenaan dengan penggunaan darah. (Kis. 15:28, 29) Ini berkaitan dengan meruntuhkan tembok prasangka dan salah informasi. Sehubungan dengan program ini, Pelayanan Informasi Rumah Sakit diperkenalkan ke Jerman pada tahun 1990. Pada bulan November tahun itu, sebuah seminar di Jerman dihadiri oleh 427 saudara, banyak yang berasal dari Jerman, tetapi selebihnya dari sembilan negara lain. Ini memperkuat ikatan internasional. Para penatua sangat menghargai bantuan yang mereka terima. Seorang penatua dari Mannheim menulis, ”Kami diperlengkapi untuk memperjelas sudut pandangan kami secara tegas dan dengan respek yang sepatutnya namun tanpa dibelenggu rasa takut.” Seorang penatua yang datang dari Austria mengatakan, ”Saya belum pernah menghadiri seminar yang mengulas bidang informasi yang sedemikian luasnya dengan cara yang sedemikian sederhana dan mudah.”
Sejak itu, beberapa seminar lain telah diselenggarakan untuk menginstruksikan ke-55 Panitia Penghubung Rumah Sakit yang sementara itu telah dibentuk di Jerman guna melayani kebutuhan Saksi-Saksi sehubungan dengan perawatan medis nondarah. Pekerjaan yang dilakukan panitia ini telah membuahkan hasil-hasil yang baik. Pada bulan Agustus 1998, lebih dari 3.560 dokter di seluruh Jerman telah menyatakan kesediaan mereka untuk bekerja sama dalam merawat Saksi-Saksi tanpa menggunakan darah. Jumlah ini mencakup seperempat dari para dokter yang beberapa tahun lalu disebut oleh majalah Focus sebagai ”1.000 dokter terbaik di Jerman”.
Pada bulan Januari 1996, Panitia Penghubung Rumah Sakit mulai membagikan buku pegangan, Family Care and Medical Management for Jehovah’s Witnesses (Pemeliharaan Keluarga dan Penanganan Medis untuk Saksi-Saksi Yehuwa) yang dirancang secara khusus. (Buku pegangan yang indah ini, yang dirancang untuk digunakan secara eksklusif oleh para personel dan kalangan berwenang medis, memuat informasi tentang alternatif medis nondarah yang tersedia. Suatu upaya terpadu telah dibuat untuk memberikannya kepada hakim, pekerja sosial, ahli neonatal, dan ahli penyakit anak.) Kebanyakan hakim menyatakan penghargaan dan sering kali mengomentari mutu yang tinggi dari buku pegangan tersebut dan kepraktisannya. Banyak yang terkejut sewaktu mengetahui banyaknya perawatan alternatif nondarah yang tersedia bagi orang-orang yang tidak bersedia menerima transfusi darah. Seorang hakim di Nördlingen berkata, ”Inilah tepatnya yang saya butuhkan.” Seorang profesor di University of Saarland menggunakan bahan dalam buku pegangan tersebut sebagai dasar untuk diskusi dan ujian tertulis bagi sekelompok mahasiswa yang mengambil kursus lanjutan dalam bidang hukum sipil.
Karena Panitia Penghubung Rumah Sakit kini beroperasi di seluruh dunia, kerja sama internasional dalam situasi darurat pun dimungkinkan. Bila timbul situasi sewaktu pengobatan tertentu yang diresepkan seorang dokter tidak tersedia di negara tempat sang pasien berada, jaringan internasional kita memudahkan diperolehnya obat ini dan pengirimannya dari Jerman. Selain itu, dibuat penyelenggaraan untuk mempertemukan saudara-saudari dari puluhan negara dengan para dokter yang mau bekerja sama di Jerman, agar dapat memperoleh perawatan menurut kemampuan mereka.
Tentu saja, saudara-saudara yang tinggal di Jerman juga memperoleh manfaat dari kerja sama internasional ini. Pada tahun 1995, dalam perjalanan ke Norwegia, seorang saudari mengalami kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. Segera setelah diberi tahu, putranya di Jerman langsung meminta bantuan Pelayanan Informasi Rumah Sakit. Mereka memberi tahu kantor cabang Norwegia. Pada hari berikutnya, saudari tersebut dijenguk oleh seorang Saksi Norwegia yang, agar dapat memberikan bantuan lebih besar, telah menempuh perjalanan sejauh 130 kilometer guna menjemput seorang peminat yang berbicara bahasa Jerman. Belakangan, sang putra mengungkapkan penghargaannya, dengan menulis, ”Organisasi yang sungguh luar biasa! Kasih yang sungguh menakjubkan! . . . Tidak ada kata-kata yang dapat melukiskan perasaan saya. Ini benar-benar unik.”
Jadi melalui pendidikan dan kasih, kemajuan besar telah dibuat dalam mengatasi kendala yang sebelumnya tak tertanggulangi. Persis baru-baru ini, kendala lain juga telah disingkirkan.
Tiba-Tiba—Tembok Berlin Runtuh!
Peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba itu memukau dunia! Orang di seputar dunia menontonnya di televisi. Di Berlin, ribuan orang merayakannya dengan gegap gempita. Perintang antara Timur dan Barat telah disingkirkan. Peristiwanya pada tanggal 9 November 1989.
Lebih dari 25 tahun sebelumnya, pada dini hari tanggal 13 Agustus 1961, warga Berlin termangu sewaktu melihat para pejabat Berlin Timur membangun sebuah tembok yang memisahkan sektor yang dikendalikan Komunis tersebut dari bagian lain kota itu. Berlin secara fisik dibagi menjadi timur dan barat, dengan demikian mencerminkan situasi antara Jerman Timur dan Barat. Barangkali, yang lebih dramatis lagi, Tembok Berlin kemudian melambangkan pergumulan antara dua negara adidaya selama Perang Dingin.
Kemudian, pada tanggal 12 Juni 1987, hanya dua tahun sebelum peristiwa mencengangkan pada tahun 1989 tersebut, Presiden AS, Ronald Reagan, berbicara sambil menghadap Gerbang Brandenburg dan membelakangi Tembok Berlin, menuntut, ”Tuan Gorbachev, buka gerbang ini. Tuan Gorbachev, runtuhkan Tembok ini.” Tetapi, apakah ada petunjuk bahwa permohonannya akan dikabulkan? Apakah ini lebih daripada sekadar pertanyaan retorik Perang Dingin? Tampaknya tidak. Pada awal tahun 1989, Erich Honecker, kepala rezim Jerman Timur, seolah-olah sebagai jawaban, menyatakan bahwa Tembok itu ”akan terus ada hingga 50 dan bahkan 100 tahun”.
Namun, di luar dugaan, tiba-tiba Gerbang Brandenburg dibuka dan Tembok Berlin pun runtuh. Seorang anggota keluarga Betel Selters mengenang bahwa seusai menghadiri perhimpunan sidang pada hari Kamis malam, tanggal 9 November, ia kembali ke rumah dan menyalakan pesawat TV-nya untuk menonton berita tengah malam. Dengan rasa tidak percaya, ia mengikuti laporan bahwa perbatasan antara Berlin Timur dan Barat telah dibuka. Warga Berlin Timur dengan leluasa memasuki Berlin Barat untuk pertama kalinya dalam 27 tahun! Ia nyaris tidak mempercayai penglihatannya: mobil-mobil menyeberangi perbatasan sambil membunyikan klakson tanda puas seraya semakin banyak warga Berlin Barat—beberapa masih mengenakan baju tidur—pergi ke perbatasan dan berbaris di sepanjang jalan untuk menyambut para pengunjung yang tidak terduga ini. Banyak yang meneteskan air mata. Tembok itu telah runtuh—benar-benar dalam semalam!
Selama 24 jam berikutnya, orang-orang di seluruh dunia nyaris tidak beranjak dari pesawat televisi mereka. Inilah salah satu peristiwa bersejarah. Apa maknanya itu bagi Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman? Apa maknanya itu bagi Saksi-Saksi di seluruh dunia?
Sebuah Trabi Berkunjung
Pada hari Sabtu pagi berikutnya menjelang pukul delapan, sewaktu seorang saudara pekerja Betel berjalan menuju tempat kerjanya di Selters, ia bertemu seorang rekan anggota keluarga Betel, Karlheinz Hartkopf, yang kini melayani di Hongaria. Dengan girang, saudara itu berkata, ”Saya yakin tidak lama lagi saudara-saudara dari Jerman Timur akan tiba di sini di Selters!” Saudara Hartkopf menanggapi dengan gayanya yang selalu tenang dan terus terang, ”Mereka sudah di sini.” Sebenarnya, pada dini hari itu, dua saudara telah tiba dengan Trabi, mobil dua tak buatan Jerman Timur, dan parkir di luar gerbang Betel, menunggu mulainya jam kerja.
Berita itu tersebar dengan cepat ke seluruh Betel. Akan tetapi, sebelum semua orang berkesempatan untuk sekadar melihat dan menyalami para pengunjung yang tidak terduga ini, mereka telah kembali ke Jerman Timur, dengan semobil penuh lektur. Meskipun secara resmi lektur masih dilarang, demikian juga dengan pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa, kegirangan akan momen tersebut memberikan keberanian baru kepada saudara-saudara tersebut. ”Kami harus kembali untuk perhimpunan besok pagi,” jelas mereka. Bayangkan betapa bersukacitanya sidang tersebut sewaktu saudara-saudara ini muncul membawa berkardus-kardus lektur yang sudah sedemikian lama ini hanya tersedia dalam jumlah yang sangat terbatas!
Selama minggu-minggu berikutnya, ribuan orang Jerman Timur berbondong-bondong melewati perbatasan menuju Jerman Barat, bagi banyak di antara mereka, ini adalah yang pertama kali dalam hidup. Jelaslah, mereka menikmati kebebasan bergerak yang telah sedemikian lama terbelenggu. Di perbatasan, mereka disambut oleh lambaian tangan orang-orang Jerman Barat. Saksi-Saksi Yehuwa pun ada di sana, menyambut para pengunjung tersebut—namun, dengan sesuatu yang lebih penting daripada sekadar pertunjukan emosi secara lahiriah. Mereka membagikan lektur Alkitab secara cuma-cuma kepada para pengunjung dari Timur ini.
Di beberapa kota perbatasan, sidang-sidang mengerahkan upaya khusus untuk mencapai orang-orang Jerman Timur yang berkunjung ini. Karena lektur Saksi-Saksi Yehuwa telah dilarang selama puluhan tahun, banyak yang hanya sedikit atau sama sekali tidak mengetahuinya. Sebaliknya daripada melakukan kegiatan dari rumah ke rumah, dinas ”dari Trabi ke Trabi” menjadi populer. Orang-orang sangat antusias untuk menyelidiki segala sesuatu yang baru, termasuk agama. Dalam beberapa peristiwa, para penyiar cukup berkata, ”Anda mungkin belum pernah membaca kedua majalah ini, soalnya majalah-majalah ini telah dilarang di negeri Anda selama hampir 40 tahun.” Jawaban yang biasa terdengar adalah, ”Wah, kalau dilarang, pasti itu sesuatu yang bagus. Saya mau menerimanya.” Dua penyiar di kota perbatasan, Hof, masing-masing menempatkan hingga 1.000 majalah dalam satu bulan. Seperti yang diharapkan, sidang-sidang setempat dan tetangga segera kehabisan persediaan majalah mereka yang berlebih.
-
-
JermanBuku Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa 1999
-
-
[Gambar di hlm. 69]
Kebaktian Internasional ”Kerajaan yang Berkemenangan”, Nuremberg, 1955
[Gambar di hlm. 73]
Saksi-Saksi di Jerman telah membantu banyak imigran memperoleh manfaat dari kebenaran Alkitab
[Gambar di hlm. 88]
Kompleks Betel Wiesbaden pada tahun 1980
[Gambar di hlm. 90]
Panitia Cabang (kiri ke kanan). Barisan depan: Günter Künz, Edmund Anstadt, Ramon Templeton, Willi Pohl. Belakang: Eberhard Fabian, Richard Kelsey, Werner Rudtke, Peter Mitrega
[Gambar di hlm. 95]
Beberapa dari sepuluh Balai Kebaktian di Jerman
1. Glauchau
2. Reutlingen
3. Munich
4. Meckenheim
5. Berlin
[Gambar di hlm. 99]
Martin dan Gertrud Poetzinger
[Gambar di hlm. 100]
Fasilitas kantor cabang di Selters
[Gambar di hlm. 102]
Beberapa dari Jerman dalam dinas utusan injil di negeri asing: (1) Manfred Tonak, (2) Margarita Königer, (3) Paul Engler, (4) Karl Sömisch, (5) Günter Buschbeck
[Gambar di hlm. 110]
Sewaktu pelarangan dicabut, pengiriman lektur besar-besaran dilakukan ke Eropa Timur
[Gambar di hlm. 118]
Kebaktian Berlin, tahun 1990
[Gambar di hlm. 124]
Balai Kerajaan pertama yang dibangun di bekas Jerman Timur
[Gambar di hlm. 132, 133]
Acara penahbisan—di Selters (gambar di atas), kemudian di enam stadion di seluruh Jerman
[Gambar di hlm. 139]
Sarana untuk menangkis serbuan informasi yang keliru
[Gambar di hlm. 140, 141]
Meskipun ditahan di dalam kamp-kamp konsentrasi (tempat Saksi-Saksi Yehuwa diidentifikasi dengan segitiga ungu), orang-orang Kristen yang loyal ini (diperlihatkan di sini di Brandenburg pada tahun 1995) tetap teguh dalam iman
[Gambar di hlm. 147]
Halaman di sebelah, searah jarum jam: Heinrich Dickmann, Änne Dickmann, Gertrud Poetzinger, Maria Hombach, Josef Rehwald, Elfriede Löhr
-