PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Waspadalah terhadap Gosip yang Berbahaya!
    Menara Pengawal—1989 | 15 Oktober
    • Waspadalah terhadap Gosip yang Berbahaya!

      ”Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.”—AMSAL 10:19.

      1. Betapa merugikankah gosip yang jahat, atau fitnah itu?

      TIDAK ada sesuatu pun yang dapat mengubah racun yang mematikan menjadi minuman yang sehat. Gosip atau pergunjingan yang keji, atau fitnah, dengan tepat disamakan dengan racun yang juga dapat menodai nama baik orang yang benar. Penyair Roma Juvenal menyebut fitnah ”racun yang paling buruk.” Dan pengarang sandiwara Inggris William Shakespeare menaruh kata-kata berikut pada bibir salah seorang tokoh dalam sandiwaranya: ”Ia yang dengan sembunyi-sembunyi mencuri nama baikku, merampas dariku sesuatu yang tidak akan membuatnya lebih kaya, tetapi membuatku benar-benar miskin.”

      2. Pertanyaan-pertanyaan apa patut dipertimbangkan?

      2 Namun apa gerangan gosip itu? Bagaimana ini berbeda dari fitnah? Mengapa kita harus waspada menghindari gosip yang berbahaya? Dan bagaimana ini dapat dilakukan?

      Apa Perbedaannya

      3. Apa beda antara gosip dan fitnah?

      3 Gosip adalah ”percakapan kosong [atau obrolan], yang tidak selalu benar mengenai orang lain dan persoalan-persoalan mereka.” Ini adalah ”percakapan atau tulisan ringan yang sudah umum.” Karena kita semua berminat kepada orang-orang, kita kadang-kadang mengatakan hal-hal yang baik dan membina mengenai orang lain. Fitnah berbeda. Ini adalah ”laporan yang tidak benar yang dimaksudkan untuk merusak nama baik dan reputasi orang lain.” Percakapan semacam itu pada umumnya keji dan tidak bersifat Kristen.

      4. Menurut seorang penulis, bagaimana fitnah dimulai, dan dari mana timbulnya itu?

      4 Gosip yang ringan dan tidak berbahaya dapat berubah menjadi fitnah yang keji. Penulis Arthur Mee berkata: ”Yang lebih sering terjadi ialah bahwa fitnah yang merugikan seseorang, dan mungkin mengakibatkan kejatuhannya, dimulai dengan gosip, gosip yang mungkin dimulai dari sesuatu yang tidak lebih dari sekedar percakapan kosong. Ini adalah salah satu kejahatan terbesar di dunia, tetapi umumya, ini berasal dari kurangnya pengetahuan. Kita mendapati ini terutama di kalangan mereka yang kurang kesibukan, dan tidak mempunyai tujuan khusus dalam kehidupan.”

      5. Apa inti nasihat Paulus dalam 1 Timotius 5:11-15?

      5 Karena percakapan kosong dapat mengarah kepada fitnah, rasul Paulus dengan tegas menentang orang-orang yang suka bergunjing. Setelah menyebutkan janda-janda yang memenuhi syarat untuk membantu di sidang, ia menulis: ”Tolaklah pendaftaran janda-janda yang lebih muda. Karena apabila mereka sekali digairahkan oleh keberahian yang menceraikan mereka dari Kristus, . . . Lagipula dengan keluar masuk rumah orang, mereka membiasakan diri bermalas-malas dan bukan hanya bermalas-malas saja, tetapi juga meleter [bergunjing] dan mencampuri soal orang lain dan mengatakan hal-hal yang tidak pantas. Karena itu aku mau supaya janda-janda yang muda kawin lagi, beroleh anak, memimpin rumah tangganya dan jangan memberi alasan kepada lawan untuk memburuk-burukkan nama kita. Karena beberapa janda telah tersesat mengikuti Iblis.”—1 Timotius 5:11-15.

      6. Apa yang hendaknya dilakukan untuk mengatasi kelemahan pribadi dalam hal gosip yang dapat mengarah kepada fitnah?

      6 Karena Paulus menulis di bawah ilham ilahi, ia tidak membuat pernyataan yang tidak adil mengenai wanita-wanita tersebut. Apa yang ia katakan patut dipikirkan dengan sangat serius. Tidak ada wanita saleh manapun yang ingin ’tersesat dan mengikut Iblis.’ Namun, bagaimana jika seorang wanita Kristen merasa bahwa ia mempunyai kelemahan dalam hal percakapan yang dapat membuatnya bersalah telah memfitnah? Maka ia sepatutnya dengan rendah hati menaati nasihat Paulus: ”Isteri-isteri hendaklah . . . terhormat, jangan pemfitnah.” Ia juga berkata: ”Perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah.” (1 Timotius 3:11; Titus 2:3) Saudara-saudara pria hendaknya juga dengan sungguh-sungguh menerapkan nasihat yang bijaksana itu.

      7. Berdasarkan Alkitab, mengapa saudara mengatakan bahwa kita semua harus mengendalikan apa yang kita katakan?

      7 Memang, kadang-kadang kita semua membicarakan orang lain, pengalaman mereka dalam pelayanan, dan sebagainya. Tetapi, jangan kita sekali-kali ’duduk untuk berkata-kata jahat akan saudara kita.’ (Mazmur 50:19, 20, Klinkert) Sesungguhnya, adalah bijaksana untuk tidak berbicara terlalu banyak karena ”di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.” (Amsal 10:19) Maka kita perlu waspada terhadap gosip, sekalipun hal itu tampaknya tidak berbahaya. Kita tidak perlu terus berbicara mengenai orang-orang, karena kita mempunyai banyak pilihan topik yang baik jika kita memikirkan hal-hal yang adil, suci, manis, penuh kebajikan, dan patut dipuji.—Filipi 4:8.

      Bagaimana Gosip Menjadi Fitnah

      8. Mengapa tidak selalu salah untuk berbicara mengenai sesama Kristen?

      8 Tidak ada salahnya untuk berbicara mengenai dinas pengabaran dan kegiatan ilahi lain dari saudara-saudara seiman jika itu tepat dan benar dan apa yang kita katakan tidak menimbulkan kerugian. Sebenarnya, komentar-komentar yang positif semacam ini dapat menganjurkan saudara-saudara lain. (Bandingkan Kisah 15:30-33.) Beberapa orang Kristen berbicara mengenai Gayus, seorang pria lanjut usia yang setia, kepada siapa rasul Yohanes menulis: ”Saudaraku! Saudara begitu setia dalam pekerjaan yang Saudara lakukan bagi teman-teman sesama Kristen; bahkan orang Kristen yang belum Saudara kenal pun, Saudara layani. Mereka sudah memberitahukan kepada jemaat di tempat kami mengenai kasihmu.” (3 Yohanes 5, 6, BIS) Maka, berbicara mengenai sesama Kristen tidak selalu salah.

      9. (a) Bagaimana percakapan ringan dapat berubah menjadi fitnah terhadap orang yang benar? (b) Pertanyaan-pertanyaan apa sepatutnya kita ajukan kepada diri sendiri?

      9 Tetapi, percakapan ringan dapat berubah menjadi fitnah terhadap orang yang benar jika kita mencoba ingin tahu urusan pribadi mereka, meragukan motif mereka, atau membangkitkan kecurigaan terhadap tingkah laku mereka. Ada baiknya kita membiasakan diri untuk bertanya kepada diri sendiri, hal-hal seperti: Apakah tutur kata saya akan merusak reputasi orang lain? Apakah yang saya katakan itu benar? (Wahyu 21:8) Apakah saya akan mengatakan hal yang sama di depan orangnya sendiri? Apakah hal ini akan menaburkan perpecahan dalam sidang? Apakah pernyataan-pernyataan saya dapat membuat dia kehilangan hak-hak istimewa dalam dinas? Apakah mungkin ada perasaan iri dalam hati saya? (Galatia 5:25, 26; Titus 3:3) Apakah komentar-komentar saya akan berakibat baik atau buruk? (Matius 7:17-20) Apakah saya akan mengatakan hal-hal yang sama mengenai para rasul? (2 Korintus 10:10-12; 3 Yohanes 9, 10) Apakah percakapan semacam itu pantas bagi seseorang yang mempunyai respek yang dalam bagi Yehuwa?

      10, 11. Menurut Mazmur 15:1, 3, apa yang tidak akan kita lakukan jika kita ingin menjadi tamu Allah?

      10 Menyinggung mereka yang mempunyai respek yang dalam kepada Allah, Mazmur 15:1 bertanya: ”[Yehuwa], siapa yang boleh menumpang dalam kemahMu? Siapa yang boleh diam di gunungMu yang kudus?” Mengenai orang demikian, Daud sang pemazmur menjawab: ”[Dia] yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya.” (Mazmur 15:3) Di sini kata ”fitnah” berasal dari kata kerja Ibrani yang berarti ”berjalan kaki” atau ”berkeliling.” Orang Israel diperintahkan: ”Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu.” (Imamat 19:16) Seseorang yang ”pergi kian ke mari menyebarkan fitnah” bukan tamu dan sahabat Allah.

      11 Sahabat-sahabat Allah tidak berbuat jahat terhadap rekan-rekan mereka dan tidak mau menerima sebagai sesuatu yang benar, cerita-cerita apapun yang bersifat mencela rekan-rekan yang benar. Sebaliknya dari menyebarkan cerita-cerita yang salah mengenai saudara-saudara seiman dan menambahkan lagi kepada celaan yang jahat dari orang-orang fasik yang sudah harus mereka tanggung, kita sepatutnya mengatakan hal-hal yang baik tentang mereka. Kita tentu tidak ingin menambah beban saudara-saudari kita yang setia dengan mengatakan hal-hal yang mencela mereka.

      Bila Kesulitan Timbul

      12. Bagaimana Kisah 15:36-41 dapat membantu kita, jika kita merasa tergoda untuk menggosipkan orang yang berselisih paham dengan kita?

      12 Karena tidak sempurna, kita mungkin merasa tergoda untuk menjelekkan orang yang pernah berselisih paham secara serius dengan kita. Tetapi pikirkan apa yang terjadi ketika rasul Paulus akan berangkat untuk melaksanakan perjalanan utusan injilnya yang kedua. Walaupun Barnabas berkeras akan mengajak Markus beserta mereka, Paulus tidak setuju, karena Markus ”telah meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan mereka.” Hal itu menimbulkan ”perselisihan yang tajam,” dan mereka berpisah. Barnabas membawa Markus besertanya ke Siprus, sedangkan Paulus mengajak Silas pergi bersamanya melalui Siria dan Kilikia. (Kisah 15:36-41) Belakangan, pertengkaran antara Paulus, Barnabas, dan Markus jelas telah dilupakan, karena Markus berada bersama sang rasul di Roma, dan Paulus mengatakan hal-hal yang baik tentang dia. (Kolose 4:10) Meskipun pernah ada perselisihan, tidak ada bukti bahwa orang-orang Kristen itu pergi ke sana ke mari bergosip mengenai satu sama lain di antara saudara-saudara seiman.

      13. Di bawah keadaan apa, yang menyangkut Petrus, Paulus menolak godaan yang kemungkinan akan timbul untuk menggosipkan sesama Kristennya?

      13 Paulus juga menolak godaan yang bisa saja timbul untuk menceritakan gosip yang merugikan ketika ia menegur Kefas (Petrus). Ketika beberapa orang Kristen Yahudi dari Yerusalem datang, Petrus merasa malu untuk makan bersama dan bergaul dengan orang-orang Kafir yang percaya. Sebaliknya dari membicarakan Petrus di balik punggungnya, Paulus ”berterang-terang menentangnya,” berbicara dengan terus terang ”di hadapan mereka semua.” (Galatia 2:11-14) Petrus juga tidak menggosipkan orang yang telah menegurnya. Ia belakangan malah menyebut dia sebagai ”Paulus, saudara kita yang kekasih.” (2 Petrus 3:15) Jadi meskipun seorang saudara seiman perlu dikoreksi, ini bukan alasan untuk menggosipkan dia. Ada alasan-alasan yang sangat baik untuk waspada terhadap percakapan semacam itu dan menolak godaan untuk menyebarkan gosip yang berbahaya.

      Mengapa Perlu Waspada?

      14. Apa alasan utama untuk tidak mendengarkan atau menyebarkan gosip yang berbahaya?

      14 Alasan utama mengapa kita tidak patut mendengarkan gosip yang berbahaya atau ikut menyebarkannya ialah, karena kita ingin menyenangkan Yehuwa, yang mengutuk fitnah. Seperti telah kita lihat, cara Allah memandang percakapan seperti itu dinyatakan dengan jelas ketika orang Israel diberi perintah: ”Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah [Yehuwa].” (Imamat 19:16) Jadi, jika kita ingin memperoleh perkenan ilahi, kita tidak boleh memfitnah siapa pun yang kita sebutkan dalam percakapan kita.

      15. Siapakah pemfitnah yang paling utama, dan akibat apa yang dapat timbul atas hubungan kita dengan Allah bila kita terlibat dalam gosip yang merugikan?

      15 Alasan lain untuk tidak terlibat dalam gosip yang berbahaya ialah, hal tersebut dapat membuat kita meniru Setan, pemfitnah Yehuwa yang utama. Musuh besar Allah ini dengan tepat diberi nama ”Iblis” (bahasa Yunani, di·a΄bo·los), yang berarti ”pemfitnah.” Ketika Hawa mendengarkan fitnah Setan yang bersifat menentang Allah dan bertindak sesuai dengan itu, pasangan manusia pertama itu dipisahkan dari Sahabat mereka yang paling baik. (Kejadian 3:1-24) Maka, jangan kita sekali-kali menyerah kepada muslihat Setan dan terlibat dalam percakapan yang berbahaya yang pantas mendapat kemarahan ilahi dan yang dengan demikian dapat memisahkan kita dari Sahabat kita yang paling baik, Allah Yehuwa.

      16. Bagaimana seorang pemfitnah ”menceraikan sahabat yang karib”?

      16 Kita tidak patut mendengarkan orang-orang jahat yang suka menceritakan gosip karena mereka memecah-belah sahabat-sahabat. Sering kali, si pemfitnah akan membesar-besarkan sesuatu, memberikan gambaran yang salah, berdusta, dan melontarkan banyak sekali kata-kata yang menghasut. Sebaliknya dari berbicara kepada seseorang secara langsung, mereka berbisik-bisik di belakangnya. Kecurigaan yang tidak beralasan sering dibangkitkan. Jadi, ”seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib.”—Amsal 16:28.

      17. Mengapa kita patut waspada untuk tidak terlalu terlibat dalam gosip ringan?

      17 Kita perlu waspada agar tidak menjadi sangat terlibat bahkan dalam gosip ringan. Mengapa? Karena komentar yang tidak dimaksudkan untuk menyakiti seseorang akhirnya dapat menyakitkan bila diulangi. Ini mungkin akan dibumbui atau diputar sehingga merusak reputasi seseorang yang saleh, menodai nama baiknya. Jika hal itu terjadi, bagaimana perasaan saudara seandainya saudaralah yang telah memulai cerita itu atau bahkan yang telah meneruskannya? Orang bisa jadi akan memandang saudara sebagai orang yang dapat merugikan, dan karena itu mereka bisa saja tidak mau bergaul lagi dengan saudara.—Bandingkan Amsal 20:19.

      18. Bagaimana gosip dapat membuat seseorang menjadi pendusta?

      18 Alasan lain untuk waspada ialah, gosip yang merusak dapat membuat saudara menjadi pendusta. ”Perkataan orang pengumpat itu seperti makanan yang sedap, maka masuklah ia itu dengan senang sampai ke dalam hati.” (Amsal 26:22, Klinkert) Bagaimana jika saudara menelan dusta dan mengulanginya? Nah, sekalipun saudara mengira dusta itu benar, saudara tetap berbohong bila saudara menyebarkannya. Bila kepalsuannya disingkapkan, saudara bisa jadi akan dianggap pendusta. Apakah saudara ingin hal itu terjadi? Bukankah Allah akan meminta pertanggungjawaban dari guru-guru palsu untuk dusta agama mereka? Ya, dan Ia juga akan meminta pertanggungjawaban dari para pemfitnah yang suka berdusta. Yesus memperingatkan: ”Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan [”dibebaskan,” Byington], dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.” (Matius 12:36, 37) Karena ”setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah,” apakah saudara ingin Dia menghukum saudara sebagai pemfitnah yang suka berdusta?—Roma 14:12.

      19. Mengapa dapat dikatakan bahwa gosip yang berbahaya bisa sama seperti membunuh?

      19 Suatu alasan lain lagi untuk tidak menyebarkan gosip yang berbahaya ialah karena hal itu bisa sama seperti membunuh. Hal itu bisa mematikan, menghancurkan reputasi baik dari seseorang yang tidak bersalah. Ada lidah yang bagaikan ’pedang yang tajam,’ dan kata-kata yang jahat adalah bagaikan anak panah yang dibidikkan dari tempat yang tersembunyi ke arah orang yang tidak bersalah. Daud berdoa: ”Sembunyikanlah aku terhadap persepakatan orang jahat, terhadap kerusuhan orang-orang yang melakukan kejahatan, yang menajamkan lidahnya seperti pedang, yang membidikkan kata yang pahit seperti panah, untuk menembak orang yang tulus hati dari tempat yang tersembunyi.” (Mazmur 64:3-5) Apakah saudara ingin bertanggung jawab atas kata-kata yang begitu jahat tentang sesama kita sampai ia merasa terpaksa berdoa kepada Allah memohonkan keselamatan, seperti yang dilakukan pemazmur itu? Apakah saudara ingin bersalah dalam apa yang disamakan dengan pembunuhan?

      20. (a) Berkenaan sidang Allah, apa yang dapat terjadi atas seorang pemfitnah yang tidak bertobat? (b) Bagaimana para penatua harus berhati-hati sehubungan dengan gosip dan fitnah?

      20 Fitnah dapat mengakibatkan pemecatan dari organisasi Allah; seorang pemfitnah dapat dipecat, mungkin sebagai pendusta yang tidak mau bertobat. Tetapi, tindakan tersebut tidak boleh diambil atas mereka yang bersalah melakukan gosip ringan. Para penatua hendaknya menimbang persoalannya dengan sungguh-sungguh, membuat perbedaan yang jelas antara gosip biasa dengan fitnah yang keji. Untuk dapat dipecat, pedosa itu harus seorang pemfitnah yang jahat dan tidak mau bertobat. Para penatua tidak berwenang memecat siapa pun karena gosip yang sepele yang digerakkan oleh kepentingan manusia tetapi yang bukan suatu dusta atau suatu yang jahat. Masalahnya tidak boleh dibesar-besarkan melewati batas yang patut, dan harus ada saksi-saksi dengan bukti-bukti yang kuat untuk menyatakan bahwa unsur fitnah jelas ada. (1 Timotius 5:19) Para pemfitnah yang tidak bertobat dipecat terutama agar gosip yang jahat dipadamkan, dan sidang dilindungi dari pencemaran dosa. (1 Korintus 5:6-8, 13) Namun para penatua hendaknya tidak pernah tergesa-gesa sehingga mereka memecat seseorang bukan atas dasar Alkitab. Melalui doa dan nasihat, mereka akan lebih sering dapat membantu orang tersebut untuk bertobat, meminta maaf atau melakukan tindakan perbaikan, dan terus membuat kemajuan dalam menjinakkan lidah.

      Apakah Memang Fitnah?

      21. Sebaliknya dari menggosipkan seorang pedosa, apa yang patut saudara lakukan?

      21 Sebuah amsal yang bijaksana berbunyi: ”Siapa mengumpat, membuka rahasia, tetapi siapa yang setia, menutupi perkara.” (Amsal 11:13) Apakah ini berarti bahwa jika saudara tahu seseorang mempraktikkan dosa besar secara sembunyi-sembunyi, maka mengatakan sesuatu tentang hal itu berarti memfitnah? Tidak. Memang, saudara tidak boleh menggosipkan soal itu. Saudara harus berbicara kepada pedosa itu, mendesak dia agar meminta bantuan para penatua. (Yakobus 5:13-18) Jika ia tidak melakukan hal ini dalam suatu jangka waktu yang sepantasnya, maka keprihatinan terhadap kebersihan sidang hendaknya menggerakkan saudara untuk melaporkan masalahnya kepada para penatua.—Imamat 5:1.

      22. Mengapa kita dapat mengatakan bahwa 1 Korintus 1:11 tidak mengijinkan gosip?

      22 Laporan semacam itu dapat mengakibatkan pedosa itu didisiplin, dan hal itu tentu tidak mendatangkan sukacita. Tetapi, seseorang yang dilatih oleh disiplin akan menuai buah kebenaran. (Ibrani 12:11) Perbuatan salah hendaknya diungkapkan kepada mereka yang dilantik untuk menangani masalah-masalah seperti itu, bukan kepada mereka yang suka bergosip yang mungkin akan membicarakan hal itu ke sana ke mari. Paulus berkata kepada orang-orang Kristen di Korintus: ”Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga Kloë tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu.” (1 Korintus 1:11) Apakah para anggota keluarga Kloë menggosipkan saudara-saudara seiman? Tidak, laporan itu diberikan kepada seorang penatua yang bertanggung jawab yang dapat mengambil langkah-langkah untuk membantu mereka yang membutuhkan bantuan agar kembali kepada jalan kehidupan.

      23. Pertanyaan apa yang masih akan dipertimbangkan?

      23 Jika kita membantu seseorang tetap waspada untuk tidak terlibat dalam gosip yang berbahaya, kita melakukan sesuatu demi kebaikannya. Sebuah amsal yang bijaksana berbunyi: ”Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan.” (Amsal 13:3) Maka, jelas bahwa ada alasan-alasan yang baik untuk waspada terhadap gosip yang berbahaya dan fitnah yang jahat. Tetapi, bagaimana gosip yang berbahaya dapat disingkirkan? Artikel berikutnya akan memberi tahu kita.

  • Bagaimana Gosip yang Berbahaya Dapat Disingkirkan
    Menara Pengawal—1989 | 15 Oktober
    • Bagaimana Gosip yang Berbahaya Dapat Disingkirkan

      ”Awasilah mulutku, ya [Yehuwa], berjagalah pada pintu bibirku!”—MAZMUR 141:3.

      1. Kapasitas apa yang dimiliki otak yang kita terima dari Allah?

      YEHUWA memberi kita otak, dan betapa mengagumkan otak kita! Buku The Incredible Machine (Mesin yang Menakjubkan) berkata: ”Komputer paling canggih yang dapat kita bayangkan sekalipun masih sederhana dibanding dengan kerumitan dan kelentukan otak manusia yang hampir tiada batasnya . . . Jutaan isyarat yang setiap saat melintas dalam otak membawa luar biasa banyak keterangan. Mereka membawa berita tentang keadaan di dalam dan di luar tubuh anda . . . Seraya isyarat-isyarat lain memproses dan menganalisa keterangan, mereka menghasilkan emosi tertentu, kenangan, buah pikiran, atau rencana-rencana yang mengarah kepada suatu keputusan. Hampir dalam sekejap, isyarat-isyarat dari otak anda memberi tahu bagian-bagian lain dari tubuh anda apa yang harus dilakukan . . . Sementara itu tanpa anda sadari otak juga memantau pernafasan anda, susunan kimia dalam darah, suhu, dan proses-proses penting lain.”—Halaman 326.

      2. Pertanyaan apa sekarang patut dipertimbangkan?

      2 Pemberian yang demikian menakjubkan dari Allah tentu tidak boleh digunakan sebagai tempat sampah. Namun, kita dapat menyalahgunakan otak dengan mendengarkan dan menyebarkan gosip yang berbahaya. Bagaimana kita dapat menghindari percakapan demikian dan membantu orang lain untuk tidak terlibat di dalamnya?

      Hargai Pikiran yang Saudara Peroleh dari Allah

      3. Mengapa tidak ada orang Kristen sejati yang mau terlibat dalam pembicaraan yang berbahaya?

      3 Penghargaan terhadap pikiran yang kita peroleh dari Allah akan mencegah kita dari mendengarkan dan menyebarkan gosip yang berbahaya. Roh Yehuwa tidak akan menggerakkan siapa pun untuk mengisi pikirannya dengan gagasan-gagasan demikian dan menggunakan lidahnya untuk merugikan orang lain. Sebaliknya, Firman Allah berkata: ”Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya.” (Yesaya 55:7) Pikiran orang jahat dipenuhi dengan gagasan-gagasan yang keji, dan ia cepat sekali memfitnah orang yang benar. Tetapi kita tidak pernah akan mengharapkan percakapan demikian dari orang-orang yang menghargai pikiran yang mereka peroleh dari Allah.

      4. Jika kita menghargai otak dan kesanggupan kita untuk berbicara, bagaimana kita akan menggunakan pikiran dan lidah kita?

      4 Penghargaan yang sepatutnya akan membantu kita agar tidak menggunakan pikiran dan lidah kita untuk mengikuti kehendak tubuh yang berdosa. Sebaliknya, kita akan menjaga pikiran dan tutur kata kita tetap berada pada tingkat yang luhur. Kita dapat menjauhkan diri dari gosip yang berbahaya dengan sungguh-sungguh bersandar kepada Pribadi yang pikiran-Nya jauh lebih tinggi daripada kita. Rasul Paulus menasihati: ”Semua yang benar [tidak palsu atau mengandung fitnah], semua yang mulia [tidak remeh], semua yang adil [tidak jahat dan berbahaya], semua yang suci [bukan fitnah yang kotor atau kecurigaan yang jahat], semua yang manis [bukan yang menimbulkan kebencian dan merendahkan], semua yang sedap didengar [tidak hina], semua yang disebut kebajikan [bukan kejahatan] dan patut dipuji [tidak terkutuk], pikirkanlah semuanya itu.”—Filipi 4:8.

      5. Apa yang telah dilihat dan didengar saudara-saudara seiman dari Paulus?

      5 Paulus menambahkan: ”Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.” (Filipi 4:9) Apa yang telah dilihat dan didengar orang-orang lain dari Paulus? Hal-hal yang suci dan membina secara rohani. Ia tidak mengisi telinga mereka dengan gosip terbaru tentang Lidia atau Timotius. Saudara dapat yakin bahwa Paulus tidak mau mendengarkan dan menyebarkan desas-desus tentang para penatua di Yerusalem.a Pasti respek terhadap pikiran yang ia peroleh dari Allah membantu Paulus untuk tidak terlibat dalam gosip yang berbahaya. Kita akan meniru teladannya jika kita benar-benar menghargai pikiran dan lidah yang telah Yehuwa berikan kepada kita.

      Hormatilah Allah dan Firman-Nya

      6, 7. (a) Bagaimana Yakobus memperlihatkan akibat dari lidah yang tidak terkendali? (b) Apa yang tidak akan terjadi jika kita menghormati Allah dan Firman-Nya?

      6 Respek yang sepenuh hati kepada Allah dan Firman-Nya yang Suci juga akan membantu kita membuang gosip yang berbahaya. Sesungguhnya, respek demikian akan menggerakkan kita untuk menaati nasihat sang murid Yakobus, yang memberi teguran sehubungan dengan lidah. (Yakobus 3:2-12) Jika seseorang dapat mengendalikan lidah, ia akan dapat menguasai seluruh tubuhnya, sama seperti kekang dalam mulut seekor kuda dapat membimbing hewan itu. Percikan bunga api dapat membakar sebuah hutan, demikian pula lidah yang kecil dapat menjadi api yang menghanguskan seluruh kehidupan seseorang. Manusia dapat menjinakkan binatang buas, burung, hewan yang melata, dan makhluk laut, ’tetapi tidak seorangpun berkuasa menjinakkan lidah,’ kata Yakobus. Tetapi, ini bukan dalih agar kita tidak mengerahkan upaya untuk menyingkirkan gosip yang berbahaya.

      7 Yakobus juga berkata bahwa lidah mengucapkan berkat dan kutuk dari mulut yang sama. Ini tidak patut, karena air tawar dan air yang pahit tidak akan keluar dari mata air yang sama. Pohon ara tidak dapat menghasilkan buah zaitun, dan mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar. Memang, selama orang-orang Kristen tidak sempurna, lidah tidak akan dapat dijinakkan dengan sempurna. Ini hendaknya membuat kita berbelas kasihan terhadap para pedosa yang bertobat, namun ini tetap tidak membenarkan gosip yang berbahaya. Jadi, selama hal itu bergantung pada kita, penyalahgunaan lidah yang bersifat meracuni tidak akan terus berlangsung jika kita benar-benar menghormati Allah dan Firman-Nya.

      Bagaimana Doa Dapat Membantu

      8. Bagaimana doa dapat membantu kita membuang gosip yang menyakiti?

      8 Godaan untuk mendengarkan gosip yang menyakiti dan kemudian menyebarkannya, bisa jadi sangat kuat. Maka jika saudara telah menyerah kepada godaan demikian di masa lampau, tidak patutkah saudara memohon pengampunan dan bantuan dari Allah? Yesus mengajar kita berdoa: ”Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.” (Matius 6:13) Orang-orang Kristen yang dengan sungguh-sungguh berdoa agar Allah tidak membiarkan mereka terlibat dalam percakapan yang begitu menggoda namun jahat tidak akan menyerah kepada tipu muslihat Setan ini; mereka akan diselamatkan dari pemfitnah besar itu.

      9. Jika tergoda untuk memfitnah seseorang, bagaimana kita dapat berdoa?

      9 Jika kita tergoda untuk memfitnah seseorang, kita dapat berdoa: ”Awasilah mulutku, ya [Yehuwa], berjagalah pada pintu bibirku!” (Mazmur 141:3) Kita dapat menghancurkan prospek untuk hidup kekal apabila kita menyerah kepada godaan dan meniru si Iblis sebagai pemfitnah yang menjijikkan, suka berdusta, dan membunuh. (Yohanes 8:44) Rasul Yohanes menulis: ”Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.”—1 Yohanes 3:15.

      Kasih Membuang Gosip

      10. Sebaliknya dari menggosipkan orang lain, kita berhutang apa kepada mereka?

      10 Kita semua berhutang sesuatu kepada orang lain, namun kita tidak berhutang kebencian yang menyulut gosip yang menyakiti. ”Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi,” tulis Paulus. (Roma 13:8) Kita perlu membayar hutang itu setiap hari sebaliknya dari menjelekkan orang lain dan merusak reputasi mereka. Jika kita mengaku mengasihi Yehuwa, kita tentu tidak akan memfitnah sesama penyembah kita: ”karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.”—1 Yohanes 4:20.

      11. Bagaimana perumpamaan Yesus mengenai domba dan kambing memberi kita bahan pemikiran mengenai gosip yang menyakitkan?

      11 Pikirkan mengenai perumpamaan Yesus tentang domba dan kambing. Orang-orang yang seperti kambing diberi tahu bahwa apa yang mereka lakukan terhadap saudara-saudara Kristus dianggap sama seperti apa yang mereka lakukan terhadap dia. Apakah saudara akan menggosipkan Kristus? Jika saudara tidak mau menjelek-jelekkan Tuhan dan Majikan saudara, jangan memperlakukan saudara-saudaranya yang terurap dengan cara demikian. Jangan membuat kesalahan yang sama seperti kambing-kambing, yang ”akan dihukum dengan hukuman yang kekal.” (BIS) Jika saudara mengasihi saudara-saudara Yesus, perlihatkan itu melalui apa yang saudara katakan tentang mereka.—Matius 25:31-46.

      12. Apa inti dari Amsal 16:2, dan bagaimana seharusnya ayat itu mempengaruhi pikiran, tindakan, dan tutur kata kita?

      12 Karena kita semua adalah pedosa dan membutuhkan korban tebusan Yesus, jika seseorang ingin memberikan komentar yang tidak baik tentang kita, ada banyak hal yang dapat ia cari dan katakan. (1 Yohanes 2:1, 2) Memang, kita bisa saja berpikir bahwa kita sudah cukup baik. ”Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi [Yehuwa]lah yang menguji hati [”roh,” NW].” Timbangan Allah tidak akan dimiringkan karena pilih kasih atau sikap pandang bulu. (Amsal 16:2; Kisah 10:34, 35) Ia menimbang roh kita, melihat sikap dan dorongan hati yang menggerakkan kita untuk berpikir, bertindak, dan berbicara. Maka, kita tentu tidak ingin Allah mendapati kita berlaku salah dengan menganggap diri sendiri bersih sedangkan orang lain cemar dan layak diberikan komentar buruk. Seperti Yehuwa, kita tidak boleh berat sebelah, tetapi mudah mengampuni, dan penuh kasih.

      13. (a) Bagaimana fakta bahwa ’kasih itu sabar dan baik hati’ membantu menyingkirkan gosip yang berbahaya? (b) Apa yang akan mencegah kita menjelekkan seseorang yang menerima hak istimewa dalam dinas yang tidak kita peroleh?

      13 Dengan menerapkan apa yang Paulus katakan dalam 1 Korintus 13:4-8, kita dapat dibantu untuk membuang gosip yang berbahaya. Ia menulis: ’Kasih itu sabar dan murah hati [”baik hati,” BIS].’ Seorang saudari yang mengalami penganiayaan dalam keluarga yang terbagi mungkin tidak menyapa kita dengan riang. Atau ada orang yang lambat secara fisik, mungkin karena kesehatannya kurang baik. Tidakkah sepatutnya kasih menggerakkan kita untuk bersabar dan baik hati terhadap orang-orang demikian sebaliknya dari menjadikan mereka korban gosip yang bersifat mengritik? ’Kasih itu tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong.’ Jadi, jika seorang Kristen lain mendapat hak istimewa dalam dinas yang tidak kita peroleh, kasih akan mencegah kita untuk menjelekkan dia dan menyatakan bahwa dia tidak pantas untuk pekerjaan itu. Kasih juga akan mencegah kita agar tidak membanggakan apa yang telah kita capai, yang merupakan percakapan yang dapat membuat kecil hati orang-orang yang tidak memiliki hak istimewa yang sama.

      14. Hal-hal apa lagi mengenai kasih akan mempengaruhi apa yang kita katakan mengenai orang lain?

      14 Paulus juga berkata bahwa ’kasih tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.’ Sebaliknya dari dengan tidak sopan mengatakan hal-hal yang tidak bersifat Kristen, kita sepatutnya membiarkan kasih menggerakkan kita untuk mengatakan hal-hal yang baik tentang orang lain dan memikirkan kepentingan mereka. Hal itu akan membuat kita tidak terpancing untuk menjelekkan orang disebabkan oleh sakit hati yang benar-benar ada atau yang hanya kita duga. Mengingat bahwa ’kasih tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran,’ akan mencegah kita untuk terlibat dalam gosip yang berbahaya bahkan tentang para penentang yang mengalami malapetaka.

      15. (a) Bagaimana seharusnya kita dipengaruhi oleh kenyataan bahwa ’kasih percaya segala sesuatu dan mengharapkan segala sesuatu’? (b) Segi-segi apa dari kasih dapat membantu kita berpaut kepada organisasi Yehuwa sekalipun orang lain menjelek-jelekkannya?

      15 Kasih ’percaya segala sesuatu dan mengharapkan segala sesuatu’ yang terdapat dalam Firman Allah dan menggerakkan kita untuk menghargai makanan rohani yang disediakan oleh golongan ”hamba yang setia,” sebaliknya dari mendengarkan kepada pernyataan-pernyataan yang bersifat fitnah dari orang-orang murtad yang suka berdusta. (Matius 24:45-47; 1 Yohanes 2:18-21) Karena ’kasih sabar menanggung segala sesuatu dan kasih tidak berkesudahan,’ ini juga membantu kita tetap loyal kepada organisasi Allah sekalipun ”saudara-saudara palsu” atau orang-orang lain menjelekkan organisasi tersebut atau para anggotanya.—Galatia 2:4.

      Respek Akan Mengekang Gosip

      16. Bagaimana Paulus diperlakukan oleh saudara-saudara palsu di Korintus?

      16 Respek terhadap saudara-saudara seiman juga membantu menyingkirkan gosip yang menyakiti. Karena mereka diterima oleh Allah, kita tentu tidak akan mencelakakan mereka. Kita tidak boleh menjadi seperti ”saudara-saudara palsu” yang dihadapi oleh Paulus. Mereka pasti mengatakan hal-hal yang jahat tentang dia. (2 Korintus 11:26) Mereka yang murtad pasti juga telah memfitnah dia. (Bandingkan Yudas 3, 4.) Di Korintus beberapa orang mengatakan: ”Surat-suratnya memang tegas dan keras, tetapi bila berhadapan muka sifatnya lemah dan perkataan-perkataannya tidak berarti.” (2 Korintus 10:10) Orang tidak akan mengatakan hal-hal semacam itu mengenai orang-orang yang mereka kasihi.

      17. Dengan kata-kata macam apa Diotrefes berbicara tentang rasul Yohanes?

      17 Pikirkan mengenai rasul Yohanes, yang dijelek-jelekkan oleh Diotrefes. ”Aku telah menulis sedikit kepada jemaat,” kata Yohanes, ”tetapi Diotrefes yang ingin menjadi orang terkemuka di antara mereka, tidak mau mengakui [”merespek,” NW] kami. Karena itu, apabila aku datang, aku akan meminta perhatian atas segala perbuatan yang telah dilakukannya, sebab ia meleter melontarkan kata-kata yang kasar [”hal-hal jahat dan dusta,” BIS] terhadap kami.” (3 Yohanes 9, 10) Obrolan semacam itu merupakan masalah yang sangat serius, dan jika kita sekarang suka mendengarkan atau menyebarkan pernyataan-pernyataan yang serupa, kita sepatutnya segera berhenti melakukan hal itu.

      18. Bagaimana Demetrius berbeda dari Diotrefes, dan bagaimana pertentangan ini mempengaruhi tingkah laku kita?

      18 Ketika menganjurkan sikap respek terhadap mereka yang benar, Yohanes memberi tahu Gayus: ”Janganlah meniru yang jahat, melainkan yang baik. Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah, tetapi barangsiapa berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah. Tentang Demetrius semua orang memberi kesaksian yang baik, malah kebenaran sendiri memberi kesaksian yang demikian. Dan kami juga memberi kesaksian yang baik tentang dia, dan engkau tahu, bahwa kesaksian kami adalah benar.” (3 Yohanes 1, 11, 12) Kita masing-masing dapat bertanya kepada diri sendiri: Apakah saya seorang yang suka meleter seperti Diotrefes, atau apakah saya seperti Demetrius yang setia? Jika kita menunjukkan respek kepada saudara-saudara seiman, kita tidak akan memberikan komentar-komentar yang negatif tentang mereka, sehingga memberi orang lain alasan untuk memandang kita sebagai peleter.

      19. Bagaimana saudara-saudara palsu berupaya merusak nama baik C. T. Russell?

      19 Saudara-saudara palsu tidak hanya ada pada abad pertama. Pada tahun 1890-an, orang-orang tak bermoral yang bergabung dengan organisasi Allah mencoba mengambil alih kendali atas Lembaga Menara Pengawal. Mereka berkomplot melawan Charles Taze Russell, dengan berupaya menjatuhkan dia sebagai presiden pertama dari Lembaga. Setelah gejolak selama dua tahun, persekutuan rahasia itu terbongkar pada tahun 1894. Tuduhan-tuduhan palsu terutama berkisar pada dugaan bahwa Russell tidak jujur dalam bisnis. Beberapa dari tuduhan yang bersifat remeh itu menyingkapkan tujuan dari mereka yang menuduhnya—yaitu merusak nama baik C. T. Russell. Orang-orang Kristen yang tidak berat sebelah menyelidiki masalah tersebut dan mendapati bahwa dia tidak bersalah. Maka, rencana untuk ”menghancurkan Tn. Russell dan kegiatannya” gagal. Jadi, seperti Paulus, Saudara Russell diserang oleh saudara-saudara palsu, namun ujian ini disingkapkan sebagai rancangan dari Setan. Setelah itu, komplotan tersebut dianggap tidak layak menikmati persaudaraan Kristen.

      Pekerjaan yang Baik Membungkam Gosip yang Berbahaya

      20. Kesalahan apa yang Paulus dapati berkenaan beberapa janda muda?

      20 Paulus tahu bahwa gosip yang berbahaya sering ada hubungannya dengan kemalasan, tidak mempunyai banyak pekerjaan yang baik. Ia tidak senang bahwa ada janda-janda muda yang membiasakan diri ’keluar masuk rumah orang, bermalas-malas, dan bukan hanya bermalas-malas saja, tetapi juga meleter dan mencampuri soal orang lain dan mengatakan hal-hal yang tidak pantas.’ Apa obatnya? Kegiatan yang sehat. Maka, Paulus menulis: ”Karena itu aku mau supaya janda-janda yang muda kawin lagi, beroleh anak, memimpin rumah tangganya dan jangan memberi alasan kepada lawan untuk memburuk-burukkan nama kita.”—1 Timotius 5:11-14.

      21. Apa hubungan antara 1 Korintus 15:58 dengan menghindari jerat gosip yang berbahaya?

      21 Jika wanita-wanita mengatur rumah tangga, melatih anak-anak berdasarkan standar-standar Allah, dan mengejar hal-hal lain yang berguna, mereka tidak ada waktu untuk mengobrol yang dapat mengarah kepada gosip yang menyakitkan. Pria-pria juga tidak akan mempunyai banyak waktu untuk percakapan demikian jika mereka sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan yang baik. ”Selalu mempunyai banyak pekerjaan dalam Tuhan” akan membantu kita semua menghindari jerat gosip yang berbahaya. (1 Korintus 15:58, NW) Yang terutama, peran serta yang sepenuh hati dalam pelayanan Kristen, perhimpunan-perhimpunan, dan cita-cita saleh lain akan menjaga pikiran kita tetap pada soal-soal rohani sehingga kita tidak akan suka bergunjing dan mencampuri urusan orang lain karena tidak ada kesibukan.

      22. Apa yang dikatakan Amsal 6:16-19 mengenai pandangan Allah terhadap para pemfitnah?

      22 Jika kita tetap sibuk dalam pekerjaan ilahi dan berupaya mendatangkan berkat bagi orang lain secara rohani, kita akan menjadi sahabat-sahabat yang loyal, bukan pembawa cerita yang tidak loyal. (Amsal 17:17) Dan jika kita menghindari gosip yang merusak, kita akan mempunyai Sahabat yang paling baik—Allah Yehuwa. Semoga kita ingat bahwa tujuh hal yang Ia benci adalah ”mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara.” (Amsal 6:16-19) Mereka yang menjajakan gosip membesar-besarkan dan memutar balik segala sesuatu, dan para pemfitnah memiliki lidah dusta. Kata-kata mereka menggerakkan kaki orang-orang yang senang membawa cerita. Akibatnya, hampir selalu adalah pertengkaran. Tetapi jika kita membenci apa yang Allah benci, kita akan menghindari gosip yang menyakiti yang dapat merugikan orang benar dan mendatangkan sukacita kepada pemfitnah besar, Setan si Iblis.

      23. Berkenaan tutur kata kita, bagaimana kita dapat menyenangkan hati Yehuwa?

      23 Maka, marilah kita menyenangkan hati Yehuwa. (Amsal 27:11) Marilah kita menghindari tutur kata yang Ia benci, dengan menolak untuk mendengarkan fitnah, dan berupaya sebaik-baiknya untuk membuang gosip yang berbahaya. Kita pasti dapat berbuat demikian dengan bantuan Yehuwa, Allah kita yang kudus.

      [Catatan Kaki]

      a Bahkan dewasa ini, sebaiknya kita tidak mendengarkan dan menyebarkan kisah-kisah yang sensasional (yang sering tidak berdasarkan fakta apapun) mengenai apa yang menurut orang telah dikatakan atau dilakukan oleh para anggota Badan Pimpinan atau wakil-wakil mereka.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan