PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Sains—Pencarian yang Terus-menerus akan Kebenaran
    Sedarlah!—1993 | 8 April
    • Pada waktunya, selama abad keempat dan kelima S.M., seorang tabib Yunani bernama Hipokrates menantang pandangan ini. Ia khususnya terkenal karena sumpah Hipokrates, yang masih secara luas dipandang sebagai perwujudan dari kode etik kedokteran. Buku berjudul Moments of Discovery​—The Origins of Science menyatakan bahwa Hipokrates juga termasuk ”di antara orang-orang pertama yang bersaing dengan para imam dalam mencari penjelasan tentang penyakit-penyakit manusia”. Dengan mempraktikkan kedokteran dalam semangat ilmiah, ia mencari penyebab alami dari penyakit-penyakit. Alasan dan pengalaman mulai mengambil alih takhayul dan reka-rekaan agama.

      Dengan menolak gagasan yang salah dari agama palsu, Hipokrates mengambil langkah ke arah yang benar. Meskipun demikian, bahkan dewasa ini kita diingatkan akan latar belakang religius dari ilmu kedokteran. Lambangnya sendiri, yaitu tongkat berlilitkan ular milik Asclepius, dewa obat Yunani, dapat ditelusuri kembali ke kuil-kuil penyembuhan purba tempat ular-ular suci dipelihara. Menurut The Encyclopedia of Religion, ular-ular ini melambangkan ”kapasitas untuk memperbarui kehidupan dan kelahiran kembali dalam kesehatan”.

      Hipokrates belakangan menjadi terkenal sebagai bapak ilmu kedokteran. Namun ini tidak menghalanginya untuk sekali-kali membuat kesalahan ilmiah. The Book of Popular Science memberi tahu kita bahwa beberapa dugaannya yang tidak masuk akal ”kelihatannya sangat fantastis bagi kita dewasa ini” namun memperingatkan kesombongan dunia kedokteran, dengan mengatakan, ”Beberapa teori kedokteran yang sekarang paling terbukti benar kemungkinan akan dipandang fantastis oleh manusia yang hidup pada generasi yang akan datang.”

  • Sains—Pencarian yang Terus-menerus akan Kebenaran
    Sedarlah!—1993 | 8 April
    • Ya, Pengaruh Yunani yang Terus Ada

      Bacalah sejarah agama, politik, atau perdagangan dan Anda akan mendapati bahwa Yunani lebih dari sekadar disebutkan secara sekilas. Dan siapa yang belum pernah mendengar tentang tokoh-tokoh terkenal mereka yang disebut para filsuf, suatu istilah yang berasal dari kata Yunani phi·lo·so·phiʹa, yang berarti ”kasih akan hikmat”? Perasaan kasih akan hikmat dan haus akan ilmu pengetahuan bangsa Yunani begitu terkenal di abad pertama ketika rasul Kristen Paulus mengunjungi negeri mereka. Ia mengacu kepada filsuf-filsuf Epikuros dan Stoa, yang seperti ”orang-orang Atena dan orang-orang asing yang tinggal di situ tidak mempunyai waktu untuk sesuatu selain untuk mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru”.​—Kisah 17:​18-21.

      Jadi, sama sekali tidak mengherankan bahwa dari semua masyarakat purba, bangsa Yunani meninggalkan warisan yang terbesar bagi sains. The New Encyclopædia Britannica menguraikan, ”Upaya filsafat Yunani untuk menyediakan sebuah teori tentang alam semesta guna menggantikan kosmologi berdasarkan mitos akhirnya mengarah kepada penemuan-penemuan ilmiah praktis.”

      Sebenarnya, beberapa filsuf Yunani memberikan sumbangan yang berharga kepada pencarian akan kebenaran ilmiah. Mereka berjuang untuk membabat gagasan dan teori yang salah dari para pendahulu mereka, seraya pada waktu yang sama membangun di atas landasan yang mereka anggap benar. (Lihat kotak untuk contoh-contoh.) Jadi, para filsuf Yunani masa lalu mempunyai cara berpikir paling mirip dengan ilmuwan masa kini dibandingkan dengan bangsa purba mana pun. Secara kebetulan, hingga relatif baru-baru ini, istilah ”filsafat alam” digunakan untuk menggambarkan cabang-cabang sains yang berbeda-beda.

      Pada waktunya, bangsa Yunani pencinta filsafat ditaklukkan secara politik oleh Imperium Roma yang baru berdiri. Apakah ini memberi dampak atas kemajuan ilmiah? Ataukah munculnya kekristenan membuat perbedaan? Bagian 3 dalam terbitan kami berikutnya akan menjawab pertanyaan ini.

  • Sains—Pencarian yang Terus-menerus akan Kebenaran
    Sedarlah!—1993 | 8 April
    • [Kotak di hlm. 11]

      ”Para Ilmuwan” Yunani Pra-Kristen

      THALES dari Miletus (abad keenam), khususnya dikenal karena karyanya di bidang matematika dan karena keyakinannya bahwa air adalah inti segala benda, memiliki pendekatan kritis terhadap kerangka kosmik yang dikatakan oleh The New Encyclopædia Britannica sebagai hal yang ”penting dalam pengembangan gagasan ilmiah”.

      Socrates (abad kelima) disebut oleh The Book of Popular Science sebagai ”pencipta metode penelitian​—dialektika—​yang sangat mendekati metode ilmiah yang benar”.

      Democritus dari Abdera (abad kelima hingga keempat) turut meletakkan dasar bagi teori atom dari alam semesta serta teori-teori tentang kekekalan materi (zat) dan konservasi energi.

      Plato (abad kelima hingga keempat) mendirikan Akademi di Atena sebagai suatu lembaga untuk mengadakan riset filsafat dan sains secara sistematis.

      Aristoteles (abad keempat), ahli biologi terkenal, membentuk Lyceum, sebuah lembaga ilmiah yang mengadakan penelitian dalam banyak bidang. Selama lebih dari 1.500 tahun, gagasan-gagasannya mendominasi pemikiran ilmiah, dan ia dianggap sebagai pakar ilmiah yang tertinggi.

      Euclid (abad keempat), ahli matematika yang terkemuka pada zaman dulu, sangat terkenal karena pengumpulan pengetahuan tentang ”geometri”, yang berasal dari sebuah kata Yunani yang berarti ”pengukuran tanah”.

      Hiparkhus dari Nicaea (abad kedua), astronom terbaik dan penemu trigonometri, mengklasifikasikan ukuran bintang-bintang menurut kecemerlangannya, suatu sistem yang pada dasarnya masih digunakan. Ia adalah pendahulu Ptolemeus, ahli geografi dan astronom terkenal dari abad kedua M., yang mengembangkan penemuan Hiparkhus dan mengajarkan bahwa bumi adalah pusat alam semesta.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan