PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g89_No31 hlm. 20-24
  • Bagian 5: kira-kira 1000-31 S.M.—Ilah-Ilah Mitos yang Tidak Berguna

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Bagian 5: kira-kira 1000-31 S.M.—Ilah-Ilah Mitos yang Tidak Berguna
  • Sedarlah!—1989 (No. 31)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Mitologi Yunani Menawan Roma
  • Seorang Dewa Yunani Bergerak Maju
  • Dewa Roma yang Dipuja-puja
  • Apakah Mereka Pantas Mendapat Sebutan Itu?
  • Unsur yang Sama dalam Mitos-Mitos
    Pencarian Manusia akan Allah
  • Kekristenan Masa Awal dan Dewa-Dewi Romawi
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2010
  • Yunani
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Dewa dan Dewi
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1989 (No. 31)
g89_No31 hlm. 20-24

Masa Depan Agama Ditinjau dari Masa Lalunya

Bagian 5: kira-kira 1000-31 S.M.—Ilah-Ilah Mitos yang Tidak Berguna

”Setiap agama berasal dari Asia.”—Peribahasa Jepang

ORANG Jepang benar. Agama dapat ditelusuri asal mulanya dari Asia. Secara lebih spesifik, dasar ajaran dan praktik keagamaan yang terdapat dalam agama-agama dunia berasal dari Babel kuno, yang terletak di Asia.

Dalam menegaskan ini, buku The Religion of Babylonia and Assyria (Agama dari Babel dan Asyur) mengatakan, ”Mesir, Persia, dan Yunani merasakan pengaruh dari agama Babel . . . Campuran yang kuat dari unsur-unsur Semit dalam mitologi Yunani yang mula-mula maupun dalam sistem pemujaan orang Yunani, sekarang umumnya telah diakui oleh para sarjana sehingga tidak perlu banyak komentar lagi. Unsur-unsur Semit ini sebagian besar secara lebih spesifik bersifat Babel.”

Unsur-unsur Babel dalam mitologi Yunani dengan mudah diterima ke dalam agama Yunani yang mula-mula, yang, menurut The Encyclopedia of Religion, ”tidak memiliki buku suci yang menetapkan kebenaran secara definitif . . . Seseorang yang menjalankan upacara cukup mempercayai banyak sekali cerita sandiwara yang diajarkan pada masa kanak-kanak. Masing-masing cerita ini ada dalam banyak versi, yang memungkinkan penafsiran bebas”.

Cerita-cerita demikian yang khas adalah yang diceritakan dalam Iliad dan Odyssey karangan Homer, penyair Yunani yang termasyhur sekitar abad kedelapan atau kesembilan S.M. Karyanya, yang menonjolkan hubungan antara ilah-ilah mitos dari Gunung Olympus dengan manusia, termasuk makhluk setengah dewa yang dihormati sebagai pahlawan, menjadi sumber acuan bagi agama Yunani. Itulah sebabnya, penulis G. S. Kirk menjelaskan, ”dongeng dan agama saling melengkapi”.

Agama Yunani juga mengambil dari sumber-sumber lain. The New Encyclopædia Britannica mengatakan bahwa ”dunia Helenistik, yang sangat menyukai agama-agama misteri, mengambil [dari Mesir] kepercayaan kepada Osiris, Isis, dan Horus”. Dari sana ”ini disebarkan ke seluruh Kerajaan Romawi”. Bagaimana ini terjadi?

Mitologi Yunani Menawan Roma

Nenek moyang orang Roma yang pertama mempraktikkan ibadat sederhana yang menganggap dewa-dewa sebagai roh-roh tidak berkepribadian yang tinggal dalam segala bentuk benda. Itu suatu kepercayaan takhyul yang mengakui adanya pertanda-pertanda dan sifat-sifat gaib pada tanaman atau binatang. Perayaan-perayaan tahunan diadakan, seperti Saturnalia di bulan Desember, saat orang saling bertukar hadiah. Buku Imperial Rome menggambarkannya sebagai ”suatu ibadat yang bersifat formal, atau yang penuh upacara, dengan kurangnya penekanan pada hal-hal rohani. Orang-orang Roma membuat suatu perjanjian dengan dewa-dewanya—anda melakukan sesuatu bagi saya dan saya akan melakukan sesuatu bagi anda—dan agamanya sebagian besar merupakan ketaatan kepada perjanjian itu”. Ini mengakibatkan kekosongan secara rohani, sehingga orang-orang Roma mencari makanan rohani ke tempat lain.

Pengamalan agama yang lebih terinci, maupun penggunaan kuil-kuil, patung-patung, dan gambar-gambar, belakangan diperkenalkan oleh orang Etruskan.a Buku yang sama mengatakan bahwa mereka juga ”yang pertama kali memperkenalkan orang-orang Roma pada dewa-dewi Yunani, yang banyak dari antaranya belakangan diterima orang-orang Roma tanpa perubahan sama sekali”. Tak lama setelah itu dapat dikatakan bahwa ”agama di Roma memiliki banyak wajah dan nama: setiap bangsa baru yang dijumpai orang-orang Roma melalui penaklukan atau perdagangan tampaknya telah menambah banyak panteon [dewa-dewa] Roma”.

Pendeta Roma yang mula-mula tidak diharapkan menjadi pemimpin dalam hal rohani atau moral. Menurut buku Imperial Rome, mereka cukup mengetahui ”cara-cara yang tepat untuk menyebut dewa itu, pantangan-pantangan yang berkaitan dengan ibadatnya, serta tata ibadat yang rumit”. Berbeda dengan rakyat jelata, yang dikenal sebagai orang dusun dan tidak memenuhi syarat untuk memegang jabatan tinggi, para pendeta yang terkemuka dapat memperoleh kekuasaan politik dan sosial yang cukup besar.

Maka, selama kira-kira seribu tahun, mulai dari zaman Homer, mitologi Yunani sangat mempengaruhi agama-agama Yunani maupun Roma sehingga The New Encyclopædia Britannica mengatakan, ”Pentingnya mitologi Yunani dalam sejarah intelektual, artistik, dan emosional orang-orang Barat tidak dapat dianggap berlebihan.” Setidaknya dalam hal agama, Horace, penyair Latin abad pertama S.M., benar sewaktu ia berkata, ”Orang Yunani yang ditawan telah menawan Roma.”

Seorang Dewa Yunani Bergerak Maju

Iskandar III dilahirkan pada tahun 356 S.M. di Pella, Makedonia. Dibesarkan dalam lingkungan kerajaan, ia menerima pengajaran dari filsuf Yunani yang terkenal Aristoteles, yang membangkitkan minatnya pada filsafat, kedokteran, dan ilmu pengetahuan. Sampai sejauh mana ajaran-ajaran filsafat dari Aristoteles membentuk cara berpikir Iskandar dapat diperdebatkan. Tetapi tidak ada keraguan adanya pengaruh Homer atasnya, karena Iskandar, seorang kutu buku, sangat menyukai tulisan-tulisan mitologi Homer. Sebenarnya, pernah dinyatakan bahwa ia menghafalkan Iliad, dan ini bukan prestasi yang kecil, karena mengharuskan dia mengingat 15.693 baris puisi.

Pada usia 20 tahun, setelah ayahnya dibunuh, Iskandar menggantikannya di atas takhta Makedonia. Ia segera memulai kampanye penaklukan yang akhirnya membuat dia memperoleh gelar Iskandar Agung. Ia secara umum dikenal sebagai salah seorang panglima yang paling besar sepanjang zaman, yang kebesarannya membuat dia disamakan dengan dewa. Sebelum maupun sesudah kematiannya, ia telah dianggap dewa.

Iskandar mengusir orang-orang Persia dari Mesir, di tempat ia dipuja sebagai penyelamat. Buku Man, Myth & Magic mengatakan, ”Ia diterima sebagai Firaun dan sewaktu ia mengunjungi imam dari dewa Ammon . . . ia secara resmi dielu-elukan oleh imam itu sebagai ’putra Ammon’.” Kejadian ini dengan jelas merupakan pangkal dari cerita bahwa ia adalah putra dari Zeus, kepala dari dewa-dewa orang Yunani.

Iskandar bergerak ke arah timur, akhirnya menaklukkan sebagian dari India. Dalam perjalanan ia mencapai Babel, yang menjadi sumber dari banyak gagasan dalam mitologi dan agama negeri asalnya. Maka pantas jika ia bermaksud untuk membuat kota itu ibu kota kerajaannya. Tetapi pada tanggal 13 Juni 323 S.M., setelah memerintah lebih dari 12 tahun, dewa agung Yunani ini jatuh—mati pada usia 32 tahun!

Dewa Roma yang Dipuja-puja

Kota Roma telah didirikan di semenanjung Italia bersebelahan dengan Yunani pada pertengahan abad kedelapan S.M., berabad-abad sebelum Yunani mencapai kejayaannya sebagai kuasa dunia di bawah Iskandar. Setelah kematian Iskandar, kuasa dunia secara perlahan-lahan berpindah ke arah Roma. Jenderal Julius Caesar, kepala negara Roma, dibunuh pada tahun 44 S.M., dan setelah kerusuhan selama kira-kira 13 tahun, putra angkatnya Oktavian mengalahkan lawan-lawannya dan mendirikan Kerajaan Roma pada tahun 31 S.M.

Buku Imperial Rome menyebut Oktavian ”kaisar Roma yang paling besar”, dengan mengatakan bahwa ”orang-orang Roma menyebut dia Agustus, artinya ’yang dipuja’, dan daerah-daerah pedesaan memuja dia sebagai seorang dewa”. Seolah-olah untuk meneguhkan gagasan ini, Agustus menyuruh membuat cincin-cincin stempel dengan gambar dirinya yang menyerupai Iskandar, yang telah meninggal sebelum dia. Agustus kemudian didewakan oleh Senat Roma, dan kuil-kuil didirikan di seluruh kerajaan untuk menghormatinya.

Apakah Mereka Pantas Mendapat Sebutan Itu?

Dewasa ini tak seorang pun akan menaruh pengharapannya untuk perdamaian dan keamanan dunia di tangan dewa-dewa Roma atau Yunani—juga bukan pada ilah-ilah mitos yang memerintah dari Gunung Olympus, atau pada manusia biasa yang memerintah atas takhta politik. Namun, dari asal usulnya di Asia sampai sekarang ini, agama-agama palsu terus menyesatkan orang untuk menaruh kepercayaan mereka pada ilah-ilah mitos yang memiliki nama tetapi tidak berguna. Dengan cocok sekali, Homer, yang dikasihi Iskandar, menulis dalam Iliad, ”Betapa sia-sia nama yang tidak didukung oleh perbuatan.”

Telah dikatakan bahwa orang Yunani kuno menganggap Iliad ”sebagai sumber dari petunjuk moral, dan bahkan petunjuk yang praktis”. Sekarang, ada banyak karya tulis lain yang dianggap demikian. Ada baiknya kita menilai buku-buku agama yang paling laris tersebut, yang akan menjadi topik dari artikel berikut.

[Catatan Kaki]

a Asal usul orang-orang Etruskan menjadi pokok perdebatan, tetapi teori yang paling banyak didukung adalah bahwa mereka pindah ke Italia dari daerah Aegeo-Asia pada abad kedelapan atau ketujuh S.M., dan membawa serta kebudayaan dan agama Asia.

[Kotak di hlm. 23]

Kesalehan Yunani yang Meluas

Orang-orang Yunani kuno tidak memiliki kata khusus untuk agama. Mereka menggunakan istilah eu·seʹbei·a, yang dapat diterjemahkan sebagai ”kesalehan”, ”tingkah laku yang benar terhadap para dewa”, ”penghormatan yang tinggi”, dan ”pengabdian ilahi”.b

The New Encyclopædia Britannica menyatakan, ”Agama Yunani, dalam bentuk yang telah mapan, bertahan selama lebih dari seribu tahun, sejak zaman Homer (kemungkinan abad ke-9 atau ke-8 SM) sampai zaman kekuasaan Kaisar Julian (abad ke-4 M), walaupun asal-usulnya dapat ditelusuri hingga zaman-zaman yang sangat lampau. Selama periode itu pengaruhnya meluas ke barat hingga mencapai Spanyol, ke timur hingga Sungai Indus, dan kepada peradaban dunia di seputar Laut Tengah. Pengaruhnya sangat nyata pada orang-orang Roma, yang menyamakan dewa-dewa mereka dengan dewa-dewa orang Yunani. Di dalam Kekristenan, pahlawan-pahlawan dan bahkan dewa-dewa Yunani tetap ada dalam bentuk santo-santo, sementara madona dari masyarakat Eropa Selatan mencerminkan sikap terpisah dari kepercayaan-kepercayaan setempat.”

Orang-orang Kristen yang mula-mula harus menghadapi para penyembah dari berhala-berhala Yunani dan Roma. Kisah Alkitab menceritakan kepada kita, ”Ketika orang banyak melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu berseru dalam bahasa Likaonia: ’Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia.’ Barnabas mereka sebut Zeus [dewa yang mengawasi panteon (kuil) Yunani] dan Paulus mereka sebut Hermes [dewa yang menjadi pesuruh dewa-dewa lain], karena ia yang berbicara. Maka datanglah imam dewa Zeus, yang kuilnya terletak di luar kota, membawa lembu-lembu jantan dan karangan-karangan bunga ke pintu gerbang kota untuk mempersembahkan korban bersama-sama dengan orang banyak kepada rasul-rasul itu. Mendengar itu Barnabas dan Paulus mengoyakkan pakaian mereka, lalu terjun ke tengah-tengah orang banyak itu sambil berseru: ’Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya.’”—Kisah 14:11-15.

[Catatan Kaki]

b Lihat 1 Timotius 4:7, 8 dalam The Kingdom Interlinear Translation of the Greek Scriptures, diterbitkan oleh Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.

[Tabel/Gambar di hlm. 24]

Dewa-Dewa Yunani dan Roma

Banyak dewa dan dewi dari mitologi Yunani memiliki kedudukan serupa dalam mitologi Roma. Tabel di bawah ini menyebutkan beberapa dewa Yunani dan Roma yang terkemuka.

Yunani Roma Kedudukan

Aphrodit Venus Dewi cinta

Apollo Apollo Dewa terang, obat-obatan dan puisi

Ares Mars Dewa perang

Artemis Diana Dewi berburu dan kelahiran Anak

Asklepius Aeskulapius Dewi penyembuhan

Atena Minerva Dewi ketrampilan, perang dan hikmat

Kronus Saturnus Dalam mitologi Yunani, penguasa para

Raksasa dan ayah Zeus; dalam mitologi

Roma juga dewa pertanian

Demeter Ceres Dewi segala yang tumbuh

Dionisus Bakhus Dewa anggur, kesuburan, dan tingkah

laku liar

Eros Kupido Dewa cinta

Gaea Tera Lambang bumi dan ibu serta istri

Uranus

Hephaestus Vulcan Pandai besi bagi para dewa dan ilah

dari api dan kerajinan besi

Hera Yuno Pelindung perkawinan dan kaum wanita.

Dalam mitologi Yunani, adik dan istri

Zeus; dalam mitologi Roma, istri

Yupiter

Hermes Merkuri Juru bicara para dewa; dewa

perdagangan dan sains; dan pelindung

orang-orang yang bepergian, para

pencuri dan kaum gelandangan

Hestia Vesta Dewa perapian

Hipnos Somnus Dewa tidur

Pluto, atau Pluto Dewa alam bawah

Hades

Poseidon Neptunus Dewa laut. Dalam mitologi Yunani,

juga dewa dari gempa bumi dan kuda

Rhea Ops Istri dan adik Kronus

Uranus Uranus Putra dan suami Gaea

dan ayah para Raksasa

Zeus Yupiter Penguasa dewa-dewa

Sumber: ”The World Book Encyclopedia”, edisi 1987, Jilid 13, halaman 820

[Gambar]

Hermes

Diana

Asklepius

Yupiter

[Keterangan]

Sumber Foto: Hermes, Diana, dan Yupiter—British Museum, London

Asklepius—National Archaeological Museum, Athena, Yunani

[Gambar di hlm. 20]

Atena, dewi peperangan dan hikmat—patung pada pintu gerbang kota Wesel, Jerman

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan