PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • yb94 hlm. 66-115
  • Yunani

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Yunani
  • Buku Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa 1994
  • Subjudul
  • Pasang Surut Sejarah
  • Kekristenan Berkembang dan Pudar
  • Negeri dan Penduduknya Dewasa Ini
  • Awal Tahun 1900-an
  • Kunjungan Saudara Russell ke Yunani
  • Kunjungan Saudara Rutherford
  • Khotbah-Khotbah Umum Menyebarkan Kabar Baik
  • ”Melangkahlah ke Dalam Makedonia dan Tolonglah Kami”
  • Tahun-Tahun Permulaan di Thessaly
  • Beberapa Tentangan dari Dalam
  • Bertumbuh meskipun Ditentang di Eleftherohori
  • Kepulauan Yunani—Kreta
  • Samos
  • Awal yang Kecil di Pulau Corfu
  • Pekerjaan Perintis
  • Upaya Membungkam Pekerjaan Pengabaran
  • Tahun-Tahun Perang
  • Nyaris Celaka
  • Penganiayaan Masa Perang
  • Seorang Tokoh Gereja Mempelajari Kebenaran
  • Pertambahan di Daerah Filipi
  • Memulihkan Hubungan dengan Brooklyn
  • Para Lulusan Gilead Tiba
  • Laporan kepada Pemerintah mengenai Penganiayaan
  • Pengasingan!
  • Eksekusi Para Pemelihara Integritas
  • Hukum Militer Berakhir
  • Terus Diberkati meskipun Ditindas
  • Pergantian Politik
  • Proyek Pembangunan bagi Organisasi yang Berkembang
  • Masa Penyesuaian
  • Kesaksian di Jalan
  • Kebaktian Istimewa Tahun 1985
  • Kebaktian-Kebaktian Diserang
  • Kasus Pengadilan yang Penting dan Keputusan Membela Kabar Baik
  • Kemenangan Berkenaan Netralitas
  • Undang-Undang Proselitisme
  • Penganiayaan Fisik yang Luar Biasa
  • Ekspansi Membutuhkan Fasilitas Cabang yang Baru
  • Naiknya Pasang Kebenaran!
Buku Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa 1994
yb94 hlm. 66-115

Yunani

PADA tanggal 25 Mei 1993, suatu perjuangan hukum yang hebat akhirnya selesai. Ini dimulai lebih dari tujuh tahun sebelumnya di sebuah pulau di Laut Tengah yang disinari terik matahari dan mencapai puncaknya di pengadilan yang paling bergengsi di Eropa. Pada bulan Maret 1986, sepasang suami-istri lanjut usia bernama Kokkinakis pergi dari rumah ke rumah untuk membahas Alkitab dengan tetangga-tetangga mereka di Pulau Kreta, Yunani. Mereka berbicara dengan seorang wanita yang suaminya, ternyata, adalah seorang pemimpin paduan suara di Gereja Ortodoks Yunani. Karena sang suami tidak senang dengan kunjungan Saksi-Saksi Yehuwa ini, ia memanggil polisi. Pasangan itu ditangkap.

Minos Kokkinakis berjuang mengatasi tuduhan, hukuman, dan denda yang selanjutnya ditimpakan kepadanya terus sampai ke Mahkamah Kasasi, Mahkamah Agung Yunani, yang menolak permohonan bandingnya. Maka, pada tahun 1988, Kokkinakis naik banding ke Komisi Hak Asasi Manusia Eropa. Komisi ini, yang terdiri dari juri-juri yang mewakili negara-negara anggota Dewan Eropa, memerintahkan agar Mahkamah Eropa untuk Hak Asasi Manusia memeriksa kasus ini. Mahkamah itu bersidang pada musim gugur tahun 1992. Pada tanggal 25 Mei 1993, melalui voting enam berbanding tiga, Mahkamah ini menyampaikan vonisnya: Yunani benar-benar telah melanggar hak asasi manusia—yaitu, kemerdekaan beragama.

Tetapi, peristiwa apa yang telah mengarah kepada perjuangan yang hebat mengenai hak asasi manusia yang mendasar ini? Mengapa Saksi-Saksi Yehuwa perlu melakukan perjuangan demikian di suatu negeri yang sejak dulu terkenal akan pengabdiannya kepada tujuan-tujuan yang luhur? Negara macam apakah Yunani?

Pasang Surut Sejarah

Selama berabad-abad, gelombang telah menerpa pesisir-pesisir Yunani. Negeri ini terletak di ujung bawah semenanjung besar yang menjorok ke arah selatan menuju Laut Tengah dan dikelilingi oleh ratusan pulau di Laut Aegea dan Laut Ionia. Jadi, ribuan pesisirnya telah diterpa oleh tak terhitung banyaknya gelombang dan badai. Sejak Air Bah pada zaman Nuh surut, Yunani telah mengalami bagian terburuk dari gelombang yang lebih besar: pasang dan surutnya sejarah manusia. Bahkan ada yang mengatakan bahwa peradaban Barat lahir di sana.

Keluarga dari Yawan, cucu Nuh, membentuk arus manusia yang mengalir dari negeri-negeri Timur; Yunani menarik perhatian banyak dari pendatang-pendatang ini.a Jelas mereka membawa serta kisah mengenai Air Bah dan dunia yang digenanginya pada zaman Nuh dahulu. Beberapa dongeng Yunani purba mengandung semua ciri kisah nyata yang tercatat dalam Alkitab, namun dalam versi yang rancu dan menyimpang.

Sebenarnya, sejarah Yunani purba berkaitan erat dengan sejarah Alkitab. Nabi Ibrani Daniel pada abad keenam SM menubuatkan bahwa kekuatan di belakang pasang surutnya sejarah akan membawa Yunani ke puncak kekuasaan dunia. Dengan sangat akurat kata-kata Daniel cocok dengan penaklukan-penaklukan Iskandar Agung yang mengagumkan, kematiannya secara mendadak, dan kekaisarannya yang kemudian pecah menjadi empat bagian yang lebih kecil yang beberapa sarjana telah mencoba—namun tanpa hasil—untuk membuktikan bahwa ayat-ayat ini ditulis setelah faktanya terjadi.—Dan. 7:2; 8:5-8, 20-22.

Walaupun Alkitab tidak memerinci jangka waktu manakala Yunani menguasai Israel, Kitab-Kitab Yunani Kristen dengan jelas memuat ciri-ciri yang selalu ada mengenai zaman itu. Banyak pengikut Yesus pada abad pertama berbicara dan menulis dalam bahasa Yunani, bahasa umum dari dunia yang beradab pada waktu itu. Gagasan filsuf-filsuf Yunani seperti Plato dan Aristoteles lazim di kalangan orang-orang Yahudi pada zaman Yesus. Tidak diragukan, para pemikir yang angkuh demikian ada dalam benak rasul Paulus ketika ia menulis kepada sidang di Korintus bahwa firman Allah dapat ’menjungkirbalikkan pertimbangan-pertimbangan yang dibentengi dengan kuat’.—2 Kor. 10:4, 5, NW.

Kekristenan Berkembang dan Pudar

Yunani adalah negeri Eropa pertama yang dikunjungi oleh seorang rasul dari Yesus Kristus. Paulus mendarat di pelabuhan Neapolis dan mengunjungi kota-kota termasuk Filipi, Tesalonika, dan Berea di utara serta Athena dan Korintus di selatan. Dengan semangat yang khas dari kekristenan masa awal, sidang-sidang segera berkembang di kota-kota seperti itu. Surat-surat Paulus kepada umat Kristen di Filipi, Korintus, dan Tesalonika, demikian juga surat-surat kepada umat Kristen di tempat-tempat lain, yang ia tulis sewaktu ia berada di Yunani, telah memperkuat iman jutaan orang Kristen sejak waktu itu.

Namun menyedihkan, tidak lama setelah kematian rasul yang terakhir, Yohanes—yang mencatat penyingkapan menakjubkan yang diberikan kepadanya ketika ia dibuang ke Pulau Patmos di Yunani—datanglah gelombang lain yang membanjiri Yunani. Suatu gelombang gelap berupa kemurtadan menyapu habis sidang Kristen dan mencemari iman kebanyakan orang. Sidang-sidang menerima ajaran-ajaran yang tidak berdasarkan Alkitab seperti jiwa yang tidak berkematian, siksaan api neraka, Tritunggal, dan perbedaan antara pendeta dan kaum awam.

Maka berlangsunglah abad-abad kegelapan rohani. Pada masa itu, paus dari Roma telah mendapat kekuasaan tertinggi atas Susunan Kristen. Akan tetapi, kaum patriark dari Konstantinopel tetap berkuasa atas gereja di Yunani dan negeri-negeri di sebelah timurnya. Pada tahun 1054, ketegangan yang telah berlangsung bertahun-tahun antara Timur dan Barat memuncak ketika perdebatan mengenai suatu pokok keagamaan yang tidak jelas meledak menjadi Skisma Besar (perpecahan agama), yang memisahkan Gereja Ortodoks Timur dari Gereja Katolik Roma. Yunani tetap loyal kepada Gereja Ortodoks Timur. Kenyataannya, sampai hari ini, 98 persen dari sepuluh juta penduduk Yunani adalah umat dari Gereja Ortodoks Yunani, anggota yang berdiri sendiri dari Gereja Ortodoks Timur.

Gereja Ortodoks Timur memiliki sejarah yang panjang sehubungan dengan keterlibatannya dalam politik. Meskipun Imperium Muslim Usmani (Ottoman) menduduki semua negara Ortodoks Eropa kecuali Rusia dari tahun 1400-an hingga tahun 1800-an, para penakluk tersebut mengangkat para patriark Konstantinopel menjadi penguasa politik atas semua ”orang Kristen” Ortodoks di seluruh imperium tersebut.

Pada tahun 1820-an, sewaktu Yunani memberontak melawan kekuasaan Usmani, Gereja Ortodoks Yunani memainkan peranan utama, memajukan nasionalisme dan kemerdekaan Yunani. Sejak itu, para pemimpin agama menjadi kekuatan yang dominan dalam politik Yunani, mereka bahkan dibayar oleh pemerintah. Karena pengaruh yang sangat besar dari para pemimpin agama di negeri itu, sejarah zaman modern umat Yehuwa di sana sebagian besar dipenuhi dengan sejarah penganiayaan.

Negeri dan Penduduknya Dewasa Ini

Tidak lama setelah abad ini dimulai, gelombang kekristenan sejati sekali lagi mulai menyapu Yunani. Dalam banyak hal, para pemberita pada awal abad ke-20 mendapati negeri itu dan penduduknya memiliki banyak persamaan dengan mereka yang dijumpai Paulus kira-kira 19 abad sebelumnya.

Karena garis pantainya tidak beraturan, sangat berlekak-lekuk serta ada banyak pulau—yang membentuk 20 persen dari negara itu—tidak ada bagian dari Yunani yang jauh dari laut. Maka usaha perikanan dan pengangkutan laut masih menjadi mata pencaharian yang populer. Negeri ini berbatu-batu dan mempunyai banyak pegunungan, dengan sedikit tanah yang dapat digarap, walaupun ada beberapa dataran lembah yang subur di sebagian kecil daerah pesisir dan daerah bagian tengah. Iklimnya, dengan musim-musim panasnya yang panas dan kering, ideal untuk mengusahakan kebun zaitun dan kebun anggur.

Bagaimana dengan penduduknya? Orang Yunani terkenal di seluruh dunia sebagai orang-orang yang penuh semangat, ceria, serta mudah terbawa emosi, bergairah dan murah hati. Pada umumnya mereka berpegang teguh pada keyakinan yang kuat dan tidak ragu-ragu menceritakannya. Sewaktu Paulus pertama kali mengunjungi Athena, ia mendapati bahwa ”orang-orang Atena dan orang-orang asing yang tinggal di situ tidak mempunyai waktu untuk sesuatu selain untuk mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru”. (Kis. 17:21) Sampai hari ini, orang Yunani senang duduk-duduk di agora, atau pasar, dan membicarakan politik, filsafat, dan agama secara panjang lebar. Mereka juga adalah orang-orang yang luar biasa loyal—sifat yang kadang-kadang dieksploitasi oleh para pemimpin agama Ortodoks.

Awal Tahun 1900-an

Air kebenaran kembali ke Yunani sebagai hasil migrasi. Banyak orang Yunani pindah ke Amerika Serikat, bertemu dengan Siswa-Siswa Alkitab, sebutan bagi Saksi-Saksi Yehuwa pada waktu itu, dan mulai mengasihi kebenaran Alkitab. Segera mereka dengan penuh gairah ingin membagikan hal-hal yang mereka pelajari kepada sanak saudara di kampung halaman mereka. Surat dan risalah yang mereka kirimkan terbukti menjadi benih yang sering kali jatuh di tanah yang baik. Akan tetapi, banyak yang menyadari bahwa sekadar mengirim risalah ke kampung halaman belum cukup; ada yang berkunjung ke Yunani, sementara yang lain kembali ke negeri asal mereka untuk menetap.

George Kossyfas, seorang Yunani yang telah belajar kebenaran pada tahun 1900 di Amerika Serikat, diutus ke Yunani pada tahun 1905 oleh Charles Taze Russell, presiden dari Watch Tower Bible and Tract Society. Ia membawa Studies in the Scriptures bersamanya. John Bosdogiannis, seorang penginjil dan profesor bahasa Inggris di Pulau Kreta, menerjemahkan jilid-jilid buku itu ke dalam bahasa Yunani. Buku-buku itu kemudian dicetak dan disalurkan ke toko-toko buku di Athena dan pelabuhan Piraeus—bahkan dipajang di Hestia, toko buku terkenal di jalan Stadium di Athena. Saudara Kossyfas juga melakukan ”kesaksian di jalan”, dengan memamerkan buku-buku itu pada dinding rendah di sekeliling gedung parlemen Yunani dan menjawab pertanyaan-pertanyaan para pejalan kaki.

Di Kreta, John Bosdogiannis menemukan seorang pelajar yang bergairah—seorang fotografer bernama Athanassios Karanassios, yang menerima kebenaran pada tahun 1910. Ia bahkan mempelajari bahasa Ibrani kuno dan Koine, atau bahasa Yunani sehari-hari, dan juga bahasa Inggris.

Di Athena, orang yang pertama-tama memperlihatkan minat adalah seorang pria lumpuh bernama Ekonomou, yang tinggal di Exarhia. Kira-kira tahun 1910, ia juga dengan bergairah menerima kebenaran dan dengan penuh semangat membagikannya kepada orang-orang lain. Tetapi ia tidak dapat meninggalkan tempat tidur. Jadi ia menulis ayat-ayat Alkitab di potongan-potongan kertas dan melemparkannya ke luar jendela, sambil berharap orang-orang yang lewat akan menemukannya. Ia juga mengirim risalah-risalah dan menulis surat kepada orang-orang berminat. Kemudian Michael Triantafilopoulos, seorang pemuda yang baru saja mempelajari kebenaran, mengadakan perjalanan ke kota-kota dan desa-desa untuk membagikan lebih banyak risalah dan membantu orang-orang berminat mengadakan hubungan satu dengan yang lain.

Perhimpunan pertama diadakan di rumah Saudara Ekonomou. Tidak lama kemudian sebuah kelompok lain dibentuk di Piraeus di rumah Saudara Kossyfas. Mereka menggunakan Studies in the Scriptures dan lektur lain dari golongan hamba yang setia dan bijaksana sebagai bahan pembahasan. (Mat. 24:45-47) Tidak diragukan mereka tergetar ketika mengetahui bahwa Saudara Russell merencanakan untuk berkunjung ke Yunani.

Kunjungan Saudara Russell ke Yunani

Dalam perjalanannya berkeliling dunia, Saudara Russell mengunjungi Athena dan Korintus pada tahun 1912. Pada waktu itu hanya ada sekitar 12 penyiar di Yunani. Ia menyampaikan sebuah khotbah di Businessmen’s Club Hall di Athena, kota yang sama tempat Paulus merasa terganggu karena banyaknya penyembahan berhala kira-kira 19 abad yang silam. (Kis. 17:16) Ada begitu banyak yang datang untuk mendengar khotbah itu sehingga khotbah itu harus disampaikan sekali lagi. Tetapi kali ini, banyak imam Ortodoks hadir, mengganggu khotbah itu dan menimbulkan huru-hara. Belakangan, sambil duduk di samping tempat tidur Saudara Ekonomou, Saudara Russell menjawab banyak pertanyaan Alkitab.

Dengan kereta api, Saudara Russell berangkat ke Korintus. Yang membuat Saudara Russell sangat terkejut, tempat yang telah diatur baginya untuk berkhotbah adalah Gereja Ortodoks Yunani St. Paul! Sang walikota hadir di sana, demikian pula beberapa imam dan tentara. Tema khotbah Saudara Russell adalah ”Peristiwa Besar Setelah Kehidupan Ini”. Khotbah ini diterima dengan baik, dan ia diminta untuk mengulanginya. Kemudian, walikota mengajaknya mengadakan tur didampingi pemandu wisata untuk melihat kota kuno itu, tempat Paulus pernah tinggal selama satu setengah tahun untuk membina sidang orang-orang Kristen terurap.—Kis. 18:11.

Kunjungan Saudara Rutherford

Pada tanggal 28 September 1920, kereta api Simplon-Orient Express yang membawa presiden Lembaga Menara Pengawal yang kedua, J. F. Rutherford, berhenti di stasiun di Athena. Surat kabar Athina mengumumkan khotbahnya yang bertema ”Jutaan Orang yang Sekarang Hidup Tidak Akan Pernah Mati”. Ia juga berbicara di Areopagus, atau Bukit Mars, tempat Paulus menyampaikan kesaksian yang sangat efektif kira-kira pada tahun 50 M. (Kis. 17:22-34) Belakangan, Saudara Rutherford dengan tepat menulis, ”Yunani adalah negara yang diduduki imam-imam, tetapi kami percaya bahwa orang-orang sedang disadarkan akan fakta bahwa mereka telah ditipu dan disesatkan oleh para pemimpin buta mereka. Kami percaya bahwa terdapat ladang yang luas untuk memberi kesaksian akan kebenaran di sana.”

Saudara Rutherford juga melihat perlunya pengorganisasian yang lebih baik di Yunani. Sebelum tahun 1922, tidak ada organisasi resmi di sana. Pada tahun 1922, sebuah kantor cabang dari Watch Tower Bible and Tract Society didirikan di Lombardou Street di Athena, dengan Athanassios Karanassios sebagai wakil cabang. Seraya pekerjaan lebih terorganisasi, pengkhotbah-pengkhotbah keliling diutus ke kota-kota utama; yang lain diutus ke kota-kota yang lebih kecil dan desa-desa. Seluruhnya, ada sekitar 20 pekerja yang tidak kenal lelah dalam pengabaran pada waktu itu.

Khotbah-Khotbah Umum Menyebarkan Kabar Baik

Khotbah umum memainkan peranan penting dalam penyebaran kabar baik pada tahun-tahun permulaan tersebut. Ketika khotbah ”Semua Bangsa Sedang Berbaris Menuju Armagedon, Tetapi Jutaan Orang yang Sekarang Hidup Tidak Akan Pernah Mati” akan disampaikan, Sidang Athena yang kecil tergugah untuk bertindak. Dewan Kota mengizinkan Teater Kota Praja Athena digunakan secara cuma-cuma. Surat kabar Athina mengiklankan khotbah ini dengan judul yang sangat besar hingga memenuhi halaman. Saudara Karanassios menyampaikan khotbah tersebut kepada hadirin yang penuh sesak, dan diulangi di Odeon Hall di Phidiou Street. Banyak orang mendapat buku kecil Millions Now Living Will Never Die.

George Douras, seorang penyair terkenal sekaligus mahasiswa hukum, mendengar kebenaran pada tahun 1920 dengan membaca sebuah risalah. Ia melayani sebagai seorang musafir, atau rohaniwan keliling, dari tahun 1922 hingga 1925. Pada bulan November 1923, ia menyampaikan khotbah umum di sebuah bioskop di pelabuhan Patras di pantai sebelah barat. Pavlos Grigoriadis, seorang berpendidikan tinggi hadir di sana dan belakangan menjadi seorang Siswa Alkitab. Saudara laki-lakinya, Grigoris juga belajar kebenaran dan ia sekarang masih tergabung dalam keluarga Betel di Yunani.

Pada tahun yang sama, Saudara Douras menyampaikan khotbah umum di kota Kalamata. Dimitris Logiotatos mengingat kembali, ”Saya dan seluruh masyarakat sama-sama kaget ketika melihat iklan untuk khotbah ’Jutaan Orang yang Sekarang Hidup Tidak Akan Pernah Mati’. Saya memutuskan untuk pergi dan mendengarnya. Ketika saya tiba, ruangan sudah penuh. Saya duduk di belakang Tn. Trempela, seorang teolog sekaligus profesor di Universitas Athena, yang dikenal sebagai ’juru bicara gereja Ortodoks’. Saya mendengar setiap perincian dari pertempuran rohani antara Siswa-Siswa Alkitab dan teolog terkemuka itu. Kemenangan untuk KEBENARAN! Setelah itu, saya memperoleh sejumlah buku kecil yang judulnya sama dengan khotbah itu. Saya membaca buku itu dalam satu malam saja. Dengan penuh sukacita, saya segera membagikan buku-buku kecil yang menakjubkan ini kepada teman-teman dan kenalan-kenalan saya.”

”Melangkahlah ke Dalam Makedonia dan Tolonglah Kami”

Umat Kristen di seluruh dunia sudah sering mendengar tentang panggilan mendesak yang diterima rasul Paulus melalui roh Allah untuk mengabar di wilayah Makedonia, ”Melangkahlah ke dalam Makedonia dan tolonglah kami.” (Kis. 16:9, NW) Jika perjalanan Paulus membawanya ke Makedonia terlebih dahulu, maka pada abad ini, kabar baik menyebar ke Makedonia tidak lama setelah penyebaran ke bagian Yunani sebelah selatan dan tengah.

Sebuah khotbah umum memulai pekerjaan pengabaran di kota yang sama tempat Paulus pertama kali tiba di Eropa—Kaválla, Neapolis purba. Nicolas Kouzounis mengenang ketika ia berada di sana pada tahun 1922, ”Saya sedang merasa susah secara rohani. Kira-kira pada saat itu, surat kabar Simaia mengiklankan khotbah umum berjudul ’Jutaan Orang yang Sekarang Hidup Tidak Akan Pernah Mati’, yang akan diadakan di sebuah kedai minum. Setelah mendengar khotbah itu, saya memperoleh buku kecil Can the Living Talk With the Dead?” Karena sangat tergerak oleh apa yang dibacanya, Saudara Kouzounis segera bergabung dengan sebuah kelompok yang setiap beberapa bulan sekali pergi dengan mobil untuk mengabar di desa-desa dan kota-kota kecil sampai sejauh perbatasan Turki. Kabar baik menyebar ke Alexandroúpolis di sebelah timur laut, dan juga ke Nea Orestiada, Sakkos, dan wilayah Chalcidice.

Salonika (atau, Thessaloníki) adalah kota terbesar kedua di Yunani. Ini adalah sebuah kota kuno, yang berkaitan erat dengan pelayanan rasul Paulus dan rekan-rekannya. Sudah sejak tahun 1926, Spyros Zacharopoulos, bekas tentara militer, dan Thanasis Tsimperas, seorang guru, mengabar di daerah tersebut. Diogenis Kontaxopoulos membawa kabar baik ke desa-desa di wilayah Serrai dari tahun 1928 hingga 1933. Makedonia timur dan Thrace barat menerima berita Kerajaan melalui pengabaran yang setia dari Yiannakos Zachariadis.

Bagaimana kabar baik dapat mencapai daerah-daerah yang sangat luas itu? Beberapa saudara yang dibuang sebagai hukuman atas pekerjaan pengabaran mereka yang tidak terbendung, diizinkan untuk memilih tempat pembuangan mereka. Saudara Kouzounis, dari Kaválla, dibuang ke wilayah Chalcidice pada tahun 1938. Setelah memohon bimbingan Yehuwa, ia memilih desa Nea Simantra. Ketika penduduk desa di sana bertanya mengapa ia dibuang, ia memberi tahu mereka bahwa ia dibuang karena ia seorang Kristen. Jawaban yang menggugah pikiran itu mengarah kepada banyak pembahasan—dan ia menggunakan Alkitab dengan cukup terampil. Pada waktunya, sebuah sidang didirikan di Nea Simantra. Dari sana kabar baik menyebar ke desa Galátista, dan sidang terbentuk juga di sana. Di Nea Moudania, sekelompok wanita menjadi percaya—Saudari Mastoraki, Saudari Stampouli, dan Saudari Nteniki. Mereka mengajar orang-orang lain di Floyita, dan hasilnya, sebuah sidang juga dibentuk di sana. Kebenaran kemudian tersebar ke Kassándra.

Tahun-Tahun Permulaan di Thessaly

Di Thessaly, suatu daerah di Yunani tengah, kabar baik membuat kemajuan yang lebih awal, khususnya di dua desa kecil, Kalamaki di Larissa dan Eleftherohori di Trikkala. Pada bulan November 1922, George Koukoutianos, seorang guru sekolah yang telah dipecat karena ia seorang Siswa Alkitab, sedang dalam perjalanan ketika cuaca buruk memaksanya bermalam di Kalamaki di rumah Dimitris Pardalos. Ia memberi kesaksian kepada tuan rumah yang murah hati ini. Hasilnya? Dimitris dan dua pria lain di kota itu, Theodoros Pardalos dan Apostolos Vlahavas, mengenal Yehuwa.

Tiga orang ini mulai memberi kesaksian dari rumah ke rumah di desa-desa sekitarnya. Mereka juga mengabar selama dua atau tiga bulan setiap tahun di daerah-daerah terpencil, dan pulang ke desa mereka untuk memperbarui kekuatan mereka dan mencari cukup uang untuk membiayai kampanye di kemudian hari. Mereka bepergian dengan berjalan kaki, sambil mengangkut lektur dan hasil bumi apa pun yang diberikan kepada mereka sebagai pengganti lektur.

Namun, kehidupan mereka tidak selalu serius. Salah seorang di antara mereka bercerita, ”Kami pernah harus berjalan menyeberangi sungai. Pada waktu itu musim salju, dan air sangat dingin. Karena tubuh sayalah yang lebih besar dari antara kami berdua, saya menyarankan kepada rekan saya agar saya menggendong dia di punggung saya. Supaya tidak menyeberang dua kali, saya menggantungkan lektur kami di satu tangan dan sepatu dan kaus kaki kami di tangan yang lain. Pada waktu yang sama, saya menggigit pegangan dari sebuah keranjang yang penuh dengan telur. Tetapi ketika kami tiba di tengah sungai, saya membuat kesalahan dengan menanyakan kepada rekan di punggung saya apakah ia baik-baik saja. Tentu saja keranjang telur itu langsung jatuh. Pada waktu saya mencoba menangkapnya, sepatu, kaus kaki, dan lektur kami pun jatuh. Lalu, ketika saya mencoba menyelamatkan semua ini, saudara tersebut jatuh dari punggung saya ke dalam sungai!” Selama bertahun-tahun mereka selalu tertawa jika terkenang akan penyeberangan itu.

Pekerjaan di daerah pedesaan merupakan tantangan. Pada waktu mereka menyebarkan risalah Ecclesiastics Indicted (Kependetaan Didakwa), Saksi-Saksi ditahan di kantor polisi dan kemudian dibawa menghadap ke pengadilan. Tetapi penganiayaan memperkuat iman dan gairah mereka untuk Kerajaan. Hasilnya adalah bahwa mulai tahun 1930 dan seterusnya, sidang di Kalamaki selalu bertambah jumlahnya.

Beberapa Tentangan dari Dalam

Pada tahun 1931, umat Allah menerima nama Saksi-Saksi Yehuwa. Akan tetapi, tidak semua menerimanya. Kostas Ekonomou dari Larissa mengenang, ”Segera setelah saya mengetahui nama baru itu, saya berlari untuk menyampaikan berita penuh sukacita ini kepada saudara-saudara di daerah kami. Namun, anehnya saudara-saudara ini berkata, ’Tidak mungkin kita berganti nama.’ Mereka tidak mau disebut Saksi-Saksi Yehuwa.

”Pada perhimpunan kami berikutnya, saya menegur mereka karena sikap mereka. Tanggapan mereka? Sepuluh saudara yang ada di sana semuanya berdiri dan melemparkan saya ke luar dari tempat perhimpunan! Tetapi keesokan harinya saya mulai mengabar, dengan yakin bahwa Yehuwa akan memberi saya sidang yang lain. Kelompok saudara-saudara yang pertama ini tidak lagi berhimpun bersama dan lambat laun bubar. Hanya satu atau dua saudara yang tetap setia di Larissa.”

Juga, muncul dari dalam organisasi Yehuwa orang-orang lain yang tidak mau langsung menyambut petunjuk organisasi. Pekerjaan pengabaran merupakan suatu ujian bagi beberapa orang. Pada tahun 1928, pada Peringatan kematian Kristus, 168 orang mengambil bagian dari lambang-lambangnya. Tetapi pada tahun yang sama, hanya ada 97 penyiar kabar baik di Yunani! Seraya pekerjaan pengabaran menjadi lebih terorganisasi, mereka yang menolak untuk ambil bagian lambat laun tersaring ke luar.

Bertumbuh meskipun Ditentang di Eleftherohori

Pada tahun 1923, cahaya pertama dari kebenaran pertama menerangi Desa Eleftherohori di daerah Trikkala. Seorang saudara bernama John Kostarellos kembali dari Amerika ke desa asalnya yaitu Exalofos dan mulai mengabar dari rumah ke rumah. Saudara laki-lakinya Dimitris menyambut, dan mereka berdua mengabar secara tetap tentu di desa Eleftherohori yang berdekatan. Pada tahun 1924, mereka bertemu dengan George Papageorgiou, yang belakangan menceritakan, ”Pada mulanya saya menentang. Saya berkata kepada mereka, ’Silakan katakan pada saya, apakah pencuri-pencuri kambing yang tidak berpendidikan seperti kalian dari Exalofos akan mengajarkan injil kepada kami? Kami mempunyai imam dan uskup sendiri, orang-orang berpendidikan! Urus saja persoalan kalian sendiri.’ Mereka pergi, tetapi belakangan mereka kembali. Saya mendekat untuk mendengarkan apa yang mereka katakan. Dan apa yang saya dengar? ’Ada tertulis’ di kitab ini atau itu dalam Alkitab. Hal itu membuat saya berpikir.” Tidak lama kemudian, ia bergabung dalam pekerjaan pengabaran bersama mereka.

Pada tahun 1925, tiga saudara ini semuanya mengadakan perjalanan ke Athena dan dibaptis. Bersama-sama mereka meneruskan pekerjaan pengabaran, dan pada tahun 1928, keponakan George Papageorgiou dan juga menantu laki-lakinya dari desa Valtino yang berdekatan menerima kebenaran.

Ketika Nicos Karathanassis menerima kebenaran, sanak saudaranya menyuruh dia meninggalkan Valtino. Saudara sepupunya bahkan menjambak rambutnya dan hampir saja melemparkan dia ke tanah sewaktu ayahnya melerai. Saudaranya, George juga mulai melayani Yehuwa, dan lebih banyak penganiayaan menyusul. Sanak saudara yang fanatik bahkan mencoba membujuk istri George untuk mencoba membunuhnya ketika ia sedang tidur. Tetapi George terbangun tepat pada waktu istrinya, yang memegang kapak, hampir menghujamkan kapak itu. Ia berbicara dengan begitu ramah kepada istrinya sehingga dia menurunkan kapak itu, menyadari perbedaan antara tingkah laku suaminya dan tingkah laku para penuduhnya. Sang istri membuat kemajuan dalam kebenaran, demikian pula sanak saudara yang lain—seluruh keluarga mulai melayani Yehuwa. Salah seorang putra George, Kostas Karathanassis, lulus dari Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal pada tahun 1975. Ia dan istrinya, Maria, melayani sebagai utusan injil di Siprus.

Vasilis Avgerinos adalah seorang guru sekolah di Eleftherohori ketika ia pertama kali bertemu dengan Siswa-Siswa Alkitab pada bulan September 1927. ”Begitu saya tiba,” katanya mengenang, ”Saya diberi tahu bahwa di desa ada seorang ’Freemason’ bernama George Papageorgiou yang meresahkan masyarakat dengan ajaran-ajaran palsunya. Sebagai seorang guru, saya akan ’mengajar dia.’” Saudara Papageorgiou menceritakan, ”Saya mengadakan diskusi dengan guru ini, dan penduduk desa terkesan oleh caranya yang retorik ketika ia menjawab saya. Mereka tertawa dan berkata, ’Kami penduduk desa tidak tahu banyak, dan kamu menampilkan diri seperti seorang yang berpendidikan. Tetapi sekarang benarkanlah dirimu di depan guru ini!’” Tetapi beberapa hari kemudian, guru ini meminta kepada Saudara Papageorgiou jilid pertama dari Studies in the Scriptures; dan segera ia menginginkan seluruh seri tersebut. Tanggapannya? Ia mengenang, ”Sekarang akhirnya saya menemukan KEBENARAN!” Ia dan juga istrinya bergabung dalam pekerjaan pengabaran.

Terdapat tujuh penyiar di daerah itu sekarang. Penganiayaan datang dari segala sisi. Saudara Avgerinos menceritakan, ”Kami diperlakukan buruk di depan umum, dimaki-maki di jalan, diserahkan kepada polisi dan Departemen Pendidikan, dibawa ke hadapan pengadilan dan dipermalukan. Tetapi yang membuat kami sangat bersukacita, beberapa dari orang-orang yang mencela dan menuduh kami ini belakangan menjadi saudara kita dan bergabung dalam pekerjaan pengabaran.”

Kepulauan Yunani—Kreta

Kepulauan di Yunani terkenal di seluruh dunia karena memiliki pemandangan yang indah dengan cuaca yang cerah. Rasul Paulus mengunjungi beberapa pantai kapur yang berbatu-batu itu di Laut Aegea. Ia singgah di Mitilene, Khios, dan Samos seraya ia kembali dari perjalanan utusan injilnya yang ketiga pada tahun 56 M. (Kis. 20:14, 15) Ternyata, ia juga tinggal di Kreta selama beberapa waktu; tetapi tidak diketahui apakah ia mengunjungi pulau-pulau lain di Yunani. (Tit. 1:5) Rasul Yohanes dibuang ke Patmos, dan pulau-pulau lain di Yunani telah digunakan untuk pembuangan pada zaman modern ini juga.—Why. 1:9.

Setelah Saudara Rutherford mengunjungi Athena pada tahun 1920, ia juga mengunjungi kota Canea dan Iráklion di Pulau Kreta. Tiga tahun kemudian, Nicos Benierakis dari desa Douliana melihat buku The Harp of God (Harpa Allah) di sebuah toko sepatu. Belakangan, ia bertemu dengan John Bosdogiannis di Canea, yang telah menerjemahkan buku-buku C. T. Russell. Tiga saudara membentuk kelompok bersama di Douliana. Namun, menyedihkan, Profesor Bosdogiannis mulai menerbitkan buku-buku kecilnya sendiri dan menolak untuk bekerja sama lagi dengan Lembaga.

Akan tetapi, seorang guru yang rendah hati bernama Manolis Lionoudakis membuat kemajuan dalam kebenaran. Ketika diusir dari rumahnya, ia meninggalkan pekerjaannya sebagai guru dan ikut serta dalam dinas perintis di Iráklion. Ia pergi dari rumah ke rumah, mengerjakan seluruh kota itu. Karena kegiatan ini, ia dibawa ke pengadilan dan dihukum selama satu tahun dalam pembuangan di Pulau Amorgos di gugusan Cyclades. Ia mengenang, ”Setelah saya berada di sana selama enam bulan, tiba-tiba seorang pria bernama Kokkinakis tiba dari Kreta. Saya pernah membicarakan kebenaran kepadanya dulu. Waktu itu ia berminat, dan sekarang ia juga berada di sini, dibuang karena kepercayaannya yang baru! Akhirnya saya mendapatkan teman untuk diajak belajar Menara Pengawal bersama-sama. Di laut di Amorgos inilah rekan saya ini dibaptis.”

Saudara Kokkinakis sekarang berusia 84 tahun dan telah melayani Yehuwa dengan setia selama 54 tahun. Pada tahun 1938 dahulu, dialah Saksi-Saksi Yehuwa pertama di Yunani yang ditangkap karena melanggar hukum yang melarang proselitisme. Perjuangan hukumnya baru-baru ini disebutkan dalam permulaan kisah ini. Seluruhnya, ia telah ditangkap lebih dari 60 kali karena dengan damai menjalankan ibadatnya.

Dari permulaan yang begitu kecil, sekarang terdapat 13 sidang di Kreta, suatu kesaksian akan ketekunan dan kerja keras banyak saudara dan saudari selama tahun-tahun penuh kesulitan.

Samos

Salah seorang dari Saksi-Saksi masa permulaan di Pulau Samos, Dimitris Makris, mengenang bagaimana ia pertama kali mendengar kebenaran, ”Pada bulan Januari 1926, saya mendengar seorang dari antara Siswa-Siswa Alkitab berbicara di sebuah toko dan saya memperkenalkan diri. Keesokan harinya, saya dan Penelope menghadiri suatu diskusi. Saya bertanya kepada saudara-saudara itu bagaimana mereka dapat memberi jawaban dari Alkitab dengan begitu cepat. ’Anda perlu belajar Alkitab,’ kata mereka kepada saya. Mereka memperlihatkan buku The Harp of God dan cara mempelajarinya. Maka sekelompok yang terdiri dari kami berlima mempelajari buku itu setiap malam hingga dini hari berikutnya. Menjelang akhir tahun itu, ketika seorang musafir, Saudara Koukoutianos, berkunjung, kami dibaptis. Pada tahun 1927, kami mengadakan sebuah kebaktian kecil di Samos dengan 40 hadirin dari pulau itu.

”Kami memutuskan untuk mengunjungi semua desa di pulau itu dengan satu-satunya publikasi yang kami miliki, sebuah buku kecil berjudul Hell (Neraka), dengan judul-judul kecil yang memuat pertanyaan ’Apakah Neraka? Siapa Berada di Sana? Dapatkah Mereka Keluar?’ Dari desa yang satu ke desa yang lain, kami dipukuli. Pada bulan Maret 1928, seorang imam membawa saya dan seorang saudari yang berasal dari Amerika Serikat menghadap ke pengadilan—padahal ia telah memukuli kami. Pada pemeriksaan, hakim yang memimpin jalannya sidang bertanya kepada sang imam, ’Bukankah engkau memiliki [sebatang pohon] di desa untuk menggantung dia?’ Saya dijatuhi hukuman penjara selama dua bulan; saya merayakan Peringatan sendirian pada tahun itu.”

Yehuwa telah memberkati ketekunan dan kerja keras saudara-saudara. Sekarang terdapat tiga sidang yang berkembang dengan baik di Samos.

Awal yang Kecil di Pulau Corfu

Pada tahun 1923, ada empat saudara di Corfu, sebuah pulau yang indah di lepas pantai barat Yunani, di seberang pulau utama Italia. George Douras dan Christos Papakos mengenang pekerjaan selama tahun-tahun tersebut, ”Kami memutuskan untuk menyampaikan khotbah umum di sebuah teater di ibu kota. Pada pukul 10 pagi, gedung sudah penuh, dengan sekitar seribu hadirin. Di baris depan duduk beberapa aparat hukum. Akan tetapi, kepala polisi datang dan memberi tahu kami bahwa khotbah tidak boleh disampaikan. Seorang pengacara dari tengah-tengah hadirin merasa tidak senang dan menanyakan alasannya. Setelah mengetahui bahwa uskup agunglah yang bertanggung jawab, pengacara itu berseru, ’Saudara-saudara, saya adalah konsul Prancis. Di teater ini ada larangan untuk mendengarkan khotbah ini. Ikutlah dengan saya ke konsulat Prancis. Di sana khotbah boleh disampaikan.’ Sang pembicara, Saudara Douras, adalah orang pertama yang ikut konsul itu; kemudian seluruh hadirin mengikuti mereka. Bayangkan saja pemandangan itu seraya sekumpulan orang banyak berjalan melalui jalan-jalan di Corfu menuju konsulat Prancis untuk mendengar khotbah tersebut!”

Seorang kolportir (pelayan sepenuh waktu), Charalampos Beratis, juga mendapat tentangan di Corfu sekitar tahun 1923. Ia bercerita, ”Di sebuah desa bernama Pagi, semua penduduk desa telah berkumpul di alun-alun. Saya memperkenalkan lektur Lembaga, dan banyak yang menerima buku-buku itu. Kemudian imam desa itu muncul, menarik jas saya, dan berseru, ’Dalam nama hukum dan raja, saya menangkap kamu.’ Ia mencoba menelepon polisi, tetapi telepon sedang rusak. Saya berdoa dalam hati kepada Yehuwa untuk membimbing langkah-langkah saya. Akhirnya, saya mengambil tas buku saya dan berseru, ’Dalam nama Yehuwa, saya mengambil tas saya dan pergi.’ Suasana hening; tidak ada yang mengucapkan sepatah kata pun. Saya kemudian pergi dan meneruskan pekerjaan pengabaran saya!”

Sekarang terdapat sekitar 47 sidang dengan 2.500 Saksi-Saksi di pulau-pulau yang tersebar di sekeliling Yunani.

Pekerjaan Perintis

Bahkan selama tahun-tahun permulaan yang sulit itu, beberapa orang Yunani yang bergairah ingin menjadikan pelayanan mereka sebagai karier. Michael Kaminaris, salah seorang perintis pada masa permulaan, kembali ke Yunani pada tahun 1934 dengan keinginan yang sangat besar untuk memberitakan kabar baik sepenuh waktu. Tidak lama kemudian Michael Triantafilopoulos bergabung dengannya. Kedua orang ini mengerjakan beberapa daerah di Yunani. Saudara Kaminaris mengenang, ”Seraya pekerjaan mengalami kemajuan, tentangan semakin kuat. Di desa Magouliana, kami mendapat serangan gerombolan, dan di desa Prasino, imam setempat memimpin suatu serangan atas kami. Di wilayah Messenia dan juga Aetolia serta wilayah Acarnania, kami terlibat dalam puluhan kasus pengadilan yang menyangkut masalah proselitisme.

”Untuk mengurangi jumlah penangkapan, Lembaga menyarankan agar kami bekerja sendiri-sendiri dan tidak bersama-sama. Bukan hal yang mudah untuk bekerja sendirian tanpa teman yang dapat kita ajak bicara, tetapi saya tetap maju tanpa terus memikirkan bahaya-bahaya dan kesendirian, dengan menaruh keyakinan kepada Yehuwa. Sering orang-orang mengatakan, ’Kami dapat membayangkan berapa banyak uang yang kauterima untuk datang sampai sejauh ini.’ Mereka sama sekali tidak tahu bahwa sering kali saya kelaparan dan bahkan tidak tahu apakah saya dapat menemukan tempat bermalam. Kadang-kadang, jika saya berada di tempat yang penduduknya bersikap bermusuhan, maka tempat yang paling aman untuk tidur adalah pekuburan setempat.” Saudara Kaminaris adalah seorang anggota keluarga Betel sejak tahun 1945. Jumlah perintis biasa telah melonjak dari 8 orang pada tahun 1938 menjadi lebih dari 1.800 orang pada tahun 1993.

Upaya Membungkam Pekerjaan Pengabaran

Untuk mendukung pekerjaan pengabaran yang sedang berkembang, percetakan pertama Lembaga di Yunani—yang menggunakan sebuah mesin cetak flatbed Offenbach bekas—mulai dijalankan pada tanggal 19 Februari 1936, di ruang bawah tanah di Lombardou Street No. 51, Athena. Jadi pada bulan Mei tahun itu, mesin cetak ini digunakan untuk mencetak The Golden Age (sekarang Awake!). The Watchtower masih diproduksi di Amerika Serikat.

Akan tetapi, para pemimpin agama tidak mau majalah baru ini beredar. Jadi pada terbitan The Golden Age bulan Agustus 1936 diumumkan bahwa karena pengaruh para pemimpin agama, wakil sekretaris pelayanan pos dan komunikasi telah melarang penyebaran majalah itu melalui pos. Namun majalah itu meyakinkan mereka yang berlangganan bahwa mereka akan terus menerima majalah ini secara tetap tentu. Tetapi situasi yang lebih buruk masih akan dialami.

Pada tanggal 4 Agustus 1936, terjadilah pergantian pemerintahan. Ioannis Metaxas menjadi presiden baru negara itu, yang menjalankan wewenang mutlak. Pada tahun 1938, ketika jumlah penyiar telah mencapai 212 orang, suatu hukum yang melarang proselitisme diberlakukan. Sejak itu, hukum ini menjadi salah satu penghambat tersulit untuk melakukan pekerjaan pengabaran di Yunani. Pada bulan Oktober 1939 pada sebuah perhimpunan di Athena, 85 saudara dan saudari ditangkap. Polisi keamanan menahan ke-35 saudari ini di sebuah kamar sedangkan saudara-saudara disebar di berbagai kantor polisi untuk ditahan.

Keesokan harinya Saudara Karanassios, hamba cabang, ditangkap di kantor Lembaga. Percetakan ditutup, dan hak milik Lembaga disita. Atas hasutan para pemimpin agama, semua saudara yang ditahan itu ditekan untuk menandatangani sebuah pernyataan yang menyebutkan bahwa mereka akan kembali ke Gereja Ortodoks Yunani. Mereka diancam akan dibuang ke pulau-pulau terpencil di Laut Aegea.

Kostas Christou, salah seorang di antara ke-85 itu, mengingat kembali taktik menekan dengan kelicikan yang khas, ”Tn. Christou, istri Anda telah menandatangani sebuah pernyataan. Ia akan dibebaskan. Sangat menyedihkan jika ia ditinggal sendirian sedangkan Anda dibuang ke Pulau Seriphos!” Tetapi Saudara Christou menjawab, ”Istri saya bergantung kepada Yehuwa, bukan kepada saya. Ia bebas untuk memutuskan. Tetapi saya yakin istri saya tidak menandatanganinya. Lagi pula, apa yang ia tanda tangani? Apakah ia menandatangani pernyataan bahwa menyembah Pencipta kita adalah hal yang buruk?”

Seorang pria yang mempunyai hubungan baik dengan presiden juga mengenal baik Saksi-Saksi Yehuwa; ia berpikir bahwa keputusan untuk membuang mereka adalah gagasan yang mengerikan. Maka ia mengatakan kepada presiden, ”Orang-orang ini bukan musuh politik kita. Apa yang mereka lakukan? Mereka menantikan Kerajaan Allah. Bagus jika Kerajaan itu datang. Kita juga menantikannya.” Karena diyakinkan, sang diktator memerintahkan agar keputusan itu dibatalkan saat itu juga. Saudara-saudara merasa senang sekali. Seluruhnya, hanya 6 dari antara 85 saudara yang ditahan telah berkompromi di bawah tekanan. Setelah suatu sidang pengadilan, semua milik dan uang kantor cabang dikembalikan. Kantor cabang dan percetakan kembali berfungsi dengan bebas. Namun bukan untuk waktu yang lama!

Tahun-Tahun Perang

Pada tanggal 28 Oktober 1940, Italia menyatakan perang kepada Yunani, dengan menyeret negara itu ke dalam kancah Perang Dunia II. Tentara Jerman dan Bulgaria menyerang Yunani, dan membunuh banyak orang. Sembilan belas saudara kita kehilangan nyawa mereka. Negara dinyatakan dalam keadaan perang. Di antara 225 penyiar, banyak saudara menghadapi pengadilan perang karena pendirian mereka yang netral. Beberapa mendapat hukuman dari 7 sampai 20 tahun di penjara; yang lainnya mendapat hukuman seumur hidup. Dalam beberapa kasus, seperti kasus Emmanuel Paterakis dari Kreta, mereka dijatuhi hukuman mati. Akan tetapi, di bawah pendudukan Jerman, tidak ada hukuman mati yang dilaksanakan di Yunani.

Selama pendudukan tersebut, buku-buku Lembaga dilarang, tetapi saudara-saudara dapat terus memperoleh beberapa buku. Setelah bulan April 1941, makanan rohani disampaikan melalui sarana bawah tanah. Semua komunikasi dengan saudara-saudara di kantor pusat terputus; artikel-artikel dari Menara Pengawal yang lama dicetak kembali pada mesin stensil, seperti buku Religion dan Salvation dan buku kecil Refugees. Saudara-saudara terus mengabar, tetapi secara tidak resmi. Mereka akan meminjamkan buku kecil kepada orang-orang yang berminat, mengundang mereka yang memperlihatkan minat lebih jauh untuk berhimpun dengan kelompok kecil. Banyak yang mempelajari kebenaran dengan cara ini.

Nyaris Celaka

Untuk melawan tentara Jerman yang menjajah, kelompok-kelompok gerilya dibentuk di antara orang-orang Yunani. Pada tanggal 18 Oktober 1943, Angkatan Bersenjata Jerman menyerang Kalamaki di Thessaly, tempat sebuah sidang telah lama aktif. Gerilyawan sayap kiri, yang berpangkalan di sana, memberi tahu penduduk desa agar melarikan diri ke pegunungan untuk berlindung. Saudara-saudara, setelah berdoa, memutuskan untuk tetap tinggal. Ketika orang-orang Jerman tiba, mereka menjarah rumah-rumah dan membakar rumah-rumah yang kosong. Dua pertiga dari rumah-rumah dibakar tetapi rumah umat Yehuwa tidak. Di antara kurang dari 80 keluarga di Kalamaki, 65 orang tewas. Tidak seorang pun dari antara mereka adalah Saksi-saksi.

Pada tanggal 24 Agustus 1944, empat saudara kita dituduh berkhianat dan dijatuhi hukuman mati oleh para gerilyawan di Tourkolekas, sebuah desa dekat kota Megalópolis. Seraya mereka dibawa ke tempat eksekusi, artileri Jerman melancarkan serangan mendadak, dan para gerilyawan lari berserakan. Saudara-saudara pergi dengan bebas!

Kadang-kadang, tentara Jerman mengepung suatu daerah dan membunuh semua prianya untuk membalas dendam tindakan-tindakan sabotase. Di Kallithéa, sebuah daerah di pinggiran Athena, tentara Jerman mengumpulkan semua pria untuk dieksekusi. Mereka menggeledah rumah Thanasis Paleologos dan sudah akan menangkapnya ketika, tiba-tiba, sang petugas mengenali beberapa buku dan majalah di atas meja sebagai publikasi-publikasi terlarang dari Saksi-Saksi Yehuwa. Ia bertanya, ”Apakah kamu seorang Siswa Alkitab?” Saudara Paleologos menjawab, ”Ya!” Petugas itu berbisik, ”Ibu saya seorang Siswa Alkitab di Jerman,” kemudian ia pergi bersama tentara-tentaranya!

Penganiayaan Masa Perang

Di Eleftherohori, sebuah sidang yang telah lama terbentuk bertahan selama tahun-tahun peperangan. Elias Panteras melaporkan, ”Dekade tahun 1940-50 adalah masa ujian yang hebat. Pada waktu saudara-saudara pergi dari rumah ke rumah, lonceng-lonceng gereja dibunyikan, dan kepala desa, disertai para imam dan polisi desa, akan menangkap saudara-saudara dan menyeret mereka ke pengadilan. Pada dua kesempatan, kelompok-kelompok nasionalis yang dipimpin oleh seorang petugas polisi menggeledah rumah saudara-saudara dan membawa mereka ke gereja Ortodoks. Orang-orang ini mencoba memaksa mereka membuat tanda salib dan mencium ikon-ikon keagamaan. Ketika saudara-saudara menolak, mereka dipukuli tanpa belas kasihan.”

Kelompok-kelompok komunis dan pemimpin setempat pernah menangkap saudara-saudara dan memerintahkan mereka berdiri sebagai penjaga. Ketika mereka menolak, mereka dibawa ke desa terdekat dan diserahkan kepada kalangan berwenang, yang memutuskan agar Nicos Papageorgiou, Costas Christanas, dan Costas Papageorgiou dieksekusi. Dari antara ketujuh anggota panitia, hanya satu yang tidak menyetujui eksekusi ini. Saudara-saudara dibawa ke desa di lereng gunung. Hukuman mati dibacakan kepada mereka, dan mereka diikat serta dipukuli. Selama pemukulan berlangsung, Nicos Papageorgiou, yang terikat tangan dan kakinya, jatuh berguling-guling ke bawah dari lereng gunung, dan berhenti tepat di atas sebuah batu persis di tepi sebuah sungai. Saudara-saudara dipukuli berulang-ulang selama delapan hari dan kemudian dibebaskan.

Nicos Papageorgiou mengenang, ”Pemimpin kelompok Front Pembebasan Nasional membawa saya ke kantornya dan mengatakan bahwa ia menyesal harus memberi tahu saya bahwa ia telah diberi tugas untuk mengeksekusi saya. Ia mengatakan bahwa ia mencoba menolong saya tetapi saya juga harus menolongnya. Saya mengulurkan tangan dan menjabat tangan kanannya, mengatakan, ’Jika Anda mengasihi saya, eksekusilah saya sekarang juga. Jika saya menyangkal keyakinan saya, barulah Anda perlu menangisi saya.’” Jelas karena terharu, pemimpin ini membebaskan Saudara Papageorgiou. Menarik, perang segera merenggut nyawa dari semua orang yang telah memerintahkan eksekusi ini.

Saudara Papageorgiou, sekarang berusia 90 tahun, masih bersemangat dalam dinas Yehuwa. Dua sidang berkembang dengan baik di Eleftherohori sekarang ini. Jelaslah, Yehuwa memberkati satu orang saudara yang setia—John Kostarellos dari Exalofos—sehingga menjadi ratusan orang.—Bandingkan Yesaya 60:22.

Seorang Tokoh Gereja Mempelajari Kebenaran

Meskipun adanya penganiayaan yang didalangi para pemimpin agama selama perang, Helen Kouzioni belajar kebenaran melalui seorang imam! Ia menceritakan, ”Saya bekerja sebagai guru di sekolah menengah atas untuk anak-anak perempuan di Athena. Pada tahun 1941, seorang archimandrite [pejabat terkemuka gereja di bawah uskup] sekaligus guru teologi yang saya kenal baik, Polikarpos Kinigopoulos, ditugaskan ke sekolah saya. Suatu ketika, seorang penyemir sepatu, salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa, memberi kesaksian kepada Tn. Kinigopoulos sementara membersihkan sepatunya. Karena tertarik, ia menceritakan percakapan itu kepada saya; kami pergi bersama-sama ke rumah George Douras. Itulah pertama kalinya saya mendengar tentang maksud-tujuan Allah untuk membuat bumi menjadi firdaus. Seraya kami pulang, saya berkata kepada teolog itu, ’Ini adalah kebenaran. Kalau saya, saya tidak akan pergi ke gereja lagi.’ ’Jangan tergesa-gesa,’ ia mengingatkan saya, ’kita harus belajar terlebih dahulu.’ ’Pasti, kita akan belajar,’ kata saya, ’tetapi saya akan tinggal di sini. Anda boleh pergi ke mana Anda suka.’ Sementara itu, ia mengunjungi semua uskup yang ia kenal di daerah Athena, tetapi tidak seorang pun memedulikannya.

”Kemudian seorang imam setempat mulai mencari saksi-saksi untuk melancarkan tuduhan-tuduhan menentang Tn. Kinigopoulos. Saya memperingatkan teman saya tentang bahaya ini, dan ia segera mencukur jenggotnya, memangkas rambutnya, mengenakan jas berwarna coklat, dan hasilnya ia tampak seperti orang lain. Ia mempersiapkan sebuah pembelaan tertulis, yang memberikan alasan-alasan mengapa ia menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa, dan memberikannya secara pribadi kepada pihak berwenang gereja.” Menjelang akhir tahun 1943, ia dan adik perempuannya, Sophia Iasonidou, dan juga Helen Kouzioni, dibaptis. Sekarang ia tidak lagi disebut ”Pater Polikarpos” tetapi Saudara Kinigopoulos.

Pertambahan di Daerah Filipi

Dekat kota Makedonia purba di Filipi, tempat rasul Paulus dan rekannya Silas dipukuli dan dipenjarakan sekitar tahun 50 M, terletak desa yang disebut Kyria. Di zaman modern, ketika Yiannakos Zachariadis, yang telah belajar kebenaran pada tahun 1926, menyebarkan kabar baik di daerah sekelilingnya, sebuah keluarga di desa Rodholívos menerima buku Government. Bertahun-tahun kemudian, pada tahun 1940, Timoleon Vasiliou yang berusia 19 tahun mengunjungi keluarga itu dan menemukan setumpuk buku di atas atap—buku Government ada di antaranya. Ia mengenang, ”Saya menghabiskan waktu berjam-jam di atas atap untuk membaca seluruh buku. Saya telah menemukan kebenaran!”

Pemuda ini mulai memberi kesaksian di jalan-jalan, dan dengan cara itulah ia bertemu dengan seorang rekan Saksi, mantan polisi yang bernama Christos Triantafillou. Ia memperoleh lebih banyak buku dari Christos, dan segera sebuah sidang yang terdiri dari delapan pemuda dibentuk di Rodholívos. Dari antara saudara-saudara ini, Timoleon Vasiliou, Thanasis Kallos, dan Panagiotis serta Nikos Zinzopoulos ditangkap pada tanggal 3 Oktober 1945, hanya karena mereka Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka dibawa ke kantor polisi, dan di sana mereka dipukuli terus-menerus selama 24 jam—khususnya di telapak kaki mereka. Para pemuda ini tidak dapat berjalan selama sebulan.

Pada tahun 1940, para pemimpin agama menyewa seseorang untuk membunuh Saudara Zachariadis, yang pada saat itu melayani sebagai pengawas keliling. Mereka berjanji kepada pembunuh bayaran ini bahwa ia akan luput dari hukuman. Maka pada suatu perhimpunan di rumah Saudara Zachariadis, terdengar ketukan yang tidak terduga. Tamu tersebut adalah seorang yang tidak dikenal. Ia ingin bertemu dengan Saudara Zachariadis, yang saat itu sedang berkhotbah. Saudara-saudara mempersilakan pria itu duduk. Saudara Zachariadis, yang memperhatikan hadirnya seorang yang tidak dikenal, menyesuaikan isi khotbahnya. Setelah itu, saudara-saudara memberi salam kepada pria itu, dan Saudara Zachariadis berkenalan dengannya. Lalu orang tidak dikenal itu mengajak Saudara Zachariadis sendirian bersamanya ke ruangan sebelah. Ia mengeluarkan pistolnya bersama uang yang telah dibayarkan kepadanya, dan berkata, ”Keuskupan menyuruh saya datang ke mari menemui Anda dan membunuh Anda. Ini pistolnya, dan ini uang yang dibayarkan kepada saya untuk melakukan kejahatan ini. Tetapi Allah melindungi saya agar tidak menumpahkan darah orang yang tidak bersalah. Ia membantu saya menyadari bahwa Anda adalah hamba Tuhan, lain sekali dari apa yang mereka beritahukan kepada saya.”

Karena upaya yang setia dari saudara-saudara ini, sidang-sidang diorganisasi di desa Rodholívos, Dhravískos, Palaeokomi, dan Mavrolofos. Pekerjaan terus bertumbuh di daerah Yunani sebelah utara ini.

Memulihkan Hubungan dengan Brooklyn

Hubungan dengan organisasi di luar Yunani baru pulih pada tahun 1945, ketika beberapa lektur datang dari saudara-saudara di Aleksandria, Mesir. Ketika kantor cabang Yunani pada akhirnya dapat berhubungan dengan Brooklyn, mereka melaporkan, ”Kebenaran tidak dapat dibelenggu. Roh Yehuwa membimbing hamba-hamba-Nya dalam pekerjaan mengumpulkan domba-domba-Nya.” Antara tahun 1940 dan 1945, jumlah penyiar Kerajaan telah bertambah hampir sepuluh kali lipat, dari 178 menjadi 1.770.

Karena kantor cabang Yunani mengurus pekerjaan di Albania, dari waktu ke waktu diadakan kunjungan ke sana. Yearbook 1938 mengatakan tentang pekerjaan di negeri itu, ”Di sana juga, Setan melalui Hierarki Katolik Roma telah bertindak menentang pengabaran berita Kerajaan. Buku-buku disita dan, walaupun petisi-petisi sudah disampaikan kepada Pemerintah Albania, sampai sekarang buku-buku itu belum dikembalikan.” Jumlah penyiar pada tahun 1939 ada 23 orang. Sewaktu seorang saudara mengunjungi Albania pada tahun 1948, mereka yang mengabar berjumlah sekitar 35 orang. Setelah itu, terdapat kesulitan untuk berhubungan dengan saudara-saudara di negeri tersebut disebabkan oleh situasi politik. Alangkah senangnya mendengar ketika, setelah berpuluh-puluh tahun di bawah larangan, pekerjaan di Albania diakui secara resmi pada bulan Mei 1992, ketika terdapat 50 penyiar!

Para Lulusan Gilead Tiba

Tahun 1946 merupakan suatu tonggak bersejarah. Dua orang lulusan Gilead diutus ke Yunani: Anthony Sideris dan James Turpin. Athanassios Karanassios yang telah melayani dengan setia sebagai hamba cabang selama bertahun-tahun namun yang sekarang jatuh sakit, digantikan oleh Saudara Sideris. Pekerjaan pengabaran, dan juga pekerjaan penerjemahan diorganisasi kembali.

Pada bulan Juni 1946, 152 karton lektur tiba dengan kapal dari Brooklyn. Segera setelah para pemimpin agama mengetahui pengiriman ini, mereka mulai melancarkan tentangan. Sebuah surat edaran dikirimkan kepada para petugas bea cukai yang menyatakan bahwa ’impor buku-buku ini harus dicegah dengan segala macam cara yang ada’. Akan tetapi, surat edaran itu datang terlambat; saudara-saudara sudah mengambil buku-buku tersebut. Mereka langsung membagikannya di antara Saksi-Saksi. Ketika pihak gereja datang ke kantor cabang untuk merampas buku-buku itu, buku-buku itu sudah tidak ada lagi!

Tanpa menyerah, para pemimpin agama mencoba taktik baru pada tahun 1947. Departemen Pendidikan dan Agama mengeluarkan surat edaran kepada semua departemen pemerintah yang menyatakan bahwa semua publikasi Saksi-Saksi Yehuwa harus dibubuhi kata-kata ”Aliran Bidah Saksi-Saksi Yehuwa”. Sebagai akibatnya, kantor-kantor pos dan bea cukai tidak mau mengirimkan kepada kita lektur dari Amerika Serikat atau mengirimkan apa saja di dalam negeri kecuali bila dicap dengan kata-kata tersebut. Peristiwa penting pada tahun itu adalah kunjungan N. H. Knorr, presiden ketiga Lembaga, ke Yunani dan M. G. Henschel, yang belakangan menjadi presiden yang kelima. Pengaturan diadakan untuk gedung-gedung kantor cabang yang baru di Tenedou Street No. 16 di Athena. Menyedihkan sekali, pada bulan November tahun yang sama, kedua lulusan Gilead dipaksa untuk meninggalkan Yunani. Plato Idreos diangkat menjadi wakil Lembaga.

Laporan kepada Pemerintah mengenai Penganiayaan

Setelah pejabat-pejabat pemerintah menyatakan bahwa tidak ada lagi penganiayaan agama di Yunani, sebuah laporan diserahkan kepada pemerintah pada bulan Agustus 1946 yang mendokumentasikan perlakuan buruk yang dialami Saksi-Saksi Yehuwa. Sebenarnya, jumlah penganiayaan mencapai angka tertinggi. Pada tahun 1946, dalam lima bulan saja, 442 saudara kita diseret ke hadapan pengadilan. Beberapa bahkan dieksekusi.

Pada bulan Maret 1946, di desa Phiki, Thessaly, sepuluh Saksi yang tidak mau melanggar prinsip Kristen dipukuli dengan pentung dan senapan, dilemparkan ke tanah, dan diinjak-injak dengan sangat brutal sehingga mereka tidak dapat dikenali lagi. Kemudian mereka dilemparkan ke dalam lubang kapur yang sempit dan kapur dimasukkan ke dalamnya. Penduduk desa hanya berdiri dan menonton. Ketika seorang rekan seiman mengunjungi mereka malam itu, ia menerima perlakuan yang sama.

Karena hasutan uskup di Trikkala, kekerasan serupa terjadi di Eleftherohori yang letaknya berdekatan, persis keesokan harinya. Seorang saudara mencoba menggunakan media massa untuk memprotes perlakuan buruk kepada Saksi-Saksi Yehuwa ini. Ia dibawa ke sebuah ruang bawah tanah di kantor polisi dan dipukuli sampai pingsan. Mereka melemparkan dia, yang bersimbah darah, ke jalan kecil di belakang stasiun. Orang-orang yang lewat membawanya ke apotik untuk dirawat. Ia tidak sadarkan diri selama 15 hari, dan baru sebulan kemudian ia dapat menceritakan apa yang terjadi atas dirinya.

Grigoris Karagiorgos, seorang kepala keluarga dan Saksi dari desa Paleokastro, Karditsa, juga tidak mau mengkompromikan prinsip-prinsip keagamaannya. Pada tanggal 15 Agustus 1946, ia ditangkap oleh sekelompok orang yang mengangkat diri mereka sendiri menjadi penjaga keamanan yang menyiksanya seperti inkwisisi abad pertengahan sehingga akhirnya mengakibatkan kematiannya.

Kekejaman serupa terjadi pada tanggal 26 Juni 1947, di dekat Sparta. Di desa Vrondamás, sekelompok polisi bersenjata mendapati Panagiotis Tsembelis sedang memimpin pengajaran Alkitab dengan seorang wanita yang baru berminat. Keduanya dipukuli; polisi mau menggantung wanita ini, tetapi beberapa penduduk desa campur tangan. Setelah menyiksa saudara tersebut dan menghancurkan rahangnya, mereka mengikat dan menyeretnya sejauh kira-kira 1,5 kilometer ke luar desa. Lalu ia ditembak dan dibunuh oleh polisi bersenjata.

Di desa yang sama, seorang saudari dipatahkan tangannya karena ia tidak mau membuat tanda salib. Di desa Goritsá yang letaknya berdekatan, seorang saudari dihadapkan kepada polisi bersenjata di rumah saudari itu sendiri, dilucuti pakaiannya, digantung dengan kepala di bawah, dan disiksa. George Constantakis, seorang perintis, dibawa ke hutan berdekatan dan dieksekusi.

Tentu saja, tidak satu pun dari kekejaman ini menghentikan pekerjaan pengabaran. Selama tahun dinas 1949, terdapat puncak penyiar baru sebanyak 2.808 orang, walaupun lebih dari 700 saudara dan saudari diseret ke pengadilan.

Pengasingan!

Banyak kepala keluarga diasingkan ke pulau-pulau terpencil, seperti Yíaros dan Makrónisos. Pulau yang disebutkan belakangan tidak ada airnya serta gersang dan terkenal karena perlakuan kejam yang dilakukan terhadap para tahanan di sana. Theodoros Neros mengingat, ”Kami dibawa ke Makrónisos dengan perahu pada bulan Februari 1952. Michalis Garas dan George Panagiotoulis, yang pernah dipenjara selama lima tahun, ada bersama saya. Mereka telah dibebaskan, dan sekarang dihukum lagi karena kenetralan Kristen mereka. Mereka berdua dipukuli dengan kejam ketika kami tiba.

”Setelah berhari-hari bekerja paksa, pada suatu malam beberapa tentara memasuki sel kami dan membangunkan saya dengan kata-kata, ’Berdiri! Kami akan mengeksekusimu!’ ’Baiklah,’ kata saya dan mulai mengenakan pakaian. ’Tidak usah!’ kata mereka, ’begitu saja.’ Setelah beberapa saat, mereka berkata kepada saya, ’Apakah kamu ingin mengucapkan sesuatu?’ ’Tidak! Apa yang perlu saya katakan?’ jawab saya. ’Kami akan mengeksekusimu, dan kamu tidak mengatakan apa-apa?’ ’Tidak ada yang perlu saya katakan.’ ’Kalau begitu, apakah kamu tidak mau menulis sesuatu kepada keluargamu?’ ’Tidak!’ jawab saya, ’mereka sudah tahu bahwa saya bisa saja mati.’ ’Kalau begitu, mari kita pergi,’ kata mereka. Di luar, seorang petugas berteriak, ’Suruh dia berdiri dekat dinding! Balikkan badannya!’ Tetapi kemudian seorang tentara berkata kepada saya, ’Tidakkah kamu tahu bahwa kami tidak bisa mengeksekusi kamu kecuali kamu diadili di muka pengadilan militer terlebih dahulu?’ Semuanya hanya sandiwara untuk mematahkan integritas saya!”

Saudara Neros juga menceritakan bahwa Yehuwa menyediakan makanan rohani bagi saudara-saudara dalam pembuangan. ”Suatu hari, saya dikirimi sebuah kotak loukoumia [permen Yunani]. Tentu saja, semua kiriman diperiksa. Mereka yang melakukannya begitu bersemangat untuk mencicipi loukoumia sehingga mereka tidak memperhatikan pembungkus di bawahnya. Ternyata itu adalah sebuah majalah Menara Pengawal lengkap. Saudara-saudara berkomentar, ’Tentara-tentara itu makan loukoumia, tetapi kami makan Menara Pengawal!’ Hal yang baik dihasilkan dari semua penderitaan itu. Seorang sipir penjara, yang ditugaskan mengawasi Saksi-Saksi pada waktu mereka belajar dengan orang-orang lain yang diasingkan, menjadi seorang Saksi 25 tahun kemudian—demikian pula banyak di antara keluarganya. Ketika kami bertemu, kami mengenang pengalaman-pengalaman pada tahun-tahun yang lampau itu.”

Eksekusi Para Pemelihara Integritas

Pada edisi 8 April 1948, Awake! melaporkan tentang penganiayaan Saksi-Saksi Yehuwa di Yunani. Sepucuk surat khusus dikirimkan kepada menteri ketertiban umum Yunani, yang isinya memprotes eksekusi pada tanggal 5 Maret 1948, yang dilakukan oleh gerilyawan atas Christos Moulotas yang berusia 37 tahun, ayah dari empat anak, karena ia menolak untuk melayani kepentingan mereka. Juga dinyatakan bahwa pemerintah telah mengeksekusi John Tsoukaris dari desa Karytsa, Larissa, pada tanggal 9 Februari 1949.

Saudara-saudara di Sidang Larissa telah mencoba tanpa hasil untuk membebaskannya. Pada hari-hari terakhir sebelum kematiannya, mereka dapat memasukkan beberapa surat untuk dia. Dalam suratnya yang terakhir, tertanggal 7 Februari 1949, Saudara Tsoukaris menulis,

”Saudaraku yang kukasihi, keadaan saya berada dalam tangan Yehuwa sang pemelihara. Pagi ini . . . mereka membawa saya ke Mizourlo [tempat eksekusi], tetapi mereka tidak mengeksekusi saya, karena mereka berkata hari sudah terlalu larut. Namun, mereka melihat ketabahan saya, dan ini mengesankan mereka. Saya tidak tahu apakah saya akan dieksekusi besok pagi, tetapi hendaklah kita selalu memiliki keyakinan, dan hendaklah kita memohon kepada-Nya. Janganlah kita takut kepada manusia karena Alkitab mengatakan, ’Takut kepada orang mendatangkan jerat, tetapi siapa percaya kepada Yehuwa, dilindungi.’ Hendaklah kita mempunyai iman seperti Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, yang mengatakan dengan sangat jelas, ’Ya Raja, jika Allah kami yang kami puja ingin melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.’”

Pada tanggal 9 Februari, ia dibawa ke Mizourlo dan dieksekusi. Para pembaca Sedarlah! mengirim ribuan surat kepada menteri-menteri negara, kedutaan, dan konsulat untuk memprotes eksekusi itu. Tetapi, seorang teolog Ortodoks Yunani sekaligus profesor di Universitas Athena mendukung eksekusi atas Saudara Tsoukaris, dengan berkata, ”Menolak mengangkat senjata karena hati nurani sama sekali tidak dikenal dan tidak dapat diterima di antara kami.” Alangkah menyedihkan karena mereka bertindak sesuai dengan kata-kata itu!

Hukum Militer Berakhir

Ketika keadaan darurat perang akhirnya selesai, saudara-saudara dan saudari-saudari mendapat lebih banyak kebebasan bergerak untuk memberitakan kabar baik. Untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun, mereka dapat menawarkan sebuah buku besar kepada umum—”Karena Allah Itu Benar Adanya”. Pada tahun 1950-51 ada pertambahan penyiar sebesar 26 persen, pertambahan barisan perintis sebesar 28 persen, dan pertambahan pengajaran Alkitab sebesar 37 persen.

Tentu saja, penganiayaan tidak berakhir. Pada tahun 1950, Gereja Ortodoks Yunani melancarkan taktik lain. Mereka mencoba untuk membaptis anak-anak dari Saksi-Saksi Yehuwa dengan paksa. Seorang remaja berusia 17 tahun bernama Timothy, yang mempunyai orang-tua yang membesarkannya dalam kebenaran sejak kecil, dibaptis dengan paksa dan diberi nama ”Demetrius”!

Pada bulan Desember 1951, Saudara Knorr dan Saudara Henschel mengadakan kunjungan yang kedua ke Yunani. Karena polisi menolak memberikan izin untuk mengadakan kebaktian, saudara-saudara ini berbicara kepada 905 orang Saksi-Saksi di berbagai rumah.

Dengan adanya pertambahan dalam kegiatan teokratis, gedung kantor cabang yang baru perlu didirikan. Lokasi yang dipilih adalah di tengah kota Athena di Kartali Street. Pekerjaan dimulai pada tahun 1953; menjelang bulan Oktober 1954, sebuah bangunan baru berlantai tiga siap untuk menampung keluarga Betel, percetakan, dan kantor-kantor. Tercapai puncak baru sebesar 4.931 penyiar pada tahun itu.

Terus Diberkati meskipun Ditindas

Pada tahun 1955, ketika film Lembaga The New World Society in Action (Masyarakat Dunia Baru Beraksi) dipertunjukkan di Athena, 80 saudara dan saudari ditangkap. Film dan proyektornya disita. Sembilan saudara dituduh melakukan proselitisme. Untuk melihat film seperti apakah itu, kalangan berwenang mempertunjukkannya kepada sekitar 200 tamu, termasuk para imam, profesor, dan petugas polisi. Film ini cukup mengesankan, dan sejumlah surat kabar mengomentarinya. Film dan peralatan dikembalikan kepada saudara-saudara setelah pengadilan menjatuhkan vonis yang menguntungkan.

Gereja Ortodoks Yunani mencanangkan tahun 1959 sebagai tahun ”antibidah”. Tujuannya: ”melenyapkan Saksi-Saksi Yehuwa”, demikian menurut sebuah surat kabar di Athena. Sebaliknya dari dilenyapkan, umat Allah justru sangat diberkati pada tahun itu.

Saudara Knorr berkunjung pada bulan Mei dan berbicara kepada 1.915 hadirin di sebuah teater dan di Rumah Betel di Athena. Seminggu kemudian, Saudara Henschel mengunjungi Salonika dan berbicara kepada 1.250 hadirin di Olympion, bioskop terbesar di kota itu. Kebaktian-kebaktian yang lebih kecil diselenggarakan di seluruh negeri. Di Makedonia, dekat Filipi purba, 27 saudara dan saudari dibaptis di sungai yang sama, dekat tempat Paulus pernah mengabar kepada orang-orang yang berkumpul untuk berdoa.—Kis. 16:12-15.

Untuk kebaktian satu hari pada tanggal 30 Juli 1963, Lembaga menyewa stadion ”Panathinaikos” di Athena. Polisi telah memberikan izinnya, ribuan pengunjung dari negara-negara asing telah diundang, dan kamar-kamar hotel telah dipesan. Tetapi tiba-tiba pemerintah tumbang! Pemerintah yang baru, di bawah tekanan Gereja Ortodoks, membatalkan kebaktian.

Sebagian kekecewaan yang diakibatkannya agak terobati pada tahun 1965, ketika Lembaga mengumumkan bahwa suatu kebaktian berbahasa Yunani selama lima hari akan diselenggarakan di Wina, Austria. Tak terkira sukacita dari 1.250 saudara dan saudari yang mengadakan perjalanan. Kereta api dengan 12 gerbong yang disewa untuk perjalanan itu menjadi semacam ”Balai Kerajaan berjalan”.

Pada pertengahan tahun 1966, seorang Saksi muda bernama Christos Kazanis dijatuhi hukuman mati karena pendiriannya demi kenetralan Kristen. Kasus ini dipublikasikan secara luas dan menjadi kesaksian yang luar biasa di seluruh Yunani bahkan di luar Yunani. Surat kabar utama di Athena setiap hari mengomentari hukuman dan kepercayaan Saksi-Saksi Yehuwa secara panjang lebar. Akhirnya, hukuman dikurangi menjadi empat setengah tahun penjara. Sang uskup agung, Chrisostomos, dikritik dengan tajam dalam persoalan ini, karena ia memberi kesan bahwa ia menyetujui eksekusi atas seorang pemuda yang menolak menggunakan senapan.

Pergantian Politik

Tiba-tiba, pada malam tanggal 21 April 1967, pihak militer mengambil alih pemerintahan Yunani. Butir-butir dari Undang-Undang yang melindungi kebebasan berkumpul dan kebebasan pers dicabut. Pencetakan majalah Menara Pengawal harus berhenti. Menurut hukum, suatu pertemuan tidak boleh dihadiri oleh lebih dari lima orang. Pekerjaan pengabaran harus dilaksanakan dengan penuh kewaspadaan. Seperti biasa, para pemimpin agama Ortodoks memanfaatkan keadaan untuk menyusahkan saudara-saudara.

Pekerjaan berlanjut di bawah tanah. Saudara-saudara harus berhimpun di tempat terpencil di hutan-hutan. Ketika F. W. Franz, yang belakangan menjadi presiden keempat Lembaga, mengunjungi Yunani pada tahun 1969, ia berbicara kepada lebih dari seribu saudara di sebuah hutan dekat Salonika.

Kebencian atas Saksi-Saksi Yehuwa khususnya tampak pada kasus yang terjadi pada tahun 1974. Sepasang suami-istri bernama Polykandritis, yang bayinya meninggal tidak lama setelah dilahirkan, tidak diizinkan untuk mengubur sang bayi. Mengapa? Laporan surat kabar menjelaskan bahwa orang-tuanya adalah Saksi-Saksi Yehuwa, yang menikah sebagai Saksi pada tahun 1954. Tetapi selama pemerintahan sebelumnya, Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan dekret yang menyatakan bahwa semua pernikahan yang dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa tidak sah, dan ini didukung oleh Gereja Ortodoks Yunani. Jadi panitera setempat berkeras bahwa orang-tua itu harus terlebih dahulu menyatakan bahwa anak mereka anak haram sebelum ia mengizinkan pemakaman. Ayahnya menolak. Ia tidak bersedia untuk berdusta, menodai nama keluarganya dan hati nuraninya sendiri. Karena perbantahan ini berlarut-larut, mayat anak itu disimpan di lemari es selama empat hari. Pendapat umum di Yunani mengutuk penganiayaan yang keras ini. To Vima, sebuah surat kabar di Athena, menyebutnya ”Abad Pertengahan dengan segala keburukannya”.

Meskipun adanya keadaan-keadaan sulit selama kekuasaan militer, pekerjaan pengabaran Kerajaan terus maju. Jumlah penyiar meningkat dari 10.940 pada tahun 1967 menjadi 17.073 pada tahun 1974. Jumlah pengajaran Alkitab dan hadirin perhimpunan juga melonjak selama masa sulit itu.

Proyek Pembangunan bagi Organisasi yang Berkembang

Saksi-Saksi Yehuwa memiliki banyak tempat berhimpun di Yunani, namun sampai belakangan ini, mereka belum boleh menyebutnya Balai Kerajaan. Oleh karena itu banyak dengan sederhana disebut ”balai pengajaran”. Hingga kini, hanya sekitar 25 tempat perhimpunan di Yunani yang memakai nama ”Balai Kerajaan dari Saksi-Saksi Yehuwa”. Namun sekitar 117 sidang dengan kira-kira 9.500 Saksi berhimpun hanya di Athena saja!

Akan tetapi, umat Yehuwa dapat membangun di Yunani. Pada tahun 1977, saudara-saudara membeli sekitar 5 hektar hutan yang terletak kira-kira 35 kilometer di sebelah utara Athena. Di daerah pegunungan dan hutan pinus yang paling indah, Balai Kebaktian Malakasa, dengan kapasitas 1.800 orang, dibangun. Gedung ini memiliki corak istimewa—dinding-dinding dapat disorong untuk menampung hingga 3.500 orang. Di lapangan di sebelahnya, terdapat cukup tempat untuk mengadakan kebaktian distrik; sampai sebanyak 20.000 telah menghadiri kebaktian-kebaktian istimewa di sana. Dan di lapangan kebaktian di Salonika, ribuan orang dapat menikmati kebaktian wilayah dan distrik mereka.

Di Pulau Kreta, beberapa tahun yang lalu, saudara-saudara membeli sebidang tanah di lereng bukit di tengah-tengah pegunungan, lembah, dan kebun anggur. Mereka membangun sebuah amfiteater dan dua Balai Kerajaan di sana; dewasa ini, lokasi kebaktian ini menjadi tempat yang paling mencolok di daerah itu. Lereng bukit yang bertingkat-tingkat, dengan berbagai jenis bunga dan semaknya, berbaur indah dengan pemandangannya. Suasana yang tenang sungguh ideal. Jika Firman Allah didengungkan dari mimbar, saudara-saudara sering mengatakan, ”Ini seperti mencicipi firdaus.”

Selama 25 tahun, gedung-gedung kantor cabang berlokasi di Kartali Street di Athena. Selama masa tersebut, jumlah penyiar telah bertambah dari di bawah 5 ribu menjadi lebih dari 18 ribu; jelas dibutuhkan lebih banyak ruangan. Pada tahun 1962, sebuah tempat seluas 1 hektar dibeli di Marousi, di pinggiran Athena. Sekarang inilah tempat yang ideal untuk membangun gedung-gedung Betel baru, yang akan mempunyai 27 kamar tidur, sebuah percetakan, kantor-kantor, dan fasilitas lainnya. Penahbisan diselenggarakan pada tanggal 16 Juli 1979, dan Lyman Swingle mewakili Badan Pimpinan untuk acara ini.

Di kantor cabang yang baru, kemajuan teknologi yang lebih canggih memungkinkan saudara-saudara memproduksi majalah dan buku yang lebih baik kualitasnya. Sejak bulan Juli 1986, Menara Pengawal dan Sedarlah! mulai terbit serentak dengan edisi bahasa Inggris.

Masa Penyesuaian

Pada tahun 1980-an, terlihat suatu kebutuhan untuk mengadakan penyesuaian di dalam organisasi. Dari tahun 1977 hingga 1981, ada semacam stagnasi. Jumlah penyiar tetap mendekati angka 18.500, padahal 2.134 orang dibaptis selama periode tersebut. Apa problemnya? Beberapa kenajisan dalam sidang membutuhkan perhatian. Dan beberapa saudara, tampaknya, memandang kata ”penatua” dan ”pelayan sidang” sebagai gelar sebaliknya dari kata yang menunjukkan tanggung jawab untuk mengurus domba-domba Yehuwa. Kemurtadan juga secara tidak menyenangkan muncul selama tahun-tahun ini, dan sidang-sidang juga harus dibersihkan dari pengaruh yang memecah-belah ini. Tindakan-tindakan seperti itu, segera setelah dilaksanakan, sekali lagi menghasilkan pertambahan yang mantap.

Plato Idreos, yang telah melayani sebagai wakil Lembaga selama lebih dari 30 tahun, sekarang sudah bertambah tua dan digantikan oleh beberapa koordinator Panitia Cabang yang lain selama tahun-tahun berikutnya. Ini adalah masa yang sulit bagi keluarga Betel di Athena. Konflik kepribadian dan kesombongan menghambat pekerjaan. Tetapi dengan bantuan yang terus-menerus dari Badan Pimpinan dan saudara-saudara yang setia lainnya, organisasi diperkuat.

Kesaksian di Jalan

Pada tahun 1983, para pemimpin agama Gereja Ortodoks Yunani menerima kejutan besar. Untuk pertama kalinya, saudara-saudara mengorganisasi kesaksian di jalan sehubungan dengan sebuah kebaktian distrik.

Tanggapannya dramatis. Ratusan Saksi ditahan dan dibawa ke kantor polisi setempat. Akibatnya adalah 38 kasus pengadilan, 35 kasus sekaligus dimenangkan oleh saudara-saudara, sedangkan 3 kasus diserahkan kepada pengadilan banding. Para pemimpin agama dipaksa melihat bahwa mereka tidak mungkin menang. Dengan gusar, mereka memanggil orang-orang untuk berdemonstrasi menentang Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka menyewa banyak bus untuk membawa para demonstran, tetapi ternyata, tidak ada cukup banyak yang datang untuk memenuhi bahkan satu bus! Sejak itu, umat Allah terus memberi kesaksian di jalan-jalan, dan dengan sukses besar.

Kebaktian Istimewa Tahun 1985

Pada tahun 1985, Lembaga memilih Yunani menjadi salah satu lokasi dari kebaktian-kebaktian istimewa tahun itu. Tiga lokasi dipilih: stadion Apollo di Athena; Balai Kebaktian dan lapangannya di desa Malakasa, di luar Athena; dan lapangan untuk kebaktian dekat Salonika.

Ratusan delegasi datang dari 17 negeri. Dua anggota Badan Pimpinan, Saudara Gangas dan Saudara Barry, hadir. Demi manfaat para pengunjung, khotbah-khotbah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa Eropa dan juga ke dalam bahasa Jepang. George Gangas, yang adalah seorang Yunani, berbicara kepada peserta kebaktian dalam bahasa Yunani, suatu hal yang sangat menggembirakan hadirinnya. Jumlah hadirin seluruhnya untuk ketiga kebaktian ini adalah 37.367 orang, dan 368 dibaptis.

Kasih di antara saudara-saudara dari begitu banyak bagian bumi khususnya nyata ketika tengah hari tiba. Sambil duduk di bawah pohon-pohon pinus yang rindang, kita dapat mendengar banyak sekali suara sedang menyanyikan lagu Kerajaan.

Kebaktian-Kebaktian Diserang

Pada musim panas berikutnya, bulan Juni 1986, surat kabar I Larisa melaporkan bahwa sekumpulan orang yang dipimpin oleh imam-imam berkumpul di depan Bioskop Galaxias tempat 700 Saksi-Saksi berkumpul untuk kebaktian wilayah. Gerombolan itu bertekad menghentikan kebaktian, tetapi polisi datang dan membubarkan mereka. Surat kabar I Alithia dari Larissa membandingkan emosi gerombolan itu dengan emosi kumpulan orang yang berteriak-teriak menuntut kematian Yesus, dengan berkata, ”Dan sayangnya, ’pemimpin’ gerombolan itu adalah seorang imam yang . . . mengamuk! Ia mengancam dan mencaci maki. Pada suatu saat ia . . . mengeluarkan ultimatum agar dalam lima menit mereka yang berada di dalam harus mengosongkan gedung, kalau tidak ’kita akan masuk dan menghancurkan kepala mereka.’”

Mengingat penyerangan demikian, Badan Pimpinan memutuskan untuk menerbitkan dua artikel mengenai pokok itu. Maka terbitan Awake! tanggal 22 Oktober 1986 memuat sebuah artikel berjudul ”Penganiayaan Agama di Yunani—Mengapa?” dan terbitan The Watchtower tanggal 1 Desember 1986 memuat artikel ”Kemerdekaan Beragama Diserang di Yunani”. Hasilnya? Anggota-anggota pemerintah Yunani dibanjiri surat-surat! Surat kabar Eleftherotipia mengumumkan, ”200.000 surat dari 208 negeri dikirimkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.” Surat kabar Avgi menyebutkan bahwa Menteri Kehakiman harus mengatur suatu dinas khusus untuk menangani ribuan surat yang diterima setiap hari.

Untuk kebaktian distrik tahun 1988, saudara-saudara menyewa Stadion Perdamaian dan Persahabatan yang modern dekat pelabuhan Piraeus. Dengan kontrak yang sudah ditandatangani, Saksi-Saksi Yehuwa menghabiskan 6.000 jam untuk membersihkan fasilitas itu. Namun, tanpa memedulikan nama stadion yang idealistis itu, seorang pemimpin agama terkemuka mengadakan protes keras—bahkan membunyikan lonceng-lonceng gereja, sehingga meyakinkan banyak orang bahwa ada bencana bagaikan perang telah terjadi. Ia bahkan sampai mengancam akan mengambil alih stadion itu jika izin menggunakan stadion tidak dibatalkan. Menyedihkan, di bawah tekanan demikian, kontrak yang sah tersebut dibatalkan—padahal tinggal tiga hari lagi kebaktian yang dijadwalkan akan mulai. Saudara-saudara bekerja siang dan malam mempersiapkan daerah lain untuk acara empat hari itu. Ternyata hasilnya baik—mendatangkan keriangan bagi seluruh 30.000 orang yang dapat mengikuti bagian-bagian acara secara langsung atau melalui sambungan telepon.

Kasus Pengadilan yang Penting dan Keputusan Membela Kabar Baik

Ketika menulis kepada sidang di Filipi di Makedonia purba, rasul Paulus menyebutkan tentang ”membela dan secara hukum meneguhkan kabar baik itu”. (Flp. 1:7, NW) Organisasi Saksi-Saksi Yehuwa zaman modern di Yunani berulang kali harus menggunakan pengadilan agar dapat memberitakan kabar baik. Musuh terbesar umat Allah di negeri itu adalah Gereja Ortodoks Yunani, dulu maupun sekarang. Dengan mempengaruhi berbagai lembaga pemerintahan, para pemimpin agama telah membuat umat Allah sangat menderita. Akan tetapi, beberapa keputusan yang dijatuhkan oleh hakim-hakim yang tidak berat sebelah telah membantu Saksi-Saksi Yehuwa dalam pekerjaan pengabaran.

Misalnya, selama tahun ”antibidah” yaitu 1959, Yehuwa mengaruniakan kemenangan yang penting. Hierarki dari Gereja Ortodoks Yunani telah mengajukan suatu pertanyaan kepada Mahkamah Tinggi mengenai apakah Saksi-Saksi Yehuwa adalah agama yang ”diakui”. Mahkamah Tinggi berpendapat bahwa Saksi-Saksi Yehuwa adalah agama yang diakui dan oleh karena itu dilindungi oleh Undang-Undang Dasar negara.

Setan menggunakan sarana yang halus dalam upayanya membuat saudara-saudara berkompromi—bahkan sehubungan dengan pembayaran rekening [listrik] mereka. Di kota Patras, penduduk mendapati ada suatu hal yang tidak biasa dimasukkan dalam rekening listrik mereka. Ada biaya tambahan untuk ”pembangunan Gereja St. Andrew”. Tentu saja, Saksi-Saksi tidak mau membayar biaya tambahan ini. Perusahaan listrik mengancam untuk menghentikan aliran listrik mereka. Persoalannya dibawa ke pengadilan, dan sumbangan wajib itu diputuskan tidak sesuai undang-undang.

Taktik lain dari Gereja Ortodoks Yunani yang telah sering digunakan ialah menuduh Saksi-Saksi Yehuwa sebagai organisasi Yahudi yang mendukung Zionisme dunia. Masyarakat Yahudi di Yunani terganggu oleh propaganda ini, karena mengetahui bahwa hal ini dapat menyusahkan mereka juga.

Dalam sepucuk surat tertanggal 21 September 1976, wakil-wakil dari Pusat Dewan Yahudi di Yunani mengumumkan kepada para pemimpin Gereja Ortodoks Yunani bahwa tuduhan semacam itu sama sekali tidak mempunyai dasar. Dalam sebuah kasus pengadilan di Kreta, tempat Gereja Ortodoks Yunani berkeberatan untuk membiarkan Saksi-Saksi membentuk suatu badan hukum, tuduhan bahwa mereka adalah organisasi Zionis merupakan salah satu argumen utama mereka. Seorang wakil resmi dari masyarakat Yahudi menyampaikan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa tidak ada hubungannya dengan Yudaisme. Dalam pemeriksaan pengadilan banding, para hakim menerima pernyataan ini. Taktik licik lain dari para pemimpin agama telah digagalkan!

Kemenangan Berkenaan Netralitas

Masalah netralitas dihadapi oleh semua saudara yang dipanggil untuk dinas militer. Sebelum tahun 1977, saudara-saudara berulang kali dipanggil untuk menjalani hukuman penjara; beberapa dipenjarakan selama lebih dari 12 tahun! Seorang wakil dari negeri Belanda mengemukakan persoalan ini kepada Dewan Eropa di Strasbourg pada tanggal 25 April 1977. Dewan ini akhirnya menghasilkan keputusan membatasi masa pemenjaraan menjadi satu kali masa hukuman selama empat tahun. Namun, rata-rata, ada 400 saudara dipenjara di Yunani pada suatu waktu tertentu.

Kemiliteran Yunani memang membebaskan dari dinas militer orang-orang ”yang adalah rohaniwan, biarawan, atau calon biarawan dari agama yang diakui jika mereka menginginkannya,” demikian menurut Lembaran Negara yang resmi. Meskipun demikian, antara tahun 1988 dan 1992, beberapa saudara yang diakui sebagai rohaniwan menjalani hukuman penjara karena netralitas mereka.

Salah seorang dari mereka membawa kasusnya ke Dewan Negara. Ia naik banding berkenaan perintah untuk ikut dalam dinas militer dan berkenaan hukuman penjara yang selanjutnya diberikan kepadanya, dengan menyatakan bahwa ia adalah rohaniwan agama yang diakui. Permohonan bandingnya diterima—kemenangan ganda dalam hal diakui bahwa Saksi-Saksi Yehuwa adalah agama yang resmi dan juga meneguhkan bahwa Saksi-Saksi yang diakui pemerintah sebagai rohaniwan dibebaskan dari dinas militer. Tiga saudara lain mengambil tindakan hukum serupa dan juga dibebaskan.

Undang-Undang Proselitisme

Undang-undang yang menentang proselitisme telah menjadi hambatan yang berat di Yunani. Undang-undang ini pertama kali ditetapkan pada tahun 1938 dan diperbaiki pada tahun 1939, kemudian diteguhkan kembali dalam Undang-Undang Dasar tahun 1975.

Kasus paling menonjol yang menyangkut proselitisme adalah kasus Kokkinakis v. Greece. Saudara Kokkinakis didenda dan dihukum empat bulan penjara karena proselitisme. Ia naik banding, sehingga hukumannya dikurangi menjadi tiga bulan penjara dan diganti berupa denda. Permohonan banding untuk pembatalan hukuman diserahkan kepada Mahkamah Tinggi Yunani, Mahkamah Kasasi. Pada bulan April 1988, Mahkamah Tinggi menolak permohonan banding tersebut. Ini memberi kesempatan kepada Saudara Kokkinakis untuk menyerahkan permohonan banding pribadi kepada Mahkamah Eropa untuk Hak Asasi Manusia di Strasbourg. Pada tanggal 7 Desember 1990, Komisi Eropa untuk Hak Asasi Manusia meninjau kasus ini. Komisi ini memberi suara bulat bahwa Yunani telah melakukan pelanggaran yang serius atas Butir ke-9 Konvensi Eropa mengenai Hak Asasi Manusia, yang menyebut tentang kebebasan beragama. Kasus itu dinyatakan ”dapat diterima” dan diserahkan kepada Mahkamah Eropa untuk Hak Asasi Manusia di Strasbourg.

Hasilnya, sebagaimana disebutkan dalam permulaan kisah ini, adalah kemenangan mutlak bagi kebebasan beragama di Yunani. Mengenai bagaimana tanggapan pengadilan, hakim, dan juri di Yunani atas vonis mahkamah tinggi pada tanggal 25 Mei 1993 ini, hanya waktu yang menjawabnya. Akan tetapi, semua pencinta keadilan dapat memperoleh penghiburan dengan mengetahui bahwa ada Pengadilan yang jauh lebih tinggi daripada pengadilan manusia mana pun. Hakimnya yang dilantik Allah dapat membaca hati semua orang; ia akan menegakkan keadilan tidak soal manusia melakukannya atau tidak.—Yes. 11:1-5.

Penganiayaan Fisik yang Luar Biasa

Human Rights Without Frontiers, sebuah jurnal yang diterbitkan di Belgia, baru-baru ini secara ekstensif melaporkan tentang undang-undang proselitisme ini, dengan menyebutnya ”keji” dan menambahkan, ”[Hukum itu] menyediakan ’alibi yang sah’ untuk melancarkan suatu pogrom [penyerangan terorganisasi kepada orang yang tak berdaya, biasanya disertai kerja sama dengan para pejabat] berupa penganiayaan agama di Yunani yang ditujukan terhadap semua orang yang berani menolak untuk mengikuti agama yang ’secara dominan merajai’ negeri itu.” Jurnal itu menyatakan bahwa hukum ini telah mengakibatkan ”pelanggaran besar-besaran atas hak asasi manusia” yang berkisar dari sidang pengadilan, denda, dan pengasingan hingga ”penganiayaan fisik secara brutal, segala jenis perampasan dan siksaan yang, dalam banyak kasus, mengakibatkan penyakit dan cacat fisik yang permanen atas korban penyiksaannya yang tidak bersalah, dan juga kematian yang mengenaskan.”

Jurnal yang sama secara ekstensif mengutip kata-kata dari Saksi yang selamat melewati penganiayaan ini. Saudara-saudara dan saudari-saudari yang setia bercerita tentang penganiayaan yang luar biasa: ditinju, ditampar, ditikam, dipukuli hingga babak belur, dibuat bersimbah darah dan pingsan; dicambuk, dikeroyok massa, diludahi, dilemparkan ke tanah dan diinjak-injak, dilempari batu, dibakar, disiksa, diikat dengan tali dan rantai, dan ditembak. Savvas Tzezmetzidis mengingat kembali, ”Mereka melucuti pakaian saya dan mereka mengikat tangan dan kaki saya menjadi satu dan mereka menyeret saya, tanpa pakaian sama sekali, melalui duri-duri di tanah tak beraspal, dan pada waktu yang sama memukuli dan menendangi saya.”

Dalam penjara, saudara-saudara sangat menderita. Mereka bercerita tentang direnggut dari keluarga, tinggal berminggu-minggu di sel penjara yang dibanjiri air, tentang bulan-bulan musim dingin yang membekukan dalam sel yang terbuka tanpa pemanas, kelaparan secara perlahan-lahan, tidak cukup atau tidak adanya perawatan medis, makanan yang sengaja dicemari kotoran dan sampah lain yang tak terucapkan, dan segala jenis penyiksaan mental dan emosi.

Misalnya, jurnal itu mengutip kata-kata seorang tahanan sebagai berikut, ”Begitu Anda masuk penjara, Anda mulai dengan turun ke sebuah ruang bawah tanah di penjara. Semakin jauh Anda turun, semakin Anda menyadari bahwa setiap bentuk kesopanan manusia dan harga diri pribadi telah tenggelam dan sama sekali hilang dalam lingkaran setan itu. Sejak saat itu, yang ada hanyalah perasaan mendasar untuk tetap hidup dengan cara apa pun dan keinginan untuk bebas di atas segalanya . . . Pada dinding yang kotor di ruang-ruang bawah tanah itu tertulis sejarah, kesakitan dan kesengsaraan dari orang-orang yang tidak beruntung karena menghabiskan sebagian hidup mereka di sana. Kejorokan yang menjijikkan, beronggok-onggok sampah dan pembuangan, tikus-tikus, udara yang pengap, satu bola lampu yang redup yang berjuang untuk menerangi kegelapan, toilet yang tersumbat dan membanjir keluar, genangan-genangan yang . . . kotor, jarum suntik bekas, noda-noda darah di lantai dan bangku-bangku semen, kasur-kasur dari karet busa yang sudah robek-robek yang menawarkan tidur sejenak selama beberapa menit disertai kegelisahan, wajah-wajah yang memilukan dan penuh kesengsaraan yang mengingatkan kita akan penghuni rumah sakit jiwa yang menyedihkan di Pulau Leros, dan jiwa-jiwa yang putus harapan yang dengan menyedihkan menanyai Anda, ’Ngomong-ngomong, ini hari apa, ya?’, dan para pengungsi dari segala tempat yang dengan perlahan menggumamkan kepada diri sendiri lagu-lagu pilu dalam bahasa yang kedengarannya aneh, dan penjaja kopi yang menghina setiap orang dan dengan gila-gilaan meminta tiga ratus drachma untuk satu botol-plastik air, dan ’para tahanan seumur hidup’ yang mencoba di balik layar untuk melepaskan semua nafsu seksual mereka yang ditahan-tahan, dan keinginan yang luar biasa kuat yang Anda rasakan mendesak-desak dalam diri Anda untuk akhirnya mendengar suara teriakan Kepala Penjaga yang menyebut nama Anda seperti berita dari surga untuk memanggil Anda keluar dari ’neraka dunia’ ini menuju firdaus.”

Serupa dengan itu, Fotis Lazaridis menceritakan kembali, ”Saya tidur di lantai tanah yang dipadatkan yang ditutupi dengan kantong-kantong kertas bekas . . . Pakaian yang saya kenakan sangat tipis. Saya juga tidak dapat menggunakan kain itu lebih lama. Saya harus merobeknya menjadi potongan-potongan kecil untuk menyumbat beberapa lubang tikus di dinding . . . Pada malam pertama, tikus-tikus itu benar-benar merayapi tubuh saya ketika saya tidur. Mengenai ’fasilitas’ toilet, yang dapat saya gunakan hanyalah sudut-sudut sel saya, sel kecil yang berukuran hanya 2 x 1 . . . meter. Kelembaban menetes melalui dinding-dinding.”

Selama periode antara tahun 1938 (ketika hukum proselitisme dikeluarkan) dan 1992, jurnal itu mendaftarkan hampir 20.000 penangkapan karena proselitisme; untuk ”para anti wajib militer”, jurnal itu mendaftarkan 2.269 orang diadili, 68 orang diasingkan, 42 orang dihukum mati, 2 orang dieksekusi, dan 4 orang disiksa sampai mati; akhirnya, jurnal tersebut mendaftarkan 4.828 kasus penganiayaan fisik, 2.809 di antaranya dilakukan oleh para petugas militer, 1.059 oleh polisi, dan 252 oleh para imam. Berkenaan daftar terakhir ini, jurnal itu menambahkan, ”Ribuan orang lainnya telah mendapat segala jenis perlakuan yang hina.”

Bagaimana manusia dapat bertekun menahan perlakuan kejam demikian? Penganiayaan yang kejam bukan hal baru bagi umat Kristen sejati. Rasul Paulus dianiaya dan dipenjarakan di negeri yang sama, dan ia menjelaskan bahwa ia dapat bertahan bukan dengan kekuatannya sendiri. Ia menulis, ”Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Flp. 4:13) Hanya iman yang terus-menerus demikian kepada Allah Yehuwa-lah yang dapat membuat ribuan Saksi-Saksi Yehuwa bertekun dalam penderitaan demikian.

Akan tetapi, orang-orang Yunani sepanjang sejarah dikenal karena cinta mereka akan keadilan dan kemerdekaan. Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh dunia mengharapkan agar pribadi-pribadi berhati jujur dalam pemerintahan Yunani akan segera bergerak untuk melindungi reputasi internasional negara mereka dengan membatasi pengaruh Gereja Ortodoks Yunani dan melindungi orang-orang yang tidak bersalah dari penganiayaan.

Ekspansi Membutuhkan Fasilitas Cabang yang Baru

Meskipun adanya segala penganiayaan itu, pekerjaan pengabaran terus berkembang di Yunani. Sebenarnya, tahun dinas 1985 diakhiri dengan lebih dari 20.000 penyiar. Fasilitas cabang di Marousi sekarang terlalu kecil untuk menampung keluarga Betel yang bertambah. Pada mulanya, kantor cabang memecahkan problem tersebut dengan menyewa apartemen yang letaknya berdekatan, kemudian dengan membeli sebuah hotel kecil yang jauhnya kira-kira 4 kilometer. Tetapi cara-cara ini sifatnya sementara.

Dengan izin dari Badan Pimpinan, suatu lokasi untuk membangun fasilitas cabang yang baru mulai dicari. Hal ini tidak mudah, karena hukum bangunan tidak mengizinkan bangunan tempat tinggal digabungkan dengan percetakan. Akhirnya, 60 kilometer di sebelah utara Athena, 22 hektar tanah dibeli dekat jalan raya nasional yang menghubungkan Athena dan Salonika. Setelah menunggu selama dua setengah tahun untuk memperoleh izin membangun, saudara-saudara dapat mulai mengerjakan proyek ini pada tahun 1989.

Lokasinya adalah di Eleona, di lereng gunung dengan pemandangan gunung-gunung dan lembah yang subur. Fasilitas cabang dapat dilihat oleh mereka yang lewat dari jalan raya atau dari kereta api. Tempat tinggal terdiri dari 22 rumah, yang masing-masing dapat menampung delapan orang. Semua bangunan di kompleks itu mengikuti gaya pedusunan yang menyenangkan.

Tentu saja, para pemimpin agama Ortodoks menentang proyek ini sejak semula. Mereka bahkan mengorganisasi suatu demonstrasi di lokasi itu bersama sekitar 2.500 orang. Akan tetapi, kalangan berwenang mengirimkan sepasukan polisi anti huru-hara yang terdiri dari 200 orang untuk menghalangi pelaku-pelaku keributan ini memasuki tanah milik Lembaga, maka protes itu gagal. Para imam juga berbaris di sepanjang jalan-jalan di Athena dengan membawa spanduk berisikan protes terhadap proyek itu.

Kantor cabang yang baru ditahbiskan pada tanggal 13 April 1991, dan saudara-saudara bergembira dengan hadirnya Milton Henschel dan Albert Schroeder dari Badan Pimpinan bersama mereka untuk tonggak penting dalam sejarah umat Yehuwa di Yunani. Ribuan saudara dan saudari merelakan waktu dan energi mereka untuk membantu proyek ini. Kasih dan perhatian Allah Yehuwa dan organisasi-Nya di bumi nyata terlihat. Bahkan para pengamat dari luar memperhatikan sambil terheran-heran seraya gedung-gedung ”muncul seperti jamur”. Meskipun adanya segala tentangan, Yehuwa telah mempertunjukkan sebuah mukjizat pada zaman modern di Eleona. Teringatlah kata-kata Paulus di 2 Korintus 13:8, ”Kami tidak dapat berbuat apa-apa melawan kebenaran; yang dapat kami perbuat ialah untuk kebenaran.

Naiknya Pasang Kebenaran!

Dari awal yang kecil pada tahun 1905, jumlah pemuji Yehuwa sekarang telah melewati angka 25.000. Air kebenaran telah bertambah dari aliran kecil menjadi banjir pasang yang besar. Kegiatan umat Yehuwa di negeri itu telah menghasilkan kesaksian besar untuk nama Yehuwa, Allah kita. Laporan ini hanya mencantumkan beberapa nama, tetapi dalam kenyataannya, ribuan saudara dan saudari kita telah menyumbang kepadanya. Api kebenaran menyala dengan terang di banyak hati orang Yunani, hati dari pria dan wanita yang rendah hati yang tanpa takut membicarakan kabar baik di seluruh Yunani dan kepulauannya. Banyak yang telah sangat menderita dan bahkan memberikan kehidupan mereka demi nama Yehuwa. Integritas mereka yang loyal telah menyukakan hati Yehuwa.—Ams. 27:11.

Pertempuran melawan kepalsuan harus berlanjut hingga akhir dari sistem perkara ini. Di negeri ini, tempat Paulus berdiri di Areopagus untuk membela kabar baik, tempat Yohanes menerima Penyingkapan di Pulau Patmos, Saksi-Saksi Kristen dari Yehuwa terus berjuang keras demi iman. Walaupun adanya ribuan kasus pengadilan dan penganiayaan yang dirancang oleh para pemimpin agama, bahkan kematian sekalipun, cahaya kebenaran tidak akan pernah dapat dipadamkan. Dewasa ini cahaya itu bersinar lebih terang daripada sebelumnya. Dan akan terus bersinar! Naiknya pasang air kebenaran akan terus bertambah hingga bukan hanya negeri Yunani tetapi seluruh bumi akan ”penuh dengan pengenalan akan [Yehuwa], seperti air laut yang menutupi dasarnya.”—Yes. 11:9.

[Catatan Kaki]

a Laut Ionia, yang terletak di sebelah pesisir barat Yunani, kemungkinan berasal dari nama Yawan.

[Kotak di hlm. 109]

ALKITAB YANG MUDAH DIMENGERTI

Kebaktian Distrik ”Pengajaran Ilahi” pada tahun 1993 menancapkan tonggak penting lain dalam sejarah Saksi-Saksi Yehuwa di Yunani. Selama berpuluh-puluh tahun, para pemberita kabar baik telah menggunakan terjemahan Alkitab Vamvas. Karena dipersiapkan pada abad ke-19, terjemahan ini menggunakan Katharevusa, bahasa Yunani puristis (bahasa yang dipertahankan kemurniannya) yang walaupun lebih kontemporer daripada bahasa Koine yang digunakan dalam Kitab-Kitab Kristen asli, namun masih terlalu kuno bagi pembaca zaman modern. Kaum muda khususnya mendapati banyak bagian dalam terjemahan Vamvas sulit dipahami. Hal ini menghambat kemajuan untuk memahami Alkitab.

Maka pada hari Minggu, 18 Juli 1993, hari terakhir dari Kebaktian Distrik ”Pengajaran Ilahi”, Saksi-Saksi Yunani tergetar ketika Albert Schroeder, dari Badan Pimpinan, mengumumkan sebuah terbitan baru—The Christian Scriptures Rendered From the New World Translation (Kitab-Kitab Kristen yang Diterjemahkan dari Terjemahan Dunia Baru). Di tiga lokasi kebaktian, yang dihubungkan dengan saluran telepon, para petugas membagikan sekitar 30.000 eksemplar kepada para peserta kebaktian dalam waktu kurang dari lima menit. Dengan demikian, semuanya dapat mengikuti seraya Saudara Schroeder menunjukkan beberapa dari banyak perbaikan dalam publikasi baru ini dibandingkan terjemahan Vamvas. Yang paling penting dari semua ini adalah digunakannya nama ilahi, Yehuwa, 237 kali dalam teksnya. Terjemahan baru ini juga mencakup 68 halaman indeks, catatan para sarjana pada teks, peta-peta, dan Topik-Topik Alkitab untuk Diskusi. Maka, tidak mengherankan jika terbitan baru ini disambut dengan tepuk tangan, sorak-sorai, dan bahkan air mata—yang berlimpah.

[Grafik di hlm. 114)

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

Penyiar

25.000

20.000

15.000

10.000

5.000

0

1938 1950 1960 1970 1980 1992

Penangkapan (kumulatif)

25.000

20.000

15.000

10.000

5.000

0

1938 1950 1960 1970 1980 1992

[Peta di hlm. 66]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

Filipi

Salonika

Larissa

Korintus

Athena

Eleona

THESSALY

CORFU

KRETA

[Gambar di hlm. 72, 73]

1. George Koukoutianos pada tahun 1927. 2. Nicolas Kouzounis di penjara Kaválla yang terkenal buruk, pada tahun 1948. 3. Grigoris Grigoriadis di mejanya di Betel, Kartali Street, Athena. 4. Memperbaiki jala ikan di Levkás. 5. George Douras (lihat panah) dengan Sidang Athena. Latar belakang: Kaválla, Neapolis purba, pelabuhan tempat rasul Paulus pertama kali mendarat di Eropa

[Gambar di hlm. 88, 89]

1. Plato Idreos dengan istrinya, Phyllis. 2. Athanassios Karanassios, wakil pertama dari kantor cabang Lembaga di Yunani. 3. Nelayan di Molivos, di Pulau Mytilene. 4. Michael Kaminaris (kedua dari kiri), yang masih menjadi anggota keluarga Betel di Yunani. 5. Kanal Korintus. Latar belakang: Patmos, pulau tempat rasul Yohanes menerima Penyingkapan dari Yesus Kristus pada tahun 96 M

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan