PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Dibenci karena Iman Mereka
    Menara Pengawal—1998 | 1 Desember
    • Dibenci karena Iman Mereka

      ”Kamu akan menjadi sasaran kebencian semua orang oleh karena namaku.”​—MATIUS 10:22.

      1, 2. Dapatkah saudara menceritakan beberapa pengalaman nyata yang dialami Saksi-Saksi Yehuwa karena mengamalkan kepercayaan agama mereka?

      SEORANG pemilik toko yang jujur dari Pulau Kreta ditangkap sebanyak puluhan kali dan dihadapkan ke pengadilan Yunani berulang-kali. Jika ditotal, masa pemenjaraan yang telah dijalaninya adalah enam tahun lebih, terpisah dari istri dan kelima anaknya. Di Jepang, seorang siswa berusia 17 tahun dikeluarkan dari sekolah, padahal ia berkelakuan baik dan menduduki peringkat teratas di kelasnya yang terdiri dari 42 siswa. Di Prancis, sejumlah orang tiba-tiba diberhentikan dari pekerjaan mereka, meskipun mereka mempunyai reputasi yang sangat bagus sebagai karyawan yang rajin dan bertanggung jawab. Persamaan apa terdapat pada semua pengalaman nyata ini?

      2 Mereka semua adalah Saksi-Saksi Yehuwa. ”Kejahatan” apa yang mereka lakukan? Intinya, mengamalkan kepercayaan agama mereka. Karena menaati ajaran Yesus Kristus, sang pemilik toko membagikan imannya kepada orang-orang lain. (Matius 28:​19, 20) Ia dinyatakan bersalah, sebagian besar didasarkan atas undang-undang Yunani lama yang menyatakan proselitisme sebagai tindak kriminal. Sang murid dikeluarkan karena hati nuraninya yang dilatih Alkitab tidak mengizinkan dia untuk ikut latihan wajib kendo (seni pedang Jepang). (Yesaya 2:4) Dan, para karyawan yang dikeluarkan dari pekerjaannya di Prancis diberi tahu bahwa satu-satunya alasan pemecatan mereka adalah karena mereka menyatakan diri sebagai Saksi-Saksi Yehuwa.

      3. Mengapa penderitaan yang hebat di tangan manusia lain relatif jarang dialami kebanyakan di antara Saksi-Saksi Yehuwa?

      3 Pengalaman pahit seperti itu memang umum dialami oleh Saksi-Saksi Yehuwa, seperti yang baru-baru ini terjadi di beberapa negeri. Namun, bagi kebanyakan Saksi-Saksi Yehuwa, penderitaan yang hebat di tangan manusia lain relatif jarang terjadi. Umat Yehuwa dikenal di seluas dunia karena tingkah laku mereka yang baik​—reputasi ini tidak dapat dijadikan alasan yang sah oleh siapa pun untuk mencelakakan mereka. (1 Petrus 2:​11, 12) Mereka tidak membentuk komplotan ataupun melakukan perbuatan yang mencelakakan. (1 Petrus 4:​15) Sebaliknya, mereka berupaya hidup selaras dengan nasihat Alkitab untuk pertama-tama tunduk kepada Allah, kemudian kepada pemerintahan duniawi. Mereka membayar pajak yang diwajibkan oleh hukum dan berupaya untuk ”suka damai dengan semua orang”. (Roma 12:18; 13:​6, 7; 1 Petrus 2:​13-​17) Dalam pekerjaan pendidikan Alkitab yang mereka lakukan, mereka mengembangkan sikap respek terhadap hukum, nilai-nilai keluarga, dan moralitas. Banyak pemerintah memuji mereka karena telah menjadi warga negara yang taat hukum. (Roma 13:3) Namun, seperti yang diperlihatkan dalam paragraf pertama, mereka kadang-kadang menjadi sasaran tentangan​—di beberapa negeri bahkan dilarang oleh pemerintah. Apakah hal ini mengherankan kita?

      ”Biaya” Menjadi Murid

      4. Menurut Yesus, apa yang dapat diantisipasi seseorang bila menjadi salah seorang muridnya?

      4 Yesus Kristus menyatakan dengan jelas tentang apa yang tersangkut bila seseorang menjadi muridnya. ”Seorang budak tidak lebih besar daripada majikannya,” kata Yesus kepada para pengikutnya. ”Jika mereka telah menganiaya aku, mereka akan menganiaya kamu juga.” Yesus dibenci ”tanpa sebab”. (Yohanes 15:​18-​20, 25; Mazmur 69:5; Lukas 23:22) Murid-muridnya dapat mengantisipasi hal yang sama​—tentangan tanpa sebab-sebab yang dapat dibenarkan. Dalam lebih dari satu peristiwa, ia memperingatkan mereka, ”Kamu akan menjadi sasaran kebencian.”​—Matius 10:22; 24:9.

      5, 6. (a) Karena alasan apa Yesus mendesak para calon pengikutnya untuk ’menghitung biayanya’? (b) Kalau begitu, mengapa kita hendaknya tidak menjadi bingung bila menghadapi tentangan?

      5 Oleh karena itu, Yesus mendesak para calon muridnya untuk ”menghitung biaya” menjadi murid. (Lukas 14:​28) Mengapa? Bukan untuk memutuskan apakah mereka harus menjadi pengikutnya atau tidak, melainkan untuk bertekad memenuhi apa yang tersangkut. Kita harus siap bertahan menghadapi cobaan atau kesukaran apa pun yang menyertai hak istimewa ini. (Lukas 14:27) Tidak seorang pun memaksa kita untuk melayani Yehuwa sebagai pengikut Kristus. Keputusan kita bersifat sukarela; keputusan kita juga didasarkan atas pengetahuan. Kita tahu sebelumnya bahwa selain berkat-berkat yang akan kita alami karena memasuki hubungan yang berbakti dengan Allah, kita akan menjadi ”sasaran kebencian”. Jadi, kita tidak menjadi bingung bila menghadapi tentangan. Kita telah ’menghitung biayanya’, dan kita siap sepenuhnya untuk membayarnya.​—1 Petrus 4:​12-​14.

      6 Mengapa ada pihak-pihak, termasuk kalangan berwenang pemerintah tertentu, yang ingin menentang orang-orang Kristen yang sejati? Sebagai jawabannya, ada baiknya kita menyelidiki dua kelompok agama pada abad pertama M. Keduanya dibenci​—namun, karena alasan yang sangat berbeda.

      Penuh Kebencian dan Dibenci

      7, 8. Ajaran-ajaran apa mencerminkan penghinaan terhadap orang-orang Kafir, dan sikap apa berkembang di kalangan orang-orang Yahudi sebagai akibatnya?

      7 Pada abad pertama M, Israel berada di bawah pemerintahan Romawi, dan Yudaisme, sistem agama Yahudi, pada umumnya berada di bawah cengkeraman yang menindas dari para pemimpin seperti para penulis dan orang-orang Farisi. (Matius 23:​2-4) Para pemimpin yang fanatik ini mengambil perintah-perintah Hukum Musa sehubungan dengan keterpisahan dari bangsa-bangsa dan memutarbalikkannya sehingga tampak seperti mengharuskan agar orang-orang non-Yahudi direndahkan. Pada waktu yang sama, mereka menghasilkan suatu agama yang mengembangkan kebencian terhadap orang-orang Kafir dan, akibatnya, membangkitkan kebencian dari orang-orang Kafir.

      8 Tidak sulit bagi para pemimpin Yahudi untuk menganjurkan penghinaan terhadap orang-orang Kafir, karena orang-orang Yahudi pada saat itu menganggap orang-orang Kafir sebagai makhluk keji. Para pemimpin agama mengajarkan bahwa seorang wanita Yahudi tidak boleh berada seorang diri bersama orang-orang Kafir, karena mereka ”diduga bejat”. Seorang pria Yahudi tidak boleh ”berada seorang diri dengan mereka karena mereka diduga menumpahkan darah”. Susu yang diperah oleh orang Kafir tidak boleh digunakan kecuali seorang Yahudi hadir dan mengawasi prosesnya. Karena pengaruh para pemimpin mereka, orang-orang Yahudi memperkembangkan sikap tertutup dan keeksklusifan yang kaku.​—Bandingkan Yohanes 4:9.

      9. Apa dampak ajaran para pemimpin Yahudi tentang orang-orang non-Yahudi?

      9 Ajaran tentang orang-orang non-Yahudi semacam itu tidak banyak menggalang hubungan baik antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Kafir. Orang-orang Kafir menganggap orang-orang Yahudi membenci semua manusia. Seorang sejarawan Roma bernama Tacitus (lahir kira-kira tahun 56 M) mengatakan bahwa orang-orang Yahudi ”memandang umat manusia lainnya dengan segala kebencian seperti layaknya musuh”. Tacitus juga menyatakan bahwa orang-orang Kafir yang menjadi proselit Yahudi diajari untuk menyangkal negeri mereka dan memandang rendah keluarga serta teman-teman mereka. Pada umumnya, orang-orang Roma mentoleransi orang-orang Yahudi, yang besar jumlahnya sehingga sulit ditaklukkan. Namun, sebuah pemberontakan orang Yahudi pada tahun 66 M memicu tindakan tegas dari pemerintah Roma, yang menyebabkan kehancuran Yerusalem pada tahun 70 M.

      10, 11. (a) Hukum Musa menuntut agar orang-orang asing diperlakukan dengan cara bagaimana? (b) Hikmah apa yang kita peroleh dari apa yang terjadi atas Yudaisme?

      10 Bagaimana pandangan tentang orang-orang asing tersebut jika dibandingkan dengan bentuk ibadat yang digariskan dalam Hukum Musa? Hukum memang menganjurkan keterpisahan dari bangsa-bangsa, tetapi hal itu semata-mata untuk melindungi orang-orang Israel, terutama ibadat murni mereka. (Yosua 23:​6-8) Meskipun demikian, Hukum menuntut agar orang-orang asing diperlakukan dengan adil dan agar mereka disambut dengan ramah​—asalkan mereka tidak dengan sengaja melanggar hukum Israel. (Imamat 24:22) Dengan menyimpang dari semangat yang masuk akal, yang tampak jelas dalam Hukum perihal orang-orang asing, para pemimpin agama Yahudi pada zaman Yesus menciptakan suatu bentuk ibadat yang menimbulkan kebencian terhadap orang-orang asing dan ibadat ini dibenci oleh orang-orang asing. Akhirnya, bangsa Yahudi pada abad pertama kehilangan perkenan Yehuwa.​—Matius 23:38.

      11 Adakah hikmah yang dapat kita peroleh dari hal ini? Tentu saja! Jika kita merasa lebih unggul dan menganggap diri adil-benar sehingga merendahkan orang-orang yang tidak seagama dengan kita, kita tidak memberikan gambaran yang saksama tentang ibadat murni Yehuwa; sikap seperti itu pun tidak menyenangkan Dia. Perhatikan orang-orang Kristen yang setia pada abad pertama. Mereka tidak membenci orang-orang non-Kristen ataupun memberontak melawan pemerintah Roma. Meskipun demikian, mereka menjadi ”sasaran kebencian”. Mengapa? Dan, oleh siapa?

      Orang-Orang Kristen Masa Awal—Dibenci oleh Siapa?

      12. Bagaimana tampak jelas dari Alkitab bahwa Yesus ingin agar para pengikutnya memiliki pandangan yang seimbang terhadap orang-orang non-Kristen?

      12 Ajaran Yesus jelas memperlihatkan bahwa ia ingin agar murid-muridnya berpandangan seimbang terhadap orang-orang non-Kristen. Pada satu kesempatan, ia mengatakan bahwa para pengikutnya akan terpisah dari dunia​—yaitu, bahwa mereka akan menjauhi sikap dan tingkah laku yang bertentangan dengan jalan-jalan Yehuwa yang adil-benar. Mereka tetap netral sehubungan dengan perang dan politik. (Yohanes 17:​14, 16) Di pihak lain, sebaliknya daripada menganjurkan sikap menghina orang-orang non-Kristen, Yesus memberi tahu para pengikut-Nya untuk ’mengasihi musuh-musuh mereka’. (Matius 5:​44) Rasul Paulus mendesak orang-orang Kristen, ”Jika musuhmu lapar, berilah dia makan; jika dia haus, berilah dia sesuatu untuk diminum.” (Roma 12:20) Ia juga memberi tahu orang-orang Kristen untuk ”mengerjakan apa yang baik kepada semua”.​—Galatia 6:​10.

      13. Mengapa para pemimpin agama Yahudi sangat menentang murid-murid Kristus?

      13 Namun, murid-murid Kristus segera menyadari bahwa mereka menjadi ”sasaran kebencian” tiga pihak. Pihak yang pertama adalah para pemimpin agama Yahudi. Tidak heran bila orang-orang Kristen cepat menarik perhatian mereka! Orang-orang Kristen memiliki prinsip-prinsip moral dan integritas yang tinggi, dan mereka dengan gairah yang bernyala-nyala menyampaikan berita yang memberikan harapan. Ribuan orang meninggalkan Yudaisme dan memeluk kekristenan. (Kisah 2:​41; 4:4; 6:7) Bagi para pemimpin agama Yahudi, murid-murid Yahudi Yesus tidak lebih daripada orang-orang murtad! (Bandingkan Kisah 13:45.) Para pemimpin agama yang gusar ini merasa bahwa kekristenan membuat tradisi-tradisi mereka tampak sia-sia. Bahkan, kekristenan menolak pandangan para pemimpin agama ini tentang orang-orang Kafir! Semenjak tahun 36 M, orang-orang Kafir dapat menjadi orang-orang Kristen, memiliki iman yang sama dan menikmati hak-hak istimewa Kristen yang sama dengan orang-orang Kristen Yahudi.​—Kisah 10:​34, 35.

      14, 15. (a) Mengapa orang-orang Kristen mendatangkan kebencian para penyembah kafir? Berikan contoh. (b) Orang-orang Kristen pada masa awal menjadi ”sasaran kebencian” tiga kelompok mana?

      14 Yang kedua, orang-orang Kristen mendatangkan kebencian para penyembah kafir. Misalnya, di Efesus purba, pembuatan kuil-kuil dewi Artemis dari perak merupakan bisnis yang menguntungkan. Namun, sewaktu Paulus mengabar di sana, cukup banyak orang Efesus yang menyambut, meninggalkan ibadat Artemis. Karena bisnis mereka terancam, para tukang perak ini membuat huru-hara. (Kisah 19:​24-​41) Sesuatu yang serupa terjadi setelah kekristenan menyebar ke Bitinia (kini Turki bagian barat laut). Tidak lama setelah Kitab-Kitab Yunani Kristen dirampungkan, gubernur Bitinia, Plinius Muda, melaporkan bahwa kuil-kuil kafir ditinggalkan dan penjualan makanan ternak untuk binatang-binatang korban merosot tajam. Orang-orang Kristen dipersalahkan​—dan dianiaya​—karena ibadat mereka tidak memperbolehkan korban-korban binatang dan penyembahan berhala. (Ibrani 10:​1-9; 1 Yohanes 5:​21) Jelaslah, penyebaran kekristenan berpengaruh terhadap orang-orang tertentu yang mengeruk keuntungan pribadi dari ibadat kafir, sehingga orang-orang tersebut yang kehilangan bisnis maupun uangnya merasa kesal terhadap kekristenan.

      15 Yang ketiga, orang-orang Kristen menjadi ”sasaran kebencian” orang-orang Roma yang nasionalistis. Pada mulanya, orang-orang Kristen dikenal oleh orang-orang Roma sebagai suatu kelompok agama yang kecil dan agak fanatik. Namun belakangan, sekadar mengaku Kristen saja menjadi pelanggaran yang diganjar dengan kematian. Mengapa warga negara yang jujur yang menempuh kehidupan Kristen dipandang sebagai korban yang pantas dianiaya dan dibunuh?

      Orang-Orang Kristen Masa Awal—Mengapa Dibenci di Wilayah Kekuasaan Roma?

      16. Dalam hal apa saja orang-orang Kristen terpisah dari dunia, dan mengapa ini membuat mereka tidak disukai di wilayah kekuasaan Roma?

      16 Orang-orang Kristen dibenci terutama di wilayah kekuasaan Roma karena mempraktekkan kepercayaan agama mereka. Misalnya, mereka tetap terpisah dari dunia ini. (Yohanes 15:19) Maka, mereka tidak menduduki jabatan politik dan mereka menolak dinas militer. Sebagai akibatnya, mereka ”digambarkan seperti orang-orang yang tidak berminat akan dunia ini, dan tidak berguna dalam segala urusan kehidupan”, kata sejarawan Augustus Neander. Tidak menjadi bagian dari dunia juga berarti tidak menempuh cara hidup yang fasik, yang umum di wilayah kekuasaan Roma yang bejat. ”Dengan kesalehan dan kesopanan mereka, komunitas-komunitas kecil orang Kristen ini menggelisahkan dunia kafir yang gila kesenangan,” demikian penjelasan sejarawan Will Durant. (1 Petrus 4:​3, 4) Dengan menganiaya dan mengeksekusi orang-orang Kristen, orang-orang Roma mungkin berupaya membungkamkan suara hati nurani yang mengganggu ini.

      17. Apa yang memperlihatkan bahwa pekerjaan pengabaran dari orang-orang Kristen pada abad pertama efektif?

      17 Orang-orang Kristen pada abad pertama memberitakan kabar baik Kerajaan Allah dengan kegairahan yang tidak kenal kompromi. (Matius 24:14) Pada sekitar tahun 60 M, Paulus dapat mengatakan bahwa kabar baik telah ’diberitakan di antara semua ciptaan yang ada di bawah langit’. (Kolose 1:​23) Pada akhir abad pertama, para pengikut Yesus telah menjadikan murid di seluruh Imperium Roma​—di Asia, Eropa, dan Afrika! Bahkan beberapa anggota ”rumah tangga Kaisar” menjadi orang Kristen.a (Filipi 4:​22) Pengabaran yang bergairah ini membangkitkan kemarahan. Neander berkata, ”Kekristenan lambat laun maju pesat di kalangan berbagai lapisan masyarakat, dan mengancam untuk menggulingkan agama negara.”

      18. Bagaimana memberikan pengabdian yang eksklusif kepada Yehuwa membuat orang-orang Kristen tidak disukai pemerintah Roma?

      18 Para pengikut Yesus memberikan pengabdian yang eksklusif kepada Yehuwa. (Matius 4:​8-​10) Bisa jadi, dibandingkan dengan aspek ibadat mereka yang lain, inilah yang paling tidak disukai pemerintah Roma. Orang-orang Roma bersikap toleran terhadap agama-agama lain, asalkan para penganut agama-agama itu turut ambil bagian dalam ibadat kepada kaisar. Orang-orang Kristen pada masa awal tidak dapat berpartisipasi dalam ibadat semacam itu. Mereka merasa bertanggung jawab kepada wewenang yang lebih tinggi, Allah Yehuwa, daripada wewenang Pemerintahan Roma. (Kisah 5:​29) Sebagai akibatnya, tidak soal sebaik apa pun seorang warga negara Kristen dalam semua bidang lain, ia dianggap musuh Pemerintah.

      19, 20. (a) Siapa yang paling bertanggung jawab atas fitnah keji yang disebarkan tentang orang-orang Kristen yang setia? (b) Tuduhan-tuduhan palsu apa diajukan terhadap orang-orang Kristen?

      19 Masih ada alasan lain mengapa orang-orang Kristen yang setia menjadi ”sasaran kebencian” di wilayah kekuasaan Roma: Fitnah yang keji tentang mereka diterima begitu saja, tuduhan yang sebagian besar disebarkan oleh para pemimpin agama Yahudi. (Kisah 17:​5-8) Sekitar tahun 60 atau 61 M, sewaktu Paulus berada di Roma, menantikan persidangan oleh Kaisar Nero, orang-orang Yahudi yang terkemuka mengatakan tentang orang-orang Kristen, ”Sesungguhnya sehubungan dengan sekte ini telah kami ketahui bahwa di mana-mana ini ditentang.” (Kisah 28:22) Nero pasti sudah mendengar cerita-cerita yang memfitnah mereka. Pada tahun 64 M, sewaktu ia dipersalahkan karena kebakaran yang melalap kota Roma, Nero konon mengkambinghitamkan orang-orang Kristen yang telah difitnah. Tampaknya, ini telah memicu gelombang penganiayaan yang bengis, yang ingin membasmi orang-orang Kristen.

      20 Tuduhan palsu tentang orang-orang Kristen sering kali berupa gabungan antara dusta terang-terangan dan pemutarbalikan kepercayaan mereka. Karena mereka hanya menyembah satu Allah dan tidak menyembah kaisar, mereka dijuluki ateis. Karena beberapa anggota keluarga yang non-Kristen menentang sanak saudara mereka yang beragama Kristen, orang-orang Kristen dituduh memecah-belah keluarga. (Matius 10:21) Mereka dicap kanibal, tuduhan yang menurut beberapa sumber didasarkan atas penyimpangan kata-kata Yesus yang diucapkan pada Perjamuan Malam Tuan.​—Matius 26:​26-​28.

      21. Karena dua alasan apa orang-orang Kristen menjadi ”sasaran kebencian”?

      21 Oleh karena itu, orang-orang Kristen yang setia menjadi ”sasaran kebencian” orang-orang Roma karena dua alasan dasar: (1) kepercayaan dan praktek-praktek mereka yang berdasarkan Alkitab, dan (2) tuduhan palsu terhadap mereka. Apa pun alasannya, para penentang hanya memiliki satu tujuan​—menindas kekristenan. Tentu saja, penghasut kekristenan yang sebenarnya adalah penentang-penentang adimanusiawi, pasukan roh fasik yang tidak kelihatan.​—Efesus 6:​12.

      22. (a) Contoh apa memperlihatkan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa berupaya ”mengerjakan apa yang baik kepada semua”? (Lihat kotak di halaman 11.) (b) Apa yang akan dibahas dalam artikel berikut?

      22 Seperti orang-orang Kristen pada masa awal, Saksi-Saksi Yehuwa pada zaman modern menjadi ”sasaran kebencian” di berbagai negeri. Namun, Saksi-Saksi tidak membenci orang-orang non-Saksi; mereka juga tidak pernah menjadi biang keladi pemberontakan terhadap pemerintah. Sebaliknya, mereka dikenal di seluas dunia karena mempraktekkan kasih sejati yang menembus segala batas sosial, ras, dan etnik. Kalau begitu, mengapa mereka dianiaya? Dan, bagaimana mereka menanggapi pertentangan? Pertanyaan-pertanyaan ini akan dibahas dalam artikel berikut.

  • Membela Iman Kita
    Menara Pengawal—1998 | 1 Desember
    • Membela Iman Kita

      ”Sucikanlah Kristus sebagai Tuan dalam hatimu, selalu siap membuat pembelaan di hadapan setiap orang yang menuntut dari kamu alasan untuk harapan yang ada padamu.”​—1 PETRUS 3:​15.

      1, 2. Mengapa tentangan bukanlah hal yang mengejutkan bagi Saksi-Saksi Yehuwa, namun apa yang mereka inginkan?

      DI KEBANYAKAN negeri, Saksi-Saksi Yehuwa pada umumnya dikenal sebagai orang-orang yang jujur dan bermoral baik. Banyak yang memandang mereka sebagai tetangga yang baik, yang tidak pernah membuat onar. Namun, ironisnya, orang-orang Kristen yang cinta damai ini dianiaya secara tidak adil​—pada masa perang maupun masa damai. Tentangan seperti itu bukanlah hal yang mengejutkan bagi mereka. Mereka justru mengantisipasinya. Bagaimanapun, mereka tahu bahwa orang-orang Kristen yang setia pada abad pertama M menjadi ”sasaran kebencian”, maka orang-orang yang kini berupaya menjadi pengikut Kristus yang sejati dewasa ini sepantasnya mengantisipasi perlakuan yang sama, bukan? (Matius 10:22) Selain itu, Alkitab mengatakan, ”Semua orang yang berhasrat untuk hidup dengan pengabdian yang saleh dalam persekutuan dengan Kristus Yesus juga akan dianiaya.”​—2 Timotius 3:​12.

      2 Saksi-Saksi Yehuwa tidak mengundang penganiayaan, mereka juga tidak senang mengalami kesukaran​—denda, pemenjaraan, atau perlakuan bengis—yang mungkin diakibatkannya. Yang mereka inginkan adalah ”menempuh kehidupan tenang dan senyap” sehingga mereka dapat memberitakan kabar baik Kerajaan Allah tanpa rintangan. (1 Timotius 2:​1, 2) Mereka menghargai kebebasan beragama yang mereka miliki di kebanyakan negeri untuk terus melaksanakan ibadat mereka, dan mereka melakukan sebisa-bisanya, sesuai dengan hati nurani mereka, untuk ”suka damai dengan semua orang”, termasuk para pejabat pemerintah manusia. (Roma 12:18; 13:​1-7) Namun, mengapa mereka menjadi ”sasaran kebencian”?

      3. Sebutkan salah satu alasan mengapa Saksi-Saksi Yehuwa dibenci secara tidak adil.

      3 Pada dasarnya, alasan kebencian yang tidak adil terhadap Saksi-Saksi Yehuwa adalah sama dengan alasan penganiayaan orang-orang Kristen pada masa awal. Pertama, Saksi-Saksi Yehuwa bertindak selaras dengan kepercayaan agama mereka, sedemikian rupa sehingga membuat mereka tidak disukai beberapa kalangan. Misalnya, mereka dengan bergairah memberitakan kabar baik Kerajaan Allah, namun orang sering menyalahartikan kegairahan mereka, memandang pengabaran mereka sebagai kegiatan ”mencari umat secara agresif”. (Bandingkan Kisah 4:19, 20.) Saksi-Saksi juga netral dalam politik dan peperangan bangsa-bangsa, dan kadang-kadang, sikap ini dengan keliru ditafsirkan bahwa Saksi-Saksi adalah warga negara yang tidak loyal.​—Mikha 4:3, 4.

      4, 5. (a) Bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa dijadikan sasaran tuduhan palsu? (b) Siapa yang sering kali terbukti sebagai penyulut utama penganiayaan atas hamba-hamba Yehuwa?

      4 Kedua, Saksi-Saksi Yehuwa dijadikan sasaran tuduhan palsu​—dusta yang terang-terangan dan pemberitaan yang diputarbalikkan tentang kepercayaan mereka. Akibatnya, di beberapa negeri, mereka diserang dan menjadi bulan-bulanan yang tidak pada tempatnya. Selain itu, karena mereka berupaya mendapatkan pengobatan medis nondarah selaras dengan keinginan untuk menaati perintah Alkitab agar ’menjauhkan diri dari darah’, mereka dengan keliru dijuluki ”pembunuh anak” dan ”sekte bunuh diri”. (Kisah 15:29) Namun, faktanya adalah Saksi-Saksi Yehuwa menjunjung tinggi kehidupan, dan mereka berupaya memperoleh perawatan medis terbaik yang tersedia bagi mereka dan anak-anak mereka. Tuduhan bahwa banyak anak Saksi-Saksi Yehuwa meninggal setiap tahun sebagai akibat menolak transfusi darah sama sekali tidak beralasan. Selain itu, karena kebenaran Alkitab tidak menghasilkan pengaruh yang sama terhadap tiap-tiap anggota keluarga, Saksi-Saksi juga dituduh memecah-belah keluarga. Namun, orang-orang yang kenal baik dengan Saksi-Saksi Yehuwa tahu bahwa mereka menjunjung tinggi kehidupan keluarga dan berupaya mengikuti perintah Alkitab bahwa suami dan istri mengasihi dan merespek satu sama lain dan bahwa anak-anak menaati orang-tua mereka, tidak soal orang-tua mereka seiman atau tidak.​—Efesus 5:21–6:3.

      5 Dalam banyak kasus, penyulut utama penganiayaan atas hamba-hamba Yehuwa ternyata adalah para penentang yang religius yang memanfaatkan pengaruh mereka atas kalangan berwenang politik dan media massa untuk berupaya menghambat kegiatan Saksi-Saksi. Bagaimana hendaknya reaksi kita, Saksi-Saksi Yehuwa, dalam menghadapi tentangan demikian​—yang timbul karena kepercayaan kita dan pengamalannya, atau karena tuduhan palsu?

      ”Biarlah Sikap Masuk Akalmu Diketahui oleh Semua Orang”

      6. Mengapa penting untuk memiliki pandangan yang seimbang terhadap orang-orang yang berada di luar sidang Kristen?

      6 Pertama-tama, kita perlu memiliki pandangan yang benar​—pandangan Yehuwa​—terhadap orang-orang yang tidak sepaham-agama dengan kita. Jika tidak, kita bisa saja mengundang permusuhan atau celaan dari orang-orang lain, yang seharusnya tidak perlu terjadi. ”Biarlah sikap masuk akalmu diketahui oleh semua orang,” tulis rasul Paulus. (Filipi 4:5) Oleh karena itu, Alkitab menganjurkan kita agar memiliki pandangan yang seimbang terhadap orang-orang di luar sidang Kristen.

      7. Apa yang tercakup dalam menjaga diri kita sendiri ”tanpa noda dari dunia”?

      7 Pada satu kesempatan, Alkitab dengan sangat jelas memperingatkan kita untuk ”menjaga diri [kita] sendiri tanpa noda dari dunia”. (Yakobus 1:​27; 4:4) Kata ”dunia” di sini, seperti di ayat-ayat lain di dalam Alkitab, merujuk pada masyarakat manusia yang terpisah dari orang-orang Kristen sejati. Kita hidup di tengah-tengah masyarakat manusia ini; kita berjumpa dengan mereka sewaktu bekerja, di sekolah, di lingkungan tempat tinggal. (Yohanes 17:​11, 15; 1 Korintus 5:​9, 10) Namun, kita menjaga diri tanpa noda dari dunia ini dengan menjauhkan diri dari sikap, tutur kata, dan tingkah laku yang bertentangan dengan jalan-jalan Allah yang adil-benar. Juga, adalah penting agar kita menyadari bahayanya pergaulan yang akrab dengan dunia ini, terutama dengan orang-orang yang benar-benar memperlihatkan ketidakpedulian terhadap standar-standar Yehuwa.​—Amsal 13:20.

      8. Mengapa nasihat untuk menjaga diri tanpa noda dari dunia tidak memberi kita dasar apa pun untuk memandang rendah orang-orang lain?

      8 Namun, nasihat untuk menjaga diri tanpa noda dari dunia ini tidak memberi kita dasar apa pun untuk merendahkan orang-orang yang bukan Saksi-Saksi Yehuwa. (Amsal 8:​13) Ingatlah contoh para pemimpin agama Yahudi yang dibahas dalam artikel sebelumnya. Bentuk agama yang mereka kembangkan tidak mendapat perkenan Yehuwa; hal itu juga tidak menghasilkan hubungan baik dengan orang-orang non-Yahudi. (Matius 21:​43, 45) Karena menganggap diri sendiri adil-benar, pria-pria yang fanatik ini memandang rendah orang-orang Kafir. Kita tidak boleh berpandangan picik seperti itu, tidak boleh memperlakukan orang-orang non-Saksi dengan hina. Seperti rasul Paulus, kita ingin agar semua orang yang mendengar berita kebenaran Alkitab memperoleh perkenan Allah.​—Kisah 26:29; 1 Timotius 2:​3, 4.

      9. Pandangan Alkitab yang seimbang seharusnya menghasilkan pengaruh apa sewaktu kita berbicara tentang orang-orang yang tidak seagama dengan kita?

      9 Pandangan yang seimbang dan berdasarkan Alkitab hendaknya mempengaruhi cara kita berbicara tentang orang-orang non-Saksi. Paulus menginstruksikan Titus untuk mengingatkan orang-orang Kristen di Pulau Kreta agar ”tidak berbicara secara merugikan tentang siapa pun, tidak suka berkelahi, bersikap masuk akal, mempertunjukkan segala kelemahlembutan terhadap semua orang”. (Titus 3:2) Perhatikan bahwa orang-orang Kristen tidak boleh berbicara secara merugikan tentang ”siapa pun”​—bahkan tentang orang-orang non-Kristen di Kreta, yang beberapa di antaranya terkenal karena dusta, kegelojohan, dan kemalasan mereka. (Titus 1:​12) Maka, tidak selaras dengan Alkitab jika kita menggunakan istilah-istilah yang merendahkan sewaktu sedang mengacu kepada orang-orang yang tidak seagama dengan kita. Sikap menganggap diri lebih unggul tidak akan menarik orang-orang lain pada ibadat Yehuwa. Sebaliknya, bila kita memandang dan memperlakukan orang-orang lain selaras dengan prinsip-prinsip yang masuk akal dari Firman Yehuwa, kita akan ”menghiasi ajaran” Allah.​—Titus 2:​10.

      Kapan Berdiam Diri, Kapan Berbicara

      10, 11. Bagaimana Yesus mempertunjukkan bahwa ia tahu kapan (a) ”waktu untuk berdiam diri”? (b) ”waktu untuk berbicara”?

      10 Ada ”waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara,” kata Pengkhotbah 3:7. Maka, di sinilah letak tantangannya: memutuskan kapan mengabaikan para penentang dan kapan berbicara untuk membela iman kita. Kita dapat belajar banyak dari teladan yang diperlihatkan oleh tokoh yang selalu sempurna dalam hal kebijaksanaan​—Yesus. (1 Petrus 2:​21) Ia tahu kapan saatnya ”berdiam diri”. Misalnya, sewaktu imam-imam kepala dan para tua-tua dengan keliru mendakwanya di hadapan Pilatus, Yesus ”tidak memberikan jawaban”. (Matius 27:​11-​14) Ia tidak ingin mengatakan sesuatu yang dapat menghalanginya untuk melaksanakan kehendak Allah baginya. Sebaliknya, ia memilih untuk menjawab melalui tingkah lakunya sendiri. Ia tahu bahwa bahkan kebenaran tidak akan mengubah pikiran dan hati mereka yang sombong. Jadi, ia mengabaikan tuduhan mereka, menolak untuk membuka mulut.​—Yesaya 53:7.

      11 Namun, Yesus juga tahu kapan ”waktu untuk berbicara”. Pada saat-saat tertentu, ia bersoal jawab dengan terus terang dan terbuka dalam menghadapi para pengritiknya, menyanggah tuduhan-tuduhan palsu mereka. Misalnya, sewaktu para penulis dan orang-orang Farisi berupaya menjelek-jelekkan dia di hadapan sekumpulan orang dengan tuduhan bahwa ia mengusir hantu-hantu dengan bantuan Beelzebub, Yesus memilih untuk tidak mendiamkan tuduhan tersebut. Dengan logika yang jitu dan ilustrasi yang sangat ampuh, ia mematahkan dusta mereka. (Markus 3:​20-​30; lihat juga Matius 15:​1-​11; 22:​17-​21; Yohanes 18:37) Demikian pula, sewaktu Yesus, setelah ia dikhianati dan ditangkap, diseret ke hadapan Sanhedrin, Imam Besar Kayafas dengan licik menuntut, ”Demi Allah yang hidup aku menaruh engkau di bawah sumpah untuk memberi tahu kami apakah engkau Kristus Putra Allah!” Ini juga ”waktu untuk berbicara”, karena apabila Yesus tetap diam, dapat ditafsirkan sebagai penyangkalan akan keberadaannya sebagai Kristus. Maka, Yesus menjawab, ”Akulah dia.”​—Matius 26:​63, 64; Markus 14:​61, 62.

      12. Apa yang terjadi sehingga Paulus dan Barnabas terdorong untuk angkat bicara dengan penuh keberanian di Ikonium?

      12 Perhatikan juga teladan Paulus dan Barnabas. Kisah 14:​1, 2 mengatakan, ”Di Ikonium mereka bersama-sama masuk ke dalam sinagoge orang Yahudi dan berbicara sedemikian rupa sehingga sejumlah besar orang Yahudi maupun orang Yunani menjadi orang percaya. Namun orang Yahudi yang tidak percaya menggerakkan dan memberi pengaruh yang salah kepada jiwa orang-orang dari bangsa-bangsa menentang saudara-saudara.” The New English Bible berbunyi, ”Namun, orang-orang Yahudi yang tidak tertobatkan menghasut orang-orang Kafir dan meracuni pikiran mereka untuk menentang orang-orang Kristen.” Masih belum puas menolak berita itu, para penentang Yahudi melancarkan kampanye untuk mencoreng kekristenan, berupaya agar orang-orang Kafir berprasangka terhadap orang-orang Kristen.a Kebencian mereka terhadap kekristenan pastilah sangat besar! (Bandingkan Kisah 10:28.) Saat itu, menurut Paulus dan Barnabas, adalah ”waktu untuk berbicara”, karena mereka khawatir kalau-kalau para murid baru akan hilang semangat karena celaan publik. ”Karena itu mereka [Paulus dan Barnabas] menggunakan waktu yang cukup lama berbicara dengan penuh keberanian dengan wewenang dari Yehuwa”, yang memperlihatkan perkenan-Nya dengan memberi kuasa kepada mereka untuk melakukan tanda-tanda mukjizat. Akibatnya, beberapa memihak ”orang Yahudi tetapi yang lain memihak rasul-rasul”.​—Kisah 14:3, 4.

      13. Bila menghadapi celaan, kapan biasanya ”waktu untuk berdiam diri”?

      13 Jadi, bagaimana hendaknya tanggapan kita bila kita dicela? Itu bergantung keadaannya. Adakalanya, kita dituntut untuk menerapkan prinsip bahwa ada ”waktu untuk berdiam diri”. Hal ini penting sewaktu menghadapi para penentang yang dengan gigih berupaya menjebak kita dalam perdebatan yang tidak berujung-pangkal. Jangan lupa bahwa ada orang yang sama sekali tidak ingin mengetahui kebenaran. (2 Tesalonika 2:​9-​12) Tidak ada gunanya berupaya bernalar dengan orang-orang yang hatinya berkanjang dengan bangga dalam ketidakpercayaan. Lebih daripada itu, jika kita sibuk mendebat semua orang yang melancarkan tuduhan palsu terhadap kita, kita dapat tersimpangkan dari kegiatan yang jauh lebih penting dan mendatangkan berkat​—yaitu membantu orang-orang yang berhati jujur, yang benar-benar ingin mempelajari kebenaran Alkitab. Jadi, sewaktu berhadapan dengan orang-orang yang selalu melawan, yang bertekad menyebarkan dusta tentang kita, nasihat yang terilham adalah, ”Hindarilah mereka.”​—Roma 16:​17, 18; Matius 7:6.

      14. Dengan cara-cara apa kita dapat membela iman kita di hadapan orang-orang lain?

      14 Tentu saja, ini tidak berarti bahwa kita tidak membela iman kita. Bagaimanapun, ada pula ”waktu untuk berbicara”. Kita sepatutnya khawatir terhadap orang-orang tulus yang terus-menerus mendengar kritik-kritik yang memfitnah kita. Kita bersedia memberikan keterangan yang jelas tentang keyakinan kita yang sepenuh hati kepada orang-orang lain; bahkan, kita tidak akan melewatkan kesempatan itu. Petrus menulis, ”Sucikanlah Kristus sebagai Tuan dalam hatimu, selalu siap membuat pembelaan di hadapan setiap orang yang menuntut dari kamu alasan untuk harapan yang ada padamu, tetapi melakukannya disertai watak yang lemah lembut dan respek yang dalam.” (1 Petrus 3:​15) Bila para peminat yang tulus meminta bukti tentang kepercayaan yang kita junjung, bila mereka meminta keterangan tentang tuduhan palsu yang dilancarkan oleh para penentang, kita bertanggung jawab untuk membela iman kita, menyediakan jawaban-jawaban Alkitab yang tepat. Selain itu, tingkah laku kita yang baik dapat memberikan kesaksian yang besar. Seraya para pengamat yang berwawasan luas memperhatikan bahwa kita sungguh-sungguh berupaya hidup selaras dengan standar-standar Allah yang adil-benar, mereka dapat segera melihat bahwa tuduhan yang dibuat terhadap kita bersifat palsu.​—1 Petrus 2:​12-​15.

      Bagaimana dengan Publisitas yang Memfitnah?

      15. Sebutkan salah satu contoh bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa menjadi target keterangan yang menyimpang di media massa.

      15 Adakalanya, Saksi-Saksi Yehuwa menjadi target keterangan yang menyimpang dalam media massa. Misalnya, pada tanggal 1 Agustus 1997, sebuah surat kabar Rusia menerbitkan sebuah artikel yang berisi fitnahan yang antara lain menuduh bahwa Saksi-Saksi secara mutlak menuntut agar anggota-anggotanya ’menolak istri, suami, dan orang-tua mereka yang tidak memahami dan tidak menganut agama mereka’. Siapa pun yang kenal betul dengan Saksi-Saksi Yehuwa tahu bahwa tuduhan ini palsu. Alkitab menunjukkan bahwa orang-orang Kristen harus memperlakukan anggota-anggota keluarga yang tidak seiman dengan kasih dan respek, dan Saksi-Saksi berupaya mengikuti pengarahan itu. (1 Korintus 7:​12-​16; 1 Petrus 3:​1-4) Meskipun demikian, artikel tersebut dicetak, dan banyak pembaca mendapat informasi yang keliru. Bagaimana kita dapat membela iman kita bila kita mendapat tuduhan palsu?

      16, 17, dan kotak pada halaman 16. (a) Apa yang pernah dikatakan Menara Pengawal tentang cara menanggapi informasi yang keliru di media massa? (b) Di bawah keadaan-keadaan apa Saksi-Saksi Yehuwa dapat menanggapi laporan yang negatif di media massa?

      16 Dalam situasi seperti ini, ada ’waktu untuk berdiam diri dan waktu untuk berbicara’. Menara Pengawal pernah menyatakan sebagai berikut, ”Apakah kita mengabaikan informasi palsu di dalam media massa atau membela kebenaran melalui cara-cara yang tepat bergantung pada keadaan, penyulut kritikan, dan tujuannya.” Dalam beberapa kasus, ada baiknya kita abaikan saja laporan-laporan yang negatif, dengan demikian dusta-dusta tersebut tidak dipublisitaskan lebih jauh.

      17 Dalam kasus-kasus lain, itu mungkin adalah ”waktu untuk berbicara”. Seorang jurnalis atau reporter yang bertanggung jawab mungkin diberi informasi keliru tentang Saksi-Saksi Yehuwa dan mungkin senang menerima informasi yang benar tentang kita. (Lihat kotak ”Mengoreksi Pernyataan yang Keliru”). Jika laporan-laporan yang negatif di media membangkitkan prasangka yang menghambat pekerjaan pengabaran kita, wakil-wakil kantor cabang Lembaga Menara Pengawal mungkin akan mengambil inisiatif untuk membela kebenaran melalui jalur-jalur yang cocok.b Misalnya, para penatua yang memenuhi syarat dapat ditugasi untuk menyajikan fakta yang sebenarnya, misalnya melalui sebuah acara TV, dan jika langkah ini tidak ditempuh, Saksi-Saksi Yehuwa dapat dianggap tidak sanggup menyediakan sanggahan. Saksi-Saksi secara perorangan bekerja sama secara bijaksana di bawah pengarahan Lembaga Menara Pengawal dan wakil-wakilnya dalam menangani hal itu.​—Ibrani 13:17.

      Membela Kabar Baik secara Hukum

      18. (a) Mengapa kita tidak membutuhkan izin pemerintah manusia untuk mengabar? (b) Haluan apa yang kita tempuh bila tidak mendapat izin mengabar?

      18 Kita menerima wewenang dari surga untuk memberitakan kabar baik Kerajaan Allah. Yesus, yang menugasi kita untuk melakukan pekerjaan ini, telah diberi ’semua wewenang di surga dan di bumi’. (Matius 28:​18-​20; Filipi 2:​9-​11) Oleh karena itu, kita tidak membutuhkan izin pemerintah manusia untuk mengabar. Meskipun demikian, kita mengakui bahwa kebebasan beragama dapat menunjang penyebarluasan berita Kerajaan. Di negeri-negeri yang memberi kita kebebasan beribadat, kita akan menempuh jalur hukum untuk melindungi kebebasan itu. Bila kita tidak diberi kebebasan seperti itu, kita akan berupaya memperolehnya melalui jalur hukum yang berlaku. Tujuan kita adalah, bukannya untuk reformasi sosial, namun ”membela dan secara hukum meneguhkan kabar baik”.c​—Filipi 1:7.

      19. (a) Apa kemungkinan akibatnya jika kita ’membayar kembali perkara-perkara Allah kepada Allah’? (b) Kita bertekad untuk melakukan apa?

      19 Sebagai Saksi-Saksi Yehuwa, kita mengakui Yehuwa sebagai Penguasa Universal. Hukum-Nya adalah yang terunggul. Sesuai dengan hati nurani, kita menaati pemerintah manusia, yang berarti ’membayar kembali perkara-perkara Kaisar kepada Kaisar’. Namun, kita tidak akan membiarkan apa pun menghalangi kita dalam menunaikan tanggung jawab yang jauh lebih penting​—’membayar kembali perkara-perkara Allah kepada Allah’. (Matius 22:21) Kita memahami sepenuhnya bahwa melakukan hal itu akan menjadikan kita ”sasaran kebencian” bangsa-bangsa, namun kita menerimanya sebagai bagian dari biaya menjadi murid. Riwayat hukum Saksi-Saksi Yehuwa pada abad ke-20 merupakan bukti akan tekad kita untuk membela iman kita. Dengan bantuan dan dukungan Yehuwa, kita akan terus ”tanpa henti mengajar dan menyatakan kabar baik”.​—Kisah 5:​42.

      [Catatan Kaki]

      a Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible menjelaskan bahwa para penentang Yahudi ”menyempatkan diri untuk pergi ke semua [orang Kafir] yang mereka kenal, dan mengatakan apa saja yang tebersit dalam benak mereka atau niat jahat mereka, untuk menanamkan dalam diri orang-orang tersebut bukan saja pendapat yang keji melainkan juga jahat tentang kekristenan”.

      b Setelah sebuah artikel yang memfitnah diterbitkan di surat kabar Rusia (yang disebutkan dalam paragraf 15), Saksi-Saksi Yehuwa mengajukan permohonan kepada Dewan Kehakiman Kepresidenan Federasi Rusia untuk Pertikaian Informasi agar tuduhan palsu yang dimuat dalam artikel tersebut ditinjau ulang. Belum lama ini, pengadilan mengeluarkan keputusan berisi teguran keras terhadap surat kabar tersebut karena mencetak artikel yang berisi fitnahan.​—Lihat Sedarlah!, 22 November 1998, halaman 26-7.

      c Lihat artikel ”Secara Hukum Melindungi Kabar Baik”, di halaman 19-​22.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan