PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • ”Orang Mati Akan Dibangkitkan”
    Menara Pengawal—1998 | 1 Juli
    • Akan tetapi, Yesus memberi tahu para muridnya, ”Janganlah takut, kawanan kecil, karena Bapakmu telah berkenan memberikan kerajaan itu kepadamu.” (Lukas 12:32) Kerajaan Allah bersifat surgawi. Oleh karena itu, janji ini berarti bahwa suatu ”kawanan kecil” akan berada bersama Yesus di surga sebagai makhluk-makhluk roh. (Yohanes 14:2, 3; 1 Petrus 1:3, 4) Alangkah mulianya prospek ini! Lebih jauh Yesus menyingkapkan kepada rasul Yohanes bahwa ”kawanan kecil” ini akan berjumlah hanya 144.000.—Penyingkapan 14:1.

      4 Namun, bagaimana ke-144.000 memasuki kemuliaan surgawi? Yesus ”memancarkan terang ke atas kehidupan dan ketidakfanaan melalui kabar baik”. Melalui darahnya, ia meresmikan ”jalan yang baru dan hidup” ke surga. (2 Timotius 1:10; Ibrani 10:19, 20) Pertama, ia mati, sebagaimana telah dinubuatkan Alkitab. (Yesaya 53:12) Kemudian, sebagaimana belakangan diumumkan rasul Petrus, ”Yesus ini Allah bangkitkan”. (Kisah 2:32) Namun, Yesus dibangkitkan bukan sebagai manusia. Sebelumnya, ia mengatakan, ”Roti yang akan kuberikan adalah dagingku demi kehidupan dunia.” (Yohanes 6:51) Mengambil kembali dagingnya berarti membatalkan korban itu. Jadi, Yesus ”diserahkan kepada kematian dalam daging, tetapi . . . dihidupkan dalam roh”. (1 Petrus 3:18) Dengan demikian, Yesus ”memperoleh pembebasan abadi bagi kita”, yakni ”kawanan kecil”. (Ibrani 9:12) Ia mempersembahkan kepada Allah nilai dari kehidupan manusianya yang sempurna sebagai suatu tebusan bagi umat manusia yang berdosa, dan yang pertama-tama mendapat manfaat darinya adalah ke-144.000.

      5. Harapan apa diulurkan kepada para pengikut Yesus di abad pertama?

      5 Yesus bukanlah satu-satunya yang dibangkitkan untuk hidup di surga. Paulus memberi tahu rekan-rekan Kristennya di Roma bahwa mereka telah diurapi dengan roh kudus untuk menjadi putra-putra Allah dan rekan waris bersama Kristus jika mereka meneguhkan pengurapan mereka dengan bertekun sampai ke akhir. (Roma 8:16, 17) Paulus juga menjelaskan, ”Jika kita telah dipersatukan dengan dia dalam kesamaan dari kematiannya, kita juga pasti akan dipersatukan dengan dia dalam kesamaan dari kebangkitannya.”—Roma 6:5.

      Membela Harapan Kebangkitan

      6. Mengapa kepercayaan akan kebangkitan diserang di Korintus, dan bagaimana tanggapan rasul Paulus?

      6 Kebangkitan adalah salah satu ’doktrin dasar’ kekristenan. (Ibrani 6:1, 2) Meskipun demikian, doktrin ini diserang di Korintus. Kemungkinan karena terpengaruh oleh filsafat Yunani, beberapa orang di sidang itu mengatakan, ”Tidak ada kebangkitan orang mati.” (1 Korintus 15:12) Ketika laporan-laporan ini sampai ke telinga rasul Paulus, ia terdorong untuk membela harapan kebangkitan, khususnya harapan orang-orang Kristen terurap. Mari kita memeriksa kata-kata Paulus yang dicatat di 1 Korintus pasal 15. Saudara akan mendapat manfaat bila telah membaca seluruh pasal ini, sebagaimana telah disarankan dalam artikel sebelumnya.

      7. (a) Apa duduk persoalan utama yang Paulus soroti? (b) Siapa yang menyaksikan Yesus yang telah dibangkitkan?

      7 Dalam dua ayat pertama dari 1 Korintus pasal 15, Paulus menyatakan tema pembahasannya, ”Aku memberi tahu kamu, saudara-saudara, kabar baik yang aku nyatakan kepadamu, yang juga kamu terima, yang di dalamnya kamu pun berdiri, yang melaluinya kamu juga sedang diselamatkan, . . . kecuali, sebenarnya, kamu menjadi orang-orang percaya tanpa tujuan.” Jika jemaat di Korintus gagal untuk berpegang teguh akan kabar baik, maka sia-sialah mereka menerima kebenaran. Paulus melanjutkan, ”Aku meneruskan kepadamu, di antara hal-hal pertama, apa yang juga aku terima, bahwa Kristus mati bagi dosa-dosa kita menurut Tulisan-Tulisan Kudus; dan bahwa ia dikuburkan, ya, bahwa ia dibangkitkan hari ketiga menurut Tulisan-Tulisan Kudus; dan bahwa ia muncul kepada Kefas, kemudian kepada kedua belas itu. Setelah itu ia muncul kepada lebih dari lima ratus saudara pada waktu yang sama, yang sebagian besar di antaranya tetap ada sampai sekarang, tetapi beberapa telah tidur dalam kematian. Setelah itu ia muncul kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul; namun yang terakhir dari semua ia muncul juga kepadaku seolah-olah kepada seseorang yang dilahirkan prematur.”—1 Korintus 15:3-8.

      8, 9. (a)4 Seberapa pentingkah kepercayaan akan kebangkitan? (b) Pada kesempatan apa Yesus kemungkinan menampakkan diri kepada ”lebih dari lima ratus saudara”?

      8 Bagi orang-orang yang telah menerima kabar baik, kepercayaan akan kebangkitan Yesus bukanlah semata-mata soal pilihan. Terdapat banyak saksi mata untuk meneguhkan bahwa ”Kristus mati bagi dosa-dosa kita” dan bahwa ia telah dibangkitkan. Salah seorang di antaranya adalah Kefas, atau yang lazim dikenal dengan nama Petrus. Setelah Petrus menyangkal Yesus pada malam Yesus dikhianati dan ditangkap, pastilah ia sangat terhibur sewaktu Yesus menampakkan diri kepadanya. ”Kedua belas itu”, yakni para rasul sebagai satu kelompok, juga dikunjungi oleh Yesus yang telah dibangkitkan—suatu pengalaman yang tidak diragukan membantu mereka mengatasi rasa takut dan menjadi saksi-saksi yang berani dari kebangkitan Yesus.—Yohanes 20:19-23; Kisah 2:32.

      9 Kristus juga menampakkan diri kepada sekelompok orang yang jumlahnya lebih besar, ”lebih dari lima ratus saudara”. Karena hanya di Galilea Yesus mempunyai pengikut dalam jumlah sebanyak itu, boleh jadi ini adalah peristiwa yang dicatat di Matius 28:16-20, sewaktu Yesus memberikan perintah untuk menjadikan murid. Alangkah kuatnya kesaksian yang dapat diberikan oleh tiap-tiap orang ini! Beberapa dari antara mereka masih hidup pada tahun 55 M sewaktu Paulus menyusun surat pertamanya bagi orang-orang Korintus. Namun, perhatikan bahwa yang telah meninggal dikatakan ”telah tidur dalam kematian”. Mereka belum dibangkitkan untuk menerima upah surgawi mereka.

      10. (a) Apa pengaruh pertemuan Yesus yang terakhir dengan para muridnya? (b) Bagaimana Yesus muncul kepada Paulus ”seolah-olah kepada seseorang yang dilahirkan prematur”?

      10 Saksi penting lainnya sehubungan dengan kebangkitan Yesus adalah Yakobus, putra dari Yusuf dan Maria, ibu Yesus. Sebelum terjadinya kebangkitan tersebut, Yakobus tampaknya belum menjadi orang percaya. (Yohanes 7:5) Tetapi, setelah Yesus menampakkan diri kepadanya, Yakobus menjadi orang percaya dan kemungkinan turut berperan dalam menobatkan saudara-saudaranya yang lain. (Kisah 1:13, 14) Pada perjumpaannya yang terakhir bersama murid-muridnya, sewaktu ia naik ke surga, Yesus menugasi mereka untuk ’menjadi saksi-saksi . . . ke bagian yang paling jauh di bumi’. (Kisah 1:6-11) Belakangan, ia menampakkan diri kepada Saul dari Tarsus, seorang penganiaya orang-orang Kristen. (Kisah 22:6-8) Yesus menampakkan diri kepada Saul ”seolah-olah kepada seseorang yang dilahirkan prematur”. Halnya seolah-olah Saul telah dibangkitkan kepada kehidupan roh dan dapat melihat Tuan yang telah dimuliakan berabad-abad sebelum kebangkitan itu terjadi. Pengalaman ini membuat Saul langsung berhenti dari haluan hidupnya yang menentang sengit sidang Kristen dan membuat perubahan besar. (Kisah 9:3-9, 17-19) Saul menjadi rasul Paulus, salah seorang pembela yang terkemuka dari iman Kristen.—1 Korintus 15:9, 10.

      Pentingnya Iman akan Kebangkitan

      11. Bagaimana Paulus menyingkapkan kelirunya perkataan, ”Tidak ada kebangkitan”?

      11 Oleh karena itu, kebangkitan Yesus adalah fakta yang telah sangat terbukti. ”Jika Kristus sedang diberitakan bahwa ia telah dibangkitkan dari antara yang mati, bagaimana beberapa di antara kamu mengatakan tidak ada kebangkitan orang mati?” (1 Korintus 15:12) Orang-orang semacam itu bukan hanya memiliki keraguan pribadi atau mempertanyakan kebangkitan, melainkan juga menyuarakan ketidakpercayaan mereka secara terbuka. Jadi, Paulus menyingkapkan kelirunya penalaran mereka. Ia mengatakan bahwa jika memang Kristus tidak dibangkitkan, berita yang disampaikan orang-orang Kristen adalah dusta belaka, dan para pemberi kesaksian akan kebangkitan Kristus adalah ”saksi-saksi palsu tentang Allah”. Jika memang Kristus tidak dibangkitkan, maka tidak ada tebusan yang dibayarkan kepada Allah; dengan demikian, orang-orang Kristen ’masih di dalam dosa-dosa mereka’. (1 Korintus 15:13-19; Roma 3:23, 24; Ibrani 9:11-14) Dan orang-orang Kristen yang telah ”tidur dalam kematian”, antara lain para martir, telah binasa tanpa harapan yang sejati. Alangkah menyedihkan keadaan orang-orang Kristen seandainya kehidupan sekarang ini adalah satu-satunya tumpuan harapan mereka! Penderitaan mereka akan sia-sia belaka.

      12. (a) Apa yang tersirat dengan menyebut Kristus ”buah sulung dari antara mereka yang telah tidur dalam kematian”? (b) Bagaimana Kristus membuat kebangkitan menjadi mungkin?

      12 Akan tetapi, keadaan yang sebenarnya tidaklah demikian. Paulus melanjutkan, ”Kristus telah dibangkitkan dari antara yang mati.” Dan lagi, dia adalah ”buah sulung dari antara mereka yang telah tidur dalam kematian”. (1 Korintus 15:20) Sewaktu orang-orang Israel dengan taat memberikan kepada Yehuwa buah-buah sulung hasil buminya, Yehuwa memberkati mereka dengan tuaian yang melimpah. (Keluaran 22:29, 30; 23:19; Amsal 3:9, 10) Dengan menyebut Yesus sebagai ”buah sulung”, Paulus menyiratkan bahwa akan ada suatu tuaian lebih lanjut berupa pribadi-pribadi yang akan dibangkitkan dari kematian ke kehidupan surgawi. ”Karena mengingat kematian adalah melalui seorang manusia,” kata Paulus, ”kebangkitan orang mati juga melalui seorang manusia. Karena sebagaimana dalam Adam semua mati, demikian juga dalam Kristus semua akan dihidupkan.” (1 Korintus 15:21, 22) Yesus membuat kebangkitan dimungkinkan dengan memberikan kehidupan manusianya yang sempurna sebagai tebusan, membuka jalan bagi umat manusia untuk dibebaskan dari perbudakan dosa dan kematian.—Galatia 1:4; 1 Petrus 1:18, 19.a

      13. (a) Kapan kebangkitan surgawi mulai berlangsung? (b) Bagaimana sebagian dari orang-orang terurap tidak ”tidur dalam kematian”?

      13 Paulus melanjutkan, ”Namun masing-masing dalam urutannya sendiri: Kristus buah sulung, setelah itu mereka yang adalah milik Kristus selama kehadirannya.” (1 Korintus 15:23) Kristus dibangkitkan pada tahun 33 M. Akan tetapi, para pengikutnya yang terurap—”yang adalah milik Kristus”—harus menunggu hingga beberapa saat setelah Yesus memulai kehadirannya sebagai raja, yang menurut nubuat Alkitab terjadi pada tahun 1914. (1 Tesalonika 4:14-16; Penyingkapan 11:18) Bagaimana dengan orang-orang yang hidup selama masa kehadirannya? Paulus mengatakan, ”Lihat! Aku memberi tahu kamu suatu rahasia suci: Kita tidak semuanya akan tidur dalam kematian, tetapi kita semua akan diubah, dalam sesaat, dalam sekejap mata, selama terompet terakhir. Karena terompet akan berbunyi, dan orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan tidak fana, dan kita akan diubah. (1 Korintus 15:51, 52) Jelaslah, tidak semua orang terurap akan tidur dalam kematian menantikan suatu kebangkitan. Mereka yang mati pada masa kehadiran Kristus langsung diubah.—Penyingkapan 14:13.

      14. Bagaimana orang-orang terurap ”dibaptis dengan tujuan menjadi orang-orang mati”?

      14 ”Jika tidak,” tanya Paulus, ”Apa yang akan dilakukan oleh mereka yang dibaptis dengan tujuan menjadi orang-orang mati? Jika orang mati tidak akan dibangkitkan sama sekali, mengapa mereka juga dibaptis dengan tujuan menjadi demikian? Mengapa kita juga terancam bahaya setiap jam?” (1 Korintus 15:29, 30) Paulus tidak memaksudkan bahwa orang-orang yang hidup dibaptis demi kepentingan orang-orang mati, sebagaimana tersirat dalam beberapa terjemahan Alkitab. Bagaimanapun juga, pembaptisan berkaitan dengan menjadi murid Kristen, dan jiwa yang mati tidak dapat menjadi murid. (Yohanes 4:1) Sebaliknya, Paulus sedang membahas orang-orang Kristen yang hidup, yang banyak dari antaranya, seperti Paulus sendiri, ”terancam bahaya setiap jam”. Orang-orang Kristen ’dibaptis ke dalam kematian Kristus’. (Roma 6:3) Sejak pengurapan mereka, mereka ”dibaptis”, seolah-olah ke dalam haluan yang akan menuju ke kematian sebagaimana Kristus. (Markus 10:35-40) Mereka mati disertai harapan akan suatu kebangkitan surgawi yang mulia.—1 Korintus 6:14; Filipi 3:10, 11.

      15. Bahaya-bahaya apa yang mungkin telah Paulus alami, dan bagaimana iman akan kebangkitan turut berperan dalam bertekun menanggungnya?

      15 Paulus sekarang menjelaskan bahwa ia sendiri telah menghadapi bahaya hingga taraf tertentu sehingga ia dapat mengatakan, ”Setiap hari aku menghadapi kematian.” Karena khawatir kalau-kalau orang menuduhnya berbicara melebih-lebihkan, Paulus menambahkan, ”Hal ini aku tegaskan dengan kesukaan besar atas kamu, saudara-saudara, yang aku miliki dalam Kristus Yesus Tuan kita.” The Jerusalem Bible menerjemahkan ayat ini sebagai berikut, ”Aku menghadapi kematian setiap hari, saudara-saudara, dan aku dapat bersumpah tentang hal itu dengan kebanggaan yang kumiliki akan kalian dalam Kristus Yesus Tuhan kita.” Sebagai contoh tentang bahaya yang ia hadapi, di ayat 32, Paulus berbicara tentang ”bertarung dengan binatang-binatang buas di Efesus”. Pemerintah Romawi sering kali menghukum mati para penjahat dengan melemparkan mereka ke binatang buas di arena-arena. Jika Paulus menghadapi pertarungan dengan binatang-binatang buas harfiah, ia tentu dapat selamat hanya berkat bantuan Yehuwa. Seandainya tidak ada harapan kebangkitan, maka alangkah bodohnya apabila ia memilih suatu haluan hidup yang membuatnya harus menghadapi bahaya semacam itu. Tanpa harapan akan suatu kehidupan di masa depan, bertekun menghadapi kesukaran dan pengorbanan yang didatangkan karena melayani Allah tidak akan banyak artinya. ”Jika orang mati tidak akan dibangkitkan, ’marilah kita makan dan minum, karena besok kita akan mati’.”—1 Korintus 15:31, 32; lihat 2 Korintus 1:8, 9; 11:23-27.

      16. (a) Dari mana asalnya pernyataan ”marilah kita makan dan minum, karena besok kita akan mati”? (b) Apa saja bahayanya menganut pandangan ini?

      16 Paulus mungkin mengutip Yesaya 22:13, yang menggambarkan sikap fatalistis penduduk Yerusalem yang tidak taat. Atau, mungkin tebersit dalam benaknya kepercayaan kaum Epikuros, yang melecehkan harapan apa pun akan kehidupan setelah kematian dan percaya bahwa kesenangan daging adalah keuntungan utama dalam hidup ini. Apa pun halnya, falsafah ”makan dan minum” tidak bersifat saleh. Oleh karena itu, Paulus memperingatkan, ”Janganlah disesatkan. Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan-kebiasaan yang berguna.” (1 Korintus 15:33) Bergaul dengan orang-orang yang menolak kebangkitan dapat sangat berbahaya. Pergaulan semacam itu mungkin turut menyebabkan problem-problem yang harus Paulus tangani di sidang Korintus, seperti perbuatan seksual yang amoral, perpecahan, saling menuntut di pengadilan, dan sikap tidak respek terhadap Perjamuan Malam Tuan.—1 Korintus 1:11; 5:1; 6:1; 11:20-22.

      17. (a) Anjuran apa yang Paulus berikan kepada orang-orang Korintus? (b) Pertanyaan-pertanyaan apa yang masih akan dijawab?

      17 Oleh karena itu, Paulus memberikan kepada orang-orang Korintus anjuran yang positif sebagai berikut, ”Bangunlah kepada kesadaran dengan cara yang adil-benar dan janganlah mempraktekkan dosa, karena beberapa tidak memiliki pengetahuan tentang Allah. Aku berbicara supaya kamu merasa malu.” (1 Korintus 15:34) Pandangan negatif tentang kebangkitan membuat beberapa orang terhuyung-huyung secara rohani, seolah-olah sedang mabuk. Mereka perlu bangun, tetap sadar. Orang-orang Kristen terurap dewasa ini juga perlu bangun secara rohani, jangan sampai dipengaruhi oleh pandangan-pandangan dunia yang skeptis. Mereka harus berpaut erat pada harapan kebangkitan surgawi. Tetapi, masih ada pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab—sehubungan dengan orang-orang Korintus pada waktu itu dan juga kita sekarang. Misalnya, Dengan tubuh apa ke-144.000 dibangkitkan ke surga? Dan, bagaimana dengan berjuta-juta orang lainnya yang masih berada di dalam kubur dan yang tidak memiliki harapan hidup di surga? Apa makna kebangkitan bagi orang-orang ini? Di artikel kita berikutnya, kita akan membahas selebihnya dari pembahasan Paulus tentang kebangkitan.

  • ”Kematian Akan Ditiadakan”
    Menara Pengawal—1998 | 1 Juli
    • ”Kematian Akan Ditiadakan”

      ”Sebagai musuh terakhir, kematian akan ditiadakan.”​—1 KORINTUS 15:26.

      1, 2. (a) Harapan apa yang diulurkan rasul Paulus sehubungan dengan orang mati? (b) Berkenaan kebangkitan, pertanyaan apa yang diajukan oleh rasul Paulus?

      ”AKU percaya akan . . . kebangkitan tubuh, dan kehidupan kekal.” Demikianlah bunyi Kredo Para Rasul. Para penganut agama Katolik maupun Protestan mengucapkannya di luar kepala dengan penuh kewajiban; mereka tidak menyadari kepercayaan itu lebih mirip dengan filsafat Yunani daripada apa pun yang pernah dipercayai para rasul. Akan tetapi, rasul Paulus menolak filsafat Yunani dan tidak percaya akan suatu jiwa yang tak berkematian. Namun, ia dengan teguh percaya akan suatu kehidupan di masa depan dan menulis di bawah ilham, ”Sebagai musuh terakhir, kematian akan ditiadakan.” (1 Korintus 15:26) Apa artinya itu bagi umat manusia yang berkematian?

      2 Untuk menjawabnya, mari kita kembali ke pembahasan Paulus tentang kebangkitan, yang dicatat di 1 Korintus pasal 15. Saudara mungkin ingat bahwa di ayat-ayat pembukaannya, Paulus menyebutkan bahwa kebangkitan adalah bagian penting dari doktrin Kristen. Sekarang, ia menyoroti sebuah pertanyaan yang spesifik, ”Meskipun demikian, seseorang akan mengatakan, ’Bagaimana orang mati akan dibangkitkan? Ya, dengan tubuh macam apa mereka akan datang?’”​—1 Korintus 15:35.

      Tubuh Macam Apa?

      3. Mengapa beberapa orang menolak kebangkitan?

      3 Sewaktu mengajukan pertanyaan ini, Paulus mungkin bermaksud melawan pengaruh filsafat Plato. Plato mengajarkan bahwa manusia mempunyai suatu jiwa yang tak berkematian yang terus hidup setelah tubuh mati. Bagi orang-orang yang mempercayai gagasan itu sejak kecil, tidak diragukan lagi bahwa ajaran Kristen akan tampak tidak penting bagi mereka. Jika jiwa tetap hidup setelah tubuh mati, apa gunanya kebangkitan? Lagi pula, kebangkitan tampaknya tidak masuk akal. Setelah tubuh hancur menjadi debu, bagaimana mungkin ada kebangkitan? Komentator Alkitab bernama Heinrich Meyer mengatakan bahwa antagonisme beberapa orang Korintus kemungkinan didasarkan atas ”landasan filsafat bahwa adalah mustahil untuk memulihkan materi tubuh”.

      4, 5. (a) Mengapa keberatan orang-orang yang tak beriman itu tidak masuk akal? (b) Jelaskan ilustrasi Paulus sehubungan dengan ”sebuah biji yang tidak berkulit”. (c) Tubuh macam apa yang Allah berikan kepada orang-orang terurap yang dibangkitkan?

      4 Paulus menyingkapkan kosongnya penalaran mereka, ”Engkau orang yang bersikap tidak masuk akal! Apa yang engkau tabur tidak dihidupkan kecuali itu terlebih dahulu mati; dan berkenaan apa yang engkau tabur, engkau menabur, bukan tubuh yang akan berkembang, tetapi sebuah biji yang tidak berkulit, bisa jadi, dari gandum atau apa pun dari yang lainnya; namun Allah memberinya suatu tubuh sebagaimana ia kehendaki, dan kepada masing-masing benih tubuhnya sendiri.” (1 Korintus 15:​36-38) Allah tidak akan membangkitkan tubuh yang digunakan orang semasa hidupnya di bumi. Sebaliknya, akan ada suatu transformasi (perubahan rupa).

      5 Paulus membandingkan kebangkitan dengan pertumbuhan sebuah benih. Sebuah benih gandum yang kecil tidak sama bentuknya dengan tanaman yang akan tumbuh darinya. The World Book Encyclopedia mengatakan, ”Ketika sebuah benih mulai bertumbuh, ia menyerap air dalam kadar yang besar. Air menyebabkan banyak perubahan kimiawi di dalam benih. Air juga menyebabkan jaringan di dalam benih membesar dan keluar dari selongsong benih.” Sebenarnya, benih itu mati sebagai benih dan menjadi suatu tanaman yang bertumbuh. ”Allah memberinya suatu tubuh” yakni bahwa Ia menetapkan hukum-hukum ilmiah yang mengatur pertumbuhan tanaman itu, dan tiap-tiap benih menerima satu tubuh sesuai dengan jenisnya. (Kejadian 1:​11) Demikian pula, orang-orang Kristen terurap pertama-tama mati sebagai manusia. Kemudian, pada waktu yang Allah tetapkan, Ia menghidupkan mereka kembali dalam tubuh yang sepenuhnya baru. Sebagaimana Paulus katakan kepada orang-orang Filipi, ”Yesus Kristus . . . akan mengubah tubuh kita yang hina untuk disesuaikan dengan tubuhnya yang mulia.” (Filipi 3:​20, 21; 2 Korintus 5:​1, 2) Mereka dibangkitkan dalam tubuh rohani dan hidup dalam wilayah rohani.​—1 Yohanes 3:2.

      6. Mengapa masuk akal untuk percaya bahwa Allah dapat menyediakan tubuh roh yang cocok untuk orang-orang yang dibangkitkan?

      6 Apakah ini terlalu sulit dipercaya? Tidak. Paulus bernalar bahwa binatang memiliki berbagai jenis tubuh. Selain itu, ia mengontraskan antara malaikat-malaikat surgawi dengan manusia darah-daging, dengan mengatakan, ”Ada tubuh surgawi, dan tubuh yang bersifat bumi.” Ada pula keanekaragaman yang besar dalam ciptaan-ciptaan yang tak bernyawa. ”Bintang demi bintang berbeda dalam kemuliaan,” kata Paulus, lama sebelum sains menemukan gugusan bintang seperti bintang-bintang biru, bintang raksasa merah, dan bintang kerdil putih. Karena alasan itu, bukankah masuk akal bila Allah dapat menyediakan tubuh roh yang cocok bagi orang-orang terurap yang dibangkitkan?​—1 Korintus 15:​39-​41.

      7. Apa artinya ketidakfanaan? peri yang tidak berkematian?

      7 Paulus kemudian mengatakan, ”Demikian juga kebangkitan orang mati. Ditabur dalam kefanaan, dibangkitkan dalam ketidakfanaan.” (1 Korintus 15:42) Tubuh manusia, meski sempurna sekalipun, bersifat fana. Ia dapat dibunuh. Misalnya, Paulus mengatakan bahwa Yesus yang telah dibangkitkan ”ditentukan untuk tidak kembali lagi kepada kebinasaan”. (Kisah 13:34) Ia tidak akan pernah kembali hidup dalam tubuh manusia yang fana, sekalipun sempurna. Tubuh yang Allah berikan kepada orang-orang terurap yang dibangkitkan bersifat tidak fana​—tidak dapat mati atau rusak. Paulus melanjutkan, ”Ditabur dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditabur dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kuasa. Ditabur tubuh jasmani, dibangkitkan tubuh rohani.” (1 Korintus 15:​43, 44) Selanjutnya, Paulus mengatakan, ”Yang berkematian ini harus mengenakan peri tidak berkematian.” Peri tidak berkematian mengartikan kehidupan tanpa akhir, tanpa dapat dibinasakan. (1 Korintus 15:53; Ibrani 7:​16) Dengan cara demikian, orang-orang yang dibangkitkan mengenakan ”gambar dari pribadi surgawi itu”, Yesus, yang memungkinkan kebangkitan mereka.​—1 Korintus 15:​45-​49.

      8. (a) Bagaimana kita tahu bahwa orang-orang yang dibangkitkan adalah pribadi yang sama seperti semasa mereka masih hidup di bumi? (b) Nubuat-nubuat apa yang tergenap sewaktu kebangkitan berlangsung?

      8 Sekalipun mengalami transformasi demikian, orang-orang yang dibangkitkan adalah pribadi yang sama seperti sebelum mereka meninggal. Mereka akan dibangkitkan dengan membawa memori yang sama dan sifat-sifat Kristen luhur yang sama. (Maleakhi 3:3; Penyingkapan 21:​10, 18) Dalam hal ini, mereka serupa seperti Yesus Kristus. Ia berubah dari roh ke wujud manusia. Kemudian, ia mati dan dibangkitkan sebagai roh. Namun, ”Yesus Kristus adalah sama, kemarin dan hari ini, dan selama-lamanya”. (Ibrani 13:8) Alangkah mulianya hak istimewa yang dimiliki orang-orang terurap! Kata rasul Paulus, ”Namun apabila yang fana ini mengenakan ketidakfanaan dan yang berkematian ini mengenakan peri tidak berkematian, maka akan terjadilah perkataan yang tertulis, ’Kematian ditelan habis selama-lamanya.’ ’Kematian, di manakah kemenanganmu? Kematian, di manakah sengatmu?’”​—1 Korintus 15:​54, 55; Yesaya 25:8; Hosea 13:14.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan