-
Begitu Banyak Saksi bagaikan Awan!Menara Pengawal—1987 (Seri 32) | Menara Pengawal—1987 (Seri 32)
-
-
Apa Iman Itu
4. Apa gerangan iman itu?
4 Paulus pertama-tama mendefinisikan iman. (Baca Ibrani 11:1-3.) Sebagian, iman ialah ”pengharapan yang pasti dari segala sesuatu yang kita harapkan”. (NW) Seorang yang beriman mempunyai jaminan bahwa segala sesuatu yang Allah janjikan dapat dikatakan sudah digenapi. Iman juga adalah ”bukti yang nyata dari fakta-fakta meskipun tidak kita lihat”. (NW) Bukti yang meyakinkan dari fakta-fakta yang tidak kita lihat begitu kuat sehingga iman dikatakan sama dengan bukti itu.
5. Dengan iman, apa yang akan kita pahami?
5 Melalui iman ’nenek moyang kita telah mendapat kesaksian’ bahwa mereka menyenangkan Allah. Juga, ”karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta”—bumi, matahari, bulan, dan bintang-bintang—”telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat”. Kita diyakinkan bahwa Yehuwa adalah Pencipta hal-hal itu, meskipun kita tidak dapat melihat Dia karena Ia adalah suatu Roh yang tidak kelihatan.—Kejadian 1:1; Yohanes 4:24; Roma 1:20.
Iman dan ”Dunia Purba”
6. Mengapa Habel mempunyai ”pengharapan yang pasti” bahwa firman nubuat Yehuwa mengenai ’keturunan perempuan itu’ akan menjadi kenyataan?
6 Salah satu dari banyak segi dari iman ialah penghargaan akan perlunya suatu korban untuk dosa-dosa. (Baca Ibrani 11:4.) Dalam ”dunia purba”, iman akan korban darah diperlihatkan oleh Habel, putra kedua dari pasangan manusia pertama, Adam dan Hawa. (2 Petrus 2:5) Pasti Habel melihat dalam dirinya akibat-akibat yang membawa maut dari dosa warisan. (Kejadian 2:16, 17; 3:6, 7; Roma 5:12) Jelas bahwa ia juga melihat penggenapan dari pernyataan Allah yang mengakibatkan Adam harus bekerja sangat keras dan Hawa mengalami sakit yang sangat selama masa kehamilannya. (Kejadian 3:16-19) Jadi Habel mempunyai ”pengharapan yang pasti” bahwa hal-hal lain yang diucapkan oleh Yehuwa akan menjadi kenyataan. Ini termasuk firman nubuat yang ditujukan kepada penipu besar Setan ketika Allah mengatakan kepada ular itu, ”Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”—Kejadian 3:15.
7. (a) Bagaimana Habel memperlihatkan penghargaan akan perlunya suatu korban untuk dosa-dosa? (b) Cara bagaimana Allah ’menyaksikan di dalam hal persembahan Habel’?
7 Habel memperlihatkan iman dalam Keturunan atau Benih yang dijanjikan dengan mempersembahkan kepada Allah korban binatang yang dapat secara gambaran menggantikan kehidupan Habel sendiri. Tetapi kakaknya yang tidak beriman Kain mempersembahkan sayur-sayuran yang tidak mengandung darah. Sebagai pembunuh, Kain setelah itu menumpahkan darah Habel. (Kejadian 4:1-8) Namun Habel mati dengan mengetahui bahwa Yehuwa menganggapnya benar, ”Allah menyaksikan di dalam hal persembahannya”. (Bode) Bagaimana? Dengan menerima korban dari Habel yang dipersembahkan dalam iman. Karena imannya dan perkenan ilahi, yang tentang hal itu Catatan Terilham selanjutnya memberi kesaksian, ’Habel berkata-kata, walaupun ia sudah mati’. (Bode) Ia melihat perlunya suatu korban untuk dosa-dosa. Apakah saudara mempunyai iman dalam korban tebusan Yesus Kristus yang jauh lebih berarti?—1 Yohanes 2:1, 2; 3:23.
8. (a) Apa yang kita pelajari mengenai iman dari kesaksian Henokh yang berani? (b) Bagaimana Henokh ”terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian”?
8 Iman akan menggerakkan kita untuk menyatakan berita Allah dengan berani. (Baca Ibrani 11:5, 6.) Saksi Yehuwa yang mula-mula, Henokh, dengan berani menubuatkan pelaksanaan penghukuman ilahi atas orang-orang fasik. (Yudas 14, 15) Pastilah musuh-musuh Henokh berusaha membunuhnya, tetapi Allah ’mengangkat dia’ agar ia tidak merasakan penderitaan kematian. (Kejadian 5:24) Tetapi, pertama-tama ”ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah”. Bagaimana? ”Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian.” Demikian pula, Paulus dipindahkan, atau ”diangkat ke Firdaus”, maksudnya untuk menerima suatu penglihatan tentang firdaus rohani dari sidang Kristen di masa depan. (2 Korintus 12:1-4) Jadi Henokh rupanya menikmati penglihatan dari Firdaus di bumi yang akan datang ketika Yehuwa membuatnya tidur dalam kematian, aman dari tangan musuh. Untuk menyenangkan Allah, kita seperti Henokh, harus menyatakan berita Allah dengan berani. (Kisah 4:29-31) Kita juga harus percaya bahwa Allah itu ada dan ”memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia”.
9. Bagaimana haluan Nuh memperlihatkan bahwa mengikuti petunjuk-petunjuk Allah dengan saksama merupakan suatu segi lain dari iman?
9 Mentaati petunjuk-petunjuk Allah dengan saksama merupakan segi lain dari iman. (Baca Ibrani 11:7.) Dengan bertindak berdasarkan iman, Nuh melakukan ”seperti yang diperintahkan Allah”. (Kejadian 6:22; 7:16) Nuh mendapat ”petunjuk [”peringatan”, NW] Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan” dan percaya kepada pernyataan Yehuwa bahwa akan terjadi air bah seluas dunia. Dalam iman dan dengan rasa takut yang disertai hormat kepada Allah, Nuh ”mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya”. Dengan ketaatan dan perbuatan-perbuatan yang benar, ia menghukum dunia yang tidak percaya untuk perbuatan-perbuatannya yang jahat dan memperlihatkan bahwa dunia itu patut dibinasakan.—Kejadian 6:13-22.
10. Meskipun Nuh membangun bahtera, ia mengadakan waktu untuk kegiatan lain apa?
10 Nuh juga salah seorang dari saksi-saksi Yehuwa karena ia adalah ”pemberita kebenaran”. (2 Petrus 2:5) Meskipun sibuk membangun bahtera, ia mengadakan waktu untuk mengabar, sama seperti Saksi-Saksi Yehuwa dewasa ini. Memang, Nuh berbicara dengan berani sebagai pemberita dari peringatan Allah kepada orang-orang sebelum air bah terjadi, tetapi ”mereka tidak memperhatikan sampai air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua”.—Matius 24:36-39, NW.
Iman di Kalangan para Datuk Setelah Air Bah
11. (a) Bagaimana Abraham memperlihatkan bahwa iman mencakup keyakinan penuh kepada janji-janji Yehuwa? (b) Karena iman, Abraham menantikan ”kota” apa?
11 Iman termasuk keyakinan penuh kepada janji-janji Yehuwa. (Baca Ibrani 11:8-12.) Melalui iman Abraham (Abram) mentaati perintah Allah dan meninggalkan Ur negeri orang Kasdim, sebuah kota yang banyak menawarkan hal-hal materi. Ia percaya kepada janji Yehuwa bahwa ”semua kaum di muka bumi” akan memberkati diri sendiri melalui dia dan bahwa benihnya akan diberi suatu negeri. (Kejadian 12:1-9; 15:18-21) Putra Abraham Ishak dan cucunya Yakub ”turut menjadi ahli waris janji yang satu itu”. Karena iman Abraham ”diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing”. Ia menantikan ”kota yang mempunyai dasar [yang sejati, NW], yang direncanakan dan dibangun oleh Allah”. Ya, Abraham menantikan Kerajaan surgawi Allah yang di bawahnya ia akan mendapat kebangkitan untuk hidup di bumi. Apakah Kerajaan itu mendapat tempat yang begitu penting dalam kehidupan saudara?—Matius 6:33.
12. Apa yang terjadi karena Sara mempunyai iman dalam janji-janji Yehuwa?
12 Istri-istri para datuk yang takut akan Allah juga mempunyai iman dalam janji-janji Yehuwa. Misalnya, karena iman istri Abraham Sara, meskipun mandul sampai kira-kira berumur 90 tahun dan ”usianya sudah lewat”, mendapat kekuatan ”untuk menurunkan anak cucu, . . . karena ia menganggap Dia [Allah], yang memberikan janji itu setia”. Pada waktunya, Sara melahirkan Ishak. Jadi dari Abraham yang berumur 100 tahun, ”orang yang telah mati pucuk” sehubungan dengan melahirkan anak, akhirnya ”terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit”.—Kejadian 17:15-17; 18:11; 21:1-7.
13, 14. (a) Meskipun Abraham, Ishak, dan Yakub ”tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu,” bagaimana reaksi mereka? (b) Bagaimana kita dapat memperoleh manfaat dengan memikirkan keloyalan para datuk kepada Yehuwa bahkan meskipun kita tidak segera melihat penggenapan dari janji-janjiNya?
13 Iman akan membuat kita tetap loyal kepada Yehuwa meskipun kita tidak segera melihat penggenapan dari janji-janjiNya. (Baca Ibrani 11:13-16.) Para datuk yang setia semua mati tanpa melihat penggenapan penuh dari janji-janji Allah kepada mereka. Tetapi ’dari jauh [mereka] melihat [hal-hal yang dijanjikan] dan melambai-lambai kepadanya dan mengakui [di depan umum, NW], bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini’. Ya, mereka hidup dalam iman sampai mati, karena baru setelah beberapa generasi berlalu Negeri Perjanjian menjadi milik keturunan Abraham.
14 Kenyataan bahwa mereka tidak memperoleh penggenapan dari janji-janji ilahi dalam kehidupan mereka, tidak membuat Abraham, Ishak, dan Yakub sakit hati atau mengakibatkan mereka menjadi murtad. Mereka tidak meninggalkan Yehuwa dan kembali ke Ur, tenggelam dalam kegiatan-kegiatan duniawi. (Bandingkan Yohanes 17:16; 2 Timotius 4:10; Yakobus 1:27; 1 Yohanes 2:15-17.) Tidak, para datuk ’berusaha mencapai’ (NW) suatu tempat yang jauh lebih baik dari pada Ur, ”yaitu satu tanah air sorgawi”. Jadi Yehuwa ”tidak malu disebut Allah mereka”. Mereka memelihara iman dalam Yang Maha Tinggi sampai mati dan tidak lama lagi akan dibangkitkan untuk hidup di bumi, bagian dari wilayah ”kota” itu, Kerajaan Mesias Allah yang dipersiapkan bagi mereka. Tetapi bagaimana dengan saudara? Meskipun saudara sudah ”hidup dalam kebenaran” selama bertahun-tahun, menjadi tua dalam dinas Yehuwa, saudara harus memelihara keyakinan akan sistem baru yang Ia janjikan. (3 Yohanes 4; 2 Petrus 3:11-13) Betapa besar pahala yang akan diterima oleh saudara dan para datuk yang setia itu untuk iman sedemikian!
15. (a) Apa yang memungkinkan Abraham untuk benar-benar mempersembahkan Ishak sebagai korban? (b) Bagaimana seharusnya pengaruh dari peristiwa yang menyangkut Abraham dan Ishak atas iman kita? (c) Apa yang secara nubuat digambarkan oleh peristiwa itu?
15 Ketaatan tanpa syarat kepada Allah merupakan satu segi yang penting dari iman. (Baca Ibrani 11:17-19.) Karena Abraham mentaati Yehuwa tanpa syarat, ia ”sama seperti telah mengorbankan Ishak”, (NW) ”anaknya yang tunggal”—anak satu-satunya yang ia peroleh dari Sara. Bagaimana Abraham dapat melakukan ini? Karena ”ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan [Ishak] sekalipun dari antara orang mati”, jika perlu, untuk menggenapi janji mengenai keturunan melalui dia. Dalam sekejap pisau di tangan Abraham akan mengakhiri kehidupan Ishak, tetapi suara malaikat mencegah hal ini. Maka, Abraham ”seakan-akan [”secara gambaran”, NW]” telah menerima kembali Ishak dari kematian. Kita seharusnya juga tergerak untuk mentaati Allah dalam iman bahkan meskipun kehidupan kita sendiri atau anak-anak kita dipertaruhkan. (1 Yohanes 5:3) Patut diperhatikan pula, bahwa Abraham dan Ishak kemudian secara nubuat menggambarkan bagaimana Allah Yehuwa akan menyediakan Putra tunggalNya, Yesus Kristus, sebagai tebusan agar mereka yang mempraktekkan iman kepadanya dapat memperoleh hidup yang kekal.—Kejadian 22:1-19; Yohanes 3:16.
16. Sehubungan dengan anak-anak kita dan iman dalam janji-janji Allah, teladan apa yang diberikan oleh para datuk?
16 Jika kita mempunyai iman, kita akan membantu anak-anak kita agar menaruh harapan mereka pada apa yang Allah janjikan untuk masa depan. (Baca Ibrani 11:20-22.) Iman para datuk begitu teguh sehingga meskipun janji-janji Yehuwa kepada mereka tidak digenapi sepenuhnya selama hidup mereka, mereka meneruskan ini kepada anak-anak mereka sebagai warisan yang harus dihargai. Jadi, ”Ishak . . . memberkati Yakub dan Esau berhubung dengan perkara-perkara yang akan datang”, (Bode) dan Yakub menjelang kematiannya mengucapkan berkat untuk putra-putra Yusuf yakni Efraim dan Manasye. Karena Yusuf sendiri mempunyai iman yang kuat bahwa orang-orang Israel akan meninggalkan Mesir dan pergi ke suatu negeri yang dijanjikan, ia menyuruh saudara-saudaranya bersumpah agar membawa tulang-tulangnya bersama mereka pada waktu pergi. (Kejadian 27:27-29, 38-40; 48:8-22; 50:24-26) Apakah saudara membantu keluarga saudara untuk memperkembangkan iman yang sama akan apa yang Yehuwa telah janjikan?
Iman Menyebabkan Kita Mendahulukan Allah
17. Bagaimana orangtua Musa bertindak berdasarkan iman?
17 Iman menggerakkan kita untuk mendahulukan Yehuwa dan umatNya di atas segala sesuatu yang ditawarkan oleh dunia ini. (Baca Ibrani 11:23-26.) Orang Israel menjadi budak-budak yang membutuhkan pembebasan dari perbudakan Mesir ketika orangtua Musa bertindak berdasarkan iman. ”Mereka tidak takut akan perintah raja” untuk membunuh anak laki-laki Ibrani segera setelah lahir. Sebaliknya, mereka menyembunyikan Musa selama tiga bulan, dan akhirnya ia ditaruh dalam sebuah peti dari pandan di antara rumput-rumput yang tinggi di tepi sungai Nil. Ia ditemukan oleh putri Firaun, dan kemudian ’diasuh seperti anaknya sendiri’. Tetapi, mula-mula Musa diasuh dan secara rohani dilatih di rumah ayah dan ibunya, Amram dan Yokhebed. Kemudian, sebagai anggota dari keluarga Firaun, ia ”dididik dalam segala hikmat orang Mesir” dan menjadi ”berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya”, mempunyai kemampuan mental dan fisik yang kuat.—Kisah 7:20-22; Keluaran 2:1-10; 6:19.
18. Karena imannya, sikap apa yang diambil Musa sehubungan dengan ibadat Yehuwa?
18 Namun, pendidikan di Mesir dan kemewahan materi dari istana tidak menyebabkan Musa meninggalkan ibadat Yehuwa dan menjadi murtad. Tetapi, ”karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun”, suatu haluan yang dinyatakannya ketika ia membela saudaranya seorang Ibrani. (Keluaran 2:11, 12) Musa lebih suka ”menderita sengsara dengan umat Allah [orang-orang Israel sesama penyembah Yehuwa] dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa”. Jika saudara seorang hamba Yehuwa yang sudah dibaptis yang mempunyai latar belakang yang sangat menunjang dengan pendidikan rohani yang baik, apakah saudara mau mengikuti teladan Musa dan berdiri teguh untuk ibadat sejati?
19. (a) Apa buktinya bahwa Musa mendahulukan Yehuwa dan umatNya dalam kehidupannya? (b) Musa menanti-nantikan diberikannya upah apa?
19 Musa menggabungkan diri bersama umat Yehuwa karena ”ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir”. Kemungkinan besar Musa ’menganggap penghinaan karena menjadi suatu gambaran jaman purba dari Kristus, atau Pribadi Yang Diurapi Allah, sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir’. Sebagai anggota dari keluarga istana, ia bisa saja menikmati kekayaan dan kemasyhuran di Mesir. Tetapi ia mempraktekkan iman dan ”pandangannya ia arahkan kepada upah”—hidup kekal melalui kebangkitan di bumi dalam sistem baru yang Allah janjikan.
20. Apa yang dapat kita pelajari dari pengalaman Musa yang menunjukkan bahwa iman membuat kita tidak takut sebagai hamba-hamba Yehuwa?
20 Iman akan membuat kita tidak takut karena kita yakin kepada Yehuwa sebagai penyelamat. (Baca Ibrani 11:27-29.) Setelah mendengar bahwa Musa telah membunuh seorang Mesir, Firaun berusaha untuk membunuhnya. ”Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian.” (Keluaran 2:11-15) Jadi Paulus rupanya memaksudkan keluarnya orang-orang Ibrani belakangan dari Mesir ketika ia mengatakan, ”Dari sebab iman juga ia [Musa] meninggalkan tanah Mesir dengan tiada takut akan murka raja itu [yang memberikan ancaman kematian karena ia mewakili Allah demi kepentingan orang-orang Israel], karena tetaplah ia seolah-olah ia nampak Yang tiada kelihatan.” (Bode) (Keluaran 10:28, 29) Meskipun Musa tidak pernah benar-benar melihat Allah, cara Yehuwa berurusan dengannya begitu nyata sehingga ia bertindak seolah-olah ia benar-benar melihat ”Yang tiada kelihatan”. (Keluaran 33:20) Apakah hubungan saudara dengan Yehuwa sedemikian kuat?—Mazmur 37:5; Amsal 16:3.
21. Sehubungan dengan keberangkatan Israel dari Mesir, apa yang terjadi ”karena iman”?
21 Tepat sebelum Israel meninggalkan Mesir, ”karena iman maka ia [Musa] mengadakan Paskah dan pemercikan darah, supaya pembinasa anak-anak sulung jangan menyentuh mereka [anak-anak sulung Israel]”. Ya, dibutuhkan iman untuk mengadakan Paskah dengan keyakinan bahwa anak-anak sulung Israel akan dibiarkan hidup sedangkan anak-anak sulung orang Mesir akan mati, dan iman ini diberkati. (Keluaran 12:1-39) Juga ”karena iman maka mereka [umat Israel] telah melintasi Laut Merah sama seperti melintasi tanah kering, sedangkan orang-orang Mesir tenggelam, ketika mereka mencobanya juga”. Allah terbukti sebagai penyelamat yang benar-benar mengagumkan! Dan karena pembebasan ini, orang-orang Israel ”takut kepada [Yehuwa] dan mereka percaya kepada [Yehuwa] dan kepada Musa hambaNya itu”.—Keluaran 14:21-31.
22. Mengenai iman, pertanyaan-pertanyaan apa yang masih akan dibahas?
22 Iman Musa dan para datuk benar-benar suatu pola bagi Saksi-Saksi Yehuwa dewasa ini. Tetapi apa yang terjadi pada waktu Allah selanjutnya berurusan dengan keturunan Abraham sebagai suatu bangsa yang diorganisasi secara teokratis? Apa yang dapat kita pelajari dari tindakan-tindakan iman selanjutnya pada jaman purba?
-
-
Dunia Ini Bukan Tempat yang Layak bagi MerekaMenara Pengawal—1987 (Seri 32) | Menara Pengawal—1987 (Seri 32)
-
-
Dunia Ini Bukan Tempat yang Layak bagi Mereka
”Mereka dilempari batu sampai mati, . . . Dunia ini bukan tempat yang layak bagi mereka.”—IBRANI 11:37, 38, BIS.
1, 2. Di bawah keadaan-keadaan apa saksi-saksi Yehuwa pada jaman purba memelihara integritas, dan bagaimana pengaruh dari perbuatan-perbuatan mereka atas hamba-hamba Allah dewasa ini?
SAKSI-SAKSI YEHUWA pada jaman purba memelihara integritas kepada Allah meskipun mengalami banyak ujian dari masyarakat manusia yang jahat. Misalnya, hamba-hamba Allah dilempari batu dan dibunuh dengan pedang. Mereka menderita perlakuan yang kejam dan penindasan. Namun mereka tidak goyah dalam iman. Jadi, memang, seperti dikatakan rasul Paulus, ”Dunia ini bukan tempat yang layak bagi mereka.”—Ibrani 11:37, 38, BIS.
2 Perbuatan-perbuatan yang membangkitkan iman dari orang-orang yang saleh sebelum Air Bah, para datuk, dan Musa menggerakkan saksi-saksi Yehuwa jaman modern untuk melayani Allah dalam iman. Namun bagaimana dengan orang-orang lain yang disebut di Ibrani pasal 11 dan 12? Bagaimana kita dapat memperoleh manfaat dengan membahas segi-segi iman mereka?
Iman dari para Hakim, Raja-Raja, dan Nabi-Nabi
3. Bagaimana peristiwa-peristiwa yang menyangkut Yerikho dan Rahab memperlihatkan bahwa iman harus dibuktikan dengan perbuatan?
3 Iman bukan sekedar percaya saja; ini harus dibuktikan dengan perbuatan atau tindakan. (Baca Ibrani 11:30, 31.) Setelah Musa mati, karena iman orang-orang Israel mendapatkan kemenangan demi kemenangan di Kanaan, namun hal ini menuntut usaha di pihak mereka. Misalnya, karena iman Yosua dan orang-orang lain ”runtuhlah tembok-tembok Yerikho, setelah kota itu dikelilingi tujuh hari lamanya”. Tetapi ”karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka [penduduk Yerikho yang tidak beriman]”. Mengapa? ”Karena ia telah menyambut pengintai-pengintai [Israel] itu dengan baik”, membuktikan imannya dengan menyembunyikan mereka dari orang-orang Kanaan. Iman Rahab mempunyai dasar yang kuat dalam laporan-laporan bahwa ”[Yehuwa] telah mengeringkan air Laut Teberau” di hadapan orang-orang Israel dan menganugerahi mereka kemenangan atas raja-raja Amori, Sihon dan Og. Rahab membuat perubahan moral yang benar dan imannya yang aktif diberkati dengan cara ia diselamatkan beserta keluarganya ketika Yerikho jatuh dan ia menjadi nenek moyang Yesus Kristus.—Yosua 2:1-11; 6:20-23; Matius 1:1, 5; Yakobus 2:24-26.
4. Apa yang ditandaskan oleh pengalaman-pengalaman Gideon dan Barak berkenaan memperlihatkan iman dalam menghadapi bahaya?
4 Iman diperlihatkan dengan bersandar sepenuhnya kepada Yehuwa pada waktu menghadapi bahaya. (Baca Ibrani 11:32.) Paulus mengakui bahwa ia tidak cukup waktu untuk terus menceritakan tentang ”Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi”, yang dengan perbuatan-perbuatan yang berani memberikan bukti berlimpah tentang iman dan kepercayaan kepada Allah dalam keadaan-keadaan penuh bahaya. Jadi, melalui iman dan dengan suatu pasukan yang hanya terdiri dari 300 orang, Hakim Gideon diberi kekuatan oleh Allah untuk menghancurkan kekuatan militer orang-orang Midian yang menindas. (Hakim 7:1-25) Karena mendapat anjuran dari nabiah Debora, Hakim Barak dan satu pasukan tentara yang terdiri dari 10.000 orang dengan perlengkapan senjata yang minim mendapat kemenangan atas pasukan Raja Yabin yang jauh lebih besar yang terdiri dari 900 kereta-kereta perang dengan senjata lengkap di bawah pimpinan Sisera.—Hakim 4:1–5:31.
5. Dalam hal-hal apa saja Simson dan Yefta memperlihatkan iman yang membuktikan kepercayaan penuh kepada Yehuwa?
5 Teladan iman yang lain pada jaman hakim-hakim Israel ialah dari Simson, musuh yang tangguh bagi orang-orang Filistin. Memang, akhirnya dalam keadaan buta ia menjadi tawanan mereka. Tetapi Simson membunuh banyak dari mereka ketika ia merubuhkan tiang-tiang dari bangunan tempat mereka mempersembahkan korban yang besar kepada ilah palsu mereka Dagon. Ya, Simson mati bersama orang-orang Filistin itu tetapi bukan karena bunuh diri sebab putus asa. Dengan iman ia bersandar kepada Yehuwa dan berdoa kepadaNya memohonkan kekuatan yang diperlukan untuk melancarkan pembalasan atas musuh-musuh Allah dan umatNya. (Hakim 16:18-30) Yefta, yang dianugerahi kemenangan oleh Yehuwa atas orang-orang Amon, juga memperlihatkan iman yang membuktikan kepercayaan penuh kepada Yehuwa. Hanya dengan iman sedemikian ia dapat memenuhi nazarnya kepada Allah dengan membaktikan putrinya dalam dinas Yehuwa sebagai wanita yang tetap perawan.—Hakim 11:29-40.
6. Bagaimana Daud memperlihatkan imannya?
6 Yang juga menonjol imannya adalah Daud. Ia masih muda sekali ketika berkelahi dengan raksasa Filistin Goliat. ”Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing,” kata Daud, ”tetapi aku mendatangi engkau dengan nama [Yehuwa] semesta alam.” Ya, Daud bersandar pada Allah, membunuh raksasa Filistin itu, dan selanjutnya terus menjadi seorang raja-pejuang yang gagah berani yang bertempur demi kepentingan umat Allah. Dan karena iman Daud, ia menjadi seorang pria yang berkenan di hati Yehuwa. (1 Samuel 17:4, 45-51; Kisah 13:22) Sepanjang hidupnya, Samuel dan nabi-nabi lain juga memperlihatkan iman yang besar dan ketergantungan penuh kepada Allah. (1 Samuel 1:19-28; 7:15-17) Benar-benar teladan-teladan yang bagus bagi hamba-hamba Yehuwa jaman sekarang, tua dan muda!
7. (a) Siapa yang ”karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan”? (b) Siapa yang ”mengamalkan kebenaran” melalui iman?
7 Dengan iman kita dapat berhasil menghadapi setiap ujian integritas dan dapat melaksanakan apapun yang selaras dengan kehendak ilahi. (Baca Ibrani 11:33, 34.) Ketika mengutip perbuatan-perbuatan iman selanjutnya, rupanya Paulus mengingat hakim-hakim, raja-raja dan nabi-nabi Ibrani, karena ia baru saja menyebutkan orang-orang sedemikian. ”Karena iman” hakim-hakim seperti misalnya Gideon dan Yefta ”telah menaklukkan kerajaan-kerajaan”. Demikian pula Raja Daud, yang menaklukkan orang-orang Filistin, Moab, Aram, Edom, dan lain-lain. (2 Samuel 8:1-14) Juga melalui iman, hakim-hakim yang jujur ”mengamalkan kebenaran”, dan nasihat yang benar dari Samuel serta nabi-nabi lain menggerakkan sedikitnya beberapa orang untuk menghindari atau meninggalkan perbuatan salah.—1 Samuel 12:20-25; Yesaya 1:10-20.
8. Janji apa yang diperoleh Daud, dan hal itu mengarah kepada apa?
8 Daud adalah salah seorang yang melalui iman ”memperoleh apa yang dijanjikan”. Yehuwa berjanji kepadanya, ”Takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.” (2 Samuel 7:11-16) Dan Allah menepati janji itu dengan mendirikan Kerajaan Mesias pada tahun 1914.—Yesaya 9:5, 6; Daniel 7:13, 14.
9. Di bawah keadaan-keadaan apa ’mulut singa-singa telah ditutup melalui iman’?
9 Nabi Daniel dengan berhasil menghadapi ujian integritas pada waktu ia tetap berdoa kepada Allah menurut kebiasaannya setiap hari meskipun ada larangan dari raja. Dengan iman seorang pemelihara integritas, Daniel ”menutup mulut singa-singa” karena Yehuwa memeliharanya tetap hidup dalam gua singa tempat ia dilemparkan.—Daniel 6:4-23.
10. Siapa ”memadamkan api yang dahsyat” melalui iman, dan iman yang sama memungkinkan kita untuk melakukan apa?
10 Rekan-rekan Ibrani Daniel yang memelihara integritas, Sadrakh, Mesakh, Abednego sebenarnya ”memadamkan api yang dahsyat”. Ketika diancam hukuman mati dalam sebuah dapur api yang dipanaskan secara luar biasa, mereka mengatakan kepada Raja Nebukadnezar bahwa, tidak soal apakah Allah mereka akan menyelamatkan mereka atau tidak, mereka tidak akan melayani ilah-ilah raja Babel itu atau menyembah patung yang telah ia dirikan. Yehuwa tidak memadamkan api dalam dapur api itu, tetapi Ia mengatur agar ketiga orang Ibrani tidak mendapat celaka. (Daniel 3:1-30) Iman yang sama memungkinkan kita untuk memelihara integritas kepada Allah sampai pada titik di mana kita mungkin akan mati di tangan musuh.—Wahyu 2:10.
11. (a) Melalui iman, siapa yang ’telah luput dari mata pedang’? (b) Siapa yang ”telah beroleh kekuatan” melalui iman? (c) Siapa yang ”telah menjadi kuat dalam peperangan” dan ”telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing”?
11 Daud ”telah luput dari mata pedang” anak buah Raja Saul. (1 Samuel 19:9-17) Nabi-nabi Elia dan Elisa juga luput dari kematian oleh pedang. (1 Raja 19:1-3; 2 Raja 6:11-23) Namun siapa yang ’karena iman telah beroleh kekuatan dalam kelemahan’? Ya, Gideon menganggap dirinya dan orang-orangnya terlalu lemah untuk menyelamatkan Israel dari orang-orang Midian. Tetapi ia ”telah beroleh kekuatan” dari Allah, yang memberinya kemenangan—dan hanya dengan 300 orang! (Hakim 6:14-16; 7:2-7, 22) ”Dalam kelemahan” ketika rambutnya dicukur, Simson telah ”beroleh kekuatan” dari Yehuwa dan membunuh banyak orang Filistin. (Hakim 16:19-21, 28-30; bandingkan Hakim 15:13-19.) Paulus mungkin juga mengingat Raja Hizkia sebagai seseorang yang ”telah beroleh kekuatan” dari keadaan yang lemah secara militer dan bahkan secara fisik. (Yesaya 37:1–38:22) Di kalangan hamba-hamba Allah yang ”telah menjadi kuat dalam peperangan” ialah Hakim Yefta dan Raja Daud. (Hakim 11:32, 33; 2 Samuel 22:1, 2, 30-38) Dan mereka yang ”telah memukul mundur pasukan-pasukan tentara asing” antara lain ialah Hakim Barak. (Hakim 4:14-16) Semua perbuatan yang berani ini seharusnya meyakinkan kita bahwa dengan iman kita dapat berhasil menghadapi setiap ujian integritas atas kita dan dapat melaksanakan apapun yang selaras dengan kehendak Yehuwa.
Orang-Orang Lain dengan Iman yang Patut Ditiru
12. (a) Siapa ”ibu-ibu [yang] telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan”? (b) Dalam hal apa kebangkitan dari orang-orang tertentu yang beriman akan ”lebih baik”?
12 Iman mencakup percaya kepada kebangkitan, suatu harapan yang membantu kita untuk memelihara integritas kepada Allah. (Baca Ibrani 11:35.) Karena iman, ”ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan”. Melalui iman dan kuasa Allah, Elia membangkitkan putra seorang janda di Sarfat dan Elisa menghidupkan kembali putra seorang wanita Sunem. (1 Raja 17:17-24; 2 Raja 4:17-37) ”Tetapi orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa [secara harfiah, ”dipukuli dengan tongkat”] dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik.” Jelas bahwa saksi-saksi Yehuwa yang tidak disebut namanya ini dalam Alkitab telah dipukuli sampai mati, tidak mau menerima pembebasan yang menuntut agar mereka berkompromi dalam iman. Kebangkitan mereka akan ”lebih baik” karena mereka tidak perlu lagi mengalami kematian yang tidak dapat dihindari (seperti halnya mereka yang dibangkitkan oleh Elia dan Elisa) dan ini akan terjadi di bawah pemerintahan Kerajaan di tangan Yesus Kristus, ”Bapa yang Kekal” yang tebusannya memberikan kesempatan untuk hidup kekal di bumi.—Yesaya 9:5; Yohanes 5:28, 29.
13. (a) ”Olok-olok dan sesah” telah diderita oleh siapa? (b) Siapa yang mengalami ”belenggu dan penjara”?
13 Jika kita mempunyai iman, kita akan dapat bertekun menahan penindasan. (Baca Ibrani 11:36-38.) Bila kita dianiaya, ada gunanya untuk mengingat harapan kebangkitan dan menyadari bahwa Allah dapat menguatkan kita seperti yang telah Ia lakukan atas ”orang lain pula [yang] terkena pencobaan [atau, ujian iman] dengan olok-olok dan sesah, dan lagi belenggu dan penjara”. (Bode) Orang-orang Israel ”mengolok-olok utusan-utusan Allah . . . sebab itu murka [Yehuwa] bangkit terhadap umatNya”. (2 Tawarikh 36:15, 16) Dengan iman, Mikha, Elisa, dan hamba-hamba Allah yang lain menahan ”olok-olok”. (1 Raja 22:24; 2 Raja 2:23, 24; Mazmur 42:4) ”Sesah” atau pemukulan memang hal yang umum pada jaman raja-raja dan nabi-nabi Israel, dan penentang-penentang ”memukul” Yeremia, tidak hanya menamparnya sebagai penghinaan. ”Belenggu dan penjara” akan mengingatkan kita kepada pengalamannya maupun juga pengalaman dari nabi Mikha dan nabi Hanani. (Yeremia 20:1, 2; 37:15; 1 Raja 12:11; 22:26, 27; 2 Tawarikh 16:7, 10) Karena mempunyai iman yang sama, Saksi-Saksi Yehuwa pada jaman modern dapat bertekun menahan penderitaan yang serupa ”karena kebenaran”.—1 Petrus 3:14.
14. (a) Siapa antara lain yang telah ”dilempari batu”? (b) Siapa yang boleh jadi telah ”digergaji”?
14 ”Mereka dilempari batu,” kata Paulus (BIS). Salah seorang yang beriman seperti itu ialah Zakharia, putra imam Yoyada. Karena diliputi oleh roh Allah, ia berbicara menentang orang-orang yang murtad di Yehuda. Akibatnya? Atas perintah Raja Yoas, orang-orang yang bersekongkol itu melemparinya dengan batu sampai mati di halaman rumah Yehuwa. (2 Tawarikh 24:20-22; Matius 23:33-35) Paulus menambahkan: ’Mereka digergaji dan dicobai.’ (Bode) Ia mungkin mengingat nabi Mikha sebagai salah seorang dari mereka yang ”dicobai”, dan menurut tradisi Yahudi yang tidak disebutkan tubuh Yesaya telah digergaji menjadi dua selama pemerintahan Raja Manasye.—1 Raja 22:24-28.
15. Siapa yang menderita ”siksaan” dan ”mengembara di padang gurun”?
15 Yang lain-lain ”dibunuh dengan pedang”, seperti, contohnya, rekan-rekan Elia sesama nabi dari Allah yang ”dibunuh dengan pedang” pada jaman Raja Ahab yang jahat. (1 Raja 19:9, 10) Elia dan Elisa termasuk di antara mereka yang beriman yang ”mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan”. (1 Raja 19:5-8, 19; 2 Raja 1:8; 2:13; bandingkan Yeremia 38:6.) Mereka yang ”mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung” sebagai sasaran pengejaran pasti bukan hanya Elia dan Elisa tetapi juga termasuk ke-100 nabi yang disembunyikan oleh Obaja, masing-masing 50 orang dalam sebuah gua, dan diberi roti dan air ketika Ratu Izebel yang menyembah berhala itu mulai ”melenyapkan nabi-nabi [Yehuwa]”. (1 Raja 18:4, 13; 2 Raja 2:13; 6:13, 30, 31) Pemelihara-pemelihara integritas yang luar biasa! Tidak mengherankan Paulus mengatakan, ”Dunia [masyarakat manusia yang jahat] ini bukan tempat yang layak bagi mereka”! (BIS)
16. (a) Mengapa saksi-saksi Yehuwa pada jaman pra-Kristen masih belum menerima ”apa yang dijanjikan itu”? (b) Bagi saksi-saksi Yehuwa pada jaman pra-Kristen, ”menjadi sempurna” harus berkaitan dengan apa?
16 Iman memberi kita keyakinan bahwa pada waktu yang tepat dari Allah semua orang yang mengasihi Dia akan ”memperoleh apa yang dijanjikan itu”. (Baca Ibrani 11:39, 40.) ”Iman” dari para pemelihara integritas di jaman pra-Kristen ”telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik”, yang tercatat dengan resmi dalam Alkitab. Tetapi mereka masih belum menerima ”apa yang dijanjikan” Allah melalui kebangkitan di bumi dengan harapan untuk hidup kekal di bawah pemerintahan Kerajaan. Mengapa? ”Supaya jangan mereka itu jadi sempurna dengan tiada” para pengikut Yesus yang terurap (Bode), yang untuk mereka ”Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik”—kehidupan yang tidak berkematian di surga dan hak istimewa untuk menjadi rekan-rekan penguasa bersama Yesus Kristus. Melalui kebangkitan yang dimulai setelah Kerajaan itu didirikan pada tahun 1914, orang-orang Kristen yang terurap ’menjadi sempurna’ di surga sebelum saksi-saksi Yehuwa dari jaman pra-Kristen dibangkitkan di bumi. (1 Korintus 15:50-57; Wahyu 12:1-5) Bagi saksi-saksi yang mula-mula itu, ’menjadi sempurna’ harus berkaitan dengan kebangkitan mereka di bumi, yaitu pada waktu mereka akhirnya ”dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan”, dan mencapai kesempurnaan manusia melalui dinas dari Imam Besar Yesus Kristus dan ke-144.000 imam-imam bawahannya di surga selama Pemerintahan Mileniumnya.—Roma 8:20, 21; Ibrani 7:26; Wahyu 14:1; 20:4-6.
-