-
Pencipta Memberi Manusia Suatu FirdausAlkitab—Apa Isinya?
-
-
BAGIAN 1
Pencipta Memberi Manusia Suatu Firdaus
Allah menciptakan alam semesta dan kehidupan di bumi; Ia menciptakan pria dan wanita sempurna, menempatkan mereka di taman yang indah, dan memberi mereka perintah untuk ditaati
KATA-KATA berikut disebut sebagai kata pembukaan paling terkenal yang pernah ditulis. ”Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” (Kejadian 1:1) Dengan kalimat yang sederhana tetapi agung itu, Alkitab memperkenalkan kepada kita Pribadi yang merupakan tokoh utama Alkitab—Allah yang mahakuasa, Yehuwa. Ayat pertama Alkitab itu menyingkapkan bahwa Allah adalah Pencipta alam semesta yang mahaluas, termasuk planet yang kita tinggali. Ayat-ayat berikutnya menjelaskan bahwa dalam serangkaian jangka waktu yang panjang yang secara kiasan disebut hari-hari, Allah mempersiapkan bumi tempat tinggal kita dan menciptakan semua keajaiban dunia alam yang kita kenal.
Yang paling hebat dari ciptaan Allah di bumi adalah manusia. Inilah makhluk yang dibuat menurut rupa Allah—sanggup mencerminkan sifat-sifat Yehuwa sendiri, seperti kasih dan hikmat-Nya. Allah membuat manusia dari debu tanah. Allah menamainya Adam, lalu menempatkannya di suatu firdaus—Taman Eden. Allah sendiri yang membuat taman itu, memenuhinya dengan pohon-pohon buah yang indah.
Allah melihat bahwa manusia membutuhkan pasangan. Dengan salah satu tulang rusuk Adam, Allah membuat seorang wanita dan membawanya kepada pria itu untuk menjadi istrinya, belakangan dinamai Hawa. Karena senangnya, Adam pun berpuisi, ”Inilah akhirnya tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.” Allah menjelaskan, ”Itulah sebabnya seorang pria akan meninggalkan bapaknya dan ibunya dan ia harus berpaut pada istrinya dan mereka harus menjadi satu daging.”—Kejadian 2:22-24; 3:20.
Allah memberi Adam dan Hawa dua perintah. Pertama, Ia menyuruh mereka menggarap dan mengurus bumi tempat tinggal mereka hingga akhirnya memenuhi bumi dengan keturunan mereka. Kedua, Ia memberi tahu mereka untuk tidak memakan buah dari satu pohon tertentu dalam taman yang sangat luas itu, yaitu ”pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat”. (Kejadian 2:17) Jika mereka tidak taat, mereka akan mati. Melalui dua perintah tersebut, Allah memberi pria dan wanita itu kesempatan untuk memperlihatkan bahwa mereka menerima Dia sebagai Penguasa mereka. Ketaatan mereka juga menunjukkan kasih dan rasa syukur mereka. Mereka punya banyak alasan untuk menerima pemerintahan-Nya yang baik hati ini. Kedua manusia sempurna itu tidak memiliki cacat sedikit pun. Alkitab memberi tahu kita, ”Allah melihat segala sesuatu yang telah ia buat dan lihat! semuanya itu sangat baik.”—Kejadian 1:31.
—Berdasarkan Kejadian pasal 1 dan 2.
-
-
Firdaus HilangAlkitab—Apa Isinya?
-
-
BAGIAN 2
Firdaus Hilang
Malaikat pemberontak memengaruhi pria dan wanita pertama, Adam dan Hawa, agar menolak pemerintahan Allah. Akibatnya, dosa dan kematian masuk ke dunia
LAMA berselang sebelum menciptakan manusia, Allah sudah menciptakan banyak makhluk roh yang tidak kelihatan—para malaikat. Di Eden, seorang malaikat pemberontak, yang belakangan dikenal sebagai Setan si Iblis, dengan licik menggoda Hawa agar memakan buah dari satu pohon yang Allah larangkan.
Dengan menggunakan seekor ular yang seolah-olah bisa berbicara, Setan menyiratkan bahwa Allah menahan sesuatu yang baik dari wanita itu dan suaminya. Malaikat tersebut memberi tahu Hawa bahwa dia dan suaminya tidak bakal mati meskipun mereka makan buah terlarang itu. Jadi, Setan menuduh Allah telah mendustai manusia, yang adalah anak-anak-Nya. Sang penipu membuat ketidaktaatan kepada Allah tampak sebagai haluan yang memikat yang akan menghasilkan pengetahuan khusus dan kebebasan. Tetapi, ini benar-benar dusta—bahkan, dusta pertama yang terucap di bumi. Yang sebenarnya dipermasalahkan adalah kedaulatan Allah, atau kekuasaan tertinggi-Nya—apakah Allah memang berhak memerintah dan apakah Ia memerintah dengan cara yang adil-benar dan demi kepentingan terbaik rakyat-Nya.
Hawa memercayai dusta Setan. Ia mulai menginginkan buah itu, lalu benar-benar memakan sebagian darinya. Belakangan, ia memberikan sebagian kepada suaminya, yang juga memakannya. Mereka pun menjadi pedosa. Tindakan yang tampaknya sederhana itu sebenarnya adalah ungkapan pemberontakan. Dengan sengaja memilih untuk melanggar perintah Allah, Adam dan Hawa menolak pemerintahan sang Pencipta yang telah memberi mereka segala sesuatu, termasuk kehidupan yang sempurna.
Benih itu ”akan meremukkan kepalamu dan engkau akan meremukkan tumitnya”.—Kejadian 3:15
Allah menjatuhkan vonis atas para pemberontak itu. Ia menubuatkan datangnya Benih, atau Pembebas, yang dijanjikan yang akan membinasakan Setan, pribadi di balik ular tersebut. Allah menangguhkan eksekusi atas Adam dan Hawa selama suatu waktu, dengan demikian memperlihatkan belas kasihan atas keturunan mereka yang belum lahir. Anak-anak itu memiliki dasar untuk berharap karena Pribadi yang Allah utus nantinya akan meniadakan akibat yang menyedihkan dari pemberontakan di Eden. Bagaimana persisnya maksud-tujuan Allah tentang Juru selamat yang akan datang ini digenapi—dan siapa Pribadi yang akan diutus itu—disingkapkan secara bertahap seraya penulisan Alkitab berlangsung.
Allah mengusir Adam dan Hawa dari Firdaus. Mereka harus banting tulang untuk menggarap tanah di luar Taman Eden. Hawa kemudian hamil dan melahirkan Kain, anak pertama Adam dan Hawa. Pasangan itu memiliki putra-putri lain, termasuk Habel dan Set, bapak leluhur Nuh.
—Berdasarkan Kejadian pasal 3 sampai 5; Penyingkapan (Wahyu) 12:9.
-
-
Umat Manusia Selamat dari Air BahAlkitab—Apa Isinya?
-
-
BAGIAN 3
Umat Manusia Selamat dari Air Bah
Allah membinasakan dunia yang fasik tetapi menyelamatkan Nuh dan keluarganya
SERAYA umat manusia berlipat ganda, dosa dan kefasikan menyebar dengan pesat di bumi. Sendirian, seorang nabi bernama Henokh memperingatkan bahwa suatu hari kelak Allah akan membinasakan orang fasik. Namun, kejahatan terus merajalela dan bahkan semakin parah. Beberapa malaikat memberontak terhadap Yehuwa dengan meninggalkan surga, tempat yang ditetapkan bagi mereka, lalu menjelma menjadi manusia di bumi dan secara tamak memperistri para wanita. Perkawinan yang tidak wajar itu menghasilkan keturunan yang luar biasa kuat yang disebut Nefilim, yaitu para raksasa yang suka mengganggu orang. Akibatnya, tindak kekerasan serta penumpahan darah di bumi semakin menjadi-jadi. Allah sangat sakit hati melihat ciptaan-Nya di bumi dirusak.
Setelah Henokh mati, muncullah seorang pria yang sangat berbeda dalam dunia yang fasik itu. Namanya Nuh. Ia dan keluarganya berupaya melakukan apa yang benar di mata Allah. Sewaktu Allah memutuskan untuk membinasakan orang-orang fasik itu, Ia ingin melindungi Nuh dan binatang-binatang di bumi. Jadi, Allah menyuruhnya membangun bahtera—semacam kapal berbentuk kotak yang sangat besar. Dengan tinggal di dalamnya, Nuh dan keluarganya bisa selamat, bersama banyak jenis binatang, melewati air bah sedunia yang akan datang. Nuh menaati Allah. Selama hampir setengah abad, Nuh membangun bahtera dan juga giat sebagai ”pemberita keadilbenaran”. (2 Petrus 2:5) Ia memperingatkan orang-orang tentang Air Bah yang akan datang, tetapi mereka mengabaikan dia. Akhirnya tibalah waktunya bagi Nuh dan keluarganya untuk masuk ke dalam bahtera bersama binatang-binatang. Lalu, Allah menutup pintu bahtera. Hujan turun.
Hujan turun dengan deras selama 40 hari dan 40 malam hingga seluruh bumi terendam. Orang fasik pun binasa. Berbulan-bulan kemudian, seraya air surut, bahtera itu terdampar di sebuah gunung. Ketika para penumpangnya bisa keluar dengan aman, mereka sudah berada di dalam bahtera itu setahun penuh. Sebagai ungkapan rasa syukur, Nuh membuat persembahan bagi Yehuwa. Allah memberi tanggapan dengan meyakinkan Nuh dan keluarga-Nya bahwa Ia tidak akan pernah lagi mendatangkan air bah untuk melenyapkan semua kehidupan dari permukaan bumi. Yehuwa menyediakan pelangi sebagai jaminan yang kelihatan, pengingat akan janji yang menenteramkan ini.
Setelah Air Bah, Allah juga memberi manusia beberapa perintah baru. Ia mengizinkan mereka makan daging binatang. Akan tetapi, Ia melarang mereka makan darah. Ia juga memerintahkan keturunan Nuh untuk menyebar ke seluruh bumi, tetapi sebagian di antara mereka tidak taat. Orang-orang bersatu di bawah seorang pemimpin bernama Nimrod dan mulai membangun menara yang sangat besar di kota Babel, belakangan disebut Babilon. Tujuan mereka adalah melawan perintah Allah untuk menyebar ke seluruh bumi. Tetapi, Allah menggagalkan upaya para pemberontak itu dengan mengacaukan bahasa mereka dan membuat mereka berbicara dalam bahasa yang berbeda-beda. Karena tidak bisa berkomunikasi, mereka pun meninggalkan proyek itu dan menyebar.
—Berdasarkan Kejadian pasal 6 sampai 11; Yudas 14, 15.
-
-
Allah Mengadakan Perjanjian dengan AbrahamAlkitab—Apa Isinya?
-
-
BAGIAN 4
Allah Mengadakan Perjanjian dengan Abraham
Abraham (juga disebut Ibrahim) menaati Allah dengan iman, dan Yehuwa berjanji akan memberkatinya serta melipatgandakan keturunannya
SEKITAR 350 tahun telah berlalu sejak Air Bah zaman Nuh. Seorang patriark bernama Abraham tinggal di kota Ur yang makmur, yang sekarang adalah bagian dari Irak. Abraham memiliki iman yang luar biasa. Tetapi, sekarang imannya akan diuji.
Yehuwa menyuruh Abraham meninggalkan negeri kelahirannya dan pindah ke negeri asing, yang ternyata adalah Kanaan. Abraham taat tanpa ragu-ragu. Ia membawa rumah tangganya, termasuk istrinya, Sara, dan keponakannya, Lot, dan setelah menempuh perjalanan panjang, ia menjadi pengembara yang tinggal di kemah di Kanaan. Yehuwa mengadakan perjanjian dengan Abraham bahwa Ia akan membuat suatu bangsa yang besar dari dia, bahwa semua keluarga di bumi akan diberkati melalui dia, dan bahwa keturunannya akan memiliki negeri Kanaan.
Abraham dan Lot menjadi makmur, karena kawanan domba dan ternak mereka semakin banyak. Tanpa mementingkan diri, Abraham membiarkan Lot memilih daerah yang diinginkannya. Lot memilih distrik Sungai Yordan yang subur dan tinggal di dekat kota Sodom. Akan tetapi, orang-orang Sodom amoral—mereka berdosa besar terhadap Yehuwa.
Allah Yehuwa belakangan kembali meyakinkan Abraham bahwa keturunannya akan sebanyak bintang di langit. Abraham beriman akan janji itu. Namun, istri yang Abraham kasihi, Sara, belum juga mempunyai anak. Lalu, sewaktu Abraham berusia 99 tahun dan Sara mendekati 90 tahun, Allah mengatakan bahwa Abraham dan Sara akan memiliki putra. Firman Allah menjadi kenyataan, Sara melahirkan Ishak. Abraham memiliki anak-anak lain, tetapi melalui Ishak-lah sang Pembebas yang dijanjikan di Eden akan datang.
Sementara itu, Lot dan keluarganya tinggal di Sodom, tetapi Lot yang adil-benar tidak menjadi seperti penduduk kota itu yang amoral. Sewaktu Yehuwa memutuskan untuk menghukum Sodom, Ia mengutus para malaikatnya terlebih dahulu untuk memperingatkan Lot tentang kebinasaan yang segera terjadi. Para malaikat itu mendesak Lot dan keluarganya untuk lari dari Sodom dan tidak menoleh ke belakang. Lalu, Allah menurunkan hujan api dan belerang ke atas Sodom dan kota fasik di dekatnya, Gomora, sehingga membinasakan seluruh penduduknya. Lot dan kedua putrinya selamat. Tetapi, istri Lot menoleh ke belakang, mungkin karena sangat sedih harus meninggalkan barang-barangnya. Akibat ketidaktaatannya, ia kehilangan nyawanya.
—Berdasarkan Kejadian 11:10–19:38.
-
-
Allah Memberkati Abraham dan KeluarganyaAlkitab—Apa Isinya?
-
-
BAGIAN 5
Allah Memberkati Abraham dan Keluarganya
Keturunan Abraham menjadi makmur. Allah melindungi Yusuf di Mesir
YEHUWA tahu bahwa suatu hari kelak, Pribadi yang paling Ia kasihi akan menderita dan mati. Nubuat yang dicatat di Kejadian 3:15 menyiratkan hal itu. Dapatkah Allah membuat manusia menyelami betapa pedihnya kematian itu bagi diri-Nya? Alkitab menyediakan gambaran yang hidup. Allah meminta Abraham mengorbankan putra kesayangannya, Ishak.
Abraham sangat beriman. Ingatlah, Allah telah berjanji kepadanya bahwa Pembebas, atau Benih, yang dinubuatkan akan diturunkan dari Ishak. Karena percaya bahwa Allah akan membangkitkan Ishak jika perlu, Abraham dengan taat hendak mengorbankan putranya sendiri. Tetapi, malaikat dari Allah menghentikan Abraham pada saat-saat terakhir. Allah memuji Abraham karena bersedia mempersembahkan miliknya yang paling berharga. Lalu Allah mengulangi janji-Nya kepada pria yang setia ini.
Belakangan, Ishak memiliki dua putra, Esau dan Yakub. Tidak seperti Esau, Yakub menghargai hal-hal rohani dan ia pun mendapat pahala. Allah mengganti nama Yakub menjadi Israel, dan ke-12 putra Israel menjadi kepala suku-suku Israel. Tetapi, bagaimana keluarga itu bisa menjadi bangsa yang besar?
Serangkaian peristiwa dimulai sewaktu sebagian besar putra-putra Yakub itu iri terhadap adik mereka, Yusuf. Mereka menjualnya sebagai budak, dan ia dibawa ke Mesir. Tetapi, Allah memberkati pemuda yang setia dan berani itu. Sekalipun mengalami banyak kesukaran yang hebat, Yusuf akhirnya dipilih Firaun, penguasa Mesir, dan diberi wewenang yang besar. Hal itu sangat tepat waktu, karena suatu bala kelaparan memaksa Yakub mengutus beberapa putranya ke Mesir untuk membeli makanan—dan ternyata, Yusuf-lah yang mengurus semua persediaan makanan! Setelah reuni yang mengharukan dengan saudara-saudaranya yang telah insaf, Yusuf memaafkan mereka dan mengatur agar seluruh keluarga pindah ke Mesir. Mereka diberi tanah terbaik sehingga dapat terus berkembang dan makmur. Yusuf memahami bahwa Allah telah turun tangan guna memenuhi janji-Nya.
Yakub menjalani usia tuanya di Mesir dan dikelilingi keluarganya yang semakin besar. Sebelum meninggal, ia menubuatkan bahwa Benih, atau Pembebas, yang dijanjikan akan menjadi Penguasa yang hebat dan lahir dari garis keturunan Yehuda, putranya. Bertahun-tahun kemudian, Yusuf, sebelum meninggal, juga menubuatkan bahwa suatu hari nanti, Allah akan membawa keluarga Yakub keluar dari Mesir.
—Berdasarkan Kejadian pasal 20 sampai 50; Ibrani 11:17-22.
-
-
Ayub Mempertahankan IntegritasnyaAlkitab—Apa Isinya?
-
-
BAGIAN 6
Ayub Mempertahankan Integritasnya
Setan mempertanyakan integritas Ayub di hadapan Allah, tetapi Ayub tetap setia kepada Yehuwa
ADAKAH manusia yang akan tetap setia kepada Allah jika diuji habis-habisan dan jika ketaatan tampaknya tidak mendatangkan keuntungan materi? Itulah pertanyaan yang diajukan—dan terjawab—sehubungan dengan seorang pria bernama Ayub.
Sewaktu bangsa Israel masih di Mesir, salah seorang kerabat Abraham bernama Ayub tinggal di tempat yang sekarang adalah negeri Arab. Sementara itu, para malaikat di surga berkumpul di hadapan Allah, dan Setan sang pemberontak juga hadir. Dalam pertemuan di surga itu, Yehuwa mengungkapkan keyakinan akan hamba-Nya yang loyal, Ayub. Malah, Yehuwa mengatakan bahwa tidak ada manusia lain yang berintegritas seperti Ayub. Tetapi, Setan menyatakan bahwa Ayub melayani Allah hanya karena Allah telah memberkati dan melindungi dia. Menurut Setan, seandainya semua milik Ayub dilucuti, ia bakal mengutuki Allah.
Allah mengizinkan Setan merenggut milik Ayub, pertama-tama kekayaannya, lalu anak-anaknya, dan terakhir kesehatannya. Karena tidak tahu peranan Setan di balik semua ini, Ayub tidak habis pikir mengapa Allah membiarkan dia mengalami cobaan ini. Sekalipun demikian, Ayub tidak pernah meninggalkan Allah.
Tiga sahabat palsu datang kepada Ayub. Dalam serangkaian percakapan yang mengisi sebagian besar buku Ayub, pria-pria ini dengan keliru mencoba meyakinkan Ayub bahwa Allah sedang menghukum dia karena dosa-dosa tersembunyinya. Mereka bahkan menyatakan bahwa Allah tidak senang kepada hamba-hamba-Nya dan juga tidak memercayai mereka. Ayub menolak cara berpikir mereka yang salah. Dengan mantap, Ayub menyatakan bahwa ia akan mempertahankan integritasnya sampai mati!
Tetapi, Ayub membuat kekeliruan dengan terlalu memikirkan bagaimana membuktikan bahwa dirinya benar. Elihu, seorang pria yang lebih muda, yang telah mendengarkan seluruh perdebatan itu, angkat suara. Elihu menegur Ayub karena tidak memahami bahwa pembenaran kedaulatan Allah Yehuwa jauh lebih penting daripada pembenaran manusia mana pun. Elihu juga menegur keras sahabat-sahabat palsu Ayub.
Lalu, Allah Yehuwa berbicara kepada Ayub, mengoreksi cara berpikirnya. Seraya menarik perhatian pada banyak ciptaan yang mengagumkan, Yehuwa membantu Ayub merenungkan betapa kecilnya manusia dibandingkan dengan betapa agungnya Yehuwa. Dengan rendah hati, Ayub menerima koreksi dari Allah. Yehuwa, yang ’sangat lembut dalam kasih sayang dan berbelaskasihan’, memulihkan kesehatan Ayub, membuat kekayaannya menjadi dua kali lipat dari yang sebelumnya, serta menganugerahinya sepuluh anak. (Yakobus 5:11) Dengan mempertahankan integritas kepada Yehuwa di bawah cobaan yang berat, Ayub berhasil menjawab tuduhan Setan bahwa manusia tidak akan tetap setia kepada Allah jika diuji.
—Berdasarkan buku Ayub.
-
-
Allah Membebaskan Putra-Putra IsraelAlkitab—Apa Isinya?
-
-
BAGIAN 7
Allah Membebaskan Putra-Putra Israel
Yehuwa mendatangkan tulah atas Mesir, dan Musa memimpin putra-putra Israel keluar dari negeri itu. Allah memberikan Hukum (Taurat) kepada Israel melalui Musa
SELAMA bertahun-tahun, putra-putra Israel tinggal di Mesir, hidup makmur dan bertambah banyak. Akan tetapi, Firaun yang baru mulai memerintah. Penguasa ini tidak mengenal Yusuf. Sewaktu melihat bahwa bangsa Israel bertambah banyak, penguasa yang lalim dan bengis ini merasa takut lalu menjadikan mereka budak dan memerintahkan agar bayi laki-laki mereka yang baru lahir dibuang ke Sungai Nil. Tetapi, seorang ibu yang pemberani melindungi bayi laki-lakinya dengan menyembunyikan dia dalam keranjang di antara batang-batang teberau. Putri Firaun menemukan bayi itu, menamainya Musa, dan membesarkannya di antara keluarga raja Mesir.
Sewaktu Musa berusia 40 tahun, ia mendapat masalah karena membela seorang budak Israel yang dipukul seorang mandor Mesir. Musa lari ke negeri yang sangat jauh, lalu tinggal dalam pengasingan. Sewaktu Musa berusia 80 tahun, Yehuwa mengutusnya kembali ke Mesir untuk menghadap Firaun dan mendesak dia agar membebaskan umat Allah.
Firaun menolaknya mentah-mentah. Maka, Allah memukul Mesir dengan sepuluh tulah. Setiap kali Musa menghadap Firaun dan memberinya kesempatan agar terhindar dari tulah berikutnya, Firaun menolak dan meremehkan Musa serta Allahnya, Yehuwa. Akhirnya, tulah kesepuluh merenggut nyawa semua putra sulung di negeri itu—kecuali keluarga-keluarga yang menaati Yehuwa dengan menandai tiang pintu mereka dengan darah anak domba yang dikorbankan. Rumah-rumah itu dilewatkan oleh malaikat Allah yang melaksanakan pembinasaan. Bangsa Israel kemudian memperingati penyelamatan yang menakjubkan ini dengan perayaan tahunan yang disebut Paskah.
Setelah putra sulungnya sendiri mati, Firaun memerintahkan Musa dan semua orang Israel agar angkat kaki dari Mesir. Mereka langsung mengorganisasi Eksodus untuk meninggalkan Mesir. Tetapi, Firaun berubah pikiran. Ia mengejar mereka dengan banyak tentara dan kereta perang. Orang Israel tampak terperangkap di tepi Laut Merah. Yehuwa membelah Laut Merah sehingga bangsa Israel dapat menyeberang di dasar laut yang sudah kering, di antara dinding-dinding air! Sewaktu orang Mesir bergegas menyusul mereka, Allah membiarkan air itu menghempas dan menenggelamkan Firaun serta bala tentaranya.
Belakangan, sewaktu orang Israel berkemah di Gunung Sinai, Yehuwa membuat perjanjian dengan mereka. Melalui Musa sebagai perantara, Allah memberi Israel serangkaian hukum untuk membimbing dan melindungi mereka dalam hampir semua aspek kehidupan. Asalkan Israel dengan setia menyambut pemerintahan Allah, Yehuwa akan menyertai mereka dan menjadikan bangsa itu berkat bagi bangsa-bangsa lain.
Namun, sungguh mengecewakan bahwa sebagian besar orang Israel tidak beriman kepada Allah. Maka, Yehuwa membuat generasi itu mengembara di padang belantara selama 40 tahun. Lalu, Musa menugasi Yosua yang lurus hati sebagai penerusnya. Akhirnya, Israel siap memasuki negeri yang telah Allah janjikan kepada Abraham.
—Berdasarkan Keluaran; Imamat; Bilangan; Ulangan; Mazmur 136:10-15; Kisah 7:17-36.
-
-
Orang Israel Memasuki KanaanAlkitab—Apa Isinya?
-
-
BAGIAN 8
Orang Israel Memasuki Kanaan
Yosua memimpin Israel untuk menaklukkan Kanaan. Yehuwa memberi para hakim kuasa untuk membebaskan umat-Nya dari penindasan
BERABAD-ABAD sebelum Israel memasuki Kanaan, Yehuwa menjanjikan negeri itu kepada keturunan Abraham. Kini, di bawah kepemimpinan Yosua, orang Israel siap merebut Tanah Perjanjian.
Allah telah memutuskan bahwa orang Kanaan layak dibinasakan. Mereka telah memenuhi negeri itu dengan praktek seksual yang luar biasa bejat, serta penumpahan darah yang sadis. Jadi, kota-kota Kanaan yang ditaklukkan orang Israel harus dimusnahkan hingga tuntas.
Namun, sebelum memasuki negeri itu, Yosua mengutus dua mata-mata, yang kemudian tiba di kota Yerikho dan menginap di rumah wanita bernama Rahab. Ia menerima mata-mata itu di rumahnya dan melindungi mereka, sekalipun ia tahu bahwa mereka orang Israel. Rahab beriman kepada Allah orang Israel karena telah mendengar tindakan Yehuwa dalam menyelamatkan umat-Nya. Ia meminta mata-mata itu bersumpah untuk meluputkan dia dan rumah tangganya.
Belakangan, sewaktu orang Israel memasuki Kanaan dan menyerang Yerikho, Yehuwa melakukan mukjizat sehingga tembok Yerikho ambruk. Pasukan Yosua menyerbu masuk dan menghancurkan kota itu, tetapi mereka meluputkan Rahab dan keluarganya. Lalu, hanya dalam waktu enam tahun, Yosua berhasil menaklukkan sebagian besar Tanah Perjanjian. Kemudian, negeri itu dibagi-bagikan kepada suku-suku Israel.
Menjelang akhir kariernya yang panjang, Yosua mengumpulkan bangsa itu. Ia mengingatkan mereka kembali tentang bagaimana Yehuwa berurusan dengan bapak-bapak leluhur mereka dan menggugah mereka untuk melayani Yehuwa. Akan tetapi, setelah Yosua dan rekan-rekannya mati, orang Israel meninggalkan Yehuwa dan melayani allah-allah palsu. Selama kira-kira 300 tahun, bangsa itu tidak selalu menaati hukum-hukum Yehuwa. Selama masa itu, Yehuwa membiarkan musuh-musuh Israel, seperti orang Filistin, menindas mereka. Tetapi, sewaktu orang Israel berseru meminta bantuan Yehuwa, Ia melantik hakim-hakim—semuanya berjumlah 12 orang—untuk menyelamatkan mereka.
Periode Hakim-Hakim yang dikisahkan dalam buku Hakim-Hakim dimulai dari Otniel sampai Simson, manusia paling kuat yang pernah hidup. Kebenaran dasar yang dibuktikan berulang-ulang dalam catatan kisah yang menggetarkan dalam buku Hakim-Hakim adalah ini: Ketaatan kepada Yehuwa menghasilkan berkat, sedangkan ketidaktaatan mendatangkan malapetaka.
—Berdasarkan Yosua; Hakim-Hakim; Imamat 18:24, 25.
-
-
Orang Israel Meminta RajaAlkitab—Apa Isinya?
-
-
BAGIAN 9
Orang Israel Meminta Raja
Raja Israel yang pertama, Saul, terbukti tidak taat. Ia digantikan oleh Daud, dan Allah membuat perjanjian dengannya untuk suatu kerajaan yang abadi
SETELAH zaman Simson, Samuel melayani sebagai nabi dan hakim di Israel. Orang Israel terus menyatakan keinginan mereka untuk menjadi seperti bangsa lain dan diperintah oleh seorang raja manusia. Meskipun permintaan ini sebenarnya menyinggung perasaan Yehuwa, Ia menyuruh Samuel mengabulkannya. Allah memilih Saul yang rendah hati untuk menjadi raja. Belakangan, Raja Saul menjadi congkak dan tidak taat. Yehuwa menolak dia sebagai raja dan menyuruh Samuel melantik orang lain—seorang pemuda bernama Daud. Namun, Daud baru menjadi raja bertahun-tahun kemudian.
Agaknya sewaktu masih remaja, Daud mengunjungi kakak-kakaknya yang melayani sebagai tentara Saul. Segenap bala tentara itu sangat ketakutan karena seorang kesatria musuh, raksasa bernama Goliat, terus menantang mereka dan Allah mereka. Karena sangat kesal, Daud menerima tantangan raksasa itu untuk bertarung. Hanya bersenjatakan pengumban dan beberapa butir batu, pemuda ini menghadapi musuhnya, yang tingginya hampir tiga meter. Sewaktu Goliat mengejeknya, Daud menjawab bahwa senjatanya jauh lebih hebat daripada sang raksasa, karena Daud melawan dia dengan nama Allah Yehuwa! Daud menumbangkan Goliat dengan satu batu saja lalu memancungnya dengan pedang milik sang raksasa. Pasukan Filistin lari ketakutan.
Awalnya, Saul mengagumi keberanian Daud dan mengangkat pemuda itu untuk mengepalai pasukannya. Tetapi, kesuksesan Daud membuat Saul sangat dengki. Daud harus melarikan diri demi menyelamatkan nyawanya dan menjadi buronan selama bertahun-tahun. Sekalipun demikian, Daud tetap loyal kepada raja yang mencoba membunuhnya, karena menurutnya Raja Saul telah dilantik oleh Allah Yehuwa. Akhirnya, Saul mati dalam pertempuran. Tak lama kemudian, Daud menjadi raja, seperti yang Yehuwa janjikan.
”Aku pasti akan menetapkan takhta kerajaannya dengan kokoh sampai waktu yang tidak tertentu.”—2 Samuel 7:13
Sebagai raja, Daud sangat ingin membangun bait bagi Yehuwa. Akan tetapi, Yehuwa memberi tahu Daud bahwa salah seorang keturunannyalah yang akan membangunnya. Orang itu ternyata adalah putra Daud, Salomo. Namun, Allah memberi pahala kepada Daud dengan mengadakan perjanjian yang luar biasa dengannya: Garis keturunannya akan menghasilkan dinasti raja-raja yang unik. Pada akhirnya, garis keturunannya akan menghasilkan Pembebas, atau Benih, yang dijanjikan di Eden. Pribadi itu akan menjadi Mesias, yang artinya ”Pribadi yang Diurapi”, atau dilantik oleh Allah. Yehuwa berjanji bahwa sang Mesias akan menjadi Penguasa atas suatu pemerintahan, atau Kerajaan, yang akan tetap ada selama-lamanya.
Dipenuhi rasa syukur, Daud mengumpulkan banyak sekali bahan bangunan dan logam berharga untuk proyek bait itu. Ia juga menggubah banyak mazmur yang terilham. Menjelang akhir kehidupannya, Daud mengakui, ”Roh Yehuwa-lah yang berbicara melalui aku, dan firmannya ada pada lidahku.”—2 Samuel 23:2.
—Berdasarkan 1 Samuel; 2 Samuel; 1 Tawarikh; Yesaya 9:7; Matius 21:9; Lukas 1:32; Yohanes 7:42.
-
-
Salomo Memerintah dengan BijaksanaAlkitab—Apa Isinya?
-
-
BAGIAN 10
Salomo Memerintah dengan Bijaksana
Yehuwa memberi Raja Salomo (Sulaiman) hati yang bijaksana; selama pemerintahan Salomo, orang Israel menikmati kedamaian dan kemakmuran yang tiada bandingnya
SEPERTI apa jadinya jika seluruh bangsa dan penguasanya mengikuti Yehuwa sebagai Pribadi yang Berdaulat dan menaati hukum-hukum-Nya? Jawabannya dapat dilihat dari 40 tahun pemerintahan Raja Salomo.
Sebelum Daud meninggal, ia melantik putranya, Salomo, sebagai penerusnya. Dalam sebuah mimpi, Allah mengundang Salomo untuk mengajukan permintaan. Salomo meminta hikmat dan pengetahuan untuk menghakimi bangsanya dengan adil dan bijaksana. Yehuwa senang dan memberi Salomo hati yang bijaksana serta berpemahaman. Yehuwa juga menjanjikan kekayaan, kemuliaan, dan umur panjang kepadanya asalkan ia tetap taat.
Salomo menjadi terkenal karena ia menghakimi dengan bijaksana. Dalam sebuah kasus, dua wanita memperebutkan seorang bayi laki-laki, masing-masing mengaku sebagai ibunya. Salomo memerintahkan agar bayi itu dibelah menjadi dua dan masing-masing mendapat separuhnya. Wanita pertama setuju, tetapi ibu yang sesungguhnya langsung memohon agar anak itu diberikan saja kepada wanita pertama. Salomo dapat melihat dengan jelas bahwa wanita yang beriba hati itulah ibu dari sang bayi dan menyerahkannya kepada dia. Segera semua orang Israel mendengar tentang keputusan itu, dan mereka mengakui bahwa hikmat Allah ada pada Salomo.
Salah satu prestasi terbesar Salomo adalah pembangunan bait Yehuwa—bangunan megah di Yerusalem yang menjadi pusat ibadat di Israel. Pada penahbisan bait itu, Salomo berdoa, ”Lihat! Langit, ya, langit segala langit pun tidak dapat memuat engkau; maka terlebih lagi rumah yang kubangun ini!”—1 Raja 8:27.
Reputasi Salomo tersebar ke negeri-negeri lain, bahkan sampai ke Syeba, di negeri Arab. Ratu Syeba mengadakan perjalanan untuk melihat kemuliaan dan kekayaan Salomo serta menguji seberapa dalam hikmatnya. Sang ratu begitu terkesan oleh hikmat Salomo dan kemakmuran Israel sehingga ia memuji Yehuwa karena melantik raja sebijaksana itu. Sebenarnya, dengan berkat Yehuwa, pemerintahan Salomo adalah yang paling makmur dan paling damai sepanjang sejarah Israel kuno.
Sayangnya, Salomo tidak terus bertindak selaras dengan hikmat Yehuwa. Ia mengabaikan perintah Allah dan mengawini ratusan wanita, dan banyak di antara mereka yang menyembah allah-allah asing. Lambat laun, istri-istrinya menjauhkan hatinya dari Yehuwa sehingga ia menyembah berhala. Yehuwa memberi tahu Salomo bahwa sebagian dari kerajaannya akan dikoyakkan. Yehuwa berfirman bahwa sebagian akan tetap bersama keluarganya, itu pun mengingat janji-Nya kepada ayah Salomo, Daud. Sekalipun Salomo menyimpang, Yehuwa tetap loyal pada perjanjian Kerajaan-Nya dengan Daud.
—Berdasarkan 1 Raja pasal 1 sampai 11; 2 Tawarikh pasal 1 sampai 9; Ulangan 17:17.
-
-
Nyanyian Terilham yang Menghibur dan MengajarAlkitab—Apa Isinya?
-
-
BAGIAN 11
Nyanyian Terilham yang Menghibur dan Mengajar
Daud dan yang lainnya menggubah nyanyian-nyanyian untuk ibadat. Dari antaranya, buku Mazmur (juga disebut Zabur) melestarikan 150 lirik
BUKU yang paling tebal dalam Alkitab merupakan kumpulan nyanyian suci. Keseluruhan buku ini ditulis dalam kurun waktu sekitar 1.000 tahun. Buku Mazmur memuat beberapa dari antara pernyataan-pernyataan iman yang paling mendalam dan menggugah hati yang pernah ditulis. Ada begitu banyak emosi manusia yang diungkapkan di dalamnya, dari sukacita, pujian, dan rasa syukur hingga kepedihan, dukacita, dan pertobatan. Para pemazmur ini pastilah memiliki hubungan yang sangat akrab dan penuh kepercayaan dengan Allah. Perhatikan beberapa tema dari nyanyian-nyanyian ini.
Yehuwa adalah Penguasa yang sah, layak disembah dan dipuji. ”Engkau, yang bernama Yehuwa, engkau sajalah Yang Mahatinggi atas seluruh bumi,” bunyi Mazmur 83:18. Beberapa mazmur memuji Yehuwa karena karya ciptaan-Nya, seperti langit yang berbintang, kehidupan yang menakjubkan di bumi, dan tubuh manusia yang mengagumkan. (Mazmur 8, 19, 139, 148) Yang lain mengagungkan Yehuwa sebagai Allah yang bertindak untuk menyelamatkan dan melindungi orang-orang yang loyal kepada-Nya. (Mazmur 18, 97, 138) Yang lain lagi meninggikan Dia sebagai Allah keadilan, yang mendatangkan kelegaan bagi orang yang tertindas dan hukuman bagi orang fasik.—Mazmur 11, 68, 146.
Yehuwa membantu dan menghibur orang-orang yang mengasihi Dia. Boleh jadi, yang paling terkenal adalah Mazmur ke-23, karena di dalamnya Daud menggambarkan Yehuwa sebagai Gembala yang pengasih, yang menuntun, melindungi, dan memelihara domba-domba-Nya. Mazmur 65:2 mengingatkan para penyembah Allah bahwa Yehuwa adalah ”Pendengar doa”. Banyak orang yang telah melakukan perbuatan salah yang serius merasa sangat terhibur sewaktu membaca Mazmur 39 dan 51, yang mengungkapkan pertobatan Daud yang sungguh-sungguh atas kesalahannya yang serius dan juga keyakinannya akan pengampunan dari Yehuwa. Dalam Mazmur 55:22, terdapat anjuran untuk percaya kepada Yehuwa dan menyerahkan semua beban kita kepada-Nya.
Yehuwa akan mengubah dunia melalui Kerajaan Mesianik. Sejumlah ayat dalam Mazmur jelas-jelas berlaku atas Mesias, sang Raja yang dinubuatkan. Mazmur 2 menubuatkan bahwa Penguasa ini akan menghancurkan bangsa-bangsa fasik yang menentangnya. Mazmur 72 menyingkapkan bahwa Raja ini akan mengakhiri kelaparan, ketidakadilan, dan penindasan. Menurut Mazmur 46:9, melalui Kerajaan Mesias, Allah akan mengakhiri peperangan dan bahkan menghancurkan semua senjata perang. Di Mazmur 37, kita membaca bahwa orang fasik akan dilenyapkan, tetapi orang adil-benar akan hidup selama-lamanya di bumi dan menikmati kedamaian serta keharmonisan di seluruh dunia.
—Berdasarkan buku Mazmur.
-
-
Hikmat Ilahi sebagai Pedoman HidupAlkitab—Apa Isinya?
-
-
BAGIAN 12
Hikmat Ilahi sebagai Pedoman Hidup
Buku Amsal, yang sebagian besar ditulis oleh Salomo, merupakan kumpulan nasihat terilham yang menyediakan pedoman untuk kehidupan sehari-hari
APAKAH Yehuwa Penguasa yang bijaksana? Jawaban yang tegas untuk pertanyaan itu terdapat dalam nasihat yang Ia berikan. Apakah nasihat-Nya jitu? Apakah dengan menerapkannya kehidupan menjadi lebih baik dan lebih bermakna? Raja Salomo yang bijaksana menulis ratusan peribahasa, atau amsal. Amsal-amsal ini berkaitan dengan hampir semua aspek kehidupan. Perhatikan beberapa contoh.
Percaya kepada Allah. Kepercayaan adalah kunci menjalin hubungan baik dengan Yehuwa. Salomo menulis, ”Percayalah kepada Yehuwa dengan segenap hatimu dan jangan bersandar pada pengertianmu sendiri. Dalam segala jalanmu, berikanlah perhatian kepadanya, dan ia akan meluruskan jalan-jalanmu.” (Amsal 3:5, 6) Percaya kepada Allah dengan mencari bimbingan-Nya dan menaati Dia membuat kehidupan benar-benar bermakna. Haluan seperti itu memungkinkan seorang manusia menyukacitakan hati Allah dan memberi Yehuwa jawaban atas sengketa yang diajukan musuh-Nya, Setan.—Amsal 27:11.
Bijaksana sewaktu berurusan dengan orang lain. Nasihat Allah untuk para suami, istri, dan anak-anak jauh lebih dibutuhkan dewasa ini daripada sebelumnya. Allah menasihati suami, ”Bersukacitalah dengan istri masa mudamu,” artinya ia harus tetap setia kepada istrinya. (Amsal 5:18-20) Di buku Amsal, wanita yang sudah menikah menemukan pujian yang luar biasa tentang istri yang cakap yang dikagumi suami dan anak-anaknya. (Amsal, pasal 31) Dan, anak-anak menemukan perintah untuk menaati orang tua mereka. (Amsal 6:20) Buku ini juga memperlihatkan bahwa persahabatan sangatlah penting, karena orang yang mengasingkan diri akan mementingkan diri. (Amsal 18:1) Sahabat bisa memberikan pengaruh yang baik atau buruk, maka kita perlu memilihnya dengan bijaksana.—Amsal 13:20; 17:17.
Bijaksana dalam mengurus diri sendiri. Buku Amsal memuat nasihat yang sangat berharga tentang menghindari penyalahgunaan alkohol, memupuk emosi yang sehat dan melawan emosi yang merusak, serta menjadi pekerja yang rajin. (Amsal 6:6; 14:30; 20:1) Buku ini memperingatkan bahwa memercayai penilaian manusia yang bertentangan dengan nasihat Allah akan mengakibatkan bencana. (Amsal 14:12) Kita didesak untuk melindungi manusia batiniah, yakni hati kita, dari pengaruh yang merusak, karena ”dari [hati] keluar sumber kehidupan”.—Amsal 4:23.
Jutaan orang di dunia telah mendapati bahwa kehidupan mereka menjadi lebih baik sewaktu mereka hidup menurut nasihat tersebut. Alhasil, mereka memiliki banyak alasan untuk menerima Yehuwa sebagai Penguasa mereka.
—Berdasarkan buku Amsal.
-
-
Raja yang Baik dan yang JahatAlkitab—Apa Isinya?
-
-
BAGIAN 13
Raja yang Baik dan yang Jahat
Israel terbagi. Seraya waktu berlalu, banyak raja memerintah atas bangsa Israel, dan kebanyakan tidak setia. Yerusalem dibinasakan orang Babilonia
PERSIS seperti yang telah Yehuwa nubuatkan, Israel terbagi setelah Salomo menyimpang dari ibadat yang murni. Rehoboam, putra dan penerusnya, bersikap bengis. Akibatnya, sepuluh suku Israel memberontak dan membentuk kerajaan Israel di utara. Dua suku tetap loyal kepada raja keturunan Daud di Yerusalem dan membentuk kerajaan Yehuda di selatan.
Kedua kerajaan memiliki sejarah yang penuh pergolakan, sebagian besar karena raja-rajanya yang tidak setia dan tidak taat. Keadaan Israel jauh lebih buruk daripada Yehuda, karena raja-rajanya menganjurkan ibadat palsu sejak awal. Sekalipun ada perbuatan penuh kuasa dari nabi-nabi seperti Elia dan Elisa—mereka bahkan membangkitkan orang mati—Israel terus kembali ke jalan yang fasik. Akhirnya, Allah membiarkan kerajaan utara dibinasakan oleh Asiria.
Yehuda bertahan sekitar satu abad lebih lama daripada Israel, tetapi ia pun dihukum Allah. Hanya segelintir raja Yehuda yang menanggapi peringatan para nabi Allah dan mencoba mengarahkan bangsa itu kembali kepada Yehuwa. Misalnya, Raja Yosia mulai membersihkan Yehuda dari ibadat palsu dan memulihkan bait Yehuwa. Sewaktu gulungan asli Hukum Allah yang diberikan melalui Musa ditemukan, Yosia sangat tergugah sehingga ia menggalakkan kampanye reformasinya.
Sayang sekali, para penerus Yosia tidak mengikuti teladannya. Maka, Yehuwa membiarkan bangsa Babilon menaklukkan Yehuda lalu membinasakan Yerusalem dan baitnya. Orang-orang yang selamat dibawa ke pembuangan di Babilon. Allah menubuatkan bahwa pembuangan itu akan berlangsung selama 70 tahun. Selama masa itu, Yehuda ditelantarkan—sampai bangsa itu diizinkan kembali ke negerinya, seperti yang dijanjikan.
Namun, tidak ada lagi raja dari garis keturunan Daud yang memerintah sampai dimulainya pemerintahan Pembebas yang dijanjikan dan dinubuatkan itu, sang Mesias. Sebagian besar dari raja-raja yang menduduki takhta Daud di Yerusalem membuktikan bahwa manusia tidak sempurna tidak memenuhi syarat untuk memerintah. Hanya Mesias yang benar-benar memenuhi syarat. Maka, Yehuwa mengatakan kepada raja terakhir dalam dinasti Daud itu, ”Tanggalkan mahkotamu. . . . Itu pasti tidak akan menjadi milik siapa pun sampai kedatangan dia yang memiliki hak yang sah, dan aku akan memberikannya kepada dia.”—Yehezkiel 21:26, 27.
—Berdasarkan 1 Raja-Raja; 2 Raja-Raja; 2 Tawarikh pasal 10 sampai 36; Yeremia 25:8-11.
-
-
Allah Berbicara melalui Nabi-Nabi-NyaAlkitab—Apa Isinya?
-
-
BAGIAN 14
Allah Berbicara melalui Nabi-Nabi-Nya
Nabi-nabi dilantik oleh Yehuwa untuk menyampaikan berita tentang penghakiman, ibadat murni, dan harapan Mesianik
SELAMA zaman raja-raja Israel dan Yehuda, ada sekelompok pria yang istimewa—para nabi. Pria-pria yang memiliki iman dan keberanian yang luar biasa ini menyampaikan pernyataan Allah. Perhatikan empat tema penting yang disampaikan nabi-nabi Allah.
1. Pembinasaan Yerusalem. Jauh sebelumnya, nabi-nabi Allah—khususnya Yesaya dan Yeremia—mulai memperingatkan bahwa Yerusalem akan dibinasakan dan ditelantarkan. Dengan kata-kata yang gamblang, mereka menyingkapkan mengapa Allah murka terhadap kota itu. Meskipun mengaku mewakili Yehuwa, pada kenyataannya kota itu sarat dengan praktek agama palsu, kebejatan, dan tindak kekerasan.—2 Raja 21:10-15; Yesaya 3:1-8, 16-26; Yeremia 2:1–3:13.
2. Pemulihan ibadat yang murni. Setelah 70 tahun dalam pembuangan, umat Allah akan dibebaskan dari Babilon. Mereka akan pulang ke negeri asal mereka yang telah telantar, lalu membangun kembali bait Yehuwa di Yerusalem. (Yeremia 46:27; Amos 9:13-15) Sekitar 200 tahun sebelumnya, Yesaya menubuatkan nama sang penakluk—Kores—yang akan mengalahkan Babilon dan mengizinkan umat Allah memulihkan ibadat yang murni. Yesaya bahkan memerinci strategi perang Kores yang unik.—Yesaya 44:24–45:3.
3. Kedatangan Mesias dan pengalamannya. Mesias akan lahir di kota Betlehem. (Mikha 5:2) Ia rendah hati dan akan datang ke Yerusalem dengan menunggang keledai jantan. (Zakharia 9:9) Meski lembut dan baik hati, ia tidak akan disukai orang, dan banyak yang menolaknya. (Yesaya 42:1-3; 53:1, 3) Ia akan dibunuh secara kejam. Apakah kehidupannya berakhir sampai di situ saja? Tidak, karena pengorbanannya memungkinkan tersedianya pengampunan dosa bagi banyak orang. (Yesaya 53:4, 5, 9-12) Hal itu hanya bisa tercapai apabila ia dibangkitkan.
4. Pemerintahan Mesias atas bumi. Manusia tidak sempurna benar-benar tidak sanggup memerintah diri sendiri dengan damai, tetapi sang Raja Mesianik akan disebut Pangeran Perdamaian. (Yesaya 9:6, 7; Yeremia 10:23) Di bawah pemerintahannya, semua manusia akan berdamai satu sama lain dan bahkan berdamai dengan semua binatang. (Yesaya 11:3-7) Penyakit akan lenyap. (Yesaya 33:24) Bahkan kematian akan ditelan untuk selama-lamanya. (Yesaya 25:8) Selama pemerintahan Mesias, orang-orang yang telah mati akan dibangkitkan untuk hidup di bumi.—Daniel 12:13.
—Berdasarkan buku Yesaya, Yeremia, Daniel, Amos, Mikha, dan Zakharia.
-
-
Seorang Nabi Memperoleh Penglihatan tentang Masa DepanAlkitab—Apa Isinya?
-
-
BAGIAN 15
Seorang Nabi Memperoleh Penglihatan tentang Masa Depan
Daniel menubuatkan tentang Kerajaan Allah dan kedatangan Mesias. Babilon jatuh
DANIEL, seorang pemuda yang sangat berintegritas, dibawa ke pembuangan di Babilon sebelum Yerusalem dibinasakan. Ia dan beberapa pemuda Yahudi lainnya—orang-orang buangan dari kerajaan Yehuda yang kalah—diberi sedikit kebebasan oleh para penawannya. Selama masa hidupnya yang panjang di Babilon, Daniel sangat diberkati oleh Allah, bahkan lolos dari maut dalam lubang singa dan menerima penglihatan yang memungkinkan dia menerawang jauh ke masa depan. Nubuat-nubuat Daniel yang terpenting berfokus kepada Mesias dan pemerintahan-Nya.
Daniel mengetahui kapan Mesias akan datang. Daniel diberi tahu kapan umat Allah dapat mengharapkan kedatangan ”Mesias, sang Pemimpin”, yakni 69 minggu tahun setelah keluarnya perintah untuk memulihkan dan membangun kembali tembok Yerusalem. Satu minggu biasanya terdiri dari tujuh hari, maka satu minggu tahun terdiri dari tujuh tahun. Perintah itu dikeluarkan lama setelah zaman Daniel, yakni pada tahun 455 SM. Dimulai pada tahun itu, ke-69 ”minggu” berlangsung selama 483 tahun dan berakhir pada tahun 29 M. Di bagian berikut dari publikasi ini, kita akan melihat apa yang terjadi pada tahun itu. Daniel juga diberi tahu sebelumnya bahwa Mesias akan ”dilenyapkan”, atau dieksekusi, sebagai pendamaian bagi dosa.—Daniel 9:24-26.
Mesias akan menjadi Raja di surga. Dalam penglihatan yang langka tentang surga, Daniel melihat sang Mesias, yang digambarkan sebagai ”seseorang seperti putra manusia”, menghampiri takhta Yehuwa. Yehuwa menyerahkan kepadanya ”kekuasaan dan kehormatan dan kerajaan”. Kerajaan itu akan bertahan selama-lamanya. Daniel mengetahui perincian menarik lainnya tentang Kerajaan Mesianik—Rajanya akan memerintah bersama pribadi-pribadi lain, sekelompok orang yang disebut ”orang-orang kudus, umat Pribadi yang Mahatinggi”.—Daniel 7:13, 14, 27.
Kerajaan itu akan membinasakan pemerintah-pemerintah dunia ini. Allah mengaruniai Daniel kesanggupan untuk menafsirkan mimpi yang telah membingungkan Nebukhadnezar, raja Babilon. Sang raja melihat sebuah patung raksasa dengan kepala dari emas, dada dan lengan dari perak, perut dan paha dari tembaga, tungkai bawah dari besi, dan kaki dari besi bercampur tanah liat. Lalu, sebuah batu yang dipotong dari gunung menimpa kakinya yang rapuh dan meremukkan patung itu hingga menjadi abu. Daniel menjelaskan bahwa bagian-bagian patung itu melambangkan sederetan panjang kuasa dunia, dimulai dengan Babilon sebagai kepala dari emas. Daniel melihat bahwa pada zaman kuasa terakhir dari dunia yang fasik ini, Kerajaan Allah akan bertindak. Kerajaan itu akan meremukkan semua pemerintah dunia ini. Lalu, Kerajaan itu akan memerintah selama-lamanya.—Daniel, pasal 2.
Daniel hidup hingga usia sangat lanjut dan melihat kejatuhan Babilon. Raja Kores menumbangkan kota itu, persis seperti yang telah dinubuatkan para nabi. Tak lama kemudian, orang Yahudi dibebaskan dari pembuangan—tepat 70 tahun setelah negeri mereka ditelantarkan. Di bawah bimbingan para gubernur, imam, dan nabi yang setia, orang Yahudi akhirnya membangun kembali Yerusalem dan memugar bait Yehuwa. Namun, apa yang terjadi pada akhir ke-483 tahun itu?
—Berdasarkan buku Daniel.
-
-
Garis WaktuAlkitab—Apa Isinya?
-
-
Garis Waktu
”Pada mulanya . . .”
4026 SM Adam diciptakan
3096 SM Adam meninggal
2370 SM Air Bah mulai
2018 SM Abraham lahir
1943 SM Perjanjian Abraham
1750 SM Yusuf dijual sebagai budak
sebelum 1613 SM Ayub diuji
1513 SM Eksodus dari Mesir
1473 SM Israel memasuki Kanaan di bawah Yosua
1467 SM Penaklukan Kanaan secara garis besar selesai
1117 SM Saul diurapi sebagai raja
1070 SM Allah membuat janji Kerajaan kepada Daud
1037 SM Salomo menjadi raja
1027 SM Bait di Yerusalem rampung
kira-kira 1020 SM Kidung Agung rampung
997 SM Israel dibagi menjadi dua kerajaan
kira-kira 717 SM Amsal selesai disusun
607 SM Yerusalem dibinasakan; pembuangan ke Babilon dimulai
539 SM Babilon ditaklukkan oleh Kores
537 SM Orang Yahudi buangan kembali ke Yerusalem
455 SM Tembok Yerusalem dibangun kembali; 69 minggu tahun dimulai
Setelah 443 SM Maleakhi merampungkan buku nubuatnya
-