-
Kejujuran—Apakah Benar-Benar Haluan Terbaik?Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis
-
-
Pasal 27
Kejujuran—Apakah Benar-Benar Haluan Terbaik?
PERNAHKAH anda merasa ingin berdusta? Donald mengatakan kepada ibunya bahwa ia telah membersihkan kamarnya, padahal sebenarnya, ia melemparkan semua barangnya ke bawah tempat tidur. Richard juga secara tidak pantas mencoba membohongi orang-tuanya agar tampak sebagai anak yang baik. Ia mengatakan kepada mereka bahwa ia mendapat nilai buruk, bukan karena ia tidak belajar, melainkan karena ia ‘tidak cocok dengan gurunya.’
Orang-tua dan orang dewasa lain biasanya tahu bahwa itu hanya muslihat. Namun hal itu tidak membuat banyak remaja untuk sedikitnya tidak lagi mencoba berdusta, membengkokkan kebenaran, atau terang-terangan menipu bila hal itu tampaknya menguntungkan. Satu hal ialah, para orang-tua tidak selalu menanggapi keadaan krisis dengan kalem. Dan bila anda pulang dua jam terlambat daripada seharusnya, mungkin anda tergoda untuk ingin mengatakan bahwa ada kecelakaan besar di jalan raya, sebaliknya dari memberi tahu orang-tua anda kebenaran yang memalukan—bahwa anda tidak memperhatikan waktu.
-
-
Kejujuran—Apakah Benar-Benar Haluan Terbaik?Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis
-
-
Berdusta—Mengapa Tidak Menguntungkan
Berdusta untuk menghindari hukuman mungkin tampaknya menguntungkan pada saat itu. Namun Alkitab memperingatkan: “Orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan tidak akan terhindar.” (Amsal 19:5) Kemungkinannya besar bahwa dusta itu akan tersingkap dan hukuman tetap diberikan. Maka orang-tua anda akan marah bukan hanya karena pelanggaran anda tadi tetapi juga karena anda berdusta kepada mereka!
-
-
Kejujuran—Apakah Benar-Benar Haluan Terbaik?Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis
-
-
Berdusta dan Hati Nurani Anda
Seorang gadis muda bernama Michelle berdusta dengan menuduh saudara laki-lakinya telah memecahkan hiasan kecil yang disayangi, walaupun ia belakangan merasa malu dan mengakui dustanya kepada orang-tuanya. “Saya benar-benar merasa tidak enak sepanjang waktu,” Michelle menjelaskan. “Orang-tua saya percaya kepada saya, dan saya mengecewakan mereka.” Ini dengan tepat menggambarkan bagaimana Allah menaruh dalam diri umat manusia kemampuan hati nurani. (Roma 2:14, 15) Hati nurani Michelle menyiksa dia dengan perasaan bersalah.
Memang, seseorang dapat memutuskan untuk mengabaikan hati nuraninya. Tetapi makin sering ia berdusta, makin ia tidak peka terhadap perbuatan salah—“perasaannya seperti diselar dengan besi hangat.” (1 Timotius 4:2, Bode) Apakah anda benar-benar ingin mempunyai hati nurani yang sudah mati?
Pandangan Allah terhadap Dusta
“Lidah dusta” dulu dan sekarang adalah salah satu hal yang “dibenci [Yehuwa].” (Amsal 6:16, 17) Bagaimanapun juga, Setan si Iblis sendiri adalah “bapa segala dusta.” (Yohanes 8:44) Dan Alkitab tidak membuat perbedaan antara dusta dan apa yang disebut dusta yang baik. “Tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran.”—1 Yohanes 2:21.
Jadi kejujuran harus menjadi haluan dari siapapun yang ingin menjadi sahabat Allah. Mazmur ke-15 bertanya: “[Yehuwa], siapa yang boleh menumpang dalam kemahMu? Siapa yang boleh diam di gunungMu yang kudus?” (Ayat 1) Mari kita membahas jawaban yang diberikan dalam empat ayat berikutnya.
“Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil [“benar,” NW] dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya.” (Ayat 2) Apakah yang dimaksud di atas seorang yang suka mencuri barang-barang di toko atau seorang penipu? Atau seseorang yang berdusta kepada orang-tuanya? Sama sekali tidak! Maka jika anda ingin menjadi sahabat Allah, anda perlu jujur, bukan hanya dalam tindakan tetapi juga dalam hati anda.
“Yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya.” (Ayat 3) Pernahkah saudara bergaul dengan sekelompok remaja yang memberikan komentar yang tidak ramah, menjatuhkan, tentang orang lain? Perkembangkan kemauan yang teguh untuk menolak ambil bagian dalam percakapan semacam itu!
“Yang memandang hina orang yang [jahat], tetapi memuliakan orang yang takut akan [Yehuwa]; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi.” (Ayat 4) Tolaklah sebagai teman, remaja manapun yang berdusta, menipu, atau membanggakan petualangan imoralnya; mereka akan berharap anda melakukan hal yang sama. Seperti dikatakan seorang remaja bernama Bobby: “Berdustalah bersama-sama dengan seorang teman, maka ia akan menimbulkan kesulitan bagi anda. Ia bukan teman yang dapat anda percayai.” Carilah teman-teman yang menghargai standar kejujuran.—Bandingkan Mazmur 26:4.
Apakah anda memperhatikan bahwa Yehuwa menghargai, atau “memuliakan” mereka yang berpegang pada kata-kata mereka? Mungkin anda telah berjanji untuk membantu mengerjakan sesuatu di rumah pada hari Sabtu ini, tetapi sekarang anda diundang menonton pada siang hari tersebut. Apakah anda akan meremehkan janji anda dan pergi dengan teman-teman, membiarkan orang-tua anda melakukan pekerjaan itu sendirian, atau apakah anda akan berpegang pada kata-kata anda?
-
-
Kejujuran—Apakah Benar-Benar Haluan Terbaik?Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis
-
-
Mengembangkan ‘Hati Nurani yang Baik’
Maka, bukankah ada alasan yang kuat untuk menghindari segala macam dusta? Rasul Paulus berkata tentang dirinya sendiri dan rekan-rekannya: “Kami yakin, bahwa hati nurani kami adalah baik.” (Ibrani 13:18) Apakah hati nurani anda juga peka terhadap dusta? Jika tidak, latihlah itu dengan belajar Alkitab dan bacaan-bacaan yang berdasarkan Alkitab seperti Menara Pengawal dan Sedarlah!
Remaja Bobby berbuat demikian, dengan hasil yang baik. Ia belajar untuk tidak menutupi problem dengan dusta. Hati nuraninya mendorong dia untuk menghampiri orang-tuanya dan dengan jujur membahas masalahnya. Kadang-kadang ini mengakibatkan ia mendapat disiplin. Tetapi, ia mengakui bahwa ia ‘merasa lebih baik dalam batin’ karena telah berlaku jujur.
-