PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Teladan-Teladan Kerendahan Hati untuk Ditiru
    Menara Pengawal—1993 | 1 Desember
    • Teladan-Teladan Kerendahan Hati untuk Ditiru

      ”KemurahanMu [”Kerendahan hatimu sendiri”, ”NW”] membuat aku besar.”—MAZMUR 18:36.

      1. Bukti apa dari kerendahan hati dapat dilihat dalam diri seorang mantan presiden Lembaga Menara Pengawal?

      JOSEPH F. RUTHERFORD memiliki penampilan yang berwibawa, tingginya lebih dari 180 sentimeter dengan berat badan lebih dari 90 kilogram. Ia juga memiliki suara yang keras, yang ia gunakan tidak hanya untuk memperkenalkan nama Yehuwa sebagaimana belum pernah diberitahukan sebelumnya, namun juga untuk menyingkapkan sikap bermuka dua dari para pemimpin agama Susunan Kristen, dengan menjuluki agama mereka sebagai ”suatu jerat dan penipuan”. Namun, meskipun ia berbicara dengan keras, sewaktu ia berdoa bersama keluarga Betel di kantor pusat, ia terdengar seperti seorang anak kecil yang sedang berbicara kepada ayahnya, dengan demikian membuktikan hubungannya yang erat dengan Penciptanya dan juga kerendahan hatinya. Ya, ia rendah hati seperti seorang anak kecil.—Matius 18:3, 4.

      2. Dalam segi khusus apa hamba-hamba Yehuwa secara mencolok berbeda dari orang-orang di dunia ini?

      2 Tak diragukan, semua hamba yang sejati dari Allah Yehuwa bersikap rendah hati. Berkenaan hal ini, mereka secara mencolok berbeda dengan orang-orang dunia. Dewasa ini, lebih daripada sebelumnya, dunia penuh dengan orang yang sombong. Orang yang berpangkat dan orang yang berkuasa, orang kaya dan orang terpelajar, dan bahkan banyak orang miskin dan kekurangan dalam segi-segi lain berlaku sombong.

      3. Apa yang dapat dikatakan tentang buah-buah kesombongan?

      3 Kesombongan menyebabkan begitu banyak perselisihan dan kesengsaraan. Sesungguhnya, semua kesukaran di alam semesta dimulai karena seorang malaikat tertentu menjadi sombong, ingin disembah dengan cara yang secara unik adalah hak sang Pencipta, Allah Yehuwa. (Matius 4:9, 10) Lagi pula, pribadi tersebut, yang menjadikan dirinya Iblis dan Setan, berhasil menggoda wanita pertama, Hawa, dengan menggugah perasaan sombongnya. Ia menjanjikan kepadanya bahwa jika ia makan dari buah terlarang itu, ia dapat menjadi seperti Allah sendiri, mengetahui yang baik dan jahat. Andaikan Hawa rendah hati, ia tentu akan berkata, ’Mengapa saya harus ingin seperti Allah?’ (Kejadian 3:4, 5) Apabila kita mempertimbangkan keadaan umat manusia yang menyedihkan secara fisik, mental, dan moral, sungguh tidak ada alasan bagi manusia untuk bersifat sombong! Tidak mengherankan kita membaca bahwa Yehuwa membenci ’kesombongan dan kecongkakan’! (Amsal 8:13) Sebagai kontras yang sangat mencolok dengan semua orang yang sombong adalah teladan-teladan kerendahan hati yang terdapat dalam Firman Allah, Alkitab.

      Allah Yehuwa Rendah Hati

      4. Ayat-ayat apa memperlihatkan bahwa Yehuwa rendah hati?

      4 Allah Yehuwa—Yang Mahatinggi, Penguasa Universal, Raja kekekalan—rendah hati. (Kejadian 14:22) Apakah hal tersebut mungkin? Ya, tentu! Raja Daud berkata, seperti yang dicatat di Mazmur 18:36, ”Kauberikan kepadaku perisai keselamatanMu, tangan kananMu menyokong aku, kemurahanMu [”kerendahan hatimu sendiri”, NW] membuat aku besar.” Jelaslah, Raja Daud memuji kerendahan hati Yehuwa yang membuat dirinya, Daud, menjadi besar. Kemudian sekali lagi, kita membaca di Mazmur 113:6 bahwa Yehuwa ”merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi”. Terjemahan lain berbunyi, ”membungkuk untuk melihat”, (New International Version) ”sudi melihat jauh ke bawah”.—The New English Bible.

      5. Peristiwa-peristiwa apa membuktikan kerendahan hati Yehuwa?

      5 Pastilah Allah Yehuwa merendahkan diri dalam cara Ia berurusan dengan Abraham, dengan mengizinkan Abraham mempertanyakan keadilbenaran-Nya ketika bermaksud memusnahkan kota Sodom dan kota Gomora yang jahat.a (Kejadian 18:23-32) Dan sewaktu Yehuwa menyatakan keinginan-Nya untuk membinasakan bangsa Israel—satu kali karena penyembahan berhala, dan kali lain karena pemberontakan—pada setiap kesempatan Musa bertukar pikiran dengan Yehuwa seolah-olah ia berbicara kepada manusia lain. Setiap kali Yehuwa menanggapinya dengan baik. Ini memperlihatkan kerendahan hati di pihak-Nya untuk mengabulkan permohonan Musa berkenaan Israel, umat-Nya. (Keluaran 32:9-14; Bilangan 14:11-20) Contoh-contoh lain berkenaan kerendahan hati Yehuwa dalam berurusan dengan manusia, seakan-akan antara pribadi dengan pribadi secara langsung, dapat dilihat dalam hubungan-Nya dengan Gideon dan dengan Yunus, seperti dicatat di Hakim 6:36-40 dan Yunus 4:9-11.

      6. Karakteristik apa dari Yehuwa lebih jauh memperlihatkan kerendahan hati-Nya?

      6 Sebenarnya, sekurang-kurangnya sembilan kali, Yehuwa dikatakan ”panjang sabar [”lambat marah”, NW]”.b Yehuwa berlaku panjang sabar, lambat marah, dalam berurusan dengan manusia yang tidak sempurna selama ribuan tahun, merupakan bukti lebih jauh bahwa Ia rendah hati. Orang yang sombong tidak sabar, cepat melampiaskan kegeraman, jauh berbeda dari panjang sabar. Betapa kerendahan hati Yehuwa membuat kesombongan manusia yang tidak sempurna tampak tidak masuk akal! Karena kita diberi tahu untuk ’menjadi peniru Allah seperti anak-anak yang kekasih’, kita harus rendah hati sebagaimana Ia rendah hati.—Efesus 5:1.

      Teladan Kerendahan Hati Kristus

      7, 8. Apa yang dikatakan Alkitab tentang kerendahan hati Yesus Kristus?

      7 Teladan kedua yang paling menonjol berkenaan kerendahan hati untuk kita tiru disebutkan di 1 Petrus 2:21, ”Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya.” Lama sebelum ia datang ke bumi sebagai manusia, telah dinubuatkan tentang dia di Zakharia 9:9, ”Bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut [”rendah hati”, NW] dan mengendarai seekor keledai.” Andaikan Yesus Kristus sombong, ia mungkin akan menerima tawaran Iblis berupa semua kerajaan di dunia ini sebagai ganti satu tindakan penyembahan. (Matius 4:9, 10) Ia juga memperlihatkan kerendahan hati dengan memberikan semua pujian kepada Yehuwa atas pengajarannya, dengan berkata, ”Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diriKu sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepadaKu.”—Yohanes 8:28.

      8 Ia dengan tepat dapat mengatakan kepada para pendengarnya, ”Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” (Matius 11:29) Dan sungguh contoh yang bagus berkenaan kerendahan hati diperlihatkannya dengan membasuh kaki murid-muridnya pada malam terakhir ia bersama mereka sebagai seorang manusia! (Yohanes 13:3-15) Dengan tepat sekali, di Filipi 2:3-8, rasul Paulus menasihati orang-orang Kristen untuk memiliki ”kerendahan pikiran” (NW), dengan menyebutkan Yesus Kristus sebagai teladan, ”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Sewaktu dihadapkan dengan krisis terbesar dalam kehidupannya, dengan rendah hati ia berdoa kepada Bapanya, ”Janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” (Matius 26:39) Tidak diragukan lagi, agar kita menjadi peniru Yesus Kristus, dengan mengikuti jejak kakinya dengan saksama, kita harus rendah hati.

      Rasul Paulus, Teladan Kerendahan Hati yang Bagus

      9-12. Dengan cara-cara apa rasul Paulus menyediakan teladan yang bagus berkenaan kerendahan hati?

      9 Rasul Paulus menulis, ”Jadilah peniru-peniruku, sama seperti aku adalah peniru Kristus.” (1 Korintus 11:1, NW) Apakah rasul Paulus meniru Yesus Kristus dengan memiliki kerendahan pikiran, sehingga memberi kita teladan lain berkenaan kerendahan hati untuk ditiru? Tentu saja demikian. Pertama-tama, ia dengan rendah hati mengakui bahwa ia adalah hamba dari Yesus Kristus. (Filipi 1:1) Ia memberi tahu para penatua di Efesus tentang dirinya yang ’bekerja bagaikan budak bagi Tuhan dengan kerendahan pikiran yang sebesar-besarnya dan air mata dan cobaan yang menimpanya melalui rencana-rencana jahat orang Yahudi’. (Kisah 20:17-19, NW) Andaikan ia tidak rendah hati, ia tentu tidak akan menulis kata-kata yang terdapat di Roma 7:18, 19, ”Aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik . . . Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.”

      10 Yang juga memperlihatkan kerendahan hati Paulus adalah apa yang ia tulis kepada orang-orang Kristen di Korintus, sebagaimana dicatat di 1 Korintus 2:3, ”Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar.” Ketika ia dengan rendah hati menceritakan haluannya di masa lampau sebelum menjadi seorang Kristen, ia menulis, ”Aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, . . . ’Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa’, dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.”—1 Timotius 1:13, 15.

      11 Kerendahan hatinya diperlihatkan lebih jauh dengan pengakuannya bahwa keberhasilan dalam segala upayanya berasal dari Allah. Ia menulis tentang pelayanannya, ”Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberikan pertumbuhan.” (1 Korintus 3:6, 7) Ia juga meminta saudara-saudaranya berdoa untuknya agar ia dapat memberi kesaksian yang baik, seperti yang kita baca di Efesus 6:18-20, ”Berdoalah setiap waktu. . . . untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, . . . supaya dengan keberanian aku menyatakan [rahasia suci dari firman Allah], sebagaimana seharusnya aku berbicara.”

      12 Paulus juga memperlihatkan kerendahan hati dalam cara ia bekerja sama dengan rasul-rasul lain, ”Yakobus, Kefas dan Yohanes . . . berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat.” (Galatia 2:9) Ia lebih jauh memperlihatkan kerelaannya untuk bekerja sama dengan para penatua di sidang Yerusalem dengan menyertai empat pria ke bait dan menanggung biaya mereka untuk memenuhi suatu nazar.—Kisah 21:23-26.

      13. Apa yang membuat kerendahan hati Paulus begitu menonjol?

      13 Kerendahan hati Paulus semakin menonjol sewaktu kita memperhatikan betapa dengan luar biasa ia telah digunakan oleh Allah Yehuwa. Misalnya, kita membaca bahwa ”Allah terus melaksanakan pekerjaan-pekerjaan luar biasa yang penuh kuasa melalui tangan Paulus.” (Kisah 19:11, 12, NW) Lebih daripada itu, ia diberi penglihatan-penglihatan adikodrati dan penyingkapan-penyingkapan. (2 Korintus 12:1-7, NW) Kita juga hendaknya tidak mengabaikan kenyataan bahwa ia diilhami untuk menulis 14 dari 27 buku (sebenarnya surat) dari Kitab-Kitab Yunani Kristen. Semua ini dapat dikatakan tidak membuatnya besar kepala. Ia tetap rendah hati.

      Contoh-Contoh pada Zaman Modern

      14-16. (a) Bagaimana presiden pertama dari Lembaga Menara Pengawal menjadi contoh yang bagus berkenaan kerendahan hati? (b) Contohnya secara mencolok berbeda dari contoh yang diperlihatkan siapa?

      14 Di Ibrani 13:7, kita membaca nasihat rasul Paulus, ”Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka.” Selaras dengan prinsip ini, sebagai contoh zaman modern kita dapat menyebutkan presiden pertama Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal, Charles Taze Russell, yang imannya dapat kita tiru. Apakah ia orang yang rendah hati? Memang demikian! Sebagaimana telah diamati dengan baik, dalam naskah dari bukunya yang berjudul Studies in the Scriptures, enam jilid dengan kira-kira 3.000 halaman, tak pernah satu kali pun ia menunjuk kepada dirinya sendiri. Publikasi-publikasi Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal dewasa ini mengikuti prinsip ini dalam hal tidak menarik perhatian kepada manusia dengan mengidentifikasi para penulis artikel.

      15 Dalam Watch Tower, Russell pernah menulis bahwa ia sama sekali tidak mengenal kata ”Russellisme” dan ”pengikut Russell”, julukan-julukan yang diberikan oleh para penentangnya namun yang ia tolak mentah-mentah. Ia menulis, ”Pekerjaan kami . . . adalah untuk mengumpulkan kembali potongan-potongan kebenaran yang sudah lama terserak dan mempersembahkannya kepada umat Tuhan—bukan sebagai sesuatu yang baru, bukan sebagai milik kami, tetapi sebagai kepunyaan Tuhan. . . . Pekerjaan yang untuknya Tuhan telah berkenan menggunakan bakat-bakat kami yang tidak seberapa, bukan merupakan pekerjaan memulai melainkan hanya menyusun kembali, menyesuaikan, menyelaraskan.” Sungguh, ia menyuarakan perasaan rasul Paulus, seperti yang terdapat di 1 Korintus 3:5-7.

      16 Sikapnya sama sekali bertentangan dengan sikap Charles Darwin. Dalam edisi pertamanya dari buku The Origin of Species pada tahun 1859, Darwin berulang kali menunjuk kepada teori ”saya”, dengan mengabaikan apa yang telah dikatakan oleh orang-orang lain sebelum dia tentang evolusi. Seorang penulis ternama pada abad itu, Samuel Butler, mengecam Darwin, dengan menunjukkan bahwa banyak orang sebelumnya telah mengajukan teori evolusi; hal itu sama sekali bukan berasal dari Darwin.

      17. Apa contoh-contoh lebih lanjut berkenaan kerendahan hati Saudara Rutherford?

      17 Seorang hamba lain yang setia pada zaman modern yang digunakan Allah Yehuwa secara luar biasa adalah Joseph F. Rutherford, yang disebutkan pada awal artikel ini. Ia seorang pendukung yang berani dari kebenaran Alkitab dan khususnya dari nama Yehuwa. Meskipun secara luas dikenal sebagai Hakim Rutherford, dalam batinnya ia sebenarnya seorang yang rendah hati. Misalnya, ia pernah membuat beberapa pernyataan dogmatis berkenaan apa yang dapat diharapkan oleh orang Kristen pada tahun 1925. Sewaktu fakta-fakta gagal mendukung harapannya, dengan rendah hati ia memberi tahu keluarga Betel di Brooklyn bahwa ia telah bertindak bodoh. Seorang Kristen terurap yang bergaul cukup akrab dengannya memberi kesaksian bahwa berulang kali ia mendengar Saudara Rutherford meminta maaf dalam semangat Matius 5:23, 24, di hadapan umum maupun secara pribadi, karena telah melukai seorang rekan Kristen dengan kata-kata yang tidak bijaksana. Dibutuhkan kerendahan hati bagi seseorang yang memiliki wewenang untuk meminta maaf kepada orang-orang yang berada di bawah pengawasannya. Saudara Rutherford memberi contoh yang bagus bagi semua pengawas, baik di sidang, dalam pekerjaan keliling, maupun di salah satu cabang Lembaga.

      18. Kata-kata apa yang diucapkan oleh presiden ketiga dari Lembaga yang menunjukkan kerendahan pikiran?

      18 Presiden yang ketiga dari Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal, Nathan H. Knorr, juga memperlihatkan bahwa, walaupun ia menonjol di kalangan umat Yehuwa, ia tidak merasa terkemuka karena kedudukannya. Meskipun ia terkemuka dalam kemampuannya mengorganisasi dan berbicara di muka umum, ia memiliki respek yang sangat dalam atas apa yang dilakukan orang-orang lain. Demikianlah, suatu kali ia mengunjungi seorang anggota Departemen Penulisan di kantor saudara tersebut dan berkata, ”Di sinilah tempat dilakukannya pekerjaan yang paling penting sekaligus yang paling sulit. Itulah sebabnya saya tidak banyak melakukannya.” Ya, ia dengan rendah hati menerapkan nasihat di Filipi 2:3, bahwa ’dengan rendah hati [”kerendahan pikiran”, NW] seseorang hendaknya menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri’. Ia mengakui bahwa meskipun melayani sebagai presiden Lembaga adalah penting, pekerjaan-pekerjaan lain juga penting. Ini menuntut kerendahan hati di pihaknya untuk merasa demikian dan untuk menyatakannya dengan sangat jelas. Ia adalah teladan bagus lain untuk ditiru oleh semua, khususnya mereka yang mungkin memiliki kedudukan yang menonjol sebagai pengawas.

      19, 20. (a) Teladan kerendahan hati apa disediakan oleh presiden keempat dari Lembaga? (b) Bantuan apa akan diberikan dalam artikel berikut berkenaan upaya kita mempraktekkan kerendahan hati?

      19 Presiden yang keempat dari Lembaga, Fred W. Franz, juga menjadi contoh yang bagus berkenaan kerendahan hati. Sebagai wakil presiden dari Lembaga selama 32 tahun, ia banyak menulis untuk majalah serta program-program kebaktian; namun dalam hal ini ia selalu menempatkan diri di belakang layar, tidak pernah berupaya mendapat perhatian. Sebuah contoh yang serupa pada zaman dahulu dapat dikutip. Ketika Yoab mengalahkan bani Amon di Raba, ia memastikan agar Raja Daud yang menerima pujian atas kemenangan ini.—2 Samuel 12:26-28.

      20 Benar, ada banyak teladan bagus, pada zaman dahulu maupun sekarang, yang memberi kita alasan-alasan yang sangat kuat untuk berlaku rendah hati. Namun, masih ada lebih banyak alasan bagi kita untuk berlaku rendah hati, dan hal ini serta bantuan untuk berlaku rendah hati akan dibahas dalam artikel berikut.

      [Catatan Kaki]

      a ”Merendahkan diri” sering digunakan dengan makna ”mengenakan penampilan superioritas”. Namun makna utamanya—dan makna dalam New World Translation—adalah ”bersikap tidak formal”, ”menyingkirkan hak istimewa jabatan”.—Lihat Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary.

      b Keluaran 34:6; Bilangan 14:18; Nehemia 9:17; Mazmur 86:15; 103:8; 145:8; Yoel 2:13; Yunus 4:2; Nahum 1:3.

  • Berbahagialah Orang yang Rendah Hati
    Menara Pengawal—1993 | 1 Desember
    • Berbahagialah Orang yang Rendah Hati

      ”Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.”—1 PETRUS 5:5.

      1, 2. Bagaimana Yesus dalam Khotbahnya di Bukit menghubungkan soal berbahagia dengan soal bersikap rendah hati?

      APAKAH berbahagia dan bersikap rendah hati ada hubungannya? Dalam khotbahnya yang termasyhur, Yesus Kristus, tokoh terbesar sepanjang masa, menguraikan sembilan kebahagiaan, atau sukacita yang besar. (Matius 5:1-12) Apakah Yesus menghubungkan kebahagiaan dengan sikap rendah hati? Ya, benar, karena sikap rendah hati terlibat dalam sejumlah kebahagiaan yang ia sebutkan. Misalnya, seseorang harus rendah hati untuk menyadari kebutuhan rohaninya. Hanya orang yang rendah hati merasa lapar dan haus akan keadilbenaran. Dan orang yang angkuh tidak berwatak lemah lembut dan tidak berbelas kasihan, mereka juga tidak menjadi pembawa damai.

      2 Orang yang rendah hati berbahagia karena adalah benar dan jujur untuk bersikap rendah hati. Lagi pula, orang yang rendah hati berbahagia karena adalah bijaksana untuk bersikap rendah hati; hal ini menyumbang kepada hubungan yang baik dengan Allah Yehuwa dan rekan-rekan Kristen. Selain itu, orang yang rendah hati berbahagia karena bersikap rendah hati merupakan pernyataan kasih di pihak mereka.

      3. Mengapa kejujuran mewajibkan kita untuk bersikap rendah hati?

      3 Mengapa kejujuran menuntut kita bersikap rendah hati? Salah satu alasannya, karena kita semua mewarisi ketidaksempurnaan dan selalu berbuat salah. Rasul Paulus berbicara mengenai dirinya, ”Aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.” (Roma 7:18) Ya, kita semua telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah. (Roma 3:23) Kejujuran akan mencegah kita untuk tidak bersikap sombong. Untuk mengakui kesalahan menuntut kerendahan hati, dan kejujuran akan membantu kita menerima kesalahan, kapan saja kita berbuat salah. Karena kita selalu gagal mencapai apa yang kita upayakan, kita memiliki alasan kuat untuk bersikap rendah hati.

      4. Alasan mendesak apa diberikan di 1 Korintus 4:7 agar kita bersikap rendah hati?

      4 Rasul Paulus memberikan kita alasan lain mengapa kejujuran hendaknya membuat kita rendah hati. Ia berkata, ”Siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?” (1 Korintus 4:7) Tak diragukan lagi, tidaklah jujur apabila kita mencari kemuliaan bagi diri sendiri, merasa sombong karena harta milik, kesanggupan, atau prestasi kita. Kejujuran menyumbang kepada hati nurani yang baik yang kita miliki di hadapan Allah, sehingga kita dapat ”bertingkah laku jujur dalam segala perkara”.—Ibrani 13:18, NW.

      5. Bagaimana kejujuran juga membantu kita sewaktu kita berbuat salah?

      5 Kejujuran membantu kita bersikap rendah hati sewaktu kita berbuat salah. Ini akan membuat kita lebih siap mengaku salah, sebaliknya daripada mencoba membenarkan diri atau melemparkan kesalahan kepada orang lain. Maka, kalau Adam, mempersalahkan Hawa, sedangkan Daud tidak mempersalahkan Batsyeba, dengan berkata, ’Seharusnya dia tidak mandi di tempat yang dapat dilihat orang. Mau tak mau saya tergoda.’ (Kejadian 3:12; 2 Samuel 11:2-4) Benar, di satu pihak dapat dikatakan, bersikap jujur membantu kita bersikap rendah hati; di lain pihak, bersikap rendah hati membantu kita bersikap jujur.

      Iman kepada Yehuwa Membantu Kita Bersikap Rendah Hati

      6, 7. Bagaimana iman kepada Allah membantu kita bersikap rendah hati?

      6 Iman kepada Yehuwa juga akan membantu kita bersikap rendah hati. Dengan menghargai betapa agung sebenarnya sang Pencipta, Penguasa Alam Semesta, akan mencegah kita menganggap diri terlalu penting. Betapa tepatnya nabi Yesaya mengingatkan kita mengenai hal ini! Di Yesaya 40:15, 22, kita membaca, ”Sesungguhnya, bangsa-bangsa adalah seperti setitik air dalam timba dan dianggap seperti sebutir debu pada neraca. . . . Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang.”

      7 Iman kepada Yehuwa juga akan membantu kita sewaktu kita menderita ketidakadilan. Sebaliknya daripada terlalu mempersoalkan masalahnya, kita akan dengan rendah hati menantikan Yehuwa, sebagaimana yang diingatkan oleh sang pemazmur di Mazmur 37:1-3, 8, 9. Rasul Paulus membuat kesimpulan yang sama, ”Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hakKu. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.”—Roma 12:19.

      Kerendahan Hati—Haluan Hikmat

      8. Mengapa kerendahan hati menyumbang kepada hubungan yang baik dengan Yehuwa?

      8 Ada banyak alasan mengapa bersikap rendah hati adalah haluan hikmat. Salah satunya, seperti yang telah disebutkan, hal itu menyumbang kepada hubungan yang baik dengan Pencipta kita. Firman Allah dengan jelas menyatakan di Amsal 16:5, ”Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi [Yehuwa].” Kita juga membaca di Amsal 16:18, ”Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” Cepat atau lambat, orang-orang sombong menuai bencana. Memang demikianlah seharusnya mengingat apa yang kita baca di 1 Petrus 5:5, ”Kamu semua, rendahkan dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: ’Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.’” Saudara akan mendapat kesimpulan yang sama dalam ilustrasi yang diberikan Yesus tentang orang Farisi dan pemungut cukai yang masing-masing sedang berdoa. Pemungut cukai yang rendah hatilah yang terbukti lebih adil-benar.—Lukas 18:9-14.

      9. Bagaimana kerendahan hati dapat membantu pada masa kesukaran?

      9 Kerendahan hati adalah haluan hikmat karena kerendahan hati membuat kita lebih mudah mengindahkan nasihat yang terdapat di Yakobus 4:7, ”Karena itu tunduklah kepada Allah.” Jika kita rendah hati, kita tidak akan memberontak manakala Yehuwa mengizinkan kita mengalami kesukaran. Kerendahan hati akan memungkinkan kita berpuas dengan keadaan kita dan bertekun menanggungnya. Seorang yang sombong tidak merasa puas, selalu ingin lebih, dan memberontak sewaktu keadaan-keadaan yang berat. Di lain pihak, orang-orang yang rendah hati bertekun menanggung kesulitan dan ujian, sama seperti yang dilakukan Ayub. Ayub menderita kehilangan segala harta miliknya dan terkena penyakit yang sangat memilukan, dan kemudian istrinya bahkan menganjurkan dia agar mengambil haluan kesombongan, dengan berkata, ”Kutukilah Allahmu dan matilah!” Bagaimana reaksinya? Catatan Alkitab memberi tahu kita, ”Jawab Ayub kepadanya: ’Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?’ Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.” (Ayub 2:9, 10) Karena Ayub rendah hati, ia tidak memberontak, tetapi dengan bijaksana tunduk kepada apa pun yang Yehuwa izinkan terjadi atas dirinya. Dan akhirnya ia diberkati dengan limpah.—Ayub 42:10-16; Yakobus 5:11.

      Kerendahan Hati Menyumbang kepada Hubungan yang Baik dengan Orang Lain

      10. Bagaimana kerendahan hati meningkatkan hubungan kita dengan rekan-rekan Kristen kita?

      10 Kerendahan hati adalah haluan hikmat karena ini menyumbang kepada hubungan yang baik dengan rekan-rekan Kristen kita. Dengan tepat, rasul Paulus menasihati kita, ”[Lakukanlah] dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” (Filipi 2:3, 4) Kerendahan hati akan dengan bijaksana mencegah kita untuk tidak bersaing dengan orang-orang lain atau berupaya mengungguli mereka. Sikap mental demikian akan menimbulkan masalah bagi kita dan bagi rekan-rekan Kristen kita.

      11. Mengapa kerendahan hati dapat membantu kita menghindari berbuat salah?

      11 Sering kali kerendahan hati akan membantu kita menghindari berbuat salah. Mengapa demikian? Karena kerendahan hati akan mencegah kita bersikap terlalu yakin. Sebaliknya, kita akan menghargai nasihat Paulus di 1 Korintus 10:12, ”Siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” Orang yang sombong terlalu percaya diri, sehingga cenderung berbuat salah karena pengaruh-pengaruh luar atau karena kelemahannya sendiri.

      12. Kerendahan hati akan menggerakkan kita untuk memenuhi kewajiban apa yang didasarkan Alkitab?

      12 Kerendahan hati akan membantu kita menghadapi tuntutan untuk tunduk. Di Efesus 5:21 (NW), kita dinasihati, ”Tunduklah kepada satu sama lain dalam takut akan Kristus.” Benar, bukankah kita semua perlu tunduk? Anak-anak perlu tunduk kepada orang-tua mereka, istri-istri kepada suami mereka, suami-suami kepada Kristus. (1 Korintus 11:3; Efesus 5:22; 6:1) Kemudian, dalam sidang Kristen mana pun, semua, termasuk para pelayan sidang, harus memperlihatkan ketundukan kepada para penatua. Bukankah juga benar bahwa para penatua harus tunduk kepada golongan hamba yang setia, terutama sebagaimana diwakili oleh pengawas wilayah? Lalu, pengawas wilayah perlu tunduk kepada pengawas distrik, dan pengawas distrik kepada Panitia Cabang di negeri tempat ia melayani. Bagaimana dengan anggota-anggota Panitia Cabang? Mereka harus ’tunduk kepada satu sama lain’ dan juga kepada Badan Pimpinan, yang mewakili hamba yang setia dan bijaksana, yang selanjutnya bertanggung jawab kepada Yesus, Raja yang telah bertakhta. (Matius 24:45-47) Sebagaimana dalam badan penatua mana pun, anggota-anggota Badan Pimpinan harus saling menghormati sudut pandangan masing-masing. Misalnya, seseorang mungkin berpikir bahwa ia memiliki gagasan yang baik. Namun, kecuali anggota-anggota lain dalam jumlah yang cukup menyetujui sarannya, ia perlu mengesampingkan gagasannya. Benar, kita semua perlu rendah hati, karena kita semua harus tunduk.

      13, 14. (a) Dalam keadaan-keadaan khusus apa kerendahan hati membantu kita? (b) Teladan apa disediakan Petrus berkenaan menerima nasihat?

      13 Kerendahan hati khususnya tampak sebagai haluan hikmat dalam hal kerendahan hati membuatnya lebih mudah bagi kita untuk menerima nasihat dan disiplin. Kadang-kadang kita masing-masing membutuhkan disiplin, dan kita hendaknya mengindahkan nasihat di Amsal 19:20, ”Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan.” Sebagaimana dengan tepat telah dikatakan, orang-orang yang rendah hati tidak akan tersinggung atau merasa tidak senang sewaktu didisiplin. Tambahan pula, rasul Paulus di Ibrani 12:4-11, menasihati kita mengenai hikmat untuk dengan rendah hati tunduk kepada disiplin. Hanya dengan cara ini kita dapat berharap untuk mengarahkan haluan kita di masa depan dengan bijaksana dan sebagai imbalannya memperoleh karunia hidup kekal. Betapa membahagiakan hasil tersebut!

      14 Berkenaan hal ini kita dapat menunjuk kepada contoh rasul Petrus. Ia menerima nasihat yang keras dari rasul Paulus, sebagaimana yang kita pelajari dari kisah di Galatia 2:14, ”Waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas [Petrus] di hadapan mereka semua: ’Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?’” Apakah rasul Petrus tersinggung? Kalaupun demikian tidak untuk waktu yang lama, sebagaimana terbukti dari referensinya belakangan kepada ”Paulus, saudara kita yang kekasih” di 2 Petrus 3:15, 16.

      15. Apa hubungan antara bersikap rendah hati dan berbahagia?

      15 Tersangkut pula perihal merasa cukup, merasa puas. Kita tidak dapat benar-benar berbahagia kecuali kita puas dengan keadaan kita, hak-hak istimewa kita, berkat-berkat kita. Orang Kristen yang rendah hati mengambil sikap, ”Jika Allah mengizinkan, saya rela menerimanya,” yang sebenarnya dikatakan rasul Paulus, seperti yang kita baca di 1 Korintus 10:13, ”Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” Maka kita melihat lagi bagaimana kerendahan hati adalah haluan hikmat, karena ini membantu kita untuk berbahagia tidak soal bagaimana keadaan kita.

      Kasih Akan Membantu Kita Rendah Hati

      16, 17. (a) Contoh Alkitab apa yang menonjolkan sifat terbesar untuk membantu kita bersikap rendah hati? (b) Contoh duniawi apa juga melukiskan pokok ini?

      16 Di atas segalanya, kasih yang tidak mementingkan diri, a·gaʹpe, akan membantu kita untuk bersikap rendah hati. Mengapa Yesus dengan begitu rendah hati sanggup menanggung pengalamannya di tiang siksaan yang Paulus jelaskan kepada orang-orang Filipi? (Filipi 2:5-8) Mengapa ia tidak mempertimbangkan untuk setara dengan Allah? Karena, sebagaimana ia sendiri berkata, ”Aku mengasihi Bapa.” (Yohanes 14:31) Itulah alasannya mengapa ia senantiasa mengarahkan kemuliaan dan kehormatan kepada Yehuwa, Bapa surgawinya. Demikianlah, pada kesempatan lain ia menandaskan bahwa tidak ada yang baik kecuali Bapa surgawinya.—Lukas 18:18, 19.

      17 Sebagai ilustrasi untuk pokok ini, adalah suatu peristiwa dalam hidup salah seorang penyair Amerika pada zaman dulu, Yohanes Greenleaf Whittler. Pria ini memiliki seorang kekasih pada masa mudanya, dan suatu kali pada pertandingan mengeja kata, kekasihnya mengeja sebuah kata dengan benar, sedangkan ia keliru mengejanya. Gadis ini merasa sangat tidak enak. Mengapa? Seperti yang dikenang oleh penyair ini, sang gadis berkata, ”Maaf tadi saya mengeja kata itu. Saya tidak suka mengunggulimu . . . karena, saya mencintaimu.” Ya, jika kita mengasihi seseorang, kita akan ingin orang tersebut di atas kita, bukan di bawah, karena kasih adalah rendah hati.

      18. Kerendahan hati akan membantu kita menaati nasihat yang mana dari Alkitab?

      18 Ini adalah pelajaran yang baik bagi semua orang Kristen, khususnya para saudara. Jika menyangkut hak istimewa khusus dalam pelayanan, kita akan bersukacita bahwa saudara kita yang menerimanya dan bukannya kita, atau apakah kita akan merasa sedikit cemburu dan iri hati? Jika kita benar-benar mengasihi saudara kita, kita akan bersukacita karena ia mendapatkan penugasan khusus atau pujian atau hak istimewa dinas tersebut. Ya, kerendahan hati akan mempermudah menaati nasihat untuk, ”saling mendahului dalam memberi hormat”. (Roma 12:10) Sebuah terjemahan lain berbunyi, ”Hormati satu sama lain melebihi dirimu.” (New International Version) Kemudian, kembali kita dinasihati oleh rasul Paulus, ”Layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.” (Galatia 5:13) Ya, jika kita memiliki kasih, kita akan senang melayani saudara-saudara kita, menghambakan diri bagi mereka, mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan mereka daripada diri kita sendiri, yang menuntut kerendahan hati. Kerendahan hati juga akan mencegah kita agar tidak membual dan dengan demikian mencegah munculnya semangat cemburu atau iri hati dalam diri orang lain. Paulus menulis bahwa kasih ”tidak membual, tidak menjadi besar kepala”. Mengapa tidak? Karena motivasi di balik membual dan besar kepala adalah mementingkan diri, egois, sedangkan kasih adalah justru intisari dari sifat tidak mementingkan diri.—1 Korintus 13:4, NW.

      19. Contoh-contoh Alkitab mana menggambarkan bahwa kerendahan hati dan kasih berjalan bersisi-sisian, sebagaimana halnya kesombongan dan sifat mementingkan diri?

      19 Hubungan Daud dengan Raja Saul dan putranya Yonatan adalah contoh yang menonjol berkenaan bagaimana kasih dan kerendahan hati berjalan bersisi-sisian dan bagaimana kesombongan serta sifat mementingkan diri sendiri juga berjalan bersisi-sisian. Karena keberhasilan Daud dalam pertempuran, wanita-wanita di Israel bernyanyi, ”Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.” (1 Samuel 18:7) Saul sama sekali tidak bersikap rendah hati tetapi, sebaliknya, karena dikuasai oleh kesombongan, sejak saat itu ia memperkembangkan kebencian yang hebat kepada Daud. Sungguh berbeda dengan semangat Yonatan, putranya! Kita membaca bahwa Yonatan mengasihi Daud seperti jiwanya sendiri. (1 Samuel 18:1) Maka, bagaimana reaksi Yonatan sewaktu, seraya waktu berjalan, tampak bahwa Yehuwa memberkati Daud dan bahwa ia, bukan Yonatan, akan menggantikan Saul sebagai raja Israel? Apakah Yonatan merasa cemburu atau iri hati? Sama sekali tidak! Karena kasihnya yang besar kepada Daud, ia dapat berkata, seperti yang kita baca di 1 Samuel 23:17, ”Janganlah takut, sebab tangan ayahku Saul tidak akan menangkap engkau; engkau akan menjadi raja atas Israel, dan aku akan menjadi orang kedua di bawahmu. Juga ayahku Saul telah mengetahui yang demikian itu.” Kasih Yonatan yang besar kepada Daud mendorongnya untuk dengan rendah hati menerima apa yang ia sadari sebagai kehendak Allah berkenaan siapa yang harus menggantikan ayahnya sebagai raja Israel.

      20. Bagaimana Yesus memperlihatkan hubungan yang erat antara kasih dan kerendahan hati?

      20 Hal selanjutnya yang menandaskan hubungan antara kasih dan kerendahan hati adalah apa yang terjadi pada malam terakhir ketika Yesus Kristus berada bersama murid-muridnya sebelum ia mati. Di Yohanes 13:1 (NW), kita membaca bahwa Yesus ”mengasihi miliknya sendiri yang ada dalam dunia, mengasihi mereka sampai ke akhir”. Setelah mengatakan kata-kata itu, Yesus membasuh kaki rasul-rasulnya, bertindak seperti seorang pelayan yang rendah. Sungguh pelajaran yang jitu berkenaan kerendahan hati!—Yohanes 13:1-11.

      21. Sebagai ikhtisar, mengapa kita hendaknya bersikap rendah hati?

      21 Benar, ada banyak alasan untuk bersikap rendah hati. Bersikap rendah hati merupakan hal yang benar serta jujur. Ini adalah haluan iman. Ini menyumbang kepada hubungan yang baik dengan Allah Yehuwa dan dengan rekan-rekan seiman kita. Ini adalah haluan hikmat. Yang terutama, ini adalah haluan kasih dan mendatangkan kebahagiaan sejati.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan