Brasil
Pada tahun 1500, Pero Vaz de Caminha menulis kepada raja Portugal tentang Brasil, tempat para penjelajah Portugis baru mendarat. Ia menulis, ”Buah terbaik yang dapat diambil dari negeri ini . . . adalah menobatkan penduduknya [orang-orang Indian].” Kata-kata ini menyingkapkan salah satu alasan utama ekspansi luar negeri bangsa Portugis pada abad ke-15 dan ke-16. Tujuannya adalah untuk menyebarkan ajaran agama Susunan Kristen ke negeri-negeri lain.
Akan tetapi, baru sekian lama berselang setelah itu Firman Allah, Alkitab, tersedia bagi penduduk Brasil, sehingga mereka dapat melihat sendiri apa yang diajarkannya. Alkitab yang lengkap dalam bahasa Portugis pertama kali tersedia (sebagian di Eropa dan sebagian di India Selatan) pada tahun 1751. Baru 125 tahun kemudian, sebagian Alkitab dicetak dalam bahasa Portugis Brasil. Dan baru pada akhir abad ke-20, bagian-bagian dari Alkitab diterbitkan dalam salah satu bahasa dari suku-suku Indian di Brasil.
Brasil merupakan salah satu dari beberapa negeri di Amerika Selatan yang bahasa utamanya bukan bahasa Spanyol—tetapi bahasa Portugis. Karena menempati kira-kira setengah dari Amerika Selatan dan berbatasan dengan semua negeri Amerika Selatan lainnya kecuali Cile dan Ekuador, Brasil adalah negeri yang mempunyai banyak keragaman. Penduduknya antusias dan ramah dan berminat akan perkara-perkara rohani. Mayoritas (85 persen dari 161 juta penduduk) menganut agama Katolik, dan suatu persentase yang tinggi dari orang-orang ini cenderung kepada spiritisme. Pada tahun-tahun belakangan, terdapat juga kenaikan yang luar biasa dalam jumlah penganut agama-agama evangelis.
Pendidikan Alkitab yang Sesungguhnya Dimulai
Kehendak Allah adalah agar ”segala macam orang diselamatkan dan sampai kepada pengetahuan yang saksama akan kebenaran”. (1 Tim. 2:3, 4) Jenis pengetahuan tersebut mulai menyebar di Brasil pada akhir abad ke-19. Pada tahun 1899, Sarah Bellona Ferguson dari São Paulo, pertama kali menerima beberapa publikasi Lembaga Menara Pengawal melalui pos dari Amerika Serikat. Seraya ia mempelajari kebenaran Alkitab yang berharga, ia melakukan sebisa-bisanya untuk membagikannya kepada orang lain. Ketika muncul kesempatan setelah kira-kira 25 tahun, ia dibaptis.
Pada saat yang bersamaan, delapan marinir muda Brasil yang mendapat izin turun kapal di New York City tertarik pada perhimpunan Siswa-Siswa Alkitab (sebutan bagi Saksi-Saksi Yehuwa pada waktu itu). Di sana mereka memperoleh sebuah Alkitab dalam bahasa Portugis. Mereka juga dibantu untuk memahaminya. Ketika mereka kembali ke Brasil pada bulan Maret 1920, setelah beberapa bulan bergaul dengan Siswa-Siswa Alkitab di New York, mereka terus berkumpul bersama dan berbicara kepada orang lain tentang apa yang telah mereka pelajari. Pada mulanya, mereka menggunakan publikasi Menara Pengawal dalam bahasa Spanyol sebagai alat bantu pengajaran karena tidak ada yang tersedia dalam bahasa Portugis. Akan tetapi, beberapa tahun kemudian, George Young dikirim ke Brasil, dan pengaturan dibuat untuk menerjemahkan lektur ke dalam bahasa Portugis dan untuk menerbitkannya. Pada tahun 1923, sebuah cabang dari Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal didirikan di Rio de Janeiro untuk meningkatkan pendidikan Alkitab di negeri yang luas ini.
Lebih Banyak Bantuan Tiba
Sekalipun adanya permulaan yang bagus ini, kemajuan di Brasil lambat. Maka atas undangan J. F. Rutherford, yang pada waktu itu adalah presiden Lembaga Menara Pengawal, Alston Yuille tiba di Brasil pada tahun 1936 untuk membantu Saksi-Saksi di sana mendapat manfaat lebih sepenuhnya dari persediaan rohani yang diberikan Yehuwa melalui organisasi-Nya yang kelihatan. Maude, istrinya, turut bersamanya, dan juga Antonio Pires de Andrade, seorang rekan sekerja yang, setidaknya pada awalnya, juga melayani sebagai juru bahasanya. Tiga tahun kemudian, Otto Estelmann dan Erich Kattner dikirim dari Eropa untuk melayani sebagai perintis, membaktikan diri mereka untuk mengunjungi orang-orang di rumah guna menunjukkan bagaimana kebenaran Alkitab dapat memberikan manfaat kepada mereka. Kemudian pada tahun 1945, dua utusan injil dari kelas pertama Sekolah Gilead tiba: Charles D. Leathco dan Harry Black.
Yehuwa memberkati pekerjaan mereka serta para pemberita Kerajaan yang bergairah lainnya, dan pada tahun 1948 terdapat 1.000 Saksi dari Yehuwa di Brasil yang membagikan kepada orang lain kebenaran yang berharga dari Firman Allah. Kelompok tersebut meningkat pesat: 10.000 pada tahun 1957 dan 50.000 pada tahun 1968. Sementara itu Rumah Betel dan percetakan perlu diperbesar, dan pada tahun 1968 kantor cabang dipindahkan dari Rio de Janeiro ke fasilitas yang lebih besar di São Paulo. (Untuk keterangan lebih lanjut tentang pekerjaan di Brasil sejak tahun 1920 hingga 1972, lihat 1973 Yearbook of Jehovah’s Witnesses, halaman 33-88.)
Mengupayakan agar Firman Allah Sendiri Tersedia
Kira-kira 50 tahun yang lalu, rata-rata orang Katolik Roma di Brasil selalu menghadiri Misa, selalu berdoa kepada Maria, selalu menaati imam, namun tidak pernah membaca Alkitab. Mengapa? Salah satu alasan adalah karena para imam melarang kawanan mereka memiliki Alkitab yang tidak memiliki lisensi Gereja Katolik Roma. Padahal, semua Alkitab yang disetujui Gereja semacam itu sangat mahal harganya—sama sekali tak terjangkau oleh pengunjung gereja pada umumnya. Tidak heran, Saksi-Saksi pada waktu itu sering kali menjumpai orang-orang Katolik yang sama sekali belum pernah melihat Alkitab!
”Biasanya saya membacakan Doa Bapa Kami kepada orang-orang demikian,” kenang Fern, seorang utusan injil kawakan. ”Orang-orang Katolik dapat menyebutkan doa tersebut di luar kepala, tetapi mereka heran sewaktu melihatnya di dalam Alkitab.” Sering kali, keheranan ini menuntun kepada minat dan minat kepada permintaan, ”Apakah Anda bersedia membawakan Alkitab untuk saya?” Para Saksi akan dengan senang hati membawakan sebuah Alkitab dengan harga terjangkau dari Lembaga Alkitab Brasil.
Kesepuluh utusan injil yang pada waktu itu berada di São Paulo sering berbelanja di toko buku Lembaga Alkitab di kota tersebut. Akan tetapi, para pegawai yang beragama Protestan dari toko tersebut tidak senang melihat seluruh persediaan Tradução Brasileira—sebuah terjemahan Alkitab yang memuat nama Yehuwa—berpindah dari rak mereka ke tas buku para utusan injil tersebut. Pada suatu hari, pegawai tersebut memberi tahu para utusan injil bahwa ia tidak dapat lagi membiarkan mereka membeli Alkitab tersebut. Tidak lama kemudian, Tradução Brasileira tidak dicetak lagi. Tidak mengherankan, banyak Saksi yang merindukan terbitnya sebuah Alkitab yang baru. Pada tahun 1963, terdapat 57 delegasi dari Brasil pada kebaktian internasional di Amerika Serikat ketika Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru dalam bahasa Portugis diterbitkan. Empat tahun kemudian, sewaktu Terjemahan Dunia Baru yang lengkap tersedia dalam bahasa Portugis, hari-hari pembagian Alkitab secara kecil-kecilan berakhir.
Selama tiga dekade yang lalu, jutaan eksemplar Terjemahan Dunia Baru dari percetakan Lembaga telah mengalir ke dalam negeri tersebut dan telah merebut perhatian publik. Pada tahun 1987, Veja, berita mingguan Brasil yang terkemuka, melukiskan New World Translation of the Holy Scriptures—With References sebagai ”terjemahan Alkitab yang paling lengkap” di negeri tersebut. Saksi-Saksi Yehuwa di Brasil (sekarang berjumlah lebih dari 430.000) setuju dan tergetar bahwa sebagai hasil dari kampanye penyiaran Alkitab mereka, sekarang banyak orang Brasil di kota dan desa yang akhirnya dengan rasa syukur memiliki sebuah salinan dari Firman Allah secara pribadi.
Pengajaran tentang Kebenaran Alkitab secara Pribadi
Membaca Alkitab tidak menjamin bahwa seseorang mengerti apa yang ia baca atau mengetahui cara penerapannya. Ini menuntut adanya suatu program pengajaran Alkitab secara pribadi. Pada tahun 1968—satu tahun setelah terbitnya Terjemahan Dunia Baru yang lengkap dalam bahasa Portugis—Saksi-Saksi di Brasil yang berjumlah 50.000 menerima Kebenaran yang Membimbing kepada Hidup yang Kekal, buku yang akan membantu mereka untuk mempelajari Alkitab.
Setelah membaca buku tersebut, seorang perintis yang berpengalaman berseru, ”Buku ini akan membantu jutaan orang untuk menerima kebenaran!” Dan ia benar. Terdapat kenaikan tiga kali lipat dalam penempatan buku pada tahun tersebut. Jumlah pengajaran Alkitab meningkat secara dramatis. Rute, dari Brasil bagian selatan, yang berbicara atas nama orang-orang yang telah mempelajari buku itu, mengatakan, ”Ketika saya mempelajari buku Kebenaran, saya merasa bersyukur dan sangat marah. Bersyukur karena mengetahui kebenaran tentang keadaan orang mati serta harapan Firdaus dan marah karena Gereja Katolik telah menyesatkan saya selama ini.”
Kemudian, pada tahun 1983, Saksi-Saksi menyambut alat bantu baru untuk pengajaran Alkitab—edisi bahasa Portugis dari buku Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi. Buku tersebut telah mencapai hati lebih banyak orang dari segala lapisan. Pada awal tahun 1996, lebih dari 500.000 orang di Brasil mendapat manfaat dari pengajaran Alkitab, kebanyakan melalui pengajaran yang didasarkan atas alat pengajaran yang efektif ini.
Meskipun kalimat-kalimat dalam buku Hidup Kekal menyentuh masyarakat pembaca di Brasil, gambar-gambar dalam brosur Nikmatilah Hidup Kekal di Bumi! mengajarkan kebenaran Alkitab kepada banyak dari antara 28 juta penduduk Brasil yang buta aksara. Enam juta lebih dari brosur ini telah dicetak dalam bahasa Portugis selama 13 tahun terakhir ini. Apakah orang-orang yang buta huruf memahami ajaran Alkitab? Tentu saja! Pertimbangkan Maria, seorang wanita lanjut usia. Dengan bantuan brosur tersebut, ia mengetahui bahwa nama Allah adalah Yehuwa, bukan Senhor, sama seperti namanya adalah Maria, bukan Senhora. Meskipun ia tidak pernah mendengar nama Allah sebelumnya, ia dengan bersyukur menerima kebenaran ini pada pengajaran Alkitabnya yang pertama. Sewaktu Saksi yang mengajarnya hendak pulang, Maria berseru, ”Semoga Yehuwa besertamu!” Keinginan Maria yang tulus benar-benar terbukti. Dengan berkat Yehuwa, pendidikan Alkitab di Brasil sedang bergerak maju.
Memperbesar Fasilitas untuk Kembali Mencetak
Pada tahun 1971, tiga tahun setelah kantor cabang dipindahkan ke São Paulo, jumlah Saksi-Saksi yang aktif melampaui 70.000. Pada tahun tersebut, terdapat 1.202 sidang di seluruh negeri; Saksi-Saksi Yehuwa membaktikan lebih dari 11.000.000 jam dalam pelayanan di hadapan umum; dan mereka memimpin rata-rata 58.902 pengajaran Alkitab di rumah. Untuk menyediakan pengarahan dan perlengkapan yang dibutuhkan bagi program pendidikan ini, jelaslah bahwa fasilitas cabang harus diperbesar lagi. Dengan berpaling kepada Yehuwa memohon bimbingan, saudara-saudara memberikan perhatian kepada kebutuhan ini.
Selama bertahun-tahun, edisi Menara Pengawal dalam bahasa Portugis telah dicetak di Brasil di atas mesin cetak flatbed yang tua. Tetapi pada tahun 1957, disebabkan oleh tuntutan yang meningkat, problem dengan mesin cetak tersebut (yang dibuat pada tahun 1918), dan kekurangan suplai kertas, percetakan ini telah dipindahkan ke New York. Sekarang, setelah menemukan pemecahan untuk problem mesin cetak dan kertas, saudara-saudara dapat kembali mencetak di Brasil.
Untuk menyediakan ruang yang dibutuhkan bagi percetakan, bangunan tambahan di fasilitas cabang mulai didirikan. Pada waktu yang sama, pengaturan dibuat untuk mengimpor sebuah mesin cetak rotari berkecepatan tinggi. Karena majalah kita bersifat pendidikan, suatu upaya dibuat untuk memperoleh pembebasan pajak impor atas mesin cetak tersebut. Tetapi adakalanya, organisasi-organisasi agama yang telah diberi pembebasan pajak untuk barang-barang tertentu kemudian menjualnya kembali dengan keuntungan yang besar. Dapat dimengerti, beberapa anggota kalangan berwenang tidak berkenan memberi pembebasan lagi kepada kelompok agama. Akan tetapi, bantuan datang dari sumber yang tidak terduga—seorang pejabat pemerintah yang adalah seorang agnostik. Ia memperlihatkan minat akan permintaan kami untuk pembebasan pajak dan menunjukkan bagaimana prosedurnya. Pada bulan November 1972, setelah empat bulan saja, pembebasan pajak yang diinginkan diberikan. Augusto Machado, yang bekerja di kantor Lembaga, mengingat, ”Kami mulai dari nol, tidak tahu apa-apa mengenai perpajakan; tetapi dengan keyakinan kepada Yehuwa, dan melakukan riset, kami mendapatkan apa yang kami butuhkan. Yehuwa sungguh-sungguh mengarahkan hamba-hamba-Nya.”
Ada Banyak yang Harus Dipelajari
Prospek pencetakan menggunakan mesin cetak rotari dengan gulungan kertas mendatangkan tantangan baru. Mesin cetak yang semua bagiannya masih berbentuk lepasan tiba pada bulan Desember 1972, dikemas dalam 47 peti kayu besar, beberapa peti beratnya hingga enam ton. Untuk memastikan agar mesin tersebut dipasang dengan benar, Milan Miller dikirim dari kantor pusat sedunia. Ia mengkoordinasi pekerjaan regu beranggotakan sembilan saudara untuk memasang mesin cetak tersebut dan kemudian mengajar mereka cara mengoperasikannya. Keikutsertaan mereka dalam pemasangan mesin cetak tersebut membantu mereka memahami cara perawatannya. Mayoritas adalah saudara-saudara muda yang, pada saat itu, memiliki sedikit bahkan tidak ada pengalaman di bidang pencetakan. Karl Rietz, yang ikut serta dalam proyek pemasangan itu, adalah pengawas percetakan, dan ia terus melayani dalam corak dinas tersebut hingga sekarang.
Pada waktu yang hampir bersamaan, kertas yang diimpor untuk pencetakan majalah tiba. ”Pengiriman pertama sebanyak 150 ton,” kenang Euclides Justino, yang dikirim dari Betel ke pelabuhan untuk mengambilnya. ”Kami mengatur agar truk-truk mengangkut kertas tersebut dari pelabuhan di Santos ke Betel di São Paulo. Tetapi kami tidak menyadari bahwa, karena truk garpu-penganggung (forklift) di pelabuhan hanya mengangkat gulungan kertas ke atas truk, kami memerlukan pria-pria yang kuat untuk menyusun gulungan-gulungan kertas tersebut di atas truk. Jadi Saudara Machado dan saya naik ke atas salah satu truk dan mulai memiringkan gulungan-gulungan tersebut—masing-masing seberat 400 kilogram—dan menggulingkan ke tempatnya. Para buruh pelabuhan tertawa terbahak-bahak seraya mereka menyaksikan dua pria berdasi berupaya keras mendorong gulungan-gulungan. Untunglah, waktu itu hampir jam makan siang, jadi kami segera berhenti. Selama jam makan siang, kami menyewa orang-orang untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.” Tetapi secara bertahap saudara-saudara mempelajari beberapa pekerjaan yang terlibat dalam pencetakan dengan mesin cetak rotari yang menggunakan gulungan kertas.
Pada tahun 1973, mesin cetak rotari yang kedua tiba, dengan kapasitas cetak yang sama dengan yang pertama: 12.500 majalah per jam. Sejak itu, lebih banyak mesin cetak—dengan kapasitas empat warna—telah dipasang. Jadi selama bertahun-tahun, kami sanggup memenuhi permintaan lektur Alkitab.
Penahbisan Bangunan Tambahan Betel yang Baru
Kira-kira empat bulan sebelum mesin cetak kedua tiba, bangunan tambahan Betel yang baru dijadwalkan untuk ditahbiskan. Beberapa menyatakan keraguan bahwa pekerjaan konstruksi akan selesai pada waktunya. Tetapi jawaban Fred Wilson, pengawas cabang, adalah, ”Kalian belum kenal saudara-saudara kita.” Mereka melakukan pekerjaan mereka dengan sepenuh hati, bekerja hingga larut malam, juga pada hari Sabtu dan Minggu. Pada tanggal 17 Maret 1973, hari penahbisan, mereka masih melakukan pekerjaan penyelesaian tahap akhir. Pada tengah harinya, semuanya siap! Muatan truk sampah terakhir keluar dari gerbang belakang seraya para undangan mulai memasuki ruang lobi!
Nathan H. Knorr, yang pada waktu itu adalah presiden Lembaga Menara Pengawal, dan Max Larson, pengawas percetakan Brooklyn, hadir pada acara tersebut. Saudara Knorr memberikan khotbah penahbisan. Hari berikutnya, diadakan acara khusus selama tiga jam yang dihadiri oleh kumpulan orang sejumlah lebih dari 28.000, yang memadati Ibirapuera Gymnasium. Pada kesempatan itu, setelah berbicara mengenai pentingnya untuk mempertimbangkan ayat harian secara teratur, Saudara Knorr mengumumkan terbitnya 1973 Yearbook, yang dicetak untuk pertama kalinya dalam bahasa Portugis. (Sebelumnya, bahan yang digunakan sebagai dasar pembahasan ayat harian dalam bahasa Portugis muncul dalam The Watchtower.) Pembacaan dan pembahasan harian dari suatu bagian Firman Allah demikian adalah penting dalam kehidupan umat Yehuwa, selaras dengan apa yang dikatakan Yesus Kristus sendiri, ”Manusia harus hidup, bukan dari roti saja, tetapi dari setiap ucapan yang keluar melalui mulut Yehuwa.”—Mat. 4:4.
Kebaktian Internasional ”Kemenangan Ilahi”
Tahun 1973 ditutup dengan kebaktian terbesar yang pernah diselenggarakan di Brasil oleh umat Yehuwa, di Pacaembu Stadium di São Paulo pada tanggal 26-30 Desember. Sebuah balon raksasa yang mengumumkan temanya, ”Kemenangan Ilahi”, melayang di atas stadion tersebut. Acara tersebut menguatkan keyakinan mereka yang hadir bahwa kemenangan ilahi oleh Kerajaan Allah benar-benar akan mendatangkan berkat terbesar bagi umat manusia. Selama kebaktian itu sendiri, mereka menyaksikan bukti bahwa pendidikan mengenai kehendak Allah sebagaimana dicatat dalam Alkitab telah mengubah kehidupan puluhan ribu orang di Brasil. Dua puluh delapan tahun yang lalu, Saudara Knorr pernah berbicara kepada sejumlah 765 hadirin di gedung olahraga yang berdekatan. Pada kesempatan itu, sambil memandang ke stadion raksasa tersebut, ia mengatakan apakah mungkin suatu saat Saksi-Saksi Yehuwa di Brasil akan memenuhi fasilitas tersebut. Gagasan itu menjadi kenyataan pada tahun 1973, ketika Saudara Knorr berbicara kepada sejumlah 94.586 hadirin yang membanjiri stadion yang sama itu! Pada hari sebelumnya, 3.187 rohaniwan baru telah dibaptis. Kebaktian selama lima hari itu sendiri merupakan bukti dari kemenangan ilahi!
Para delegasi berdatangan dari segala penjuru negeri tersebut. Dari kota Manaus, ibu kota Negara Bagian Amazonas—kira-kira 4.000 kilometer jauhnya—ada tiga bus dan empat mobil yang mengangkut delegasi, kelompok pertama yang pernah melintasi Jalan Raya Trans-Amazon yang berbahaya. Kelompok yang lain mengadakan perjalanan sejauh lebih dari 3.000 kilometer dari Belém, di pantai sebelah utara, dan sebuah kereta api khusus serta lebih dari 180 bus membawa delegasi yang bersukacita dari Rio de Janeiro. Begitu besarnya publisitas sehingga gubernur negara bagian São Paulo dan wali kotanya mengunjungi lokasi kebaktian.
Mendapatkan kamar untuk ribuan delegasi ini merupakan tantangan, karena banyak dari antara mereka tidak mampu membayar akomodasi hotel. Hampir 21.000 permintaan kamar ditangani oleh Departemen Pemondokan. Selaras dengan nasihat Alkitab untuk ’mengikuti haluan suka menerima tamu dengan murah hati’, Saksi-Saksi dan yang lain-lainnya menyediakan kamar di rumah-rumah mereka. (Rm. 12:13) Lebih dari 6.000 delegasi mendapat akomodasi di Balai-Balai Kerajaan. Delegasi dari Amazonia semuanya ditempatkan di sebuah pabrik yang ditawarkan oleh suami seorang saudari. Kasur lipat dipinjamkan oleh Saksi-Saksi dan orang-orang berminat.
Dua bulan kemudian acara kebaktian yang sama diulangi di Salvador, Bahia, dengan hadirin 32.348 orang.
”Kamu Hendaknya Membuktikan Dirimu Kudus”
Meskipun Saksi-Saksi Yehuwa telah memandang penggunaan tembakau dengan perasaan tidak senang, keseriusan akan hal ini belum sepenuhnya dipahami sampai tahun 1973. Jadi beberapa Saksi-Saksi terus merokok meskipun mereka telah dibaptis. Akan tetapi, pada waktu yang telah ditentukan-Nya, Yehuwa membantu hamba-hamba-Nya memahami prinsip-prinsip Alkitab yang mempengaruhi sikap mereka terhadap kebiasaan itu. (2 Kor. 7:1; Gal. 5:19-21, catatan kaki NW bahasa Inggris) Menara Pengawal terbitan 1 Desember 1973 (dalam bahasa Portugis), menunjukkan bahwa, sejak saat itu, semua yang ingin dibaptis harus menghentikan penggunaan tembakau. Mereka yang telah dibaptis dan yang masih merokok diberikan waktu enam bulan untuk menghentikan kebiasaan tersebut jika mereka ingin terus menjadi bagian dari sidang.
Karena termotivasi dengan tepat, mayoritas sanggup membebaskan diri dari kebiasaan yang kotor tersebut. Seorang saudara yang masih merokok pada waktu itu, meskipun dibaptis pada tahun 1964, bernalar bahwa jika orang lain sanggup berhenti karena alasan kesehatan, betapa lebih banyak alasan baginya untuk berhenti agar dapat terus melayani Yehuwa. Memang ada beberapa yang dipecat, tetapi beberapa dari antara mereka ini akhirnya mengubah pikiran dan hati, berhenti merokok, dan diterima kembali. Dengan cara ini, umat Yehuwa terus menyesuaikan diri mereka kepada standar kekudusan Allah yang tinggi.—Im. 19:2; 1 Ptr. 1:16.
Apakah Waktu Hampir Habis?
Dengan maksud membantu orang-orang melihat kebutuhan mendesak untuk berpihak kepada Yehuwa dalam sengketa kedaulatan, suatu pembagian risalah Berita Kerajaan yang intensif diupayakan selama tahun 1970-an. Is Time Running Out for Mankind? merupakan judul dari Berita Kerajaan No. 16. Amaro Santos, yang telah melayani di Betel selama 25 tahun, menjelaskan, ”Lembaga mengirimkan kepada setiap sidang sejumlah 100 risalah bagi setiap penyiar, untuk dibagikan secara gratis hanya dalam waktu sepuluh hari, dari tanggal 22 hingga 31 Maret 1974. Risalah tersebut dicetak dalam gaya yang menarik perhatian bahkan mereka yang biasanya tidak mempedulikan berita Kerajaan. Lebih dari 7.000 penyiar baru bergabung dengan Saksi-Saksi yang lain dalam membagikan delapan juta risalah.”
Beberapa yang menerima risalah tersebut segera mengambil tindakan atas apa yang mereka baca. Itulah yang dilakukan oleh seorang mahasiswa berusia 22 tahun di São Paulo. Terkesan akan mendesaknya keadaan, ia setuju untuk mempelajari Alkitab dengan alat bantu buku Kebenaran yang Membimbing kepada Hidup yang Kekal. Segera ia mulai berbicara kepada orang-orang lain di perguruan tinggi tentang apa yang sedang ia pelajari, dan tiga bulan kemudian ia ambil bagian dalam pembagian yang khusus dari risalah lain.
Upaya yang sungguh-sungguh dikerahkan untuk mencapai orang-orang di daerah-daerah yang terpencil. Para penyiar muda dengan senang hati mengambil bagian. Sehubungan dengan apa yang dikerjakan dua dari antara kaum muda demikian di negara bagian Rio Grande do Sul, Belarmino Colla, yang pada waktu itu berusia 15 tahun, menulis, ”Kami meninggalkan rumah pada pukul 6.00, dan karena rumah-rumah jauh terpisah, kami tidak bertemu seorang pun hingga pukul 10.00. Kadang-kadang kami harus berjalan kaki karena mustahil menunggang kuda di jalan setapak. Kami bekerja hingga pukul 20.30 dan kemudian bermalam di rumah seorang peminat. Pada pukul tujuh pagi berikutnya, kami mulai lagi, bekerja hingga pukul 15.00, dan kemudian kami pulang ke rumah, tiba pada tengah malam. Dalam waktu dua hari, kami telah menempuh 90 kilometer dan menempatkan hanya 30 risalah.” Para pemberita Kerajaan ini mengakui bahwa berita yang sedang mereka sampaikan meletakkan di hadapan orang-orang suatu kesempatan yang dapat berarti kehidupan abadi dan bahwa jutaan orang di Brasil membutuhkan kesempatan tersebut untuk mendapatkan manfaat darinya. Mereka merasakan desakan yang ditunjukkan oleh judul risalah No. 16 tersebut.
’Mustahil Menghindar dari Saksi-Saksi’
Pada tahun 1974, Edivaldo Gil da Silva dan istrinya, Marli, yang ketika itu adalah perintis istimewa, mengatur untuk mengadakan pengajaran Alkitab dua kali sebulan dengan seorang wanita yang tinggal di sebuah perladangan terpencil dekat Ribeirão Prêto, Negara Bagian São Paulo. Untuk mencapainya, mereka harus menumpang sebuah truk susu pada pukul 4.00 dan kemudian berjalan lagi sejauh 10 kilometer. Pengajaran tersebut berjalan baik selama beberapa bulan hingga sang suami mulai menentang. Ia bahkan memindahkan keluarganya tanpa meninggalkan alamat mereka yang baru.
Pada sebuah kebaktian distrik delapan tahun kemudian, sepasang suami-istri menghampiri Edivaldo dan Marli serta bertanya, ”Masih ingat kami? Kamilah pasangan yang kalian kunjungi di perladangan.” Sang suami menjelaskan bahwa ia telah pindah untuk lari dari Saksi-Saksi Yehuwa. Akan tetapi, sewaktu mereka tiba di rumah baru mereka dan bahkan sebelum mereka membongkar perabotan mereka dari truk, dua Saksi muncul dan berbicara kepada mereka tentang maksud-tujuan Allah bagi umat manusia. Ini membuat sang pria berpikir. Ia menerima pengajaran Alkitab dan membuat kemajuan yang bagus; beberapa bulan kemudian ia dan istrinya dibaptis.
Kunjungan yang Menyegarkan secara Rohani
Pada bulan September 1974, sebuah acara khusus dinikmati oleh saudara-saudara di São Paulo. Apakah itu? Kunjungan Frederick W. Franz, yang pada waktu itu adalah wakil presiden Lembaga Menara Pengawal. Ini bukanlah kunjungannya yang pertama kali ke Brasil. Bersama Saudara Knorr, ia pernah melayani dalam suatu acara kebaktian di São Paulo pada tahun 1945. Akan tetapi, kali ini ia ditemani Karl Klein, yang tidak lama setelah itu mulai melayani bersamanya dalam Badan Pimpinan dari Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka menghabiskan tiga hari cuti di São Paulo, tetapi mereka juga merasa senang untuk memberikan ”karunia rohani” kepada saudara-saudara Kristen mereka. (Rm. 1:11, 12) Apa lagi yang lebih menyenangkan selain pembahasan mengenai perkara-perkara rohani? Segera, pengaturan dibuat untuk sebuah pertemuan khusus di sebuah teater. Seluruhnya, ada 2.000 orang yang hadir.
Massasue Kikuta, yang telah menjadi anggota staf cabang sejak tahun 1967, mengingat, ”Saudara Franz mengejutkan semua orang dengan menyampaikan khotbahnya dalam bahasa Portugis yang fasih. Tanpa menggunakan Alkitab atau sebuah catatan pun (karena penglihatannya mulai rusak), ia mengutip dan menjelaskan keseluruhan Mazmur 91, ayat demi ayat, selama lebih dari dua jam, walaupun ia telah berusia 80 tahun.” Belakangan diketahui bahwa ia melakukan hal yang sama dalam bahasa Spanyol bagi saudara-saudara di Paraguay!
Sebelas Yatim Piatu Belajar Kebenaran
Kira-kira pada waktu yang sama, sebuah keluarga di negara bagian Goiás secara mendesak membutuhkan bantuan untuk memahami alasan penderitaan manusia dan tujuan kehidupan yang sebenarnya. Ayah mereka, yang merasa tertekan karena problem finansial yang serius, telah bunuh diri, dan beberapa bulan kemudian, ibu mereka meninggal karena serangan jantung. Anggota keluarga Vinhal yang masih hidup menjadi yatim piatu—semuanya berjumlah 11. Sewaktu malapetaka tersebut menimpa keluarga mereka pada tahun 1974, yang sulung berusia 17 tahun dan yang bungsu baru berusia 40 hari. Dengan tekad dan kerja keras, lima dari mereka dapat tinggal bersama, tetapi enam anak yang paling muda harus dititipkan kepada famili mereka. Mencoba untuk menghibur mereka, beberapa orang mengatakan bahwa tragedi mereka adalah kehendak Allah. Tentu saja, ini hanya membuat mereka merasa lebih tertekan.
Yang sulung, Maria Lucia, memiliki pertanyaan yang serius tentang Allah dan tentang Gereja Katolik. Sewaktu ia mendengar seorang Saksi menawarkan pengajaran Alkitab secara gratis kepada salah seorang rekan kerjanya, minatnya timbul. Mengamati minatnya, seorang rekan sekerja menghadiahkannya buku Kebenaran yang Membimbing kepada Hidup yang Kekal. Sewaktu Maria Lucia kembali melihat Saksi tersebut beberapa hari kemudian, ia dengan sungguh-sungguh meminta kursus Alkitab secara gratis yang telah ditawarkan kepada rekan kerjanya. Janji akan kebangkitan, yang dipaparkan dalam kata-kata Yesus yang dicatat di Yohanes 5:28, 29, memenuhi dirinya dengan harapan. Mengetahui apa yang Alkitab katakan tentang mengapa Allah mengizinkan kejahatan membantunya untuk menghargai bahwa Ia tidak melupakan mereka. Pada waktunya, semua kecuali yang bungsu hidup bersama kembali sebagai satu keluarga. Mereka menganjurkan satu sama lain secara rohani. Ke-11 anak tersebut semuanya belajar Alkitab dan dibaptis. Dari Alkitab mereka mempelajari prinsip-prinsip tingkah laku Kristen. Secara rohani, mereka tidak lagi yatim piatu; mereka telah memperoleh ”saudara-saudara lelaki dan saudara-saudara perempuan dan ibu-ibu” seratus kali lipat. (Mrk. 10:29, 30) Sekarang ini, salah satu dari saudari-saudari itu menjadi perintis istimewa, yang lainnya menjadi utusan injil di Paraguay, dan Paulo melayani di Betel Brasil bersama istrinya.
100.000 Penyiar!
Selama bertahun-tahun, terdapat kenaikan jumlah penyiar Kerajaan secara pasti. Pada tahun dinas 1959 terdapat kenaikan 23 persen dari tahun sebelumnya. Selama dekade berikutnya, persentase kenaikan menurun, berkisar antara 9 hingga 14 persen. Kemudian pada tahun 1975, jumlah orang yang dibaptis meningkat menjadi 16.789, dan untuk pertama kalinya, jumlah penyiar melebihi angka 100.000, dengan peningkatan 17 persen dari tahun sebelumnya. Juga untuk pertama kalinya, jumlah perintis istimewa di ladang melewati angka 1.000, seraya lebih ditandaskan kepada pekerjaan di daerah yang terpencil dan jarang dikerjakan. Meskipun tingkat pertambahan berkurang pada dekade berikutnya, pekerjaan pengabaran terus bergerak maju. Dan lebih banyak pertambahan sedang berlangsung.
Pada waktu itu, Brasil memiliki lebih dari 100 juta penduduk, dan kira-kira 20 persen dari mereka tidak dicapai oleh kabar baik secara tetap tentu. Banyak dari mereka hidup di kota yang lebih kecil dan jauh dari kota-kota besar. Dalam upaya untuk mencapai orang-orang ini dan untuk mengatur perhimpunan di tempat yang memiliki cukup minat, Badan Pimpinan menyetujui untuk menugaskan perintis istimewa sementara sebagai tambahan kepada 1.000 perintis yang telah melayani sebagai perintis istimewa. Pada mulanya, beberapa ditugaskan selama tiga bulan; kemudian jangka waktunya diperpanjang. Yang pertama dari antara perintis-perintis istimewa sementara ini ditugaskan pada bulan November 1985, sewaktu 128 dikirim ke 113 kota yang berbeda. Hasilnya sangat menganjurkan.
Di sebuah kota di Goiás, ketika para perintis mengadakan kunjungan kembali kepada seorang wanita yang telah meminta sebuah salinan Terjemahan Dunia Baru, mereka menemukannya sedang menangis. Mengapa? Ia telah diberi tahu bahwa ia tidak boleh membaca Alkitab tersebut, karena di dalamnya terdapat nama Allah yang lain—Yehuwa. Tetapi sewaktu dibantu untuk menyelidiki perkara tersebut, ia dan teman-temannya mengetahui bahwa nama Yehuwa juga muncul di beberapa tempat dalam Alkitab mereka sendiri. Ia amat marah terhadap pastor di gerejanya. Sebagai hasilnya, 45 pengajaran Alkitab yang baru dimulai!
Di negara bagian Piauí, seorang pria ditemukan sedang haus akan air kebenaran. Sebelum dihubungi oleh para perintis, ia telah membaca bagian-bagian dari buku Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi yang dipinjamnya. Ia sangat antusias akan apa yang sedang dibacanya sehingga memutuskan untuk membuat salinan buku tersebut dengan tulisan tangan. Ketika para perintis menghubunginya, ia telah menyalin 21 pasal. Betapa senangnya ia sewaktu menerima salinan tercetak buku tersebut sebagai milik pribadinya dan mendapat pengajaran Alkitab yang teratur dengan buku tersebut!
Dua saudari perintis yang melayani di negara bagian Sergipe menghadapi banyak tantangan dari seorang diaken gereja yang sedang menggantikan imamnya. Apa hasilnya? Diaken tersebut mengumumkan kepada masyarakat melalui pengeras suara bahwa Yehuwa bukanlah nama Allah melainkan nama yang dikarang oleh sebuah sekte Amerika. Hal ini hanya membangkitkan minat dari banyak anggota gereja, dan dalam waktu singkat para perintis memimpin 67 pengajaran Alkitab di rumah!
Di Rio Grande do Norte, para perintis memulai sebuah pengajaran dengan seorang wanita yang begitu menikmati pengajaran pertamanya sehingga ia mengundang para tetangganya untuk menghadiri pengajaran yang berikutnya. Ia mempersiapkannya dengan meminjam lima bangku panjang dari sekolah. Tiga puluh orang hadir, tetapi lebih banyak yang ingin ikut, jadi pengajaran tersebut diteruskan di halaman sekolah.
Di sebuah kota kecil di Mato Grosso do Sul, seorang dokter dan istrinya belajar Alkitab dan, pada waktunya, mulai ambil bagian dalam dinas pengabaran. Kota itu digemparkan sewaktu melihat sang dokter pergi dari rumah ke rumah untuk berbicara mengenai Alkitab. Sewaktu para perintis yang telah memberi pengajaran kepada pasangan ini harus berangkat, dokter dan istrinya merupakan satu-satunya Saksi-Saksi yang aktif di sana. Mereka melayani sebagai perintis ekstra dan kemudian sebagai perintis biasa. Pada mulanya, perhimpunan yang mereka adakan hanya dihadiri oleh mereka berdua saja, tetapi pada waktunya, sebuah sidang dengan sepuluh penyiar terbentuk. Sekarang pasangan itu melayani di Betel Brasil.
Balai Kebaktian yang Pertama
Seraya jumlah Saksi-Saksi Yehuwa bertambah di seluruh negeri, keadaannya semakin sulit untuk mendapatkan tempat yang cocok bagi kita untuk mengadakan kebaktian. Upaya pertama untuk mendapatkan suatu tempat sendiri adalah di Salvador, Bahia, dengan iklim tropis yang teduh sepanjang tahun. Pada tahun 1975, sebuah amfiteater setengah tertutup berisi bangku-bangku beton yang memadai untuk 4.000 orang dibangun di suatu lereng sebuah lembah. Ini kemudian disebut Taman Kebaktian. Kemudian pada tahun yang sama, pembangunan Balai Kebaktian dimulai di sebuah daerah hutan yang indah di Ribeirão Pires, São Paulo, kira-kira 40 kilometer dari kota São Paulo. Beberapa tahun kemudian, balai yang lain dibangun di samping yang pertama dan dihubungkan dengan televisi sirkuit tertutup. Kedua balai ini memiliki jumlah keseluruhan 3.300 tempat duduk. Pada tahun 1979, pembangunan Balai Kebaktian kedua dimulai di Duque de Caxias, dekat Rio de Janeiro.
Mereka yang bekerja dalam pembangunan Balai-Balai Kebaktian ini memperlihatkan semangat yang antusias. Semangat yang bagus ini mengimbangi kurangnya pengalaman dan kurangnya mesin serta peralatan yang tepat. Misalnya, di Ribeirão Pires, lubang-lubang sedalam 7 meter harus digali untuk mencapai tanah yang padat sebagai dasar bagi fondasi. Sebuah mesin pengeruk digunakan, tetapi ini hanya dapat dipakai hingga setengah dari kedalaman yang diperlukan. Sisanya harus dikerjakan dengan beliung dan sekop. Lebih dari 20 lubang demikian harus digali.
Bagaimana halnya dengan mencampur dan menuang beton? Tidak ada pabrik beton atau truk pencampur beton yang tersedia untuk proyek di Ribeirão Pires. Natal Batulevicins, seorang anggota keluarga Betel, mengenang kembali, ”Beton tersebut dicampur dalam dua pencampur semen tua yang diisi secara manual dan dibawa dengan gerobak dorong ke daerah yang sedang dibeton. Terdapat barisan 20 hingga 30 sukarelawan yang mendorong gerobak-gerobak itu. Untuk daerah-daerah yang tinggi dan sulit dicapai, orang kedua membantu menarik gerobak-gerobak tersebut dengan kait. Untuk lantai beton, semua sukarelawan—termasuk mereka yang dari departemen administrasi—ambil bagian di dalamnya, yang kadang-kadang memakan waktu 24 jam.”
Administrasi Baru
Bagi Saksi-Saksi Yehuwa di seluas dunia, tahun 1976 menandai pergantian yang penting dalam struktur organisasi kantor cabang. Pada tanggal 1 Februari tahun itu, pengaturan Panitia Cabang mulai berjalan. Sebaliknya daripada satu pengawas, sebuah panitia yang terdiri dari saudara-saudara yang matang secara rohani ditugaskan untuk mewakili Badan Pimpinan dalam mengawasi pekerjaan di setiap negeri. Semua anggotanya adalah pria-pria yang matang secara rohani, gembala-gembala dari kawanan Allah.
Di Brasil, panitia tersebut mula-mula terdiri dari tujuh anggota: Massasue Kikuta, John Kushnir, Augusto Machado, Karl Rietz, Amaro Santos, Heinrich Selbert, dan Fred Wilson. Pada tahun berikutnya, Saudara Selbert harus meninggalkan Brasil karena tanggung jawab keluarga, dan Saudara Kushnir meninggal pada tahun 1988. Yang lainnya terus melayani dalam panitia tersebut, dan pada tahun 1995, Östen Gustavsson dilantik sebagai anggota panitia yang keenam. Menjelang akhir tahun 1976, beberapa anggota Panitia Cabang Brasil, bersama dengan wakil-wakil cabang lainnya di seputar dunia, ambil bagian dalam pertemuan yang diadakan di New York oleh Badan Pimpinan. Pertemuan tersebut bertujuan untuk lebih sepenuhnya memperkenalkan para anggota panitia beserta tanggung jawab mereka, dengan para anggota dari Badan Pimpinan, dan dengan kantor pusat sedunia.
Memperoleh Lebih Banyak Manfaat dari Kebaktian
Juga pada tahun 1976 perhatian mulai diberikan kepada kebutuhan untuk memperbaiki tata suara yang digunakan di kebaktian. Sebelumnya, alat penguat suara, pengeras suara, dan pengeras suara berbentuk corong yang dirancang untuk ruangan kecil telah digunakan. Kadang-kadang beberapa tipe yang berbeda—beberapa darinya cukup tua—telah digunakan pada suatu kesempatan. Hasilnya? Reproduksi suara yang kurang baik dan banyaknya gangguan teknis selama acara.
Dibutuhkan pekerjaan bertahun-tahun dan banyak peralatan yang baru untuk memperbaiki situasi ini. Sekarang, di kebanyakan kebaktian, setiap orang yang hadir dapat mendengar dengan jelas dan menikmati acara rohani. Hal ini penting sewaktu kami menyadari bahwa pada tahun 1995, terdapat 158 kebaktian distrik yang diadakan di 82 kota yang berbeda dan bahwa ke-724.849 orang yang hadir telah menghabiskan banyak waktu, tenaga, dan sumber daya untuk hadir. Mereka layak mendapat tata suara yang terbaik sehingga dapat sepenuhnya mengambil manfaat dari acara tersebut. Karena hasilnya menggembirakan, seorang pengawas wilayah di Rio Grande do Norte menulis pada tahun 1994, ”Sungguh menyenangkan untuk memberi tahu kalian bahwa pada kebaktian kami suaranya bagus sekali, dan sebagai hasilnya, saudara-saudara sangat memperhatikan dan membuat banyak catatan.”
Tetapi bagaimana dengan kualitas suara di Balai-Balai Kerajaan di seluruh negeri? Pada tahun 1993, lebih dari 100 acara istimewa diadakan di seluas negeri untuk memberikan saran-saran praktis mengenai cara memperbaiki kualitas suara untuk perhimpunan-perhimpunan sidang. Lebih dari 9.000 saudara menghadiri khotbah-khotbah ini, dan seorang instruktur menceritakan, ”Khotbah di Floriano, Piauí, diadakan selama musim kemarau yang parah, dan saudara-saudara sedang dalam kesulitan secara finansial. Akan tetapi, semua yang diundang hadir! Beberapa telah mengadakan perjalanan selama lebih dari 12 jam untuk hadir.”
Kebebasan Diabaikan di Cachoeiras de Macacu
Kadang-kadang, timbul rintangan karena kesalahpahaman di pihak para pejabat. Pada hari Minggu tanggal 13 Juni 1976, polisi menyegel Balai Kerajaan di Cachoeiras de Macacu, di negara bagian Rio de Janeiro, karena suatu perintah yang dikeluarkan oleh seorang hakim di sana. Semua kegiatan pemberitaan Kerajaan juga dilarang di kota praja tersebut. Apa alasannya?
Dua hari sebelumnya, seorang pemuda berusia 17 tahun secara tidak sengaja mencederai dirinya sendiri dengan sebuah pistol. Ia dibawa ke rumah sakit dan didiagnosis menderita hemoragi internal dan anemia akut. Ayahnya meminta dokter untuk melakukan apa pun untuk menyelamatkan anaknya tetapi tanpa menggunakan transfusi darah. Sayang sekali, pria muda tersebut meninggal selama operasi meskipun telah diberikan transfusi darah, bertentangan dengan permintaan yang telah dinyatakan ayahnya. Penyelidikan pengadilan diadakan untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab. Laporan berita yang simpang-siur mempengaruhi keputusan tersebut, dan hasilnya adalah perintah untuk menutup Balai Kerajaan. Dibantu oleh empat pengacara, Ladislau Lehký, pengawas sidang setempat, mengajukan permintaan pembatalan. Permintaan itu akhirnya didengar pada tanggal 26 Oktober. Saudara Orlando do N. Paula, salah satu dari para pengacara, menggunakan kesempatan yang ada untuk menyajikan presentasi lisan dari kasus tersebut dengan cepat. Para hakim sepakat untuk mengabulkan keputusan itu, dengan demikian membatalkan perintah yang pertama dan memungkinkan penggunaan Balai Kerajaan kembali dan untuk meneruskan pekerjaan pemberitaan Kerajaan. Kebebasan agama telah ditegaskan kembali!
Pada Kebaktian Distrik ”Para Pekerja yang Bersukacita” tahun berikutnya, disampaikan sebuah ceramah yang kembali menekankan tuntutan Yehuwa agar darah diperlakukan sebagai sesuatu yang suci. (Im. 17:10, 11; Kis. 15:28, 29) Pada kesempatan itu, buku kecil Jehovah’s Witnesses and the Question of Blood diperkenalkan, dan selama bulan April dan Mei 1978, sebuah kampanye dilakukan untuk menempatkannya kepada para hakim, pengacara, dokter, perawat, dan pengurus rumah sakit dalam upaya untuk membantu mereka mengerti dan merespek posisi yang diambil oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Saudara-saudara dianjurkan untuk memberikan sebuah buku kecil kepada dokter keluarga mereka. Akan tetapi, selain itu, saudara-saudara ditugaskan untuk mengirimkan buku kecil tersebut beserta sepucuk surat kepada para dokter dan profesional lainnya yang mungkin tidak bertemu langsung dengan para penyiar. Terdapat lebih dari 70.000 dokter di Brasil. Ini merupakan proyek raksasa, dan selesai dengan sukses; tetapi masih banyak yang harus dilakukan. Di kemudian hari, perkara ini akan diberi perhatian lagi.
Persiapan untuk Lebih Banyak Pertambahan
Pertambahan lebih lanjut dalam jumlah pemberita Kerajaan, dan juga dalam jangkauan pekerjaan pengabaran mereka sedang berlangsung, dan persiapan harus dibuat untuk itu. (Bandingkan Yesaya 54:1-3.) Untuk menghasilkan lektur yang diperlukan, peralatan mesin cetak rotari harus diganti dengan mesin cetak ofset yang lebih modern dan lebih cepat. Dibutuhkan tempat kerja yang lebih besar. Dalam pengaturan darurat yang dibuat untuk mengurus kebutuhan ini, sebuah bangunan tambahan pada Balai Kebaktian di Ribeirão Pires dibangun pada tahun 1975. Ini menyediakan ruang penyimpanan untuk sebagian dari kertas kami. Akan tetapi, jelaslah bahwa kami harus menemukan properti yang lebih luas untuk memperluas Rumah Betel sekaligus kantor cabang dan percetakan.
Kemungkinan untuk membeli properti tambahan di sekeliling fasilitas yang sudah ada di São Paulo dipertimbangkan, tetapi karena adanya hukum pembagian daerah dan tingginya biaya properti, hal ini menjadi tidak praktis. Alternatif yang ada ialah memindahkan kantor cabang ke lokasi yang sama sekali baru. Badan Pimpinan merekomendasikan agar kami mencari properti di luar kota São Paulo. Setelah beberapa kemungkinan dipertimbangkan, sebuah properti seluas 115 hektar dibeli pada bulan Agustus 1977 di kota praja Cesário Lange, São Paulo, kira-kira 150 kilometer dari kota São Paulo.
’Rencana Kalian Terlalu Kecil!’
Segera setelah kami membeli properti tersebut, sebuah undangan disampaikan kepada para sukarelawan untuk membantu mempersiapkan tanah bagi pembangunan. Usulan-usulan pembangunan juga diserahkan kepada Badan Pimpinan. Kami berpikir bahwa dalam rencana kami terdapat cukup ruangan untuk perluasan yang akan dilakukan jauh di masa depan. Malahan, kami berpikir bahwa kami telah merencanakannya terlalu besar. Akan tetapi, jawaban dari Badan Pimpinan mengejutkan kami semua, ’Rencana kalian terlalu kecil! Seharusnya kalian membangun dua kali lipat lebih besar dari yang telah kalian rencanakan!’
Hasilnya adalah sebuah rencana dengan bangunan tempat tinggal dan ruang percetakan/kantor lima kali lebih besar daripada yang ada di São Paulo. Apakah ini diperlukan? Ya, sejak tahun 1977 jumlah Saksi-Saksi di Brasil telah bertambah empat kali lipat, dan jumlah jam yang dibaktikan dalam pelayanan setiap tahunnya kira-kira enam kali lipat dibandingkan pada tahun 1977.
Pengaturan dibuat agar sebuah perusahaan konstruksi membangun fasilitas cabang yang baru. Tetapi saudara-saudara kita juga ditugaskan untuk memperhatikan segi-segi pekerjaan yang penting. Paulo Tinoco Carneiro, seorang Saksi yang adalah insinyur sipil yang berpengalaman, bersama keluarganya pindah dari kota Salvador ke tempat yang berdekatan dengan lokasi pembangunan. Kira-kira 150 Saksi yang lain, termasuk beberapa anggota keluarga Betel, menyediakan bantuan, seperti membuat bingkai jendela aluminium dan mempersiapkan makanan untuk para pekerja, dan juga pemeliharaan dan pembersihan. Pada puncak pembangunan, makanan untuk tiga kali sehari dihidangkan kepada lebih dari 1.000 pekerja. Bukan pekerjaan yang mudah!
Banyaknya orang yang dipekerjakan oleh perusahaan pembangunan tersebut menjadi daerah pengabaran yang bagus sekali pada sore hari dan akhir pekan. Dalam satu bulan seorang saudara menempatkan lebih dari 80 eksemplar Buku Cerita Alkitab kepada para pekerja. Pengajaran Alkitab dimulai, dan enam pekerja membuat kemajuan hingga pembaptisan. Salah seorang sekarang melayani sebagai anggota dari keluarga Betel Brasil.
Memikul Tanggung Jawab Tambahan
Pembangunan fasilitas cabang baru membawa tanggung jawab tambahan. Max Larson, dari kantor pusat sedunia, berbicara mengenai hal ini selama kunjungannya ke Brasil pada tahun 1980. Dalam sebuah ceramah yang menggugah yang disampaikan di Pacaembu Stadium, di São Paulo, ia menekankan perlunya saudara-saudara di setiap negeri membiayai pekerjaan pemberitaan dan pembangunan percetakan dan rumah Betel di daerah masing-masing. Apakah mungkin bagi saudara-saudara di Brasil untuk memikul tanggung jawab itu? Brasil menghadapi krisis ekonomi yang serius, dengan laju inflasi dan tingkat pengangguran yang tinggi. Sekalipun demikian, tanggapan saudara-saudara bagus sekali. Sidang-sidang dan individu-individu menyumbang secara sukarela dan tetap tentu, sehingga pembangunan tersebut selesai dan peralatan yang dibutuhkan dipasang. Kemurahan hati yang diperlihatkan mengingatkan kepada salah satu semangat yang dinyatakan di Israel purba sewaktu rencana dibuat pada masa Raja Daud untuk pembangunan bait di Yerusalem.—1 Taw. 29:3-9.
Pemindahan ke-225 anggota keluarga Betel dan semua peralatan percetakan dari São Paulo ke Cesário Lange dimulai pada bulan Agustus 1980. Diperlukan lebih dari 160 muatan truk untuk memindahkan barang-barang. Kemudian tibalah saatnya pemasangan peralatan dan masa penyesuaian dengan lingkungan yang baru.
Acara penahbisan diadakan pada tanggal 21 Maret 1981. Lloyd Barry, salah seorang anggota Badan Pimpinan, hadir untuk menyampaikan khotbah penahbisan. Mengutip kata-kata yang indah dari Raja Salomo pada saat penahbisan bait di Yerusalem, Saudara Barry membuatnya jelas bahwa semua pujian dan kemuliaan untuk bangunan-bangunan Betel yang bagus adalah milik Allah Yehuwa. Kemudian ia mengakhiri dengan mengatakan, ’Bangunan ini dibangun karena pertambahan dalam pekerjaan pengabaran. Jadi pekerjaan pengabaran layak mendapat perhatian yang tidak terbagi dari kalian semua.’
Selama bulan-bulan berikutnya, kelompok Saksi-Saksi dari seluruh bagian negeri tersebut datang untuk mengunjungi Betel. Dalam satu hari libur saja, 12.000 pengunjung tiba, dengan 300 bus dan puluhan mobil.
Mereka dapat menyaksikan bahwa lebih banyak yang terlibat di kantor cabang daripada menempati bangunan-bangunan baru. Langkah maju yang penting sedang dibuat dalam bidang pencetakan lektur Alkitab. Pada tahun 1981 edisi Menara Pengawal dan Sedarlah! berbahasa Spanyol mulai dicetak di Brasil untuk pengiriman ke negeri-negeri tetangga yang berbahasa Spanyol—Bolivia, Paraguay, dan Uruguay. Selain mencetak majalah, cabang Brasil juga mulai mencetak dan menjilid buku-buku untuk pengajaran Alkitab. Itu memerlukan banyak peralatan baru dan belajar keterampilan yang baru. Pada tahun 1981, jalur penjilidan percetakan yang baru mulai berfungsi, dan yang pertama dihasilkan adalah Yearbook untuk tahun 1982 dalam bahasa Portugis. Tak lama kemudian, jilid pertama dari empat jilid Aid to Bible Understanding dicetak dan dijilid. Dan mulai tahun 1987, buku yang paling penting dari semuanya keluar dari penjilidan itu—Alkitab, edisi New World Translation of the Holy Scriptures dalam bahasa Portugis.
Pengiriman dengan Truk-Truk Lembaga
Dengan tujuan mengurangi biaya pengiriman publikasi dan untuk menjamin tibanya publikasi ke sidang-sidang, sistem pengiriman dengan kendaraan Lembaga diperbesar pada tahun 1982. Pengaturan tersebut telah mulai beroperasi sejak tahun 1974, tetapi sekarang ini akan mencakup sidang-sidang di sebelah timur laut—beberapa dari antaranya menjangkau 3.000 kilometer.
Sekarang truk-truk Lembaga melakukan 463 pengiriman setiap tiga minggu, mencakup lebih dari 30.000 kilometer. Di bawah pengaturan ini lebih dari 4.600 sidang dilayani secara tetap tentu. Truk-truk mencakup 12 rute, yang paling jauh memerlukan 15 hari dan menjangkau 7.000 kilometer lebih. Para pengemudinya adalah anggota keluarga Betel. Saksi-Saksi di berbagai sidang di sepanjang jalan dengan murah hati menyediakan penginapan di rumah mereka, dan para pengemudi menghadiri perhimpunan sidang dengan saudara-saudara setempat sewaktu mereka berhenti untuk bermalam.
Mencapai Daerah Terpencil
Pemberitaan kabar baik terus mencapai daerah-daerah yang sedikit atau belum menerima pengabaran. Pada tahun 1976, Francisco Albuquerque dan istrinya melayani sebagai perintis istimewa di Tefé, di daerah Amazon. Mereka memanfaatkan waktu-waktu festival untuk mengabar kepada orang-orang yang datang ke kota dengan perahu. Pada suatu hari Francisco menempatkan buku Kebenaran yang Membimbing kepada Hidup yang Kekal kepada seorang salesman keliling yang masih muda dan menjelaskan cara mempelajarinya. Sewaktu mereka akhirnya bertemu kembali dua tahun kemudian, Francisco melihat bahwa pemuda tersebut telah mempelajari buku tersebut dan dengan pemahaman telah menggarisbawahi jawaban-jawabannya. Sebuah pengajaran Alkitab mingguan dimulai dengannya. Karena perjalanan perahu ke tempat tinggal pemuda itu memakan waktu dua jam, Francisco akan mengadakan perjalanan ke rumahnya dua kali, dan dua minggu berikutnya pemuda tersebut akan pergi ke rumah Francisco. Dalam waktu singkat, pemuda itu dan empat pria lain dibaptis. Pemuda tersebut mengubah salah satu kamar di rumahnya menjadi Balai Kerajaan, dan tak lama sesudah itu sebuah sidang terbentuk.
Pada tahun 1977, beberapa perintis istimewa yang mengabar di kota-kota kecil dan daerah-daerah pedesaan di bagian tengah negeri tersebut menggunakan karavan sebagai rumah. Salah seorang perintis itu, Jair Paiva Ferreira, yang sekarang adalah anggota keluarga Betel kami, mengisahkan, ”Kami memarkir karavan di kota strategis yang lebih besar dan dari sana menggunakan mobil untuk mengabar. Kami bangun dini hari, dan setelah sarapan yang menyegarkan, kami tiba di daerah pada jam 8.00. Setelah bekerja seharian, kami akan mencari sebuah tempat di dekat sebuah sungai, mandi, dan kemudian makan malam. Kami tidur di dalam mobil, terbangun hanya oleh suara angin dan jangkrik. Sungguh menyenangkan sewaktu bangun dan melihat burung kakaktua dan macaw beterbangan di dekat kami. Sehubungan dengan orang-orang di daerah, sungguh menghangatkan hati untuk mengamati betapa hausnya mereka akan kebenaran. Ada yang mengambil sebuah buku untuk setiap judul buku yang kami bawa. Dalam satu hari saya menempatkan 48 buku, dan dalam satu bulan saya mengadakan 109 kunjungan kembali dan masih belum sanggup menghubungi kembali semua orang yang berminat. Banyak pengajaran yang dimulai, dan meskipun banyak orang mempunyai kesulitan membaca, banyak yang menerima kebenaran.”
Perkawinan—Terhormat di Hadapan Allah dan Manusia
Selain kurangnya pendidikan dasar untuk membaca dan menulis, rintangan lain yang menghalangi kebanyakan orang untuk menjadikan kebenaran sebagai milik mereka adalah status perkawinan mereka. Beberapa tidak sanggup membayar untuk upacara perkawinan sipil sekaligus upacara perkawinan agama, jadi mereka memilih yang disebut belakangan, dan upacara ini tidak memiliki kekuatan hukum. Tentu saja, ketika orang-orang demikian mempelajari Alkitab, mereka belajar akan pentingnya untuk mengesahkan ikatan perkawinan mereka.—Ibr. 13:4, 18.
Di Uberlândia di negara bagian Minas Gerais, terdapat seorang wanita yang berada dalam situasi ini. Ia telah ”menikah” dalam suatu upacara Katolik tujuh tahun yang lalu, dan teman hidupnya tidak melihat pentingnya untuk mengesahkan ikatan mereka. Apa yang akan ia lakukan? Seraya membuat kemajuan dalam pemahaman akan Alkitab, ia memberi tahu teman hidupnya bahwa jika ikatan perkawinan mereka tidak disahkan, ia terpaksa meninggalkan teman hidupnya, meskipun ia tidak ingin melakukannya. Menyadari keseriusannya akan hal ini, akhirnya teman hidupnya setuju. Segera setelah perkawinan mereka, wanita ini dibaptis.
Hingga tahun 1977, tidak ada pengaturan untuk perceraian di Brasil. Jadi siapa pun yang telah menikah dan kemudian meninggalkan teman hidupnya dan menjalin ikatan dengan orang lain tidak dapat mengesahkan ikatan yang sekarang. Beberapa bahkan telah memiliki cucu dalam ikatan mereka yang kedua. Selaras dengan teladan Yehuwa sendiri untuk mengampuni dosa yang terjadi di masa lampau karena kurangnya pengetahuan, suatu kelonggaran dibuat oleh Badan Pimpinan bagi siswa-siswa Alkitab dalam situasi itu untuk dibaptis jika mereka menandatangani suatu pernyataan yang berisi ikrar kesetiaan kepada pasangan mereka dan berjanji untuk mengesahkan ikatan mereka jika memungkinkan. (Kis. 17:30; Rm. 3:25) Pada suatu waktu, ada cukup banyak pernyataan demikian dalam arsip Lembaga.
Salah satu kasus melibatkan seorang ibu dari 13 anak. Ia telah mempelajari Alkitab selama delapan tahun tetapi belum sanggup mengesahkan status perkawinannya. Kemudian ia menandatangani suatu pernyataan dan diterima untuk pembaptisan. Ketika anak-anaknya mengetahui apa yang termasuk dalam syarat pembaptisan ibu mereka, delapan dari antara mereka juga belajar Alkitab, dan kemudian lima dari mereka dibaptis dan yang lainnya mulai menghadiri perhimpunan.
Akhirnya, sebuah hukum perceraian ditetapkan, dan meskipun hukum tersebut menuntut suatu masa penantian selama tiga tahun sejak perpisahan resmi hingga perceraian, kebanyakan kasus dari mereka yang menandatangani ikrar kesetiaan dapat diselesaikan. Pada tahun 1988, pemerintah mengurangi masa penantian menjadi satu tahun.
Sekolah Khusus bagi Pelayanan
Pada tahun 1978 perhatian lebih lanjut diberikan kepada pelatihan para penatua sidang. Sejak tahun 1959, Sekolah Pelayanan Kerajaan telah menyediakan pelatihan khusus untuk mereka yang dilantik sebagai pengawas. Akan tetapi, pada tahun 1978 semua penatua di Brasil, yang pernah maupun yang belum mengikuti sekolah tersebut, diundang untuk mengambil manfaat dari sebuah acara sekolah khusus selama dua hari. Pada waktu itu mereka membahas dari Alkitab bagaimana caranya melakukan perbaikan sebagai gembala dan guru dari kawanan, cara-cara mengambil pimpinan dalam pekerjaan penginjilan, bagaimana menjaga sidang tetap bersih secara rohani dan moral, dan juga bagaimana bekerja sama sebagai badan penatua. Hampir 7.000 penatua hadir. Sejak itu, kursus-kursus lebih lanjut yang menyegarkan dalam Sekolah Pelayanan Kerajaan telah diadakan secara berkala.
Para hamba pelayanan tidak terlupakan. Kelas-kelas Sekolah Pelayanan Kerajaan juga diorganisasi untuk mereka di Brasil, dimulai pada tahun 1985. Dan sejak tahun 1988, di samping Balai-Balai Kerajaan, Balai-Balai Kebaktian dapat digunakan untuk sekolah tersebut, dengan demikian sejumlah besar penatua dan hamba pelayanan dapat menghadiri kursus tersebut bersama-sama. Kursus yang terakhir, pada tahun 1995, dihadiri oleh 22.092 penatua dan 27.544 hamba pelayanan. Sungguh suatu jumlah yang bagus dari pria-pria yang rela dan memenuhi syarat Alkitab untuk dipercayakan tanggung jawab dalam sidang!
Masih ada sekolah lain yang mulai beroperasi di Brasil pada tahun 1978—Sekolah Dinas Perintis. Kelas pertama, yang lamanya dua minggu, diadakan di Fortaleza, Ceará. Tujuan dari sekolah ini adalah untuk menguatkan hubungan para perintis dengan Yehuwa, membantu mereka berjalan mengikuti jejak kaki Yesus Kristus dengan lebih sepenuhnya, dan untuk memperbaiki keefektifan pelayanan mereka.
Catatan Lembaga menunjukkan bahwa selama 18 tahun terakhir, 1.650 kelas telah diadakan di Brasil dan 39.649 perintis biasa telah mengambil manfaat dari persediaan yang luar biasa ini. Pada tahun 1994 saja, dalam suatu upaya untuk membantu para perintis di seluruh negeri, 187 kelas diadakan di 107 kota dan desa yang berbeda.
Hal yang patut diperhatikan adalah upaya yang dibuat oleh beberapa perintis untuk menghadiri sekolah tersebut. Seorang saudari dengan suami yang tidak seiman bangun pada jam 5.00 setiap pagi untuk mengurus tugas-tugas rumah tangganya sebelum berangkat ke ruang kelas, dan kemudian segera pulang setelah kelas selesai untuk menjemput anak-anaknya yang pulang dari sekolah. Saudari yang lain ingin mengganti hari cutinya agar dapat menghadiri sekolah tersebut. Majikannya tidak setuju dengan hal ini, tetapi ia terus mencoba meyakinkannya. Jawabannya selalu sama, ”Tidak mungkin!” Akhirnya, setelah berdoa kepada Yehuwa, ia memberi tahu majikannya bahwa ia akan keluar dari pekerjaannya. Mengapa? Ia telah memutuskan untuk menghadiri sekolah itu. Terkesan oleh ketulusannya, sang majikan akhirnya setuju untuk mengganti hari cutinya.
Paulo Azevedo, instruktur dari kelas pertama, menyatakan dalam suatu wawancara, ”Sekolah Dinas Perintis membantu para perintis melihat daerah mereka dalam perspektif yang baru dengan menekankan pentingnya menunjukkan minat pribadi kepada penghuni rumah, mempertimbangkan masalah, keadaan, gagasan, dan kepercayaan sang penghuni rumah. Para perintis yang tetap mengingat ini setuju bahwa halnya seolah-olah mendapat daerah baru untuk dikerjakan.”
Para Utusan Injil untuk Brasil
Para utusan injil telah melakukan dinas yang tidak ternilai dalam mendirikan suatu struktur organisasi yang kokoh. Dua utusan injil yang pertama, lulusan dari kelas pertama Sekolah Gilead, tiba di Brasil pada tahun 1945. Hingga tahun 1967 jumlah lulusan Gilead telah bertambah hingga 76, dan mencapai puncak 117 pada tahun 1974. Beberapa melayani selama berpuluh-puluh tahun dalam pekerjaan wilayah dan distrik, seperti Richard dan Ruth Wuttke serta Eric dan Christina Britten. Selama bertahun-tahun, kira-kira 250 utusan injil dari 11 negeri telah melayani di sini.
Pada umumnya, orang-orang Brasil menunjukkan respek terhadap orang asing. Meskipun demikian, beradaptasi dengan negeri yang baru dengan perbedaan iklim, makanan, bahasa, dan kebiasaan menuntut tekad dan rasa humor. Sylvia Gustavsson, seorang utusan injil dari Swedia, mengenang, ”Kunjungan kembali pertama di Brasil dari suami saya, Östen, dan saya adalah sepasang suami-istri di Belo Horizonte, Minas Gerais. Setelah berbicara dengan mereka selama kira-kira satu jam, kami memberi tahu bahwa kami harus pergi. ’Kenapa buru-buru? Tinggallah sebentar lagi!’ adalah jawabannya. Kami berpikir bahwa mereka benar-benar berminat, jadi kami duduk kembali dan meneruskan kunjungan tersebut. Setengah jam kemudian, kami kembali memberi tahu bahwa kami harus pergi. ’Kenapa buru-buru? Tinggallah sebentar lagi!’ mereka mengulang. Ini terjadi sampai tiga kali, dan akhirnya kami pulang sewaktu hampir tengah malam! Drama ini berulang pada kunjungan-kunjungan berikutnya, sampai kami mengetahui bahwa pernyataan ’Kenapa buru-buru? Tinggallah sebentar lagi!’ hanyalah ungkapan yang sopan untuk menyatakan penghargaan atas suatu kunjungan, tanpa harus berarti bahwa seseorang harus tinggal lebih lama. Untunglah, minat pasangan tersebut akan kebenaran tulus!”
Para Utusan Injil dari Brasil ke Negeri-Negeri Lain
Ditinjau dari bantuan yang baik sekali dari para utusan injil yang telah datang ke Brasil, betapa bahagianya kami pada tahun 1982 sewaktu mengetahui bahwa saudara-saudara dari Brasil akan diundang untuk melayani sebagai utusan injil di negeri-negeri lain! Menjelang akhir tahun, tiga pasangan suami-istri telah ditugaskan ke Bolivia, dan sejak itu, 90 saudara dan saudari Brasil telah diundang untuk melayani sebagai utusan injil di Angola, Bolivia, Mozambik, dan Paraguay.
Beberapa dari para utusan injil Brasil ini telah dibantu untuk mengenal kebenaran oleh para utusan injil yang lain. Halnya demikian dengan Átila Carneiro, dari Belém. Ia telah merasa kecewa dengan agama. Sewaktu dihubungi oleh saudari utusan injil Delfina Munguia, ia menunjukkan minat akan kebenaran dan mulai menerima majalah secara teratur darinya. Setelah suatu waktu, utusan injil tersebut membuat pengaturan agar ia belajar Alkitab tiga kali seminggu dengan seorang saudara utusan injil. Setelah pelajaran yang kedua kali, Átila mulai berbicara kepada orang lain tentang apa yang sedang ia pelajari, dan bahkan sebelum pembaptisannya, ia memimpin tiga pengajaran Alkitab! Setelah dibaptis, ia melayani sebagai perintis biasa dan kemudian sebagai perintis istimewa. Sekarang ia dan istrinya adalah utusan injil di Mozambik.
Benjamim Silva dan istrinya, Iolanda, juga termasuk di antara para utusan injil Brasil yang melayani di Mozambik. Selama bertahun-tahun mereka telah merintis di Brasil bagian utara. Mereka berhasil menyatukan dua tanggung jawab yang besar—melayani sebagai perintis dan membesarkan seorang anak. Ketika anak perempuan mereka, Martha, menikah, sang orang-tua menyediakan diri mereka untuk melayani sebagai utusan injil. Martha terus merintis, dan berkat-berkat Yehuwa nyata dalam diri mereka bertiga.
Banjir di Selatan
Sejak abad pertama, orang-orang Kristen telah menyediakan bantuan materi untuk saudara-saudara mereka dalam masa kesukaran yang besar. (Kis. 11:29, 30) Negara bagian selatan Paraná, Santa Catarina, dan Rio Grande do Sul dihancurkan oleh banjir besar pada tahun 1983. Di Blumenau, Santa Catarina, air dari Sungai Itajaí-Açu naik hingga 16 meter dari biasanya, membanjiri hampir seluruh kota. Selaras dengan contoh yang ditetapkan oleh orang-orang Kristen pada abad pertama, Saksi-Saksi dari daerah lain menyumbangkan bantuan kemanusiaan—43 ton makanan dan 41 ton pakaian.
Keinginan untuk membantu dipertunjukkan oleh João Vicentim Carrer, seorang penatua di Campo Grande di negara bagian Mato Grosso do Sul, 1.400 kilometer jauhnya. Ketika ia melihat laporan televisi mengenai banjir tersebut, ia menelepon kantor Lembaga dan menanyakan bantuan apa yang dapat ia berikan. Bersama para penatua lainnya, ia mengumpulkan tiga ton makanan, pakaian, sepatu, dan obat-obatan yang disediakan oleh sidang-sidang di kota tersebut. Pada hari yang sama, ia dan putranya menempuh perjalanan ke Blumenau dengan membawa barang-barang bantuan kemanusiaan.
Luiz Bognar, seorang penatua di Blumenau yang ambil bagian dalam pembagian materi yang dikirimkan kepada mereka, menulis, ”Dengan bantuan saudara-saudara, kami memodifikasi sebuah perahu dengan menambahkan roda-roda sehingga dapat mengarungi air atau di tanah yang lebih tinggi yang menonjol ke luar dari sungai. Kami kemudian berangkat mencari saudara-saudara di tempat yang terpencil. Di beberapa tempat, karena tingginya air, kami harus memotong kabel-kabel listrik untuk dapat lewat. Kedua putra saya, berusia 10 dan 12 tahun, ikut bersama saya. Mereka adalah perenang yang baik. Saya juga mengetahui bahwa perahu-perahu dengan anak-anak lebih direspek daripada yang lain.”
Di salah satu rumah, mereka menemukan 16 orang yang telah terdampar selama sepuluh hari dan kehabisan persediaan makanan. Tepat sebelum perahu tersebut tiba, ketika mereka membahas ayat hari itu, salah satu saudara telah mengomentari bahwa Yehuwa akan menyediakan kebutuhan mereka pada waktu-Nya. Dan tepat seperti itulah yang terjadi. Di rumah yang lain, terdapat 22 orang yang telah terkurung di lantai atas dan loteng selama satu minggu. Ketika mereka mendengar suara sebuah perahu mendekat, mula-mula mereka berpikir bahwa itu mungkin adalah para pencuri; tetapi kemudian mereka mendengar seseorang memanggil, ”Saudara Walter Germer!” Rupanya saudara-saudara yang membawa bantuan. ”Ini adalah suatu kesaksian yang bagus bagi para tetangga yang bukan Saksi,” kenang Janis Duwe, salah seorang yang ada di dalam rumah itu dan yang sekarang adalah anggota keluarga Betel Brasil. Apa yang disediakan jauh melebihi kebutuhan mereka untuk satu atau dua hari. ”Beberapa bulan berlalu sebelum kami harus membeli makanan yang dapat disimpan,” katanya.
Semangat Merintis yang Menular
Meskipun Saksi-Saksi Yehuwa membantu satu sama lain secara materi sewaktu situasi yang mendesak muncul, kegiatan utama mereka adalah memberitakan kabar baik tentang Kerajaan Allah. Mereka mengetahui bahwa hanya Kerajaan itulah satu-satunya yang akan menyelesaikan untuk selama-lamanya problem-problem umat manusia yang tidak terhitung. Untuk menekankan pekerjaan ini, kantor Lembaga mengirimkan sepucuk surat pada tahun 1984 kepada setiap penyiar terbaptis di Brasil. Isinya dimulai dengan, ”Bersama ini kami mengulurkan suatu undangan kepada saudara-saudari untuk ambil bagian dalam dinas perintis ekstra pada bulan April.” Hal itu berarti membaktikan sekurang-kurangnya 60 jam selama bulan tersebut untuk membagikan kebenaran Alkitab kepada sesama mereka. Apakah undangan diterima? Puncak perintis ekstra sebelumnya telah mencapai 8.000 pada bulan April 1983, tetapi sebagai jawaban atas undangan ini, lebih dari 33.000 ambil bagian—21 persen dari jumlah penyiar secara keseluruhan! Dan sungguh suatu bulan dinas teokratis yang membahagiakan!
Upaya yang rajin benar-benar dibutuhkan. Seorang Saksi yang adalah pengemudi truk dan seorang lagi yang adalah tukang batu mengatur agar dapat berada dalam dinas pengabaran secara tetap tentu mulai pukul 18.30 hingga 20.30, setelah menyelesaikan pekerjaan duniawi mereka. Seorang saudari yang bekerja sebagai penjahit di rumah bangun pagi-pagi untuk menyelesaikan pekerjaannya sebelum berangkat untuk dinas pengabaran. Seorang ibu dari delapan anak—yang sulung berusia 12 tahun dan yang bungsu 5 bulan—dibantu oleh keluarganya, anak-anak yang lebih tua membantu mengurus yang lebih muda, dan suaminya menyiapkan makan malam. Di antara 12 penyiar di suatu sidang, 5 melayani sebagai perintis ekstra. Itu termasuk dua kepala keluarga, yang seorang dengan 10 anak dan yang lain dengan 14 anak. Keduanya tinggal kira-kira 15 kilometer dari kota. Mereka mengadakan perjalanan ke kota dua kali seminggu untuk ambil bagian dalam dinas pengabaran selama sembilan jam setiap harinya. Saudari lain, yang tidak sanggup berjalan, duduk di sebuah kursi di trotoar di depan rumahnya sehingga ia dapat menghubungi orang-orang yang lalu-lalang.
Setelah merasakan sukacita dari dinas ini, beberapa yang melayani sebagai perintis ekstra selama bulan itu mengajukan permohonan untuk dinas perintis biasa. (Mzm. 34:9) Pada bulan April 1984, terdaftar 3.500 perintis biasa. Enam bulan kemudian terdapat 4.200, dan setahun kemudian angkanya menjadi 5.400. Sekarang terdapat lebih dari 22.500 perintis biasa di negeri tersebut. Dan betapa besar sukacita yang dialami mereka seraya mereka ambil bagian dengan begitu sepenuhnya dalam pekerjaan paling penting yang sedang dilakukan di atas bumi dewasa ini!
Publikasi Simultan
Sebelum tahun 1984, bahan dalam majalah-majalah berbahasa Portugis kami diterbitkan enam bulan setelah edisi dalam bahasa Inggris muncul. Akan tetapi, pada tahun itu, dua mesin cetak ofset rotari dan juga MEPS (Sistem Phototypesetting Elektronik Multibahasa, yang dikembangkan oleh saudara-saudara di kantor pusat sedunia di New York) dipasang di Brasil. Bahan yang diterjemahkan dimasukkan secara langsung ke dalam komputer, dan program-program MEPS sangat mempercepat proses komposisi halaman. Paul Bauer, Erich Kattner, dan Franz Schredl diberi pelatihan di New York untuk memelihara dan mengoperasikan MEPS. Dengan demikian pada tahun 1984, bahan yang diterbitkan dalam bahasa Inggris mulai dicetak dalam bahasa Portugis secara simultan.
Mesin-mesin cetak ofset rotari, yang masing-masing dapat mencetak 32.000 majalah per jam, disumbangkan oleh saudara-saudara di Amerika Serikat. Harry Johnson, dari keluarga Betel Brooklyn, mengawasi pemasangannya. Hasil awalnya adalah publikasi simultan. Tidak lama kemudian, pencetakan dilakukan dalam empat warna dan di atas kertas yang kualitasnya lebih baik. Hasilnya baik sekali! Tidak pernah sebelumnya begitu banyak permintaan langganan majalah yang diterima dalam satu bulan—50.000 pada bulan Juni 1987. Jumlah langganan bertambah terus, mencapai suatu puncak 87.238 pada bulan April 1994. Sekarang setiap bulan kami mencetak rata-rata 3.500.000 majalah dalam bahasa Portugis dan Spanyol.
Para Pemelihara Integritas Berkumpul dalam Jumlah Sangat Besar
Peristiwa menonjol lainnya pada tahun 1985 adalah penggunaan dua stadion terbesar di Brasil secara simultan—Morumbi Stadium di São Paulo dan Maracanã Stadium di Rio de Janeiro—untuk Kebaktian Distrik kami, ”Para Pemelihara Integritas”. Kebaktian ini, yang diadakan pada tanggal 23-25 Agustus 1985, dihadiri oleh delegasi dari 11 negeri. Dua anggota Badan Pimpinan, John Barr dan Lyman Swingle, juga hadir.
Ceramah umum ”Waktu dan Musim Allah—Mereka Menunjuk ke Mana?” dipersembahkan oleh John Kushnir kepada hadirin yang berjumlah 162.941 di São Paulo dan oleh Augusto Machado kepada 86.410 hadirin di Rio de Janeiro—jumlah keseluruhan mendekati 250.000 orang! Jumlah tersebut hampir sebanyak yang hadir di New York pada tahun 1958 sewaktu para delegasi dari 123 negeri bertemu secara simultan di dua stadion di sana. Namun hal itu bukanlah jumlah keseluruhan dari kebaktian-kebaktian pada tahun 1985 di Brasil.
Selain dua kebaktian internasional ini, 23 kebaktian lain diadakan di berbagai bagian negeri, dengan jumlah hadirin seluruhnya 144.000, dan 1.192 yang dibaptis. Di antara mereka yang dibaptis terdapat seorang wanita dari São Leopoldo, Rio Grande do Sul, yang baru kehilangan seorang anak dalam suatu kecelakaan dan akibatnya ia berpaling kepada spiritisme. Akan tetapi, ia membaca brosur Unseen Spirits—Do They Help Us? Or Do They Harm Us? dan begitu terkesan oleh apa yang ia baca sehingga ia mencari Balai Kerajaan setempat. Di sana ia menerima tawaran untuk suatu pengajaran Alkitab dan membuat kemajuan pesat hingga pembaptisan. Sekarang, ia, suaminya, dan seorang cucu melayani Yehuwa.
’Pertemuan Bersama’ Tidak Soal Jarak
Saudara dan saudari Kristen kita di Brasil sungguh menghargai nasihat Alkitab untuk tidak meninggalkan pertemuan bersama, dan terlebih lagi demikian seraya mereka melihat hari Yehuwa mendekat. (Ibr. 10:24, 25) Kadang-kadang ini menuntut upaya yang cukup besar di pihak mereka. Seorang saudara di sidang di Fazenda Taquari, Bahia, meskipun lumpuh dan berusia 70 tahun, berjalan 8 kilometer untuk mencapai Balai Kerajaan. Saudara-saudara di Sidang Olindina, Bahia, berjalan 16 kilometer sambil menjinjing sebuah kantong plastik berisi pakaian-pakaian sehingga mereka dapat mengganti baju mereka yang basah sewaktu menyeberangi sungai. Di Pará, beberapa keluarga berjalan 6 kilometer melewati sebuah hutan tempat mereka sering menemukan jejak kaki macan tutul. Juga, di sidang di Repouso do Amatari, Amazonas, dua keluarga, yang terdiri dari 15 orang, berjalan menembus hutan dengan seorang dewasa berjalan di depan sambil memukul pohon dan tanah dengan sebatang tongkat untuk mengusir ular.
Seorang saudari yang hamil, sambil menggendong seorang anak di lengannya, berjalan 16 kilometer ke Balai Kerajaan di kota kecil Axixá, Tocantins, jika ia tidak mendapat tumpangan truk. Untuk membawa anak-anaknya yang masih kecil ke Balai Kerajaan, seorang saudari di Bahia menaruh mereka di dua keranjang besar, masing-masing bergantung di kedua sisi seekor keledai yang ia tuntun.
Pada waktu sebuah kebaktian wilayah di Cruzeiro do Sul, Acre, 37 orang dari sidang di Rio Badejo, Amazonas, hadir, meskipun sidang tersebut melaporkan hanya 9 penyiar. Kelompok tersebut berjalan selama delapan jam untuk dapat hadir. Di antara mereka terdapat seorang saudari dengan delapan anak, yang termuda berusia lima tahun. Juga, sepuluh saudara menempuh perjalanan sejauh 100 kilometer dengan sepeda untuk menghadiri kebaktian mereka di Floriano, Piauí. Mereka sungguh bersyukur atas persediaan rohani yang Yehuwa sediakan.
Para Gembala Kawanan yang Rela Berkorban
Pertambahan yang pesat dalam jumlah penyiar meningkatkan kebutuhan akan lebih banyak gembala rohani untuk memelihara kawanan Allah. (Kis. 20:28; 1 Ptr. 5:2) Tidak saja dibutuhkan para penatua untuk memelihara setiap sidang tetapi juga para pengawas yang memenuhi syarat yang dapat mengadakan perjalanan untuk menyediakan pengawasan yang pengasih atas wilayah dan distrik. Sejumlah saudara telah menyediakan diri mereka sebagai pengawas keliling selama lebih dari 30 tahun. Rata-rata dua belas wilayah baru terbentuk setiap tahunnya, dan sekarang terdapat 326 pengawas wilayah dan 21 pengawas distrik di ladang Brasil. Saudara-saudara ini memanifestasikan semangat yang bagus, dengan sukarela melayani di mana saja, tidak soal keadaannya.
Apa yang mungkin terlibat? Beberapa telah meninggalkan rumah yang nyaman, dan sekarang mereka dengan senang menerima akomodasi dengan berbagai kondisi di tempat saudara-saudara kita tinggal. Karena iklimnya tropis, mereka harus menghadapi nyamuk dan serangga lain. Karena udara yang panas, beberapa tidur di ranjang gantung sebaliknya daripada di tempat tidur. Terdapat rumah-rumah yang beratap tetapi tidak berdinding. Di daerah-daerah terpencil, transportasi mungkin hanya berupa perahu, kuda, bus reyot, atau berjalan kaki saja.
José Vertematti, yang melayani pada tahun 1970-an sebagai pengawas wilayah di Maranhão, menulis, ”Untuk mencapai sidang-sidang di Sítio Ceará dan Guimarães, istri saya, Mazolina, dan saya harus mengadakan perjalanan selama dua jam dengan perahu dan kemudian menunggu sarana transportasi apa pun yang lewat, karena tidak ada jasa bus. Beberapa kali kami menggunakan truk, Mazolina di sebelah sopir dan saya di atas muatan, yang termasuk babi, ayam, dan kambing atau karung-karung goni berisi tepung, beras, dan kacang. Apabila truk tersebut terjebak di lumpur, kami harus turun dan mendorong. Jika semua berjalan lancar, bagian dari perjalanan ini memakan waktu kira-kira lima jam. Kemudian kami berjalan selama empat jam lagi untuk mencapai Balai Kerajaan.” Saksi-Saksi setempat sangat menghargai kunjungan-kunjungan ini.
Untuk menghadiri perhimpunan-perhimpunan di Balai Kerajaan di Guimarães, beberapa saudara harus berjalan kira-kira 30 kilometer setiap minggu, yang memakan waktu lima atau enam jam. Selama kunjungan pengawas wilayah, mereka akan menginap di kota selama seluruh pekan untuk memperoleh manfaat sepenuhnya dari kunjungannya.
Terdapat wilayah-wilayah yang mencakup daerah yang luas dan penduduknya jarang. Misalnya, selama tahun 1980-an, sebuah wilayah mencakup negara bagian Acre, Rondônia, dan bagian-bagian dari Mato Grosso dan Amazonas, sebuah daerah yang luasnya sama dengan Spanyol. Sewaktu berada di wilayah itu, Adenir Almeida mengunjungi sidang di Lábrea, Amazonas, sebuah kota tempat banyak orang menderita penyakit Hansen, atau kusta. Untuk mencapainya, ia menempuh perjalanan selama empat jam dengan bus, bermalam di sebuah penginapan, dan keesokan paginya berangkat dengan delapan penumpang lain di atas sebuah truk bermuatan botol-botol minuman beralkohol. Setelah beberapa jam mengadakan perjalanan dalam cuaca yang panas, semuanya sangat haus. Satu-satunya minuman yang tersedia hanyalah yang ada dalam botol-botol tersebut. Saudara Almeida mengaku bahwa di bawah keadaan tersebut sulit untuk menolak tawaran dari yang lain untuk ikut minum dari botol-botol yang mereka curi secara kecil-kecilan dari muatan tersebut. Setelah perjalanan selama sepuluh jam di bawah terik matahari, dengan banyak debu dan kemudian hujan, akhirnya mereka tiba di Lábrea. Di sana, seluruh sidang langsung menyambutnya—dua perintis istimewa dan dua penyiar belum terbaptis! Pada hari Minggu, ia amat senang untuk membaptis kedua penyiar baru tersebut.
Bagi Wladimir Aleksandruk, seorang saudara lajang yang telah melayani sebagai pengawas keliling selama hampir 30 tahun, Salah satu akomodasi tempat ia bermalam adalah penjara setempat. Kejadiannya pada tahun 1972, pada waktu itu ia sedang mengunjungi seorang penyiar yang tinggal terpencil yang suaminya tidak seiman. Kota tersebut kecil, dan tidak ada hotel, jadi pengawas wilayah tersebut mengatur untuk bermalam di rumah tahanan. Sambil tertawa ia mengenang, ”Semua orang berpikir bahwa saya adalah kepala polisi yang baru, karena mereka melihat saya keluar masuk penjara kapan saja, dan saya mengenakan jas dan dasi. Pada awalnya, saya adalah satu-satunya penghuni, tetapi pada hari kedua, saya ditemani seorang pria yang telah mencuri seekor babi. Jadi saya dapat memberi kesaksian kepadanya.”
Para pengawas yang rela berkorban ini dengan senang hati mengakui bahwa ketidaknyamanan apa pun atau kurangnya privasi ditutupi oleh kasih yang hangat dan semangat yang tulus yang ditunjukkan oleh saudara-saudara.
Menuju ke Barat
Selama tahun 1980-an, banyak keluarga dari selatan memenuhi panggilan, ”Ayo ke barat, anak muda!” Mereka pindah ke bagian barat Brasil, khususnya ke Rondônia, guna mencari tanah yang cocok untuk digarap. Pemerintah menawarkan tanah tersebut dengan cuma-cuma. Jalan sepanjang 35 kilometer, yang disebut jalur, dibuka di dalam hutan, dan tanah di sepanjang kedua sisi ”jalur” ini dibuka bagi para pemukim. Ini menyediakan daerah yang baik sekali untuk memberi kesaksian!
Di Pimenta Bueno, Rondônia, seorang tukang cukur yang menganut salah satu agama evangelis membangun sebuah gereja. Akan tetapi, ia menjadi kesal sewaktu ia mengamati perbantahan di antara para pastor dari agamanya sendiri, masing-masing ingin ditugaskan ke gereja dengan hasil kolekte yang lebih banyak. Ia tidak pernah menerima kedatangan Saksi. Tetapi pada suatu hari sewaktu ia memperhatikan para perintis istimewa bekerja di sepanjang jalan, yang tampaknya sangat bahagia, ia merasa heran, ’Jika saya memiliki kebenaran, mengapa saya merasa begitu kesal? Dan jika mereka adalah ”nabi palsu”, mengapa mereka begitu bahagia?’ Ia mengunjungi para perintis tersebut—pada malam hari, sehingga tidak terlihat oleh yang lain—dan menerima pengajaran Alkitab. Terkesan oleh apa yang sedang ia pelajari, ia mengundang para perintis tersebut, Jonas dan Robson Barbosa de Souza, untuk mengabar kepada ke-30 anggota dari gerejanya. Beberapa menerima kebenaran, dan pada waktunya gereja tersebut ditutup. Tidak lama kemudian, gereja Katolik di daerah tersebut juga ditinggalkan, karena pria yang memimpin kebaktian gereja itu, dan keluarganya, juga menjadi Saksi-Saksi Yehuwa.
Pada saat kunjungan pengawas wilayah yang pertama ke sidang itu, sudah ada 49 penyiar, dan 280 orang menghadiri ceramah umum. Daerah tersebut kecil, dan dalam waktu singkat, semua penduduknya adalah Saksi-Saksi atau yang sedang belajar dengan mereka. Jadi para penyiar harus pergi ke permukiman tetangga dengan truk untuk mengabar. Mereka juga menggunakan truk (dengan penutup kain kanvas) untuk mengadakan perjalanan ke kebaktian-kebaktian di kota terdekat, Pôrto Velho, sejauh 600 kilometer.
Kawasan Amazon
Memberi kesaksian di kawasan Amazon menyuguhkan tantangan khusus, tetapi kebutuhan rohani dari orang-orang yang tinggal di sana tidak diabaikan. Ini adalah daerah yang lebih luas daripada Eropa Barat. Daerah hutan Brasil mencakup setengah dari luas keseluruhan negeri, tetapi penduduknya hanya berjumlah 9.000.000—kira-kira 6 persen dari penduduk Brasil. Beberapa bagian dari sungai-sungai di daerah ini benar-benar seperti laut. Misalnya, Sungai Negro, salah satu dari anak-anak sungai utama dari Sungai Amazon, lebarnya 18 kilometer di bagian yang berdekatan dengan Manaus, ibu kota negara bagian Amazon, dan muara dari saluran utama delta Sungai Amazon lebarnya 50 kilometer. Di antara sungai-sungai di dunia, Sungai Amazon dianggap sebagai rajanya sungai.
Di kawasan ini biasanya dibutuhkan beberapa hari untuk mengadakan perjalanan dengan perahu dari satu kota ke kota yang lain. Dua perintis istimewa yang ditugaskan ke Eirunepé, Amazonas, sebuah kota berpenduduk 20.000, menulis, ”Perjalanan ke daerah penugasan kami memakan waktu 13 hari dengan perahu. Kami menganggap perahu tersebut sebagai bagian dari daerah kami. Sewaktu berada di atas perahu, kami menempatkan beberapa publikasi dan memulai delapan pengajaran Alkitab, yang kami pimpin dua kali sehari.” Di Amazonia, terdapat 213 perintis istimewa yang sibuk membantu orang-orang untuk mendapat manfaat dari Firman Allah.
Naik Perahu-Perahu Lembaga
Sejak tahun 1991 beberapa perintis istimewa kita telah menggunakan perahu sebagai bagian dari perlengkapan tetap mereka dalam pelayanan. Pada tahun itu Lembaga menyediakan dua perahu untuk penggunaan demikian. Ada Boas Novas (Kabar Baik), yang mengarungi sungai-sungai Negro, Purus, Madeira, dan Solimões. Proclamador das Boas Novas (Pemberita Kabar Baik) mengelilingi Pulau Marajó—seluas Negeri Belanda—di muara Sungai Amazon.
Lima perintis istimewa ditugaskan ke setiap kapal. Sementara dua pasang perintis sedang berdinas, seorang perintis tinggal di kapal untuk mempersiapkan makanan dan melakukan pembersihan dan juga berjaga terhadap kemungkinan pembajakan. Tujuan utama adalah untuk mencapai para penduduk dari desa-desa kecil di tepi sungai dan lain-lainnya yang tinggal di gubuk-gubuk yang dibangun di atas pilar atau di rumah-rumah terapung.
”Entre!” (Masuk!) adalah sambutan yang hampir selalu didengar oleh para perintis sewaktu mereka mendekati rumah-rumah. Ini dilanjutkan dengan kesaksian selama 40 menit atau lebih. Para perintis tinggal selama hampir dua bulan di permukiman yang lebih besar, memimpin pengajaran Alkitab dengan orang-orang yang berminat, sering beberapa kali dalam seminggu. Khotbah umum dan pelajaran Menara Pengawal biasanya diadakan di sekolah atau di rumah pribadi. Perhimpunan lain diadakan di atas perahu. Jika orang-orang memperlihatkan keinginan yang tulus untuk melayani Yehuwa, para perintis istimewa ditugaskan untuk tinggal dan mengembangkan minat tersebut.
Kira-kira selama tiga jam perjalanan dengan perahu dari Manaus, di sekitar Janauacá, terdapat sebuah Balai Kebaktian yang unik yang dibangun oleh saudara-saudara setempat. Di sini, tidak ada masalah dalam memperoleh kamar-kamar untuk mereka yang datang ke kebaktian dari jauh. Banyak yang tinggal di rumah-rumah terapung, jadi mereka hanya menarik rumah mereka dengan perahu ke Balai Kebaktian, yang dibangun di atas sebuah pulau, ”memarkir” rumah mereka, dan turun ke kebaktian. Meskipun sidang-sidang setempat memiliki kurang dari 100 penyiar, hadirin pada kebaktian-kebaktian mencapai hampir 250 orang.
Orang-Orang Indian Dibantu Belajar Kebenaran
Orang-orang Indian, yang sudah sangat sering diperlakukan dengan kurang respek oleh orang-orang secara umum, terkesan sewaktu Saksi-Saksi Yehuwa benar-benar memperlakukan mereka dengan respek. Sejumlah orang Indian telah membuat kemajuan secara rohani hingga pembaptisan.—Kis. 10:34, 35.
Hamilton Vieira, yang melayani sebagai pengawas wilayah di sebuah daerah tempat orang-orang Indian tinggal, mengingat suatu pengalaman yang dialaminya bersama mereka. Dalam sebuah khotbah, ia mengutip Lukas 21:34-36, yang memperingatkan terhadap ”makan berlebihan dan minum berlebihan”. Mula-mula, ia membahas ”makan berlebihan”. Sewaktu hadirinnya merasa sukar mengerti apa maksudnya, ia menjelaskan. Orang-orang Indian tersebut tercengang dan kemudian mulai tertawa. Gagasan mengenai makan berlebihan sama sekali mustahil bagi mereka. Sebagai bagian dari jalan hidup mereka, orang-orang Indian akan mengepung ikan-ikan di salah satu sisi sungai tetapi kemudian hanya akan menangkap sebanyak yang mereka perlukan saat itu juga dan tidak lebih dari itu. Tetapi bagaimana dengan ”minum berlebihan”?
Sayang sekali, konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan adalah umum di antara penduduk Indian. Penyalahgunaan alkohol telah dianjurkan oleh orang-orang yang membelikan mereka minuman dan menganggapnya hiburan untuk menyaksikan tingkah laku mereka yang aneh sewaktu mabuk. Saudara Vieira dapat menjelaskan bahwa sama seperti makan terlalu banyak adalah suatu kebodohan, demikian juga halnya dengan minum terlalu banyak.
Di kawasan ini seorang pengunjung kadang-kadang harus berjalan di jalan sempit melalui hutan dan belajar menyeimbangkan diri sewaktu berjalan di atas batang pohon yang ditumbangkan seperti jembatan menyeberang sebuah sungai kecil. Batang-batang pohon ini biasanya basah dan licin. ”Berjalan di atasnya tidak mudah bagi saya,” kenang Saudara Vieira. ”Saudara-saudara setempat melakukannya tanpa kesulitan, begitu pula saudari-saudari yang bahkan sambil menggendong anak-anak di lengan mereka, juga membawakan tas-tas saya. Ini sungguh membuat saya malu, sementara saya berjuang untuk menjaga keseimbangan saya.”
Bantuan yang Tidak Terduga
Selama tahun 1970-an dan 1980-an, khotbah-khotbah umum yang disertai pertunjukan slide memainkan peranan penting dalam pemberitaan kabar baik. Pataíba, Bahia, hanya memiliki 1.500 penduduk dan sebuah sidang kecil, tetapi hadirin untuk pertunjukan slide berjumlah 1.572. Bagaimana mungkin? Moacyr Soares, sang pengawas wilayah menjelaskan, ”Karena Balai Kerajaan kecil, saya menyarankan para penatua agar mereka meminta izin dari wali kota untuk menggunakan pasar yang terletak di tanah lapang umum utama, di seberang gereja Katolik. Dengan izinnya, kami menyingkirkan kios-kios dan mendirikan auditorium. Minggu itu adalah ’Pekan Suci’, dan sebuah arak-arakan besar telah direncanakan untuk dimulai dari gereja tersebut pada pukul 18.00, saat mulainya khotbah umum kami. Orang-orang dari kota-kota yang berdekatan telah diundang, dan karena tidak ada imam yang tinggal di kota, seorang imam akan datang dari luar untuk memimpin arak-arakan itu. Akan tetapi, ban mobil sang imam kempes, dan ia tidak tiba pada waktunya. Akibatnya, kebanyakan orang-orang yang datang untuk arak-arakan tersebut menghadiri khotbah kami sebagai gantinya. Bertepatan sekali, judul khotbah tersebut adalah ’Menuntun Banyak Orang Kepada Keadilbenaran di Zaman Akhir’.”
200.000 Penyiar!
Pada bulan Januari 1987 jumlah penyiar Kerajaan melebihi 200.000 di Brasil, dan terus bertambah dengan pesat. Selama tahun 1988, 367 sidang baru terbentuk; ditambah 370 pada tahun 1989—rata-rata lebih dari satu sidang setiap hari! Lebih banyak pekerja—lebih banyak publikasi! Jadi mesin cetak rotari ketiga, dengan kapasitas 38.000 majalah per jam, dikirim untuk membantu kami. Juga diperlukan modernisasi Departemen Pengiriman agar dapat menangani ribuan pesanan lektur dari sidang-sidang.
Rencana dibuat untuk mendirikan sebuah gedung tambahan dari bangunan percetakan yang sudah ada, dengan demikian meningkatkan daerah kerja dari 27.000 meter persegi menjadi 42.000 meter persegi. Pembangunan dimulai pada bulan Desember 1988 dan dikerjakan oleh kru konstruksi Betel di bawah pengarahan yang ahli dari beberapa hamba internasional—semuanya sukarelawan.
Bantuan dari para Hamba Internasional
Kami merasa bahagia dengan adanya 35 saudara-saudara yang terlatih dari negeri-negeri lain yang membantu proyek memperbesar percetakan ini dan, kemudian, membangun lebih banyak kompleks tempat tinggal. Beberapa saudara dan saudari melayani selama beberapa minggu, yang lainnya selama beberapa bulan, dan sejumlah kecil selama lebih dari enam tahun. Kehadiran mereka menganjurkan dan membangun, dan karena keahlian mereka, mereka sangat produktif.
Beberapa dari hamba internasional ini masih muda; yang lainnya sudah menjadi kakek-nenek. Keith Colwell dan istrinya, Rae Etta, adalah yang pertama tiba, pada bulan Maret 1989, dan termasuk kategori yang disebut belakangan. Mereka telah berusia lebih dari 50 tahun. Keith mengatakan, ”Berada jauh dari kedua putri dan menantu, empat cucu, serta Mama dan Papa kami tidak mudah. Kadang-kadang, kami berpikir untuk pulang ke rumah dan cukup menjadi ’kakek-nenek’, tetapi selama kami dapat digunakan dan memiliki tenaga, kami akan mengatakan dengan berbahagia, ’Ini aku, utuslah aku!’—Yesaya 6:8.”
Darwin Harley dan istrinya, Shirley, juga melayani di Brasil selama hampir enam tahun. Mereka juga bernostalgia tentang empat anak dan delapan cucu mereka. Meskipun demikian, mereka bertekad untuk mendahulukan Yehuwa dalam kehidupan mereka dan terus memberi teladan dalam hal ini kepada anak-anak mereka. Maka, setelah anak yang bungsu menikah, Darwin dan Shirley tidak ragu-ragu tentang apa yang akan dilakukan. Mereka mengajukan permohonan untuk melayani secara permanen sebagai hamba internasional. Sekarang, meskipun berusia lebih dari 60 tahun, mereka mengatakan dengan penuh perasaan, ”Kami bersyukur kepada Badan Pimpinan atas kesempatan melayani Yehuwa dalam cara yang khusus ini.” Banyak yang menangis sewaktu keluarga Betel Brasil harus mengucapkan selamat jalan kepada semua hamba yang setia dari negeri-negeri lain ini. Beberapa dari antara mereka kembali ke rumah mereka, sementara yang lainnya berangkat ke penugasan yang baru.
Seorang Imam Belajar Kebenaran
Yang terutama di antara perkara-perkara besar yang telah Yehuwa lakukan di Brasil adalah membebaskan orang-orang yang terlibat jauh dalam agama palsu. Di sebuah bus pada suatu hari, salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa duduk di samping Ademir de Oliveira, yang telah melayani selama sepuluh tahun sebagai seorang imam di Gereja Katolik Brasil. Sebuah diskusi timbul sehubungan dengan arti kata ”neraka”. Kemudian, Ademir merenungkan percakapan itu, dan seraya ia membaca majalah-majalah kita, kebenaran menjadi jelas dalam pikirannya.
Dalam gerejanya ia mulai mengajar bahwa Yehuwa adalah Allah dan bahwa penggunaan patung-patung adalah salah. Tetapi ia menyadari bahwa ia tidak mempraktekkan apa yang ia beritakan—bagaimanapun juga, gerejanya masih memiliki patung-patung. Sementara itu, sewaktu ayah dan ibunya meninggal dalam jangka waktu sepuluh bulan saja, ia mulai berpikir bahwa Allah sedang menghukumnya karena mempertimbangkan untuk meninggalkan Gereja Katolik. Akan tetapi, pada saat penguburan ibunya, ia menyadari bahwa Yehuwa adalah Pribadi yang dapat membangkitkannya kepada kehidupan kembali. Pada tahun 1989 ia menghadiri perhimpunan pertamanya di Balai Kerajaan dan setelah itu hadir secara tetap tentu. Ia meninggalkan Gereja Katolik, dan dalam bulan pertamanya sebagai seorang penyiar Kerajaan, ia melaporkan 60 jam dan menempatkan 12 buku Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi. Setelah dibaptis, ia menjadi perintis biasa, dan sekarang ia juga melayani sebagai seorang penatua di Jundiaí, São Paulo.
Jawaban atas Pertanyaan Kaum Muda
Kaum muda membutuhkan bantuan agar dapat melayani Yehuwa dengan cara yang diperkenan. (Pkh. 12:1) Rangkaian Kebaktian Distrik ”Pengabdian Ilahi”, yang diadakan pada tahun 1989, menyediakan perkakas yang berguna untuk itu. Seorang gadis berusia 15 tahun menulis, ”Pada awal acara, diumumkan agar semua kaum muda berusia 10 hingga 19 tahun duduk bersama di depan auditorium. Kami semua berdebar-debar, menantikan apa yang akan terjadi. Pada akhir acara, setelah suatu khotbah yang antusias, pembicara mengumumkan bahwa setiap kaum muda akan menerima hadiah sebuah buku berjudul Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis. Peristiwa itu sangat menggetarkan! Saya ingin menangis, saya begitu bahagia. Itulah yang kami butuhkan. Sejak itu, saya sering mengacu kepada buku tersebut untuk memperoleh nasihat. Dengan hadiah yang berharga ini dari Yehuwa, kami diperlengkapi dengan baik untuk menghadapi tekanan dari sistem ini.” Lebih dari 70.000 buku dibagikan di antara saudara dan saudari muda pada 108 kebaktian yang diadakan di negeri tersebut.
Diperkirakan bahwa sekitar 35 persen dari antara mereka yang menghadiri perhimpunan-perhimpunan sidang di Brasil adalah kaum muda. Setiap hari mereka dihadapkan kepada pengaruh yang merusak dari dunia yang materialistis dan amoral. Mereka menghadapi tantangan untuk mendapatkan pendidikan duniawi yang cukup guna mempersiapkan mereka kepada kehidupan dewasa sementara pada saat yang sama memperoleh pendidikan yang vital dari Firman Allah yang dapat mempersiapkan mereka untuk selamat memasuki dunia baru-Nya yang penuh dengan keadilbenaran. Mayoritas dari antara mereka dengan berani menghadapi tantangan ini. Banyak yang melayani sebagai perintis ekstra bahkan sambil bersekolah, dan kemudian mereka mendaftarkan diri sebagai perintis biasa segera setelah lulus. Yang lainnya menganggap sekolah sebagai daerah pribadi mereka dan memanfaatkan semua kesempatan untuk memberi kesaksian di sana.
Ketika seorang Saksi di Minas Gerais mengunjungi sebuah sekolah dan berbicara dengan salah seorang gurunya, sang guru menjelaskan, ”Ada dua gadis dalam kelas saya, berusia 9 dan 11 tahun. Saya memperhatikan bahwa mereka berbeda dari semua siswa lainnya. Saya mengamati bahwa selama kami berdoa mereka berdiri dengan tenang bersama yang lain tetapi tidak ikut berdoa. Sewaktu saya bertanya kepada mereka apakah mereka tidak mengetahui cara berdoa atau apakah mereka risih jika berdoa, mereka memberi tahu saya bahwa Allah Yehuwa tidak mendengar doa yang diulang-ulang dan sementara para siswa berdoa, mereka berdoa dalam hati. Saya bertanya kepada mereka, ’Bagaimana caranya kamu berdoa?’ Yang lebih tua berkata kepada saya, ’Silakan tundukkan kepala Anda,’ dan kemudian ia berdoa. Ia berterima kasih kepada Yehuwa atas orang-tua mereka, makanan mereka, guru mereka, dan ia bahkan berdoa untuk kesehatan ibu mereka, yang mengajarkan mereka kebenaran dari Alkitab. Saya tidak dapat menahan air mata saya dan harus lari ke kamar mandi untuk menangis.” Dalam kunjungan kembali, sang penyiar mengetahui dari sang guru bahwa keluarga gadis-gadis tersebut telah pindah karena tidak ada Balai Kerajaan di kota tempat guru tersebut mengajar. ”Saya sangat merindukan mereka,” guru tersebut menyimpulkan.
Kuasa Kebenaran Sanggup Mengubah
Firman Allah dapat memiliki efek yang kuat dan sanggup mengubah kehidupan orang-orang. Misalnya, pribadi-pribadi yang diperbudak oleh hantu-hantu sedang dibebaskan. Halnya demikian sehubungan dengan seorang pemuda di São Paulo yang keluarganya mempraktekkan spiritisme. Sejak berusia 13 tahun, ia telah dipercayakan sebuah pusat spiritisme (macumba), tempat banyak orang datang untuk mendapat bantuan dalam memecahkan berbagai macam masalah, sehubungan dengan keluarga, kesehatan, pekerjaan, dan pacaran. Di samping penggunaan jamu-jamuan, upacaranya meliputi pengorbanan binatang—kodok, ayam, dan kambing—di kuburan pada malam hari. Adakalanya, digunakan tulang-tulang manusia yang dicuri dari kuburan. Pada tahun 1990, ketika ia berusia 19 tahun, ia dihubungi oleh Saksi-Saksi Yehuwa untuk pertama kalinya. Sewaktu ia menyadari bahwa apa yang sedang ia pelajari dari mereka adalah kebenaran, ia memanggil ke-11 medium roh yang bekerja untuknya dan menjelaskan bahwa Alkitab mengecam praktek-praktek spiritisme. Untuk membebaskan dirinya dari serangan hantu-hantu, ia membakar semua objek spiritisme yang ia miliki. Setelah belajar Alkitab selama lima bulan, ia menjadi seorang penyiar, dan selama bulan pertama pengabaran, ia melaporkan 12 pengajaran Alkitab. (Kis. 19:19, 20) Mayoritas dari mereka adalah orang-orang di sekitarnya yang mengenalnya sebagai macumbeiro (seorang ahli macumba). Setelah dibaptis ia melayani sebagai perintis ekstra, kemudian perintis biasa, dan kemudian, sebagai anggota keluarga Betel Brasil.
Kehidupan seorang pria yang ambil bagian secara aktif dalam karnaval tahunan selama 20 tahun juga sangat dipengaruhi oleh kebenaran Alkitab. Ia mendapat hadiah untuk bagiannya dalam pesta dansa karnaval yang terkenal di Rio de Janeiro. Gaya hidupnya termasuk minum berlebihan, perjudian, dan kontak dengan orang-orang yang mempraktekkan semua jenis perbuatan amoral. Sewaktu ia belajar kebenaran, ia mengubah total jalan hidupnya. Sekarang ia adalah seorang hamba pelayanan, dan ia menggunakan bakatnya untuk mendekorasi panggung di kebaktian-kebaktian.
Pemuda lain di Rio de Janeiro adalah pecandu sepak bola. Ia adalah bagian dari kelompok penggembira (cheerleader) yang diorganisasi oleh suatu klub yang suka melecehkan anggota kelompok penggembira di pihak lawan dengan brutal. Adalah kebiasaannya untuk berangkat ke stadion sepak bola sambil membawa sepucuk revolver atau sebuah bom buatan sendiri. Di hampir setiap pertandingan, ia terlibat dalam perkelahian dengan kelompok lawan dan dengan polisi. Akan tetapi, bekas teman sekolahnya, seorang Saksi, memulai sebuah pengajaran Alkitab dengannya. Ia mulai mengerti siapa teman sejatinya dan siapa musuh terbesarnya. Ia membiarkan kebenaran Alkitab mengubah kepribadiannya, dan kemudian ia dibaptis.
Pedro, seorang pemuda yang tinggal di São Paulo, juga terlibat dalam jalan hidup yang penuh kekerasan. Ia mengambil bagian dalam suatu bentuk bela diri yang disebut capoeira (sebuah teknik perkelahian yang keras) dan senang menyandang senjata api. Dengan tinggi badan kira-kira 2 meter, dan bertubuh atletis, ia senantiasa terlibat dalam perkelahian. Akan tetapi, pada suatu hari ia setuju untuk mendapat sebuah pengajaran Alkitab. Setelah mendengarkan sebuah ceramah Alkitab di Balai Kerajaan, ia menyadari bahwa ia harus membuat perubahan besar dalam hidupnya. Ia menghancurkan senjata-senjatanya dan membuat kemajuan hingga dibaptis. Sejak itu, ia telah membantu sepuluh anggota keluarganya untuk bergabung dengannya melayani Yehuwa.
Dapatkah kebenaran membantu seseorang mengatasi perasaan malu? Ini terjadi pada diri seorang wanita di São Paulo. Sewaktu ia pertama kali mendengar berita Alkitab, ia merasa takjub akan apa yang sedang ia pelajari. Namun, menghadiri perhimpunan dan ambil bagian dalam pemberitaan kabar baik kepada umum merupakan halangan besar baginya. Mengapa? Karena sifatnya yang pemalu dan takut untuk membantah suaminya. Tetapi ia terus mengingat ayat-ayat seperti Matius 10:37 dan akhirnya mendapatkan keberanian untuk ambil bagian dalam dinas pengabaran. Ia ingin menyenangkan Yehuwa, namun berulang-kali ia menangis, melawan desakan untuk berhenti dan pulang ke rumah. Akan tetapi, akhirnya memberi kesaksian menjadi lebih mudah dan bahkan dapat dinikmati olehnya. Sebagai hasil dari ketekunannya, ibu, lima saudara, dan suaminya semua belajar kebenaran.
Menghadapi Inflasi yang Tinggi
Salah satu problem utama pada tahun 1980-an adalah inflasi yang parah. Sekalipun adanya beberapa rancangan ekonomi, inflasi terus bertambah hingga mencapai 6.584 persen dalam jangka waktu dari bulan Mei 1989 hingga bulan April 1990. Pada bulan-bulan tertentu, harga-harga melonjak hampir 3 persen setiap hari! Pada akhir bulan, seseorang membutuhkan hampir dua kali lipat uang yang ia perlukan pada awal bulan untuk membeli barang yang sama. Dalam upaya untuk menghadapi situasi tersebut, selama 18 bulan sejak bulan Maret 1990, pemerintah membekukan semua rekening bank. Lebih dari satu kali, pemerintah juga harus menghapus beberapa angka nol dari uang dan mencetak uang kertas baru.
Problem inflasi, tentu saja, bukan hal baru, tetapi apa yang terjadi pada tahun 1990 benar-benar luar biasa. Untunglah, kami mempunyai cukup persediaan kertas dan persediaan lain di kantor cabang untuk percetakan. Kami hanya membeli apa yang mutlak perlu dan menunda yang lainnya. Keluarga Betel yang beranggotakan 800 orang setuju untuk bekerja tanpa penggantian ongkos selama beberapa waktu. Juga, sungguh menganjurkan bahwa kantor Lembaga menerima telepon dan surat dari saudara-saudara yang menawarkan sumbangan dan pinjaman untuk menjaga Betel tetap berfungsi. Setelah beberapa bulan, pemerintah memperbolehkan organisasi nonlaba seperti halnya kita untuk kembali beroperasi seperti biasa. Bagi Lembaga masa krisis telah berakhir.
Selama masa yang sulit ini, Saksi-Saksi terus aktif dalam pelayanan. Mereka menggunakan waktu, uang, dan tenaga mereka dengan bijaksana. Banyak yang mempertunjukkan penghargaan yang tulus akan nasihat ilahi untuk mencari dahulu Kerajaan. (Mat. 6:33) Hasilnya, terdapat puncak baru dalam jumlah penyiar, perintis, dan penempatan lektur selama tahun 1990. Kenaikan penyiar sebesar 11 persen pada tahun tersebut belum terlampaui sejak itu.
Sewaktu rekening-rekening bank dibekukan, Sidang Floresta di Joinvile, Santa Catarina, memiliki deposito senilai 100.000 dolar AS untuk pembangunan Balai Kerajaan. Mereka menunda proyek tersebut, tetapi sumbangan-sumbangan yang diterima memungkinkan didirikannya balai yang baru tanpa menarik uang dari bank. Sewaktu dana dari bank akhirnya dilepaskan, sidang sanggup membeli sebidang tanah di samping Balai Kerajaan untuk tempat parkir dan untuk membantu sidang lain membangun sebuah Balai Kerajaan.
Belajar Membaca Alkitab dengan Pengertian
Ketika melukiskan seorang pria yang berbahagia, sang pemazmur mengatakan, ”Kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” (Mzm. 1:2) Tetapi ada banyak orang yang tidak pernah mendapat kesempatan bersekolah untuk belajar membaca. Dapatkah mereka dibantu untuk merasakan sukacita yang dimaksudkan oleh sang pemazmur? Mulai pada tahun 1958, kelas-kelas khusus diadakan di banyak Balai Kerajaan untuk membantu mereka yang tidak dapat membaca atau menulis. Pada tahun 1970 langkah lebih lanjut diambil dalam program pendidikan ini sewaktu buku kecil Learn to Read and Write diterbitkan dalam bahasa Portugis. Hingga sekarang, lebih dari 20.000 orang, termasuk banyak yang bukan Saksi-Saksi, telah dibantu untuk belajar membaca.
Bahkan beberapa orang yang bukan Saksi-Saksi Yehuwa telah mengamati manfaat dari kelas-kelas tersebut dan menghargainya. Di São Paulo seorang suami yang tidak seiman berterima kasih kepada sidang setempat atas apa yang telah dilakukan untuk membantu istrinya belajar membaca. Kepala polisi di Ferros, Minas Gerais, mengirimkan sepucuk surat penghargaan kepada Lembaga atas pekerjaan mengajar para tahanan di penjara di sana, yang isinya, ”Tidak soal dari sudut pandangan rohani maupun dari sudut materi, Saksi-Saksi Yehuwa telah bekerja sama dengan kepala polisi ini dalam mengajar para tahanan untuk membaca. Seperti gerimis yang jatuh dengan senyap tetapi yang dapat membuat sungai meluap, mereka telah berbuat banyak untuk mengembalikan para tahanan ke tengah-tengah masyarakat.”
Tentu saja, nilai terbesar dari membaca adalah sewaktu seseorang menyukai Firman Allah dan membagikannya kepada orang lain. Seorang Saksi berusia 74 tahun di Rio de Janeiro yang mengambil manfaat dari kursus pemberantasan buta huruf melakukan persis seperti itu, dan ia sekarang dapat mengajarkan kebenaran kepada banyak orang yang tinggal di daerahnya.
Sewaktu buku kecil Learn to Read and Write diperkenalkan, para penyiar dianjurkan untuk menggunakannya dalam memimpin pengajaran Alkitab dengan para peminat yang membutuhkan bantuan demikian. Suatu hari Sonia Springate, yang melayani sebagai utusan injil di Curitiba, Paraná, meminta seorang wanita yang ia beri kesaksian untuk membacakan Penyingkapan 21:4. Wanita tersebut bimbang dan kemudian mengatakan, ”Tidak, kamu saja yang membaca.” Sewaktu mengadakan kunjungan kembali kepada orang itu, Sonia mendapati bahwa wanita tersebut buta aksara. Meskipun wanita tersebut sibuk mengurus empat anak, sebuah pengajaran dipimpin bersamanya dengan bantuan buku kecil Learn to Read and Write. Pada awalnya, ia merasa kecil hati, tetapi dengan anjuran ia bertekun dan, dalam waktu setahun, ia dapat membaca. Sekarang, ia dan suaminya adalah Saksi-Saksi terbaptis, dan anak-anak mereka sedang membuat kemajuan dalam kebenaran.
Beberapa orang yang dapat membaca membutuhkan bantuan untuk memperbaiki daya pemahaman mereka. Untuk mengatasi hal itu, pada tahun 1990 beberapa sidang mengorganisasi kelompok-kelompok untuk menerima bantuan lebih lanjut dalam hal membaca dan bercakap-cakap. Bantuan demikian sekarang disediakan kepada hampir 6.000 Saksi, dan hasilnya memuaskan. Sewaktu memulai kursus tersebut, seorang saudari di Rio de Janeiro membutuhkan kira-kira dua jam untuk membaca dan mengerti bahan untuk Pelajaran Buku Sidang. Setelah dua bulan kursus, ia dapat melakukannya dalam waktu 20 menit.
Pembagian Khusus Majalah
Yang terutama dalam daftar bahan bacaan Saksi-Saksi Yehuwa adalah Menara Pengawal, yang dirancang untuk membantu orang-orang yang cinta akan kebenaran agar mengerti Alkitab. Majalah ini memuliakan Allah Yehuwa sebagai Tuan Yang Berdaulat di alam semesta dan menunjukkan bagaimana Kerajaan Allah akan menyelesaikan problem-problem umat manusia. Rekan majalahnya, Sedarlah!, menunjukkan makna yang sesungguhnya dari peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi dan membina keyakinan atas janji sang Pencipta akan suatu dunia baru yang aman dan sentosa. Saksi-Saksi Yehuwa ingin sekali membagikan informasi yang berharga ini kepada orang-orang lain. Untuk meningkatkan pembagian majalah-majalah ini dan untuk menganjurkan orang-orang baru yang memenuhi syarat agar ambil bagian dalam pelayanan, pembagian khusus majalah dijadwalkan pada hari libur, tanggal 1 Mei 1990. Sidang-sidang disarankan untuk mengorganisasi dinas pengabaran pada pagi, siang, dan sore hari dan agar seluruh keluarga ambil bagian dalam dinas pada hari itu.
Tanggapannya baik sekali! Misalnya, di Rio de Janeiro, sebuah sidang dengan 125 penyiar ada 121 yang berdinas pada pagi hari dan 118 pada siang hari. Sebuah puncak baru 288.107 penyiar untuk negeri tersebut dicapai pada bulan itu, dan dilaporkan lebih dari 500.000 majalah ditempatkan pada hari itu juga. Sejak itu, hari-hari khusus majalah telah diatur dengan sukses yang baik.
Kebaktian Distrik ”Bahasa yang Murni”
Kebaktian-kebaktian merupakan tonggak sejarah dalam kehidupan Saksi-Saksi Yehuwa, dan beberapa dari antaranya akan diingat untuk waktu yang lama oleh mereka yang hadir. Sebuah kebaktian demikian diadakan di São Paulo pada bulan Agustus 1990. Pada hari terakhir, lebih dari 134.000 orang—86.186 di Morumbi Stadium dan 48.220 di Pacaembu Stadium—mendengarkan sebuah ceramah umum yang dibawakan secara simultan oleh dua pembicara pada Kebaktian Distrik ”Bahasa yang Murni”. Hadir pula C. W. Barber dan A. D. Schroeder, anggota Badan Pimpinan, dan juga 2.350 delegasi asing dari 14 negeri.
Pada akhir ceramah terakhir di kedua stadion, para delegasi mulai melambaikan saputangan dan syal. Banyak yang mencucurkan air mata sukacita karena sangat tergugah oleh apa yang sedang mereka saksikan. Betapa bersyukurnya Saksi-Saksi di Brasil bahwa saudara dan saudari Kristen mereka telah datang dari negeri lain untuk bergabung dalam peristiwa yang agung ini!
Kasih yang menonjol yang dimanifestasikan di antara hamba-hamba Yehuwa adalah faktor besar untuk membantu orang-orang yang tulus mengenali kebenaran. (Yoh. 13:35) Demikianlah halnya dengan seorang pemuda dan kakak perempuannya yang menentang ibu mereka yang telah menjanda, untuk belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Seorang penatua mengunjungi keluarga tersebut dan mengundang mereka untuk menghadiri kebaktian itu di São Paulo pada hari Minggu siang. Ia menjemput mereka pagi-pagi, karena ia harus mengurus tugas-tugasnya sebagai sukarelawan di stadion. Keduanya sangat terkesan. Mereka memuji ketertiban dan kebersihan di stadion, caranya hal-hal diorganisasi, dan, ya, pernyataan kasih kepada delegasi-delegasi pengunjung pada akhir acara. Mereka menerima sebuah pengajaran Alkitab, membuat kemajuan yang bagus, dan dibaptis bersama ibu mereka. Sekarang, pemuda itu adalah seorang hamba pelayanan.
Panitia Penghubung Rumah Sakit
Semua Saksi-Saksi Yehuwa, tidak soal yang baru dibaptis atau yang lebih berpengalaman, mengetahui bahwa menjauhkan diri dari darah, apa pun bentuknya, merupakan tuntutan Kristen yang penting. (Kej. 9:3, 4; Kis. 21:25) Pada tahun 1984, sejumlah panitia yang terdiri dari para penatua yang berpengalaman dibentuk untuk mewawancarai para dokter dan mendaftarkan mereka yang akan merespek keputusan pasien untuk menolak transfusi darah. Pengaturan ini diperkuat pada tahun 1991 sewaktu sebuah seminar internasional dari Panitia Penghubung Rumah Sakit (PPRS) diadakan di São Paulo. Pada kesempatan itu hadir Eugene Rosam dan Fred Rusk dari Pelayanan Informasi Rumah Sakit di Brooklyn, N.Y., AS. Juga, lebih dari 700 saudara lainnya menghadiri seminar tersebut, termasuk beberapa yang adalah dokter atau pengacara maupun anggota-anggota PPRS.
Seminar tersebut memperlihatkan bahwa masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Panitia akan diorganisasi ulang, dan anggota-anggotanya akan mulai membuat presentasi kepada para dokter dan tim-tim medis, menjelaskan kedudukan kita dalam penggunaan darah dan menawarkan kepada mereka artikel-artikel sains sehubungan dengan perawatan tanpa darah. Tujuan yang ditetapkan oleh para anggota panitia dalam hubungan mereka dengan para dokter adalah ”komunikasi dan kerja sama, bukan konfrontasi”. Setelah diorganisasi ulang, jumlah panitia dikurangi dari 200 panitia yang beranggotakan 1.200 orang menjadi 64 panitia yang beranggotakan kira-kira 350 orang. Sebagai hasilnya, terdapat jumlah panitia yang lebih sedikit tetapi diperlengkapi lebih baik di kota-kota dengan pusat-pusat perawatan medis yang besar.
Pada bulan Oktober 1992, terdapat kesempatan untuk mengadakan presentasi di hadapan 1.300 dokter dari 100 negeri lebih, pada Pertemuan Internasional Transfusi Darah XXII di São Paulo. Mereka yang mengorganisasi kesempatan tersebut mengizinkan Saudari Zelita da Silva Souza, seorang ahli hematologi, untuk mempertunjukkan sebuah poster yang berisi daftar 65 alternatif medis untuk transfusi darah. Pedro Catardo dan Sergio Antão dari Betel melaporkan, ”Pada awalnya, kami sedikit ragu-ragu akan tanggapan yang akan kami terima, tetapi reaksi lebih dari 500 dokter yang dihubungi secara pribadi sangat memuaskan. Salah seorang pembicara utama pada pertemuan tersebut memeriksa dengan saksama poster tersebut dan artikel-artikel yang dipajang. Kemudian, dalam sebuah pembicaraan yang ia sampaikan di auditorium utama, ia menyatakan rasa kagum atas informasi berharga yang diterima dari ’sumber yang tidak terduga—Saksi-Saksi Yehuwa’.”
Bulan-bulan berikutnya, presentasi-presentasi dipertunjukkan kepada 20 Dewan Obat-Obatan Regional, dan beberapa merekomendasikan agar sewaktu problem-problem yang menyangkut darah timbul, para dokter hendaknya menghubungi PPRS setempat. Dalam empat tahun terakhir, lebih dari 600 presentasi demikian telah dilakukan, dan sekarang terdaftar lebih dari 1.900 dokter yang bersedia bekerja sama.
Menarik, sejumlah dokter yang menghargai manfaat dari perawatan medis alternatif tanpa darah telah mempromosikan seminar-seminar di Brasil untuk membahas perkara tersebut dengan para profesional medis lainnya. Beberapa saudara kita yang adalah dokter atau yang melayani sebagai anggota PPRS telah diundang. Seminar demikian diadakan pertama kalinya di Rio de Janeiro dan kemudian di kota-kota lain. Kemudian, Dewan Obat-Obatan Regional di Rio de Janeiro mengeluarkan sebuah pernyataan yang menganjurkan penggunaan perawatan alternatif.
”Saya Tidak Akan Pernah Melupakan Doa Itu”
PPRS telah memberikan banyak dukungan kepada saudara-saudara yang sakit dan keluarga mereka. Alaide Defendi, seorang perintis istimewa, mengenang, ”Adik perempuan saya cedera dalam kecelakaan mobil di Curitiba, Paraná, pada bulan Februari 1992. Dokter menyatakan bahwa kehidupannya bergantung kepada diterimanya transfusi darah. Saya menelepon PPRS, dan dalam waktu 15 menit, tiga saudara, berpakaian jas dan dasi serta dengan tas tangan, tiba di rumah sakit dan menunjukkan kartu pengunjung mereka kepada dokter tersebut.”
Pengaturan dibuat untuk memindahkan pasien ke rumah sakit lain yang jauhnya 40 kilometer. Sebuah produk yang diterima oleh mereka yang menolak transfusi darah adalah erythropoietin (EPO), sejenis hormon sintetis yang merangsang sumsum tulang untuk meningkatkan produksi sel darah merah hidup, tetapi dokter tersebut mengatakan bahwa pengobatan ini tidak tersedia di Brasil. Akan tetapi, saudara-saudara tersebut menghubungi seorang anggota PPRS di São Paulo yang mengirimkan obat tersebut dengan pesawat terbang pada hari itu juga. Saudari Defendi mengakhiri dengan mengatakan, ”Sewaktu adik perempuan saya dalam kondisi yang serius, seorang anggota PPRS tinggal di rumah sakit sepanjang hari, dan pada masa kritis, ia menarik saya ke sebelahnya dan berkata, ’Mari kita berdoa kepada Yehuwa.’ Saya tidak akan pernah melupakan doa itu.”
Sebuah Kunjungan ke Perbukitan dan Daerah Kumuh Rio
Reputasi mereka sebagai orang-orang yang sungguh-sungguh berbakti kepada Allah telah memungkinkan Saksi-Saksi di Rio de Janeiro meneruskan pelayanan mereka di sana, meskipun daerah itu didominasi perdagangan obat bius. Terdapat beberapa sidang di tempat-tempat ini, dan seperti dijelaskan seorang penatua, semakin banyak saudara-saudara mengabar, semakin baik jadinya. Saudara-saudara akhirnya dikenali oleh para pengedar obat bius dan tidak diganggu oleh mereka. Terdapat bukit-bukit dengan penduduk lebih dari 200.000 jiwa yang hidup dalam keadaan kumuh. Mayoritas yang sangat besar dari orang-orang ini tidak terlibat dengan obat-obat bius, tetapi keadaan finansial mereka tidak memungkinkan mereka hidup di tempat lain.
Seorang penatua yang tinggal di salah satu bagian kota mengemudi ke sebuah daerah kumuh untuk memberikan khotbah umum di salah satu sidang. Ketika ia memarkir kendaraannya di depan Balai Kerajaan, dua pemuda bersenjata muncul, menanyakan siapa dia. Sewaktu ia memperkenalkan dirinya sebagai salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa dan mengatakan bahwa ia datang untuk memberikan khotbah umum Alkitab, para pemuda tersebut memberitahunya untuk masuk dan tidak perlu mengkhawatirkan mobilnya karena mobil itu tidak akan disentuh.
”Pada suatu waktu,” Francisco Duarte, seorang pengawas wilayah, mengisahkan, ”beberapa pengedar datang ke Balai Kerajaan pada akhir perhimpunan untuk memperingatkan saudara-saudara bahwa akan terjadi baku tembak. Saya dan istri saya sedikit ketakutan, tetapi para penyiar tetap berbicara seperti biasa, meskipun adanya suara tembakan. Setelah beberapa saat, para pengedar itu kembali untuk memberi tahu bahwa kami dapat keluar, karena baku tembak tersebut telah selesai.”
Tidak bijaksana bagi siapa pun dari luar daerah tersebut untuk berjalan tanpa ditemani seseorang yang tinggal di tempat itu. Juga penting untuk mengenakan pakaian yang tidak menarik perhatian dari para pencopet. Saudara Duarte, meskipun ditemani seorang penyiar setempat, dicegat oleh seorang pria yang meminta jam tangannya. ”Pada mulanya saya pikir ini penodongan,” kenang Saudara Duarte, ”tetapi pria itu meneruskan dengan berkata, ’Saya tahu Saudara adalah pengawas wilayah yang baru, tetapi jika Saudara terus mengenakan jam tangan berwarna emas itu, seseorang akan mencurinya karena mengira itu adalah emas asli. Silakan pakai jam tangan saya dan simpan jam tangan Saudara di dalam kantong.’ Rupanya ia seorang saudara. Dengan pengalaman itu, saya belajar untuk lebih berhati-hati.”
Seorang pemuda yang menjadi anggota sebuah geng pengedar obat bius dan yang mulai mempelajari Alkitab memahami bahwa ia harus mengubah pekerjaannya. Tetapi bagaimana? Ia tahu bahwa jika seseorang meninggalkan sebuah geng, ia biasanya dibunuh oleh rekan sekerjanya untuk alasan keamanan—agar rahasia geng tidak terbongkar kepada yang lainnya. Meskipun demikian, pemuda tersebut mengerahkan keberanian, berdoa kepada Yehuwa, dan berbicara dengan pemimpin geng. Pemuda tersebut menjelaskan bahwa ia sedang mempelajari Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa, membaca beberapa ayat Alkitab, dan mengatakan bahwa ia tidak dapat terus bersama geng itu. Ia mendapati bahwa pemimpin geng tersebut sendiri pernah belajar Alkitab di masa lalu. Pemuda itu dibebaskan tanpa tebusan dan sekarang ia seorang penyiar sidang yang aktif.
300.000 Penyiar!
Seraya orang-orang baru datang ke sidang, lebih banyak lektur diperlukan untuk digunakan dalam program pendidikan Alkitab. Percetakan kami telah diperluas, tetapi kami membutuhkan lebih banyak kamar untuk menampung keluarga Betel, para sukarelawan yang bekerja di kantor cabang. Beberapa saudara muda tinggal di asrama-asrama berisi lebih dari 20 tempat tidur. Jadi pada tahun 1990 kami memulai pembangunan bangunan dinas dan delapan blok bangunan tempat tinggal dengan total 384 kamar. Ruang makan juga diperbesar untuk menampung 1.500 orang.
Untuk proyek pembangunan ini, lebih dari 1.000 sukarelawan datang dari semua bagian negeri. Ada yang datang untuk beberapa minggu; yang lainnya, selama berbulan-bulan. Banyak yang telah profesional di bidangnya. (Kira-kira 130 orang dari mereka kemudian menjadi anggota permanen dari keluarga Betel.) Dari Feira de Santana, Bahia—lebih dari 2.000 kilometer jauhnya—tiba sekelompok yang terdiri dari 23 saudara-saudara dari 12 sidang yang berbeda. Mereka menyewa sebuah bus dan menempuh perjalanan selama 40 jam untuk membantu pekerjaan tersebut selama satu minggu. Tiga puluh lima saudara-saudara yang berpengalaman dari negeri-negeri lain juga datang untuk membantu. Yang juga sangat berharga adalah bantuan ratusan saudara-saudari dari sidang-sidang di dekat Betel dan yang membantu pada akhir pekan.
Selama tahun 1991 jumlah penyiar melampaui angka 300.000. Suatu pertambahan 100.000 dalam waktu empat tahun saja! Fasilitas-fasilitas yang diperbesar di cabang benar-benar dibutuhkan.
”Cepat Sekali Kalian Bekerja”
Kemajuan pekerjaan menjadikan murid juga menuntut adanya lebih banyak tempat ibadat. Selama tahun-tahun sebelumnya, Balai-Balai Kebaktian telah dibangun di Salvador, Bahia; Duque de Caxias, Rio de Janeiro; Ribeirão Pires, Cosmópolis, dan Sertãozinho di São Paulo; dan Betim, Minas Gerais. Balai Kebaktian terbesar di negeri tersebut terletak di dekat Vargem Grande Paulista, São Paulo; pembangunannya selesai pada bulan Oktober 1992. Tidak lama setelah itu, balai lain, dengan kapasitas 4.000 orang, diselesaikan di Queimados, Rio de Janeiro. Pada bulan September 1993, lima Balai Kebaktian lagi ditahbiskan secara simultan di Fortaleza, Ceará; Itaboraí, Rio de Janeiro; Quatro Barras, Paraná; Recife, Pernambuco; dan Sapucaia do Sul, Rio Grande do Sul. Sekarang, 16 Balai Kebaktian sedang digunakan, dan 5 lagi dalam tahap perencanaan.
Selaras dengan perintah Alkitab untuk tidak meninggalkan pertemuan kita bersama, lebih banyak Balai Kerajaan juga dibutuhkan untuk menampung pertambahan besar orang-orang yang seperti domba. (Ibr. 10:23-25) Hanya sepertiga dari sidang-sidang di Brasil memiliki tempat perhimpunan mereka sendiri, dan angka pembentukan sidang baru lebih tinggi dari angka pembangunan. Selain itu, dibutuhkan rata-rata tiga tahun untuk menyelesaikan sebuah Balai Kerajaan baru. Jadi pada tahun 1987 kami mulai membentuk Panitia Pembangunan Regional, terdiri dari para penatua yang berpengalaman dalam pembangunan dan yang dapat menyediakan bantuan kepada badan penatua di sidang-sidang. Departemen Rekayasa Betel juga menyediakan saran-saran praktis.
Langkah penting yang lain diambil pada tahun 1992 sewaktu sebuah program pembangunan Balai Kerajaan cepat dimulai. Pembangunan pertama dilakukan di Agudos, São Paulo, dengan 200 sukarelawan dan sebuah tim 25 orang dari Betel. Proyek tersebut memakan waktu tiga minggu, tetapi sejak itu waktu yang dibutuhkan untuk bangunan semacam itu telah berkurang menjadi 16 hari. Selama tahun dinas 1995, keseluruhan 129 Balai Kerajaan baru diselesaikan dan ditahbiskan untuk dinas Yehuwa.
Para pengamat selalu terheran-heran akan cepatnya pembangunan tersebut diselesaikan. Pada akhir minggu pertama pembangunan salah satu Balai Kerajaan, seorang pekerja dari perusahaan yang dikontrak untuk menyediakan kaca jendela merasa terkejut sewaktu saudara-saudara berkeras agar ia kembali hari Rabu berikutnya untuk memasang kaca-kaca tersebut. ”Kalian pasti keliru,” katanya. ”Mustahil kalian selesai mendirikan dinding pada minggu depan, apalagi untuk memasang kaca-kaca jendela.” Ia kembali pada hari Rabu tetapi tanpa membawa kaca-kaca tersebut. Sewaktu melihat dinding-dinding telah didirikan dan diplester, lengkap dengan bingkai-bingkai jendela, dan atap—semuanya dalam waktu kurang dari seminggu—ia tercengang selama lima menit sebelum turun dari truknya. Ia mengakui, ”Cepat sekali kalian bekerja!” Kemudian ia berangkat untuk mengambil kaca-kaca jendelanya.
Seorang pria yang tinggal di dekat tempat Balai Kerajaan sedang dibangun, merasa takjub akan kecepatan pembangunan tersebut, dan bertanya, ”Apa yang harus saya lakukan untuk membantu kalian?” ”Pertama Anda harus belajar Alkitab dengan kami,” adalah jawabannya. Sebuah pengajaran Alkitab dimulai dengannya langsung pada hari berikutnya.
Membagikan Berita dengan Bahasa Isyarat
Pertumbuhan yang pesat tidak mengakibatkan kurangnya kepedulian terhadap para tunarungu atau tunanetra. Perhatian akan kebutuhan mereka telah mendatangkan hasil yang baik sekali. Pada tahun 1992, Sign Language, sebuah buku setebal 336 halaman, dalam bahasa Portugis, diproduksi untuk mengajarkan bahasa isyarat kepada para tunarungu. Buku tersebut telah memadukan isyarat yang digunakan di antara Saksi-Saksi Yehuwa di Brasil dan juga telah berupaya menghapuskan isyarat-isyarat yang didasarkan atas gagasan-gagasan yang bersifat Babilon. Salah satunya adalah gerakan tangan yang menirukan pemercikan—yang, tentu saja, tidak dengan tepat menyampaikan gagasan pembaptisan air Kristen.
Sidang pertama bagi para tunarungu dan orang yang kurang pendengaran dibentuk di Rio de Janeiro pada tahun 1982. Sekarang terdapat enam sidang demikian dan 50 kelompok yang lebih kecil di berbagai kota. Pada tahun 1994, terdapat 18 kebaktian dengan kelompok-kelompok berbahasa isyarat. Di beberapa kebaktian ini, juru bahasa mewakili para partisipan dalam drama-drama. Pada tahun 1996, dengan senyuman lebar dan air mata sukacita, Saksi-Saksi tunarungu asal Brasil menerima sebuah video yang diproduksi oleh Lembaga yang mempersembahkan dalam bahasa isyarat brosur Apa yang Allah Tuntut dari Kita? Alangkah bermanfaatnya, mengingat banyak mereka yang tunarungu tidak dapat membaca tetapi mengerti bahasa isyarat!
Yang patut dipuji adalah kesediaan hati dari saudara-saudara yang melayani sebagai penatua, hamba pelayanan, dan perintis dalam sidang-sidang ini. Ini menuntut waktu, upaya, dan ketekunan untuk belajar bahasa isyarat, tetapi hasilnya bermanfaat.
”Ia menganjurkan saya tanpa melihat, mendengar, atau berbicara kepada saya.” Ini adalah pernyataan yang umumnya diucapkan oleh mereka yang mengenal Rosemary Varella, seorang saudari tunanetra sekaligus tunarungu yang telah melayani sebagai perintis ekstra selama tiga tahun terakhir. Ia tunarungu sejak lahir dan sebagai akibatnya tidak belajar berbicara. Secara bertahap ia kehilangan penglihatannya dan sekarang buta total. Ia menyatakan dirinya dengan bahasa isyarat dan mengerti isyarat-isyarat yang dibuat orang lain dengan menyentuh tangan mereka.
Rosemary kehilangan penglihatannya sebelum ia belajar kebenaran, dan ini sangat mempengaruhi komunikasi dengan suaminya. Ia begitu tertekan sehingga ia berpikir untuk bunuh diri. Pada waktu itu, ia dihubungi oleh Nilza Carvalho, seorang perintis muda yang bisa berbahasa isyarat. Ketika ia mengetahui janji Allah untuk menyembuhkan orang-orang dengan berbagai jenis cacat, ia menerima sebuah pengajaran Alkitab. (Yes. 35:5) Segera ia mulai menghadiri perhimpunan-perhimpunan sidang bagi orang tunarungu di São Paulo. Pengaturan dibuat agar seorang juru bahasa duduk di sampingnya selama perhimpunan untuk menyampaikan kepadanya apa yang dinyatakan di mimbar, dengan tafsiran sentuh. Kemudian, suaminya juga menerima pengajaran Alkitab; ia berhenti merokok, dan keduanya dibaptis pada bulan Februari 1992. Segera setelah mereka dibaptis, mereka menjadi perintis ekstra tetap. Rosemary telah memimpin sebanyak 20 pengajaran Alkitab dengan para tunarungu lainnya, pada waktu yang sama memenuhi tugas-tugas di rumahnya.
Untuk membantu mereka yang lemah penglihatan, Lembaga mulai memproduksi publikasi-publikasi dalam huruf Braille Portugis (Tingkat satu) pada tahun 1980. Sekarang, banyak publikasi Lembaga, termasuk Alkitab dan Menara Pengawal, tersedia dalam huruf Braille. Alkitab lengkap dalam huruf Braille Portugis terdiri dari 84 jilid—jauh lebih besar daripada Alkitab ukuran saku! Sebuah buku petunjuk juga telah diproduksi sebagai bantuan untuk mereka yang ingin mempelajari huruf Braille. Statistik menunjukkan bahwa terdapat lebih dari satu juta orang di Brasil yang lemah penglihatannya.
Kekeringan di Daerah Timur Laut
Meskipun kekeringan adalah masalah kronis di bagian timur laut Brasil, situasinya sangat serius pada tahun 1993. Di beberapa daerah hujan tidak turun selama dua tahun. Yang terkena dampak paling serius adalah orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan dan yang bergantung pada panen mereka. Di Mumbaba, Ceará, orang-orang berbaris siang dan malam untuk mendapatkan air dari satu-satunya mata air yang masih tinggal. Akibat musim kering yang berkepanjangan, di beberapa kota, pasar dan pasar swalayan dirampok. Untuk membantu saudara-saudara di wilayah itu, sidang-sidang di São Paulo, Rio de Janeiro, dan Curitiba, mempertunjukkan kemurahan hati seperti saudara-saudara Kristen mereka di Filipi pada abad pertama dengan mengirimkan empat truk besar berisi 80 ton makanan, pakaian, dan sepatu. Saudara-saudara di 65 kota dari lima negara bagian seluruhnya menerima bantuan.—Flp. 4:14-17.
Di salah satu pos pemeriksaan, penjaga menanyakan pengemudi truk berapa banyak ia dibayar untuk melakukan perjalanan yang sedemikian berbahaya. Memang berbahaya karena adanya perampokan. Ketika mendapati bahwa pengemudi tersebut adalah seorang Saksi-Saksi Yehuwa, penjaga tersebut mengatakan, ”Hanya Saksi-Saksi Yehuwa yang akan melakukan ini tanpa dibayar!” Di pos pemeriksaan jalan raya lainnya, sewaktu sang pengemudi mengatakan bahwa ia seorang Saksi-Saksi Yehuwa, penjaga memintanya untuk menunjukkan kartu Keterangan Medisnya dan juga dari rekannya. Setelah memeriksa kartu-kartu tersebut, ia berkata kepada penjaga yang lain, ”Mereka benar-benar Saksi-Saksi Yehuwa. Kamu boleh membiarkan mereka lewat.”
Di negara bagian Paraíba, sewaktu melihat bantuan yang disediakan, seorang pria mengomentari, ”Agama-agama lain hanya berbicara, sementara kalian benar-benar melakukan sesuatu untuk sesama kalian.” Meskipun situasinya sulit, saudara-saudara tidak putus asa, karena mereka yakin bahwa Yehuwa akan menyediakan kebutuhan dasar mereka. Seorang saudari menulis, ”Kalian tidak dapat memenuhi kerinduan kami akan hujan, kalian juga tidak dapat memecahkan problem kekurangan air kami, tetapi dengan bantuan yang kalian kirimkan, kalian menguatkan iman dan keyakinan kami bahwa kami tidak sendirian di dunia ini dan bahwa ada orang-orang yang memikirkan kami.”—Yak. 2:14-17.
”Selamat untuk Saksi-Saksi Yehuwa!”
Kebaktian-kebaktian khususnya adalah saat-saat yang berbahagia bagi Saksi-Saksi Yehuwa. Tetapi problem-problem yang tidak terduga dapat muncul sewaktu kebaktian diadakan di fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk pesta olahraga. Situasi yang sulit muncul pada tahun 1992 pada saat Kebaktian Distrik ”Para Pembawa Terang” di Pacaembu Stadium di São Paulo. Kami telah mengontrak stadion tersebut untuk digunakan selama tiga hari, tetapi di beberapa tempat peristiwa olahraga dianggap lebih penting dari hal-hal lain mana pun. Jadi, pada hari Kamis siang—sehari sebelum pembukaan kebaktian kami—saudara-saudara diperingatkan bahwa pada pukul 18.00 hari Minggu, akan ada pertandingan sepak bola antara dua tim terbaik di negeri tersebut. Dengan demikian kami harus mengosongkan stadion sebelum pukul 16.00.
João Fernandes, sang pengawas kebaktian, mengenang, ”Kami tidak punya pilihan, meskipun kontrak telah ditandatangani. Kami mengadakan rapat pada hari Jumat malam dengan tiga saudara dari setiap departemen—semuanya 110 saudara—untuk membuat rencana pembongkaran perlengkapan kebaktian secara kilat. Ini menuntut kerja sama yang erat dari semua yang terlibat tidak hanya untuk membongkar perlengkapan tetapi juga mengangkutnya tanpa mengganggu 30.000 orang yang pulang dari stadion tersebut. Panggung dan tata suara dibongkar dalam beberapa menit. Perlengkapan lain dibawa ke bangunan Betel yang lama di São Paulo, untuk dibersihkan dan disimpan. Pada pukul 15.45—satu jam lebih sedikit setelah akhir acara—semuanya selesai.”
Selama pekan kebaktian, beberapa komentator TV mengatakan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa tidak akan sanggup menyerahkan stadion tepat pada waktunya untuk kedatangan para penggemar sepak bola. Dalam sebuah ulasan olahraga pada hari Minggu, seorang komentator di stadion lain bertanya kepada komentator di Pacaembu Stadium, ”Bagaimana stadionnya? Apakah orang-orang yang religius itu memenuhi janji mereka dan mengosongkan stadion tepat pada waktunya?” Jawabannya, ”Ya! Mereka tidak hanya mengembalikan stadion tepat pada waktunya tetapi semuanya bersih. Sungguh menyenangkan untuk menyaksikan tidak hanya kamar-kamar mandi yang bersih tetapi barisan tempat duduk juga telah disapu. Selamat untuk Saksi-Saksi Yehuwa!”
Kebaktian Mini di Tempat-Tempat Terpencil
Di wilayah Amazon, terdapat beberapa kelompok terpencil dan keluarga-keluarga yang tinggal sangat jauh dari kota-kota tempat kebaktian diadakan. Satu-satunya cara bepergian bagi mereka adalah dengan pesawat terbang, yang sangat mahal, atau dengan perahu, yang sangat lambat. Jadi umumnya para penyiar ini tidak mampu pergi ke kebaktian-kebaktian distrik atau kebaktian lainnya. Halnya demikian dengan saudara-saudara di Tabatinga, Amazonas, kira-kira 1.600 kilometer dari Manaus, kota terdekat tempat kebaktian diadakan.
Meninjau problem ini, pengaturan dibuat pada tahun 1990 agar bagian-bagian yang dipersingkat dari acara kebaktian dipersembahkan selama kunjungan pengawas wilayah. Pengaturan ini terus berlangsung untuk saudara-saudara di lima kota di tiga wilayah yang berbeda. Kelompok-kelompok sebesar 50 atau mungkin 180 orang berkumpul di Balai Kerajaan, jika ada, atau di sebuah auditorium.
”Sekarang Saya Dapat Menjadi Perintis, Bukan?”
Penghargaan akan perkara-perkara rohani yang ditunjukkan oleh beberapa yang mengajukan diri untuk pembaptisan benar-benar menghangatkan hati. Pada tahun 1993 di sebuah kebaktian kecil di Tefé, di kawasan Amazon, Públio Cavalcante, seorang pengawas wilayah, memperhatikan bahwa salah seorang yang duduk di tempat yang disediakan untuk para calon pembaptisan adalah seorang pemuda yang belum pernah dilihatnya. Karena saudara-saudara di daerah itu hanya sedikit, pengawas wilayah biasanya mengenal mereka semua secara pribadi. Ia menanyakan para penatua kalau-kalau pemuda tersebut telah salah duduk di sana. Mereka menjelaskan, ’Tidak. Ia tinggal kira-kira 35 hingga 40 jam perjalanan dengan perahu dari sini. Ia belajar kebenaran dengan korespondensi. Setiap enam bulan, seorang perintis istimewa mengunjunginya—di Juruá—dan tinggal di sana selama kira-kira sebulan.’
Pengawas wilayah kemudian berbicara dengan pemuda tersebut dan selama percakapan ia bertanya apakah pemuda itu pernah memimpin pengajaran Alkitab. ’Ya, saya mempunyai 11 PAR. Itu salah seorang pelajar Alkitab saya,’ jawabnya sambil menunjuk kepada pemuda lain yang duduk di antara hadirin. Seraya mereka terus berbicara, ia menunjuk kepada dua pemuda lain yang sedang ia berikan pengajaran Alkitab. Para pelajar tersebut telah membayar biaya perjalanan mereka sendiri dan mengadakan perjalanan selama lebih dari 35 jam untuk menghadiri kebaktian tersebut dan untuk menghadiri pembaptisan teman mereka. Setelah pembaptisannya pada hari itu, pemuda tersebut menanyakan kepada sang perintis istimewa, ”Sekarang saya dapat menjadi perintis, bukan?” Hingga saat itu, belum ada perhimpunan yang diadakan di daerah itu, tetapi sekarang setelah penyiar ini dibaptis, maka sang perintis istimewa merencanakan untuk melatihnya memimpin perhimpunan.
Mengabar di Daerah yang Jarang Dikerjakan
Saksi-Saksi Yehuwa tidak merasa bahwa selama mereka telah ambil bagian dalam dinas pengabaran, tidak ada lagi yang dituntut dari mereka. Mereka menyadari bahwa semua orang membutuhkan kesempatan untuk mendengarkan kabar baik. Ada banyak kota di Brasil yang belum ditugaskan kepada sidang mana pun dan ada kota-kota lainnya yang jarang dikerjakan. Umumnya, ini adalah kota-kota kecil dan terpencil atau yang sulit dijangkau. Suatu penyelidikan pada tahun 1990 menunjukkan bahwa terdapat 4.000.000 jiwa yang tinggal di daerah yang belum ditugaskan dan 9.000.000 tinggal di daerah lain yang jarang dikerjakan. Suatu kampanye khusus diadakan pada tahun itu untuk menghubungi beberapa dari orang-orang ini. Lebih dari 2.000 penyiar ambil bagian, mengerjakan 177 kota yang tadinya belum ditugaskan. Kemudian, kira-kira 30 keluarga pindah ke beberapa kota ini untuk menjadi inti bagi sidang-sidang baru.
Sumber daya finansial yang terbatas bukanlah kendala yang tak tertanggulangi bagi Saksi-Saksi sehubungan dengan ambil bagian dalam kegiatan demikian. Para penatua dari empat sidang di Sobral, Ceará, di salah satu kawasan yang paling gersang dan miskin di Brasil, mengadakan pertemuan pada bulan September 1993 untuk memutuskan bagaimana cara mengerjakan kota-kota tertentu secara tetap tentu. Terdapat sepuluh kota yang ditugaskan kepada mereka yang, hingga saat itu, dikerjakan sekali-sekali saja. Jadwal bus ke tempat-tempat ini membuat hampir mustahil bagi para penyiar untuk mengadakan perjalanan.
Kota-kota tersebut berada dalam radius kira-kira 130 kilometer dari Sobral, jadi para penatua memutuskan untuk membeli sebuah mobil van bekas agar para penyiar dapat mengadakan perjalanan ke daerah tersebut setiap hari. Mereka dapat berangkat pada pagi hari dan kembali pada malam hari. Sewaktu diberi tahu mengenai keputusan ini, sidang-sidang mengirimkan sumbangan sukarela untuk mobil van tersebut. ”Pembelian kendaraan ini bukanlah hasil sumbangan setempat yang besar, tetapi melalui upaya semuanya,” tulis Wilson P. Dias, salah seorang penatua yang terlibat. Saudara yang lain menulis, ”Sidang-sidang menyumbangkan 2.000 dolar AS, seorang saudara dari Inggris menyumbangkan jumlah yang sama, dan sisanya dilunasi secara angsuran.”
Lebih dari 50 penyiar dan perintis ambil bagian dalam pengaturan ini, masing-masing mengadakan perjalanan pada hari tertentu dalam seminggu. Dengan cara ini mereka menjangkau populasi sebanyak 110.000 jiwa. Mereka dapat membantu sejumlah individu untuk menjadi para pemberita Kerajaan dan telah mengaktifkan kembali yang lainnya. Perhimpunan-perhimpunan sekarang diadakan secara tetap tentu di empat dari kota-kota tersebut.
Pada awal tahun 1995 pengaturan lain, yang dikoordinasi oleh kantor cabang Brasil, diusulkan dengan tujuan mencapai dan memperhatikan orang-orang yang tinggal di daerah yang belum ditugaskan atau yang jauh. Sidang-sidang tertentu mengatur untuk membayar ongkos para perintis biasa yang mau melayani selama enam bulan di daerah demikian. Lebih banyak sidang mengikuti jejak mereka, dan hasilnya sangat menganjurkan. Sekarang, lebih dari 340 perintis biasa telah ditugaskan untuk melayani di 350 kota, tempat mereka telah membantu lebih dari 300 orang menjadi penyiar.
Pada waktu yang sama, banyak pekerjaan baik sedang dilakukan oleh ke-1.400 perintis istimewa tetap dan sementara. Banyak dari antara mereka ditugaskan untuk bekerja dengan sidang-sidang yang kekurangan saudara-saudara berpengalaman. Misalnya, di Rio Branco, Acre, salah satu sidang hanya memiliki satu penatua setempat, selain perintis istimewa, untuk mengurus kebutuhan dari 90 penyiar. Akan tetapi, mayoritas perintis istimewa melayani di kota-kota kecil yang tidak memiliki sidang, dan betapa menyenangkan untuk menyaksikan pekerjaan baik tersebut sedang dilakukan.
Saudara-saudara dari kota-kota yang lebih besar juga sedang melakukan bagian mereka dalam mengerjakan daerah yang jauh dan jarang dikerjakan. Selama sembilan tahun berturut-turut, mereka yang tinggal di Rio de Janeiro telah mengorganisasi kelompok-kelompok untuk mengerjakan daerah demikian selama beberapa minggu. Belum lama ini sebuah kelompok yang terdiri dari 68 saudara dan saudari mengerjakan 20 kota di Paraná, menempuh perjalanan sejauh 2.500 kilometer lebih selama upaya 17 hari. Satu-satunya penyesalan mereka, kata Georges Ghazi, salah seorang yang mengorganisasi kelompok tersebut, adalah bahwa perjalanan kesaksian singkat ini tidak dimulai lebih awal.
Kondominium Eksklusif
Orang-orang yang tinggal di daerah yang belum ditugaskan bukanlah satu-satunya tempat yang sulit dicapai. Terdapat banyak orang di kota-kota yang lebih besar yang memilih untuk hidup di daerah-daerah eksklusif, di kondominium, dan di bangunan-bangunan apartemen yang menyediakan keamanan terhadap tindak kejahatan. Orang-orang semacam itu sulit dikunjungi tetapi bukannya tidak mungkin. Sepasang suami-istri yang telah berada dalam dinas sepenuh waktu selama beberapa saat selama tahun 1980-an pindah ke salah satu bangunan ini dekat São Paulo. Mereka menganggapnya sebagai daerah pribadi mereka. ”Sewaktu saya berbelanja atau ke bank atau sewaktu saya menjemput anak-anak dari sekolah,” sang ibu mengenang, ”Saya selalu siap untuk menghubungi tetangga-tetangga kami.” Belakangan ia dengan waspada mengadakan kunjungan kembali secara sistematis kepada mereka.
Dalam suatu rapat orang-tua dari anak-anak sekolah, seorang ibu menceritakan kepada saudari kita bahwa anaknya sulit berkonsentrasi. Saudari tersebut membawakan majalah Sedarlah! untuk sang ibu dengan artikel yang membahas problemnya, dan ini menghasilkan suatu pengajaran Alkitab. Akhirnya, wanita tersebut dan dua putrinya dibaptis. Tetangga yang lain menanyakan saudari kita jika ia ingin bekerja sama mengumpulkan makanan untuk orang-orang yang membutuhkan. Saudari tersebut memberitahunya bahwa ia telah terlibat dalam kegiatan membantu orang-orang dalam lingkungan tempat tinggalnya, dan ia menjelaskan pengaturan untuk pengajaran Alkitab di rumah. Wanita tersebut, suaminya, dan putra mereka yang berusia 18 tahun mulai belajar dan akhirnya dibaptis.
Wanita yang lain dan ketiga remaja putrinya menerima sebuah pengajaran Alkitab. Sang suami menentang, meskipun ia menganggap dirinya sebagai seorang yang religius. Salah seorang putrinya menyarankan agar ia menghadiri sebuah perhimpunan untuk menyelidiki sendiri hal ini, dan ia setuju. Beberapa hari kemudian, saudari kita mengundang keluarga tersebut untuk makan siang di rumahnya, dan mereka datang. Sungguh mengejutkan semua orang, sang suami memberi komentar pada perhimpunan yang dihadirinya. Kemudian, ia bersedia menerima pengajaran Alkitab. Sekarang, semua dalam keluarga itu melayani Yehuwa.
Ada juga orang-orang lain yang menerima pengajaran. Sebagai hasilnya, pada bulan November 1991 sebuah sidang terbentuk yang semuanya terdiri dari orang-orang yang tinggal di satu kondominium itu. Terdapat 46 penyiar, dan 80 orang menghadiri Peringatan pada tahun 1995. Jadi kebenaran Firman Allah dapat menerobos bahkan ke dalam daerah-daerah yang lebih sulit dijangkau.
400.000 Penyiar dan Lebih Banyak Lagi!
Hampir seabad yang lalu, benih kebenaran Alkitab pertama kali mencapai Brasil melalui surat. Setelah kira-kira 25 tahun, pengaturan dibuat untuk menerjemahkan publikasi-publikasi Menara Pengawal ke dalam bahasa Portugis secara tetap di Brasil dan mencetaknya di Rio de Janeiro. Selama 25 tahun berikutnya, kira-kira 1.000 orang Brasil menjadi Saksi-Saksi Yehuwa dan mulai ambil bagian secara tetap tentu dalam menyebarkan kabar baik tentang Kerajaan Allah kepada yang lain. Tetapi menjelang bulan April 1995, jumlah tersebut telah meningkat menjadi lebih dari 400.000 penyiar Kerajaan! Apakah masih ada yang harus dilakukan?
Yesus Kristus menubuatkan bahwa berita Kerajaan akan diberitakan ”di seluruh bumi yang berpenduduk” sebelum akhir itu datang. (Mat. 24:14) Sejauh mana itu telah dilaksanakan di Brasil? Perhimpunan-perhimpunan pada masa permulaan yang diadakan di Brasil oleh Saksi-Saksi Yehuwa (pada waktu itu dikenal sebagai Siswa-Siswa Alkitab) mencakup mereka yang ada di São Paulo dan Rio de Janeiro. Sekarang di daerah-daerah tersebut, terdapat banyak sidang yang dibanjiri orang-orang yang mengasihi dan melayani Yehuwa. Di kota metropolitan São Paulo, terdapat 837 sidang; di Rio de Janeiro, 539 sidang; dan Salvador memiliki 276 sidang. Di seluruh negeri, terdapat lebih dari 6.650 sidang yang terdiri dari Saksi-Saksi yang bergairah dari Yehuwa. Orang-orang di kota-kota ini berkesempatan untuk sering mendengarkan berita Kerajaan—di beberapa daerah, setiap minggu.
Di kota-kota kecil dan daerah-daerah pedesaan, tidak semua orang dikunjungi sedemikian sering. Terdapat kira-kira 350 kota kecil (dengan jumlah keseluruhan penduduk diperkirakan 1.500.000 jiwa) dan daerah-daerah pedesaan ekstensif yang belum ditugaskan kepada sidang mana pun. Tidak ada kesaksian yang secara tetap tentu diberikan di daerah-daerah ini, meskipun upaya-upaya diadakan untuk mencapai mereka kira-kira enam bulan sekali.
Mungkinkah lebih banyak orang—baik di kota-kota besar atau di daerah-daerah terpencil—dibantu untuk menghargai nilai dari berita Alkitab? Dalam upaya untuk mencapai hati mereka, selama bulan April dan Mei 1995, suatu upaya khusus dikerahkan untuk mengadakan kontak pribadi dengan sebanyak mungkin orang dan memberi mereka risalah Mengapa Kehidupan Begitu Penuh Problem? Lebih dari 34.000.000 risalah dicetak dan dikirim ke sidang-sidang untuk dibagikan. Sewaktu menerima risalah itu, seorang pria berkata, ’Saya mengajukan pertanyaan yang sama kepada diri sendiri pagi ini dan membicarakannya dengan orang-orang lain.’ Seorang wanita berkata, ’Selama bertahun-tahun, saya menanyakan itu kepada diri sendiri, tetapi saya tidak pernah membayangkan akan ada jawaban untuk pertanyaan itu.’ Yang lainnya menulis kepada Lembaga, ’Saya sangat menyukai risalah tersebut sehingga saya meminta sebuah pengajaran Alkitab dari Anda. Terima kasih banyak.’
Saksi-Saksi Yehuwa di Brasil tidak merasa bahwa pekerjaan mereka telah selesai dan tidak ada lagi yang dapat dilakukan dalam menaati perintah nubuat Yesus untuk memberi kesaksian berkenaan Kerajaan tersebut. Bahkan di daerah-daerah yang sering dikunjungi Saksi-Saksi, mereka menyadari bahwa banyak orang tidak ada di rumah. Orang-orang tersebut mungkin bekerja, berbelanja, atau berkunjung, atau mereka mungkin tidur lebih lama guna memperbarui tenaga mereka untuk pekan selanjutnya. Saksi-Saksi mempedulikan orang-orang ini. Untuk mengatasi situasi sedemikian, seorang pengawas keliling di Porto Alegre, Rio Grande do Sul, menerapkan strategi ini: Ia sadar bahwa pada hari-hari musim dingin, banyak orang ingin tidur lebih lama karena tempat tidur adalah tempat terhangat pada waktu itu. Pengawas tersebut dan rekannya akan mengelilingi satu blok dan hanya mengetuk pintu-pintu rumah yang menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan. Mereka mengelilingi satu blok sembilan kali, dan setiap kali mereka menemukan lebih banyak orang yang tidak tidur. Mereka dapat menempatkan lektur di setiap rumah, dengan demikian membuka jalan untuk kunjungan-kunjungan kembali.
Terdapat banyak orang di Brasil yang menunjukkan minat akan Firman Allah, dan Saksi-Saksi Yehuwa ingin sekali membantu mereka memperoleh pengertian dan belajar cara menerapkannya dalam kehidupan setiap hari. Sekarang, Saksi-Saksi secara tetap tentu memimpin lebih dari 500.000 pengajaran Alkitab di rumah dengan individu-individu dan kelompok-kelompok keluarga. Dan mulai tahun 1995, dengan menggunakan buku Pengetahuan yang Membimbing Kepada Kehidupan Abadi, Saksi-Saksi Yehuwa meluncurkan suatu program yang dirancang untuk membantu orang-orang yang memiliki kecenderungan adil-benar untuk mempelajari dasar-dasar pengajaran Alkitab dengan lebih cepat dibandingkan dengan di masa lampau. Selain mereka yang menerima bantuan demikian, jutaan lainnya di seluruh negeri dengan senang menerima lektur Alkitab yang dibagikan oleh Saksi-Saksi, sebagaimana terbukti bahwa 2.334.630 buku, 21.168.979 majalah, dan 2.787.032 brosur ditempatkan selama tahun dinas 1996.
Ladang minat teokratis dari saudara-saudari kita di Brasil jauh melampaui batas-batas negeri Brasil. Banyak perintis pindah untuk melayani di tempat yang lebih membutuhkan di negeri-negeri yang belum mendapat kesaksian yang ekstensif. Dari cabang di Cesário Lange, lektur Alkitab disediakan untuk digunakan dalam pemberitaan kabar baik tidak hanya di Brasil tetapi juga di Angola, Argentina, Bolivia, Jerman, Mozambik, Portugal, dan Uruguay. Tidak soal pekerjaan yang telah dilakukan di masa lampau, tampaknya kecepatannya terus bertambah tahun demi tahun.
Sungguh Menyukakan Hati!
Sungguh, banyak pekerjaan yang terlibat untuk memberi kesaksian di seluruh Brasil. Tetapi ini benar-benar pekerjaan yang menyukakan hati! Memang, selain masa-masa menyenangkan, juga terdapat masa-masa yang sulit. Namun hati kita dihangatkan seraya kita menyaksikan dengan mata kita sendiri bukti dari berkat Yehuwa atas kegiatan hamba-hamba-Nya yang loyal.
Erich Kattner masih mengingat pada tahun 1939 dan 1940 dahulu, sewaktu ia memberi kesaksian di daerah-daerah pedesaan di Brasil ia sering kali tidur di tempat terbuka, dengan tas lekturnya sebagai bantal. Hanya terdapat beberapa ratus Saksi di seluruh negeri pada saat itu. Sangat sedikit dari rumah-rumah yang ia kunjungi memiliki sebuah Alkitab. Untuk memperoleh Alkitab agar dibagikan kepada orang-orang yang berminat, ia harus pergi ke toko buku Lembaga Alkitab terdekat, tetapi setelah beberapa waktu mereka tidak bersedia menjual Alkitab kepadanya lagi. Akan tetapi, ia menyatakan, ”Saya tergetar dan memiliki hak istimewa untuk menghadiri Kebaktian ’Kabar Baik yang Abadi’ di New York City pada tahun 1963, sewaktu Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru diperkenalkan dalam enam bahasa, termasuk bahasa Portugis. Saya khususnya sangat bersyukur kepada Yehuwa karena menerimanya dalam bahasa Portugis, karena saya dapat menggunakannya dalam penugasan saya di Brasil.” Sejak tahun 1967 Alkitab Terjemahan Dunia Baru yang lengkap, dari Kejadian hingga Penyingkapan, telah tersedia dalam bahasa Portugis. Betapa suatu berkat yang tepat waktu bagi pekerjaan pendidikan Alkitab di Brasil! Jumlah pemuji Yehuwa yang aktif di Brasil telah meningkat dari 30.118 pada tahun 1963 menjadi lebih dari 436.000 pada tahun 1996.
Augusto Machado bersyukur atas bantuan yang diberikan kepadanya oleh salah seorang utusan injil yang mula-mula dikirim ke Brasil. Ia juga mengenang kebaktian pertama dari Saksi-Saksi Yehuwa yang dihadirinya. Kebaktian itu diadakan di Rio de Janeiro. N. H. Knorr dan M. G. Henschel hadir dari New York. Hadirin hanya berjumlah 1.064. Salah satu khotbah berjudul ”Jalan Kasih yang Lebih Unggul”. ”Kemudian pada tahun 1958,” Saudara Machado menyatakan, ”saya mendapat hak istimewa berada di antara kumpulan 253.922 orang yang menghadiri kebaktian internasional selama delapan hari di New York. Semangat kasih yang sama memenuhi kedua kebaktian tersebut. . . . Saya kembali dari New York dengan perasaan lebih yakin daripada sebelumnya bahwa umat Yehuwa, terbebas dari perpecahan suku dan ras, sedang melakukan pekerjaan pendidikan Alkitab seluas dunia yang tidak ada bandingannya dalam sejarah.”
Pada tahun 1985 ia menyaksikan bukti yang mencolok dari hasil pekerjaan pendidikan Alkitab di Brasil. Ia mendapat hak istimewa berbicara pada sebuah kebaktian internasional yang diadakan secara simultan di São Paulo dan Rio de Janeiro. Jumlah hadirin seluruhnya mencapai hampir 250.000, kebanyakan dari Brasil. Dan satu dekade kemudian, sewaktu sidang-sidang dari Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh Brasil bertemu untuk memperingati Peringatan dari kematian Kristus, lebih dari 1.144.000 orang yang hadir.
Semua hamba Yehuwa yang berbakti dewasa ini memiliki banyak alasan untuk bersukacita walaupun mereka hidup pada masa-masa sulit. Hati kita sangat tergerak seraya kita merenungkan apa yang telah Allah lakukan dan apa yang telah Ia janjikan di masa depan. Dari semua bangsa, termasuk Brasil, ”barang-barang yang indah” sedang dikumpulkan ke dalam rumah ibadat rohani-Nya. (Hag. 2:8) Seperti dinyatakan Mazmur 144:15 dengan tulus, ”Berbahagialah bangsa yang Allahnya ialah [Yehuwa]!”
[Peta/Gambar di hlm. 167]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
Sungai Amazon
Manaus
AMAZONAS
MATO GROSSO
Cesário Lange
RIO GRANDE DO SUL
Belém
Fortaleza
Recife
Salvador
Rio de Janeiro
São Paulo
[Gambar]
1. Pantai di Recife
2. Rio de Janeiro
3. Hutan tropis Amazon
4. Memberi kesaksian di Amazon
5. Kantor Cabang, Cesário Lange
[Gambar penuh di hlm. 124]
[Gambar di hlm. 126]
Alston dan Maude Yuille memulai dinas di Brasil pada tahun 1936
[Gambar di hlm. 126]
Charles Leathco, dari kelas pertama Gilead, masih melayani di Betel di Brasil
[Gambar di hlm. 133]
Mesin cetak rotari mulai beroperasi di Saõ Paulo pada tahun 1973
[Gambar di hlm. 134]
Pada Kebaktian ”Kemenangan Ilahi” di São Paulo, para delegasi menyaksikan buah-buah yang menghangatkan hati dari kesaksian mereka yang terpadu
[Gambar di hlm. 142]
”Taman Kebaktian” yang setengah tertutup di Salvador
[Gambar di hlm. 145]
Panitia Cabang (kiri ke kanan): Massasue Kikuta, Karl Rietz, Amaro Santos, Östen Gustavsson, Augusto Machado, Fred Wilson
[Gambar di hlm. 150]
Sewaktu penahbisan cabang pada tahun 1981, Lloyd Barry mendesak, ’Berilah perhatian yang tidak terbagi kepada pemberitaan kabar baik’
[Gambar di hlm. 156]
Lebih dari 39.000 telah dilatih di Sekolah Dinas Perintis. Terlihat kelas di Sorocaba, São Paulo
[Gambar di hlm. 158]
Para utusan injil dan lulusan Gilead yang lain dalam dinas sepenuh waktu, bersama teman hidup mereka, selama kunjungan pengawas zona pada tahun 1996
[Gambar di hlm. 162]
Mesin cetak ofset rotari dan MEPS merupakan perkakas yang penting dalam mencapai publikasi simultan
[Gambar di hlm. 170]
Perahu digunakan di muara Sungai Amazon untuk memberitakan kabar baik
[Gambar di hlm. 175]
Para sukarelawan dari negeri-negeri lain membantu Saksi-Saksi setempat membangun fasilitas cabang; terlihat di sini adalah keluarga Harley (atas) dan keluarga Colwell
[Gambar di hlm. 176, 177]
Fasilitas-fasilitas cabang sekarang sedang digunakan untuk mengkoordinasi kegiatan lebih dari 430.000 Saksi-Saksi di Brasil
[Gambar di hlm. 192]
Enam belas Balai Kebaktian sekarang melayani kebutuhan Saksi-Saksi Yehuwa di Brasil
[Gambar di hlm. 193]
Lebih banyak Balai Kerajaan dibutuhkan. Metode pembangunan cepat sedang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
[Gambar di hlm. 194]
Beberapa sidang menyediakan bantuan khusus bagi para tunarungu dan tunanetra
[Gambar di hlm. 205]
Erich Kattner bersukacita menyaksikan Alkitab ”Terjemahan Dunia Baru” tersedia dalam bahasa Portugis
[Gambar di hlm. 207]
Augusto Machado telah menyaksikan bukti yang mencolok dari hasil pendidikan Alkitab di Brasil