PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g98 8/7 hlm. 15-19
  • Kalkuta​—Kota Ceria yang Kontras

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Kalkuta​—Kota Ceria yang Kontras
  • Sedarlah!—1998
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Terbentuknya Kota Ini
  • Lubang Hitam dari Kalkuta
  • Kalkuta Didandani
  • Metropolitan Perdagangan
  • Transportasi​—Yang Tradisional dan yang Modern
  • Beragam Kebudayaan Kalkuta
  • Yang Unik untuk Dilihat
  • Goyang Lidah
  • Jalan Kereta Api India​—Raksasa yang Melingkupi Suatu Bangsa
    Sedarlah!—2002
  • ”Berkeliling ke Semua Kota”
    Sedarlah!—1994
  • Mengamati Dunia
    Sedarlah!—2011
  • Mengamati Dunia
    Sedarlah!—2010
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1998
g98 8/7 hlm. 15-19

Kalkuta​—Kota Ceria yang Kontras

Oleh koresponden Sedarlah! di India

BAGI Rudyard Kipling, pengarang asal Inggris, inilah ”kota dengan malam yang menyeramkan”, ”kota yang sesak dan berpenyakit”. Tetapi, bagi Mirza Ghalib, pujangga Urdu kenamaan, inilah ”kota yang sangat menyegarkan”, ”kota surgawi”. Pengarang Dominique Lapierre menganggap setiap kunjungannya ke kota ini sebagai ”pengalaman menakjubkan yang baru”, sementara Peter T. White, dalam tulisannya di National Geographic, mengutip komentar orang-orang lain yang menyebutkan bahwa kota ini ”menyeramkan, menakutkan, mengerikan. Daerah kumuh terbesar di dunia”. Tak diragukan lagi, Kalkuta (dalam bahasa Bengali, Kalikata) memang kota yang kontras.

Terbentuknya Kota Ini

Kalkuta, yang terletak di pesisir timur laut India, di negara bagian Benggala Barat, bukanlah kota purba India. Dibandingkan dengan kota-kota seperti Delhi dan Thanjavur, kota itu masih tergolong muda. Sebagaimana kebanyakan kota lainnya, terbentuknya Kalkuta karena adanya sebuah sungai, Sungai Gangga nan megah. Di dekat Teluk Benggala, Sungai Gangga terbagi menjadi dua anak sungai, lalu menjadi banyak cabang lagi, kemudian membentuk delta terluas di dunia. Sisi barat delta itu adalah sungai yang dahulu dikenal dengan sebutan Bhagirathi-Gangga, belakangan dikenal dengan nama Hooghly, yang mengalir ke arah selatan menuju laut.

Pada abad ke-15 dan ke-16, para pedagang Portugis, Belanda, dan Inggris berlayar ke Hooghly dan, atas seizin pemerintah setempat, mendirikan pangkalan-pangkalan dagang. Job Charnock, seorang pejabat Serikat Dagang India Timur milik Inggris (British East India Company), memilih desa Sutanuti sebagai pusat perdagangan. Setelah beberapa kali gagal, ia berlayar ke Sutanuti dan, dengan menghimpun kekuatan dari desa Govindpur dan desa Kalikata, membubuh dasar untuk mendirikan tempat permukiman orang Inggris bukan sekadar sebuah pangkalan dagang. Itu terjadi pada tanggal 24 Agustus 1690. Kalkuta pun terbentuk!

Hak pendudukan diperoleh secara resmi pada tahun 1698, dan hingga tahun 1757, Inggris membayar sewa kepada penguasa Mogul. Inggris mendirikan Benteng William untuk memberikan perlindungan militer terhadap kota yang sedang berkembang ini. Para pedagang, karena merasa aman setelah didirikannya Benteng William, mulai membangun vila-vila besar. Sejak itu, populasi kota dan desa-desa sekitarnya mencapai 400.000, dan kegiatan perdagangan membawa hampir 50 kapal per tahun ke Hooghly.

Lubang Hitam dari Kalkuta

Pada tahun 1756, seorang penguasa muda setempat yang gegabah, bernama Siraj-ud-Dawlah dari Benggala, menyerang Kalkuta. Sebagian besar penduduknya melarikan diri, tetapi sebagian orang Eropa, yang berlindung di Benteng William, menyerah dan dikurung di sebuah penjara kecil di tengah panasnya cuaca bulan Juni. Keesokan harinya, banyak korbannya didapati mati lemas. Penjara ini terkenal sebagai Lubang Hitam Kalkuta.

Insiden ini menimbulkan kemarahan Serikat Dagang India Timur, sehingga pada tahun 1757, Robert Clive membawa sepasukan tentara Inggris untuk merebut kembali kota. Konon, dikobarkannya Perang Plassey menandai dimulainya pemerintahan Inggris di India. Dan apa akibatnya bagi Kalkuta? Pada tahun 1773, kota itu menjadi ibu kota India-Inggris hingga tahun 1911.

Kalkuta Didandani

Seraya kota itu bertambah makmur, bangunan-bangunan megah didirikan, sehingga Kalkuta dijuluki Kota Istana. Jalan-jalan raya yang lebar dibangun, dan museum serta perpustakaan didirikan. Banyak bangunan indah masih berdiri hingga sekarang menjadi bukti akan semua ini.

Setelah 190 tahun diperintah Inggris, India, di bawah pimpinan Mohandas Gandhi dan Jawaharlal Nehru, memperoleh kemerdekaan pada tahun 1947, namun itu mengakibatkan perpecahan. Di bawah Muhammad Ali Jinnah, negara bagian Muslim yakni Pakistan (Pakistan Timur dan Barat) terbentuk. Kemudian, pada tahun 1971, Pakistan Timur menjadi Bangladesh. Peristiwa-peristiwa ini menyebabkan arus pengungsi membanjiri Kalkuta; yang sekarang ini menjadi daerah metropolitan berpopulasi lebih dari 12.000.000 jiwa.

Arus kedatangan begitu banyak orang tanpa didukung sarana penunjang menimbulkan banyak sekali problem. Kurangnya sarana perumahan mengakibatkan jutaan orang tinggal di daerah-daerah kumuh yang paling miskin, di tempat tinggal yang terbuat dari kardus dan serat rami, dengan fasilitas sanitasi, listrik, dan air bersih yang sangat minim atau tidak ada sama sekali. Ribuan orang lainnya tinggal di jalanan. Pada tahun 1967, sembilan perencana kota internasional yang melaporkan tentang keadaan di Kalkuta mengatakan bahwa kota itu ”dengan cepat mendekati taraf kehancuran dalam bidang ekonomi, perumahan, sanitasi, transportasi, dan sarana hidup manusia yang penting”. Masa depannya tampak suram.

Dalam upaya untuk meningkatkan ketersediaan perumahan, khususnya bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, suatu areal luas rawa air asin direklamasi. Juga, dengan mengeruk endapan lumpur dari sungai untuk menciptakan tanah urukan, mutu pelayaran pun meningkat.

Pada awal tahun 1990-an, investasi internasional menjamur di India, dan Kalkuta pun tidak mau ketinggalan. Oleh karena itu, suatu tindakan pembersihan besar-besaran dimulai. Para penghuni daerah kumuh dipindahkan ke luar kota, sampah didayagunakan untuk menghasilkan listrik serta pupuk, dan kendaraan-kendaraan yang mengakibatkan polusi dilarang, demikian pula dengan tungku-tungku di udara terbuka yang menghasilkan banyak asap. Jalan-jalan diperlebar, dan pusat-pusat perbelanjaan dibangun. Kelompok-kelompok masyarakat turun tangan untuk membersihkan, menanami, dan mengecat kota. Kalkuta diselamatkan dari ambang kehancuran dan diberi napas hidup yang baru​—sebegitu hebatnya sehingga kota yang dahulu ’mati’ dan ’hancur’ kini kembali ceria. Menurut laporan pada tahun 1997 sehubungan dengan keuntungan dan kemudahan sipil, kota ini mengungguli kota-kota besar di India lainnya.

Metropolitan Perdagangan

Dengan adanya para pengungsi dari negara-negara tetangga, para imigran dari negara-negara bagian lain di India, penduduk asli Benggala, dan warga Cina serta Armenia yang telah lama bermukim di Kalkuta, kota metropolis ini telah menjadi semacam tempat percampuran beragam bahasa, budaya, agama, dan masakan. Apa yang menarik jutaan orang ini ke Kalkuta? Perdagangan! Kapal-kapal dari seluruh dunia datang ke kota pelabuhan ini, tempat Timur bertemu Barat. Komoditi ekspornya antara lain salpeter (sodium nitrat), serat rami, teh, gula, indigo, kapas, dan sutra. Lewat jalan raya, rel kereta api, dan laut, sejumlah besar barang keluar-masuk Kalkuta. Setelah masa kemerdekaan, pabrik-pabrik besi dan baja yang besar dibangun, dan mineral-mineral berharga untuk kebutuhan rumah tangga dan ekspor, ditambang.

Sarana dasar pertumbuhan perdagangan ini adalah pelabuhan. Pada mulanya, Inggris menurunkan jangkar kapal-kapal mereka di bagian Sungai Hooghly yang lebih dalam dan mengirimkan kapal-kapal kecil ke sungai untuk mengangkut barang. Pada tahun 1758, didirikan inti pelabuhan utama India di kemudian hari didirikan di Kalkuta. Modernisasi yang terus-menerus dan ditingkatkannya aliran-aliran sungai dari sebuah dam Sungai Gangga telah membuat Kalkuta cukup maju di bidang lalu lintas laut dalam dan luar negeri, serta lalu lintas sungai hingga ke pedalaman.

Transportasi​—Yang Tradisional dan yang Modern

Di sebuah kota yang berpenduduk lebih dari 12 juta jiwa, transportasi merupakan masalah besar. Kalkuta memiliki semua sarana transportasi yang umumnya terdapat di kota modern​—dan masih ada lagi! Bagi para wisatawan, becak yang dihela manusia merupakan salah satu daya tarik, sewaktu tampak tukang-tukang becak yang gesit berupaya menembus lalu lintas yang padat​—sering kali dapat mengantar penumpangnya lebih cepat ke tempat tujuan daripada bus ataupun taksi. Ketika pertama kali diperkenalkan pada tahun 1900, becak ini dimaksudkan sebagai sarana transportasi barang, namun tak lama kemudian, becak digunakan untuk mengangkut orang; diperkirakan terdapat sekitar 25.000 becak di jalan raya kota! Meskipun becak memperlambat arus lalu lintas, jenis sarana angkutan ini menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 50.000 pria dan layanan transportasi bagi begitu banyak orang.

Setiap hari, kapal-kapal feri kecil mengangkut ribuan pekerja komuter (pulang-pergi) antara stasiun kereta api utama Kalkuta dan pusat kawasan bisnis. Transportasi sungai sedang dikembangkan untuk mengurangi masalah kepadatan lalu lintas jalan raya, seraya lebih dari 50.000 mobil dan ribuan truk setiap hari berjuang melewati jembatan yang paling banyak dilewati di dunia, Jembatan Howrah.

Barangkali, sarana transportasi yang paling disukai di kota ini adalah trem listrik. Sistem angkutan yang hebat, yang bebas polusi, berkapasitas tinggi, dan hemat energi ini mengangkut ratusan ribu orang keliling kota setiap hari, meskipun tidak selalu dalam kondisi yang nyaman. Bergelantungan di sisi trem membutuhkan keterampilan khusus! Kemajuan besar dicapai dengan dirampungkannya Sistem Kereta Api Bawah Tanah (Metro) baru-baru ini, yang dapat mengangkut lebih dari 60.000 penumpang setiap jam ke pusat-pusat kota dalam kondisi nyaman dan sejuk.

Beragam Kebudayaan Kalkuta

Kesempatan untuk mengenyam pendidikan di Kalkuta telah menghasilkan banyak orang yang menekuni bidang-bidang sains dan hukum, seni murni juga berkembang di Kalkuta, kota yang menjadi pusat kebudayaan di negara yang luas ini. Lebih dari seperempat juta mahasiswa menuntut ilmu di University of Calcutta, yang telah berusia 140 tahun, salah satu universitas terbesar di dunia.

Jika Mumbay adalah pusat perfilman komersial India, Kalkuta adalah pusat film artistik berkualitas tinggi. Nama-nama besar seperti Satyajit Ray dan Mrinal Sen terkenal di seluruh dunia karena sumbangsihnya di dunia seni. Kalkuta berbangga karena memiliki lebih banyak pujangga dibandingkan dengan Roma dan Paris bila digabungkan, lebih banyak majalah sastra dibandingkan dengan New York dan London serta, bangga akan College Street, salah satu pasar buku bekas terbesar di dunia.

Yang Unik untuk Dilihat

Salah satu bangunan khasnya yang terkenal adalah Victoria Memorial, yang terbuat dari marmer dengan gaya Renaisans Italia. Dibuka pada tahun 1921, itu merupakan museum besar yang menyimpan memorabilia dari raj (penguasa) Inggris di India. Kalkuta juga memiliki Museum India yang besar dan lebih dari 30 museum lain. Kebun Raya India dengan pohon banyan yang telah berusia 240 tahun, yang kelilingnya lebih dari 400 meter, pantas untuk dikunjungi, demikian pula dengan Taman Zoologi. Maidan​—sebuah lapangan terbuka seluas 520 hektar​—terkenal sebagai paru-parunya Kalkuta, dan sebagai alun-alun desa terluas di seluruh India. Kalkuta juga berbangga karena memiliki Birla Planetarium, salah satu yang terbesar di dunia. Bagi penggemar olahraga cricket, ada lapangan Eden Gardens yang dapat menampung lebih dari 100.000 penonton yang riuh dan antusias, yang menyaksikan pertandingan internasional.

Bangunan yang sangat indah adalah Science City, pusat sains interaktif terbesar di Asia, yang memungkinkan para pengunjung mengikuti simulasi gempa bumi, melihat tenggelamnya sebuah pulau, menyaksikan terbentuknya tornado, dan mempelajari fakta-fakta yang indah tentang lingkungan dan kebiasaan banyak makhluk hidup. Tetapi, bagi orang-orang Hindu, daya tarik terbesar dari Kalkuta adalah festival Durga Puja, ketika seisi kota bergembira menikmati perayaan agama yang meriah dan gila-gilaan selama lima hari, sehingga kegiatan sehari-hari berhenti total.

Apa yang dapat Anda temui bila pergi berbelanja di Kalkuta? Apa saja! Tapi, bersiaplah untuk bersenggolan dengan kumpulan orang yang hiruk pikuk, dan perhatikanlah para wanita dengan pakaian sari yang indah dalam beraneka ragam warna. Anda dapat membeli barang-barang kulit dengan harga terjangkau, termasuk sepatu kulit yang halus di toko-toko milik orang Cina. Barang-barang dari baja tahan karat, tekstil, keramik yang indah, dan perhiasan yang digarap dengan indah hanyalah beberapa di antara produk-produk yang dapat diperoleh oleh orang-orang yang berbelanja dengan sabar di pasar yang sangat luas di ”surga belanja” ini.

Goyang Lidah

Kalkuta juga dilukiskan sebagai surganya masakan, jadi kita akan rugi bila tidak mencicipi beberapa makanannya yang lezat. Konon orang-orang Benggala memuja makanan dan menghargai orang dari keterampilannya mengolah makanan! Ikan mendominasi hidangan khas Kalkuta, dan pasar-pasar yang besar menyediakan berbagai jenis ikan, daging, dan sayuran. Rempah-rempah segar, diracik dengan cermat, membuat sayuran sederhana memiliki cita rasa yang kaya. Masakan Cina berlimpah ruah. Dan, sebagai hidangan penutup yang lezat dari Kalkuta adalah sajian yang manis-manis. Rasagollas, bola-bola dadih yang dikentalkan, diberi perasa dan direndam dalam air gula, merupakan lambang Benggala. Dan jangan lewatkan mishti doi, semacam yoghurt yang dimaniskan sebagai hidangan penutup yang populer. Apakah selera makan Anda tergugah? Dapatkah Anda menghirup aroma masakan lezat dari restoran-restoran itu? Ya, Kalkuta memang kota ceria yang menarik dengan aneka kontras!

[Peta di hlm. 15]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

SRI LANKA

INDIA

Kalkuta

BANGLADESH

[Peta]

KALKUTA

Kebun Raya India

Maidan

Taman Zoologi

Birla Planetarium

Victoria Memorial

Museum India

Sungai Hooghly

Danau Air Asin

Bandar Udara Internasional Dum Dum

[Keterangan]

Mountain High Maps® Copyright © 1997 Digital Wisdom, Inc.

[Gambar di hlm. 15]

Science City

[Gambar di hlm. 16]

Victoria Memorial

[Gambar di hlm. 17]

Pemandangan di pasar yang ramai

[Gambar di hlm. 17]

Tukang cukur jalanan

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan