-
Penyakit yang Ditularkan Serangga—Problem yang MeningkatSedarlah!—2003 | 22 Mei
-
-
Penyakit yang Ditularkan Serangga—Problem yang Meningkat
SAAT ITU WAKTUNYA TIDUR di sebuah rumah di Amerika Latin. Seorang ibu dengan penuh kasih menyelimuti putranya dan mengucapkan selamat malam. Tetapi, dalam kegelapan, seekor kepik-pencium hitam berkilap, sepanjang kurang dari tiga sentimeter, menyelusup ke luar celah langit-langit di atas ranjang. Tanpa ketahuan, kepik itu menjatuhkan diri ke wajah anak yang sedang tidur itu dan nyaris tak terasa menyengat kulit halus sang anak dengan moncongnya. Seraya kepik itu mengenyangkan dirinya dengan darah, ia juga membuang kotorannya yang bermuatan parasit. Dalam keadaan tidur, anak itu menggaruk wajahnya, menggosokkan tinja yang terinfeksi ke luka tadi.
Akibat satu kejadian itu, sang anak mengidap penyakit Chagas. Dalam satu atau dua minggu, ia terserang demam tinggi dan tubuhnya bengkak-bengkak. Jika ia tetap hidup, parasit itu mungkin menetap dalam sistem tubuhnya, menyerang jantung, saraf, dan jaringan-jaringan internalnya. Kira-kira 10 hingga 20 tahun bisa berlalu tanpa ada gejala. Tetapi, kemudian ia bisa mengalami lecet-lecet dalam saluran pencernaannya, infeksi otak, dan akhirnya meninggal karena gagal jantung. Kisah rekaan ini dengan realistis menggambarkan cara seseorang bisa tertular penyakit Chagas. Di Amerika Latin, jutaan orang mungkin berisiko menerima ciuman maut ini.
Rekan Manusia yang Berkaki Banyak
”Kebanyakan demam serius pada manusia disebabkan oleh mikroorganisme yang dibawa serangga,” kata Encyclopædia Britannica. Orang-orang pada umumnya menggunakan istilah ”serangga” tidak hanya untuk serangga sejati—makhluk berkaki enam seperti lalat, kutu, nyamuk, kutu pengisap, dan kumbang—tetapi juga untuk makhluk berkaki delapan seperti tungau dan caplak. Para ilmuwan mendaftarkan semua ini di bawah kategori yang lebih luas, yakni artropoda—divisi terbesar dalam dunia serangga—yang mencakup sekurang-kurangnya sejuta spesies yang dikenal.
Mayoritas serangga tidak berbahaya bagi manusia, dan beberapa sangat bermanfaat. Tanpa mereka, banyak tanaman dan pohon yang sangat dibutuhkan manusia dan binatang sebagai sumber makanan tidak akan diserbuki atau menghasilkan buah. Beberapa serangga membantu mendaur ulang limbah. Banyak serangga hanya memakan tanaman, sedangkan serangga tertentu memakan serangga lain.
Tentu saja, ada serangga yang mengganggu manusia dan binatang dengan gigitan mereka yang menyakitkan atau hanya dengan keberadaan mereka dalam jumlah yang sangat banyak. Beberapa serangga juga menghancurkan panenan. Akan tetapi, yang lebih buruk adalah serangga yang menyebarkan penyakit dan kematian. Penyakit yang ditularkan serangga ”bertanggung jawab atas lebih banyak penyakit dan kematian manusia pada abad ke-17 hingga awal abad ke-20 daripada gabungan semua penyebab lainnya”, kata Duane Gubler dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.
Sekarang ini, kira-kira 1 dari setiap 6 orang terinfeksi penyakit yang diperoleh melalui serangga. Selain menyebabkan penderitaan manusia, penyakit yang ditularkan serangga mengakibatkan beban keuangan yang berat, khususnya bagi negara-negara berkembang—yang paling tidak mampu menanggung biayanya. Bahkan sebuah wabah saja dapat menelan biaya yang besar. Sebuah insiden semacam itu di India bagian barat pada tahun 1994 konon telah menguras miliaran dolar dari perekonomian setempat dan dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), negara-negara termiskin di dunia tidak akan sanggup maju secara ekonomi sampai problem kesehatan semacam itu dikendalikan.
Bagaimana Serangga Membuat Kita Sakit
Ada dua cara utama bagaimana serangga berfungsi sebagai vektor—penular penyakit. Yang pertama adalah dengan penularan mekanis. Sebagaimana manusia dapat membawa tanah ke dalam rumah lewat sepatu yang kotor, ”lalat rumah bisa membawa jutaan mikroorganisme pada kaki mereka yang, dalam dosis yang cukup besar, dapat menyebabkan penyakit”, kata Encyclopædia Britannica. Misalnya, lalat dapat membawa zat pencemar dari tinja dan meneruskannya ketika mereka hinggap di atas makanan atau minuman kita. Dengan cara inilah manusia tertular penyakit yang melemahkan dan mematikan seperti tifoid, disentri, dan bahkan kolera. Lalat juga turut menyebarkan trakoma—penyebab utama kebutaan di dunia ini. Trakoma dapat membutakan orang dengan melukai kornea—bagian bening dari mata di depan iris. Di seluas dunia, sekitar 500.000.000 orang menderita bala ini.
Kecoak, yang tumbuh pesat di kotoran, juga diduga menularkan penyakit secara mekanis. Selain itu, para pakar mengaitkan peningkatan tajam penyakit asma belum lama ini, khususnya di kalangan anak-anak, dengan alergi terhadap kecoa. Misalnya, bayangkanlah Ashley, gadis berusia 15 tahun yang telah bermalam-malam berjuang untuk bernapas karena asma. Pada saat dokter hendak memeriksa paru-parunya, seekor kecoa jatuh dari baju Ashley dan lari menyeberangi meja periksa.
Penyakit dalam Tubuh Serangga
Apabila serangga menyimpan virus, bakteri, atau parasit dalam tubuh mereka, mereka dapat menyebarkan penyakit dengan cara kedua—dengan meneruskannya melalui gigitan atau cara lain. Hanya sebagian kecil serangga yang menularkan penyakit kepada manusia dengan cara ini. Sebagai contoh, meskipun ada ribuan spesies nyamuk, hanya genus Anopheles yang menularkan malaria—penyakit menular paling mematikan nomor dua di dunia (setelah tuberkulosis).
Namun, nyamuk lain menularkan banyak penyakit yang berbeda. WHO melaporkan, ”Dari semua penyakit yang ditularkan serangga, nyamuk adalah ancaman yang terbesar, menyebarkan malaria, demam berdarah, dan demam kuning, yang semuanya bertanggung jawab atas beberapa juta kematian dan ratusan juta kasus [penyakit menular] setiap tahun.” Sekurang-kurangnya 40 persen penduduk dunia berisiko tertular malaria, dan sekitar 40 persen berisiko tertular demam berdarah. Di banyak tempat, seseorang dapat tertular kedua-duanya.
Tentu saja, nyamuk bukan satu-satunya serangga yang membawa penyakit dalam tubuh mereka. Lalat tsetse menularkan protozoa penyebab penyakit tidur, menjangkiti ratusan ribu orang dan memaksa segenap komunitas menelantarkan ladang mereka yang subur. Dengan menularkan organisme yang menyebabkan kebutaan sungai, lalat hitam telah merampas penglihatan sekitar 400.000 orang Afrika. Lalat pasir dapat membawa protozoa yang menyebabkan leismaniasis, sekelompok penyakit yang melumpuhkan, merusak, dan sering kali berakibat fatal yang sekarang ini menjangkiti jutaan orang dalam segala usia di seputar dunia. Kutu yang ada di mana-mana dapat menjadi inang cacing pita, ensefalitis, tularemia, dan bahkan pes—pada umumnya berkaitan dengan Sampar Hitam, yang dalam enam tahun saja menewaskan sepertiga atau lebih penduduk Eropa selama Abad Pertengahan.
Kutu pengisap, tungau, dan caplak dapat menularkan berbagai macam penyakit tifus, selain penyakit lainnya. Caplak di negeri-negeri beriklim sedang di seputar dunia dapat membawa penyakit Lyme yang berpotensi melemahkan—penyakit yang ditularkan vektor yang paling umum di Amerika Serikat dan Eropa. Sebuah penelitian di Swedia menyingkapkan bahwa burung-burung yang bermigrasi dapat membawa caplak sejauh ribuan kilometer, mungkin memasukkan penyakit yang mereka bawa ke kawasan baru. ”Caplak,” kata Britannica, ”mengungguli semua artropoda lainnya (kecuali nyamuk) dalam jumlah penyakit yang mereka tularkan kepada manusia.” Sebenarnya, seekor caplak saja dapat membawa sampai tiga organisme penyebab penyakit yang berbeda dan dapat menularkan semuanya dengan satu gigitan saja!
”Liburan” dari Penyakit
Baru pada tahun 1877 serangga secara ilmiah terbukti menularkan penyakit. Sejak saat itu, kampanye besar-besaran untuk mengendalikan atau melenyapkan serangga pembawa penyakit telah dilaksanakan. Pada tahun 1939, insektisida DDT ditambahkan ke dalam jajaran persenjataan, dan pada tahun 1960-an, penyakit yang ditularkan serangga tidak lagi dianggap sebagai ancaman utama terhadap kesehatan masyarakat di luar Afrika. Penekanannya beralih dari mengendalikan vektor-vektor ke mengobati kasus-kasus darurat dengan obat-obatan, dan minat untuk meneliti serangga serta habitat mereka memudar. Obat-obatan baru juga telah ditemukan, dan tampaknya sains bisa mendapatkan ”peluru ajaib” untuk menangani penyakit apa pun. Dunia sedang menikmati ”liburan” dari penyakit menular. Tetapi, liburan itu akan segera usai. Artikel berikut akan mengkaji penyebabnya.
[Kutipan di hlm. 3]
Dewasa ini, 1 dari 6 orang terjangkit penyakit yang ditularkan serangga
[Gambar di hlm. 3]
Kepik-pencium
[Gambar di hlm. 4]
Lalat rumah membawa pada kaki mereka unsur penyebab penyakit
[Gambar di hlm. 5]
Banyak serangga membawa penyakit dalam tubuh mereka
Lalat hitam membawa kebutaan sungai
Nyamuk membawa malaria, demam berdarah, dan demam kuning
Kutu pengisap dapat menularkan tifus
Kutu menjadi inang ensefalitis dan penyakit lainnya
Lalat tsetse menularkan penyakit tidur
[Keterangan]
WHO/TDR/LSTM
CDC/James D. Gathany
CDC/Dr. Dennis D. Juranek
CDC/Janice Carr
WHO/TDR/Fisher
[Keterangan Gambar di hlm. 4]
Clemson University - USDA Cooperative Extension Slide Series, www.insectimages.org
-
-
Mengapa Bangkit Kembali?Sedarlah!—2003 | 22 Mei
-
-
Mengapa Bangkit Kembali?
SEKITAR 40 tahun yang lalu, penyakit yang biasa ditularkan serangga seperti malaria, demam kuning, dan demam berdarah diduga telah hampir punah dari sebagian besar wilayah bumi. Tetapi, kemudian terjadi sesuatu yang tidak terduga—penyakit yang ditularkan serangga mulai muncul kembali.
Mengapa? Satu alasannya ialah beberapa serangga dan mikroba yang mereka bawa telah membangun resistansi terhadap insektisida dan obat yang digunakan untuk mengendalikan mereka. Proses adaptasi yang alami ini telah dipercepat, tidak hanya oleh penggunaan insektisida yang berlebihan tetapi juga oleh penyalahgunaan obat. ”Dalam banyak keluarga yang miskin,” kata buku Mosquito, ”orang memperoleh obat, menggunakan secukupnya untuk meredakan gejalanya, dan kemudian menimbun sisanya untuk gelombang penyakit berikutnya.” Dengan pengobatan yang tidak tuntas itu, mikroba yang lebih kuat mungkin tetap hidup dalam tubuh seseorang untuk menghasilkan generasi baru berupa keturunan yang kebal-obat.
Perubahan Iklim
Faktor penting bangkitnya kembali penyakit yang ditularkan serangga ialah perubahan—pada alam dan masyarakat. Salah satu contoh ialah perubahan iklim global. Beberapa ilmuwan yakin bahwa lingkungan global yang menghangat akan memperluas radius serangga pembawa penyakit ke kawasan yang sekarang ini beriklim lebih dingin. Ada beberapa bukti bahwa hal ini mungkin telah terjadi. Dr. Paul R. Epstein dari Pusat untuk Kesehatan dan Lingkungan Global, Fakultas Kedokteran Harvard, mengomentari, ”Baik serangga maupun penyakit yang ditularkan serangga (termasuk malaria dan demam berdarah) dewasa ini dilaporkan keberadaannya di daerah yang lebih tinggi di Afrika, Asia, dan Amerika Latin.” Di Kosta Rika, demam berdarah telah menyebar dengan cepat ke pegunungan, yang hingga belum lama ini membatasi penyakit itu hanya di Pantai Pasifik, dan sekarang penyakit itu menyelimuti seluruh negeri.
Tetapi, cuaca yang lebih hangat dapat memiliki dampak lainnya. Di beberapa daerah, cuaca tersebut mengubah sungai menjadi kubangan, sedangkan di daerah lain, hal itu menyebabkan hujan dan banjir yang meninggalkan genangan air. Dalam kedua kasus itu, genangan air berfungsi sebagai tempat yang sempurna bagi nyamuk untuk berkembang biak. Cuaca yang lebih panas juga mempersingkat siklus perkembangbiakan nyamuk, mempercepat tingkat reproduksi mereka, dan memperpanjang musim nyamuk. Nyamuk lebih aktif dalam cuaca yang lebih hangat. Temperatur yang lebih panas bahkan merembes ke dalam perut nyamuk dan mengintensifkan tingkat reproduksi mikroba penyebab penyakit, dengan demikian meningkatkan kemungkinan bahwa satu gigitan saja akan menyebabkan infeksi. Namun, ada keprihatinan lainnya.
Studi Kasus Penyakit
Perubahan dalam masyarakat manusia juga dapat turut menyebabkan penyakit yang ditularkan serangga. Untuk memahami caranya, kita perlu mencermati peranan serangga. Dalam banyak penyakit, serangga mungkin hanya satu dari beberapa mata rantai penularan penyakit. Binatang atau burung dapat berfungsi sebagai inang bagi suatu penyakit dengan membawa serangga pada tubuhnya atau dengan menyimpan mikroorganisme dalam aliran darahnya. Apabila si inang dapat tetap hidup, ia bisa juga menjadi gudang penyakit.
Pertimbangkan penyakit Lyme, yang diidentifikasi pada tahun 1975 dan dinamai menurut nama kota Lyme, Connecticut, AS, tempat penyakit itu pertama kali diamati. Bakteri penyebab penyakit Lyme mungkin telah tiba di Amerika Utara seratus tahun yang lalu melalui tikus atau ternak pada kapal-kapal dari Eropa. Setelah caplak Ixodes yang mungil mengisap darah binatang yang terinfeksi, bakteri itu menetap di perut caplak itu selama hidupnya. Apabila caplak itu belakangan menggigit binatang lain atau manusia, ia dapat menularkan bakteri tersebut ke dalam aliran darah sang korban.
Di Amerika Serikat bagian timur laut, penyakit Lyme bersifat endemis—penyakit itu telah ada di sana lama berselang. Di sana, bakteri penyakit Lyme khususnya bersarang di dalam tikus kaki putih. Tikus itu juga berfungsi sebagai inang caplak, khususnya caplak yang sedang dalam tahap perkembangan. Caplak dewasa lebih suka bersarang di kijang, tempat mereka makan dan kawin. Segera setelah kenyang dengan darah, caplak betina dewasa jatuh ke tanah untuk meletakkan telur-telurnya, yang darinya larva-larva segera muncul untuk memulai siklus baru.
Keadaan yang Berubah
Patogen (bibit penyakit) telah hidup berdampingan dengan hewan dan serangga selama bertahun-tahun tanpa menimbulkan penyakit pada manusia. Tetapi, perubahan keadaan dapat membuat penyakit endemis menjadi epidemi—penyakit yang menjangkiti banyak orang dalam sebuah komunitas. Keadaan apa yang berubah dalam kasus penyakit Lyme?
Dahulu, satwa predator turut membatasi kontak antara caplak kijang dan manusia dengan mengendalikan populasi kijang. Pada waktu para pemukim asal Eropa masa awal merambah hutan untuk berladang, populasi kijang semakin menyusut dan predator kijang pun pergi. Tetapi, selama pertengahan tahun 1800-an, banyak ladang yang ditinggalkan seraya pertanian pindah ke arah barat, dan hutan mulai mereklamasi tanah. Kijang bermigrasi kembali, tetapi predator alaminya tidak. Jadi, populasi kijang meledak, demikian juga populasi caplak.
Beberapa waktu kemudian, bakteri penyakit Lyme muncul dan hidup menumpang pada satwa selama puluhan tahun sebelum muncul sebagai ancaman terhadap manusia. Akan tetapi, sewaktu kawasan permukiman mulai dibangun di pinggir hutan, anak-anak dan orang dewasa dalam jumlah yang lebih besar mulai memasuki kawasan caplak. Caplak mulai menambatkan diri pada manusia, dan manusia pun terkena penyakit Lyme.
Penyakit dalam Dunia yang Labil
Skenario di awal menggambarkan hanya satu dari banyak cara penyakit berkembang dan menyebar dan hanya satu contoh tentang caranya tindakan manusia mempengaruhi pemunculan penyakit itu. ”Hampir semua pemunculan kembali penyakit baru yang lebih unggul adalah berkat campur tangan manusia,” tulis pencinta lingkungan Eugene Linden dalam bukunya The Future in Plain Sight. Beberapa contoh lain: Popularitas dan kecepatan perjalanan modern dapat menyebarkan patogen dan vektornya ke seluruh dunia. Kerusakan habitat makhluk yang besar maupun yang kecil mengancam keanekaragaman hayati. ”Polusi mengalir ke udara dan air,” kata Linden, ”melemahkan sistem kekebalan satwa maupun manusia.” Ia mengutip pernyataan dr. Epstein, ”Pada dasarnya, tindakan manusia merusak ekologi telah memperlemah sistem kekebalan global, menciptakan kondisi yang pas bagi mikroba.”
Ketidakstabilan politis mengakibatkan perang yang merusak ekosistem dan menghancurkan infrastruktur yang menyediakan perawatan kesehatan dan distribusi makanan. Selain itu, Biobulletin Museum Ilmu Pengetahuan Alam Amerika menunjukkan, ”Para pengungsi, yang kurang gizi dan lemah, sering kali dijejalkan ke dalam kamp-kamp yang penuh sesak dan tidak bersih, sehingga mereka terancam serangkaian infeksi.”
Ketidakstabilan ekonomi mendorong migrasi manusia, baik melintasi maupun di dalam perbatasan nasional, terutama ke daerah perkotaan yang padat. ”Patogen menyukai tempat-tempat yang padat,” jelas Biobulletin. Seraya populasi kota meledak, ”sering kali langkah kesehatan masyarakat yang sangat penting, seperti program pendidikan dasar, nutrisi, dan vaksinasi tidak dapat mengimbanginya”. Kepadatan juga menambah beban atas sistem air, limbah, dan pembuangan limbah, mempersulit sanitasi dan higiene pribadi dan sekaligus menciptakan kondisi yang mendukung perkembangan serangga dan pembawa penyakit lainnya. Meskipun demikian, situasinya bukanlah tanpa harapan, sebagaimana diperlihatkan dalam artikel berikut.
[Kutipan di hlm. 11]
”Hampir semua pemunculan kembali penyakit baru yang lebih unggul adalah berkat campur tangan manusia”
[Kotak/Gambar di hlm. 7]
Virus Nil Barat Menyerbu Amerika Serikat
Virus Nil Barat, yang ditularkan ke manusia terutama oleh nyamuk, pertama kali diisolasikan pada tahun 1937 di Uganda dan belakangan diamati di Timur Tengah, Asia, Oseania, serta di Eropa. Virus itu tidak terdeteksi di Belahan Bumi Barat hingga tahun 1999. Akan tetapi, sejak saat itu lebih dari 3.000 infeksi telah dilaporkan di Amerika Serikat dan lebih dari 200 orang telah meninggal.
Kebanyakan orang yang terinfeksi tidak pernah menyadarinya, meskipun beberapa memperlihatkan gejala seperti flu. Tetapi, sebagian kecil mengalami sakit yang serius, mencakup ensefalitis dan meningitis spinal. Hingga sekarang belum tersedia vaksin pencegahan atau pengobatan spesifik bagi virus Nil Barat. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS memperingatkan bahwa virus Nil Barat bisa juga didapat melalui transplantasi organ atau transfusi darah dari donor yang terinfeksi. ”Sekarang ini tidak ada cara pengujian darah untuk virus Nil Barat,” lapor kantor berita Reuters pada tahun 2002.
[Keterangan]
CDC/James D. Gathany
[Kotak/Gambar di hlm. 8, 9]
Bagaimana Anda Dapat Melindungi Diri? Beberapa yang Boleh dan Tidak Boleh
Sedarlah! berkonsultasi dengan para penduduk kawasan yang dilanda penyakit yang ditularkan serangga di seluruh dunia untuk mengetahui kiat agar tetap sehat. Anda mungkin mendapati saran mereka berguna di daerah Anda.
Kebersihan—Garis Pertahanan Pertama Anda
◼ Jagalah rumah Anda tetap bersih
”Tutuplah wadah penyimpanan makanan. Jagalah makanan yang sudah dimasak tertutup sampai saat dihidangkan. Segera bersihkan tumpahan makanan. Jangan biarkan piring-piring tidak dicuci semalaman atau menaruh sisa makanan di luar rumah untuk dibuang keesokan paginya. Tutup atau kuburlah sisa makanan itu, karena serangga dan binatang pengerat keluar pada malam hari untuk mencari makanan. Selain itu, dengan lapisan tipis beton di atas lantai tanah, lebih mudah untuk menjaga rumah tetap bersih dan bebas serangga.”—Afrika.
”Simpanlah di luar rumah buah atau apa pun yang menarik serangga. Jangan masukkan hewan ternak—kambing, babi, ayam—ke dalam rumah. Tutupilah kakus di luar rumah. Kuburkan tahi binatang secepatnya atau taburi kapur untuk mengusir lalat. Bahkan seandainya para tetangga tidak melakukan hal-hal ini, Anda tetap bisa mengendalikan jumlah serangga di dalam serta di sekitar rumah Anda dan sekaligus menjadi teladan.”—Amerika Selatan.
[Gambar]
Membiarkan makanan atau sampah tidak tertutup sama dengan mengundang serangga bersantap bersama Anda
◼Higiene Pribadi
”Harga sabun tidak mahal, maka sering-seringlah mencuci tangan dan pakaian, khususnya setelah bersentuhan dengan orang atau hewan. Hindari menyentuh bangkai binatang. Hindari menyentuh mulut, hidung, dan mata Anda dengan tangan. Pakaian hendaknya dicuci dengan teratur sekalipun masih kelihatan bersih. Di pihak lain, beberapa wewangian menarik serangga, maka hindari sabun dan produk higienis berpewangi.”—Afrika.
Langkah Pencegahan
◼ Singkirkan sarang nyamuk
Tutuplah tangki air dan bak cuci. Singkirkan semua wadah terbuka yang dapat menampung air. Jangan biarkan air tergenang dalam pot-pot tanaman. Nyamuk dapat berkembang biak dalam kubangan yang menggenang selama lebih dari empat hari.—Asia Tenggara.
◼ Kurangi kontak dengan serangga
Hindarilah tempat dan waktu makan favorit serangga. Di negeri tropis, matahari terbenam lebih awal, sehingga banyak kegiatan sehari-hari dilakukan pada waktu gelap, sewaktu banyak serangga lebih aktif. Duduk dan tidur di luar memperbesar risiko Anda apabila penyakit yang ditularkan serangga sedang meluas.—Afrika.
[Gambar]
Tidur di luar di negeri yang banyak nyamuk sama dengan mengundang nyamuk menyantap Anda
Kenakanlah pakaian yang menutupi sebagian besar kulit, khususnya sewaktu berada di hutan. Oleskan obat antiserangga pada pakaian dan kulit Anda, ikutilah selalu petunjuk pada labelnya. Periksalah diri Anda dan anak-anak Anda apakah ada kutu setelah menghabiskan waktu di luar rumah. Jagalah agar binatang piaraan Anda sehat dan bebas dari serangga.—Amerika Utara.
Kurangilah kontak dengan hewan ternak, karena serangga dapat menyebarkan penyakit dari ternak kepada manusia.—Asia Tengah.
Gunakanlah kelambu—lebih baik yang telah direndam insektisida—bagi semua anggota keluarga. Pasanglah kawat nyamuk pada semua jendela, dan perbaiki kawat nyamuk yang rusak. Tutup rapat bagian terbuka di bawah atap tempat serangga dapat masuk. Langkah pencegahan semacam ini butuh sejumlah uang, tetapi Anda akan kehilangan jauh lebih banyak uang jika Anda harus membawa anak ke rumah sakit atau jika sang pencari nafkah tidak dapat bekerja karena sakit parah.—Afrika.
[Gambar]
Kelambu yang telah direndam insektisida lebih murah daripada obat dan tagihan rumah sakit
Lenyapkan tempat persembunyian serangga dari rumah Anda. Plesterlah seluruh dinding dan atap, dan tambal retakan dan lubang. Lapisi sebelah dalam atap lalang dengan kain antiserangga. Singkirkan rongsokan—seperti tumpukan koran atau pakaian atau kumpulan gambar pada dinding—tempat serangga bersembunyi.—Amerika Selatan.
Ada yang menganggap serangga dan binatang pengerat sebagai tamu. Mereka bukan tamu! Cegah mereka memasuki rumah Anda. Gunakan obat antiserangga dan insektisida—tetapi hanya sesuai dengan petunjuk. Gunakanlah perangkap dan penepuk lalat. Hendaklah kreatif: Seorang wanita membuat tabung dari kain, mengisinya dengan pasir, dan menaruhnya di celah bawah pintu untuk mencegah serangga masuk.—Afrika.
[Gambar]
Serangga bukanlah tamu kita. Usir mereka!
◼ Pengobatan preventif
Perkuatlah daya tahan Anda dengan memperoleh cukup gizi, istirahat, dan olahraga. Kurangi stres.—Afrika.
Para Pelancong: Cari tahulah di muka tentang informasi terkini mengenai risiko penyakit yang ditularkan serangga. Informasi tersedia di departemen kesehatan masyarakat atau situs Internet pemerintah. Sebelum Anda bepergian, jalanilah perawatan preventif yang cocok untuk daerah yang akan Anda kunjungi.
Jika Anda Merasa Sakit
◼ Cepatlah memperoleh perawatan medis
Kebanyakan penyakit lebih mudah diobati apabila cepat terdiagnosis.
◼ Waspadai kesalahan diagnosis
Pergilah ke dokter yang terbiasa menangani penyakit yang ditularkan serangga dan penyakit tropis jika Anda pernah mengunjungi negeri tropis. Beri tahu dokter Anda semua gejala yang Anda rasakan dan ke mana saja Anda telah bepergian, bahkan di masa lampau. Minum antibiotik hanya jika perlu, dan tuntaskan pengobatan yang sedang dijalani.
[Gambar]
Penyakit yang ditularkan serangga dapat menyerupai penyakit lain. Beritahukan dokter riwayat lengkap perjalanan Anda
[Keterangan]
Globe: Mountain High Maps® Copyright © 1997 Digital Wisdom, Inc.
[Kotak/Gambar di hlm. 10]
Apakah Serangga Menyebarkan HIV?
Setelah lebih dari satu dasawarsa mengadakan penyelidikan dan penelitian, para entomolog dan ilmuwan kedokteran tidak menemukan bukti bahwa nyamuk atau serangga lain mana pun menularkan HIV—virus AIDS.
Mengenai nyamuk, misalnya, bagian mulut serangga itu tidak seperti alat suntik berlubang tunggal yang melaluinya darah dapat dinjeksikan kembali. Sebaliknya, nyamuk mengisap darah melewati satu jalur seraya melepaskan air liur melalui jalur lainnya. Kemudian, kata Thomas Damasso, spesialis HIV dalam Tim Manajemen Kesehatan Distrik di Mongu, Zambia, sistem pencernaan nyamuk menguraikan darah, menghancurkan virus itu. HIV tidak terdapat dalam kotoran serangga. Dan, tidak seperti parasit malaria, HIV tidak memasuki kelenjar air liur nyamuk.
Untuk terinfeksi HIV, seseorang harus langsung terkena sejumlah besar partikel menular. Jika nyamuk terganggu sewaktu makan dan ia terbang ke korban berikutnya, berapa banyak pun jumlah darah yang mungkin tersisa pada bagian mulutnya tidak ada artinya. Menurut para pakar, bahkan menepak nyamuk yang penuh darah yang positif-HIV di atas luka terbuka tidak akan menyebabkan infeksi HIV.
[Keterangan]
CDC/James D. Gathany
[Gambar di hlm. 7]
Caplak kijang (kanan, gambar diperbesar) menyebarkan penyakit Lyme kepada manusia
Kiri ke kanan: Betina dewasa, jantan dewasa, dan nimfa, semua sesuai ukuran asli
[Keterangan]
All ticks: CDC
[Gambar di hlm. 10]
Banjir, kondisi yang tidak bersih, dan migrasi manusia turut menyebarkan penyakit yang ditularkan serangga
[Keterangan]
FOTO UNACIONES (from U.S. Army)
-
-
Apakah Keadaannya Akan Pernah Membaik?Sedarlah!—2003 | 22 Mei
-
-
Apakah Keadaannya Akan Pernah Membaik?
SEKARANG INI Organisasi Kesehatan Dunia dan kelompok lain yang peduli sedang melakukan program pengawasan dan pengendalian penyakit. Berbagai organisasi sedang menyebarkan informasi dan menggiatkan penelitian terhadap obat-obatan baru dan sarana pengendalian yang baru, semuanya dalam upaya untuk menanggulangi problem penyakit yang ditularkan serangga yang terus meningkat. Perorangan dan masyarakat juga dapat berbuat banyak untuk mendapatkan informasi dan melindungi diri sendiri. Namun, melindungi perorangan tidaklah sama dengan mengendalikan penyakit seluas dunia.
Banyak pakar yakin bahwa kerja sama dan kepercayaan global sangat penting untuk keberhasilan pengendalian penyakit. ”Globalisasi aktivitas manusia yang pesat menuntut agar umat manusia di mana-mana di planet ini tidak hanya memandang lingkungan, provinsi, negeri, atau belahan bumi tempat mereka tinggal sebagai keseluruhan lingkungan pribadi mereka,” tulis wartawan pemenang hadiah Pulitzer, Laurie Garrett, dalam bukunya The Coming Plague—Newly Emerging Diseases in a World out of Balance. ”Mikroba, dan vektornya, tidak mengenal batas daerah artifisial yang ditegakkan oleh umat manusia.” Wabah di sebuah negeri dengan cepat membangkitkan keprihatinan tidak hanya di negeri-negeri tetangga tetapi di seluruh dunia.
Beberapa pemerintah dan masyarakat masih mencurigai setiap bentuk intervensi—bahkan program pengendalian penyakit—yang berasal dari negeri lain. Selain itu, wawasan politis yang sempit dan ketamakan komersial sering kali menghambat upaya-upaya internasional. Dalam perjuangan manusia versus penyakit, apakah mikroba akan mendominasi? Penulis Eugene Linden, yang mengira itu akan terjadi, menyatakan, ”Waktunya sudah hampir habis untuk memenangkan permainan ini.”
Alasan untuk Berharap
Kemajuan ilmiah dan teknologi tertinggal jauh dalam berpacu melawan penyakit. Dan, tentu saja, problem penyakit yang ditularkan serangga cuma satu dari banyak bahaya terhadap kesehatan manusia. Tetapi, ada alasan untuk berharap. Kendati baru mulai memahami keterkaitan yang rumit antara makhluk hidup, para ilmuwan mengakui potensi bumi untuk memulihkan diri. Planet kita punya mekanisme bawaan yang dapat memulihkan keseimbangan sistem hayati. Misalnya, hutan kerap kali tumbuh kembali di tanah yang sebelumnya digunduli, dan hubungan antara mikroba, serangga, dan satwa cenderung menjadi stabil seraya waktu berlalu.
Terlebih penting lagi, rancangan alam yang rumit menunjukkan keberadaan Pencipta, Allah yang semula menetapkan mekanisme bumi. Banyak ilmuwan mengakui bahwa pastilah ada kecerdasan yang lebih tinggi yang bertanggung jawab atas penciptaan bumi. Ya, para pemikir yang serius tidak dapat berhasil menyangkal keberadaan Allah. Alkitab melukiskan sang Pencipta, Allah Yehuwa, sebagai yang mahakuasa dan pengasih. Ia sangat berminat pada kebahagiaan kita.
Alkitab juga menjelaskan bahwa karena manusia pertama sengaja berdosa, manusia telah mewarisi ketidaksempurnaan, penyakit, dan kematian. Apakah itu berarti kita ditakdirkan untuk menderita tanpa akhir? Tidak! Maksud-tujuan Allah ialah membuat bumi menjadi suatu firdaus, tempat manusia dapat hidup dengan nyaman bersama makhluk lain, yang besar maupun yang sangat kecil. Alkitab menubuatkan suatu dunia tempat tidak ada makhluk, entah binatang yang besar entah serangga yang sangat kecil, yang akan membahayakan manusia.—Yesaya 11:6-9.
Tentu saja, manusia akan punya peranan dalam mempertahankan kondisi itu—secara sosial dan ekologi. Allah menugasi manusia untuk ’mengurus’ bumi. (Kejadian 2:15) Dalam firdaus yang akan datang, manusia akan dengan sempurna menunaikan tugas itu dengan menaati pengarahan sang Pencipta sendiri. Jadi, kita dapat menanti-nantikan hari itu manakala ”tidak ada penghuni yang akan mengatakan, ’Aku sakit’ ”.—Yesaya 33:24.
-