PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Integritas
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
    • Apa artinya memelihara integritas bagi manusia yang tidak sempurna?

      Karena semua orang tidak sempurna dan tidak sanggup memenuhi standar-standar Allah dengan sempurna, jelaslah bahwa integritas mereka tidak berarti kesempurnaan dalam tindakan atau tutur kata. Sebaliknya, Alkitab memperlihatkan bahwa integritas berarti pengabdian dengan sepenuh atau segenap hati. Akibat kelemahannya, Daud melakukan beberapa kesalahan yang serius; meskipun demikian, ia dikatakan ’berjalan dengan hati yang berintegritas’ (1Raj 9:4), karena ia menerima teguran dan memperbaiki jalannya. Dengan cara itu ia membuktikan bahwa hatinya masih tetap memiliki kasih yang tulus akan Allah Yehuwa. (Mz 26:1-3, 6, 8, 11) Sebagaimana Daud belakangan mengatakan kepada putranya, Salomo, ”Hendaklah engkau mengenal Allah dari bapakmu dan layanilah dia dengan sepenuh hati dan dengan jiwa yang senang; sebab Yehuwa menyelidiki segala hati dan memahami setiap kecenderungan pikiran.” Akan tetapi, hati Salomo ”tidak sepenuhnya terhadap Yehuwa, Allahnya, seperti hati Daud bapaknya”.—1Taw 28:9; 1Raj 11:4; kata ”sepenuhnya” dalam kedua ayat itu berasal dari istilah Ibrani yang lain, sya·lemʹ, seperti di 1Raj 15:14.

      Karena itu, integritas tidak terbatas hanya pada salah satu aspek tingkah laku manusia dan tidak hanya diterapkan pada hal-hal yang jelas-jelas bersifat ”religius”. Bagi hamba-hamba Allah, integritas merupakan jalan hidup yang ’dijalani’ seseorang, seraya ia terus berupaya mengetahui kehendak Yehuwa. (Mz 119:1-3) Daud menggembalakan bangsa Israel ”sesuai dengan integritas hatinya”, baik dalam perkara-perkara yang langsung berkaitan dengan ibadat kepada Yehuwa maupun dalam cara ia menangani urusan-urusan pemerintahan. Selain itu, ia ingin agar orang-orang yang dekat dengannya dan yang melayaninya juga berintegritas, ”berjalan dengan cara yang tidak bercela”. (Mz 78:72; 101:2-7) Seseorang baru dapat ’membuktikan diri tanpa cela’ di hadapan Allah setelah suatu waktu yang cukup lama, seperti halnya Nuh, Abraham, dan lain-lain.—Kej 6:9; 17:1; 2Sam 22:24.

      Agar dapat dikatakan berintegritas, manusia perlu tanpa kompromi loyal kepada Allah dan berpaut pada keadilbenaran, tidak saja di bawah kondisi atau keadaan yang baik, tetapi setiap saat di bawah segala kondisi. Setelah menegaskan bahwa hanya pemelihara integritas yang berkenan bagi Yehuwa karena ”memperkatakan kebenaran dalam hatinya”, sang pemazmur mengatakan mengenai orang demikian bahwa ”ia telah bersumpah untuk apa yang buruk bagi dirinya, namun ia tidak mengubahnya”, yaitu bahkan jika sesuatu yang telah ia setujui dengan khidmat ternyata bertentangan dengan kepentingan pribadinya, ia tetap berpegang pada kesepakatan. (Mz 15:1-5; kontraskan dengan Rm 1:31; 1Tim 1:10.) Jadi, integritas akan paling nyata sewaktu pengabdian seseorang diuji dan ia ditekan untuk meninggalkan haluannya yang adil-benar. Meskipun dijadikan bahan tertawaan oleh para penentangnya (Ayb 12:4; bdk. Yer 20:7) atau dijadikan sasaran perkataan yang sinis (Mz 64:3, 4), kebencian, dan penindasan yang kejam (Ams 29:10; Am 5:10), entah sewaktu sakit atau mengalami permusuhan sengit, seseorang harus ”memegang erat integritasnya” seperti halnya Ayub, tidak soal apa yang dituntut.—Ayb 2:3.

  • Integritas
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
    • INTEGRITAS

      Kemurnian moral, kelengkapan, keadaan tanpa cela dan tanpa salah.

      Makna dasar istilah-istilah Ibrani yang berkaitan dengan integritas (tom, tum·mahʹ, tam, ta·mimʹ) adalah sesuatu yang ”penuh”, ”lengkap”, atau ”utuh”. (Bdk. Im 25:30; Yos 10:13; Ams 1:12.) Kata ta·mimʹ digunakan beberapa kali untuk memaksudkan kelengkapan atau keadaan tidak bercela secara fisik, dan bebas dari cacat, misalnya, berkenaan dengan binatang korban. (Kel 12:5; 29:1; Im 3:6) Namun, istilah-istilah ini lebih sering menggambarkan kemurnian moral atau keadaan tidak bercela.

      Apabila diterapkan kepada Allah, kata ta·mimʹ dapat diterjemahkan dengan tepat menjadi ”sempurna”, misalnya sewaktu menggambarkan kegiatan dan perbuatan Yehuwa, jalan, pengetahuan, dan hukum-Nya. (Ul 32:4; Ayb 36:4; 37:16; Mz 18:30; 19:7) Semua sifat dan pernyataan ilahi ini menunjukkan kelengkapan dan kepenuhan yang sedemikian tak tertandinginya, begitu murni dan bebas dari cacat, atau kesalahan, sehingga jelaslah bahwa Sumbernya adalah satu-satunya Allah yang benar.—Rm 1:20; lihat SEMPURNA, KESEMPURNAAN.

      Makna Integritas Manusia. Dalam beberapa kasus, kata Ibrani tom sekadar mengandung gagasan motif yang jujur, tidak berniat buruk. (Bdk. Kej 20:5, 6; 2Sam 15:11.) Namun, istilah-istilah Ibrani yang berkaitan tersebut terutama menggambarkan pengabdian yang tak tergoyahkan kepada keadilbenaran. Penggunaan istilah-istilah tersebut dan contoh-contoh dalam Alkitab menandaskan bahwa pengabdian yang tak terpatahkan kepada suatu pribadi, yaitu Allah Yehuwa, dan kepada kehendak serta maksud-tujuan-Nya yang sudah dinyatakan adalah haluan yang sangat penting.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan