PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Buku Alkitab Nomor 18​—Ayub
    “Segenap Alkitab Diilhamkan Allah dan Bermanfaat”
    • 8. (a) Bagaimana Setan sampai menyangsikan ketulusan hati Ayub? (b) Bagaimana Yehuwa menerima tantangan itu?

      8 Setan menantang Allah (1:6–2:13). Dengan menakjubkan layar penutup alam yang tidak kelihatan dibuka sehingga kita dapat melihat perkara-perkara surgawi. Yehuwa kelihatan sedang memimpin suatu pertemuan putra-putra Allah. Setan juga muncul di tengah-tengah mereka. Yehuwa menarik perhatian kepada hamba-Nya yang setia Ayub, tetapi Setan menyangsikan ketulusan hati Ayub, menuduh bahwa Ayub melayani Allah hanya karena mendapat keuntungan materi. Sekiranya Allah mengizinkan Setan untuk merampas perkara-perkara ini, Ayub pasti akan berpaling dari ketulusan hatinya. Yehuwa menerima tantangan ini, dengan pengecualian bahwa Setan tidak boleh menyentuh diri Ayub.

      9. (a) Ujian berat apa menimpa Ayub? (b) Apa buktinya bahwa ia tetap tulus?

      9 Banyak bencana mulai menimpa Ayub yang tidak menaruh curiga. Perampokan oleh orang Syeba dan orang Kasdim menghabiskan kekayaannya yang besar. Suatu badai membunuh semua anaknya. Ujian yang berat ini tidak berhasil membuat Ayub mengutuk Allah atau berpaling dari-Nya. Malahan ia berkata: ”Terpujilah nama [Yehuwa]!” (1:21) Setan, yang kalah dan terbukti pendusta dalam hal ini, menghadap lagi kepada Yehuwa dan menantang: ”Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya.” (2:4) Setan menyatakan bahwa jika ia diperbolehkan menyentuh tubuh Ayub, ia akan dapat membuat Ayub mengutuk Allah di hadirat-Nya. Setelah diizinkan untuk melakukan segala sesuatu kecuali mengambil nyawa Ayub, Setan menyerang Ayub dengan suatu penyakit yang mengerikan. Tubuhnya menjadi penuh dengan ”berenga dan abu,” tubuh dan nafasnya menimbulkan bau busuk sehingga menjijikkan bagi istri dan sanak keluarganya. (7:5; 19:13-20) Menunjukkan bahwa ketulusan hati Ayub tidak terpatahkan, istrinya mendesak dia: ”Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” Ayub memarahi istrinya dan tidak ”berbuat dosa dengan bibirnya.”—2:9, 10.

      10. ’Hiburan’ yang sunyi apa yang diberikan Setan?

      10 Lalu Setan mendatangkan tiga orang sahabat untuk ”menghibur” Ayub. Mereka adalah Elifas, Bildad, dan Zofar. Dari jauh mereka tidak mengenali Ayub, tetapi kemudian mereka mulai mengangkat suara dan meratap serta menaburkan debu di kepala mereka. Kemudian mereka duduk di tanah di hadapan Ayub tanpa mengucapkan sepatah kata. Setelah tujuh hari dan tujuh malam ”menghibur” tanpa suara, Ayub akhirnya memecah kesunyian dengan membuka perdebatan yang panjang dengan orang-orang yang pura-pura bersimpati ini.—2:11.

      11-13. Bagaimana Ayub memulai perdebatan, tuduhan apa yang dilancarkan oleh Elifas, dan bagaimana jawaban Ayub yang berapi-api?

      11 Perdebatan: babak pertama (3:1–14:22). Dari sini, drama ini mulai tersingkap dalam sastra Ibrani yang sangat indah. Ayub mengutuk hari lahirnya dan bertanya-tanya mengapa Allah membiarkan dia tetap hidup.

      12 Sebagai jawaban, Elifas menuduh Ayub tidak tulus. Orang yang benar belum pernah dipunahkan, ia mengatakan. Ia teringat akan suatu penglihatan pada malam hari ketika ada suara memberi tahu dia bahwa Allah tidak percaya kepada hamba-hamba-Nya, teristimewa yang terbuat dari tanah liat belaka, yaitu debu bumi. Ia menyatakan bahwa penderitaan Ayub merupakan disiplin dari Allah Yang Mahakuasa.

      13 Ayub menjawab Elifas dengan berapi-api. Ia berteriak sebagaimana akan dilakukan makhluk lain yang mengalami penderitaan dan kesengsaraan. Kematian akan membebaskan dia. Ia mencela teman-temannya karena bersekongkol melawan dia dan memprotes: ”Ajarilah aku, maka aku akan diam; dan tunjukkan kepadaku dalam hal apa aku tersesat.” (6:24) Ayub memperjuangkan keadaannya yang benar di hadirat Allah, ”Penjaga manusia.”—7:20.

      14, 15. Apa argumen Bildad, dan mengapa Ayub takut ia akan kalah dalam perkaranya dengan Allah?

      14 Bildad kini mengemukakan argumennya, mengutarakan bahwa anak-anak Ayub telah berdosa dan bahwa Ayub sendiri tidak jujur, karena kalau tidak, tentu Allah akan mendengarkan dia. Ia menyuruh Ayub untuk mengamati keturunan-keturunan terdahulu dan perkara-perkara yang diselidiki oleh leluhur mereka dan menggunakannya sebagai pedoman.

      15 Ayub menjawab dengan menandaskan bahwa Allah bukannya tidak adil. Allah juga tidak perlu memberi pertanggungjawaban kepada manusia, karena Ia ”melakukan perbuatan-perbuatan besar yang tidak terduga, dan keajaiban-keajaiban yang tidak terbilang banyaknya.” (9:10) Ayub tidak dapat menang terhadap Yehuwa sebagai lawannya dalam hukum. Ia hanya dapat memohon perkenan Allah. Namun, apakah ada faedahnya untuk berusaha melakukan apa yang benar? ”Yang tidak bersalah dan yang bersalah kedua-duanya dibinasakanNya.” (9:22) Tidak ada peradilan yang benar di bumi. Ayub takut ia akan kalah dalam perkaranya bahkan dengan Allah. Ia membutuhkan seorang penengah. Ia bertanya mengapa ia dicobai dan memohon kepada Allah untuk mengingat bahwa ia terbuat ”dari tanah liat.” (10:9) Ia menghargai kebaikan Allah di waktu lampau, tetapi ia berkata bahwa Allah hanya akan tambah jengkel jika ia membantah meskipun ia benar. Andai kata saja ia dapat mati!

      16, 17. (a) Nasihat apa yang diberikan oleh Zofar dengan sikap puas diri? (b) Bagaimana Ayub menilai ’penghibur-penghiburnya,’ dan keyakinan kuat apa yang ia kemukakan?

      16 Zofar kini ikut dalam perdebatan. Ia sebenarnya berkata: Apakah kami ini anak-anak yang harus mendengarkan omongan kosong? Engkau berkata engkau benar-benar bersih, tetapi andai kata saja Allah mau berbicara Ia akan memperlihatkan kesalahanmu. Ia bertanya kepada Ayub: ”Dapatkah engkau memahami perkara-perkara yang dalam dari Allah?” (11:7, NW) Ia menasihati Ayub agar membuang praktik-praktik yang merugikan, karena berkat akan datang atas orang yang melakukan hal ini, sedangkan ”mata orang fasik akan menjadi rabun.”—11:20.

      17 Ayub menyahut dengan sindiran yang tajam: ”Memang, kamulah orang-orang itu, dan bersama-sama kamu hikmat akan mati.” (12:2) Bisa saja ia menjadi bahan tertawaan, tetapi ia tidak lebih rendah dari mereka. Jika teman-temannya mau memperhatikan karya ciptaan Allah, bahkan perkara-perkara ini akan mengajar mereka sesuatu. Kekuatan dan hikmat yang praktis ada pada Allah, yang mengendalikan segala sesuatu, bahkan dalam ”membuat bangsa-bangsa bertumbuh, lalu membinasakannya.” (12:23) Ayub senang membela perkaranya dengan Allah, tetapi akan hal ketiga ”penghibur”-nya—”kamulah orang yang menutupi dusta, tabib palsulah kamu sekalian.” (13:4) Mereka bertindak bijaksana jika mereka diam saja! Ia menyatakan keyakinan bahwa perkaranya benar dan berseru kepada Allah agar mendengar dia. Ia lalu beralih kepada gagasan bahwa ”manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan.” (14:1) Manusia akan segera berlalu seperti bunga atau seperti bayang-bayang. Manusia tidak dapat melahirkan orang yang suci dari orang yang najis. Ketika berdoa agar Allah menyembunyikan dia di dalam Sheol sampai murka-Nya hilang, Ayub bertanya: ”Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi?” Sebagai jawaban ia menyatakan pengharapan yang kuat: ”Aku akan menunggu, sampai pembebasanku tiba.”—14:13, 14, NW.

      18, 19. (a) Dengan cemoohan apa Elifas membuka perdebatan babak kedua? (b) Bagaimana pandangan Ayub terhadap ’hiburan’ teman-temannya dan apa yang ia harapkan dari Yehuwa?

      18 Perdebatan: babak kedua (15:1–21:34). Ketika membuka perdebatan yang kedua, Elifas mencemoohkan pengetahuan Ayub, dengan mengatakan bahwa ia telah ’mengisi pikirannya dengan angin.’ (15:2) Kembali ia meremehkan pengakuan Ayub mengenai ketulusan hatinya dengan mengemukakan bahwa manusia yang berkematian maupun makhluk-makhluk yang suci di surga tidak dipercaya di hadapan Yehuwa. Secara tidak langsung ia menuduh bahwa Ayub mencoba menunjukkan diri lebih tinggi daripada Allah dan berbuat murtad, menyuap, dan menipu.

      19 Ayub menjawab dengan marah bahwa teman-temannya adalah ’penghibur sialan dengan omong kosong.’ (16:2, 3) Sekiranya mereka berada di tempatnya, ia tak akan mencaci maki mereka. Ia ingin sekali dibenarkan, dan ia berharap kepada Yehuwa, yang memiliki catatan hidupnya dan yang akan memutuskan perkaranya. Ayub tidak menemukan hikmat dalam diri teman-temannya. Mereka merampas semua harapan. ’Hiburan’ mereka adalah seperti orang yang mengatakan bahwa malam adalah siang. Satu-satunya harapan adalah untuk ”turun ke dalam debu [”Sheol,” NW].”—17:15, 16.

      20, 21. Perasaan geram apa yang dinyatakan oleh Bildad, apa protes Ayub, dan Ayub memperlihatkan bahwa ia yakin akan hal apa?

      20 Perdebatan mulai menjadi sengit. Sekarang Bildad menjadi geram, karena ia merasa Ayub telah membandingkan teman-temannya dengan binatang yang tidak berpengertian. Ia bertanya kepada Ayub, ”Demi kepentinganmukah bumi harus menjadi sunyi”? (18:4) Ia memperingatkan bahwa Ayub akan jatuh ke dalam jerat yang mengerikan, sebagai contoh bagi orang-orang lain. Ayub tidak akan mempunyai keturunan yang akan hidup sesudah dia.

      21 Ayub menjawab: ”Berapa lama lagi kamu menyakitkan hatiku, dan meremukkan aku dengan perkataan?” (19:2) Ia telah kehilangan sanak keluarga dan kawan-kawan, istri dan rumah tangganya telah meninggalkan dia, dan ia sendiri hanya luput ’dengan kulit giginya.’ (19:20, Klinkert) Ia yakin akan datangnya seorang penebus yang akan membereskan perkara demi kepentingannya, sehingga akhirnya ia akan ”melihat Allah.”—19:25, 26.

      22, 23. (a) Mengapa Zofar merasa tersinggung, dan apa yang ia katakan tentang dosa dugaan dari Ayub? (b) Ayub menyahut dengan argumen apa yang melemahkan lawan?

      22 Seperti Bildad, Zofar tersinggung karena harus mendengarkan ”teguran yang menghina” dari Ayub. (20:3) Ia mengulangi bahwa Ayub sekarang mulai merasakan akibat dosa-dosanya. Orang jahat selalu mendapat hukuman dari Allah, dan mereka tidak mengenal ketenteraman, bahkan selagi menikmati kemakmuran, demikian kata Zofar.

      23 Ayub menyahut dengan argumen yang menjatuhkan lawan: Jika Allah selalu menghukum orang jahat, mengapa orang jahat masih terus hidup, mencapai usia lanjut, menjadi lebih kaya? Mereka menikmati hari-hari baik. Berapa seringkah celaka menimpa mereka? Ia memperlihatkan bahwa orang kaya dan miskin mati dengan cara yang sama. Malahan orang jahat sering kali mati ”dengan sangat tenang dan sentosa,” sedangkan orang yang benar mungkin mati ”dengan sakit hati.”—21:23, 25.

      24, 25. (a) Fitnah apa yang dilancarkan Elifas terhadap Ayub dengan sikap membenarkan diri? (b) Bantahan dan tantangan apa yang diberikan Ayub dalam jawabannya?

      24 Perdebatan: babak ketiga (22:1–25:6). Elifas kembali menyerang dengan ganas, mencemoohkan pengakuan Ayub bahwa ia tidak bersalah di hadirat Yang Mahakuasa. Ia memfitnah Ayub, mengatakan bahwa ia jahat, memeras orang miskin, menahankan roti dari orang yang lapar, dan memperlakukan para janda dan anak-anak yatim dengan kejam. Elifas berkata bahwa kehidupan pribadi Ayub tidak sesuci seperti yang ia akui dan itu sebabnya Ayub mengalami keadaan buruk. Tetapi, ”Apabila engkau bertobat kepada Yang Mahakuasa,” kata Elifas dengan nada datar, ”Ia akan mengabulkan doamu.”—22:23, 27.

      25 Sebagai jawabannya Ayub menyangkal tuduhan Elifas yang kasar, dan mengatakan bahwa ia ingin agar perkaranya diadili di hadapan Allah, yang mengetahui jalan hidupnya yang benar. Ada orang yang menindas anak yatim, janda, dan orang miskin dan yang membunuh, mencuri, dan berzinah. Mereka mungkin tampaknya makmur untuk sementara, tetapi mereka akan mendapat ganjaran. Mereka akan dilenyapkan. ’Siapakah yang dapat menyanggah kebenaran perkataanku?’ Ayub menantang.—24:25, BIS.

      26. Apa yang selanjutnya dikatakan oleh Bildad dan Zofar?

      26 Bildad memberi jawaban singkat yang pedas, berkukuh pada pendapatnya bahwa tidak seorang pun dapat bersih di hadirat Allah. Zofar tidak ambil bagian dalam babak ketiga ini. Ia sudah kehabisan kata-kata.

      27. Bagaimana Ayub lalu menyanjung keagungan dari Yang Mahakuasa?

      27 Argumen penutup dari Ayub (26:1–31:40). Dalam suatu uraian terakhir, Ayub membungkamkan teman-temannya. (32:12, 15, 16) Dengan sindiran yang tajam sekali ia berkata: ”Alangkah baiknya bantuanmu kepada yang tidak kuat, . . . Alangkah baiknya nasihatmu kepada orang yang tidak mempunyai hikmat.” (26:2, 3) Namun tidak ada sesuatu pun, bahkan Sheol, yang dapat menyembunyikan apa pun dari pandangan Allah. Ayub melukiskan hikmat Allah di ruang angkasa, di atas bumi, awan-awan, lautan, dan angin—semua perkara yang telah diamati manusia. Ini semua hanyalah ujung dari jalan-jalan Yang Mahakuasa. Perkara-perkara ini baru sekelumit dari kebesaran Yang Mahakuasa.

      28. Pernyataan terus terang apa yang dikemukakan Ayub tentang integritas?

      28 Untuk meyakinkan bahwa ia tidak bersalah, ia menyatakan: ”Sampai binasa aku tetap mempertahankan integritasku.” (27:5, NW) Tidak, Ayub sama sekali tidak melakukan apa pun sehingga harus menerima apa yang menimpa dirinya. Berlawanan dengan tuduhan mereka, Allah akan memberkati ketulusan hati dengan mengatur agar harta benda yang disimpan orang jahat diwarisi oleh orang yang benar.

      29. Bagaimana Ayub melukiskan hikmat?

      29 Manusia mengetahui dari mana datangnya harta bumi (emas, perak, tembaga), ”hikmat itu, dari manakah datangnya?” (28:20) Ia telah mencarinya di antara makhluk-makhluk hidup; ia telah mencarinya di dalam lautan; hikmat tidak dapat dibeli dengan emas atau perak. Allah-lah yang mengerti hikmat. Ia melihat sampai ke ujung-ujung bumi dan langit, membagi-bagi angin dan perairan, dan mengendalikan hujan dan awan badai. Kesimpulan Ayub: ”Sesungguhnya, takut akan [Yehuwa], itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi.”—28:28.

      30. Pemulihan bagaimana yang Ayub inginkan, dan bagaimana statusnya sekarang?

      30 Ayub yang menderita kemudian mengemukakan riwayat hidupnya. Ia ingin dipulihkan kepada kedudukan semula yang begitu akrab dengan Allah, ketika ia disegani bahkan oleh para pemimpin dari kota. Di kala itu ia adalah penyelamat orang yang dalam kesusahan dan menjadi mata bagi orang buta. Nasihatnya baik dan orang menantikan perkataan-perkataannya. Tetapi sekarang, bukannya mendapat kedudukan yang terhormat, ia ditertawakan oleh orang-orang yang lebih muda, yang bapanya bahkan tidak layak untuk berada bersama anjing-anjing penjaga ternaknya. Mereka meludahi dia dan menentang dia. Sekarang, dalam keadaannya yang sangat menderita, mereka tidak memberi ketenteraman kepadanya.

      31. Dalam peradilan siapa Ayub menyatakan keyakinan, dan apa yang ia katakan mengenai catatan kehidupannya yang benar?

      31 Ayub menyatakan dirinya sebagai orang yang berbakti dan minta diadili oleh Yehuwa. ”Biarlah aku ditimbang di atas neraca yang teliti, maka Allah akan mengetahui, bahwa aku tidak bersalah.” (31:6) Ayub membela perbuatan-perbuatannya pada masa lalu. Ia bukan pezinah, ataupun berniat mencelakakan orang lain. Ia tidak lalai membantu orang yang kekurangan. Ia tidak bersandar kepada kekayaan materi, meskipun ia kaya. Ia tidak menyembah matahari, bulan, dan bintang-bintang, karena ”hal itu juga menjadi kejahatan yang patut dihukum oleh hakim, karena Allah yang di atas telah kuingkari.” (31:28) Ayub mengundang lawan-hukumnya untuk mengajukan tuduhan terhadap catatan kehidupannya yang sesungguhnya.

      32. (a) Siapa kemudian yang berbicara? (b) Mengapa Elihu marah terhadap Ayub dan teman-temannya, dan apa yang mendorong dia berbicara?

      32 Elihu berbicara (32:1–37:24). Sementara itu, Elihu, keturunan Bus, putra Nahor, jadi keluarga jauh dari Abraham, mengikuti perdebatan itu. Ia menunggu karena merasa bahwa orang yang lebih tua tentu mempunyai lebih banyak pengetahuan. Namun, bukan umur, melainkan roh Allah yang memberi pengertian. Elihu marah terhadap Ayub karena ia ”menganggap dirinya lebih benar dari pada Allah,” tetapi ia menjadi lebih marah lagi kepada tiga teman Ayub karena secara menyedihkan tidak mempunyai hikmat dengan menyatakan bahwa Allah jahat. Elihu telah ”tumpat dengan kata-kata” dan roh Allah memaksa dia mengutarakannya tetapi dengan tidak berat sebelah atau ”menyanjung-nyanjung siapapun.”—Ayb. 32:2, 3, 18-22; Kej. 22:20, 21.

      33. Dalam hal apa Ayub telah bersalah, tetapi kebaikan apa yang Allah tunjukkan kepadanya?

      33 Elihu berbicara dengan tulus sambil mengakui bahwa Allah adalah Penciptanya. Ia mengemukakan bahwa Ayub lebih prihatin untuk membenarkan dirinya daripada membenarkan Allah. Sebenarnya Allah tidak perlu menjawab semua perkataan Ayub, seolah-olah Ia harus membela perbuatan-perbuatan-Nya, namun Ayub telah berbantah-bantahan melawan Allah. Akan tetapi, ketika jiwa Ayub begitu dekat dengan kematian, Allah berkenan mengirim kepadanya seorang utusan, dengan mengatakan: ”Lepaskan dia supaya jangan ia turun ke liang kubur! Uang tebusan telah kuperoleh. Biarlah tubuhnya menjadi lebih segar daripada masa mudanya; biarlah ia memperoleh kembali kekuatan masa mudanya.” (Ayb. 33:24, 25, NW) Orang yang benar akan dipulihkan!

      34. (a) Kecaman-kecaman apa yang selanjutnya diberikan Elihu? (b) Sebaliknya dari menonjolkan kebenarannya sendiri, apa yang perlu Ayub lakukan?

      34 Elihu meminta agar orang yang berhikmat mendengarkan. Ia menegur Ayub karena mengatakan bahwa tidak ada gunanya untuk memelihara ketulusan hati: ”Jauhlah dari pada Allah untuk melakukan kefasikan, dan dari pada Yang Mahakuasa untuk berbuat curang. Malah Ia mengganjar manusia sesuai perbuatannya.” (34:10, 11) Ia dapat mencabut nafas kehidupan, dan semua tubuh akan mati. Allah mengadili dengan tidak berat sebelah. Ayub terlalu menonjolkan kebenarannya sendiri. Ia telah bertindak gegabah, tidak secara sengaja, melainkan ”tanpa pengetahuan”; dan Allah panjang sabar terhadap dia. (34:35) Lebih banyak yang perlu dikatakan demi pembenaran Allah. Allah tidak akan memalingkan mata-Nya dari orang yang benar, tetapi Ia akan menegur mereka. ”Ia tidak membiarkan orang fasik hidup, tetapi memberi keadilan kepada orang-orang sengsara.” (36:6) Karena Allah adalah Instruktur agung, Ayub mestinya memuliakan perbuatan-perbuatan-Nya.

      35. (a) Ayub seharusnya memperhatikan apa? (b) Kepada siapa Yehuwa akan berkenan?

      35 Dalam suasana yang menggetarkan berupa badai yang akan turun, Elihu berbicara mengenai perkara-perkara besar yang telah dilakukan Allah dan mengenai kuasa-Nya atas kekuatan alam. Kepada Ayub ia berkata: ”Diamlah, dan perhatikanlah keajaiban-keajaiban Allah.” (37:14) Perhatikan kemuliaan yang berkilauan dan kebesaran Allah yang menggentarkan, jauh melebihi apa yang dapat diketahui manusia. ”Besar kekuasaan dan keadilanNya; walaupun kaya akan kebenaran Ia tidak menindasnya.” Ya, Yehuwa akan memperhatikan orang yang takut kepada-Nya, bukan orang ”yang menganggap dirinya mempunyai hikmat.”—37:23, 24.

      36. Melalui pelajaran apa dan melalui serangkaian pertanyaan apa sekarang Yehuwa sendiri mengajar Ayub?

      36 Yehuwa menjawab Ayub (38:1–42:6). Ayub telah meminta agar Allah berbicara kepadanya. Kini Yehuwa dengan penuh kuasa menjawab dari tengah-tengah angin topan. Kepada Ayub Ia mengajukan serangkaian pertanyaan yang isinya mengandung pelajaran mengenai betapa kecilnya manusia dan betapa besarnya Allah. ”Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? . . . siapakah yang memasang batu penjurunya pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai?” (38:4, 6, 7) Itu terjadi lama sebelum zaman Ayub! Satu per satu pertanyaan diajukan yang tidak dapat dijawab Ayub, seraya Yehuwa menunjuk kepada lautan bumi, jubah awan-awannya, fajar, pintu gerbang kematian, dan terang serta kegelapan. ”Apakah engkau mengenalnya karena ketika itu engkau telah lahir, dan karena jumlah hari-harimu telah banyak?” (38:21, NW) Dan bagaimana mengenai gudang persediaan salju dan hujan es, badai dan hujan dan embun, es dan embun beku, konstelasi-konstelasi yang hebat di langit, kilat dan lapisan-lapisan awan, dan binatang-binatang buas serta burung-burung?

      37. Pertanyaan-pertanyaan apa selanjutnya merendahkan hati Ayub, dan apa yang terpaksa ia akui dan lakukan?

      37 Dengan rendah hati Ayub mengakui: ”Sesungguhnya, aku ini terlalu hina; jawab apakah yang dapat kuberikan kepadaMu? Mulutku kututup dengan tangan.” (40:4) Yehuwa memerintahkan Ayub untuk menghadapi sengketa itu. Ia mengajukan lagi serangkaian pertanyaan yang menantang, yang membesarkan keagungan, keunggulan, dan kuasa-Nya, yang nyata dalam ciptaan-ciptaan alam-Nya. Bahkan Behemot (kuda Nil) dan Lewiatan (buaya) jauh lebih kuat daripada Ayub! Dalam keadaan yang sangat direndahkan, Ayub mengakui sudut pandangannya yang salah, dan ia menyadari bahwa ia telah berbicara tanpa pengetahuan. Karena ia sekarang melihat Allah, bukan menurut apa yang ia dengar melainkan dengan pengertian, ia menarik kembali kata-katanya dan bertobat ”dalam debu dan abu.”—42:6.

      38. (a) Bagaimana Yehuwa menyelesaikan soal Elifas dan kawan-kawannya? (b) Perkenan dan berkat apa yang Ia berikan kepada Ayub?

      38 Penghakiman dan berkat Yehuwa (42:7-17). Kemudian Yehuwa menegur Elifas dan kedua kawannya karena tidak mengatakan hal-hal yang benar mengenai Dia. Mereka harus menyediakan korban dan meminta Ayub berdoa bagi mereka. Sesudah itu, Yehuwa memulihkan Ayub kembali dari keadaannya yang tertindas dan memberkati dia dua kali lipat. Saudara-saudaranya, laki-laki, dan perempuan, dan bekas kawan-kawannya kembali kepadanya dengan membawa hadiah, dan ia diberkati dengan dua kali lebih banyak domba, unta, ternak, dan keledai betina daripada sebelumnya. Ia mendapat lagi sepuluh anak, dan ketiga putrinya adalah wanita-wanita tercantik di seluruh negeri. Kehidupannya secara mukjizat diperpanjang 140 tahun lagi, sehingga ia melihat empat generasi dari keturunannya. Ia meninggal dalam keadaan ”sangat tua dan dengan sepuas-puas umurnya.”—42:17, Klinkert.

  • Buku Alkitab Nomor 18​—Ayub
    “Segenap Alkitab Diilhamkan Allah dan Bermanfaat”
    • Buku ini merupakan bagian penting dari catatan ilahi, karena di dalamnya diperlihatkan sengketa utama antara Allah dan Setan, yang menyangkut integritas manusia terhadap Yehuwa sebagai Penguasanya. Di dalamnya diperlihatkan bahwa para malaikat, yang diciptakan sebelum bumi dan manusia, juga menyaksikan dan sangat berminat kepada bumi ini dan hasil akhir dari sengketa itu. (Ayb. 1:6-12; 2:1-5; 38:6, 7) Di dalamnya ditunjukkan bahwa sengketa itu telah ada sebelum zaman Ayub dan bahwa Setan benar-benar suatu pribadi roh yang hidup. Jika buku Ayub ditulis oleh Musa, ini merupakan pemunculan yang pertama dari perkataan has·Sa·tanʹ dalam teks Ibrani dari Alkitab, yang memberikan petunjuk lebih jauh tentang siapa sebenarnya ”ular tua” itu. (Ayb. 1:6, catatan kaki NW; Why. 12:9) Buku ini juga membuktikan bahwa Allah bukanlah penyebab penderitaan, rasa sakit, dan kematian umat manusia, dan menjelaskan mengapa orang yang benar mengalami penindasan, sedangkan orang yang jahat dan kejahatan diizinkan terus ada. Di dalamnya diperlihatkan bahwa Yehuwa berminat untuk menyelesaikan persoalan ini sampai tuntas.

      43. Selaras dengan penyingkapan-penyingkapan ilahi dalam buku Ayub, haluan apa yang harus ditempuh sekarang oleh semua orang yang mencari berkat-berkat Kerajaan Allah?

      43 Kinilah waktunya manakala semua orang yang ingin hidup di bawah pemerintahan Kerajaan Allah harus menjawab Setan, si ”pendakwa” itu, melalui haluan integritas mereka. (Why. 12:10, 11) Bahkan selagi mengalami ’ujian yang menimbulkan pertanyaan,’ para pemelihara integritas hendaknya terus berdoa agar nama Allah disucikan dan agar Kerajaan-Nya datang untuk menumpas Setan dan semua benihnya yang suka mengejek. Itulah kelak ”waktu pertempuran dan peperangan” Allah, yang akan disusul dengan kelepasan dan berkat-berkat yang juga diharapkan Ayub.—1 Ptr. 4:12; Mat. 6:9, 10; Ayb. 38:23; 14:13-15.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan