Negeri-Negeri Bekas Yugoslavia
NEGERI yang sebelumnya dikenal sebagai Yugoslavia adalah wilayah dengan keanekaragaman yang menawan. Karena berbatasan dengan Eropa Tengah dan Timur di sebelah utara, dengan Yunani dan Turki di sebelah selatan, dan dengan Italia di sebelah barat, daerah ini merupakan tempat pembauran berbagai budaya, bahasa, serta agama. Namun bagi banyak orang, nama Yugoslavia mengingatkan mereka akan konflik dan pertikaian. Sejak terbunuhnya Pangeran Francis Ferdinand pada tahun 1914 hingga sapu bersih etnik pada tahun-tahun belakangan, di bagian Semenanjung Balkan ini terjadi banyak pergolakan. Setelah orang-orang di wilayah ini bertikai untuk memperoleh kemerdekaan, wilayah-wilayah Yugoslavia menjadi negara-negara. Akhirnya, Yugoslavia terpecah-belah, dan sekarang di bekas wilayahnya berdiri Bosnia dan Herzegovina, Kroasia, Makedonia, Montenegro, Serbia, dan Slovenia.
Dari pertikaian politik, etnik, dan agama ini muncullah riwayat yang paling mengagumkan—kisah tentang kasih, persatuan, dan kepercayaan. Saksi-Saksi Yehuwa di sini telah mengatasi prasangka dan permusuhan yang memorakporandakan negeri-negeri Balkan. Persatuan mereka, meski mereka berasal dari berbagai latar belakang kebudayaan, adalah hasil keloyalan kepada pemerintahan yang lebih unggul—Kerajaan Allah.
AWAL CERITA
Bagaimana pekerjaan umat Yehuwa dimulai di wilayah ini? Kisah kita dimulai dengan seorang tukang cukur muda bernama Franz Brand, penduduk asli wilayah Yugoslavia bagian utara yang disebut Vojvodina. Ia pergi ke Austria untuk mencari pekerjaan. Di sana, ia mulai mendengar mengenai kebenaran, yang ia bawa pulang ke kampung halamannya pada tahun 1925. Ia bergabung dengan kelompok kecil yang telah membaca dan membahas alat bantu belajar Alkitab Studies in the Scriptures, yang mereka terima dari kerabat di Amerika Serikat.
Kelompok ini menyadari bahwa mereka harus mengabar, dan dua buku kecil yang menjelaskan ajaran-ajaran Alkitab diterjemahkan ke dalam bahasa Serbia. Sayangnya, sebelum buku-buku kecil tersebut sempat disiarkan, kelompok ini dikunjungi seorang anggota terkemuka yang telah berbalik menentang organisasi dan membentuk sekte sendiri. Ia berhasil membujuk setiap anggota kecuali Franz untuk meninggalkan Siswa-Siswa Alkitab.
Franz kemudian pindah ke Maribor, Slovenia, dan ia mendapat pekerjaan di sebuah salon pangkas rambut. Ia memberikan kesaksian kepada pemilik toko, Richard Tautz, yang menerima kebenaran. Franz dan Richard dikenal sebagai tukang cukur yang percaya akan Alkitab dan mereka menggunakan salon tersebut sebagai pusat pengabaran. Para pelanggan mereka mendengarkan dengan penuh perhatian—mereka tentu saja tidak berani banyak bergerak atau berbicara sementara dicukur! Salah seorang pelanggan adalah politikus bernama Ðuro Džamonja. Pelanggan lain adalah Rudolf Kalle, pemilik bengkel reparasi mesin ketik. Ðuro dan Rudolf cepat maju dan tak lama kemudian dibaptis. Ðuro meninggalkan karier politik dan membantu mendirikan Lembaga Mercu Suar Siswa-Siswa Alkitab di Kerajaan Yugoslavia. Badan hukum ini memungkinkan saudara-saudari mengabar dan mengadakan perhimpunan dengan leluasa.
”DRAMA-FOTO” MEMBUKA JALAN
Pada tahun 1931, kantor cabang Saksi-Saksi Yehuwa di Swiss mengutus dua saudara untuk mempertunjukkan ”Drama-Foto Penciptaan” di kota-kota besar di seluruh Yugoslavia. Gedung-gedung penuh sesak, dan hadirin menyimak dengan sungguh-sungguh sewaktu Ðuro memutarnya. ”Drama-Foto” itu menghasilkan minat terhadap kebenaran Alkitab di seluruh negeri. Sementara itu, saudara-saudari di Maribor mengadakan perhimpunan dalam bahasa Sloven dan Jerman. Dan, di Zagreb serta daerah-daerah sekitarnya, orang-orang berkumpul untuk membahas publikasi-publikasi yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Kroasia.
Selanjutnya, saudara-saudara memutuskan untuk mulai menerjemahkan Menara Pengawal ke dalam bahasa Sloven dan bahasa Kroasia—tugas yang sulit pada masa-masa awal itu. Setelah sebuah majalah diterjemahkan, seorang saudari mengetiknya dengan menggunakan kertas karbon, yang hanya menghasilkan 20 eksemplar sekali jalan. Belakangan, ketika mesin stensil diperoleh, produksi meningkat menjadi 200 eksemplar Menara Pengawal sekali jalan.
Saudara-saudari membawa majalah-majalah ini dan naik kereta api ke berbagai bagian Yugoslavia untuk mengabar. Kadang-kadang, saudara-saudara di Slovenia menyewa truk bak terbuka dan mengupah seorang sopir non-Saksi. Sang sopir membawa mereka ke daerah tempat mereka ingin mengabar dan menunggu sepanjang hari sampai mereka selesai. Pada masa awal itu, para pemberita Kerajaan ini tidak mendapat banyak pelatihan, dan mereka kadang menyampaikan berita secara blak-blakan; namun, Yehuwa memberkati upaya mereka dengan membantu mereka menemukan ”orang yang memiliki kecenderungan yang benar untuk kehidupan abadi”.—Kis. 13:48.
”Saya mendengar tentang kebenaran pada tahun 1931 dari bibi saya, Terezija Gradič, dan suaminya, Franc,” kenang Franc Sagmeister. ”Ia termasuk penyiar pertama di Slovenia. Meski awalnya sangat menentang agama, Franc mulai membaca Alkitab dengan antusias. Saya sangat terkesan sehingga ikut bersamanya mempelajari Alkitab. Kendati mendapat tentangan keluarga, saya ingin membagikan kepada orang lain pengetahuan yang baru saya peroleh. Ketika hal ini disampaikan kepada imam paroki, ia langsung meminta saya menemuinya. Ia memberi tahu bahwa saya tidak diizinkan memiliki Alkitab karena tidak bisa memahaminya. Saya tidak mau memberikan Alkitab saya. Belakangan, ketika ayah saya meninggal, imam itu mendekati saya di jalan, marah-marah karena saya tidak mau memesan satu Misa pun untuk diadakan bagi Ayah. Saya memberitahunya, ’Saya akan membayar seratus Misa, bahkan seribu, kalau itu bisa membantu ayah saya.’
”’Bisa, pasti bisa!’ kata sang imam.
”’Jika Ayah ada di surga, dia tidak butuh Misa. Begitu juga jika dia di neraka,’ kata saya.
”’Tapi, bagaimana kalau dia ada di api penyucian?’ tantang sang imam.
”’Bapak imam,’ kata saya, ’Bapak kan tahu betul saya punya banyak tanah. Sekarang juga saya siap pergi ke kantor pengacara dan menghibahkan semuanya kepada Bapak jika Bapak bisa membuktikan dari Alkitab bahwa manusia memiliki jiwa yang tidak berkematian yang terus hidup setelah mati, bahwa neraka dan api penyucian itu ada, dan bahwa Allah itu bagian dari suatu Tritunggal.’
”Ia memelototi saya, menyulut rokok, lalu pergi.”
PARA PERINTIS TURUN KE LAPANGAN
Pada tahun 1930-an, para pria dan wanita yang berbakti memungkinkan terang kebenaran bersinar di Yugoslavia. Di Maribor, Slovenia, misalnya, Grete Staudinger, Katarina Konečnik, dan belakangan Karolina Stropnik ikut dalam apa yang belakangan dikenal sebagai dinas perintis liburan. Lebih jauh ke arah selatan di Mostar, kota utama Herzegovina, seorang konduktor orkestra bernama Alfred Tuček mengenali nada kebenaran dan mulai merintis. Dušan Mikić, seorang pria berusia 23 tahun dari Zagreb, Kroasia, memperoleh buku kecil Where Are the Dead? (Di Manakah Orang Mati?) Ia juga cepat maju, lalu dibaptis, dan mulai merintis. Tak lama kemudian, barisan perintis diperkuat dengan datangnya saudara-saudari asal Jerman yang bersemangat.
Sewaktu kebenaran mulai berakar di Yugoslavia, pekerjaan dilarang di Jerman. Kantor cabang di Swiss mengatur untuk mengutus kira-kira 20 perintis berpengalaman ke Yugoslavia, seperti Martin Poetzinger, Alfred Schmidt, Vinko dan Josephine Platajs, serta Willi dan Elisabeth Wilke. Meski tidak bisa berbahasa Sloven atau Serbia-Kroasia, para perintis yang rela berkorban ini menggunakan kartu kesaksian untuk mengabar dengan berani, dan membuka jalan untuk kemajuan lebih jauh.
TANTANGAN DINAS PERINTIS
Semangat bagi Yehuwa dan kasih kepada orang-orang membantu para perintis mengatasi problem bahasa maupun kekurangan uang. Berpindah-pindah tempat juga merupakan tantangan. Tidak jarang mereka harus berjalan kaki sejauh 40 kilometer di bawah cuaca yang tidak bersahabat dan melewati medan yang sulit untuk mencapai desa-desa terpencil. Seorang saudari perintis mengenang bahwa ia melepas sepatunya sewaktu berjalan dari desa ke desa supaya tidak cepat rusak. Martin Poetzinger, yang belakangan menjadi anggota Badan Pimpinan, senang mengingat saat ia menempuh perjalanan ini melewati daerah pedesaan dengan ransel penuh lektur, mengabar kepada semua orang yang suka mendengarkan.
Problem transportasi diperingan dengan tibanya sepeda-sepeda yang dibeli seorang saudara di Swiss dan disumbangkan kepada para perintis yang setia ini. Sepeda-sepeda tersebut digunakan dalam pelayanan selama puluhan tahun.
Meskipun orang-orang di Yugoslavia dikenal ramah, di sana ada tentangan agama, dan perintis-perintis kita menghadapi banyak penganiayaan. Imam mempunyai pengaruh besar atas para pengikut mereka, khususnya di desa-desa kecil. Kadang-kadang, para imam menghasut anak-anak sekolah untuk membuntuti para perintis dan melempari mereka dengan batu. Para imam itu juga menghasut kalangan berwenang untuk mengganggu para perintis, menyita lektur, dan menangkapi mereka.
Sekali peristiwa, ketika mengabar di sebuah desa terpencil di Kroasia, Willi Wilke mendengar suara hiruk pikuk yang keras dari alun-alun desa. Ia dan istrinya, bersama Grete Staudinger, seorang perintis yang lain, sedang berada di sana menawarkan buku kecil Righteous Ruler, yang menampilkan gambar Yesus Kristus pada halaman sampul. ”Sungguh mengerikan,” kenangnya, ”saya tiba di alun-alun dan melihat istri saya dikerumuni sekitar 20 orang yang sedang marah, sambil membawa sabit. Di dekat situ, orang-orang lainnya sibuk membakar buku-buku kecil kami.”
Para perintis tidak habis pikir mengapa penduduk desa yang sederhana ini begitu marah, dan Saudari Wilke tidak cukup fasih berbicara dalam bahasa mereka untuk mencari tahu alasannya. Akan tetapi, Grete menguasai bahasa Jerman dan bahasa setempat. Ia maju dan bertanya, ”Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu, ada apa ini?”
”Kami tidak suka Raja Peter!” jawab mereka hampir serempak.
”Kami juga tidak,” jawab Grete.
Dengan terkejut, orang-orang itu menunjuk gambar di buku kecil dan bertanya, ”Kalau begitu, mengapa kalian mempropagandakan dia?”
Grete pun mengerti. Persis setahun sebelumnya, pada tahun 1934, Raja Alexander I dari Yugoslavia dibunuh, dan putranya, Peter, direncanakan menjadi penerus takhta. Namun, penduduk desa lebih suka otonomi daripada diperintah raja dari Serbia. Penduduk desa mengira bahwa gambar Yesus Kristus adalah Raja Peter!
Kesalahpahaman pun dijernihkan, dan kesaksian yang terperinci diberikan mengenai sang Raja, Yesus Kristus. Beberapa orang yang telah membakar buku kecil mereka kini meminta yang baru. Para perintis meninggalkan desa itu dengan bahagia, karena merasa telah dilindungi oleh Yehuwa.
Para perintis juga harus memperhatikan kebiasaan setempat. Sewaktu mengabar di desa-desa yang penduduknya mayoritas beragama Islam di Bosnia, mereka khususnya harus berhati-hati agar tidak menyinggung perasaan penduduk setempat. Misalnya, menatap mata seorang wanita Muslim yang sudah menikah bisa menimbulkan reaksi negatif dari suaminya.
Saat itu, hanya ada sedikit sidang dan kelompok di negeri itu. Maka, setelah sepanjang hari mengabar di desa terpencil, kadang-kadang sulit mencari tempat bermalam. Karena tidak punya banyak uang, para perintis tidak bisa membayar kamar yang layak di rumah penginapan. Josephine Platajs mengenang, ”Di sebuah desa, tidak seorang pun mau mengundang kami bermalam karena takut kepada imam Katolik. Hari sudah malam sewaktu kami bermaksud meninggalkan desa itu. Ketika berjalan ke luar desa, kami melihat sebuah pohon besar dengan daun-daun kering di tanah—di sanalah kami menginap malam itu! Kami menggunakan kantong cucian kami sebagai bantal, dan suami saya mengikat sepeda ke pergelangan kakinya dengan tali. Kami terbangun keesokan pagi dan ternyata ada sebuah sumur di dekat situ, maka kami bisa membasuh diri. Yehuwa tidak saja melindungi kami tetapi juga memenuhi kebutuhan fisik kami.”
Para perintis ini melihat bagaimana Yehuwa memelihara mereka bahkan dalam hal-hal kecil. Yang mereka pikirkan adalah memajukan kabar baik dan bukan mengejar kenyamanan pribadi.
MELANGKAH KE MAKEDONIA
Alfred dan Frida Tuček, keduanya perintis, menggunakan kesempatan untuk menyebarkan berita Kerajaan sementara mengadakan perjalanan dari Slovenia ke Bulgaria. Di kota Strumica, Makedonia, mereka memberikan kesaksian kepada seorang pemilik toko, Dimitar Jovanovič, dan meminjaminya beberapa lektur. Satu bulan kemudian, sekembalinya dari Bulgaria, mereka mengunjunginya lagi. Ketika mengetahui bahwa ia belum membaca lektur itu, mereka meminta dia mengembalikannya untuk diberikan kepada orang yang akan menghargainya. Dimitar pun jadi penasaran. Ia memohon diberi kesempatan lagi untuk membaca lektur itu. Setelah membacanya, ia sadar bahwa ia telah menemukan kebenaran, dan ia menjadi orang pertama yang dibaptis sebagai salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa di Makedonia.
Dimitar kemudian membagikan kebenaran kepada Arsov bersaudara, yakni Aleksa dan Kosta. Tak lama kemudian, sudah ada tiga Saksi di Makedonia. Dengan membawa majalah-majalah, sebuah fonograf, dan rekaman berisi ceramah, mereka mulai mengabar. Salah satu majalah ini sampai ke tangan rohaniwan Metodis Evangelis, yang memberikannya kepada seorang pria muda yang cerdas di gerejanya, Tušo Carčev. Tušo menyukai apa yang ia baca dan membujuk rohaniwan itu untuk memberinya lebih banyak majalah. Tak lama kemudian, Tušo tahu bahwa tidak pantas menerima bayaran untuk memberitakan kabar baik. Dengan penuh semangat, ia memberi tahu hal tersebut kepada sang rohaniwan, yang kemudian tidak lagi membawakan majalah. Tušo melihat alamat kantor cabang Maribor dalam majalah dan menulis surat untuk memesan lebih banyak majalah. Kantor menghubungi Dimitar, Aleksa, dan Kosta untuk meminta mereka mengunjungi Tušo. Tak lama kemudian, sebuah kelompok pun dibentuk.
Pada tahun 1935, kantor cabang pindah dari Maribor, Slovenia, ke ibu kota Yugoslavia di Beograd, Serbia. Franz Brand bersama Rudolf Kalle dilantik sebagai pengawas.
PEKERJAAN DILARANG
Bukti bahwa saudara-saudari kita melakukan kegiatan dengan penuh semangat pada masa itu terlihat dari brosur yang dikeluarkan oleh Gereja Katolik pada tahun 1933. Di dalam brosur itu, kegiatan pengabaran para Saksi dijelaskan secara panjang lebar, dan gereja meramalkan bahwa pekerjaan kita akan segera berakhir. Betapa kelirunya mereka!
Di Yugoslavia bagian utara, para klerus berang dengan adanya kegiatan yang dengan penuh semangat dilakukan oleh kelompok kecil perintis. Mereka semakin marah ketika pengadilan menghalangi upaya-upaya untuk membatasi kegiatan pemberitaan Kerajaan. Namun akhirnya, seorang imam Yesuit dari Slovenia menjadi menteri dalam negeri. Salah satu dekrit pertamanya adalah membubarkan Lembaga Mercu Suar; dan pada bulan Agustus tahun 1936, pekerjaan secara resmi dilarang. Kalangan berwenang menyegel Balai-Balai Kerajaan dan menyita semua lektur. Untunglah, sidang-sidang telah diberi tahu jauh sebelumnya sehingga hanya sedikit lektur yang berhasil disita. Agar pekerjaan dapat terus berlangsung, sebuah rumah penerbitan yang kecil dengan nama Kula stražara (Menara Pengawal) dibuka di Beograd, dan perhimpunan tetap diadakan di rumah-rumah pribadi.
Karena sekarang ada pelarangan resmi, pemerintah meningkatkan tekanan untuk menghentikan pekerjaan pengabaran. Yang berada dalam dinas sepenuh waktu menjadi target utama, sehingga semakin menyulitkan saudara-saudari kita yang berasal dari Jerman. Banyak di antara para perintis ini pindah ke Yugoslavia karena pekerjaan di negeri-negeri Eropa lainnya telah dilarang, dan sekarang pekerjaan pengabaran juga dilarang di sini. Meskipun para perintis ditangkap dan dipenjarakan, semangat mereka tak tergoyahkan. ”Kadang-kadang, kami sulit dikunjungi sewaktu berada di penjara, namun Yehuwa tidak pernah meninggalkan kami,” kata seorang saudari. ”Sekali waktu, ketika seorang saudara berkunjung namun tidak diberi izin untuk bertemu dengan kami, ia berbicara kepada penjaga penjara dengan suara keras sekali sehingga kami bisa mendengarnya. Suaranya saja sudah sangat membesarkan hati kami.”
Selama masa pergolakan ini, dibutuhkan keberanian yang besar untuk menerjemahkan dan menyebarkan buku kecil Judge Rutherford Uncovers Fifth Column, yang mengungkapkan peran gereja-gereja Katolik dalam mendukung agenda politik pemerintah Nazi. Buku kecil tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Serbia, Kroasia, dan Sloven, dan dicetak sebanyak 20.000 eksemplar per bahasa. Buku kecil ini dilarang sejak awal dan mengakibatkan diusirnya para perintis asing serta dikeluarkannya dakwaan dari kejaksaan negara yang menuntut hukuman penjara 10 hingga 15 tahun atas para penerbitnya. Meskipun menghadapi risiko ini, para penyiar di Yugoslavia yang jumlahnya sedikit itu dengan cepat menyebarkan 60.000 buah.
”Orang-orang ketika itu lapar akan kebenaran Alkitab dan senang membaca,” jelas Lina Babić, yang belajar kebenaran menjelang Perang Dunia II dan bergaul erat dengan saudara-saudari yang setia. ”Karena kami selalu harus berhati-hati,” kisahnya, ”saya memilih untuk menyalin lektur dengan tangan dalam catatan pribadi saya. Dengan cara ini, seandainya saya digeledah, orang mendapat kesan bahwa itu hanyalah catatan pribadi saya.”
MEMILIH TOLSTOY ATAU YEHUWA
Sewaktu peperangan sudah di ambang pintu, terjadi perpecahan di salah satu sidang terbesar di Yugoslavia. Beberapa saudara mulai mendukung pandangan penulis dan filsuf agama Leo Tolstoy. Tolstoy pernah menjadi anggota Gereja Ortodoks Rusia dan ia belakangan yakin bahwa semua gereja Kristen adalah lembaga korup yang sangat menyalahgambarkan Kekristenan. Beberapa saudara mulai ikut tidak percaya terhadap semua organisasi keagamaan dan menjadi tidak puas dengan organisasi Yehuwa. Saudara yang ambil pimpinan di Sidang Zagreb menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan kepadanya dan berhasil membujuk sebagian besar penyiar untuk menerima pandangan Tolstoy. Begitu kuat pengaruh saudara tersebut sehingga mayoritas di sidang, lebih dari 60 anggota, menerima resolusi untuk meninggalkan organisasi Yehuwa.
Ketika Rudolf Kalle mendengar hal ini, ia bergegas pergi dari Beograd ke Zagreb untuk bertemu dengan seluruh sidang. Ia membahas kebenaran dasar Alkitab yang Yehuwa singkapkan melalui golongan budak yang setia dan bijaksana. (Mat. 24:45-47) Ia kemudian bertanya, ”Siapa yang mengajar kalian kebenaran-kebenaran ini? Tolstoy atau organisasi Yehuwa?” Dengan mengutip Yosua 24:15, Rudolf meminta mereka yang ingin tetap bersama organisasi Yehuwa untuk mengacungkan tangan. Hanya dua orang yang mengacungkan tangan.
”Tak terkatakan sakitnya hati saya,” kata Rudolf.
Seolah-olah, semua hal baik yang telah dicapai di dalam sidang bakal lenyap begitu saja.
Rudolf kemudian mengundang kedua saudara yang setia untuk datang ke panggung dan berkata, ”Hanya kami bertiga yang tersisa. Kami sekarang mewakili umat Yehuwa di kota ini. Saya minta semua yang lainnya meninggalkan ruangan dan pergi. Tolong, tinggalkan kami! Kami ingin melayani Allah kami, Yehuwa, dan kalian bisa pergi dan melayani Tolstoy kalian itu. Kami tidak mau lagi bergaul dengan kalian.”
Selama beberapa detik, suasana benar-benar hening. Kemudian, satu per satu mulai mengacungkan tangan dan mengatakan, ”Saya juga ingin melayani Yehuwa.” Akhirnya, yang meninggalkan ruangan hanyalah hamba sidang yang murtad serta beberapa pengikutnya. Ujian keloyalan ini memperkuat hamba-hamba Yehuwa yang setia untuk menghadapi pencobaan yang jauh lebih berat yang akan segera datang.
KESENGSARAAN AKIBAT PERANG
Pada tanggal 6 April 1941, tentara Jerman menyerbu Yugoslavia. Kantor cabang rusak akibat serangan udara besar-besaran atas Beograd. Yugoslavia dipecah-belah oleh pasukan Jerman. Untuk sementara, pertempuran mengganggu komunikasi antara saudara-saudara di Betel di Serbia dan saudara-saudara di Slovenia, Kroasia, serta Makedonia. Saudara-saudari di ujung selatan Makedonia lebih parah keadaannya, karena baru setelah perang mereka bisa mengadakan kontak lagi.
Tiba-tiba, saudara-saudari dihadapkan pada keadaan yang baru dan sukar. Karena seluruh dunia terlibat konflik internasional, saudara-saudari yang kita kasihi dihadapkan pada pengujian dan penyaringan yang hebat. Iman dan kasih mereka kepada Yehuwa dan organisasi-Nya bakal diuji.
Kantor di Beograd ditutup, dan penyaluran makanan rohani kepada saudara-saudari diorganisasi di Zagreb, Kroasia. Karena denda dan pemenjaraan diganti dengan kamp konsentrasi dan hukuman mati, saudara-saudari semakin dituntut untuk bijaksana dan menjaga kerahasiaan.
Ketika pasukan Jerman menduduki serta memecah-belah Yugoslavia, kamp-kamp konsentrasi didirikan. Di Kroasia, kamp-kamp ini digunakan untuk mengisolasi dan membunuh beberapa kelompok minoritas etnik dan non-Katolik serta lawan keagamaan rezim itu. Di Serbia, pasukan Nazi mendirikan kamp kerja paksa dan kamp konsentrasi. Karena mempertahankan pendirian yang netral, lebih dari 150 saudara kita dari Hongaria dipenjarakan di kamp yang letaknya di Bor, Serbia. Di Yugoslavia juga, Saksi-Saksi Yehuwa menjadi sasaran penindasan rezim Nazi. Akibatnya, pekerjaan pengabaran dilaksanakan khususnya melalui kesaksian tidak resmi. Para penyiar disarankan untuk hanya membawa Alkitab dan satu lektur saja serta diberi tahu apa yang harus mereka katakan apabila ditangkap. Mereka mengadakan perhimpunan dalam kelompok-kelompok kecil dan tidak tahu lokasi perhimpunan lainnya.
Karena tidak bisa dibawa masuk ke negeri itu dengan aman, lektur diproduksi ulang secara diam-diam. Di berbagai lokasi, saudara-saudara bekerja keras sepanjang malam untuk mencetak serta menjilid majalah dan buku kecil. Mereka juga bekerja keras mencari uang guna mendanai pencetakan. Melalui berbagai koneksi bisnis, saudara-saudara selalu berhasil memperoleh bahan yang mereka butuhkan untuk mencetak. Meskipun prasangka nasional dan agama merebak di kawasan Yugoslavia, saudara-saudari kita bersatu, dan mereka menggabungkan dana pribadi untuk menyediakan makanan rohani yang menyelamatkan kehidupan. Bagaimana mereka akan membawanya ke kelompok-kelompok penyiar yang terpencil di wilayah mereka?
Stevan Stanković, seorang pegawai jawatan kereta api keturunan Serbia, siap membantu saudara-saudaranya tidak soal latar belakang mereka. Meski terancam bahaya, Stevan membawa lektur secara sembunyi-sembunyi dari Kroasia ke Serbia yang diduduki militer. Pada suatu hari, polisi menemukan lektur di kopernya. Mereka ingin tahu dari mana lektur itu berasal. Namun, karena loyal kepada saudara-saudaranya, Stevan tidak mau membocorkan informasi. Polisi membawanya ke penjara untuk ditanyai lalu memindahkannya ke kamp konsentrasi di dekat situ di Jasenovac. Saudara kita yang setia ini mati di kamp yang terkenal brutal itu.
Mihovil Balković, seorang saudara yang bijaksana dan banyak akal, bekerja sebagai tukang pipa di Kroasia selama masa yang sukar itu. Di samping pekerjaan sekulernya, ia mengunjungi saudara-saudari untuk menganjurkan mereka serta mengantarkan lektur. ”Sekali peristiwa,” kata cucu lelakinya, ”Kakek tahu bahwa kereta api yang ditumpanginya bakal digeledah di kota berikut. Jadi, ia turun di stasiun sebelum stasiun tujuan. Meskipun sebagian besar kota dikelilingi kawat berduri, ia menemukan celah melalui sebuah kebun anggur. Ia mengangkut lektur di ranselnya, dan menaruh dua botol rakija (brendi buatan sendiri) di bagian atas bersama beberapa barang belanjaan. Ketika berjalan dengan berhati-hati melalui kebun anggur itu, ia melewati sebuah bungker dan tiba-tiba seorang tentara berteriak, ’Berhenti! Bapak siapa?’ Ketika ia mendekat, salah satu tentara bertanya, ’Apa yang Bapak bawa?’
”’Sedikit tepung, polong-polongan, dan kentang,’ jawabnya.
”Sewaktu ditanya apa isi botol-botolnya, ia mengatakan, ’Cium saja dan silakan coba.’
”Ketika tentara itu mencicipinya, Mihovil mengatakan, ’Botol ini untuk kamu, Nak, dan yang satu lagi untuk saya.’
”Karena puas dengan jawaban itu dan rakija-nya, tentara-tentara itu menjawab, ’Pak tua, Bapak boleh pergi!’
”Jadi,” kata cucu lelaki Mihovil, ”lektur diantarkan dengan aman.”
Mihovil memang pemberani. Ia menempuh perjalanan melalui daerah-daerah yang dikuasai tentara dari kedua pihak yang bertikai. Kadang-kadang, Mihovil berhadapan muka dengan tentara Partisan Komunis; dan pada peristiwa-peristiwa lain, ia berhadapan dengan Ustaša Fasisa atau tentara Četnik. Ia tidak menjadi ciut hati, malah menggunakan kesempatan tersebut untuk memberi kesaksian dan menjelaskan harapan akan masa depan yang terdapat dalam Alkitab. Hal itu membutuhkan keberanian yang besar karena nyawa seorang Saksi selalu terancam bahaya. Beberapa kali ia ditahan, diinterogasi, dan dipenjarakan.
Menjelang akhir perang, pada malam tanggal 9 November 1944, tentara Partisan menggerebek rumah Mihovil, menyita lektur, dan menciduk Mihovil. Sungguh menyedihkan, ia tidak pernah kembali. Belakangan diketahui bahwa ia dipancung.
Josip Sabo masih kecil sewaktu ia mengantar lektur di Slavonia, wilayah Kroasia, dengan sepeda. Di rak sepedanya, ia memasang kotak untuk tempat menaruh lektur yang kemudian ia tutupi dengan buah pir segar. Saat itu, jalan masuk ke hampir setiap desa dibarikade dan dijaga.
”Apa isi kotakmu?” para penjaga menanyai Josip di setiap pos penjagaan.
”Buah pir untuk paman saya,” jawabnya, dan para tentara itu biasanya mengambil satu atau dua pir. Semakin dekat ke tempat tujuannya, semakin sedikit pir yang tersisa untuk menutupi lektur. Maka, Josip mengambil jalan yang sepi untuk menyelamatkan pir-pir terakhirnya serta lektur berharga yang tersembunyi di bawahnya.
SETIA SAMPAI MATI
Lestan Fabijan, seorang tukang batu dari Zagreb, membagikan kebenaran kepada Ivan Sever, Franjo Dreven, dan Filip Huzek-Gumbazir. Mereka semua dibaptis dalam waktu enam bulan dan mulai mengabar serta mengadakan perhimpunan. Pada malam tanggal 15 Januari 1943, sebuah patroli militer mendatangi rumah Ivan Sever untuk menangkapnya serta Franjo Dreven dan seorang saudara lain, Filip Ilić. Mereka menggeledah rumah, menyita semua lektur, dan menciduk saudara-saudara.
Lestan mendengar tentang penangkapan itu, maka ia dan Filip Huzek-Gumbazir pergi untuk menghibur ibu dan adik perempuan Franjo. Namun, kunjungan mereka sampai ke telinga tentara Partisan, maka Lestan dan Filip pun ditangkap. Kelima saudara itu menjelaskan dari Alkitab bahwa mereka hanya melayani Yehuwa dan memperlihatkan bahwa mereka adalah prajurit Kristus. Mereka semua menolak angkat senjata dan berperang, maka mereka divonis hukuman mati. Mereka kemudian ditahan.
Suatu malam, kelima saudara dibangunkan, dilucuti pakaiannya, dan digiring ke hutan. Sambil berjalan, mereka diberi kesempatan untuk berubah pikiran. Para tentara berupaya mematahkan tekad saudara-saudara itu dengan memanfaatkan kasih sayang terhadap keluarga. Mereka berbicara tentang istri Filip Huzek-Gumbazir yang sedang hamil dan keempat anaknya. Ia menjawab bahwa ia yakin sepenuhnya Yehuwa akan mengurus keluarganya. Franjo Dreven tidak punya istri dan anak, maka mereka menanyai dia siapa yang akan mengurus ibu serta adiknya.
Setibanya di tempat tujuan, tentara-tentara menyuruh saudara-saudara itu berdiri di tengah udara musim dingin. Kemudian, eksekusi dimulai. Yang pertama ditembak adalah Filip Huzek-Gumbazir. Kemudian tentara-tentara itu menunggu dan bertanya apakah yang lain-lain ingin berubah pikiran. Namun, saudara-saudara tetap teguh. Maka, tentara-tentara mengeksekusi Franjo, lalu Ivan, dan setelah itu Lestan. Akhirnya Filip Ilić, saudara terakhir yang masih hidup, berkompromi dan setuju bergabung dengan mereka. Namun, tiga bulan kemudian, ia pulang ke rumah karena sakit dan menceritakan apa yang terjadi. Nyawa yang justru ingin ia selamatkan dengan berkompromi hilang sebelum waktunya akibat penyakit.
Di Slovenia, banyak saudara-saudari kita menjadi korban penganiayaan. Misalnya, Franc Drozg, seorang pandai besi berumur 38 tahun, tidak mau angkat senjata. Karena itu, ia dieksekusi tentara-tentara Nazi di Maribor pada tanggal 8 Juni 1942. Beberapa saudara yang ada di sana menceritakan bahwa sebuah tanda bertuliskan ”Aku bukan dari dunia” digantungkan di lehernya sebelum ia ditembak. (Yoh. 17:14) Imannya yang teguh jelas dari surat yang ia tulis beberapa menit sebelum ia dieksekusi, ”Temanku yang kukasihi! Rupert, hari ini saya dijatuhi vonis hukuman mati. Jangan berkabung untuk saya. Saya mengasihimu dan semua orang di rumah. Sampai jumpa lagi di Kerajaan Allah.”
Kalangan berwenang terus berupaya menghentikan pekerjaan pengabaran, namun Yehuwa terbukti sebagai Allah keselamatan. Misalnya, polisi sering kali mengadakan penyergapan di suatu daerah dan menyuruh para penghuni berbaris untuk diperiksa kartu identitasnya. Semua yang kelihatan mencurigakan digiring ke penjara. Sementara itu, polisi lain akan memeriksa rumah serta apartemen. Para saudara sering melihat bukti perlindungan Yehuwa sewaktu polisi melewatkan rumah mereka, pastilah karena mengira rumah itu sudah digeledah. Setidaknya pada dua peristiwa, apartemen saudara-saudara kita penuh lektur, dan juga mesin-mesin stensil. Berulang kali, mereka yang berpartisipasi dalam pekerjaan pengabaran pada masa-masa penuh bahaya itu mengalami benarnya jaminan Alkitab bahwa ”Yehuwa sangat lembut dalam kasih sayang dan ia berbelaskasihan”.—Yak. 5:11.
DIVONIS MATI
Pada tahun 1945, Perang Dunia II berakhir, menyudahi salah satu periode penumpahan darah terburuk dalam sejarah umat manusia. Dengan kekalahan Hitler dan sekutu-sekutunya, saudara-saudari berharap pembatasan akan dicabut dan kebebasan mengabar dipulihkan. Ada alasan untuk optimis: Pemerintah Komunis yang baru berdiri menjanjikan kebebasan pers, berbicara, dan beribadat.
Namun, pada bulan September 1946, 15 saudara dan 3 saudari ditangkap. Di antaranya adalah Rudolf Kalle, Dušan Mikić, dan Edmund Stropnik. Investigasi berlangsung lima bulan. Kalangan berwenang menuduh para Saksi bertindak melawan rakyat dan Negara serta membahayakan kelangsungan Yugoslavia. Mereka menyatakan bahwa pekerjaan kita dikoordinasi dari Amerika Serikat dan kita menggunakan pemberitaan Kerajaan Allah sebagai topeng untuk membasmi sosialisme dan memulihkan kembali kapitalisme. Seorang imam Katolik berada di garis depan dalam menuduh saudara-saudara sebagai mata-mata Amerika yang menggunakan agama sebagai kedok.
Di pengadilan, saudara-saudara tertuduh dengan berani membela diri sendiri dan memberi kesaksian bagus bagi Yehuwa dan Kerajaan-Nya. Vjekoslav Kos, seorang saudara muda, mengatakan, ”Yang mulia, saya menerima agama ini, yakni ajaran dari Alkitab, dari ibu saya, dan saya menyembah Allah. Selama pendudukan Jerman, ibu saya dipenjarakan. Dua kakak perempuan dan abang saya juga menganut kepercayaan ini seperti ibu saya. Mereka dibawa ke Dachau dan di sana mereka ditembak mati gara-gara dianggap komunis karena cara mereka beribadat kepada Allah. Demi agama ini juga, saya sekarang dituduh di pengadilan ini sebagai orang Fasis.” Dia pun dibebaskan.
Pengadilan tidak bersikap selunak itu terhadap yang lain-lain. Tiga saudara tertuduh itu dijatuhi hukuman mati dengan ditembak, dan yang lain-lain dihukum penjara antara 1 hingga 15 tahun. Namun, ketidakadilan ini segera memicu protes keras dari saudara-saudara kita di seluruh dunia. Para Saksi di Amerika Serikat, Kanada, Kepulauan Britania, dan Eropa menulis ribuan surat protes kepada pemerintah Yugoslavia. Mereka juga mengirim ratusan telegram. Bahkan beberapa pejabat pemerintah menulis surat demi saudara-saudara. Arus dukungan yang kuat ini membuat hukuman mati diganti menjadi 20 tahun hukuman penjara.
Namun, tentangan tidak berhenti di situ. Dua tahun kemudian, para pejabat Slovenia menangkap Janez Robas dan istrinya, Marija, serta Saksi-Saksi lainnya, yakni Jože Marlot dan Frančiška Verbec, karena mereka mengabar. Surat dakwaan itu antara lain menyatakan, ”’Sekte yehovis’ . . . merekrut anggota-anggota baru yang mereka pengaruhi untuk melawan sistem sosial kita [dan] melawan dinas militer.” Dengan tuduhan bahwa saudara-saudara mencoba melemahkan pertahanan negara, kalangan berwenang menjatuhkan hukuman penjara tiga hingga enam tahun ditambah kerja paksa.
Pada tahun 1952, karena perubahan kebijakan politik, semua tahanan dibebaskan; dan berita Kerajaan pun terus dikabarkan. Janji Yehuwa terbukti benar, ”Senjata apa pun yang ditempa untuk melawanmu tidak akan berhasil, dan setiap lidah yang bangkit melawanmu di pengadilan akan kauhukum.”—Yes. 54:17.
Namun, pemerintah terus berupaya melemahkan tekad saudara-saudari. Media berita menyebut mereka ”sakit mental” dan ”orang fanatik yang nyaris gila”. Laporan berita negatif yang bertubi-tubi dan rasa takut diawasi yang terus menghantui mulai meresahkan beberapa saudara. Ketika Saksi-Saksi yang setia dibebaskan dari penjara, saudara-saudara di sidang menganggap mereka mata-mata. Namun, Yehuwa terus membentengi sidang-sidang melalui saudara-saudara yang loyal dan matang.
Ketika Josip Broz Tito mulai berkuasa pada akhir Perang Dunia II, jelaslah bahwa militer akan memegang peran kunci di Yugoslavia. Orang-orang yang tidak mau melakukan dinas militer, tidak soal alasannya, dianggap menentang pemerintah.
UJIAN KELOYALAN
Selama Perang Dunia II, Ladislav Foro yang berumur sembilan tahun dari Kroasia menghadiri pertemuan yang wajib dihadiri penduduk kota. Dalam acara itu, seorang imam Katolik berkhotbah. Setelah khotbah itu, Ladislav dengan penasaran menengok ke belakang gorden panggung dan melihat sang imam membuka jubahnya. Di balik jubah itu, ia memakai seragam Ustaša, dengan sabuk di pinggangnya yang berisi granat tangan. Sambil memegang pedangnya, sang imam menunggangi kuda di luar dan berteriak, ”Saudara-Saudara, ayo kita kristenkan orang-orang! Kalau ada yang membangkang, kalian tahu apa yang harus dilakukan!”
Ladislav tahu bahwa bukan seperti itu perilaku hamba Allah. Tak lama kemudian, ia bersama pamannya mulai menghadiri perhimpunan yang dilakukan secara diam-diam oleh para Saksi. Meskipun hal ini membuat orang tuanya marah, Ladislav terus menghadiri perhimpunan dan membuat kemajuan rohani yang bagus.
Pada tahun 1952, ketika Ladislav harus mengikuti dinas militer, ia menjelaskan pendiriannya berkenaan dengan kenetralan Kristen. Para pejabat menginterogasinya berulang-ulang agar dia mau mengucapkan sumpah masuk militer. Sekali peristiwa, mereka membawanya ke barak di mana 12.000 calon tentara berkumpul untuk diambil sumpahnya. Para tentara menyuruh Ladislav berdiri di depan mereka semua dan menaruh senapan di bahunya. Ia langsung membuangnya. Melalui pengeras suara, agar terdengar oleh semua orang, para tentara mengatakan bahwa kalau Ladislav mengulanginya, ia akan ditembak. Ketika ia menolak untuk kedua kalinya, mereka membawa dia pergi dan mendorongnya ke dalam sebuah lubang bekas bom sedalam beberapa meter. Perintah untuk eksekusi diberikan, lalu seorang tentara menembak dua kali ke dalam lubang, dan orang-orang kembali ke barak. Namun, rupanya peluru-peluru itu tidak mengenai saudara kita!
Malam itu, para pejabat mengeluarkan Ladislav dari lubang bom dan membawanya ke penjara di Sarajevo. Ia disodori surat yang menyatakan bahwa ada rekan-rekan seimannya yang berkompromi dan bebas, sementara ia membusuk di penjara bersama para kriminal. Berulang-ulang, para pejabat menekan dia dengan argumen-argumen serupa yang panjang lebar. Namun, Ladislav berpikir, ’Apakah saya melayani Yehuwa karena orang-orang tertentu? Tidak! Apakah saya ada di sini untuk menyenangkan manusia? Tidak! Apakah kehidupan saya bergantung pada apa yang orang lain katakan, pikirkan, atau lakukan? Tidak!’
Penalaran rohani ini membantu Ladislav untuk tetap setia di penjara sampai ia dibebaskan empat setengah tahun kemudian. Belakangan, ia melayani sebagai pengawas wilayah dengan dukungan Anica, istrinya yang setia dan rekan seimannya.
PENGAKUAN RESMI YANG TERBATAS
Setelah putus hubungan dengan Uni Soviet pada tahun 1948, Tito melonggarkan kekuasaan pemerintah pusat dan secara bertahap memberi rakyat lebih banyak kebebasan. Meskipun pemerintah masih bersifat sosialis, ada lebih banyak toleransi agama.
Pemerintah mengundang wakil-wakil dari Saksi-Saksi Yehuwa untuk bertemu dan menyarankan dibuatnya anggaran dasar yang baru, supaya pekerjaan para Saksi bisa disahkan. Saudara-saudara menyusun sebuah anggaran dasar, dan pada tanggal 9 September 1953, Saksi-Saksi Yehuwa sekali lagi terdaftar secara resmi di Yugoslavia.
Sementara negeri-negeri Komunis lainnya mendeportasi saudara-saudara kita, Saksi-Saksi di Yugoslavia menikmati cukup banyak kebebasan untuk berkumpul di balai-balai yang ditentukan. Dengan demikian, saudara-saudari kita di Makedonia juga mendapat kesempatan untuk menerima lektur dan mengadakan kontak dengan kantor di Zagreb. Namun, meskipun Saksi-Saksi Yehuwa terdaftar secara resmi sebagai komunitas agama pada tahun 1953, baru 38 tahun kemudian mereka dapat menjalankan pengabaran dari rumah ke rumah secara legal.
Berbagai problem berlanjut. Karena pendirian netral saudara-saudara, kalangan berwenang memandang pekerjaan pengabaran sebagai upaya menyebarkan propaganda. Jaringan polisi rahasia negara bersama para informan membuat pekerjaan pengabaran sangat sulit. Saudara-saudari yang kedapatan mengabar bisa ditangkap dan didenda. Sebuah laporan menyatakan, ”Penangkapan dan dakwaan terus berlanjut. Ini khususnya terjadi di Slovenia. Di sana, pengaruh Katolik paling kuat dan banyak umat Yehuwa diawasi polisi serta agen-agennya, yang tujuannya adalah menangkap mereka sewaktu sedang belajar Firman Allah. Namun, saudara-saudari memperlihatkan bahwa mereka bertekad mengalahkan tujuan dari penganiayaan itu, dengan lebih menaati Allah daripada manusia.”
’BERHATI-HATI SEPERTI ULAR’
Sewaktu mengabar di pedesaan Slovenia, saudara-saudari mula-mula akan bertanya kepada penghuni rumah apakah mereka menjual telur. Kalau harganya bagus, penyiar akan membelinya supaya orang tidak curiga. Sewaktu sudah mendapatkan cukup banyak telur, mereka akan meminta kayu bakar kepada penghuni rumah berikutnya. Kalau tampaknya bijaksana, selama tawar-menawar itu penyiar akan mengalihkan percakapan ke Alkitab.—Mat. 10:16.
Di daerah sekitar Zagreb, Kroasia, saudara-saudari mengerjakan daerah secara sistematis, namun dengan hati-hati agar tidak ketahuan. Salah satu strategi adalah mengunjungi setiap rumah yang kesepuluh. Misalnya, jika ditugasi mengunjungi rumah pertama, penyiar akan mengunjungi rumah nomor 1, 11, 21, 31, dan seterusnya. Melalui upaya ini, banyak orang mulai tahu tentang Yehuwa. Namun, mengingat ada berbagai tantangan yang timbul dalam pelayanan dari rumah ke rumah, kesaksian tidak resmi ternyata adalah metode pengabaran yang paling sering digunakan.
Di Serbia, saudara-saudari berhimpun di rumah pribadi. Damir Porobić menceritakan bagaimana perhimpunan diadakan di rumah neneknya setelah Perang Dunia II. ”Ada lima sampai sepuluh orang yang hadir,” ia menjelaskan. ”Rumah nenek saya cocok untuk perhimpunan karena bisa dimasuki dari dua jalan. Maka, semuanya dapat datang dan pergi dengan senyap sehingga tidak menimbulkan kecurigaan.”
Veronika Babić lahir di Kroasia, dan keluarganya mulai belajar pada pertengahan tahun 1950-an. Setelah dibaptis pada tahun 1957, ia dan suaminya pindah ke Sarajevo, Bosnia. Milica Radišić, dari daerah Slavonia di Kroasia, dibaptis pada tahun 1950. Keluarganya juga pindah ke Bosnia. Bersama-sama, keluarga-keluarga ini mulai memberitakan kebenaran Kerajaan di Bosnia. Seperti di bagian-bagian lain Yugoslavia, mereka harus mengabar dengan hati-hati. ”Kami dilaporkan kepada polisi,” cerita Veronika, ”dan lektur kami disita. Kami ditangkap, diinterogasi, diancam dengan hukuman penjara, dan didenda. Namun, kami sama sekali tidak kecil hati atau takut. Malah, hal itu justru menguatkan iman kami kepada Yehuwa.”
”Suatu hari,” kenang Milica, ”seorang pria datang ke Balai Kerajaan dan menunjukkan minat. Ia disambut dengan baik dan bahkan tinggal beberapa waktu di rumah saudara-saudara kita. Ia dengan semangat memberi komentar di perhimpunan. Namun kemudian, putri kami melihatnya di tempat kerja sedang menghadiri pertemuan untuk polisi rahasia. Kami pun sadar bahwa ia dikirim polisi untuk memata-matai kami. Sejak ketahuan bahwa ia bekerja sama dengan polisi, ia tidak datang lagi.”
BALAI-BALAI KERAJAAN MASA AWAL
Sebelum didaftarkan pada pemerintah, Saksi-Saksi Yehuwa dianggap melanggar hukum karena berkumpul di rumah pribadi, maka saudara-saudari menghadapi risiko ditangkap. Namun, bahkan setelah diizinkan untuk berhimpun secara terbuka, mereka sulit mencari tempat berhimpun, karena banyak orang tidak menyukai Saksi-Saksi Yehuwa dan tidak mau menyewakan gedung kepada mereka. Karena itu, mereka memutuskan untuk membeli gedung-gedung untuk tempat berhimpun.
Tak lama kemudian, saudara-saudara mendapatkan sebuah bengkel di pusat Zagreb, Kroasia. Mereka mengubahnya menjadi Balai Kerajaan yang indah yang dapat menampung 160 orang dan menambahkan kantor kecil untuk mencetak lektur. Balai Kerajaan ini juga digunakan untuk kebaktian dan, pada tahun 1957, digunakan untuk kebaktian pertama yang diadakan bagi Saksi di semua bagian Yugoslavia. Beberapa tahun kemudian, saudara-saudara membeli sebuah rumah di pusat Zagreb di Jalan Kamaufova, yang digunakan oleh keluarga Betel hingga tahun 1998.
Pada tahun 1957, saudara-saudara membeli sebuah gedung di Beograd, Serbia, yang digunakan untuk Balai Kerajaan maupun kantor untuk pekerjaan Betel. Setelah itu, mereka membeli sebuah kandang di Ljubljana, Slovenia, dan mengubahnya menjadi Balai Kerajaan. Pada tahun 1963, mereka mengubah sebuah garasi di Sarajevo menjadi balai, yang digunakan oleh sidang pertama di Bosnia dan Herzegovina. Beberapa bangunan ini perlu banyak perbaikan, tetapi saudara-saudari dengan murah hati memberikan tenaga serta sumber daya mereka, dan Yehuwa memberkati upaya mereka.
PENGORGANISASIAN YANG BAIK MEMACU PERTUMBUHAN ROHANI
Pada tahun 1960, para pengawas keliling ditugasi membantu dan menguatkan sidang-sidang. Beberapa saudara diundang untuk melayani sebagai pengawas wilayah ”akhir pekan”. Mereka dengan rela menggunakan hari-hari bebas kerja untuk mengadakan perjalanan dan mengunjungi dan menguatkan saudara-saudari serta menggalang persatuan pada masa-masa awal itu.
”Selama kira-kira satu tahun, saya melayani bersama istri saya sebagai pengawas wilayah akhir pekan,” kenang Henrik Kovačić, anggota Panitia Cabang di Kroasia, ”dan belakangan sebagai pengawas keliling sepenuh waktu. Saudara-saudari hidup di bawah kondisi yang sangat miskin, dan kami sering harus tinggal di tempat yang tidak ada air leding atau kakus duduk. Namun, saudara-saudari sangat menghargai kunjungan kami dan memperlihatkan kasih serta keramahan yang luar biasa. Mereka sering mempersilakan kami memakai tempat tidur mereka dan menyediakan makanan, meski mereka sendiri hanya punya sedikit. Di beberapa sidang, supaya tidak membebani saudara-saudari, kami pindah rumah setiap malam.”
”Melayani sebagai pengawas keliling akhir pekan adalah pengalaman yang paling menyenangkan,” kata Šandor Palfi, yang sekarang melayani di Panitia Negeri di Serbia, ”meskipun itu sulit. Saudara-saudari kita dengan penuh semangat menantikan kedatangan kami. Mereka miskin, tetapi mereka berbuat sebisa-bisanya untuk memberikan yang terbaik. Bagi mereka, kunjungan pengawas wilayah merupakan peristiwa yang sangat istimewa.”
Sementara melayani sebagai pengawas wilayah, Miloš Knežević mengawasi pekerjaan kantor cabang di Yugoslavia. Selama puluhan tahun pemerintah Komunis, Saudara Knežević sangat berperan dalam menyelesaikan banyak keluhan hukum yang dilancarkan terhadap saudara-saudari kita.
KEMAJUAN YANG MENGHANGATKAN HATI DI MAKEDONIA
Pada tahun 1968, seorang pemuda dari Kočani, Makedonia, sedang mengikuti kuliah di Zagreb, di mana ia mulai mengenal kebenaran. Sekembalinya ke rumah, ia membagikan kabar baik kepada sanak keluarga dan teman-temannya.
”Pemuda itu adalah sepupu saya,” kenang Stojan Bogatinov, orang pertama yang dibaptis dari Kočani. ”Saya bekerja sebagai pramusaji, dan kadang-kadang saya berbicara tentang agama dengan rekan-rekan sekerja. Pada suatu hari, seorang anggota Gereja Ortodoks datang untuk makan. Sementara melayani dia, saya bertanya apakah saya bisa memperoleh Alkitab dari gerejanya, karena saya ingin sekali belajar tentang Allah. Ia mengatakan akan berupaya membawakan satu. Tak lama kemudian, saya memiliki sebuah ’Perjanjian Baru’. Saya begitu senang sehingga seusai kerja, saya bergegas pulang untuk mulai membacanya.
”Di tengah jalan, saya terkejut bertemu sepupu saya, yang sudah kembali dari Zagreb. Ia mengundang saya ke rumahnya, tetapi saya mengatakan tidak bisa karena saya ingin cepat-cepat pulang untuk membaca Alkitab. ’Saya punya sesuatu yang pasti menarik bagimu,’ kata sepupu saya. ’Di rumah, saya punya buku-buku yang akan membantumu memahami Alkitab.’ Kami pergi ke rumahnya, dan saya senang saat melihat bahwa ia memiliki Alkitab, beberapa brosur, dan beberapa majalah Menara Pengawal dalam bahasa Kroasia. Ia memberikan publikasi itu, dan saya langsung membacanya. Segera, saya sadar bahwa saya membaca sesuatu yang istimewa. Saya tidak tahu apa-apa mengenai Saksi-Saksi Yehuwa, tetapi saya ingin mengenal mereka.
”Ketika sepupu saya pergi lagi ke Zagreb, saya ikut bersamanya. Di sana, seorang Saksi yang ramah, Ivica Pavlaković, mengundang saya ke rumahnya, dan saya menginap selama tiga hari. Ada banyak pertanyaan yang saya ajukan, dan yang membuat saya sangat terkesan, ia selalu menjawabnya dengan menggunakan Alkitab. Saya menghadiri sebuah perhimpunan dan terbina oleh persaudaraan yang hangat.
”Ivica mengajak saya ke Betel di Zagreb, dan saya pulang dengan hati yang bahagia dan membawa banyak lektur. Setelah beberapa hari saja yang penuh kenangan, saya pulang ke Kočani membawa harta rohani yang saya temukan. Tidak ada Saksi yang tinggal di daerah saya, maka saya mulai berkorespondensi dengan Ivica secara rutin. Saya mengajukan banyak pertanyaan dan ia mengirim jawabannya. Seraya belajar lebih banyak, saya membagikan apa yang saya pelajari, dan istri serta anak-anak saya mulai berminat. Keluarga kami pun dipersatukan dalam kebenaran, dan kami belajar banyak tentang Alkitab. Kami berbahagia, dan dengan bersemangat mulai berbicara kepada kerabat serta teman-teman tentang kabar baik; dan ada banyak yang menyambut. Namun, pengabaran memicu penganiayaan.”
BERKUMPUL DALAM PERSATUAN DI JERMAN
Meskipun saudara-saudari kita di Yugoslavia tidak begitu terpencil seperti halnya di negeri-negeri Komunis lainnya, jumlahnya hanya sedikit dan mereka ingin sekali merasakan kasih persaudaraan sedunia. Maka, ketika mendengar bahwa Kebaktian Internasional ”Damai di Bumi” direncanakan untuk diadakan pada tahun 1969, mereka meminta izin dari pemerintah untuk pergi ke luar negeri guna menghadirinya. Bayangkan, betapa senangnya mereka sewaktu izin itu diberikan!
Kebaktian diadakan di stadion besar di Nuremberg, Jerman, di mana Hitler, yang dahulu mengancam akan memusnahkan Saksi-Saksi Yehuwa, pernah mengumpulkan pasukannya hanya beberapa dekade sebelumnya. Acara dipersembahkan dalam banyak bahasa, dan para delegasi Yugoslavia sangat senang ketika mengetahui bahwa sesi-sesi dalam bahasa mereka juga diadakan di kawasan yang banyak pohonnya di dekat stadion utama. Sebuah panggung besar ditempatkan di tengah-tengah lapangan olahraga itu sehingga separuh dari para delegasi, yang duduk di satu sisi, mendengar acara dalam bahasa Serbia-Kroasia, sedangkan separuhnya lagi, di sisi satunya dari panggung, mendengarnya dalam bahasa Sloven. Acara delapan hari itu benar-benar memperdalam pengetahuan serta iman saudara-saudari!
Kereta api dan bus dicarter dari seluruh bagian Yugoslavia untuk membawa para delegasi ke Jerman. ”Karena senang sekali dipersatukan dengan saudara-saudari kita,” tutur seorang saudara yang pergi ke sana dari Kroasia, ”kami dengan bangga memajang tanda di jendela-jendela gerbong kereta api kami yang mengumumkan kebaktian.”
Saudara-saudari senang melihat dan mendengar Nathan Knorr dan Frederick Franz dari kantor pusat. ”Antusiasme kami nyaris tak terbendung,” kenang seorang delegasi, ”sewaktu mereka datang ke bagian stadion tempat kami duduk untuk menyampaikan salam.” Berkat-berkat yang dinikmati saudara-saudari Yugoslavia jauh lebih besar dibandingkan dengan banyak pengorbanan yang mereka buat untuk dapat hadir. ”Biaya perjalanan ke kebaktian sama dengan gaji dua bulan,” kata Milosija Simić, yang mengadakan perjalanan dari Serbia, ”dan sulit untuk mendapat waktu bebas kerja sepuluh hari. Saya tidak tahu pasti apakah masih bisa kerja sepulangnya dari kebaktian, namun saya sudah bertekad bulat untuk pergi. Kebaktian itu sungguh luar biasa! Hingga hari ini, sekitar 40 tahun kemudian, saya masih menitikkan air mata sukacita sewaktu mengenang peristiwa itu.” Setelah berkumpul bersama rekan-rekan Saksi dari semua bagian di Yugoslavia dan merasakan persatuan persaudaraan internasional kita, saudara-saudari pulang dengan diperkuat untuk menghadapi tantangan yang bakal terjadi.
PERINTIS LOKAL MENGISI KEBUTUHAN
Para perintis asal Jerman yang tiba pada awal 1930-an telah banyak berperan dalam menyebarkan kabar baik. Kini, dengan bertambahnya jumlah penyiar, ada lebih banyak penyiar Yugoslavia yang terjun ke dalam dinas perintis. Slovenia, misalnya, sudah siap mengutus para perintis berpengalaman ke bagian-bagian jauh di Yugoslavia yang lebih membutuhkan. Para perintis ini dengan berani menghadapi tantangan untuk mempelajari bahasa dan kebudayaan yang baru.
”Saya tiba di Priština, kota terbesar di Kosovo,” kenang Jolanda Kocjančič. ”Bahasanya adalah Albania dan Serbia. Meskipun saya dan Minka Karlovšek tidak bisa berbicara dalam kedua bahasa ini, kami memutuskan untuk mulai mengabar, dan itulah caranya kami belajar bahasa. Di rumah pertama, kami berjumpa dengan putra sulung seorang janda yang berlatar belakang Ceska. Kami memulai persembahan kami dalam bahasa Sloven dicampur beberapa istilah bahasa Serbia, dengan mengatakan, ’Kami senang berbicara kepada keluarga Anda tentang kabar baik dari Alkitab.’
”’Silakan masuk,’ katanya, ’ibu saya sudah menunggu kalian.’
”Sewaktu kami masuk ke rumah, sang ibu, Ružica, bergegas menjumpai kami. Ia mengatakan bahwa 14 hari sebelumnya ia berdoa agar Yehuwa mengutus seseorang untuk mengajarnya tentang Dia. Kakaknya, salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa di negeri yang sekarang adalah Republik Ceska, berulang-ulang menyarankan dia untuk berdoa kepada Yehuwa memohon bantuan. Ružica yakin bahwa kunjungan kami adalah jawaban atas doanya. Jadi, sementara Ružica mengajar kami bahasa Serbia, kami mengajar dia kebenaran Alkitab. Ada siswa-siswa yang kos di rumahnya dan mereka ikut belajar Alkitab. Salah seorang memberi kami kamus bahasa Albania, yang memudahkan kami mempelajari bahasa itu.”
Zoran Lalović, di Montenegro, masih kecil sewaktu seorang perintis dari Zagreb, Kroasia, memberinya Alkitab. Lima tahun kemudian, pada tahun 1980, seorang perintis istimewa datang dari Serbia dan belajar dengannya. ”Saya sulit sekali memutuskan hubungan dengan kawan-kawan disko saya,” kata Zoran, ”tapi setelah akhirnya berhenti bergaul dengan mereka, saya jadi cepat maju dan dibaptis hanya beberapa bulan kemudian di Beograd, Serbia. Segera setelah itu, saya ditugasi menyampaikan khotbah umum, karena hanya ada begitu sedikit saudara. Kami juga mulai mengadakan semua perhimpunan di kota Podgorica.”
PEMBAPTISAN DI LADANG
”Sewaktu orang-orang siap untuk dibaptis, saya membaptis mereka,” kata Stojan Bogatinov, dari Makedonia. ”Tidak ada bak mandi untuk kami gunakan, dan sungainya kecil sekali. Namun, di daerah kami ada banyak ladang dengan saluran-saluran air. Ada saluran yang dalam dan cukup bersih untuk pembaptisan. Saya ingat pembaptisan pertama di sebuah ladang. Saat kami berjalan melewati ladang-ladang ke saluran air, seseorang berteriak kepada saya, ’Stojan, kamu dapat pekerja-pekerja baru, ya!’
”’Ya, ya,’ jawab saya, ’ada banyak pekerjaan.’ Mereka tidak tahu bahwa kami adalah pekerja untuk panenan rohani yang sedang berlangsung di Makedonia.”
Saudara-saudari di Makedonia hanya bisa mengadakan sedikit kontak dengan kantor cabang, dan masih banyak yang harus mereka pelajari soal prosedur teokratis. Stojan Stojmilov mulai menghadiri perhimpunan di Jerman, dan sekembalinya ke Makedonia, ia senang sekali mendapati bahwa ada Saksi-Saksi di Kočani. ’Ketika saya tiba dan memberi tahu saudara-saudari caranya perhimpunan diadakan di Jerman,” ceritanya, ”saya langsung diminta memandu Pelajaran Menara Pengawal dan menyampaikan khotbah umum. Saya menjelaskan kepada mereka bahwa saya belum dibaptis, tetapi mereka terus mendesak, dengan menegaskan bahwa saya yang paling memenuhi syarat. Maka, saya pun setuju. Belakangan, saya dan istri membuat kemajuan, dan kami pun dibaptis di ladang.”
Veselin Iliev, yang sekarang melayani sebagai penatua di Kočani, menjelaskan, ”Pengetahuan kami tentang organisasi teokratis hanya sedikit, tapi kami sangat mengasihi kebenaran.” Belakangan, Yehuwa mengatur agar diadakan koreksi. Misalnya, dengan menyediakan lebih banyak lektur dalam bahasa Makedonia, kebenaran Kerajaan maju pesat dan sidang-sidang dikuatkan.
MENGGUNAKAN KEBEBASAN YANG BERTAMBAH DENGAN BIJAKSANA
Karena Yugoslavia tidak berada di bawah pengawasan Rusia, orang-orang menikmati kebebasan yang mustahil dinikmati di balik Tirai Besi. Pada akhir tahun 1960-an, Yugoslavia menjadi negara Komunis pertama yang menghapus visa dan mengendurkan kendali atas perbatasan. Dengan bertambahnya kebebasan untuk bepergian, saudara-saudari kita di bagian utara Yugoslavia bertugas membawa masuk lektur kita ke negeri-negeri yang berbatasan dengan Uni Soviet, di mana pekerjaan pengabaran masih dilarang.
Pertama-tama, mereka membawa masuk lektur ke Yugoslavia dari Jerman dalam mobil barang. Ðuro Landić, yang menjadi anggota Panitia Kantor Cabang Kroasia, mengenang bahwa rumah mereka menjadi depot lektur hingga jatuhnya Uni Soviet. ”Di mobil-mobil keluarga kami, ada ruang tersembunyi di lantainya dan di dasbornya,” kenang Ðuro. Kami tahu bahwa jika tertangkap, kami bisa kehilangan mobil dan juga dipenjarakan, tapi sukacita saudara-saudari sewaktu menerima lektur membuat upaya kami tidak sia-sia.”
Saudari Milosija Simić, yang membawa lektur dari Serbia ke Bulgaria, menceritakan, ”Saya tidak pernah tahu kepada siapa saya harus menyerahkan lektur—saya hanya diberi alamat. Sekali waktu, saya turun dari bus dan menemukan rumahnya, tetapi tidak ada orang di rumah. Saya berjalan mengitari blok dan datang dari arah berbeda lalu mencoba lagi. Tetap saja, tidak ada orang di rumah. Saya melakukan hal ini kira-kira sepuluh kali sepanjang hari, sambil berhati-hati supaya tidak menimbulkan kecurigaan. Namun, saya tidak pernah bisa bertemu dengan siapa pun. Ternyata hal ini benar-benar berkat, karena belakangan saya sadar bahwa alamatnya salah.
”Karena saya telah bekerja begitu keras untuk menyalin serta mengetik ulang lektur itu, saya menghadapi dilema. Saya tidak bisa membuang lektur itu begitu saja. Maka, saya memutuskan untuk membawanya kembali ke Serbia supaya bisa digunakan. Namun, meskipun saya memang membeli karcis perjalanan pulang-pergi, saya masih perlu karcis ke stasiun penghubung. Biasanya, sewaktu lektur dikirimkan, saudara-saudari yang menerimanya akan memberi uang untuk membeli karcis. Hal itu kami lakukan karena jumlah uang yang boleh dibawa masuk ke dalam negeri dibatasi. Saya mendekati loket karcis dan berdoa agar yang bertugas adalah seorang wanita. Persis saat saya tiba, pria yang bertugas di loket pergi dan diganti seorang wanita. Sebagai ganti karcis, saya menawarkan baju yang kami gunakan untuk membungkus lektur. Ia setuju, dan saya pun mendapat karcis.”
Pada awal 1980-an, saudara-saudari menerjemahkan lektur ke dalam bahasa Albania dan Makedonia dan mengirimkan salinan yang ditulis tangan ke kantor kecil di Beograd. Di sana, Milosija menggunakan mesin tik dan kertas karbon untuk menghasilkan delapan salinan sekali kerja. Tugas ini tidak mudah karena bahan itu ditulis tangan dan ia tidak menguasai bahasanya.
SAUDARA-SAUDARA MUDA MENGAMBIL PENDIRIAN TEGUH
Meskipun secara resmi kami mendapat kebebasan beragama, pemerintah menganggap pendirian netral kami sebagai ancaman atas persatuan Yugoslavia. Karena itu, saudara-saudara menghadapi tentangan. Selama Perang Dunia II, banyak yang terbukti setia bahkan sampai mati demi mempertahankan kenetralan. Namun selama tiga dekade berikutnya, tidak semua saudara memperlihatkan iman yang seteguh itu. Ada yang menghadiri perhimpunan dan mendukung pekerjaan Kerajaan; namun, sewaktu dipanggil untuk dinas militer, mereka mencari-cari dalih untuk membenarkan partisipasi mereka.
Saudara-saudara muda yang mengambil pendirian netral menghadapi hukuman penjara hingga sepuluh tahun. Selain itu, mereka bisa dihukum beberapa kali sebelum berumur 30 tahun. Beberapa saudara yang menghadapi ujian integritas ini dan menolak berkompromi masih sangat baru dalam kebenaran. Banyak di antara mereka sekarang mengemban tanggung jawab di sidang.
KEBAKTIAN INTERNASIONAL YANG MENGGUGAH
Saksi-Saksi Yehuwa di Yugoslavia belum pernah mengalami sukacita menjadi tuan rumah kebaktian internasional. Bayangkan betapa senangnya mereka sewaktu pada tahun 1991, Badan Pimpinan mengumumkan bahwa salah satu kebaktian internasional ”Para Pencinta Kemerdekaan” akan diadakan di Zagreb, Kroasia!
Namun, ada problem. Sejak Kroasia memerdekakan diri dari Yugoslavia, ancaman perang semakin nyata. Bijaksanakah untuk mengadakan kebaktian? Yang terpenting adalah keselamatan para delegasi asing dan lokal. Setelah banyak berdoa dan mempertimbangkan berbagai fakta, saudara-saudara memutuskan untuk memulai persiapan kebaktian.
Theodore Jaracz, seorang anggota Badan Pimpinan, mengadakan perjalanan ke Kroasia beberapa minggu sebelum kebaktian untuk membantu pengorganisasiannya. Karena semua acara umum di Zagreb telah dibatalkan, minat masyarakat terfokus pada apa yang bakal terjadi di Stadion Dinamo. Seiring dengan mendekatnya waktu kebaktian, situasi dalam negeri terus guncang. Setiap hari, saudara-saudara kita menimbang-nimbang risikonya, berulang-ulang mengajukan pertanyaan yang sama—Apakah persiapan harus dilanjutkan, atau haruskah kebaktian dibatalkan? Saudara-saudara tak henti-hentinya berdoa kepada Yehuwa, memohon bimbingan-Nya. Sungguh mengherankan, iklim politik menjadi stabil, dan mereka bisa mengadakan kebaktian dari tanggal 16 hingga 18 Agustus 1991.
Kontrasnya sangat mencolok. Sementara negeri-negeri tetangga berada di ambang pertikaian yang kejam, Saksi-Saksi Yehuwa di Kroasia menyambut ribuan tamu kebaktian internasional ”Para Pencinta Kemerdekaan Ilahi”.b Sementara banyak penduduk setempat lari ke luar negeri, saudara-saudari dari 15 negeri berkumpul dalam kasih dan kemerdekaan. Rombongan-rombongan besar tiba dengan pesawat terbang dari Amerika Serikat, Kanada, dan negeri-negeri Barat lainnya. Karena situasi militer, bandara udara di Zagreb ditutup dan pesawat terbang harus mendarat di Ljubljana, Slovenia. Dari sana, para delegasi naik bus ke Zagreb. Keberanian dari saudara-saudari yang berkunjung merupakan kesaksian yang bagus bagi penduduk, dan kehadiran mereka menjadi sumber motivasi yang tak ternilai bagi saudara-saudari setempat. Rombongan terbesar—kira-kira 3.000 delegasi—datang dari Italia. Kasih sayang mereka yang hangat serta sukacita mereka mengobarkan semangat kebaktian itu.—1 Tes. 5:19.
Yang khususnya menguatkan iman adalah menyambut kedatangan lima anggota Badan Pimpinan. Hingga hari ini, banyak yang suka mengenang khotbah yang disampaikan Carey Barber, Lloyd Barry, Milton Henschel, Theodore Jaracz, dan Lyman Swingle. Tanpa gentar menghadapi masa-masa yang bergejolak, saudara-saudara ini, yang sudah berpengalaman selama bertahun-tahun, dengan berani memasuki negeri itu untuk menguatkan saudara-saudari dengan khotbah-khotbah yang membina.
Karena pergolakan politik, kalangan berwenang khawatir akan timbulnya konflik etnik di antara para delegasi dari berbagai bagian Yugoslavia. Betapa leganya mereka menyaksikan para delegasi tidak saja berkumpul dengan damai tetapi juga memperlihatkan kasih sayang persaudaraan yang hangat. Setiap hari, jumlah polisi yang bertugas semakin berkurang.
Kebaktian yang tak terlupakan ini memperlihatkan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa adalah persaudaraan internasional yang sejati. Dengan merenungkan hal ini, saudara-saudari dibantu untuk menggalang persatuan selama cobaan di masa depan. Bus-bus yang membawa pulang para delegasi Serbia dan Makedonia termasuk dalam kendaraan-kendaraan terakhir yang diizinkan melewati pos pemeriksaan antara Kroasia dan Serbia. Persis setelah saudara-saudari kita dengan aman melewatinya, perbatasan ditutup. Banyak yang mengatakan bahwa pada saat itulah perang dimulai.
Selama bulan-bulan dan tahun-tahun setelah itu, republik-republik yang dulunya menjadi bagian Yugoslavia mendirikan negara-negara merdeka dengan pemerintahan sendiri-sendiri. Pergolakan yang menyusul memakan korban puluhan ribu dan menimbulkan penderitaan yang tak terlukiskan. Bagaimana keadaan saudara-saudari kita selama kericuhan ini? Bagaimana Yehuwa memberkati pekerjaan pemberitaan Kerajaan setelah itu di negeri-negeri yang sudah merdeka? Mari kita lihat.
Sejarah Modern Bosnia dan Herzegovina
”Pada tanggal 16 Mei 1992, kami sekitar 13 orang berkumpul di sebuah apartemen sewaktu bom-bom mortir meledak dan menghujani Sarajevo dengan pecahan-pecahannya. Dua bom mortir menghantam gedung tempat kami berlindung. Meski kami berasal dari latar belakang Kroasia, Serbia, dan Bosnia—ketiga kelompok yang saling membunuh di luar sana—kami bersatu dalam ibadat murni. Menjelang fajar, ketika serangan bom mortir berkurang, kami meninggalkan apartemen untuk mencari tempat yang lebih aman. Seperti yang kami lakukan pada malam sebelumnya, kami berdoa kepada Yehuwa dengan suara keras, dan Ia mendengar kami.”—Halim Curi.
Sarajevo, yang berpenduduk lebih dari 400.000 orang, sedang mengalami pengepungan yang paling lama dan paling berbahaya dalam sejarah modern. Bagaimana saudara-saudari rohani kita menghadapi semua pertikaian etnik dan agama yang memorakporandakan negeri itu? Sebelum kami menceritakannya, marilah kita mencari tahu lebih banyak tentang Bosnia dan Herzegovina.
Negeri yang dikenal sebagai Bosnia dan Herzegovina terletak di jantung bekas Yugoslavia, dikelilingi Kroasia, Serbia, dan Montenegro. Ikatan budaya serta keluarga kuat, dan keramahtamahan sangat ditonjolkan. Menyeruput kopi Turki di rumah tetangga dan duduk-duduk di kafići (kedai kopi) merupakan pengisi waktu yang lazim. Meskipun memiliki ciri-ciri fisik yang tampaknya sama saja, penduduk Bosnia terdiri dari orang Bosnia, Serbia, dan Kroasia. Banyak dari mereka tidak begitu religius; namun, justru agamalah yang telah memecah-belah masyarakat. Kebanyakan orang Bosnia beragama Islam, sedangkan orang Serbia menjadi anggota Gereja Ortodoks Serbia dan orang Kroasia menjadi anggota Gereja Katolik Roma.
Dengan meningkatnya intoleransi agama dan kebencian etnik secara luar biasa pada awal tahun 1990-an, muncullah kebijakan yang memilukan yang disebut sapu bersih etnik. Pasukan tentara bergerak maju dan mengusir penduduk sipil—di desa-desa kecil maupun kota-kota besar—untuk menciptakan daerah-daerah yang hanya dihuni oleh kelompok agama mereka. Hal ini menghadirkan ujian kenetralan bagi saudara-saudari kita. Di Bosnia, sebagaimana di negeri-negeri bekas Yugoslavia lainnya, kebanyakan orang menganut agama orang tuanya, dan nama keluarga sering mengidentifikasi latar belakang agama keluarga. Sewaktu orang-orang berhati jujur menjadi hamba-hamba Yehuwa, mereka bisa dianggap mengkhianati keluarga serta tradisi. Namun, saudara-saudari kita telah mengetahui bahwa keloyalan kepada Yehuwa adalah perlindungan.
KOTA DIKEPUNG
Seperti yang kita lihat, saudara-saudari Yugoslavia sangat tersentuh oleh kasih serta persatuan yang diperlihatkan pada kebaktian ”Para Pencinta Kemerdekaan Ilahi” tahun 1991 di Zagreb, Kroasia. Kebaktian yang tak terlupakan ini memperkuat mereka untuk menghadapi pencobaan hebat di masa depan. Orang Bosnia, orang Serbia, dan orang Kroasia sebelumnya tinggal bersama dengan damai di Sarajevo. Namun tiba-tiba, pasukan tentara mengepung kota itu dan semua orang terjebak—termasuk saudara-saudari kita. Situasi politik bergejolak, dan tidak seorang pun tahu sampai berapa lama pertikaian akan berlangsung.
”Orang-orang kelaparan,” lapor Halim Curi, seorang penatua di Sarajevo. ”Setiap bulan, mereka hanya mendapat jatah beberapa kilogram tepung, seratus gram gula, dan 0,5 liter minyak. Tanah kosong mana pun yang ada di kota digunakan untuk menanam sayur-mayur. Pohon-pohon di Sarajevo ditebang untuk kayu bakar. Sewaktu tidak ada lagi pohon, mereka melepaskan pelapis lantai di apartemen mereka untuk bahan bakar memasak dan pemanas. Mereka memakai apa pun yang bisa dibakar, bahkan sepatu tua.”
Ketika Sarajevo dikepung, Ljiljana Ninković dan suaminya Nenad terperangkap dan terpisah dari dua putri mereka. ”Kami adalah keluarga biasa dengan dua anak, sebuah apartemen, dan sebuah mobil,” kata Ljiljana. ”Lalu, segala sesuatunya tiba-tiba berubah.”
Namun, mereka sering merasakan tangan perlindungan Yehuwa. ”Dua kali apartemen kami dibom hanya beberapa saat setelah kami keluar,” Ljiljana melanjutkan. ”Walaupun mengalami kesukaran ini, kami mendapatkan sukacita dalam hal-hal sederhana. Misalnya, kami senang pergi ke taman dan memetik daun dandelion untuk teman makan nasi putih. Kami belajar untuk merasa puas dengan apa yang kami miliki dan menghargainya.”
MENDAPATKAN MAKANAN JASMANI DAN ROHANI
Salah satu problem terbesar adalah memperoleh air. Di rumah-rumah, jarang ada air leding. Untuk mendapatkan air, orang harus berjalan sejauh lima kilometer melewati daerah yang menjadi target penembak gelap. Di tempat penampungan air, orang harus antre selama berjam-jam menunggu giliran mengisi wadah mereka, lalu mereka harus berjalan pulang dengan bersusah payah sambil membawa muatan air yang berat.
”Ujian datang sewaktu kami mendengar bahwa akan ada air di rumah selama waktu yang singkat,” lapor Halim. ”Maka, setiap orang harus mandi, mencuci baju, serta menampung dan menyimpan air di sebanyak mungkin wadah. Namun, bagaimana jika saat yang sudah lama ditunggu-tunggu itu bertepatan dengan jadwal perhimpunan? Kami harus memutuskan—pergi berhimpun atau tinggal di rumah untuk menampung air.”
Meskipun makanan jasmani perlu, saudara-saudari menghargai betapa pentingnya makanan rohani. Di perhimpunan, saudara-saudari tidak hanya menerima makanan rohani tetapi juga perincian tentang siapa-siapa yang dipenjarakan, yang terluka, atau bahkan yang tewas. ”Kami bagaikan satu keluarga,” cerita Milutin Pajić, yang melayani sebagai penatua. ”Saat kami berhimpun, kami tidak ingin pulang. Selesai perhimpunan, kami sering kali tinggal selama berjam-jam untuk berbicara tentang kebenaran.”
Kehidupan tidak mudah, dan saudara-saudari sering mengkhawatirkan nyawa mereka. Meskipun demikian, mereka mendahulukan kepentingan rohani. Sementara perang memorakporandakan negeri itu, umat Yehuwa semakin dekat dengan satu sama lain dan dengan Bapak surgawi mereka. Anak-anak memperhatikan keloyalan orang tua mereka dan memupuk keloyalan mereka sendiri yang tak tergoyahkan kepada Yehuwa.
Kota Bihać, yang terletak dekat perbatasan Kroasia, terisolasi selama hampir empat tahun. Orang-orang di sana tidak bisa keluar, dan bantuan kemanusiaan tidak bisa masuk. ”Yang paling sulit adalah pada awal perang,” tutur Osman Šaćirbegović, satu-satunya saudara di kota ini, ”bukan karena situasi yang sulit melainkan karena kami menghadapi sesuatu yang masih baru, sesuatu yang belum pernah kami alami. Sungguh menakjubkan, sewaktu tembakan-tembakan mortir mulai, kami tidak begitu tegang lagi karena segera menyadari bahwa tidak setiap granat mengakibatkan kematian. Bahkan ada granat yang tidak meledak.”
Karena tidak seorang pun bisa mengantisipasi berapa lama pertikaian akan berlangsung, rumah-rumah Betel di Zagreb, Kroasia, dan di Wina, Austria, mengkoordinasi pengaturan untuk menyimpan bahan bantuan kemanusiaan di Balai Kerajaan dan rumah para Saksi di Sarajevo, Zenica, Tuzla, Mostar, Travnik, dan Bihać. Seraya pertikaian berlanjut, kota-kota sering mendadak dikepung dan diisolasi. Sewaktu jalur pasokan secara tak terduga ditutup, persediaan cepat habis. Namun, meski berbagai kota di Bosnia terputus hubungan dengan dunia luar, persatuan persaudaraan Saksi-Saksi Yehuwa tetap tak terpatahkan. Ini sangat kontras dibandingkan dengan kebencian etnik dan agama yang melanda seluruh negeri bagaikan api yang menghancurkan.
BERSEMANGAT NAMUN BERHATI-HATI
Di samping tantangan untuk mendapat kebutuhan sehari-hari, ada bahaya dari para penembak gelap yang ditempatkan di sekitar Sarajevo, yang secara acak menembaki warga tidak bersalah. Serangan mortir terus menurunkan hujan kematian dari langit. Kadang-kadang, berjalan-jalan di kota-kota yang terkepung sangat berbahaya. Masyarakat hidup dalam ketakutan. Namun, dengan keberanian yang disertai hikmat, saudara-saudari kita tidak berhenti membagikan kabar baik Kerajaan kepada orang-orang yang sangat membutuhkan penghiburan.
”Dalam salah satu serangan yang lebih gencar atas Sarajevo,” cerita seorang penatua, ”ribuan bom mortir meledak hanya dalam satu hari saja. Pada hari Sabtu pagi itu, saudara-saudari menelepon para penatua dan bertanya, ’Di mana pertemuan dinas lapangan hari ini?’”
”Saya melihat bahwa orang-orang sangat membutuhkan kebenaran,” kata seorang saudari. ”Inilah yang membantu saya, tidak hanya untuk bertekun, tetapi juga untuk memiliki sukacita di bawah keadaan yang sukar.”
Banyak penduduk setempat menyadari bahwa mereka membutuhkan harapan Alkitab. ”Orang-orang mencari kami karena ingin belajar tentang Allah,” kata seorang saudara, ”bukan kami yang mencari mereka. Mereka datang sendiri ke Balai Kerajaan dan meminta PAR.”
Pekerjaan pengabaran selama perang mencapai banyak sukses berkat persatuan persaudaraan Kristen kita, yang tidak luput dari perhatian orang. ”Itu menjadi kesaksian besar,” cerita Nada Bešker, seorang saudari yang melayani sebagai perintis istimewa selama bertahun-tahun. ”Banyak orang melihat saudara-saudari Bosnia dan Serbia bekerja sama dalam pengabaran. Dan, sewaktu melihat seorang saudari Kroasia dan seorang saudari yang dulunya beragama Islam bersama-sama memberikan PAR kepada seorang Serbia, mereka pun tahu bahwa kita berbeda.”
Hasil semangat saudara-saudari kita terlihat hingga hari ini karena banyak saudara yang sekarang melayani Yehuwa menerima kebenaran pada masa perang. Misalnya, sidang di Banja Luka bertambah dua kali lipat, meskipun ada seratus penyiar yang pindah ke sidang-sidang lain.
KELUARGA YANG SETIA
Saudara-saudari kita selalu sangat berhati-hati. Namun, ada juga yang menjadi korban ”waktu dan kejadian yang tidak terduga” saat mereka berada di tempat kejadian. (Pkh. 9:11) Božo Ðorem, seorang Serbia, dibaptis di kebaktian internasional di Zagreb pada tahun 1991. Sekembalinya ke Sarajevo, ia dipenjarakan beberapa kali. Di sana, ia diperlakukan dengan kejam karena pendirian netralnya. Pada tahun 1994, ia dijatuhi hukuman penjara selama 14 bulan. Yang paling membuatnya menderita, ia harus berpisah dengan istrinya, Hena, dan putri mereka yang berusia lima tahun, Magdalena.
Tidak lama setelah Božo dibebaskan dari penjara, terjadilah musibah. Pada suatu sore yang tenang, mereka bertiga pergi untuk mengadakan pelajaran Alkitab di dekat rumah. Dalam perjalanan, keheningan tiba-tiba dibuyarkan oleh ledakan bom misil. Hena dan Magdalena tewas di tempat, dan Božo meninggal belakangan di rumah sakit.
KENETRALAN KRISTEN
Karena prasangka semakin menjadi-jadi, sama sekali tidak ada toleransi terhadap kenetralan. Di Banja Luka, sidang terutama terdiri dari saudara-saudara muda yang militer ingin gunakan untuk berperang. Karena tetap netral, mereka dipukuli.
”Polisi sering kali menginterogasi kami dan menyebut kami pengecut karena tidak mau membela keluarga,” kenang Osman Šaćirbegović.
Osman sering berbicara kepada polisi seperti ini, ”Senapan Bapak untuk melindungi Bapak, bukan?”
”Tentu,” jawab sang polisi.
”Maukah Bapak menukarkannya dengan meriam supaya lebih terlindung lagi?”
”Ya.”
”Maukah Bapak menukarkan meriam itu dengan tank?”
”Tentu saja.”
”Bapak melakukan semua itu supaya lebih terlindung lagi, ’kan,” kata Osman. ”Perlindungan saya datang dari Yehuwa, Allah yang mahakuasa, Pencipta alam semesta. Apakah ada perlindungan yang lebih baik daripada itu?” Maksudnya pun jelas, dan polisi tidak mengganggunya lagi.
BANTUAN KEMANUSIAAN TIBA
Meskipun saudara-saudari di negeri-negeri tetangga tahu bahwa Saksi-Saksi Bosnia menderita, untuk beberapa waktu bantuan kemanusiaan tidak mungkin disalurkan ke saudara-saudari yang membutuhkan. Kemudian, pada bulan Oktober 1993, kalangan berwenang mengisyaratkan bahwa ada kemungkinan bantuan kemanusiaan bisa masuk. Meskipun ada banyak bahaya, saudara-saudara kita memutuskan untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Pada tanggal 26 Oktober, lima truk berangkat ke Bosnia dari Wina, Austria, dengan muatan 16 ton makanan dan kayu bakar. Bagaimana konvoi ini bisa melewati begitu banyak daerah yang masih dilanda pertempuran sengit?c
Dalam perjalanan ini, adakalanya saudara-saudara berada dalam bahaya besar. ”Pagi itu, saya berangkat kesiangan,” kenang salah seorang pengemudi, ”dan truk saya berada di belakang beberapa truk lain yang membawa bahan bantuan kemanusiaan. Sewaktu saya mendekati salah satu pos pemeriksaan, semua truk berhenti sementara para petugas memeriksa surat-surat. Tiba-tiba, saya mendengar bunyi senapan penembak gelap, dan kami melihat seorang pengemudi non-Saksi tertembak.”
Karena yang boleh masuk Sarajevo hanya pengemudi dan truknya, saudara-saudara lainnya yang ikut di dalam truk harus menunggu di luar kota. Karena masih ingin membesarkan hati saudara-saudari setempat, mereka mencari telepon, menghubungi para penyiar di Sarajevo, dan menyampaikan khotbah umum yang membina yang sangat dibutuhkan. Sering kali selama perang, para pengawas keliling, para anggota Betel, dan para anggota Panitia Negeri mempertaruhkan nyawa untuk membantu saudara-saudari agar tetap terpelihara hidup secara jasmani maupun rohani.
Selama hampir empat tahun, pengiriman mustahil sampai ke saudara-saudari kita di Bihać. Meskipun makanan jasmani tidak bisa melewati barikade yang mengisolasikan kota itu, saudara-saudari kita berhasil mendapat makanan rohani. Caranya? Mereka bisa mengakses saluran telepon dan mesin faks, sehingga secara berkala bisa menerima Pelayanan Kerajaan Kita dan Menara Pengawal. Publikasi itu diketik dan setiap keluarga mendapat satu salinan. Ketika perang mulai pecah, di sana hanya ada sebuah kelompok kecil yang terdiri dari tiga penyiar terbaptis. Bersama mereka, ada 12 penyiar belum terbaptis yang selama dua tahun dengan harap-harap cemas menunggu kesempatan yang cocok untuk melambangkan pembaktian kepada Yehuwa dengan baptisan air.
Terisolasi selama bertahun-tahun merupakan tantangan. ”Pelajar Alkitab saya tidak pernah menghadiri kebaktian atau dikunjungi pengawas wilayah,” cerita Osman. ”Kami sering membicarakan saatnya kami akan bisa lagi menikmati pergaulan dengan saudara-saudari.”
Bayangkan betapa senangnya saudara-saudari pada tanggal 11 Agustus 1995, ketika dua kendaraan, yang dengan berani memasang tanda ”Bantuan Kemanusiaan Saksi-Saksi Yehuwa”, bergerak memasuki Bihać. Itu adalah kendaraan pribadi pertama yang membawa bantuan kemanusiaan sejak kota dikepung! Dan, tibanya persis ketika saudara-saudari sudah merasa tidak tahan lagi—secara fisik dan mental.
Para tetangga di Bihać mengamati bagaimana saudara-saudari saling memperhatikan, misalnya dengan memperbaiki jendela-jendela yang pecah. ”Para tetangga saya terkesan,” kata Osman, ”karena mereka tahu kami tidak punya uang. Kesaksian ini begitu mengesankan sampai-sampai mereka masih membicarakannya hingga sekarang.” Di Bihać, sekarang ada sebuah sidang yang bersemangat dengan 34 penyiar dan 5 perintis.
PERJALANAN YANG TAK TERLUPAKAN!
Berulang-ulang, saudara-saudari kita mempertaruhkan nyawa untuk membawakan makanan dan lektur ke kota-kota di Bosnia yang diporakporandakan perang. Tetapi, perjalanan tanggal 7 Juni 1994 berbeda. Pagi-pagi sekali, sebuah konvoi tiga truk yang membawa para anggota Panitia Negeri dan pekerja-pekerja tambahan berangkat dari Zagreb, Kroasia. Tujuannya adalah menyampaikan bantuan kemanusiaan dan mempersembahkan acara kebaktian istimewa yang dipersingkat, yang pertama setelah tiga tahun!
Salah satu lokasi untuk acara khusus ini adalah kota Tuzla. Pada awal perang, hanya ada kira-kira 20 penyiar terbaptis di sidang. Betapa mengejutkan melihat lebih dari 200 orang berkumpul untuk mendengarkan acara kebaktian! Ada tiga puluh yang dibaptis. Sekarang, di Tuzla ada tiga sidang dan lebih dari 300 penyiar.
Di Zenica, saudara-saudara menemukan tempat berkumpul yang cocok, namun mereka kesulitan mendapatkan kolam untuk pembaptisan. Akhirnya, setelah mencari-cari, mereka menemukan sebuah drum yang bisa digunakan untuk membaptis. Satu-satunya problem adalah baunya—drum itu bekas menyimpan ikan! Namun para calon baptis, yang telah menerima undangan Yesus untuk menjadi ”penjala manusia”, pantang mundur. (Mat. 4:19) Herbert Frenzel, sekarang anggota Panitia Cabang Kroasia, hadir untuk menyampaikan khotbah baptisan. ”Para calon baptis sudah menunggu begitu lama untuk dibaptis,” lapornya, ”sehingga apa pun tidak akan menghalangi mereka! Setelah dibaptis, mereka merasa menang!” Sekarang, di Zenica ada sebuah sidang yang bersemangat dengan 68 penyiar.
Di Sarajevo, acara hanya bisa diadakan di dekat sebuah persimpangan yang menjadi sasaran penembak gelap. Setelah saudara-saudari tiba dengan selamat di tempat kebaktian, mereka menghadapi masalah untuk mendapatkan bukan saja tempat pembaptisan melainkan juga cara menghemat air yang berharga itu. Guna memastikan bahwa akan ada cukup air bagi semua calon baptis, mereka disuruh berbaris menurut ukuran tubuh dan dibaptis mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar!
Sungguh menyenangkan suasana yang dinikmati saudara-saudari kita pada hari itu! Mereka tidak membiarkan kejadian mengerikan apa pun di sekitar mereka mengalahkan sukacita yang tak terbendung untuk beribadat bersama. Sekarang, di Sarajevo terdapat tiga sidang yang berkembang pesat.
SETELAH PRAHARA USAI
Karena jalur pasokan dibuka kembali, dalam bidang-bidang tertentu, kehidupan menjadi lebih mudah bagi saudara-saudari kita. Namun, sapu bersih etnik, dengan pengusiran paksa, terus berlanjut. Ivica Arabadžić, seorang penatua yang melayani di Kroasia, ingat ketika dipaksa meninggalkan rumah keluarganya di Banja Luka. ”Seorang pria bersenjata datang dan menyuruh kami pergi, dengan mengatakan bahwa sekarang rumah ini miliknya. Ia telah dipaksa meninggalkan rumahnya di Šibenik, Kroasia, karena ia orang Serbia. Sekarang, ia mau kami yang pergi. Seorang perwira polisi militer yang belajar dengan saya datang membantu kami. Meskipun tidak mungkin mempertahankan rumah kami, kami berhasil melakukan pertukaran—rumah kami dengan rumah orang Serbia itu. Tidak mudah meninggalkan rumah kami dan sidang yang telah membantu kami belajar kebenaran, tapi tidak ada pilihan. Sambil membawa sedikit sekali barang, kami pun berangkat mencari rumah ’baru’ kami di Kroasia. Akan tetapi, setibanya di Šibenik, sudah ada orang yang menempati rumah kosong yang semestinya menjadi milik kami. Apa yang bisa kami lakukan? Saudara-saudari langsung menyambut kami, dan seorang penatua mengizinkan kami tinggal di rumahnya selama setahun sampai problem perumahan kami dibereskan.”
Ketidakstabilan politik terus ada sampai hari ini, namun kebenaran berkembang pesat di Bosnia dan Herzegovina, di mana hampir 40 persen penduduknya beragama Islam. Sejak perang berakhir, saudara-saudara kita telah membangun Balai-Balai Kerajaan yang baru. Salah satu di antaranya, yang terletak di Banja Luka, bukan sekadar tempat berhimpun yang sangat dibutuhkan. Balai itu menggambarkan kemenangan hukum. Selama bertahun-tahun, saudara-saudara kita berupaya mendapat izin membangun Balai Kerajaan di daerah yang merupakan kantong Gereja Ortodoks Serbia ini. Setelah perang, meskipun sudah mendapat pengakuan hukum, saudara-saudara kita di Bosnia tidak diberi izin membangun Balai Kerajaan di Banja Luka. Akhirnya, setelah banyak berdoa dan berupaya dengan gigih, saudara-saudara memperoleh dokumen-dokumen yang diperlukan. Kemenangan itu merupakan preseden hukum untuk Balai-Balai Kerajaan berikutnya di bagian dari Bosnia dan Herzegovina ini.
Kebebasan beribadat membuka jalan untuk masuknya 32 perintis istimewa, yang banyak di antaranya berasal dari negeri-negeri lain, guna membantu di daerah-daerah yang lebih membutuhkan. Semangat mereka untuk pelayanan maupun keterpautan mereka yang loyal kepada prosedur teokratis benar-benar merupakan berkat.
Sarajevo, di mana baru satu dekade yang lalu saudara-saudari kita selalu terancam peluru penembak gelap, sekarang dengan penuh damai menjadi tuan rumah bagi para delegasi kebaktian dari semua daerah di bekas Yugoslavia. Meskipun perang-perang abad lalu telah memorakporandakan negeri bergunung-gunung yang indah ini, umat Yehuwa semakin dekat dalam ikatan ”kasih sayang persaudaraan yang tidak munafik”. (1 Ptr. 1:22) Sekarang, 16 sidang dengan 163 penyiar di Bosnia dan Herzegovina secara terpadu mendatangkan pujian kepada Allah yang benar, Yehuwa.
Sejarah Modern Kroasia
Setelah kebaktian internasional di Zagreb pada tahun 1991, perbatasan antara Kroasia dan Serbia tiba-tiba ditutup. Jalan-jalan serta jembatan utama dimusnahkan atau dipasangi barikade oleh tentara, dan banyak delegasi dari bagian timur Kroasia tidak bisa pulang. Dengan menunjukkan kasih persaudaraan yang hangat, banyak Saksi dari bagian-bagian lain negeri itu menawarkan akomodasi bagi saudara-saudari tersebut, meski mereka sendiri terbatas secara materi.
Di Zagreb, sirene meraung-raung siang malam memberi peringatan bahwa akan ada serangan bom. Orang-orang lari mencari perlindungan, dan beberapa tetap tinggal di tempat perlindungan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Karena aman, lokasi ruang bawah tanah Betel ditetapkan oleh kalangan berwenang kota sebagai tempat perlindungan terhadap bom. Hal ini menciptakan kesempatan yang bagus untuk memberi kesaksian, dan orang-orang menerima lebih dari sekadar perlindungan jasmani yang mereka cari. Misalnya, pada suatu hari, sirene berbunyi dan, seperti biasa, orang-orang bergegas turun dari trem ke tempat perlindungan di bawah Betel. Maka, sementara semua orang menunggu dengan cemas, seorang penatua yang melayani di Betel menawarkan apakah mereka mau menonton pertunjukan slide tentang kebaktian internasional yang diadakan di Zagreb beberapa bulan sebelumnya. Mereka semua setuju dan menyatakan terima kasih setelah pertunjukan selesai.
Karena adanya pertempuran, pergi ke perhimpunan benar-benar sulit, dan sayangnya, beberapa Balai Kerajaan rusak dihantam peluru dan granat. Namun, saudara-saudari menghargai makanan rohani lebih dari yang sudah-sudah, dan saudara-saudari yang terkasih ini ’tidak mengabaikan pertemuan mereka’. (Ibr. 10:25) Misalnya, granat-granat yang diluncurkan dengan roket berjatuhan di Šibenik selama enam bulan sehingga saudara-saudari mustahil berhimpun di Balai Kerajaan. ”Kami tinggal di luar kota,” jelas seorang penatua, ”maka kami berkumpul di rumah saya untuk PBS dan Pelajaran Menara Pengawal. Meskipun situasi sangat sulit, kami tidak melamban dalam pekerjaan pengabaran. Kami mengabar di daerah setempat maupun di desa-desa sekitar kota. Setiap orang mengenal kami sebagai Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka tahu kami berbeda.”
KASIH PERSAUDARAAN SEMASA PERANG
Banyak saudara yang kehilangan rumah mengungsi ke rumah orang-orang lain, dan sidang-sidang langsung berbuat apa saja untuk membantu. Misalnya, di Balai Kerajaan mereka di Osijek, Kroasia, saudara-saudari dengan hangat menyambut sebuah keluarga baru yang belum lama itu lari dari Tuzla, Bosnia, di bawah keadaan yang amat sulit. Sidang itu senang ketika tahu bahwa sang istri adalah saudari rohani mereka.
Kalangan berwenang memberi keluarga tersebut izin untuk pindah ke sebuah rumah, namun rumah itu sudah tua dan reyot. Ketika saudara-saudari melihat betapa rusaknya rumah itu, mereka menyediakan bantuan. Ada yang memberikan kompor, ada yang membawa jendela, dan ada yang menyediakan pintu dan tempat tidur. Ada juga yang membawakan bahan bangunan, dan yang lain-lain memberi makanan serta kayu bakar. Keesokan harinya, satu ruangan sudah dibuat layak huni. Namun, rumah itu masih tidak memadai untuk melindungi keluarga tersebut selama musim dingin. Maka, sidang membuat daftar barang yang masih dibutuhkan, dan setiap penyiar menyediakan apa pun yang bisa mereka berikan. Meski mereka sendiri miskin, mereka berhasil mengumpulkan segala sesuatu yang diperlukan—dari sendok hingga atap.
Karena perang terus berlangsung, bahan makanan cepat berkurang, dan kantor cabang bekerja keras untuk mengurus kebutuhan materi maupun rohani saudara-saudari kita. Bekerja sama dengan Badan Pimpinan, kantor cabang mengorganisasi pengumpulan makanan, pakaian, sepatu, serta kebutuhan medis. Awalnya, bantuan terutama datang dari saudara-saudari setempat, namun keadaan mereka sendiri yang sulit membatasi upaya mereka. Sementara itu, saudara-saudari di Austria, Italia, Jerman, dan Swiss dengan murah hati menyumbangkan pakaian serta kebutuhan medis, dan juga lektur Alkitab. Truk-truk tiba siang maupun malam, dikemudikan oleh para sukarelawan yang mendahulukan kebutuhan saudara-saudari Kroasia di atas kepentingan dan keselamatan pribadi mereka. Dari pusat lokasi penyimpanan di Zagreb, perbekalan disalurkan ke sidang-sidang yang membutuhkan.
Saudara-saudari di Kroasia telah menerima bantuan, namun bagaimana mereka sekarang bisa membantu saudara-saudari di Bosnia? Truk-truk bermuatan 16 ton makanan dan kayu bakar pergi ke perbatasan Bosnia. Hal ini berbahaya, karena ada banyak sekali laporan tentang operasi militer liar. Jika kedapatan oleh kelompok-kelompok ini, bahan bantuan kemanusiaan bisa dirampas dan orang-orang yang mengangkutnya bisa dibunuh.
”Kami pergi melalui daerah berhutan,” cerita seorang saudara, ”melewati satu demi satu pos pemeriksaan, dan kadang-kadang sepanjang garis depan. Meski berbahaya, kami tiba dengan selamat di Travnik, Bosnia. Seorang tentara yang mendengar bahwa kami tiba, berlari ke rumah tempat saudara-saudara kita berkumpul. ’Teman-teman kalian datang dengan truk!’ teriaknya. Bisa dibayangkan betapa senangnya saudara-saudari. Kami membawa masuk makanan ke rumah, mengucapkan beberapa patah kata, lalu harus cepat-cepat pergi. Kami masih harus pergi ke tempat-tempat lain.”
Banyak saudara menulis surat ke Betel di Zagreb untuk menyatakan penghargaan atas bantuan yang mereka terima. ”Terima kasih banyak atas kerja keras kalian sehingga kami dapat menerima semua makanan rohani secara rutin,” tulis sebuah sidang. ”Terima kasih juga atas bantuan kemanusiaan yang kami terima; saudara-saudari benar-benar membutuhkannya. Terima kasih dari lubuk hati kami yang terdalam atas semua upaya serta kepedulian kalian yang pengasih.”
Surat lain mengatakan, ”Beberapa saudara adalah pengungsi, dan ada juga yang tidak punya penghasilan. Ketika mereka menerima bantuan dan melihat betapa banyaknya bantuan tersebut, air mata mereka berlinang. Kepedulian yang pengasih, kemurahan hati, serta sikap tidak mementingkan diri saudara-saudari mereka sangat mengesankan serta membesarkan hati mereka.”
Selama masa-masa sulit tersebut, upaya khusus dilakukan untuk menyediakan bagi saudara-saudari kita makanan rohani yang menguatkan iman. Jelas juga bahwa roh Yehuwa benar-benar membantu mereka, tidak hanya untuk bertekun di bawah kesukaran traumatis ini tetapi juga untuk menjadi lebih kuat secara rohani.—Yak. 1:2-4.
BERITA PENGHARAPAN YANG MENGUATKAN
Meskipun organisasi-organisasi kemanusiaan memberikan bantuan materi apa pun yang bisa mereka berikan, hanya Saksi-Saksi Yehuwa yang menyediakan bantuan yang mendatangkan kelegaan yang langgeng. Daripada berpangku tangan menunggu perang berakhir, saudara-saudari kita berbuat sebisa-bisanya untuk membagikan kabar baik Kerajaan kepada orang-orang lain.
Di Vukovar, dekat perbatasan Serbia, yang kehancurannya sangat parah, kebanyakan penduduk, termasuk saudara-saudari kita, harus lari meninggalkan kota. Namun, ada seorang saudari, Marija, yang tinggal. Selama empat tahun, saudara-saudari di Kroasia kehilangan kontak dengannya, namun ia terus dengan bersemangat mengabar kepada sedikit orang yang tersisa di kota itu. Dan, sungguh limpah berkat yang ia terima karena semangatnya itu! Bayangkan, alangkah terkejutnya saudara-saudari Kroasia ketika melihat 20 orang dari Vukovar menghadiri kebaktian distrik 1996!
Berita pengharapan kita juga mampu mengubah kehidupan. Pada masa awal perang, seorang prajurit muda membuat kemajuan pesat di unit pasukan elite tentara Kroasia. Pada tahun 1994, sementara menunggu kereta api, ia menerima risalah Siapa yang Sebenarnya Memerintah Dunia? Ia membaca risalah itu dengan penuh semangat dan baru tahu bahwa Setan-lah, dan bukan Allah Yehuwa, yang bertanggung jawab atas kekerasan yang dilancarkan terhadap manusia. Kebenaran ini sangat mengesankan dia. Salah satu alasan ia berlatih sebagai prajurit adalah membalas pembunuhan adik perempuannya yang berumur 19 tahun dan dua anggota keluarga lainnya yang tewas semasa perang. Ia telah membuat rencana untuk pergi ke desa tempat para pembunuh itu tinggal, tetapi risalah itu membuatnya berpikir. Ia mulai belajar Alkitab, dan setelah beberapa tahun berupaya memperbaiki kepribadiannya, ia dibaptis pada tahun 1997. Akhirnya, ia memang pergi ke desa tempat tinggal para pembunuh keluarganya. Namun, ia tidak membalas dendam tetapi dengan senang hati menyampaikan kabar baik Kerajaan Allah kepada orang-orang yang perlu belajar tentang belas kasihan Allah.
Semangat para penyiar untuk pelayanan, bahkan selama konflik-konflik yang terparah, menghasilkan pertambahan luar biasa di Kroasia. Sejak awal perang pada tahun 1991 hingga akhir perang pada tahun 1995, jumlah perintis naik sebesar 132 persen. PAR naik 63 persen, dan jumlah penyiar naik 35 persen. Ya, saudara-saudari setempat dengan berani memberitakan Firman Allah, dan Yehuwa memberkati upaya mereka dengan limpah.
PARA PEKERJA YANG RELA BERKORBAN
Tidak lama sebelum kebaktian internasional tahun 1991, utusan injil pertama lulusan Gilead, Daniel dan Helen Nizan, dari Kanada, tiba di negeri itu. Selain itu, beberapa pasangan suami istri dari negeri-negeri di Eropa yang telah belajar bahasa setempat diundang untuk melayani di Kroasia.
Salah satu pasangan, Heinz dan Elke Polach, dari Austria, melayani sebagai perintis istimewa di ladang Yugoslavia di Denmark sebelum diundang ke Kroasia pada tahun 1991. Perang pecah persis saat mereka memulai pekerjaan keliling. Wilayah mereka yang pertama meliputi pesisir Dalmatia dan beberapa bagian Bosnia, yang kesemuanya terkena dampak perang. ”Tidak mudah untuk mengunjungi saudara-saudari di Bosnia selama masa perang,” kata Heinz. ”Karena berbagai bahaya, kami tidak bisa menggunakan kendaraan pribadi, maka kami bergantung pada angkutan bus yang tidak bisa diandalkan. Kami tidak bisa membawa banyak barang—hanya beberapa koper dan sebuah mesin tik.
”Kami harus banyak akal. Sekali peristiwa, ketika kami mengadakan perjalanan antara Tuzla dan Zenica, bus kami dihentikan tentara. Mereka memberi tahu kami bahwa terlalu berbahaya untuk meneruskan perjalanan. Semua penumpang bus harus keluar. Tetapi, kami tahu bahwa saudara-saudari di Zenica sedang menunggu kedatangan kami, maka kami mulai mencari tahu apakah ada yang bisa membawa kami. Akhirnya, ada sebuah konvoi truk gas yang surat-suratnya lengkap dan kami bisa ikut mereka. Kami mengisi waktu perjalanan dengan memberikan kesaksian kepada sopir, yang ternyata senang mendengarkan.
”Kami dihentikan lagi karena pertempuran, dan kami harus menggunakan jalan-jalan kecil. Keadaan jalan-jalan ini buruk, dan itu diperparah oleh salju. Sering kali, kami harus berhenti untuk membantu truk-truk lain yang mogok. Di suatu tempat, kami diserang dan terpaksa melarikan diri dari daerah itu. Kami lari sampai ke kota Vareš, sekitar 50 kilometer dari tempat tujuan kami, dan harus berhenti untuk bermalam.
”Sopir tidur di kursi, sedangkan saya dan Elke meringkuk bersama di belakang kursi, mencoba untuk tetap hangat. Rasanya, itu adalah malam terpanjang yang pernah saya alami. Namun, keesokan harinya ketika kami akhirnya sampai di Zenica, saudara-saudari begitu bahagia melihat kami! Segala jerih lelah kami tidak sia-sia! Meskipun tidak ada air leding atau listrik, mereka berupaya sebisa-bisanya untuk menjamu kami. Mereka miskin materi, namun kaya rohani dan memperlihatkan kasih yang membara untuk kebenaran.”
Sejak perang pecah, hampir 50 perintis istimewa ditugasi ke Kroasia dari Austria, Jerman, Italia, dan negeri-negeri lain. Belakangan, organisasi Yehuwa menyediakan bantuan yang menguatkan serta anjuran lebih lanjut dengan mengutus lebih banyak utusan injil. Hamba-hamba sepenuh waktu yang bersemangat ini telah sangat membantu, baik di lapangan maupun di sidang.
”SAYA TAK PERCAYA MASIH HIDUP DAN MENYAKSIKAN PERISTIWA HARI INI!”
Hingga akhir tahun 1980-an, edisi bulanan Menara Pengawal diterjemahkan dari bahasa Jerman ke bahasa Kroasia oleh saudara-saudari yang tinggal di luar Betel. Kemudian, sejak tahun 1991, penerjemahan dikerjakan oleh sebuah tim di Betel. Belakangan, Badan Pimpinan memberi izin untuk mulai menerjemahkan Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru. Hingga waktu itu, saudara-saudari menggunakan terjemahan Alkitab berusia 150 tahun, yang memakai bahasa kuno dan banyak istilah yang tidak dikenal. Tim Kroasia memelopori, dan bekerja erat dengan tim penerjemahan Serbia dan Makedonia. Semua mendapat manfaat dari masukan dan hasil pekerjaan satu sama lain.”
Jumat tanggal 23 Juli 1999 adalah hari yang akan terus dikenang oleh Saksi-Saksi Yehuwa di Kroasia, serta Bosnia dan Herzegovina, Montenegro, Serbia, dan Makedonia. Di keempat Kebaktian Distrik ”Kata-Kata Nubuat Ilahi”, Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru dirilis secara bersamaan dalam bahasa Kroasia dan Serbia, dan hadirin diberi tahu bahwa penerjemahan ke dalam bahasa Makedonia sedang berlangsung. Selama bermenit-menit, tepuk tangan yang gegap gempita membuat pembicara tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Seluruh hadirin sangat bahagia, dan banyak delegasi tidak bisa menahan air mata sukacita. ”Saya tak percaya masih hidup dan menyaksikan peristiwa hari ini!” kata seorang penatua kawakan. Alkitab yang lengkap dirilis dalam ketiga bahasa itu pada tahun 2006.
Hingga tahun 1996, Panitia Dinas, di bawah pengawasan kantor cabang di Austria, mengurus kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa di Kroasia serta di Bosnia dan Herzegovina. Pada tahun 1996, Panitia Cabang beranggotakan empat saudara dilantik untuk mengawasi pekerjaan pengabaran di daerah-daerah tersebut, dan berkat Yehuwa atas pengaturan itu terlihat jelas.
FASILITAS KANTOR CABANG DAN BALAI KERAJAAN BARU
Seperti halnya di tempat-tempat lain, keluarga Betel di Zagreb, Kroasia, merasakan pengaruh pertumbuhan teokratis. Anggota keluarga bertambah dari 10 menjadi kira-kira 50 orang. Namun, karena Rumah Betel dirancang hanya untuk menampung empat atau lima pasangan, kamar-kamar tambahan harus disewa di dekatnya.
Tak lama setelah Panitia Cabang dibentuk, Badan Pimpinan meminta mereka membeli tanah untuk Rumah Betel baru di Zagreb. Tak lama kemudian, para sukarelawan setempat dan hamba-hamba internasional membangun fasilitas bagus yang turut memajukan kepentingan Kerajaan selama tahun-tahun mendatang. Fasilitas kantor cabang dan Balai Kerajaan yang baru itu ditahbiskan pada hari Sabtu 23 Oktober 1999, demikian pula Balai Kerajaan ganda di pusat Zagreb. Delegasi dari 15 negeri hadir, termasuk Saudara Gerrit Lösch dari Badan Pimpinan, yang menyampaikan khotbah penahbisan. Keesokan harinya, 4.886 orang berkumpul untuk acara rohani yang menyenangkan di sebuah gedung olahraga yang besar. Benar-benar hari yang tak terlupakan bagi umat Yehuwa di Kroasia—beberapa di antaranya telah melayani Yehuwa dengan setia selama 50 tahun atau lebih pada masa-masa yang paling mengerikan dalam sejarah modern!
Program pembangunan besar-besaran untuk membangun Balai-Balai Kerajaan juga sedang berlangsung. Hingga tahun 1990, banyak sidang berhimpun di ruang bawah tanah atau apartemen pribadi. Misalnya, selama 20 tahun, sidang di kota Split berhimpun di kamar yang kecil di sebuah rumah pribadi. Meskipun hanya ada 50 kursi, kadang-kadang hadirinnya dua kali lipat jumlah itu, sehingga banyak yang terpaksa berdiri di luar. Kebaktian diadakan di tempat yang sama, dengan 150 hadirin atau lebih. Sekarang, di kota Split ada empat sidang, yang menggunakan dua Balai Kerajaan yang indah. Karena jumlah penyiar terus bertambah, sebuah balai pertemuan di hotel digunakan untuk kebaktian. Bagian Pembangunan Balai Kerajaan, yang dikoordinasi oleh Kantor Rancang Bangun Regional di Selters, Jerman, terus mengorganisasi pembangunan Balai-Balai Kerajaan yang praktis dan menarik.
Tua maupun muda, yang merelakan diri untuk ikut dalam proyek pembangunan Balai Kerajaan, telah memberikan bantuan yang sangat besar. Hingga sekarang, 25 Balai Kerajaan baru telah dibangun dan 7 lainnya direnovasi. Hal ini berperan dalam pertumbuhan pekerjaan Kerajaan, yang semuanya demi kepujian bagi Yehuwa.
PEKERJAAN KERAJAAN MAJU PESAT
Pada tahun 1991, ketika Kroasia memperoleh kemerdekaan, pemerintahannya menggunakan undang-undang agama yang lama karena yang baru belum diberlakukan. Negara yang baru berdiri ini hampir 90 persen penduduknya beragama Katolik. Karena itu, para pemimpin agama memiliki pengaruh yang besar terhadap pemerintah. Namun, karena status hukum yang dimiliki Saksi-Saksi Yehuwa di masa lalu dan karena reputasi saudara-saudari yang tidak bercela, pada tanggal 13 Oktober 2003, Departemen Kehakiman memutuskan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa kini terdaftar sebagai komunitas agama di Kroasia. Setelah bertahun-tahun menderita, betapa senangnya para hamba Yehuwa karena diakui secara resmi di Kroasia!
Pada awal tahun 1990-an, di semua negeri bekas Yugoslavia hanya ada satu Sekolah Perintis; sekarang di Kroasia saja ada beberapa kelas setiap tahun. Pada bulan September 2008, Kroasia bersukacita karena mempunyai 5.451 penyiar yang tergabung dalam 69 sidang. Dan, hadirin Peringatan sebesar 9.728 sungguh luar biasa! Semuanya ini menunjukkan adanya potensi yang menakjubkan untuk pertumbuhan lebih jauh.
Meskipun intoleransi agama terdapat di mana-mana dan tekanan hidup sehari-hari kian berat, semua hamba Yehuwa di wilayah ini lebih bertekad daripada yang sudah-sudah untuk terus memberitakan kabar baik Kerajaan Allah tidak soal apa yang dilancarkan Setan dalam kemarahannya. (Pny. 12:12) Bagi mayoritas orang, perjuangan sehari-hari untuk mencari nafkah telah menjadi hal yang paling penting dalam kehidupan. Namun, di kalangan orang-orang ini, ada yang berkeluh kesah atas keadaan moral yang mengenaskan di dunia dan yang juga sadar akan kebutuhan rohani mereka. (Yeh. 9:3, 4; Mat. 5:6) Orang-orang ini telah ditemukan serta dibantu untuk menyembah satu-satunya Allah yang benar dan untuk mengatakan, ”Marilah, kamu sekalian, mari kita naik ke gunung Yehuwa, ke rumah Allah Yakub; dan ia akan mengajar kita tentang jalan-jalannya, dan kita akan berjalan di jalan-jalannya.”—Yes. 2:3.
Sejarah Modern Makedonia
”Melangkahlah ke Makedonia dan tolonglah kami,” kata seorang pria yang menampakkan diri kepada rasul Paulus dalam penglihatan pada abad pertama. (Kis. 16:8-10) Karena menarik kesimpulan bahwa Allah sedang mengarahkan mereka untuk mengumumkan kabar baik Kerajaan Allah di daerah yang belum dikerjakan ini, Paulus dan rekan-rekan dinasnya bersedia menerima undangan tersebut, dan segera Kekristenan pun berkembang di sana. Bagaimana Makedonia zaman modern, daerah yang lebih kecil di sebelah utara Makedonia kuno, mengalami pertumbuhan serupa dalam ibadat sejati?
Setelah perang dunia kedua, Makedonia menjadi republik paling selatan dari Yugoslavia. Republik ini merdeka pada tahun 1991. Dua tahun kemudian, pada tahun 1993, Saksi-Saksi Yehuwa bersukacita karena secara resmi terdaftar di negara yang baru berdiri ini. Alhasil, sebuah kantor bisa didirikan di Makedonia di bawah pengawasan Panitia Cabang Austria. Maka, pada tahun 1993, sebuah rumah di Jalan Alžirska, di Skopje, dibeli, dan tim penerjemah bahasa Makedonia pindah dari Zagreb, Kroasia, ke Betel yang baru ini.
Michael dan Dina Schieben datang dari Jerman untuk melayani dalam pekerjaan wilayah, dan Daniel serta Helen Nizan, dari Kanada, yang melayani di Serbia, dipindahtugaskan ke Makedonia. Panitia Negeri dibentuk, dan Betel mulai berfungsi.
PEMBATASAN LEKTUR
Meskipun Saksi-Saksi Yehuwa resmi terdaftar, mengimpor lektur tidak mudah. Dari tahun 1994 hingga 1998, pemerintah membatasi impor majalah sehingga setiap penyiar hanya menerima satu eksemplar. Akibatnya, saudara-saudara harus membuat salinan artikel pelajaran Menara Pengawal untuk pelajar Alkitab mereka. Saudara-saudara juga berhasil memperoleh majalah yang dikirim kepada mereka dari negeri-negeri lain, dan orang-orang yang berkunjung ke Makedonia diizinkan membawa masuk majalah dalam jumlah kecil. Belakangan, setelah saudara-saudara selama beberapa tahun mengajukan kasus hukum, mahkamah agung membuat keputusan yang mendukung Saksi, yang kemudian diizinkan untuk mengimpor lektur sebanyak yang diinginkan.
Pada bulan Agustus 2000, jumlah penyiar mencapai 1.024—untuk pertama kalinya, lebih dari 1.000 penyiar ikut dalam pekerjaan pengabaran! Dengan dirilisnya lebih banyak lektur dalam bahasa Makedonia dan dengan kenaikan jumlah penyiar, rumah di Jalan Alžirska menjadi terlalu kecil untuk memenuhi kebutuhan keluarga Betel yang semakin besar. Tahun berikutnya, tiga rumah kecil yang berdekatan dibeli dan diruntuhkan untuk pembangunan dua gedung baru. Dewasa ini, ke-34 anggota keluarga Betel Makedonia bekerja dan tinggal di tiga gedung yang berfasilitas lengkap. Mereka dengan gembira menyambut Guy Pierce dari Badan Pimpinan untuk acara penahbisan pada tanggal 17 Mei 2003.
PEMBANGUNAN BALAI KERAJAAN
Saudara-saudari di seluruh Makedonia sangat bersyukur atas pengaturan untuk membantu pembangunan Balai Kerajaan di negeri-negeri yang sumber dayanya terbatas. Sebuah tim pembangunan yang terdiri atas lima saudara ditugasi membantu sidang-sidang setempat membangun Balai Kerajaan; dan antara tahun 2001 dan 2007, sembilan Balai Kerajaan baru telah dibangun. Kru pembangunan multinasional ini memberi kesaksian bagus dengan bekerja dalam perdamaian dan persatuan tanpa prasangka etnik. Seorang pengusaha yang berkunjung ke sebuah Balai Kerajaan yang selesai dibangun memperhatikan pekerjaan saudara-saudara yang bermutu tinggi dan berkata, ”Gedung ini benar-benar dibangun dengan kasih.”
Sewaktu kelompok pembangunan sedang membangun sebuah Balai Kerajaan yang baru di kota Štip, salah seorang tetangga meragukan keberhasilan proyek itu karena kru pembangunan masih muda-muda dan tampak tidak berpengalaman. Akan tetapi, ketika balai itu selesai, ia membawa desain rumahnya ke lokasi dan memohon agar saudara-saudara muda itu membangun untuknya. Ia begitu terkesan dengan mutu pekerjaan saudara-saudara sehingga ia menawarkan bayaran tinggi. Ia terheran-heran ketika diberi tahu bahwa saudara-saudara membangun Balai Kerajaan, bukan demi keuntungan finansial, melainkan karena kasih kepada Allah dan sesama.
TERJEMAHAN DUNIA BARU
Sementara itu, kelompok kecil lain yang terdiri dari para pria dan wanita yang berbakti sibuk dengan tugas yang berbeda—menerjemahkan Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru ke dalam bahasa Makedonia. Kerja keras mereka diberkati Yehuwa; dan dalam waktu lima tahun saja, mereka menerjemahkan Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru yang lengkap. Betapa senangnya para delegasi Kebaktian Distrik 2006 ”Pembebasan Sudah Dekat!” di Skopje ketika anggota Badan Pimpinan Gerrit Lösch mengumumkan dirilisnya terjemahan Alkitab baru yang bermutu ini. Hadirin dengan antusias bertepuk tangan untuk waktu yang lama, dan banyak yang tidak dapat menahan air mata. Beberapa hadirin yang memperoleh satu Alkitab pada waktu rehat makan siang langsung duduk untuk menikmati terjemahan Firman Allah yang luar biasa ini dalam bahasa ibu mereka.
Banyak orang Makedonia sangat merespek Alkitab. Orhan, misalnya, mulai belajar Alkitab enam tahun yang lalu. Ia buta huruf, namun ia belajar membaca dan menulis dengan bantuan saudara yang memberinya pelajaran Alkitab. Sejak dibaptis tiga tahun yang lalu, ia telah membaca Alkitab enam kali!
Selama suatu waktu, Orhan adalah satu-satunya Saksi di kota Resen. Namun, banyak orang memujikan pria yang dulunya buta huruf ini, dan beberapa orang tua meminta saudara-saudara mengajar anak-anak mereka karena mereka ingin anak-anak itu menjadi seperti Orhan. Minat akan kebenaran bertumbuh, dan akhirnya sebuah PBS mingguan pun diadakan di kota itu. Seorang peminat menjadi penyiar belum terbaptis, dan Orhan kini melayani sebagai perintis biasa dan hamba pelayanan.
MELANGKAH KE MAKEDONIA
Pada bulan Juli 2004, sepasang suami istri perintis istimewa dari Albania datang untuk membantu pekerjaan pengabaran kepada orang-orang berbahasa Albania di Makedonia, yang mencakup 25 persen jumlah penduduk. Segera menjadi jelas bahwa pasangan itu membutuhkan bantuan karena hanya merekalah penyiar di daerah yang dihuni lebih dari setengah juta orang yang berbahasa Albania ini. Maka, satu tahun kemudian, pasangan suami istri lainnya dikirim dari Albania untuk bergabung dengan mereka, dan keempat perintis istimewa itu mulai membina kelompok kecil yang terdiri dari tujuh peminat di kota Kičevo, yang letaknya di pusat komunitas Albania di Makedonia. Pada musim semi berikutnya, kelompok kecil ini senang karena ada 61 hadirin pada khotbah Peringatan, yang disampaikan dalam bahasa Albania dan bahasa Makedonia. Sejak itu, kelompok tersebut berkembang menjadi 17 penyiar yang bersemangat, dengan rata-rata 30 hadirin perhimpunan atau lebih.
Guna membantu mengerjakan seluruh daerah di Makedonia, Badan Pimpinan menyetujui sebuah kampanye istimewa untuk bulan April hingga Juli 2007. Tujuannya adalah mengabar di daerah yang belum dikerjakan dan menyebarkan kabar baik kepada penduduk berbahasa Albania.
Dengan antusiasme yang meluap, 337 saudara-saudari dari tujuh negeri dengan senang hati merelakan diri untuk membantu. Hasilnya? Kabar baik diberitakan di lebih dari 200 daerah di seluruh Makedonia—yang dihuni sekitar 400.000 orang, yang kebanyakan belum pernah mendengar berita itu. Lebih dari 25.000 buku dan brosur serta lebih dari 40.000 majalah ditempatkan selama kampanye empat bulan itu. Sekitar 25.000 jam digunakan dalam pelayanan, dan lebih dari 200 PAR dimulai.
”Beberapa orang tak kuasa menahan air mata sewaktu mendengar dari mana kami berasal dan mengapa kami mengunjungi mereka,” lapor seorang saudara. ”Yang lain-lain menangis terharu setelah membaca Firman Allah.”
Ada banyak ungkapan penghargaan sepenuh hati yang datang dari saudara-saudari yang ikut dalam kampanye itu. Seorang saudari menulis, ”Seorang ibu guru memberi tahu kami, ’Semoga Tuhan memberkati. Apa yang Anda lakukan luar biasa. Yang Anda bicarakan itu benar-benar menyegarkan bagi saya!’”
”Sungguh sulit meninggalkan daerah yang mirip dengan daerah tugas utusan injil ini,” kata seorang penyiar. ”Kami bisa melihat betapa orang-orang membutuhkan kebenaran, dan kami sedih harus mengucapkan selamat tinggal kepada pelajar-pelajar Alkitab kami.”
”Kami menyesal tidak merencanakan liburan yang lebih panjang,” kata sepasang suami istri, ”karena kini kami melihat betapa besar kebutuhannya.”
Seorang penyiar menyatakan apa yang dirasakan oleh banyak saudara, ”Saya belum pernah merasakan suasana kekeluargaan yang menyenangkan seperti ini.”
Di pegunungan dekat kota Tetovo, sekelompok penyiar mengabar di sebuah desa yang belum pernah dikabari oleh seorang pun. Dua penyiar mulai mengabar di sepanjang sisi kiri sebuah jalan, dan dua lagi di sisi kanan. Ketika mereka baru memberi kesaksian di tiga rumah, seluruh jalan tahu bahwa Saksi-Saksi Yehuwa datang berkunjung. Segera, berita tentang kunjungan mereka menyebar ke seluruh desa, dan saudari-saudari dikelilingi sekelompok besar wanita yang berminat. Tidak jauh dari situ, 16 pria menunggu para saudara dengan sangat antusias. Para penghuni rumah cepat-cepat mengeluarkan empat kursi bagi para penyiar, dan seorang pria membuatkan kopi. Para penyiar membagikan lektur kepada semua orang dan, dengan menggunakan Alkitab secara terampil, mulai menyampaikan kebenaran kepada orang-orang itu.
Banyak yang mengajukan pertanyaan, dan semua mendengarkan dengan penuh perhatian. Pada akhir kunjungan, banyak penduduk desa tidak mau pergi tanpa lebih dulu pamit secara langsung. Namun, saudara-saudara waswas ketika seorang wanita lansia mendekati mereka dengan mengacungkan tongkatnya. ”Saya akan pukul kalian dengan ini!” serunya, sambil mengarahkan tongkatnya kepada mereka. Apa salah para penyiar sehingga wanita ini tersinggung? ”Semua orang kalian beri buku kecuali saya!” jelasnya. ”Saya mau buku besar berwarna kuning itu,” katanya, sambil menunjuk ke buku Cerita Alkitab yang diterima tetangganya. Saudara-saudara langsung memberi dia satu-satunya buku yang tersisa.
MENGABAR KEPADA ORANG ROM
Di Makedonia, ada banyak orang Rom (Gipsi) yang berbahasa Makedonia namun bahasa ibunya Romani lisan, yaitu campuran beberapa dialek Romani. Menurut laporan, di ibu kota, Skopje, terdapat perkampungan Rom terbesar di Eropa, dengan sekitar 30.000 penduduk. Sebuah kompleks Balai Kerajaan ganda di daerah yang disebut Šuto Orizari digunakan oleh ketiga sidang Romani di daerah itu. Ke-200 penyiar senang dengan daerah yang subur ini, yang rasionya 1 penyiar berbanding 150 penduduk—salah satu rasio terbaik di negeri itu. Tanggapan positif orang Rom terlihat dari hadirin sebesar 708 pada Peringatan 2008!
Apa yang sedang dilakukan guna membantu orang-orang Rom yang rendah hati dan lapar akan kebenaran untuk belajar tentang maksud-tujuan Allah dalam bahasa ibu mereka? Rangka untuk khotbah istimewa tahun 2007 diterjemahkan ke dalam bahasa Romani, dan seorang penatua keturunan Rom menyampaikan khotbah itu kepada 506 hadirin yang penuh penghargaan. Penyiar-penyiar dari semua latar belakang etnik—orang Rom, Makedonia, dan Albania—senang sekali ketika brosur Apa yang Allah Tuntut dari Kita? dirilis dalam bahasa Romani pada kebaktian distrik tahun 2007. Hingga saat itu, para penyiar sering memberikan PAR dalam bahasa mereka sendiri menggunakan lektur dalam bahasa Makedonia. Kini, dengan menggunakan brosur Tuntut dalam bahasa Romani, mereka berhasil menyentuh hati banyak orang Rom yang tulus.
Sekarang, ke-1.277 penyiar di 21 sidang di Makedonia berupaya keras mengikuti teladan rasul Paulus pada abad pertama. Kampanye zaman modern untuk ’melangkah ke Makedonia’ sungguh tepat, mengingat ada banyak orang Makedonia pencari kebenaran yang memberikan tanggapan dengan penuh penghargaan.
Sejarah Modern Serbia
Serbia, di jantung wilayah Balkan, adalah negeri dengan beragam kebudayaan dan dihuni oleh orang-orang dari banyak bangsa. Di sinilah, di kota Beograd, sebuah kantor cabang dibuka pada tahun 1935 untuk mengurus daerah-daerah yang ketika itu masih menjadi bagian Yugoslavia, yang menghasilkan pertumbuhan teokratis yang menakjubkan. Pada masa-masa belakangan, bagaimana saudara-saudara kita di negeri Serbia menyediakan bantuan bagi negeri-negeri yang baru dibentuk di wilayah ini?
Sementara perbatasan negara-negara ditutup dan kebencian agama serta rasial menyebar, saudara-saudari dari berbagai bangsa bekerja sama dengan damai di kantor di Zagreb, Kroasia. Akhirnya, karena prasangka ras dan nasional merebak di luar tembok-tembok Betel, saudara-saudari Serbia terpaksa pergi. Pada tahun 1992, penerjemahan publikasi dalam bahasa Serbia dilakukan lagi di Beograd, Serbia, seperti halnya hampir 50 tahun sebelumnya. Tindakan ini ternyata bijaksana dan juga tepat waktu.
Ada kebutuhan besar untuk bantuan kemanusiaan di Bosnia, di mana terjadi pertempuran sengit. Kantor cabang di Austria dengan pengasih telah mengorganisasi kiriman bantuan kemanusiaan, dan saudara-saudari di Serbia berada dalam situasi yang paling cocok untuk mengantarkannya ke daerah-daerah Bosnia yang dikuasai orang Serbia.
Meskipun pertempuran tidak merambat ke Serbia, pengaruh perang tetap terasa di sana. Embargo ekonomi menyulitkan penerimaan kiriman lektur dari Jerman, di mana lektur itu dicetak. Sewaktu sidang-sidang tidak menerima majalah-majalah terbaru, saudara-saudari kita hanya mempelajari majalah-majalah lama sampai tibanya terbitan baru. Namun, pada akhirnya, saudara-saudari kita tidak pernah kehilangan satu pun terbitan majalah.
”MEMBANTU MENGUATKAN”
”Sewaktu kami tiba di Serbia pada tahun 1991,” kata lulusan Gilead Daniel Nizan, ”negeri ini sedang dilanda pergolakan politik yang parah. Kami terkesan dengan semangat yang diperlihatkan saudara-saudari kita meskipun ada situasi yang kritis di sekitar mereka. Saya terkenang betapa herannya kami melihat kira-kira 50 orang berdiri untuk dibaptis pada kebaktian istimewa pertama yang saya dan istri hadiri. Hal ini sangat membesarkan hati kami.”
Suami istri Nizan memberikan bantuan besar dalam mengoperasikan kantor yang baru didirikan di Beograd. Kantor yang mula-mula, yang cukup besar bagi sepuluh orang, terletak di Jalan Milorada Mitrovića. Di lantai bawah juga terdapat Balai Kerajaan. Sewaktu tim penerjemah bertambah besar, lebih banyak ruangan dibutuhkan. Akhirnya, sebidang tanah ditemukan, dan pembangunan Betel yang baru dimulai. Pada akhir tahun 1995, keluarga Betel pindah ke fasilitas yang baru itu.
Masa-masa yang semakin sulit mendorong lebih banyak orang untuk menanggapi kebenaran, dan dengan bertambahnya penyiar, bertambah pula kebutuhan akan pengawasan yang pengasih. Kebutuhan ini sebagian dipenuhi oleh para perintis istimewa dari Italia—hamba-hamba sepenuh waktu yang energik dan rela berkorban yang memberi diri dengan lapang hati. Meskipun tidak mudah untuk belajar bahasa yang baru dan menyesuaikan diri dengan kebudayaan yang asing di bawah keadaan perang, mereka ”membantu menguatkan” saudara-saudari kita di Serbia.—Kol. 4:11.
Para perintis dari negeri-negeri lain membantu dengan banyak cara, tetapi yang paling penting ”mereka memiliki pengalaman teokratis”, kata Rainer Scholz, koordinator Panitia Negeri di Serbia. Sekarang, 55 sidang di Serbia sangat terbantu dengan adanya 70 perintis istimewa.
DAMPAK MEMEDIHKAN AKIBAT INFLASI YANG PARAH
Serbia tidak bisa luput dari pengaruh ekonomi yang memedihkan akibat perang, khususnya inflasi yang tak terkendali. ”Selama ke-116 hari antara bulan Oktober 1993 dan tanggal 24 Januari 1994,” lapor sebuah narasumber, ”inflasi kumulatif mencapai 500 triliun persen.” Mira Blagojević, yang bekerja di Betel sejak tahun 1982, mengenang bahwa ia harus membawa sekantong penuh uang ke pasar hanya untuk membeli beberapa sayuran.
Seorang saudari lain, Gordana Siriški, menceritakan bahwa ketika ibunya mengambil dana pensiun bulanannya, nilainya cuma seharga satu gulung kertas toilet. ”Sukar dipahami bagaimana orang bisa bertahan hidup,” kata Gordana, ”mengingat segala sesuatu yang mereka miliki tiba-tiba menjadi tidak bernilai. Berkat persaudaraan sedunia, kami menerima bantuan kemanusiaan dari luar negeri. Karena orang-orang tidak percaya lagi kepada bank dan pemerintah, banyak yang mulai percaya kepada Allah, dan saudara-saudari kita semakin dekat dengan satu sama lain.”
PENERJEMAHAN ALKITAB
Selama bertahun-tahun, tim-tim penerjemah di Yugoslavia bekerja erat bersama-sama di satu lokasi di Zagreb, Kroasia. Setelah perang, setiap kelompok penerjemah pindah ke negerinya masing-masing namun, pada saat yang sama, tetap berhubungan dengan tim penerjemah di Zagreb. Hal ini terutama berguna ketika tim Serbia mulai menerjemahkan Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru. Tujuannya adalah merilis Alkitab itu pada kebaktian distrik Saksi-Saksi Yehuwa tahun 1999.
Namun, sementara para penerjemah mengerjakan penerjemahan Alkitab, negeri itu sedang bersiap-siap untuk berperang. Akibat pengeboman, komunikasi lewat telepon tidak bisa diandalkan sehingga menyulitkan para penerjemah untuk mengirimkan bahan dari Beograd ke percetakan di Jerman. Pada hari Selasa tanggal 23 Maret, ketika serangan pesawat terbang sudah di ambang pintu, saudara-saudara bekerja semalaman dan berhasil mengirimkan naskah-naskah elektronik ke Jerman keesokan paginya. Beberapa jam kemudian, pengeboman dimulai dan tim penerjemah lari ke tempat perlindungan, dengan penuh sukacita! Sukacita mereka menjadi lengkap ketika Alkitab yang tercetak dirilis empat bulan kemudian di kebaktian Beograd. Selama pengeboman dan meski listrik berulang kali padam, saudara-saudara melanjutkan penerjemahan publikasi-publikasi lainnya. Namun, sering kali mereka harus berhenti bekerja dan lari ke tempat yang aman. Memang, masa-masa itu penuh tekanan, namun kami semua berbahagia karena bisa ikut serta dalam memproduksi makanan rohani yang sangat dibutuhkan.
Dengan banyak kerja keras dan disertai berkat Yehuwa, pada bulan Juli 1999 Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru dirilis dalam bahasa Serbia. Para delegasi meluap dengan kegembiraan dan penghargaan karena memiliki terjemahan ini dalam bahasa mereka sendiri. Belakangan, pada kebaktian-kebaktian tahun 2006, seluruh Terjemahan Dunia Baru bahasa Serbia dirilis dalam abjad Sirilik maupun Latin.
TENTANGAN AGAMA MENGGENCAR
Karena Gereja Ortodoks Serbia adalah agama utama di negeri itu, banyak orang mengidentikkan orang Serbia dengan penganut Ortodoks. Menurut mereka, bukan orang Serbia namanya jika tidak bergabung dengan Gereja Ortodoks. Namun, selama tahun 1990-an, banyak orang menerima berita pengharapan dari Alkitab yang kami sampaikan. Menjelang akhir perang pada tahun 1999, jumlah penyiar meningkat hampir dua kali lipat, mencapai puncak 4.026 penyiar.
Kemakmuran rohani membuat Gereja Ortodoks merasa kesal terhadap umat Yehuwa. Dengan mengobarkan semangat nasionalistis, gereja berupaya menghentikan pekerjaan pengabaran Kristen kita. Melalui tindak kekerasan dan dengan memanipulasi hukum, para penentang berupaya mengecilkan semangat saudara-saudari kita. Misalnya, masih ada 21 saudara yang dipenjarakan karena tetap netral dalam hal politik. Kebanyakan dibebaskan tidak lama setelah perang, dan bersyukur bahwa Yehuwa telah memperkuat iman mereka selama penderitaan itu.
Tiba-tiba, pada tanggal 9 April 2001, Kementerian Dalam Negeri Federal melarangkan impor lektur. Dengan alasan apa? Mereka menyatakan bahwa publikasi kita akan berpengaruh buruk atas kaum muda negeri itu. Dalam daftar publikasi yang dilarang tersebut, Alkitab tercantum!
Karena televisi dan surat kabar memberikan laporan yang negatif mengenai pekerjaan kita, kadang-kadang ada penghuni rumah yang bersikap kasar. ”Mereka meninju atau menampar kami sewaktu kami mengabar dari rumah ke rumah,” kata seorang perintis istimewa, dan ”pada saat-saat lain, kami dilempari batu”. Selain itu, beberapa Balai Kerajaan dirusak. Sekarang, saudara-saudari kita di Serbia bisa berhimpun secara legal, walaupun mereka perlu bijaksana.
Saudara-saudari kita terus mengabar dengan bersemangat. Mereka mempertunjukkan bahwa umat Yehuwa tidak berprasangka dan bahwa mereka memperlihatkan kasih sejati seperti yang Kristus perlihatkan. Kampanye pengabaran yang sukses telah diorganisasi pada tahun-tahun belakangan. Selama kampanye ini, saudara-saudari dari negeri-negeri Eropa lainnya menggunakan masa liburan mereka untuk ikut mengabar di daerah-daerah di Serbia dan Montenegro yang belum pernah dikerjakan. Namun, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengunjungi hampir tiga juta penduduk di daerah-daerah ini.
Sekarang, kantor cabang di Beograd adalah kompleks tiga gedung indah yang dikelilingi taman-taman yang cantik. Ketiga anggota Panitia Negeri mengawasi pekerjaan di Serbia dan juga di Montenegro. Dengan berkat Yehuwa atas umat-Nya di wilayah yang dulunya diporakporandakan perang, nama Serbia sekarang mengingatkan kita akan semangat serta tekad Saksi-Saksi Yehuwa.
Sejarah Modern Kosovo
Ketegangan antara komunitas Serbia dan Albania di Kosovo selama tahun 1980-an pecah menjadi pertempuran terbuka pada tahun 1990-an, yang mengakibatkan banyak kesengsaraan dan kesedihan. Situasi ini memberi saudara-saudari kita kesempatan untuk memperlihatkan ”kasih sayang persaudaraan yang tidak munafik” kepada rekan-rekan seiman dari semua latar belakang etnik. (1 Ptr. 1:22) Selain itu, mereka telah menaati perintah Kristus: ”Teruslah kasihi musuh-musuhmu dan berdoalah bagi orang-orang yang menganiaya kamu.” (Mat. 5:43-48) Namun, kadang-kadang tidak mudah untuk melakukan hal itu.
”Saudara-saudari yang dulunya beragama Islam tidak selalu diterima dengan ramah oleh orang Muslim,” jelas Saliu Abazi, seorang bekas Muslim yang berbicara dalam bahasa Albania, ”dan keluarga kami dengan keliru menyimpulkan bahwa kami menelantarkan mereka karena memilih agama yang baru. Selain itu, karena ketegangan etnik antara orang Albania dan orang Serbia, tidak selalu mudah bagi mereka yang dulunya Muslim untuk mengabar kepada orang Serbia.”
Meskipun demikian, sebuah kelompok multietnik yang terdiri dari 30 orang berhimpun di rumah Saliu. Ia mengingat, ”Pada tahun-tahun itu, perhimpunan diadakan dalam bahasa Serbia, dan kami menerima lektur dari Beograd. Pada suatu hari, polisi di luar dugaan datang ke rumah saya. Ketika itu, saudara-saudari dari Beograd baru saja mengantar lektur, dan kami semua sedang berkumpul. Ketika kami memberi tahu polisi bahwa kami semua bersaudara, mereka tidak bisa mengerti bagaimana orang Serbia bisa bersaudara dengan orang Albania.” Pada tahun 1998, kelompok penyiar ini dapat menyewa sebuah tempat untuk digunakan sebagai Balai Kerajaan di kota terbesar di Kosovo, Priština.
Pada musim semi tahun 1999, ketegangan etnik dan nasionalisme meningkat tajam. ”Tetangga saya mengancam bahwa jika saya dan putra saya tidak ikut berperang, rumah kami akan dibakar habis,” kisah Saliu. ”Iklim politik berpengaruh buruk terhadap orang-orang. Karena mereka tidak mengakui pemerintah Serbia yang sebelumnya, undang-undang tidak bisa ditegakkan, dan orang-orang menjadi beringas dan berbuat semaunya.”
Sewaktu situasi politik memburuk, kondisi semakin sulit bagi orang Serbia yang tinggal di Kosovo. Selama konflik tahun 1999, ribuan orang Serbia maupun Albania dipaksa lari ke negeri-negeri tetangga. Namun, di bawah iklim pertikaian etnik yang sengit itu, Saliu mempertaruhkan nyawa dengan mengizinkan saudara-saudari Serbia mengungsi ke rumahnya.
DIBENTUK OLEH CARA BERPIKIR YEHUWA
”Kebencian antara orang Serbia dan orang Albania sangat hebat,” kata seorang saudari. ”Itu kebiasaan yang sudah dikembangkan sejak kanak-kanak. Bahkan setelah belajar kebenaran, perasaan demikian tidak mudah disingkirkan. Banyak di antara kami harus membuat perubahan besar untuk mengikuti cara berpikir Yehuwa. Karena kebencian ini, bahkan sewaktu belajar bahwa Yehuwa adalah kasih, saya suka menghindari seorang saudari di sidang hanya karena dia orang Serbia. Namun, seraya terus belajar, saya mulai memahami bahwa ajaran agama-agama lain memecah belah, sedangkan kebenaran Firman Yehuwa mempersatukan.” Apakah kuasa Firman Allah, yang mampu mengubah kehidupan orang, dapat membantu saudari ini mengenakan kepribadian Kristen yang baru? ”Sekarang,” lapornya, ”saya senang melayani di sidang yang sama dengan saudara-saudari Serbia.”—Kol. 3:7-11; Ibr. 4:12.
Persatuan Kristen sejati menonjol di dunia yang dipecah belah agama. Sewaktu nasionalisme membuat orang-orang membakar rumah dan melempar granat tangan, saudara-saudari kita mengadakan perjalanan ke Beograd, di Serbia, untuk menghadiri kebaktian yang diadakan pada bulan Juli 1998. Orang Albania, Kroasia, Makedonia, dan Rom dengan penuh damai berada di dalam satu bus. Dashurie Gashi, yang dalam perjalanan menuju kebaktian itu untuk dibaptis, mengisahkan, ”Ketika tentara menghentikan bus, terlihat oleh kami wajah mereka yang terheran-heran. Di tengah-tengah semua ketegangan etnik di negeri-negeri ini, kami dipersatukan sebagai satu umat—umat Yehuwa.”
Seorang wanita muda keturunan Rom belajar kebenaran sewaktu masih kecil dari bibi-bibinya yang tinggal di luar negeri. Hambatan pertama yang harus diatasi adalah bahwa ia buta huruf. Karena dimotivasi oleh kasih bagi Yehuwa, ia belajar membaca dan menulis selama tiga tahun sambil belajar Alkitab. Hambatan kedua adalah kakeknya, yang tinggal serumah dengannya. ”Saya akan menyelinap ke luar rumah untuk pergi ke perhimpunan,” katanya. Tetapi, sewaktu ia pulang, kakeknya memukulinya. ”Secara fisik saya menderita karena kebenaran,” kisahnya, ”tapi saya tidak akan menyerah. Saya merenungkan betapa menderitanya Ayub, pria yang setia itu. Kasih saya bagi Yehuwa kuat, dan saya bertekad untuk tidak berhenti belajar.” Ia sekarang melayani sebagai perintis, dan ia memberikan pelajaran Alkitab kepada dua gadis yang buta huruf. Meskipun tidak pernah bersekolah, ia bersyukur bahwa Sekolah Pelayanan Teokratis telah melatihnya untuk mengajar orang lain.
Adem Grajçevci beragama Islam sebelum belajar kebenaran di Jerman pada tahun 1993. Kemudian, pada tahun 1999, ia kembali ke negeri asalnya, Kosovo, dan seperti banyak Saksi lainnya, ia harus menghadapi prasangka serta tentangan keluarga. ”Ketika belajar kebenaran,” kenang Adem, ”saya sangat terbantu sewaktu mengetahui bahwa Setan adalah penguasa dunia dan bahwa ia dalang di balik semua kekejaman yang terjadi.” Ayah Adem tidak senang dengan iman Kristen yang baru dianut putranya dan menyuruhnya memilih Yehuwa atau keluarganya. Adem memilih Yehuwa, terus membuat kemajuan rohani yang stabil, dan sekarang melayani sebagai penatua Kristen. Syukurlah, bertahun-tahun kemudian, sikap ayah Adem melunak, dan ia sekarang lebih merespek keputusan Adem.
Putra Adem, Adnan, sama sekali tidak berminat pada agama sewaktu masih kanak-kanak. Ia mendalami seni bela diri dan dijuluki Pembunuh oleh lawan-lawannya. Namun, semuanya ia tinggalkan ketika kebenaran akhirnya menyentuh hatinya. Ia membuat kemajuan yang bagus dan dibaptis. Tak lama setelah dibaptis, saya harus membuat keputusan,” katanya. ”Saya memiliki pekerjaan yang bagus, dan secara materi cukup mapan. Tapi secara rohani saya menderita dan tidak punya banyak waktu untuk pelayanan. Saya memutuskan bahwa sudah waktunya saya berubah, maka saya pun berhenti bekerja.” Ia mulai merintis, dilantik sebagai hamba pelayanan, dan belakangan diundang mengikuti kelas pertama Sekolah Pelatihan Pelayanan di Albania. Sekarang, Adnan menjadi penatua dan bersama istrinya, Hedije, melayani sebagai perintis istimewa. Bagaimana perasaannya mengenai keputusan yang ia buat? ”Tidak ada yang lebih membahagiakan saya,” katanya. ”Saya tidak menyesal memilih pelayanan sepenuh waktu.”
IBADAT DAN INSTRUKSI YANG TERPADU
Sekarang, keenam sidang di Kosovo menggunakan fasilitas yang disewa untuk Balai Kerajaan. Beberapa sidang tidak besar, seperti sidang di kota Peć, yang mempunyai 28 penyiar. Karena saudara terlantik terlalu sedikit, beberapa sidang tidak bisa mengadakan khotbah umum setiap minggu. Meskipun demikian, seperti halnya saudara-saudari di Peć, mereka dengan setia berhimpun bersama setiap minggu untuk Pelajaran Menara Pengawal dan perhimpunan sidang lainnya.
Selama bertahun-tahun, Panitia Negeri Serbia dengan penuh kasih menggembalakan saudara-saudari di Kosovo selama masa-masa yang sangat sukar. Pada tahun 2000, guna memenuhi kebutuhan yang berubah dari saudara-saudari, Badan Pimpinan menugasi kantor cabang Albania untuk mengurus pekerjaan pengabaran di Kosovo.
Hingga belum lama ini, kebanyakan Saksi-Saksi Yehuwa di Kosovo adalah orang Serbia, maka perhimpunan diadakan dalam bahasa Serbia, dan saudara-saudari senang membantu orang-orang yang berbahasa Albania untuk mengikuti acara. Kini, situasinya berbalik. Kebanyakan saudara-saudari di Kosovo adalah orang Albania. Kecuali satu sidang berbahasa Serbia, perhimpunan diadakan dalam bahasa Albania, dan saudara-saudari senang mengalihbahasakan khotbah-khotbah supaya bisa diikuti oleh saudara-saudari Serbia. Kebaktian istimewa, wilayah, dan distrik diadakan dalam kedua bahasa itu. Misalnya, seluruh acara kebaktian distrik 2008 dipersembahkan dalam bahasa Albania dan diterjemahkan ke dalam bahasa Serbia, dengan khotbah-khotbah utama disampaikan dalam bahasa Serbia oleh para penatua Kosovo. Seorang saudara menjelaskan, ”Meskipun di luar gedung ada kebencian, di dalam, kami adalah satu keluarga.”
Sebagian besar penduduk Kosovo beragama Islam, namun mereka merespek Alkitab, dan banyak yang bersedia membahas agama. Saudara-saudari di Kosovo sangat bersukacita ketika ada puncak baru 164 penyiar pada tahun 2008. Dengan kepercayaan penuh kepada Yehuwa, mereka bertekad untuk terus bekerja keras mengerjakan daerah mereka, menyampaikan kabar baik kepada orang-orang dari segala bangsa.
Sejarah Modern Montenegro
Mutiara yang tersembunyi di Laut Mediterania ini adalah sebuah negeri kecil di Pesisir Adriatik. Dikelilingi Albania, Kosovo, Serbia, serta Bosnia dan Herzegovina, Montenegro adalah sebuah negeri dengan keanekaragaman yang luar biasa dan keindahan yang memesonakan. Di negeri itu terdapat garis pantai Laut Adriatik yang indah sepanjang kira-kira 293 kilometer. Ngarai Sungai Tara adalah salah satu ngarai yang terdalam dan terpanjang di Eropa. Danau Scutari adalah danau terbesar di daerah Balkan dan di sana terdapat salah satu penangkaran burung terbesar di Eropa. Dan, semua ini terdapat di daerah yang luasnya kira-kira hanya sepertiga luas Jawa Barat!
Tetapi, sejarah negeri ini dinodai oleh perang, pertikaian, dan penderitaan. Akibatnya, perjuangan orang-orang Montenegro telah sangat mempengaruhi tradisi, mentalitas, dan kebudayaan mereka. Kebudayaan mereka sangat mengagung-agungkan keberanian, integritas, martabat, kerendahan hati, kerelaan berkorban, dan respek terhadap orang lain. Banyak orang Montenegro yang tangguh telah menerima kabar baik Kerajaan dan dengan loyal membela kebenaran Alkitab.
PERTUMBUHAN ROHANI
Pastilah tidak ada di antara hadirin kebaktian bersejarah tahun 1991 di Zagreb, Kroasia, yang bisa melupakan persatuan dan kasih saudara-saudari yang berdatangan dari semua bagian bekas Yugoslavia. ”Karena perang akan segera pecah, bepergian dari Montenegro ke Kroasia berbahaya,” kenang Savo Čeprnjić, yang baru mulai belajar Alkitab. ”Saya terpukau melihat begitu banyak bus tiba di kebaktian tanpa problem. Yang lebih mengesankan lagi adalah perdamaian dan persatuan di kalangan para Saksi. Pada hari pertama, ada ratusan polisi, tetapi setelah menyadari bahwa kami berkumpul dengan damai, hanya beberapa orang yang bertugas pada hari-hari berikutnya.”
Sebelum perang dimulai, sepasang suami istri secara teratur mengadakan perjalanan dari Kroasia ke Montenegro untuk memberikan pelajaran Alkitab kepada Savo. Karena perbatasan ditutup, bagaimana Savo akan melanjutkan pelajaran Alkitabnya?
”Para peminat yang pelajarannya sudah lebih jauh harus mengajar yang lain-lain,” jelas Savo. ”Seorang saudara terbaptis mengajar saya dengan buku Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi. Tetapi, ketika hal itu tidak memungkinkan lagi, seseorang yang belum terbaptis melanjutkannya. Pada tahun 1992, kelompok yang berkumpul untuk PBS dan Pelajaran Menara Pengawal di kota Herceg Novi bertambah menjadi 15 orang.” Savo, bersama istri dan putrinya, terus membuat kemajuan dan dibaptis pada tahun 1993. Sekarang, di kota pantai yang indah ini, ada sebuah Balai Kerajaan dan 25 penyiar.
Pada awal tahun 1990-an, sekelompok penyiar berhimpun di ibu kota Podgorica. Kelompok tersebut terus bertumbuh, dan pada tahun 1997 saudara-saudara berencana membeli tanah untuk Balai Kerajaan. Di tanah yang dibeli itu terdapat tembok yang mereka putuskan tidak akan dirobohkan untuk menjaga privasi. Tetapi, seorang perwira polisi yang tinggal di lantai dasar gedung sebelah menanyakan apakah tembok itu boleh dirobohkan supaya ada lebih banyak cahaya masuk ke apartemennya yang gelap. Demi menjalin hubungan baik dengan sang tetangga, saudara-saudara setuju untuk merobohkan tembok dan menggantikannya dengan pagar. Kebaikan mereka ini ternyata menjadi berkat!
Ketika para penghuni lain di gedung itu menyulitkan saudara-saudara, sang perwira polisi mengingatkan bahwa jika para penghuni menyerang Balai Kerajaan, ia akan menuntut mereka. Kini, saudara-saudari mempunyai Balai Kerajaan yang indah, serta rumah bagi para perintis istimewa dan kawasan parkir yang luas dan beratap yang bisa digunakan untuk kebaktian.
Namun, keadaan saudara-saudari di kota Nikšić tidak sebaik itu. Mereka membeli tanah pada tahun 1996, tetapi masyarakat di situ tidak suka ada Balai Kerajaan di daerah mereka. Saudara-saudara menjaga proyek pembangunan siang malam, khawatir akan disabot para tetangga. Pada suatu hari, seorang imam setempat menghimpun sekitar 200 orang, yang datang menyerbu dengan senapan dan tongkat. Mereka menembakkan senjata ke udara dan mulai merobohkan Balai Kerajaan, batu demi batu. Polisi berdiri menyaksikan tanpa bertindak.
Karena situasinya tidak bisa diselesaikan dengan damai, saudara-saudara mencari tanah lain. Empat tahun kemudian, mereka mendapatkan sebuah gedung yang mereka renovasi dan ubah menjadi Balai Kerajaan. Awalnya, tampaknya tidak ada problem dengan masyarakat, tetapi beberapa bulan kemudian, Balai Kerajaan itu dilalap si jago merah, diduga sengaja dibakar. Tetapi, saudara-saudara kita yang gigih tidak menyerah. Mereka mulai bekerja lagi dan membangunnya kembali. Sejak itu, tidak ada problem lagi.
Keempat sidang di Montenegro berada di bawah pengawasan Panitia Negeri di Serbia. Dengan rasio 1 penyiar berbanding 2.967 penduduk, ke-201 penyiar bersyukur atas bantuan 6 perintis istimewa. Pada umumnya, orang-orang di Montenegro merasa bahwa agama lebih berkaitan dengan tradisi daripada dengan Alkitab. Tetapi, saudara-saudari kita di Montenegro dengan loyal bertekun memberitakan kabar baik dengan berani.
Sejarah Modern Slovenia
Sebelum memperoleh kemerdekaan pada tahun 1991, Slovenia adalah bagian barat laut Yugoslavia. Setelah merdeka, Slovenia mengalami pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan pada tahun 2004, Slovenia menjadi bagian dari Uni Eropa. Meski Slovenia relatif kecil, lanskapnya sangat beragam. Di negeri itu terdapat barisan pegunungan tinggi yang megah, danau-danau gunung, hutan-hutan yang lebat, gua-gua batu kapur yang sangat besar, dan daerah beriklim sejuk, atau Riviera, yang memukau. Dalam waktu satu jam lebih sedikit, orang bisa menuruni lereng-lereng gunung yang sejuk menuju hutan-hutan kecil zaitun dan kebun-kebun anggur yang udaranya menyegarkan di Pesisir Adriatik. Selain itu, situs-situs kebudayaan dan bersejarah di Slovenia menawarkan eksplorasi yang tak habis-habisnya. Akan tetapi, keindahan negeri kecil ini tidak hanya mencakup taman-taman nasional dan kota-kota bersejarah. Slovenia memiliki warisan rohani yang kaya.
BALAI KERAJAAN DAN PERINTIS
Saudara pasti mengingat bahwa Maribor adalah kota di mana ”tukang-tukang cukur yang percaya Alkitab” itu mengabar tentang iman mereka yang baru. Sebuah restoran, yang belakangan dengan tepat dinamai Novi Svet (Dunia Baru), merupakan tempat berhimpun yang nyaman bagi kelompok kecil yang berkembang di sana. Sekarang, para Saksi Slovenia bersyukur kepada Yehuwa atas Balai-Balai Kerajaan yang indah tempat mereka berkumpul untuk beribadat serta menerima instruksi. Karena bertambahnya jumlah penyiar, serta keadaan-keadaan yang membaik pada tahun 1990-an, sebuah Panitia Pembangunan Regional dibentuk. Dengan bantuan lebih dari 100 sukarelawan dan dana dari luar negeri, sidang-sidang membangun atau merenovasi 14 Balai Kerajaan sejak tahun 1995.
Jumlah penyiar bertambah, demikian pula barisan perintis biasa—dari 10 pada tahun 1990 menjadi 107 pada tahun 2000. Salah seorang perintis yang bersemangat adalah Anica Kristan, yang sangat aktif dalam politik sebelum menerima kebenaran.
Saudara-saudari yang datang dari negeri-negeri lain untuk melayani di Slovenia telah menjadi pendorong besar bagi pekerjaan pengabaran. Pada tahun 1992, utusan injil pertama di sini, Franco dan Debbie Dagostini, tiba. Ketika mereka dipindahtugaskan ke Afrika, dua utusan injil baru, Daniel dan Karin Friedl dari Austria, ditugasi ke Slovenia. Belakangan, para utusan injil lulusan Gilead, Geoffrey dan Tonia Powell serta Jochen dan Michaela Fischer, ditugasi ke sini. Mereka, bersama para perintis istimewa dari Austria, Italia, dan Polandia, memiliki kasih yang dalam bagi Yehuwa dan keinginan yang kuat untuk membantu orang-orang.
PANITIA PENGHUBUNG RUMAH SAKIT
Pada tahun 1994, Bagian Informasi Rumah Sakit ditetapkan di Betel, dan dua Panitia Penghubung Rumah Sakit (PPRS) dibentuk. Beberapa saudara yang dilantik sebagai anggota panitia bertemu dengan menteri kesehatan yang, selanjutnya, mengatur pertemuan dengan direktur semua rumah sakit di Slovenia. Saudara-saudara menjelaskan fungsi PPRS dan mengapa Saksi-Saksi Yehuwa menolak transfusi darah. Hal ini menghasilkan kerja sama yang baik antara para dokter dan pasien yang menolak transfusi darah dan munculnya artikel-artikel dalam jurnal-jurnal medis yang menjelaskan pengobatan tanpa darah.
Pada tahun 1995, para dokter di Slovenia untuk pertama kalinya melakukan operasi jantung terbuka tanpa darah. Media melaporkan tentang operasi yang sukses ini, dan para ahli bedah serta anestesiolog yang turut berperan dalam operasi tersebut menulis sebuah artikel akademis tentang hal itu. Maka, pintu menuju pengobatan tanpa darah dibuka, dan lebih banyak dokter bersedia merespek pilihan pengobatan medis Saksi-Saksi Yehuwa.
MEMENUHI KEBUTUHAN LADANG YANG BERKEMBANG
Setelah perubahan-perubahan politik pada tahun 1991, Badan Pimpinan memutuskan bahwa sebuah kantor harus didirikan di Slovenia guna memberikan perhatian yang lebih baik bagi kegiatan Kerajaan. Sebuah gedung berlantai satu dibeli di bagian pusat ibu kota Slovenia, Ljubljana. Gedung itu direnovasi, dan pada tanggal 1 Juli 1993, gedung tersebut siap dihuni para anggota Betel. Awalnya, anggota keluarga Betel terdiri dari 10 orang, namun dalam waktu sepuluh tahun, jumlahnya bertambah menjadi 35 orang. Karena itu, sebuah gedung di dekatnya disewa untuk dapur, ruang makan, dan penatu. Sementara itu, para anggota Betel pindah ke sebuah apartemen di dekatnya supaya ada lebih banyak ruang tersedia. Kantor Slovenia mulai berfungsi sebagai kantor cabang Saksi-Saksi Yehuwa pada tahun 1997.
Ketika Badan Pimpinan menyetujui pembangunan kantor cabang yang baru untuk Slovenia, saudara-saudara mulai mencari lokasi yang cocok. Setelah memeriksa sekitar 40 properti yang berbeda, saudara-saudara memilih sebidang tanah di kota Kamnik, 20 kilometer dari ibu kota, di kaki pegunungan yang indah. Tak lama kemudian, persyaratan lokasi dipenuhi, izin membangun diperoleh, properti dibeli, kontrak dengan sebuah perusahaan pembangunan ditandatangani, dan para hamba internasional diundang untuk bekerja di proyek. Pembangunan tampaknya siap dimulai.
Tetapi, ketika berita tentang proyek itu diketahui umum, para tetangga langsung berdemo untuk menentangnya. Pada hari pembangunan itu seyogianya dimulai, para pengunjuk rasa merintangi jalan masuk ke lokasi gedung dengan barikade. Kemudian, mereka memampangkan spanduk yang menyatakan tentangan. Enam hari kemudian, kira-kira pada sore hari, sekitar 30 polisi tiba untuk melindungi para pekerja kota yang ditugasi menyingkirkan barikade yang dipasang para pengunjuk rasa; para pengunjuk rasa menghina polisi. Namun, sementara itu, proyek tersebut ditunda, maka baik saudara-saudara maupun para pekerja dari perusahaan pembangunan tidak berada di lokasi pada hari itu. Dengan ditundanya proyek tersebut, tentangan mulai mereda, dan saudara-saudara kita berupaya mencari solusi damai.
Pagar di lokasi pembangunan sudah tiga kali dirobohkan oleh para pengunjuk rasa, namun proyek itu akhirnya dimulai sebulan kemudian dan berlanjut tanpa rintangan. Serangan terhadap umat Yehuwa pada awal pembangunan justru menghasilkan berkat karena masalah itu menarik perhatian banyak media massa. Lebih dari 150 laporan berita mengenai proyek pembangunan ditampilkan di TV serta radio dan di surat kabar. Pembangunan rampung kira-kira 11 bulan kemudian, dan pada bulan Agustus 2005, keluarga Betel pindah ke fasilitas baru mereka.
Sejak itu, hubungan antara saudara-saudara dan para tetangga mereka sama sekali berubah. Banyak tetangga mengunjungi fasilitas kantor cabang. Salah seorang bekas penentang belakangan menjadi sangat berminat pada proyek pembangunan itu. Ia menanyakan siapa kita dan kegiatan apa yang akan dilakukan di dalam gedung. Sewaktu mengadakan tur di fasilitas, ia terkesan oleh sambutan yang ramah serta kebersihan gedung. Ia memberi tahu saudara-saudara, ”Para tetangga bertanya kepada saya apakah saya sekarang ada di pihak kalian, dan saya menjawab, ’Meskipun tadinya saya sangat menentang Saksi-Saksi Yehuwa, saya sekarang mendukung mereka karena mereka orang baik-baik.’”
Tanggal 12 Agustus 2006 adalah hari yang membahagiakan, karena ketika itu Theodore Jaracz dari Badan Pimpinan menyampaikan khotbah penahbisan kepada 144 hadirin dari sekitar 20 negeri. Pada sebuah perhimpunan istimewa di Ljubljana, ia berbicara di depan 3.097 hadirin dari semua bagian di Slovenia, dan dari Kroasia serta Bosnia dan Herzegovina.
MASA DEPAN YANG CERAH
Saksi-Saksi Yehuwa di Slovenia menghadapi masa depan dengan keyakinan penuh akan perlindungan serta berkat Bapak surgawi mereka. Pada kebaktian distrik 2004, mereka senang menerima Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru dalam bahasa Sloven. Kini, dengan dukungan kantor cabang baru yang berfasilitas lengkap dan dengan banyak di antara mereka yang bekerja keras sebagai perintis, mereka bertekad melaksanakan amanat untuk mengabar dan membuat murid.—Mat. 28:19, 20.
Di Slovenia, yang sebagian besar beragama Katolik Roma, era Komunis menghasilkan banyak ateis. Selain itu, banyak orang dibebani oleh kekhawatiran hidup atau terpikat oleh daya tarik materialisme. Yang lain-lain lebih berminat pada olahraga atau hiburan. Akan tetapi, masih ada orang-orang berhati jujur yang tertarik pada janji-janji Allah yang terdapat dalam Alkitab.
Pekerjaan terus maju. Puncak 1.935 penyiar dicapai pada bulan Agustus 2008, dan sekitar seperempat dari para penyiar ikut dalam salah satu bentuk dinas perintis. Sekarang, ladang berbahasa asing mencakup bahasa Albania, Cina, Inggris, Kroasia, dan Serbia serta Bahasa Isyarat Sloven. Berbeda dengan awal yang kecil, ketika hanya ada dua tukang cukur yang memberitakan kabar baik, kelompok multinasional yang besar dari penyiar-penyiar yang bersemangat di Slovenia sekarang sedang mencari orang-orang yang layak yang ingin melayani Allah yang sejati, Yehuwa.—Mat. 10:11.
Daerah negeri-negeri Balkan yang sebelumnya dikenal sebagai Yugoslavia telah mengalami banyak konflik, kesedihan, dan penderitaan. Namun, di tengah-tengah iklim intoleransi agama serta kebencian etnik, kasih di kalangan umat Yehuwa telah mengidentifikasi mereka sebagai murid-murid sejati Kristus dan telah meninggikan ibadat murni Yehuwa di atas segala hal yang ditawarkan dunia. Kasih yang saleh ini telah menarik semakin banyak orang untuk memeluk ibadat yang murni serta membantu saudara-saudari kita tetap teguh, bertekad melayani Yehuwa secara terpadu selama-lamanya.—Yes. 2:2-4; Yoh. 13:35.
[Catatan Kaki]
a Ustaše adalah gerakan revolusioner Fasis yang berperang, dengan dukungan Gereja Katolik, demi kemerdekaan Kroasia. Gerakan ini terkenal brutal.
b Karena iklim politik, ”Ilahi” ditambahkan untuk menjelaskan jenis kemerdekaan yang sedang dikejar oleh saudara-saudari.
c Lihat artikel ”Membantu Keluarga Seiman Kita di Bosnia”, dalam Menara Pengawal 1 November 1994, halaman 23-27.
[Blurb di hlm. 165]
Meskipun prasangka nasional dan agama merebak di kawasan Yugoslavia, saudara- saudari kita bersatu
[Blurb di hlm. 173]
’Apakah saya ada di sini untuk menyenangkan manusia? Tidak! Apakah kehidupan saya bergantung pada apa yang orang lain katakan, pikirkan, atau lakukan? Tidak!’
[Kotak di hlm. 144]
Berbagai Kontras di Bekas Yugoslavia
Jika Saudara menanyai sekelompok orang mengenai perbedaan di bekas Yugoslavia, kemungkinan besar jawabannya akan beragam. Tetapi yang pasti, di sana ada tujuh kelompok etnik yang menganut agama yang berbeda dan bahkan menggunakan bahasa yang berbeda dengan abjad yang berbeda. Kelompok-kelompok etnik umumnya dibedakan oleh agama. Lebih dari 1.000 tahun yang lalu, Susunan Kristen terbagi atas pengikut Gereja Katolik Roma dan penganut Katolik Ortodoks. Garis pemisah antara keduanya melintang tepat di tengah-tengah bekas Yugoslavia. Orang yang tinggal di Kroasia dan Slovenia sebagian besar penganut Katolik Roma, sedangkan di Serbia dan Makedonia kebanyakan Ortodoks. Di Bosnia, terdapat campuran pemeluk agama Islam, Katolik, dan Ortodoks.
Penduduk bukan saja terbagi oleh agama melainkan juga oleh bahasa. Kebanyakan orang di negeri-negeri bekas Yugoslavia, kecuali Kosovo, menggunakan bahasa Slavia Selatan. Meskipun setiap negeri mempunyai bahasa sendiri, penggunaan banyak kata yang sama memungkinkan orang Serbia, Kroasia, Bosnia, dan Montenegro saling berkomunikasi. Tidak demikian halnya di Kosovo, Makedonia, dan Slovenia. Meskipun ada upaya pada akhir abad ke-19 untuk menyatukan bahasa-bahasa yang mirip, perpecahan Yugoslavia pada tahun 1991 mengakhiri upaya tersebut. Selama dekade belakangan, semua negeri tersebut berupaya menetapkan identitas etniknya sendiri-sendiri dengan menggunakan kata-kata tertentu dan tidak menggunakan kata-kata lain.
[Kotak/Gambar di hlm. 148]
Tukang Jam yang Menyebarkan Kebenaran di Slavonia
Pada tahun 1930-an, Antun Abramović bepergian dari desa ke desa di Kroasia untuk memperbaiki arloji dan jam. Di sebuah penginapan, ia menemukan salah satu buku kecil kita. Setelah membacanya, ia segera mengenalinya sebagai kebenaran, dan hatinya tersentuh. Ia pun tergerak untuk menulis surat ke kantor cabang guna meminta lebih banyak lektur. Tak lama kemudian, ia menjadi hamba Yehuwa yang terbaptis. Setelah itu, ia bepergian dari desa ke desa tidak hanya untuk mereparasi arloji tetapi juga untuk memberikan kesaksian. Cara ini penting karena pekerjaan pengabaran dilarang. Di sebuah daerah kecil bernama Privlaka, ia bertemu dengan orang-orang yang menerima kebenaran dengan sepenuh hati. Belakangan, terbentuklah sebuah sidang kecil. Dari sana, kebenaran menyebar ke Vinkovci dan daerah sekitarnya.
Selama Perang Dunia II, Saudara Abramović ikut mencetak lektur secara sembunyi-sembunyi yang disiarkan ke seluruh Yugoslavia. Karena kegiatannya yang penuh semangat, ia menjadi salah satu dari 14 saudara yang dijatuhi hukuman penjara yang panjang pada tahun 1947. Setelah dibebaskan dari penjara, ia melayani sebagai pengawas keliling. Semangatnya dalam dinas kepada Yehuwa tetap membara sepanjang hidupnya.
[Kotak/Gambar di hlm. 151]
Seorang Konduktor Menjadi Perintis
Bertahun-tahun yang lalu, di negeri yang sekarang dikenal sebagai Bosnia dan Herzegovina, konduktor Orkestra Pengawal Kerajaan, Alfred Tuček, menerima lektur Alkitab dari rekan sekerjanya yang bernama Fritz Gröger. Kemungkinan pada pengujung tahun 1920-an, Alfred menghubungi Lembaga Mercu Suar, di Maribor, dan mengatakan bahwa ia ingin menjadi perintis biasa. Kemudian, ia menjadi salah seorang perintis pertama di Yugoslavia. Meskipun ia bergaji tinggi sebagai konduktor orkestra militer, kasihnya bagi Yehuwa menggerakkan dia untuk berhenti dari pekerjaannya dan ’tidak melihat kepada perkara-perkara di belakang’. (Luk. 9:62) Pada awal tahun 1930-an, ia mengadakan perjalanan bersama para saudara perintis dari Jerman dan mempertunjukkan ”Drama-Foto Penciptaan”. Ia juga turut membuat kartu daerah guna mengorganisasi pekerjaan pengabaran di Yugoslavia. Pada tahun 1934, ia menikahi seorang perintis Jerman, Frida. Daerah tugas mereka yang pertama adalah Sarajevo, Bosnia. Belakangan, mereka memberitakan kabar baik di bagian-bagian Makedonia, Montenegro, Kroasia, dan Serbia. Awalnya, perjalanan mereka biasanya ditempuh dengan bersepeda, tetapi belakangan dengan sepeda motor. Meskipun kabar baik saat itu tidak disambut baik dan pekerjaan pengabaran dilarang, mereka sadar akan pentingnya menjangkau sebanyak mungkin orang.
[Kotak/Gambar di hlm. 155, 156]
Dalam Sakit dan Sehat
Martin Poetzinger melayani di beberapa negeri di Eropa Tengah sebelum ditugasi untuk mengawasi sekelompok perintis di Yugoslavia. Selama masa inilah ia bertemu dengan Gertrud Mende, seorang perintis asal Jerman yang bersemangat, yang belakangan menjadi istrinya. Para perintis harus mengandalkan Yehuwa sepenuhnya dalam hal perawatan kesehatan. Meskipun tidak ada asuransi, mereka selalu mendapatkan bantuan yang mereka perlukan. Kadang-kadang, di bawah situasi genting, Yehuwa menggunakan orang-orang yang senang membantu. Misalnya, ketika Saudara Poetzinger sakit parah di Zagreb, Saudari Mende ada di sana untuk mengulurkan bantuan.
Gertrud mengenang, ”Pada pertengahan tahun 1930-an, saya dan Martin sama-sama ditugasi melayani di Sarajevo. Namun, keadaan ternyata tidak seperti yang kami harapkan. Pada suatu malam, Martin merasa kurang sehat, dan tengah malam ia terserang demam hingga hampir 40 derajat Celsius. Keesokan paginya, ketika saya pergi ke tempat ia tinggal untuk melihat bagaimana keadaannya, wanita pemilik rumah mengkhawatirkan kondisinya. Kami berdua mencoba mengobatinya dengan ramuan setempat, yaitu anggur yang direbus dengan banyak gula. Namun, keadaannya tidak membaik. Saya menelepon beberapa dokter yang nomornya terdaftar di buku petunjuk telepon, tetapi tidak ada yang mau datang segera. Semuanya punya dalih.
”Pemilik rumah menyarankan untuk menghubungi rumah sakit, maka saya menelepon kepala rumah sakit dan menjelaskan bahwa Martin terbaring di tempat tidur karena demam yang sudah mencapai 40 derajat Celsius. Pria itu sangat ramah dan mengirim ambulans. Sewaktu Martin dibawa ke ambulans, pemilik rumah mengatakan kepada saya, ’Anda tidak akan bertemu lagi dengannya.’
”Seolah belum cukup stres, muncul problem keuangan. Uang yang kami terima sebagai perintis hanyalah sumbangan untuk lektur, dan itu pun nyaris tidak cukup untuk makan. Kami tidak tahu harus bagaimana, dan kami tidak tahu berapa biaya perawatan. Dr. Thaler memeriksa Martin dan memberikan diagnosisnya: ’Martin mengidap radang selaput dada dan perlu dioperasi. Butuh waktu lama untuk pulih kembali.’
”Dr. Thaler pasti memahami keadaan ekonomi kami yang sulit karena ia mengatakan, ’Saya ingin membantu orang-orang yang memiliki iman seperti kalian’, dan Martin tidak dikenai biaya operasi. Dengan bantuan Yehuwa, kami berhasil mengatasi keadaan sulit ini. Karena penyakit Martin, kami tidak bisa pergi ke Sarajevo tetapi harus kembali ke Jerman.”
[Gambar]
Martin Poetzinger di Jerman, 1931
[Kotak/Gambar di hlm. 161]
Siang Bekerja, Malam Mencetak
LINA BABIĆ
LAHIR 1925
BAPTIS 1946
PROFIL Ia melayani di Betel sejak tahun 1953, ketika pekerjaan disahkan. Ia membantu di bidang pencetakan serta pengiriman majalah dan lektur. Sekarang, ia dengan setia melayani di Betel di Zagreb.
SETELAH saudara-saudara dibebaskan dari penjara, persiapan segera dibuat untuk memproduksi majalah. Tetapi, jumlah saudara sedikit, sedangkan pekerjaan banyak. Ketika mengetahui tentang situasi ini, saya memutuskan untuk menyediakan diri, meski harus bekerja sekuler. Sekalipun demikian, saya ingin membantu. Maka, saya bekerja sekuler sepanjang hari, lalu bekerja mencetak lektur hingga larut malam.
Ketika itu, kantor cabang belum memiliki bangunan sendiri di kota. Maka, sepasang suami istri lansia, Petar dan Jelena Jelić, memberikan apartemen mereka yang berkamar satu untuk menyetensil lektur. Luas ruangan itu hanya 4,5 meter x 4,5 meter. Sebuah kerangka kayu dengan sprei yang dibentangkan di atasnya diletakkan di atas tempat tidur dan digunakan untuk menumpukkan halaman-halaman tercetak. Di sebelah tempat tidur terdapat meja tempat menaruh mesin stensil manual. Kami menghasilkan sekitar 800 halaman per jam. Hal itu tidak banyak dibandingkan dengan mesin cetak modern, tetapi kami puas bahwa dengan kesabaran serta banyak kerja keras, kami bisa menghasilkan semua lektur yang diperlukan.
Sangat mengharukan melihat betapa sabarnya suami istri Jelić menunggu sampai kami selesai bekerja dan memindahkan tumpukan halaman tercetak supaya mereka bisa tidur. Mereka tidak pernah mengeluh. Sebaliknya, mereka bahagia, dan mata mereka berbinar-binar penuh sukacita karena mereka bisa mendukung pekerjaan Kerajaan dengan cara itu. Jelena sebisa-bisanya ikut membantu bersama saudari-saudari lansia lainnya untuk mengumpulkan, menjahit, serta melipat halaman-halaman tercetak. Bantuan tersebut sangat berharga.
Pada tahun 1958, kami membeli mesin stensil listrik, sehingga pencetakan jadi lebih mudah. Kami mulai dengan 20 majalah saja pada tahun 1931, tetapi pada awal tahun 1960-an, kami menghasilkan 2.400 majalah dalam tiga bahasa—Kroasia, Serbia (Sirilik), dan Sloven. Meskipun tidak bisa memproduksi banyak buku besar, kami mencetak banyak buku kecil. Pada tahun 1966, kami mencapai puncak jumlah cetakan. Buku Things in Which It Is Impossible for God to Lie (Hal-Hal yang Tentangnya Allah Mustahil Berdusta) dicetak oleh percetakan setempat dalam bentuk 12 buku kecil. Setiap set, yang terdiri atas 12 buku kecil, membentuk satu buku lengkap. Maka, untuk ketiga bahasa itu, kami harus mencetak 600.000 buku kecil guna menghasilkan jumlah yang setara dengan 50.000 buku besar.
Sekarang, saya melayani di Betel Zagreb. Saya bahagia sewaktu mengenang kembali tahun-tahun dinas saya dan melihat bagaimana Yehuwa telah memberkati pekerjaan di semua negeri bekas Yugoslavia.
[Kotak/Gambar di hlm. 176, 177]
”Besok, Segala Sesuatunya Bisa Berubah”
IVICA ZEMLJAN
LAHIR 1948
BAPTIS 1961
PROFIL Ia dipenjarakan lima kali karena tetap netral. Belakangan, ia melayani sebagai pengawas wilayah akhir pekan, dan sekarang ia melayani sebagai penatua di sebuah sidang di Zagreb.
ORANG TUA saya berada dalam kebenaran, dan kebenaran itulah yang menjadi topik pembicaraan di rumah kami. Ketika dipanggil untuk dinas militer, saya melaporkan diri dan mengatakan bahwa saya ingin membuat pernyataan mengapa saya tidak ikut. Setelah menjelaskan pendirian netral saya, saya diadili dan dihukum sembilan bulan penjara. Ketika saya dibebaskan, panggilan lain untuk dinas militer sudah menunggu. Saya diadili dan dijatuhi hukuman lagi, kali ini satu tahun penjara. Ketika saya dibebaskan, panggilan ketiga menunggu, dan saya diadili lagi. Kali ini saya dihukum penjara 15 bulan. Kali keempat, saya dihukum 20 bulan; dan kali kelima, dua tahun—seluruhnya lebih dari enam tahun penjara. Ini semua terjadi antara tahun 1966 dan 1980.
Dua kali saya dikirim ke Goli Otok di Laut Adriatik. Seluruh pulau dijadikan penjara bagi tahanan politik. Saya diperlakukan seperti narapidana politik. Kami diharuskan ”mengisi laut”. Kami mengangkut batu-batu di dalam kotak kayu dari satu sisi pulau ke sisi lainnya lalu membuangnya ke laut. Setiap muatan beratnya 100 kilogram lebih. Lalu, kami berjalan kembali untuk mengangkut muatan berikut, melakukan hal sia-sia yang sama berulang-ulang sepanjang hari.
Ketika saya dikirim ke Goli Otok untuk yang kedua kalinya, ada kebiasaan untuk memasukkan setiap pendatang baru ke sel pengasingan selama satu bulan. Dikurung dan dibiarkan sama sekali sendirian benar-benar mencekam rasanya. Selama waktu itu, saya lebih banyak berdoa daripada yang sudah-sudah. Tidak ada Alkitab dan publikasi Alkitab. Sulit sekali rasanya berada seorang diri. Satu-satunya yang membesarkan hati adalah sepucuk surat dari orang tua saya. Namun, saat itulah saya merasakan keampuhan kata-kata rasul Paulus, ”Apabila aku lemah, aku penuh kuasa.” (2 Kor. 12:10) Betapa bahagia dan kuatnya saya ketika dibebaskan dan kemudian mendapat pekerjaan.
Di penjara lain, saya harus menghadap seorang psikolog yang sangat kasar dan mencaci maki saya. Ia meneriaki saya, antara lain mengatakan bahwa saya tidak normal. Saya tidak diperbolehkan mengatakan apa pun untuk membela diri. Keesokan harinya, saya dipanggil lagi oleh psikolog yang sama dan dengan nada suara yang sama sekali berbeda ia mengatakan, ”Saya memikirkanmu, dan saya rasa penjara ini bukan tempat yang cocok bagimu. Saya akan mencarikan pekerjaan buatmu di luar penjara.” Dan, yang mengherankan saya, ia benar-benar menepati janji itu. Saya tidak tahu mengapa ia berubah pikiran, namun hal itu menyadarkan saya bahwa kita tidak perlu takut atau berpikir bahwa tidak ada jalan keluar. Besok, segala sesuatunya bisa berubah. Saya berterima kasih kepada Yehuwa atas semua pengalaman yang mendekatkan saya kepada-Nya.
[Kotak/Gambar di hlm. 179]
’Apakah Orang Boleh Bicara Soal Sepak Bola?’
HENRIK KOVAČIĆ
LAHIR 1944
BAPTIS 1962
PROFIL Ia melayani sebagai pengawas keliling akhir pekan pada tahun 1973, lalu dari tahun 1974 hingga 1976, ia dilantik sebagai pengawas keliling sepenuh waktu. Ia sekarang anggota Panitia Cabang Kroasia.
KAMI tidak pernah tahu apakah kami akan bisa pulang seusai melayani. Polisi sering kali menangkap serta menginterogasi kami. Kesalahpahaman sering terjadi.
Sekali peristiwa di kantor polisi, saya diberi tahu bahwa kami diperbolehkan berbicara tentang Allah hanya di tempat yang terdaftar untuk tujuan itu dan bukan di jalan atau dari rumah ke rumah. Seperti Nehemia, saya mengucapkan doa singkat kepada Yehuwa agar bisa mengucapkan kata-kata yang tepat. Saya kemudian bertanya kepada sang penyidik, ”Apakah orang-orang di sini hanya boleh bicara soal sepak bola di stadion atau juga boleh di tempat lain?” Ia menjawab bahwa orang bisa bicara soal sepak bola di mana saja. Saya mengatakan, ”Kalau begitu, Anda tentu bisa bicara soal Allah di mana pun, tidak hanya di gereja atau di tempat ibadat.” Meskipun diinterogasi selama lima jam, saya dan rekan saya dibebaskan.
Jika mengenang 40 tahun dinas kami, istri saya, Ana, dan saya dapat mengatakan bahwa kami tidak akan menukarkannya dengan apa pun di dunia ini. Bersama-sama, kami mendapat hak istimewa membantu kira-kira 70 orang untuk belajar kebenaran. Setiap tugas yang Yehuwa sediakan bagi kami selalu akan memperkaya kehidupan kami.
[Kotak/Gambar di hlm. 195, 196]
Kami Berjanji untuk Kembali
HALIM CURI
LAHIR 1968
BAPTIS 1988
PROFIL Ia membantu mengorganisasi serta menyalurkan bantuan kemanusiaan di Sarajevo. Sekarang, ia melayani sebagai penatua, anggota Panitia Penghubung Rumah Sakit, dan wakil hukum Saksi-Saksi Yehuwa di Bosnia dan Herzegovina.
PADA tahun 1992, kota Sarajevo dikepung. Sewaktu tidak ada pengiriman lektur, kami mempelajari majalah-majalah yang lebih tua. Dengan menggunakan mesin tik tua, saudara-saudara mengetik artikel pelajaran yang ada. Meskipun hanya ada 52 penyiar, yang menghadiri perhimpunan ada lebih dari 200, dan kami mengadakan sekitar 240 PAR.
Pada bulan November 1993, selama masa perang yang terburuk, putri kami, Arijana, lahir. Itu adalah masa yang sulit untuk mengurus bayi. Tidak ada air leding atau listrik selama berminggu-minggu. Kami menggunakan perabot sebagai bahan bakar, dan untuk pergi ke perhimpunan kami harus melewati daerah-daerah berbahaya. Para penembak gelap menembak secara membabi buta, maka kami harus berlari melewati jalan serta barikade tertentu.
Pada suatu hari yang tenang, ketika saya, istri saya, bayi kami, dan Saudara Dražen Radišić sedang dalam perjalanan pulang dari perhimpunan, tiba-tiba terdengar letusan senapan mesin. Kami meniarap di jalan, tetapi saya tertembak di perut. Sakitnya luar biasa. Dari jendela mereka, banyak orang melihat apa yang terjadi, dan beberapa pemuda yang berani lari ke luar rumah untuk menyelamatkan kami. Saya dilarikan ke rumah sakit dan didesak untuk menerima transfusi darah. Saya menjelaskan kepada dokter bahwa hati nurani saya tidak mengizinkan saya menerima transfusi darah. Mereka menekan saya untuk mempertimbangkan kembali, namun saya bertekad, dan siap menghadapi konsekuensinya. Mereka pun mengoperasi saya selama dua setengah jam, dan saya pulih tanpa transfusi darah.
Setelah operasi, saya harus beristirahat, dan itu mustahil karena perang sedang berkecamuk. Kami memutuskan untuk mengunjungi keluarga kami di Austria. Namun, satu-satunya cara meninggalkan Sarajevo adalah melalui terowongan di bawah bandar udara. Terowongan itu panjangnya 900 meter dan tingginya kira-kira 120 sentimeter. Istri saya menggendong bayi kami, dan saya mencoba membawa koper. Tetapi, karena baru dioperasi, istri saya harus membantu saya.
Sulit melukiskan sukacita yang kami rasakan di Austria. Sewaktu meninggalkan Sarajevo, kami telah berjanji kepada saudara-saudari dan kepada Pencipta bahwa kami akan kembali. Sangat sulit untuk meninggalkan keluarga kami di Austria, khususnya ibu saya. Namun, kami menjelaskan tentang janji kami kepada Allah untuk kembali ke Sarajevo jika Ia membantu kami keluar dan beristirahat selama beberapa waktu. Mana mungkin kami sekarang mengatakan kepada Allah, ”Terima kasih telah membantu kami untuk datang ke sini. Kami benar-benar senang di sini, dan sekarang kami ingin tetap tinggal”. Selain itu, saudara-saudari di Sarajevo membutuhkan kami. Selama semua pengalaman ini, istri saya, Amra, sangat mendukung.
Maka, pada bulan Desember 1994, kami tiba di terowongan di Sarajevo. Kali ini, kami masuk ke Sarajevo dari luar. Melihat kami kembali melewati terowongan, orang-orang bertanya, ”Kalian mau apa? Semua orang mau keluar, kalian malah kembali ke kota yang terkepung?” Tidak ada kata-kata yang dapat menggambarkan reuni menyenangkan bersama saudara-saudari kita di Balai Kerajaan Sarajevo. Kami tidak pernah menyesal telah datang kembali.
[Kotak di hlm. 210]
Pulau-Pulau di Kroasia
Di garis pantai Kroasia yang panjangnya 1.778 kilometer, bertebaran lebih dari 1.000 pulau, yang kira-kira 50 di antaranya berpenghuni. Ukuran pulau-pulau itu berkisar antara kurang dari satu kilometer persegi dan empat ratus kilometer persegi.
Penduduk pulau terutama menangkap ikan, menanam pohon zaitun, anggur, dan menggarap kebun mereka. Di Taman Nasional Kornati, sebuah kepulauan yang terdiri atas 140 pulau dan terumbu karang, tersedia lokasi penyelaman yang spektakuler. Di Krapanj dan Zlarin, penduduk menyelam untuk mengambil koral dan bunga karang. Pulau Hvar menghasilkan lavender, madu, dan minyak tanaman rosemari. Penduduk Pulau Pag yang tandus memproduksi keju mahal yang dibuat dari susu domba-domba tangguh yang memakan tanaman herba dan rumput asin di pulau itu.
Saksi-Saksi Yehuwa membuat upaya khusus untuk mengunjungi semua penduduk. Ada yang hanya perlu menyeberangi jembatan untuk mencapai sebuah pulau, sementara yang lain-lain harus menggunakan kapal feri. Kelompok-kelompok Saksi mengorganisasi kampanye-kampanye khusus, menggunakan beberapa hari untuk mengabar di sebuah pulau. Namun, berbicara kepada penduduk pulau bukan soal mudah karena mereka mempunyai dialek khas yang sulit dimengerti oleh penduduk daratan utama.
Syukurlah, penduduk pulau menyambut kabar baik, dan di Pulau Korčula terdapat sidang dengan 52 penyiar. Lokasi sidang yang terpencil ini menghadirkan tantangan bagi pembicara yang datang untuk menyampaikan khotbah umum. Namun, berkat upaya mereka, sidang terpencil ini tetap bersatu dengan persaudaraan Kristen di seluruh dunia.—1 Ptr. 5:9.
[Kotakk/Gambar di hlm. 224]
”Saya Melapor ke Penjara 11 Hari Lebih Awal”
PAVLINA BOGOEVSKA
LAHIR 1938
BAPTIS 1972
PROFIL Ia mulai merintis pada tahun 1975 dan menjadi perintis istimewa pertama di Makedonia pada tahun 1977. Ia telah membantu 80 orang untuk belajar kebenaran.
SERING kali sewaktu mengabar, saya dilaporkan ke polisi, yang biasanya membawa saya ke kantor polisi. Di sana, saya diinterogasi—kadang-kadang selama berjam-jam. Saya sering didenda. Di pengadilan, saya dituduh sebagai musuh politik Negara dan menyebarkan propaganda nonkomunis. Sekali waktu, saya dijatuhi hukuman penjara 20 hari, dan di waktu lain 30 hari.
Saya seyogianya menjalani hukuman penjara 20 hari tepat pada tanggal dijadwalkannya kebaktian distrik. Saya memohon kepada pengadilan agar hukuman saya ditunda; namun, permintaan saya ditolak. Saya pun memutuskan untuk melapor ke penjara 11 hari lebih awal. Para petugas penjara kaget melihat saya di sana. Mereka terheran-heran bahwa ada yang ingin masuk penjara secepat mungkin. Saya berkesempatan memberi kesaksian, dan mereka berjanji akan berbuat sebisa-bisanya untuk mengurus saya. Sebelas hari kemudian, seorang pejabat polisi datang ke penjara untuk memeriksa apakah saya sudah melapor ke sana. Bayangkan betapa terkejutnya dia sewaktu para petugas penjara memberi tahu bahwa saya sudah berada di sana selama 11 hari! Akhirnya, saya dapat menghadiri kebaktian itu.
[Kotak/Gambar di hlm. 232]
’Mereka Memberikan yang Terbaik’
ŠANDOR PALFI
LAHIR 1933
BAPTIS 1964
PROFIL Orang tuanya belajar kebenaran di sebuah kamp yang didirikan oleh kelompok Partisan tidak lama setelah Perang Dunia II. Ia melayani sebagai pengawas keliling akhir pekan dan sekarang menjadi anggota Panitia Negeri Serbia.
KARENA keluarga saya keturunan Hongaria, selama waktu yang singkat, kami dikirim ke kamp konsentrasi yang didirikan oleh kelompok Partisan. Namun, hal ini ternyata menjadi berkat karena di situlah orang tua saya belajar kebenaran. Ketika masih remaja, saya tidak terlalu berminat pada kebenaran. Tetapi, Saudara Franz Brand, yang tinggal di rumah kami selama beberapa tahun, sangat berpengaruh atas diri saya. Saya kira saya membantunya sewaktu setuju untuk menerjemahkan sebuah publikasi bahasa Hongaria ke dalam bahasa Serbia. Belakangan, saya baru tahu bahwa penerjemahan itu sebenarnya tidak perlu; ia hanya mau memastikan bahwa saya membaca publikasi tersebut. Taktiknya berhasil, dan beberapa waktu kemudian, pada tahun 1964, saya dibaptis.
Salah satu hak istimewa yang membuat saya sangat bersukacita adalah sewaktu melayani sebagai pengawas keliling. Hal itu tidak selalu mudah karena saudara-saudari kita hanya memiliki sedikit sumber daya materi. Sering kali, saya dan seluruh keluarga tidur di satu kamar. Semua pengorbanan itu tidak sia-sia. Sungguh menakjubkan melihat sukacita saudara-saudari, yang dengan penuh harap menantikan kunjungan saya. Mereka berupaya sebisa-bisanya untuk memberikan yang terbaik. Mana mungkin saya tidak menghargainya?
[Kotak/Gambar di hlm. 236, 237]
”Di Mana Saya Bisa Menemukan Orang-Orang Itu?”
AGRON BASHOTA
LAHIR 1973
BAPTIS 2002
PROFIL Ia dahulu menjadi tentara dalam Pasukan Kemerdekaan Kosovo dan sekarang melayani sebagai perintis biasa dan hamba pelayanan.
SEWAKTU melihat semua hal mengerikan yang terjadi dalam perang, termasuk pembunuhan anak-anak kecil, saya menyimpulkan bahwa Allah tidak ada. ’Jika Ia memang ada,’ pikir saya, ’mengapa Ia tidak berbuat sesuatu untuk mengatasi semua penderitaan?’ Iman saya semakin rusak sewaktu melihat para pemimpin agama Islam mendukung peperangan melawan orang Serbia. Sebelum perang, saya seorang Muslim; namun, pada akhir perang, saya telah menjadi ateis dan bergabung dengan Pasukan Kemerdekaan Kosovo. Meskipun belum lama bergabung, saya sangat direspek dan menerima banyak hak kehormatan. Hal ini membuat saya agresif dan angkuh karena apa pun yang saya katakan dipatuhi.
Yang menyedihkan, sikap saya terhadap istri juga begitu. Saya berpikir bahwa ia harus bertindak sesuai dengan keinginan saya dan selalu mematuhi perintah saya. Istri saya, Merita, sudah mengenal para Saksi semasa perang dan memiliki beberapa lektur mereka. Pada suatu malam sebelum pergi tidur, ia mengatakan, ”Cobalah baca ini. Isinya tentang Allah.” Saya marah sekali karena ia pikir ia bisa mengajar saya tentang Allah. Untuk menghindari pertengkaran, Merita pergi ke kamar dan tidur.
Karena ditinggal sendirian, saya memutuskan untuk membaca brosur Apa yang Allah Tuntut dari Kita? Kemudian, saya membaca buku kecil Saatnya untuk Ketundukan yang Sejati kepada Allah. Sebagai seorang Muslim, saya terkejut karena ada kutipan dari Qur’an. Kemudian, saya membaca beberapa majalah Menara Pengawal dan Sedarlah! Tak lama kemudian pada malam itu, saya masuk ke kamar tidur dan membangunkan istri saya. ”Dari siapa kamu mendapat bacaan itu?” tanya saya. ”Di mana saya bisa menemukan orang-orang itu?”
Saya benar-benar tersentuh oleh apa yang saya baca, namun istri saya ragu dan takut akan apa yang bakal saya lakukan. Meskipun demikian, malam itu saya menelepon seorang Saksi dan mendapatkan informasi tentang alamat serta waktu perhimpunan. Keesokan paginya, kami pergi ke perhimpunan. Saya begitu terkesan melihat betapa ramahnya saudara-saudari menyambut kami! Saya tidak menyangka ada orang-orang seperti itu di bumi ini. Saya merasa bahwa mereka berbeda. Pada perhimpunan itu, saya punya sebuah pertanyaan dan tidak bisa menunggu untuk mendapat jawabannya; saya bahkan mengacungkan tangan untuk mengajukannya. Karena tidak tahu mengapa saya begitu ingin berbicara kepada mereka, para penatua agak gugup. Betapa leganya mereka sewaktu tahu bahwa saya hanya ingin bertanya tentang apa yang harus saya lakukan untuk menjadi Saksi Yehuwa!
Pada hari itu juga, saya mulai belajar Alkitab. Ada banyak perubahan yang ingin saya buat dalam kepribadian saya yang ternyata tidak mudah. Saya ingin berhenti merokok, dan saya merasa bahwa saya harus berhenti bergaul dengan bekas teman-teman saya. Dengan berdoa dan secara rutin menghadiri perhimpunan, saya bertobat dari kehidupan saya sebelumnya dan mengenakan kepribadian baru. Betapa besar perubahan yang telah dihasilkan kebenaran atas kehidupan saya dan keluarga! Sekarang, saya dan istri melayani sebagai perintis biasa, dan pada tahun 2006, saya dilantik sebagai hamba pelayanan. Kini, saya bisa membantu orang-orang lain mengerti mengapa orang menderita dan bagaimana Yehuwa akan memecahkan semua problem kita tidak lama lagi.
[Kotak/Gambar di hlm. 249, 250]
”Tampaknya Yehuwa Menutup Mata Mereka”
JANEZ NOVAK
LAHIR 1964
BAPTIS 1983
PROFIL Ia mendekam dalam penjara selama tiga tahun karena imannya dan sekarang menjadi anggota Panitia Cabang Slovenia.
PADA bulan Desember 1984, kalangan berwajib militer berulang-ulang memerintahkan saya untuk melaporkan diri ke pihak militer. Ketika mereka menempelkan panggilan tertulis itu di pintu rumah saya dan mengancam bahwa polisi militer akan datang menciduk saya, saya pun memutuskan untuk melapor ke barak untuk menjelaskan posisi saya. Hal ini ternyata tidak berhasil, lalu mereka memutuskan untuk mengerahkan segala cara agar saya mau menjadi tentara. Mereka mencukur rambut saya, mengambil baju sipil saya, dan menyodori saya seragam tentara. Ketika saya menolak untuk memakai seragam itu, mereka dengan paksa mengenakannya pada saya, kemudian mereka menaruh pena di tangan saya dan berupaya memaksa saya untuk ikut wajib militer. Saya menolak.
Saya juga menolak untuk ikut dalam kegiatan-kegiatan seperti latihan militer tiap pagi dan salut bendera. Ketika empat tentara membawa saya ke lapangan dan memerintahkan saya untuk ikut latihan, saya tidak mau mengangkat tangan. Mereka berupaya mengangkat tangan saya sampai mereka sadar betapa menggelikannya situasi itu. Mereka menodongkan senapan dan mengancam akan membunuh saya. Kadang-kadang, mereka berupaya menyuap saya dengan menawarkan kopi dan kue-kue.
Tekad saya membuat beberapa di antara mereka menangis. Yang lain-lain menjadi berang karena saya tidak mau meludahi foto Panglima Tito yang disodorkan ke wajah saya. Beberapa hari kemudian, mereka berupaya menyuruh saya memanggul senjata, yang juga saya tolak. Hal ini digolongkan sebagai penghinaan terhadap militer, dan saya dikurung di barak selama satu bulan. Kemudian, saya mendekam beberapa minggu di sebuah sel penjara di Zagreb, Kroasia, menunggu keputusan akhir. Sebuah lampu merah dinyalakan di sel sepanjang malam, dan saya hanya diizinkan ke kamar kecil jika orang yang bertugas sedang dalam suasana hati yang baik.
Akhirnya, saya dijatuhi hukuman penjara tiga tahun di sebuah pulau di Laut Adriatik yang disebut Goli Otok, tempat para narapidana kelas kakap. Mereka membawa saya ke penjara ini, yang terkenal dengan para tahanannya yang gemar kekerasan, dengan tangan dibelenggu karena saya tidak mau berkelahi. Di sana, saya bertemu dengan empat Saksi lain yang dipenjarakan karena bersikap netral.
Kami tidak diizinkan membawa Alkitab atau lektur lain apa pun. Namun, di sana sudah ada satu Alkitab. Sanak saudara saya mengirim Menara Pengawal dalam sebuah kotak yang di bagian bawahnya ada ruang tersembunyi. Para penjaga tidak pernah menemukan lektur kami dan tidak pernah memergoki kami sedang mengadakan perhimpunan. Kadang-kadang, sewaktu penjaga masuk, ada lektur yang tergeletak tepat di depan mereka, namun tampaknya Yehuwa menutup mata mereka karena mereka tidak melihat apa-apa.
Setelah satu tahun, saya dipindahkan ke Slovenia untuk menyelesaikan masa hukuman saya. Saya menikahi Rahela sementara saya masih di penjara. Ketika saya akhirnya dibebaskan, saya mulai merintis bersama istri saya, dan sejak tahun 1993, kami melayani di Betel Slovenia.
[Tabel/Grafik di hlm. 244, 245]
LINTAS SEJARAH Negeri-Negeri Bekas Yugoslavia
1920-an Sebuah kelompok kecil berhimpun di Maribor, Slovenia, untuk membahas Alkitab.
1930-an Para perintis berbahasa Jerman dikirim ke Yugoslavia.
1935 Sebuah kantor cabang didirikan di Beograd, Serbia, untuk mengawasi pekerjaan.
1940
1941 Pasukan Jerman menyerbu, disusul penindasan hebat.
1950
1953 Saksi-Saksi Yehuwa didirikan secara resmi; namun, pekerjaan dari rumah ke rumah dibatasi.
1960
1969 Sebuah kebaktian internasional diadakan di stadion ini di Nuremberg, Jerman.
1970
1990
1991 Kebaktian internasional pertama diadakan di Zagreb, Kroasia. Para utusan injil pertama lulusan Gilead tiba. Sebuah kantor dibuka di Slovenia di bawah pengawasan kantor cabang Austria. Perang pecah.
1993 Saksi-Saksi Yehuwa terdaftar di Makedonia.
1994 Panitia Penghubung Rumah Sakit didirikan di Slovenia.
2000
2003 Saksi-Saksi Yehuwa mendapat pengakuan resmi di Kroasia. Sebuah Betel-baru ditahbiskan di Makedonia.
2004 Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru dirilis dalam bahasa Sloven.
2006 Sebuah kantor cabang-baru ditahbiskan di Slovenia. Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru yang lengkap dirilis dalam bahasa Kroasia, Serbia, dan Makedonia. Kelompok bahasa Cina dibentuk di Beograd, Serbia.
2007 Khotbah istimewa untuk pertama kali disampaikan dalam bahasa Romani di Makedonia. Publikasi pertama dalam bahasa Romani dirilis.
2010
[Grafik]
(Lihat publikasinya)
Total Penyiar
Total Perintis
14.000
10.500
7.000
3.500
1940 1950 1960 1970 1990 2000 2010
[Peta di hlm. 147]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
REPUBLIK CESKA
AUSTRIA
WINA
SLOVAKIA
BRATISLAVA
HONGARIA
BUDAPEST
RUMANIA
BULGARIA
YUNANI
ALBANIA
TIRANË
LAUT IONIA
ITALIA
LAUT ADRIATIK
BEKAS YUGOSLAVIA
SLOVENIA
LJUBLJANA
Maribor
Kamnik
KROASIA
ZAGREB
SLAVONIA
Osijek
Vukovar
Vinkovci
Privlaka
Jasenovac
Šibenik
Split
PESISIR DALMATIA
Goli Otok
Pag
Kornat
Zlarin
Krapanj
Hvar
Korčula
BOSNIA DAN HERZEGOVINA
SARAJEVO
Bihać
Banja Luka
Tuzla
Travnik
Zenica
Vareš
Mostar
SERBIA
BEOGRAD
VOJVODINA
Bor
MONTENEGRO
PODGORICA
Nikšić
Herceg Novi
Tara
Danau Scutari
KOSOVO
Peć
Priština
MAKEDONIA
SKOPJE
Tetovo
Kočani
Štip
Kičevo
Strumica
Resen
Catatan: Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan bahwa ”Kosovo memproklamasikan kemerdekaannya dari Serbia pada bulan Februari [2008]”. Dalam upaya menyelesaikan sengketa atas status politik Kosovo, Sidang Umum PBB berupaya memperoleh ”opini dari Mahkamah Internasional”.
[Gambar penuh di hlm. 142]
[Gambar di hlm. 145]
Franz Brand
[Gambar di hlm. 146]
Rudolf Kalle, dan salah satu mesin ketiknya
[Gambar di hlm. 149]
Menggunakan truk yang disewa untuk mengabar di Slovenia
[Gambar di hlm. 154]
Para perintis masa awal menghadapi banyak tantangan
[Gambar di hlm. 157]
Alfred dan Frida Tuček dengan sepeda mereka
[Gambar di hlm. 158]
Rudolf Kalle di depan Betel Beograd, Serbia
[Gambar di hlm. 168]
Franc Drozg, dan reproduksi suratnya
[Gambar di hlm. 180]
Kanan: Kandang yang diubah menjadi Balai Kerajaan, Ljubljana, Slovenia
[Gambar di hlm. 180]
Bawah: Salah satu Balai Kerajaan pertama di Zagreb, Kroasia
[Gambar di hlm. 182]
Stojan Bogatinov
[Gambar di hlm. 184, 185]
Latar belakang: Kebaktian Internasional ”Damai di Bumi” 1969, Nuremberg, Jerman; kiri: kereta api dari Yugoslavia menuju kota kebaktian; kanan: Nathan Knorr
[Gambar di hlm. 188]
Ðuro Landić
[Gambar di hlm. 192]
Milton Henschel berkhotbah, dan pembaptisan di Kebaktian Internasional ”Para Pencinta Kemerdekaan Ilahi” 1991, Zagreb, Kroasia
[Gambar di hlm. 197]
Ljiljana, dengan putri-putrinya
[Gambar di hlm. 199]
Bantuan kemanusiaan dibawa dengan truk-truk dari Austria
[Gambar di hlm. 200]
Keluarga Ðorem, 1991
[Gambar di hlm. 204]
Pembaptisan di drum ikan di Zenica, 1994
[Gambar di hlm. 209]
Bantuan kemanusiaan disimpan di Zagreb, Kroasia
[Gambar di hlm. 215]
Heinz dan Elke Polach
[Pictures on page 216]
Panitia Cabang Kroasia, dan kantor cabang
[Gambar di hlm. 228]
Mengantar bantuan kemanusiaan di Bosnia
[Pictures on page 233]
Panitia Negeri Serbia, dan fasilitas Betel di Beograd
[Gambar di hlm. 235]
Saliu Abazi
[Pictures on page 243]
Mengabar di Podgorica; Balai Kerajaan di Podgorica
[Gambar di hlm. 247]
Kota tua Piran, Slovenia
[Gambar di hlm. 251]
Kantor cabang sebelumnya di Ljubljana, Slovenia, 2002
[Gambar di hlm. 253]
Kantor cabang di Kamnik, Slovenia, 2006
[Gambar di hlm. 254]
Panitia Cabang Slovenia