PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Bertumbuh dalam Pengetahuan yang Saksama tentang Kebenaran
    Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
    • Pasal 10

      Bertumbuh dalam Pengetahuan yang Saksama tentang Kebenaran

      SAKSI-SAKSI YEHUWA tidak bermaksud memperkenalkan doktrin-doktrin baru, suatu cara beribadat yang baru, atau agama baru. Sebaliknya, sejarah zaman modern mereka menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh untuk mengajarkan apa yang terdapat dalam Alkitab, Firman Allah yang terilham. Mereka menunjuk kepada Alkitab sebagai dasar bagi semua kepercayaan dan jalan hidup mereka. Sebaliknya daripada memperkembangkan kepercayaan yang mencerminkan kecenderungan dunia modern yang serba boleh, mereka senantiasa berupaya menyelaraskan diri dengan ajaran-ajaran Alkitab dan praktek-praktek kekristenan abad pertama.

      Pada awal tahun 1870-an, Charles Taze Russell dan rekan-rekannya mengadakan penelitian Alkitab yang sungguh-sungguh. Menjadi jelas bagi mereka bahwa Susunan Kristen telah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran dan praktek-praktek kekristenan masa awal. Saudara Russell tidak mengaku sebagai orang yang pertama kali mengamati hal ini, dan terus terang ia mengakui bahwa ia merasa berutang budi kepada orang-orang lain atas bantuan yang mereka berikan selama tahun-tahun pertama ia meneliti Alkitab. Ia berbicara dengan penuh penghargaan mengenai pekerjaan baik yang dilakukan oleh berbagai gerakan Reformasi, yang bertujuan membuat cahaya kebenaran bersinar lebih terang. Ia menyebut nama beberapa pria yang lebih tua seperti Jonas Wendell, George Stetson, George Storrs, dan Nelson Barbour, yang secara pribadi menyumbang kepada pengertiannya akan Firman Allah melalui berbagai cara.a

      Ia juga menyatakan, ”Berbagai doktrin yang kami pegang dan yang tampaknya begitu baru dan segar serta berbeda sudah dianut dalam bentuk tertentu lama berselang: seperti misalnya—Pemilihan, Karunia Bebas, Restitusi, Pembenaran, Penyucian, Pemuliaan, Kebangkitan.” Akan tetapi, sering terjadi bahwa satu kelompok agama dibedakan oleh pengertiannya yang lebih jelas akan satu kebenaran Alkitab tertentu; kelompok lain oleh kebenaran yang lain lagi. Kemajuan mereka selanjutnya sering kali terhambat karena mereka terbelenggu pada doktrin-doktrin dan kredo-kredo yang mencakup kepercayaan yang telah lama berkembang di Babel dan Mesir purba atau pinjaman dari para filsuf Yunani.

      Namun, kelompok manakah yang dengan bantuan roh Allah, yang secara bertahap akan berpegang kembali kepada seluruh ”contoh ajaran sehat” yang sangat dihargai oleh umat Kristen abad pertama? (2 Tim. 1:13) Bagi siapakah akan terbukti benar bahwa jalan mereka adalah ”seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari”? (Ams. 4:18) Siapakah yang akan benar-benar melakukan apa yang Yesus perintahkan ketika ia berkata, ”Kamu akan menjadi saksiKu . . . sampai ke ujung bumi”? Siapakah yang tidak hanya menjadikan murid tetapi juga ’mengajar mereka melakukan segala sesuatu’ yang telah Yesus perintahkan? (Kis. 1:8; Mat. 28:19, 20) Sesungguhnya, apakah waktunya sudah dekat manakala Tuhan akan membuat perbedaan yang jelas antara umat Kristen sejati yang ia samakan dengan gandum dan tiruannya yang ia sebut sebagai lalang (sebenarnya, jenis lalang yang sangat menyerupai gandum sampai mereka matang)?b (Mat. 13:24-30, 36-43) Siapakah yang akan terbukti sebagai ”hamba yang setia dan bijaksana” yang, oleh Majikannya, Yesus Kristus, pada masa kehadirannya dalam kuasa Kerajaan, akan dipercayakan tanggung jawab yang lebih besar sehubungan dengan pekerjaan yang dinubuatkan akan terjadi pada akhir sistem segala perkara?—Mat. 24:3, 45-47.

      Membuat Terang Bersinar

      Yesus memerintahkan murid-muridnya untuk membagikan kepada orang-orang lain kebenaran ilahi yang telah mereka terima darinya. ”Kamu adalah terang dunia,” katanya. ”Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang.” (Mat. 5:14-16; Kis. 13:47) Charles Taze Russell dan rekan-rekannya menyadari bahwa mereka memiliki kewajiban untuk melakukan hal itu.

      Apakah mereka percaya bahwa mereka mempunyai semua jawaban, terang kebenaran yang penuh? Saudara Russell dengan jelas menjawab pertanyaan itu, ”Sama sekali tidak; kita juga tidak akan memilikinya sampai ’siang yang sempurna’.” (Ams. 4:18, Klinkert) Berkali-kali mereka menunjuk kepercayaan Alkitab mereka sebagai ”kebenaran yang sekarang”—bukan dengan gagasan apa pun bahwa kebenaran itu sendiri akan berubah namun dengan pemikiran bahwa pengertian mereka akan kebenaran itu bersifat progresif.

      Siswa-siswa Alkitab yang tekun ini tidak mengelak dari gagasan tentang adanya suatu yang disebut kebenaran dalam perkara-perkara agama. Mereka mengakui Yehuwa sebagai ”Allah kebenaran” dan Alkitab sebagai Firman kebenaran-Nya. (Mzm. 31:5, NW; Yos. 21:45; Yoh. 17:17) Mereka menyadari bahwa masih ada banyak hal yang tidak mereka ketahui, tetapi mereka tidak menahan diri untuk menyatakan dengan penuh keyakinan apa yang telah mereka pelajari dari Alkitab. Dan apabila ada doktrin dan praktek agama tradisional yang bertentangan dengan apa yang mereka temukan tercantum dengan jelas dalam Firman Allah yang terilham, maka, dalam meniru Yesus Kristus, mereka membeberkan kesalahan itu, walaupun hal ini membuat mereka dicemooh dan dibenci oleh kaum pemimpin agama.—Mat. 15:3-9.

      Untuk mencapai dan memberi makanan kepada orang-orang lain secara rohani, C. T. Russell mulai menerbitkan majalah Zion’s Watch Tower and Herald of Christ’s Presence, pada bulan Juli 1879.

      Alkitab—Benar-Benar Firman Allah

      Keyakinan Charles Taze Russell akan Alkitab bukan sekadar soal menerima pandangan tradisional yang sedang populer pada waktu itu. Malahan sebaliknya, apa yang sedang populer di antara banyak orang waktu itu adalah kecaman pedas. Orang-orang yang mendukungnya menantang keandalan catatan Alkitab.

      Sebagai seorang pemuda, Russell bergabung dengan Gereja Kongregasional dan aktif dalam pekerjaannya, namun dogma-dogma tradisionalnya yang tidak masuk akal membuat Russell bersikap skeptis. Ia mendapati bahwa apa yang telah diajarkan kepadanya tidak dapat dibela secara memuaskan dalam Alkitab. Maka ia meninggalkan dogma-dogma dari kredo gereja dan, demikian pula halnya, Alkitab. Kemudian, ia menyelidiki agama-agama Timur yang utama, tetapi itu juga terbukti tidak memuaskan. Lalu ia mulai berpikir bahwa mungkin Alkitab telah disalahtafsirkan oleh kredo-kredo Susunan Kristen. Karena terbina oleh apa yang ia dengar pada suatu sore dalam suatu pertemuan orang-orang Adven, ia mulai mempelajari Alkitab secara sistematis. Apa yang tersingkap di hadapannya benar-benar Firman Allah yang terilham.

      Ia sangat terkesan oleh keselarasan Alkitab dan oleh kepribadian dari Pribadi yang diperkenalkan sebagai Pengarang Ilahinya. Untuk membantu orang lain mengambil manfaat dari hal ini, belakangan ia menulis buku The Divine Plan of the Ages yang ia terbitkan pada tahun 1886. Dalam buku tersebut, ia memasukkan suatu pembahasan utama mengenai ”Alkitab Sebagai Penyingkapan Ilahi Dipandang dari Sudut yang Masuk Akal”. Menjelang akhir pasal itu, ia menyatakan tanpa ragu, ”Kedalaman dan kuasa dan hikmat dan jangkauan kesaksian Alkitab meyakinkan kita bahwa bukan manusia, melainkan Allah yang Mahakuasa, adalah pengarang dari rencana-rencana dan penyingkapannya.”

      Keyakinan akan seluruh Alkitab sebagai Firman Allah terus menjadi batu penjuru kepercayaan Saksi-Saksi Yehuwa zaman modern. Di seluruh dunia, mereka memiliki alat-alat bantu pelajaran yang memungkinkan mereka secara pribadi memeriksa bukti bahwa Alkitab terilham. Aspek-aspek dari pokok ini berulang kali dibahas dalam majalah-majalah mereka. Pada tahun 1969 mereka menerbitkan buku Apakah Alkitab Benar-Benar Firman Allah? (bahasa Inggris). Dua puluh tahun kemudian, buku Alkitab—Firman dari Allah atau dari Manusia? memuat peninjauan yang segar berkenaan pokok tentang autentisitas Alkitab, menarik perhatian kepada bukti-bukti tambahan, dan tiba kepada kesimpulan yang sama: Alkitab, benar-benar, Firman Allah yang terilham. Sebuah buku lain, yang dicetak pertama kali pada tahun 1963 dan diperbarui pada tahun 1990, adalah ”Segenap Alkitab Diilhamkan Allah dan Bermanfaat”. Perincian lebih jauh dapat ditemukan dalam ensiklopedia Alkitab mereka, Insight on the Scriptures, diterbitkan pada tahun 1988.

      Dari pelajaran pribadi dan bersama sidang, mereka diyakinkan bahwa walaupun ada kira-kira 40 manusia yang digunakan untuk mencatat apa yang terdapat dalam ke-66 buku Alkitab selama periode 16 abad lebih, Allah sendiri secara aktif membimbing penulisannya melalui roh-Nya. Rasul Paulus mengatakan, ’Segala tulisan diilhamkan Allah’. (2 Tim. 3:16; 2 Ptr. 1:20, 21) Keyakinan ini adalah faktor yang kuat dalam kehidupan Saksi-Saksi Yehuwa. Ketika berkomentar tentang hal ini, sebuah surat kabar di Inggris mengatakan, ”Semua hal yang seorang Saksi lakukan mempunyai alasan Alkitab. Memang benar, satu-satunya prinsip dasar mereka adalah pengakuan bahwa Alkitab adalah . . . benar.”

      Mengenal Allah yang Benar

      Seraya Saudara Russell dan rekan-rekannya mempelajari Alkitab, tidak makan waktu yang lama bagi mereka untuk melihat bahwa Allah yang digambarkan dalam Alkitab bukanlah allah Susunan Kristen. Ini adalah suatu perkara yang penting sebab, seperti Yesus Kristus katakan, prospek manusia untuk hidup kekal bergantung kepada pengenalan mereka akan satu-satunya Allah yang benar dan pribadi yang Ia utus ke bumi, Wakil Utama-Nya untuk keselamatan. (Yoh. 17:3; Ibr. 2:10) C. T. Russell dan kelompok yang ikut mempelajari Alkitab bersamanya memahami bahwa keadilan Allah secara sempurna seimbang dengan hikmat, kasih, dan kuasa ilahi, dan bahwa sifat-sifat ini dipertunjukkan dalam seluruh pekerjaan-Nya. Berdasarkan pengetahuan yang kemudian mereka miliki mengenai maksud-tujuan Allah, mereka mempersiapkan pembahasan tentang mengapa kejahatan diizinkan dan memasukkan pokok ini ke dalam salah satu publikasi mereka yang paling awal dan paling banyak disebarluaskan, buku 162 halaman berjudul Food for Thinking Christians, mula-mula diterbitkan sebagai edisi istimewa dari Zion’s Watch Tower pada bulan September 1881.

      Penelitian mereka akan Firman Allah membantu mereka menyadari bahwa sang Pencipta memiliki nama pribadi dan bahwa Ia memungkinkan makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang cerdas mengenal Dia dan menikmati hubungan yang akrab dengan-Nya. (1 Taw. 28:9; Yes. 55:6; Yak. 4:8) Majalah Watch Tower terbitan Oktober-November 1881 menjelaskan, ”YEHUWA adalah nama yang dikenakan hanya kepada Pribadi Yang Mahakuasa—Bapa kita, dan Dia yang Yesus sebut sebagai Bapa dan Allah.”—Mzm. 83:19, Klinkert; Yoh. 20:17.

      Pada tahun berikutnya, sebagai jawaban atas pertanyaan, ”Apakah saudara mengatakan bahwa Alkitab tidak mengajarkan adanya tiga pribadi dalam satu Allah?” jawaban yang diberikan adalah, ”Ya: Sebaliknya, Alkitab memang memberi tahu kita bahwa hanya ada satu Allah dan Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus yang darinya berasal segala sesuatu (atau yang menciptakan segala sesuatu). Maka kami percaya kepada Satu Allah dan Bapa, dan juga kepada satu Tuhan Yesus Kristus . . . Namun mereka adalah dua dan bukan satu pribadi. Mereka satu hanya dalam arti bahwa mereka selaras. Kami juga mempercayai suatu roh Allah . . . Namun itu bukan suatu pribadi sebagaimana halnya roh setan dan roh Dunia ini dan roh Anti-Kristus.”—Zion’s Watch Tower, Juni 1882; Yoh. 17:20-22.

      Penghargaan yang Bertambah Akan Nama Allah

      Secara bertahap, Siswa-Siswa Alkitab tersebut semakin menyadari bahwa Alkitab terilham memberikan tempat penting bagi nama pribadi Allah. Nama itu telah dikaburkan dalam bahasa Inggris oleh edisi Alkitab Katolik Roma Douay dan edisi Protestan King James, sebagaimana belakangan juga oleh kebanyakan terjemahan dalam banyak bahasa di abad ke-20. Akan tetapi, berbagai terjemahan maupun karya-karya referensi Alkitab membuktikan bahwa nama Yehuwa muncul dalam teks bahasa aslinya sebanyak ribuan kali—sebenarnya, jauh lebih banyak daripada nama-nama lain mana pun, dan lebih banyak daripada jumlah gabungan pemunculan gelar-gelar seperti Allah dan Tuhan. Sebagai ”suatu umat . . . bagi namaNya”, penghargaan mereka sendiri akan nama ilahi bertumbuh. (Kis. 15:14) Dalam The Watch Tower 1 Januari 1926, mereka mengemukakan apa yang mereka akui sebagai suatu persoalan yang harus dihadapi oleh setiap pribadi, yaitu ”Siapa yang Akan Menghormati Yehuwa?”

      Penandasan yang mereka berikan kepada nama Allah bukan sekadar suatu pengetahuan agama. Sebagaimana dijelaskan dalam buku Prophecy (diterbitkan tahun 1929), sengketa terpenting yang dihadapi semua makhluk ciptaan yang cerdas mencakup nama dan firman dari Allah Yehuwa. Saksi-Saksi Yehuwa menandaskan bahwa Alkitab memperlihatkan bahwa setiap orang harus mengetahui nama Allah dan memperlakukannya sebagai sesuatu yang suci. (Mat. 6:9; Yeh. 39:7) Nama itu harus dibersihkan dari semua celaan yang telah ditimpakan ke atasnya, bukan hanya oleh mereka yang secara terang-terangan menentang Yehuwa, tetapi juga oleh mereka yang menyalahgambarkan Dia melalui doktrin-doktrin dan perbuatan mereka. (Yeh. 38:23; Rm. 2:24) Atas dasar Alkitab, Saksi-Saksi mengakui bahwa kesejahteraan seluruh alam dan penghuninya bergantung atas penyucian nama Yehuwa.

      Mereka menyadari bahwa sebelum Yehuwa mengambil tindakan untuk membinasakan orang-orang jahat, adalah tugas dan hak istimewa bagi saksi-saksi-Nya untuk memberitahukan kebenaran mengenai Dia kepada orang-orang lain. Saksi-Saksi Yehuwa telah dan sedang melakukan hal itu di seluruh dunia. Mereka begitu bergairah dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut sehingga, secara internasional, siapa pun yang menggunakan nama Yehuwa dengan bebas, segera dikenali sebagai salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa.

      Membeberkan Tritunggal

      Sebagai saksi-saksi dari Yehuwa, C. T. Russell dan rekan-rekannya benar-benar merasa bertanggung jawab untuk membeberkan ajaran-ajaran yang menyalahgambarkan Allah, untuk membantu para pencinta kebenaran menyadari bahwa itu semua tidak berdasarkan Alkitab. Mereka bukan orang pertama yang mengakui bahwa Tritunggal tidak berdasarkan Alkitab,c tetapi mereka memang mengakui bahwa jika mereka ingin menjadi hamba-hamba Allah yang setia, mereka memiliki tanggung jawab untuk memberi tahu kebenaran sehubungan dengan hal ini. Dengan berani, demi kepentingan semua pencinta kebenaran, mereka menyingkapkan akar kekafiran dari doktrin utama Susunan Kristen ini.

      Watch Tower Juni 1882 menyatakan, ”Banyak filsuf kafir mendapati bahwa adalah suatu kebijaksanaan untuk menggabungkan dengan kedudukan agama yang sedang berkembang [bentuk kemurtadan dari kekristenan yang disahkan oleh kaisar-kaisar Romawi pada abad keempat M], mulai membuka jalan yang mudah ke arah itu dengan mencoba menemukan persamaan-persamaan antara Kekristenan dan Kekafiran, dan dengan demikian mencampurkan keduanya. Mereka berhasil hampir tanpa rintangan. . . . Karena teologi kuno memiliki sejumlah dewa-dewa utama, dengan banyak titisan dewa-dewi, Kristen-kafir ini (jika kita boleh mencipta sebuah kata) mulai menyusun kembali daftar untuk teologi yang baru. Maka, pada waktu itulah, doktrin mengenai tiga Allah diciptakan—Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus.”

      Beberapa pemimpin agama berupaya memberikan bumbu Alkitab kepada ajaran mereka dengan mengutip ayat seperti 1 Yohanes 5:7, tetapi Saudara Russell mengajukan bukti yang memperlihatkan bahwa sudah sangat dikenal oleh para sarjana bahwa sebagian dari ayat itu adalah suatu interpolasi, suatu sisipan palsu yang dibuat oleh seorang penyalin untuk mendukung ajaran yang tidak ditemukan dalam Alkitab. Para pembela lain untuk Tritunggal menarik perhatian kepada Yohanes 1:1, tetapi Watch Tower menganalisis ayat tersebut berdasarkan isi dan ikatan kalimatnya untuk menunjukkan bahwa ini sama sekali tidak mendukung kepercayaan akan Tritunggal. Selaras dengan ini, dalam terbitan Juli 1883, Watch Tower mengatakan, ”Dengan mempelajari Alkitab lebih banyak sebaliknya daripada teologi buku-buku himne, akan membuat pokok itu lebih jelas bagi semua orang. Doktrin tritunggal sama sekali bertentangan dengan Alkitab.”

      Saudara Russell terang-terangan membeberkan kebodohan dari mengaku percaya Alkitab padahal pada waktu yang sama mengajarkan doktrin seperti Tritunggal, yang berlawanan dengan apa yang Alkitab katakan. Jadi ia menulis, ”Mereka yang mengatakan bahwa Yesus dan Bapa adalah satu Allah, benar-benar mendapati diri mereka dalam kontradiksi dan kebingungan yang bercampur baur! Ini akan mencakup gagasan bahwa Tuhan kita Yesus adalah seorang munafik ketika berada di bumi dan hanya berpura-pura menyapa Allah dalam doa, kalau Dia sendiri adalah Allah yang sama. . . . Satu lagi, Bapa selalu tidak berkematian, dan karena itu tidak dapat mati. Maka, bagaimana mungkin Yesus mati? Para Rasul adalah saksi-saksi palsu pada waktu mengumumkan kematian dan kebangkitan Yesus jika Dia tidak mati. Akan tetapi, Alkitab menyatakan bahwa Dia benar-benar mati.”d

      Maka, pada awal sejarah zaman modern mereka, Saksi-Saksi Yehuwa dengan tegas menolak dogma Tritunggal dari Susunan Kristen demi mendukung ajaran Alkitab yang masuk akal dan menghangatkan hati.e Pekerjaan yang telah mereka lakukan untuk menyiarkan kebenaran-kebenaran ini dan memberikan kesempatan kepada orang-orang di mana-mana untuk mendengar kepada mereka, telah mencapai tingkat yang tidak pernah dicapai oleh pribadi atau kelompok mana pun, dulu maupun sekarang.

      Bagaimana Keadaan Orang Mati?

      Apa yang akan terjadi di masa depan atas orang-orang yang tidak menerima persediaan Allah untuk keselamatan merupakan hal yang sangat memprihatinkan bagi C. T. Russell sejak ia masih muda. Ketika masih remaja, ia mempercayai apa yang dikatakan para pemimpin agama mengenai api neraka; ia mengira bahwa mereka memberitakan Firman Allah. Ia pergi pada waktu malam dan menuliskan ayat-ayat Alkitab dengan kapur di tempat-tempat yang mencolok agar para pekerja yang lewat di sana dapat diperingatkan dan diselamatkan dari malapetaka yang mengerikan dalam siksaan kekal.

      Belakangan, setelah ia melihat sendiri apa yang sebenarnya Alkitab ajarkan, seorang rekannya mengutip kata-katanya, ”Jika Alkitab memang mengajarkan bahwa siksaan kekal adalah nasib yang akan dialami semua orang kecuali orang-orang suci, hal itu harus diberitakan—ya, dipekikkan dari bubungan-bubungan rumah setiap minggu, hari, dan jam; jika Alkitab tidak mengajarkan hal itu, fakta itu harus diumumkan, dan noda kotor yang tidak menghormati nama Allah yang suci dihapuskan.”

      Sejak awal penelitiannya akan Alkitab, C. T. Russell mengerti dengan jelas bahwa neraka bukan suatu tempat siksaan bagi jiwa-jiwa setelah kematian. Ia kemungkinan besar dibantu oleh George Storrs dalam hal ini, redaktur dari Bible Examiner, yang Saudara Russell sebutkan dengan penghargaan yang hangat dalam tulisan-tulisannya dan Storrs sendiri telah banyak menulis mengenai apa yang ia pahami dari Alkitab tentang keadaan orang mati.

      Akan tetapi, bagaimana dengan jiwa? Apakah Siswa-Siswa Alkitab mendukung kepercayaan bahwa jiwa adalah bagian halus dari manusia, sesuatu yang terus hidup setelah tubuh mati? Sebaliknya, pada tahun 1903 Watch Tower menyatakan, ”Perlu kita perhatikan dengan baik bahwa ajarannya adalah bukan bahwa manusia mempunyai jiwa, namun manusia adalah jiwa, atau pribadi. Mari kita lihat sebuah ilustrasi dari alam—udara yang kita hirup: udara terdiri dari oksigen dan nitrogen, yang masing-masing bukanlah atmosfer, atau udara; tetapi jika keduanya digabungkan, sebagaimana itu terjadi dalam proporsi kimia yang tepat, hasilnya adalah atmosfer. Demikian juga dengan jiwa. Allah berbicara kepada kita dari sudut pandangan ini, kita masing-masing sebagai suatu jiwa. Ia tidak memanggil tubuh kita atau nafas kehidupan kita, tetapi Ia memang memanggil kita sebagai makhluk-makhluk, atau jiwa-jiwa, yang cerdas. Ketika memberitahukan hukuman jika hukum-Nya dilanggar, Ia tidak menyebutkannya kepada tubuh Adam secara khusus, tetapi manusia, jiwa, makhluk yang cerdas itu, ’Engkau!’ ’Pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.’ ’Orang [”Jiwa”, ”NW”] yang berbuat dosa, itu yang harus mati.’—Kej. 2:17; Yeh. 18:20.” Ini selaras dengan apa yang Watch Tower telah katakan sejak April 1881.f

      Maka, bagaimana kepercayaan akan jiwa manusia yang tidak berkematian berkembang? Siapakah pencetusnya? Setelah meneliti sejarah Alkitab maupun agama dengan saksama, Saudara Russell menulis dalam Watch Tower 15 April 1894, ”Jelas sekali, ini tidak datang dari Alkitab . . . Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa manusia berkematian, bahwa kematian dapat menimpanya. . . . Setelah meneliti halaman-halaman sejarah, kami mendapati bahwa, walaupun doktrin manusia yang tidak berkematian tidak diajarkan oleh saksi-saksi yang diilhami Allah, hal itu adalah unsur penting dalam semua agama kafir. . . . Oleh sebab itu, tidaklah benar, bahwa Socrates dan Plato yang pertama mengajarkan doktrin itu: ada guru yang lebih awal dari mereka, dan oknum yang bahkan lebih mampu. . . . Catatan pertama dari ajaran palsu ini ditemukan dalam sejarah tertua yang diketahui manusia—Alkitab. Guru palsunya adalah Setan.”g

      Mengarahkan ”Pipa Air” ke Neraka

      Selaras dengan keinginan Saudara Russell yang kuat untuk menghapuskan noda kotor dari nama Allah yang diakibatkan oleh ajaran api neraka siksaan kekal, ia menulis sebuah risalah yang menonjolkan pokok, ”Apakah Alkitab Mengajarkan Bahwa Siksaan Kekal adalah Upah Dosa?” (The Old Theology, 1889) Di dalamnya ia berkata,

      ”Teori siksaan kekal mempunyai asal usul kafir, walaupun yang dianut oleh orang-orang kafir semula bukanlah doktrin yang tidak berbelas kasihan sebagaimana itu jadinya di kemudian hari, yaitu ketika doktrin itu secara bertahap mulai melekatkan diri pada kekristenan yang nominal (dalam nama saja) selama perpaduannya dengan filsafat-filsafat kafir pada abad kedua. Kemurtadan besar hanya perlu menambahkan pada filsafat kafir rincian-rincian yang mengerikan yang sekarang begitu umum dipercayai, untuk dilukiskan pada dinding-dinding gereja, seperti yang terjadi di Eropa, untuk dituliskan pada kredo-kredo dan himne mereka, dan sedemikian diselewengkannya Firman Allah sehingga tampaknya memberikan dukungan ilahi kepada hujah yang sangat tidak menghormati Allah. Karena itu, orang-orang yang asal percaya zaman sekarang, menerimanya sebagai peninggalan, bukan dari Tuhan, atau para rasul, atau para nabi, tetapi dari semangat yang suka berkompromi yang mengorbankan kebenaran dan nalar, dan secara memalukan menyelewengkan doktrin-doktrin kekristenan, dengan ambisi yang memalukan dan upaya mengejar kekuasaan dan kekayaan dan jumlah pengikut. Siksaan kekal sebagai hukuman dosa tidak dikenal oleh para datuk di zaman purba; hal itu tidak dikenal oleh para nabi selama zaman Yahudi; dan tidak dikenal oleh Tuhan dan rasul-rasul; tetapi telah menjadi doktrin utama bagi Kekristenan Nominal sejak kemurtadan besar—momok yang membuat orang-orang yang mudah percaya, yang kurang pengetahuan dan percaya kepada takhayul dari dunia ini telah dibelenggu sehingga harus tunduk secara membabi buta kepada kekuasaan yang sewenang-wenang. Siksaan kekal ditujukan kepada semua orang yang menentang atau menolak wewenang Gereja Roma, dan penderitaan siksaan kekalnya dalam kehidupan sekarang telah mulai, sudah sejak ia memiliki kekuasaan.”

      Saudara Russell benar-benar menyadari bahwa kebanyakan orang yang berpikiran sehat tidak sungguh-sungguh mempercayai doktrin api neraka. Namun, seperti yang ia tandaskan, pada tahun 1896, dalam buku kecil What Say the Scriptures About Hell?, ”karena mereka mengira bahwa Alkitab yang mengajarkannya, setiap langkah maju yang mereka lakukan dalam kecerdasan yang nyata dan kebaikan persaudaraan . . . dalam kebanyakan kasus adalah selangkah menjauh dari Firman Allah, yang secara keliru mereka tuduh sebagai sumber ajaran ini.”

      Untuk menarik orang-orang yang berpikiran demikian kembali kepada Firman Allah, ia menyajikan dalam buku kecil ini, setiap ayat dalam King James Version yang memuat kata neraka, sehingga para pembaca dapat melihat sendiri apa yang ayat-ayat tersebut katakan, dan kemudian ia menyatakan, ”Syukur kepada Allah, kita tidak menemukan tempat siksaan kekal sebagaimana secara keliru diajarkan kredo-kredo, dan buku-buku himne, dan banyak pengkhotbah. Namun kita menemukan suatu ’neraka’, syeol, hades, tempat semua ras kita dihukum karena dosa Adam, dan dari tempat itulah semua orang ditebus oleh kematian Tuhan kita; dan ’neraka’ adalah kuburan—keadaan pada saat mati. Kita juga menemukan ’neraka’ lain (gehena—kematian kedua—pembinasaan sama sekali) dibawa kepada perhatian kita sebagai hukuman terakhir bagi semua orang yang, setelah ditebus dan mendapat pengetahuan yang lengkap akan kebenaran, dan kemampuan yang penuh untuk menaatinya, namun kemudian memilih kematian dengan memilih haluan yang menentang Allah dan keadilbenaran. Kemudian hati kita berkata, Amin. Adil dan benar segala jalanMu, ya Raja segala bangsa! Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan namaMu? Sebab Engkau saja yang kudus; karena semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau, sebab telah nyata kebenaran segala penghakimanMu.”—Why. 15:3, 4.

      Apa yang ia ajarkan menjadi sumber sakit hati dan malu bagi para pemimpin agama Susunan Kristen. Pada tahun 1903, ia ditantang untuk mengadakan debat umum. Keadaan orang mati adalah salah satu pokok persoalan yang menghasilkan rangkaian debat antara C. T. Russell dan Dr. E. L. Eaton, yang bertindak sebagai juru bicara dari suatu gabungan tidak resmi rohaniwan Protestan di bagian barat Pennsylvania.

      Selama rangkaian debat tersebut, Saudara Russell dengan tegas mempertahankan soal bahwa ”kematian adalah kematian, dan bahwa orang-orang yang kita kasihi, ketika mereka meninggalkan kita, benar-benar mati, bahwa mereka tidak hidup bersama para malaikat ataupun bersama hantu-hantu di tempat yang tanpa harapan.” Untuk mendukung hal ini, ia mengacu kepada ayat-ayat seperti Pengkhotbah 9:5, 10; Roma 5:12; 6:23; dan Kejadian 2:17. Ia juga berkata, ”Ayat-ayat ini sepenuhnya selaras dengan apa yang Anda dan saya dan semua orang yang waras, berpikiran sehat di dunia akan akui sebagai sifat yang masuk akal dan pantas dari Allah kita. Apa yang dinyatakan mengenai Bapa surgawi kita? Bahwa Ia adil, bahwa Ia bijaksana, bahwa Ia pengasih, bahwa Ia berkuasa. Seluruh umat Kristen akan mengakui bahwa sifat-sifat ini adalah karakter ilahi. Jika memang demikian, dapatkah kita menemukan arti dari istilah itu dan memahami bahwa Allah itu adil namun menghukum makhluk ciptaan-Nya sendiri untuk kekal selama-lamanya, tidak soal apa dosanya? Saya bukan seorang yang membela dosa; saya sendiri tidak hidup dalam dosa, dan saya tidak pernah memberitakan dosa. . . . Namun saya memberi tahu Anda bahwa semua orang yang berada di sini yang saudara kita [Dr. Eaton] katakan sedang membicarakan hal-hal yang tidak sopan dengan hujahan mereka terhadap Allah dan nama kudus Yesus Kristus adalah semua orang yang telah diajar doktrin siksaan kekal ini. Juga semua pembunuh, pencuri dan pembuat kejahatan yang ada dalam penjara, semua diajar mengenai doktrin ini. . . . Doktrin-doktrin ini buruk; itu telah merusak dunia ini sejak lama; itu sama sekali bukan bagian dari ajaran Tuhan, dan saudara yang kita kasihi belum juga menghapus asap abad kegelapan dari matanya.”

      Dilaporkan bahwa setelah debat ini, seorang pemimpin agama yang hadir menghampiri Russell dan berkata, ”Saya senang sekali Saudara dapat mengarahkan pipa air ke neraka dan memadamkan apinya.”

      Agar kebenaran mengenai keadaan orang mati diberitakan lebih luas lagi, Saudara Russell mengadakan serangkaian kebaktian satu hari yang menjangkau daerah yang luas dari tahun 1905 sampai 1907, yang dalam acaranya ia menonjolkan khotbah umum ”Ke Neraka dan Kembali! Siapa yang Berada di Sana? Harapan untuk Kembali Bagi Banyak Orang”. Judul ini membangkitkan rasa ingin tahu, dan sangat menarik perhatian. Hadirin memenuhi balai-balai kebaktian di kota-kota besar dan kecil di Amerika Serikat dan Kanada untuk mendengarkan khotbah tersebut.

      Di antara mereka yang sungguh-sungguh tergerak oleh apa yang Alkitab katakan tentang keadaan orang mati adalah seorang mahasiswa universitas di Cincinnati, Ohio, yang tengah mempersiapkan diri untuk menjadi rohaniwan Presbiterian. Pada tahun 1913, ia menerima dari saudara kandungnya buku kecil Where Are the Dead?, yang ditulis oleh John Edgar, seorang Siswa Alkitab yang juga seorang dokter medis di Skotlandia. Mahasiswa yang menerima buku kecil itu adalah Frederick Franz. Setelah membacanya dengan teliti, ia dengan tegas menyatakan, ”Inilah kebenaran.” Tanpa ragu, ia mengubah cita-cita dalam hidupnya dan memasuki pelayanan sepenuh waktu sebagai penginjil kolportir. Pada tahun 1920, ia menjadi anggota staf kantor pusat Lembaga Menara Pengawal. Bertahun-tahun sesudahnya ia menjadi seorang anggota Badan Pimpinan dari Saksi-Saksi Yehuwa dan, belakangan, menjadi presiden Lembaga Menara Pengawal.

      Korban Tebusan Yesus Kristus

      Pada tahun 1872, sehubungan dengan penelitian Alkitabnya, Saudara Russell dan rekan-rekannya mengadakan peninjauan yang baru mengenai pokok restitusi, dari sudut tebusan yang Yesus Kristus berikan. (Kis. 3:21) Ia merasa tergetar ketika melihat di Ibrani 2:9 bahwa ’Yesus oleh kasih karunia Allah mengalami maut bagi semua manusia’. Hal itu tidak membimbingnya untuk mempercayai keselamatan universal, karena ia mengetahui bahwa Alkitab juga mengatakan bahwa untuk diselamatkan seseorang harus mempraktekkan iman kepada Yesus Kristus. (Kis. 4:12; 16:31) Namun, ia mulai mengerti—walaupun tidak seketika itu juga—betapa menakjubkan kesempatan yang dimungkinkan oleh korban tebusan Yesus Kristus bagi umat manusia. Hal itu membuka jalan bagi mereka untuk mendapatkan apa yang Adam hilangkan, prospek kehidupan kekal sebagai manusia sempurna. Saudara Russell tidak bersikap pasif mengenai perkara ini; ia memahami betapa pentingnya tebusan dan dengan penuh semangat menjunjungnya, bahkan pada waktu beberapa rekan dekatnya membiarkan pikiran mereka dirusak oleh pandangan-pandangan filsafat.

      Pada pertengahan tahun 1878, Saudara Russell, selama satu setengah tahun, telah menjadi asisten redaktur majalah Herald of the Morning, dan N. H. Barbour sebagai redaktur utamanya. Namun, ketika Barbour, dalam terbitan majalah mereka bulan Agustus 1878, meremehkan ajaran Alkitab mengenai tebusan, Russell menanggapinya dengan penuh semangat membela kebenaran Alkitab yang penting itu.

      Di bawah judul ”Pendamaian”, Barbour menggambarkan perasaannya terhadap ajaran ini dengan berkata, ”Saya mengatakan kepada anak saya, atau kepada salah seorang pembantu, jika James menggigit saudara perempuannya, tangkaplah seekor lalat, tusukkan jarum di badannya dan pakukan lalat itu di dinding, maka saya akan mengampuni James. Hal ini menggambarkan doktrin substitusi.” Walaupun mengaku percaya akan tebusan, Barbour menunjuk gagasan bahwa Kristus yang kematiannya membayar hukuman dosa bagi keturunan Adam adalah hal yang ”tidak berdasarkan Alkitab, dan tidak menyenangkan bagi seluruh gagasan keadilan kita.”h

      Langsung pada terbitan Herald of the Morning berikutnya (September 1878), Saudara Russell menyatakan ketidaksetujuannya atas apa yang Barbour tulis. Russell menganalisis apa yang sebenarnya Alkitab katakan dan konsistensi mereka dengan ”kesempurnaan keadilan [Allah], dan akhirnya belas kasihan dan kasih-Nya” sebagaimana ditunjukkan melalui persediaan tebusan. (1 Kor. 15:3; 2 Kor. 5:18, 19; 1 Ptr. 2:24; 3:18; 1 Yoh. 2:2) Pada musim semi berikutnya, setelah berulang kali berupaya membantu Barbour memandang persoalannya secara Alkitab, Russell menarik dukungannya dari majalah Herald; dan mulai terbitan bulan Juni 1879, namanya tidak lagi muncul sebagai asisten redaktur dari publikasi itu. Pendiriannya yang berani dan tidak mau berkompromi mengenai ajaran utama Alkitab ini mempunyai pengaruh yang jauh jangkauannya

      Selama sejarah zaman modern mereka, Saksi-Saksi Yehuwa secara konsisten selalu memperjuangkan ajaran Alkitab mengenai tebusan. Terbitan Zion’s Watch Tower yang paling pertama (Juli 1879) menandaskan bahwa ”mendapatkan kebaikan Allah bergantung atas . . . korban Kristus yang sempurna”. Pada tahun 1919, pada suatu kebaktian yang disponsori oleh Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab Internasional di Cedar Point, Ohio, kata-kata ”Selamat Datang! Semua yang Percaya Akan Korban Tebusan yang Hebat”, tercetak dengan mencolok pada jadwal acaranya. Di balik sampul depan majalah The Watch Tower perhatian kita terus ditarik kepada tebusan, dengan mengatakan tentang tujuan dari majalah itu, ”Majalah ini menganjurkan iman kepada Yesus Kristus, Raja yang sudah bertakhta dari Allah, yang dengan darahnya yang tercurah membuka jalan bagi umat manusia untuk mendapatkan kehidupan kekal.”

      Progresif, Tidak Terbelenggu oleh Kredo

      Pengertian yang jelas tentang Firman Allah tidak datang sekaligus. Dalam banyak kasus, Siswa-Siswa Alkitab dapat menangkap satu perincian pola kebenaran tetapi belum melihat gambar yang lengkap. Meskipun demikian, mereka rela belajar. Mereka tidak terbelenggu oleh kredo; mereka progresif. Mereka membagikan apa yang mereka pelajari. Mereka tidak mencari pujian dari apa yang mereka ajarkan; mereka berupaya untuk ”diajar oleh Yehuwa”. (Yoh. 6:45, NW) Dan mereka menghargai bahwa Yehuwa akan membuat pengertian dari perincian maksud-tujuan-Nya dalam waktu-Nya sendiri dan dengan cara-Nya sendiri.—Dan. 12:9; bandingkan Yohanes 16:12, 13.

      Mempelajari hal-hal baru menuntut penyesuaian dalam pandangan. Jika kesalahan perlu diakui atau perubahan yang membawa manfaat harus dilakukan, kerendahan hati dibutuhkan. Sifat ini dan buah-buahnya amat berkenan bagi Yehuwa, dan haluan yang demikian sangat menarik bagi para pencinta kebenaran. (Zef. 3:12) Namun hal ini dicemoohkan oleh mereka yang memuliakan kredo-kredo yang tetap tidak berubah selama berabad-abad, walaupun kredo-kredo ini dirumuskan oleh orang-orang yang tidak sempurna.

      Cara Kembalinya Tuhan

      Pada pertengahan tahun 1870-an, Saudara Russell dan mereka yang dengan rajin memeriksa Alkitab bersamanya mengerti bahwa pada waktu Tuhan kembali, ia tidak akan kelihatan oleh mata manusia.—Yoh. 14:3, 19.

      Saudara Russell belakangan berkata, ”Kami merasa sangat sedih melihat kekeliruan orang-orang Adven Kedua, yang mengharapkan kedatangan Kristus secara jasmani, dan mengajarkan bahwa dunia ini dan segala yang ada di dalamnya akan dibakar habis kecuali orang-orang Adven Kedua, setidaknya tahun 1873 atau 1874, yang memiliki penetapan waktu dan kekecewaan dan gagasan perkiraan yang pada umumnya mengenai tujuan dan cara kedatangannya sedikit banyak membawa celaan atas kita dan atas semua yang rindu dan yang mengumumkan kedatangan Kerajaannya. Pandangan keliru yang secara umum dianut mengenai tujuan dan cara kembalinya Tuhan ini mendorong saya menulis sebuah pamflet—’The Object and Manner of Our Lord’s Return’.” Pamflet ini diterbitkan pada tahun 1877. Saudara Russell mencetak kira-kira 50.000 eksemplar dan membagikannya.

      Dalam pamflet itu, ia menulis, ”Kami percaya Alkitab mengajarkan bahwa pada saat kedatangan-Nya dan beberapa waktu sesudah Ia datang, Ia tetap tidak akan kelihatan; setelah itu menyatakan atau memperlihatkan Dirinya dalam penghakiman dan berbagai bentuk, sehingga ’setiap mata akan melihat Dia’.” Untuk mendukung hal ini, ia membahas ayat-ayat seperti Kisah 1:11 (’Dia akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga’—yaitu, tidak dilihat oleh dunia ini) dan Yohanes 14:19 (”Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku”). Saudara Russell juga mengacu pada kenyataan bahwa The Emphatic Diaglott, yang pertama kali diterbitkan dalam bentuk lengkap pada tahun 1864 dengan terjemahan kata demi kata ke dalam bahasa Inggris, memberikan bukti bahwa istilah Yunani pa·rou·siʹa berarti ”kehadiran”. Ketika menganalisis penggunaan istilah itu dalam Alkitab, Russell menjelaskan dalam pamflet ini, ”Kata Yunani itu umumnya digunakan untuk mengacu kepada kedatangan kedua—Parousia, sering kali diterjemahkan kedatangan—selalu menandakan kehadiran pribadi, yaitu sudah datang, tiba dan tidak pernah menandakan sedang berada dalam perjalanan, sebagaimana kita menggunakan kata kedatangan.”

      Ketika membahas maksud-tujuan kehadiran Kristus, Russell menjelaskan bahwa hal ini bukanlah sesuatu yang akan dilaksanakan dalam suatu peristiwa tunggal yang mengguncangkan dunia. ”Kedatangan yang kedua, seperti yang pertama,” tulisnya, ”mencakup suatu jangka waktu, dan bukan suatu peristiwa yang terjadi dalam sekejap.” Selama waktu itu, tulisnya, ”kawanan kecil” akan diberikan pahala mereka bersama Tuhan sebagai sesama ahli waris dalam Kerajaannya; orang-orang lain, mungkin berjuta-juta, akan diberi kesempatan untuk kehidupan sempurna di bumi yang sudah dipulihkan seperti taman Eden yang indah.—Luk. 12:32.

      Hanya dalam waktu beberapa tahun, berdasarkan penelitian Alkitab yang lebih jauh, Russell menyadari bahwa Kristus tidak hanya akan kembali secara tidak kelihatan tetapi juga tetap tidak kelihatan, bahkan ketika menyatakan kehadirannya dengan penghakiman atas orang-orang jahat.

      Pada tahun 1876, ketika Russell pertama kali menerima sebuah terbitan Herald of the Morning, ia mengetahui bahwa ada kelompok lain yang ketika itu percaya bahwa kembalinya Kristus tidak akan kelihatan dan yang menghubungkan hal tersebut dengan berkat-berkat bagi seluruh keluarga di bumi. Dari Tn. Barbour, redaktur publikasi tersebut, Russell juga mulai yakin bahwa kehadiran Kristus yang tidak kelihatan telah dimulai pada tahun 1874.i Belakangan perhatian ditarik kepada hal ini dengan judul kecil ”Mengumumkan Kehadiran Kristus”, yang muncul pada sampul majalah Zion’s Watch Tower.

      Mengakui kehadiran Kristus sebagai sesuatu yang tidak kelihatan menjadi fondasi penting yang di atasnya pengertian dari banyak nubuat Alkitab akan dibangun. Siswa-Siswa Alkitab yang mula-mula tersebut menyadari bahwa kehadiran Tuhan seharusnya menjadi perhatian utama semua orang Kristen sejati. (Mrk. 13:33-37) Mereka benar-benar berminat akan kembalinya Sang Majikan dan tanggap akan kenyataan bahwa mereka mempunyai tanggung jawab untuk mengumumkannya, namun mereka belum mengerti dengan jelas seluruh perinciannya. Akan tetapi, apa yang roh Allah mungkinkan untuk mereka mengerti pada waktu yang sangat dini benar-benar luar biasa. Salah satu dari kebenaran-kebenaran ini menyangkut tanggal yang sangat penting yang ditandai oleh nubuat Alkitab.

      Akhir dari Zaman Orang Kafir

      Masalah kronologi Alkitab telah lama menarik minat para siswa Alkitab. Para komentator telah mengajukan berbagai pandangan tentang nubuat Yesus berkenaan ”zaman orang Kafir” dan catatan nabi Daniel tentang mimpi Nebukadnezar berkenaan tunggul pohon yang diikat selama ”tujuh masa”.—Luk. 21:24, Bode; Dan. 4:10-17.

      Baru pada tahun 1823, John A. Brown, yang karyanya diterbitkan di London, Inggris, menghitung ke ”tujuh masa” dari Daniel pasal 4 yang panjangnya sama dengan 2.520 tahun. Namun ia tidak mengerti dengan jelas tanggal mulainya jangka waktu nubuat itu atau kapan berakhirnya. Akan tetapi, ia memang menghubungkan ”tujuh masa” ini dengan Zaman Orang Kafir di Lukas 21:24, ”Bode”. Pada tahun 1844, E. B. Elliott, seorang pemimpin agama berkebangsaan Inggris, menarik perhatian kepada tahun 1914 sebagai tanggal yang mungkin untuk berakhirnya ”tujuh masa” dari kitab Daniel, namun ia juga mengajukan pandangan tambahan yang menunjuk kepada zaman Revolusi Prancis. Robert Seeley, dari London, pada tahun 1849 menangani hal ini dengan cara serupa. Setidaknya pada tahun 1870, sebuah publikasi yang diedit oleh Joseph Seiss dan rekan-rekannya dan dicetak di Philadelphia, Pennsylvania, mengajukan perhitungan yang menunjuk ke tahun 1914 sebagai tanggal yang penting, walaupun penalaran yang ada di dalamnya didasarkan atas kronologi yang belakangan ditolak oleh C. T. Russell.

      Kemudian, dalam terbitan Herald of the Morning bulan Agustus, September, dan Oktober 1875, N. H. Barbour membantu menyelaraskan perincian yang telah ditunjuk oleh orang-orang lain. Dengan menggunakan kronologi yang disusun oleh Christopher Bowen, seorang pemimpin agama di Inggris, dan diterbitkan oleh E. B. Elliott, Barbour menunjukkan permulaan Zaman Orang Kafir dengan digulingkannya Raja Zedekia sebagaimana dinubuatkan dalam Yehezkiel 21:25, 26, dan ia menunjuk ke tahun 1914 sebagai tanda berakhirnya Zaman Orang Kafir.

      Pada awal tahun 1876, C. T. Russell menerima sebuah terbitan Herald of the Morning. Ia langsung menulis kepada Barbour dan kemudian menggunakan waktu bersamanya selama musim panas di Philadelphia, antara lain berdiskusi mengenai jangka waktu nubuat. Tidak lama kemudian, dalam artikel yang berjudul ”Zaman Orang Kafir: Kapan Berakhir?”, Russell juga membahas hal ini dari Alkitab dan menyatakan bahwa bukti memperlihatkan bahwa ”tujuh masa akan berakhir pada tahun 1914 M”. Artikel ini dicetak dalam terbitan Bible Examiner bulan Oktober 1876.j Buku Three Worlds, and the Harvest of This World, diterbitkan pada tahun 1877 oleh N. H. Barbour, bekerja sama dengan C. T. Russell, menunjuk kepada kesimpulan yang sama. Sesudah itu, terbitan-terbitan pertama dari Watch Tower, seperti terbitan Desember 1879 dan Juli 1880, mengarahkan perhatian kepada tahun 1914 M sebagai tahun yang sangat penting dari sudut nubuat Alkitab. Pada tahun 1889 seluruh pasal empat Jilid II dari Millennial Dawn (belakangan disebut Studies in the Scriptures) khusus membahas tentang ”Zaman Orang Kafir”. Namun, apa arti berakhirnya Zaman Orang Kafir?

      Siswa-Siswa Alkitab tidak sepenuhnya yakin apa yang akan terjadi. Mereka percaya bahwa ini tidak akan berakhir dengan terbakarnya bumi dan hancurnya kehidupan manusia. Sebaliknya, mereka mengetahui bahwa itu akan menandai titik penting sehubungan dengan kekuasaan ilahi. Pada mulanya, mereka mengira bahwa pada tahun itu Kerajaan Allah sudah akan memperoleh kekuasaan penuh dan universal. Ketika hal itu tidak terjadi, keyakinan mereka akan nubuat-nubuat Alkitab yang menandai tanggal itu tidak goyah. Sebaliknya, mereka menyimpulkan bahwa tanggal itu hanya menandai titik mulainya kekuasaan Kerajaan.

      Dengan cara yang sama, pada mulanya mereka mengira bahwa kesulitan sedunia yang memuncak dalam anarki (yang mereka pahami akan berkaitan dengan perang ”pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa”) akan mendahului tanggal itu. (Why. 16:14) Namun kemudian, sepuluh tahun sebelum 1914, Watch Tower memberi tahu bahwa kesusahan sedunia yang akan berakhir dengan pemusnahan lembaga-lembaga manusia akan datang langsung sesudah berakhirnya Zaman Orang Kafir. Mereka mengharapkan tahun 1914 akan menandai titik balik yang penting untuk Yerusalem, karena nubuat tersebut berkata bahwa ’Yerusalem akan diinjak-injak’ sampai genap Zaman Orang Kafir. Ketika mereka mengamati tahun 1914 kian mendekat padahal mereka belum juga mati sebagai manusia dan ’diangkat dalam awan’ untuk menjumpai Tuhan—selaras dengan hal-hal yang mereka nantikan sebelumnya—mereka sungguh-sungguh berharap bahwa mereka akan diubah pada akhir Zaman Orang Kafir.—1 Tes. 4:17.

      Seraya tahun-tahun berlalu dan mereka memeriksa dan memeriksa ulang Alkitab, iman mereka akan nubuat-nubuat tetap kuat, dan mereka tidak berhenti menyatakan apa yang mereka nantikan akan terjadi. Dengan berbagai tingkat keberhasilan, mereka berupaya untuk tidak menjadi dogmatik berkenaan perincian yang tidak disebutkan secara langsung dalam Alkitab.

      Apakah ”Beker” Itu Berbunyi Terlalu Cepat?

      Banyak kesulitan memang menimpa dunia pada tahun 1914 dengan meletusnya Perang Dunia I, yang selama bertahun-tahun hanya disebut Perang Besar, tetapi itu tidak segera berakhir dengan dijatuhkannya seluruh kekuasaan manusia yang ada. Seraya peristiwa-peristiwa berkenaan dengan Palestina berkembang setelah tahun 1914, Siswa-Siswa Alkitab mengira mereka akan melihat bukti tentang perubahan-perubahan penting untuk Israel. Namun bulan-bulan dan kemudian tahun-tahun berlalu, dan Siswa-Siswa Alkitab tidak menerima pahala surgawi mereka seperti yang mereka harapkan. Bagaimana reaksi mereka terhadap hal ini?

      The Watch Tower 1 Februari 1916, secara spesifik menarik perhatian kepada 1 Oktober 1914, dan kemudian berkata, ”Ini adalah titik terakhir dari waktu yang ditunjuk oleh kronologi Alkitab kepada kita yang berkaitan dengan hal-hal yang akan dialami Gereja. Apakah Tuhan memberi tahu kita bahwa kita akan dibawa ke [surga] sana? Tidak. Apa yang Ia katakan? Firman-Nya dan penggenapan-penggenapan nubuat tampaknya tidak salah lagi menunjukkan bahwa tanggal ini menandai berakhirnya Zaman Orang Kafir. Kita menyimpulkan dari hal ini bahwa ’perubahan’ Gereja akan terjadi pada atau sebelum tanggal itu. Akan tetapi, Allah tidak memberi tahu kita bahwa halnya akan demikian. Ia mengizinkan kita menarik kesimpulan itu; dan kita yakin bahwa hal itu terbukti menjadi ujian yang perlu bagi orang-orang kudus yang Allah kasihi di mana-mana.” Namun, apakah perkembangan ini membuktikan bahwa harapan mereka yang mulia itu sia-sia belaka? Tidak. Itu hanya mengartikan bahwa tidak semua hal terjadi secepat yang mereka harapkan.

      Beberapa tahun sebelum 1914, Russell telah menulis, ”Kronologi (waktu nubuat secara umum) jelas tidak dimaksudkan untuk memberi umat Allah keterangan kronologi yang akurat sepanjang seluruh perjalanan waktu. Ternyata itu lebih dimaksudkan untuk berfungsi sebagai beker (jam yang dilengkapi dengan alat yang dapat berdering pada waktu yang dikehendaki) untuk membangunkan dan memberikan semangat kepada umat Tuhan pada waktu yang tepat. . . . Namun, coba kita bayangkan, misalnya bahwa Oktober 1914 itu berlalu dan bahwa kejatuhan yang serius dari kekuasaan Kafir tidak terjadi. Apa yang akan dibuktikan atau disangkal oleh hal ini? Ini tidak akan menyangkal corak mana pun dari Rencana Ilahi Sepanjang Zaman. Harga tebusan yang diselesaikan di Bukit Kalvari akan terus menjadi jaminan penggenapan terakhir dari Program Ilahi untuk restitusi manusia. ’Panggilan ke surga’ bagi Gereja untuk menderita bersama sang Penebus dan untuk dimuliakan bersamanya sebagai anggota-anggotanya atau sebagai Pengantin Perempuannya akan tetap sama. . . . Satu-satunya hal yang dipengaruhi oleh kronologi adalah waktu terwujudnya harapan yang mulia ini bagi Gereja dan bagi dunia. . . . Dan apabila tanggal itu berlalu, hal itu hanya akan membuktikan bahwa kronologi kita, ’beker’ kita, berbunyi sedikit lebih dini sebelum waktunya. Apakah kita akan menganggap sebagai malapetaka besar jika beker kita membangunkan kita beberapa saat lebih dini di pagi hari untuk suatu hari besar yang dipenuhi sukacita dan kesenangan? Tentu tidak!”

      Akan tetapi, ”beker” tersebut tidak berbunyi terlalu cepat. Sebenarnya, ketika ”jam” tadi membangunkan mereka, mereka hanya tidak mengalami hal-hal yang persis seperti yang mereka nantikan.

      Beberapa tahun kemudian, ketika cahaya telah bertambah terang, mereka mengakui, ”Banyak di antara orang-orang kudus yang kami kasihi mengira bahwa semua pekerjaan telah dilaksanakan. . . . Mereka bersukacita karena bukti yang jelas bahwa dunia telah berakhir, bahwa kerajaan surga sudah di ambang pintu, dan bahwa hari pembebasan mereka kian mendekat. Namun, mereka telah melupakan hal lain yang harus dikerjakan. Kabar baik yang telah mereka terima harus diberitahukan kepada orang-orang lain; karena Yesus telah memerintahkan, ’Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.’ (Matius 24:14)”—The Watch Tower, 1 Mei 1925.

      Seraya peristiwa-peristiwa setelah tahun 1914 mulai tersingkap dan Siswa-Siswa Alkitab membandingkan ini dengan apa yang Majikan mereka telah nubuatkan, mereka secara bertahap mulai menghargai bahwa mereka sedang hidup di hari-hari terakhir dari sistem tua ini dan bahwa halnya demikian sejak tahun 1914. Mereka juga mulai mengerti bahwa pada tahun 1914, kehadiran Kristus yang tidak kelihatan telah dimulai, dan ini bukan dengan kembalinya dia secara pribadi (bahkan secara tidak kelihatan) ke daerah lingkungan bumi, tetapi dengan mengalihkan perhatiannya ke bumi sebagai Raja yang memerintah. Mereka mengerti dan menerima tanggung jawab mereka yang penting untuk mengumumkan ”Injil Kerajaan ini” menjadi kesaksian bagi segala bangsa selama masa kritis dari sejarah manusia ini.—Mat. 24:3-14.

      Apa sebenarnya berita mengenai Kerajaan yang harus mereka kabarkan? Apakah ada bedanya dengan berita dari orang-orang Kristen abad pertama?

      Kerajaan Allah, Satu-Satunya Harapan Umat Manusia

      Sebagai hasil penyelidikan yang saksama dari Firman Allah, Siswa-Siswa Alkitab yang tergabung dengan Saudara Russell mengerti bahwa Kerajaan Allah adalah pemerintahan yang telah Yehuwa janjikan akan Ia dirikan dengan perantaraan Putra-Nya untuk memberkati umat manusia. Tergabung dengan Yesus Kristus di surga, akan ada rekan-rekan penguasa; suatu ”kawanan kecil” yang dipilih oleh Allah dari antara umat manusia. Mereka mengerti bahwa pemerintahan ini akan diwakili oleh pria-pria setia zaman dahulu yang akan melayani sebagai pangeran-pangeran di seluruh bumi. Mereka ini disebut sebagai ”orang-orang yang berjasa zaman dahulu”.—Luk. 12:32; Dan. 7:27; Why. 20:6; Mzm. 45:17.

      Susunan Kristen telah lama mengajarkan ’hak ilahi raja-raja’, sebagai cara untuk membuat orang-orang tunduk. Namun, Siswa-Siswa Alkitab ini mengerti dari Alkitab bahwa pemerintahan-pemerintahan manusia di masa mendatang tidak dilindungi oleh jaminan ilahi apa pun. Selaras dengan apa yang sedang mereka pelajari, Watch Tower bulan Desember 1881 menyatakan, ”Didirikannya kerajaan ini tentu akan menyebabkan digulingkannya seluruh kerajaan di bumi, karena mereka semua—bahkan yang terbaik sekalipun—didirikan atas ketidakadilan serta hak-hak yang tidak sama dan penindasan bagi kebanyakan orang dan kesenangan bagi segelintir orang—karena kita membaca, ’Kerajaan itu akan meremukkan segala kerajaan dan menghabisinya, tetapi kerajaan itu sendiri akan tetap untuk selama-lamanya.’”—Dan. 2:44.

      Berkenaan dengan cara kerajaan-kerajaan yang menindas itu akan dipatahkan, Siswa-Siswa Alkitab masih harus banyak belajar. Mereka belum mengerti dengan jelas bagaimana berkat-berkat dari Kerajaan Allah akan menyebar ke seluruh umat manusia. Namun mereka tidak mengacaukan Kerajaan Allah dengan perasaan yang samar-samar dalam hati seseorang atau dengan suatu hierarki agama yang menggunakan pemerintahan Negara sebagai kaki-tangannya.

      Menjelang tahun 1914, hamba-hamba pra-Kristen yang setia dari Allah belum dibangkitkan di bumi sebagai wakil-wakil kerajaan dari Raja Mesias, sebagaimana dinantikan sebelumnya, demikian pula mereka yang masih tinggal sebagai ”kawanan kecil” belum lagi dipersatukan dengan Kristus dalam Kerajaan surgawi pada tahun itu. Akan tetapi, The Watch Tower 15 Februari 1915, dengan yakin menyatakan bahwa tahun 1914 adalah waktu yang tepat ”bagi Tuhan kita untuk mengambil kekuasaan-Nya yang besar dan bertakhta”, dan dengan demikian mengakhiri milenium-milenium dari dominasi Kafir yang berkesinambungan. Dalam terbitannya tanggal 1 Juli 1920, The Watch Tower meneguhkan kembali kedudukan itu dan menghubungkannya dengan kabar baik yang telah Yesus nubuatkan akan diumumkan di seluas bumi sebelum akhir itu. (Mat. 24:14) Pada kebaktian Siswa-Siswa Alkitab di Cedar Point, Ohio, tahun 1922, pengertian ini dinyatakan kembali dalam suatu resolusi umum, dan Saudara Rutherford mendesak para peserta kebaktian, ”Umumkan, umumkan, umumkan, Raja dan kerajaannya.”

      Akan tetapi, pada waktu itu Siswa-Siswa Alkitab merasa bahwa didirikannya Kerajaan itu, pembentukannya yang lengkap di surga, tidak akan terjadi sampai anggota terakhir dari pengantin perempuan Kristus dimuliakan. Maka, suatu tonggak sejarah yang nyata dicapai ketika pada tahun 1925 The Watch Tower terbitan 1 Maret menonjolkan artikel ”Kelahiran Suatu Bangsa”. Artikel itu mempersembahkan penelitian yang membuka mata tentang Wahyu pasal 12. Artikel tersebut menyajikan bukti bahwa Kerajaan Mesias telah dilahirkan—didirikan—pada tahun 1914, bahwa Kristus ketika itu telah mulai memerintah di atas takhta surgawinya, dan bahwa setelah itu Setan dicampakkan dari surga ke daerah sekitar bumi. Inilah kabar baik yang harus diberitakan, kabar bahwa Kerajaan Allah sudah beroperasi. Pengertian yang semakin jelas ini benar-benar telah mendorong para pemberita Kerajaan untuk mengabar sampai ke pelosok-pelosok bumi!

      Melalui segala sarana yang cocok, umat Yehuwa memberi kesaksian bahwa hanya Kerajaan Allah yang dapat membawa kelegaan kekal dan mengatasi problem-problem yang sangat berat yang mempengaruhi umat manusia. Pada tahun 1931 berita ini ditonjolkan melalui siaran radio oleh J. F. Rutherford dengan jaringan internasional yang paling luas yang pernah mengudara. Teks siaran itu juga dicetak dalam banyak bahasa dalam buku kecil The Kingdom, the Hope of the World—jutaan eksemplar disebarkan hanya dalam beberapa bulan. Selain penyebaran secara luas kepada umum, upaya istimewa juga dikerahkan untuk menyampaikan buku-buku ini kepada para politikus, pengusaha terkemuka, dan pemimpin agama.

      Antara lain, buku kecil itu mengatakan, ”Pemerintahan-pemerintahan dunia sekarang yang tidak adil tidak dapat mengulurkan harapan apa pun kepada rakyat. Penghakiman Allah terhadap mereka menyatakan bahwa mereka harus dihancurkan. Karena itu, harapan bagi dunia, dan satu-satunya harapan, adalah kerajaan atau pemerintahan yang adil-benar dari Allah dengan Kristus Yesus sebagai Penguasanya yang tidak kelihatan.” Mereka menyadari bahwa Kerajaan tersebut akan membawa perdamaian dan keamanan sejati bagi umat manusia. Di bawah pemerintahannya, bumi akan menjadi firdaus yang nyata, dan penyakit serta kematian tidak akan ada lagi.—Why. 21:4, 5.

      Kabar baik mengenai Kerajaan Allah terus menjadi kepercayaan yang penting bagi Saksi-Saksi Yehuwa. Sejak terbitan 1 Maret 1939, majalah utama mereka, yang sekarang diterbitkan dalam lebih dari 110 bahasa, telah mencantumkan judul Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa.

      Namun sebelum kekuasaan Kerajaan mengubah bumi menjadi firdaus, sistem yang jahat sekarang harus dilenyapkan. Bagaimana hal ini akan dilaksanakan?

      Perang pada Hari Besar Allah Yang Mahakuasa

      Perang dunia yang dimulai pada tahun 1914 mengguncangkan sistem perkara yang ada sampai ke dasarnya. Untuk sementara waktu tampaknya kejadian-kejadian akan berkembang sesuai dengan apa yang dinantikan Siswa-Siswa Alkitab.

      Sebelumnya pada bulan Agustus 1880, Saudara Russell telah menulis, ”Kita mengerti bahwa sebelum keluarga manusia dipulihkan atau bahkan mulai diberkati, kerajaan-kerajaan yang ada sekarang di bumi yang kini mengikat dan menindas umat manusia semuanya akan digulingkan dan bahwa kerajaan Allah akan mengambil alih kekuasaan dan bahwa berkat dan pemulihan itu akan datang melalui kerajaan yang baru tersebut.” Bagaimana ’penggulingan kerajaan-kerajaan’ itu akan terjadi? Berdasarkan situasi yang berkembang di dunia yang ia lihat pada waktu itu, Russell yakin bahwa selama perang Armagedon, Allah akan menggunakan faksi umat manusia yang saling bersaing untuk menggulingkan lembaga-lembaga yang ada. Ia berkata, ”Pekerjaan pembinasaan imperium manusia sedang dimulai. Kuasa yang akan menggulingkan mereka sekarang sedang bekerja. Orang-orang sudah mengorganisasi kekuatan-kekuatan mereka di bawah nama Komunis, Sosialis, Nihilis, dll.”

      Buku The Day of Vengeance (belakangan disebut The Battle of Armageddon), diterbitkan pada tahun 1897, selanjutnya memperluas cara Siswa-Siswa Alkitab pada waktu itu memahami persoalannya, dengan mengatakan, ”Tuhan, dengan kuasa mutlak-Nya, akan mengawasi secara umum bala tentara besar yang tidak puas ini—para patriot, para reformis, kaum sosialis, kaum moralis, para anarkis, orang-orang bodoh dan putus asa—serta menggunakan harapan, kecemasan, kebodohan dan pementingan diri mereka, sesuai dengan hikmat ilahi-Nya, untuk melaksanakan maksud-tujuan-Nya yang agung dalam menggulingkan lembaga-lembaga yang ada sekarang, dan untuk mempersiapkan manusia bagi Kerajaan Keadilbenaran.” Maka, pengertian mereka adalah bahwa perang Armagedon akan disertai revolusi sosial yang hebat.

      Namun, apakah Armagedon sekadar suatu perebutan kekuasaan antar faksi umat manusia yang saling bersaing, suatu revolusi sosial yang digunakan Allah untuk menggulingkan lembaga-lembaga yang ada? Seraya perhatian lebih jauh diberikan kepada ayat-ayat Alkitab yang memuat persoalan ini, The Watch Tower 15 Juli 1925, menarik perhatian kita kepada Zakharia 14:1-3 dan mengatakan, ”Dengan ini kita akan mengerti bahwa seluruh bangsa di bumi, di bawah bimbingan Setan, akan dikumpulkan untuk berperang melawan kelompok Yerusalem, yaitu, mereka yang berpihak kepada Tuhan . . . Wahyu 16:14, 16.”

      Tahun berikutnya, dalam buku Deliverance, perhatian dipusatkan pada maksud sesungguhnya dari perang ini, dengan mengatakan, ”Kini Yehuwa, sesuai dengan Firman-Nya, akan mempertunjukkan kekuasaan-Nya dengan begitu jelas dan tegas sehingga orang-orang dapat diyakinkan akan haluan mereka yang tidak saleh dan dapat mengerti bahwa Yehuwa adalah Allah. Itulah alasannya mengapa Allah mendatangkan banjir besar, meruntuhkan Menara Babel, menghancurkan pasukan Sanherib raja Asyur, dan menelan orang-orang Mesir di Laut Merah; dan itu juga alasannya mengapa Ia sekarang akan mendatangkan kesusahan besar yang lain ke atas bumi. Bencana-bencana terdahulu hanyalah bayangan dari apa yang kini akan datang. Pengumpulan itu menuju hari besar Allah Yang Mahakuasa. Hari itu adalah ’hari TUHAN yang hebat dan dahsyat’ (Yl. 2:31), pada waktu Allah membuat nama-Nya termasyhur. Dalam pertempuran besar dan terakhir ini, orang-orang dari segala bangsa, suku, dan bahasa akan mengetahui bahwa Yehuwa adalah Allah yang mahakuat, mahabijaksana, dan adil.” Namun hamba-hamba Yehuwa di bumi diperingatkan, ”Dalam perang besar ini tidak ada orang Kristen yang akan melancarkan serangan. Alasan mereka tidak melakukannya karena Yehuwa telah berkata, ’Bukan kamu yang berperang, melainkan Allah’.” Perang yang dibahas di sini jelas bukan perang yang diperjuangkan di antara bangsa-bangsa mulai tahun 1914. Perang ini masih akan datang.

      Masih ada pertanyaan-pertanyaan lain yang harus diselesaikan berdasarkan Alkitab. Salah satunya menyangkut identitas Yerusalem yang akan diinjak-injak sampai akhir Zaman Orang Kafir, sebagaimana dinyatakan di Lukas 21:24; dan yang berkaitan dengan hal ini adalah identitas Israel yang diacu dalam begitu banyak nubuat mengenai pemulihan.

      Apakah Allah Akan Memulihkan Orang-Orang Yahudi ke Palestina?

      Siswa-Siswa Alkitab mengetahui benar tentang banyak nubuat mengenai pemulihan yang disampaikan kepada Israel purba oleh nabi-nabi Allah. (Yer. 30:18; 31:8-10; Am. 9:14, 15; Rm. 11:25, 26) Terus sampai tahun 1932, mereka mengerti bahwa nubuat-nubuat ini diterapkan khususnya kepada orang-orang Yahudi jasmani. Maka, mereka percaya bahwa Allah akan memperlihatkan lagi perkenan-Nya kepada Israel, secara bertahap memulihkan orang-orang Yahudi ke Palestina, membuka mata mereka kepada kebenaran berkenaan Yesus sebagai Penebus dan Raja Mesias, dan menggunakan mereka sebagai saluran untuk mencurahkan berkat-berkat kepada semua bangsa. Dengan pengertian ini, Saudara Russell berbicara kepada sejumlah besar hadirin yang terdiri dari orang-orang Yahudi di New York juga di Eropa mengenai pokok ”Zionisme Dalam Nubuat”, dan Saudara Rutherford pada tahun 1925, menulis buku Comfort for the Jews.

      Namun, secara bertahap menjadi jelas bahwa apa yang terjadi di Palestina sehubungan dengan orang-orang Yahudi bukanlah penggenapan dari nubuat-nubuat pemulihan yang agung dari Yehuwa. Kehancuran menimpa Yerusalem abad pertama karena orang-orang Yahudi telah menolak Putra Allah, sang Mesias, pribadi yang diutus dalam nama Yehuwa. (Dan. 9:25-27; Mat. 23:38, 39) Halnya menjadi semakin jelas bahwa sebagai suatu umat mereka belum mengubah sikap mereka. Tidak ada pertobatan terhadap tindakan salah yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Kembalinya beberapa orang ke Palestina tidak dimotivasi sedikit pun oleh kasih akan Allah atau keinginan agar nama-Nya diagungkan dengan penggenapan Firman-Nya. Hal ini dengan jelas diterangkan dalam jilid kedua buku Vindication, yang diterbitkan oleh Watch Tower Bible and Tract Society pada tahun 1932.k Bahwa sikap ini benar dikukuhkan pada tahun 1949, pada waktu Negara Israel, yang ketika itu baru terbentuk sebagai suatu bangsa dan sebagai tanah air bangsa Yahudi, menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, dengan demikian memperlihatkan bahwa andalan mereka bukan Yehuwa tetapi bangsa-bangsa politik di dunia.

      Apa yang sedang terjadi sehubungan penggenapan nubuat-nubuat pemulihan itu menunjuk ke arah lain. Hamba-hamba Yehuwa mulai menyadari bahwa itu adalah Israel rohani, ”Israel milik Allah”, yang terdiri dari orang-orang Kristen yang diurapi roh, yang, dalam penggenapan maksud-tujuan Allah, menikmati perdamaian dengan Allah melalui Yesus Kristus. (Gal. 6:16) Kini mata mereka terbuka untuk melihat cara Allah berurusan dengan orang-orang Kristen sejati, penggenapan rohani yang luar biasa mengenai janji-janji pemulihan itu. Pada waktunya, mereka juga menyadari bahwa Yerusalem yang ditinggikan pada akhir Zaman Orang Kafir bukanlah sekadar suatu kota di bumi, atau bahkan bukan suatu umat di bumi yang digambarkan oleh kota itu, namun sebaliknya ”Yerusalem sorgawi”, tempat Yehuwa menempatkan Putra-Nya, Yesus Kristus, dengan wewenang pemerintahan pada tahun 1914.—Ibr. 12:22.

      Dengan jelasnya perkara-perkara ini, Saksi-Saksi Yehuwa berada pada posisi yang lebih baik untuk memenuhi, tanpa sikap pandang bulu terhadap golongan mana pun, tugas memberitakan kabar baik Kerajaan ”di seluruh dunia [yang berpenduduk, NW] menjadi kesaksian bagi semua bangsa”.—Mat. 24:14.

      Siapa yang harus dipuji atas semua penjelasan dari Alkitab yang telah muncul dalam publikasi-publikasi Menara Pengawal ini?

      Sarana yang Digunakan untuk Mengajar Hamba-Hamba Yehuwa

      Yesus Kristus menubuatkan bahwa setelah ia kembali ke surga, ia akan mengirim roh kudus kepada murid-muridnya. Ini akan berfungsi sebagai penolong, membimbing mereka ”ke dalam seluruh kebenaran”. (Yoh. 14:26; 16:7, 13) Yesus juga berkata bahwa sebagai Tuan atau Majikan dari orang-orang Kristen sejati, ia akan memiliki ”hamba yang setia dan bijaksana”, ”pengurus rumah yang setia”, yang akan memberikan ”makanan” rohani ”pada waktunya” kepada para pelayan, pekerja-pekerja dalam rumah tangga iman. (Mat. 24:45-47; Luk. 12:42) Siapakah hamba yang setia dan bijaksana ini?

      Terbitan yang pertama sekali dari Watch Tower mengutip Matius 24:45-47 ketika menyatakan bahwa tujuan penerbit majalah itu adalah untuk waspada terhadap peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan kehadiran Kristus dan untuk memberikan ”daging” rohani ”pada musimnya yang tepat” kepada rumah tangga iman. Akan tetapi, redaktur majalah itu tidak mengaku dirinya sebagai budak yang setia dan bijaksana, atau ”hamba yang setia dan bijaksana” (menurut terjemahan dari King James Version).

      Maka, dalam terbitan majalah ini pada bulan Oktober-November 1881, C. T. Russell menyatakan, ”Kami percaya bahwa setiap anggota dari tubuh Kristus sibuk dalam pekerjaan yang diberkati, secara langsung atau tidak langsung, untuk memberikan daging pada musimnya yang tepat kepada rumah tangga iman. ’Kalau begitu, siapakah hamba yang setia dan bijaksana itu, yang diangkat Tuannya untuk mengurus rumah tangganya’, untuk memberikan kepada mereka daging pada musimnya yang tepat? Bukankah ia adalah ’kawanan kecil’ dari hamba-hamba yang mengabdi yang dengan setia melaksanakan sumpah pengabdian mereka—tubuh Kristus—dan bukankah seluruh tubuh itu secara pribadi atau kolektif, sedang memberikan daging pada musimnya yang tepat kepada rumah tangga iman—kumpulan besar orang-orang percaya? Diberkatilah pelayan itu (seluruh tubuh Kristus) yang ketika Tuannya itu datang (Yn. elthon) akan mendapatinya sedang melakukannya. ’Aku berkata kepadamu; Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya’.”

      Akan tetapi, lebih dari satu dekade setelah itu, istri Saudara Russell menyampaikan gagasan di hadapan umum bahwa Russell sendiri adalah hamba yang setia dan bijaksana itu.l Pandangan yang ia kemukakan sehubungan dengan identitas ’hamba yang setia’ ini secara umum dianut oleh Siswa-Siswa Alkitab selama kira-kira 30 tahun. Saudara Russell tidak menolak pandangan mereka, tetapi ia secara pribadi menghindari penerapan ayat itu dengan cara demikian, yang menandaskan bahwa ia menentang gagasan mengenai para pemimpin agama yang ditugaskan untuk mengajar Firman Allah sebagai kebalikan dari kaum awam yang tidak mendapat penugasan tersebut. Pengertian yang diungkapkan oleh Saudara Russell pada tahun 1881 bahwa hamba yang setia dan bijaksana sesungguhnya adalah hamba secara kolektif, terdiri dari semua anggota tubuh Kristus yang diurapi dengan roh di bumi, diteguhkan kembali dalam The Watch Tower 15 Februari 1927.—Bandingkan Yesaya 43:10.

      Bagaimana Saudara Russell memandang peranannya sendiri? Apakah ia mengaku memiliki penyingkapan khusus dari Allah? Dalam Watch Tower 15 Juli 1906 (halaman 229), Russell dengan rendah hati menjawab, ”Tidak, teman-teman yang saya kasihi, saya tidak mengaku memiliki kelebihan, ataupun kekuatan, wibawa, atau wewenang supernatural; juga saya tidak bercita-cita untuk meninggikan diri dalam pandangan saudara-saudara saya dalam rumah tangga iman, kecuali dalam arti yang Majikan kita anjurkan, dengan mengatakan, ’Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.’ (Mat. 20:27.) . . . Kebenaran yang saya sampaikan, sebagai juru bicara Allah, tidak disingkapkan melalui penglihatan atau mimpi, juga tidak dengan suara Allah yang dapat terdengar, juga tidak semuanya sekaligus, tetapi secara bertahap . . . Penyingkapan kebenaran yang jelas ini juga tidak disebabkan oleh kecerdasan atau ketajaman persepsi manusia mana pun, tetapi karena fakta sederhana bahwa waktu yang Allah tentukan sudah tiba; dan jika saya tidak berbicara, dan tidak ada wakil lain yang dapat ditemukan, batu-batu pun akan berteriak.”

      Para pembaca Watch Tower dianjurkan untuk melihat kepada Yehuwa sebagai Instruktur Agung mereka, sama seperti dianjurkan bagi semua Saksi-Saksi Yehuwa zaman sekarang. (Yes. 30:20) Hal ini ditekankan dengan kuat dalam The Watchtower 1 November 1931, dalam artikel ”Diajar Oleh Allah”, yang menyatakan, ”The Watchtower mengakui kebenaran sebagai milik Yehuwa, dan bukan milik makhluk mana pun. The Watchtower bukan alat dari manusia atau kelompok manusia mana pun, dan juga tidak diterbitkan menurut tindakan manusia. . . . Allah Yehuwa adalah Guru besar dari anak-anak-Nya. Tentu saja, publikasi dari kebenaran-kebenaran ini disajikan oleh orang-orang yang tidak sempurna, dan karena alasan ini kebenaran-kebenaran itu tidak mutlak sempurna bentuknya; tetapi itu disajikan dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga mencerminkan kebenaran Allah yang Ia ajarkan kepada anak-anak-Nya.”

      Pada abad pertama, ketika pertanyaan-pertanyaan timbul mengenai doktrin atau tata cara, ini semua diserahkan kepada badan pimpinan pusat yang terdiri atas pria-pria yang tua secara rohani. Keputusan-keputusan diambil setelah mempertimbangkan apa yang dikatakan oleh Kitab-Kitab yang terilham maupun bukti kegiatan yang selaras dengan ayat-ayat Kitab-Kitab tersebut dan yang berkembang sebagai hasil bekerjanya roh kudus. Keputusan-keputusan ini disampaikan secara tertulis kepada sidang-sidang. (Kis. 15:1–16:5) Prosedur yang sama dijalankan di antara Saksi-Saksi Yehuwa dewasa ini.

      Instruksi rohani disediakan melalui artikel-artikel majalah, buku-buku, acara-acara kebaktian, dan rangka-rangka untuk khotbah di sidang—semuanya dipersiapkan di bawah pengawasan Badan Pimpinan dari budak yang setia dan bijaksana. Isinya dengan jelas menunjukkan bahwa nubuat Yesus adalah benar dewasa ini—bahwa ia sesungguhnya memiliki suatu golongan budak yang setia dan bijaksana yang dengan loyal mengajarkan ’segala sesuatu yang telah ia perintahkan’; bahwa wakil ini sedang ’berjaga-jaga’, waspada terhadap peristiwa-peristiwa yang menggenapi nubuat Alkitab dan khususnya yang berhubungan dengan kehadiran Kristus; yang membantu umat yang takut akan Allah mengerti apa yang tersangkut dalam ”melakukan” hal-hal yang diperintahkan Yesus dan dengan demikian membuktikan bahwa mereka benar-benar murid-muridnya.—Mat. 24:42; 28:20; Yoh. 8:31, 32.

      Secara progresif, selama bertahun-tahun, praktek-praktek yang dapat menarik perhatian yang tidak semestinya kepada manusia-manusia tertentu sehubungan dengan persiapan makanan rohani telah dihilangkan. Sampai kematian C. T. Russell, namanya sebagai redaktur tercantum dalam hampir setiap terbitan Watch Tower. Nama-nama atau inisial dari orang-orang lain yang menyumbangkan bahan sering kali muncul pada akhir dari artikel yang mereka persiapkan. Kemudian, mulai terbitan 1 Desember 1916, sebaliknya daripada memperlihatkan nama seseorang sebagai redaktur, The Watch Tower mencantumkan nama-nama anggota panitia editorial. Pada terbitan 15 Oktober 1931, bahkan daftar ini juga dihapus, dan Yesaya 54:13 menggantikan tempatnya. Sebagaimana dikutip dari terjemahan American Standard Version, ayat itu berbunyi, ”Dan semua anak-anakmu akan diajar oleh Yehuwa; dan besarlah perdamaian anak-anakmu.” Sejak tahun 1942, telah menjadi peraturan umum bahwa lektur yang diterbitkan oleh Lembaga Menara Pengawal tidak menarik perhatian kepada pribadi mana pun sebagai penulisnya.a Di bawah pengawasan Badan Pimpinan, orang-orang Kristen yang berbakti di Amerika Utara dan Selatan, Eropa, Afrika, Asia, dan pulau-pulau di lautan telah mempunyai bagian dalam mempersiapkan bahan demikian untuk digunakan oleh sidang-sidang Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh dunia. Namun, seluruh kehormatan diberikan kepada Allah Yehuwa.

      Terang yang Semakin Bersinar

      Sebagaimana tercermin dalam sejarah zaman modern mereka, apa yang dialami Saksi-Saksi Yehuwa serupa dengan apa yang digambarkan dalam Amsal 4:18, ”Jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari.” Bersinarnya terang itu terjadi secara progresif, sama seperti terang pada dini hari diikuti oleh terbitnya matahari dan terang yang penuh dari hari yang baru. Seraya memandang perkara-perkara dalam terang yang tersedia, mereka kadang-kadang memiliki konsep-konsep yang tidak lengkap, bahkan tidak akurat. Tidak soal seberapa kuat upaya mereka, mereka memang tidak dapat mengerti nubuat-nubuat tertentu sampai semua itu mulai mengalami penggenapan. Karena Yehuwa telah mencurahkan lebih banyak terang atas Firman-Nya melalui roh-Nya, hamba-hamba-Nya dengan rendah hati rela membuat penyesuaian-penyesuaian yang dibutuhkan.

      Pengertian yang progresif demikian tidak dibatasi pada masa awal sejarah zaman modern mereka. Itu terus berlangsung sampai sekarang. Sebagai contoh, pada tahun 1962, dibuat penyesuaian mengenai pengertian ”kalangan berwenang yang lebih tinggi” dari Roma 13:1-7, NW.

      Selama bertahun-tahun, Siswa-Siswa Alkitab telah mengajarkan bahwa ”kekuasaan yang lebih tinggi” (KJ) itu adalah Allah Yehuwa dan Yesus Kristus. Mengapa? The Watch Tower terbitan 1 Juni dan 15 Juni 1929 mengutip berbagai hukum duniawi, dan memperlihatkan bahwa apa yang diizinkan di satu negeri dilarang di negeri yang lain. Perhatian juga ditarik kepada hukum-hukum duniawi yang menuntut rakyatnya melakukan larangan Allah atau yang melarang apa yang Allah perintahkan agar hamba-hamba-Nya lakukan. Karena mereka dengan sungguh-sungguh ingin menaruh respek kepada wewenang tertinggi dari Allah, maka tampak bagi Siswa-Siswa Alkitab bahwa ”kekuasaan yang lebih tinggi” itu adalah Allah Yehuwa dan Yesus Kristus. Mereka tetap menaati hukum duniawi, tetapi mendahulukan ketaatan kepada Allah lebih ditekankan. Itu merupakan pelajaran penting yang membentengi mereka selama tahun-tahun kekacauan dunia yang menyusul setelah itu. Namun, mereka tidak mengerti dengan jelas apa yang dikatakan Roma 13:1-7.

      Pada tahun-tahun berikutnya, ayat-ayat tersebut kembali dianalisis dengan teliti, bersama ikatan kalimatnya dan maknanya menurut pandangan seluruh bagian lain dari Alkitab. Sebagai hasilnya, pada tahun 1962 diakui bahwa ”kalangan berwenang yang lebih tinggi” itu adalah para penguasa duniawi, tetapi dengan bantuan New World Translation, prinsip ketundukan relatif dipahami dengan jelas.b Ini tidak menuntut perubahan yang besar dalam sikap Saksi-Saksi Yehuwa terhadap pemerintahan dunia, namun hal ini memang memperbaiki pengertian mereka tentang suatu bagian penting dari Alkitab. Dalam prosesnya, ada kesempatan bagi Saksi-Saksi secara pribadi untuk mempertimbangkan dengan saksama apakah mereka hidup sesuai dengan tanggung jawab mereka kepada Allah dan kalangan berwenang duniawi. Pengertian yang jelas mengenai ”kalangan berwenang yang lebih tinggi” (NW) ini telah melindungi Saksi-Saksi Yehuwa, khususnya mereka yang berada di negeri-negeri tempat gelombang nasionalisme dan tuntutan untuk kemerdekaan yang lebih besar telah mengakibatkan meletusnya kekerasan dan pembentukan pemerintahan-pemerintahan baru.

      Pada tahun berikutnya, 1963, penerapan yang lebih luas tentang ”Babel Besar” dipersembahkan.c (Why. 17:5) Tinjauan dari sejarah duniawi dan agama menunjuk kepada kesimpulan bahwa pengaruh Babel purba telah merembes bukan saja ke dalam Susunan Kristen tetapi ke dalam setiap bagian bumi. Demikianlah Babel Besar dipahami sebagai seluruh imperium agama palsu sedunia. Kesadaran akan hal ini memungkinkan Saksi-Saksi Yehuwa membantu lebih banyak orang lagi dari berbagai latar belakang untuk menanggapi perintah Alkitab, ”Hai umatKu, pergilah dari padanya”.—Why. 18:4.

      Memang, penyingkapan dari peristiwa-peristiwa yang dinubuatkan dalam seluruh kitab Wahyu telah menyediakan penerangan rohani yang limpah. Pada tahun 1917, suatu penelitian tentang Wahyu diterbitkan dalam buku The Finished Mystery. Namun, ”hari Tuhan”, yang ditunjuk dalam Wahyu 1:10, baru saja dimulai ketika itu; banyak dari apa yang dinubuatkan belum terjadi dan tidak dimengerti dengan jelas. Akan tetapi, perkembangan selama tahun-tahun berikutnya memberikan lebih banyak penerangan akan makna bagian Alkitab tersebut, dan peristiwa-peristiwa ini memiliki pengaruh yang luar biasa atas penelitian yang memberikan terang dari kitab Wahyu yang diterbitkan pada tahun 1930 dalam dua jilid buku yang berjudul Light. Selama tahun 1960-an pembaharuan lebih jauh muncul dalam buku-buku ”Babylon the Great Has Fallen!” God’s Kingdom Rules! dan ”Then Is Finished the Mystery of God”. Dua dekade sesudahnya, penelitian lain yang mendalam diadakan untuk bagian Alkitab tersebut. Bahasa lambang dari kitab Wahyu dianalisis secara teliti dengan mempertimbangkan istilah-istilah yang serupa di bagian lain dalam Alkitab. (1 Kor. 2:10-13) Peristiwa-peristiwa abad kedua puluh yang menggenapi nubuat-nubuat ditinjau. Hasilnya diterbitkan pada tahun 1988 dalam buku yang menggetarkan Wahyu—Klimaksnya yang Menakjubkan Sudah Dekat!

      Selama tahun-tahun awal dari sejarah zaman modern mereka, fondasi diletakkan. Banyak makanan rohani yang berharga disediakan. Pada tahun-tahun belakangan, bahan-bahan penelitian Alkitab yang lebih beraneka ragam telah disediakan untuk memuaskan kebutuhan orang-orang Kristen yang matang maupun siswa-siswa baru dari berbagai latar belakang. Penelitian Alkitab yang terus-menerus, bersamaan dengan penggenapan nubuat ilahi, dalam banyak hal telah memungkinkan untuk mengungkapkan ajaran-ajaran Alkitab dengan lebih jelas. Karena penelitian mereka mengenai Firman Allah bersifat progresif, Saksi-Saksi Yehuwa memiliki makanan rohani yang limpah, sama seperti yang telah Alkitab nubuatkan akan demikian halnya bagi hamba-hamba Allah. (Yes. 65:13, 14) Penyesuaian-penyesuaian dalam pandangan tidak pernah dibuat dengan maksud untuk dapat lebih diterima oleh dunia dengan menyetujui nilai-nilai moralnya yang merosot. Sebaliknya, sejarah Saksi-Saksi Yehuwa memperlihatkan bahwa perubahan-perubahan dibuat dengan maksud untuk berpaut lebih erat lagi pada Alkitab, menjadi lebih serupa dengan orang-orang Kristen yang setia pada abad pertama, dan karena itu lebih diperkenan oleh Allah.

      Maka, pengalaman mereka selaras dengan doa rasul Paulus, yang menulis kepada sesama orang Kristen, ”Kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna [”dipenuhi dengan pengetahuan yang saksama”, NW], sehingga hidupmu layak di hadapanNya serta berkenan kepadaNya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar [”saksama”, NW] tentang Allah.”—Kol. 1:9, 10.

      Pertambahan pengetahuan yang saksama tentang Allah itu juga memberi pengaruh atas nama mereka—Saksi-Saksi Yehuwa.

      [Catatan Kaki]

      a Zion’s Watch Tower and Herald of Christ’s Presence, 15 Juli 1906, hlm. 229-31.

      b Lihat Insight on the Scriptures, diterbitkan pada tahun 1988 oleh Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc., Jilid 2, halaman 1176.

      c Sebagai contoh: (1) Pada abad ke-16, gerakan-gerakan anti tritunggal kuat di Eropa. Sebagai contoh, Ferenc Dávid (1510-79), seorang Hungaria, mengetahui dan mengajarkan bahwa dogma Tritunggal tidak berdasarkan Alkitab. Karena kepercayaannya, ia meninggal di penjara. (2) Gereja Reformasi Kecil, yang berkembang di Polandia sepanjang kira-kira seratus tahun selama abad ke-16 dan ke-17, juga menolak Tritunggal, dan para pengikut gereja itu menyebarkan bacaan ke seluruh Eropa, sampai kaum Yesuit berhasil mengenyahkan mereka dari Polandia. (3) Sir Isaac Newton (1642-1727), di Inggris, menolak doktrin Tritunggal dan menulis alasan-alasan sejarah dan Alkitab yang terperinci untuk tindakannya ini, tetapi ia tidak menerbitkannya selama masa hidupnya, kelihatannya karena takut akan konsekuensinya. (4) Di antara banyak orang di Amerika, Henry Grew membeberkan Tritunggal sebagai sesuatu yang tidak berdasarkan Alkitab. Pada tahun 1824, ia membahas persoalan ini secara panjang lebar dalam An Examination of the Divine Testimony Concerning the Character of the Son of God.

      d Lihat juga Studies in the Scriptures, Jilid V, halaman 41-82.

      e Pembahasan yang saksama mengenai bukti-bukti sejarah dan Alkitab tentang pokok ini telah diterbitkan oleh Watch Tower Bible and Tract Society pada berbagai waktu. Lihat ”Kalam”—Siapakah Gerangan Dia? Menurut Yahya (1962, dalam bahasa Inggris), ”Things in Which It Is Impossible for God to Lie” (1965), Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab (1985), dan Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal? (1989).

      f Apa yang Alkitab katakan mengenai jiwa diketahui oleh sarjana-sarjana Yahudi dan juga oleh mereka dari Susunan Kristen, namun hal itu sangat jarang diajarkan di tempat-tempat ibadat mereka. Lihat New Catholic Encyclopedia (1967), Jilid XIII, halaman 449-50; The Eerdmans Bible Dictionary (1987), halaman 964-5; The Interpreter’s Dictionary of the Bible, diedit oleh G. Buttrick (1962), Jilid 1, halaman 802; The Jewish Encyclopedia (1910), Jilid VI, halaman 564.

      g Dalam suatu pembahasan yang lebih mendalam tentang pokok ini, pada tahun 1955, buku kecil What Do the Scriptures Say About ”Survival After Death”? menunjukkan bahwa catatan Alkitab memperlihatkan bahwa Setan sebenarnya menganjurkan Hawa untuk percaya bahwa ia tidak akan mati secara jasmani sebagai akibat melanggar larangan Allah mengenai makan buah dari ”pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat”. (Kej. 2:16, 17; 3:4) Pada waktunya, hal itu terbukti salah, namun ada perkembangan lebih jauh yang berakar pada dusta pertama tersebut. Orang-orang menganut pandangan bahwa suatu bagian manusia yang tidak kelihatan akan terus hidup. Setelah Air Bah pada zaman Nuh, hal ini diperkuat oleh praktek-praktek spiritisme bersifat hantu yang berasal dari Babel.—Yes. 47:1, 12; Ul. 18:10, 11.

      h Barbour mengaku percaya kepada tebusan, bahwa Kristus mati untuk kita. Yang ia tolak adalah gagasan ”substitusi” (nilai yang sepadan untuk tebusan)—bahwa Kristus mati menggantikan kita, bahwa dengan kematiannya Kristus membayar hukuman dosa bagi keturunan Adam.

      i Hal ini dipengaruhi oleh kepercayaan bahwa milenium ketujuh dari sejarah manusia telah dimulai pada tahun 1873 dan bahwa jangka waktu tanpa perkenan ilahi (yang panjangnya sama dengan jangka waktu sebelumnya yang dianggap sebagai jangka waktu perkenan) bagi Israel jasmani akan berakhir pada tahun 1878. Kronologi ini mempunyai cacat karena bersandar pada terjemahan yang tidak akurat dari Kisah 13:20 dalam King James Version, kepercayaan bahwa ada kesalahan penulisan di 1 Raja 6:1, dan kegagalan untuk mempertimbangkan keselarasan Alkitab dalam penentuan masa pemerintahan raja-raja Yehuda dan Israel. Pengertian yang lebih jelas tentang kronologi Alkitab diterbitkan pada tahun 1943, dalam buku ”The Truth Shall Make You Free”, dan kemudian diperbaiki pada tahun berikutnya dalam buku ”The Kingdom Is at Hand”, maupun dalam publikasi-publikasi setelah itu.

      j Majalah yang diterbitkan oleh George Storrs, Brooklyn, New York.

      k Pada tahun 1978, ketika diminta memberikan pernyataan kepada pers mengenai kedudukan Saksi-Saksi Yehuwa berkenaan Zionisme, Badan Pimpinan mengatakan, ”Saksi-Saksi Yehuwa tetap berpendirian sesuai Alkitab dengan bersikap netral terhadap semua gerakan politik dan pemerintahan. Mereka yakin bahwa tidak ada gerakan manusia mana pun yang akan mencapai apa yang hanya dapat dilaksanakan oleh kerajaan surgawi Allah.”

      l Menyedihkan sekali, tidak lama kemudian ia berpisah dari Russell karena keinginannya sendiri untuk menonjol.

      a Akan tetapi, di negeri-negeri yang hukumnya menuntut hal itu, seorang wakil setempat dapat dicantumkan namanya sebagai orang yang bertanggung jawab atas apa yang diterbitkan.

      b The Watchtower, 1 November, 15 November, dan 1 Desember 1962.

      c The Watchtower, 15 November dan 1 Desember 1963.

      [Blurb di hlm. 120]

      C. T. Russell terus terang mengakui bantuan yang datang dari orang-orang lain selama tahun-tahun pertama penelitian Alkitabnya

      [Blurb di hlm. 122]

      Mereka secara pribadi telah memeriksa bukti bahwa Alkitab benar-benar Firman Allah

      [Blurb di hlm. 123]

      Siswa-Siswa Alkitab memahami bahwa keadilan Allah secara sempurna seimbang dengan hikmat, kasih, dan kuasa-Nya

      [Blurb di hlm. 127]

      Russell mengerti dengan jelas bahwa neraka bukan tempat siksaan setelah kematian

      [Blurb di hlm. 129]

      Kebanyakan orang yang berpikiran sehat tidak mempercayai doktrin api neraka

      [Blurb di hlm. 132]

      Pendirian Russell yang teguh akan tebusan mempunyai pengaruh yang jauh jangkauannya

      [Blurb di hlm. 134]

      Mereka dapat mengerti bahwa tahun 1914 ditandai dengan jelas oleh nubuat Alkitab

      [Blurb di hlm. 136]

      Tidak semua hal terjadi secepat yang mereka harapkan

      [Blurb di hlm. 139]

      Kabar baik untuk diberitakan: Kerajaan Allah sudah beroperasi!

      [Blurb di hlm. 140]

      Apakah Armagedon sekadar suatu revolusi sosial?

      [Blurb di hlm. 141]

      Akhirnya, pada tahun 1932, ”Israel milik Allah” yang sesungguhnya dikenali

      [Blurb di hlm. 143]

      ”Budak yang setia dan bijaksana”—satu orang atau satu kelompok?

      [Blurb di hlm. 146]

      Secara progresif, praktek-praktek yang dapat menarik perhatian yang tidak semestinya kepada manusia-manusia tertentu telah dihilangkan

      [Blurb di hlm. 148]

      Perubahan-perubahan dibuat dengan maksud untuk berpaut lebih erat lagi kepada Firman Allah

      [Kotak di hlm. 124]

      Memberitahukan Nama Allah

      ◆ Sejak tahun 1931, nama Saksi-Saksi Yehuwa digunakan untuk menandai mereka yang menyembah dan melayani Yehuwa sebagai satu-satunya Allah yang benar.

      ◆ Sejak 15 Oktober 1931, nama pribadi Allah, yakni Yehuwa, muncul pada sampul depan dari setiap terbitan majalah ”Watchtower”.

      ◆ Pada waktu manakala nama pribadi Allah dihilangkan dari kebanyakan terjemahan modern Alkitab, Saksi-Saksi Yehuwa mulai menerbitkan, pada tahun 1950, ”New World Translation”, yang memulihkan nama Allah ke tempat sebenarnya.

      ◆ Selain Alkitab itu sendiri, banyak bacaan lain telah diterbitkan oleh Watch Tower Bible and Tract Society untuk memusatkan perhatian khusus kepada nama ilahi—sebagai contoh, buku-buku ”Jehovah” (1934), ”Let Your Name Be Sanctified” (1961), dan ”’The Nations Shall Know That I Am Jehovah’—How?” (1971), juga brosur ”Nama Ilahi yang Akan Kekal Selama-lamanya” (1984).

      [Kotak di hlm. 126]

      ’Apakah Kami Akan Menentang Kristus Sendiri?’

      Setelah membeberkan bahwa doktrin Tritunggal itu tidak berdasarkan Alkitab dan tidak masuk akal, C. T. Russell menyatakan perasaan tidak senang yang patut ketika ia bertanya, ”Apakah kami dengan demikian akan menentang Para Rasul dan Para Nabi dan Yesus Sendiri, dan mengabaikan nalar dan akal sehat, agar dapat menganut suatu dogma yang diberikan kepada kita dari masa lalu yang gelap dan mistik, oleh Gereja murtad yang rusak? Tidak! ’Demi Hukum dan Demi kesaksian! Jika mereka berbicara tidak selaras dengan Firman ini, itu adalah karena tidak ada terang pada mereka.’”—”The Watch Tower”, 15 Agustus 1915.

      [Kotak di hlm. 133]

      Kebenaran yang Progresif

      Pada tahun 1882, C. T. Russell menulis, ”Alkitab adalah satu-satunya standar kita, dan ajaran-ajarannya adalah satu-satunya kredo kita, dan dengan mengakui bahwa penyingkapan kebenaran Alkitab bersifat progresif, kita siap untuk menambahkan atau menyesuaikan kredo kita (iman—kepercayaan) seraya kita mendapatkan lebih banyak terang dari Standar kita.” ”Watch Tower” April 1882, hlm. 7.

      [Kotak di hlm. 144, 145]

      Kepercayaan Saksi-Saksi Yehuwa

      ◆ Alkitab adalah Firman Allah yang terilham. (2 Tim. 3:16, 17)

      Isinya bukan sekadar sejarah atau pendapat manusia tetapi firman Allah, yang dicatat demi manfaat kita. (2 Ptr. 1:21; Rm. 15:4; 1 Kor. 10:11)

      ◆ Yehuwa adalah satu-satunya Allah yang benar. (Mzm. 83:19; Ul. 4:39)

      Yehuwa adalah Pencipta segala sesuatu, dan karena itu, hanya Dia yang layak disembah. (Why. 4:11; Luk. 4:8)

      Yehuwa adalah Penguasa Universal, pribadi yang harus kita taati sepenuhnya. (Kis. 4:24; Dan. 4:17; Kis. 5:29)

      ◆ Yesus Kristus adalah Putra tunggal Allah, satu-satunya yang diciptakan langsung oleh Allah sendiri. (1 Yoh. 4:9; Kol. 1:13-16)

      Yesus adalah yang pertama dari ciptaan-ciptaan Allah; karena itu, sebelum ia dikandung dan dilahirkan sebagai manusia, Yesus hidup di surga. (Why. 3:14; Yoh. 8:23, 58)

      Yesus menyembah Bapanya sebagai satu-satunya Allah yang benar; Yesus tidak pernah mengaku dirinya sama dengan Allah. (Yoh. 17:3; 20:17; 14:28)

      Yesus memberikan kehidupan manusia sempurnanya sebagai tebusan bagi umat manusia. Pengorbanannya memungkinkan semua orang yang mempraktekkan iman di dalamnya untuk mendapat kehidupan kekal. (Mrk. 10:45; Yoh. 3:16, 36)

      Yesus dibangkitkan dari kematian sebagai pribadi roh yang tak berkematian. (1 Ptr. 3:18; Rm. 6:9)

      Yesus telah kembali (dengan mengalihkan perhatiannya sebagai Raja ke bumi) dan sekarang hadir sebagai roh yang mulia. (Mat. 24:3, 23-27; 25:31-33; Yoh. 14:19)

      ◆ Setan adalah ”penguasa dunia ini” yang tidak kelihatan. (Yoh. 12:31; 1 Yoh. 5:19)

      Semula, ia adalah anak Allah yang sempurna, tetapi ia membiarkan perasaan-perasaan menganggap diri penting berkembang dalam hatinya, mengidamkan penyembahan yang seharusnya hanya diberikan kepada Yehuwa, dan menggoda Adam dan Hawa untuk menaati dia sebaliknya daripada mendengarkan Allah. Dengan demikian ia menjadikan dirinya Setan, yang berarti ”Penentang”. (Yoh. 8:44; Kej. 3:1-5; bandingkan Ulangan 32:4, 5; Yakobus 1:14, 15; Lukas 4:5-7.)

      Setan ”menyesatkan seluruh dunia”; ia dan hantu-hantunya bertanggung jawab atas meningkatnya kesusahan di bumi di akhir zaman ini. (Why. 12:7-9, 12)

      Pada waktu yang ditentukan Allah, Setan dan hantu-hantunya akan dibinasakan selama-lamanya. (Why. 20:10; 21:8)

      ◆ Kerajaan Allah di bawah Kristus akan menggantikan seluruh pemerintahan manusia dan akan menjadi satu pemerintahan untuk seluruh umat manusia. (Dan. 7:13, 14)

      Sistem segala perkara yang jahat yang ada sekarang akan dihancurkan sepenuhnya. (Dan. 2:44; Why. 16:14, 16; Yes. 34:2)

      Kerajaan Allah akan memerintah dengan keadilbenaran dan akan membawa perdamaian yang sejati kepada rakyatnya. (Yes. 9:5, 6; 11:1-5; 32:17; Mzm. 85:11-13)

      Orang-orang jahat akan disingkirkan selamanya, dan para penyembah Yehuwa akan menikmati keamanan kekal. (Ams. 2:21, 22; Mzm. 37:9-11; Mat. 25:41-46; 2 Tes. 1:6-9; Mi. 4:3-5)

      ◆ Kita sekarang, sejak tahun 1914d, sedang hidup di ”akhir zaman” dari dunia yang jahat ini. (Mat. 24:3-14; 2 Tim. 3:1-5; Dan. 12:4)

      Selama jangka waktu ini, kesaksian diberikan kepada segala bangsa; setelah itu akan datang kesudahan, bukan dari bola bumi, tetapi dari sistem jahat dan orang-orang yang tidak saleh. (Mat. 24:3, 14; 2 Ptr. 3:7; Pkh. 1:4)

      ◆ Hanya ada satu jalan menuju kehidupan; tidak semua agama atau semua praktek agama diperkenan oleh Allah. (Mat. 7:13, 14; Yoh. 4:23, 24; Ef. 4:4, 5)

      Ibadat sejati tidak menekankan upacara atau pamer ke luar tetapi kasih yang murni akan Allah, diperlihatkan melalui ketaatan terhadap perintah-perintah-Nya dan kasih akan sesama. (Mat. 15:8, 9; 1 Yoh. 5:3; 3:10-18; 4:21; Yoh. 13:34, 35)

      Orang-orang dari segala bangsa, ras, dan golongan bahasa dapat melayani Yehuwa dan mendapatkan perkenan-Nya. (Kis. 10:34, 35; Why. 7:9-17)

      Doa harus ditujukan hanya kepada Yehuwa melalui Yesus; patung-patung tidak boleh digunakan sebagai objek penyembahan ataupun sebagai alat bantu dalam penyembahan. (Mat. 6:9; Yoh. 14:6, 13, 14; 1 Yoh. 5:21; 2 Kor. 5:7; 6:16; Yes. 42:8)

      Praktek-praktek spiritisme harus dijauhi. (Gal. 5:19-21; Ul. 18:10-12; Why. 21:8)

      Tidak ada perbedaan antara golongan pemimpin agama dan golongan awam di antara orang-orang Kristen yang sejati. (Mat. 20:25-27; 23:8-12)

      Kekristenan yang sejati tidak termasuk memelihara sabat mingguan atau memenuhi tuntutan lain dari Hukum Taurat agar diselamatkan; melakukan hal itu berarti menolak Kristus, yang telah menggenapi Taurat. (Gal. 5:4; Rm. 10:4; Kol. 2:13-17)

      Mereka yang mempraktekkan ibadat sejati tidak ikut serta dalam agama paduan. (2 Kor. 6:14-17; Why. 18:4)

      Semua yang adalah murid-murid Yesus yang sejati dibaptis dengan dibenamkan seluruhnya ke dalam air. (Mat. 28:19, 20; Mrk. 1:9, 10; Kis. 8:36-38)

      Semua yang mengikuti teladan Yesus dan menaati perintah-perintahnya memberi kesaksian kepada orang-orang lain tentang Kerajaan Allah. (Luk. 4:43; 8:1; Mat. 10:7; 24:14)

      ◆ Kematian adalah akibat warisan dosa dari Adam. (Rm. 5:12; 6:23)

      Pada saat kematian, jiwa itu juga mati. (Yeh. 18:4, ”Klinkert”)

      Orang-orang mati sama sekali tidak sadar. (Mzm. 146:4; Pkh. 9:5, 10)

      Neraka (Syeol, Hades) adalah kuburan umum umat manusia. (Ayb. 14:13, ”Dy”; Why. 20:13, 14, ”KJ”, margin)

      ”Lautan api”, tempat pembuangan orang-orang jahat yang tidak dapat lagi diperbaiki mengartikan, seperti Alkitab sendiri katakan, ”kematian kedua”, kematian selama-lamanya. (Why. 21:8)

      Kebangkitan adalah harapan bagi orang-orang mati dan bagi mereka yang telah kehilangan orang-orang yang dicintai dalam kematian. (1 Kor. 15:20-22; Yoh. 5:28, 29; bandingkan Yohanes 11:25, 26, 38-44; Mrk. 5:35-42.)

      Kematian akibat dosa Adam tidak akan ada lagi. (1 Kor. 15:26; Yes. 25:8; Why. 21:4)

      ◆ Suatu ”kawanan kecil”, hanya 144.000 orang, pergi ke surga. (Luk. 12:32; Why. 14:1, 3)

      Mereka adalah orang-orang yang ”dilahirkan kembali” sebagai putra-putra rohani Allah. (Yoh. 3:3; 1 Ptr. 1:3, 4)

      Allah memilih dari antara segala suku dan bangsa untuk memerintah sebagai raja-raja bersama Kristus dalam Kerajaan. (Why. 5:9, 10; 20:6)

      ◆ Orang-orang lain yang diperkenan Allah akan hidup kekal di bumi. (Mzm. 37:29; Mat. 5:5; 2 Ptr. 3:13)

      Bumi tidak akan pernah dihancurkan atau dikosongkan. (Mzm. 104:5; Yes. 45:18)

      Selaras dengan maksud-tujuan Allah yang semula, seluruh bumi akan menjadi firdaus. (Kej. 1:27, 28; 2:8, 9; Luk. 23:42, 43)

      Akan ada rumah-rumah yang layak dan kelimpahan makanan untuk dinikmati oleh semua orang. (Yes. 65:21-23; Mzm. 72:16)

      Penyakit, segala macam cacat, dan bahkan kematian itu sendiri akan berlalu. (Why. 21:3, 4; Yes. 35:5, 6)

      ◆ Kalangan berwenang duniawi harus diperlakukan dengan respek yang sepatutnya. (Rm. 13:1-7; Tit. 3:1, 2)

      Umat Kristen sejati tidak ikut dalam pemberontakan melawan wewenang pemerintahan. (Ams. 24:21, 22; Rm. 13:1)

      Mereka mematuhi semua hukum yang tidak bertentangan dengan hukum Allah, tetapi ketaatan kepada Allah diutamakan. (Kis. 5:29)

      Mereka meniru Yesus dengan tetap netral dalam urusan-urusan politik dunia. (Mat. 22:15-21; Yoh. 6:15)

      ◆ Umat Kristen harus menyelaraskan diri dengan standar-standar Alkitab berkenaan darah dan juga moralitas seksual. (Kis. 15:28, 29)

      Memasukkan darah ke dalam tubuh melalui mulut atau pembuluh darah melanggar hukum Allah. (Kej. 9:3-6; Kis. 15:19, 20)

      Umat Kristen harus bersih secara moral; percabulan, perzinaan, dan homoseksualitas tidak ada dalam kehidupan mereka, demikian pula halnya dengan pemabukan dan penyalahgunaan obat bius. (1 Kor. 6:9-11; 2 Kor. 7:1)

      ◆ Kejujuran dan kesetiaan sehubungan tanggung jawab perkawinan dan keluarga adalah hal-hal penting bagi umat Kristen. (1 Tim. 5:8; Kol. 3:18-21; Ibr. 13:4)

      Ketidakjujuran dalam kata-kata atau dalam bisnis, dan juga berlaku munafik, tidak cocok bagi seorang Kristen. (Ams. 6:16-19; Ef. 4:25; Mat. 6:5; Mzm. 26:4)

      ◆ Ibadat yang diperkenan oleh Yehuwa menuntut kita mengasihi Dia di atas segala-galanya. (Luk. 10:27; Ul. 5:9)

      Melakukan kehendak Yehuwa, dengan demikian membawa kehormatan bagi nama-Nya, adalah hal yang paling penting dalam kehidupan seorang Kristen sejati. (Yoh. 4:34; Kol. 3:23; 1 Ptr. 2:12)

      Seraya berbuat baik kepada semua orang sebisa-bisanya, umat Kristen mengetahui kewajiban khusus mereka terhadap sesama hamba Allah; maka bantuan yang sewaktu-waktu mereka berikan terutama ditujukan kepada orang-orang ini. (Gal. 6:10; 1 Yoh. 3:16-18)

      Kasih akan Allah menuntut umat Kristen bukan saja bahwa mereka menaati perintah-Nya untuk mengasihi sesama mereka tetapi juga bahwa mereka tidak dapat mengasihi cara hidup yang amoral dan materialistis dari dunia ini. Orang-orang Kristen sejati bukan bagian dari dunia dan dengan demikian menjauhkan diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat membuat mereka digolongkan dengan orang-orang yang mempunyai semangat dunia. (Rm. 13:8, 9; 1 Yoh. 2:15-17; Yoh. 15:19; Yak. 4:4)

      [Catatan Kaki]

      d Untuk perinciannya, lihat buku ”Datanglah Kerajaanmu”.

      [Gambar di hlm. 121]

      C. T. Russell mulai menerbitkan ”Zion’s Watch Tower” pada tahun 1879, ketika ia berusia 27 tahun

      [Gambar di hlm. 125]

      Sir Isaac Newton dan Henry Grew di antara orang-orang yang telah lebih dahulu menolak Tritunggal karena tidak sesuai dengan Alkitab

      [Gambar di hlm. 128]

      Dalam debat di depan umum, Russell memperlihatkan bahwa orang mati benar-benar mati, tidak hidup bersama para malaikat atau bersama hantu-hantu di suatu tempat tanpa harapan

      Carnegie Hall, Allegheny, Pennsylvania—tempat debat tersebut diadakan

      [Gambar di hlm. 130]

      Russell mengadakan perjalanan ke kota-kota besar dan kecil untuk memberitahukan kebenaran mengenai neraka

      [Gambar di hlm. 131]

      Ketika Frederick Franz, seorang mahasiswa universitas, belajar kebenaran tentang keadaan orang mati, ia sama sekali mengubah cita-cita dalam hidupnya

      [Gambar di hlm. 135]

      1914 sebagai akhir Zaman Orang Kafir diberitakan dengan luas oleh Siswa-Siswa Alkitab, seperti dalam risalah dari I.B.S.A. ini yang disebarkan selama 1914

      [Gambar di hlm. 137]

      Pada tahun 1931, dengan menggunakan jaringan siaran radio yang paling luas yang pernah mengudara, J. F. Rutherford memperlihatkan bahwa hanya Kerajaan Allah yang dapat mendatangkan kelegaan kekal kepada umat manusia

      Khotbah ”Kerajaan, Harapan Dunia Ini”, disiarkan oleh 163 stasiun radio secara serentak dan belakangan diulang oleh 340 stasiun radio yang lain

      [Gambar di hlm. 142]

      A. H. Macmillan diutus dengan kapal ke Palestina pada tahun 1925 karena minat istimewa mengenai peranan orang-orang Yahudi berkenaan dengan nubuat Alkitab

  • Bagaimana Sampai Kita Dikenal sebagai Saksi-Saksi Yehuwa
    Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
    • Pasal 11

      Bagaimana Sampai Kita Dikenal sebagai Saksi-Saksi Yehuwa

      SELAMA dekade-dekade awal sejarah zaman modern mereka, mereka sering disebut hanya sebagai Siswa-Siswa Alkitab. Jika orang-orang lain menanyakan nama organisasi, saudara-saudara kita sering menjawab, ”Kami orang-orang Kristen.” Saudara Russell menjawab pertanyaan semacam itu dengan mengatakan dalam majalah Watch Tower, ”Kita tidak memisahkan diri dari Kristen-Kristen lain dengan menggunakan nama apa pun yang berbeda atau nama khusus. Kami puas dengan nama Kristen, sebagaimana orang-orang kudus masa awal dikenal.”—Terbitan September 1888.

      Maka, bagaimana terjadinya sampai kita dewasa ini dikenal sebagai Saksi-Saksi Yehuwa?

      Nama Kristen

      Pengikut-pengikut Yesus Kristus yang sejati pada abad pertama dan juga pada zaman modern, menyebut diri mereka sendiri dan rekan-rekan seiman mereka sebagai ”saudara-saudara”, ”sahabat-sahabat”, dan ”jemaat Allah”. (Kis. 11:29; 3 Yoh. 14; 1 Kor. 1:2) Mereka juga menyebut Kristus sebagai ”tuan” [”Majikan”, NW] dan mereka sendiri sebagai ”hamba-hamba Kristus Yesus” dan ”hamba Allah”. (Kol. 3:24; Flp. 1:1; 1 Ptr. 2:16) Sapaan-sapaan demikian telah digunakan dengan bebas di dalam sidang, dan istilah tersebut sudah dimengerti dengan baik.

      Pada abad pertama, cara hidup yang berpusat kepada iman akan Yesus Kristus (dan, secara lebih luas, sidang itu sendiri) disebut sebagai ”Jalan itu”. (Kis. 9:2, NW; 19:9, NW) Sejumlah terjemahan dari Kisah 18:25 menunjukkan bahwa itu juga disebut ”jalan Yehuwa”.a Bertentangan dengan itu, beberapa orang yang berada di luar sidang memberikan sebutan ejekan ”sekte orang Nasrani”.—Kis. 24:5.

      Pada tahun 44 M atau tidak lama sesudah itu, para pengikut yang setia dari Yesus Kristus mulai dikenal sebagai orang-orang Kristen. Ada orang yang mengatakan bahwa orang-orang luar yang memberikan julukan itu kepada mereka, melakukannya dengan cara menghina. Akan tetapi, sejumlah ahli penyusun kamus dan komentator Alkitab menyatakan bahwa kata kerja yang digunakan dalam Kisah 11:26 mengungkapkan adanya bimbingan atau penyingkapan ilahi. Maka, dalam New World Translation, ayat itu berbunyi, ”Di Antiokhialah untuk pertama kali murid-murid dengan bimbingan ilahi disebut orang-orang Kristen.” (Terjemahan serupa dapat ditemukan dalam Literal Translation of the Holy Bible karya Robert Young, Edisi Revisi tahun 1898; The Simple English Bible, 1981; dan New Testament karya Hugo McCord, tahun 1988.) Sampai kira-kira tahun 58 M, nama Kristen sudah sangat dikenal bahkan oleh para pejabat Roma.—Kis. 26:28.

      Ketika para rasul Kristus masih hidup, nama Kristen benar-benar berbeda dan spesifik. (1 Ptr. 4:16) Semua yang mengaku orang Kristen namun yang kepercayaan dan tingkah lakunya bertentangan dengan pengakuan mereka, dikeluarkan dari masyarakat Kristen. Akan tetapi, seperti telah Yesus nubuatkan, setelah kematian para rasul, Setan menaburkan benih yang akan menghasilkan orang-orang Kristen tiruan. Golongan palsu ini juga mengaku bernama Kristen. (Mat. 13:24, 25, 37-39) Ketika kekristenan yang murtad mengambil langkah untuk memaksakan pertobatan, ada orang-orang yang mengaku Kristen hanya agar terhindar dari penganiayaan. Lambat laun, setiap orang Eropa yang tidak mengaku Yahudi, atau muslim, atau ateis, sering kali dianggap sebagai Kristen, tidak soal kepercayaan atau tingkah lakunya.

      Nama-Nama Ejekan

      Sejak abad ke-16 dan selanjutnya, keadaan ini menimbulkan problem bagi para Reformator. Karena nama Kristen digunakan dengan begitu sembarangan, bagaimana mereka dapat membedakan diri mereka dari orang-orang lain yang mengaku orang Kristen?

      Sering kali mereka mendiamkan saja nama-nama ejekan yang diberikan oleh musuh-musuh mereka. Demikianlah, para oposisi teologi pengikut Martin Luther, di Jerman, adalah yang pertama-tama menggunakan namanya bagi para pengikutnya, dengan memanggil mereka Lutheran. Mereka yang bergabung dengan John Wesley, di Inggris, diberi nama kaum Metodis karena mereka luar biasa saksama dan sangat menurut metode dalam mematuhi kewajiban-kewajiban agama. Kaum Baptis pada mulanya menolak julukan Anabaptis (artinya, ”Pembaptis Kembali”) tetapi lama kelamaan menerima nama Baptis sebagai bentuk kompromi.

      Bagaimana dengan Siswa-Siswa Alkitab? Mereka dijuluki Russellites (para pengikut Russell) atau Rutherfordites (para pengikut Rutherford) oleh para pemimpin agama. Namun, menggunakan nama demikian berarti memupuk semangat sekte keagamaan. Itu berarti tidak konsisten dengan teguran yang diberikan kepada umat Kristen masa awal oleh rasul Paulus, yang menulis, ”Jika yang seorang berkata: ’Aku dari golongan Paulus’, dan yang lain berkata: ’Aku dari golongan Apolos’, bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi [yaitu, bersifat jasmani dalam pandangan dan bukannya rohani]?” (1 Kor. 3:4) Beberapa orang menamakan mereka ”Orang-Orang Fajar Milenium”; padahal Pemerintahan Milenium Kristus hanyalah salah satu ajaran mereka. Yang lain-lain memanggil mereka ”Orang-Orang Watch Tower”; tetapi itu juga tidak cocok, karena Watch Tower hanyalah salah satu publikasi yang mereka gunakan untuk menyebarkan kebenaran Alkitab.

      Kebutuhan akan Nama Khusus

      Lambat laun, halnya menjadi semakin jelas bahwa selain nama Kristen, jemaat hamba-hamba Yehuwa benar-benar membutuhkan sebuah nama khusus. Makna nama Kristen telah menjadi rusak dalam pikiran masyarakat karena orang-orang yang mengaku Kristen sering kali hanya sedikit atau sama sekali tidak mengetahui siapa Yesus Kristus sebenarnya, apa yang ia ajarkan, dan apa yang harus mereka lakukan jika mereka benar-benar pengikutnya. Selain itu, seraya saudara-saudara kita bertambah dalam pengertian akan Firman Allah, mereka melihat dengan jelas kebutuhan untuk terpisah dan berbeda dari sistem agama yang secara curang mengaku Kristen.

      Memang benar, saudara-saudara kita sering menyebut diri mereka Siswa-Siswa Alkitab, dan mulai tahun 1910, mereka memakai nama International Bible Students’ Association sehubungan dengan pertemuan-pertemuan mereka. Pada tahun 1914, agar tidak terjadi kesimpangsiuran dengan lembaga hukum resmi yang baru mereka bentuk saat itu yang bernama International Bible Students Association, mereka memakai nama Associated Bible Students untuk kelompok-kelompok setempat mereka. Tetapi ibadat mereka mencakup lebih banyak daripada mempelajari Alkitab. Selain itu, ada orang-orang lain yang juga mempelajari Alkitab—ada yang dengan tulus hati; yang lain, sebagai kritikus, dan tidak sedikit, sebagai orang-orang yang menganggap Alkitab hanya sebagai bacaan yang baik. Kemudian, setelah kematian Saudara Russell, beberapa orang yang tadinya bergabung menolak untuk bekerja sama dengan Watch Tower Society dan International Bible Students Association, bahkan menentang pekerjaan yang dilakukan lembaga-lembaga ini. Orang-orang seperti itu membentuk kelompok-kelompok yang menggunakan berbagai nama, beberapa dari mereka tetap memakai nama Associated Bible Students. Hal ini menimbulkan lebih banyak kesimpangsiuran.

      Namun kemudian, pada tahun 1931, kami memakai nama Saksi-Saksi Yehuwa yang benar-benar khusus. Penulis Chandler W. Sterling menunjuk hal ini sebagai ”ide yang paling jenius” dari J. F. Rutherford, yang ketika itu adalah presiden Watch Tower Society. Sebagaimana penulis tadi memandang hal tersebut, ini adalah suatu gerakan yang cerdik yang tidak hanya menyediakan nama resmi bagi kelompok itu tetapi juga memudahkan mereka untuk menafsirkan seluruh acuan Alkitab tentang ”memberi kesaksian” dan ”menyaksikan” sebagaimana khususnya berlaku bagi Saksi-Saksi Yehuwa. Sebaliknya, A. H. Macmillan, rekan administratif dari tiga presiden Watch Tower Society, mengatakan sehubungan dengan pengumuman oleh Saudara Rutherford itu, ”Tidak ada keraguan dalam pikiran saya—baik waktu itu maupun sekarang—bahwa Tuhan membimbingnya dalam hal itu, dan bahwa itulah nama yang Yehuwa inginkan agar kita sandang, dan kami sangat berbahagia dan sangat gembira mendapatkannya.” Pandangan mana yang mendukung fakta-fakta tersebut? Apakah nama itu adalah ’ide jenius’ dari Saudara Rutherford, atau apakah itu hasil petunjuk ilahi?

      Perkembangan-Perkembangan yang Mengarah kepada Nama Tersebut

      Pada abad kedelapan SM Yehuwa memerintahkan Yesaya untuk menulis, ”’Kamu inilah saksi-saksiKu,’ demikianlah firman [Yehuwa], ’dan hambaKu yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepadaKu dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi. . . . Kamulah saksi-saksiKu,’ demikianlah firman [Yehuwa], ’dan Akulah Allah.’” (Yes. 43:10, 12) Sebagaimana diperlihatkan dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, banyak nubuat yang dicatat oleh Yesaya mempunyai penggenapan sehubungan dengan sidang Kristen. (Bandingkan Yesaya 8:18 dengan Ibrani 2:10-13; Yesaya 66:22 dengan Wahyu 21:1, 2.) Walaupun demikian, Yesaya 43:10, 12 tidak pernah dibahas secara terperinci dalam The Watch Tower selama 40 tahun pertama penerbitannya.

      Akan tetapi, setelah itu, penelitian mereka akan Alkitab mengarahkan perhatian hamba-hamba Yehuwa kepada perkembangan-perkembangan baru yang penting. Kerajaan Allah dengan Yesus sebagai Raja Mesias telah lahir di surga pada tahun 1914. Pada tahun 1925, tahun saat hal ini dijelaskan dalam The Watch Tower, perintah nubuat tersebut, dalam Yesaya pasal 43, untuk menjadi saksi-saksi bagi Yehuwa disorot dalam 11 terbitan majalah yang berbeda-beda.

      Dalam The Watch Tower 1 Januari 1926, artikel utamanya memuat pertanyaan yang menantang, ”Siapa yang Akan Menghormati Yehuwa?” Selama lima tahun berikutnya, The Watch Tower membahas beberapa bagian dari Yesaya 43:10-12 dalam 46 terbitan terpisah dan setiap kali menerapkannya kepada umat Kristen sejati.b Pada tahun 1929 ditunjukkan bahwa sengketa luar biasa yang dihadapi semua makhluk ciptaan yang cerdas mencakup menghormati nama Yehuwa. Lagi pula sehubungan dengan tanggung jawab yang dimiliki oleh hamba-hamba Yehuwa berkenaan sengketa ini, Yesaya 43:10-12 berulang kali muncul untuk dipertimbangkan.

      Jadi, fakta-fakta memperlihatkan bahwa sebagai hasil penelitian Alkitab, perhatian berulang kali ditarik kepada kewajiban mereka untuk menjadi saksi-saksi bagi Yehuwa. Hal yang dipertimbangkan bukanlah nama dari suatu kelompok, tetapi pekerjaan yang harus mereka lakukan.

      Namun, dengan nama apa seharusnya saksi-saksi itu dikenal? Apa yang akan cocok mengingat pekerjaan yang sedang mereka lakukan? Kesimpulan apa yang ditunjukkan oleh Firman Allah sendiri? Hal ini dibahas dalam kebaktian di Columbus, Ohio, AS, pada tanggal 24-30 Juli 1931.

      Sebuah Nama Baru

      Huruf-huruf J W yang besar terpampang dengan mencolok pada sampul depan acara kebaktian itu. Apa arti huruf-huruf itu? Baru pada hari Minggu, 26 Juli, arti huruf-huruf tersebut dijelaskan. Pada hari itu Saudara Rutherford menyampaikan khotbah umum ”Kerajaan, Harapan Dunia Ini”. Dalam khotbah tersebut, ketika memperkenalkan orang-orang yang adalah para pemberita Kerajaan Allah, sang pembicara secara khusus membahas mengenai nama Saksi-Saksi Yehuwa.

      Belakangan pada hari itu, Saudara Rutherford melanjutkan dengan khotbah lain yang membahas alasan-alasan mengapa diperlukan sebuah nama khusus.c Nama apa yang ditunjukkan oleh Alkitab sendiri? Pembicara mengutip Kisah 15:14, yang menarik perhatian kepada maksud-tujuan Allah untuk memilih dari antara bangsa-bangsa ’suatu umat bagi namaNya’. Dalam khotbahnya, ia menandaskan fakta bahwa seperti dinyatakan dalam Wahyu 3:14, Yesus Kristus adalah ”Saksi yang setia dan benar”. Ia mengacu ke Yohanes 18:37, dan di sana Yesus menyatakan, ”Untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran.” Ia menarik perhatian kepada 1 Petrus 2:9, 10, yang mengatakan bahwa hamba-hamba Allah harus ”memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib”. Ia memberikan alasan berdasarkan sejumlah ayat dari Yesaya, yang tidak semuanya dimengerti dengan jelas pada waktu itu, tetapi kemudian persembahannya mencapai klimaks pada Yesaya 43:8-12, yang mencakup penugasan ilahi, ”’Kamulah saksi-saksiKu,’ demikianlah firman [Yehuwa], ’dan Akulah Allah.’” Maka, pada kesimpulan apa Firman Allah sendiri membimbing mereka? Nama apa yang akan selaras dengan cara Allah menggunakan mereka sebenarnya?

      Jawaban yang pasti dicantumkan dalam sebuah resolusi yang diterima dengan penuh semangat pada peristiwa itu.d Resolusi itu sebagian berbunyi:

      ”Agar kedudukan kami yang sebenarnya dapat dikenal, dan karena percaya bahwa hal ini selaras dengan kehendak Allah, sebagaimana dinyatakan dalam Firman-Nya, BIARLAH DIPUTUSKAN, sebagai berikut, yaitu:

      ”BAHWA kami sangat mengasihi Saudara Charles T. Russell karena pekerjaannya, dan bahwa kami dengan senang hati mengakui bahwa Tuhan menggunakannya dan sangat memberkati pekerjaannya, akan tetapi kami tidak dapat konsisten, dengan persetujuan Firman Allah, jika kami disebut ’Russellites’; bahwa Watch Tower Bible and Tract Society dan International Bible Students Association dan Peoples Pulpit Association hanyalah nama dari badan-badan hukum yang, sebagai sekelompok orang Kristen, kami miliki, kuasai dan gunakan untuk melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan ketaatan kami kepada perintah-perintah Allah, namun tidak satu pun dari nama-nama ini cocok dikenakan atau berlaku atas kami sebagai suatu badan dari umat Kristen yang mengikuti jejak kaki Tuhan dan Majikan kami, Kristus Yesus; bahwa kami adalah siswa-siswa Alkitab, tetapi sebagai suatu badan dari umat Kristen yang membentuk suatu perkumpulan, kami menolak untuk dianggap atau disebut dengan nama ’Siswa-Siswa Alkitab’ atau nama-nama serupa sebagai tanda pengenal dari kedudukan kami yang patut di hadapan Tuhan; kami menolak untuk menyandang atau disebut dengan nama manusia mana pun;

      ”BAHWA, setelah dibeli dengan darah yang mahal dari Yesus Kristus, Tuhan dan Penebus kami, dibenarkan dan diperanakkan oleh Allah Yehuwa dan dipanggil memasuki kerajaan-Nya, kami tanpa ragu menyatakan kesetiaan dan pengabdian kami yang sepenuhnya kepada Allah Yehuwa dan kerajaan-Nya; bahwa kami adalah hamba-hamba Allah Yehuwa yang ditugaskan untuk melakukan suatu pekerjaan dalam nama-Nya, dan sebagai ketaatan kepada perintah-Nya, untuk memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus, dan untuk memberitahukan kepada orang-orang bahwa Yehuwa adalah Allah yang benar dan Mahakuasa; oleh sebab itu dengan bersukacita kami menerima dan menggunakan nama yang telah disebutkan oleh mulut Tuhan Allah kita, dan kami senang dikenal sebagai dan dipanggil dengan nama, saksi-saksi Yehuwa.—Yes. 43:10-12.”e

      Setelah seluruh resolusi dibacakan, tepuk tangan yang keras dan panjang menunjukkan bahwa hadirin setuju sepenuhnya dengan apa yang telah dinyatakan.

      Menerima Tanggung Jawab

      Betapa suatu kehormatan untuk menyandang nama dari satu-satunya Allah yang benar, Penguasa alam semesta! Namun nama itu mengandung tanggung jawab. Ini adalah tanggung jawab yang tidak diinginkan oleh kelompok-kelompok agama lain. Seperti Saudara Rutherford katakan dalam khotbahnya, ”Berbahagialah mereka yang dapat mengenakan sebuah nama yang tidak seorang pun di bawah matahari inginkan kecuali mereka yang mengabdi kepada Yehuwa dengan sepenuhnya dan tanpa syarat.” Namun, benar-benar cocok bahwa hamba-hamba Yehuwa menyandang nama pribadi Allah, bahwa mereka memberitahukannya, dan bahwa itu dengan jelas dihubungkan dengan pemberitaan maksud-tujuan-Nya!

      Kelompok atau pribadi mana pun yang berbicara dalam nama Yehuwa menempatkan diri mereka di bawah kewajiban untuk menyampaikan firman-Nya dengan benar. (Yer. 23:26-28) Mereka harus memberitahukan, bukan hanya persediaan-persediaan Yehuwa untuk memberkati para pencinta keadilbenaran, tetapi juga penghakiman-Nya atas orang-orang yang mempraktekkan kejahatan. Sebagaimana Yehuwa memerintahkan nabi-nabinya di zaman dahulu, demikian pula dewasa ini, saksi-saksi-Nya tidak boleh meniadakan apa pun dari firman Allah dengan gagal untuk memberitahukannya. (Yer. 1:17; 26:2; Yeh. 3:1-11) Mereka harus mengumumkan ”tahun rahmat [Yehuwa], dan hari pembalasan Allah kita.” (Yes. 61:1, 2) Mereka yang menerima resolusi di atas mengakui tanggung jawab itu, dan di bagian akhir resolusi itu, mereka menyatakan,

      ”Sebagai saksi-saksi Yehuwa, satu-satunya tujuan kami hanyalah untuk menaati sepenuhnya perintah-perintah-Nya; untuk memberitahukan bahwa hanya Dia saja satu-satunya Allah yang benar dan Mahakuasa; bahwa Firman-Nya adalah benar dan bahwa nama-Nya layak mendapatkan seluruh kehormatan dan kemuliaan; bahwa Kristus adalah Raja dari Allah, yang Allah tempatkan di atas takhta kekuasaan-Nya; bahwa kerajaan-Nya sekarang datang, dan sebagai ketaatan kepada perintah-perintah Tuhan, kami kini harus mengumumkan kabar baik sebagai kesaksian atau memberi kesaksian kepada bangsa-bangsa dan memberitahu para penguasa dan masyarakat mengenai organisasi Setan yang kejam dan menindas, dan khususnya berkenaan ’Susunan Kristen’, yang adalah bagian yang paling jahat dari organisasi yang kelihatan itu, dan mengenai maksud-tujuan Allah untuk segera menghancurkan organisasi Setan, dan tindakan besar ini akan segera diikuti dengan diberikannya perdamaian dunia dan kemakmuran, kemerdekaan dan kesehatan, kebahagiaan dan hidup kekal kepada orang-orang yang taat oleh Kristus Sang Raja; bahwa kerajaan Allah adalah harapan dunia, dan tidak ada yang lain, dan bahwa berita ini harus disampaikan oleh mereka yang dikenal sebagai saksi-saksi Yehuwa.

      ”Dengan rendah hati kami mengundang semua orang yang berbakti sepenuhnya kepada Yehuwa dan kerajaan-Nya untuk ikut serta memberitakan kabar baik ini kepada orang-orang lain, agar standar Tuhan yang adil-benar dapat ditinggikan, agar penduduk dunia dapat mengetahui di mana menemukan kebenaran dan harapan untuk kelegaan; dan, di atas semua itu, agar nama Allah Yehuwa yang besar dan kudus dapat dibenarkan dan ditinggikan.”

      Bukan saja di Columbus, Ohio, Amerika, namun jauh sampai ke Australia, hadirin mendadak bertepuk tangan ketika mereka mendengar pengumuman mengenai nama yang baru itu. Di Jepang, setelah upaya selama berjam-jam, hanya sebagian kecil dari acara tersebut yang tertangkap melalui siaran radio gelombang pendek di tengah malam. Bagian itu langsung diterjemahkan. Dengan demikian sekelompok kecil di sana mendengar resolusi dan tepuk tangan yang bergemuruh itu. Matsue Ishii ada bersama mereka, dan seperti yang ia tulis belakangan, mereka ’meneriakkan ungkapan kegembiraan bersama-sama dengan saudara-saudara mereka di Amerika’. Setelah kebaktian di Columbus ini, kebaktian-kebaktian dan sidang-sidang dari Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh negeri tempat mereka menjalankan pelayanan mereka mengungkapkan bahwa mereka setuju sepenuhnya dengan resolusi tersebut. Dari Norwegia, sebagai salah satu contoh, datang laporan ini, ”Dalam kebaktian tahunan kami . . . di Oslo kami semua bangkit berdiri dan dengan bersemangat sekali berteriak ’Ya’, ketika menerima nama baru kami ’saksi-saksi Yehuwa’.”

      Lebih dari Sekadar Label

      Dapatkah dunia pada umumnya menyadari bahwa saudara-saudara kita telah menerima nama baru tersebut? Ya memang! Khotbah yang pertama mengumumkan nama baru itu disampaikan melalui siaran radio yang paling luas yang pernah digunakan sampai saat itu. Selain itu, resolusi yang mengemukakan nama baru tersebut dimuat dalam buku kecil The Kingdom, the Hope of the World. Sesudah kebaktian tersebut, Saksi-Saksi Yehuwa membagikan jutaan eksemplar buku kecil ini dalam banyak bahasa ke Amerika Utara dan Selatan, Eropa, Afrika, dan pulau-pulau di lautan. Selain menawarkan buku-buku ini dari rumah ke rumah, mereka membuat upaya khusus untuk menempatkan satu buku ke tangan setiap pejabat pemerintahan, pengusaha terkemuka, dan pemimpin agama. Beberapa yang masih hidup pada tahun 1992 dapat mengingat keikutsertaan mereka dalam kampanye yang penting itu.

      Tidak semua menerima buku kecil itu dengan senang hati. Eva Abbott mengingat ketika baru saja ia meninggalkan rumah seorang pemimpin agama di Amerika Serikat, buku kecil itu terbang melampaui dia dan jatuh ke tanah. Ia tidak membiarkan buku itu di situ, maka ia bermaksud mengambilnya; ketika seekor anjing besar menggeram, merampas buku kecil itu dari tangannya, dan membawanya kepada majikannya, sang pemimpin agama. Saudari Eva berkata, ”Apa yang tidak dapat saya sampaikan, anjinglah yang melakukannya!”

      Martin Poetzinger, yang belakangan melayani sebagai anggota Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa, mengenang, ”Wajah-wajah keheranan muncul di setiap pintu ketika kami memperkenalkan diri kami dengan kata-kata: ’Saya datang pada hari ini sebagai seorang dari saksi-saksi Yehuwa.’ Orang-orang biasanya akan menggelengkan kepalanya atau bertanya, ’Tetapi Anda tetap siswa-siswa Alkitab, bukan? Atau apakah Anda sudah mengikuti suatu sekte baru?’” Lama-kelamaan situasi berubah. Beberapa dekade sejak mereka mulai menggunakan nama yang membedakan mereka itu, Saudara Poetzinger menulis, ”Benar-benar perubahan besar! Sebelum saya sempat mengatakan apa-apa, orang-orang akan berkata, ’Kamu pasti salah seorang dari saksi-saksi Yehuwa.’” Ya, mereka mengetahui nama itu sekarang.

      Nama tersebut bukan sekadar label. Tidak soal muda atau tua, pria atau wanita, semua Saksi-Saksi Yehuwa ikut serta dalam pekerjaan memberi kesaksian bagi Yehuwa dan maksud-tujuan-Nya yang mulia. Sebagai hasilnya, C. S. Braden, seorang profesor sejarah agama menulis, ”Saksi-Saksi Yehuwa secara harfiah telah menutupi bumi dengan kesaksian mereka.”—These Also Believe.

      Walaupun pekerjaan yang dilakukan oleh saudara-saudara kita sebelum mereka menerima nama Saksi-Saksi Yehuwa adalah pekerjaan seputar dunia, jika kita meninjau kembali, tampaknya Yehuwa sedang mempersiapkan mereka untuk pekerjaan yang jauh lebih besar—pengumpulan suatu kumpulan besar yang akan terpelihara hidup melalui Armagedon, dengan kesempatan untuk hidup selama-lamanya dalam bumi firdaus.

      [Catatan Kaki]

      a New World Translation of the Holy Scriptures; A Literal Translation of the New Testament . . . From the Text of the Vatican Manuscript, oleh Herman Heinfetter; dan enam terjemahan ke dalam bahasa Ibrani. Lihat juga catatan kaki untuk Kisah 19:23 dalam New World Translation of the Holy Scriptures.

      b Di antara artikel-artikel utama Watch Tower yang diterbitkan selama periode ini adalah ”Yehuwa dan Karya-Nya”, ”Hormati Nama-Nya”, ”Suatu Umat Bagi Nama-Nya”, ”Nama-Nya Ditinggikan”, ”Saksi yang Setia dan Benar”, ”Pujilah Yehuwa!” ”Bersukacitalah Kamu Dalam Yehuwa”, ”Yehuwa Yang Mahatinggi”, ”Pembenaran Nama-Nya”, ”Nama-Nya”, dan ”Bernyanyilah Bagi Yehuwa”.

      c Lihat artikel ”Sebuah Nama Baru”, dalam The Watch Tower terbitan 1 Oktober 1931.

      d The Watch Tower, 15 September 1931, hlm. 278-9.

      e Walaupun bukti-bukti menunjuk secara meyakinkan akan petunjuk Yehuwa dalam pemilihan nama Saksi-Saksi Yehuwa, The Watchtower (1 Februari 1944, hlm. 42-3; 1 Oktober 1957, hlm. 607) dan buku ”New Heavens and a New Earth” (hlm. 231-7) belakangan menunjukkan bahwa nama ini bukanlah ”nama baru” yang disebutkan dalam Yesaya 62:2; 65:15; dan Wahyu 2:17, walaupun nama tersebut sesuai dengan hubungan baru yang disebutkan dalam dua ayat di Yesaya itu.

      [Blurb di hlm. 149]

      ”Murid-murid dengan bimbingan ilahi disebut orang-orang Kristen”

      [Blurb di hlm. 150]

      Nama Kristen telah menjadi rusak dalam pikiran masyarakat

      [Blurb di hlm. 151]

      Mereka lebih daripada Siswa-Siswa Alkitab

      [Blurb di hlm. 157]

      ”’Kamulah saksi-saksiKu,’ demikianlah firman [Yehuwa], ’dan Akulah Allah’”

      [Kotak di hlm. 151]

      Nama Saksi-Saksi Yehuwa di Amerika

      Arab ش‍هود ‍ي‍هوه‍

      Armenia Եհովայի Վկաներ

      Cina 耶和華見證人

      Inggris Jehovah’s Witnesses

      Prancis Témoins de Jéhovah

      Yunani Μάρτυρες του Ιεχωβά

      Greenland Jehovap Nalunaajaasui

      Italia Testimoni di Geova

      Jepang エホバの証人

      Korea 여호와의 증인

      Papiamento Testigonan di Jehova

      Polandia Świadkowie Jehowy

      Portugis Testemunhas de Jeová

      Samoa Molimau a Ieova

      Spanyol Testigos de Jehová

      Sranantongo Jehovah Kotoigi

      Tagalog Mga Saksi ni Jehova

      Vietnam Nhân-chứng Giê-hô-va

      [Kotak di hlm. 152]

      Orang-Orang Lain Pun Melihatnya

      Bukan ”The Watch Tower” saja yang menunjukkan dari Alkitab bahwa Yehuwa akan mempunyai saksi-saksi di bumi. Sebagai contoh, H. A. Ironside, dalam buku ”Lectures on Daniel the Prophet” (pertama kali diterbitkan pada tahun 1911), menunjuk kepada mereka yang menggenapi janji yang menakjubkan di Yesaya pasal 43 dan berkata, ”Mereka ini akan menjadi saksi-saksi Yehuwa, memberi kesaksian mengenai kuasa dan kemuliaan dari satu Allah yang benar, ketika Susunan Kristen yang murtad telah menyerah kepada delusi yang kuat untuk mempercayai dusta sang Antikristus.”

      [Kotak di hlm. 153]

      Nama Saksi-Saksi Yehuwa di Asia dan Pulau-Pulau di Pasifik

      Bengali যিহোবার সাক্ষিরা

      Bikol, Cebuano, Hiligaynon,

      Samar-Leyte, Tagalog Mga Saksi ni Jehova

      Bislama Ol Wetnes blong Jeova

      Cina 耶和華見證人

      Inggris Jehovah’s Witnesses

      Fiji Vakadinadina i Jiova

      Gujarati યહોવાહના સાક્ષીઓ

      Hindi यहोवा के साक्षी

      Hiri Motu Iehova ena Witness Taudia

      Iloko Dagiti Saksi ni Jehova

      Indonesia Saksi-Saksi Yehuwa

      Jepang エホバの証人

      Kanada ಯೆಹೋವನ ಸಾಕ್ಷಿಗಳು

      Korea 여호와의 증인

      Malayalam യഹോവയുടെ സാക്ഷികൾ

      Marati यहोवाचे साक्षीदार

      Marshall Dri Kennan ro an Jeova

      Myanmar ယေဟောဝါသက်သေများ

      Nepali यहोवाका साक्षीहरू

      Pidgin Papua Nugini Ol Witnes Bilong Jehova

      Niue Tau Fakamoli a Iehova

      Palauan reSioning er a Jehovah

      Pangasinan Saray Tasi nen Jehova

      Ponapean Sounkadehde kan en Siohwa

      Rarotongan Au Kite o Iehova

      Rusia Свидетели Иеговы

      Samoa, Tuvaluan Molimau a Ieova

      Sinhala යෙහෝවාගේ සාක්ෂිකරුවෝ

      Pidgin Kepulauan Solomon all’gether Jehovah’s Witness

      Tahiti Ite no Iehova

      Tamil யெகோவாவின் சாட்சிகள்

      Telugu యెహోవాసాక్షులు

      Thai พยานพระยะโฮวา

      Tongan Fakamo‘oni ‘a Sihova

      Truk Ekkewe Chon Pwarata Jiowa

      Urdu

      Vietnam Nhân-chứng Giê-hô-va

      Yap Pi Mich Rok Jehovah

      [Kotak di hlm. 154]

      Nama Saksi-Saksi Yehuwa di Afrika

      Afrika Jehovah se Getuies

      Amharik የይሖዋ ምሥክሮች

      Arab ش‍هود ‍ي‍هوه‍

      Chicheŵa Mboni za Yehova

      Cibemba Inte sha kwa Yehova

      Efịk Mme Ntiense Jehovah

      Inggris Jehovah’s Witnesses

      Ewe Yehowa Ðasefowo

      Prancis Témoins de Jéhovah

      Ga Yehowa Odasefoi

      Gun Kunnudetọ Jehovah tọn lẹ

      Hausa Shaidun Jehovah

      Igbo Ndịàmà Jehova

      Kiluba Ba Tumoni twa Yehova

      Kinyarwanda Abahamya ba Yehova

      Kirundi Ivyabona vya Yehova

      Kisi Seiyaa Jɛhowaa

      Kwanyama Eendombwedi daJehova

      Lingala Batemwe ya Jéhovah

      Luganda Abajulirwa ba Yakuwa

      Malagasi Vavolombelon’i Jehovah

      Moore A Zeova Kaset rãmba

      Ndonga Oonzapo dhaJehova

      Portugis Testemunhas de Jeová

      Sango A-Témoin ti Jéhovah

      Sepedi Dihlatse tša Jehofa

      Sesotho Lipaki tsa Jehova

      Shona Zvapupu zvaJehovha

      Silozi Lipaki za Jehova

      Swahili Mashahidi wa Yehova

      Tigrinya ናይ የሆዋ መሰኻኽር

      Tshiluba Bantemu ba Yehowa

      Tsonga Timbhoni ta Yehova

      Tswana Basupi ba ga Jehofa

      Twi Yehowa Adansefo

      Venda Ṱhanzi dza Yehova

      Xhosa amaNgqina kaYehova

      Yoruba Ẹlẹ́rìí Jehofa

      Zulu oFakazi BakaJehova

      [Kotak di hlm. 154]

      Nama Saksi-Saksi Yehuwa di Eropa dan Timur Tengah

      Albania Dëshmitarët e Jehovait

      Arab ش‍هود ‍ي‍هوه‍

      Armenia Եհովայի Վկաներ

      Bulgaria Свидетелите на Йехова

      Kroatia Jehovini svjedoci

      Czech svĕdkové Jehovovi

      Denmark Jehovas Vidner

      Belanda Jehovah’s Getuigen

      Inggris Jehovah’s Witnesses

      Estonia Jehoova tunnistajad

      Finlandia Jehovan todistajat

      Prancis Témoins de Jéhovah

      Jerman Jehovas Zeugen

      Yunani Μάρτυρες του Ιεχωβά

      Ibrani עדי־יהוה

      Hungaria Jehova Tanúi

      Eslandia Vottar Jehóva

      Italia Testimoni di Geova

      Makedonia, Serbia Јеховини сведоци

      Maltese Xhieda ta’ Jehovah

      Norwegia Jehovas vitner

      Polandia Świadkowie Jehowy

      Portugis Testemunhas de Jeová

      Romania Martorii lui Iehova

      Rusia Свидетели Иеговы

      Slovak Jehovovi svedkovia

      Slovenia Jehovove priče

      Spanyol Testigos de Jehová

      Swedia Jehovas vittnen

      Turki Yehova’nın Şahitleri

      Ukraina Свідки Єгови

  • Kumpulan Besar Akan Hidup di Surga? Atau di Bumi?
    Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
    • Pasal 12

      Kumpulan Besar Akan Hidup di Surga? Atau di Bumi?

      BERTENTANGAN dengan anggota-anggota dari agama-agama Susunan Kristen, mayoritas Saksi-Saksi Yehuwa mengharapkan kehidupan kekal, bukan di surga, melainkan di bumi. Mengapa demikian?

      Halnya tidaklah selalu demikian. Umat Kristen abad pertama mengharapkan bahwa pada waktunya mereka akan memerintah bersama Yesus Kristus sebagai raja-raja surgawi. (Mat. 11:12; Luk. 22:28-30) Namun, Yesus telah mengatakan kepada mereka bahwa ahli-ahli waris Kerajaan itu hanyalah suatu ”kawanan kecil”. (Luk. 12:32) Siapa yang akan termasuk? Berapa banyak jumlahnya? Baru di kemudian hari mereka mempelajari perinciannya.

      Pada Pentakosta tahun 33 M, murid-murid Yesus yang pertama yang adalah orang Yahudi diurapi dengan roh kudus untuk menjadi sesama ahli waris bersama Kristus. Pada tahun 36 M, bekerjanya roh Allah membuat jelas bahwa orang-orang non-Yahudi yang tidak bersunat juga akan mengambil bagian dalam warisan itu. (Kis. 15:7-9; Ef. 3:5, 6) Setelah 60 tahun berlalu, barulah disingkapkan kepada rasul Yohanes bahwa hanya 144.000 orang yang akan diambil dari bumi untuk ikut bersama Kristus dalam Kerajaan surgawi.—Why. 7:4-8; 14:1-3.

      Charles Taze Russell dan rekan-rekannya juga mempercayai harapan itu, sebagaimana halnya kebanyakan Saksi-Saksi Yehuwa terus sampai pertengahan tahun 1930-an. Mereka juga mengetahui, dari penelitian Alkitab mereka, bahwa pengurapan dengan roh kudus itu bukan saja mengartikan bahwa orang-orang itu mendapat kesempatan untuk pelayanan di masa yang akan datang sebagai raja dan imam bersama Kristus di surga tetapi juga bahwa ada suatu pekerjaan istimewa yang harus mereka lakukan selama mereka masih di bumi. (1 Ptr. 1:3, 4; 2:9; Why. 20:6) Pekerjaan apa? Mereka mengetahui betul dan sering mengutip Yesaya 61:1, yang menyatakan, ”Roh Tuhan [Yehuwa] ada padaku, oleh karena [Yehuwa] telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara [”lembut hati”, NW].”

      Mengabar Dengan Tujuan Apa?

      Walaupun jumlah mereka sangat sedikit, mereka berupaya keras untuk menyampaikan kebenaran tentang Allah dan maksud-tujuan-Nya sebisa-bisanya kepada siapa saja. Mereka mencetak dan membagikan sejumlah besar lektur yang menceritakan kabar baik berkenaan persediaan keselamatan melalui Kristus. Akan tetapi, tujuan mereka sama sekali bukan untuk menobatkan semua orang yang mendapat pengabaran mereka. Jadi, mengapa mereka mengabar kepada orang-orang itu? Watch Tower bulan Juli 1889 menjelaskan, ”Kami adalah wakil-wakil-Nya [Yehuwa] di bumi; kehormatan nama-Nya harus dibenarkan di hadapan musuh-musuh-Nya dan di depan banyak dari antara putra-putra-Nya yang tertipu; rencana-Nya yang mulia perlu diumumkan di mana-mana yang bertentangan dengan semua gagasan yang berdasarkan hikmat duniawi yang telah dan sedang diupayakan untuk diciptakan oleh manusia.”

      Perhatian khusus diberikan kepada orang-orang yang mengaku sebagai umat Tuhan, banyak di antaranya adalah anggota-anggota dari gereja-gereja Susunan Kristen. Apa tujuan pengabaran kepada orang-orang ini? Seperti Saudara Russell sering jelaskan, keinginan Siswa-Siswa Alkitab masa permulaan bukanlah untuk menarik anggota-anggota gereja kepada organisasi lain tertentu, tetapi untuk membantu mereka lebih dekat kepada Tuhan sebagai anggota-anggota dari satu gereja yang benar. Namun, Siswa-Siswa Alkitab mengetahui, bahwa selaras dengan Wahyu 18:4, orang-orang seperti itu harus keluar dari ”Babel”, yang mereka pahami ternyata ada dalam gereja nominal, gereja-gereja Susunan Kristen dengan semua ajarannya yang tidak selaras dengan Alkitab dan perpecahan sekte. Dalam terbitan yang pertama sekali dari Watch Tower (Juli 1879), Saudara Russell menyatakan, ”Kami mengerti bahwa tujuan kesaksian zaman sekarang adalah ’Untuk memisahkan suatu umat bagi nama-Nya’—Gereja—yang pada saat kedatangan Kristus akan dipersatukan dengan Dia, dan menerima nama-Nya. Why. iii. 12.”

      Mereka menyadari bahwa, pada saat itu, hanya ada satu ”panggilan” yang sedang diulurkan kepada semua orang Kristen sejati. Ini adalah undangan untuk menjadi anggota pengantin perempuan Kristus, yang pada akhirnya hanya berjumlah 144.000 orang. (Ef. 4:4; Why. 14:1-5) Mereka berupaya menggiatkan semua yang menyatakan beriman kepada korban tebusan Kristus, baik mereka anggota-anggota gereja maupun bukan, untuk menghargai ”janji-janji yang sangat berharga dan yang sangat besar” dari Allah. (2 Ptr. 1:4; Ef. 1:18) Mereka berupaya keras menggerakkan orang-orang untuk menyelaraskan diri dengan tuntutan-tuntutan bagi kawanan kecil ahli-ahli waris Kerajaan. Untuk menguatkan secara rohani semua orang demikian, yang mereka anggap sebagai orang-orang yang membentuk ”rumah tangga iman” (karena mereka menyatakan beriman kepada tebusan), Saudara Russell dan rekan-rekannya dengan rajin berupaya menyediakan ”makanan” rohani ”pada musim yang ditentukan” melalui kolom-kolom Watch Tower dan publikasi-publikasi lain yang berdasarkan Alkitab.—Gal. 6:10; Mat. 24:45, 46, KJ.

      Namun, mereka dapat melihat, bahwa tidak semua yang mengaku telah membuat ”pengabdian” (atau, ’telah memberikan diri mereka sepenuhnya kepada Tuhan’, sebagaimana yang mereka pahami) kemudian terus mengejar kehidupan yang rela berkorban, membuat pelayanan Tuhan sebagai hal pertama yang mereka perhatikan dalam kehidupan. Walaupun demikian, sebagaimana mereka jelaskan, orang-orang Kristen yang mengabdi telah setuju untuk meninggalkan kehidupan sebagai manusia secara sukarela, dengan harapan warisan surgawi; mereka tidak dapat berbalik; jika mereka tidak memperoleh kehidupan dalam alam roh, kematian kedua menanti mereka. (Ibr. 6:4-6; 10:26-29) Akan tetapi, banyak orang Kristen yang tampaknya mengabdikan diri mengambil jalan mudah, gagal menunjukkan kegairahan sejati untuk perkara Tuhan dan menghindari semangat rela berkorban. Namun, mereka tampaknya tidak menyangkal tebusan dan tetap menjalankan kehidupan yang cukup bersih. Apa yang akan terjadi dengan orang-orang seperti ini?

      Selama bertahun-tahun, Siswa-Siswa Alkitab mengira bahwa inilah kelompok yang digambarkan dalam Wahyu 7:9, 14 (KJ), yang menunjuk kepada ”perhimpunan besar” yang keluar dari kesengsaraan besar dan berdiri ”di hadapan takhta” Allah dan di hadapan Anak Domba, Yesus Kristus. Mereka berpikir bahwa walaupun orang-orang ini menghindari kehidupan yang rela berkorban, mereka akan dihadapkan kepada cobaan-cobaan iman yang berakhir dengan kematian selama masa kesengsaraan setelah dimuliakannya orang-orang terakhir dari pengantin perempuan Kristus. Mereka percaya bahwa jika orang-orang yang dikatakan tergolong dalam perhimpunan besar ini setia pada waktu itu, mereka akan dibangkitkan kepada kehidupan surgawi—bukan untuk memerintah sebagai raja tetapi untuk mengambil posisi di hadapan takhta. Diterangkan bahwa mereka akan diberi posisi kedua demikian karena kasih mereka kepada Tuhan tidak cukup kuat, karena mereka tidak memperlihatkan kegairahan yang sepenuhnya. Menurut perkiraan mereka inilah orang-orang yang telah diperanakkan oleh roh Allah tetapi telah lalai dalam hal menaati Allah, kemungkinan dengan terus berpaut kepada gereja-gereja Susunan Kristen.

      Mereka juga mengira bahwa mungkin—hanya mungkin—”orang-orang yang berjasa zaman dahulu” yang akan melayani sebagai pangeran-pangeran di bumi selama era milenium akan, setelah masa itu berakhir, entah bagaimana caranya dikaruniai kehidupan surgawi. (Mzm. 45:17) Mereka berpikir bahwa prospek serupa bisa saja menanti siapa saja yang ”mengabdikan” dirinya setelah 144.000 ahli waris Kerajaan itu pada akhirnya terpilih seluruhnya, namun sebelum dimulainya waktu pemulihan di bumi. Dalam segi tertentu, ini adalah pandangan yang dibawa dari Susunan Kristen, yaitu semua orang yang cukup baik akan pergi ke surga. Namun ada suatu kepercayaan dari Alkitab yang dianut oleh Siswa-Siswa Alkitab, yang memisahkan mereka dari segenap Susunan Kristen. Apakah itu?

      Hidup Selama-Lamanya Dalam Kesempurnaan di Bumi

      Mereka mengakui bahwa walaupun suatu jumlah terbatas yang diambil dari antara umat manusia akan dikaruniai kehidupan surgawi, ada lebih banyak lagi yang akan diperkenan dengan kehidupan kekal di bumi, di bawah keadaan-keadaan seperti yang terdapat di Firdaus Eden. Yesus mengajarkan pengikut-pengikutnya untuk berdoa, ”Jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga.” Ia juga mengatakan, ”Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki [”mewarisi”, ”NW”] bumi.”—Mat. 5:5; 6:10.

      Selaras dengan hal itu, sebuah bagana yang diterbitkan sebagai tambahan kepada majalah Watch Tower Juli-Agustus 1881 menunjukkan bahwa akan ada banyak orang dari antara umat manusia yang akan mendapat perkenan Allah selama Pemerintahan Milenium Kristus dan yang akan membentuk ”dunia umat manusia yang diangkat kepada kesempurnaan manusia dan kehidupan”. Bagan ini digunakan selama bertahun-tahun sebagai dasar untuk khotbah-khotbah yang disampaikan kepada kelompok-kelompok besar dan kecil.

      Di bawah keadaan-keadaan apa orang-orang akan hidup selama era milenium tersebut? The Watch Tower 1 Juli 1912 menjelaskan, ”Sebelum dosa masuk ke dalam dunia ini, persediaan Ilahi bagi orang-tua pertama kita adalah Taman Eden. Seraya kita memikirkan hal ini, biarlah pikiran kita diarahkan ke masa yang akan datang, dibimbing oleh Firman Allah; dan dalam penglihatan mental kita melihat Firdaus dipulihkan—bukan sekadar sebuah taman, tetapi seluruh bumi telah dibuat menjadi indah, subur, tanpa dosa, dan berbahagia. Kemudian kita mengingat janji terilham yang tidak asing lagi bagi kita—’Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita’, sebab segala sesuatu yang lama berkenaan dosa dan kematian sudah akan berlalu, dan segala sesuatu sudah akan dijadikan baru!—Why. 21:4, 5.”

      Siapa yang Akan Hidup Kekal di Bumi?

      Tidak ada pemikiran dalam diri Saudara Russell bahwa Allah menawarkan suatu pilihan kepada umat manusia—kehidupan surgawi bagi mereka yang menginginkannya dan kehidupan di firdaus bumi bagi orang-orang yang berpikir bahwa mereka lebih menyukai hal itu. Watch Tower 15 September 1905 menunjukkan, ”Perasaan atau cita-cita kita bukanlah panggilan itu. Jika demikian, itu akan menunjukkan bahwa kita sendirilah yang memanggil. Berbicara tentang keimaman kita, sang Rasul mengatakan, ’Tidak seorangpun yang mengambil kehormatan itu bagi dirinya sendiri, tetapi dipanggil oleh Allah,’ (Ibr. 5:4), dan tempat untuk memastikan apa yang Allah panggil bukanlah di dalam perasaan kita tetapi di dalam penyingkapan Firman Allah sendiri.”

      Mengenai kesempatan untuk hidup di firdaus bumi yang telah dipulihkan, Siswa-Siswa Alkitab percaya bahwa hal ini baru akan diulurkan kepada orang-orang setelah seluruh kawanan kecil menerima pahala mereka dan era milenium telah sepenuhnya dimulai. Mereka mengerti bahwa itulah saatnya ”pemulihan segala sesuatu”, sebagaimana ditunjukkan di dalam Kisah 3:21 (KJ). Bahkan orang-orang mati akan dibangkitkan pada waktu itu sehingga semua orang dapat menikmati persediaan yang pengasih tersebut. Saudara-saudara membayangkan seluruh umat manusia (selain dari mereka yang telah dipanggil untuk kehidupan surgawi) sebagai yang kemudian diberikan kesempatan untuk memilih kehidupan. Sebagaimana mereka pahami, itulah saatnya manakala Kristus, di takhta surgawinya, akan memisahkan orang yang satu dari yang lain, seperti gembala memisahkan domba dari kambing. (Mat. 25:31-46) Orang-orang yang taat, tidak soal lahir sebagai orang Yahudi atau sebagai orang non-Yahudi akan terbukti menjadi ”domba-domba lain” kepunyaan Tuhan.—Yoh. 10:16.b

      Setelah Zaman Orang Kafir berakhir, mereka mengira bahwa waktu pemulihan sudah sangat dekat; maka dari tahun 1918 terus sampai tahun 1925, mereka mengumumkan, ”Jutaan orang yang sekarang hidup tidak akan pernah mati.” Ya, mereka mengerti bahwa orang-orang yang pada saat itu hidup—umat manusia pada umumnya—mempunyai kesempatan untuk selamat langsung ke masa pemulihan dan bahwa mereka kemudian akan diajar mengenai tuntutan-tuntutan Yehuwa untuk kehidupan. Jika mereka taat, secara bertahap mereka akan mencapai kesempurnaan manusia. Jika mereka memberontak, pada waktunya mereka akan dibinasakan selama-lamanya.

      Selama masa-masa permulaan, saudara-saudara tidak dapat membayangkan bahwa berita Kerajaan akan diumumkan sedemikian luas dan selama bertahun-tahun seperti yang terjadi sekarang. Namun, mereka terus memeriksa Alkitab dan berupaya keras menanggapi apa yang ditunjukkan berkenaan pekerjaan yang Allah inginkan untuk mereka lakukan.

      ”Domba” di Sebelah Kanan Kristus

      Suatu langkah yang benar-benar penting dalam mengerti maksud-tujuan Yehuwa berpusat pada perumpamaan Yesus tentang domba dan kambing di Matius 25:31-46. Dalam perumpamaan itu Yesus berkata, ”Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya dan kambing-kambing di sebelah kiriNya.” Sebagaimana perumpamaan itu kemudian memperlihatkan, ”domba” adalah mereka yang membantu ’saudara-saudara’ Kristus, bahkan berupaya memberi bantuan pada saat mereka dianiaya dan dalam penjara.

      Untuk waktu yang lama dipercayai bahwa perumpamaan ini terjadi selama era milenium, pada masa pemulihan, dan bahwa penghakiman terakhir yang disebutkan dalam perumpamaan itu adalah penghakiman yang akan terjadi pada akhir Milenium. Namun pada tahun 1923, alasan-alasan untuk suatu pandangan lain tentang hal-hal itu diajukan oleh J. F. Rutherford, presiden dari Lembaga Menara Pengawal, dalam sebuah khotbah yang berisi penerangan di Los Angeles, Kalifornia. Belakangan khotbah ini diterbitkan pada tahun itu dalam The Watch Tower terbitan 15 Oktober.

      Ketika membahas masa manakala perumpamaan nubuat ini akan digenapi, artikel tersebut menunjukkan bahwa Yesus memasukkan perumpamaan itu sebagai bagian dari jawabannya atas pertanyaan mengenai ’tanda dari kehadirannya dan dari akhir sistem segala perkara’. (Mat. 24:3, NW) Artikel itu menjelaskan mengapa ’saudara-saudara’ yang disebut dalam perumpamaan itu tidak mungkin orang-orang Yahudi dari zaman Injil atau orang-orang yang memperlihatkan iman selama periode pengujian dan penghakiman milenium tetapi haruslah orang-orang yang adalah ahli-ahli waris bersama Kristus dari Kerajaan surgawi; itulah sebabnya penggenapan dari perumpamaan itu pastilah terjadi pada saat beberapa dari sesama ahli waris Kristus masih dalam tubuh jasmani.—Bandingkan Ibrani 2:10, 11.

      Pengalaman-pengalaman saudara-saudara terurap Kristus ketika mereka berupaya keras memberi kesaksian kepada pemimpin agama dan kaum awam yang bergabung dengan gereja-gereja Susunan Kristen juga menunjukkan bahwa nubuat yang termasuk dalam perumpamaan Yesus itu sudah mulai digenapi. Bagaimana bisa demikian? Reaksi dari banyak di antara para pemimpin agama dan anggota terkemuka dari gereja-gereja mereka sangat bermusuhan—tidak ada secangkir air yang menyegarkan, secara harfiah atau kiasan; sebaliknya, beberapa dari orang-orang ini menghasut gerombolan-gerombolan untuk merobek pakaian saudara-saudara dan memukuli mereka, atau meminta agar para pejabat memenjarakan mereka. (Mat. 25:41-43) Sebaliknya, banyak anggota gereja yang rendah hati dengan gembira menerima berita Kerajaan, memberikan kesejukan kepada mereka yang membawanya, dan melakukan sebisa-bisanya untuk membantu bahkan ketika orang-orang yang terurap dipenjarakan demi kepentingan kabar baik.—Mat. 25:34-36.

      Sejauh Siswa-Siswa Alkitab dapat mengerti, orang-orang yang Yesus sebut sebagai domba-domba masih ada dalam gereja-gereja Susunan Kristen. Mereka ini, menurut Siswa-Siswa Alkitab, adalah orang-orang yang tidak mengaku mengabdi kepada Tuhan tetapi mempunyai respek yang dalam kepada Yesus Kristus dan kepada umatnya. Akan tetapi, dapatkah mereka tetap berada dalam gereja-gereja?

      Mengambil Pendirian yang Teguh untuk Ibadat yang Murni

      Suatu penelitian mengenai buku Yehezkiel dalam Alkitab yang bersifat nubuat, memberikan penjelasan atas hal ini. Jilid pertama dari tiga jilid penjelasan berjudul Vindication (Pembenaran) diterbitkan pada tahun 1931. Buku ini menjelaskan arti penting dari hal yang Yehezkiel tulis mengenai murka Yehuwa terhadap Yehuda dan Yerusalem purba yang murtad. Walaupun orang-orang dari Yehuda mengaku bahwa mereka melayani Allah yang hidup dan benar, mereka memasukkan upacara-upacara keagamaan dari bangsa-bangsa di sekitarnya, mempersembahkan kemenyan kepada berhala-berhala yang tidak bernyawa, dan secara amoral menaruh kepercayaan kepada sekutu-sekutu politik, sebaliknya daripada memperlihatkan iman kepada Yehuwa. (Yeh. 8:5-18; 16:26, 28, 29; 20:32) Dalam semua hal ini, mereka persis seperti Susunan Kristen; maka, secara konsisten, Yehuwa akan melaksanakan penghukuman ke atas Susunan Kristen sama seperti yang telah Ia lakukan terhadap Yehuda dan Yerusalem yang tidak setia. Namun Yehezkiel pasal 9 memperlihatkan bahwa sebelum penghakiman ilahi dilaksanakan, ada yang akan ditandai untuk diselamatkan. Siapakah mereka?

      Nubuat itu mengatakan bahwa orang-orang yang ditandai akan ”berkeluh kesah karena segala perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan” di tengah-tengah Susunan Kristen, atau yang digambarkan oleh Yerusalem. (Yeh. 9:4) Maka, tentu saja mereka tidak mungkin dengan sengaja ikut serta dalam perkara-perkara menjijikkan tersebut. Karena itu, jilid pertama Vindication menunjukkan bahwa mereka yang memiliki tanda adalah orang-orang yang menolak menjadi bagian dari organisasi gereja Susunan Kristen dan yang dengan suatu cara berpihak kepada Tuhan.

      Bahan ini dilanjutkan pada tahun 1932 dengan suatu pembahasan tentang catatan Alkitab mengenai Yehu dan Yonadab dan penerapan nubuatnya. Yehu ditugaskan oleh Yehuwa untuk menjadi raja dari kerajaan sepuluh suku Israel dan melaksanakan penghukuman Yehuwa atas keluarga Ahab dan Izebel yang jahat. Ketika Yehu dalam perjalanan menuju Samaria untuk memusnahkan ibadat Baal, Yehonadab (Yonadab), anak Rekhab, datang menemui dia. Yehu bertanya kepada Yehonadab, ”Apakah hatimu jujur kepadaku?” dan Yehonadab menjawab, ”Ya!” ”Berilah tanganmu,” undang Yehu, dan dia menarik Yehonadab ke atas keretanya. Kemudian Yehu mendesak, ”Marilah ikut bersamaku dan lihatlah bahwa aku tidak mentoleransi persaingan apa pun terhadap Yehuwa.” (2 Raj. 10:15-28, NW) Yehonadab, walaupun bukan seorang Israel, setuju dengan apa yang dilakukan oleh Yehu; dia mengetahui bahwa Yehuwa, Allah yang benar, harus diberikan pengabdian yang eksklusif. (Kel. 20:4, 5) Berabad-abad kemudian, keturunan Yehonadab masih memperlihatkan semangat yang diperkenan Yehuwa, maka Ia berjanji, ”Keturunan Yonadab bin Rekhab takkan terputus melayani Aku sepanjang masa.” (Yer. 35:19) Maka timbul pertanyaan, Apakah ada orang-orang di bumi dewasa ini yang bukan Israel rohani dengan warisan surgawi tetapi yang seperti Yehonadab?

      The Watchtower 1 Agustus 1932, menjelaskan, ”Yehonadab menggambarkan atau menjadi bayangan dari kelompok orang-orang yang sekarang hidup di bumi . . . [yang] tidak selaras dengan organisasi Setan, yang menetapkan pendirian mereka di pihak keadilbenaran, dan adalah orang-orang yang akan Tuhan selamatkan melampaui Armagedon, membawa mereka melewati kesulitan itu, dan memberi mereka kehidupan yang abadi di bumi. Orang-orang ini membentuk golongan ’domba’ yang mendukung umat Allah yang terurap, karena mereka mengetahui bahwa orang-orang yang diurapi oleh Tuhan sedang melakukan pekerjaan Tuhan.” Mereka yang memperlihatkan semangat demikian diundang untuk ikut serta memberitakan kabar Kerajaan kepada orang-orang lain sama seperti yang sedang dilakukan oleh kaum terurap.—Why. 22:17.

      Ada beberapa orang (walaupun relatif sangat sedikit pada saat itu) yang bergabung dengan Saksi-Saksi Yehuwa yang menyadari bahwa roh Allah tidak menimbulkan dalam diri mereka harapan untuk kehidupan surgawi. Mereka kemudian dikenal sebagai kaum Yonadab, karena, seperti Yonadab (Yehonadab) zaman dahulu, mereka menganggapnya suatu hak istimewa untuk dikenali bersama-sama dengan hamba-hamba Yehuwa yang terurap, dan mereka senang ikut serta dalam hak istimewa yang Firman Allah telah tunjukkan bagi mereka. Apakah orang-orang demikian yang mempunyai prospek untuk tidak pernah mati, akan menjadi sedemikian banyak sebelum Armagedon? Apakah mungkin, seperti sudah dikatakan, bahwa jumlah mereka dapat mencapai jutaan?

      ”Kumpulan Besar”—Siapakah Mereka?

      Ketika diumumkan tentang pengaturan bagi Saksi-Saksi Yehuwa untuk mengadakan suatu kebaktian di Washington, DC, dari 30 Mei sampai 3 Juni 1935, The Watchtower mengatakan, ”Sampai sekarang belum ada banyak kaum Yonadab yang mendapat hak istimewa untuk menghadiri suatu kebaktian, dan kebaktian di Washington itu dapat menjadi penghiburan yang sejati dan bermanfaat bagi mereka.” Halnya memang terbukti benar.

      Pada kebaktian tersebut, perhatian khusus diberikan kepada Wahyu 7:9, 10, yang berbunyi, ”Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru: ’Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!’” Siapakah yang akan membentuk kumpulan besar ini, atau ”perhimpunan besar”?—KJ.

      Selama bertahun-tahun, bahkan sampai tahun 1935, mereka tidak dianggap sama dengan domba-domba dalam perumpamaan Yesus tentang domba dan kambing. Sebagaimana sudah dicatat, ada pemikiran bahwa mereka adalah golongan surgawi kedua—kedua karena mereka telah lalai menaati Allah.

      Akan tetapi, pandangan itu menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tetap bertahan. Beberapa di antaranya dibahas pada awal tahun 1935 sewaktu acara makan siang di kantor pusat Lembaga Menara Pengawal. Beberapa di antara mereka yang berbicara pada saat itu mengemukakan bahwa perhimpunan besar itu adalah golongan bumi. Grant Suiter, yang belakangan menjadi anggota Badan Pimpinan, mengenang, ”Pada suatu pembahasan di Betel, yang dipimpin oleh Saudara T. J. Sullivan, saya bertanya, ’Karena perhimpunan besar memperoleh kehidupan yang abadi, apakah mereka yang membentuk kelompok itu memelihara integritas?’ Ada banyak komentar tetapi tidak ada jawaban yang pasti.” Nah, pada hari Jumat, 31 Mei 1935, pada kebaktian di Washington, DC, sebuah jawaban yang memuaskan diberikan. Saudara Suiter duduk di balkon melihat ke bawah ke arah kumpulan orang banyak itu, dan betapa hatinya tergetar seraya khotbah itu disampaikan!

      Tidak lama setelah kebaktian itu, The Watchtower, dalam terbitannya tanggal 1 dan 15 Agustus 1935, memuat apa yang dinyatakan dalam khotbah itu. Artikel itu menunjukkan bahwa faktor penting untuk dapat mengerti perkara-perkara dengan tepat adalah penghargaan akan fakta bahwa maksud-tujuan Yehuwa yang utama bukanlah keselamatan manusia tetapi pembenaran nama-Nya sendiri (atau, sebagaimana kita sebut sekarang, pembenaran kedaulatan-Nya). Maka, perkenan Yehuwa ada pada orang-orang yang memelihara integritas kepada-Nya; Ia tidak memberikan upah kepada orang-orang yang setuju untuk melakukan kehendak-Nya namun kemudian mendatangkan celaan atas nama-Nya karena berkompromi dengan organisasi Iblis. Tuntutan untuk setia ini berlaku bagi semua yang akan mendapat perkenan Allah.

      Selaras dengan hal ini, The Watchtower mengatakan, ”Wahyu 7:15 sesungguhnya adalah kunci untuk mengenali perhimpunan besar. . . . Gambaran di Wahyu ini tentang perhimpunan besar adalah bahwa ’mereka berdiri di hadapan takhta Allah, dan melayani Dia’ . . . Mereka melihat dan mengerti dan menaati kata-kata Yesus, Anak Domba Allah, yang berkata kepada mereka, ’Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti’!; dan kata-kata ini berlaku bagi semua ciptaan yang Allah perkenan.” (Mat. 4:10) Jadi, apa yang Alkitab katakan tentang perhimpunan besar, atau kumpulan besar, tidak dapat dengan benar diartikan menyediakan jaring penyelamat bagi orang-orang yang mengaku mengasihi Allah tetapi yang tidak tertarik untuk melakukan kehendak-Nya.

      Maka, apakah kumpulan besar ini adalah golongan surgawi? The Watchtower memperlihatkan bahwa bahasa dalam ayat itu tidak menunjukkan kesimpulan demikian. Mengenai tempat mereka ”di hadapan takhta”, diperlihatkan bahwa Matius 25:31, 32 mengatakan mengenai segala bangsa sedang dikumpulkan di hadapan takhta Kristus, padahal bangsa-bangsa itu ada di atas bumi. Namun kumpulan besar sedang ”berdiri” di hadapan takhta karena mereka mendapat perkenan dari Pribadi yang ada di atas takhta itu.—Bandingkan Yeremia 35:19.

      Namun di mana kelompok yang demikian dapat ditemukan—orang-orang ”dari segala bangsa”, orang-orang yang bukan bagian dari Israel rohani (dilukiskan sebelumnya, dalam Wahyu 7:4-8), orang-orang yang mempraktekkan iman akan tebusan (secara kiasan mencuci jubah mereka dalam darah Anak Domba), orang-orang yang mengelu-elukan Kristus sebagai Raja (dengan daun-daun palem di tangan mereka, seperti kumpulan orang banyak yang menyambut Yesus sebagai Raja ketika ia memasuki Yerusalem), orang-orang yang sungguh-sungguh mempersembahkan diri mereka di hadapan takhta Yehuwa untuk melayani Dia? Apakah ada kelompok orang-orang demikian di atas bumi?

      Dengan menggenapi firman nubuat-Nya, Yehuwa sendiri yang menyediakan jawabannya. Webster Roe, yang hadir pada kebaktian di Washington, mengingat kembali bahwa pada titik klimaks dari khotbahnya, Saudara Rutherford bertanya, ”Siapa yang memiliki harapan untuk hidup selama-lamanya di bumi, silakan berdiri.” Menurut Saudara Roe, ”lebih dari setengah hadirin berdiri.” Selaras dengan hal ini, The Watchtower 15 Agustus 1935 menyatakan, ”Kini kita melihat suatu kelompok yang cocok sekali dengan gambaran yang diberikan dalam Wahyu tujuh mengenai perhimpunan besar. Selama beberapa tahun ini, dan selama waktu ketika ’Injil Kerajaan ini akan diberitakan menjadi kesaksian’, orang-orang dalam jumlah besar berdatangan (dan mereka terus datang) yang mengakui Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat mereka dan Yehuwa sebagai Allah mereka, yang mereka sembah dalam roh dan kebenaran dan layani dengan sukacita. Sebutan lain bagi orang-orang ini adalah ’kaum Yonadab’. Mereka dibaptis sebagai simbol, dengan demikian membuktikan bahwa mereka . . . telah berpihak kepada Yehuwa dan melayani Dia dan Raja-Nya.”

      Pada waktu itu dimengerti bahwa kumpulan besar dalam Wahyu 7:9, 10 termasuk di antara ”domba-domba lain” yang Yesus sebutkan (Yoh. 10:16); mereka adalah orang-orang yang membantu ’saudara-saudara’ Kristus (Mat. 25:33-40); mereka adalah orang-orang yang ditandai untuk keselamatan karena mereka muak kepada hal-hal menjijikkan yang dilakukan dalam Susunan Kristen dan menjauhi hal-hal ini (Yeh. 9:4); mereka seperti Yehonadab, yang terang-terangan memihak kepada hamba Yehuwa yang terurap dalam melaksanakan tugas yang Allah berikan (2 Raj. 10:15, 16). Saksi-Saksi Yehuwa mengerti bahwa orang-orang ini adalah hamba-hamba Allah yang loyal yang akan selamat melampaui Armagedon dengan prospek untuk hidup selama-lamanya di atas bumi yang keadaannya dipulihkan menjadi Firdaus.

      Pekerjaan Mendesak yang Harus Dilakukan

      Pengertian mereka akan ayat-ayat ini memiliki pengaruh yang jauh jangkauannya pada kegiatan hamba-hamba Yehuwa. Mereka menyadari bahwa mereka bukanlah yang akan memilih dan mengumpulkan anggota-anggota dari kumpulan besar ini; bukanlah terserah kepada mereka untuk memberi tahu orang-orang bahwa apakah harapan mereka adalah di surga atau di bumi. Tuhan akan mengatur perkara-perkara selaras dengan kehendak-Nya. Namun sebagai Saksi-Saksi Yehuwa, mereka memiliki tanggung jawab serius. Mereka harus melayani sebagai pemberita-pemberita Firman Allah, membagikan kebenaran yang telah Ia mungkinkan untuk mereka pahami, sehingga orang-orang dapat mengetahui tentang persediaan-persediaan Yehuwa dan mendapat kesempatan untuk menanggapi hal-hal ini dengan penghargaan.

      Selain itu, mereka menyadari bahwa pekerjaan mereka sangat mendesak. Dalam suatu seri artikel berjudul ”Mengumpulkan Orang Banyak”, yang diterbitkan pada tahun 1936, The Watchtower menjelaskan, ”Alkitab dengan kuat mendukung kesimpulan bahwa pada waktu Armagedon, Yehuwa akan membinasakan orang-orang yang ada di atas bumi, menyelamatkan hanya orang-orang yang menaati perintah-Nya untuk berpihak kepada organisasi-Nya. Pada waktu-waktu yang lalu, berjuta-juta orang telah masuk kubur tanpa pernah mendengar tentang Allah dan Kristus, dan orang-orang ini, pada waktu yang ditentukan akan dibangunkan dari kematian dan diberikan pengetahuan akan kebenaran, agar mereka dapat menentukan pilihan mereka. Akan tetapi, keadaannya berbeda sehubungan dengan orang-orang yang sekarang berada di bumi. . . . Mereka dari perhimpunan besar harus menerima berita injil sebelum hari peperangan, hari besar Allah Yang Mahakuasa, yaitu Armagedon. Jika perhimpunan besar tidak diberikan berita kebenaran sekarang, akan sangat terlambat saat pekerjaan pembinasaan dimulai.”—Lihat 2 Raja 10:25; Yehezkiel 9:5-10; Zefanya 2:1-3; Matius 24:21; 25:46.

      Sebagai hasil pengertian akan ayat-ayat ini, Saksi-Saksi Yehuwa dipompa dengan gairah yang diperbarui untuk pekerjaan kesaksian. Leo Kallio, yang belakangan melayani sebagai pengawas keliling di Finlandia mengatakan, ”Saya tidak dapat mengingat pernah mengalami sukacita dan kegairahan sedemikian besar, saya juga tidak dapat mengingat pernah mengayuh sepeda saya secepat yang saya lakukan pada hari-hari itu, ketika saya bergegas membawa berita kepada orang-orang berminat bahwa karena kebaikan hati Yehuwa yang tidak layak diterima, mereka mendapat tawaran kehidupan yang abadi di bumi.”

      Selama lima tahun berikutnya, seraya jumlah Saksi-Saksi Yehuwa bertambah, orang-orang yang ambil bagian dari lambang-lambang pada Peringatan tahunan kematian Kristus perlahan-lahan berkurang jumlahnya. Namun, masuknya kumpulan besar tidaklah secepat yang diharapkan oleh Saudara Rutherford. Pada suatu saat, ia bahkan berkata kepada Fred Franz, yang menjadi presiden Lembaga yang keempat, ”Tampaknya seolah-olah ’perhimpunan besar’ akhirnya tidak akan menjadi sangat besar.” Namun sejak itu, jumlah Saksi-Saksi Yehuwa telah berlipat ganda menjadi jutaan, sedangkan jumlah orang yang mengharapkan warisan surgawi, pada umumnya, terus menurun.

      Satu Kawanan di Bawah Satu Gembala

      Tidak ada persaingan antara kaum terurap dan kumpulan besar. Orang-orang yang mempunyai harapan surgawi tidak memandang rendah mereka yang dengan penuh semangat berharap untuk menerima kehidupan kekal di bumi firdaus. Masing-masing orang dengan rasa syukur menerima hak-hak istimewa yang Allah ulurkan kepada mereka, tidak berpikir bahwa kedudukannya dengan suatu cara membuat ia lebih baik atau dengan cara lain lebih rendah dibanding orang lain. (Mat. 11:11; 1 Kor. 4:7) Seperti Yesus nubuatkan, dua kelompok ini telah menjadi ”satu kawanan”, melayani di bawah dia yang adalah ”satu gembala” mereka.—Yoh. 10:16.

      Perasaan yang dimiliki oleh saudara-saudara Kristus yang terurap terhadap rekan-rekan mereka dari kumpulan besar dengan indah diungkapkan dalam buku Keamanan Seluas Dunia Di Bawah ”Raja Damai”, ”Sejak Perang Dunia II, nubuat Yesus untuk ’kesudahan dunia’ digenapi, sebagian besar oleh peranan yang dimainkan ’kumpulan besar’ dari ’domba-domba lain.’ Penerangan dari pelita-pelita yang dinyalakan kaum sisa telah menerangi mata hati mereka, dan mereka dibantu untuk memantulkan terang itu kepada orang-orang lain yang masih ada dalam kegelapan dunia ini. . . . Mereka telah menjadi rekan-rekan yang tidak terpisahkan dari kaum sisa golongan pengantin perempuan. . . . Oleh karena itu, terima kasih sebesar-besarnya, kepada ’kumpulan besar’ internasional yang multilingual (banyak bahasa) atas bagian besar yang mereka mainkan dalam menggenapi nubuat Pengantin Perempuan di Matius 24:14!”

      Akan tetapi, seraya Saksi-Saksi Yehuwa, termasuk kumpulan besar, ambil bagian secara terpadu dalam mengumumkan berita mulia tentang Kerajaan Allah, selain kesaksian mereka yang bergairah orang-orang mulai mengenali mereka karena sesuatu hal lain.

      [Catatan Kaki]

      a ”Bagan dari Berbagai Masa” belakangan diproduksi kembali dalam buku The Divine Plan of the Ages.

      b Zion’s Watch Tower, 15 Maret 1905, hlm. 88-91.

      [Blurb di hlm. 159]

      Kebanyakan dari Saksi-Saksi Yehuwa mengharapkan kehidupan kekal di bumi

      [Blurb di hlm. 161]

      Kepercayaan yang memisahkan mereka dari segenap Susunan Kristen

      [Blurb di hlm. 164]

      Waktu penggenapan dari perumpamaan tentang domba dan kambing

      [Blurb di hlm. 165]

      Mereka kemudian dikenal sebagai kaum Yonadab

      [Blurb di hlm. 166]

      Pada tanggal 31 Mei 1935, ”perhimpunan besar” diperkenalkan dengan jelas

      [Blurb di hlm. 170]

      Harapan di surga atau di bumi—siapa yang menentukan?

      [Kotak di hlm. 160]

      Waktu untuk Mengerti

      Lebih dari 250 tahun yang lalu, Sir Isaac Newton menulis suatu pokok yang menarik tentang pengertian nubuat, termasuk salah satu nubuat tentang ”kumpulan besar” di Wahyu 7:9, 10. Dalam bukunya ”Observations Upon the Prophecies of Daniel, and the Apocalypse of St. John”, yang diterbitkan pada tahun 1733, ia menyatakan, ”Nubuat-nubuat dari Daniel dan Yohanes ini tidak akan dimengerti sampai akhir zaman: tetapi kemudian beberapa orang akan bernubuat tentang hal-hal tersebut dalam keadaan yang menderita dan memilukan selama waktu yang lama, namun tetap tidak jelas, agar dapat menobatkan meski sedikit . . . Lalu, kata Daniel, banyak orang akan berlari ke sana kemari, dan pengetahuan akan bertambah. Karena Injil harus diberitakan kepada segala bangsa sebelum kesengsaraan besar, dan kesudahan dunia ini. Orang banyak yang membawa daun-daun palem, yang keluar dari kesengsaraan besar ini, tidak dapat menjadi tak terhitung jumlahnya yang berasal dari segala bangsa, kecuali mereka dibuat demikian oleh pengabaran Injil sebelum kedatangannya.”

      [Kotak/Gambar di hlm. 168]

      Bumi, Rumah Manusia yang Kekal

      Apa maksud-tujuan Allah yang semula bagi umat manusia?

      ”Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ’Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’”—Kej. 1:28.

      Apakah maksud-tujuan Allah mengenai bumi berubah?

      ”FirmanKu . . . tidak akan kembali kepadaKu dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.”—Yes. 55:11.

      ”Beginilah firman [Yehuwa], yang menciptakan langit,—Dialah Allah—yang membentuk bumi dan menjadikannya dan yang menegakkannya,—dan Ia menciptakannya bukan supaya kosong, tetapi Ia membentuknya untuk didiami—: ’Akulah [Yehuwa] dan tidak ada yang lain.’”—Yes. 45:18.

      ”Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah namaMu, datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga.”—Mat. 6:9, 10.

      ”Orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan [Yehuwa] akan mewarisi negeri [”bumi”, ”NW”]. Orang-orang benar akan mewarisi negeri [”bumi”, ”NW”] dan tinggal di sana senantiasa.”—Mzm. 37:9, 29.

      Keadaan apakah yang akan terdapat di atas bumi di bawah Kerajaan Allah?

      ”Tetapi sesuai dengan janjiNya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.”—2 Ptr. 3:13.

      ”Bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang. Tetapi mereka masing-masing akan duduk di bawah pohon anggurnya dan di bawah pohon aranya dengan tidak ada yang mengejutkan, sebab mulut [Yehuwa] semesta alam yang mengatakannya.”—Mi. 4:3, 4.

      ”Mereka akan mendirikan rumah-rumah dan mendiaminya juga; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan memakan buahnya juga. Mereka tidak akan mendirikan sesuatu, supaya orang lain mendiaminya, dan mereka tidak akan menanam sesuatu, supaya orang lain memakan buahnya; sebab umur umatKu akan sepanjang umur pohon, dan orang-orang pilihanKu akan menikmati pekerjaan tangan mereka.”—Yes. 65:21, 22.

      ”Tidak seorangpun yang tinggal di situ akan berkata: ’Aku sakit.’”—Yes. 33:24.

      ”Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. . . . Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.”—Why. 21:3, 4; lihat juga Yohanes 3:16.

      ”Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan [”Yehuwa”, ”NW”] dan yang tidak memuliakan namaMu? Sebab Engkau saja yang kudus; karena semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau, sebab telah nyata kebenaran segala penghakimanMu.”—Why. 15:4.

      [Kotak/Gambar di hlm. 169]

      Mereka yang Pergi ke Surga

      Berapa orang yang akan pergi ke surga?

      ”Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu.”—Luk. 12:32.

      ”Aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba [Kristus Yesus] berdiri di bukit Sion [surgawi] dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis namaNya dan nama BapaNya. Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorangpun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.”—Why. 14:1, 3.

      Apakah 144.000 seluruhnya adalah orang Yahudi?

      ”Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.”—Gal. 3:28, 29.

      ”Yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah.”—Rm. 2:28, 29.

      Mengapa Allah mengambil beberapa orang ke surga?

      ”Mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya.”—Why. 20:6.

      [Kotak/Grafik di hlm. 171]

      Laporan Perjamuan Malam

      Dalam waktu 25 tahun, hadirin Perjamuan Malam mencapai lebih dari 100 kali jumlah mereka yang ambil bagian

      [Grafik]

      (Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

      Yang ambil bagian

      Hadirin

      1.500.000

      1.250.000

      1.000.000

      750.000

      500.000

      250.000

      1935 1940 1945 1950 1955 1960

      [Gambar di hlm. 167]

      Pada kebaktian di Washington, DC, 840 orang dibaptis

  • Dikenali dari Tingkah Laku Kita
    Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
    • Pasal 13

      Dikenali dari Tingkah Laku Kita

      KITA hidup dalam suatu era manakala standar-standar moral yang telah lama dihormati, diabaikan oleh sebagian besar umat manusia. Kebanyakan agama dari Susunan Kristen melakukan hal yang sama, baik atas nama toleransi atau dengan argumen bahwa zaman telah berubah dan apa yang dianggap tabu oleh generasi-generasi sebelumnya tidak berlaku lagi. Sebagai hasilnya, Samuel Miller, seorang dekan Sekolah Tinggi Teologia Harvard, mengatakan, ”Gereja sama sekali tidak mendapat tempat terkemuka di kalangan masyarakat. Gereja tidak memimpin. Gereja telah mengambil kebudayaan masa kita dan menyerapnya.” Pengaruhnya terhadap kehidupan orang-orang yang mencari bimbingan kepada gereja-gereja semacam itu telah menghancurkan.

      Sebagai kontras, ketika membahas tentang Saksi-Saksi Yehuwa, L’Eglise de Montréal, buletin mingguan dari keuskupan agung Katolik di Montreal, Kanada, mengatakan, ”Mereka memiliki nilai-nilai moral yang luar biasa.” Sejumlah besar guru sekolah, majikan, dan petugas pemerintahan setuju dengan itu. Apa yang menyebabkan reputasi ini?

      Menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa mencakup lebih banyak daripada menganut suatu kerangka kepercayaan tentang doktrin-doktrin dan memberi kesaksian kepada orang-orang lain tentang kepercayaan ini. Kekristenan masa awal dikenal sebagai ”Jalan Itu”, dan Saksi-Saksi Yehuwa menyadari bahwa agama yang benar dewasa ini harus menjadi jalan hidup. (Kis. 9:2, NW) Akan tetapi, sebagaimana juga demikian dalam hal-hal lain, Saksi-Saksi zaman modern tidak langsung mencapai penghargaan yang seimbang tentang apa yang tercakup dalam hal ini.

      ”Karakter Atau Perjanjian—Yang Mana?”

      Walaupun mereka mulai dengan nasihat yang berdasarkan Alkitab tentang perlunya menjadi sama seperti Kristus, penandasan yang diberikan oleh beberapa dari Siswa-Siswa Alkitab masa permulaan terhadap ”perkembangan karakter”, demikian mereka menyebutnya, cenderung memperkecil aspek-aspek tertentu dari kekristenan yang sejati. Beberapa dari mereka tampak berpikir bahwa bersikap sopan—selalu kelihatan ramah dan baik, berbicara lembut, menghindari segala bentuk kemarahan apa pun, membaca Alkitab setiap hari—akan menjamin masuknya mereka ke surga. Namun, orang-orang ini lalai akan fakta bahwa Kristus telah memberikan kepada para pengikutnya suatu pekerjaan untuk mereka laksanakan.

      Problem ini dengan tegas dibahas dalam artikel ”Karakter Atau Perjanjian—Yang Mana?” dalam terbitan majalah The Watch Tower 1 Mei 1926.a Artikel ini memperlihatkan bahwa upaya untuk memperkembangkan ”kepribadian yang sempurna” selama dalam keadaan jasmani menyebabkan beberapa orang menyerah karena putus asa, tetapi pada waktu yang sama, pada diri orang-orang lain hal itu menghasilkan sikap merasa diri lebih benar dan cenderung menyebabkan mereka lupa akan manfaat korban Kristus. Setelah menandaskan iman akan darah Kristus yang dicurahkan, artikel tersebut menonjolkan pentingnya ’melakukan perkara-perkara’ dalam pelayanan yang aktif kepada Allah untuk memberikan bukti bahwa seseorang sedang mengejar haluan yang menyenangkan Allah. (2 Ptr. 1:5-10) Pada waktu itu, selagi banyak dari Susunan Kristen masih berpura-pura memegang standar moral Alkitab, ditandaskannya aktivitas ini makin memperjelas perbedaan antara Saksi-Saksi Yehuwa dan Susunan Kristen. Perbedaan menjadi semakin nyata seraya masalah moral yang menjadi umum harus dihadapi oleh semua yang mengaku orang Kristen.

      ”Menjauhi Percabulan”

      Standar Kristen mengenai moralitas seksual telah diuraikan sejak dulu dengan bahasa yang terus terang dalam Alkitab. ”Inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan . . . Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah.” (1 Tes. 4:3-8) ”Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.” (Ibr. 13:4) ”Tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, . . . orang berzinah, banci, orang pemburit . . . tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”—1 Kor. 6:9, 10.

      Dalam Watch Tower, perhatian orang-orang Kristen sejati ditarik kepada standar ini sudah sejak bulan November 1879. Namun hal ini tidak dibahas berulang-ulang atau secara terperinci seolah-olah hal ini merupakan problem utama di antara Siswa-Siswa Alkitab masa permulaan. Akan tetapi, seraya sikap dunia makin menjadi serba boleh, perhatian yang ditingkatkan telah diarahkan kepada kebutuhan ini, khususnya pada tahun-tahun sekitar Perang Dunia II. Hal ini diperlukan sebab beberapa di antara Saksi-Saksi Yehuwa menerima pandangan bahwa asalkan mereka sibuk memberi kesaksian, sedikit longgar dalam moralitas seksual hanyalah soal pribadi. Memang benar bahwa The Watchtower 1 Maret 1935 dengan jelas telah menyatakan bahwa partisipasi dalam dinas pengabaran tidak memberikan kebebasan bagi tingkah laku yang amoral. Namun tidak semua mencamkannya dalam hati. Maka, dalam terbitannya tanggal 15 Mei 1941, The Watchtower sekali lagi membahas soal ini, dan secara cukup terperinci, dalam artikel yang berjudul ”Zaman Nuh”. Artikel itu menunjukkan bahwa kebejatan seksual pada zaman Nuh adalah satu alasan mengapa Allah membinasakan dunia dari zaman itu, dan ini memperlihatkan bahwa apa yang telah Allah lakukan ketika itu menjadi pola untuk apa yang akan Allah lakukan pada zaman kita. Dalam bahasa yang sederhana artikel itu memperingatkan bahwa seorang hamba Allah yang memelihara integritas tidak dapat membaktikan sebagian dari harinya untuk melakukan kehendak Tuhan dan kemudian, setelah jam-jam tersebut, turut serta dalam ”perbuatan daging”. (Gal. 5:17-21) Pembahasan ini dilanjutkan dalam The Watchtower 1 Juli 1942, dengan artikel lain yang mengutuk tingkah laku yang tidak selaras dengan standar moral Alkitab bagi orang-orang yang lajang dan bagi yang sudah menikah. Tidak seorang pun boleh menyimpulkan bahwa keikutsertaan dalam pengabaran berita Kerajaan kepada umum sebagai salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa memberikan kebebasan untuk hidup tanpa kendali. (1 Kor. 9:27) Pada waktunya, bahkan tindakan-tindakan yang lebih ketat diambil untuk menjaga kebersihan moral dalam organisasi.

      Beberapa orang yang ketika itu menyatakan keinginan untuk menjadi Saksi-Saksi Yehuwa, telah dibesarkan dalam lingkungan yang menerima kawin percobaan, yang mentoleransi hubungan seksual di antara orang-orang yang bertunangan, atau yang menganggap normal hubungan yang disetujui bersama antara orang-orang yang tidak menikah secara sah. Beberapa pasangan yang sudah menikah berupaya untuk tidak melaksanakan kewajiban dalam perkawinan (selibat). Orang-orang lain, walaupun tidak bercerai, secara tidak bijaksana hidup terpisah dari pasangannya. Dalam menyediakan bimbingan yang diperlukan, The Watchtower, selama tahun 1950-an, mempertimbangkan semua situasi ini, membahas tanggung jawab perkawinan, menandaskan larangan Alkitab mengenai percabulan, dan menjelaskan apa percabulan itu, sehingga tidak ada salah pengertian.b—Kis. 15:19, 20; 1 Kor. 6:18.

      Di tempat-tempat di mana orang-orang yang mulai bergabung dengan organisasi Yehuwa tidak memandang serius standar moral Alkitab, perhatian khusus diberikan. Karena itu, pada tahun 1945, ketika N. H. Knorr, presiden ketiga Lembaga Menara Pengawal sedang berada di Kosta Rika, dalam khotbah yang ia sampaikan tentang moralitas Kristen ia berkata, ”Semua yang hadir di sini malam ini, yang hidup bersama dengan seorang wanita tetapi belum meresmikan perkawinan saudara secara sah, saya ingin memberikan saudara beberapa saran. Pergilah ke Gereja Katolik dan daftarkan nama saudara sebagai anggota, karena di sana saudara dapat mempraktekkan hal-hal ini. Namun, ini adalah organisasi Allah, dan saudara tidak dapat mempraktekkan hal-hal ini di sini.”

      Dimulai pada tahun 1960-an, ketika kaum homoseksual menjadi semakin terang-terangan dalam praktek-praktek mereka, banyak gereja memperdebatkan masalah ini, kemudian menerima mereka sebagai anggota. Ada gereja-gereja yang sekarang bahkan melantik orang-orang homoseksual menjadi pemimpin agama. Agar dapat membantu orang-orang tulus yang mempunyai pertanyaan tentang soal-soal ini, publikasi Saksi-Saksi Yehuwa juga membahas masalah ini. Namun di antara Saksi-Saksi, tidak pernah dipertanyakan bagaimana homoseksualitas harus dipandang. Mengapa tidak? Karena mereka tidak memandang tuntutan Alkitab seolah-olah hanyalah pendapat manusia dari zaman yang berbeda. (1 Tes. 2:13) Mereka dengan senang hati memimpin pengajaran Alkitab dengan orang-orang homoseksual supaya mereka dapat mempelajari tuntutan-tuntutan Yehuwa, dan orang-orang demikian dapat menghadiri perhimpunan Saksi-Saksi untuk mendengarkan, tetapi tidak seorang pun yang terus mempraktekkan homoseksualitas dapat menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa.—1 Kor. 6:9-11; Yud. 7.

      Pada tahun-tahun belakangan ini, keterlibatan seksual orang-orang muda yang tidak menikah menjadi hal yang umum di dunia. Orang-orang muda dalam banyak keluarga Saksi-Saksi Yehuwa merasakan tekanan ini, dan beberapa mulai menerima cara-cara dunia yang ada di sekitar mereka. Bagaimana organisasi mengatasi situasi ini? Artikel-artikel yang dirancang untuk membantu para orang-tua dan orang-orang muda untuk memandang perkara-perkara ini berdasarkan Alkitab diterbitkan dalam majalah-majalah The Watch Tower dan Awake! Drama-drama dari kisah sejati dipertunjukkan dalam kebaktian-kebaktian untuk membantu semua agar menyadari akibat dari menolak standar moral Alkitab dan manfaat dari menaati perintah Allah. Salah satu yang pertama dari drama-drama ini, dipertunjukkan pada tahun 1969, berjudul ”Banyak Duri dan Jebakan Pada Jalan Orang yang Independen”. Buku-buku khusus dipersiapkan untuk membantu kaum muda menghargai hikmat dari nasihat Alkitab. Buku-buku ini misalnya Masa Remaja—Manfaatkanlah Sebaik-baiknya (diterbitkan pada tahun 1976 dalam bahasa Inggris) dan Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis (diterbitkan pada tahun 1989). Para penatua setempat memberikan bantuan rohani kepada pribadi-pribadi dan keluarga-keluarga. Sidang-sidang Saksi-Saksi Yehuwa juga dilindungi dengan mengeluarkan orang-orang bersalah yang tidak bertobat.

      Kemerosotan dunia dalam hal moral tidak menimbulkan pandangan yang lebih serba boleh di antara Saksi-Saksi Yehuwa. Sebaliknya, Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa lebih menandaskan perlunya menghindari bukan saja perbuatan seks gelap tetapi juga pengaruh-pengaruh dan keadaan-keadaan yang mengikis nilai-nilai moral. Selama tiga dekade terakhir ini, Badan Pimpinan telah menyediakan petunjuk-petunjuk untuk membentengi pribadi-pribadi melawan ”dosa tersembunyi” misalnya masturbasi dan membuat mereka waspada akan bahaya pornografi, opera sabun, dan musik yang mempunyai pengaruh merendahkan moral. Maka, seraya kecenderungan moral dunia merosot, moral Saksi-Saksi Yehuwa meningkat.

      Kehidupan Keluarga yang Dibimbing Oleh Standar Ilahi

      Berpegang teguh pada standar Alkitab mengenai moralitas seksual telah banyak memberikan manfaat kepada kehidupan keluarga Saksi-Saksi Yehuwa. Namun menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa bukanlah jaminan bahwa seseorang tidak akan mendapat problem-problem dalam keluarga. Meskipun demikian, Saksi-Saksi percaya bahwa Firman Allah memberikan nasihat yang paling baik dalam cara mengatasi problem-problem demikian. Mereka memiliki banyak perlengkapan yang disediakan oleh organisasi untuk membantu mereka menerapkan nasihat itu; dan jika mereka terus mengikutinya, hasilnya akan benar-benar membawa manfaat.

      Bahkan sejak tahun 1904, jilid keenam dari Studies in the Scriptures menyediakan pembahasan terperinci tentang tanggung jawab perkawinan dan kewajiban orang-tua. Sejak saat itu, ratusan artikel diterbitkan dan berbagai khotbah disampaikan di setiap sidang Saksi-Saksi Yehuwa untuk membantu setiap anggota keluarga menghargai peranan yang diberikan Allah. Pendidikan dalam seluruh kehidupan keluarga ini bukan hanya diberikan bagi para pengantin baru tetapi merupakan suatu program yang terus-menerus berjalan yang mencakup seluruh sidang.—Ef. 5:22–6:4; Kol. 3:18-21.

      Apakah Poligami Akan Diterima?

      Walaupun kebiasaan-kebiasaan yang mempengaruhi perkawinan dan kehidupan keluarga berbeda dari satu negeri ke negeri lain, Saksi-Saksi Yehuwa mengakui bahwa standar yang ditetapkan dalam Alkitab berlaku di mana-mana. Seraya pekerjaan mereka mulai dilaksanakan di Afrika pada abad ke-20 ini, Saksi-Saksi di sana mengajarkan, sebagaimana mereka lakukan di tempat-tempat lain, bahwa perkawinan Kristen hanya mengizinkan satu teman hidup. (Mat. 19:4, 5; 1 Kor. 7:2; 1 Tim. 3:2) Meskipun demikian, ada ratusan orang yang menerima penyingkapan Alkitab tentang penyembahan berhala dan dengan senang hati mempercayai apa yang Saksi-Saksi Yehuwa ajarkan berkenaan Kerajaan Allah, namun dibaptis tanpa meninggalkan poligami. Guna memperbaiki keadaan ini, The Watchtower 15 Januari 1947, menekankan bahwa kekristenan tidak mengizinkan poligami, tidak soal kebiasaan setempat. Sebuah surat dikirim ke sidang-sidang memberitahukan bahwa siapa pun yang mengaku diri Saksi-Saksi Yehuwa tetapi masih mempraktekkan poligami, diberi waktu enam bulan untuk menyelaraskan urusan-urusan perkawinan mereka dengan standar Alkitab. Hal ini diperkuat oleh sebuah ceramah yang diberikan oleh Saudara Knorr selama kunjungannya ke Afrika pada tahun yang sama.

      Di Nigeria, tidak sedikit orang dunia meramalkan bahwa upaya menghapuskan poligami dari barisan Saksi-Saksi Yehuwa akan berarti menghapuskan barisan itu. Dan memang benar bahwa tidak semua pelaku poligami yang telah dibaptis sebelumnya sebagai Saksi, membuat perubahan-perubahan yang dituntut bahkan sampai tahun 1947. Sebagai contoh, Asuquo Akpabio, seorang pengawas keliling, menceritakan bahwa seorang Saksi yang menyediakan tempat menginap baginya di Ifiayong membangunkannya pada tengah malam dan menuntut agar ia mengubah apa yang telah ia umumkan mengenai syarat monogami. Karena ia menolak untuk melakukannya, tuan rumah mengusirnya ke luar di tengah-tengah hujan lebat pada malam itu.

      Akan tetapi, kasih akan Yehuwa telah memberikan kepada orang-orang lain kekuatan yang diperlukan untuk menaati perintah-perintah-Nya. Berikut ini hanya beberapa contoh di antaranya. Di Zaire seorang pria yang tadinya beragama Katolik dan seorang yang berpoligami, menceraikan dua istrinya agar dapat menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa, sekalipun menyuruh pergi istri yang paling dikasihinya karena ia bukan ’istri masa mudanya’ merupakan ujian berat atas imannya. (Ams. 5:18) Di Dahomey (sekarang Benin) seorang bekas penganut Metodis yang masih mempunyai lima istri mengatasi halangan-halangan hukum yang sangat sulit untuk dapat memperoleh perceraian yang diperlukan agar ia dapat memenuhi syarat untuk dibaptis. Walaupun demikian, ia terus menunjang kehidupan bekas istri-istri dan anak-anaknya, sebagaimana dilakukan juga oleh orang-orang lain yang menceraikan istri-istri tambahan. Warigbani Whittington, seorang Nigeria, adalah istri kedua dari antara dua istri suaminya. Ketika ia memutuskan bahwa menyenangkan Yehuwa, Allah yang benar adalah perkara yang paling penting baginya, ia menghadapi kemurkaan suaminya dan kemudian keluarganya sendiri. Suaminya membiarkan dia pergi bersama kedua anaknya, tetapi tanpa bantuan keuangan—bahkan tanpa uang untuk transportasi. Namun, ia berkata, ’Keuntungan materi apa pun yang saya tinggalkan, tidak ada yang dapat dibandingkan dengan menyenangkan Yehuwa.’

      Bagaimana Dengan Perceraian?

      Di negeri-negeri Barat, poligami tidak dipraktekkan secara luas, tetapi sikap lain yang bertentangan dengan Alkitab sedang digemari. Salah satunya adalah gagasan bahwa perceraian lebih baik daripada perkawinan yang tidak bahagia. Pada tahun-tahun belakangan ini, beberapa Saksi-Saksi Yehuwa mulai meniru semangat ini, menuntut perceraian atas dasar seperti ”ketidakcocokan”. Bagaimana Saksi-Saksi mengatasi hal ini? Suatu kampanye pendidikan yang gencar tentang pandangan Yehuwa mengenai perceraian secara tetap tentu diadakan oleh organisasi untuk memberikan manfaat bagi mereka yang telah lama menjadi Saksi-Saksi dan juga ratusan ribu orang yang terus ditambahkan ke dalam barisan mereka setiap tahun.

      Kepada petunjuk Alkitab yang mana The Watchtower telah menarik perhatian orang-orang? Antara lain, yang berikut: Dalam catatan Alkitab tentang perkawinan manusia yang pertama, kesatuan dari suami dan istri ditekankan; catatan itu mengatakan, ’Laki-laki harus berpaut kepada istrinya, dan mereka harus menjadi satu daging.’ (Kej. 2:24, NW) Belakangan, di Israel, hukum Taurat melarang perzinaan dan hukuman mati dijatuhkan atas siapa pun yang melakukannya. (Ul. 22:22-24) Perceraian selain atas dasar perzinaan diperbolehkan, tetapi hanya ’karena ketegaran hati mereka’, sebagaimana Yesus jelaskan. (Mat. 19:7, 8) Apa pandangan Yehuwa mengenai praktek menyingkirkan pasangan hidup seseorang agar dapat mengawini yang lain? Maleakhi 2:16 menyatakan, ’Allah membenci perceraian.’ Namun, Ia telah mengizinkan mereka yang bercerai untuk tetap berada dalam sidang jemaat Israel. Di sana, jika mereka menerima disiplin Yehuwa untuk umat-Nya, hati mereka yang membatu mungkin saja diganti dengan hati yang lebih lembut, hati yang dapat memperlihatkan kasih yang tulus terhadap jalan-jalan-Nya.—Bandingkan Yehezkiel 11:19, 20.

      The Watchtower telah sering menyatakan bahwa ketika Yesus membahas tentang perceraian sebagaimana dipraktekkan di Israel purba, ia memperlihatkan bahwa suatu standar yang lebih tinggi harus ditegakkan di antara para pengikutnya. Yesus berkata bahwa siapa pun yang menceraikan istrinya kecuali atas dasar percabulan (por·neiʹa, ”hubungan seksual yang tidak sah”) dan mengawini orang lain, orang tersebut berzina; dan bahkan jika ia tidak menikah lagi, ia akan menjadikan istrinya subjek untuk perzinaan. (Mat. 5:32; 19:9) Jadi, The Watchtower telah menunjukkan bahwa bagi umat Kristen perceraian apa pun merupakan persoalan yang lebih serius daripada halnya dulu di Israel. Walaupun Alkitab tidak menunjukkan bahwa setiap orang yang bercerai akan dikeluarkan dari sidang, mereka yang juga mempraktekkan perzinaan dan tidak bertobat akan dipecat dari sidang Saksi-Saksi Yehuwa.—1 Kor. 6:9, 10.

      Perubahan-perubahan yang revolusioner telah terjadi pada tahun-tahun belakangan ini atas sikap dunia berkenaan perkawinan dan kehidupan keluarga. Walaupun begitu, Saksi-Saksi Yehuwa terus berpaut pada standar-standar yang disediakan Allah, Pemula dari perkawinan, sebagaimana telah diuraikan dalam Alkitab. Dengan menggunakan petunjuk-petunjuk itu, mereka berupaya membantu orang-orang berhati jujur untuk mengatasi keadaan-keadaan sulit yang dihadapi banyak orang.

      Sebagai hasilnya, perubahan-perubahan yang dramatis telah dibuat dalam kehidupan banyak orang yang menerima petunjuk Alkitab dari Saksi-Saksi Yehuwa. Pria-pria yang tadinya sering memukuli istrinya, pria-pria yang tidak memikul tanggung jawab mereka, pria-pria yang menyediakan kebutuhan secara materi tetapi tidak secara emosi dan rohani—ribuan orang demikian telah menjadi suami dan ayah yang pengasih yang memelihara rumah tangganya dengan baik. Wanita-wanita yang ingin bebas secara membabi buta, wanita-wanita yang tidak mempedulikan anak-anak atau tidak mengurus diri dan rumah mereka—banyak dari mereka ini telah menjadi istri yang menaruh respek atas kekepalaan dan mengejar haluan yang dapat membuat mereka sangat dikasihi oleh suami dan anak-anak mereka. Remaja-remaja yang secara kurang ajar tidak mematuhi orang-tua mereka dan memberontak terhadap masyarakat pada umumnya, remaja-remaja yang menghancurkan kehidupan mereka sendiri dengan hal-hal yang mereka lakukan dan dengan demikian menghancurkan hati orang-tua mereka—tidak sedikit dari mereka ini akhirnya mempunyai tujuan ilahi dalam kehidupan dan hal ini membantu mereka mengubah kepribadian mereka.

      Tentu saja, suatu faktor penting dalam keluarga adalah kejujuran terhadap satu sama lain. Kejujuran juga penting dalam hubungan-hubungan lainnya.

      Seberapa Jauh Jangkauan dari Tuntutan Kejujuran?

      Saksi-Saksi Yehuwa mengakui bahwa kejujuran dituntut dalam segala sesuatu yang mereka lakukan. Sebagai dasar pandangan mereka, mereka menunjuk kepada ayat-ayat seperti berikut: Yehuwa sendiri adalah ”Allah kebenaran”. (Mzm. 31:5, NW) Sebaliknya, seperti Yesus katakan, si Iblis adalah ”bapa segala dusta”. (Yoh. 8:44) Maka, dapat dimengerti bahwa di antara hal-hal yang Yehuwa benci adalah ”lidah dusta”. (Ams. 6:16, 17) Firman-Nya memberi tahu kita, ”Buanglah dusta dan berkatalah benar.” (Ef. 4:25) Selain itu, orang-orang Kristen bukan saja harus mengatakan kebenaran, tetapi, seperti rasul Paulus, mereka harus ’bertingkah laku jujur dalam segala hal’. (Ibr. 13:18, NW) Dalam bidang kehidupan apa pun Saksi-Saksi Yehuwa tidak dapat secara sah menerapkan aturan nilai-nilai yang lain.

      Ketika Yesus mengunjungi rumah pemungut cukai Zakheus, orang itu mengakui bahwa praktek bisnisnya selama itu tidaklah benar, dan ia mengambil langkah untuk memperbaiki tindakan-tindakannya yang suka memeras di masa lalu. (Luk. 19:8) Pada tahun-tahun belakangan ini, agar dapat memperoleh hati nurani yang bersih di hadapan Allah, beberapa orang yang mulai bergabung dengan Saksi-Saksi Yehuwa mengambil tindakan yang serupa. Sebagai contoh, di Spanyol, seorang yang pekerjaannya mencuri mulai belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Segera hati nuraninya mulai mengganggunya; maka ia mengembalikan barang-barang yang dicurinya kepada bekas majikannya dan kepada tetangga-tetangganya, kemudian membawa barang-barang lainnya kepada polisi. Ia diharuskan membayar denda dan mendekam di penjara untuk waktu singkat, tetapi kini ia memiliki hati nurani yang bersih. Di Inggris, hanya setelah dua bulan belajar Alkitab dengan seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa, seorang bekas pencuri berlian menyerahkan diri kepada polisi, yang tentunya sangat heran; mereka telah mencarinya selama enam bulan. Selama dua setengah tahun yang ia lalui setelah itu di penjara, ia dengan rajin mempelajari Alkitab dan belajar membagikan kebenaran Alkitab kepada orang-orang lain. Setelah dibebaskan, ia mempersembahkan dirinya untuk dibaptis sebagai salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa.—Ef. 4:28.

      Reputasi Saksi-Saksi Yehuwa sehubungan kejujuran diketahui banyak orang. Para majikan telah mengetahui bahwa Saksi-Saksi bukan saja tidak akan mencuri dari mereka tetapi juga tidak akan berbohong atau memalsukan laporan atas perintah majikan mereka—tidak, tidak bahkan jika diancam akan kehilangan pekerjaan. Bagi Saksi-Saksi Yehuwa, hubungan yang baik dengan Allah jauh lebih penting daripada perkenan manusia mana pun. Juga mereka menyadari bahwa, tidak soal di mana mereka berada dan apa yang mereka lakukan, ”segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab”.—Ibr. 4:13; Ams. 15:3.

      Di Italia, surat kabar La Stampa mengatakan mengenai Saksi-Saksi Yehuwa, ”Mereka mempraktekkan apa yang mereka kabarkan . . . Standar yang tinggi dalam hal moral yaitu kasih akan sesama, tidak haus kekuasaan, tidak menggunakan kekerasan dan kejujuran pribadi (yang bagi kebanyakan orang Kristen hanyalah ’peraturan hari Minggu’, yang hanya bagus untuk diberitakan dari mimbar) merupakan jalan hidup mereka ’sehari-hari’.” Dan di Amerika Serikat, Louis Cassels, redaktur agama untuk United Press International, Washington, DC, menulis, ”Saksi-Saksi berpaut pada kepercayaan mereka dengan kesetiaan yang besar, walaupun dalam melakukannya berarti pengorbanan yang besar.”

      Mengapa Berjudi Tidak Pernah Menjadi Masalah di Antara Mereka

      Pada masa-masa yang silam, kejujuran biasanya dihubungkan dengan kemauan untuk bekerja keras. Berjudi, yaitu mengambil risiko mempertaruhkan sejumlah uang atas hasil suatu permainan atau kejadian lain, dianggap rendah oleh masyarakat pada umumnya. Akan tetapi, seraya semangat mementingkan diri dan ingin cepat kaya mulai meliputi abad ke-20 ini, perjudian—sah dan tidak sah—mulai meluas. Hal itu bukan saja disponsori oleh dunia penjahat tetapi sering kali juga oleh gereja-gereja dan pemerintahan duniawi dengan tujuan mengumpulkan uang. Bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa berurusan dengan perubahan sikap ini dalam masyarakat? Berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab.

      Sebagaimana telah ditunjukkan dalam publikasi-publikasi mereka, tidak ada perintah yang spesifik dalam Alkitab yang mengatakan, Jangan berjudi. Namun buah-buah perjudian selalu buruk, dan buah-buah busuk ini telah dibeberkan oleh majalah The Watchtower dan Awake! selama setengah abad. Lebih jauh, majalah-majalah ini telah memperlihatkan bahwa berjudi dalam bentuk apa pun berkaitan dengan sikap yang Alkitab peringatkan untuk dijauhi. Misalnya, cinta akan uang, ”Akar segala kejahatan ialah cinta uang.” (1 Tim. 6:10) Serta pementingan diri, ”Jangan [secara mementingkan diri, NW] menghasratkan . . . apapun yang dipunyai sesamamu.” (Ul. 5:21; bandingkan 1 Korintus 10:24.) Juga ketamakan, ”Jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang . . . kikir [”tamak”, NW].” (1 Kor. 5:11) Selain itu, Alkitab memperingatkan untuk melawan daya tarik ”Keberuntungan” seolah-olah itu adalah semacam kekuatan supernatural yang dapat melimpahkan kebaikan. (Yes. 65:11, NW) Karena mereka mencamkan peringatan-peringatan Alkitab ini dalam hati, Saksi-Saksi Yehuwa dengan tegas menjauhkan perjudian. Dan sejak tahun 1976 mereka mengerahkan upaya khusus untuk menghindari masuknya orang-orang yang pekerjaan duniawinya dengan jelas menunjukkan bahwa mereka itu adalah bagian dari suatu perusahaan perjudian.

      Perjudian tidak pernah menjadi masalah yang nyata di antara Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka mengetahui bahwa sebaliknya daripada memupuk semangat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan orang lain, Alkitab menganjurkan mereka bekerja dengan tangan mereka, setia mengurus hal-hal yang dipercayakan kepada mereka, murah hati, suka memberi kepada orang-orang yang kekurangan. (Ef. 4:28; Luk. 16:10; Rm. 12:13; 1 Tim. 6:18) Apakah hal ini dapat dikenali dengan mudah oleh orang-orang lain yang berurusan dengan mereka? Ya, khususnya oleh orang-orang yang mengadakan hubungan bisnis dengan mereka. Bukanlah suatu hal yang aneh jika para majikan duniawi mencari Saksi-Saksi Yehuwa sebagai karyawan karena mengetahui sifat mereka yang bersungguh-sungguh dan dapat diandalkan. Mereka menyadari bahwa agama yang dianut Saksi-Saksi itulah yang membuat para Saksi menjadi orang-orang yang demikian.

      Bagaimana Dengan Tembakau dan Penyalahgunaan Obat?

      Alkitab tidak menyebutkan tembakau, juga tidak menyebutkan nama banyak obat yang disalahgunakan pada zaman kita sekarang. Akan tetapi, Alkitab memang menyediakan petunjuk-petunjuk yang telah membantu Saksi-Saksi Yehuwa untuk menentukan haluan tingkah laku apa yang akan menyenangkan Allah. Karena itu, bahkan sejak tahun 1895, ketika Watch Tower mengomentari tentang penggunaan tembakau, majalah itu menarik perhatian kepada 2 Korintus 7:1, yang mengatakan, ”Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.”

      Selama bertahun-tahun, nasihat itu tampaknya sudah cukup. Namun, seraya perusahaan-perusahaan tembakau menggunakan iklan-iklan untuk menciptakan pesona merokok, dan kemudian penyalahgunaan obat-obat yang ”ilegal” semakin meluas, lebih banyak nasihat diperlukan. Prinsip-prinsip Alkitab lainnya kemudian ditonjolkan: respek akan Yehuwa, Pemberi kehidupan (Kis. 17:24, 25); kasih akan sesama (Yak. 2:8), dan fakta bahwa seseorang yang tidak mengasihi sesamanya manusia tidak sungguh-sungguh mengasihi Allah (1 Yoh. 4:20); juga ketaatan kepada penguasa duniawi (Tit. 3:1). Ditunjukkan bahwa kata Yunani phar·ma·kiʹa, yang pada dasarnya berarti ”obat-obatan”, digunakan oleh para penulis Alkitab untuk mengacu kepada ”praktek spiritisme” karena obat-obatan dipakai dalam praktek-praktek spiritisme.—Gal. 5:20, NW.

      Kembali ke tahun 1946, majalah Consolation membeberkan bentuk curang yang sering terdapat pada pernyataan-pernyataan yang dibayar yang digunakan dalam iklan-iklan rokok. Seraya bukti-bukti ilmiah tersedia, penerus majalah Consolation, yaitu Awake!, juga memuat bukti bahwa penggunaan tembakau mengakibatkan kanker, penyakit jantung, cacat pada janin dari wanita yang mengandung, dan kerugian bagi bukan perokok yang dipaksa menghirup udara yang penuh asap, serta bukti bahwa nikotin dapat membuat ketagihan. Perhatian telah ditarik kepada pengaruh yang memabukkan dari mariyuana (ganja) dan bukti bahwa penggunaannya dapat mengakibatkan kerusakan pada otak. Demikian juga, bahaya-bahaya yang mengerikan dari obat-obat bius lain yang membuat ketagihan telah dibahas berulang kali demi manfaat para pembaca publikasi-publikasi Menara Pengawal.

      Jauh sebelum wakil-wakil pemerintah setuju sampai pada tingkat bahwa mereka harus memperingatkan masyarakat akan bahaya penggunaan tembakau, The Watchtower, dalam terbitannya tanggal 1 Maret 1935, menjelaskan bahwa tidak seorang pun yang menggunakan tembakau dapat menjadi anggota staf kantor pusat dari Watch Tower Bible and Tract Society atau menjadi salah seorang dari wakil-wakilnya yang terlantik. Setelah semua hamba dalam sidang Saksi-Saksi Yehuwa dilantik oleh Lembaga (yang diatur mulai pada tahun 1938), The Watchtower 1 Juli 1942, menyatakan bahwa larangan atas penggunaan tembakau juga berlaku bagi semua hamba yang dilantik ini. Di beberapa daerah, diperlukan waktu beberapa tahun sebelum hal ini dilaksanakan sepenuhnya. Akan tetapi, kebanyakan Saksi-Saksi Yehuwa memberikan tanggapan yang baik atas nasihat Alkitab dan contoh bagus dari mereka yang mengambil pimpinan di antara mereka.

      Sebagai langkah maju selanjutnya dalam menerapkan secara konsisten nasihat Alkitab itu, tidak seorang pun yang masih merokok dapat diterima untuk pembaptisan mulai tahun 1973 dan seterusnya. Selama bulan-bulan berikutnya, orang-orang yang masih aktif terlibat dalam pengolahan tembakau atau dalam memajukan penjualan tembakau, dibantu untuk menyadari bahwa mereka tidak dapat terus melakukannya dan diterima sebagai Saksi-Saksi Yehuwa. Nasihat dari Firman Allah harus diterapkan secara konsisten dalam setiap aspek kehidupan. Penerapan prinsip-prinsip Alkitab demikian mengenai penggunaan tembakau, mariyuana, dan apa yang disebut obat-obat keras telah melindungi Saksi-Saksi. Dengan menggunakan Alkitab, mereka juga dapat membantu ribuan orang yang kehidupannya sedang dirusak oleh penyalahgunaan obat.

      Apakah Minuman Beralkohol Berbeda?

      Publikasi-publikasi Menara Pengawal tidak menerima pandangan bahwa penggunaan minuman beralkohol sama dengan penyalahgunaan obat. Mengapa tidak? Mereka menjelaskan: Sang Pencipta mengetahui bagaimana kita dibuat, dan Firman-Nya mengizinkan penggunaan minuman beralkohol secara bersahaja. (Mzm. 104:15; 1 Tim. 5:23) Akan tetapi, Alkitab juga memperingatkan tentang ’minum terlalu banyak’, dan dengan tegas mengutuk pemabukan.—Ams. 23:20, NW, 21, 29, 30; 1 Kor. 6:9, 10; Ef. 5:18.

      Karena pemakaian minuman yang memabukkan secara tidak bersahaja telah merusak kehidupan banyak orang, Charles Taze Russell sendiri memilih untuk berpantang secara total. Namun demikian, ia mengakui bahwa Yesus menggunakan anggur. Selama abad ke-19 dan bagian awal abad ke-20, ada banyak pergolakan masyarakat yang menuntut minuman keras dilarang secara resmi di Amerika Serikat. Watch Tower dengan bebas mengungkapkan simpati kepada mereka yang berupaya memerangi kerugian akibat minuman keras, tetapi tidak ikut serta dalam kampanye mereka yang menuntut agar undang-undang pelarangan disahkan. Akan tetapi, majalah ini memang menunjukkan dengan tegas kerugian akibat minum berlebihan dan sering menyatakan bahwa adalah lebih baik menghindari anggur dan semua minuman keras. Mereka yang merasa dapat menggunakan minuman keras dengan bersahaja dianjurkan untuk mempertimbangkan Roma 14:21, yang mengatakan, ”Baiklah engkau jangan makan daging atau minum anggur, atau sesuatu yang menjadi batu sandungan untuk saudaramu.”

      Akan tetapi, pada tahun 1930, ketika pemimpin Anti-Saloon League di Amerika Serikat bertindak jauh dengan mengaku kepada umum bahwa organisasinya ”dilahirkan dari Allah”, J. F. Rutherford, yang pada waktu itu adalah presiden Lembaga Menara Pengawal, menggunakan kesempatan tersebut untuk memberikan khotbah-khotbah di radio yang memperlihatkan bahwa pengakuan demikian sama saja dengan menghujah Allah. Mengapa? Karena Firman Allah tidak mengharamkan semua penggunaan anggur; karena undang-undang pelarangan tidak menghentikan pemabukan, yang memang dikutuk Allah, dan karena undang-undang pelarangan minuman keras itu sebaliknya menyebabkan reaksi yang tidak baik berupa pembuatan serta penyebaran minuman keras secara ilegal dan korupsi dalam pemerintahan.

      Menggunakan minuman beralkohol atau menghindarinya dianggap sebagai hal yang bersifat pribadi di kalangan Saksi-Saksi Yehuwa. Namun mereka berpaut pada tuntutan Alkitab bahwa para pengawas haruslah ”bersahaja dalam kebiasaan”. Istilah itu diterjemahkan dari kata Yunani ne·phaʹli·on, yang berarti, secara harfiah, ’sadar, berkepala dingin; berpantang anggur, secara keseluruhan atau paling tidak dari penggunaannya yang tidak bersahaja’. Para pelayan sidang juga, haruslah pria-pria yang ”tidak menyerahkan diri mereka kepada banyak anggur”. (1 Tim. 3:2, 3, 8, NW) Maka, peminum berat tidak memenuhi syarat untuk hak-hak istimewa dinas yang khusus. Fakta bahwa mereka yang ambil pimpinan di antara Saksi-Saksi Yehuwa memberi teladan yang bagus menyebabkan mereka memiliki kebebasan berbicara untuk membantu orang-orang lain yang cenderung bergantung pada minuman beralkohol dalam mengatasi tekanan atau bisa jadi, sebenarnya, perlu berpantang sama sekali untuk tetap sadar. Apa hasilnya?

      Sebagai contoh, suatu laporan berita dari Afrika tengah bagian selatan menyatakan, ”Dari semua laporan, daerah-daerah yang Saksi-Saksi Yehuwa paling kuat di antara orang-orang Afrika, adalah daerah-daerah yang sekarang lebih bebas dari kekacauan dibanding daerah-daerah lain pada umumnya. Pasti mereka telah dengan aktif menentang pembuat kerusuhan, tukang-tukang sihir, pemabukan dan kekerasan dalam bentuk apa pun.”—The Northern News (Zambia).

      Cara penting lain yang membedakan tingkah laku Saksi-Saksi Yehuwa dari dunia adalah sehubungan dengan—

      Respek Akan Kehidupan

      Respek demikian berakar dari pengakuan akan kenyataan bahwa kehidupan adalah suatu karunia dari Allah. (Mzm. 36:10; Kis. 17:24, 25) Hal ini mencakup kesadaran bahwa kehidupan dari bayi yang belum dilahirkan pun berharga di mata Allah. (Kel. 21:22-25; Mzm. 139:1, 16) Pertimbangkan juga bahwa ”setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.”—Rm. 14:12.

      Selaras dengan prinsip-prinsip Alkitab ini, Saksi-Saksi Yehuwa telah dengan konsisten menjauhkan diri dari praktek aborsi. Untuk menyediakan bimbingan yang baik kepada para pembacanya, majalah Awake! telah membantu mereka menghargai bahwa kesucian adalah tuntutan ilahi; majalah tersebut telah membahas secara terperinci keajaiban proses reproduksi serta faktor-faktor psikologis dan fisiologis yang tersangkut dalam kelahiran bayi. Pada masa setelah Perang Dunia II, seraya aborsi menjadi semakin umum, The Watchtower memperlihatkan dengan jelas bahwa praktek ini bertentangan dengan Firman Allah. Dengan terang-terangan, terbitan 15 Desember 1969 mengatakan, ”Aborsi yang dimaksudkan hanya untuk menyingkirkan seorang anak yang tidak diinginkan adalah sama dengan mengakhiri kehidupan manusia secara sengaja.”

      Mengapa Menolak Transfusi Darah

      Respek akan kehidupan yang diperlihatkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa juga mempengaruhi sikap mereka terhadap transfusi darah. Ketika transfusi darah menjadi masalah yang harus mereka hadapi, The Watchtower 1 Juli 1945 menjelaskan secara terperinci pandangan Kristen mengenai kesucian darah.c Artikel itu memperlihatkan bahwa darah binatang dan manusia termasuk dalam larangan ilahi yang mengikat Nuh dan semua keturunannya. (Kej. 9:3-6) Artikel itu menunjukkan bahwa tuntutan ini ditandaskan kembali pada abad pertama dalam perintah agar umat Kristen ’menjauhkan diri dari darah’. (Kis. 15:28, 29) Artikel yang sama itu juga membuat jelas dari Alkitab bahwa satu-satunya penggunaan darah yang diperkenan Allah adalah untuk korban, dan bahwa karena korban-korban binatang yang dipersembahkan di bawah Hukum Musa menggambarkan korban Kristus, maka mengabaikan tuntutan agar umat Kristen ’menjauhkan diri dari darah’ merupakan bukti dari sikap yang tidak respek terhadap korban tebusan Yesus Kristus. (Im. 17:11, 12; Ibr. 9:11-14, 22) Selaras dengan pengertian akan perkara-perkara tersebut, maka mulai tahun 1961 siapa pun yang mengabaikan tuntutan ilahi ini, menerima transfusi darah, dan menunjukkan sikap yang tidak bertobat, dipecat dari sidang Saksi-Saksi Yehuwa.

      Pada mulanya, akibat sampingan secara fisik dari tranfusi darah tidak dibahas dalam publikasi Menara Pengawal. Belakangan, ketika informasi demikian tersedia, hal itu pun diterbitkan—bukan sebagai alasan mengapa Saksi-Saksi Yehuwa menolak transfusi darah, tetapi untuk memperkuat penghargaan mereka akan larangan yang Allah sendiri berikan mengenai penggunaan darah. (Yes. 48:17) Untuk tujuan itu, pada tahun 1961 sebuah buku kecil yang didokumentasi dengan teliti berjudul Blood, Medicine and the Law of God (Darah, Obat dan Hukum Allah) diterbitkan. Pada tahun 1977, buku kecil lain dicetak. Buku kecil ini, yang berjudul Jehovah’s Witnesses and the Question of Blood (Saksi-Saksi Yehuwa dan Pertanyaan Tentang Darah), sekali lagi menandaskan fakta bahwa pendirian yang diambil oleh Saksi-Saksi Yehuwa adalah secara agama, berdasarkan apa yang Alkitab katakan, dan tidak berdasarkan faktor-faktor risiko medis. Penyesuaian lebih jauh mengenai pokok ini dipersembahkan pada tahun 1990 dalam brosur Bagaimana Darah Dapat Menyelamatkan Kehidupan Anda? Dengan menggunakan publikasi-publikasi ini, Saksi-Saksi Yehuwa telah mengupayakan banyak hal untuk mendapatkan kerja sama dari para dokter dan membantu mereka mengerti kedudukan Saksi-Saksi. Akan tetapi, penggunaan transfusi darah telah sangat dijunjung tinggi oleh kalangan medis.

      Walaupun Saksi-Saksi Yehuwa telah memberi tahu para dokter bahwa mereka tidak mempunyai keberatan agama terhadap pengobatan alternatif, menolak transfusi darah bukanlah hal yang mudah. Sering kali, Saksi-Saksi dan keluarga ditekan dengan hebat untuk menyerah pada praktek medis yang biasa dilakukan. Di Puerto Riko, pada bulan November 1976, Ana Paz de Rosario yang berusia 45 tahun setuju untuk dioperasi dan menerima obat-obat yang diperlukan tetapi meminta agar jangan diberi transfusi darah dengan alasan keyakinan agamanya. Walaupun begitu, lima orang polisi dan tiga perawat, dilengkapi dengan surat perintah dari pengadilan, datang ke kamarnya di rumah sakit lewat tengah malam, mengikatnya ke tempat tidur dan memaksakan transfusi darah kepadanya, berlawanan dengan permintaannya dan permintaan suami dan anak-anaknya. Ia mengalami guncangan dan meninggal. Hal ini sama sekali bukan satu-satunya kasus yang terjadi, dan bukan saja di Puerto Riko kekejaman demikian terjadi.

      Di Denmark, orang-tua Saksi diburu oleh polisi pada tahun 1975 karena mereka menolak untuk mengizinkan transfusi darah yang dipaksakan kepada putra mereka yang masih belia tetapi sebaliknya mencari pengobatan alternatif. Di Italia, pada tahun 1982, orang-tua yang telah dengan pengasih mencari bantuan medis ke empat negara untuk anak perempuannya yang menderita penyakit yang tak tersembuhkan, dijatuhi hukuman penjara 14 tahun atas tuduhan pembunuhan setelah anak perempuan tersebut meninggal saat diberi transfusi darah atas perintah pengadilan.

      Sering kali, dalam upaya untuk memaksakan transfusi kepada anak-anak dari Saksi-Saksi Yehuwa, rasa permusuhan yang besar dari masyarakat telah dikobarkan oleh media massa. Dalam beberapa peristiwa, bahkan tanpa pemeriksaan resmi pada saat orang-tua dapat berbicara, hakim telah memerintahkan agar anak-anak mereka ditransfusi. Namun, dalam lebih dari 40 kasus di Kanada, anak-anak yang ditransfusi ini dikembalikan kepada orang-tua mereka dalam keadaan meninggal.

      Tidak semua dokter dan hakim setuju dengan cara yang sewenang-wenang ini. Beberapa mulai mengupayakan sikap yang lebih membantu. Ada dokter-dokter yang menggunakan kecakapan mereka untuk menyediakan pengobatan tanpa darah. Dalam proses ini, mereka memperoleh banyak pengalaman dalam segala jenis pembedahan tanpa darah. Lama-kelamaan diperlihatkan bahwa semua jenis pembedahan dapat dilakukan dengan sukses, pada orang dewasa dan juga pada anak-anak, tanpa transfusi darah.d

      Untuk menghindari konfrontasi yang tidak perlu dalam keadaan-keadaan darurat, pada awal tahun 1960-an, Saksi-Saksi Yehuwa mulai mengadakan kunjungan-kunjungan khusus kepada dokter-dokter untuk membahas sikap mereka dan memberikan lektur-lektur yang cocok. Belakangan mereka meminta agar sebuah pernyataan tertulis ditaruh dalam berkas medis pribadi mereka yang menyatakan bahwa transfusi darah tidak akan diberikan kepada mereka. Menjelang tahun 1970-an, mereka membuat kebiasaan umum untuk secara pribadi membawa sebuah kartu guna menarik perhatian staf medis akan kenyataan bahwa transfusi darah tidak boleh diberikan kepada mereka dalam keadaan apa pun juga. Setelah berkonsultasi dengan para dokter dan pengacara, bentuk kartu itu disesuaikan dengan tujuan menjadikannya sebuah dokumen resmi.

      Untuk mendukung tekad Saksi-Saksi Yehuwa agar mereka tidak diberi transfusi darah, untuk menjernihkan kesalahpahaman di pihak para dokter dan rumah-rumah sakit, dan untuk membangun semangat kerja sama yang lebih besar antara lembaga medis dan pasien-pasien Saksi, Panitia-Panitia Penghubung Rumah Sakit telah dibentuk di bawah petunjuk Badan Pimpinan dari Saksi-Saksi Yehuwa. Dari hanya beberapa panitia seperti itu pada tahun 1979, jumlahnya telah bertambah menjadi lebih dari 800 di lebih dari 70 negeri. Penatua-penatua terpilih telah dilatih dan menyediakan pelayanan demikian di Amerika Utara, Timur Jauh, negeri-negeri besar di Pasifik Selatan, Eropa, dan Amerika Latin. Selain menjelaskan kedudukan Saksi-Saksi Yehuwa, penatua-penatua ini menarik perhatian staf rumah sakit kepada fakta bahwa ada alternatif yang sah selain menginfuskan darah. Dalam situasi darurat, para penatua ini membantu mengadakan konsultasi antara dokter-dokter utama dengan ahli-ahli bedah yang telah menangani kasus-kasus serupa bagi para Saksi tanpa darah. Jika perlu, panitia-panitia ini mengunjungi bukan saja staf rumah sakit, tetapi juga hakim-hakim yang tersangkut dalam kasus-kasus ketika rumah-rumah sakit mengupayakan surat perintah pengadilan untuk transfusi.

      Jika respek untuk kepercayaan agama mereka berkenaan kesucian darah tidak dapat dijamin dengan cara lain, Saksi-Saksi Yehuwa juga, kadang-kadang, menggugat dokter-dokter dan rumah-rumah sakit ke pengadilan. Mereka biasanya hanya mengupayakan suatu perintah untuk menahan diri atau menahan suatu keputusan. Namun, pada tahun-tahun belakangan ini, mereka bahkan mengajukan gugatan ganti rugi terhadap dokter dan rumah sakit yag telah berlaku sewenang-wenang. Pada tahun 1990 Pengadilan Banding Ontario di Kanada, memenangkan gugatan ganti rugi semacam itu karena sang dokter tidak mempedulikan kartu yang ada di dompet sang pasien yang dengan jelas menyatakan bahwa Saksi itu tidak mau menerima transfusi darah dalam keadaan apa pun juga. Di Amerika Serikat, sejak tahun 1985, setidaknya sepuluh gugatan ganti rugi telah diberikan di berbagai bagian negeri itu, dan adakalanya mereka yang digugat itu memutuskan untuk menyelesaikan persoalan di luar pengadilan dengan suatu jumlah uang yang ditetapkan sebaliknya daripada menghadapi sekelompok juri yang mungkin akan meminta ganti rugi yang lebih besar lagi. Saksi-Saksi Yehuwa benar-benar bertekad untuk menaati larangan ilahi mengenai penggunaan darah. Mereka sebenarnya tidak mau mengajukan dokter-dokter ke pengadilan, tetapi mereka akan melakukannya jika perlu agar para dokter berhenti memaksakan pengobatan yang secara moral menjijikkan bagi Saksi-Saksi.

      Masyarakat makin lama makin menyadari bahaya yang berasal dari transfusi darah. Hal ini, sebagian, adalah karena ketakutan akan AIDS. Namun Saksi-Saksi dimotivasi oleh keinginan yang tulus untuk menyenangkan Allah. Pada tahun 1987 sebuah surat kabar medis Perancis Le Quotidien du Médecin menyatakan, ”Mungkin Saksi-Saksi Yehuwa benar dalam menolak penggunaan produk-produk darah, karena memang ada sejumlah unsur penyakit yang dapat ditularkan melalui darah yang ditransfusikan.”

      Pendirian yang diambil oleh Saksi-Saksi Yehuwa tidak didasarkan atas pengetahuan medis yang lebih hebat yang berasal dari mereka. Mereka semata-mata percaya bahwa jalan Yehuwa adalah benar dan bahwa ”Ia tidak menahan kebaikan” dari hamba-hamba-Nya yang loyal. (Mzm. 19:8, 12; 84:12) Bahkan jika seorang Saksi harus meninggal sebagai akibat kehilangan darah—dan hal ini kadang-kadang terjadi—Saksi-Saksi Yehuwa memiliki kepercayaan penuh bahwa Allah tidak melupakan hamba-hamba-Nya yang setia tetapi akan menghidupkan mereka kembali melalui kebangkitan.—Kis. 24:15.

      Jika Pribadi-Pribadi Memilih untuk Mengabaikan Standar Alkitab

      Jutaan orang telah belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa, tetapi tidak semua menjadi Saksi-Saksi. Ketika beberapa orang mempelajari standar-standar tinggi yang berlaku, mereka memutuskan bahwa bukan kehidupan macam inilah yang mereka inginkan. Semua yang dibaptis pertama-tama diberi instruksi yang saksama mengenai ajaran-ajaran dasar Alkitab, dan setelah itu (khususnya sejak tahun 1967) penatua-penatua dalam sidang akan meninjau kembali ajaran-ajaran tersebut bersama setiap calon pembaptisan. Segala upaya dikerahkan untuk memastikan bahwa mereka yang dibaptis mengerti dengan jelas bukan hanya doktrin-doktrin tetapi juga tingkah laku Kristen yang terlibat. Akan tetapi, bagaimana jika ada di antara orang-orang ini belakangan membiarkan kasih akan dunia menggoda mereka untuk melakukan perbuatan salah yang serius?

      Bahkan sejak tahun 1904, dalam buku The New Creation, perhatian diberikan kepada kebutuhan untuk mengambil tindakan yang perlu sehingga tidak mengizinkan kemerosotan moral sidang. Pengertian yang pada saat itu dimiliki oleh Siswa-Siswa Alkitab tentang prosedur untuk berurusan dengan para pelaku kejahatan sebagaimana dicantumkan dalam Matius 18:15-17 dibahas. Selaras dengan hal ini, ada juga, walaupun jarang, ’pengadilan gereja’, dan pada saat itu bukti-bukti perbuatan salah dalam kasus-kasus yang serius ditunjukkan kepada seluruh sidang. Bertahun-tahun kemudian, The Watchtower dalam terbitannya tanggal 15 Mei 1944 meninjau kembali perkara ini dalam terang dari seluruh Alkitab dan memperlihatkan bahwa perkara-perkara demikian yang mempengaruhi sidang harus ditangani oleh saudara-saudara yang bertugas mengawasi sidang. (1 Kor. 5:1-13; bandingkan Ulangan 21:18-21.) Hal ini dilanjutkan, dalam The Watchtower 1 Maret 1952, dengan artikel-artikel yang menandaskan bukan hanya prosedur yang patut tetapi juga perlunya mengambil tindakan untuk menjaga organisasi tetap bersih. Berkali-kali setelah itu, pokok ini telah diberi perhatian. Namun tujuannya selalu sama: (1) untuk menjaga organisasi tetap bersih dan (2) untuk mengesankan pada diri pelaku kejahatan perlunya pertobatan yang tulus, dengan tujuan untuk memulihkan dia.

      Pada abad pertama, ada beberapa orang yang meninggalkan iman demi kehidupan bebas. Yang lain berpaling dari iman karena doktrin-doktrin yang murtad. (1 Yoh. 2:19) Hal yang sama terus terjadi di antara Saksi-Saksi Yehuwa pada abad ke-20 ini. Menyedihkan sekali, belakangan ini puluhan ribu pelaku kesalahan yang tidak bertobat perlu dipecat setiap tahun. Di antara mereka terdapat penatua-penatua yang menonjol. Tuntutan Alkitab yang sama berlaku untuk semua. (Yak. 3:17) Saksi-Saksi Yehuwa menyadari bahwa memelihara organisasi tetap bersih secara moral penting sekali untuk tetap mendapatkan perkenan Yehuwa.

      Mengenakan Kepribadian Baru

      Yesus mendesak orang-orang untuk bersih tidak hanya di bagian luar tetapi juga di bagian dalam. (Luk. 11:38-41) Dia memperlihatkan bahwa perkara-perkara yang kita katakan dan lakukan adalah cermin dari apa yang ada dalam hati kita. (Mat. 15:18, 19) Seperti rasul Paulus jelaskan, jika kita benar-benar diajar oleh Kristus, kita akan ”dibaharui di dalam tenaga yang menggerakkan pikiran” dan akan ”mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam keadilbenaran dan loyalitas yang sesungguhnya”. (Ef. 4:17-24, NW) Mereka yang diajar Kristus berupaya memperoleh ”sikap mental yang sama seperti yang Kristus Yesus miliki” sehingga mereka berpikir dan bertindak seperti dia. (Rm. 15:5, NW) Tingkah laku Saksi-Saksi Yehuwa sebagai individu-individu merupakan cermin sampai sejauh mana mereka telah benar-benar melakukan hal tersebut.

      Saksi-Saksi Yehuwa tidak mengaku bahwa tingkah laku mereka sama sekali tak tercela. Namun, mereka sungguh-sungguh berupaya menjadi peniru-peniru Kristus seraya mereka menyesuaikan diri dengan standar tingkah laku Alkitab yang tinggi. Mereka tidak menyangkal bahwa ada pribadi-pribadi lain yang menerapkan standar moral yang tinggi dalam kehidupan mereka. Namun dalam hal Saksi-Saksi Yehuwa, bukan hanya sebagai pribadi-pribadi tetapi juga sebagai satu organisasi internasional, sehingga mereka dengan mudah dikenali karena tingkah laku yang sesuai dengan standar-standar Alkitab. Mereka dimotivasi oleh nasihat terliham yang tercatat di 1 Petrus 2:12, NW, ”Peliharalah tingkah lakumu baik di antara bangsa-bangsa agar . . . mereka dapat, sebagai hasil perbuatan-perbuatanmu yang baik yang tentangnya mereka adalah saksi mata, memuliakan Allah pada hari inspeksi[nya].”

      [Catatan Kaki]

      a Dalam The Watchtower 15 Oktober 1941, pokok ini dibahas lagi, dalam bentuk yang lebih pendek, di bawah judul ”Karakter Atau Integritas—Yang Mana?”

      b The Watchtower 15 April 1951, mendefinisikan percabulan sebagai ”hubungan seksual yang tidak dipaksakan di pihak seorang yang belum menikah dengan orang dari lawan jenis”. Terbitan 1 Januari 1952, menambahkan bahwa berdasarkan Alkitab, istilah itu juga dapat diterapkan pada perbuatan seksual yang amoral di pihak seorang yang telah menikah.

      c Pembahasan yang lebih awal tentang kesucian darah muncul dalam The Watch Tower 15 Desember 1927 dan juga The Watchtower 1 Desember 1944 yang dengan spesifik menyebutkan transfusi darah.

      d Contemporary Surgery, Maret 1990, hlm. 45-9; The American Surgeon, Juni 1987, hlm. 350-6; Miami Medicine, Januari 1981, hlm. 25; New York State Journal of Medicine, 15 Oktober 1972, hlm. 2524-7; The Journal of the American Medical Association, 27 November 1981, hlm. 2471-2; Cardiovascular News, Februari 1984, hlm. 5; Circulation, September 1984.

      [Blurb di hlm. 172]

      ”Mereka memiliki nilai-nilai moral yang luar biasa”

      [Blurb di hlm. 174]

      Apakah pernah dipertanyakan bagaimana homoseksualitas harus dipandang?

      [Blurb di hlm. 175]

      Kemerosotan moral dunia ini tidak mengakibatkan Saksi-Saksi menjadi bersikap lebih serba boleh

      [Blurb di hlm. 176]

      Beberapa orang mencoba menjadi Saksi-Saksi tanpa meninggalkan poligami

      [Blurb di hlm. 177]

      Suatu program yang gencar untuk mengajarkan pandangan Yehuwa mengenai perceraian

      [Blurb di hlm. 178]

      Perubahan-perubahan yang dramatis dalam kehidupan orang-orang

      [Blurb di hlm. 181]

      Tembakau—Tidak!

      [Blurb di hlm. 182]

      Minuman beralkohol—secara bersahaja, kalaupun ingin minum

      [Blurb di hlm. 183]

      Dengan teguh bertekad untuk tidak menerima darah

      [Blurb di hlm. 187]

      Pemecatan—untuk memelihara organisasi tetap bersih secara moral

      [Kotak di hlm. 173]

      ’Perkembangan Karakter’—Buahnya Tidak Selalu Baik

      Suatu laporan dari Denmark, ’Ada banyak, terutama dari teman-teman yang sudah lanjut usia, dalam upaya mereka yang tulus untuk mengenakan kepribadian Kristen, berjuang untuk menghindari apa pun yang bernoda duniawi bahkan yang paling sedikit pun dan dengan cara ini membuat mereka lebih layak untuk Kerajaan surgawi. Sering kali, dianggap sesuatu yang tidak pantas untuk tersenyum selama perhimpunan, dan banyak dari saudara-saudara yang tua hanya memakai jas hitam, sepatu hitam, dasi hitam. Mereka sering kali puas dengan hidup yang sederhana dan damai dalam Tuhan. Mereka percaya bahwa sudah cukup hanya mengadakan perhimpunan-perhimpunan dan membiarkan para kolportir yang mengabar.’

      [Kotak di hlm. 179]

      Apa yang Orang-Orang Lain Perhatikan dalam Diri Saksi-Saksi

      ◆ ”Münchner Merkur”, sebuah surat kabar Jerman, melaporkan tentang Saksi-Saksi Yehuwa, ”Mereka adalah pembayar pajak yang paling jujur dan paling tepat waktu di Republik Federal. Kepatuhan mereka kepada hukum dapat terlihat dari cara mereka mengemudi dan juga dari statistik kejahatan. . . . Mereka patuh kepada yang berwenang (orang-tua, guru, pemerintah). . . . Alkitab, dasar untuk semua tindakan mereka, adalah pendukung mereka.”

      ◆ Walikota Lens, Prancis, berkata kepada Saksi-Saksi setelah mereka menggunakan stadion setempat untuk salah satu kebaktian mereka, ”Apa yang saya sukai adalah bahwa kalian berpegang kepada janji-janji dan perjanjian kalian, di atas semuanya itu, kalian bersih, berdisiplin, dan terorganisasi. Saya suka masyarakat kalian. Saya menentang ketidaktertiban, dan saya tidak suka orang-orang yang berkeliling mengotori dan merusak barang-barang.”

      ◆ Buku ”Voices From the Holocaust” berisi riwayat hidup seorang Polandia yang selamat dari kamp konsentrasi Auschwitz dan Ravensbrück yang menulis, ”Saya melihat orang-orang yang menjadi sangat, sangat baik dan orang-orang yang menjadi benar-benar jahat. Kelompok yang paling menyenangkan adalah Saksi-Saksi Yehuwa. Saya mengangkat topi untuk orang-orang itu. . . . Mereka melakukan hal-hal yang luar biasa bagi orang-orang lain. Mereka menolong yang sakit, mereka membagi roti mereka, dan memberikan penghiburan rohani bagi siapa saja yang di dekat mereka. Orang-orang Jerman membenci mereka dan menaruh respek kepada mereka pada waktu yang sama. Orang-orang Jerman itu memberikan pekerjaan yang paling buruk tetapi mereka menerima dan mengerjakannya dengan penuh harkat diri.”

  • ”Mereka Bukan Bagian dari Dunia”
    Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
    • Pasal 14

      ”Mereka Bukan Bagian dari Dunia”

      AGAMA zaman modern dalam kebanyakan hal, benar-benar menjadi bagian dari dunia, maka agama ikut serta dalam hari-hari raya dunia dan mencerminkan semangatnya yang nasionalistis. Para pemimpin agamanya sering kali mengakui fakta tersebut, dan banyak dari mereka menyukainya. Sangat berlawanan dengan hal itu, Yesus berkata tentang pengikut-pengikutnya yang sejati, ”Mereka bukan bagian dari dunia, sama seperti Aku bukan bagian dari dunia.”—Yoh. 17:16, NW.

      Apa yang sejarah perlihatkan tentang Saksi-Saksi Yehuwa berkenaan hal ini? Apakah mereka telah memberikan bukti yang meyakinkan bahwa mereka bukan bagian dari dunia?

      Sikap Terhadap Sesama Mereka

      Siswa-Siswa Alkitab yang mula-mula benar-benar menyadari bahwa umat Kristen sejati bukan bagian dari dunia. The Watch Tower menjelaskan bahwa karena para pengikut Kristus yang terurap itu disucikan dan diperanakkan oleh roh kudus agar mereka dapat mewarisi Kerajaan surga, mereka oleh tindakan Allah ini, telah dipisahkan dari dunia. Sebagai tambahan, majalah itu menunjukkan bahwa mereka wajib menolak semangat dunia—tujuan, ambisi, dan harapan-harapannya, demikian pula cara-caranya yang mementingkan diri.—1 Yoh. 2:15-17.

      Apakah ini mempengaruhi sikap Siswa-Siswa Alkitab terhadap orang-orang yang tidak mempunyai kepercayaan yang sama dengan mereka? Ini tentu tidak membuat mereka menjadi petapa. Namun, mereka yang benar-benar menerapkan hal-hal yang mereka pelajari dari Alkitab tidak mencari persahabatan dengan orang-orang duniawi sedemikian rupa sehingga meniru cara hidup mereka. The Watch Tower menunjukkan nasihat Alkitab kepada hamba-hamba Allah untuk ”berbuat baik kepada semua orang”. Majalah itu juga menasihatkan bahwa jika dianiaya, mereka harus berupaya untuk menghindari perasaan dendam dan, sebaliknya, seperti Yesus katakan, harus ’mengasihi musuh mereka’. (Gal. 6:10; Mat. 5:44-48) Terutama ditekankan agar mereka berupaya membagikan kepada orang lain kebenaran yang berharga tentang persediaan Allah untuk keselamatan.

      Dapat dimengerti bahwa karena melakukan hal-hal ini, mereka dianggap berbeda oleh dunia ini. Namun, bukan bagian dari dunia mencakup lebih banyak hal—jauh lebih banyak.

      Terpisah dan Berbeda dari Babel Besar

      Untuk tidak menjadi bagian dari dunia, mereka harus tidak menjadi bagian dari sistem-sistem keagamaan yang sangat terlibat dalam urusan-urusan dunia ini dan yang telah menyerap doktrin-doktrin dan kebiasaan-kebiasaan Babel purba, musuh lama dari ibadat sejati. (Yer. 50:29) Ketika perang dunia pertama meletus, Siswa-Siswa Alkitab selama berpuluh-puluh tahun telah menyingkapkan akar kekafiran dari doktrin-doktrin Susunan Kristen seperti Tritunggal, jiwa manusia yang tidak berkematian, dan api neraka. Mereka juga telah membeberkan sejarah gereja-gereja yang mencoba memanipulasi pemerintah demi tujuan mereka sendiri yang mementingkan diri. Karena doktrin-doktrin dan praktek-praktek Susunan Kristen, Siswa-Siswa Alkitab telah menyamakannya dengan ”Babel Besar”. (Why. 18:2) Mereka menunjukkan bahwa Susunan Kristen mencampur kebenaran dengan kesalahan, kekristenan yang suam-suam kuku dengan kepalsuan duniawi, dan bahwa sebutan Alkitab ”Babel” (artinya ”Kekacauan”) dengan tepat menggambarkan keadaan itu. Mereka mendesak para pencinta Allah untuk keluar dari ”Babel”. (Why. 18:4) Untuk tujuan itu, pada akhir bulan Desember 1917 dan awal tahun 1918, mereka membagikan 10.000.000 eksemplar terbitan The Bible Student Monthly yang menonjolkan pokok ”Kejatuhan Babel”, yang merupakan pembeberan yang menyakitkan atas Susunan Kristen. Hal ini, sebaliknya, mengakibatkan rasa permusuhan yang sengit dari para pemimpin agama, yang memanfaatkan suasana histeris masa perang dalam upaya menghancurkan pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa.

      Tanpa dapat dihindari, keluar dari Babel Besar berarti mengundurkan diri dari keanggotaan organisasi-organisasi yang mendukung doktrin-doktrin palsunya. Siswa-Siswa Alkitab melakukan hal itu, walaupun selama bertahun-tahun mereka menganggap sebagai saudara Kristen pribadi-pribadi dalam gereja yang mengaku telah memberi pengabdian penuh dan iman akan tebusan. Walaupun begitu, Siswa-Siswa Alkitab bukan hanya menulis surat pengunduran diri dari gereja-gereja Susunan Kristen, tetapi, bilamana mungkin, beberapa membacakan dengan suara keras surat pengunduran diri itu pada pertemuan-pertemuan gereja jika para anggota diizinkan berbicara. Jika hal ini tidak mungkin, mereka akan mengirimkan satu salinan surat pengunduran diri mereka—surat yang ramah yang berisi kesaksian yang cocok—kepada setiap anggota gereja.

      Apakah mereka juga memastikan bahwa mereka tidak membawa serta kebiasaan-kebiasaan dan praktek-praktek apa pun yang tidak saleh dari organisasi-organisasi tersebut? Bagaimana keadaannya selama masa menjelang Perang Dunia I?

      Haruskah Agama Berbaur Dengan Politik?

      Dalam arena politik, penguasa dari banyak negara terkemuka, karena hubungan mereka dengan gereja Katolik atau Protestan, telah lama menyatakan berkuasa ’atas kehendak ilahi’, sebagai wakil-wakil Kerajaan Allah dan dengan perkenan istimewa dari Allah. Gereja memberikan restunya kepada pemerintah; dan sebagai balasannya, pemerintah memberikan dukungannya kepada gereja. Apakah Siswa-Siswa Alkitab juga ikut melakukannya?

      Daripada meniru gereja-gereja Susunan Kristen, mereka berupaya belajar dari ajaran-ajaran dan teladan Yesus Kristus dan para rasulnya. Apa yang diperlihatkan oleh penelitian Alkitab mereka? Publikasi-publikasi Menara Pengawal yang mula-mula menyingkapkan bahwa mereka tahu benar ketika Yesus ditanyai oleh gubernur Roma Pontius Pilatus, ia menyatakan, ”KerajaanKu bukan [bagian, NW] dari dunia ini.” Sebagai jawaban atas pertanyaan tentang peranan Yesus, ia berkata kepada sang gubernur, ”Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran.” (Yoh. 18:36, 37) Siswa-Siswa Alkitab mengetahui bahwa Yesus berpaut tanpa dapat digoyahkan pada penugasan tersebut. Ketika Iblis menawarkan kepadanya semua kerajaan dunia dan kemuliaannya, Yesus menolak. Ketika orang-orang hendak menjadikannya raja, ia menyingkir. (Mat. 4:8-10; Yoh. 6:15) Siswa-Siswa Alkitab tidak mengabaikan fakta bahwa Yesus menyebut Iblis ”penguasa dunia” dan bahwa Iblis ’tidak berkuasa sedikit pun atas dirinya’. (Yoh. 14:30) Mereka dapat melihat bahwa Yesus tidak mencoba melibatkan dirinya atau para pengikutnya dalam sistem politik Roma tetapi ia sangat sibuk memberitakan ”Injil Kerajaan Allah”.—Luk. 4:43.

      Apakah kepercayaan mereka akan hal-hal yang dicatat dalam Firman Allah ini menganjurkan mereka untuk tidak respek kepada wewenang pemerintah? Sama sekali tidak. Sebaliknya, hal itu membantu mereka mengerti mengapa problem-problem yang dihadapi para penguasa begitu banyak, mengapa ada begitu banyak pelanggaran hukum, dan mengapa program-program pemerintah untuk memperbaiki nasib orang-orang sering kali gagal. Kepercayaan mereka membuat mereka sabar dalam menghadapi kesulitan, karena mereka yakin bahwa Allah akan mendatangkan kelegaan selama-lamanya pada waktu-Nya yang tepat melalui kerajaan-Nya. Pada waktu itu mereka mengerti bahwa ”kekuasaan yang lebih tinggi”, yang ditunjuk di Roma 13:1-7 (KJ), adalah para penguasa duniawi. Selaras dengan itu, mereka sangat menganjurkan respek kepada para pejabat pemerintah. Ketika membahas Roma 13:7, C. T. Russell, dalam buku The New Creation (diterbitkan tahun 1904), menyatakan bahwa umat Kristen sejati ”sewajarnya akan menjadi orang-orang yang paling tulus dalam pengakuan mereka akan para penguasa dunia ini, dan yang paling taat kepada hukum-hukum dan tuntutan-tuntutan hukum, kecuali jika hal-hal ini didapati bertentangan dengan tuntutan-tuntutan dan perintah-perintah surgawi. Kalaupun ada penguasa di bumi pada zaman ini yang mengkritik pengakuan akan Pencipta tertinggi dan kesetiaan yang sepenuhnya kepada perintah-perintah-Nya. Maka, [umat Kristen sejati] seharusnya didapati di antara orang-orang yang paling mematuhi hukum pada masa ini—bukan pembuat kerusuhan, bukan orang-orang yang suka bertengkar, bukan pencari kesalahan.”

      Sebagai umat Kristen, Siswa-Siswa Alkitab mengetahui bahwa pekerjaan yang harus mereka tekuni adalah pengabaran Kerajaan Allah. Juga, sebagaimana dinyatakan dalam jilid pertama Studies in the Scriptures, ”jika pekerjaan ini dilakukan dengan setia, tidak akan ada waktu atau kecenderungan untuk terlibat dalam politik dari pemerintahan-pemerintahan dewasa ini.”

      Dalam hal ini mereka, sampai tingkat yang cukup besar, sama seperti orang-orang Kristen masa awal yang digambarkan oleh Augustus Neander dalam buku The History of the Christian Religion and Church, During the Three First Centuries, ”Umat Kristen terpisah dan berbeda dari negara, . . . dan kekristenan tampaknya mampu mempengaruhi kehidupan masyarakat hanya dengan cara yang, harus diakui, paling murni, dengan benar-benar berupaya menanamkan semakin banyak kesalehan ke dalam diri warga-warga negara.”

      Ketika Dunia Berperang

      Di seluruh dunia, peristiwa Perang Dunia I benar-benar menguji mereka yang mengaku umat Kristen. Perang itu adalah perang yang paling mengerikan yang diperjuangkan sampai saat itu; hampir seluruh penduduk dunia terlibat dalam satu atau lain cara.

      Meskipun Vatikan bersimpati terhadap blok Negara Sentral, Paus Benedict XV, berupaya mempertahankan penampilan yang netral. Akan tetapi, di setiap negara, para pemimpin agama Katolik dan Protestan, tidak memelihara pendirian netral demikian. Berkenaan situasi di Amerika Serikat, Dr. Ray Abrams, dalam bukunya Preachers Present Arms, menulis, ”Gereja-gereja menerima suatu persatuan dalam tujuan yang sampai sekarang ini tidak diketahui dalam sejarah agama. . . . Para pemimpinnya tidak membuang waktu untuk diorganisasi secara cermat dengan alasan masa perang. Dalam waktu dua puluh empat jam setelah diumumkannya perang, Majelis Federal dari Gereja-Gereja Kristus di Amerika membuat rencana-rencana untuk kerja sama yang sepenuhnya. . . . Gereja Katolik Roma, mengorganisasi dinas serupa di bawah Majelis Perang Nasional Katolik, dipimpin oleh empat belas uskup agung dan dengan Kardinal Gibbons sebagai presiden, memperlihatkan pembaktian yang sama demi tujuan tersebut. . . . Banyak gereja terlibat lebih jauh daripada yang diminta. Gereja-gereja mulai mendirikan pos-pos untuk menerima pendaftaran menjadi tentara.” Apa yang Siswa-Siswa Alkitab lakukan?

      Walaupun mereka berupaya melakukan apa yang mereka anggap menyenangkan Allah, kedudukan mereka tidaklah selalu netral sepenuhnya. Apa yang mereka lakukan dipengaruhi oleh kepercayaan, yang umumnya juga dipercayai oleh orang-orang lain yang mengaku orang Kristen, bahwa ”kekuasaan yang lebih tinggi” itu ”ditetapkan oleh Allah” sesuai dengan susunan kata dalam terjemahan King James Version. (Rm. 13:1) Maka, sesuai dengan sebuah proklamasi dari Presiden Amerika Serikat, The Watch Tower mendesak Siswa-Siswa Alkitab untuk ikut serta dalam menghormati tanggal 30 Mei 1918, sebagai hari doa dan permohonan sehubungan dengan hasil perang dunia.a

      Selama tahun-tahun perang itu, keadaan yang menimpa Siswa-Siswa Alkitab secara pribadi berbeda-beda. Cara mereka menghadapi situasi-situasi ini juga berbeda-beda. Karena merasa wajib menaati ”kekuasaan-kekuasaan yang ada”, sebagaimana mereka menyebutkan para penguasa duniawi, ada yang terjun ke dalam parit-parit perlindungan di baris depan dengan senapan dan bayonet. Namun karena mengingat ayat, ”Jangan membunuh”, mereka akan menembakkan senjata mereka ke udara atau hanya mencoba menjatuhkan senjata dari tangan musuh. (Kel. 20:13) Beberapa orang, seperti misalnya Remigio Cuminetti, di Italia, menolak mengenakan seragam militer. Pemerintah Italia pada waktu itu tidak membuat perkecualian bagi siapa pun yang karena alasan hati nurani tidak mau mengangkat senjata. Ia dihadapkan ke pengadilan sebanyak lima kali dan ditahan dalam penjara-penjara dan sebuah pusat rehabilitasi mental, tetapi iman dan tekadnya tetap tidak tergoyahkan. Di Inggris, beberapa orang yang meminta pembebasan dari dinas militer diberi tugas untuk bekerja demi kepentingan nasional atau menjadi tentara yang tidak ikut bertempur. Yang lain-lain, seperti Pryce Hughes, mengambil pendirian untuk netral sepenuhnya, tidak soal akibat-akibat yang harus mereka alami secara pribadi.

      Setidaknya sampai di situ, sejarah Siswa-Siswa Alkitab secara umum tidaklah seperti yang dilukiskan tentang umat Kristen masa awal dalam The Rise of Christianity, oleh E. W. Barnes, yang melaporkan, ”Suatu tinjauan yang saksama dari semua informasi yang tersedia terus memperlihatkan bahwa, sampai zaman Marcus Aurelius [kaisar Roma dari tahun 161 sampai 180 M], tidak ada orang Kristen yang menjadi tentara; dan tidak ada tentara yang, setelah menjadi seorang Kristen, tetap berada dalam dinas militer.”

      Namun kemudian, pada akhir Perang Dunia I, timbul situasi lain yang menuntut kelompok-kelompok agama memperlihatkan kepada siapa loyalitas mereka.

      Pernyataan Politik dari Kerajaan Allah?

      Sebuah perjanjian perdamaian, termasuk Perjanjian Liga Bangsa-Bangsa, ditandatangani di Versailles, Prancis, pada tanggal 28 Juni 1919. Bahkan sebelum perjanjian perdamaian itu ditandatangani, Majelis Federal dari Gereja-Gereja Kristus di Amerika menyatakan terus terang seraya mengumumkan bahwa Liga itu akan menjadi ”pernyataan politik dari Kerajaan Allah di bumi”. Dan Senat AS dibanjiri surat-surat dari berbagai kelompok agama yang mendesaknya untuk mengesahkan Perjanjian Liga Bangsa-Bangsa.

      Saksi-Saksi Yehuwa tidak ikut-ikutan mendukung pihak yang menang. Bahkan sebelum perjanjian perdamaian disahkan (pada bulan Oktober), J. F. Rutherford menyampaikan sebuah khotbah di Cedar Point, Ohio, pada tanggal 7 September 1919. Dalam khotbah tersebut ia menunjukkan bahwa bukan Liga Bangsa-Bangsa melainkan Kerajaan yang didirikan Allah sendiri adalah satu-satunya harapan bagi umat manusia yang tertekan. Seraya mengakui bahwa perjanjian manusia untuk memperbaiki keadaan dapat menghasilkan banyak hal baik, Siswa-Siswa Alkitab itu tidak memalingkan diri dari Kerajaan Allah sebagai ganti haluan politik yang bijaksana yang didirikan oleh para politikus dan diberkati oleh para pemimpin agama. Sebaliknya, mereka menunaikan pekerjaan memberikan kesaksian sedunia mengenai Kerajaan yang Allah telah berikan ke tangan Yesus Kristus. (Why. 11:15; 12:10) Dalam The Watch Tower 1 Juli 1920, dijelaskan bahwa itulah pekerjaan yang telah Yesus nubuatkan di Matius 24:14.

      Sekali lagi, setelah Perang Dunia II, umat Kristen menghadapi masalah yang sama. Kali ini menyangkut Perserikatan Bangsa-Bangsa, penerus Liga itu. Ketika Perang Dunia II masih berlangsung, pada tahun 1942, Saksi-Saksi Yehuwa telah memahami dari Alkitab, di Wahyu 17:8, bahwa organisasi perdamaian dunia akan bangkit kembali, juga bahwa organisasi itu akan gagal membawa perdamaian kekal. Hal ini dijelaskan oleh N. H. Knorr, yang waktu itu adalah presiden Watch Tower Society, dalam khotbah di kebaktian ”Perdamaian—Dapatkah Ini Bertahan?” Dengan berani Saksi-Saksi Yehuwa memberitakan pandangan tentang perkembangan situasi dunia. Sebaliknya, para pemimpin Katolik, Protestan, dan Yahudi benar-benar ikut memikirkan ketika Piagam PBB itu dikonsepkan di San Francisco pada tahun 1945. Bagi para pengamat perkembangan-perkembangan ini, sangat jelas siapa yang ingin menjadi ”sahabat dunia” dan siapa yang berupaya menjadi ”bukan bagian dari dunia”, seperti yang Yesus katakan akan terjadi pada murid-muridnya.—Yak. 4:4; Yoh. 17:14, NW.

      Catatan Kenetralan Kristen

      Walaupun Saksi-Saksi Yehuwa dengan cepat memahami masalah-masalah berkenaan hubungan orang Kristen dengan dunia, perkara-perkara lain memerlukan waktu lebih lama. Akan tetapi, seraya Perang Dunia II mulai berkecamuk di Eropa, sebuah artikel penting dalam The Watchtower 1 November 1939 membantu mereka menghargai makna dari kenetralan Kristen. Para pengikut Yesus Kristus, kata artikel tersebut, berkewajiban di hadapan Allah untuk berbakti sepenuhnya kepada Dia dan Kerajaan-Nya, Teokrasi itu. Doa-doa mereka seharusnya untuk Kerajaan Allah, bukan untuk dunia. (Mat. 6:10, 33) Memandang dari apa yang Yesus Kristus singkapkan tentang identitas penguasa dunia yang tidak kelihatan (Yoh. 12:31; 14:30), artikel itu menerangkan, bagaimana mungkin seorang yang berbakti kepada Kerajaan Allah mendukung salah satu pihak dalam suatu konflik antar faksi-faksi di dunia? Bukankah Yesus telah berkata tentang para pengikutnya, ”Mereka bukan bagian dari dunia, sama seperti Aku bukan bagian dari dunia”? (Yoh. 17:16, NW) Kedudukan Kristen yang netral ini bukanlah sesuatu yang akan dimengerti oleh dunia pada umumnya. Namun, apakah Saksi-Saksi Yehuwa benar-benar hidup sesuai dengannya?

      Kenetralan mereka mengalami ujian yang sulit selama Perang Dunia II, terutama di Jerman. Sejarawan Brian Dunn menyatakan, ’Saksi-Saksi Yehuwa tidak dapat diperdamaikan dengan Nazisme. Hal yang paling ditentang oleh Nazi dari mereka adalah kenetralan politik mereka. Hal ini berarti bahwa tidak seorang pun dari penganut kepercayaan ini akan memanggul senjata, bekerja pada kedudukan politik, ambil bagian dalam perayaan-perayaan umum, atau membuat tanda-tanda kesetiaan apa pun.’ (The Churches’ Response to the Holocaust, 1986) Dalam buku A History of Christianity, Paul Johnson menambahkan, ”Banyak yang dihukum mati karena menolak dinas militer . . . atau mereka berakhir di kamp konsentrasi Dachau atau tempat pengasingan penderita sakit jiwa.” Berapa banyak Saksi di Jerman yang dipenjarakan? Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman belakangan melaporkan bahwa ada 6.262 di antara mereka yang pernah ditahan dan 2.074 dari jumlah itu dimasukkan ke dalam kamp konsentrasi. Para penulis duniawi biasanya memilih angka-angka yang lebih tinggi.

      Di Inggris, di mana pria dan wanita ditugaskan untuk dinas militer, hukum mengatur pembebasan dari dinas militer; tetapi hal ini ditolak bagi Saksi-Saksi Yehuwa oleh banyak pengadilan, dan para hakim menjatuhkan hukuman penjara kepada mereka lebih dari 600 tahun secara keseluruhan. Di Amerika Serikat, ratusan Saksi-Saksi Yehuwa sebagai rohaniwan Kristen dibebaskan dari dinas militer. Lebih dari 4.000 yang lain, menolak pembebasan militer yang disediakan oleh Selective Service Act (Pendaftaran Wajib Militer di AS), ditahan dan dipenjarakan selama masa yang berkisar sampai lima tahun. Di semua negeri di atas bumi, Saksi-Saksi Yehuwa berpegang pada pendirian yang sama mengenai kenetralan Kristen.

      Akan tetapi, ujian kemurnian dari kenetralan mereka tidak berhenti dengan berakhirnya perang. Walaupun krisis tahun 1939-45 telah berlalu, konflik-konflik lain datang; dan bahkan dalam masa-masa yang relatif damai, banyak negara memilih untuk terus menjalankan dinas wajib militer. Saksi-Saksi Yehuwa, sebagai rohaniwan-rohaniwan Kristen, terus menghadapi pemenjaraan jika mereka tidak diberi pembebasan dari dinas wajib militer. Pada tahun 1949, ketika John Tsukaris dan George Orphanidis tidak mau mengangkat senjata melawan sesamanya, pemerintah Yunani memerintahkan agar mereka dieksekusi. Perlakuan (dengan berbagai bentuk) yang diberikan kepada Saksi-Saksi Yehuwa di Yunani sering kali begitu kejam sehingga pada waktunya Dewan Eropa (Panitia Hak-Hak Asasi Manusia) berupaya menggunakan pengaruhnya demi Saksi-Saksi, tetapi sebagai akibat tekanan dari gereja Ortodoks Yunani, sampai tahun 1992 desakan mereka, dengan sedikit pengecualian, telah dielakkan secara licik. Akan tetapi, beberapa pemerintah merasa tidak patut untuk terus menghukum Saksi-Saksi Yehuwa oleh karena kepercayaan agama yang didasarkan atas suara hati nurani mereka. Mulai sejak tahun 1990-an, di beberapa negeri, seperti Swedia, Finlandia, Polandia, Belanda, dan Argentina, pemerintah tidak menekan Saksi-Saksi yang aktif untuk ikut dalam dinas militer atau dinas nasional alternatif yang wajib, walaupun setiap kasus diperiksa dengan teliti.

      Dari satu tempat ke tempat lain, Saksi-Saksi Yehuwa harus menghadapi situasi yang menantang kenetralan Kristen mereka. Pemerintah-pemerintah yang sedang berkuasa di Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah, Irlandia Utara, dan di tempat-tempat lain telah menghadapi perlawanan yang sengit dari kekuatan-kekuatan revolusioner. Akibatnya, pemerintah dan kekuatan oposisi menekan Saksi-Saksi Yehuwa agar memberikan dukungan yang aktif. Namun, Saksi-Saksi Yehuwa telah memelihara kenetralan penuh. Beberapa telah dipukuli dengan kejam, bahkan dieksekusi, karena pendirian yang mereka ambil. Namun, sering kali kenetralan Kristen yang sejati dari Saksi-Saksi Yehuwa telah memenangkan respek para pejabat di kedua belah pihak, dan Saksi-Saksi diizinkan meneruskan pekerjaan mereka tanpa mengalami gangguan dalam memberitahu orang-orang lain tentang kabar baik Kerajaan Yehuwa.

      Pada tahun 1960-an dan 1970-an, kenetralan Saksi-Saksi mengalami ujian yang brutal sehubungan dengan tuntutan bahwa semua warga negara Malawi harus membeli kartu yang menandai keanggotaan dalam partai politik yang sedang memerintah. Saksi-Saksi Yehuwa mengerti bahwa adalah bertentangan dengan keyakinan Kristen mereka untuk ikut serta dalam hal ini. Akibatnya, mereka dianiaya dengan kekejaman sadis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Puluhan ribu dipaksa melarikan diri dari negara itu, dan banyak yang akhirnya terpaksa pulang kembali untuk menghadapi kebrutalan lebih lanjut.

      Walaupun dianiaya dengan kejam, Saksi-Saksi Yehuwa tidak bertindak dengan semangat memberontak. Keyakinan mereka tidak membahayakan pemerintah mana pun tempat mereka tinggal. Sebaliknya, Dewan Gereja Sedunia telah membantu membiayai banyak revolusi, dan imam-imam Katolik telah menyokong kekuatan-kekuatan gerilya. Namun, jika salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa ikut serta dalam kegiatan yang bersifat subversif, itu sama saja dengan menyangkal imannya.

      Memang benar bahwa Saksi-Saksi Yehuwa percaya bahwa segenap pemerintahan manusia akan disingkirkan oleh Kerajaan Allah. Inilah yang Alkitab katakan di Daniel 2:44. Namun, sebagaimana Saksi-Saksi tunjukkan, sebaliknya dari berkata bahwa manusialah yang akan mendirikan Kerajaan itu, ayat tersebut menyatakan bahwa ”Allah semesta langit akan mendirikan suatu kerajaan.” Demikian juga, mereka menjelaskan, ayat itu tidak mengatakan bahwa manusia diberi wewenang oleh Allah untuk membersihkan jalan bagi Kerajaan itu dengan menyingkirkan pemerintahan-pemerintahan manusia. Saksi-Saksi Yehuwa mengetahui bahwa pekerjaan dari umat Kristen sejati ialah mengabar dan mengajar. (Mat. 24:14; 28:19, 20) Selaras dengan respek mereka terhadap Firman Allah, catatan memperlihatkan bahwa tidak seorang pun di antara mereka pernah mencoba menggulingkan suatu pemerintahan dalam bentuk apa pun di mana pun di dunia, mereka juga tidak pernah merencanakan untuk merugikan pejabat umum. Surat kabar Italia La Stampa mengatakan tentang Saksi-Saksi Yehuwa, ”Mereka adalah warga yang paling loyal yang dapat diharapkan: mereka tidak mengelak pajak atau berupaya menghindar undang-undang yang tidak menyenangkan demi keuntungan mereka sendiri.” Walaupun begitu, karena mengakui keseriusan hal tersebut dalam pandangan Allah, setiap Saksi bertekad bulat untuk tetap ”bukan bagian dari dunia”.—Yoh. 15:19, NW; Yak. 4:4.

      Jika Lambang Negara Menjadi Objek Penyembahan

      Dengan bangkitnya kekuasaan Adolf Hitler di Jerman, suatu gelombang histeria yang bersifat patriotik melanda dunia. Agar dapat mengatur masyarakat, partisipasi dalam upacara-upacara patriotik diwajibkan. Di Jerman, semua orang dituntut untuk memberikan salut yang sudah ditentukan dan berteriak, ”Heil Hitler!” Ini adalah sanjungan kepada Hitler sebagai penyelamat; ini dimaksudkan untuk menyampaikan gagasan bahwa semua harapan masyarakat terpusat pada kepemimpinannya. Namun, Saksi-Saksi Yehuwa tidak dapat ikut dalam perasaan seperti itu. Mereka mengetahui bahwa ibadat mereka harus ditujukan hanya kepada Yehuwa dan bahwa Ia telah membangkitkan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat umat manusia.—Luk. 4:8; 1 Yoh. 4:14.

      Bahkan sebelum Hitler menjadi diktator di Jerman, Saksi-Saksi Yehuwa, dalam buku kecil The Kingdom, the Hope of the World (diterbitkan tahun 1931), meninjau teladan dalam Alkitab tentang tiga rekan Ibrani dari nabi Daniel yang berani di Babel. Ketika diperintahkan oleh raja untuk membungkuk di depan patung saat musik tertentu dimainkan, orang-orang Ibrani yang setia itu menolak untuk berkompromi, dan Yehuwa membuat perkenan-Nya nyata dengan menyelamatkan mereka. (Dan. 3:1-26) Buku kecil itu menunjukkan bahwa upacara-upacara patriotik dihadapi oleh Saksi-Saksi Yehuwa di zaman modern dengan tantangan serupa atas kesetiaan mereka.

      Lama-kelamaan, agitasi untuk upacara-upacara patriotik yang wajib menyebar ke luar Jerman. Pada tanggal 3 Juni 1935, pada suatu kebaktian di Washington, DC, ketika J. F. Rutherford diminta untuk berkomentar tentang salut kepada bendera di sekolah, ia menekankan soal kesetiaan kepada Allah. Beberapa bulan kemudian, ketika Carleton B. Nichols, Jr., dari Lynn, Massachusetts, yang berumur delapan tahun, menolak untuk salut kepada bendera Amerika dan ikut menyanyikan lagu patriotik, hal itu dilaporkan dalam surat-surat kabar di seluruh negeri.

      Untuk menjelaskan persoalannya, Saudara Rutherford menyampaikan sebuah khotbah di radio pada tanggal 6 Oktober dengan pokok ”Salut Kepada Bendera”. Dalam khotbah tersebut ia berkata, ”Bagi banyak orang, salut kepada bendera hanyalah sekadar formalitas dan hanya sedikit atau sama sekali tidak bermakna. Bagi mereka yang dengan tulus mempertimbangkannya dari sudut Alkitab, artinya penting sekali.

      ”Bendera mewakili wewenang pemerintahan yang kelihatan. Untuk mencoba melalui hukum memaksa seorang warga negara atau seorang anak dari seorang warga negara memberi salut kepada objek atau benda apa pun, atau menyanyikan yang disebut ’lagu-lagu patriotik’, benar-benar tidak adil dan salah. Undang-undang dibuat dan diberlakukan untuk mencegah terjadinya tindakan-tindakan yang bermaksud jahat yang mengakibatkan kerugian orang lain, dan tidak dibuat untuk tujuan memaksa seseorang melanggar hati nuraninya, dan khususnya pada waktu hati nurani itu dibimbing sesuai dengan Firman Allah Yehuwa.

      ”Menolak untuk salut kepada bendera, dan berdiri membisu, seperti yang dilakukan anak ini, tidak merugikan siapa pun. Jika seseorang dengan tulus percaya bahwa perintah Allah menentang untuk memberi salut kepada bendera, kemudian memaksa orang itu untuk memberi salut kepada bendera berlawanan dengan Firman Allah, dan berlawanan dengan hati nuraninya, hal itu akan sangat merugikan orang itu. Negara tidak mempunyai hak melalui hukum atau apa pun untuk merugikan masyarakat.”

      Penjelasan lebih lanjut tentang alasan-alasan untuk pendirian yang diambil oleh Saksi-Saksi Yehuwa dimuat dalam buku kecil Loyalty, juga diterbitkan pada tahun 1935. Perhatian diberikan kepada ayat-ayat sebagai berikut: Keluaran 20:3-7, yang memerintahkan bahwa ibadat hanya ditujukan kepada Yehuwa dan hamba-hamba Allah tidak boleh membuat atau membungkuk di hadapan patung atau sesuatu yang menyerupai apa pun di langit atau di bumi; Lukas 20:25, di ayat ini Yesus Kristus memerintahkan bahwa bukan hanya perkara-perkara milik Kaisar yang harus dibayarkan kembali kepada Kaisar tetapi apa yang menjadi milik Allah harus diberikan kepada-Nya; dan Kisah 5:29, yang memuat kata-kata para rasul yang menyatakan dengan tegas, ”Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.”

      Di Amerika Serikat, tata krama mengenai memaksa seseorang untuk memberi salut kepada bendera diajukan ke pengadilan-pengadilan. Pada tanggal 14 Juni 1943, Mahkamah Agung AS mengubah keputusannya sendiri yang terdahulu dan, dalam kasus West Virginia State Board of Education v. Barnette, memutuskan bahwa wajib salut kepada bendera tidak konsisten dengan jaminan kemerdekaan yang dikemukakan dalam undang-undang negara itu sendiri.b

      Masalah yang menyangkut upacara-upacara nasionalistis sama sekali tidak terbatas di Jerman dan Amerika Serikat. Di Amerika Utara dan Selatan, Eropa, Afrika, dan Asia, Saksi-Saksi Yehuwa telah dianiaya dengan kejam karena mereka tidak mau berpartisipasi, walaupun mereka berdiri dengan penuh respek selama penghormatan kepada bendera atau upacara-upacara semacam ini. Anak-anak dipukuli; banyak yang dikeluarkan dari sekolah. Berbagai kasus pengadilan telah diperjuangkan.

      Akan tetapi, para pengamat merasa terdorong untuk mengakui bahwa dalam hal ini sebagaimana juga dalam perkara-perkara lain, Saksi-Saksi Yehuwa telah terbukti mirip dengan umat Kristen masa awal. Namun, seperti dinyatakan dalam buku The American Character, ”Bagi kebanyakan orang . . . keberatan Saksi-Saksi tidak dapat dipahami sebagaimana bagi Trajan dan Pliny sehubungan dengan keberatan umat Kristen [dalam Kekaisaran Romawi] untuk membuat persembahan formal kepada Kaisar Ilahi.” Hal ini patut diharapkan, karena Saksi-Saksi Yehuwa, seperti umat Kristen masa awal, memandang berbagai perkara tidak seperti dunia ini tetapi menurut prinsip-prinsip Alkitab.

      Pendirian Mereka Dinyatakan Dengan Jelas

      Setelah Saksi-Saksi Yehuwa mengalami ujian-ujian yang sulit sehubungan kenetralan Kristen mereka selama bertahun-tahun, The Watchtower 1 November 1979, menegaskan kembali kedudukan mereka. Majalah ini juga menjelaskan alasan tindakan yang diambil oleh Saksi-Saksi secara pribadi, dengan mengatakan, ”Sebagai hasil penelitian Firman Allah yang tekun, orang-orang Kristen muda ini mampu mengambil keputusan. Tidak ada orang lain yang mengambil keputusan ini untuk mereka. Mereka mampu mengambilnya secara pribadi, berdasarkan hati nurani masing-masing yang terlatih oleh Alkitab. Keputusan mereka adalah untuk menghindari tindakan-tindakan kebencian dan kekerasan terhadap sesama mereka dari bangsa-bangsa lain. Ya, mereka mempercayai, dan ingin turut serta dalam menggenapi nubuat yang terkenal dari Yesaya, ’Mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.’ (Yes. 2:4) Para pemuda dari segala bangsa ini benar-benar melakukannya.”

      Pada tahun-tahun selama ketaatan mereka untuk kenetralan Kristen diuji, pemeriksaan kembali tentang apa yang Alkitab katakan, dalam Roma 13:1-7, mengenai ”kalangan berwenang yang lebih tinggi” (NW) membawa kepada pernyataan yang lebih jelas mengenai hubungan Saksi-Saksi dengan pemerintahan duniawi. Hal ini diterbitkan dalam Watchtower terbitan 1 November, 15 November, dan 1 Desember 1962, dan ditegaskan kembali dalam Menara Pengawal terbitan 1 November 1990. Artikel-artikel itu menandaskan kedudukan Allah Yehuwa sebagai ”Yang Mahatinggi”, dan juga menunjukkan bahwa para penguasa duniawi adalah ”kalangan berwenang yang lebih tinggi” hanya dalam hubungannya dengan manusia lain dan di dalam lingkup kegiatan yang Allah izinkan bagi mereka untuk berfungsi dalam sistem perkara sekarang ini. Artikel-artikel itu memperlihatkan perlunya umat Kristen sejati dengan sungguh-sungguh menghormati penguasa-penguasa duniawi demikian dan mematuhi mereka dalam semua hal yang tidak bertentangan dengan hukum Allah dan hati nurani mereka yang terlatih oleh Alkitab.—Dan. 7:18; Mat. 22:21; Kis. 5:29; Rm. 13:5.

      Karena berpaut dengan teguh pada standar-standar Alkitab ini, Saksi-Saksi Yehuwa telah mendapatkan reputasi sebagai kelompok yang terpisah dari dunia ini yang mengingatkan orang-orang kepada umat Kristen masa awal.

      Pada Waktu Dunia Mengadakan Hari-Hari Rayanya

      Ketika Saksi-Saksi Yehuwa menyingkirkan ajaran-ajaran agama yang mempunyai akar kekafiran, mereka tidak ikut lagi dalam banyak kebiasaan yang juga ternoda. Namun selama beberapa waktu, hari-hari raya tertentu tidak diteliti secermat yang seharusnya. Salah satu di antaranya adalah Natal.

      Hari raya ini dirayakan setiap tahun bahkan oleh anggota-anggota staf kantor pusat Watch Tower Society di Rumah Betel, Brooklyn, New York. Selama bertahun-tahun mereka telah menyadari bahwa 25 Desember bukanlah tanggal yang tepat, tetapi mereka berpikir bahwa tanggal itu sejak lama telah secara populer dihubungkan dengan kelahiran Juru Selamat dan bahwa melakukan sesuatu yang baik untuk orang-orang lain adalah hal yang patut pada hari apa pun juga. Akan tetapi, setelah penyelidikan yang lebih lanjut tentang pokok ini, anggota-anggota staf kantor pusat Lembaga, demikian juga staf-staf pada kantor-kantor cabang di Inggris dan di Swiss, memutuskan untuk berhenti ikut serta dalam perayaan-perayaan Natal, jadi tidak ada perayaan Natal diadakan setelah tahun 1926.

      R. H. Barber, seorang anggota staf kantor pusat yang mengadakan penyelidikan saksama tentang asal-usul kebiasaan-kebiasaan Natal dan buah-buah yang dihasilkannya, mengemukakan hasilnya pada suatu siaran radio. Keterangan itu juga dimuat dalam The Golden Age 12 Desember 1928. Ini adalah penyingkapan saksama tentang akar-akar Natal yang tidak menghormati Allah. Sejak itu, akar kekafiran dari kebiasaan-kebiasaan Natal telah menjadi hal yang diketahui umum, tetapi sebagai hasilnya hanya sedikit yang mengubah jalan hidup mereka. Di lain pihak, Saksi-Saksi Yehuwa rela membuat perubahan yang diperlukan agar dapat menjadi hamba-hamba Yehuwa yang lebih diperkenan.

      Ketika diperlihatkan bahwa sebenarnya orang-orang lebih berminat untuk merayakan kelahiran Yesus daripada tebusan yang disediakan melalui kematiannya; bahwa pesta liar hari raya itu dan semangat memberi hadiah itu tidak menghormati Allah; bahwa orang Majus yang pemberian hadiahnya ditiru, sebenarnya adalah para astrolog yang diilhami hantu-hantu; bahwa para orang-tua memberikan teladan kepada anak-anaknya untuk berdusta dengan menceritakan kepada mereka tentang Santa Claus (Sinterklas); bahwa ”St. Nicholas” (Santa Claus) tidak dapat disangkal adalah nama lain dari Iblis sendiri; dan bahwa perayaan-perayaan seperti itu, sebagaimana diakui oleh Kardinal Newman dalam karyanya Essay on the Development of Christian Doctrine, ”adalah benar-benar alat dan embel-embel dari penyembahan kepada hantu-hantu” yang telah diterima oleh gereja—ketika hal-hal ini disadari, Saksi-Saksi Yehuwa secara langsung dan permanen tidak lagi mengambil bagian apa pun dalam perayaan Natal.

      Saksi-Saksi Yehuwa mempunyai waktu-waktu yang menyenangkan bersama keluarga dan teman-teman mereka. Namun, mereka tidak berpartisipasi dalam hari-hari raya atau perayaan-perayaan yang ada kaitannya dengan dewa-dewa kafir (sebagaimana halnya pada hari-hari raya seperti Paskah, Tahun Baru, 1 Mei atau May Day, dan Hari Ibu). (2 Kor. 6:14-17) Seperti umat Kristen masa awal,c mereka bahkan tidak merayakan hari ulang tahun. Mereka dengan penuh respek menjauhkan diri dari keikutsertaan dalam hari-hari raya nasional yang memperingati peristiwa-peristiwa politik atau militer dan menghindarkan diri dari penghormatan yang bersifat ibadat kepada pahlawan-pahlawan nasional. Mengapa? Karena Saksi-Saksi Yehuwa bukan bagian dari dunia.

      Membantu Sesama Mereka

      Penghormatan kepada dewa-dewa ada dalam hati dari kehidupan sosial dan budaya Kekaisaran Roma. Karena umat Kristen tidak ikut serta dalam apa pun yang dinodai oleh dewa-dewa kafir, masyarakat memandang kekristenan sebagai penghinaan terhadap cara hidup mereka; dan menurut sejarawan Tacitus, umat Kristen disebut sebagai pembenci manusia. Senada dengan itu, Minucius Felix, dalam tulisan-tulisannya, mengutip kata-kata seorang Romawi kepada seorang Kristen yang dikenalnya, ”Kamu tidak datang ke pertunjukan-pertunjukan, kamu tidak ambil bagian dalam pawai-pawai . . . muak akan permainan-permainan suci.” Masyarakat Romawi purba tidak mengerti umat Kristen.

      Sama halnya dewasa ini, Saksi-Saksi Yehuwa tidak dapat dimengerti oleh banyak orang di dunia ini. Mereka boleh jadi mengagumi standar moral yang tinggi dari Saksi-Saksi, tetapi merasa bahwa Saksi-Saksi seharusnya bergaul dengan dunia di sekitar mereka dalam kegiatan-kegiatannya dan terlibat dalam membantu membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik. Akan tetapi, mereka yang mengenal Saksi-Saksi Yehuwa mempelajari langsung bahwa ada alasan berdasarkan Alkitab untuk semua hal yang mereka lakukan.

      Sebaliknya daripada menutup diri terhadap anggota masyarakat lain, Saksi-Saksi Yehuwa membaktikan kehidupan mereka untuk membantu sesama dengan cara yang telah Yesus Kristus berikan sebagai teladan. Mereka membantu orang-orang belajar cara mengatasi problem-problem kehidupan dengan sukses sekarang dengan memperkenalkan kepada mereka Pencipta dan bimbingan untuk kehidupan yang diuraikan dalam Firman-Nya yang terilham. Mereka dengan bebas membagikan kepada sesama mereka kebenaran-kebenaran Alkitab yang dapat mengubah seluruh pandangan seseorang terhadap kehidupan. Inti dari kepercayaan mereka adalah kenyataan bahwa ”dunia ini sedang lenyap”, bahwa Allah akan segera campur tangan untuk mengakhiri sistem jahat yang ada sekarang, dan bahwa masa depan yang mulia menantikan mereka yang tetap bukan bagian dari dunia dan menaruh iman mereka sepenuhnya pada Kerajaan Allah.—1 Yoh. 2:17.

      [Catatan Kaki]

      a The Watch Tower, 1 Juni 1918, hlm. 174.

      b Untuk rincian selanjutnya, lihat Pasal 30, ”Membela dan Secara Hukum Meneguhkan Kabar Baik”.

      c The History of the Christian Religion and Church, During the Three First Centuries, oleh Augustus Neander, hlm. 190.

      [Blurb di hlm. 188]

      Bukan petapa, namun tidak meniru cara hidup dunia

      [Blurb di hlm. 189]

      Mereka mengundurkan diri dari gereja-gereja Susunan Kristen

      [Blurb di hlm. 190]

      ”Umat Kristen terpisah dan berbeda dari negara”

      [Blurb di hlm. 194]

      Kenetralan Kristen diuji

      [Blurb di hlm. 198]

      ’Tidak ada orang lain yang mengambil keputusan ini untuk mereka’

      [Blurb di hlm. 199]

      Mengapa mereka berhenti merayakan Natal

      [Kotak di hlm. 195]

      Bukan Ancaman Bagi Pemerintah Mana pun

      ◆ Ketika menulis tentang perlakuan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa di suatu negeri di Amerika Latin, sebuah tajuk rencana di Omaha, Nebraska, AS, ”World-Herald” mengatakan, ”Hanya khayalan seorang yang keras kepala dan penderita paranoia yang percaya bahwa Saksi-Saksi Yehuwa memberikan suatu bentuk ancaman kepada suatu rezim politik; mereka adalah kelompok agama yang paling non-subversif dan cinta damai, dan hanya meminta agar tidak diganggu dalam mengikuti iman mereka menurut cara mereka sendiri.”

      ◆ ”Il Corriere di Trieste”, sebuah surat kabar Italia menyatakan, ”Saksi-Saksi Yehuwa harus dikagumi karena keteguhan dan persaudaraan mereka. Bertentangan dengan agama-agama lain, kesatuan mereka sebagai suatu umat mencegah mereka berdoa kepada Allah yang sama, dalam nama Kristus yang sama, untuk memberkati dua pihak yang saling berlawanan dalam suatu konflik, atau dari mencampurkan politik dengan agama untuk melayani kepentingan Kepala Negara atau partai-partai politik. Yang terakhir namun sama pentingnya, mereka siap menghadapi kematian daripada melanggar . . . perintah JANGAN MEMBUNUH!”

      ◆ Setelah Saksi-Saksi Yehuwa bertekun selama 40 tahun di bawah pelarangan di Cekoslowakia, surat kabar ”Nová Svoboda” pada tahun 1990 mengatakan, ”Iman Saksi-Saksi Yehuwa melarang penggunaan senjata terhadap manusia, dan mereka yang menolak dinas militer dasar dan tidak dipekerjakan di pertambangan batu bara dipenjarakan, bahkan selama empat tahun. Dari hal ini saja, jelas bahwa mereka mempunyai kekuatan moral yang hebat. Kita dapat menggunakan orang-orang yang tidak mementingkan diri demikian dalam kedudukan politik yang paling tinggi—tetapi kita tidak akan pernah dapat menempatkan mereka di sana. . . . Tentu saja, mereka mengakui wewenang pemerintahan tetapi percaya bahwa hanya Kerajaan Allah yang mampu memecahkan semua problem manusia. Namun jangan salah—mereka tidak fanatik. Mereka adalah orang-orang yang sangat berminat akan kemanusiaan.”

      [Kotak/Gambar di hlm. 200, 201]

      Kebiasaan-Kebiasaan yang Telah Ditinggalkan

      Perayaan Natal di Betel Brooklyn pada tahun 1926 ini adalah perayaan mereka yang terakhir. Siswa-Siswa Alkitab lama-kelamaan mulai mengerti bahwa asal usul hari raya ini dan kebiasaan yang berhubungan dengannya tidak menghormati Allah

      Selama bertahun-tahun, Siswa-Siswa Alkitab memakai lencana berbentuk salib dan mahkota sebagai tanda pengenal, dan simbol ini terdapat pada sampul depan majalah ”Watch Tower” dari tahun 1891 sampai 1931. Namun pada tahun 1928 ditekankan bahwa bukan simbol hiasan tetapi kegiatan seseorang sebagai saksi yang memperlihatkan bahwa ia adalah seorang Kristen. Pada tahun 1936 dikemukakan bahwa bukti-bukti memperlihatkan Kristus mati pada sebuah tiang, bukan dua tiang bersilang

      Dalam buku mereka ”Daily Manna”, Siswa-Siswa Alkitab menyimpan daftar hari-hari ulang tahun. Namun setelah mereka berhenti merayakan Natal dan ketika mereka menyadari bahwa perayaan hari ulang tahun memberikan hormat yang tidak sepatutnya kepada makhluk ciptaan (satu alasan umat Kristen masa awal tidak pernah merayakan ulang tahun), Siswa-Siswa Alkitab berhenti melakukan kebiasaan ini juga

      Selama kira-kira 35 tahun, Pastor Russell mengira bahwa Piramida Besar Giza adalah saksi batu dari Allah, yang menguatkan periode waktu Alkitab. (Yes. 19:19) Namun Saksi-Saksi Yehuwa telah membuang gagasan bahwa piramida Mesir mempunyai kaitan dengan ibadat sejati. (Lihat ”Watch Tower” 15 November dan 1 Desember 1928)

      [Gambar di hlm. 189]

      Sepuluh juta eksemplar dibagikan

      [Gambar di hlm. 191]

      Ada yang pergi ke parit-parit perlindungan dengan senapan, tetapi yang lain, termasuk A. P. Hughes dari Inggris dan R. Cuminetti dari Italia, menolak keikutsertaan demikian

      [Gambar di hlm. 193]

      Saksi-Saksi Yehuwa menolak untuk mendukung Liga Bangsa-Bangsa atau PBB sebagai lembaga dari Allah tetapi hanya mendukung Kerajaan Allah melalui Kristus

      [Gambar di hlm. 197]

      Carleton dan Flora Nichols. Ketika anak laki-laki mereka menolak memberi salut kepada bendera, hal ini menjadi berita nasional

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan