PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • yb11 hlm. 162-255
  • Estonia

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Estonia
  • Buku Tahunan Saksi-Saksi Yehuwa 2011
  • Subjudul
  • MASA LALU YANG BERGEJOLAK
  • LUKA AKIBAT AGAMA PALSU
  • ”KAMU PUNYA MULUT”
  • ”KAMU TIDAK BAKAL KESEPIAN”
  • KANTOR CABANG PERTAMA
  • PARA PENGINJIL MASA AWAL
  • TANTANGAN YANG DIHADAPI PARA KOLPORTIR
  • KEGIATAN KANTOR CABANG MASA AWAL
  • SIARAN MULTIBAHASA
  • ”KERETA KERAJAAN SURGAWI”
  • AWAN GELAP MENGANCAM
  • KEBAKTIAN TERAKHIR DI MASA KEBEBASAN
  • SAUDARA ASING YANG TERAKHIR PERGI
  • UJIAN IMAN YANG HEBAT
  • DARI SAUDARA HUTAN MENJADI SAUDARA ROHANI
  • DIBURU DAN DITANGKAP
  • ’BERHATI-HATI SEPERTI ULAR, POLOS SEPERTI MERPATI’
  • DIINTEROGASI DAN DIHUKUM
  • DARI ESTONIA KE SIBERIA
  • ANAK-ANAK MUDA YANG BERANI
  • KEHIDUPAN DI SIBERIA​—DAN KEMATIAN
  • BERANGKAT KE DAERAH BARU​—ATAS BIAYA NEGARA!
  • CARA MENDAPATKAN MAKANAN ROHANI
  • PENTINGNYA PERHIMPUNAN
  • KUASA KASIH KRISTEN SEJATI
  • PULANG KE ESTONIA
  • MENGENANG MASA LALU
  • ERA BARU, TAKTIK LAMA
  • KONTAK LAGI DENGAN ”IBU”
  • PENGORGANISASIAN YANG LEBIH BAIK
  • PENTING SEKALI BERHATI-HATI
  • MASUKNYA SAUDARA-SAUDARI RUSIA
  • BERAGAM CARA KESAKSIAN TIDAK RESMI
  • MEMBERIKAN KESAKSIAN DI BAWAH PELARANGAN
  • KUNJUNGAN YANG MEMBESARKAN HATI DI TAMAN
  • KAUM MUDA BERPENDIRIAN BERANI DI SEKOLAH
  • ERA YANG SAMA SEKALI BARU
  • DIUNDANG BERCERAMAH
  • TETAP SADAR SECARA ROHANI
  • KEBAKTIAN LAIN YANG MENYUKACITAKAN DI LUAR NEGERI
  • KEBAKTIAN PERTAMA DI MASA KEBEBASAN
  • IMPIAN JADI KENYATAAN
  • TONGGAK SEJARAH TEOKRATIS YANG MENYUKACITAKAN
  • SANGAT BERGAIRAH DAN BERSEMANGAT!
  • KEBAKTIAN YANG MENYUKACITAKAN DI RUSIA
  • MENYAMBUT PARA RELAWAN
  • KUNJUNGAN PENGAWAS WILAYAH YANG PERTAMA
  • TANTANGAN MEMPELAJARI BAHASA BARU
  • HAKIM ATEIS BELAJAR KEBENARAN
  • PERINGATAN YANG TAK TERLUPAKAN
  • ”SAKSI MATA DARI PERBUATANMU YANG BAIK”
  • ”YEHUWA MENJAWAB DOA SAYA!”
  • BALAI-BALAI KERAJAAN SANGAT DIBUTUHKAN!
  • KANTOR PENERJEMAHAN YANG BARU
  • KEBAKTIAN INTERNASIONAL DI TALLINN
  • MENJADI CABANG LAGI
  • MENYONGSONG MASA DEPAN DENGAN YAKIN
Buku Tahunan Saksi-Saksi Yehuwa 2011
yb11 hlm. 162-255

Estonia

SELAMAT DATANG di Estonia! ”Permata Baltik yang amat dicinta” ini akan membuat Saudara terpukau oleh pemandangannya yang indah: hutan dan padang rumput, desa-desa pesisir yang permai, lebih dari 1.400 danau, dan lebih dari 1.500 pulau. Hampir separuh Estonia diselimuti pepohonan dan semak yang lebat​—sisa-sisa hutan purba yang tadinya meliputi sebagian besar Eropa. Estonia, yang sedikit lebih besar daripada Jawa Barat, adalah salah satu negeri paling kecil di Eropa.

Saudara akan mendapati bahwa penduduk yang ramah tetapi agak tertutup di negeri kecil yang menyenangkan ini punya banyak sifat yang sangat mengagumkan. Mereka umumnya berpendidikan, tingkat melek hurufnya sangat tinggi, dan suka membaca. Meskipun sekitar 30 persen populasinya berbahasa Rusia, bahasa resminya adalah bahasa Esti. Namun, bahasa ini tidak mudah dipelajari karena sangat rumit. Sebagai contoh, bahasa Esti punya beberapa kata untuk ”pulau”, bergantung pada bentuk, ukuran, dan usia pulau itu.

MASA LALU YANG BERGEJOLAK

Estonia pernah dijajah silih berganti oleh negeri-negeri tetangganya yang kuat. Para kesatria Jerman dan pasukan Denmark menyerbu negeri ini pada awal abad ke-13, dan setelah itu, Denmark, Lituania, Norwegia, Polandia, Rusia, dan Swedia berperang memperebutkan Estonia selama berabad-abad.

Kemudian, setelah dikuasai Swedia selama lebih dari satu abad, Rusia mengambil alih pada 1721. Setelah menikmati kemerdekaan yang singkat antara 1918 hingga 1940, Uni Soviet menyerbu dan mencaplok Estonia. Pada 1941, Jerman Nazi menguasai negeri itu tetapi Uni Soviet merebutnya pada 1944. Estonia menjadi bagian dari Uni Soviet selama hampir 50 tahun hingga 1991 sewaktu Estonia menjadi republik pertama di Soviet yang memproklamasikan kemerdekaan.

Bagaimana pergantian kekuasaan itu memengaruhi Saksi-Saksi Yehuwa di Estonia? Apa yang terjadi atas hamba-hamba Allah yang benar pada masa pendudukan Jerman yang menindas dan era Soviet yang sulit? Bacalah kisah mendebarkan tentang iman, keberanian, dan kecerdikan mereka dalam menghadapi penganiayaan yang brutal.

LUKA AKIBAT AGAMA PALSU

Para pejuang Perang Salib yang menyerbu Estonia pada abad ke-13 memaksa orang-orang menjadi ”Kristen” dengan mata pedang. Namun, mereka hanya pura-pura pindah agama. Setelah itu, seluruh penduduk desa memercikkan air pada tubuh dan rumah mereka untuk membatalkan baptisan paksa itu dan kembali ke ibadat kafir mereka. Orang-orang terus mempraktekkan penyembahan alam dan upacara kafir sampai ritual-ritual itu perlahan-lahan dipadukan dengan kepercayaan Katolik.

Pada abad ke-17, orang Estonia dijadikan penganut Gereja Lutheran, dan belakangan Gereja Ortodoks Rusia menjadi gereja Negara di Estonia. Pada 1925, Gereja dan Negara dipisahkan. Menurut sebuah survei, hanya 14 persen orang Estonia yang mengakui pentingnya agama dalam kehidupan sehari-hari.

Akan tetapi belakangan ini, banyak orang Estonia yang tulus telah menerima salep yang menyembuhkan dari Firman Allah, yaitu ”ajaran yang sehat yang sesuai dengan kabar baik yang mulia dari Allah yang bahagia”. (1 Tim. 1:10, 11) Alhasil, sejak 1991 jumlah Saksi-Saksi Yehuwa yang mengumumkan Kerajaan Allah telah bertambah dari 1.000 kurang menjadi 4.000 lebih. Bagaimana kabar baik pertama kali mencapai Estonia yang mungil ini?

”KAMU PUNYA MULUT”

Pada awal abad ke-20, Martin Kose dan abangnya Hugo memperoleh beberapa lektur terbitan Siswa-Siswa Alkitab (sebutan bagi Saksi-Saksi Yehuwa kala itu) selagi berada di Amerika Serikat. Karena sangat senang dengan apa yang ia temukan, Martin prihatin dengan negeri asalnya, mengingat di sana belum ada Siswa Alkitab. Martin mendapat alamat kantor pusat di New York dari sebuah brosur, lalu ia pergi ke sana dan menyatakan keprihatinannya kepada J.F. Rutherford, yang mengawasi pekerjaan Siswa-Siswa Alkitab kala itu.

”Saya harus bagaimana?” tanya Martin.

”Nah, kamu punya mulut, ’kan?” jawab Saudara Rutherford. ”Kalau begitu, pulang dan gunakan.”

Dan, itulah yang Martin lakukan! Sekitar 1923, ia pulang ke Estonia dan mulai mengabar, menjadi Siswa Alkitab pertama di negeri itu. Martin mengajarkan kebenaran Alkitab kepada keluarganya. Dan Adolf, putranya, menjadi hamba Allah yang setia dan pilar yang menguatkan selama masa-masa sulit di kemudian hari. Hugo, abang Martin, juga menjadi Siswa Alkitab, tetapi ia tidak pernah menetap secara permanen di negeri asalnya.

”KAMU TIDAK BAKAL KESEPIAN”

Di kebaktian Siswa-Siswa Alkitab di London pada 1926, Saudara Rutherford mengundang sukarelawan untuk pergi ke negeri-negeri Baltik. Albert West, Percy Dunham, dan James Williams mengacungkan tangan. Tidak lama kemudian, mereka dilantik untuk mengorganisasi pemberitaan kabar baik di Estonia, Latvia, dan Lituania. William Dey, yang kala itu mengawasi Kantor Eropa Utara di Denmark, berangkat bersama Albert West ke Tallinn, ibu kota Estonia. Setelah mencarikan kamar untuk tempat tinggal Albert, Saudara Dey menepuk-nepuk pundaknya dan mengatakan, ”Selamat tinggal, Albert. Kamu tidak bakal kesepian. Sebentar lagi, Menara Pengawal akan datang!”

Kolportir, sebutan bagi perintis kala itu, berdatangan dari Inggris, Jerman, dan negeri-negeri lain untuk membantu. Tetapi, mereka tidak bisa tinggal lama karena sulit memperpanjang visa. Para kolportir asal Finlandia dapat dengan cepat menyesuaikan diri, karena bahasa kedua negeri itu sangat mirip. Banyak pemberita sepenuh waktu dari negeri lain giat menanam benih Kerajaan sebanyak-banyaknya. Saudara-saudari dari luar negeri, yang masih asing di negeri itu, mendapat sambutan hangat dan sering diberi nama panggilan, misalnya ”Soome Miina” (Miina, si orang Finlandia). Jika seorang pembicara berasal dari Inggris, ia akan diperkenalkan sebagai ”orang London”.

KANTOR CABANG PERTAMA

Ruang kantor yang cocok sukar didapat, dan karena orang asing dianggap kaya, mereka biasanya dimintai uang sewa yang tinggi. Namun, pada 1926, kantor cabang dibuka di sebuah apartemen kecil di Tallinn di Jalan Kreutzwaldi 17, dan Albert West melayani sebagai hamba cabang. Buku kecil pertama dalam bahasa Esti, antara lain Millions Now Living Will Never Die!, diterbitkan pada tahun yang sama.

Seorang wanita muda Estonia, Hilda Ang, mendengar tentang kebenaran dari teman-temannya. Sewaktu ia pergi ke kantor cabang untuk mendapatkan lektur, seorang saudara Jerman bertanya apakah ia bersedia membantu menerjemahkan khotbah umumnya. Ia setuju, dan pada 1928 ia diundang untuk bekerja di kantor cabang sebagai penerjemah. Belakangan, ia menikah dengan seorang saudara dari Inggris, Alexander Brydson, yang pindah ke Estonia untuk mengabar sepenuh waktu. Hilda ternyata penerjemah yang efisien dan suka bekerja keras, dan belakangan ketika pekerjaan harus dilakukan di bawah tanah dan ketika ia beserta suaminya harus meninggalkan negeri ini, ia secara rahasia terus menerjemah selama puluhan tahun dari negeri lain. Jika dijumlahkan, suami istri Brydson akhirnya melayani selama total lebih dari 100 tahun dalam dinas sepenuh waktu!

Pada 1928, Siswa-Siswa Alkitab menerbitkan buku pertama dalam bahasa Esti, The Harp of God. Selain itu, Menara Pengawal, tujuh buku lain, dan banyak buku kecil diterbitkan dalam bahasa Esti sebelum Perang Dunia II.

PARA PENGINJIL MASA AWAL

Para kolportir mengerjakan daerah yang sangat luas dengan bersepeda dan tidur di mana saja​—di rumah penduduk desa atau di tumpukan jerami. Penduduknya miskin, tetapi mereka suka mendengarkan berita Kerajaan. Alhasil, para pemberita sepenuh waktu ini senang menggunakan antara 150 hingga 200 jam per bulan dalam pekerjaan pengabaran, bahkan ada yang melaporkan 239 jam dalam satu bulan! Dinas mereka bercirikan kerajinan, keberanian, dan keuletan. Seperti inilah pengalaman seorang saudari yang pertama kali pergi berdinas:

”Kamu bisa naik sepeda?” tanya seorang saudari Finlandia yang bersemangat.

”Bisa,” jawab saudari baru itu.

”Kalau begitu, ayo kita pergi ke Sarema,” kata saudari Finlandia itu dengan antusias. Yang ia maksud adalah pulau terbesar di Estonia, jauhnya sekitar 200 kilometer.

Setibanya mereka di desa pertama di Sarema, saudari Finlandia itu menyarankan, ”Kamu mulai dari ujung sini, dan saya dari ujung sana. Nanti sore kita bertemu di tengah-tengah desa.” Saudari baru itu sebelumnya tidak pernah mengabar. Tetapi, ketika mendatangi rumah pertama, dia merasakan bantuan Yehuwa dan segera menjadi cukup percaya diri untuk menikmati dinas selanjutnya hari itu.

Hellin Aaltonen (belakangan Grönlund) bertemu dengan orang-orang dari Pulau Vormsi dan mendapati bahwa bahasa mereka aneh.

”Kalian berbahasa Esti, bukan?” tanyanya kepada penduduk pulau.

”Tidak, kami berbahasa Swensk,” jawab mereka.a

”Kalian punya buku-buku dalam bahasa Swensk?” tanya Hellin.

”Sudah ratusan tahun kami tidak membaca buku dalam bahasa Swensk,” jawab mereka melebih-lebihkan.

Karena menyadari bahwa penduduk Vormsi membutuhkan lektur berbahasa Swensk, Hellin memutuskan untuk mengunjungi pulau itu bersama Fanny Hietala, yang bisa berbahasa Swensk.

”Kami membawa semua buku berbahasa Swensk yang ada di kantor dan pergi ke sana naik perahu,” kenang Hellin. ”Kami mengerjakan seluruh pulau dalam tiga hari dan menempatkan hampir semua lektur kami. Puluhan tahun kemudian, saya mendengar tentang seorang saudara di Swedia yang belajar kebenaran dari buku-buku yang ia peroleh di Vormsi!” Berulang kali, para pemberita Kerajaan merasakan kebenaran Pengkhotbah 11:6, ”Pada pagi hari taburkanlah benihmu dan sampai malam hari jangan biarkan tanganmu beristirahat; sebab engkau tidak tahu di mana ini akan berhasil.”

TANTANGAN YANG DIHADAPI PARA KOLPORTIR

Pekerjaan para kolportir tidaklah mudah. Pada musim dingin, dengan ber-ski atau berjalan kaki, mereka menempuh jarak 20 hingga 40 kilometer setiap hari. Dinginnya menggigit, dan jarang sekali ada tempat menginap yang nyaman. Mereka hanya bisa membawa makanan dan kebutuhan yang paling pokok, sebab mereka juga membawa berdus-dus lektur. Jalanan sering kali mustahil dilalui akibat hujan deras. Sering kali, para kolportir terpaksa tidur beratapkan langit. Corak dinas yang keras ini menuntut kekuatan fisik dan stamina yang sangat besar. Namun, bagaimana perasaan para pemberita yang setia ini tentang dinas mereka?

”Saya tidak pernah kekurangan apa pun yang benar-benar penting,” kenang Vilho Eloranta, seorang saudara Finlandia yang bersemangat yang mengabar sepenuh waktu di daerah terpencil selama berbulan-bulan. ”Saya sering mendapatkan makanan dan penginapan sebagai ganti lektur. Uang hampir-hampir tidak dibutuhkan. Menjelang malam, saya biasanya mulai bertanya apakah saya boleh menginap. Jarang ada penghuni rumah yang menolak, apalagi kalau hari sudah malam atau jaraknya jauh ke perladangan berikutnya.”

”Menyampaikan berita Kerajaan kepada orang-orang,” lanjut Vilho, ”begitu penting bagi saya sehingga kondisi hidup yang sederhana sama sekali tidak mengurangi kepuasan dan sukacita yang saya peroleh dari pekerjaan pengabaran.”

Saudara-saudari pekerja keras itu membuka jalan untuk pertumbuhan di kemudian hari dengan menempatkan banyak sekali lektur. Pada 1929, ada total 53.704 buku dan buku kecil yang ditempatkan oleh segelintir penginjil itu.

”Ada kira-kira 30 kolportir di Estonia,” kenang Adolf Kose, ”dan mereka mengerjakan seluruh negeri sebelum Perang Dunia II.”

Pengaruh para pemberita masa awal yang rajin itu masih terasa. Misalnya pada awal 1990-an, Saksi-Saksi Yehuwa bertemu dengan Ruth, seorang wanita lansia. Berita mereka tidak asing baginya. Ia ingat bahwa lebih dari 60 tahun silam, ia pernah mendengarkan seorang Siswa Alkitab dari Jerman yang beberapa kali mengunjungi tetangganya. Sekarang, meski sudah tuli dan lansia, Ruth mengenali nada kebenaran, mau belajar Alkitab, dan dibaptis​—hampir 70 tahun setelah kontak yang pertama!

KEGIATAN KANTOR CABANG MASA AWAL

Pada masa awal itu, kebaktian diadakan di kantor cabang yang kecil. Kebaktian pertama, pada Juni 1928, dihadiri 25 orang, dan 4 orang dibaptis. Pada tahun berikutnya, 80 saudara Finlandia datang untuk membantu penyelenggaraan kebaktian dan bekerja dalam dinas lapangan.

Albert West yang melayani sebagai hamba cabang di Estonia ditugasi membantu, dan belakangan menggantikan, William Dey sebagai hamba cabang di Denmark. Siapa yang akan menggantikan Saudara West sebagai hamba cabang di Estonia? Wallace Baxter, dari Skotlandia, yang adalah saudara yang hangat dan suka humor. Sebelum menemukan kebenaran, ia pernah menjadi serdadu Inggris yang bertempur di Prancis selama Perang Dunia I. Apa yang ia lihat dan alami dalam perang itu tidak selaras dengan ajaran Yesus Kristus.

”Saya bingung,” kenang Saudara Baxter, ”dan mulai menyadari bahwa semua peperangan manusia itu salah, tidak soal siapa musuhnya. Menurut saya, semua manusia bersaudara dan siapa pun yang mencari Allah pada akhirnya akan menemukan Dia. Sambil merenungkan hal-hal tersebut, saya berlutut di lubang perlindungan dan bernazar kepada Allah bahwa jika saya selamat dan bisa pulang ke rumah, saya akan melayani Dia seumur hidup saya.”

Dan, itulah yang ia lakukan. Setelah mempelajari kebenaran, ia dengan bergairah memasuki dinas sepenuh waktu pada 1926. Dua tahun kemudian, ia menerima undangan untuk melayani di Estonia, dan di sana gairahnya tidak berubah. Ia dilantik menjadi hamba cabang pada 1930, ketika Saudara West pergi. Kantor cabang pindah ke Jalan Suur Tartu 72, Tallinn, pada 1932, dan pada tahun berikutnya Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal didaftarkan secara resmi di Estonia.

SIARAN MULTIBAHASA

Sejak 1927, Saudara West telah mendapat izin untuk mengadakan siaran di sebuah stasiun radio komersial di Tallinn. Ceramah yang ia sampaikan, ”Berkat-Berkat Milenium”, diterjemahkan ke dalam bahasa Esti. Siaran itu tidak saja membangkitkan minat yang besar tetapi juga kontroversi. Karena itu, siaran tidak diizinkan lagi sampai 1929. Pada tahun itu, siaran mulai diadakan secara rutin setiap hari Minggu. Khotbah disampaikan dalam bahasa Inggris, Esti, Suomi, Rusia, kadang-kadang bahasa Swensk dan Jerman, dan setidaknya satu kali dalam bahasa Dansk (Denmark). Khotbah-khotbah itu membangkitkan minat banyak orang dan didengar hingga sejauh Norwegia, Denmark, Swedia, Finlandia, dan Leningrad (kini St. Petersburg) di Rusia. Selama tahun dinas 1932, ke-200 ceramah yang diudarakan terbukti efektif untuk memasyhurkan nama Yehuwa. Tidak heran, timbullah tentangan dari para klerus!

Karena tahu betapa takutnya pejabat Estonia terhadap apa pun yang berbau Komunisme, para klerus membuat pernyataan palsu bahwa Saksi ada kaitannya dengan Komunis. Kalangan berwenang Estonia segera bereaksi terhadap apa pun yang mereka rasa bisa merongrong negara, dengan melarangkan lektur kita pada 1934. Namun, tidak semua menyetujui pelarangan itu. Seorang anak sekolah menulis surat berikut dalam bahasa Inggris:

Menara Pengawal dan Hakim Rutherford yang terhormat,

Saya sedih pemerintah kami di Estonia telah melarang ceramah-ceramah Anda di radio. Saya murid sekolah. Orang tua saya tidak kaya: mereka bekerja membanting tulang untuk menafkahi anak-anak mereka. Tapi, kasih dan harapan kepada Tuhan bagaikan sinar mentari di wajah mereka. Saya sakit keras pada musim dingin kemarin, dan hanya ceramah Anda di radio yang menghibur saya. Air mata saya saat mendengarnya adalah air mata bahagia. . . . Mana ceramah-ceramah itu sekarang? . . . Saya baru belajar bahasa Inggris, dan ini surat pertama yang saya tulis dalam bahasa ini, tanpa kamus. . . . Teriring salam untuk Hakim Rutherford.

Saudara Rutherford membalasnya secara pribadi dan mengirimi anak lelaki ini beberapa rekaman khotbahnya.

”KERETA KERAJAAN SURGAWI”

John North, seorang kolportir yang bersemangat dari Inggris, tinggal dalam karavan bersama keluarganya sambil mengabar di Estonia. Hal ini menarik perhatian banyak orang di seluruh Estonia Selatan. Sebuah surat kabar setempat melukiskan karavan itu begini: ”Lembaga [Menara Pengawal] membuat di Tartu sebuah kendaraan yang mirip rumah, dan kegunaannya adalah untuk menjelajahi negeri ini dan mengadakan pelayanan keagamaan. Mereka menginjil kepada orang-orang dari ’kereta Kerajaan surgawi’ itu dan membagikan buku yang menjelaskan Alkitab. Personel ’kereta’ terdiri dari lima orang​—misionaris kepala, istrinya, anaknya, dan dua pemuda yang energik. Kedua pemuda itu mengayuh sepeda dengan cepat (seperti Yehu) ke segala arah dari ’kereta’ itu untuk menyebarkan lektur.”

Selama pergolakan politik pada medio 1930-an, seorang bekas pilot militer, Nikolai Tuiman, dipenjarakan karena terlibat dalam gerakan Fasis Estonia. Di perpustakaan penjara, Nikolai menemukan beberapa buku karya J.F. Rutherford yang membuatnya sadar bahwa ia berada di haluan yang salah. Setelah bebas, ia pergi ke Tallinn ke alamat yang ia lihat di sebuah buku terbitan para Saksi yang diperoleh istrinya. Dengan bantuan Saudara Baxter, Nikolai mengubah total haluan hidupnya, meninggalkan kegiatan politik, dan menjadi Saksi Yehuwa yang suka damai dan bersemangat. Belakangan semasa pelarangan, ia menjadi salah satu pilar sidang, membantu pencetakan bawah tanah. Ia tetap setia selama sekitar 15 tahun pengasingan di Siberia.

Orang lain yang pernah terlibat dan kecewa terhadap politik adalah seorang dokter, Artur Indus. Percikan kebenaran tercetus sewaktu ia datang ke rumah Martin Kose untuk memberikan perawatan medis. Saudara Kose menganjurkan Artur untuk belajar Alkitab, dan karena Artur bisa berbahasa Jerman, Saudara Kose memesan untuknya semua lektur yang tersedia dalam bahasa itu. Dengan bantuan Martin, Artur menerima kebenaran, membaktikan diri kepada Yehuwa, dan dibaptis. Ia adalah dokter terkenal yang disegani, dan ia juga dikenal sebagai saudara yang bersemangat dan direspek.

AWAN GELAP MENGANCAM

Medio 1930-an adalah masa penuh gejolak. Akibat tekanan dari Jerman Nazi dan Gereja Katolik, buku kecil Righteous Ruler disita pada Januari 1935.

Pada tahun itu juga, Menteri Dalam Negeri menutup Lembaga Menara Pengawal di Estonia, menyita lektur, dan menyegel propertinya. Meskipun banyak lektur telah disembunyikan, ada sekitar 76.000 eksemplar yang disita. Namun, gangguan ini tidak menghentikan pengabaran. Yang membuat saudara-saudara sangat terkejut dan bersukacita, isi dari dua brosur yang disita itu dimuat di dua surat kabar terkemuka yang totalnya bertiras 100.000 eksemplar. Kendati kehilangan lektur, nama Yehuwa justru lebih banyak dipublisitaskan dibanding jika brosur-brosur itu dibagikan oleh saudara-saudara.

Sementara itu, pengabaran terus berlanjut, dan kegiatan kantor aktif kembali. Cukup banyak buku terus disita pada tahun-tahun berikutnya. Hellin Aaltonen sedang bekerja di kantor cabang ketika salah satu penggerebekan terjadi.

”Tiga polisi muda datang khususnya untuk menyita buku kecil Millions Now Living Will Never Die!” kenang Saudari Aaltonen, ”tetapi kami tidak punya. Mereka membongkar dan melemparkan semua buku dari rak sehingga menumpuk di lantai. Saudara Baxter tidak bisa berbuat apa-apa, karena mereka mengawasinya dengan ketat. Tetapi, saya mulai merapikannya dan pelan-pelan mendekati meja Saudara Baxter untuk mengecek apakah ada kertas yang tidak boleh dilihat para polisi. Saya lihat ada surat dengan nama semua penyiar dan alamat mereka. Saya membuangnya ke tempat sampah di pojok ruangan. Sewaktu polisi mulai memasukkan buku-buku ke dalam dus, sang komandan dengan arogan menyambar sebuah dus dan menyentakkannya dengan begitu kasar sehingga lengannya patah! Para polisi cepat-cepat membawa dia ke rumah sakit, sehingga kami punya waktu untuk menyortir isi dus-dus itu sebelum mereka kembali.”

”Polisi kembali,” lanjut Saudara Baxter, ”dan sementara mereka mengambil dus-dus itu, terlihat oleh saya salah seorang polisi memasukkan sebuah buku Deliverance ke saku mantel panjangnya. Saya sering bertanya-tanya berapa banyak buku yang mereka ambil dan baca.”

Tahun 1939 merupakan tahun yang menakutkan dan serba tidak pasti. Sejumlah pasukan Soviet dibiarkan masuk ke Estonia. ”Setiap hari, radio terus memberondongkan propaganda Komunis,” tulis Saudara Baxter. ”Ada banyak spekulasi, ketegangan, kekhawatiran, dan ketakutan yang mencekam. Angkasa dipenuhi deru pesawat tempur Soviet yang dijejali pasukan terjun payung.” Apakah ancaman itu akan melumpuhkan pekerjaan kesaksian?

Kendati adanya kekalutan itu, pada 1940, hamba-hamba Yehuwa yang loyal menempatkan 59.776 buku dan buku kecil​—prestasi yang mengagumkan karena hanya ada 27 penyiar dan 15 perintis! Mereka berbuat sebanyak mungkin selama masa kebebasan yang tersisa.

KEBAKTIAN TERAKHIR DI MASA KEBEBASAN

Saudara-saudara bisa menyelenggarakan kebaktian di Tallinn tidak lama sebelum kekuasaan Soviet dimulai​—yang terakhir di masa kebebasan hingga lima dekade kemudian. Mereka membahas artikel-artikel Menara Pengawal seperti ”Teokrasi”, ”Kenetralan”, ”Jerat-Jerat”, dan ”Kebinasaan Agama”​—makanan rohani tepat waktu yang turut mempersiapkan umat Allah menghadapi apa yang bakal terjadi.

Perang Dunia II sudah hampir melanda Estonia, dan saudara-saudara kita tidak luput dari dampaknya. Pada 16 Juni 1940, Republik Sosialis Uni Soviet mengeluarkan ultimatum kepada pemerintah Estonia untuk menetapkan pemerintahan yang baru dan memperbolehkan lebih banyak pasukan Soviet memasuki Estonia. Partai Komunis Estonia, yang beranggotakan kurang dari 150 orang, disahkan, dan Estonia dianeksasi serta dijadikan bagian Uni Soviet. Dalam beberapa bulan, ribuan orang Estonia diasingkan ke Siberia, dan rumah serta ladang mereka ditelantarkan, dibakar, atau diberikan kepada orang Rusia yang menyerbu masuk. Ribuan lainnya berupaya lari dengan perahu-perahu nelayan kecil, terutama ke Swedia. Banyak yang berhasil, tetapi ada juga yang tewas digulung badai di laut.

SAUDARA ASING YANG TERAKHIR PERGI

Dengan berkuasanya rezim Komunis, kantor cabang sekali lagi ditutup. Meskipun Saudara Baxter dan Alexander serta Hilda Brydson bertekad untuk tidak meninggalkan tempat tugas mereka, situasinya makin berbahaya bagi orang-orang asing. Karena itu, mereka disarankan oleh Saudara Rutherford untuk meninggalkan Estonia. Saudara Baxter dan suami istri Dunham dari Latvia dievakuasi dengan kereta api melalui Siberia dan akhirnya pergi ke Australia. Suami istri Brydson pergi kira-kira setahun kemudian, ke Swedia. Saudara Baxter melayani dengan setia dalam Panitia Cabang Australia hingga ia menyelesaikan kehidupannya di bumi pada 21 Juni 1994.b

Apa yang bakal dialami sekelompok kecil saudara-saudari setempat setelah kepergian saudara-saudari asing? Mereka relatif baru dalam kebenaran, dan perang yang kejam menyeret mereka ke dalam pusarannya. Dampaknya terasa, dan pekerjaan pun melambat. Setelah laporan yang terakhir pada 1941, tidak terdengar kabar mengenai saudara-saudari kita selama kira-kira 20 tahun.

UJIAN IMAN YANG HEBAT

Seraya Perang Dunia II berkecamuk, pasukan Jerman mengusir orang Soviet dan menduduki Estonia dari 1941 sampai 1944. Namun, keadaan saudara-saudari tidak membaik. Jaan Pärrat, seorang saudara tunarungu, sedang mengabar di Tartu pada 1942 ketika tentara Jerman menangkapnya. Ia dituduh melakukan kegiatan subversif dan dipenjarakan. Menurut dokumen penjara, sang sipir diperintahkan mengekstradisi napi Jaan Pärrat, untuk ”disingkirkan”. Ini sebenarnya adalah perintah eksekusi. Beberapa orang melihat dia digiring ke luar lalu terdengar beberapa kali bunyi tembakan. Ia tidak pernah dibawa masuk atau terlihat lagi.

Ya, kala itu masa yang sulit bagi saudara-saudara. Mula-mula tentara Soviet lalu tentara Jerman yang ingin merekrut para pemuda. ”Kami harus sembunyi agar tidak dipaksa jadi tentara,” kenang Adolf Kose. ”Jika kami tertangkap, pilihannya adalah menaati perintah jadi tentara atau ditembak. Tentu saja, pekerjaan Kerajaan pun terimbas karena sangatlah sulit untuk melakukan apa pun.”

Gelombang perang lagi-lagi berubah. Menjelang akhir 1944, tentara Soviet menghalau tentara Jerman keluar dari Estonia, dan Estonia kembali berada di bawah kekuasaan Soviet yang bengis. Perang yang disusul oleh tahun-tahun penindasan berdampak sangat buruk bagi rakyat Estonia. Sedikitnya seperempat penduduk tewas atau diasingkan ke tempat-tempat yang jauh di Uni Soviet, atau mereka berhasil lari ke luar negeri. Selama bertahun-tahun, ratusan ribu orang Rusia pindah ke Estonia, dan komposisi penduduk pun banyak berubah. Pemerintah Soviet menimbulkan ujian iman yang sulit bagi saudara-saudari kita, sebagaimana akan kita lihat.

DARI SAUDARA HUTAN MENJADI SAUDARA ROHANI

Suatu gerakan anti-Soviet yang nasionalistis dan militan kala itu dikenal sebagai ”Saudara-Saudara Hutan” karena mereka bersembunyi di hutan-hutan lebat. Banyak di antara mereka yang tidak militan pun harus bersembunyi karena mereka diburu oleh Komite Keamanan Negara Soviet, atau KGB. Adakalanya, diperkirakan 15.000 hingga 20.000 orang bersembunyi di hutan; ada yang menghilang selama bertahun-tahun tanpa dapat ditemukan oleh kalangan berwenang. Malah, orang terakhir baru ditemukan pada tahun 1978! Adakah Saudara-Saudara Hutan yang menerima kebenaran dan memilih untuk menjadi saudara rohani?

Karena pernah berdinas di Pemerintah Estonia, Erik Heinloo tahu dirinya dalam bahaya. Sewaktu Uni Soviet menduduki Estonia, ia dan istrinya, Magda, berulang kali berupaya lari ke Swedia dengan perahu. Pada kali terakhir, mereka sudah naik perahu tetapi motornya rusak dan mereka harus kembali. Selama tujuh tahun, ia berhasil kucing-kucingan dengan kalangan berwenang dengan bersembunyi di hutan, hingga akhirnya ia tertangkap. Selanjutnya, ia dan istrinya dikirim ke kamp penjara yang terpisah di Uni Soviet.

Di penjara, Magda bertemu dengan dua Saksi yang menceritakan harapan Kerajaan. Magda langsung sadar bahwa ia telah menemukan kebenaran dan begitu senangnya sampai-sampai ia menari kegirangan! Magda dibebaskan pada 1956 dan dibaptis pada 1960. Tujuh tahun setelah dibebaskan, Erik juga menerima kebenaran. Akhirnya, seorang Saudara Hutan menjadi saudara rohani.

DIBURU DAN DITANGKAP

Setelah para saudara asing harus meninggalkan Estonia, Martin Kose, saudara yang berani dan bersemangat, ditugasi untuk mengawasi pekerjaan di Estonia Utara. Estonia Selatan diawasi oleh Friedrich Altpere, orang Estonia yang jangkung, sopan, dan pernah menjadi guru bahasa Inggris di sekolah menengah. Pada 1930-an, ia pernah diminta untuk menjadi penerjemah ketika salah seorang perintis asing berkhotbah di Võru. Seusai melakukannya, ia sadar bahwa ia telah menemukan kebenaran. Kini, ia telah membuat kemajuan hingga dapat memimpin pekerjaan pengabaran di Estonia Selatan.

Tugas ini sulit bagi kedua saudara itu karena mereka tidak bisa mengadakan kontak dengan organisasi dan mereka berdua tidak punya banyak pengalaman. Kendati menghadapi kesulitan bekerja di bawah tanah, keduanya melayani dengan setia dari 1940 hingga mereka ditangkap pada akhir 1948.

Untuk menggantikan Martin Kose dan Friedrich Altpere, dibentuklah Panitia Dinas yang terdiri dari Albert Kruus, Karl Talberg, serta Artur Indus, dan Lembit Toom sebagai asisten. Anggota lain dari panitia itu harus tetap bersembunyi; hanya Saudara Toom yang bisa bebas bepergian dan mengunjungi kelompok-kelompok. Mengapa? Ia bekerja di penggilingan tenaga angin, jadi pada hari yang tenang ketika kincir angin tidak berfungsi, ia bebas melakukan apa pun yang ia mau.

Saudara-saudara pengemban tanggung jawab di Estonia mempertaruhkan nyawa demi membantu rekan-rekan seiman mereka. Foto dari orang-orang yang diduga sebagai pemimpin terpampang di stasiun-stasiun kereta api, layaknya penjahat yang sedang dicari. KGB menugasi hingga empat agennya untuk menguntit setiap saudara kita yang lembut seperti domba. Meskipun masa antara 1948 dan 1951 tidak mudah, Yehuwa memberkati upaya para hamba-Nya yang berbakti dalam pekerjaan pengabaran. Hasilnya, jumlah penyiar naik hingga lebih dari 100 orang.

’BERHATI-HATI SEPERTI ULAR, POLOS SEPERTI MERPATI’

Murid-murid Yesus di Estonia semakin merasakan benarnya peringatan Majikan mereka, ”Berhati-hatilah seperti ular namun polos seperti merpati. Waspadalah terhadap orang-orang; karena mereka akan menyerahkan kamu ke pengadilan-pengadilan setempat, dan mereka akan menyesah kamu dalam sinagoga-sinagoga mereka. Kamu akan digiring ke hadapan gubernur-gubernur dan raja-raja demi aku, sebagai kesaksian kepada mereka dan bangsa-bangsa.” (Mat. 10:16-18) Akan tetapi, beberapa orang yang imannya terpuji tidak sepenuhnya memahami bahwa Yehuwa tidak selalu melindungi mereka secara mukjizat dari kekejaman Setan. (Ayb. 1:9-12; 2:3-6) Beberapa Saksi tidak selalu ’berhati-hati seperti ular’​—sebagaimana mereka seharusnya​—dan mereka menjadi mangsa empuk bagi para penganiaya yang kejam.

”Ada seorang peminat yang kelihatannya sangat bersemangat dan berani,” kenang Adolf Kose. ”Pria ini diberi tanggung jawab di sidang dan sangat disukai banyak saudari. Namun, saudara-saudara mulai curiga dan memperingatkan para saudari agar tidak mengajaknya ke semua tempat perhimpunan kami.” Amat disayangkan, ada yang tidak mengindahkan peringatan tersebut, dan pria itu bisa langsung memberikan banyak sekali informasi ke KGB.

”Pada 1950,” kata Lembit Toom, ”kami menerima beberapa majalah Menara Pengawal dari Jerman, yang ingin kami bahas dengan semua saudara Kristen di Estonia.”

Sebuah kebaktian direncanakan di lumbung jerami di suatu tempat terpencil di negeri ini. Tetapi, KGB sudah mengetahui rencana itu dan bersiap menangkap semua saudara-saudari. Mereka menyiapkan penyergapan, menempatkan dua truk tentara di stasiun kereta api tempat saudara-saudari akan turun. Tiga Saksi menunggu di sebuah rambu kilometer yang sudah disepakati di jalan menuju lokasi kebaktian untuk menunjukkan arah kepada para delegasi. Seorang saudara mendengar suara mencurigakan di hutan dan pergi untuk memeriksanya. Tahu-tahu ia berada di bawah todongan senapan! Para tentara menggelandangnya ke tempat dua saudara yang lain, dan ketiga Saksi itu ditahan.

Sewaktu Lembit Toom dan Ella Kikas (belakangan Toom) menyadari bahwa ketiga saudara itu ditangkap, mereka langsung bertindak. Mereka melompat ke sepeda motor Lembit dan melaju sekencang-kencangnya menuju stasiun kereta api sebelumnya guna memperingatkan saudara-saudari yang datang dengan kereta berikutnya. Lembit dan Ella bergegas ke stasiun itu, buru-buru menaiki kereta, dan cepat-cepat menyuruh saudara-saudari turun! Maka, sewaktu kereta itu tiba di stasiun tempat para petugas KGB menunggu, mereka kecewa karena tidak ada satu Saksi pun di kereta itu.

Sementara itu, saudara-saudara lainnya cepat-cepat mencari perladangan lain untuk tempat kebaktian. Lalu, mereka meminta para delegasi berjalan menyusuri jalanan sepi di pinggir jalan utama sejauh lebih dari 10 kilometer ke lokasi yang baru. Selama itu, truk tentara bolak-balik di jalan utama mencari delegasi yang raib secara misterius. Kebaktian berlangsung tanpa gangguan dengan 111 hadirin. Suasananya sangat tegang karena semua sadar bahwa mereka bisa ditangkap kapan saja. Acaranya mencakup laporan tentang saudara-saudari di negeri lain, termasuk pengalaman yang menguatkan iman tentang Saksi-Saksi Yehuwa di kamp konsentrasi Nazi. Meskipun keluputan dari penangkapan massal ini hanya berumur pendek, kebaktian itu memberikan bimbingan yang krusial dan kekuatan untuk menghadapi ujian di kemudian hari.

DIINTEROGASI DAN DIHUKUM

Satu per satu, selama beberapa bulan berikutnya, semua saudara pengemban tanggung jawab ditangkap, bersama lebih dari 70 penyiar dan orang lain yang ada hubungannya dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Hamba-hamba Yehuwa yang cinta damai kini menghadapi interogasi yang sepertinya tak ada habisnya, sedangkan yang masih bebas tahu bahwa mereka bisa menjadi korban berikutnya.

Karena interogasi biasanya dilakukan pada malam hari, kadang sampai berbulan-bulan, saudara-saudara yang ditahan tidak cukup tidur selama waktu yang panjang. Semakin kurang tidur, semakin berat tekanan mental yang mereka rasakan. Saudara-saudara divonis tanpa pemeriksaan; mereka hanya diberi tahu hukumannya​—5 hingga 12 tahun di penjara atau kamp kerja. Kebanyakan dijatuhi hukuman sepuluh tahun. Kejahatannya? ”Propaganda anti-Negara dan kegiatan subversif”, demikian menurut catatan resmi. Tak lama kemudian, hukum berubah dan para Saksi mulai dijatuhi hukuman 25 tahun penjara. Setelah divonis, August Pressraud, 63 tahun, dilaporkan berseru dengan ironis, ”Terima kasih Majelis Pengadilan yang terhormat karena memberi saya hukuman yang begitu lama. Saya kira saya hanya akan hidup belasan tahun lagi. Tapi Anda memberi saya seperempat abad!”

Para Saksi dijebloskan ke penjara atau kamp kerja paksa yang terkenal kejam di Uni Soviet, kebanyakan di Siberia dan kawasan Timur Jauh atau Utara Jauh Rusia, di mana kondisinya amat keras. Tampaknya tak ada harapan untuk kembali, dan banyak tahanan merasa bahwa lebih baik mereka mati saja.

Bahkan saudara-saudara palsu yang bekerja sama dengan kalangan berwenang tidak luput dari penindasan para penganiaya. Contohnya adalah apa yang terjadi atas dua saudara yang menjadi mata-mata KGB. Persis setelah menyelesaikan tugas, mereka sendiri jadi sasaran penganiayaan KGB. Keduanya diasingkan ke kamp penjara. KGB tampaknya tidak merespek para informan yang pengecut itu.c

DARI ESTONIA KE SIBERIA

Kini, setelah KGB menangkapi Saksi-Saksi yang dianggap pentolan, mereka bertekad untuk menyingkirkan setiap Saksi Yehuwa yang masih ada. Serangan ini diadakan pada fajar 1 April 1951. Dalam manuver yang dikoordinasi dengan sangat teliti, semua bagian negeri (termasuk Latvia, Lituania, dan Ukraina Barat) serentak menjadi target.

Hampir semua Saksi-Saksi Yehuwa, banyak kerabat dekat mereka, bahkan para peminat diciduk dari rumah mereka, dikumpulkan di beberapa stasiun kereta api, dan dimasukkan ke dalam gerbong-gerbong. Mereka diperbolehkan membawa sedikit makanan dan barang pribadi, tetapi semua harta mereka yang lain disita. Pada hari tersebut​—tanpa persidangan atau penjelasan​—hampir 300 orang dari Estonia dibawa dengan kereta api menuju Siberia, kebanyakan ke kawasan Tomsk, sejauh kira-kira 5.000 kilometer.

ANAK-ANAK MUDA YANG BERANI

Corinna Ennika, 17 tahun, dan adiknya Ene, 13 tahun, sedang pergi mengunjungi kerabat mereka. Bayangkan kecemasan mereka ketika pulang dan mendapati rumah mereka semuanya tertutup dan ibu mereka tidak ada di mana-mana! Namun, setelah tahu bahwa ibu mereka ditangkap, mereka agak lega. Mengapa?

”Paling tidak dia masih hidup!” kata Corinna. ”Setelah tahu bahwa yang lain-lain mungkin juga ditangkap, kami pikir setidaknya Ibu pasti ada bersama umat Yehuwa. Kami benar-benar merasakan dukungan kuat dan kedamaian dari Yehuwa. Saya tidak menangis, begitu pula Ene, yang agak sensitif dan ringkih. Pada hari Senin, kami berdua pergi ke sekolah dan tidak bilang ke siapa-siapa bahwa ibu kami telah ditangkap.”

Corinna dan Ene tetap tenang bahkan sewaktu para petugas datang untuk membawa mereka. ”Di gerbong kami, semuanya tenang,” lanjut Corinna. ”Seorang saudari menghibur kami, mengatakan bahwa Yehuwa tidak akan pernah membiarkan kesengsaraan melebihi kekuatan kami dan bahwa kami perlu percaya akan janji-Nya untuk membantu kami.” Kedua gadis itu tetap terpisah dari ibu mereka selama lebih dari enam tahun.

Yang menunjukkan betapa irasionalnya kebencian para penganiaya adalah dokumen pengasingan untuk seorang bayi enam bulan. Bayi itu diasingkan karena kejahatan sebagai ”musuh Negara”.

Pendeportasian tersebut sungguh traumatis, dan orang-orang buangan itu dipermalukan dan dihina dengan segala cara. Setiap pagi dan sore, semua dibiarkan keluar dari kereta untuk pergi ke toilet, padahal tidak ada toilet. ”Kondisinya sangat tidak layak dan tidak manusiawi,” tutur seorang saudari. ”Mustahil memisahkan pria dan wanita. Orang-orang lewat di depan kami, dan semua penjaga berdiri di sekitar kami untuk mengawasi.”

KEHIDUPAN DI SIBERIA​—DAN KEMATIAN

Setelah dua minggu menderita di atas kereta api, orang-orang buangan itu beserta sedikit barang mereka akhirnya disuruh keluar dari gerbong ke salju yang dingin. Di perladangan kolektif di dekat situ, para mandor datang guna menyeleksi para pekerja terbaik untuk perladangan mereka, mirip tuan tanah yang membeli buruh di pasar budak.

Banyak orang yang tinggal di Siberia juga orang buangan, dan mereka kasihan terhadap orang-orang yang baru datang. Maka, dengan bantuan rekan seiman dan orang setempat yang baik, saudara-saudari buangan ini segera mendapat tempat menetap. Beberapa bisa membangun kehidupan yang relatif normal. Bahkan ada yang ternyata menjadi lebih sehat, seperti dua saudari Estonia pengidap tuberkulosis yang sembuh saat pindah ke Siberia yang iklimnya lebih kering.

Tetapi, tidak semua seberuntung itu. Sedikitnya satu anak meninggal di kereta api, dan seorang Saksi lansia meninggal akibat kondisi yang sulit dan trauma emosi. Beberapa saudara menjadi cacat karena tidak mendapat pengobatan yang memadai atau karena dipaksa bekerja terlalu berat. Yang lain terkena dampak kondisi kehidupan yang keras, gizi buruk, penyakit, kecelakaan, dan suhu dingin yang ekstrem. Selain itu, banyak yang menderita secara emosi karena direnggut dari keluarga mereka selama bertahun-tahun dan tidak pernah menerima surat dari orang-orang tersayang.

”Karena keluarga kami hanya terdiri dari anak-anak dan gadis-gadis yang sangat muda,” jelas Tiina Kruuse, ”kami dibawa ke perladangan kolektif yang agak miskin. Orang-orang di sana tidak punya cukup makanan untuk mereka sendiri, apalagi untuk kami. Para pendatang-baru makan kulit pohon cemara dan akar-akaran yang bisa dimakan dan sering menyantap sup jelatang.”

Musim dingin di Siberia sangat panjang dan dinginnya menggigit, dan orang Estonia yang diasingkan tidak terbiasa dengan iklim yang keras ini. Kegiatan yang paling normal pun, seperti menanam kentang, jarang berhasil. Bagi kebanyakan orang, tahun pertama di tempat pengasingan amatlah menyengsarakan disertai perihnya rasa lapar yang terus mendera.

”Suhunya minus 50 derajat Celsius,” kenang Hiisi Lember. ”Saking dinginnya, kami menaruh kandang ayam di bawah ranjang kami agar ayam itu tidak mati beku. Bahkan ada yang memasukkan anak lembu ke rumah jika kebetulan lahir pada musim dingin.”

BERANGKAT KE DAERAH BARU​—ATAS BIAYA NEGARA!

Bertahun-tahun sebelumnya, William Dey pernah mengatakan bahwa jikalau Uni Soviet sampai mengambil alih negeri-negeri Baltik, saudara-saudari akan punya daerah pengabaran baru yang sangat luas. Betapa benarnya kata-kata itu! Pemerintah Soviet benar-benar membantu Saksi-Saksi Yehuwa meluaskan pekerjaan pengabaran ke Siberia dan tempat-tempat jauh lainnya dengan mengirim mereka ke pengasingan. Meskipun Yehuwa membiarkan para Saksi-Nya diuji, banyak orang yang belum pernah mendengar tentang nama ilahi bisa mendapat kesempatan untuk belajar kebenaran.

Lembit Trell, misalnya, ditangkap karena kegiatan antipemerintah. Ia mendengar tentang kebenaran pada 1948 dengan cara yang unik​—di sel penjara di Tartu. Seorang perwira tentara Rusia, yang juga ditahan, memberi tahu dia tentang para Saksi yang ia jumpai di sel penjara lain. Perwira ini secara ringkas menceritakan ajaran mereka kepada Lembit. Ia menjelaskan bahwa pemerintahan Allah adalah satu-satunya solusi dan bahwa Allah akan segera mulai memerintah atas bumi. Hal itu membangkitkan minat Lembit.

Lembit akhirnya dikirim ke kamp penjara di Vorkuta, di ujung utara Siberia, dekat Samudra Arktik. Di sana, ia tanpa sengaja mendengar sekelompok Saksi membahas Alkitab. Sewaktu mendekat, ia mengenali bahwa pembicaraan mereka sama dengan apa yang ia dengar dari sang perwira, maka ia ikut bercakap-cakap dengan mereka.

”Kenapa Anda di penjara?” tanya saudara-saudara kepada Lembit.

”Saya berjuang demi keadilan,” jawabnya.

”Apakah Anda berhasil?” tanya seorang Saksi.

Jawabannya sudah jelas, tetapi Lembit tetap menjawab, ”Tidak.”

”Tahu enggak, Anda berjuang di pihak yang salah,” ujar seorang saudara kepada Lembit. ”Apakah Anda tidak mau berjuang di pihak yang benar?” Lalu, mereka mulai menjelaskan apa yang Alkitab katakan tentang peperangan rohani. Semakin banyak yang Lembit dengar, semakin ia menyadari bahwa ia telah menemukan kebenaran dan semakin ia melihat perlunya berpihak kepada Yehuwa dalam peperangan rohani.

Setelah dibebaskan, Lembit pulang ke Estonia dan memulai peperangan rohaninya. Kini ia melayani sebagai perintis biasa. Istrinya, Maimu, menemukan kebenaran dengan cara serupa; minatnya ditumbuhkan oleh seorang non-Saksi di penjara.

Pengabaran sulit bagi saudara-saudari yang tidak fasih berbahasa Rusia. Tetapi, sekalipun kosakata mereka terbatas, mereka tidak sulit memulai percakapan dengan memberitahukan alasan mereka diasingkan ke Siberia. Pendekatan ini membantu saudara-saudari mahir memberikan kesaksian tidak resmi. Selain itu, mereka punya banyak kesempatan untuk memberikan kesaksian dalam bahasa ibu mereka kepada sesama orang Estonia yang diasingkan. Seorang saudari memperkirakan bahwa antara 15 hingga 20 orang Estonia belajar kebenaran di kamp, demikian pula sejumlah orang Rusia dan Lituania.

CARA MENDAPATKAN MAKANAN ROHANI

Banyak metode digunakan untuk menyelundupkan Alkitab dan makanan rohani ke penjara dan kepada para Saksi yang diasingkan di daerah terpencil. ”Kami menerima halaman-halaman lektur dalam wadah-wadah minyak babi atau lemak binatang lainnya,” jelas seorang saudara. ”Karena lemak akan berwarna putih jika beku, kertas tidak mudah terlihat. Meskipun para petugas menusukkan pisau ke dalam wadah, mereka hampir tidak bisa menemukan kertas tipis, yang ditaruh dekat sisi-sisi wadah.” Para petugas jarang menemukan makanan rohani berharga yang tersembunyi dalam wadah makanan jasmani.

Lembaran-lembaran kecil lektur juga bisa dijahitkan di bagian dalam tas atau baju, disembunyikan dalam kotak sabun, atau dimasukkan ke dalam sabun batangan yang dilubangi. ”Saya bisa menyisipkan empat Menara Pengawal ke dalam sabun di satu kotak,” kata Ella Toom.

Meskipun surat disensor, para Saksi belajar caranya menyamarkan kebenaran Alkitab dan bahasa teokratis dengan istilah sehari-hari. Sebagai contoh, seorang saudari menulis, ”Kami diurus dengan sangat baik oleh Bapak, kami juga punya tali yang sampai ke dalam sumur.” Yang ia maksudkan adalah bahwa ”Bapak” Yehuwa memenuhi kebutuhan rohani mereka; mereka bisa mengadakan kontak dengan ”sumur”, yakni organisasi Yehuwa; dan mereka bisa memperoleh air kebenaran, yakni lektur Alkitab.

Walaupun banyak lektur disalin dengan tangan, ada juga yang diperbanyak dengan metode pencetakan yang sangat sederhana. Sewaktu sedang menyalin lektur dengan tangan, para Saksi bersyukur jika mereka dimasukkan ke sel isolasi sebagai hukuman karena mengabar. Mengapa? ”Enak kalau saya sedang dimasukkan ke sel isolasi,” kata seorang saudari. ”Saya bisa lebih berkonsentrasi untuk menerjemahkan Menara Pengawal di sana, karena tidak banyak gangguan.” Ini hanya satu dari banyak situasi ketika taktik penganiaya tidak berhasil, malah sering menghasilkan kemajuan kepentingan Kerajaan!​—Yes. 54:17.

PENTINGNYA PERHIMPUNAN

Kesempatan untuk berhimpun bersama Saksi lain langka dan amat dihargai. Corinna Ennika menggambarkan bagaimana ia dan saudari lain mengerahkan keberanian untuk meninggalkan pekerjaan selama beberapa hari tanpa permisi agar bisa berhimpun. ”Kami meninggalkan tempat pekerjaan pada sore hari,” jelas Corinna, ”dan berjalan kaki ke stasiun kereta api sejauh 25 kilometer. Kereta berangkat pukul dua dini hari; perjalanan makan waktu enam jam lalu kami turun dan berjalan sepuluh kilometer ke tempat berhimpun. Kami menemukan rumahnya dan sedang menentukan siapa yang akan mengucapkan kata-kata sandi, ketika seorang saudara keluar dan mengenali kami sebagai saudari seiman, lalu dengan ceria ia berkata, ’Kalian ada di tempat yang benar. Ayo masuk!’ Kami mempelajari Menara Pengawal dan menyanyikan lagu-lagu Kerajaan. Kami sungguh terbina dan iman kami dikuatkan.” Sewaktu kembali bekerja tiga hari kemudian, mereka lega karena ternyata pengelola perladangan tidak sadar bahwa selama ini mereka menghilang. Menghadiri perhimpunan rahasia sangat memperteguh iman dan menambah keberanian hamba-hamba Yehuwa yang setia.

Pada peristiwa lain, sekelompok saudara sedang berhimpun di penjara ketika para penjaga melakukan inspeksi mendadak untuk mencari lektur. Seorang saudara, yang memegang beberapa halaman lektur, cepat-cepat menyambar sapu dan mulai menyapu. Para penjaga menggeledah tempat itu, tetapi tidak menemukan apa-apa lalu pergi. Sementara itu, lektur terlilit dengan aman di gagang sapu yang digenggam erat oleh saudara tersebut yang dengan rajinnya menyapu lantai!

KUASA KASIH KRISTEN SEJATI

”Selama lima tahun, saya bekerja di tambang batu bara bawah tanah,” kenang Adolf Kose. ”Kami berada di sebelah utara Lingkaran Arktik, di mana tidak ada terang selama musim dingin. Hari sudah gelap sewaktu kami keluar dari bawah tanah pada akhir giliran kerja. Jadi, kami tidak pernah melihat cahaya matahari selama berbulan-bulan. Jatah makanan kami juga tidak memadai. Hal ini memengaruhi daya ingat dan kesadaran saya akan waktu. Akibat kerasnya pekerjaan, kurangnya makanan, dan kelelahan, kami hanya punya cukup tenaga untuk mengobrol ringan selama beberapa menit. Namun, kami tidak pernah merasa lelah kalau membahas kebenaran Kerajaan. Kami bisa kuat selama berjam-jam.”

Seraya melewati semua kesukaran itu, umat Yehuwa belajar untuk memperlihatkan kasih yang rela berkorban bagi satu sama lain. ”Apa pun yang kami miliki,” jelas Saudara Kose, ”atau apa pun yang kami terima, kami bagikan secara merata kepada saudara-saudari. Setiap orang berkekurangan, jadi kami belajar untuk saling membagi apa pun yang kami miliki.”​—1 Yoh. 4:21.

Para penjaga pun tahu bahwa Saksi-Saksi selalu saling membantu. Sewaktu Aino Ehtmaa dipindahkan dari satu kamp ke kamp lain, ia tidak memiliki sendok atau mangkuk​—kebutuhan yang sangat mendasar di kamp.

”Tidak apa-apa,” jawab pengawas kamp, ”saudari-saudarimu akan memberikan apa yang kamu butuhkan.” Dan, memang betul. Berulang kali, pertunjukan kasih Kristen seperti ini mendatangkan hormat bagi nama Yehuwa.

Sekalipun demikian, ujian keloyalan tidak kunjung berhenti. Misalnya, meskipun Saudari Ehtmaa telah berada di kamp penjara selama beberapa waktu, para penjaga terus bertanya, ”Apa kamu masih tidak mau bekerja sama dengan kami?” Tentu, kerja sama yang mereka inginkan adalah memberikan informasi konfidensial tentang Saksi-Saksi Yehuwa.

”Kalian mengurung saya di kamp penjara, dan ayah serta ibu saya meninggal gara-gara kalian,” demikian selalu jawaban Saudari Ehtmaa. ”Bagaimana mungkin saya mau bekerja sama?”

Bahkan dalam ”belenggu penjara”, para Saksi yang diasingkan itu terus memperlihatkan kasih Kristus dengan menceritakan kabar baik Kerajaan kapan saja. Tetapi, kepada siapa? Kebijakan Soviet untuk merelokasi para warga elite non-Komunis justru ’membuka pintu pemberitaan’ bagi mereka. Banyak saudara-saudari menikmati percakapan yang produktif dengan orang-orang buangan yang berpendidikan itu, yang jika tidak diasingkan mungkin sulit mendengar atau menyambut berita Kerajaan.​—Kol. 4:2-4.

”Belakangan, kami dipindahkan ke kamp-kamp lain,” jelas Saudara Kose. ”Kesaksian besar berlangsung di setiap sel. Banyak sekali kesaksian yang bisa saya berikan pada waktu itu, lebih banyak daripada yang pernah saya lakukan sebelum atau sesudahnya.”

Sepanjang tahun-tahun pengasingan itu, Saksi-Saksi Yehuwa diserang bertubi-tubi. Harta milik dan kebebasan mereka dirampas, dan mereka direndahkan habis-habisan. Tetapi, secara moral maupun rohani, mereka tidak pernah dikalahkan oleh para penganiaya.

PULANG KE ESTONIA

Sewaktu Joseph Stalin meninggal pada 1953, banyak pendukung setianya berdukacita. Kala itu, Ella Toom ada di sel penjara bersama enam saudari lainnya. Seorang sipir datang sambil menangis dan menyuruh mereka berdiri serta memberikan salut kepada Stalin. Mereka dengan berani menolaknya.

Sepeninggal Stalin, suasana politik mulai berubah. Dari 1956 hingga 1957, Saksi-Saksi Yehuwa seluas dunia mengirim ratusan petisi kepada pemerintah Soviet demi kepentingan saudara-saudari yang diasingkan. Satu per satu, Saksi-Saksi yang diasingkan diberi amnesti. Mereka yang di penjara dibebaskan, dan mereka yang di pengasingan diizinkan pulang. Sebagian Saksi dibebaskan segera setelah kematian Stalin, tetapi sebagian lagi harus menunggu beberapa waktu. Misalnya, keluarga Tuiman diasingkan pada 1951 tetapi baru diperbolehkan pulang pada 1965. Dan, meskipun saudara-saudari bisa pulang ke Estonia, mereka masih harus mencari tempat tinggal, sebab semua harta milik mereka telah disita ketika mereka dikirim ke pengasingan.

MENGENANG MASA LALU

Apa dampak intimidasi, kekejaman, kerja rodi, dan kondisi penjara yang parah atas Saksi-Saksi? Sebagian besar tetap kuat secara rohani dan setia, bahkan sewaktu kematian mengancam. Sedikitnya 27 Saksi Estonia meninggal di penjara atau di pengasingan, termasuk Artur Indus, yang pernah melayani dalam Panitia Dinas di Estonia sebelum dideportasi. Friedrich Altpere meninggal tidak lama setelah dibebaskan, rupanya akibat bekerja terlalu berat. Hamba-hamba Yehuwa telah menderita ujian iman yang hebat di Siberia; tetapi mereka memetik banyak pelajaran, dan integritas mereka tak terpatahkan. Ya, mereka keluar dari penderitaan itu dengan iman yang lebih kuat dan ketekunan yang lebih besar.​—Yak. 1:2-4.

”Saudara yang bertanggung jawab semuanya masuk kamp penjara,” jelas Viljard Kaarna, ”dan kami tetap kontak dengan mereka. Hasilnya, di Siberia kami selalu punya lektur dan tetap kuat secara rohani. Di Estonia dulu, kami lebih sulit mendapatkan makanan rohani secara teratur. Kami kira, kami tidak akan sekuat ini secara rohani seandainya kami tetap berada di Estonia.”

Banyak orang non-Saksi menjadi getir akibat penderitaan di pengasingan. Namun, Saksi-Saksi Yehuwa menganggap pengasingan sebagai pengalaman yang menguatkan secara rohani.

”Kami belajar taat dari hal-hal yang kami derita,” kata Corinna Ennika. ”Kami menaruh harapan kepada Yehuwa dan tidak pernah menyesalinya. Ternyata tidak banyak yang kami butuhkan untuk bertahan hidup. Saya dan adik saya, Ene, hanya punya satu koper kecil dan satu kotak di bawah ranjang. Sekarang, jika kami merasa ingin memiliki lebih banyak, kami merenungkan pengalaman itu. Tahun-tahun terbaik dari masa muda kami​—usia 17 hingga 23​—dihabiskan di Siberia. Saya sering bertanya-tanya apakah kami akan sekuat ini secara rohani seandainya kami tidak diasingkan. Bagi saya, Siberia adalah tempat terbaik bagi kami saat itu.”

”Lima tahun di Siberia itu cepat terlupakan,” jelas seorang saudari lain. ”Rasanya seperti menonton film saja selama beberapa jam.”

Aino Ehtmaa mengingat, ”Saya tidak bakal melupakan lincahnya tarian cahaya utara, hari-hari dingin saat kabut yang berwarna-warni karena kondensasi naik dari laut atau sungai, matahari yang terus bersinar selama dua minggu dan matahari yang tidak pernah terbit selama dua minggu. Saya ingat stroberi hijau yang menjadi ranum selama musim panas yang singkat dan unggas liar arktik yang menyantap cabang-cabang kecil dari pepohonan yang semampai. Meski mengalami semua kesukaran itu, rasanya saya sedang tur ke Siberia. Saya sadar bahwa di sana pun, bersama Yehuwa kita bisa bahagia.”

ERA BARU, TAKTIK LAMA

Setelah saudara-saudari pulang ke Estonia dari Siberia, penganiayaan tidak berhenti. Polisi rahasia menggunakan taktik langsung dan tak langsung untuk mengorek informasi tentang organisasi lalu memfitnahnya.

Jüri Schönberg, yang pernah ditangkap karena menolak dinas militer, diciduk dari kamp kerja paksa untuk diinterogasi secara intensif. Seorang agen khusus KGB jauh-jauh datang dari Kiev, Ukraina, ke Estonia untuk membujuk Jüri bekerja bagi KGB. Agen itu berupaya menunjukkan kepadanya bahwa lektur Saksi-Saksi Yehuwa itu antipemerintah dan penuh kesalahan. Ia memberi Jüri beberapa majalah Menara Pengawal untuk dibaca, tetapi meskipun majalah-majalah itu tampak asli, Jüri tidak mau menerimanya. Ia takut jangan-jangan itu Menara Pengawal palsu yang kadang-kadang disiapkan KGB untuk membuat bingung para Saksi. Sepanjang minggu, agen tersebut menekan Jüri dari pagi hingga malam untuk bekerja sama dengan KGB, tetapi saudara kita tetap teguh dan menolak berkompromi.

KONTAK LAGI DENGAN ”IBU”

Walaupun tertutup rapat, Tirai Besi tidak bisa sepenuhnya mencegah sinar kebenaran Alkitab menembus masuk. Selama bertahun-tahun, saudara-saudari harus puas dengan lektur lama. Tetapi, sewaktu di pengasingan di Siberia, Saksi-Saksi Estonia bisa bertemu dengan saudara-saudari mereka dari bagian lain Uni Soviet. Begitu pulang ke Estonia, mereka dengan berani tetap kontak dengan saudara-saudara di Uni Soviet dan dari waktu ke waktu memperoleh makanan rohani yang segar. Misalnya, pada 1956, mereka mengadakan kontak dengan Ivan Dziabko dan saudara-saudara lain dari Ukraina dan bisa memperoleh lektur dari mereka. Tetapi hal itu jarang dilakukan, dan jumlah lekturnya pun terbatas. Lebih banyak lektur dibutuhkan, dan Yehuwa segera memberkati upaya saudara-saudara yang berani.

Di bawah arahan Badan Pimpinan, cabang Finlandia menyusun rencana untuk membantu saudara-saudara di Estonia dengan lebih sistematis. Vilho Eloranta, yang pernah merintis di Estonia pada 1930-an, ditugasi untuk mengadakan kontak dengan mereka. Di awal 1960-an, pada perjalanannya yang pertama ke Estonia, ia berhasil menghubungi Fanny Hietala. Setelah itu, banyak saudara Finlandia, dengan berpura-pura menjadi turis, melayani sebagai kurir dan turut menjaga lancarnya saluran komunikasi. Akhirnya, saudara-saudara di Estonia bisa kontak lagi dengan ”Ibu”, sebutan bagi organisasi Yehuwa. Mereka bisa mengirim laporan dinas serta surat-surat dan bisa menerima lektur dalam mikrofilm. Tetapi, karena pengaturan ini harus dilakukan dengan sangat tersembunyi dan dengan sangat bijaksana, kontak dibatasi dua atau tiga kali setahun.

Sepupu Adolf Kose, yakni Hugo Kose, Jr., yang tinggal di Amerika Serikat, 15 kali pergi ke Estonia sebagai kurir. Sekali peristiwa, para penjaga perbatasan menggeledahnya dengan teliti tetapi tidak menemukan apa-apa. Namun, suasana jadi tegang sewaktu mereka bertanya langsung apa agamanya. Karena memerhatikan bahwa para petugas itu tidak lancar berbahasa Inggris, Hugo mulai berbicara dengan sangat cepat dalam bahasa Inggris. Para petugas tidak mau memintanya berbicara lebih lambat sebab nanti ketahuan bahwa mereka tidak mengerti, jadi sewaktu telepon berbunyi, mereka menyuruhnya cepat pergi karena kapal sudah siap berlayar. Tentu saja, ia menuruti perintah itu tanpa menunda!

Mereka yang melayani sebagai kurir tahu betapa pentingnya tugas mereka, dan mereka memandangnya sangat serius. Mereka selalu berhati-hati dan tetap sadar akan bahayanya menjadi terlalu percaya diri. Laporan dinas disamarkan dengan kata-kata sandi kalau-kalau itu jatuh ke tangan yang salah. Para kurir menyadari bahwa mereka bisa membahayakan kehidupannya sendiri dan orang lain jika mereka ceroboh. Adakalanya, mereka melihat para agen KGB membuntuti mereka. Sementara menunggu dua saudara yang akan membawakan paket, Viljard Kaarna melihat seorang agen memotret lalu mengikuti mereka. Ia pasti sedang mengumpulkan bukti untuk digunakan melawan para Saksi. Namun, selama bertahun-tahun, saudara-saudara tidak pernah kehilangan satu pun kiriman lektur, surat, atau laporan.

PENGORGANISASIAN YANG LEBIH BAIK

Selama suatu waktu, pekerjaan pengabaran di Uni Soviet diawasi oleh Panitia Negeri di Ukraina. Selain itu, beberapa saudara menjadi pengawas distrik untuk seluruh kawasan yang luas itu. Tetapi, organisasi yang semakin besar di Estonia kini membutuhkan orang yang bisa mengawasi pekerjaan di negeri itu. Adolf Kose, yang pendiam dan telah ditempa oleh berbagai ujian iman, ditugasi untuk turut mengorganisasi pekerjaan pada 1967. Belakangan, tanggung jawab bertambah sehingga mencakup memproses surat-menyurat dan laporan untuk Latvia, Lituania, Karelia, Leningrad (kini St. Petersburg), dan Murmansk. Saudara Kose juga ikut mengorganisasi pencetakan di berbagai lokasi.

Bagaimana Saudara Kose bisa mengurus semua tanggung jawab itu sambil bekerja sepenuh waktu bersama istrinya, Koidula, di sebuah peternakan babi dekat kota Tapa? Saudara Kose menciptakan alat yang sedikit banyak mempermudah pekerjaan sekulernya itu. Jadi, ia punya lebih banyak waktu untuk mengurus tugas-tugas teokratis.

Belakangan, saudara-saudara seperti Viljard Kaarna, Lembit Toom, dan Silver Silliksaar membantu mengunjungi sidang-sidang di Estonia dan republik-republik terdekat di Uni Soviet. Seraya ladang berbahasa Rusia di Estonia bertambah besar, Alexandr Yevdokimov juga melakukan dinas serupa. Akhirnya, pekerjaan pencetakan dibagi, dan saudara-saudara yang berbahasa Rusia di Estonia melakukan pencetakan sendiri. Sewaktu publikasi mereka tiba dalam mikrofilm, itu sudah dalam bahasa Rusia dan bisa diduplikasi langsung ke kertas foto. Namun, akhirnya, metode fotoduplikasi yang menuntut kerja keras ini diganti karena tidak bisa mengikuti laju pertambahan sidang dan membutuhkan sejumlah besar saudara untuk membantu pencetakan di beberapa lokasi. Kendati sumber dayanya terbatas, saudara-saudara mencetak lebih dari 20 buku sebanyak ratusan eksemplar di bawah tanah. Lebih dari lima juta halaman lektur berbahasa Esti dan Rusia dihasilkan secara manual antara 1966 dan 1989.

PENTING SEKALI BERHATI-HATI

Polisi pernah menggeledah rumah seorang saudara dengan dalih mencari sepeda motor curian. Namun, mereka langsung menghampiri rak buku padahal mustahil ada sepeda motor di situ! Mereka memang sedang mencari lektur terlarang. Mereka kecewa berat karena tidak menemukan apa-apa!

Bagaimana saudara-saudara menyamarkan lektur agar tidak ketahuan? Sewaktu memproduksi lektur, mereka sering menjilidnya dengan sampul buku atau jurnal sekuler yang sudah tua. Maka, bila ada penggeledahan mendadak, publikasi-publikasi ”tua” itu biasanya luput dari perhatian.

Saksi-Saksi memanfaatkan acara istimewa, seperti pernikahan, sebagai kamuflase untuk perhimpunan dan kebaktian. Misalnya, pernikahan Heimar dan Elvi Tuiman berlangsung selama dua hari. Ada juga acara yang berlangsung selama tiga atau empat hari. Para penatua Estonia menganjurkan mempelai agar pesta pernikahannya tidak terlalu besar. Kelompok yang lebih kecil tidak begitu kentara, tidak terlalu menarik perhatian, dan lebih sedikit kemungkinannya menimbulkan kesulitan.

MASUKNYA SAUDARA-SAUDARI RUSIA

Pada 1970, Saksi-Saksi kawakan dari Ukraina, Belarus, dan bagian lain Uni Soviet mulai pindah ke Estonia. Bagi banyak saudara-saudari itu, kehidupan di Estonia jauh lebih mudah ketimbang di negeri sendiri, di mana mereka menderita penganiayaan brutal.

Atas bantuan saudara-saudara seperti Nikolai Dubovinski, penatua kawakan dari Ukraina, sidang pertama berbahasa Rusia dibentuk di Tartu pada 1972 dengan sekitar 50 penyiar. Ladang Rusia sangat subur, dan pada 2010, ada 27 sidang dan 4 kelompok berbahasa Rusia​—lebih dari setengah penyiar di Estonia.

BERAGAM CARA KESAKSIAN TIDAK RESMI

Para penyiar berbahasa Rusia berani serta bergairah dan tidak segan berbicara kepada orang-orang dalam suasana tidak resmi. Misalnya, mereka memulai percakapan dan memberikan kesaksian kepada wisatawan yang sedang mengunjungi gereja-gereja di Tallinn. Wisatawan sering mengira orang yang bicara tentang Alkitab itu pemandu tur, jadi mereka benar-benar menyimak apa yang dikatakan saudara-saudari.

Beberapa saudari mengabar di kereta api. Mereka biasanya membeli tiket pulang pergi Tartu-Tallinn. Selama delapan jam perjalanan itu, ada banyak waktu untuk memulai percakapan dan membagikan kabar baik kepada para penumpang.

”Saya berdoa agar punya PAR,” kenang Maria Pasechnick, yang pindah ke Estonia dari Kazakstan. Setelah memikirkannya, dia memutuskan untuk mengabar kepada orang-orang yang sama-sama menunggu berjam-jam dalam antrean panjang untuk membeli makanan di toko-toko setempat.

”Suatu hari, ketika sedang antre,” imbuh Maria, ”saya memulai pembicaraan dengan seorang wanita dan pelan-pelan mengarahkan obrolan ke Alkitab. Wanita itu ternyata tidak begitu berminat, tapi dia mengajak saya ke teman-temannya, memperkenalkan saya kepada mereka, lalu meninggalkan saya untuk melanjutkan pembahasan. Alhasil, saya dapat memulai empat PAR. Salah seorang dari mereka menjadi Saksi terbaptis dan masih melayani Yehuwa dengan setia.”

Seperti halnya di mana-mana, banyak hamba Yehuwa menjadi teladan di tempat kerja. Misalnya, organisator Partai Komunis di stasiun pembangkit tenaga listrik mengusulkan agar Leonhard Nilsk dikeluarkan dari kantor itu karena terlalu religius. Tetapi, kepala laboratorium listrik angkat suara dan berkata, ”Apa kita lebih butuh orang Komunis yang suka minum-minum dan mangkir ketimbang seorang religius yang dikenal bisa diandalkan?” Rekan sekerja lainnya juga membela Leonhard karena reputasi baiknya, dan masalah itu pun diabaikan. Tampaknya, wanita organisator partai itu berusaha mencari muka atasannya, dan ketika kekuasaan Komunis berakhir di Estonia, dia sendiri kehilangan pekerjaan.

MEMBERIKAN KESAKSIAN DI BAWAH PELARANGAN

”Sewaktu masih bersekolah,” kenang Lembit Reile, yang kini melayani dalam Panitia Cabang Estonia, ”saya dengan hati-hati berbicara kepada banyak teman sekelas saya. Saya suka mengundang salah seorang dari mereka ke tempat saya, lalu dengan bijaksana mengabar kepadanya. Setamat sekolah, saya tidak berjumpa lagi dengannya kira-kira 20 tahun. Baru-baru ini, ketika saya menyampaikan khotbah umum di sidang di kota asal saya, coba tebak siapa yang hadir? Teman sekolah saya itu! Ia sedang belajar dengan Saksi-Saksi Yehuwa, dan tidak lama setelah kunjungan saya, ia dibaptis! Saya sangat bersukacita!”

Karena pekerjaan kita dilarang, saudara-saudari perlu waspada sewaktu memberikan kesaksian. Seorang penatua menjelaskan cara mereka melakukannya, ”Kami harus mengamati dulu orang-orang di sekeliling kami dan siapa yang bisa dengan aman kami ajak bicara. Kami harus sangat bijaksana bila berbicara kepada orang yang tidak dikenal. Setelah beberapa waktu, kami sering bisa tahu apakah seseorang informan KGB. Juga, kalau ada yang terlalu banyak atau terlalu keras bicara, kami akan curiga. Sebaliknya, mungkin aman berbicara kepada orang yang agak tertutup. Kami sering memulai percakapan dengan orang-orang yang tidak mendukung pemerintah Komunis​—dijuluki pembangkang​—yang cenderung lebih berpikiran terbuka.”

KUNJUNGAN YANG MEMBESARKAN HATI DI TAMAN

Badan Pimpinan mengatur agar salah seorang anggotanya, Lloyd Barry, beserta Viv Mouritz dari cabang Finlandia, menemui Adolf Kose, yang mengorganisasi pekerjaan di Estonia. Mereka bertemu di sebuah taman di Leningrad (kini St. Petersburg).

”Mula-mula, Saudara Kose ragu-ragu untuk berbicara,” kata Saudara Mouritz tentang pertemuan rahasia mereka, ”dan ia berhati-hati dengan tetap bersembunyi di balik koran. Tetapi, seraya pembicaraan berlanjut, koran diturunkan, dan Adolf mulai lebih terbuka.”

”Ia menolak undangan untuk makan bersama kami,” kenang Saudara Barry. ”Katanya lebih baik pertemuan dibatasi guna membicarakan hal-hal yang perlu saja.”

Ketika Saudara Kose mengungkapkan keprihatinan akan beratnya kuk penganiayaan dan pembatasan atas Saksi-Saksi di Uni Soviet, Saudara Mouritz dan Saudara Barry menyampaikan banyak buah pikiran yang membesarkan hati. ”Di negeri lain, kita menghadapi ujian juga,” kata mereka. ”Ujian itu kelihatannya tidak berat, tetapi lebih berbahaya! Di Barat, ada banyak godaan yang tidak kalian hadapi, dan kami kehilangan lebih banyak saudara ketimbang kalian di sini.”

Kunjungan ini sangat tepat waktu dan menguatkan Saudara Kose secara rohani. Belakangan, baru ia tahu bahwa ia telah berbicara dengan seorang anggota Badan Pimpinan, dan ia senang menyampaikan anjuran dari organisasi Yehuwa kepada semua yang mempertahankan integritas di bawah penindasan yang lalim.

”Kami sangat bersimpati kepada saudara-saudara di Uni Soviet,” tulis Saudara Barry setelah itu. ”Senang sekali berjumpa Saudara Kose, dan jabat tangan serta pelukannya yang erat saat kami berpisah adalah penutup yang cocok untuk pertemuan yang sungguh menyenangkan.”

KAUM MUDA BERPENDIRIAN BERANI DI SEKOLAH

Hamba Yehuwa yang masih muda khususnya ditekan untuk mendukung organisasi politik. Mereka juga didesak untuk ikut dalam kegiatan lain yang bertentangan dengan hati nurani mereka yang dilatih Alkitab.

”Suatu hari di sekolah, ketika saya masih kecil,” ingat Ester Tamm, ”semua disuruh berdiri, maju ke depan kelas, dan menandatangani surat ucapan selamat ulang tahun kepada sang diktator, Joseph Stalin.”

Ester berdiri tetapi menolak ke depan. Sebaliknya, dia dengan sopan mengatakan bahwa dia tidak mau menandatangani surat itu. Sang guru marah, tetapi tanpa diduga-duga, beberapa murid lain mendukung Ester dan dengan berani mengatakan bahwa mereka juga tidak mau menandatangani surat itu. Persoalan itu pun selesai sampai di situ.

Persoalan lainnya menyangkut saputangan merah tanda dukungan kepada Komunis. Mereka yang menolak memakainya diancam dapat nilai merah atau sanksi lain. Saudara-saudari muda kita tidak mau berkompromi, mempertunjukkan semangat keloyalan seperti Daniel dan ketiga teman Ibrani-nya di Babilon kuno.​—Dan. 1:8.

ERA YANG SAMA SEKALI BARU

Fakta bahwa hanya 7 persen penduduk yang menjadi anggota Partai Komunis menunjukkan bahwa rakyat Estonia pada umumnya tidak mendukung sistem Soviet. Para pejabat Estonia tidak selalu bersemangat mengikuti arahan dari Moskwa, dan ada di antara mereka yang justru membantu Saksi-Saksi. Misalnya pada 1985, seorang pejabat setempat menemui Lembit Toom dan mengimbau, ”Saya tahu Anda semacam ketua di kalangan Saksi. Jika kalian berkumpul untuk ibadah, jangan lakukan pada hari-hari libur Negara.”

”Baiklah, akan saya teruskan informasi ini,” kata Lembit. Rupanya KGB jengkel karena Saksi memanfaatkan hari-hari libur Negara untuk berhimpun. Tampaknya, saudara-saudari terlalu terang-terangan saat berkumpul, maka mereka membuat penyesuaian guna menanggapi imbauan yang baik itu.

Era yang sama sekali baru dimulai pada 1986 sewaktu Uni Soviet memperkenalkan kebijakan perestroika, atau restrukturisasi. Badan Pimpinan menganjurkan saudara-saudara agar memanfaatkan keterbukaan dan kebebasan yang baru ini untuk menyelenggarakan kebaktian di Eropa Timur. Bagi saudara-saudari di Uni Soviet, sulit rasanya untuk percaya bahwa kebebasan bisa dialami sebelum Armagedon. Segala yang telah mereka derita masih segar dalam ingatan, dan penggeledahan rumah terus menjadi ancaman.

DIUNDANG BERCERAMAH

Semakin banyak kebebasan, semakin banyak pula orang yang berminat akan agama dan Alkitab. Masyarakat ingin tahu pendirian Saksi-Saksi Yehuwa, dan berbagai institusi mengundang saudara-saudara memberikan ceramah umum mengenai kepercayaan kita.

Berita tentang salah satu ceramah tersebut cukup mengagetkan. Lembit Reile setuju memberikan ceramah kepada sekelompok orang. Ketika tiba harinya, Ainar Ojarand, yang mengatur pertemuan itu, sedang mendengarkan radio sambil bercukur saat tersiar pengumuman, ”Hari ini, di Gedung Sakala akan ada ceramah berjudul ’Apa yang Alkitab Ajarkan?’” Itu adalah gedung pertemuan utama di Tallinn, tempat Partai Komunis biasa mengadakan rapat! Alat cukurnya nyaris terlepas dari genggaman! Ainar tidak bisa memberi tahu Lembit bahwa pertemuan ini bakal jauh lebih besar daripada yang mereka kira​—hingga ia bertemu dengan Lembit di halte bus.

”Gedung itu penuh sesak,” kenang Lembit. ”Saya belum pernah berbicara di hadapan begitu banyak hadirin. Saya belum pernah menggunakan mikrofon, atau berbicara dari podium. Setelah berdoa singkat, saya membayangkan Paulus di Areopagus dan memikirkan sebuah kalimat pembukaan. Karena hampir semua hadirin vegetarian, saya mengawali khotbah dengan menjelaskan bahwa hanya buah dan sayuran yang Allah berikan sebagai makanan bagi manusia pertama. Baru setelah Air Bah manusia boleh makan daging.”

Kata pengantar itu tampaknya berpengaruh baik pada hadirin, dan seusai ceramah sejumlah orang berbaris untuk memberikan nama dan alamat agar bisa menerima lektur bila sudah tersedia. Selama bertahun-tahun, banyak saudara menyampaikan khotbah di hadapan sejumlah besar hadirin di perpustakaan, sekolah, dan pusat kebudayaan. Hasilnya, banyak orang yang cenderung kepada keadilbenaran mengenali dan menyambut kebenaran.

TETAP SADAR SECARA ROHANI

Pada 1989, hamba-hamba Yehuwa di Uni Soviet mulai merasakan kebebasan beragama yang lebih besar sehingga beberapa saudara bisa pergi ke kebaktian di Polandia. Bagaimana rasanya bisa bebas berkumpul setelah bertahun-tahun ditindas dengan kejam?

”Kami begitu bahagia!” kenang Ella Toom. ”Kami sering menangis karena terharu! Bagi kami kebaktian ini benar-benar firdaus rohani.”

”Kami tiba lebih awal di Polandia, jadi kami dibawa ke perhimpunan di Balai Kerajaan,” tutur saudari lainnya. ”Sewaktu melihat saudara-saudari memasuki balai, saya mulai menangis. Itulah pertama kalinya saya berada di Balai Kerajaan.”

Pada tahun itu, Theodore Jaracz dan Milton Henschel dari Badan Pimpinan, disertai Willi Pohl dari cabang Jerman, mengunjungi berbagai tempat di Uni Soviet. Mereka ingin sekali bertemu dengan saudara-saudara guna membesarkan hati mereka dan mengetahui situasinya. Panggung dunia sedang berubah dengan cepat, dan kebijakan perestroika Uni Soviet harus dimanfaatkan seoptimal mungkin. Inilah saatnya untuk mereorganisasi pekerjaan rohani, pertama-tama dengan memberikan perhatian kepada pekerjaan penerjemahan.

Sejak 1983, Toomas (Tom) Edur, mantan pemain liga hoki yang energik keturunan Estonia, telah melakukan penerjemahan ke bahasa Esti di cabang Kanada.d Kala itu, publikasi tersebut diperuntukkan khususnya bagi orang Estonia di luar negeri. Tetapi pada 1990, karena pekerjaan mulai terbuka di Estonia, Toomas dan istrinya, Elizabeth, ditugasi ke cabang Finlandia untuk membantu menerjemahkan lektur kita ke bahasa Esti. Segera setelah itu, mereka dipindahtugaskan ke Estonia.

Sebelumnya, setiap penerjemah bekerja di lokasi yang berbeda. Kini nyatalah bahwa akan lebih menguntungkan jika tim penerjemah bekerja bersama di satu lokasi. Maka, sejumlah penerjemah mulai bekerja di rumah Lembit Toom di Tartu. Namun, karena hampir mustahil mendapatkan komputer di Uni Soviet, para penerjemah kekurangan peralatan untuk bekerja dengan efisien. Tetapi, situasinya membaik ketika seorang saudara setempat mengunjungi cabang Amerika Serikat dan membawa pulang dua komputer​—awal yang baik untuk departemen penerjemahan yang efisien. Hanya segelintir penerjemah yang berpengalaman menggunakan komputer dan Sistem Penyusunan Huruf dan Tata-Letak-Gambar Elektronik Multibahasa (MEPS) milik organisasi, jadi tugas itu tidak mudah. Akan tetapi, mereka bersemangat untuk belajar dan segera membuahkan hasil yang sangat bagus.

KEBAKTIAN LAIN YANG MENYUKACITAKAN DI LUAR NEGERI

Seraya kontrol Soviet atas Eropa Timur mengendur, rakyat mulai menikmati kebebasan yang kian bertambah. Malah, sekitar 200 saudara-saudari Estonia diberi visa untuk menghadiri Kebaktian Distrik ”Bahasa yang Murni” di Helsinki, Finlandia, pada Juni 1990.

Ketika delegasi Estonia turun dari kapal-kapal yang membawa mereka ke Finlandia, saudara-saudari Finlandia di pelabuhan kontan memberikan tepuk tangan bergemuruh selama kira-kira setengah jam! Orang-orang non-Saksi menjadi penasaran dan ingin tahu siapakah para selebriti ini. Justru kebalikannya! Yang sedang disambut bak para juara Olimpiade itu adalah saudara-saudari kita yang sederhana, yang telah diperlakukan dengan buruk oleh aparat Soviet selama puluhan tahun!

Betapa gembiranya saudara-saudari Estonia mendengarkan bagian acara dalam bahasa Esti dan menerima beberapa rilis baru dalam bahasa ibu mereka! ”Sewaktu memegang brosur bahasa Esti untuk pertama kalinya,” ujar seorang saudara kawakan, ”rasanya seperti memegang permata berharga.”

Delegasi Estonia lebih gembira lagi mendengar pengumuman yang menggugah pada khotbah penutup. Sang pembicara mengatakan bahwa Badan Pimpinan telah menyetujui diterbitkannya Menara Pengawal empat warna tengah bulanan secara simultan dengan edisi bahasa Inggris, mulai Januari 1991! Saking girangnya, hadirin berdiri dan serentak memberikan tepuk tangan yang panjang. Lalu, setelah hening, salah seorang hadirin bertanya, ”Apakah cuma akan ada satu majalah untuk setiap kelompok pelajaran seperti sebelumnya? Atau, apakah tiap orang akan dapat satu majalah?” Jawaban bahwa masing-masing akan menerima satu majalah kedengarannya sulit dipercaya dan kembali memicu tepuk tangan penghargaan.

Cabang Finlandia sibuk mencetak lektur bahasa Esti dan juga menyediakan terbitan lama dari tahun 1990. Selain menerima bantuan rohani, Saksi-Saksi Estonia menerima dan selanjutnya mendistribusikan banyak kiriman bantuan kemanusiaan dari saudara-saudari di berbagai negeri​—bantuan yang amat dibutuhkan mengingat keadaan ekonominya.

KEBAKTIAN PERTAMA DI MASA KEBEBASAN

Organisasi Yehuwa segera memanfaatkan kebebasan beragama yang kian bertambah untuk menyelenggarakan kebaktian-kebaktian distrik besar di seantero Uni Soviet. Alangkah riangnya saudara-saudari Estonia untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah kebaktian ”Para Pencinta Kemerdekaan [Ilahi]” pada 13-14 Juli 1991, di Tallinn!

Kebaktian ini khususnya menyukacitakan bagi beberapa delegasi lansia. Mengapa? Karena kebaktian terakhir mereka di masa kebebasan adalah pada 1940. Betapa gembiranya mereka kini, lebih dari 50 tahun kemudian, bisa bebas berkebaktian lagi!

Saudara-saudari berbahasa Rusia dari bagian barat laut Uni Soviet, negeri-negeri Baltik, dan Kaliningrad berkebaktian di Tallinn Linnahall (Gedung Konser). Jäähall (Gedung Es) yang bersebelahan menampung hampir seribu orang untuk sesi bahasa Esti, dengan puncak hadirin gabungan sebesar 4.808 orang untuk kedua gedung. Sukacitanya tak terkira, apalagi ada 447 orang yang dibaptis!

Kebaktian-kebaktian seperti ini sangat membantu orang-orang baru untuk belajar kebenaran. Misalnya, Amalie, nenek dari Leonhard Nilsk, menghadiri gereja Adven tetapi meragukan ajarannya. Leonhard menganjurkan dia untuk mencari tahu kebenaran dalam Alkitab. Titik baliknya adalah ketika Amalie menghadiri kebaktian di Tallinn pada 1991. Setelah hari pertama, Amalie mengutarakan bahwa dia tidak mau lagi kembali ke gerejanya. Apa yang Leonhard sampaikan tidak cukup bagi Amalie​—dia ingin melihat langsung umat Yehuwa. Dia setuju untuk belajar Alkitab dan belakangan dibaptis.

IMPIAN JADI KENYATAAN

Meski awan gelap penganiayaan dan penindasan tidak lagi mengancam hamba-hamba Yehuwa, beberapa masih sulit untuk percaya bahwa sudah ada kebebasan beribadat. Seorang penatua kawakan, misalnya, punya impian bahwa suatu saat buku Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi akan tersedia dalam bahasa Esti. Pada 1991, buku inilah yang pertama dicetak dalam bahasa Esti pada era baru kebebasan yang meningkat.

”Sekarang buku ini ada di tangan saya,” katanya, ”tapi masih sulit bagi saya untuk memercayainya. Ketika memperkenalkan buku ini di perhimpunan, saya tidak bisa menahan air mata. Untuk sesaat, semua terdiam, lantaran mereka tidak bisa memercayai apa yang mereka dengar. Lalu, air mata sukacita pun bercucuran! Saudara-saudari bersukacita sekaligus menangis. Itulah momen yang mustahil dilupakan. Tiap kali mengingatnya, mata saya berkaca-kaca.”

Berulang kali, saudara-saudari merasa ”seperti orang-orang yang bermimpi”. (Mz. 126:1-6) Setelah puluhan tahun menderita, banyak yang secara pribadi merasakan hasil membahagiakan yang dijanjikan Firman Allah, ”Jika kita tidak lelah kita akan menuai pada saat musimnya tiba.”​—Gal. 6:9.

TONGGAK SEJARAH TEOKRATIS YANG MENYUKACITAKAN

Tanggal 31 Oktober 1991 adalah hari yang akan terus dikenang saudara-saudari di Estonia. Pada tanggal itulah, sidang pertama dari Saksi-Saksi Yehuwa secara resmi terdaftar di Estonia.

Kini, tibalah saatnya untuk pembangunan kembali secara rohani. Ada banyak sekali orang yang berminat akan kabar baik, dan mereka secara terbuka mengungkapkan minat pada Alkitab dan agama. Ada banyak PAR yang harus dipandu, serta perhimpunan dan kebaktian yang harus diorganisasi. Para penerjemah membutuhkan fasilitas yang memadai untuk melakukan pekerjaan yang semakin bertambah.

Sementara itu, utusan injil Gilead mulai berdatangan, dan rumah-rumah utusan injil yang cocok perlu dicari. Mereka butuh bantuan untuk mengatasi masalah visa dan mendapatkan izin tinggal. Isu kenetralan harus diselesaikan dengan para pejabat pemerintah. Izin mendirikan bangunan diperlukan untuk membangun Balai-Balai Kerajaan.

”Tahun-tahun tersebut,” kenang Reino Kesk, yang kala itu melayani sebagai pengawas wilayah, ”berlalu dengan cepat seolah-olah hanya beberapa bulan karena banyak hal yang harus dikerjakan untuk membubuh fondasi teokratis. Tahun-tahun itu juga amat menggugah hati. Orang-orang mengasihi kebenaran dan cepat menyambut. Di setiap sidang, ada banyak yang ingin dibaptis. Beberapa peminat yang datang ke kebaktian tidak tahu banyak tentang Saksi-Saksi Yehuwa tetapi menikmati khotbah dan langsung ingin dibaptis. Banyak sekali yang harus dilakukan untuk membantu mereka!”

Ketika Estonia di bawah kekuasaan Soviet, pekerjaan pengabaran diawasi oleh kantor cabang di Jerman. Salah satu jalur komunikasi rahasia antara Jerman dan Estonia adalah melalui cabang Finlandia. Tetapi, mengingat perbatasan kini dibuka dan komunikasi bebas dilakukan, pada 1992 pengawasan pekerjaan di Estonia dialihkan ke cabang Finlandia.

SANGAT BERGAIRAH DAN BERSEMANGAT!

Karena begitu banyak orang cepat membuat kemajuan, tidak mudah memantau orang-orang baru yang ingin memenuhi syarat menjadi penyiar belum terbaptis. Contohnya, ketika mengunjungi sebuah kelompok kecil yang masih baru pada pagi menjelang Peringatan kematian Kristus, Tom Edur sangat heran melihat banyak sekali yang datang untuk pergi berdinas.

”Brur kenal semua orang ini?” tanya Tom kepada saudara setempat.

”Ada juga yang bukan penyiar,” jawabnya.

Tom selanjutnya memandu pertemuan untuk dinas lapangan lalu menyatakan, ”Mungkin setelah ini saya akan berbicara secara pribadi dengan mereka yang belum jadi penyiar.”

Sekitar sepuluh pelajar Alkitab memperkenalkan diri, menjelaskan bahwa mereka ingin memenuhi syarat untuk pergi mengabar. Setelah Tom membahas persyaratan dasar untuk penyiar belum terbaptis, tiga wanita muda mengakui bahwa mereka belum mengundurkan diri dari gereja mereka. Tom menjelaskan bahwa jika ingin dikenal sebagai Saksi-Saksi Yehuwa, mereka harus mengundurkan diri dari gereja. Itulah yang mereka lakukan! Mereka langsung pergi ke gereja mereka, meminta nama mereka dicoret dari daftar, lalu bergabung dengan yang lain untuk mengabar.

Seorang pria yang hadir di pertemuan untuk dinas lapangan itu masih merokok. Perlu cukup waktu baginya untuk membenahi diri, jadi ia pulang sambil berharap untuk menjadi penyiar nantinya.

Karena kini bisa mengabar tanpa pembatasan pemerintah, saudara-saudari bersemangat memanfaatkan setiap kesempatan untuk membagikan kabar baik kepada sebanyak mungkin orang. Ada yang begitu bersemangat sehingga perlu dibantu mempertahankan keseimbangan rohani yang masuk akal. Contohnya, sewaktu meninjau pertanyaan baptisan dengan seorang pemuda calon baptis, Tom Edur bertanya apakah ia pernah dinasihati oleh para penatua.

”Ya,” jawabnya, ”para penatua menasihati saya untuk sedikit lebih seimbang dalam menggunakan waktu.”

”Oh, apa masalahnya?” tanya Tom.

”Begini, karena saya berdinas 150 jam setiap bulan,” jelasnya, ”saya melalaikan tanggung jawab Alkitab lainnya. Para penatua memberi saran bahwa kalau dinas saya 100 jam, saya bisa belajar pribadi dan membuat persiapan untuk perhimpunan.”

KEBAKTIAN YANG MENYUKACITAKAN DI RUSIA

Tonggak sejarah teokratis lainnya adalah kebaktian internasional yang diselenggarakan di St. Petersburg, Rusia, pada Juni 1992. Bagi banyak di antara 1.000 delegasi yang hadir dari Estonia, itu adalah reuni yang membahagiakan dengan bekas rekan sepenjara dan dengan Saksi lain yang mereka kenal sewaktu diasingkan di Siberia.

”Kebaktian ini cocok sekali waktunya bagi kami,” kata seorang delegasi. ”Kami mencarter kereta api khusus dengan ongkos cukup murah dalam rubel Rusia. Kemudian, tepat seminggu sebelum kebaktian, Estonia mengubah mata uangnya dari rubel ke kroon Estonia. Seandainya persis pada minggu pergantian mata uang itu kami sudah di Rusia, kami tidak bisa menukarkan uang kami. Tapi, sekalipun bisa, kami tidak diizinkan untuk menukarkan uang dalam jumlah besar. Apa yang harus kami lakukan dengan kelebihan rubel yang tidak bisa ditukar? Karena rubel masih digunakan di Rusia, saudara-saudari membawa uang rubel itu ke kebaktian dan memasukkannya ke kotak sumbangan. Juga, kalau kebaktiannya diadakan seminggu kemudian, saat peraturan baru tentang perbatasan diberlakukan, kami harus membayar visa yang mahal untuk melewati perbatasan. Kebaktian itu pas sekali waktunya bagi saudara-saudari!”

Salah seorang yang hatinya tersentuh oleh kebaktian bersejarah ini adalah wanita peminat yang berencana pergi bersama para Saksi. ”Entah bagaimana saya keliru mengingat jam keberangkatan,” tuturnya. ”Ketika tiba di stasiun, keretanya telah berangkat. Tapi, saya sudah beli tiket. Apa yang bisa saya lakukan sekarang? Saya berdoa mohon Yehuwa membantu saya dan mengatakan bahwa saya akan berusaha sebisa mungkin untuk sampai di sana.

”Kata kepala stasiun, saya harus beli tiket lagi, tapi uang saya tidak cukup! Tahu-tahu, saya lihat sekelompok orang tiba di stasiun. Mereka semua begitu bahagia dan berpakaian rapi! Mereka Saksi dari Pulau Sarema. Kereta mereka belum tiba, dan tiket saya bisa digunakan untuk berangkat bersama mereka. Sungguh melegakan!

”Selama perjalanan, Saksi-Saksi menyanyikan lagu-lagu Kerajaan, yang berpengaruh khusus atas diri saya. Saya merasa seolah telah diadopsi menjadi bagian dari keluarga rohani mereka. Saya tinggal bersama mereka selama kebaktian dan melihat betapa tulus dan pengasihnya mereka. Ini meluluhkan semua keraguan saya. Sekarang, jelas bagi saya bahwa saya telah menemukan organisasi Allah di bumi.” Mantan peminat ini sekarang melayani sebagai perintis biasa bersama suaminya.

MENYAMBUT PARA RELAWAN

Pekerjaan pengabaran dan pengorganisasian maju pesat, dan dibutuhkan lebih banyak saudara yang punya pengalaman teokratis. Siapa yang bisa memenuhi kebutuhan yang meningkat ini? Seperti Yesaya, banyak yang menanggapi dan berkata, ”Ini aku! Utuslah aku.”​—Yes. 6:8.

Empat utusan injil pertama lulusan Gilead, Vesa dan Leena-Maria Edvik serta Esa dan Jaael Nissinen, tiba pada 1992. Reino dan Lesli Kesk, yang pernah melayani dalam pekerjaan keliling di Kanada selama 17 tahun, juga termasuk di antara mereka yang ditugasi ke Estonia. Lalu, pada musim semi 1993, 20 perintis dari Finlandia ditugasi untuk melayani di ladang berbahasa Esti dan Rusia sebagai perintis istimewa, dan ada empat lagi utusan injil yang tiba.

Setelah itu, utusan injil yang diutus ke Estonia berasal dari kelas-kelas Gilead yang berurutan, yang membawa serta banyak sukacita dan antusiasme. Ada juga utusan injil yang bukan dari Gilead. Utusan injil yang energik dan perintis istimewa yang bersemangat terus memperkuat fondasi kukuh yang sudah dibubuh saudara-saudari Estonia yang loyal selama puluhan tahun.

Selain itu, sekitar dua ratus saudara-saudari dari luar negeri telah datang untuk melayani di tempat yang lebih membutuhkan. Kematangan rohani mereka turut memperteguh dan memantapkan sidang-sidang. Banyak sidang-baru didirikan, dan hanya saudara-saudara dari luar negeri inilah yang melayani sebagai penatua di beberapa sidang hingga saudara-saudara setempat membuat kemajuan yang cukup untuk mengemban lebih banyak tanggung jawab.

Lembit Välja adalah salah seorang yang datang untuk membantu. Ia lahir di Estonia, selamat dari Perang Dunia II, pindah ke Australia, dan menjadi Saksi di sana. Menjelang pensiun, ia memutuskan untuk pulang ke Estonia pada 1990 guna turut memuaskan dahaga rohani banyak peminat. Ia ingat pernah mengajar 18 kelompok yang tersebar di setengah bagian Estonia dengan kira-kira 80 hadirin. Ia naik bus untuk pergi ke kelompok-kelompok itu, kerap bermalam di perhentian bus dalam kantong tidur. Lebih dari 50 pelajar Alkitab-nya telah dibaptis, dan pada usia 84 tahun, ia masih memandu empat PAR. Kerja keras dan pengorbanannya telah berbuah manis​—kini ada sidang-sidang dan Balai-Balai Kerajaan yang berkembang pesat di kebanyakan kota yang pernah ia kunjungi.

Saudara-saudari yang datang untuk membantu dengan sukarela itu pun menuai manfaat. Banyak yang menuturkan betapa kaya pengalaman mereka mengenal penduduk setempat dan cara hidup mereka. ”Wawasan kita jadi lebih luas,” jelas Reino Kesk, ”dan kita dibantu melihat segala sesuatu lebih menurut cara Yehuwa memandang seluruh dunia.”

KUNJUNGAN PENGAWAS WILAYAH YANG PERTAMA

Pada masa pertumbuhan yang pesat itu, kunjungan para pengawas keliling yang membesarkan hati amat memperteguh sidang-sidang. Para pengawas wilayah mencurahkan diri dalam tugas mereka, kerap membaktikan 15 jam sehari​—mengabar, hadir dan memandu perhimpunan, serta menjawab banyak pertanyaan yang diajukan saudara-saudara.

Wilayah pertama yang dibentuk mencakup Estonia, Latvia, Lituania, dan Kaliningrad. Wilayah ini terdiri dari 46 sidang dan 12 kelompok, dalam empat bahasa! Pengawas wilayah juga mendapat tugas tambahan yang menyita waktu, seperti mengurus prosedur pendaftaran di Latvia dan Lituania. Kini, di Estonia saja, ada empat wilayah.

”Para penyiar sangat, sangat menghargai kunjungan pengawas wilayah,” ingat Lauri Nordling, saudara setempat yang melayani sebagai pengawas wilayah pada 1995. ”Sering kali saat pertemuan untuk dinas lapangan, ruangan penuh sesak. Pernah, sebuah ruangan kecil apartemen dipadati sekitar 70 saudara-saudari. Kalau sebuah apel dilempar ke atas, tak ada lagi tempat kosong baginya untuk jatuh ke lantai.”

TANTANGAN MEMPELAJARI BAHASA BARU

Tidak mudah bagi kebanyakan orang untuk belajar bahasa baru, dan bahasa Esti lumayan sulit dikuasai. Misalnya, Markku Kettula, utusan injil baru, sedang berbicara kepada seorang pria tentang Yesus Kristus. Alih-alih mengatakan bahwa Yesus adalah Rahuvürst, Pangeran Perdamaian, ia beberapa kali menekankan bahwa Yesus adalah rahuvorst​—sosis perdamaian. Setelah Markku membuka Yesaya 9:6, barulah pria yang kebingungan itu paham bahwa sumber perdamaian sejati bukanlah sesuatu yang bisa dimakan!

Seorang saudari perintis belajar bahasa Rusia setelah pindah ke Estonia. Sewaktu mengabar, dia tanpa sengaja mengetuk rumah penatua setempat yang tidak dia kenal. Sambil memegang kamus, dia mulai bicara. Saudara itu berusaha menjelaskan bahwa ia penatua. Dia buru-buru melihat kata ”penatua” dalam kamusnya dan menemukan kata ”tua”.

”Oh,” katanya, ”Anda belum tua-tua amat! Selain itu, di Firdaus, Anda akan kembali menjadi muda.” Setelah saudara itu menunjuk publikasi teokratis dalam apartemennya, baru saudari itu mengerti bahwa ia bukannya sudah tua melainkan penatua.

HAKIM ATEIS BELAJAR KEBENARAN

Pada era Soviet, Viktor Sen dipenjarakan selama dua tahun karena menolak dinas militer. Setelah setahun di penjara, ia mengajukan petisi untuk diasingkan dengan sukarela ke Siberia sebagai pemukim bebas, opsi yang akan memberinya lebih banyak kemerdekaan. Di sidang pembebasan bersyarat, ia didamprat para hakim, dan seorang hakim bahkan mengatakan bahwa orang seperti Viktor harus digantung atau ditembak.

Beberapa tahun kemudian, pada suatu kebaktian, seorang saudara memperkenalkan kepada Viktor sekelompok peminat dan bertanya kepadanya, ”Apakah ada yang Brur kenal?”

”Tidak,” jawab Viktor.

”Brur yakin?” tanya saudara itu. Lalu, sambil menunjuk seorang pria dalam kelompok itu, yang terlihat sangat malu, ia bertanya, ”Bagaimana dengan bapak ini?”

Viktor masih belum mengenali pria itu. Betapa terkejutnya Viktor ketika tahu bahwa pria itu adalah Yuri, hakim muda pada sidang pembebasan bersyaratnya. Yuri sedang belajar Alkitab dan ikut kebaktian bersama Viktor. Apa yang mengubah pandangan Yuri tentang Saksi-Saksi Yehuwa?

”Saya dibesarkan dalam keluarga ateis radikal,” jelas Yuri. ”Pada waktu sekolah, saya sering berpidato tentang bahaya agama. Lalu, bertahun-tahun kemudian, saya ikut beberapa teman saya yang belajar Alkitab dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Saya sadar bahwa meski punya pengetahuan tentang dusta agama, saya sebenarnya tidak tahu apa-apa soal Alkitab. Saya pun tertarik untuk belajar lebih banyak tentang Alkitab.”

Setelah dibaptis, Yuri berkata kepada Viktor, ”Terakhir kali kita berdua di pengadilan, kita duduk di kursi yang berbeda. Tapi, seandainya kita berada di pengadilan lagi, kita akan duduk di kursi yang sama! Saya tidak akan menjadi hakim yang menghukum Brur.” Yuri dan Viktor kini melayani sebagai penatua di Tallinn.

PERINGATAN YANG TAK TERLUPAKAN

Seorang saudara yang baru pindah ke Estonia mendekati Pavel dan Margarita dan dengan bahasa Esti yang terbata-bata ia berkata, ”Kalau mau hidup kekal, kalian mesti datang ke Peringatan kematian Kristus malam ini.” Karena ingin tahu, suami istri itu memutuskan untuk hadir.

Pavel dan Margarita disambut hangat di Peringatan. Tetapi, di tengah acara, mereka menjadi agak cemas melihat seorang pria bolak-balik mengamati hadirin dan membuat catatan. Mereka tidak tahu ia hanya menghitung jumlah hadirin. Pavel dan Margarita mulai menyesali keputusan mereka untuk datang, tetapi mereka takut keluar karena tampak oleh mereka dua pria kekar menjaga pintu. Lantaran tidak tahu bahwa kedua saudara itu hanyalah petugas tata tertib, Pavel dan Margarita memutuskan bahwa lebih baik mereka tidak mencoba keluar.

Namun, di akhir khotbah Peringatan, Pavel dan Margarita tertarik mendengar tawaran PAR gratis yang disampaikan sang pembicara bagi siapa pun yang berminat. Ketakutan mereka sirna ketika saudara-saudari setelah itu dengan hangat memperkenalkan diri sehingga mereka meminta pelajaran Alkitab. Karena dua minggu lagi akan pindah, mereka bertanya apakah mereka bisa belajar tiap hari. Setelah pindah ke rumah baru, mereka dengan antusias menelepon saudara-saudari terdekat, memperkenalkan diri, dan meneruskan pelajaran Alkitab.

”SAKSI MATA DARI PERBUATANMU YANG BAIK”

Saksi-Saksi Yehuwa di Estonia saling mengasihi, sebagaimana saudara-saudari mereka di seluruh bumi. (Yoh. 13:35) Orang lain yang mengamati ungkapan kasih tersebut ditarik ke ibadat sejati.​—1 Ptr. 2:12.

Toivo menerima buku Pencarian Manusia akan Allah dari saudari yang memotong rambutnya di tempat pangkas rambut. Setelah tamat membacanya, ia ingin berhimpun di Balai Kerajaan, tetapi ragu-ragu karena sudah diperingatkan tentang Saksi. Jadi, ia memutuskan untuk mengamati Saksi-Saksi di Balai Kerajaan dari tempat yang aman dalam mobilnya. Ia ingin lihat orang-orang seperti apa yang datang ke balai sebelum perhimpunan dan bagaimana mereka setelah keluar dari sana.

Ia amat terkesan melihat saudari-saudari berpelukan dengan hangat; ia bisa langsung melihat bahwa orang-orang ini sungguh-sungguh saling memedulikan. Ia dengan bersemangat mulai berhimpun dan belajar Alkitab. Ia cepat membuat kemajuan dan segera mengabar kepada orang lain dengan bergairah. Sekarang, ia Saksi terbaptis.

”YEHUWA MENJAWAB DOA SAYA!”

Pada 1997, Berita Kerajaan No. 35 diberikan kepada Maria di dusun Tootsi. Dia membaca risalah itu dan menyurati kantor cabang meminta pelajaran Alkitab. Tidak lama kemudian, Markku dan Sirpa Kettula, utusan injil yang tinggal di Pärnu, memulai PAR dengan Maria. Maria segera menceritakan kebenaran kepada orang lain, dan tidak lama kemudian Ingrid, menantunya, dan Malle tetangga Ingrid ikut belajar. Sewaktu Maria ingin berpartisipasi dalam pelayanan, para penatua menyarankan agar dia rutin berhimpun dulu. Namun, sidang terdekat adalah di Pärnu, 40 kilometer jauhnya, dan dia tidak punya cukup uang untuk ongkos perjalanan. Maka, atas anjuran para utusan injil itu, Maria berdoa memohon bantuan Yehuwa.

”Yehuwa menjawab doa saya!” ujar Maria dengan bahagia pada kali berikutnya utusan injil mengunjungi dia.

”Bagaimana Ia menjawab doamu?” tanya Markku dan Sirpa.

”Saya akan mengumpulkan orang-orang di rumah saya,” jelasnya dengan antusias, ”dan kalian bisa mengatur perhimpunan dan mendirikan sidang di sini. Lalu, saya bisa berhimpun dan juga mulai berdinas.”

Para utusan injil itu tidak mau memadamkan semangatnya, tetapi dengan bijaksana menjelaskan bahwa membentuk sidang baru tidaklah semudah itu. Mereka menganjurkannya untuk berupaya berhimpun di Pärnu, paling tidak pada hari Minggu.

Sekali lagi Maria membawakan itu dalam doa. Maria juga menghemat uang dengan menghentikan langganan surat kabar. Tidak lama kemudian, dia punya cukup uang untuk berhimpun empat kali sebulan dan senang mulai ikut mengabar. Tetapi, masih ada berkat yang lebih besar lagi untuk Maria.

Karena ada banyak peminat di Tootsi, para penatua mengatur diadakannya PBS di sana yang bisa dihadiri Maria, Ingrid, Malle, dan para peminat lain. Beberapa bulan kemudian, Maria dan Malle dibaptis, dan Ingrid menyusul pada musim panas berikutnya. Suami Malle dibaptis tidak lama setelah itu, disusul saudara perempuan Malle pada musim dingin berikutnya. Kelompok kecil yang cepat berkembang di Tootsi ini bersyukur bahwa Berita Kerajaan No. 35 telah memperkenalkan kebenaran di dusun mereka dan bahwa mereka merasakan berkat Yehuwa sebagai jawaban atas doa-doa mereka.

Dua dasawarsa terakhir ini dipenuhi kegiatan Kerajaan yang membuahkan banyak hasil dan sukacita besar seraya banyak orang berhati jujur berbondong-bondong ke organisasi Yehuwa. Tetapi, di manakah semua orang yang cenderung kepada keadilbenaran itu berkumpul untuk beribadat kepada Allah yang benar dan diajar oleh-Nya?

BALAI-BALAI KERAJAAN SANGAT DIBUTUHKAN!

Tempat berhimpun pertama yang dibangun adalah di Räpina, Estonia Selatan, yang sangat berjasa bagi saudara-saudari selama bertahun-tahun. Tetapi, jelaslah bahwa upaya saudara setempat untuk membangun balai takkan bisa mengikuti pesatnya pertumbuhan jumlah penyiar. Kantor Rancang Bangun di cabang Finlandia memberikan bantuan dan mulai merancang Balai Kerajaan dan fasilitas kantor untuk negeri-negeri Baltik. Betapa senangnya, pada 1993, ketika Balai Kerajaan pertama berdiri di kota Maardu, yang disusul dengan cepat di banyak tempat lain.

Saat ini, di Estonia, ada 33 Balai Kerajaan untuk 53 sidang. Saudara-saudari berbahagia karena mereka juga memiliki dua Balai Kebaktian, satu di Tallinn satu di Tartu; keduanya dirampungkan pada 1998.

Saksi kawakan, Alexandra Olesyuk, mengenang, ”Kami sudah lama mengimpikan pembangunan Balai Kerajaan di Tartu. Jadi, sewaktu kami diminta pergi membersihkan lahan tempat Balai Kerajaan akan dibangun, sayalah orang pertama yang datang, walau usia saya 79 tahun! Saya membenahi dan mengangkut barang-barang. Setiap kali naik bus melewati lokasi Balai Kerajaan itu, saya menangis karena sukacita. Saya juga menangis sewaktu balai itu rampung.”

KANTOR PENERJEMAHAN YANG BARU

Seraya jumlah penyiar terus melonjak, fasilitas yang lebih besar diperlukan untuk memenuhi kebutuhan negeri ini dan khususnya tim penerjemah. Gedung apartemen setengah-jadi yang diperoleh di Jalan Herzeni (kini Pungahu) 77, Tallinn, kelihatannya cocok. Tetapi, gedung itu perlu dimodifikasi total.

Cabang Finlandia menyediakan rancangan arsitektur, bahan, uang, dan tenaga kerja untuk melaksanakan proyek itu. Tanpa bantuan mereka, proyek tersebut tidak mungkin berjalan karena rendahnya mutu atau tidak tersedianya bahan bangunan lokal kala itu. Juga, pada awalnya hanya sedikit saudara Estonia yang punya keterampilan membangun. Namun, saudara-saudara setempat secara bertahap dilatih dan dibantu agar lebih berpengalaman. Pada Februari 1994, bagian pertama kompleks kantor rampung. Pada tahun itu, Panitia Negeri (Toomas Edur, Reino Kesk, dan Lembit Reile) ditunjuk untuk melayani tiga negeri Baltik di bawah pengawasan cabang Finlandia. Karena lebih banyak ruangan diperlukan, bangunan tambahan didirikan di kompleks itu pada tahun 1997 dan 1999.

Perusahaan air minum, yang kala itu letaknya berdekatan, menyatakan tertarik dengan desain taman Betel. Maka, sebagai ganti pengurangan tarif air, saudara-saudara membantu mereka merancang taman, pagar, dan pencahayaan. Alhasil, gedung mereka sangat mirip dengan Betel. Belakangan, mereka menjual gedung mereka kepada saudara-saudara dengan harga cukup murah. Ruangan ekstranya kini dimanfaatkan sebagai studio untuk merekam drama kebaktian dan DVD, termasuk DVD bahasa isyarat. Sekolah Pelatihan Pelayanan juga telah menempati bagian bangunan yang sudah dimodifikasi itu.

KEBAKTIAN INTERNASIONAL DI TALLINN

Betapa gembiranya saudara-saudari Estonia ketika diinformasikan bahwa mereka akan menjadi tuan rumah Kebaktian Internasional ”Para Utusan Perdamaian Ilahi” pada 1996. Dua kebaktian yang diselenggarakan di Tallinn melayani delegasi berbahasa Esti dan Rusia serta saudara-saudari dari Latvia dan Lituania. Juga ada delegasi yang diundang dari 15 negeri lain. Dua kebaktian tiga-hari itu berlangsung pada bulan Agustus. Lima anggota Badan Pimpinan​—Saudara Barber, Henschel, Jaracz, Schroeder, dan Sydlik​—hadir untuk menguatkan saudara-saudari dengan khotbah mereka yang menganjurkan. Puncak hadirinnya 11.311 orang, dan sebanyak 501 orang yang baru-berbakti dibaptis.

Kebaktian ini menghasilkan kesaksian yang bagus dan banyak sekali publisitas. Liputan mencakup sepuluh menit wawancara pada acara bincang-bincang di TV. Pemilik sebuah stasiun radio menyiarkan programa yang memuji Saksi-Saksi sebagai ”orang-orang baik”.

Kasih persaudaraan yang hangat dari para delegasi jelas terlihat setiap kali kebaktian usai dan tiba saatnya untuk berpisah. Lautan orang yang melambaikan tangan dan saputangan serta air mata sukacita mengungkapkan perasaan yang terdalam dari umat sejati Yehuwa. Tepuk tangan yang panjang dari seluruh hadirin setelah doa penutup mengungkapkan rasa syukur di lubuk hati mereka kepada Bapak surgawi kita yang paling murah hati dan pengasih, Yehuwa. Kebaktian-kebaktian itu tetap menjadi tonggak sejarah Saksi-Saksi Yehuwa di Estonia.

MENJADI CABANG LAGI

Antara 1926 dan 1940, sebuah kantor beroperasi di Tallinn. Lalu, mulai 1994, sebuah Kantor Negeri berfungsi di Estonia, di bawah pengawasan cabang Finlandia. Banyak yang telah dicapai, dan banyak yang bertanya-tanya apakah Estonia bisa punya cabang sendiri lagi. Ini terjawab pada tanggal 1 Maret 1999, ketika Badan Pimpinan melantik Toomas Edur, Reino Kesk (kini melayani di Republik Demokratik Kongo), Lembit Reile, dan Tommi Kauko untuk melayani dalam Panitia Cabang Estonia. Saat ini, ada sekitar 50 orang yang melayani di cabang, mengurus kebutuhan 4.300 hamba Yehuwa yang loyal dan bekerja keras di Estonia.

MENYONGSONG MASA DEPAN DENGAN YAKIN

Apa masa depan umat Yehuwa di Estonia? Yehuwa tak pernah gagal dalam membimbing dan menguatkan hamba-hamba-Nya yang loyal. Malah, saudara-saudari yang mempertahankan integritas selama penganiayaan Nazi dan Soviet di Estonia telah merasakan kekuatan Yehuwa dalam berbagai cara yang unik dan tak terlupakan. Bersama segenap saudara-saudari di seluruh dunia, mereka bersukacita karena nama Yehuwa yang agung telah dimasyhurkan dan disucikan di pelosok republik-republik bekas Uni Soviet.​—Mal. 1:11.

Sementara itu, masih ada banyak orang rendah hati dan tulus di Estonia yang ingin belajar tentang Allah yang benar. Iklim kebebasan beragama saat ini memungkinkan Saksi-Saksi Yehuwa semakin lantang lagi menyerukan kabar baik Kerajaan Yehuwa.

[Catatan Kaki]

a Swensk adalah bahasa orang Swedia

b Kisah hidupnya dimuat dalam The Watchtower terbitan 15 Juni 1963, halaman 373-376.

c Jenis hukuman dan kondisi penjara serta kamp dijelaskan dalam Buku Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa 2002, halaman 157.

d Awake! terbitan 22 Februari 1986 menceritakan bagaimana dan mengapa Saudara Edur melepas karier hokinya.

[Blurb di hlm. 172]

”Saya tidak pernah kekurangan apa pun yang benar-benar penting”

[Blurb di hlm. 204]

”Enak kalau saya sedang dimasukkan ke sel isolasi”

[Kotak di hlm. 168]

Sekilas tentang Estonia

Negeri

Estonia, yang tak banyak dieksploitasi dan jarang penduduknya, adalah negeri dengan hutan-hutan lebat dan pepohonan yang tinggi, lebih dari 1.400 danau, sekitar 7.000 sungai besar dan kecil, serta rawa-rawa yang tak bisa dihuni. Sepersepuluh bagian Estonia terdiri dari 1.500-an pulau. Sebagian besar negeri ini datar dengan ketinggian kurang dari 50 meter di atas permukaan laut. Bagian tenggaranya memiliki lanskap yang asri dan berbukit-bukit.

Penduduk

Populasinya terdiri dari etnik Estonia 68 persen, Rusia 26 persen, dan sisanya kebanyakan orang Ukraina, Belarusia, dan Finlandia. Agama antara lain Lutheran, Ortodoks, dan Kristen nominal lainnya, juga Islam dan Yahudi. Banyak penduduknya tidak memeluk agama tertentu atau tidak jelas apa agamanya.

Bahasa

Bahasa resminya, Esti, serumpun dengan bahasa Suomi (Finlandia) dan Hungaria. Seperempat populasinya berbahasa Rusia.

Makanan

Leib (roti hitam) dan kentang banyak disukai, demikian juga acar labu kuning, salad bit, dan sauerkraut (asinan kol). Makanan khas lain misalnya sült (agar-agar daging), rosolje (ikan haring dan bit), sup jamur liar, babi, ikan, dan daging asap. Hidangan pencuci mulut misalnya kringel​—roti manis berpilin yang ditaburi kismis serta kacang-kacangan​—dan panekuk.

Iklim

Musim panasnya sejuk, dan musim dinginnya tidak terlalu dingin. Siang terpanjang di musim panas bisa mencapai lebih dari 19 jam, dan yang terpendek di musim dingin hanya 6 jam. Meski suhu di pesisir barat daya hangat dan menyenangkan pada musim panas, suhu pada musim dingin bisa turun hingga minus 20 derajat Celsius.

[Kotak/​Gambar di hlm. 183, 184]

”Kami Seperti Satu Keluarga”

ADOLF KOSE

LAHIR 1920

BAPTIS 1944

MENINGGAL 2004

PROFIL Di kamp penjara Siberia dari 1951 hingga 1956. Turut mengorganisasi pekerjaan pengabaran di negeri-negeri Baltik dan bagian barat laut Uni Soviet.

◼ ”SAYA ditangkap pada 1950,” kenang Adolf, ”dan dikirim ke kamp kerja paksa di kota Inta, Siberia. Selama satu setengah tahun pertama, sama sekali tidak ada kabar tentang istri dan dua putri saya yang masih kecil, yang diasingkan ke bagian lain di Siberia.

”Saudara-saudara memiliki ikatan yang unik. Kami seperti satu keluarga. Kami berbagi makanan rohani maupun jasmani.

”Setelah pulang ke Estonia, ada banyak tantangan. Bagaimana kami bisa menghubungi ’Ibu’, organisasi kita? Bagaimana kami bisa menjaga persatuan di antara saudara-saudara? Bagaimana kami bisa terus mengabar?

”Agar komunikasi dengan para kurir Finlandia lebih lancar, saya ingin belajar bahasa Suomi. Itu tidak semudah yang saya kira sebab tidak ada buku tata bahasa atau kamus yang dijual.

”Mengenai pencetakan, merupakan kejahatan jika seseorang memiliki mesin ketik yang tidak terdaftar, apalagi peralatan cetak. Siapa pun yang memproduksi lektur terlarang bisa dipenjarakan selama tujuh tahun. Situasinya juga sulit karena segala yang dibutuhkan untuk mencetak sukar didapat. Setelah sering jatuh bangun dalam menggunakan berbagai bahan yang ada, akhirnya saya berhasil mengembangkan suatu teknik pencetakan. Pertama-tama, saya membuat mesin cetak (bawah). Lalu, saya mengetik teksnya pada kain berlapis lilin yang kami buat sendiri. Dengan demikian, terbentuklah lubang-lubang pada permukaan lilin. Kami mencetak beberapa publikasi pertama dengan tinta yang dibuat dari campuran jelaga dan ter. Tinta buatan sendiri itu akan merembes melalui lubang-lubang pada kain berlilin sehingga teks akan tercetak pada kertas di bawahnya. Pekerjaan ini rumit, makan waktu, dan membahayakan kesehatan akibat uap dari tinta dan bahan kimia lainnya. Mustahil membuat ventilasi yang baik, karena jendela-jendela ditutup rapat agar pekerjaan ini terjaga kerahasiaannya.”

Di tengah berbagai kesulitan, Adolf tanpa gentar mengikuti arahan organisasi, selalu yakin bahwa Yehuwa akan memberikan jalan keluar pada waktu yang tepat. Sikap dan imannya dalam melayani Yehuwa tetap teguh sampai ia meninggal pada 2004.

[Kotak/​Gambar di hlm. 186]

Surat untuk Stalin

Pada Juni 1949, saudara-saudara penanggung jawab di Estonia dengan berani mengirim surat kepada para pejabat di Moskwa. Yang satu untuk Joseph Stalin, yang lain untuk Nikolay Shvernik, ketua Presidium Dewan Tertinggi Soviet.

Melalui surat itu, saudara-saudara menuntut agar Saksi-Saksi Yehuwa yang ditahan segera dibebaskan dan agar penganiayaan atas para Saksi dihentikan. Kedua surat itu juga memuat peringatan keras, memberikan contoh Firaun dari Mesir kuno yang tidak mau mengizinkan orang Israel melayani Yehuwa dengan leluasa. (Kel. 5:1-4) Saudara-saudara dengan berani menyatakan, ”Organisasi Allah Yehuwa . . . seharusnya diizinkan memberitakan, tanpa dirintangi, kabar baik Kerajaan Yehuwa kepada seluruh penduduk Uni Soviet; bila tidak, Yehuwa pasti akan membinasakan Uni Soviet dan Partai Komunis.”

”Kami sadar bahwa isi surat itu sangat berani,” kenang Adolf Kose. ”Kami tidak mau mengambil risiko dengan mengirimkan surat-surat itu dari Tallinn, sebab mereka bisa melacaknya. Jadi, kami pergi ke Leningrad (St. Petersburg) dan mengirimnya dari sana.”

Tidak diketahui apakah Stalin sendiri pernah membacanya, tetapi yang pasti itu mendapat perhatian. Ketika diinterogasi, kepada saudara-saudara diperlihatkan salinan surat itu, dan di atasnya tertulis, ”Organisasi ini harus dilenyapkan!” Tidak lama kemudian, lebih banyak saudara ditangkap dan penganiayaan menghebat. Surat yang dikirim kepada Shvernik telah ditemukan dalam arsip nasional dengan stempel pemerintah.

[Kotak/​Gambar di hlm. 189]

KGB dan Organisasi Kita

Pada akhir 1940-an, polisi rahasia mengerahkan upaya terpadu untuk mencari tahu bagaimana pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa diorganisasi. Untuk mengorek informasi, beberapa agen KGB berpura-pura berminat pada kebenaran. Dari bagan di bawah, yang ditemukan di arsip pemerintah di Tallinn, terlihat bahwa KGB cukup terinformasi. Di situ tercantum nama saudara-saudara dalam Panitia Dinas, mereka yang mengawasi pekerjaan di kota-kota besar di Estonia, dan mereka yang terlibat pencetakan.

[Kotak/​Gambar di hlm. 191]

Ia Tidak Pernah Dibungkam oleh Para Penentang

ELLA TOOM

LAHIR 1926

BAPTIS 1946

PROFIL Dijatuhi hukuman penjara selama total 13 tahun tetapi dibebaskan setelah 5 tahun 6 bulan.

◼ ”KALANGAN BERWENANG memasukkan saya ke sel pengasingan selama tiga hari agar saya menyangkal iman,” kata Ella, ”dan tidak lagi membicarakan pemerintahan Allah kepada siapa pun atau memercayainya. Para petugas berteriak, ’Kami akan bikin nama Yehuwa tidak diingat-ingat lagi di Estonia! Kamu bakal pergi ke kamp, dan yang lain ke Siberia!’ Sambil mengejek, mereka menambahkan, ’Mana Yehuwa-mu itu?’ Saya tidak mau jadi pengkhianat. Lebih baik saya di kamp bersama Allah daripada di rumah tanpa Allah. Sekalipun berada di kamp penjara, saya tidak pernah merasa terkurung. Saya selalu merasa bahwa Yehuwa telah membiarkan saya dibawa ke sana untuk mengabar di daerah baru saya.

”Di salah satu kamp, saya biasanya berjalan-jalan setiap hari bersama seorang peminat. Lalu, suatu hari kami memutuskan untuk tidak pergi. Belakangan saya tahu bahwa pada hari itu, beberapa orang beragama yang fanatik berencana menenggelamkan saya di sungai karena pengabaran saya.” Ella tidak pernah dibungkam oleh para penentang dan masih melayani Yehuwa dengan setia sebagai perintis biasa.e

[Catatan Kaki]

e Kisah hidup Ella Toom diceritakan dalam Sedarlah! terbitan April 2006, halaman 20-24.

[Kotak/​Gambar di hlm. 193, 194]

”Yehuwa, Biarlah Kehendak-Mu Terjadi”

LEMBIT TOOM

LAHIR 1924

BAPTIS 1944

PROFIL Di Estonia selama pendudukan Jerman lalu di kamp kerja paksa di Siberia dari 1951 hingga 1956.

◼ LEMBIT adalah satu dari banyak pemuda Saksi-Saksi Yehuwa yang tidak mau direkrut pasukan Jerman dan harus bersembunyi. Suatu malam, para petugas polisi menggerebek rumah tempat Lembit tinggal. Mereka mendapat laporan bahwa ada pria mencurigakan yang bersembunyi di perladangan itu. Lembit segera menyembunyikan tempat tidurnya dan merayap ke ruang di bawah lantai dengan pakaian seadanya. Ia bisa mendengar derap sepatu bot para petugas di atas kepalanya.

Polisi menodongkan pistol ke kepala sang petani dan berteriak, ”Ada yang sembunyi di rumah ini. Bagaimana caranya ke bawah lantai?” Sang petani diam membisu.

”Kalau yang sembunyi tidak mau keluar, kami akan lempar granat!” teriak polisi.

Lalu Lembit melihat sorotan senter yang mencoba mencarinya. Saat itu, Lembit hanya bisa berdoa, ”Yehuwa, biarlah kehendak-Mu terjadi.”

”Tekanan mentalnya,” kenang Lembit, ”hampir-hampir tak tertahankan, dan saya merayap ke tempat lain di bawah lantai itu, rasanya ingin keluar saja.”

Lalu, ia berbaring tidak bergerak, dan setelah beberapa menit yang luar biasa menegangkan, para polisi pun pergi. Lembit menunggu satu jam lagi untuk memastikan bahwa para petugas itu tidak kembali. Kemudian, sebelum fajar, ia pergi dari rumah itu untuk mencari persembunyian lain.

Sewaktu Soviet mengambil alih Estonia, Lembit menghadapi ujian lain. ”Saya divonis 10 tahun di sebuah kamp di Noril’sk, Siberia, sejauh 8.000 kilometer dari Estonia. Itu artinya kerja keras di tambang-nikel terbuka. Kondisi hidup di kamp di bawah standar, dan pekerjaannya sangat menguras tenaga. Di bagian utara Uni Soviet di atas Lingkaran Arktik, musim dinginnya sangat berat. Suhu bisa turun hingga minus 30 derajat Celsius, dan kadang-kadang lebih rendah. Selama dua bulan pada musim dingin, matahari tidak terbit di cakrawala.”

Setelah lima tahun bekerja rodi, Lembit dibebaskan, dan pada 1957 ia menikahi Ella Kikas. Selama bertahun-tahun, Lembit juga membantu penerjemahan dan pencetakan lektur. Ia dikenal sebagai penatua yang penuh empati dan hangat, selalu siap memberikan ayat untuk menguatkan sesama hamba Allah.f

[Catatan Kaki]

f Kisah hidup Lembit Toom diceritakan di Sedarlah! terbitan 22 Februari 1999, halaman 10-16.

[Gambar]

Lembit dan Ella Toom

[Kotak/​Gambar di hlm. 199]

”Dia Ibumu”

KARIN REILE

LAHIR 1950

BAPTIS 1965

PROFIL Lahir dalam penjara dan dipisahkan dari ibunya untuk dibesarkan oleh neneknya.

◼ ”SAYA lahir sewaktu ibu saya, Maimu, dipenjarakan karena kegiatan politik,” kata Karin. ”Saya masih bayi yang lemah, dan karena hawa dingin di sel penjara, kedua paru-paru saya terkena pneumonia. Tetapi, saya selamat berkat pertolongan napi lain, yakni Laine Prööm, yang belakangan belajar kebenaran.

”Kala itu, banyak bayi dari para napi dikirim ke panti asuhan di berbagai bagian Uni Soviet agar mereka melupakan orang tua mereka. Untunglah, saya diberikan kepada nenek saya. Ibu saya dikirim ke kamp penjara di Mordvinia, tempat ia bertemu dengan Ella Toom, seorang saudari yang berani. Ibu menerima kebenaran dan dibaptis di sana.

”Nenek membesarkan saya selama lima tahun berikutnya. Pada suatu hari, tanpa diduga-duga datanglah seorang wanita tak dikenal ke rumah kami. ’Dia ibumu,’ kata Nenek. Sungguh pengalaman yang membingungkan, dan butuh waktu beberapa tahun bagi saya untuk memahaminya.” Syukurlah, Karin dan neneknya juga menerima kebenaran.

Belakangan, Karin belajar bahasa Inggris dan mulai membantu penerjemahan publikasi kita. Ia menikah dengan Lembit Reile, dan mereka berdua kini melayani di cabang Estonia.

[Kotak/​Gambar di hlm. 201]

Nama Ilahi dalam Alkitab Estonia

Kitab-Kitab Yunani diterjemahkan ke dalam dialek dari daerah selatan Estonia sejak 1686 dan dalam dialek utara pada 1715. Alkitab lengkap, Piibli Ramat, yang diterbitkan pada 1739, mudah didapat oleh seluruh masyarakat. Alkitab ini luar biasa karena menggunakan nama ilahi, Yehuwa, di setiap pemunculannya dalam Kitab-Kitab Ibrani, kebiasaan yang terus berlanjut hingga abad-abad berikutnya. Alkitab berbahasa Esti edisi 1988 menggunakan nama ilahi sebanyak 6.867 kali dalam Kitab-Kitab Ibrani. Alhasil, banyak orang Estonia tahu bahwa nama Allah adalah Yehuwa.

Suatu tonggak sejarah terjadi pada 3 Juli 2009, di kebaktian distrik Saksi-Saksi Yehuwa di Tartu, Estonia, sewaktu Guy Pierce, anggota Badan Pimpinan, merilis Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru dalam bahasa Esti.

[Kotak/​Gambar di hlm. 202]

Buku Buatan Sendiri

HELMI LEEK

LAHIR 1908

BAPTIS 1945

MENINGGAL 1998

PROFIL Dipenjarakan dan dikirim ke Siberia.

◼ HELMI ditangkap sebagai salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa dan dikirim ke Siberia; di sana ia membuat kantong kecil untuk menaruh buku catatannya. Ia menyulamkan ayat yang menghibur di kantong itu​—Roma 8:35, ”Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Apakah kesengsaraan atau penderitaan atau penganiayaan atau kelaparan atau keadaan telanjang atau bahaya atau pedang?”

Helmi menemukan beberapa lembar kertas berwarna cokelat dan menggunakannya untuk membuat buku. Di dalamnya ia menuliskan beberapa buah pikiran yang membesarkan hati dari Alkitab. Banyak saudara menyalin buku-buku seluruhnya dengan tangan, karena tidak tersedia banyak publikasi tercetak.

Setelah pulang dari Siberia, Helmi memberi tahu para petugas, ”Terima kasih kalian mengirim saya untuk melihat pegunungan yang indah di Siberia​—tidak mungkin saya bepergian sejauh itu kalau harus bayar sendiri!”

[Kotak/​Gambar di hlm. 209, 210]

Semangat Rela Berkorban

FANNY HIETALA

LAHIR 1900

BAPTIS 1925

MENINGGAL 1995

PROFIL Pindah ke Estonia pada 1930, merintis, dan mengadopsi seorang Saksi yatim piatu.

◼ FANNY dibaptis di Finlandia pada 1925 dan memasuki dinas sepenuh waktu dua tahun kemudian. Pada kebaktian di Helsinki, dia bertemu William Dey, pengawas Kantor Eropa Utara. Meski mereka tidak saling mengerti karena berbeda bahasa, Saudara Dey terus mengulangi kata ”Estonia”. Karena menyimpulkan bahwa ia menganjurkannya untuk pindah ke tempat yang lebih membutuhkan, Fanny, serta beberapa perintis lain pindah ke Estonia pada 1930. Selama dua tahun berikutnya, dia bersepeda menjelajahi beberapa provinsi di Estonia, termasuk Pulau Sarema, untuk memberitakan kabar baik.

Fanny tidak pernah menikah, tetapi dia mengadopsi gadis bernama Ester yang menjadi yatim piatu sejak usia delapan tahun. Ayahnya Saksi tetapi ibunya bukan. Dengan pengasuhan Fanny yang pengasih, Ester bertumbuh menjadi pemeluk kebenaran.

Ketika rezim Komunis tiba dan penganiayaan dimulai, Fanny bisa saja pulang ke Finlandia. Tetapi, dia mempertunjukkan semangat rela berkorban dengan tetap tinggal bersama sebuah kelompok kecil penyiar setempat. Keputusannya untuk tinggal mengakibatkan banyak kesulitan dan kondisi hidup yang buruk, namun karena berwarga negara Finlandia, dia tidak diasingkan ke Siberia.

Fanny bertugas sebagai kurir, membawa mikrofilm dan surat-surat dari Finlandia ke Estonia pada 1950-an. Dia terkenal berani serta berhati-hati, dan walaupun ada beberapa situasi yang sangat menegangkan, dia tidak pernah tertangkap. Misalnya, pernah dia berangkat ke Leningrad (St. Petersburg) untuk mengambil paket mikrofilm dari seorang saudara kurir asal Finlandia di sebuah taman. Dia selanjutnya harus menyerahkan paket tersebut kepada dua saudara Estonia secepat mungkin. Tetapi, dua saudara Estonia itu merasa sedang dibuntuti polisi rahasia dan berusaha untuk menghilang tanpa sepengetahuan Fanny. Waduh! Fanny dan saudara Finlandia itu justru berjalan persis ke arah kedua saudara Estonia tersebut. Kalau dia menyapa atau mencoba memberi mereka paket itu, keterkaitan mereka bakal ketahuan polisi rahasia. Yang luar biasa, Fanny berpapasan dengan mereka tetapi seakan-akan tidak mengenal mereka. Ternyata, dia memang tidak melihat mereka, meskipun dia kenal baik dengan mereka! Alhasil, polisi rahasia tidak pernah tahu siapa yang menjadi kurir dan paket itu belakangan dapat diserahkan dengan aman. Bantuan Fanny sebagai penghubung memungkinkan makanan rohani terus mengalir, dan syukurlah, tidak satu pun pengiriman mikrofilm yang ketahuan.

Saudari yang penyayang ini tetap tinggal di Estonia, melayani Yehuwa dengan setia selama 70 tahun hingga kematiannya pada usia 95 tahun.

[Gambar]

Dalam misi sebagai kurir di Leningrad, 1966

[Kotak/​Gambar di hlm. 213]

Sasaran Fitnah

”Berbahagialah kamu,” kata Yesus kepada murid-muridnya, ”apabila orang mencela kamu dan menganiaya kamu dan dengan berdusta mengatakan segala macam hal yang fasik mengenai kamu demi aku.” (Mat. 5:11) Persis seperti kata-kata Majikan mereka, Saksi-Saksi Yehuwa sering menjadi sasaran fitnah yang keji. Saksi-Saksi dituduh sebagai organisasi politik yang terlibat subversi dan spionase. Khususnya pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, koran-koran menyatakan bahwa pekerjaan kita ditunggangi pemerintah AS dan bahwa kita dieksploitasi oleh kapitalis Amerika yang kaya.

Setelah menolak dinas militer pada 1964, Silver Silliksaar didakwa sebagai pengkhianat tanah tumpah darah dan dipenjarakan. Juga, sebuah film pendek tentang pengadilannya, yang dibumbui propaganda Komunis yang angkuh, ditayangkan di setiap bioskop di seantero Estonia. Sebagian besar saudara yang menolak dinas militer dipenjarakan selama dua hingga tiga tahun. Jüri Schönberg, Taavi Kuusk, dan Artur Mikit masing-masing dipenjarakan dua kali​—Saudara Mikit selama total lima setengah tahun.

[Gambar]

Silver Silliksaar dimejahijaukan karena imannya

[Kotak di hlm. 226]

Sekolah Pelayanan Teokratis Bawah Tanah

Di bawah pelarangan, saudara-saudara tidak pernah bisa yakin sampai kapan mereka bisa memiliki lektur atau bahkan Alkitab. Maka, selain punya berbagai tempat persembunyian lektur, mereka berupaya menghafal sebanyak mungkin ayat Alkitab.

Acara kumpul-kumpul sering dimanfaatkan untuk membahas dan menghafal ayat-ayat. Untuk acara tersebut, ada yang membuat kartu-kartu kecil sebagai alat bantu ingat. Pada satu sisi tercantum pasal dan ayat Alkitab, seperti Matius 24:14, atau pertanyaan atau nama dalam Alkitab. Di baliknya, mereka menulis isi ayat atau jawaban pertanyaan tersebut.

Saudara-saudara memanfaatkan publikasi rohani apa pun yang ada untuk memandu perhimpunan. Sekolah Pelayanan Teokratis, misalnya, mencakup kelas-kelas mingguan, PR, tes lisan, dan bahkan ujian. Ada ulangan setiap tiga bulan dan ujian akhir pada musim semi.

”Salah satu PR mingguan,” kenang salah seorang siswa, ”adalah menghafal lima ayat Alkitab yang harus kami ucapkan pada kelas berikutnya. Saya ingat ujian akhir pada 1988. Ada satu kartu ujian yang cuma berbunyi, ’Ucapkan 100 ayat di luar kepala.’ Walau kelihatannya aneh, semua orang berharap untuk mendapat kartu itu. Tugas-tugas tersebut sangat membantu kami dalam pekerjaan pengabaran karena kami jarang bisa menggunakan Alkitab secara terbuka.” Pada 1990, sidang-sidang di Estonia senang sewaktu pada akhirnya mereka bisa menyelenggarakan Sekolah Pelayanan Teokratis seperti saudara-saudara lain di seluruh dunia.

[Kotak/​Gambar di hlm. 236, 237]

”Dinas Lapangannya Mantap Sekali”

Beberapa utusan injil mengomentari tugas mereka di Estonia:

Markku dan Sirpa Kettula: ”Daerah tugas kami boleh dibilang masih perawan. Dinas lapangannya luar biasa karena orang-orang sangat berminat pada Alkitab. Sewaktu kami tiba di Pärnu, ada sekitar 30 penyiar. Sekarang, ada tiga sidang.”

Vesa dan Leena-Maria Edvik: ”Hampir tidak ada yang bisa dibeli di toko-toko. Jadi, alih-alih berbelanja, orang-orang punya waktu untuk membahas Alkitab. Sewaktu kami berdinas di jalan, orang-orang sering antre untuk mendapatkan lektur!”

Esa dan Jaael Nissinen: ”Ada banyak yang dapat kita pelajari dari orang lain. Merupakan suatu hak istimewa mengenal banyak saudara yang tetap setia di bawah ujian yang paling berat.”

Anne dan Ilkka Leinonen: ”Hari demi hari, minggu demi minggu, daerah demi daerah, kami berjumpa dengan orang-orang yang belum pernah mendengar berita Alkitab. Kami berdinas pagi-pagi sekali hingga larut malam dan sangat senang melihat pertambahan yang pesat. Sulit untuk percaya bahwa di pengujung abad ke-20, kami memiliki hak istimewa melihat pertambahan yang begitu pesat. Kami tidak akan pernah melupakan tahun-tahun awal itu.”

Richard dan Rachel Irgens: ”Orang-orang sangat ramah, dan dinas lapangannya mantap sekali. Kami mengabar di desa-desa sepanjang Danau Peipus. Kami tidak perlu membawa bekal, karena tuan rumah biasanya mempersilakan masuk dan mengundang kami makan. Kami melihat bahwa instruksi Yesus di Matius 10:9, 10 masih berlaku bahkan sampai zaman ini. Berada di Estonia mengajar kami perlunya berfokus pada hal-hal yang lebih penting dan tidak disimpangkan oleh hal-hal sampingan.”

[Gambar]

Markku dan Sirpa Kettula

Vesa dan Leena-Maria Edvik

Anne dan Ilkka Leinonen

Esa dan Jaael Nissinen

Richard dan Rachel Irgens

[Tabel/​Gambar di hlm. 244, 245]

LINTAS SEJARAH​—Estonia

1920

1923 Martin Kose kembali ke Estonia untuk mengabar.

1926 Kantor cabang dibuka di Tallinn.

Para kolportir asing tiba untuk turut mengabar.

1928 Kebaktian pertama diadakan di kantor cabang.

1930

1933 Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal didaftarkan.

1940

1940 Kebaktian terakhir dalam masa kebebasan, yang bisa diadakan lagi setelah lima dekade.

1948 Beberapa Saksi dijebloskan ke penjara dan kamp penjara di Uni Soviet.

1949 Saksi-Saksi menulis surat protes kepada Stalin.

1950

1951 Hampir 300 Saksi dan banyak kerabat mereka diasingkan ke Siberia.

1953 Stalin meninggal; Saksi-Saksi mulai dibebaskan.

1960

1970

1972 Sidang berbahasa Rusia pertama dibentuk.

1980

1990

1991 Kantor penerjemahan dibuka di Tartu.

Kebebasan beragama diberikan kepada Saksi-Saksi Yehuwa.

Kebaktian paling pertama di Uni Soviet diadakan di Tallinn.

1992 Utusan injil Gilead yang pertama tiba.

1993 Balai Kerajaan pertama di Estonia dibangun.

1994 Kantor penerjemahan dibuka di Tallinn.

1998 Balai Kebaktian dibangun di Tallinn dan Tartu.

1999 Estonia menjadi cabang lagi.

2000

2000 Kelas pertama Sekolah Pelatihan Pelayanan.

2009 Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru dirilis dalam bahasa Esti.

2010

[Grafik/​Gambar di hlm. 246]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

Total Penyiar

Total Perintis

4.000

2.000

1990 2000 2010

[Peta di hlm. 169]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

FINLANDIA

HELSINKI

Teluk Finlandia

RUSIA

St. Petersburg

LATVIA

RIGA

ESTONIA

TALLINN

Narva

Maardu

Tapa

Vormsi

Pärnu

Danau Võrtsjärv

Tartu

Räpina

Võru

Hiiumaa

Sarema

Teluk Riga

Danau Peipus

Danau Pskov

[Gambar penuh di hlm. 162]

[Gambar di hlm. 165]

Hugo dan Martin Kose

[Gambar di hlm. 166]

Albert West

[Gambar di hlm. 167]

Alexander dan Hilda Brydson, pada 1930-an

[Gambar di hlm. 167]

Kantor cabang pertama bertempat di gedung apartemen ini

[Gambar di hlm. 170]

Para perintis pertama dari Finlandia, Jenny Felt dan Irja Mäkelä

[Gambar di hlm. 174]

Pada 1932, kantor cabang pindah ke Jalan Suur Tartu 72, Tallinn

[Gambar di hlm. 175]

Kaarlo Harteva berceramah di radio

[Gambar di hlm. 177]

John North dan ”keretanya”

[Gambar di hlm. 178]

Nikolai Tuiman

[Gambar di hlm. 179]

Polisi menyita banyak sekali lektur

[Gambar di hlm. 181]

1940: Kebaktian terakhir di masa kebebasan sebelum Soviet berkuasa

[Gambar di hlm. 188]

Saudara Kruus, Talberg, Indus, dan Toom membentuk Panitia Dinas

[Gambar di hlm. 200]

Maimu dan Lembit Trell, 1957

[Gambar di hlm. 212]

Ene dan kakaknya, Corinna

[Gambar di hlm. 218]

Pernikahan Heimar dan Elvi Tuiman​—kebaktian selama dua hari

[Gambar di hlm. 227]

Toomas dan Elizabeth Edur

[Gambar di hlm. 228, 229]

Kebaktian-Kebaktian yang Menonjol

Menyambut delegasi Kebaktian Distrik ”Bahasa yang Murni”, Helsinki, Finlandia, 1990

Kebaktian Distrik ”Para Pencinta Kemerdekaan”, Tallinn, Estonia, 1991

[Gambar di hlm. 238]

Kebaktian internasional di St. Petersburg, Rusia, 1992

[Gambar di hlm. 241]

Lauri dan Jelena Nordling

[Gambar di hlm. 243]

Reino dan Lesli Kesk

[Gambar di hlm. 247]

Yuri dan Viktor

[Gambar di hlm. 251]

Balai Kerajaan Maardu, dan Balai Kebaktian Tartu

[Gambar di hlm. 254]

Cabang Estonia

Panitia Cabang, dari kiri ke kanan: Tommi Kauko, Toomas Edur, dan Lembit Reile

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan