PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Yerusalem​—”Kota Raja Besar”
    Menara Pengawal—1998 | 15 Oktober
    • Yerusalem​—”Kota Raja Besar”

      ”Jangan sekali-kali bersumpah . . . demi Yerusalem, karena itu adalah kota Raja besar.”​—MATIUS 5:34, 35.

      1, 2. Apa yang mungkin membingungkan beberapa orang tentang Yerusalem?

      YERUSALEM​—nama itu sanggup menggugah emosi dalam diri para penganut berbagai agama. Bahkan, tak seorang pun dapat mengabaikan kota tua ini, karena kota ini sering menjadi topik berita. Namun, sayang sekali, banyak laporan menyingkapkan bahwa Yerusalem tidak selalu menjadi tempat kedamaian.

      2 Hal ini mungkin membingungkan bagi sebagian pembaca Alkitab. Di masa lalu, kependekan nama Yerusalem adalah Salem, yang artinya ”damai”. (Kejadian 14:18; Mazmur 76:3; Ibrani 7:1, 2) Oleh karena itu, saudara mungkin heran, ’Mengapa pada dekade-dekade belakangan ini, kota yang bernama seperti itu sangat miskin perdamaian?’

      3. Di mana kita dapat menemukan informasi yang dapat diandalkan tentang Yerusalem?

      3 Untuk menjawab pertanyaan itu, kita perlu membuka kembali lembaran sejarah dan belajar tentang Yerusalem zaman purba. Tetapi, ada yang mungkin berpikir, ’Kami tidak punya waktu untuk mempelajari sejarah purba.’ Meskipun begitu, pengetahuan yang saksama akan sejarah awal Yerusalem sangat bernilai bagi kita semua. Alasannya ditunjukkan dalam Alkitab dengan kata-kata berikut ini, ”Segala perkara yang ditulis dahulu kala ditulis untuk instruksi kita, agar melalui ketekunan kita dan melalui penghiburan dari Tulisan-Tulisan Kudus kita dapat mempunyai harapan.” (Roma 15:4) Pengetahuan Alkitab tentang Yerusalem dapat memberi kita penghiburan​—serta, ya, harapan akan adanya kedamaian, bukan hanya di kota itu melainkan juga di seluas bumi.

      Tempat ”Takhta Yehuwa”

      4, 5. Bagaimana Daud turut mendukung Yerusalem untuk memainkan peranan kuncinya dalam pelaksanaan maksud-tujuan Allah?

      4 Pada abad ke-11 SM, Yerusalem menjadi termasyhur di seluruh dunia karena merupakan ibu kota suatu negara yang aman dan damai. Allah Yehuwa mengurapi seorang pemuda bernama Daud sebagai raja atas bangsa purba itu​—Israel. Karena Yerusalem adalah pusat pemerintahan, Daud dan keturunannya yang menjadi raja berkedudukan di ”takhta kerajaan Yehuwa” atau ”takhta Yehuwa”.​—1 Tawarikh 28:5; 29:23, NW.

      5 Daud yang takut akan Allah—pria Israel dari suku Yehuda—merebut Yerusalem dari bangsa Yebus, bangsa penyembah berhala. Pada waktu itu, bagian kota yang ditempati hanyalah sebuah bukit yang disebut Sion, tetapi nama itu bersinonim dengan Yerusalem. Belakangan, Daud memerintahkan agar tabut perjanjian antara Allah dan Israel dipindahkan ke Yerusalem, dan di sana tabut itu ditempatkan di sebuah tenda. Bertahun-tahun sebelumnya, Allah telah berbicara kepada nabi-Nya, Musa, dari awan di atas Tabut suci itu. (Keluaran 25:1, 21, 22; Imamat 16:2; 1 Tawarikh 15:1-3) Tabut itu melambangkan kehadiran Allah, karena Yehuwa adalah Raja Israel yang sesungguhnya. Oleh karena itu, dalam pengertian lain, dapat pula dikatakan bahwa Allah Yehuwa memerintah dari kota Yerusalem.

      6. Janji apakah yang Yehuwa ucapkan berkenaan dengan Daud dan Yerusalem?

      6 Yehuwa berjanji kepada Daud bahwa keluarga kerajaannya, yang dilambangkan oleh Sion, atau Yerusalem, tidak akan berakhir. Artinya, salah seorang keturunan Daud akan mewarisi hak untuk memerintah selama-lamanya sebagai Pribadi yang Diurapi Allah—sang Mesias, atau Kristus.a (Mazmur 132:11-14; Lukas 1:31-33) Alkitab juga menyingkapkan bahwa ahli waris permanen ”takhta Yehuwa” ini akan memerintah atas segala bangsa, bukan hanya atas Yerusalem.—Mazmur 2:6-8; Daniel 7:13, 14.

      7. Bagaimana Raja Daud menggalakkan ibadat yang murni?

      7 Upaya-upaya untuk menggulingkan Raja Daud, pribadi yang diurapi Allah, terbukti sia-sia. Sebaliknya, bangsa-bangsa musuh ditundukkan, dan garis batas Tanah Perjanjian telah mencapai batas yang ditentukan Allah. Daud memanfaatkan situasi ini untuk menggalakkan ibadat yang murni. Dan, banyak mazmur Daud mengagungkan Yehuwa sebagai Raja yang sesungguhnya di Sion.—2 Samuel 8:1-15; Mazmur 9:2, 12; 24:1, 3, 7-10; 65:2, 3; 68:2, 25, 30; 110:1, 2; 122:1-4.

      8, 9. Bagaimana ibadat sejati di Yerusalem diperluas di bawah pemerintahan Raja Salomo?

      8 Selama pemerintahan putra Daud, Salomo, ibadat kepada Yehuwa mencapai puncak-puncak baru. Salomo memperluas Yerusalem ke arah utara sampai ke bukit Moria (sekarang merupakan lokasi Masjid Al-Aqsha). Di atas bukit ini, ia mendapat hak istimewa untuk membangun sebuah bait yang megah bagi kepujian Yehuwa. Tabut perjanjian ditempatkan di ruang Mahakudus di bait itu.—1 Raja 6:1-38.

      9 Bangsa Israel menikmati perdamaian seraya mereka memberikan dukungan sepenuh hati kepada ibadat Yehuwa, yang berpusat di Yerusalem. Dengan sangat indah, Alkitab menggambarkan situasi ini, ”Orang Yehuda dan orang Israel jumlahnya seperti pasir di tepi laut. Mereka makan dan minum serta bersukaria. . . . [Salomo] dikaruniai damai di seluruh negerinya, sehingga orang Yehuda dan orang Israel diam dengan tenteram, masing-masing di bawah pohon anggur dan pohon aranya.”—1 Raja 4:20, 24, 25.

      10, 11. Bagaimana arkeologi mendukung pernyataan Alkitab tentang Yerusalem pada masa pemerintahan Salomo?

      10 Temuan-temuan arkeologi mendukung catatan tentang kemakmuran pada masa pemerintahan Salomo ini. Profesor Yohanan Aharoni, dalam bukunya The Archaeology of the Land of Israel, menyatakan, ”Kekayaan yang mengalir ke istana kerajaan dari segala penjuru, serta perdagangan yang semarak . . . melahirkan suatu revolusi yang pesat dan luar biasa dalam setiap aspek kebudayaan fisik. . . . Perubahan dalam kebudayaan fisik . . . bukan hanya terlihat pada barang-barang mewah melainkan juga khususnya pada keramik. . . . Mutu tembikar dan teknik pembakarannya telah berkembang sangat maju.”

      11 Dengan nada serupa, Jerry M. Landay menulis, ”Di bawah pemerintahan Salomo, perkembangan kebudayaan fisik orang-orang Israel dalam tiga dekade justru lebih pesat jika dibandingkan dengan yang terjadi selama dua abad sebelumnya. Dalam stratum zaman Salomo, kami mendapati sisa-sisa bangunan megah, kota-kota besar dengan tembok raksasa yang kukuh, menjamurnya kawasan permukiman yang terdiri dari kelompok-kelompok rumah tinggal yang kukuh untuk orang-orang kaya, adanya lompatan besar dalam keterampilan para pembuat tembikar dan dalam proses pembuatannya. Kami juga menemukan sisa-sisa artifak berupa barang-barang buatan negeri-negeri yang jauh, yang menandakan adanya perdagangan internasional yang aktif.”—The House of David.

      Dari Damai Menjadi Telantar

      12, 13. Bagaimana sampai ibadat sejati tidak lagi digalakkan di Yerusalem?

      12 Kedamaian dan kemakmuran Yerusalem, kota tempat bait suci Yehuwa berada, pantas untuk didoakan. Daud menulis, ”Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem: ’Biarlah orang-orang yang mencintaimu mendapat sentosa. Biarlah kesejahteraan [’kedamaian’, NW] ada di lingkungan tembokmu, dan sentosa di dalam purimu!’ Oleh karena saudara-saudaraku dan teman-temanku aku hendak mengucapkan: ’Semoga kesejahteraan [’kedamaian’, NW] ada di dalammu!” (Mazmur 122:6-8) Meskipun Salomo mendapat hak istimewa untuk membangun bait yang megah di kota yang penuh damai itu, ia belakangan memperistri banyak wanita kafir. Pada masa tuanya, istri-istrinya ini membujuknya untuk menggalakkan ibadat kepada ilah-ilah palsu. Kemurtadan ini mendatangkan pengaruh yang merusak atas seluruh bangsa, merampas kedamaian sejati dari Yerusalem dan penduduknya.—1 Raja 11:1-8; 14:21-24.

      13 Pada awal pemerintahan putra Salomo, Rehabeam, sepuluh suku memberontak dan membentuk kerajaan Israel di sebelah utara. Karena mereka menyembah berhala, Allah membiarkan kerajaan itu digulingkan oleh Asyur. (1 Raja 12:16-30) Kerajaan Yehuda dua suku di sebelah selatan tetap berpusat di Yerusalem. Tetapi, akhirnya, mereka pun berpaling dari ibadat yang murni, sehingga Allah membiarkan kota yang suka melawan itu dihancurkan oleh orang-orang Babilon pada tahun 607 SM. Selama 70 tahun, orang-orang Yahudi buangan menderita sebagai tawanan di Babilon. Kemudian, karena belas kasihan Allah, mereka diizinkan kembali ke Yerusalem dan memulihkan ibadat sejati.—2 Tawarikh 36:15-21.

      14, 15. Bagaimana sampai Yerusalem bisa memegang kembali peranan pentingnya setelah masa pembuangan ke Babilon, tetapi apa yang berubah?

      14 Setelah 70 tahun telantar, bangunan-bangunan yang rusak pasti telah penuh dengan lalang. Tembok-tembok Yerusalem telah hancur, serta terdapat lubang-lubang besar di tempat gerbang-gerbang dan menara-menara penyangga pernah berdiri. Namun, orang-orang Yahudi yang pulang menabahkan hati. Mereka membangun sebuah mezbah di bekas lokasi bait dan mulai mempersembahkan korban-korban harian kepada Yehuwa.

      15 Ini adalah awal yang penuh harapan, namun Yerusalem yang dipulihkan itu tidak akan pernah lagi menjadi ibu kota suatu kerajaan yang diperintah oleh keturunan Raja Daud. Sebaliknya, orang-orang Yahudi diperintah oleh gubernur yang ditunjuk oleh sang penakluk Babilon dan harus membayar pajak kepada tuan mereka, bangsa Persia. (Nehemia 9:34-37) Meskipun dalam kondisi yang ’terinjak-injak’, Yerusalem masih menjadi satu-satunya kota di muka bumi yang diberi perkenan khusus oleh Allah Yehuwa. (Lukas 21:24) Sebagai pusat ibadat yang murni, kota ini juga melambangkan hak Allah untuk menjalankan kedaulatan-Nya atas seluruh bumi melalui seorang keturunan Raja Daud.

      Ditentang oleh Bangsa-Bangsa Tetangga yang Beragama Palsu

      16. Mengapa orang-orang Yahudi yang kembali dari Babilon tidak meneruskan pemulihan Yerusalem?

      16 Tidak lama kemudian, orang-orang Yahudi buangan yang kembali ke Yerusalem membuat fondasi untuk mendirikan bait yang baru. Tetapi, bangsa-bangsa tetangga yang menganut agama palsu mengirimkan kepada Raja Persia Artahsasta, suatu surat fitnahan yang menyatakan bahwa orang-orang Yahudi hendak memberontak. Akibatnya, Artahsasta melarang pembangunan lebih lanjut di Yerusalem. Dapat saudara bayangkan seandainya saudara tinggal di sana pada waktu itu, saudara pasti akan bertanya-tanya seperti apa masa depan kota ini. Hasilnya, orang-orang Yahudi tidak meneruskan pembangunan bait dan mereka sibuk mengejar perkara-perkara materi demi kepentingan pribadi.—Ezra 4:11-24; Hagai 1:2-6.

      17, 18. Sarana apa yang Yehuwa gunakan untuk memastikan bahwa Yerusalem dibangun kembali?

      17 Sekitar 17 tahun setelah mereka kembali, Allah mengangkat nabi Hagai dan Zakharia untuk mengoreksi cara berpikir umat-Nya. Setelah tergugah untuk bertobat, orang-orang Yahudi mendukung pembangunan kembali bait. Sementara itu, Darius menjadi raja Persia. Ia meneguhkan perintah Raja Kores agar bait Yerusalem didirikan kembali. Darius mengirimkan surat kepada bangsa-bangsa tetangga orang Yahudi, memperingatkan agar mereka ’menjauhkan diri dari Yerusalem’ serta menyediakan bantuan keuangan dari pajak yang diterima raja agar pekerjaan pembangunan dapat dirampungkan.—Ezra 6:1-13.

      18 Orang-orang Yahudi merampungkan bait pada tahun ke-22 setelah mereka kembali. Saudara tentu dapat mengerti bila kemudian tonggak sejarah ini dirayakan dengan sangat bersukacita. Namun, hingga taraf tertentu, Yerusalem dan tembok-temboknya masih berupa puing-puing. Kota itu mendapat perhatian yang dibutuhkannya ”pada zaman Gubernur Nehemia dan Ezra, yang adalah imam dan penyalin”. (Nehemia 12:26, 27, NW) Menurut bukti-bukti yang ada, baru pada akhir abad kelima SM, Yerusalem dibangun kembali sepenuhnya sebagai salah satu kota utama di dunia purba.

      Sang Mesias Muncul!

      19. Bagaimana sang Mesias mengakui status Yerusalem yang unik?

      19 Mari kita melompat maju beberapa abad ke sebuah peristiwa yang penting dalam skala universal, kelahiran Yesus Kristus. Malaikat Allah Yehuwa mengatakan kepada ibu Yesus yang masih perawan, ”Allah Yehuwa akan memberinya takhta Daud bapaknya, . . . dan kerajaannya tidak akan berakhir.” (Lukas 1:32, 33) Bertahun-tahun kemudian, Yesus menyampaikan Khotbah di Gunung yang terkenal itu. Dalam khotbah tersebut, ia memberikan anjuran dan nasihat mengenai banyak hal. Misalnya, ia mendesak para pendengarnya untuk memenuhi ikrar mereka kepada Allah tetapi juga berhati-hati agar jangan sampai mengucapkan sumpah secara sembrono. Kata Yesus, ”Kamu mendengar bahwa telah dikatakan kepada mereka yang dari zaman purba, ’Jangan engkau bersumpah tanpa melaksanakan, namun engkau harus membayar ikrarmu kepada Yehuwa.’ Akan tetapi, aku mengatakan kepadamu: Jangan sekali-kali bersumpah, baik demi surga, karena itu adalah takhta Allah; ataupun demi bumi, karena itu adalah tumpuan kakinya; ataupun demi Yerusalem, karena itu adalah kota Raja besar.” (Matius 5:33-35) Patut diperhatikan bahwa Yesus mengakui status Yerusalem yang unik—status yang pernah dimiliki oleh kota itu selama berabad-abad. Ya, kota itu adalah ”kota Raja besar”, Allah Yehuwa.

      20, 21. Perubahan dramatis apakah yang terjadi pada sikap banyak orang yang tinggal di Yerusalem?

      20 Mendekati akhir hidupnya di bumi, Yesus memperkenalkan diri kepada penduduk Yerusalem sebagai Raja mereka yang layak diurapi. Sebagai tanggapan terhadap peristiwa yang mendebarkan itu, banyak yang berseru dengan penuh sukacita, ”Diberkatilah dia yang datang dalam nama Yehuwa! Diberkatilah kerajaan yang akan datang dari bapak kita Daud!”—Markus 11:1-10; Yohanes 12:12-15.

      21 Akan tetapi, dalam waktu kurang dari satu minggu, kumpulan orang banyak dipengaruhi oleh para pemimpin agama Yerusalem berbalik menentang Yesus. Ia memperingatkan bahwa kota Yerusalem dan seluruh bangsa akan kehilangan status mereka yang diperkenan di hadapan Allah. (Matius 21:23, 33-45; 22:1-7) Misalnya, Yesus mengumumkan, ”Yerusalem, Yerusalem, yang mematikan nabi-nabi dan yang merajam mereka yang diutus kepadanya,—betapa sering aku ingin mengumpulkan anak-anakmu bersama, seperti cara induk ayam mengumpulkan anak-anaknya bersama di bawah sayapnya! Tetapi kamu sekalian tidak mau. Lihat! Rumahmu ditinggalkan kepadamu.” (Matius 23:37, 38) Pada saat Paskah tahun 33 M, para penentang Yesus secara tidak adil mengeksekusi dia di luar Yerusalem. Meskipun demikian, Yehuwa membangkitkan Pribadi Terurap-Nya dan memberikan kepadanya kemuliaan berupa kehidupan roh yang tidak berkematian di Sion surgawi, suatu pencapaian yang darinya kita semua dapat memperoleh manfaat.—Kisah 2:32-36.

      22. Setelah kematian Yesus, apa arti banyak rujukan tentang Yerusalem?

      22 Sejak saat itu, sebagian besar nubuat yang belum tergenap tentang Sion, atau Yerusalem, dapat kita pahami sebagai nubuat-nubuat yang penerapannya adalah pada penyelenggaraan surgawi atau pada para pengikut Yesus yang terurap. (Mazmur 2:6-8; 110:1-4; Yesaya 2:2-4; 65:17, 18; Zakharia 12:3; 14:12, 16, 17) Sejumlah rujukan ke ”Yerusalem” atau ”Sion” yang ditulis setelah kematian Yesus jelas memiliki arti kiasan dan tidak memaksudkan kota atau lokasi harfiah. (Galatia 4:26; Ibrani 12:22; 1 Petrus 2:6; Penyingkapan [Wahyu] 3:12; 14:1; 21:2, 10) Bukti akhir bahwa Yerusalem tidak lagi menjadi ”kota Raja besar” terjadi pada tahun 70 M, ketika tentara Romawi menghancurkan kota itu, seperti yang dinubuatkan oleh Daniel dan Yesus Kristus. (Daniel 9:26; Lukas 19:41-44) Para penulis Alkitab maupun Yesus tidak pernah menubuatkan tentang dipulihkannya Yerusalem di bumi di kemudian hari sebagai kota yang mendapat perkenan khusus dari Allah Yehuwa seperti sediakala.—Galatia 4:25; Ibrani 13:14.

      Gambaran Pendahuluan Berkenaan dengan Kedamaian yang Langgeng

      23. Mengapa kita hendaknya tetap berminat akan Yerusalem?

      23 Setelah meninjau sejarah awal Yerusalem di bumi, tak seorang pun dapat menyangkal bahwa keadaan Yerusalem memang selaras dengan makna namanya—”Yang Memiliki [atau, Yang Menjadi Dasar] Kedamaian Ganda”—pada masa pemerintahan Raja Salomo yang penuh damai. Namun, itu barulah gambaran pendahuluan dari kedamaian dan kemakmuran yang akan segera dinikmati oleh para pencinta Allah yang akan hidup di bumi yang diubah menjadi firdaus.—Lukas 23:43.

      24. Apa yang dapat kita pelajari dari keadaan pada masa pemerintahan Salomo?

      24 Mazmur 72 mencerminkan keadaan pada masa pemerintahan Raja Salomo. Tetapi, lagu yang indah itu merupakan nubuat tentang berkat-berkat bagi umat manusia di bawah pemerintahan surgawi sang Mesias, Yesus Kristus. Tentang dia, pemazmur bernyanyi, ”Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan!  . . . Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin. Ia akan menebus nyawa mereka dari penindasan dan kekerasan, darah mereka mahal di matanya. Biarlah tanaman gandum berlimpah-limpah di negeri, bergelombang di puncak pegunungan.”—Mazmur 72:7, 8, 12-14, 16.

      25. Mengapa kita hendaknya ingin tahu lebih banyak tentang Yerusalem?

      25 Kata-kata itu benar-benar menghibur dan memberikan harapan bagi para pencinta Allah di Yerusalem atau di mana pun di bumi ini! Saudara dapat menjadi salah seorang yang akan menikmati kedamaian seluas bumi di bawah Kerajaan Mesianis Allah. Pengetahuan tentang masa lalu Yerusalem dapat membantu kita memahami maksud-tujuan Allah bagi umat manusia. Artikel-artikel berikut ini akan menyoroti peristiwa-peristiwa yang terjadi pada dekade ketujuh dan kedelapan setelah orang-orang Yahudi kembali dari pembuangan di Babilon. Ini memberikan penghiburan bagi semua orang yang ingin mempersembahkan ibadat yang diperkenan kepada Allah Yehuwa, sang Raja Besar.

  • Yerusalem​—Apakah Kota Itu ’Melebihi Alasan Utama Saudara untuk Bersukacita’?
    Menara Pengawal—1998 | 15 Oktober
    • Yerusalem​—Apakah Kota Itu ’Melebihi Alasan Utama Saudara untuk Bersukacita’?

      ”Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, . . . jika aku tidak meninggikan Yerusalem melebihi alasan utamaku untuk bersukacita.”​—MAZMUR 137:6, NW.

      1. Sikap apakah yang dimiliki banyak orang Yahudi buangan terhadap kota pilihan Allah?

      HAMPIR tujuh dekade telah berlalu sejak rombongan pertama orang-orang Yahudi buangan kembali ke Yerusalem pada tahun 537 SM. Bait Allah telah dibangun kembali, namun kota itu masih berupa puing-puing. Sementara itu, suatu generasi baru telah lahir dan dibesarkan di pembuangan. Tidak diragukan, banyak dari antara mereka mempunyai perasaan yang sama seperti sang pemazmur yang bernyanyi, ”Jika aku melupakan engkau, hai, Yerusalem, biarlah tangan kananku lupa akan keahliannya.” (Mazmur 137:5, NW) Ada yang berbuat lebih daripada sekadar mengingat Yerusalem; mereka membuktikan melalui tindakan bahwa kota itu telah ditinggikan ”melebihi alasan utama [mereka] untuk bersukacita”.​—Mazmur 137:6, NW.

      2. Siapakah Ezra, dan bagaimana ia diberkati?

      2 Misalnya, perhatikan imam Ezra. Bahkan sebelum ia kembali ke tanah asalnya, ia telah menggalakkan ibadat yang murni di Yerusalem dengan penuh gairah. (Ezra 7:​6, 10) Ezra diberkati dengan limpah atas upayanya itu. Allah Yehuwa menggerakkan hati raja Persia untuk memberi Ezra hak istimewa memimpin rombongan kedua orang-orang buangan untuk kembali ke Yerusalem. Sebagai tambahan, raja memberi mereka sumbangan yang besar berupa emas dan perak untuk ”menyemarakkan rumah TUHAN”.​—Ezra 7:​21-​27.

      3. Bagaimana Nehemia membuktikan bahwa Yerusalem adalah hal utama yang meresahkannya?

      3 Kira-kira 12 tahun kemudian, ada seorang Yahudi lainnya yang mengambil tindakan tegas​—Nehemia. Ia berdinas di istana Persia di Susan. Ia memegang jabatan terhormat sebagai juru minuman Raja Artahsasta, tetapi itu bukanlah ”alasan utama [Nehemia] untuk bersukacita”. Sebaliknya, yang sangat ia dambakan adalah pergi ke Yerusalem dan membangun kembali kota itu. Selama berbulan-bulan, Nehemia mendoakan hal ini, dan Allah Yehuwa memberkatinya karena telah berbuat demikian. Setelah mengetahui apa yang meresahkan Nehemia, raja Persia menyediakan sepasukan tentara untuknya dan mengeluarkan surat yang memberinya wewenang untuk membangun kembali Yerusalem.​—Nehemia 1:​1–2:9.

      4. Bagaimana kita dapat memperlihatkan bahwa ibadat kepada Yehuwa melebihi alasan lain apa pun untuk bersukacita yang mungkin kita miliki?

      4 Tidak diragukan lagi, Ezra, Nehemia, dan banyak orang Yahudi yang bekerja sama dengan mereka membuktikan bahwa ibadat kepada Yehuwa, yang berpusat di Yerusalem, jauh lebih penting daripada hal lain apa pun​—hal itu melebihi ’alasan utama mereka untuk bersukacita’, maksudnya, di atas segala hal lain apa pun yang dapat mendatangkan sukacita bagi mereka. Orang-orang semacam ini benar-benar menjadi anjuran bagi semua orang dewasa ini yang mempunyai pandangan yang serupa terhadap Yehuwa, ibadat-Nya, dan organisasi-Nya yang dibimbing roh! Apakah saudara salah seorang dari antaranya? Apakah saudara memperlihatkan melalui ketekunan dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang saleh bahwa alasan terbesar saudara untuk bersukacita adalah hak istimewa beribadat kepada Yehuwa bersama umat-Nya yang berbakti? (2 Petrus 3:11) Oleh karena itu, sebagai anjuran lebih lanjut, marilah kita membahas hasil-hasil baik dari perjalanan Ezra ke Yerusalem.

      Berkat dan Tanggung Jawab

      5. Berkat-berkat limpah apa yang diperoleh penduduk Yehuda pada zaman Ezra?

      5 Rombongan yang terdiri dari 6.000 orang buangan yang kembali bersama Ezra membawa sumbangan emas dan perak untuk bait Yehuwa. Sumbangan ini, jika diukur menurut kurs sekarang, bernilai 35 juta dolar AS. Jika dibandingkan dengan sumbangan emas dan perak yang berhasil dibawa oleh rombongan pertama orang-orang buangan, nilainya kira-kira tujuh kali lebih besar. Penduduk Yerusalem dan Yehuda pasti sangat bersyukur kepada Yehuwa karena menerima semua dukungan tenaga dan materi ini! Tetapi, berkat yang limpah dari Allah juga mendatangkan tanggung jawab.​—Lukas 12:48.

      6. Apa yang didapati Ezra di tanah asalnya, dan bagaimana reaksinya?

      6 Ezra segera mendapati bahwa banyak orang Yahudi, termasuk beberapa imam dan tua-tua, telah melanggar Hukum Allah dengan memperistri wanita-wanita kafir. (Ulangan 7:​3, 4) Sudah sepantasnya Ezra sangat tertekan melihat pelanggaran terhadap perjanjian Hukum Allah ini. ”Ketika aku mendengar perkataan itu, maka aku mengoyakkan pakaianku dan jubahku, . . . dan duduklah aku tertegun.” (Ezra 9:3) Kemudian, di hadapan orang-orang Israel yang cemas, Ezra menumpahkan isi hatinya dalam doa kepada Yehuwa. Dengan didengar semua orang, Ezra meninjau ketidaktaatan bangsa Israel di masa lalu dan peringatan Allah tentang apa yang akan terjadi jika mereka menikahi penduduk kafir di negeri itu. Ia mengakhiri tinjauan ini dengan mengatakan, ”Ya TUHAN, Allah Israel, Engkau maha benar, sebab kami masih dibiarkan tinggal sebagai orang-orang yang terluput, seperti yang terjadi sekarang ini. Lihatlah, kami menghadap hadirat-Mu dengan kesalahan kami. Bahwasanya, dalam keadaan demikian tidak mungkin orang tahan berdiri di hadapan-Mu.”​—Ezra 9:​14, 15.

      7. (a) Teladan baik apa yang diberikan Ezra dalam menangani kasus perbuatan salah? (b) Bagaimana reaksi orang-orang yang berbuat salah pada zaman Ezra?

      7 Ezra menggunakan ungkapan ”kami”. Ya, ia menyertakan dirinya sendiri, sekalipun ia sendiri tidak bersalah. Kesedihan Ezra yang dalam beserta doanya yang rendah hati menyentuh perasaan orang-orang dan menggerakkan mereka untuk bertindak selaras dengan pertobatan mereka. Mereka dengan sukarela mengajukan jalan penyelesaian yang memedihkan​—semua yang telah melanggar Hukum Allah bersedia memulangkan istri-istri asingnya ke negeri asalnya beserta anak-anak yang mereka lahirkan. Ezra menyetujui tindakan ini dan menganjurkan orang-orang yang bersalah untuk berbuat demikian. Dengan wewenang yang diberikan kepadanya oleh raja Persia, Ezra berhak mengeksekusi semua pelanggar hukum atau mengusir mereka dari Yerusalem dan Yehuda. (Ezra 7:​12, 26) Tetapi, tampaknya ia tidak perlu mengambil langkah itu. ”Seluruh jemaah” berkata, ”Sesungguhnya, adalah kewajiban kami melakukan seperti katamu itu.” Selanjutnya, mereka mengaku, ”Kami telah banyak melakukan pelanggaran.” (Ezra 10:​11-13) Ezra pasal 10 memuat daftar nama 111 pria yang mematuhi keputusan itu dengan memulangkan istri-istri asing mereka berikut anak-anak yang dilahirkan wanita-wanita itu.

      8. Mengapa tindakan drastis berupa memulangkan istri-istri asing mendatangkan manfaat bagi seluruh umat manusia?

      8 Tindakan ini bukan hanya demi kepentingan bangsa Israel melainkan juga demi kepentingan seluruh umat manusia. Jika tidak ada tindakan untuk mengoreksi keadaan ini, orang-orang Israel tentulah telah berasimilasi dengan bangsa-bangsa di sekitarnya. Hal ini akan menyebabkan garis keturunan Benih yang Dijanjikan untuk memberkati semua manusia tercemar. (Kejadian 3:​15; 22:18) Akan sulit untuk meneguhkan identitas Benih yang Dijanjikan sebagai keturunan Raja Daud dari suku Yehuda. Kira-kira 12 tahun sesudahnya, masalah penting ini sekali lagi mendapat perhatian sewaktu ”keturunan orang Israel memisahkan diri dari semua orang asing”.​—Nehemia 9:1, 2; 10:​29, 30.

      9. Nasihat baik apakah yang diberikan Alkitab kepada orang-orang Kristen yang menikah dengan orang yang tidak seiman?

      9 Apa yang dapat dipelajari hamba-hamba Yehuwa dewasa ini dari catatan tersebut? Nah, orang-orang Kristen tidak berada di bawah perjanjian Hukum. (2 Korintus 3:14) Sebaliknya, mereka menaati ”hukum Kristus”. (Galatia 6:2) Dengan demikian, seorang Kristen yang menikah dengan orang yang tidak seiman harus menuruti nasihat Paulus, ”Jika seorang saudara mempunyai istri yang tidak percaya, namun wanita itu setuju tinggal bersamanya, janganlah ia meninggalkan dia.” (1 Korintus 7:12) Selain itu, orang-orang Kristen yang menikah dengan orang-orang yang tidak seiman memiliki kewajiban berdasarkan Alkitab untuk berupaya menyukseskan perkawinan mereka. (1 Petrus 3:​1, 2) Ketaatan kepada nasihat yang baik ini telah sering menghasilkan berkat yakni berubahnya perasaan sang teman hidup terhadap ibadat sejati. Ada yang bahkan telah menjadi orang-orang Kristen yang terbaptis dan setia.​—1 Korintus 7:16.

      10. Orang-orang Kristen dapat menarik pelajaran apa dari ke-111 pria Israel yang memulangkan istri-istri asingnya?

      10 Namun, kasus orang-orang Israel yang memulangkan istri-istri asing mereka merupakan pelajaran yang baik bagi orang-orang Kristen lajang. Mereka hendaknya tidak mulai berkencan dengan lawan jenis yang tidak seiman. Menghindari hubungan semacam itu mungkin sulit, bahkan menyakitkan, namun itu merupakan haluan terbaik untuk terus memperoleh berkat Allah. Orang-orang Kristen diperintahkan, ”Jangan memikul kuk secara tidak seimbang bersama orang-orang yang tidak percaya.” (2 Korintus 6:14) Orang-orang Kristen lajang mana pun yang berniat menikah hendaknya merencanakan untuk menikahi seorang rekan seiman yang sejati.​—1 Korintus 7:39.

      11. Seperti pria-pria Israel, bagaimana kita dapat diuji sehubungan dengan alasan kita untuk bersukacita?

      11 Demikian pula dalam banyak hal lainnya, orang-orang Kristen telah membuat penyesuaian ketika mereka diberi tahu bahwa mereka mulai mengambil haluan yang tidak berdasarkan Alkitab. (Galatia 6:1) Dari waktu ke waktu, jurnal ini telah mengidentifikasi tingkah laku tidak berdasarkan Alkitab yang membuat seseorang tidak memenuhi syarat untuk tetap menjadi bagian dari organisasi Allah. Misalnya, pada tahun 1973, umat Yehuwa mulai mengerti sepenuhnya bahwa penyalahgunaan obat bius dan penggunaan tembakau merupakan dosa serius. Untuk mengejar haluan yang saleh, kita harus ”membersihkan diri kita dari setiap pencemaran daging dan roh”. (2 Korintus 7:1) Cukup banyak orang mencamkan nasihat Alkitab itu; mereka rela menderita gejala-gejala awal penghentian ketergantungan (withdrawal) agar dapat tetap menjadi bagian dari umat Allah yang bersih. Pengarahan Alkitab yang jelas juga telah diberikan sehubungan dengan perkara-perkara seksual, pakaian, dandanan, pilihan pekerjaan yang bijaksana, hiburan, dan musik. Apa pun prinsip Alkitab yang diberitahukan kepada kita, semoga kita siap untuk ”disesuaikan kembali”, seperti halnya ke-111 pria Israel. (2 Korintus 13:11) Ini memperlihatkan bahwa hak istimewa beribadat kepada Yehuwa bersama umat kudus-Nya memang ’melebihi alasan utama kita untuk bersukacita’.

      12. Apa yang terjadi pada tahun 455 SM?

      12 Setelah melaporkan episode tentang istri-istri asing, Alkitab tidak memberi tahu kita apa yang terjadi di Yerusalem selama 12 tahun berikutnya. Tidak diragukan, bangsa-bangsa tetangga Israel menjadi semakin memusuhi karena dibatalkannya banyak persekutuan pernikahan. Pada tahun 455 SM, Nehemia tiba di Yerusalem dengan kawalan militer. Ia telah dilantik sebagai gubernur Yehuda dan membawa surat-surat penunjukannya untuk membangun kembali kota itu dari raja Persia.​—Nehemia 2:​9, 10; 5:​14.

      Tentangan dari Bangsa-Bangsa Tetangga yang Iri

      13. Sikap apa diperlihatkan bangsa-bangsa tetangga yang menganut agama palsu, dan bagaimana reaksi Nehemia?

      13 Bangsa-bangsa tetangga yang menganut agama palsu menentang maksud kedatangan Nehemia. Para pemimpin mereka mengancamnya dengan bertanya, ”Apa kamu mau berontak terhadap raja?” Dengan memperlihatkan iman kepada Yehuwa, Nehemia menjawab, ”Allah semesta langit, Dialah yang membuat kami berhasil! Kami, hamba-hamba-Nya, telah siap untuk membangun. Tetapi kamu tak punya bagian atau hak dan tidak akan diingat di Yerusalem!” (Nehemia 2:​19, 20) Ketika perbaikan tembok dimulai, musuh-musuh yang sama mengejek, ’Apa yang sedang dilakukan orang-orang Yahudi yang lemah ini? Apakah mereka akan menghidupkan kembali batu-batu dari timbunan puing yang sudah terbakar habis seperti ini? Jika seekor anjing hutan meloncat dan menyentuhnya, robohlah tembok batu mereka.’ Sebaliknya daripada menanggapi celaan ini, Nehemia berdoa, ”Ya, Allah kami, dengarlah bagaimana kami dihina. Balikkanlah cercaan mereka menimpa kepala mereka sendiri.” (Nehemia 4:​2-4) Secara terus-menerus, Nehemia memberikan teladan bagus ini yakni bersandar pada Yehuwa!​—Nehemia 6:​14; 13:14.

      14, 15. (a) Bagaimana Nehemia mengatasi ancaman kekerasan musuh? (b) Bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa dapat melanjutkan pekerjaan pembangunan rohani mereka meskipun menghadapi tentangan sengit?

      14 Untuk melaksanakan tugas pengabaran mereka yang penting, Saksi-Saksi Yehuwa dewasa ini juga bersandar pada Allah. Para penentang berupaya merintangi pekerjaan kita dengan ejekan. Kadang-kadang, peminat-peminat berita Kerajaan berhenti belajar karena tidak tahan diejek. Jika ejekan ini tidak mempan, para penentang mungkin menjadi marah dan berupaya mengancam dengan kekerasan. Inilah yang dialami para pembangun tembok Yerusalem. Tetapi, Nehemia tidak mau terintimidasi. Sebaliknya, ia mempersenjatai para pembangun untuk menghadapi serangan musuh dan memperkuat iman mereka dengan mengatakan, ”Jangan kamu takut terhadap mereka! Ingatlah kepada Tuhan yang maha besar dan dahsyat dan berperanglah untuk saudara-saudaramu, untuk anak-anak lelaki dan anak-anak perempuanmu, untuk isterimu dan rumahmu.”​—Nehemia 4:​13, 14.

      15 Sebagaimana pada zaman Nehemia, Saksi-Saksi Yehuwa telah diperlengkapi dengan baik untuk melanjutkan pekerjaan pembangunan rohani mereka meskipun menghadapi tentangan sengit. ”Budak yang setia dan bijaksana” telah menyediakan makanan rohani yang menguatkan iman, yang memungkinkan umat Allah untuk produktif bahkan di tempat-tempat adanya pelarangan terhadap pekerjaan mereka. (Matius 24:45) Sebagai hasilnya, Yehuwa terus memberkati umat-Nya dengan pertambahan di seluas bumi.​—Yesaya 60:22.

      Masalah-Masalah Internal

      16. Masalah-masalah internal apa yang mengancam semangat para pembangun tembok Yerusalem?

      16 Seraya pembangunan kembali tembok Yerusalem terus maju dan tembok bertambah tinggi, pekerjaan menjadi semakin sulit. Kesulitan itu timbul ketika sebuah masalah mulai muncul ke permukaan yang mengancam semangat para pembangun yang sedang berjuang. Karena kekurangan pangan, beberapa orang Yahudi merasa sulit untuk menafkahi keluarganya dan untuk membayar pajak pada pemerintah Persia. Orang-orang Yahudi yang lebih kaya meminjamkan kepada mereka bahan pangan dan uang. Akan tetapi, bertentangan dengan Hukum Allah, orang-orang Israel yang lebih miskin terpaksa menyerahkan tanah dan anak-anak mereka sebagai agunan hingga mereka membayar kembali uang yang mereka pinjam berikut bunganya. (Keluaran 22:25; Imamat 25:​35-​37; Nehemia 4:​6, 10; 5:​1-5) Sekarang, para kreditur mengancam untuk mengambil alih tanah mereka dan memaksa mereka untuk menjual anak-anak mereka sebagai budak. Nehemia sangat murka terhadap sikap yang tidak pengasih dan materialistis ini. Ia segera bertindak untuk memastikan agar berkat Yehuwa terus mengalir atas pekerjaan pembangunan kembali tembok Yerusalem.

      17. Apa yang dilakukan Nehemia untuk memastikan agar berkat Yehuwa terus mengalir atas pekerjaan pembangunan, dan dengan hasil apa?

      17 ”Sidang jemaah yang besar” diadakan, dan Nehemia dengan jelas memperlihatkan kepada orang-orang Israel yang lebih kaya bahwa apa yang telah mereka lakukan tidak menyenangkan Yehuwa. Kemudian, ia meminta orang-orang yang bersalah, termasuk beberapa orang imam, untuk mengembalikan semua bunga uang yang pernah mereka pungut dan mengembalikan tanah yang telah mereka ambil secara ilegal dari orang-orang yang tidak mampu membayar bunga. Patut dipuji, orang-orang yang bersalah mengatakan, ”Itu akan kami kembalikan! Dan kami tidak akan menuntut apa-apa dari mereka. Kami akan lakukan tepat seperti yang engkau perintahkan!” Ini bukan basa-basi, karena Alkitab melaporkan bahwa ”rakyat berbuat sesuai dengan janji [yang diajukan Nehemia] itu”. Dan, segenap jemaat memuji Yehuwa.​—Nehemia 5:​7-13.

      18. Karena sikap apa Saksi-Saksi Yehuwa terkenal?

      18 Bagaimana dengan di zaman kita? Sebaliknya daripada suka mengeksploitasi, Saksi-Saksi Yehuwa terkenal di mana-mana karena sikap yang murah hati terhadap rekan-rekan seiman dan orang-orang lain yang menderita kesengsaraan. Seperti di zaman Nehemia, hal ini telah menghasilkan banyak pernyataan syukur yang memuliakan Yehuwa. Akan tetapi, pada waktu yang sama, ”budak yang setia dan bijaksana” merasa perlu untuk memberikan nasihat berdasarkan Alkitab berkenaan dengan perkara-perkara bisnis dan berkenaan dengan perlunya menghindari pemerasan yang tamak terhadap orang lain. Di negeri-negeri tertentu, sudah merupakan kebiasaan untuk meminta mas kawin yang besar, tetapi Alkitab dengan jelas memperingatkan bahwa orang-orang yang tamak dan para pemeras seperti itu tidak akan mewarisi Kerajaan Allah. (1 Korintus 6:​9, 10) Tanggapan yang baik dari kebanyakan orang Kristen terhadap nasihat semacam itu mengingatkan kita akan orang-orang Yahudi yang melihat betapa berdosanya memeras saudara-saudara mereka yang lebih miskin.

      Tembok Yerusalem Rampung

      19, 20. (a) Rampungnya tembok Yerusalem mendatangkan pengaruh apa atas para penentang agama? (b) Kemenangan apa telah dialami Saksi-Saksi Yehuwa di banyak negeri?

      19 Meskipun menghadapi segala tentangan, tembok Yerusalem rampung dalam 52 hari. Apa pengaruh hal ini atas para penentang? Nehemia mengatakan, ”Ketika semua musuh kami mendengar hal itu, takutlah semua bangsa sekeliling kami. Mereka sangat kehilangan muka dan menjadi sadar, bahwa pekerjaan itu dilaksanakan dengan bantuan Allah kami.”​—Nehemia 6:16.

      20 Dewasa ini, tentangan para musuh terhadap pekerjaan Allah terus berlangsung dengan berbagai cara dan di berbagai tempat. Akan tetapi, jutaan orang telah melihat betapa sia-sianya menentang Saksi-Saksi Yehuwa. Misalnya, perhatikan upaya-upaya untuk menghentikan pekerjaan pemberitaan di Jerman Nazi, Eropa Timur, dan di banyak negeri Afrika. Semua upaya tersebut telah gagal, dan banyak orang sekarang mengakui bahwa ”pekerjaan itu dilaksanakan dengan bantuan Allah”. Ini benar-benar merupakan imbalan bagi Saksi-Saksi kawakan yang setia yang menjadikan ibadat kepada Yehuwa ’ditinggikan melebihi alasan utama mereka untuk bersukacita’ di negeri-negeri tersebut!

      21. Peristiwa-peristiwa penting apa akan dibahas dalam artikel berikut?

      21 Dalam artikel berikut ini, kita akan meninjau peristiwa-peristiwa penting menjelang suatu hari yang penuh sukacita, yakni peresmian tembok Yerusalem yang telah dibangun kembali. Kita juga akan membahas semakin dekatnya perampungan sebuah kota yang jauh lebih agung demi manfaat seluruh umat manusia.

  • Yerusalem yang Selaras dengan Makna Namanya
    Menara Pengawal—1998 | 15 Oktober
    • Yerusalem yang Selaras dengan Makna Namanya

      ”Bersukacitalah untuk selama-lamanya atas apa yang aku ciptakan. Sebab, lihat, aku menciptakan Yerusalem menjadi alasan untuk bersukacita.”​—YESAYA 65:18, NW.

      1. Bagaimana perasaan Ezra terhadap kota pilihan Allah?

      SEBAGAI pelajar Firman Allah yang giat, imam Yahudi, Ezra, selalu mengenang betapa berharganya hubungan yang pernah dimiliki Yerusalem dengan ibadat Yehuwa yang murni. (Ulangan 12:5; Ezra 7:27) Kasihnya terhadap kota Allah diungkapkan dalam sebagian Alkitab yang ditulisnya di bawah bimbingan ilham​—Satu dan Dua Tawarikh dan Ezra. Di dalam ketiga catatan sejarah ini, nama Yerusalem muncul sebanyak hampir dua puluh lima persen dari 800 kali lebih pemunculan nama itu dalam seluruh Alkitab.

      2. Makna nubuat apa yang dapat kita pahami dari arti nama Yerusalem?

      2 Dalam Bahasa Ibrani Alkitab, ”Yerusalem” dapat dipahami dalam suatu bentuk bahasa Ibrani yang disebut bentuk ganda. Bentuk ganda ini sangat sering digunakan untuk benda yang berpasangan, seperti mata, telinga, tangan, dan kaki. Dalam bentuk ganda ini, nama Yerusalem dapat dipandang sebagai nubuat tentang kedamaian yang akan dialami umat Allah dalam makna ganda​—secara rohani dan jasmani. Alkitab tidak menyingkapkan apakah Ezra mengerti sepenuhnya akan hal ini. Namun, sebagai imam, ia berupaya sebaik-baiknya untuk membantu orang-orang Yahudi menikmati kedamaian dengan Allah. Dan, tentulah ia bekerja keras agar keadaan Yerusalem benar-benar mencerminkan makna namanya​—”Yang Memiliki [atau, yang Menjadi Dasar] Kedamaian Ganda”.​—Ezra 7:6.

      3. Berapa tahun selang waktunya hingga kita kembali diberi tahu tentang kegiatan Ezra, dan bagaimana keadaan Ezra pada waktu itu?

      3 Alkitab tidak menyatakan di mana Ezra berada selama selang waktu 12 tahun antara kunjungannya ke Yerusalem dan kedatangan Nehemia di kota itu. Kondisi rohani bangsa itu yang buruk selama jangka waktu tersebut menunjukkan bahwa Ezra absen dari keimaman. Namun, kita mendapati bahwa Ezra melayani kembali sebagai seorang imam yang setia di Yerusalem tepat setelah tembok kota dibangun kembali.

      Hari Perhimpunan yang Indah

      4. Apa istimewanya hari pertama bulan yang ketujuh Israel?

      4 Tembok Yerusalem selesai tepat pada waktunya untuk menyambut bulan perayaan yang penting yakni Tisyri, bulan ketujuh pada penanggalan keagamaan Israel. Hari pertama Tisyri adalah perayaan bulan baru istimewa yang disebut Perayaan Peniupan Terompet. Pada hari itu, para imam meniup terompet seraya korban-korban dipersembahkan kepada Yehuwa. (Bilangan 10:10; 29:1, NW) Hari tersebut mempersiapkan orang-orang Israel untuk menyambut Hari Pendamaian tahunan pada tanggal 10 Tisyri dan Perayaan Pengumpulan yang semarak pada tanggal 15 hingga 21 pada bulan tersebut.

      5. (a) Bagaimana Ezra dan Nehemia memanfaatkan sebaik-baiknya ”hari pertama bulan yang ketujuh”? (b) Mengapa orang-orang Israel menangis?

      5 Pada ”hari pertama bulan yang ketujuh itu”, berkumpullah ”seluruh rakyat”, kemungkinan atas anjuran Nehemia dan Ezra. Pertemuan itu dihadiri oleh para pria, wanita, serta ”setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti”. Jadi, anak-anak kecil turut hadir dan menaruh perhatian sewaktu Ezra berdiri di mimbar dan membacakan Hukum ”dari pagi sampai tengah hari”. (Nehemia 8:2-5) Pada selang-selang waktu, orang-orang Lewi membantu rakyat memahami apa yang sedang dibacakan. Hal ini menggugah orang-orang Israel sehingga menitikkan air mata sewaktu menyadari betapa sangat tidak taatnya mereka dan nenek moyang mereka terhadap Hukum Allah.—Nehemia 8:6-10.

      6, 7. Apa yang dapat dipelajari orang-orang Kristen dari apa yang dilakukan Nehemia untuk membuat orang-orang Yahudi tidak menangis lagi?

      6 Tetapi, hari itu bukanlah waktunya untuk menangis dengan sedih. Hari itu adalah hari perayaan, dan rakyat baru saja merampungkan pembangunan kembali tembok Yerusalem. Oleh karena itu, Nehemia membantu mereka memiliki kerangka berpikir yang benar dengan mengatakan, ”Pergilah kamu, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis dan kirimlah sebagian kepada mereka yang tidak sedia apa-apa, karena hari ini adalah kudus bagi Tuhan kita! Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!” Dengan taat, ”pergilah semua orang itu untuk makan dan minum, untuk membagi-bagi makanan dan berpesta ria, karena mereka mengerti segala firman yang diberitahukan kepada mereka”.—Nehemia 8:11-13.

      7 Umat Allah dewasa ini dapat belajar banyak dari catatan ini. Saudara-saudara yang mendapat hak istimewa untuk ambil bagian dalam perhimpunan dan kebaktian hendaknya mempunyai kerangka berpikir seperti yang telah disebutkan di atas. Selain memberikan nasihat koreksi yang kadang-kadang perlu disampaikan, kesempatan-kesempatan semacam itu menonjolkan manfaat dan berkat yang dihasilkan karena memenuhi tuntutan Allah. Diberikan pula pujian atas pekerjaan baik yang telah dilakukan dan anjuran untuk bertekun. Hendaknya umat Allah pulang dengan hati yang bersukacita seusai acara pertemuan demikian, karena mendapat instruksi yang membina dari Firman Allah.—Ibrani 10:24, 25.

      Acara Pertemuan Sukacita Lainnya

      8, 9. Pertemuan istimewa apa berlangsung pada hari kedua bulan yang ketujuh, dan apa hasilnya bagi umat Allah?

      8 Pada hari kedua bulan istimewa itu, ”kepala-kepala kaum keluarga seluruh bangsa, juga para imam dan orang-orang Lewi berkumpul pada Ezra, ahli hukum Taurat itu, untuk menelaah kalimat-kalimat Taurat itu”. (Nehemia 8:14) Ezra sangat cakap untuk memimpin acara pertemuan ini, karena ia ”telah mempersiapkan hatinya untuk meminta nasihat dari hukum Yehuwa dan untuk melakukannya dan untuk mengajarkan peraturan dan keadilan di Israel”. (Ezra 7:10, NW) Tidak diragukan lagi, acara pertemuan ini menandaskan pada bidang-bidang mana saja umat Allah perlu menyesuaikan diri dengan perjanjian Hukum secara lebih saksama. Yang perlu segera mendapat perhatian adalah kebutuhan untuk membuat persiapan yang sepatutnya untuk merayakan Perayaan Pondok yang akan datang.

      9 Perayaan satu minggu penuh ini diselenggarakan dengan cara yang benar, yakni semua orang tinggal di pondok-pondok yang terbuat dari ranting dan daun dari berbagai pohon. Orang-orang mendirikan pondok-pondok ini di atap rumah mereka yang datar, di halaman rumah, di halaman bait, dan di lapangan umum Yerusalem. (Nehemia 8:16, 17) Ini merupakan kesempatan yang sangat bagus untuk menghimpunkan rakyat dan membacakan Hukum Allah kepada mereka! (Bandingkan Ulangan 31:10-13.) Ini dilakukan setiap hari, ”dari hari pertama sampai hari terakhir” perayaan, sehingga menghasilkan ”sukacita yang sangat besar” (NW) bagi umat Allah.—Nehemia 8:18, 19.

      Kita Tidak Boleh Melalaikan Rumah Allah

      10. Mengapa suatu pertemuan khusus diadakan pada hari yang ke-24 bulan yang ketujuh?

      10 Ada waktu dan tempat yang pantas untuk mengoreksi kekurangan yang serius di kalangan umat Allah. Tampaknya, karena menyadari bahwa sekaranglah kesempatan yang cocok, Ezra dan Nehemia menyelenggarakan satu hari puasa pada tanggal 24 bulan Tisyri. Sekali lagi, Hukum Allah dibacakan, dan rakyat mengakui dosa-dosa mereka. Kemudian, imam-imam Lewi meninjau kembali hubungan yang penuh belas kasihan antara Allah dengan umat-Nya yang suka melawan, mengucapkan pernyataan-pernyataan yang indah untuk memuji Yehuwa, dan mengadakan ”perjanjian yang teguh” yang disahkan dengan meterai oleh para pangeran mereka, orang-orang Lewi, dan para imam.—Nehemia 9:1-38, NW.

      11. Orang-orang Yahudi mengikatkan diri pada ’perjanjian teguh’ apa?

      11 Secara umum, rakyat bersumpah untuk melaksanakan ’perjanjian teguh’ yang tertulis ini. Mereka bersedia untuk ”berjalan menurut hukum Allah yang benar”. Dan, mereka setuju untuk tidak memasuki persekutuan perkawinan ”dengan bangsa-bangsa di negeri itu”. (Nehemia 10:28-30, NW) Selain itu, orang-orang Yahudi menerima kewajiban untuk menjalankan Sabat, untuk memberikan sumbangan finansial tahunan guna mendukung ibadat sejati, untuk menyediakan kayu bagi mezbah persembahan, untuk memberikan anak sulung kambing-domba dan lembu-sapi sebagai korban, dan untuk membawakan buah sulung tanah mereka ke ruang-ruang makan bait. Jelaslah, mereka bertekad untuk ’tidak mengabaikan rumah Allah mereka’.—Nehemia 10:32-39, NW.

      12. Apa saja yang tercakup bila kita tidak ingin mengabaikan rumah Allah dewasa ini?

      12 Dewasa ini, umat Yehuwa harus berhati-hati agar tidak mengabaikan hak istimewa mereka yakni ”memberikan dinas suci” di halaman bait rohani Yehuwa yang agung. (Penyingkapan 7:15) Ini mencakup doa sepenuh hati secara tetap tentu demi kemajuan ibadat Yehuwa. Hidup selaras dengan doa-doa demikian menuntut persiapan untuk perhimpunan Kristen dan ambil bagian di dalamnya, ikut serta dalam pengaturan-pengaturan untuk memberitakan kabar baik, dan membantu para peminat dengan berkunjung kembali dan, jika mungkin, memberikan pengajaran Alkitab kepada mereka. Banyak orang yang tidak ingin mengabaikan rumah Allah memberikan sumbangan finansial untuk kepentingan pekerjaan pemberitaan dan pemeliharaan tempat ibadat sejati. Kita juga dapat memberikan dukungan dengan turut membangun tempat-tempat perhimpunan yang sangat dibutuhkan serta menjaganya tetap bersih dan rapi. Suatu cara penting untuk memperlihatkan kasih akan rumah rohani Allah adalah dengan mengupayakan perdamaian dengan rekan-rekan seiman dan dengan membantu siapa pun yang membutuhkan bantuan materi atau rohani.—Matius 24:14; 28:19, 20; Ibrani 13:15, 16.

      Peresmian yang Penuh Sukacita

      13. Apa masalah mendesak yang perlu perhatian sebelum tembok Yerusalem bisa diresmikan, dan teladan bagus apa diberikan oleh banyak orang?

      13 ”Perjanjian yang teguh” yang dimeteraikan pada zaman Nehemia mempersiapkan umat Allah di zaman purba untuk menyambut hari peresmian tembok Yerusalem. Tetapi, masih ada masalah mendesak lainnya yang perlu mendapat perhatian. Setelah sekarang dikelilingi oleh sebuah tembok besar dengan 12 gerbang, Yerusalem membutuhkan populasi yang lebih banyak. Meskipun beberapa orang Israel tinggal di sana, ”kota itu luas dan besar, tetapi penduduknya sedikit”. (Nehemia 7:4) Untuk mengatasi masalah ini, orang-orang ”membuang undi untuk menentukan satu dari sepuluh orang yang harus menetap di Yerusalem, kota yang kudus itu”. Sambutan sukarela terhadap penyelenggaraan ini menggerakkan orang-orang untuk memberikan pujian kepada ”setiap orang yang rela menetap di Yerusalem”. (Nehemia 11:1, 2) Ini benar-benar teladan yang bagus bagi para penyembah yang sejati dewasa ini yang keadaannya memungkinkan mereka pindah ke tempat-tempat yang lebih membutuhkan bantuan tenaga orang-orang Kristen yang matang!

      14. Apa yang terjadi pada hari peresmian tembok Yerusalem?

      14 Persiapan-persiapan penting segera dimulai untuk menyambut hari besar peresmian tembok Yerusalem. Para musisi dan penyanyi berkumpul dari kota-kota di sekitar Yehuda. Mereka dibagi menjadi dua kelompok paduan suara besar yang menyanyikan ucapan syukur, masing-masing diikuti oleh suatu arak-arakan. (Nehemia 12:27-31, 36, 38) Kedua kelompok paduan suara dan arak-arakan itu berangkat dari suatu tempat di sisi tembok yang letaknya paling jauh dari bait, kemungkinan dari Gerbang Lembah, dan berbaris menuju arah yang berlawanan hingga mereka bertemu di rumah Allah. ”Mereka mempersembahkan korban yang besar. Mereka bersukaria karena Allah memberi mereka kesukaan yang besar. Juga segala perempuan dan anak-anak bersukaria, sehingga kesukaan Yerusalem terdengar sampai jauh.”—Nehemia 12:43.

      15. Mengapa penahbisan tembok Yerusalem tidak mendatangkan sukacita yang permanen?

      15 Alkitab tidak memberi tahu tanggal perayaan yang penuh sukacita ini. Tidak diragukan, ini merupakan peristiwa yang menonjol, bahkan klimaks, dari pemulihan Yerusalem. Tentu saja, masih banyak pekerjaan pembangunan yang perlu di lakukan di dalam kota. Belakangan, warga Yerusalem secara rohani kehilangan kedudukan yang baik. Misalnya, ketika Nehemia mengunjungi kota itu untuk kedua kalinya, ia mendapati rumah Allah kembali ditelantarkan dan orang-orang Israel kembali menikahi wanita-wanita kafir. (Nehemia 13:6-11, 15, 23) Kondisi buruk yang sama dikonfirmasikan dalam tulisan nabi Maleakhi. (Maleakhi 1:6-8; 2:11; 3:8) Jadi, penahbisan tembok Yerusalem tidak mendatangkan sukacita yang permanen.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan