-
Menghadiri Perayaan Tabernakel di YerusalemYesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
-
-
Menghadiri Perayaan Tabernakel di Yerusalem
YESUS MENGAJAR DI BAIT
Sejak dibaptis beberapa tahun yang lalu, Yesus semakin terkenal. Ribuan orang Yahudi telah menyaksikan mukjizat-mukjizatnya dan menceritakannya ke mana-mana. Sekarang, pada Perayaan Tabernakel di Yerusalem, banyak orang mencari Yesus.
Orang-orang punya pendapat yang berbeda tentang Yesus. Ada yang berkata, ”Dia orang baik.” Yang lain berkata, ”Tidak, dia menyesatkan banyak orang.” (Yohanes 7:12) Mereka membicarakan hal ini selama hari-hari pertama perayaan itu. Tapi, tidak ada yang berani terang-terangan membela Yesus karena takut kepada para pemimpin agama Yahudi.
Ketika perayaan itu sudah setengah jalan, Yesus masuk ke bait dan mulai mengajar. Banyak orang Yahudi kagum melihat cara dia mengajar. Mereka berkata, ”Bagaimana orang ini bisa tahu banyak tentang Kitab Suci? Dia kan tidak pernah belajar di sekolah agama.”—Yohanes 7:15.
Yesus menjelaskan, ”Yang saya ajarkan bukan ajaran saya sendiri, tapi ajaran Dia yang mengutus saya. Orang yang mau melakukan kehendak Allah akan tahu apakah ajaran ini berasal dari Allah atau dari pikiran saya sendiri.” (Yohanes 7:16, 17) Semua ajaran Yesus sesuai dengan Hukum Allah. Jelas, Yesus ingin orang-orang memuji Allah, bukan dirinya.
Setelah itu, Yesus berkata, ”Musa memberi kalian Taurat, kan? Tapi tidak satu pun dari kalian menaati Taurat itu. Kenapa kalian mau bunuh saya?” Sebagian orang di sana, yang mungkin datang dari luar kota, tidak tahu tentang rencana jahat itu. Bagi mereka, tidak mungkin ada yang ingin membunuh guru sehebat Yesus. Mereka pun menyimpulkan bahwa ada yang tidak beres dengan Yesus. Mereka berkata, ”Kamu kesurupan. Siapa yang mau bunuh kamu?”—Yohanes 7:19, 20.
Mereka tidak tahu bahwa satu setengah tahun sebelumnya, para pemimpin agama Yahudi berupaya membunuh Yesus setelah dia menyembuhkan seorang pria pada hari Sabat. Jadi, Yesus sekarang memberikan sebuah contoh agar para pemimpin agama itu sadar bahwa mereka tidak masuk akal. Yesus berkata bahwa menurut Taurat, bayi laki-laki harus disunat pada hari kedelapan, bahkan kalau itu adalah hari Sabat. Yesus pun bertanya, ”Kalau orang disunat pada hari Sabat supaya Hukum Musa tidak dilanggar, kenapa kalian marah besar ketika saya membuat orang sembuh total pada hari Sabat? Jangan lagi menghakimi berdasarkan apa yang kelihatan dari luar. Hakimilah dengan adil.”—Yohanes 7:23, 24.
Orang-orang di Yerusalem yang tahu bahwa para pemimpin agama ingin membunuh Yesus berkata, ”Ini orang yang mereka mau bunuh, kan? Tapi coba lihat, dia bicara di depan umum, dan mereka tidak bilang apa-apa kepadanya. Jangan-jangan para pemimpin kita sudah tahu pasti bahwa dia Kristus.” Kalau begitu, mengapa orang-orang itu tetap tidak percaya bahwa Yesus adalah Kristus? Mereka berkata, ”Kita tahu dari mana orang ini berasal. Padahal kalau Kristus datang, tidak akan ada yang tahu dari mana dia berasal.”—Yohanes 7:25-27.
Yesus menjawab mereka, ”Kalian mengenal saya, dan kalian tahu dari mana saya berasal. Saya datang bukan atas kemauan saya sendiri. Dia yang mengutus saya benar-benar ada, dan kalian tidak mengenal Dia. Saya mengenal Dia, karena saya datang sebagai wakil-Nya, dan Dia mengutus saya.” (Yohanes 7:28, 29) Jawaban Yesus yang terus terang itu membuat orang-orang ingin memenjarakan dia. Bahkan, ada yang mau membunuhnya. Tapi, mereka gagal karena waktu itu belum saatnya Yesus mati.
Namun, banyak orang beriman kepada Yesus karena dia telah melakukan hal-hal luar biasa. Yesus pernah berjalan di atas air, meredakan badai, memberi makan ribuan orang secara mukjizat, menyembuhkan orang sakit dan cacat, bahkan membangkitkan orang mati. Jadi mereka menyimpulkan, ”Saat Kristus datang, dia akan membuat banyak mukjizat, kan? Bukankah itu yang sekarang orang ini lakukan?”—Yohanes 7:31.
Mendengar itu, orang Farisi dan para imam kepala menyuruh beberapa petugas untuk menangkap Yesus.
-
-
”Belum Pernah Ada Orang yang Berbicara Seperti Itu”Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
-
-
”Belum Pernah Ada Orang yang Berbicara Seperti Itu”
PARA PETUGAS DISURUH MENANGKAP YESUS
NIKODEMUS MEMBELA YESUS
Yesus masih menghadiri Perayaan Tabernakel di Yerusalem. Dia senang karena ”banyak dari antara orang-orang itu beriman kepadanya”. Namun, para pemimpin agama mengirim beberapa petugas untuk menangkap Yesus. (Yohanes 7:31, 32) Meski begitu, Yesus tidak bersembunyi.
Yesus malah terus mengajar banyak orang di Yerusalem. Dia berkata, ”Saya hanya akan ada bersama kalian sebentar lagi, sebelum saya pergi kepada Dia yang mengutus saya. Kalian akan mencari saya tapi tidak akan menemukan saya, dan kalian tidak akan bisa datang ke tempat saya berada.” (Yohanes 7:33, 34) Yesus sedang membicarakan tentang kematian dan kebangkitannya ke surga. Musuh-musuhnya tidak bisa mengikuti dia ke surga. Namun, orang-orang Yahudi tidak mengerti apa maksud Yesus, jadi mereka berbicara satu sama lain, ”Memangnya dia mau ke mana sampai kita tidak bisa menemukan dia? Apa dia mau pergi kepada orang Yahudi yang tersebar di antara orang Yunani, dan mengajar orang Yunani? Apa maksudnya saat dia berkata bahwa kita akan mencari dia tapi tidak akan menemukan dia, dan kita tidak akan bisa datang ke tempat dia berada?”—Yohanes 7:35, 36.
Sekarang, tibalah hari ketujuh perayaan itu. Sepanjang perayaan, setiap pagi seorang imam menuangkan air yang diambil dari Kolam Siloam. Air itu kemudian dicurahkan ke baskom yang berlubang dan mengalir ke bagian bawah mezbah. Mungkin karena itulah Yesus berkata, ”Kalau ada yang haus, datanglah kepada saya untuk minum. Siapa pun yang beriman kepada saya akan menjadi seperti yang dikatakan ayat ini: ’Dari lubuk hatinya, air yang memberi kehidupan akan mengalir dengan limpah.’”—Yohanes 7:37, 38.
Yesus sedang memberitahukan apa yang akan terjadi ketika murid-muridnya diurapi dengan kuasa kudus dan mendapat harapan untuk hidup di surga. Mereka akan diurapi setelah kematian Yesus, tepatnya pada hari Pentakosta tahun 33 M. Pada hari itu, mereka akan mulai membagikan kebenaran kepada orang-orang. Jadi, air kehidupan akan mulai mengalir.
Setelah mendengar apa yang Yesus ajarkan, beberapa orang berkata, ”Dia benar-benar Nabi yang dijanjikan itu.” Mereka mungkin ingat nubuat tentang seorang nabi yang lebih besar daripada Musa. Ada juga yang mengatakan, ”Dia Kristus.” Tapi beberapa orang berkata, ”Kristus tidak datang dari Galilea, kan? Bukankah Kitab Suci berkata bahwa Kristus itu keturunan Daud dan berasal dari Betlehem, desanya Daud?”—Yohanes 7:40-42.
Jadi, kumpulan orang itu berbeda pendapat. Namun, meski ada yang ingin agar Yesus ditangkap, tidak ada yang melakukannya. Ketika para petugas itu kembali dengan tangan kosong, imam-imam kepala dan orang Farisi bertanya, ”Kenapa kalian tidak bawa dia ke sini?” Para petugas itu menjawab, ”Belum pernah ada orang yang berbicara seperti itu.” Para pemimpin itu langsung marah dan berkata, ”Apa kalian sudah disesatkan juga? Tidak ada pemimpin atau orang Farisi yang beriman kepadanya, kan? Orang-orang ini, yang tidak mengerti Taurat, adalah orang-orang terkutuk.”—Yohanes 7:45-49.
Mendengar itu, Nikodemus, yang adalah orang Farisi dan anggota Sanhedrin, memberanikan diri untuk membela Yesus. Sekitar dua setengah tahun sebelumnya, Nikodemus mendatangi Yesus pada malam hari dan menyatakan imannya. Sekarang Nikodemus berkata, ”Bukankah Taurat kita tidak menghakimi orang sebelum orang itu didengar dan perbuatannya diketahui?” Tapi orang-orang itu berkata, ”Kamu bukan orang Galilea juga, kan? Selidiki saja Kitab Suci, dan kamu akan tahu bahwa tidak akan ada nabi yang datang dari Galilea.”—Yohanes 7:51, 52.
Kitab Suci memang tidak secara langsung mengatakan bahwa akan ada seorang nabi yang berasal Galilea. Namun, ada nubuat yang menyatakan bahwa ”cahaya yang terang” akan terlihat di ”Galilea yang dihuni bangsa-bangsa lain”. Jadi, Kitab Suci sebenarnya menyiratkan bahwa Kristus akan datang dari Galilea. (Yesaya 9:1, 2; Matius 4:13-17) Selain itu, seperti yang dinubuatkan, Yesus lahir di Betlehem, dan dia adalah keturunan Daud. Orang Farisi sepertinya mengetahui semua ini, namun mereka justru menyebarkan kebohongan tentang Yesus.
-
-
Putra Allah, Sang ”Terang Dunia”Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
-
-
Putra Allah, Sang ”Terang Dunia”
YESUS MENJELASKAN SIAPAKAH SANG PUTRA
APA MAKSUDNYA ORANG YAHUDI ADALAH BUDAK?
Pada hari terakhir Perayaan Tabernakel, yaitu hari ketujuh, Yesus mengajar di bagian bait yang disebut ”tempat kotak-kotak sumbangan”. (Yohanes 8:20; Lukas 21:1) Bagian ini mungkin terletak di Halaman Kaum Wanita.
Setiap malam selama perayaan, area ini diberi penerangan khusus. Empat lampu minyak yang besar diletakkan di sana. Cahayanya bisa menerangi sampai jarak yang jauh. Di tempat itulah Yesus berkata, ”Saya adalah terang dunia. Siapa pun yang menjadi pengikut saya tidak akan berjalan dalam kegelapan, tapi akan memiliki terang kehidupan.”—Yohanes 8:12.
Orang Farisi tidak suka mendengarnya. Mereka berkata kepada Yesus, ”Kamu bersaksi tentang dirimu sendiri. Kesaksianmu tidak benar.” Yesus menjawab, ”Kalaupun saya bersaksi tentang diri saya sendiri, kesaksian saya benar, karena saya tahu dari mana saya datang dan ke mana saya akan pergi. Tapi kalian tidak tahu dari mana saya datang dan ke mana saya akan pergi.” Yesus lalu berkata, ”Dalam Taurat kalian sendiri tertulis, ’Kesaksian dari dua orang adalah kesaksian yang benar.’ Saya bersaksi tentang diri saya sendiri, dan Bapak yang mengutus saya juga bersaksi tentang saya.”—Yohanes 8:13-18.
Orang Farisi tidak bisa menerima penjelasan Yesus. Mereka bertanya, ”Di mana Bapakmu?” Yesus menjawab dengan tegas, ”Kalian tidak kenal saya ataupun Bapak saya. Kalau kalian kenal saya, kalian pasti kenal Bapak saya juga.” (Yohanes 8:19) Orang Farisi masih ingin agar Yesus ditangkap, tapi tidak ada yang melakukannya.
Yesus lalu mengulangi kata-kata yang pernah dia ucapkan. Dia berkata, ”Saya akan pergi, dan kalian akan mencari saya, tapi kalian akan mati dalam dosa kalian. Kalian tidak bisa datang ke tempat saya akan pergi.” Orang-orang tidak memahami maksud Yesus. Mereka berkata satu sama lain, ”Dia bilang kita tidak bisa datang ke tempat dia pergi. Apa dia mau bunuh diri?” Mereka salah paham karena mereka tidak tahu dari mana Yesus berasal. Yesus mengatakan, ”Kalian berasal dari bawah, saya dari atas. Kalian dari dunia ini, saya bukan dari dunia ini.”—Yohanes 8:21-23.
Yesus menunjukkan bahwa dia sudah hidup di surga sebelum datang ke bumi dan bahwa dia adalah Mesias yang seharusnya dinanti-nantikan. Namun, para pemimpin agama malah bertanya dengan nada menghina, ”Siapa kamu?”—Yohanes 8:25.
Yesus menjawab para penentang itu, ”Untuk apa lagi saya bicara dengan kalian?” Meski begitu, Yesus tetap berbicara tentang Bapaknya dan memberitahukan alasan mereka harus mendengarkan dirinya. Yesus berkata, ”Dia yang mengutus saya itu benar. Apa yang saya dengar dari Dia, itulah yang saya bicarakan di dunia ini.”—Yohanes 8:25, 26.
Yesus lalu menunjukkan bahwa dia beriman kepada Bapaknya, tidak seperti mereka. Dia berkata, ”Setelah kalian mengangkat Putra manusia, kalian akan tahu bahwa sayalah orang yang dijanjikan itu, dan bahwa saya tidak melakukan apa pun atas kemauan saya sendiri. Apa yang Bapak ajarkan kepada saya, itulah yang saya bicarakan. Dia yang mengutus saya ada bersama saya. Dia tidak meninggalkan saya sendirian, karena saya selalu melakukan hal-hal yang menyenangkan Dia.”—Yohanes 8:28, 29.
Di antara orang-orang itu, ada juga yang beriman kepada Yesus. Dia memberi tahu mereka, ”Kalau kalian terus menyimpan kata-kata saya, kalian benar-benar murid saya. Kalian akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan membebaskan kalian.”—Yohanes 8:31, 32.
Bagi sebagian pendengar Yesus, kata-kata tentang pembebasan ini terdengar aneh. Mereka memprotes, ”Kami keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi budak siapa pun. Kenapa kamu bilang kami akan bebas?” Meski orang Yahudi beberapa kali dijajah bangsa lain, mereka tidak mau disebut budak. Tapi, Yesus memberitahukan bahwa mereka sebenarnya masih menjadi budak. Dia berkata, ”Dengan sungguh-sungguh saya katakan, orang yang berbuat dosa adalah budak dosa.”—Yohanes 8:33, 34.
Yesus melanjutkan, ”Budak tidak selamanya tinggal di rumah majikannya, tapi putra tinggal di sana selamanya.” (Yohanes 8:35) Seorang budak tidak mendapat warisan, dan dia bisa diusir kapan saja. Hanya putra kandung atau putra angkat di keluarga itulah yang bisa tetap tinggal di rumah itu selama dia hidup. Jadi, kalau orang Yahudi tidak mau menerima kenyataan bahwa mereka adalah budak dosa, ini sangat berbahaya karena mereka bisa diusir dari ”rumah” Allah.
Tapi Yesus berkata, ”Kalau Putra membebaskan kalian, kalian akan benar-benar bebas.” (Yohanes 8:36) Yesus adalah sang Putra. Jadi, kebenaran tentang dia bisa membebaskan orang-orang dari dosa dan kematian untuk selamanya.
-
-
Bapak Mereka—Abraham atau Iblis?Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
-
-
Yesus masih ada di Yerusalem untuk menghadiri Perayaan Tabernakel, dan dia terus mengajarkan kebenaran. Orang-orang Yahudi yang ada di sana berkata kepada Yesus, ”Kami keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi budak siapa pun.” Yesus menjawab, ”Saya tahu kalian keturunan Abraham. Tapi kalian berusaha membunuh saya, karena kalian tidak menerima kata-kata saya. Saya berbicara tentang hal-hal yang saya lihat sewaktu bersama Bapak saya, tapi kalian melakukan hal-hal yang kalian dengar dari bapak kalian.”—Yohanes 8:33, 37, 38.
Inti kata-kata Yesus jelas: Bapaknya bukan bapak mereka. Tapi orang-orang itu tidak paham, jadi mereka kembali berkata, ”Bapak kami adalah Abraham.” (Yohanes 8:39; Yesaya 41:8) Mereka memang keturunan Abraham, yang adalah sahabat Allah. Karena itu, mereka merasa bahwa mereka juga menyembah Allahnya Abraham.
Mereka kaget ketika Yesus berkata, ”Kalau kalian anak-anak Abraham, kalian akan melakukan apa yang Abraham lakukan.” Ya, seorang anak pasti meniru ayahnya. Yesus melanjutkan, ”Tapi sekarang, kalian malah berusaha membunuh saya, padahal saya memberi tahu kalian kebenaran yang saya dengar dari Allah. Abraham tidak berbuat seperti itu. Kalian melakukan apa yang bapak kalian lakukan.”—Yohanes 8:39-41.
Orang-orang Yahudi itu masih belum paham siapa yang Yesus maksudkan. Mereka mengatakan bahwa mereka adalah keturunan yang sah dari Abraham, bukan anak haram. Mereka berkata, ”Kami tidak lahir dari perbuatan cabul. Kami punya satu Bapak, yaitu Allah.” Tapi, apakah itu memang benar? ”Kalau Bapak kalian memang Allah,” kata Yesus, ”kalian akan mengasihi saya, karena saya datang ke sini diutus Allah. Saya tidak datang karena kemauan saya sendiri, tapi karena Dia mengutus saya.” Yesus lalu berkata, ”Kenapa kalian tidak mengerti apa yang saya katakan ini? Karena kalian tidak mau menerima kata-kata saya.”—Yohanes 8:41-43.
Yesus sudah berusaha menunjukkan apa akibatnya kalau mereka menolak dia. Sekarang dia dengan terus terang berkata, ”Bapak kalian adalah Iblis, dan kalian mau menuruti keinginan bapak kalian.” Seperti apa sifat bapak mereka? Yesus mengatakan, ”Dia menjadi pembunuh sejak dia mulai menyimpang, dan dia tidak berdiri teguh dalam kebenaran.” Yesus kemudian berkata, ”Anak-anak Allah mendengarkan kata-kata Allah. Kalian tidak mau mendengarkan, karena kalian bukan anak-anak Allah.”—Yohanes 8:44, 47.
Kecaman Yesus membuat orang-orang Yahudi itu marah. Mereka menjawab, ”Tidak salah kalau kami berkata, ’Kamu itu orang Samaria dan kesurupan.’” Panggilan ”orang Samaria” menunjukkan bahwa mereka memandang rendah Yesus. Tanpa menggubris panggilan itu, Yesus berkata, ”Saya tidak kesurupan. Saya menghormati Bapak saya, dan kalian tidak menghormati saya.” Padahal, jika mereka menghormati Yesus, mereka akan selamat. Yesus berjanji, ”Orang yang menuruti kata-kata saya tidak akan pernah mati.” Ini bukan berarti para rasul dan pengikut Yesus lainnya tidak akan pernah mati. Tapi, mereka tidak akan mengalami ”kematian kedua”, yaitu kebinasaan abadi tanpa harapan kebangkitan.—Yohanes 8:48-51; Wahyu 21:8.
Orang-orang Yahudi itu menyangka Yesus sedang membicarakan kematian biasa. Jadi mereka berkata, ”Sekarang kami tahu betul kamu kesurupan. Abraham sudah mati, begitu juga dengan nabi-nabi, tapi kamu bilang, ’Orang yang menuruti kata-katamu tidak akan pernah mati.’ Memangnya kamu lebih besar daripada bapak kami Abraham, yang sudah mati? . . . Kamu pikir kamu ini siapa?”—Yohanes 8:52, 53.
Yesus jelas-jelas sedang menunjukkan bahwa dia Mesias, tapi dia tidak mengatakannya. Sebaliknya dia berkata, ”Kalau saya memuliakan diri sendiri, kemuliaan itu tidak ada artinya. Bapak sayalah yang memuliakan saya, yang kalian sebut Allah kalian. Kalian tidak mengenal Dia, tapi saya mengenal Dia. Kalau saya bilang bahwa saya tidak mengenal Dia, saya akan jadi pendusta seperti kalian.”—Yohanes 8:54, 55.
Yesus lalu kembali berbicara tentang teladan leluhur mereka yang setia: ”Abraham bapak kalian begitu bersukacita karena akan melihat hari kedatangan saya. Dia membayangkannya dan bersukacita.” Karena Abraham percaya pada janji Allah, dia menunggu-nunggu kedatangan Mesias. Dengan nada tidak percaya, orang-orang Yahudi itu berkata, ”Umurmu belum 50 tahun, tapi kamu pernah lihat Abraham?” Yesus menjawab, ”Dengan sungguh-sungguh saya katakan, sebelum Abraham ada, saya sudah ada.” Ya, Yesus sudah ada di surga jauh sebelum Abraham dilahirkan.—Yohanes 8:56-58.
Orang-orang Yahudi sangat marah mendengarnya. Mereka pun berusaha melempari Yesus dengan batu. Tapi, Yesus berhasil melarikan diri.
-