PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Pelayanan Yesus di Perea
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Seekor induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya

      BAB 82

      Pelayanan Yesus di Perea

      LUKAS 13:22–14:6

      • BERJUANG UNTUK MELEWATI PINTU YANG SEMPIT

      • YESUS AKAN MATI DI YERUSALEM

      Yesus telah mengajar dan menyembuhkan banyak orang di Yudea dan Yerusalem. Setelah itu, dia menyeberangi Sungai Yordan untuk mengajar di kota-kota di Perea. Tapi sebentar lagi, dia akan kembali ke Yerusalem.

      Seorang pria berjuang melewati pintu yang sempit

      Di Perea, seorang pria bertanya kepada Yesus, ”Tuan, apa yang diselamatkan hanya sedikit?” Pria itu mungkin tahu bahwa para pemimpin agama berdebat tentang berapa banyak orang yang akan diselamatkan. Tapi, Yesus tidak mau membahas itu. Sebaliknya, dia menjelaskan apa yang harus dilakukan seseorang agar selamat. Yesus berkata, ”Berjuanglah sekuat tenaga untuk masuk melalui pintu yang sempit.” Jadi, seseorang harus berjuang keras supaya selamat. Mengapa? Yesus mengatakan, ”Banyak yang mau masuk tapi tidak bisa.”​—Lukas 13:23, 24.

      Yesus lalu memberikan perumpamaan: ”Ketika tuan rumah sudah mengunci pintu, kalian akan berdiri di luar dan mengetuk-ngetuk sambil berkata, ’Tuan, bukakan pintu.’ . . . Tapi dia akan menjawab, ’Saya tidak tahu siapa kalian. Pergi kalian, orang-orang yang berbuat jahat!’”—Lukas 13:25-27.

      Yesus menunjukkan bahwa orang yang datang terlambat tidak akan bisa masuk karena pintu sudah ditutup dan dikunci. Dia seharusnya datang lebih awal meski waktunya mungkin tidak cocok bagi dia. Itulah yang terjadi dengan banyak pendengar Yesus. Mereka seharusnya menjadi pengikut Yesus dan menomorsatukan ibadah kepada Allah. Tapi, mereka tidak mau menerima Yesus, yang Allah utus untuk menyelamatkan mereka. Akibatnya, mereka akan diusir serta ”menangis dan menggertakkan gigi”. Sebaliknya, orang-orang dari segala bangsa, ’dari timur dan barat, juga dari utara dan selatan, akan duduk untuk makan dalam Kerajaan Allah’.​—Lukas 13:28, 29.

      Yesus menjelaskan, ”Ada orang-orang terakhir [seperti orang Yahudi yang dipandang rendah dan orang dari bangsa lain] yang akan menjadi yang pertama, dan ada orang-orang pertama [yaitu para pemimpin agama yang sombong karena mereka keturunan Abraham] yang akan menjadi yang terakhir.” (Lukas 13:30) Orang-orang yang tidak tahu berterima kasih ini akan ”menjadi yang terakhir”, maksudnya mereka tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah.

      Kemudian, beberapa orang Farisi datang dan berkata kepada Yesus, ”Keluarlah dan pergi dari sini, karena Herodes [Antipas] ingin membunuhmu.” Kemungkinan, Raja Herodes sendirilah yang menyebarkan berita itu supaya Yesus takut dan pergi dari wilayah itu. Herodes sudah membunuh Yohanes Pembaptis, dan dia mungkin tidak berani membunuh nabi lain lagi. Tapi, Yesus berkata kepada orang Farisi, ”Beri tahu si licik itu, ’Hari ini dan besok saya mengusir roh-roh jahat dan menyembuhkan orang, dan lusa saya akan selesai.’” (Lukas 13:31, 32) Yesus tidak mau diatur oleh Herodes atau orang lain. Dia bertekad untuk menjalankan tugas dari Bapaknya, sesuai dengan jadwal Bapaknya, bukan manusia.

      Yesus pun melanjutkan perjalanannya ke arah Yerusalem, karena dia berkata, ”Tidak mungkin seorang nabi dibunuh di luar Yerusalem.” (Lukas 13:33) Tidak ada nubuat Alkitab yang menyebutkan bahwa Mesias akan mati di kota itu. Jadi, mengapa Yesus berkata bahwa dia akan dibunuh di sana? Yerusalem adalah pusat ibadah, dan di sana terdapat mahkamah agung Sanhedrin yang anggotanya 71 orang. Merekalah yang biasanya mengadili orang-orang yang dituduh sebagai nabi palsu. Selain itu, korban-korban juga dipersembahkan di Yerusalem. Jadi, Yesus sadar bahwa dia pasti akan dibunuh di Yerusalem.

      Seekor induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya

      Dengan sedih Yesus berkata, ”Yerusalem, Yerusalem, yang membunuh para nabi dan merajam orang-orang yang diutus kepadamu, sudah sering saya berusaha mengumpulkan anak-anakmu, seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya! Tapi kalian tidak mau. Bait kalian akan ditinggalkan.” (Lukas 13:34, 35) Mereka akan menerima akibatnya karena menolak Putra Allah!

      Sebelum Yesus sampai di Yerusalem, seorang Farisi mengundang Yesus untuk makan di rumahnya pada hari Sabat. Di sana, ada seorang pria yang menderita pembengkakan (cairan berlebih yang biasanya terkumpul di paha dan kaki). Para tamu lainnya ingin melihat apa yang akan Yesus lakukan bagi pria ini. Yesus bertanya kepada orang Farisi dan para ahli Taurat, ”Apa boleh menyembuhkan orang pada hari Sabat?”​—Lukas 14:3.

      Mereka diam saja. Yesus pun menyembuhkan pria itu dan berkata, ”Kalau anak atau sapi kalian jatuh ke sumur pada hari Sabat, kalian akan cepat-cepat mengeluarkan dia, kan?” (Lukas 14:5) Sekali lagi, tidak ada yang bisa membantah kata-kata Yesus yang masuk akal itu.

  • Siapa yang Allah Undang ke Pesta Besar?
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Orang-orang yang cacat dan miskin datang ke pesta besar

      BAB 83

      Siapa yang Allah Undang ke Pesta Besar?

      LUKAS 14:7-24

      • PELAJARAN TENTANG KERENDAHAN HATI

      • PARA TAMU MENCARI-CARI ALASAN UNTUK MENOLAK UNDANGAN

      Di rumah seorang Farisi, Yesus baru menyembuhkan pria yang menderita pembengkakan. Yesus sekarang melihat bahwa para tamu berusaha memilih tempat yang terbaik, jadi dia mengajar mereka tentang kerendahan hati.

      Yesus berkata, ”Kalau kamu diundang ke pesta pernikahan, jangan duduk di tempat utama. Mungkin tuan rumah mengundang orang yang lebih terhormat daripada kamu. Lalu tuan rumah yang mengundang kalian itu akan datang dan berkata kepadamu, ’Tempat ini untuk dia.’ Lalu sambil menahan malu, kamu harus pindah ke paling belakang.”​—Lukas 14:8, 9.

      Yesus melanjutkan, ”Kalau kamu diundang, duduklah di paling belakang, supaya ketika orang yang mengundangmu datang, dia akan berkata, ’Sahabatku, mari duduk di depan.’ Dan kamu akan dihormati di depan semua tamu.” Ini bukan hanya soal kesopanan. Yesus menjelaskan, ”Setiap orang yang meninggikan diri akan direndahkan, dan siapa pun yang merendahkan diri akan ditinggikan.” (Lukas 14:10, 11) Jadi, Yesus ingin agar mereka rendah hati.

      Yesus lalu berbicara kepada orang Farisi yang mengundang dia. Yesus menjelaskan siapa yang perlu dia undang jika dia mau menyenangkan Allah. ”Kalau kamu membuat acara makan siang atau malam, jangan panggil sahabat atau kakak atau adik atau saudara atau tetanggamu yang kaya, karena mungkin mereka juga akan mengundang kamu sebagai balasannya. Tapi kalau kamu membuat pesta, undanglah orang-orang yang miskin, cacat, pincang, dan buta. Kamu akan bahagia karena mereka tidak punya apa-apa untuk membalasnya.”​—Lukas 14:12-14.

      Memang wajar kalau kita ingin mengundang teman, keluarga, atau tetangga untuk makan bersama, dan Yesus tidak mengatakan bahwa itu salah. Namun, jika kita mengundang orang yang berkekurangan, seperti orang miskin, cacat, atau buta, kita akan diberkati. Yesus memberi tahu orang Farisi itu, ”Kamu akan mendapat balasannya sewaktu orang-orang benar dibangkitkan.” Mendengar itu, seorang tamu berkata, ”Bahagialah orang yang makan di Kerajaan Allah.” (Lukas 14:15) Tamu itu sadar bahwa ”makan di Kerajaan Allah” adalah kehormatan yang luar biasa. Tapi, tidak semua orang berpikiran seperti dia. Maka Yesus memberikan perumpamaan ini:

      ”Seorang pria membuat pesta besar, dan dia mengundang banyak orang. . . . Dia menyuruh budaknya pergi kepada para undangan untuk berkata, ’Silakan datang, semuanya sudah siap.’ Tapi mereka semua mulai mencari alasan. Yang pertama berkata, ’Saya baru beli ladang dan harus pergi melihatnya. Maaf, saya tidak bisa datang.’ Yang lain berkata, ’Saya baru beli lima pasang sapi dan mau memeriksanya. Maaf, saya tidak bisa datang.’ Yang lain lagi berkata, ’Saya tidak bisa datang karena saya baru saja menikah.’”​—Lukas 14:16-20.

      Alasan mereka sangat tidak masuk akal! Ladang dan hewan biasanya sudah diperiksa sebelum dibeli. Jadi, kedua pria itu sebenarnya tidak perlu lagi memeriksanya. Pria yang ketiga sudah menikah, bukan sedang mempersiapkan pernikahannya. Jadi, dia juga sebenarnya bisa datang ke acara penting itu.

      Mendengar alasan-alasan itu, pria yang mengadakan pesta tersebut marah dan memberi tahu budaknya, ”Cepat pergi ke semua jalan dan gang di kota ini. Bawa ke sini orang-orang yang miskin, cacat, buta, dan pincang.” Setelah itu, ternyata masih ada tempat untuk para tamu lain. Jadi, pria itu memberi tahu budaknya, ”Pergi ke semua jalan dan gang di luar kota dan desak orang-orang untuk datang, supaya rumah saya penuh. Saya memberi tahu kalian, para undangan itu tidak akan makan di pesta saya.”​—Lukas 14:21-24.

      Perumpamaan itu menunjukkan bahwa Yehuwa dan Yesus Kristus mengundang orang-orang untuk masuk ke dalam Kerajaan surga. Undangan itu pertama diberikan kepada orang-orang Yahudi, terutama para pemimpin agama. Kebanyakan dari mereka menolak undangan itu. Jadi, undangan itu akan diberikan kepada orang-orang lain. Siapakah mereka? Mereka adalah orang-orang yang menjadi penganut agama Yahudi dan orang Yahudi yang diremehkan oleh para pemimpin agama. Setelah itu, undangan ketiga, yang terakhir, akan diberikan kepada orang-orang yang menurut orang Yahudi tidak pantas menjadi penyembah Allah.​—Kisah 10:28-48.

      Ya, kata-kata tamu tadi memang benar: ”Bahagialah orang yang makan di Kerajaan Allah.”

  • Menjadi Murid Yesus—Sesuatu yang Serius
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Seorang raja dan pasukannya siap berperang

      BAB 84

      Menjadi Murid Yesus—Sesuatu yang Serius

      LUKAS 14:25-35

      • MURID YESUS HARUS RELA BERKORBAN

      Yesus telah mengajarkan beberapa hal penting ketika dia makan di rumah seorang Farisi. Sekarang, Yesus melanjutkan perjalanan ke Yerusalem, dan banyak orang mengikuti dia. Apakah mereka mau menjadi murid Yesus dan rela membuat pengorbanan apa pun?

      Dalam perjalanan, Yesus mengatakan sesuatu yang mungkin membuat sebagian orang kaget: ”Kalau seseorang datang kepadaku, dan dia lebih mengasihi ayah, ibu, istri, anak, kakak, adik, dan bahkan hidupnya sendiri, dia tidak bisa menjadi muridku.” (Lukas 14:26) Apa maksudnya?

      Para murid tidak boleh lebih mengasihi keluarga mereka daripada mengasihi Yesus. Mereka tidak boleh menjadi seperti pria dalam perumpamaan Yesus yang menolak undangan ke pesta besar karena dia baru menikah.​—Lukas 14:20.

      Yesus juga mengatakan bahwa muridnya tidak boleh mengasihi ”bahkan hidupnya sendiri”. Dengan kata lain, dia harus rela mati demi Yesus. Jelaslah, keputusan untuk menjadi murid Yesus harus dipikirkan dengan matang, karena itu adalah tanggung jawab yang sangat serius.

      Murid-murid Yesus mungkin akan menderita dan dianiaya, jadi Yesus berkata, ”Siapa pun yang tidak memikul tiang siksaannya dan tidak mengikuti aku tidak bisa menjadi muridku.” (Lukas 14:27) Seperti Yesus, para murid harus rela menanggung beban berupa hinaan, bahkan kematian di tangan musuh.

      Seorang pria menghitung biaya proyeknya

      Jadi, kumpulan orang itu harus benar-benar memikirkan apakah mereka sanggup menjadi murid Kristus. Untuk membantu mereka, Yesus memberikan perumpamaan: ”Kalau di antara kalian ada yang mau membangun menara, tentu dia akan duduk dulu dan menghitung biayanya untuk melihat apakah dia punya cukup uang untuk menyelesaikannya. Kalau tidak, dia mungkin hanya bisa membangun fondasi tapi tidak bisa menyelesaikannya.” (Lukas 14:28, 29) Jadi, sebelum menjadi murid Yesus, orang-orang itu harus yakin bahwa mereka memang sanggup menjalankan tanggung jawab mereka. Yesus lalu menceritakan perumpamaan lain:

      ”Kalau seorang raja mau berperang dengan raja lain, tentu dia akan duduk dulu dan meminta nasihat, untuk mengetahui apakah dengan 10.000 tentaranya dia bisa melawan raja yang punya 20.000 tentara. Kalau ternyata dia tidak sanggup, dia akan mengirim sekelompok utusan untuk minta berdamai saat musuhnya itu masih jauh.” Yesus menyimpulkan, ”Begitu juga, yakinlah bahwa kalian tidak bisa menjadi muridku kalau kalian tidak meninggalkan semua harta kalian.”​—Lukas 14:31-33.

      Kata-kata Yesus itu tidak hanya ditujukan kepada kumpulan orang itu. Siapa pun yang mau menjadi pengikutnya harus rela melakukan semua hal itu. Mereka harus siap mengorbankan apa pun, bahkan nyawa mereka. Maka sebelum membuat keputusan, mereka harus merenungkannya dan berdoa.

      Yesus sekarang membahas sesuatu yang pernah dia sampaikan dalam Khotbah di Gunung. Waktu itu, dia berkata bahwa murid-muridnya adalah ”garam dunia”. (Matius 5:13) Seperti garam yang bisa mencegah sesuatu membusuk, para murid bisa membantu orang-orang terhindar dari kerusakan moral dan rohani. Sekarang Yesus berkata, ”Garam memang baik. Tapi kalau garam sudah tidak asin, dengan apa itu bisa diasinkan lagi?” (Lukas 14:34) Para pendengar Yesus tahu bahwa pada zaman itu, banyak garam yang dijual sudah dicampur pasir sehingga tidak banyak gunanya.

      Dengan kata lain, orang-orang yang sudah lama menjadi murid Yesus harus tetap bersemangat. Jangan sampai mereka menjadi tidak berguna seperti garam yang tidak asin dan dibuang orang. Kalau itu terjadi, Allah tidak akan senang kepada mereka, dan orang-orang bahkan bisa menghina Allah. Jadi Yesus mengimbau, ”Orang yang punya telinga, dengarkanlah.”​—Lukas 14:35.

  • Sukacita Karena Satu Orang Bertobat
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Seorang wanita senang sekali karena menemukan satu uang logamnya yang hilang

      BAB 85

      Sukacita Karena Satu Orang Bertobat

      LUKAS 15:1-10

      • PERUMPAMAAN TENTANG SEEKOR DOMBA YANG TERSESAT DAN SATU UANG LOGAM YANG HILANG

      • PARA MALAIKAT DI SURGA BERSUKACITA

      Selama pelayanannya, Yesus sering mengajarkan pentingnya kerendahan hati. (Lukas 14:8-11) Dia ingin sekali mencari orang-orang yang rendah hati dan mau melayani Allah. Pada waktu itu, beberapa dari mereka mungkin masih dikenal sebagai orang berdosa.

      Seorang pria Yahudi yang sombong

      Orang Farisi dan para ahli Taurat merendahkan orang berdosa. Mereka mengamati bahwa orang-orang seperti itu tertarik pada kepribadian Yesus dan ajarannya. Mereka memprotes, ”Dia menerima orang berdosa dan makan bersama mereka.” (Lukas 15:2) Orang Farisi dan para ahli Taurat juga merasa lebih tinggi daripada orang-orang yang tidak memahami Taurat. Mereka memperlakukan orang-orang itu seperti debu di kaki mereka. Para pemimpin agama menyalahgunakan istilah am haarets, yang berarti ”rakyat negeri”, untuk menyebut orang-orang ini.

      Yesus sangat berbeda dengan mereka. Dia memperlakukan semua orang dengan respek, baik hati, dan berbelaskasihan. Hasilnya, banyak dari orang yang dianggap rendah, termasuk mereka yang dikenal sebagai orang berdosa, mau mendengarkan Yesus. Sewaktu mendengar komentar negatif orang Farisi dan para ahli Taurat tentang sikapnya, apa tanggapan Yesus?

      Dia memberikan perumpamaan yang menyentuh hati, yang mirip dengan perumpamaan yang dia ceritakan di Kapernaum. (Matius 18:12-14) Dalam perumpamaan ini, orang Farisi seolah berada dalam kawanan domba Allah, sedangkan orang-orang yang dianggap rendah digambarkan sebagai domba yang menjauh dan tersesat. Begini perumpamaannya:

      Seorang gembala senang karena menemukan satu dombanya yang hilang; dia menggendong domba itu di bahunya

      ”Kalau di antara kalian ada yang punya 100 domba, dan salah satunya hilang, bukankah dia akan meninggalkan yang 99 di padang dan mencari yang hilang itu sampai menemukannya? Setelah menemukannya, dia menggendong domba itu di bahunya dan bersukacita. Begitu sampai di rumah, dia memanggil teman-teman dan tetangganya, lalu berkata, ’Ayo kita bersukacita, karena dombaku yang hilang sudah ditemukan.’”​—Lukas 15:4-6.

      Yesus lalu menjelaskan maksud perumpamaannya: ”Satu orang berdosa yang bertobat akan mendatangkan lebih banyak sukacita di surga daripada 99 orang benar yang tidak perlu bertobat.”​—Lukas 15:7.

      Orang Farisi pasti kaget karena Yesus membicarakan pertobatan. Mereka menganggap diri mereka sudah benar dan tidak perlu bertobat. Beberapa dari mereka pernah mengkritik Yesus karena dia makan bersama pemungut pajak dan orang berdosa. Tapi Yesus menjawab, ”Saya datang bukan untuk memanggil orang benar, tapi orang berdosa.” (Markus 2:15-17) Yehuwa dan para malaikat di surga tidak senang melihat orang-orang Farisi yang sombong itu. Sebaliknya, mereka sangat bersukacita saat ada orang yang bertobat.

      Untuk menandaskan hal itu, Yesus menceritakan perumpamaan lain lagi: ”Kalau ada wanita yang punya sepuluh uang logam drakhma dan ada satu yang hilang, bukankah dia akan menyalakan lampu minyak, menyapu rumahnya, dan mencarinya dengan teliti sampai menemukannya? Setelah menemukannya, dia memanggil teman-teman dan tetangganya, lalu berkata, ’Ayo kita bersukacita, karena uangku yang hilang sudah ditemukan.’”​—Lukas 15:8, 9.

      Yesus mengulangi lagi pelajarannya: ”Sama seperti itu, malaikat-malaikat Allah bersukacita kalau ada satu orang berdosa yang bertobat.”​—Lukas 15:10.

      Bayangkan, para malaikat senang sekali jika seseorang bertobat! Apalagi jika orang itu adalah orang yang akan memerintah dalam Kerajaan surga, karena dia akan punya kedudukan yang lebih tinggi dari para malaikat. (1 Korintus 6:2, 3) Para malaikat sama sekali tidak merasa iri. Jadi, bagaimana seharusnya perasaan kita ketika ada orang yang bertobat?

  • Anak yang Hilang Telah Kembali
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Seorang ayah memeluk putranya

      BAB 86

      Anak yang Hilang Telah Kembali

      LUKAS 15:11-32

      • PERUMPAMAAN TENTANG ANAK YANG HILANG

      Yesus kemungkinan masih berada di Perea, di timur Sungai Yordan, sewaktu dia menceritakan perumpamaan tentang domba yang tersesat dan uang logam yang hilang. Kedua perumpamaan itu mengajarkan bahwa kita harus bersukacita sewaktu seseorang bertobat. Orang Farisi dan ahli Taurat mengkritik Yesus karena dia baik hati kepada orang-orang yang seperti itu. Apakah mereka berubah pikiran setelah mendengar dua perumpamaan Yesus? Apakah mereka sudah paham bagaimana perasaan Bapak kita di surga terhadap orang yang bertobat? Yesus sekarang memberikan perumpamaan lain yang sangat bagus.

      Putra bungsu meminta bagian warisannya

      Perumpamaan ini bercerita tentang seorang ayah yang memiliki dua orang putra. Tokoh utamanya adalah putra yang kedua. Orang Farisi dan ahli Taurat serta para pendengar Yesus lainnya bisa belajar dari pengalaman putra bungsu itu. Namun, sikap sang ayah dan putra pertamanya juga penting untuk diperhatikan.

      Yesus memulai ceritanya, ”Seorang pria punya dua anak lelaki. Anak yang lebih muda berkata kepada ayahnya, ’Ayah, berikan harta bagianku.’ Ayahnya pun membagi hartanya kepada kedua anaknya.” (Lukas 15:11, 12) Anak ini meminta warisan padahal ayahnya belum meninggal. Dia ingin mendapat harta bagiannya saat itu juga, supaya dia bisa bersenang-senang dan hidup bebas. Setelah mendapatkannya, apa yang dia lakukan?

      Putra bungsu sedang bersenang-senang bersama para wanita

      Yesus melanjutkan, ”Beberapa hari kemudian, anak yang lebih muda itu mengumpulkan semua hartanya dan pergi ke negeri yang jauh. Di sana, dia hidup bejat dan berfoya-foya.” (Lukas 15:13) Anak itu pergi ke negeri lain, padahal dia bisa tinggal dengan aman di rumah bersama ayahnya yang menyayangi dia dan memenuhi kebutuhannya. Dia pun menggunakan hartanya untuk melampiaskan hawa nafsu. Setelah hartanya habis, hidupnya mulai susah.

      Yesus bercerita, ”Kelaparan yang parah terjadi di seluruh negeri itu. Dia pun jatuh miskin. Dia bahkan minta pekerjaan ke seorang penduduk negeri itu, dan dia disuruh menjaga babi di padang. Dia begitu lapar sampai-sampai ingin mengisi perutnya dengan makanan yang dimakan babi-babi itu. Tapi tidak ada yang memberinya makanan.”​—Lukas 15:14-16.

      Putra bungsu sedang duduk di bawah pohon dan melihat babi yang sedang makan

      Menurut Hukum Allah, babi dianggap najis, tapi anak itu tidak punya pilihan lain. Karena sangat lapar, dia bahkan mau makan makanan babi. Di tengah kesengsaraannya, dia pun sadar. Dia berpikir, ’Semua pekerja ayahku punya berlimpah makanan, sedangkan aku di sini sudah mau mati kelaparan! Aku akan berangkat dan pergi ke ayahku dan berkata kepadanya, ”Ayah, aku sudah berdosa kepada Allah dan kepada Ayah. Aku tidak layak lagi disebut anak Ayah. Jadikan aku pekerja Ayah saja.”’ Lalu dia pun pulang ke rumah ayahnya.​—Lukas 15:17-20.

      Apakah sang ayah akan memarahi anaknya karena dia bertindak bodoh dengan meninggalkan rumah? Apakah sang ayah akan bersikap dingin? Jika Saudara jadi ayah itu, bagaimana reaksi Saudara? Bagaimana kalau anak yang hilang itu adalah anak Saudara?

      ANAK YANG HILANG SUDAH DITEMUKAN

      Yesus menceritakan apa yang dilakukan ayah itu: ”Ketika [anak itu] masih jauh, ayahnya melihat dia dan tergerak oleh rasa kasihan. Maka ayahnya berlari, lalu memeluk dan menciumnya dengan lembut.” (Lukas 15:20) Sang ayah mungkin telah mendengar tentang kebejatan anaknya. Namun, dia tetap menyambut anaknya. Sikap sang ayah menggambarkan perasaan Yehuwa terhadap orang yang bertobat. Apakah para pemimpin agama Yahudi, yang mengaku mengenal dan menyembah Yehuwa, memahami hal itu? Apakah mereka sadar bahwa sikap Yesus sama dengan sikap Yehuwa?

      Dari raut wajah anaknya yang penuh penyesalan, ayah yang bijaksana itu tahu bahwa anaknya sudah bertobat. Anak itu lalu mengakui kesalahannya. Dia lebih mudah mengakuinya karena sang ayah dengan baik hati menyambut dia. Anak itu berkata, ”Ayah, aku sudah berdosa kepada Allah dan kepada Ayah. Aku tidak layak lagi disebut anak Ayah.”​—Lukas 15:21.

      Tapi, sang ayah berkata kepada budak-budaknya, ”Cepat! Ambil jubah yang paling bagus. Pakaikan itu padanya. Pasang cincin di jarinya dan sandal di kakinya. Potong juga anak sapi yang gemuk. Mari kita makan dan merayakan ini, karena anakku ini sudah mati tapi hidup lagi. Dia hilang tapi sudah ditemukan.” Mereka pun bersukaria.​—Lukas 15:22-24.

      Sang ayah berbicara dengan putra sulungnya

      Sementara itu, anak yang lebih tua sedang ada di ladang. Yesus berkata, ”Ketika dia pulang dan sudah hampir sampai di rumah, dia mendengar suara musik dan tari-tarian. Maka, dia memanggil seorang pelayan dan menanyakan apa yang terjadi. Pelayan itu menjawab, ’Adik Tuan pulang, dan ayah Tuan memotong anak sapi yang gemuk, karena adik Tuan kembali dalam keadaan sehat.’ Tapi dia marah dan tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan memohon agar dia masuk. Dia berkata kepada ayahnya, ’Sudah bertahun-tahun aku kerja seperti budak untuk Ayah, dan tidak pernah satu kali pun aku melawan perintah Ayah. Tapi Ayah tidak pernah memberi aku anak kambing untuk dinikmati bersama teman-temanku. Tapi begitu anak Ayah itu pulang, anak yang menghabiskan harta Ayah dengan pelacur, Ayah malah memotong sapi gemuk buat dia.’”​—Lukas 15:25-30.

      Para ahli Taurat dan orang Farisi seperti sang kakak, yang mengkritik belas kasihan dan perhatian Yesus kepada rakyat biasa dan orang berdosa. Jadi, Yesus memberikan perumpamaan ini untuk menegur mereka. Tapi, kita juga bisa belajar dari perumpamaan ini. Kita tidak boleh mengkritik belas kasihan Allah.

      Yesus menutup perumpamaannya dengan kata-kata sang ayah kepada anaknya yang lebih tua: ”Anakku, kamu selalu bersama Ayah. Semua milik Ayah adalah milik kamu juga. Tapi kita harus merayakan ini dan bersukacita, karena adikmu sudah mati tapi hidup lagi; dia hilang tapi sudah ditemukan.”​—Lukas 15:31, 32.

      Yesus tidak memberitahukan apa yang akhirnya dilakukan sang kakak. Namun setelah Yesus mati dan dibangkitkan, banyak imam mulai beriman kepada Yesus. (Kisah 6:7) Beberapa dari mereka mungkin mendengar langsung perumpamaan Yesus ini. Ya, bahkan orang-orang seperti mereka bisa sadar, bertobat, dan kembali kepada Allah.

      Semua pengikut Yesus harus merenungkan pelajaran-pelajaran penting dari perumpamaan tersebut. Pertama, kita harus tetap berada bersama umat Allah agar kita selalu dilindungi oleh Yehuwa, Bapak yang menyayangi kita dan memenuhi kebutuhan kita. Jangan sampai kita tergoda untuk mencari kesenangan di ”negeri yang jauh”.

      Kedua, jika kita menjauh dari Allah, kita harus dengan rendah hati kembali kepada Bapak kita, supaya kita bisa punya hubungan baik dengan-Nya lagi.

      Ketiga, kita harus meniru sang ayah yang baik hati dan berbelaskasihan. Sebagai umat Allah, kita harus rela mengampuni dan siap menyambut orang-orang yang sudah bertobat dan kembali kepada Yehuwa. Marilah kita bersukacita bersama saudara kita yang ”sudah mati tapi hidup lagi”, karena ”dia hilang tapi sudah ditemukan”!

  • Berpikir Jauh ke Depan dan Bertindak Bijaksana
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Seorang majikan memarahi pengurus rumahnya dan berkata bahwa dia akan mengusir pengurus itu

      BAB 87

      Berpikir Jauh ke Depan dan Bertindak Bijaksana

      LUKAS 16:1-13

      • PERUMPAMAAN TENTANG SEORANG PRIA KAYA DAN PENGURUS RUMAHNYA

      • GUNAKAN KEKAYAAN UNTUK ”MENDAPAT SAHABAT”

      Perumpamaan tentang anak yang hilang, yang baru saja Yesus ceritakan, seharusnya membuat para pemungut pajak, ahli Taurat, dan orang Farisi sadar bahwa Allah mau mengampuni orang yang bertobat. (Lukas 15:1-7, 11) Sekarang, Yesus memberikan perumpamaan lain kepada murid-muridnya. Perumpamaan ini bercerita tentang seorang pria kaya dan pengurus rumahnya.

      1. Sang pengurus memikirkan apa yang bisa dia lakukan untuk membuat masa depannya terjamin; 2. Pengurus itu mengurangi utang orang yang berutang kepada majikannya

      Pengurus itu dituduh memboroskan harta majikannya, jadi sang majikan ingin mengusir dia. Pengurus itu pun berkata dalam hati, ’Aku harus bagaimana? Sebentar lagi Tuan akan memecat aku. Aku tidak kuat mencangkul, dan aku malu kalau harus mengemis.’ Jadi, dia membuat rencana: ’Aku tahu harus lakukan apa, supaya waktu aku dipecat, orang-orang akan menyambut aku di rumah mereka.’ Dia langsung memanggil orang-orang yang berutang kepada majikannya dan bertanya, ”Berapa utangmu kepada majikan saya?”​—Lukas 16:3-5.

      Orang pertama menjawab, ”Seratus takaran minyak zaitun.” Itu sama dengan kira-kira 2.200 liter. Sang majikan mungkin adalah pedagang minyak atau pemilik kebun zaitun yang besar. Pengurus itu berkata, ”Ambil lagi perjanjian utangmu. Duduk dan cepat tulis 50 [1.100 liter].”​—Lukas 16:6.

      Pengurus tersebut lalu bertanya kepada yang lain, ”Kalau kamu, berapa utangmu?” Dia menjawab, ”Seratus takaran besar gandum,” atau sekitar 22.000 liter. Pengurus itu lalu mengatakan, ”Ambil lagi perjanjian utangmu, dan tulis 80.” Jadi, pengurus itu mengurangi utang orang tersebut sampai 20 persen.​—Lukas 16:7.

      Karena pengurus itu masih menangani keuangan majikannya, dia masih bisa mengurangi utang orang-orang kepada tuannya. Hasilnya, orang-orang itu jadi berutang budi kepada pengurus tersebut. Dengan begitu, dia mendapat sahabat yang bisa membantunya setelah dia kehilangan pekerjaannya nanti.

      Belakangan, sang majikan tahu apa yang terjadi. Walaupun dia mengalami kerugian, dia memuji pengurus tersebut karena meski tindakannya ”tidak benar”, dia ”bertindak cerdik”. Yesus berkata, ”Anak-anak dunia ini lebih cerdik daripada anak-anak terang.”​—Lukas 16:8.

      Yesus tidak membenarkan tindakan pengurus itu ataupun mengajar murid-muridnya untuk berbuat curang. Jadi, apa yang Yesus ajarkan? Dia berkata, ”Gunakan kekayaan yang tidak benar untuk mendapat sahabat. Dengan begitu, ketika kekayaan itu habis, mereka akan menerima kalian di tempat tinggal yang abadi.” (Lukas 16:9) Jadi, hamba-hamba Allah, yaitu ”anak-anak terang”, perlu berpikir jauh ke depan dan bertindak cerdik. Mereka harus menggunakan harta mereka dengan bijaksana supaya bisa mendapatkan kehidupan abadi di masa depan.

      Hanya Yehuwa dan Yesus yang bisa mengundang seseorang untuk memerintah dalam Kerajaan surga atau hidup selamanya di bumi sebagai rakyat Kerajaan itu. Jadi, kita sekarang perlu memperkuat persahabatan kita dengan Yehuwa dan Yesus. Caranya adalah dengan menggunakan harta kita untuk mendukung Kerajaan Allah. Dengan begitu, masa depan kita akan terjamin, bahkan saat emas, perak, dan harta lainnya lenyap atau tidak bernilai lagi.

      Yesus lalu mengatakan, ”Karena itu, kalau kalian tidak setia sewaktu menggunakan kekayaan yang tidak benar ini, siapa yang akan memercayakan kepada kalian kekayaan yang sejati?” Maksud Yesus, jika seseorang bisa mengatur dan menggunakan hartanya dengan bijaksana, dia juga bisa menjalankan berbagai tanggung jawab yang Allah berikan.​—Lukas 16:11.

      Yesus juga menunjukkan bahwa jika para murid ingin diterima di ”tempat tinggal yang abadi”, mereka tidak boleh mengutamakan kekayaan. Yesus mengatakan, ”Tidak ada pelayan yang bisa menjadi budak bagi dua majikan, karena dia akan membenci yang satu dan mengasihi yang lain, atau setia kepada yang satu dan meremehkan yang lain. Kalian tidak bisa menjadi budak Allah sekaligus budak Kekayaan.”​—Lukas 16:9, 13.

  • Pria Kaya dan Lazarus
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Seekor anjing menjilati bisul di tubuh Lazarus

      BAB 88

      Pria Kaya dan Lazarus

      LUKAS 16:14-31

      • PERUMPAMAAN TENTANG SEORANG PRIA KAYA DAN LAZARUS

      Yesus baru-baru ini menasihati murid-muridnya untuk menggunakan kekayaan mereka dengan bijak. Sebenarnya, orang Farisi yang ada di sana harus mencamkannya juga, karena mereka ”cinta uang”. Namun, mereka justru mengejek Yesus.​—Lukas 15:2; 16:13, 14.

      Meski begitu, Yesus dengan berani berkata, ”Kalian memberi kesan kepada orang-orang bahwa kalian berbuat benar, tapi Allah tahu isi hati kalian. Apa yang dianggap penting di mata manusia sebenarnya menjijikkan di mata Allah.”​—Lukas 16:15.

      Selama ini, orang Farisi ”dianggap penting di mata manusia”. Tapi, keadaan akan berubah. Orang yang dianggap penting, seperti orang kaya, pejabat, dan pemimpin agama, akan direndahkan. Sebaliknya, rakyat biasa yang mau diajar tentang Allah akan ditinggikan. Yesus menunjukkan bahwa perubahan besar ini sedang terjadi. Dia mengatakan:

      ”Taurat dan Tulisan Para Nabi diberitakan sampai zaman Yohanes. Sejak waktu itu, Kerajaan Allah diberitakan sebagai kabar baik, dan setiap orang berupaya keras untuk masuk ke sana. Ya, sekalipun langit dan bumi lenyap, tidak mungkin ada satu huruf atau satu titik pun dari Taurat yang tidak terwujud.” (Lukas 3:18; 16:16, 17) Dari mana kita tahu bahwa kata-kata Yesus itu menunjukkan bahwa perubahan sedang terjadi?

      Para pemimpin agama Yahudi mengaku bahwa mereka menaati Taurat dan membanggakan hal itu. Contohnya, ketika Yesus menyembuhkan seorang pria buta di Yerusalem, orang Farisi dengan sombong mengatakan, ”Kami murid Musa. Kami tahu bahwa Allah berbicara kepada Musa.” (Yohanes 9:13, 28, 29) Salah satu tujuan Hukum Musa diberikan adalah agar orang-orang yang rendah hati bisa mengenali Mesias, yaitu Yesus. Yohanes Pembaptis menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias dengan menyebut dia sebagai Anak Domba Allah. (Yohanes 1:29-34) Jadi sejak Yohanes memulai pelayanannya, ’Kerajaan Allah telah diberitakan’ kepada orang Yahudi yang rendah hati, terutama mereka yang miskin. Kabar baik telah tersedia bagi semua yang mau menjadi rakyat Kerajaan Allah.

      Saat itu, Hukum Musa sedang terwujud, atau mencapai tujuannya, karena Hukum itu membantu orang-orang mengenali Mesias dan menerima bantuannya. Jika Hukum itu sudah terwujud, umat Allah tidak perlu lagi menjalankannya. Misalnya, Hukum itu memperbolehkan pasangan suami istri bercerai karena berbagai alasan, tapi sekarang Yesus mengatakan, ”Kalau seseorang menceraikan istrinya dan menikahi wanita lain, dia berzina. Orang yang menikahi wanita yang diceraikan suaminya itu juga berzina.” (Lukas 16:18) Orang Farisi, yang suka membuat banyak aturan, sangat marah mendengar kata-kata itu.

      Yesus lalu menceritakan perumpamaan yang menunjukkan seberapa besar perubahan yang sedang terjadi saat itu. Dalam perumpamaan ini, ada dua tokoh utama. Sambil membacanya, ingatlah bahwa di antara pendengar Yesus waktu itu, ada orang-orang Farisi yang cinta uang dan terpandang di masyarakat.

      Seorang pria kaya berpakaian ungu melihat ke luar jendela

      ”Ada seorang pria kaya,” kata Yesus, ”bajunya dari kain ungu dan kain linen yang mahal. Tiap hari dia hidup senang dan mewah. Ada pengemis bernama Lazarus yang sering dibawa ke depan gerbang rumah orang kaya itu. Badannya penuh bisul. Pengemis itu ingin mengisi perutnya dengan sisa makanan yang jatuh dari meja orang kaya itu. Bahkan anjing-anjing sering datang dan menjilati bisulnya.”​—Lukas 16:19-21.

      Pria kaya itu pastilah orang Farisi yang cinta uang. Sama seperti pria tersebut, para pemimpin agama Yahudi senang memakai pakaian yang mewah dan mahal. Mereka juga ”kaya” karena mendapat banyak kehormatan dan perlakuan istimewa. Maka, kain ungu cocok menggambarkan kedudukan istimewa mereka, dan kain linen yang mahal cocok melambangkan sikap mereka yang sombong.​—Daniel 5:7.

      Bagaimana pandangan para pemimpin yang kaya dan sombong ini terhadap rakyat miskin? Mereka menghina orang-orang kecil ini dengan sebutan am haarets, atau rakyat negeri. Mereka menganggap orang-orang ini tidak memahami Taurat dan tidak layak diajar tentang Taurat. (Yohanes 7:49) Orang-orang itu seperti ”pengemis bernama Lazarus”, yang menunggu ”sisa makanan yang jatuh dari meja orang kaya itu”. Dan seperti Lazarus yang badannya penuh bisul, rakyat biasa juga dipandang rendah, seolah sakit secara rohani.

      Keadaan yang menyedihkan ini sudah berlangsung lama, tapi Yesus tahu bahwa sekarang keadaan akan benar-benar berubah.

      KEADAAN BERUBAH

      Lazarus di sebelah Abraham

      Yesus menceritakan apa yang terjadi. ”Belakangan,” katanya, ”pengemis itu mati dan para malaikat membawanya ke sisi Abraham. Orang kaya itu juga mati dan dikubur. Ketika sedang menderita di Kuburan, dia memandang ke atas dan dari jauh melihat Abraham dan Lazarus di sisinya.”​—Lukas 16:22, 23.

      Para pendengar Yesus tahu bahwa Abraham sudah lama meninggal. Kitab Suci jelas mengajarkan bahwa semua yang ada di dalam Kuburan tidak bisa melihat ataupun berbicara. (Pengkhotbah 9:5, 10) Jadi, apa maksud Yesus?

      Yesus tadi mengatakan bahwa ’Taurat dan Tulisan Para Nabi diberitakan sampai zaman Yohanes Pembaptis, tapi sejak waktu itu, Kerajaan Allah diberitakan sebagai kabar baik’. Jadi, sejak Yohanes dan Yesus memberitakan kabar baik, keadaan Lazarus dan juga pria kaya itu berubah. Mereka seolah-olah mati.

      Seperti Lazarus yang miskin, rakyat biasa pada zaman itu tadinya miskin secara rohani. Mereka hidup dari ’sisa makanan yang jatuh dari meja rohani’ para pemimpin agama. Tapi, mereka kemudian menerima kabar baik yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis dan Yesus. Allah pun berkenan kepada mereka, dan mereka sekarang mendapat banyak makanan rohani berupa kebenaran dari Kitab Suci dan terutama dari Yesus.

      Sementara itu, para pemimpin agama yang terpandang tidak mau menerima berita Kerajaan yang disampaikan oleh Yohanes dan Yesus. (Matius 3:1, 2; 4:17) Mereka malah panas hati dan menderita saat mendengar berita itu, karena isinya tentang api penghakiman Allah. (Matius 3:7-12) Orang-orang yang cinta uang itu ingin supaya Yesus dan murid-muridnya berhenti menyampaikan berita dari Allah sehingga mereka tidak menderita. Mereka digambarkan seperti pria kaya tadi yang berkata, ”Bapak Abraham, kasihanilah saya. Suruh Lazarus mencelupkan ujung jarinya ke air dan menyejukkan lidah saya. Saya sangat menderita dalam api yang berkobar ini.”​—Lukas 16:24.

      Pria kaya tersiksa dalam api

      Tapi, penderitaan mereka tidak akan berakhir. Mengapa? Pertama, kebanyakan pemimpin agama tidak mau berubah. Mereka tidak mau ”mendengarkan tulisan Musa dan Para Nabi”, yang seharusnya membuat mereka mau menerima Yesus sebagai Mesias dan Raja yang Allah tunjuk. (Lukas 16:29, 31; Galatia 3:24) Mereka dengan sombong menolak berita yang disampaikan rakyat biasa yang telah menjadi murid Yesus. Kedua, murid-murid Yesus tidak mungkin mengubah kebenaran hanya untuk menyenangkan para pemimpin agama. Ini terlihat dari kata-kata yang diucapkan ”Bapak Abraham” kepada pria kaya tersebut:

      ”Nak, ingatlah bahwa selama hidupmu kamu mendapat banyak hal baik, tapi Lazarus mendapat hal-hal buruk. Sekarang dia sedang dihibur di sini, tapi kamu sangat menderita. Selain itu, ada jurang besar yang dibuat di antara kami dan kalian. Dari sini tidak ada yang bisa pergi ke tempat kalian. Dari sana juga tidak ada yang bisa menyeberang ke tempat kami.”​—Lukas 16:25, 26.

      Para pemimpin agama Yahudi marah mendengar kata-kata Yesus

      Perubahan ini benar-benar adil! Para pemimpin agama yang sombong itu menderita, sementara para pengikut Yesus yang rendah hati disegarkan dan diberi makan secara rohani. (Matius 11:28-30) Beberapa bulan kemudian, Allah mencurahkan kuasa kudus-Nya pada hari Pentakosta tahun 33 M, dan perjanjian Hukum Musa diganti dengan perjanjian baru. (Yeremia 31:31-33; Kolose 2:14; Ibrani 8:7-13) Pada saat itu, jurang antara murid-murid Yesus dan para pemimpin agama menjadi semakin besar. Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa Allah berkenan kepada para murid, bukan kepada para pemimpin agama.

  • Yesus Mengajar di Perea dalam Perjalanan ke Yudea
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Seorang utusan memberi tahu Yesus bahwa Lazarus sedang sakit

      BAB 89

      Yesus Mengajar di Perea dalam Perjalanan ke Yudea

      LUKAS 17:1-10 YOHANES 11:1-16

      • JANGAN SAMPAI MEMBUAT ORANG TERSANDUNG

      • MENGAMPUNI DAN BERIMAN

      Yesus masih ada di wilayah Perea, di seberang Sungai Yordan. (Yohanes 10:40) Sekarang, dia melanjutkan perjalanannya ke arah selatan menuju Yerusalem.

      Yesus tidak sendirian. Murid-muridnya dan juga ”banyak orang” lainnya, termasuk para pemungut pajak dan orang berdosa, ikut dengan dia. (Lukas 14:25; 15:1) Orang Farisi dan para ahli Taurat, yang selalu mengkritik apa yang Yesus katakan dan lakukan, juga ada di sana. Yesus baru memberi mereka nasihat melalui perumpamaan tentang domba yang hilang, anak yang hilang, serta tentang pria kaya dan Lazarus.​—Lukas 15:2; 16:14.

      Para penentang Yesus berulang kali mengkritik dan mengejeknya. Mungkin karena itulah Yesus sekarang memberi tahu murid-muridnya beberapa hal yang pernah dia bahas di Galilea.

      Yesus mengatakan, ”Hal-hal yang membuat orang tersandung pasti akan datang. Tapi, sungguh celaka orang yang menjadi penyebabnya! . . . Hati-hatilah. Kalau saudaramu berbuat dosa, tegur dia, dan kalau dia bertobat, ampuni dia. Kalaupun dia berbuat dosa kepadamu tujuh kali sehari, dan tujuh kali dia berkata kepadamu, ’Aku minta maaf,’ kamu harus ampuni dia.” (Lukas 17:1-4) Kata-kata itu mungkin membuat Petrus ingat pada pertanyaannya tentang mengampuni hingga tujuh kali.​—Matius 18:21.

      Para murid ingin mengikuti nasihat Yesus itu, jadi mereka berkata kepada Yesus, ”Buatlah iman kami bertambah.” Yesus menjawab, ”Kalau kalian punya iman sebesar biji sesawi saja, kalian bisa berkata kepada pohon murbei hitam ini, ’Tercabutlah dan tertanamlah di laut!’ Dan pohon itu akan menaati kalian.” (Lukas 17:5, 6) Jadi, iman sekecil apa pun bisa membuat hal-hal menakjubkan terjadi.

      Yesus kemudian mengajarkan pentingnya bersikap rendah hati. Dia berkata, ”Katakanlah kalian punya budak yang membajak ladang atau menjaga ternak. Saat dia pulang, apa kalian akan berkata, ’Cepat ke sini dan makan di meja’? Sebaliknya, kalian pasti berkata, ’Siapkan makan malam saya. Pakai celemekmu dan layani saya sampai saya selesai makan dan minum. Setelah itu, kamu boleh makan dan minum.’ Kalian tidak akan berterima kasih kepada budak itu karena itu memang sudah tugasnya. Jadi, kalau kalian sudah lakukan semua yang ditugaskan, katakan, ’Kami budak yang tidak berguna. Kami hanya melakukan tugas kami.’”​—Lukas 17:7-10.

      Setiap budak Allah harus mengutamakan kepentingan Allah. Mereka juga harus ingat bahwa melayani Allah di dalam rumah tangga-Nya adalah suatu kehormatan.

      Kelihatannya tak lama setelah itu, datanglah seorang utusan dari Maria dan Marta. Mereka dan saudara mereka Lazarus tinggal di Betani, Yudea. Utusan itu berkata, ”Tuan, sahabat yang Tuan sayangi sedang sakit.”​—Yohanes 11:1-3.

      Meskipun mendengar kabar buruk itu, Yesus tidak terlalu terpukul. Mengapa? Dia berkata, ”Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tapi membawa kemuliaan bagi Allah, supaya Putra Allah dimuliakan melalui hal itu.” Setelah itu, Yesus tidak langsung berangkat ke Yudea. Dua hari kemudian, Yesus baru berkata, ”Ayo kita pergi ke Yudea lagi.” Para murid memprotes, ”Rabi, baru saja orang-orang Yudea berusaha melempari Rabi dengan batu. Sekarang Rabi mau ke sana lagi?”​—Yohanes 11:4, 7, 8.

      Yesus menjawab, ”Pada siang hari ada 12 jam, kan? Orang yang berjalan pada siang hari tidak akan tersandung apa pun, karena dia melihat terang dunia ini. Tapi orang yang berjalan pada malam hari akan tersandung, karena tidak ada terang dalam dirinya.” (Yohanes 11:9, 10) Maksud Yesus, waktu yang Allah tetapkan untuk pelayanannya belum habis. Tapi, waktunya tinggal sedikit, jadi Yesus harus memanfaatkan sisa waktunya dengan sebaik mungkin.

      Yesus lalu berkata, ”Lazarus sahabat kita sudah tidur, tapi aku pergi ke sana untuk membangunkan dia.” Para murid mungkin berpikir bahwa Lazarus memang sedang beristirahat, jadi mereka berkata, ”Tuan, kalau dia tidur, dia akan sembuh.” Maka Yesus dengan terus terang berkata, ”Lazarus sudah mati. . . . Ayo kita pergi ke tempatnya.”​—Yohanes 11:11-15.

      Tomas tahu bahwa Yesus bisa dibunuh di Yudea, tapi dia mau mendukung Yesus. Jadi dia berkata kepada murid-murid lain, ”Ayo kita pergi juga, supaya kita mati bersama dia.”​—Yohanes 11:16.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan