-
Tirulah Yesus yang Rendah Hati dan LembutMenara Pengawal—2015 | 15 Februari
-
-
Tirulah Yesus yang Rendah Hati dan Lembut
”Kristus menderita bagimu, meninggalkan bagimu suatu model agar kamu mengikuti langkah-langkahnya dengan saksama.”—1 PTR. 2:21.
1. Mengapa dengan meniru Yesus kita bisa mendekat kepada Yehuwa?
KITA biasanya ingin meniru orang yang kita kagumi. Dari semua manusia, Yesus Kristus-lah yang paling layak ditiru. Mengapa? Yesus pernah berkata, ”Ia yang telah melihat aku telah melihat Bapak juga.” (Yoh. 14:9) Ia meniru sifat-sifat Bapaknya dengan sempurna. Jadi, bila kita belajar tentang Yesus, kita belajar tentang Yehuwa. Dan bila kita meniru Yesus, kita mendekat kepada Yehuwa, Pribadi teragung di alam semesta. Hak istimewa yang sangat besar!
2, 3. (a) Mengapa Yehuwa memberi kita gambaran terperinci tentang kehidupan Yesus, dan apa yang Allah ingin kita lakukan? (b) Apa yang akan kita bahas dalam artikel ini dan artikel berikut?
2 Yehuwa memberi kita gambaran terperinci tentang kehidupan Yesus dalam Alkitab. Mengapa? Karena Allah ingin kita mengenal Putra-Nya supaya kita bisa meniru dia dengan saksama. (Baca 1 Petrus 2:21.) Alkitab menyamakan teladan Yesus dengan langkah, atau jejak kaki. Apa maksudnya? Yehuwa ingin kita meniru jejak Putra-Nya, yaitu segala tindakannya. Yesus memang sempurna, tetapi Yehuwa tidak meminta kita untuk meniru Putra-Nya dengan sempurna. Sebaliknya, Ia ingin kita berupaya sebisa-bisanya untuk meniru Yesus.
3 Mari kita bahas beberapa sifat bagus Yesus. Artikel ini akan membahas sifatnya yang rendah hati dan lembut. Artikel berikut akan membahas sifatnya yang berani dan berdaya pengamatan. Dari setiap sifat tersebut, kita akan menjawab tiga pertanyaan: Apa artinya itu? Bagaimana Yesus memperlihatkannya? Bagaimana kita bisa menirunya?
YESUS RENDAH HATI
4. Apa artinya rendah hati?
4 Apa artinya rendah hati? Orang yang sombong mengira bahwa orang yang rendah hati itu lemah atau kurang percaya diri. Benarkah begitu? Sebenarnya, untuk rendah hati, kita mesti kuat dan berani. Kerendahan hati bertolak belakang dengan kesombongan dan keangkuhan. Supaya rendah hati, kita perlu memiliki pandangan yang benar tentang diri sendiri. Sebuah kamus Alkitab berkata, ”Kerendahan hati berarti sadar betapa rendahnya kita di hadapan Allah.” Selain itu, kalau kita rendah hati, kita tidak merasa diri lebih hebat dari orang lain. (Rm. 12:3; Flp. 2:3) Manusia tak sempurna sulit memperlihatkan sifat ini. Tetapi, kita bisa belajar rendah hati jika kita merenungkan betapa agungnya Yehuwa dibanding kita dan juga meniru Yesus.
5, 6. (a) Siapa Mikhael sang penghulu malaikat? (b) Bagaimana Mikhael bersikap rendah hati?
5 Bagaimana Yesus memperlihatkan sifat rendah hati? Putra Allah selalu rendah hati, baik sebagai malaikat yang perkasa di surga maupun sebagai manusia yang sempurna di bumi. Mari kita lihat contohnya.
6 Sikapnya. Di kitab Yudas, terdapat kisah tentang kehidupan Yesus sebelum ia datang ke bumi. (Baca Yudas 9.) Sebagai Mikhael sang penghulu, atau pemimpin, para malaikat, Yesus ”berselisih dengan Iblis” dan ”berbantah mengenai tubuh Musa”. Setelah Musa mati, Yehuwa mengubur mayatnya di tempat yang tidak bisa ditemukan manusia. (Ul. 34:5, 6) Iblis bisa jadi ingin menggunakan mayat Musa untuk menyebarkan ibadat palsu. Apa pun tujuan Iblis, Mikhael dengan berani menghentikan dia. Sebuah buku referensi berkata bahwa kata ”berselisih” dan ”berbantah” juga digunakan untuk menggambarkan ”suatu pertikaian hukum” dan bisa berarti ”Mikhael ’menggugat hak Iblis’ untuk mengambil mayat Musa”. Meski begitu, sang penghulu malaikat tahu batas wewenangnya. Jadi, dia menyerahkan kasus ini kepada Yehuwa, sang Hakim Tertinggi, satu-satunya yang berhak menghakimi Setan. Yesus benar-benar bersikap rendah hati!
7. Bagaimana Yesus rendah hati dalam tutur kata dan tingkah laku?
7 Selama di bumi, Yesus juga memperlihatkan sifat rendah hati dalam tutur kata dan tingkah lakunya. Tutur katanya. Yesus tidak suka cari perhatian. Sebaliknya, dia ingin Bapaknya yang dimuliakan. (Mrk. 10:17, 18; Yoh. 7:16) Cara Yesus berbicara dengan murid-muridnya tidak pernah membuat mereka merasa bodoh atau lebih rendah. Ia justru merespek mereka dan menunjukkan bahwa ia percaya kepada mereka dengan memuji sifat baik mereka. (Luk. 22:31, 32; Yoh. 1:47) Tingkah lakunya. Yesus memilih untuk hidup sederhana tanpa banyak hal materi. (Mat. 8:20) Dia mau melakukan pekerjaan rendahan yang orang lain tidak mau lakukan. (Yoh. 13:3-15) Ia juga menjadi teladan kerendahan hati yang sempurna dengan berlaku taat. (Baca Filipi 2:5-8.) Tidak seperti orang-orang sombong yang tidak suka menaati orang lain, Yesus dengan rendah hati melakukan semua yang Yehuwa perintahkan, bahkan ”sampai mati”. Jelaslah Yesus, sang Putra manusia, ”rendah hati”.—Mat. 11:29.
TIRULAH YESUS YANG RENDAH HATI
8, 9. Bagaimana kita bisa memperlihatkan kerendahan hati?
8 Bagaimana kita bisa meniru Yesus yang rendah hati? Sikap kita. Jika kita rendah hati, kita sadar wewenang kita terbatas. Kita tidak berhak menghakimi orang lain. Kita tidak buru-buru mengkritik sewaktu mereka salah atau meragukan motif mereka. (Luk. 6:37; Yak. 4:12) Kerendahan hati membantu kita untuk tidak menjadi ”terlalu adil-benar”. Itu berarti kita tidak merasa diri lebih hebat daripada orang yang tidak punya kemampuan atau hak istimewa seperti kita. (Pkh. 7:16) Penatua yang rendah hati tidak merasa diri lebih unggul dari saudara-saudari lain. Para gembala yang pengasih ini justru ”menganggap orang lain lebih tinggi”, atau lebih penting.—Flp. 2:3; Luk. 9:48.
9 Perhatikan W. J. Thorn yang melayani sebagai pengawas keliling sejak 1894. Setelah bertahun-tahun dalam dinas itu, ia ditugasi mengurus ayam di Perladangan Kerajaan di New York. Saudara Thorn berkata bahwa tiap kali dia mulai merasa bahwa dia seharusnya melakukan pekerjaan yang lebih penting, dia berkata kepada dirinya, ”Heh kamu, debu yang tak berarti. Apa yang bisa kamu banggakan?” (Baca Yesaya 40:12-15.) Sungguh rendah hati!
10. Bagaimana kita memperlihatkan kerendahan hati dalam tutur kata dan tingkah laku?
10 Tutur kata kita. Kerendahan hati tercermin dari cara kita berbicara dengan orang lain. (Luk. 6:45) Sewaktu mengobrol, kita tidak menonjolkan hak istimewa dan prestasi kita. (Ams. 27:2) Sebaliknya, kita akan memuji tindakan, sifat, dan kemampuan saudara-saudari kita. (Ams. 15:23) Tingkah laku kita. Orang Kristen yang rendah hati tidak ingin menjadi orang penting atau tenar di dunia ini. Mereka malah memilih untuk hidup sederhana, bahkan melakukan pekerjaan rendahan, agar bisa melayani Yehuwa semaksimal mungkin. (1 Tim. 6:6, 8) Tetapi, kita terutama memperlihatkan kerendahan hati dengan berlaku taat. Kita mesti rendah hati agar bisa ’menaati mereka yang mengambil pimpinan’ di sidang dan menerima serta mengikuti arahan organisasi Yehuwa.—Ibr. 13:17.
YESUS LEMBUT
11. Apa artinya lembut?
11 Apa artinya lembut? Orang yang ”lembut” itu tidak kasar dan penyayang. Dengan bersikap lembut, seseorang memperlihatkan kasih dan sifat lembut ini mirip dengan keibaan hati dan belas kasihan. Alkitab menyebut tentang ”keibaan hati yang lembut”, ”belas kasihan yang lembut”, dan ’kasih sayang yang lembut’. (Luk. 1:78; 2 Kor. 1:3; Flp. 1:8) Sebuah buku tentang Alkitab berkata bahwa memperlihatkan kelembutan bukan sekadar kasihan kepada orang yang berkekurangan. Itu berarti ”begitu peduli sampai mau turun tangan dan membantu” dengan berbuat sesuatu agar kehidupan orang lain menjadi lebih baik. Jadi, orang yang lembut tergerak untuk menolong orang lain.
12. Bagaimana Yesus menunjukkan keibaan hati yang lembut kepada orang lain, dan sifat lembutnya memotivasi dia melakukan apa?
12 Bagaimana Yesus memperlihatkan kelembutan? Perasaan dan tindakannya. Yesus memiliki keibaan hati yang lembut kepada orang lain. Ketika melihat Maria sahabatnya dan orang-orang lain menangis karena kematian Lazarus, Yesus ikut menangis. (Baca Yohanes 11:32-35.) Keibaan hatinya ini, sama seperti ketika ia membangkitkan putra seorang janda, menggerakkannya untuk membangkitkan Lazarus. (Luk. 7:11-15; Yoh. 11:38-44) Tindakan yang lembut ini memberi Lazarus kesempatan untuk hidup di surga. Selain itu, keibaan hati Yesus yang lembut menggerakkannya untuk mengajarkan banyak hal kepada sekumpulan orang yang mengikutinya. (Mrk. 6:34) Itu pasti sangat berpengaruh atas kehidupan orang-orang yang mengikuti ajarannya! Kelembutannya juga mendorongnya untuk menolong orang yang berkekurangan.—Mat. 15:32-38; 20:29-34; Mrk. 1:40-42.
13. Bagaimana Yesus lembut dalam bertutur kata? (Lihat gambar di awal artikel.)
13 Tutur katanya. Keibaan hati Yesus menggerakkan ia berbicara dengan lembut, khususnya kepada orang yang tertindas. Rasul Matius mengutip kata-kata Yesaya tentang Yesus. Yesaya berkata, ”Buluh yang memar tidak akan ia remukkan, dan sumbu rami yang meredup tidak akan ia padamkan.” (Yes. 42:3; Mat. 12:20) Apa artinya? Yesus tidak kasar atau melecehkan orang lain. Kata-katanya justru menyegarkan mereka. Ia mengabarkan berita tentang harapan kepada ”yang patah hati”. (Yes. 61:1) Ia mengundang yang ”berjerih lelah dan dibebani tanggungan yang berat” untuk datang kepadanya dan ”menemukan kesegaran”. (Mat. 11:28-30) Ia meyakinkan para muridnya bahwa Allah memiliki kepedulian yang lembut kepada setiap hamba-Nya, termasuk ”mereka yang kecil”, yang tidak dianggap oleh dunia ini.—Mat. 18:12-14; Luk. 12:6, 7.
TIRULAH YESUS YANG LEMBUT
14. Bagaimana kita bisa menunjukkan perasaan yang lembut kepada orang lain?
14 Bagaimana kita bisa meniru kelembutan Yesus? Perasaan kita. Alkitab memberi tahu kita untuk berupaya memperlihatkan ”keibaan hati yang lembut”, sekalipun itu tidak mudah. Ini bagian dari ”kepribadian baru” yang Yehuwa minta agar kita semua kenakan. (Baca Kolose 3:9, 10, 12.) Bagaimana Saudara bisa menunjukkan perasaan lembut? Alkitab berkata agar kita membuka hati lebar-lebar. (2 Kor. 6:11-13) Dengarkan baik-baik kalau ada orang yang mencurahkan perasaan dan kekhawatirannya. (Yak. 1:19) Bayangkan, ’Kalau saya jadi dia, bagaimana perasaan saya? Apa yang saya butuhkan?’—1 Ptr. 3:8.
15. Bagaimana caranya kita bisa membantu orang yang berduka atau menderita?
15 Tingkah laku kita. Kelembutan menggerakkan kita membantu orang lain, khususnya yang berduka atau menderita. Bagaimana caranya? Roma 12:15 berkata, ”Menangislah bersama orang yang menangis.” Orang-orang sering kali lebih butuh penghiburan daripada solusi. Mereka perlu sahabat yang peduli dan yang mau mendengarkan. Seorang saudari yang merasa terhibur oleh saudara-saudari setelah kematian putrinya berkata, ”Saya menghargai saudara-saudari yang datang dan menangis bersama saya.” Kita juga bisa memperlihatkan kelembutan dengan memberikan bantuan praktis. Mungkin ada janda yang perlu bantuan untuk membetulkan rumahnya. Atau, bisa jadi ada lansia yang perlu bantuan untuk pergi berhimpun, berdinas, atau ke dokter. Tindakan kebaikan yang kecil sekalipun bisa sangat bermanfaat bagi seseorang. (1 Yoh. 3:17, 18) Dan yang terpenting, kita memperlihatkan kelembutan kepada orang lain dengan berbuat sebisa-bisanya untuk memberitakan kabar baik. Inilah cara terbaik untuk menolong orang-orang yang tulus!
Apakah Saudara memiliki kepedulian yang tulus kepada saudara-saudari? (Lihat paragraf 15)
16. Apa yang bisa kita katakan untuk menguatkan orang yang tertekan?
16 Tutur kata kita. Perasaan kita yang lembut akan menggerakkan kita untuk melalui ’perkataan menghibur orang-orang yang tertekan’. (1 Tes. 5:14) Apa yang bisa kita katakan untuk menguatkan mereka? Beri tahu mereka bahwa kita sangat peduli kepada mereka. Puji dan bantu mereka melihat sifat-sifat baik dan kemampuan mereka. Ingatkan mereka bahwa Yehuwa-lah yang membantu mereka menemukan kebenaran, jadi mereka pasti berharga di mata-Nya. (Yoh. 6:44) Yakinkan mereka bahwa Yehuwa sangat prihatin pada hamba-Nya yang ”patah hati” atau yang ”semangatnya remuk”. (Mz. 34:18) Kata-kata yang lembut bisa sangat menyegarkan mereka yang butuh dihibur.—Ams. 16:24.
17, 18. (a) Apa yang Yehuwa inginkan dari para penatua? (b) Apa yang akan kita bahas dalam artikel berikut?
17 Penatua, Yehuwa ingin kalian berlaku lembut terhadap domba-domba-Nya. (Kis. 20:28, 29) Ingatlah, tanggung jawab Saudara adalah mengajar, menganjurkan, dan menyegarkan mereka. (Yes. 32:1, 2; 1 Ptr. 5:2-4) Jadi, penatua yang memiliki keibaan hati yang lembut tidak akan mengendalikan saudara-saudari rohaninya dengan memaksakan aturan atau memanfaatkan rasa bersalah untuk menekan mereka berbuat lebih banyak padahal mereka tidak sanggup. Sebaliknya, penatua ingin saudara-saudarinya bahagia, dan ia percaya bahwa kasih mereka kepada Yehuwa akan memotivasi mereka memberikan yang terbaik kepada Allah.—Mat. 22:37.
18 Dengan merenungkan Yesus yang rendah hati dan lembut, kita akan terdorong untuk menirunya. Di artikel berikut, kita akan membahas cara meniru Yesus yang berani dan berdaya pengamatan.
-
-
Tirulah Yesus yang Berani dan Berdaya PengamatanMenara Pengawal—2015 | 15 Februari
-
-
Tirulah Yesus yang Berani dan Berdaya Pengamatan
”Meskipun kamu tidak pernah melihat dia, kamu mengasihi dia. Meskipun kamu tidak melihat dia sekarang ini, kamu memperlihatkan iman akan dia.”—1 PTR. 1:8.
1, 2. (a) Bagaimana agar kita bisa hidup selamanya? (b) Apa yang bisa membantu kita tetap berjalan di jalan menuju kehidupan?
KETIKA menjadi orang Kristen, kita seolah memulai suatu perjalanan. Kalau tetap setia kepada Allah, kita akan sampai ke tujuan dan hidup selamanya. Yesus berkata, ”Dia yang telah bertekun sampai ke akhir adalah orang yang akan diselamatkan.” (Mat. 24:13) Ya, untuk menyelesaikan perjalanan ini, kita harus setia kepada Allah sampai ”akhir”, entah akhir hidup kita atau akhir dunia Setan. Kita harus waspada agar tidak tersimpangkan oleh dunia ini. (1 Yoh. 2:15-17) Bagaimana kita bisa tetap berjalan di jalan ini?
2 Yesus adalah teladan sempurna. Dengan mempelajari catatan Alkitab tentang perjalanan Yesus, atau cara hidupnya, kita bisa mengenal pribadi seperti apa dia. Kita pun akan mengasihi dia dan beriman kepadanya. (Baca 1 Petrus 1:8, 9.) Rasul Petrus berkata bahwa Yesus meninggalkan teladan untuk kita ikuti dengan saksama. (1 Ptr. 2:21) Kalau kita meniru Yesus dengan cermat, kita bisa bertekun sampai akhir.a Di artikel sebelumnya, kita belajar cara meniru Yesus yang rendah hati dan lembut. Di artikel ini, kita akan belajar cara meniru Yesus yang berani dan berdaya pengamatan.
YESUS BERANI
3. Apa keberanian itu, dan bagaimana kita bisa berani?
3 Keberanian adalah perasaan yang bisa menguatkan dan membantu kita bertekun. Itu juga membantu kita membela apa yang benar. Keberanian membantu kita tetap tenang dan setia kepada Allah sewaktu mengalami cobaan. Keberanian berkaitan dengan rasa takut, harapan, dan kasih. Apa maksudnya? Jika kita takut membuat Allah tidak senang, kita tidak akan takut kepada manusia. (1 Sam. 11:7; Ams. 29:25) Menaruh harapan kepada Yehuwa membantu kita fokus pada masa depan, bukan cobaan yang kita hadapi. (Mz. 27:14) Kasih yang tidak mementingkan diri mendorong kita untuk berani ketika dianiaya. (Yoh. 15:13) Kita bisa berani dengan percaya kepada Allah dan dengan meniru Putra-Nya.—Mz. 28:7.
4. Bagaimana Yesus menunjukkan keberanian di bait? (Lihat gambar di awal artikel.)
4 Sewaktu berusia 12 tahun, Yesus menunjukkan keberanian ketika dia ’duduk di bait, di tengah-tengah para guru’. (Baca Lukas 2:41-47.) Guru-guru agama itu kenal betul Hukum Musa juga tradisi Yahudi. Tradisi ini membuat Hukum Musa sulit ditaati. Tetapi, pengetahuan mereka tidak membuat Yesus takut. Ia terus ”mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka”. Ini bukan sekadar pertanyaan anak kecil. Ia mengajukan banyak pertanyaan sulit yang membuat para guru itu berpikir keras. Dan, mereka tidak bisa menjebak Yesus dengan pertanyaan-pertanyaan. Semua yang mendengarkan, termasuk para guru, ”merasa takjub akan pengertian dan jawaban-jawabannya”. Ya, Yesus dengan berani membela kebenaran Firman Allah!
5. Bagaimana Yesus memperlihatkan keberanian selama pelayanannya?
5 Selama pelayanannya, Yesus memperlihatkan keberanian dengan berbagai cara. Misalnya, ia membeberkan kepada orang-orang bahwa para pemimpin agama telah menyesatkan mereka dengan ajaran palsu. (Mat. 23:13-36) Yesus juga tidak terbawa oleh pengaruh buruk dunia ini. (Yoh. 16:33) Ia terus mengabar meski ditentang. (Yoh. 5:15-18; 7:14) Dua kali dia membersihkan bait, dengan berani mengusir mereka yang mencemari ibadat sejati di sana.—Mat. 21:12, 13; Yoh. 2:14-17.
6. Bagaimana Yesus memperlihatkan keberanian pada hari terakhir kehidupannya di bumi?
6 Perhatikan keberanian Yesus pada hari terakhir kehidupannya di bumi. Yesus sudah tahu apa yang bakal terjadi begitu Yudas mengkhianatinya. Namun, pada perjamuan Paskah, Yesus berkata kepada Yudas, ”Apa yang hendak engkau lakukan, lakukanlah dengan lebih cepat.” (Yoh. 13:21-27) Lalu, di taman Getsemani, Yesus berani memberitahukan siapa dirinya kepada para prajurit yang hendak menangkapnya. Meski hidupnya terancam, ia melindungi murid-muridnya dengan meminta para prajurit, ”Biarkan mereka ini pergi.” (Yoh. 18:1-8) Belakangan, sewaktu ditanyai di hadapan mahkamah agung Yahudi, Yesus berani menyatakan bahwa dirinya Kristus dan Putra Allah. Ia tidak takut, sekalipun imam besar mencari-cari alasan untuk membunuhnya. (Mrk. 14:60-65) Yesus tetap mempertahankan integritas kepada Allah dan mati pada tiang siksaan. Dengan napas terakhirnya, dia berseru, ”Sudah terlaksana!”—Yoh. 19:28-30.
TIRULAH YESUS YANG BERANI
7. Kaum muda, bagaimana perasaan kalian menjadi Saksi Yehuwa, dan bagaimana kalian bisa memperlihatkan keberanian?
7 Bagaimana kita bisa meniru keberanian Yesus? Di sekolah. Kamu berani ketika kamu memberi tahu teman sekelasmu atau orang lain bahwa kamu Saksi Yehuwa. Itu artinya kamu bangga menyandang nama Yehuwa, meskipun kamu bisa saja diejek. (Baca Mazmur 86:12.) Ada yang mungkin menekan kamu untuk percaya evolusi. Tetapi, kamu bisa yakin bahwa apa yang Alkitab katakan soal penciptaan itu benar. Kamu bisa menggunakan brosur Asal Mula Kehidupan—Lima Pertanyaan yang Patut Direnungkan untuk menjawab orang yang ingin tahu ”alasan untuk harapan yang ada padamu”. (1 Ptr. 3:15) Kamu akan merasa puas karena telah membela kebenaran Alkitab dengan berani!
8. Mengapa kita bisa berani mengabar?
8 Dalam dinas. Sebagai orang Kristen sejati, kita perlu terus ”berbicara dengan penuh keberanian dengan wewenang dari Yehuwa”. (Kis. 14:3) Mengapa kita bisa berani mengabar? Pertama, karena kita tahu berita kita berasal dari Alkitab, yang adalah kebenaran. (Yoh. 17:17) Kedua, ’kita rekan sekerja Allah’, dan Ia memberi kita roh kudus-Nya untuk membantu kita. (1 Kor. 3:9; Kis. 4:31) Ketiga, kita mengasihi Yehuwa dan orang lain, jadi kita tergerak untuk berbuat sebisa-bisanya dalam memberitakan kabar baik. (Mat. 22:37-39) Karena berani, kita tidak akan berhenti mengabar. Kita bertekad mengajarkan kebenaran kepada orang yang telah ’dibutakan’ atau disesatkan para pemimpin agama. (2 Kor. 4:4) Kita akan terus memberitakan kabar baik walaupun ditolak atau dianiaya.—1 Tes. 2:1, 2.
9. Bagaimana kita bisa memperlihatkan keberanian sewaktu mengalami cobaan?
9 Sewaktu mengalami cobaan. Jika kita percaya kepada Allah, Ia akan memberi kita iman dan keberanian yang kita butuhkan untuk bertekun menanggung kesulitan. Bila orang yang kita kasihi meninggal, kita berduka, tetapi tidak putus asa. Kita yakin bahwa ”Allah segala penghiburan” akan menguatkan kita. (2 Kor. 1:3, 4; 1 Tes. 4:13) Bila sakit atau cedera, kita menderita, tetapi kita menolak perawatan yang tidak menyenangkan Allah. (Kis. 15:28, 29) Bila tertekan, ”hati kita menghukum kita”, tetapi kita tidak menyerah. Kita percaya kepada Yehuwa, yang ”dekat dengan orang-orang yang patah hati”.b—1 Yoh. 3:19, 20; Mz. 34:18.
YESUS BERDAYA PENGAMATAN
10. Apa artinya berdaya pengamatan, dan seperti apa kata-kata dan tindakan orang Kristen yang berdaya pengamatan?
10 Berdaya pengamatan berarti sanggup membedakan yang benar dan yang salah, lalu memilih untuk melakukan yang benar. (Ibr. 5:14) Orang Kristen yang berdaya pengamatan membuat keputusan yang akan memperkuat hubungannya dengan Allah. Ia berhati-hati agar kata-katanya tidak menyakiti orang lain. Ia justru menyenangkan Yehuwa karena memilih kata-kata yang membina. (Ams. 11:12, 13) Ia ”lambat marah”. (Ams. 14:29) Ia ”berjalan lurus ke depan” di jalan yang benar. (Ams. 15:21) Bagaimana kita bisa memiliki daya pengamatan? Kita harus mempelajari Firman Allah dan menerapkannya. (Ams. 2:1-5, 10, 11) Kita juga bisa mempelajari dan meniru teladan sempurna dari Yesus yang berdaya pengamatan.
11. Bagaimana Yesus memperlihatkan daya pengamatan melalui tutur katanya?
11 Segala kata dan perbuatan Yesus menunjukkan bahwa dia berdaya pengamatan. Tutur katanya. Sewaktu memberitakan kabar baik, ’perkataan Yesus menawan hati’ sehingga para pendengarnya takjub. (Mat. 7:28; Luk. 4:22) Ia sering membacakan atau merujuk ke Firman Allah. Ia tahu persis ayat mana yang cocok digunakan dalam berbagai situasi. (Mat. 4:4, 7, 10; 12:1-5; Luk. 4:16-21) Orang-orang yang mendengar penjelasan Yesus tentang Alkitab sangat tersentuh. Setelah dibangkitkan, Yesus mengobrol dengan dua muridnya dalam perjalanan ke Emaus. Ia menjelaskan makna ayat-ayat tentang dirinya. Murid-murid itu berkata, ”Bukankah hati kita berkobar-kobar ketika ia sedang berbicara kepada kita dalam perjalanan, ketika ia membukakan sepenuhnya Tulisan-Tulisan Kudus kepada kita?”—Luk. 24:27, 32.
12, 13. Apa buktinya Yesus lambat marah dan bersikap masuk akal?
12 Perasaan dan sikapnya. Daya pengamatan membuat Yesus ”lambat marah”. (Ams. 16:32) Ia sanggup mengendalikan emosinya, dan ia ”berwatak lembut”. (Mat. 11:29) Yesus selalu sabar terhadap murid-muridnya yang berbuat salah. (Mrk. 14:34-38; Luk. 22:24-27) Dan, ia tetap tenang sewaktu diperlakukan dengan buruk.—1 Ptr. 2:23.
13 Daya pengamatan membuat Yesus bersikap masuk akal. Ia mengerti prinsip di balik Hukum Musa, dan ini memengaruhi cara ia memperlakukan orang lain. Misalnya, pikirkan tentang wanita ”yang menderita perdarahan”. (Baca Markus 5:25-34.) Dia menerobos kumpulan orang, menyentuh jubah Yesus, dan menjadi sembuh. Menurut Hukum dia najis, jadi dia tidak boleh menyentuh siapa pun. (Im. 15:25-27) Tetapi, Yesus tidak kasar kepadanya. Mengapa? Karena ia mengerti bahwa sifat-sifat seperti ”belas kasihan dan kesetiaan” lebih penting daripada menaati Hukum dengan kaku. (Mat. 23:23) Ia dengan baik hati berkata, ”Anak perempuan, imanmu telah membuatmu sembuh. Pergilah dengan damai, dan sehatlah dari penyakitmu yang memedihkan hati.” Benar-benar teladan yang bagus!
14. Apa yang Yesus pilih sebagai kariernya, dan bagaimana dia bisa tetap fokus dalam pelayanan?
14 Jalan hidupnya. Dalam menjalani hidupnya, Yesus memperlihatkan daya pengamatan. Ia memilih dinas pelayanan sebagai kariernya. (Luk. 4:43) Semua keputusan yang Yesus buat membantunya fokus dalam pelayanan dan menyelesaikan tugasnya. Misalnya, ia hidup sederhana sehingga waktu dan tenaganya bisa dipakai untuk dinas. (Luk. 9:58) Ia tahu pentingnya melatih orang lain agar mereka bisa meneruskan pekerjaan pengabaran setelah kematiannya. (Luk. 10:1-12; Yoh. 14:12) Dan, ia berjanji untuk terus membantu murid-muridnya dalam pelayanan ”sampai penutup sistem ini”.—Mat. 28:19, 20.
TIRULAH YESUS YANG BERDAYA PENGAMATAN
Daya pengamatan membantu kita mengerti kebutuhan serta minat orang-orang, dan memilih kata-kata dengan cermat (Lihat paragraf 15)
15. Bagaimana kita bisa memperlihatkan daya pengamatan melalui tutur kata kita?
15 Bagaimana kita bisa meniru Yesus yang berdaya pengamatan? Tutur kata kita. Sewaktu berbicara dengan saudara-saudari, kita menggunakan kata-kata yang membina, bukannya membinasakan. (Ef. 4:29) Sewaktu berbicara tentang Kerajaan Allah kepada orang lain, kata-kata kita hendaknya ”dibumbui dengan garam”, atau bijaksana. (Kol. 4:6) Kita mencoba mengerti kebutuhan dan minat mereka, lalu memilih kata-kata kita dengan cermat. Jika tutur kata kita baik, orang mungkin mau mendengarkan, dan berita kita bisa menyentuh hati mereka. Selain itu, sewaktu menjelaskan kepercayaan kita, sebisa mungkin kita membacakan Alkitab. Kita tahu bahwa berita Alkitab lebih berkuasa daripada apa pun yang bisa kita katakan.—Ibr. 4:12.
16, 17. (a) Bagaimana kita bisa memperlihatkan bahwa kita lambat murka dan masuk akal? (b) Bagaimana kita bisa tetap fokus dalam pelayanan?
16 Perasaan dan sikap kita. Daya pengamatan membantu kita mengendalikan emosi sewaktu sedang tertekan, dan kita pun bisa ”lambat murka”. (Yak. 1:19) Ketika ada yang menyinggung perasaan kita, kita mencoba mengerti mengapa mereka berkata atau bersikap begitu. Dengan demikian, kita bisa lebih mudah memaafkan mereka dan tidak menjadi marah. (Ams. 19:11) Daya pengamatan juga membantu kita bersikap masuk akal. Kita ingat saudara-saudari kita tidak sempurna dan mungkin punya masalah yang tidak sepenuhnya kita pahami. Kita mau mendengarkan pendapat mereka. Dan kalau bisa, kita mengalah dan tidak memaksakan cara kita.—Flp. 4:5.
17 Jalan hidup kita. Kita tahu bahwa memberitakan kabar baik adalah hak istimewa yang terbesar. Jadi, kita ingin membuat keputusan yang akan membantu kita tetap fokus dalam pelayanan. Kita mendahulukan Yehuwa dalam hidup kita. Kita hidup sederhana agar waktu dan energi kita bisa digunakan untuk memberitakan kabar baik sebelum akhir itu tiba.—Mat. 6:33; 24:14.
18. Bagaimana kita bisa terus berjalan menuju kehidupan abadi, dan apa tekad Saudara?
18 Ya, belajar tentang beberapa sifat bagus Yesus ini sangat menyenangkan! Pikirkan manfaatnya mempelajari sifat-sifatnya yang lain dan belajar menjadi seperti dia. Maka, bertekadlah untuk meniru Yesus. Dengan begitu, kita akan terus berjalan menuju kehidupan abadi dan mendekat kepada Yehuwa.
a Satu Petrus 1:8, 9 ditujukan kepada orang Kristen yang memiliki harapan ke surga. Tetapi, ini juga berlaku bagi orang Kristen yang memiliki harapan untuk hidup selamanya di bumi.
b Untuk contoh orang-orang yang memperlihatkan keberanian sewaktu mengalami cobaan, lihat Menara Pengawal 1 Desember 2000, halaman 24-28; Sedarlah! 22 April 2003, halaman 18-21; dan Awake! 22 Januari 1995, halaman 11-15.
-