-
Teruslah Hidup Sebagai Anak-Anak AllahMenara Pengawal—1986 (Seri 26) | Menara Pengawal—1986 (Seri 26)
-
-
Teruslah Hidup Sebagai Anak-Anak Allah
”Setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.”—1 YOHANES 3:10.
1, 2. Seraya kita meneruskan pelajaran kita tentang Satu Yohanes, nasihat rasul yang mana akan kita bahas?
YEHUWA mempunyai keluarga universal, dan ada orang-orang yang kini menjadi bagian dari padanya. Mereka adalah anak-anak Allah. Namun bagaimana mereka berbeda dari orang-orang lain?
2 Dalam suratnya yang pertama yang diilhami ilahi, rasul Yohanes menunjukkan siapa orang-orang yang sangat diperkenan ini. Ia juga memberikan nasihat yang membantu mereka untuk terus hidup sebagai _anak-anak Allah. Dan apa yang ia katakan berfaedah bagi semua saksi Yehuwa yang berbakti.
Betapa Besar Kasih Allah!
3. Bagaimana beberapa orang telah dijadikan ”anak-anak Allah,” dan bagaimana pandangan dunia terhadap mereka?
3 Yohanes menyebut tentang harapan dari orang-orang Kristen yang terurap. (Baca 1 Yohanes 3:1-3.) Betapa besar kasih yang Yehuwa perlihatkan dengan mengangkat mereka sebagai putra-putra rohani, menjadikan mereka ”anak-anak Allah”! (Roma 5:8-10) Semangat mereka yang saleh, tujuan, dan harapan mereka tidak dimiliki oleh ”dunia”—masyarakat manusia yang jahat. Masyarakat yang duniawi itu membenci Kristus dan para pengikutnya dan dengan demikian juga sang Bapa. (Yohanes 15:17-25) Jadi dunia mungkin mengenal orang-orang yang terurap sebagai pribadi-pribadi tetapi tidak sebagai anak-anak Allah karena ”dunia tidak mengenal” Yehuwa.—1 Korintus 2:14.
4. Setiap orang yang mempunyai harapan kehidupan surgawi harus berbuat apa?
4 Sekarang ini juga, orang-orang yang terurap adalah anak-anak Allah. ”Tetapi,” kata Yohanes, ”belum nyata apa keadaan kita kelak” setelah mati setia dan dibangkitkan kepada kehidupan surgawi dengan tubuh roh. (Filipi 3:20, 21) Tetapi, bila Allah ”dinyatakan,” (NW) mereka akan menjadi ”sama seperti Dia” dan akan ”melihat Dia dalam keadaanNya yang sebenarnya,” yaitu sebagai ”[Yehuwa] yang adalah Roh.” (2 Korintus 3:17, 18) Setiap orang yang mempunyai ”pengharapan” kehidupan surgawi ini harus tergerak untuk menyucikan dirinya ”sama seperti Dia [Yehuwa] yang adalah suci.” Meskipun orang-orang yang diurapi kini tidak sempurna, mereka harus menempuh kehidupan yang bersih selaras dengan harapan mereka untuk melihat Allah yang murni dan kudus di alam surgawi.—Mazmur 99:5, 9; 2 Korintus 7:1.
Berbuat Kebenaran
5, 6. Setiap orang yang terus-menerus berbuat dosa melakukan apa dalam sudut pandangan Allah, namun dalam hal ini, apa yang benar berkenaan mereka yang tetap ”hidup bersatu dengan” Yesus Kristus?
5 Hidup sebagai anak-anak Allah juga berarti melakukan apa yang benar. (Baca 1 Yohanes 3:4, 5.) ’Setiap orang yang berbuat dosa, adalah melanggar hukum’ dari sudut pandangan Yehuwa, yang hukum-hukumNya telah dilanggar oleh pedosa itu. (Yesaya 33:22; Yakobus 4:12) Semua ”dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” Melakukan dosa bertentangan dengan semangat Kristen, dan kita bersyukur bahwa Yesus Kristus ”menyatakan diriNya” sebagai manusia ”supaya Ia menghapus segala dosa.” Karena ”di dalam Dia tidak ada dosa,” ia dapat mempersembahkan kepada Allah satu-satunya korban penghapusan dosa yang benar-benar memuaskan.—Yesaya 53:11, 12; Ibrani 7:26-28; 1 Petrus 2:22-25.
6 ”Semua orang yang hidup bersatu dengan Kristus [sang Putra], tidak terus-menerus berbuat dosa.” (Baca 1 Yohanes 3:6, BIS.) Karena tidak sempurna, kita mungkin kadang-kadang berbuat dosa. Tetapi dosa bukan suatu kebiasaan dari orang-orang yang tetap bersatu dengan Putra dan, karena itu, bersatu dengan Bapa. Orang-orang yang terus-menerus berbuat dosa tidak ”melihat” Yesus dengan mata iman; dan pedosa-pedosa yang terbiasa itu sama seperti orang-orang yang murtad juga tidak ”mengenal” dan menghargai Kristus sebagai ”Anak domba Allah” yang mengadakan penghapusan dosa.—Yohanes 1:36.
7, 8. Menurut 1 Yohanes 3:7, 8, orang yang dengan sengaja terus berbuat dosa berasal dari siapa, tetapi Putra Allah ”menyatakan diriNya” untuk berbuat apa dalam hal ini?
7 Yohanes memperingatkan agar kita tidak disesatkan. (Baca 1 Yohanes 3:7, 8.) ”Janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu,” kata sang rasul, dan menambahkan, ”Barangsiapa yang berbuat kebenaran [dengan mentaati hukum Allah] adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar.” Keadaan kita yang berdosa menghalangi kita untuk berlaku benar dalam kadar yang sama seperti Teladan yang Agung. Namun melalui kasih kemurahan Yehuwa, para pengikut Yesus yang terurap kini dapat tetap hidup sebagai anak-anak Allah.
8 Orang yang terus berbuat dosa dengan sengaja ”berasal dari Iblis,” yang telah berbuat dosa ”dari mula” karir pemberontakannya melawan Yehuwa. Namun Putra Allah ”menyatakan diriNya” untuk ”membinasakan perbuatan-perbuatan” Setan dalam memperkembangkan dosa dan kejahatan. Ini termasuk menyingkirkan akibat dari kematian karena Adam dengan penghapusan dosa melalui Kristus dan kebangkitan dari orang-orang yang ada dalam Sheol (Hades), maupun peremukan kepala Setan. (Kejadian 3:15; 1 Korintus 15:26) Sementara itu, marilah kita, kaum sisa yang terurap dan ”kumpulan besar,” tetap waspada agar tidak terus berbuat dosa dan kejahatan.
Menaati Hukum Allah
9. Dalam hal apa seorang Kristen yang dilahirkan dengan roh ”tidak dapat terus-menerus berbuat dosa,” dan mengapa ini demikian?
9 Yohanes kemudian membuat perbedaan antara anak-anak Allah dan anak-anak Iblis. (Baca 1 Yohanes 3:9-12.) Setiap orang ”yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi,” atau menjadikan hal itu suatu kebiasaan atau praktek. ”Benih,” atau roh suci Yehuwa yang ’melahirkan kembali’ seseorang kepada harapan surgawi, tetap ada dalam pribadi itu kecuali jika ia menolak dan karena itu ”mendukakan” roh itu, sehingga Allah menariknya kembali. (1 Petrus 1:3, 4, 18, 19, 23; Efesus 4:30) Agar tetap menjadi anak Allah, seorang Kristen yang dilahirkan dengan roh ”tidak dapat terus-menerus berbuat dosa.” (BIS) Sebagai ”ciptaan baru” dengan ”kepribadian baru (NW),” ia berjuang melawan dosa. Ia telah ”luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan,” dan tak terpikirkan olehnya untuk menjadi seorang yang terbiasa berbuat dosa.—2 Korintus 5:16, 17; Kolose 3:5-11; 2 Petrus 1:4.
10. Apa salah satu cara untuk membedakan antara anak-anak Allah dan anak-anak Iblis?
10 Satu cara untuk membedakan anak-anak Allah dari anak-anak Iblis ialah, ”Setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah.” Kejahatan merupakan ciri yang sangat khas dari anak-anak Iblis sehingga mereka ”tidak dapat tidur, bila tidak berbuat jahat; kantuk mereka lenyap, bila mereka tidak membuat orang tersandung.” Dan itulah yang ingin dilakukan oleh orang-orang yang murtad terhadap orang-orang Kristen yang loyal.—Amsal 4:14-16.
11. (a) Apa cara lain untuk mengenali mereka yang bukan anak-anak Allah? (b) Dengan merenungkan haluan Kain kita seharusnya digerakkan untuk berbuat apa?
11 Selanjutnya dikatakan, ”demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya [tidak berasal dari Allah].” Sebenarnya, ”berita” yang telah kita dengar ”dari mula” atau awal kehidupan kita sebagai Saksi-Saksi Yehuwa ialah bahwa ”kita harus saling mengasihi.” (Yohanes 13:34) Jadi kita ”bukan seperti Kain,” yang menunjukkan bahwa ia ”berasal dari si jahat” dengan ”membunuh adiknya” secara kejam, suatu ciri khas dari pembunuh manusia, Setan. (Kejadian 4:2-10; Yohanes 8:44) Kain membunuh Habel ”sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar.” Pasti, dengan merenungkan haluan Kain, seharusnya kita waspada agar juga tidak membenci saudara rohani kita.
Kasih ”dengan Perbuatan dan dalam Kebenaran”
12. Bagaimana ”kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup,” dan apa artinya ini?
12 Jika kita meniru Kain, kita akan mati secara rohani. (Baca 1 Yohanes 3:13-15.) Ia sangat membenci saudaranya sehingga membunuhnya, dan kita tidak heran bahwa dunia ini juga membenci kita, karena Yesus menubuatkan hal ini. (Markus 13:13) Tetapi ”kita tahu [atau, yakin], bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut [rohani] ke dalam hidup [kekal], yaitu karena kita mengasihi saudara kita,” sesama saksi dari Yehuwa. Karena kasih persaudaraan itu, disertai dengan iman dalam Kristus, kita tidak lagi ’mati’ dalam pelanggaran dan dosa, tetapi Allah telah mencabut kutukanNya dari kita, dan kita telah dibangkitkan dari kematian rohani, dan diberi harapan hidup kekal. (Yohanes 5:24; Efesus 2:1-7) Orang-orang murtad yang tidak mempunyai kasih tidak mempunyai harapan sedemikian, karena ”barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut [rohani].”
13. Jika kita membenci saudara kita, mengapa kita harus mengemukakan hal ini dalam doa?
13 Sesungguhnya, ”setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia.” Mungkin ia tidak akan benar-benar membunuh secara jasmani (seperti ketika Kain membunuh Habel karena iri dan benci), tetapi orang yang membenci lebih senang jika saudara rohaninya tidak hidup. Karena Yehuwa dapat membaca hati, orang yang membenci itu terkutuk. (Amsal 21:2; bandingkan Matius 5:21, 22.) ”Pembunuh manusia” atau pembenci rekan seiman tersebut, yang tidak mau bertobat, tidak ”tetap memiliki hidup yang kekal, di dalam dirinya.” Jadi jika kita membenci seorang rekan Saksi dengan diam-diam, bukankah kita harus berdoa meminta bantuan Yehuwa untuk mengubah roh kita menjadi kasih persaudaraan?
14. Sejauh mana kita dituntut untuk memperlihatkan kasih persaudaraan?
14 Jika kita ingin tetap hidup sebagai anak-anak Allah, kita harus memperlihatkan kasih persaudaraan dengan kata-kata dan perbuatan. (Baca 1 Yohanes 3:16-18.) Hal ini seharusnya dapat, karena ’kita mengetahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawaNya [atau, ”kehidupan”] untuk kita.’ Karena Yesus memperlihatkan kasih sejauh itu, kita harus memperlihatkan kasih yang berprinsip (bahasa Yunani a·gaʹpe) yang sama kepada rekan-rekan seiman. Dalam masa penindasan, misalnya, ”kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita,” sama seperti Priska dan Akwila ”mempertaruhkan nyawanya untuk hidup [rasul Paulus].”—Roma 16:3, 4; Yohanes 15:12, 13.
15. Jika seorang saudara serba kekurangan dan kita mempunyai ”harta duniawi untuk membiayai hidup ini,” maka apa yang dituntut oleh kasih dari kita?
15 Jika kita ingin menyerahkan kehidupan demi saudara-saudara kita, kita harus mau melakukan hal-hal yang tidak terlalu menuntut demi kepentingan mereka. Andai kata kita mempunyai ”harta duniawi [”untuk membiayai hidup ini,” NW]”—uang, makanan, pakaian, dan lain sebagainya, yang disediakan dunia ini. Kita mungkin ”melihat” seorang saudara yang kekurangan, bukan hanya melihat sepintas lalu tetapi benar-benar memperhatikan keadaan itu. Keadaan yang menyedihkan dari saudara itu mungkin akan membuka ”pintu hati [”belas kasihan,” NW]” kita atau perasaan kita yang paling dalam. Namun bagaimana jika kita menutup ”pintu” itu dengan keras dengan membiarkan sifat mementingkan diri menghalangi niat kita untuk membantu dia? Maka ”bagaimanakah kasih Allah” dapat tetap tinggal dalam diri kita? Berbicara mengenai kasih persaudaraan saja tidak cukup. Sebagai anak-anak Allah, kita harus memperlihatkannya ”dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” Misalnya, jika seorang saudara kelaparan, ia membutuhkan makanan, bukan hanya kata-kata.—Yakobus 2:14-17.
Hati Yang Tidak Menyalahkan Kita
16. (a) Bagaimana Allah ”lebih besar dari pada hati kita”? (b) Menurut Yohanes, mengapa Yehuwa menjawab doa-doa kita?
16 Yohanes selanjutnya menunjuk kepada jaminan bahwa kita adalah anak-anak Yehuwa. (Baca 1 Yohanes 3:19-24.) ”Kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran” dan tidak menjadi korban dari khayalan yang murtad ”karena ini” (NW)—yaitu fakta bahwa kita memperlihatkan kasih persaudaraan. Jadi kita ”menenangkan [”meneguhkan,” Bode] hati kita” di hadapan Allah. (Mazmur 119:11) Jika hati kita menuduh kita, mungkin karena kita merasa bahwa kita tidak memperlihatkan cukup kasih kepada sesama penyembah, ingat bahwa ”Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu.” Ia berbelas kasihan karena Ia mengetahui ”kasih persaudaraan yang tulus ikhlas” dari kita, perjuangan kita melawan dosa, dan usaha kita untuk hidup dengan cara yang menyenangkan Dia. (1 Petrus 1:22; Mazmur 103:10-14) ”Jikalau hati kita tidak menuduh kita,” karena perbuatan-perbuatan yang membuktikan kasih persaudaraan, dan kita tidak bersalah karena dosa-dosa tersembunyi, ”kita mempunyai keberanian percaya [”kebebasan berbicara,” NW] untuk mendekati Allah” dalam doa. (Mazmur 19:13) Dan Ia menjawab doa-doa kita ”karena kita menuruti segala perintahNya dan berbuat apa yang berkenan kepadaNya.”
17. ”Perintah” Allah mencakup dua tuntutan apa?
17 Jika kita berharap agar doa-doa kita dijawab, kita harus mentaati ”perintah” Allah yang mencakup dua tuntutan ini: (1) Kita harus beriman dalam ”nama” Yesus, menerima tebusan dan mengakui wewenang yang diberikan Allah kepadanya (Filipi 2:9-11) (2) Kita harus juga ”saling mengasihi” seperti diperintahkan oleh Yesus. (Yohanes 15:12, 17) Tentu, setiap orang yang beriman dalam nama Kristus harus mengasihi semua orang lain yang juga mempunyai iman sedemikian.
18. Bagaimana kita tahu bahwa Yehuwa ”ada di dalam kita”?
18 Seseorang yang mentaati perintah-perintah Allah ”diam di dalam Allah” atau bersatu dengan Yehuwa. (Bandingkan Yohanes 17:20, 21.) Namun bagaimana kita ’tahu’ bahwa Allah ”ada di dalam kita”? Kita mengetahui ini karena ”Roh [kudus] yang telah Ia karuniakan kepada kita.” Dengan memiliki roh kudus Allah dan kemampuan untuk memperlihatkan buah-buahnya, termasuk kasih persaudaraan, kita membuktikan bahwa kita bersatu dengan Yehuwa.—Galatia 5:22, 23.
Waspadalah!
19, 20. Mengapa kita harus ’menguji roh-roh itu,’ dan bantuan apa disediakan oleh Yohanes dalam hal ini?
19 Yohanes selanjutnya memperlihatkan bagaimana kita harus waspada. (Baca 1 Yohanes 4:1.) Kita tidak boleh mempercayai ”setiap roh,” tetapi kita harus ’menguji roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah.’ Mengapa? ”Sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.” Sedikitnya beberapa dari guru-guru yang memperdayakan ini pada waktu itu pergi ke mana-mana, bergabung dengan berbagai sidang, dan berusaha ’menarik murid-murid supaya mengikut mereka.’ (Kisah 20:29, 30; 2 Yohanes 7) Jadi mereka yang setia harus waspada.
20 Ada orang-orang Kristen abad pertama yang, dapat ”membedakan bermacam-macam roh,” suatu karunia mujizat dari tenaga aktif Allah yang rupanya memungkinkan mereka untuk menentukan apakah roh itu berasal dari Yehuwa. (1 Korintus 12:4, 10) Tetapi peringatan Yohanes nampaknya berlaku untuk orang-orang Kristen pada umumnya dan berguna dewasa ini pada waktu orang-orang murtad berusaha untuk merusak iman dari Saksi-Saksi Yehuwa. Meskipun karunia roh ”untuk membedakan bermacam-macam roh” tidak ada lagi, kata-kata Yohanes memuat cara untuk menentukan apakah guru-guru digerakkan oleh roh Allah atau pengaruh hantu-hantu.
21. Apa salah satu cara untuk menguji ”roh-roh itu”?
21 Perhatikan satu cara untuk menguji. (Baca 1 Yohanes 4:2, 3.) ”Setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah.” Kita mengakui bahwa Yesus pernah hidup sebagai manusia dan adalah Putra Allah, dan iman menggerakkan kita untuk mengajar kebenaran sedemikian kepada orang-orang lain. (Matius 3:16, 17; 17:5; 20:28; 28:19, 20) ”Dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah.” Melainkan ”itu adalah roh antikristus” yang melawan Kristus dan ajaran-ajaran Alkitab tentang dia. Jelas, Yohanes dan rasul-rasul lain telah memperingatkan bahwa ”roh antikristus” kini telah tiba. (2 Korintus 11:3, 4; 2 Petrus 2:1) Karena guru-guru palsu pada waktu itu mengancam orang-orang Kristen yang sejati, Yohanes dapat mengatakan, ”Ia sudah ada di dalam dunia.”
22. Apa cara lain untuk menguji ”roh-roh itu”?
22 Cara lain untuk menguji ”roh-roh itu” ialah dengan memperhatikan siapa yang mendengarkan mereka. (Baca 1 Yohanes 4:4-6.) Sebagai hamba-hamba Yehuwa, kita telah ”mengalahkan,” guru-guru palsu itu, menang atas usaha mereka untuk menjauhkan kita dari kebenaran Allah. Kemenangan rohani ini dimungkinkan karena Allah, yang ”diam di dalam” orang-orang Kristen yang loyal, ”lebih besar dari pada dia [si Iblis] yang ada di dalam dunia,” (NW) atau masyarakat manusia yang jahat. (2 Korintus 4:4) Karena orang-orang yang murtad ”berasal dari dunia” dan memiliki roh jahatnya, ”mereka berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia mendengarkan mereka.” Karena kita mempunyai roh Yehuwa, kita dapat mengetahui sifat yang tidak rohani dari ”roh-roh” mereka dan karena itu kita menolak mereka.
23. Siapa yang mendengarkan kita dan mengakui bahwa kita dibimbing oleh roh Allah?
23 Tetapi kita tahu bahwa ”kami berasal dari Allah” karena ”barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan kami.” Orang-orang yang seperti domba menyadari bahwa kita mengajar kebenaran yang didasarkan pada Firman Allah. (Bandingkan Yohanes 10:4, 5, 16, 26, 27.) Tentu, ”barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami.” Nabi-nabi, atau guru-guru palsu, tidak mendengarkan kepada Yohanes atau orang-orang lain yang ”berasal dari Allah” dan yang memberikan pengajaran rohani yang sehat. Jadi ”itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan.” Kita yang membentuk keluarga penyembah-penyembah Yehuwa menggunakan ”bibir [”bahasa,” NW] yang bersih” dari kebenaran Alkitab yang disediakan melalui organisasi Allah. (Zefanya 3:9) Dan dari apa yang kita katakan, jelas bagi orang-orang yang bersifat domba bahwa kita dibimbing oleh roh suci Allah.
24. Apa yang akan ditandaskan oleh Yohanes selanjutnya?
24 Sampai di sini, Yohanes telah menguraikan beberapa persyaratan pokok yang harus dipenuhi jika kita ingin hidup sebagai anak-anak Allah. Berikutnya ia akan menunjukkan mengapa kita harus selalu memperlihatkan kasih dan iman.
-
-
Selalu Memperlihatkan Kasih dan ImanMenara Pengawal—1986 (Seri 26) | Menara Pengawal—1986 (Seri 26)
-
-
Selalu Memperlihatkan Kasih dan Iman
”Barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah.” ”Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.”—1 YOHANES 4:16; 5:4.
1, 2. Sifat-sifat apa terutama ditandaskan di 1 Yohanes 4:7–5:21?
YEHUWA adalah personifikasi dari kasih, dan mereka yang ingin menyenangkan Dia harus memperlihatkan sifat ilahi ini. Rasul Yohanes membuat hal ini jelas dalam bagian terakhir dari surat terilhamnya yang pertama.
2 Orang-orang Kristen yang sejati juga harus memperlihatkan iman. Hanya dengan cara demikian mereka dapat mengalahkan dunia dan tetap aman dalam perkenan Yehuwa. Maka, seraya kita mempelajari bagian terakhir dari surat Yohanes, marilah kita dengan sungguh-sungguh merenungkan pentingnya memperlihatkan kasih dan iman.
’Marilah Kita Saling Mengasihi’
3, 4. Apa hubungan antara memperlihatkan kasih dan mengenal Allah?
3 Yohanes menandaskan pentingnya kasih. (Baca 1 Yohanes 4:7, 8.) Orang-orang Kristen ”yang kekasih” dianjurkan untuk ”[terus, NW] saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah,” karena Yehuwa adalah Sumbernya. ”Setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah [sebagai pribadi yang dilahirkan dengan roh] dan mengenal [”mendapat pengetahuan tentang,” NW] Allah,” mengenal sifat-sifat dan maksud-tujuan Yehuwa, dan bagaimana Ia menyatakan kasih. Dewasa ini ”pengetahuan tentang Allah” juga didapatkan oleh ”kumpulan besar” dari ”domba-domba lain” Kristus.
4 Mengenal Allah berarti benar-benar menghargai sifat-sifatNya, mengasihi Dia sepenuhnya, dan berpaut kepadaNya sebagai Penguasa kita. Tetapi ”barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah.” Mereka yang tidak memperlihatkan kasih Kristen tidak ”mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.” Ya, kasih adalah sifat Yehuwa yang paling menonjol, yang nyata dalam persediaanNya untuk umat manusia secara rohani dan jasmani.
5. Apa bukti terbesar bahwa ”Allah adalah kasih”?
5 Berikutnya disebutkan bukti yang paling besar bahwa ”Allah adalah kasih.” (Baca 1 Yohanes 4:9, 10.) Yohanes mengatakan, ”Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita [sebagai pedosa-pedosa yang layak mati], yaitu bahwa Allah telah mengutus AnakNya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup olehNya.” Yesus adalah ’Anak tunggal’ Yehuwa karena dialah satu-satunya yang langsung diciptakan oleh Allah. (Yohanes 1:1-3, 14; Kolose 1:13-16) Dan Yesus ’diutus ke dalam dunia’ dengan menjadi manusia; melaksanakan pelayanannya kepada umum, dan kemudian mati sebagai korban. (Yohanes 11:27; 12:46) Untuk ’memperoleh hidup kekal olehNya,’ di surga ataupun di bumi, dituntut iman akan nilai korban tebusannya.
6. Ketika kita masih menjadi pedosa yang tidak mengasihi Allah, apa yang Ia lakukan?
6 Kita masih sebagai pedosa-pedosa yang tidak mengasihi Allah ketika ’Ia mengasihi kita dan mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.’ Korban Kristus memungkinkan kita untuk memulihkan hubungan yang baik dengan Allah. (Roma 3:24, 25; Ibrani 2:17) Apakah saudara menghargai pernyataan yang paling besar dari kasih kemurahan ini di pihak Bapa surgawi kita?
7. (a) Karena kita tidak dapat mengatakan bahwa kita mengasihi Yehuwa karena telah melihat Dia, bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita memang mengasihi Dia? (b) Apa yang kita buktikan dengan memperlihatkan kasih persaudaraan?
7 Kasih Allah kepada kita hendaknya mempengaruhi sikap kita terhadap orang-orang lain. (Baca 1 Yohanes 4:11-13.) Karena Ia mengasihi kita ketika kita masih berdosa, ”maka haruslah kita juga saling mengasihi.” Di antara manusia, ”tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah.” Jadi kita tidak dapat mengatakan bahwa kita mengasihi Yehuwa karena telah melihat Dia. (Keluaran 33:20; Yohanes 1:18; 4:24) Tetapi, dengan memperlihatkan kasih, kita menunjukkan bahwa kita mengasihi Sumber dari sifat ini. Kasih persaudaraan membuktikan bahwa ”Allah bersatu dengan kita dan kasihnya menjadi sempurna,” (BIS) atau nyata sepenuhnya, dalam kita. Dan kita tahu bahwa ”kita hidup bersatu dengan” Yehuwa karena ”Allah sudah memberikan kepada kita RohNya.” (BIS) Dengan memperlihatkan kasih persaudaraan nyatalah bahwa roh Yehuwa bekerja dalam diri kita, karena kasih adalah salah satu buahnya. (Galatia 5:22, 23) Ini menunjukkan bahwa kita mengenal Allah dan mendapat perkenanNya.
8. Apa lagi yang membuktikan bahwa kita ”ada di dalam Allah”?
8 Ada bukti lain lagi bahwa kita ”berada di dalam Allah.” (Baca 1 Yohanes 4:14-16a.) Setelah ”melihat” apa yang dilakukan Yesus di bumi dan bagaimana ia menderita demi umat manusia, Yohanes dapat ”bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus AnakNya menjadi Juruselamat dunia” umat manusia yang berdosa. (Yohanes 4:42; 12:47) Selain itu, ’Allah tetap berada di dalam kita dan kita di dalam Dia’ jika kita mengaku dengan sungguh-sungguh bahwa Yesus Kristus adalah PutraNya. Hal ini menuntut iman dan diberikannya kesaksian kepada umum bahwa Yesus adalah Putra Allah. (1 Yohanes 3:36; Roma 10:10) Keyakinan kita dalam ”kasih Allah kepada kita” merupakan bukti lain lagi bahwa tidak soal apakah kita dari kaum sisa yang terurap atau ”domba-domba lain,” kita bersatu dengan Yehuwa.
9. (a) Dalam hal apa kasih kepada Allah dapat ”dijadikan sempurna,” dan bagaimana hal ini mempengaruhi hubungan kita dengan orang-orang lain? (b) Kasih yang ”sempurna” memperkembangkan apa?
9 Yohanes selanjutnya menunjukkan bahwa kasih dapat ”dijadikan sempurna dalam diri kita.” (BIS) (Baca 1 Yohanes 4:16b, 17.) Kita diingatkan bahwa ”Allah adalah kasih.” Karena kita ”tetap berada di dalam kasih,” memperlihatkan buah dari roh Yehuwa ini, kita ”tetap, berada di dalam Allah.” Jika kasih kepada Yehuwa ”dijadikan sempurna dalam diri kita,” (BIS) telah dinyatakan sepenuhnya kepada Dia, kita akan mengasihi rekan-rekan seiman kita. (Bandingkan ayat 12.) Kasih yang ”sempurna” juga memperkembangkan ”keberanian percaya [”kebebasan berbicara,” NW]” kepada Allah dalam doa sekarang dan ”pada hari penghakiman” yang ada hubungannya dengan kehadiran Kristus. Mereka yang memperlihatkan kasih sedemikian pada waktu itu tidak akan mempunyai alasan untuk takut mendapat hukuman dari Allah. Jika kita memperlihatkan kasih, dalam arti ”sebagaimana Kristus di dalam kasih, sebegitu juga kita di dalam dunia ini.” (Bode) Ya, kita sama seperti dia dalam menikmati perkenan sebagai anak-anak Allah dalam dunia umat manusia yang bermusuhan dengan Allah.
10. Mereka yang kasihnya telah menjadi ”sempurna” tidak merasa apa?
10 Mereka, yang kasihnya telah menjadi ”sempurna” tidak mengalami rasa takut yang menghalangi doa. (Baca 1 Yohanes 4:18, 19.) ”Ketakutan merupakan penahan,” (NW) yang menghalangi kita sehingga tidak dapat mendekati Yehuwa dengan bebas. Jadi jika kita mempunyai rasa takut sedemikian, ’kita tidak sempurna di dalam kasih kita.’ Tetapi jika kita ”sempurna di dalam kasih,” sifat ini memenuhi hati kita, mendorong kita untuk melakukan kehendak ilahi, dan menggerakkan kita untuk tetap dekat kepada Bapa surgawi kita dalam doa. Kita pasti mempunyai alasan untuk mengasihi Yehuwa dan berdoa kepadaNya, karena seperti dikatakan Yohanes, ”Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”
11. Mengapa masuk akal untuk mentaati perintah ”Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya”?
11 Tentu, sekedar mengatakan bahwa kita mengasihi Allah tidak cukup. (Baca 1 Yohanes 4:20, 21.) Setiap orang yang mengatakan, ”Aku mengasihi Allah” tetapi membenci saudara rohaninya ”adalah pendusta.” Karena kita dapat melihat saudara kita dan mengamati sifat-sifatnya yang saleh, maka seharusnya lebih mudah untuk memperlihatkan kasih kepadanya dari pada mengasihi Allah yang tidak kelihatan. Sesungguhnya, ”barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya.” Jadi masuk akal jika kita mentaati ”perintah” ini, ”Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.”
Siapa Yang Mengalahkan Dunia?
12. Karena kita mengasihi Allah, kasih yang lain apa diharapkan juga kita miliki?
12 Yohanes selanjutnya memperlihatkan apa sebenarnya arti dari mengasihi Allah. (Baca 1 Yohanes 5:1-5.) Pertama, rasul itu menunjukkan bahwa ”setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus,” (Mesias, atau Pribadi Yang Diurapi Yehuwa) ”lahir dari Allah,” atau dilahirkan dengan roh oleh Yehuwa. Selain itu, setiap orang yang mengasihi Dia Yang Melahirkan, yaitu Yehuwa, mengasihi orang lain ”yang lahir dari padaNya.” Ya, semua anak-anak Allah yang diurapi mengasihi Dia dan diharapkan untuk saling mengasihi satu sama lain. Kasih persaudaraan tersebut juga merupakan ciri dari ”kumpulan besar” dari ”domba-domba lain” yang mempunyai harapan di bumi.—Yohanes 10:16; Wahyu 7:9.
13. (a) Mengapa perintah-perintah Allah tidak ”berat” bagi kita? (b) Bagaimana kita ”mengalahkan dunia”?
13 ”Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintahNya.” Sebenarnya, ”inilah kasih kepada Allah, yaitu bahwa kita menuruti perintah-perintahNya.” Karena kita mengasihi Allah dan kebenaran, kita senang mentaati perintah-perintahNya. Yohanes mengatakan bahwa hal itu tidak ”berat” bagi kita ”sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia.” ”Semua” bisa menyatakan kuasa yang diberikan Allah untuk ”mengalahkan dunia,” atau menang atas masyarakat manusia yang jahat dengan godaannya untuk melanggar perintah-perintah Yehuwa. (Yohanes 16:33) ”Kemenangan yang mengalahkan dunia” ialah ”iman kita” dalam Allah, FirmanNya, dan PutraNya. Jika kita ”percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah,” kita ”mengalahkan dunia” dengan menolak cara berpikirnya yang salah dan jalan-jalannya yang imoral, dan dengan mentaati perintah-perintah Allah.
14. (a) Bagaimana Yesus datang ”dengan air”? (b) Bagaimana Kristus diperlihatkan sebagai Putra Allah ”dengan darah”? (c) Bagaimana roh kudus ”memberi kesaksian” tentang Yesus Kristus?
14 Karena iman dalam Kristus Yesus sangat penting agar kita dapat ”mengalahkan dunia,” Yohanes menyebutkan bukti-bukti yang diberikan tentang Kristus oleh ”tiga yang memberi kesaksian.” (Baca 1 Yohanes 5:6-8.) Yohanes pertama-tama mengatakan bahwa Yesus ”datang dengan air.” Ketika Yesus dibaptis dalam air untuk melambangkan persembahan dirinya kepada Allah, Yehuwa mengatakan, ”Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.” (Matius 3:17) Kristus juga diperlihatkan sebagai Putra Allah ”dengan darah” yang ia curahkan dalam kematian sebagai tebusan. (1 Timotius 2:5, 6) Selanjutnya, Yohanes mengatakan, ”Roh [kudus] lah yang memberikan kesaksian, karena Roh adalah kebenaran.” Turunnya roh ke atas Yesus pada waktu ia dibaptis membuktikan bahwa ia adalah Putra Allah. (Matius 3:16; Yohanes 1:29-34) Roh Yehuwa memungkinkan Yesus untuk melaksanakan tugasnya dan melakukan perbuatan-perbuatan yang penuh kuasa. (Yohanes 10:37, 38; Kisah 10:38) Dengan roh itu, Yehuwa menimbulkan kegelapan yang mengherankan, gempa bumi, dan menyebabkan tirai bait terbelah ketika Yesus mati dan kemudian dengan roh yang sama Allah membangkitkan dia.—Matius 27:45-54.
15. Apa gerangan ”tiga yang memberi kesaksian” itu?
15 Jadi ”ada tiga yang memberi kesaksian” kepada fakta bahwa Yesus adalah Putra Allah. Ini adalah (1) roh kudus, (2) air baptisan Yesus dan apa yang dilambangkannya (persembahan dirinya kepada Yehuwa), dan (3) darah yang ia curahkan dalam kematian sebagai tebusan. Ketiga-tiganya ”adalah satu” dalam memberi kesaksian bahwa Yesus adalah Putra Allah. Kepada dialah kita harus mempunyai iman yang sejati jika kita ingin mendapat hidup kekal.—Bandingkan Ulangan 19:15.
Kesaksian Yang Diberikan oleh Allah
16. Bagaimana Yehuwa memberi kesaksian tentang Yesus?
16 Allah sendiri memberikan kesaksian mengenai PutraNya. (Baca 1 Yohanes 5:9-12.) ”Kita menerima [sebagai sesuatu yang benar] kesaksian manusia [yang tidak sempurna; seperti yang biasa kita lakukan bila bercakap-cakap di pengadilan], tetapi kesaksian Allah lebih kuat.” (Yohanes 8:17, 18) Karena ’Allah mustahil bohong,’ kita dapat menaruh kepercayaan yang mutlak dalam ”kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.” Dan Yehuwa telah mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah putraNya. (Titus 1:2, Bode; Matius 3:17; 17:5) Selain itu, Allah ada di belakang ”tiga yang memberi kesaksian,” yaitu roh kudusNya, air baptisan Yesus, dan darah yang dicurahkan Kristus.
17. Apa satu-satunya cara yang memungkinkan keselamatan?
17 ”Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya,” karena semua bukti meyakinkan dia bahwa Yesus adalah Putra Allah. Tetapi ”barangsiapa tidak percaya [”mempunyai iman,” NW] kepada Allah” sebagai saksi yang dapat dipercaya mengenai PutraNya menjadikan Yehuwa pendusta. Tentu, kesimpulan dari kesaksian yang diberikan ialah bahwa ”Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya.” Hanya melalui iman dalam Yesus sebagai Putra Allah keselamatan kepada hidup kekal itu mungkin. (Yohanes 11:25, 26; 14:6; 17:1-3) Jadi ”barangsiapa memiliki Anak” dengan percaya kepadanya, mempunyai karunia yang pemurah yaitu hidup yang kekal. (Yohanes 20:31) Tetapi ”hidup” itu tidak akan dinikmati oleh siapapun yang tidak beriman dalam Yesus sebagai Putra Allah.
Doa Berguna!
18. Mengapa Yohanes menulis ”semuanya itu”?
18 Yohanes selanjutnya menyatakan maksud utama dari suratnya dan membahas doa. (Baca 1 Yohanes 5:13-15.) Ia menulis ”semuanya itu” agar dapat diketahui ’bahwa kita memiliki hidup yang kekal.’ Inilah keyakinan kita sebagai orang-orang yang beriman dalam ”nama” Putra Allah. (Bandingkan 1 Yohanes 3:23.) Dan mereka yang murtad, yang tidak berasal dari kita, tidak dapat menghancurkan iman itu.—1 Yohanes 2:18, 19.
19. (a) Menurut 1 Yohanes 5:14, 15, kita mempunyai ”keberanian percaya” apa kepada Allah? (b) Hal-hal apa yang dapat dengan tepat kita doakan?
19 Kepada Allah kita mempunyai ”keberanian percaya,” atau ”dapat berterus terang,” bahwa tidak soal apa yang kita minta dalam doa ”Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya.” Dengan tepat kita dapat mendoakan hal-hal seperti penyucian nama Yehuwa, rohNya, hikmat ilahi, dan kelepasan dari si jahat. (Matius 6:9, 13; Lukas 11:13; Yakobus 1:5-8) Dan ”kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada [Dia],” ”yang mendengarkan doa.”—Mazmur 65:3.
20, 21. (a) Apa yang dimaksud dengan ”dosa yang tidak mendatangkan maut”? (b) Mengapa berdoa untuk ”dosa yang mendatangkan maut” itu salah?
20 Yohanes selanjutnya berbicara tentang doa dan dua jenis dosa. (Baca 1 Yohanes 5:16, 17.) ”Dosa yang tidak mendatangkan maut” tidak dilakukan dengan sengaja, dan tidak salah untuk berdoa agar orang yang berbuat salah dan bertobat itu diampuni. (Kisah 2:36-38; 3:19; Yakobus 5:13-18) Tetapi adalah salah jika kita berdoa untuk ”dosa yang mendatangkan maut” karena ini adalah dosa yang disengaja melawan roh kudus, dan pengampunan tidak mungkin diperoleh. (Matius 12:22-32; Ibrani 6:4-6; 10:26-31) Pedosa-pedosa sedemikian pergi ke Gehenna, mengalami kebinasaan kekal dalam ”kematian yang kedua.” (Wahyu 21:8; Matius 23:15) Jadi karena Yehuwa adalah Hakim yang memberikan keputusan terakhir, kita tidak ingin mengambil risiko tidak menyenangkan Dia dengan berdoa untuk seorang pedosa bila bukti-bukti menunjukkan bahwa ia bersalah melakukan ”dosa yang mendatangkan maut” dengan sengaja.
21 Jadi, ”kalau ada seorang [terutama seorang penatua yang diangkat oleh roh] melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut [”kematian yang kedua”], hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepada [pedosa itu],” dengan menyelamatkan dia dari kebinasaan yang kekal. Tentu, ”semua kejahatan adalah dosa,” atau tidak kena pada sasaran dalam hal standar-standar Allah yang benar. ”Tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut” karena itu adalah akibat dari ketidaksempurnaan kita, kita bertobat, dan dosa itu ditutup oleh korban Kristus.
Pokok-Pokok Penting dari Surat Yohanes
22. Siapa ”tidak dapat mencengkeram” seorang Kristen yang loyal, dan orang sedemikian dapat mendoakan apa dengan yakin?
22 Yohanes kini meringkaskan pokok-pokok utama dalam suratnya. (Baca 1 Yohanes 5:18-21.) Setiap orang ”yang lahir dari Allah” sebagai seorang Kristen yang diurapi dengan roh ”tidak terus-menerus berbuat dosa.” (BIS) Yesus Kristus, ”Dia yang lahir dari Allah” melalui roh kudus, ”melindunginya, dan si jahat [Setan] tidak dapat menjamahnya [”mencengkeramnya,” NW].” Seorang Kristen terurap yang loyal dapat berdoa dengan yakin supaya diluputkan dari si jahat dan dapat, dengan ”perisai iman,” terlepas dari kerugian rohani yang disebabkan oleh ”semua panah api” dari Setan.—Matius 6:13; Efesus 6:16.
23. Bagaimana ”seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat”?
23 Karena orang-orang yang terurap mempunyai bukti bahwa mereka adalah anak-anak rohani Yehuwa, mereka dapat mengatakan, ”Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah.” Kenyataan bahwa mereka mempunyai iman dalam Kristus dan tidak mempraktekkan dosa membuktikan bahwa mereka adalah anak-anak Allah yang tidak dapat ’dicengkeram’ Setan. Tetapi ”seluruh dunia [masyarakat manusia yang jahat] berada di bawah kuasa si jahat,” Setan si Iblis. (Efesus 2:1, 2; Wahyu 12:9) Dunia mengalah kepada pengaruh dan kekuasaan Setan yang jahat, tidak berusaha membebaskan diri agar dapat melakukan kehendak ilahi.
24. Untuk maksud apa Yesus ”mengaruniakan pengertian kepada kita”?
24 Ada guru-guru palsu yang berpendapat bahwa Kristus tidak datang secara jasmani. (2 Yohanes 7) Tetapi bukti yang disebutkan dalam surat ini memungkinkan Yohanes untuk mengatakan, ”Kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang.” (1 Yohanes 1:1-4; 5:5-8) Selain itu, Yesus ”telah mengaruniakan pengertian kepada kita,” supaya ”kita mengenal Yang Benar,” suatu pengertian yang progresif tentang Allah. (Matius 11:27) Jadi ”kita ada di dalam Yang Benar [Allah Yehuwa], di dalam [”melalui,” NW] AnakNya Yesus Kristus.”—Bandingkan Yohanes 17:20, 21.
25. Sebagai orang-orang Kristen, bagaimana kita dapat menerapkan nasihat di 1 Yohanes 5:21?
25 Mereka yang bersatu dengan Allah yang benar, Yehuwa, tidak soal dari kaum sisa terurap atau ”domba-domba lain,” ingin menyenangkan Dia dalam segala hal. Namun ada godaan untuk menyembah berhala di abad pertama, demikian pula dewasa ini. Karena itu cocok jika Yohanes mengakhiri suratnya dengan nasihat yang bersifat kebapaan, ”Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala.” Sebagai orang-orang Kristen, kita tidak membungkuk di depan patung-patung. (Keluaran 20:4-6) Kita juga tahu bahwa adalah salah untuk menaruh diri sendiri, kesenangan, atau apapun juga sebagai ganti Allah. (2 Timotius 3:1, 2, 4) Dan pembaktian kita kepadaNya menyebabkan kita tidak menyembah ’binatang buas’ politik dan ’patungnya.’ (Wahyu 13:14-18; 14:9-12) Jadi dengan maksud untuk menyenangkan Bapa surgawi kita dan menerima karunia hidup kekal dari padaNya, marilah kita bertekad bulat untuk menghindari semua penyembahan berhala, sekali-kali tidak membiarkan hal itu merusak hubungan kita yang berharga dengan Yehuwa melalui Yesus Kristus.
Bantuan Yang Tetap Ada Bagi Kita
26. Apa beberapa corak yang patut diperhatikan dari Satu Yohanes?
26 Surat terilham yang pertama dari Yohanes membantu orang-orang Kristen yang mula-mula untuk menjauhi penyembahan berhala. Hal itu memungkinkan mereka untuk melawan dusta dari orang-orang yang murtad dan hal itu juga telah membantu kita dewasa ini. Misalnya, di dalamnya dibuktikan bahwa Yesus Kristus hidup sebagai manusia dan mati sebagai ”kurban perdamaian” (Bode) untuk dosa-dosa. Surat itu memperkenalkan siapa ”antikristus” itu dan membuat perbedaan antara anak-anak Allah dan anak-anak si Iblis. Diperlihatkan pula cara menguji ”roh-roh” untuk mengetahui apakah itu berasal dari Yehuwa. Selain itu, kata-kata Yohanes meyakinkan kita bahwa ”Allah adalah kasih,” bahwa iman yang sejati mengalahkan dunia, dan bahwa Yehuwa mendengarkan doa-doa dari para saksiNya yang loyal.
27. Dalam hal apa saja surat pertama dari Yohanes Yang diilhami ilahi dapat membantu kita?
27 Dalam menghadapi godaan-godaan duniawi, betapa bijaksana untuk mengindahkan peringatan Yohanes agar tidak mengasihi dunia! Jika perbedaan-perbedaan pribadi menyebabkan hubungan kita dengan beberapa saudara seiman tegang, kata-kata sang rasul dapat mengingatkan bahwa kita dapat membuktikan kasih kita kepada Allah dengan memperlihatkan kasih persaudaraan. Dengan bantuan ilahi dan dengan menerapkan nasihat Yohanes, kita dapat dicegah sehingga tidak mempraktekkan dosa dan dapat memelihara iman yang mengalahkan dunia. Jadi marilah kita memperlihatkan penghargaan untuk surat yang terilham ini seraya kita terus berjalan dalam terang ilahi, tetap hidup sebagai anak-anak Allah, dan selalu memperlihatkan kasih dan iman demi kemuliaan Bapa surgawi kita, Yehuwa.
-
-
Selalu Memperlihatkan Kasih dan ImanMenara Pengawal—1986 (Seri 26) | Menara Pengawal—1986 (Seri 26)
-
-
[Gambar di hlm. 31]
Roh Kudus, air baptisan Yesus, darahnya yang dicurahkan dan Yehuwa sendiri memberi kesaksian bahwa Yesus Kristus adalah Putra Allah
-