PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • ”Sahabat yang Akrab”
    Tirulah Iman Mereka
    • Di Antara Dua Pilihan yang Sulit

      Awalnya, Saul sangat menyayangi Daud. Dia mengangkat Daud sebagai kepala prajuritnya. Tapi tak lama kemudian, tidak seperti putranya Yonatan, Saul malah terbakar oleh rasa iri. Daud berhasil meraih kemenangan demi kemenangan sewaktu berperang melawan bangsa Filistin, musuh Israel. Banyak yang memuji dan menyanjungnya. Ada wanita-wanita Israel yang bahkan bernyanyi, ”Saul membunuh ribuan, dan Daud puluhan ribu.” Telinga Saul panas mendengarnya. Alkitab mencatat, ”Sejak hari itu, Saul selalu mencurigai Daud.” (1 Samuel 18:7, 9) Dia takut kalau-kalau Daud akan merebut kekuasaannya sebagai raja. Ini benar-benar konyol! Daud memang tahu bahwa dia akan menjadi penerus Saul. Tapi, Daud tidak pernah berpikir untuk menggulingkan raja yang dipilih Yehuwa selagi orang itu masih berkuasa!

      Saul menyusun siasat agar Daud terbunuh di medan perang, tapi tidak berhasil. Daud malah terus memenangkan berbagai pertempuran sehingga orang-orang semakin menyukai dan menghormati Daud. Belakangan, Saul mengatakan di depan semua hambanya dan Yonatan bahwa dia ingin membunuh Daud. Dia berharap bahwa mereka akan mendukungnya. Bayangkan betapa kecewanya Yonatan saat mendengar kata-kata ayahnya! (1 Samuel 18:25-​30; 19:1) Yonatan ingin setia kepada ayahnya, tapi dia juga ingin setia kepada sahabatnya. Dia dihadapkan pada dua pilihan yang sulit. Siapa yang akan dia pilih?

      Yonatan membela Daud dan berkata, ”Janganlah Raja berdosa kepada Daud hambanya, karena dia tidak berdosa terhadap Raja, dan dia sudah melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi Raja. Dia mempertaruhkan nyawanya untuk membunuh orang Filistin itu, sehingga Yehuwa memberi Israel kemenangan besar. Raja sendiri melihatnya, dan Raja senang sekali. Jadi kenapa Raja ingin membunuh Daud tanpa alasan, sehingga berdosa karena darah orang yang tidak bersalah?” Tak disangka-sangka, Saul mendengarkan permintaan Yonatan, bahkan bersumpah bahwa dia tidak akan membunuh Daud. Tapi itu hanya sekadar ucapan di bibir. Belakangan, Daud kembali menang melawan orang Filistin. Saul pun merasa sangat iri dan marah sampai-sampai dia melemparkan tombak ke arah Daud! (1 Samuel 19:​4-6, 9, 10) Syukurlah, Daud berhasil lolos dan segera melarikan diri dari istana Saul.

      Pernahkah Saudara menghadapi dilema seperti yang dialami Yonatan? Saudara mungkin bingung harus lebih setia kepada siapa. Orang biasanya mengatakan bahwa keluarga harus selalu diutamakan. Tapi, Yonatan punya pendapat yang berbeda. Mana mungkin dia berpihak kepada ayahnya? Yonatan adalah hamba Yehuwa yang setia dan taat, dan Daud pun seperti itu. Itulah sebabnya dia memutuskan untuk membela Daud dengan berani. Meski begitu, dia sebenarnya tetap setia kepada ayahnya dengan cara yang benar. Dia mengoreksi ayahnya dengan terus terang dan tidak hanya mengatakan hal-hal yang ingin didengar Saul. Kita semua juga bisa menikmati banyak berkat jika kita meniru kesetiaan Yonatan.

      Mahalnya Harga Sebuah Persahabatan

      Yonatan kembali berupaya mendamaikan Saul dengan Daud, tapi situasinya malah semakin panas. Daud menemui Yonatan diam-diam dan menceritakan ketakutannya. Dia berkata, ”Hanya ada selangkah di antara aku dan kematian!” Setelah itu, Daud bersembunyi. Tapi sebelumnya, Yonatan berjanji untuk mencari tahu apakah ayahnya ingin berdamai dengan Daud atau tidak. Lalu, dia akan memberi tahu Daud apa reaksi ayahnya dengan menembakkan panah sebagai kode. Yonatan juga meminta Daud bersumpah untuk melakukan satu hal. Yonatan berkata, ”Jangan pernah berhenti menunjukkan kasih setia kepada rumah tanggaku, bahkan setelah Yehuwa melenyapkan semua musuh Daud dari bumi.” Daud berjanji bahwa dia akan selalu menjaga dan melindungi keluarga Yonatan.​—1 Samuel 20:​3, 13-​27.

      Yonatan berupaya membela Daud, tapi Raja Saul langsung naik darah! Dia menyebut Yonatan ”anak wanita pemberontak” dan mengatakan bahwa kesetiaan Yonatan kepada Daud mencoreng nama baik keluarga. Dia berupaya memanas-manasi Yonatan dengan berkata, ”Selama anak Isai itu masih hidup di bumi, kamu dan kekuasaanmu sebagai raja tidak akan kokoh.” Namun, Yonatan tidak terpancing. Malah, dia memohon lagi kepada ayahnya, ”Kenapa dia harus dibunuh? Apa yang dia lakukan?” Emosi Saul pun meledak! Si pejuang tua ini melemparkan tombak ke arah putranya sendiri! Tapi tombak itu meleset. Meski begitu, hati Yonatan sangat sakit dan terluka, dan dia pun pergi dengan panas hati.​—1 Samuel 20:24-​34.

      Dalam keadaan yang sulit, Yonatan terbukti sebagai orang yang tidak egois

      Keesokan paginya, Yonatan bersama hambanya pergi ke dekat tempat Daud bersembunyi. Yonatan menembakkan panah, seperti yang sudah disepakati, untuk memberi tahu Daud bahwa Saul masih berniat membunuhnya. Lalu, Yonatan menyuruh hambanya pulang ke kota agar dia bisa mengobrol sebentar dengan Daud. Kedua pria itu menangis tersedu-sedu. Kemudian, Yonatan dengan berat hati meninggalkan Daud yang akan memulai babak baru dalam hidupnya sebagai buronan.​—1 Samuel 20:35-​42.

      Dalam keadaan yang sulit itu, Yonatan terbukti sebagai orang yang setia dan tidak egois. Musuh kita, Setan, pasti tidak senang melihat hal ini. Dia pasti ingin agar Yonatan mengikuti jejak Saul yang haus kekuasaan dan gila hormat. Ingatlah, Setan suka menggoda kita untuk lebih mementingkan diri sendiri. Dia berhasil menaklukkan orang tua pertama kita, Adam dan Hawa. (Kejadian 3:​1-6) Tapi, dia tidak berhasil menjatuhkan Yonatan. Setan pasti kesal sekali! Kalau Saudara digoda Setan seperti itu, apakah Saudara akan menolaknya? Teladan Yonatan penting bagi kita, karena kita hidup di dunia yang egois. (2 Timotius 3:​1-5) Maukah kita belajar dari Yonatan yang tetap setia dan tidak egois?

      JYonatan sedang menarik busur untuk menembakkan panah sebagai kode untuk Daud

      Sebagai sahabat yang setia, Yonatan memberi kode kepada Daud agar dia terhindar dari bahaya

      ”Aku Sangat Kehilangan Kamu”

      Kebencian Saul terhadap Daud semakin memuncak. Yonatan sama sekali tidak berdaya melihat ayahnya yang bertingkah seperti orang gila. Saul bersama pasukannya mengelilingi seluruh negeri hanya untuk memburu satu pria yang tidak bersalah. (1 Samuel 24:​1, 2, 12-​15; 26:20) Apakah Yonatan ikut-ikutan? Alkitab tidak pernah mencatat bahwa Yonatan terlibat dalam misi pencarian yang aneh itu. Yonatan tidak mungkin seperti itu karena dia setia kepada Yehuwa dan Daud serta pada perjanjian yang telah dia buat.

  • ”Sahabat yang Akrab”
    Tirulah Iman Mereka
    • Jelaslah, Daud belajar banyak dari sifat-sifat baik dan kesetiaan Yonatan. Meski harga persahabatan mereka sangat mahal, Yonatan tetap setia kepada Daud. Bisakah kita meniru hal itu? Maukah kita punya sahabat seperti Yonatan? Bisakah kita menjadi sahabat seperti Yonatan? Ya, kita bisa meniru Yonatan jika kita membantu teman kita untuk semakin beriman kepada Yehuwa, tetap setia kepada Yehuwa dan mengutamakan-Nya, dan tetap setia kepada sahabat kita meski keadaan kita sulit. Jika kita melakukannya, kita sedang meniru iman Yonatan.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan