PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Yesus Mengutus 70 Murid untuk Mengabar
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Ke-70 murid dengan bersemangat menceritakan hasil pengabaran mereka kepada Yesus

      BAB 72

      Yesus Mengutus 70 Murid untuk Mengabar

      LUKAS 10:1-24

      • YESUS MEMILIH 70 MURID DAN MENGUTUS MEREKA UNTUK MENGABAR

      Sekarang sudah akhir tahun 32 M, sekitar tiga tahun sejak Yesus dibaptis. Yesus dan murid-muridnya baru saja menghadiri Perayaan Tabernakel di Yerusalem. Mereka mungkin masih ada di dekat kota itu. (Lukas 10:38; Yohanes 11:1) Kelihatannya, Yesus menghabiskan sisa waktunya, yang tinggal enam bulan, untuk mengabar di Yudea atau di Perea yang ada di seberang Sungai Yordan. Penduduk di sana juga harus mendengar kabar baik.

      Sekitar dua tahun lalu, setelah Paskah tahun 30 M, Yesus mengabar di Yudea selama beberapa bulan. Tapi setelah itu, dia pergi ke Galilea lewat Samaria. Pada Paskah tahun 31 M, orang-orang Yahudi di Yerusalem mencoba membunuh dia. Jadi, selama satu setengah tahun setelah itu, Yesus kebanyakan mengajar di Galilea, dan banyak orang menjadi pengikutnya. Di sana, Yesus melatih para rasulnya lalu memberi tahu mereka, ”Pergilah sambil memberitakan, ’Kerajaan surga sudah dekat.’” (Matius 10:5-7) Sekarang, dia juga mau mengutus para pengikutnya untuk mengabar di Yudea.

      Untuk memulainya, Yesus memilih 70 murid lalu mengutus mereka berdua-dua. Jadi, ada 35 pasang pemberita Kerajaan di daerah itu. Di sana, ’panenannya banyak, tapi pekerjanya sedikit’. (Lukas 10:2) Ke-70 murid ini pergi lebih dulu ke tempat-tempat yang akan Yesus datangi. Mereka ditugaskan untuk menyembuhkan orang sakit dan memberitakan kabar baik.

      Mereka tidak diminta mengajar di sinagoga-sinagoga, tapi Yesus menyuruh mereka untuk pergi ke rumah-rumah. Yesus memerintahkan, ”Kalau masuk ke sebuah rumah, katakan dulu, ’Semoga ada damai di rumah ini.’ Kalau di situ ada orang yang suka damai, dia akan mendapat damai yang kalian mohonkan.” Apa yang harus mereka sampaikan? Yesus berkata, ”Katakan, ’Kerajaan Allah sudah dekat.’”​—Lukas 10:5-9.

      Perintah yang Yesus berikan kepada 70 murid ini mirip dengan perintah yang dia berikan saat mengutus 12 rasulnya sekitar setahun yang lalu. Yesus mengingatkan bahwa tidak semua orang akan menerima mereka. Namun, upaya mereka akan membuat orang-orang yang tulus siap menyambut Yesus dan belajar darinya.

      Tak lama kemudian, ke-70 orang itu kembali kepada Yesus. Mereka bercerita dengan bersemangat, ”Tuan, roh-roh jahat pun patuh kepada kami sewaktu kami menggunakan namamu.” Yesus sangat senang mendengarnya. Dia berkata, ”Aku melihat Setan sudah jatuh seperti kilat dari langit. Aku telah memberi kalian kuasa untuk menginjak-injak ular dan kalajengking.”​—Lukas 10:17-19.

      Yesus meyakinkan para pengikutnya bahwa mereka akan bisa mengatasi berbagai bahaya, seolah menginjak-injak ular dan kalajengking. Selain itu, Yesus meyakinkan mereka bahwa di masa depan, Setan akan diusir, ”jatuh” dari surga. Yesus lalu memberi tahu 70 murid itu bahwa meskipun mereka bisa melakukan banyak hal yang luar biasa, ada yang lebih penting daripada itu. Dia berkata, ”Jangan bersukacita karena roh-roh itu patuh kepada kalian, tapi bersukacitalah karena nama kalian sudah ditulis di surga.”​—Lukas 10:20.

      Yesus sangat senang dan memuji Bapaknya karena telah memberi para murid kesanggupan yang luar biasa, padahal mereka hanya orang-orang sederhana. Lalu Yesus memberi tahu mereka, ”Bahagialah orang yang melihat hal-hal yang kalian lihat. Aku katakan kepada kalian, banyak nabi dan raja ingin melihat hal-hal yang sedang kalian lihat, tapi tidak melihatnya. Mereka ingin mendengar hal-hal yang kalian dengar, tapi tidak mendengarnya.”​—Lukas 10:23, 24.

  • Orang Samaria yang Baik Hati
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Seorang imam dan orang Lewi tidak mau menolong pria Yahudi yang terluka, tapi seorang pria Samaria mau menolongnya

      BAB 73

      Orang Samaria yang Baik Hati

      LUKAS 10:25-37

      • CARANYA MEWARISI KEHIDUPAN ABADI

      • CERITA TENTANG ORANG SAMARIA YANG BAIK HATI

      Ketika Yesus masih berada di dekat Yerusalem, orang-orang Yahudi mendatangi dia. Sebagian mau mendengarkan ajarannya, tapi ada juga yang hanya mau menguji Yesus. Salah satu dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya kepada Yesus, ”Guru, apa yang perlu saya lakukan agar mewarisi kehidupan abadi?”​—Lukas 10:25.

      Yesus tahu bahwa pria itu bertanya bukan untuk tahu jawabannya. Pria itu sebenarnya sudah punya pendapat sendiri. Dia mungkin berharap jawaban Yesus akan membuat orang-orang Yahudi tersinggung. Jadi, Yesus tidak langsung menjawabnya. Dia dengan bijak membuat pria itu menyatakan pendapatnya sendiri.

      Yesus bertanya, ”Apa yang ditulis dalam Taurat? Apa yang kamu mengerti?” Pria ini menguasai Taurat, jadi dia mengutip Ulangan 6:5 dan Imamat 19:18. Dia berkata, ”’Kasihilah Yehuwa Allahmu dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa, seluruh kekuatan, dan seluruh pikiranmu,’ dan, ’kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri.’”​—Lukas 10:26, 27.

      Yesus memberi tahu pria itu, ”Jawabanmu benar. Teruslah lakukan itu dan kamu akan mendapat kehidupan.” Tapi, pria itu tidak puas. Dia ingin Yesus setuju dengan cara dia memandang dan memperlakukan orang lain. Dengan begitu, dia bisa ”membuktikan dirinya benar”. Jadi pria itu bertanya lagi, ”Sesama saya itu sebenarnya siapa?” (Lukas 10:28, 29) Pertanyaan itu kelihatan sederhana tapi sebenarnya tidak. Mengapa?

      Menurut orang Yahudi, sesama mereka hanyalah orang-orang yang menjalankan tradisi Yahudi. Mereka mungkin berpikir bahwa Imamat 19:18 mendukung pandangan itu. Malah, mungkin ada orang Yahudi yang merasa bahwa mereka tidak boleh bergaul dengan orang dari bangsa lain. (Kisah 10:28) Jadi, pria ini dan mungkin sebagian pengikut Yesus merasa bahwa yang penting, mereka memperlakukan sesama orang Yahudi dengan baik. Tapi kalau itu bukan orang Yahudi, mereka boleh bersikap seenaknya.

      Bagaimana Yesus mengoreksi pandangan ini tanpa menyinggung perasaan pria itu dan orang-orang Yahudi lain? Dia bercerita, ”Ada orang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho, dan dia jatuh ke tangan perampok. Para perampok itu merampas pakaian dan hartanya, memukulinya sampai hampir mati, lalu meninggalkan dia.” Yesus melanjutkan, ”Kebetulan, seorang imam juga turun lewat jalan itu. Tapi sewaktu melihat dia, imam itu berjalan terus di seberang jalan. Begitu juga dengan seorang Lewi. Sewaktu sampai ke tempat itu dan melihat dia, orang Lewi itu berjalan terus di seberang jalan. Tapi, ada orang Samaria yang lewat di jalan itu. Ketika melihat dia, orang itu tergerak oleh rasa kasihan.”​—Lukas 10:30-33.

      Pria yang bertanya tadi pasti tahu bahwa banyak imam dan orang Lewi yang melayani di bait tinggal di Yerikho. Untuk pulang dari bait, mereka harus melewati jalan yang panjangnya sekitar 23 kilometer. Rute itu berbahaya karena banyak perampok bersembunyi di sana. Jika seorang imam dan orang Lewi melihat sesama orang Yahudi butuh bantuan, apakah mereka mau menolong dia? Dalam cerita itu, mereka tidak mau membantu. Yang membantu orang Yahudi itu malah orang Samaria, yang bangsanya dianggap hina oleh orang Yahudi.​—Yohanes 8:48.

      Bantuan apa yang diberikan orang Samaria itu? Yesus mengatakan, ”Orang itu mendekati dia, lalu menuangkan minyak dan anggur pada luka-lukanya dan membalutnya. Kemudian orang itu menaikkan dia ke atas keledainya, membawa dia ke penginapan, dan merawat dia. Besoknya, orang itu mengeluarkan dua dinar, lalu memberikannya kepada pengurus penginapan dan berkata, ’Rawatlah dia, dan kalau yang kamu belanjakan lebih dari ini, saya akan membayarnya saat saya kembali.’”​—Lukas 10:34, 35.

      Setelah bercerita, Yesus, sang Guru Agung, bertanya kepada pria tadi, ”Menurut kamu, siapa dari tiga orang ini yang bertindak sebagai sesama bagi orang yang jatuh ke tangan perampok itu?” Pria itu mungkin tidak mau menjawab ”orang Samaria”, jadi dia berkata, ”Orang yang menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Yesus lalu dengan jelas menyimpulkan pelajarannya, ”Pergilah dan lakukan itu juga.”​—Lukas 10:36, 37.

      Cara mengajar Yesus benar-benar bagus! Kalau Yesus langsung memberi tahu pria itu bahwa orang dari bangsa lain adalah sesamanya juga, apakah pria itu dan orang-orang Yahudi lain yang ada di sana akan menerima ajaran Yesus? Kemungkinan besar tidak. Tapi, Yesus memberikan cerita sederhana yang pelajarannya mudah dimengerti. Dengan begitu, mereka bisa menjawab sendiri pertanyaan, ”Sesama saya itu sebenarnya siapa?” Jelaslah, sesama yang sebenarnya adalah orang yang menunjukkan kasih dan kebaikan hati, seperti yang diperintahkan dalam Kitab Suci.

  • Yesus Menasihati Marta Serta Berbicara tentang Doa
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Maria duduk di dekat kaki Yesus; Yesus menasihati Marta

      BAB 74

      Yesus Menasihati Marta Serta Berbicara tentang Doa

      LUKAS 10:38–11:13

      • YESUS MENGUNJUNGI MARTA DAN MARIA

      • PENTINGNYA TERUS BERDOA

      Yesus pergi ke desa Betani yang terletak di lereng timur Gunung Zaitun, sekitar tiga kilometer dari Yerusalem. (Yohanes 11:18) Dia masuk ke rumah Marta dan Maria. Mereka dan Lazarus saudara mereka adalah teman Yesus, dan mereka senang menyambut dia.

      Benar-benar kehormatan bisa dikunjungi oleh Mesias! Karena itu, Marta ingin memberikan yang terbaik. Dia pun mempersiapkan berbagai macam makanan. Tapi, sementara Marta sibuk menyiapkan semuanya, Maria duduk di dekat kaki Yesus dan mendengarkan dia. Setelah beberapa lama, Marta berkata kepada Yesus, ”Tuan, apa Tuan tidak lihat bahwa Maria membiarkan aku mengurus semuanya sendiri? Suruh dia bantu aku.”​—Lukas 10:40.

      Tapi Yesus tidak menegur Maria. Dia malah menasihati Marta yang terlalu memusingkan hal-hal jasmani. Yesus berkata, ”Marta, Marta, kamu terlalu khawatir dengan banyak hal. Padahal, yang kita perlu cuma sedikit, bahkan hanya satu. Sedangkan Maria, dia memilih bagian yang terbaik, dan itu tidak akan diambil darinya.” (Lukas 10:41, 42) Yesus menunjukkan bahwa Marta tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk menyiapkan bermacam-macam makanan. Satu macam hidangan saja sudah cukup.

      Niat Marta memang baik. Dia ingin menjadi tuan rumah yang murah hati. Tapi karena terlalu repot mengurus makanan, dia kehilangan kesempatan untuk belajar langsung dari Putra Allah! Yesus mengatakan bahwa Maria membuat pilihan yang bijaksana, yang manfaatnya abadi. Kita perlu meniru sikap Maria.

      Dalam peristiwa lain, Yesus mengajarkan sesuatu yang juga penting. Seorang murid bertanya kepada Yesus, ”Tuan, ajari kami cara berdoa, seperti Yohanes juga mengajari murid-muridnya.” (Lukas 11:1) Sekitar satu setengah tahun sebelumnya, dalam Khotbah di Gunung, Yesus sudah memberitahukan caranya berdoa. (Matius 6:9-13) Namun, murid yang bertanya tadi mungkin tidak hadir pada waktu itu. Jadi, Yesus mengulangi lagi sebagian dari isi doa yang dia ajarkan. Yesus lalu memberikan perumpamaan yang menunjukkan pentingnya terus berdoa:

      ”Katakanlah salah satu dari kalian punya teman, dan kalian pergi ke rumahnya pada tengah malam dan berkata, ’Teman, pinjami aku tiga roti, karena temanku yang melakukan perjalanan baru saja datang ke rumahku, dan aku tidak punya apa-apa untuk dihidangkan.’ Tapi dia menjawab dari dalam, ’Jangan ganggu aku. Pintu sudah dikunci, dan anak-anakku sedang tidur bersamaku. Jadi aku tidak bisa bangun dan memberimu apa pun.’ Aku memberi tahu kalian, meskipun kalian temannya, dia tidak mau bangun dan memberi kalian apa-apa. Tapi karena kegigihan kalian, dia pasti akan bangun dan memberikan apa yang kalian butuhkan.”​—Lukas 11:5-8.

      Yesus tidak memaksudkan bahwa Yehuwa itu seperti teman yang tidak mau menolong. Sebaliknya, Yesus menunjukkan bahwa jika teman itu saja, yang tadinya enggan membantu, akhirnya mau mengabulkan permintaan temannya yang gigih, apalagi Yehuwa. Bapak kita yang pengasih pasti akan menjawab permintaan hamba-hamba-Nya yang beriman jika mereka terus meminta. Yesus melanjutkan, ”Aku berkata kepada kalian, teruslah minta, dan kalian akan diberi; teruslah cari, dan kalian akan menemukan; teruslah ketuk, dan itu akan dibukakan bagi kalian. Setiap orang yang meminta akan menerima, setiap orang yang mencari akan menemukan, dan bagi setiap orang yang mengetuk, itu akan dibukakan.”​—Lukas 11:9, 10.

      Untuk membuat inti ajarannya semakin jelas, Yesus membandingkan Yehuwa dengan seorang ayah: ”Ayah mana di antara kalian yang akan memberikan ular kalau anaknya minta ikan, atau memberikan kalajengking kalau dia minta telur? Kalau kalian yang berdosa saja tahu caranya memberikan apa yang baik kepada anak-anak kalian, apalagi Bapak yang di surga! Dia pasti akan memberikan kuasa kudus kepada orang yang meminta kepada-Nya.” (Lukas 11:11-13) Ya, Yehuwa mau mendengarkan permintaan kita dan memberikan apa yang kita butuhkan!

  • Yesus Memberitahukan Caranya Kita Bisa Bahagia
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Yesus menegur seorang wanita yang menyanjung-nyanjung ibu Yesus, Maria

      BAB 75

      Yesus Memberitahukan Caranya Kita Bisa Bahagia

      LUKAS 11:14-36

      • MENGUSIR ROH JAHAT DENGAN ”JARI ALLAH”

      • CARANYA BISA BENAR-BENAR BAHAGIA

      Yesus baru saja mengulangi ajarannya tentang doa. Tapi, itu bukan satu-satunya hal yang dibahas lebih dari satu kali selama pelayanan Yesus. Dulu di Galilea, Yesus dituduh melakukan mukjizat dengan bantuan penguasa roh jahat. Sekarang di Yudea, dia mendapat tuduhan yang sama.

      Yesus mengusir roh jahat yang membuat seorang pria tidak bisa bicara, dan orang-orang merasa kagum. Tapi, para penentang Yesus malah menuduh, ”Dia mengusir roh jahat dengan bantuan Beelzebul, penguasa roh jahat.” (Lukas 11:15) Ada juga yang ingin menguji Yesus. Jadi, mereka meminta dia menunjukkan tanda, atau mukjizat, dari surga.

      Tapi karena tahu niat mereka, Yesus menjawab mereka seperti dia menjawab orang-orang yang mengkritik dia di Galilea. Dia mengatakan sesuatu yang masuk akal, yaitu bahwa kerajaan yang terpecah belah pasti akan hancur. Dia bertanya, ”Kalau Setan terpecah belah, bagaimana kerajaannya akan bertahan?” Yesus lalu berkata, ”Tapi kalau saya mengusir roh jahat dengan bantuan jari Allah, itu berarti Kerajaan Allah sudah ada di sini tanpa kalian sadari.”​—Lukas 11:18-20, catatan kaki.

      Ketika Yesus menyebut ”jari Allah”, orang-orang yang ada di sana mungkin ingat suatu peristiwa pada zaman Musa. Setelah melihat Musa melakukan mukjizat, orang-orang di istana Firaun berkata, ”Itu jari Allah!” Selain itu, jari Allah juga menuliskan Sepuluh Perintah di dua lempengan batu. (Keluaran 8:19, catatan kaki; 31:18) Jari Allah adalah kuasa kudus-Nya, dan kuasa inilah yang membuat Yesus bisa mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang sakit. Karena Yesus, yang adalah calon Raja Kerajaan Allah, melakukan berbagai mukjizat di depan orang-orang, Kerajaan Allah bisa dikatakan sudah ada di antara mereka.

      Yesus kemudian berkata bahwa sebuah rumah bisa dijarah hanya oleh orang yang lebih kuat daripada penjaga rumah itu. Jadi, karena Yesus bisa mengusir roh jahat, itu berarti dia lebih berkuasa daripada Setan. Yesus lalu mengulangi lagi perumpamaannya tentang roh jahat yang meninggalkan seorang pria. Jika pria tersebut tidak mengisi kekosongan itu dengan hal-hal baik, roh itu akan kembali lagi sambil membawa tujuh roh jahat lain. Akibatnya, kondisi pria itu lebih parah daripada sebelumnya. (Matius 12:22, 25-29, 43-45) Itulah yang terjadi dengan bangsa Israel pada zaman Yesus.

      Seorang wanita yang saat itu mendengarkan Yesus berkata, ”Bahagialah rahim yang mengandungmu dan buah dada yang menyusuimu!” Para wanita Yahudi ingin sekali menjadi ibu seorang nabi, terutama ibu sang Mesias. Jadi, wanita ini mungkin merasa bahwa Maria pasti senang menjadi ibu Yesus, sang Guru Agung. Namun Yesus menegur wanita itu, ”Tidak, yang bahagia adalah orang yang mendengar firman Allah dan menaatinya!” (Lukas 11:27, 28) Yesus tidak pernah berkata bahwa Maria harus disanjung atau dihormati lebih daripada yang lain. Seseorang bahagia bukan karena punya hubungan darah atau prestasi tertentu, tapi karena dia melayani Allah dengan setia.

      Seperti di Galilea, Yesus sekarang menegur orang-orang karena mereka meminta tanda dari surga. Dia berkata bahwa mereka tidak akan melihat tanda apa pun kecuali ”tanda Yunus”. Yunus menjadi tanda sewaktu dia berada dalam perut seekor ikan selama tiga hari. Yunus juga menjadi tanda karena dia mengabar dengan berani sehingga orang Niniwe mau bertobat. Yesus lalu berkata tentang dirinya, ”Sebenarnya, di sini ada yang lebih penting daripada Yunus.” (Lukas 11:29-32) Yesus juga lebih penting daripada Salomo, yang begitu bijaksana sampai-sampai membuat ratu dari Syeba penasaran.

      Yesus menambahkan, ”Setelah menyalakan lampu minyak, orang tidak akan menaruhnya di tempat tersembunyi atau di bawah keranjang.” (Lukas 11:33) Yesus mungkin memaksudkan bahwa percuma saja dia mengajar dan melakukan mukjizat di depan orang-orang ini. Hal itu seperti menaruh lampu di tempat tersembunyi. Mereka tidak bisa melihat makna di balik mukjizat Yesus karena mata mereka tidak fokus.​—Lukas 11:34.

      Yesus baru saja mengusir roh jahat dan menyembuhkan pria yang tadinya tidak bisa bicara. Tapi, para penentang Yesus tidak tergerak untuk memuji Allah dan memberi tahu orang lain tentang apa yang telah Yehuwa lakukan. Jadi Yesus memperingatkan, ”Waspadalah, jangan sampai terang yang ada dalam dirimu ternyata adalah kegelapan. Kalau seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, itu akan menjadi terang seperti lampu yang menerangimu.”​—Lukas 11:35, 36.

  • Yesus Makan Bersama Orang Farisi
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Yesus mengecam orang Farisi yang munafik dan membuat banyak tradisi

      BAB 76

      Yesus Makan Bersama Orang Farisi

      LUKAS 11:37-54

      • YESUS MENGECAM ORANG-ORANG FARISI YANG MUNAFIK

      Di Yudea, Yesus menerima undangan makan dari seorang Farisi. Kemungkinan ini adalah undangan makan siang. (Lukas 11:37, 38) Sebelum makan, orang Farisi punya kebiasaan mencuci tangan sampai ke siku. Tapi Yesus tidak melakukannya. (Matius 15:1, 2) Kebiasaan itu memang tidak melanggar Hukum Allah. Tapi, itu juga tidak diwajibkan oleh Allah.

      Orang Farisi itu heran karena Yesus tidak melakukannya. Yesus mengetahui hal ini, jadi dia berkata, ”Kalian, orang Farisi, kalian membersihkan bagian luar mangkuk dan piring, tapi di dalam, kalian penuh dengan keserakahan dan kejahatan. Kalian tidak masuk akal! Dia yang membuat bagian luar juga membuat bagian dalam, kan?”​—Lukas 11:39, 40.

      Masalahnya bukan soal mencuci tangan sebelum makan, tapi soal kemunafikan orang Farisi. Mereka menjalankan ritual membersihkan tangan sebelum makan, tapi tidak membersihkan hati mereka. Jadi Yesus menasihati, ”Kalau kalian memberikan sedekah, berikanlah itu dari hati, dan kalian akan bersih sepenuhnya.” (Lukas 11:41) Nasihat itu bagus sekali! Kita seharusnya memberi karena kita menyayangi orang lain, bukan supaya orang terkesan.

      Yesus lalu berkata, ”Kalian memberikan sepersepuluh dari tanaman mint, inggu, dan semua rempah lainnya, tapi kalian mengabaikan keadilan dan kasih kepada Allah! Memberi perpuluhan memang wajib dilakukan, tapi yang lain itu tidak boleh diabaikan.” (Lukas 11:42) Hukum Allah mengharuskan orang Israel untuk memberikan sepersepuluh dari hasil ladang mereka, termasuk tanaman mint dan inggu. (Ulangan 14:22) Orang Farisi menaati peraturan itu. Tapi, apakah mereka menaati peraturan-peraturan yang lebih penting, seperti bersikap adil dan rendah hati?​—Mikha 6:8.

      Yesus melanjutkan, ”Sungguh celaka kalian, orang Farisi, karena kalian menyukai tempat duduk yang paling depan di rumah ibadah dan salam hormat di tempat-tempat umum! Sungguh celaka kalian, karena kalian seperti kuburan yang tidak kelihatan jelas, sehingga orang tidak sadar ketika berjalan di atasnya!” (Lukas 11:43, 44) Orang bisa tanpa sengaja berjalan di atas kuburan yang tidak terlihat dan menjadi najis. Hati orang Farisi sama seperti kuburan itu, yang najis meskipun tidak terlihat oleh orang lain.​—Matius 23:27.

      Seorang pria yang menguasai Taurat memprotes, ”Guru, kata-katamu menghina kami juga.” Namun, para ahli Taurat seperti pria ini memang harus disadarkan bahwa mereka menyusahkan orang. Yesus berkata, ”Sungguh celaka juga kalian yang menguasai Taurat, karena kalian membebani orang dengan beban yang berat, tapi kalian sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun! Sungguh celaka kalian, karena kalian membuat makam untuk nabi-nabi, padahal leluhur kalianlah yang membunuh mereka!”​—Lukas 11:45-47.

      Orang Farisi membuat tradisi dan penafsiran sendiri tentang Taurat, dan mereka mewajibkan orang-orang mengikutinya. Akibatnya, orang-orang menjadi terbebani. Dulu, leluhur mereka membunuh nabi-nabi Allah, mulai dari Habel sampai seterusnya. Sekarang, mereka membuat makam bagi para nabi supaya orang-orang mengira bahwa mereka menghormati nabi-nabi itu. Padahal, mereka sebenarnya sama seperti leluhur mereka. Mereka bahkan berusaha membunuh Nabi Allah yang paling besar. Maka, Yesus berkata bahwa Allah akan menghukum mereka. Itu terjadi 38 tahun kemudian, yaitu pada tahun 70 M.

      Yesus lalu berkata, ”Sungguh celaka kalian yang menguasai Taurat, karena kalian mengambil kunci pengetahuan. Kalian sendiri tidak masuk, dan kalian menghalangi mereka yang mau masuk!” (Lukas 11:52) Ya, bukannya membantu orang-orang untuk memahami Firman Allah, para ahli Taurat ini justru menghalangi mereka.

      Bagaimana reaksi orang Farisi dan para ahli Taurat? Ketika Yesus mau pergi dari rumah itu, mereka marah dan menghujani Yesus dengan pertanyaan. Mereka bertanya bukan karena ingin belajar, tapi karena ingin menjebak Yesus. Mereka berharap Yesus akan mengatakan sesuatu yang bisa membuat dia ditangkap.

  • Yesus Memberikan Nasihat tentang Harta
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Seorang pria kaya puas ketika memikirkan kekayaan yang sudah dia kumpulkan

      BAB 77

      Yesus Memberikan Nasihat tentang Harta

      LUKAS 12:1-34

      • PERUMPAMAAN TENTANG SEORANG PRIA KAYA

      • CONTOH BURUNG GAGAK DAN BUNGA LILI

      • ”KAWANAN KECIL” YANG AKAN MEMERINTAH DALAM KERAJAAN SURGA

      Sementara Yesus makan di rumah seorang Farisi, ribuan orang menunggu di luar. Ini mirip dengan apa yang terjadi di Galilea. (Markus 1:33; 2:2; 3:9) Sekarang di Yudea, banyak orang mau bertemu dan mendengarkan Yesus. Mereka berbeda sekali dengan orang-orang Farisi yang makan bersama Yesus.

      Yesus pertama-tama memberi tahu murid-muridnya sesuatu yang sebelumnya pernah dia sampaikan. Dia berkata, ”Waspadalah terhadap ragi orang Farisi, yaitu kemunafikan mereka.” Yesus mengulangi peringatan ini karena selama jamuan makan, Yesus melihat betapa munafiknya orang Farisi. (Lukas 12:1; Markus 8:15) Orang Farisi mungkin berusaha menyembunyikan keburukan mereka dengan bersikap sok suci. Tapi, kejahatan mereka tidak bisa terus ditutupi. Yesus berkata, ”Semua yang tertutup rapat akan tersingkap, dan semua rahasia akan diketahui.”​—Lukas 12:2.

      Kemungkinan, kebanyakan orang di sana adalah orang Yudea yang belum pernah mendengar ajaran Yesus di Galilea. Jadi, dia mengulangi beberapa inti ajarannya. Dia menasihati, ”Jangan takut kepada orang yang bisa membunuh tubuh tapi setelah itu tidak bisa berbuat apa-apa lagi.” (Lukas 12:4) Yesus juga kembali menekankan bahwa para pengikutnya harus yakin Allah akan membantu dan memenuhi kebutuhan mereka. Mereka juga harus mengakui bahwa Yesus adalah Tuan mereka.​—Matius 10:19, 20, 26-33; 12:31, 32.

      Seorang pria di antara kerumunan orang itu tiba-tiba meminta kepada Yesus, ”Guru, suruh kakak laki-laki saya berbagi warisan dengan saya.” (Lukas 12:13) Aturan dalam Taurat sebenarnya sudah jelas: Anak laki-laki tertua berhak menerima warisan dua kali lipat. (Ulangan 21:17) Namun kelihatannya, pria ini mau mendapatkan lebih banyak warisan. Yesus dengan bijak tidak mau membela siapa pun. Dia bertanya, ”Siapa yang melantik saya untuk menjadi hakim atau perantara bagi kalian?”​—Lukas 12:14.

      Yesus lalu memperingatkan orang-orang, ”Berhati-hatilah dan hindari setiap jenis keserakahan, karena sekalipun seseorang punya banyak harta, hartanya itu tidak memberinya kehidupan.” (Lukas 12:15) Sebanyak apa pun kekayaan seseorang, suatu saat dia pasti akan mati dan meninggalkan hartanya. Yesus lalu menceritakan perumpamaan untuk menunjukkan bahwa nama baik di mata Allah jauh lebih berharga:

      ”Ada orang kaya yang tanahnya menghasilkan panen yang limpah. Maka dia mulai berpikir, ’Aku tidak punya tempat untuk mengumpulkan hasil panenku. Jadi, apa yang harus aku lakukan?’ Lalu dia berpikir lagi, ’Ini yang akan kulakukan: Aku akan merobohkan gudang-gudangku dan membuat yang lebih besar. Di situ aku akan menyimpan semua biji-bijian dan barang-barangku, dan aku akan berkata kepada diriku sendiri: ”Kamu sudah punya banyak simpanan yang bisa dinikmati sampai bertahun-tahun ke depan. Jadi, kamu bisa bersantai, makan, minum, dan bersenang-senang.”’ Tapi Allah berkata kepadanya, ’Kamu tidak masuk akal! Malam ini nyawamu akan direnggut. Lalu, siapa yang akan memiliki hal-hal yang kamu timbun?’ Begitulah jadinya orang yang menimbun harta untuk diri sendiri tapi tidak kaya di mata Allah.”​—Lukas 12:16-21.

      Para murid maupun pendengar Yesus yang lain bisa tergoda untuk mengumpulkan kekayaan. Atau, mereka bisa jadi tidak melayani Yehuwa dengan sepenuh hati karena mengkhawatirkan kebutuhan hidup. Jadi, Yesus mengulangi nasihat bagus yang dia berikan dalam Khotbah di Gunung satu setengah tahun sebelumnya:

      ”Jangan lagi khawatir soal kehidupan kalian, tentang apa yang akan kalian makan, ataupun soal tubuh kalian, tentang apa yang akan kalian pakai. . . . Perhatikanlah burung gagak. Mereka tidak menabur benih atau memanen, dan tidak punya lumbung atau gudang, tapi Allah memberi mereka makan. Bukankah kalian jauh lebih berharga daripada burung-burung? . . . Perhatikanlah bagaimana bunga-bunga lili tumbuh: Mereka tidak bekerja atau menjahit, tapi aku memberi tahu kalian, bahkan Salomo yang begitu mulia pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. . . . Jangan lagi mempersoalkan apa yang akan kalian makan dan minum, dan jangan lagi khawatir berlebihan. . . . Bapak kalian tahu bahwa kalian butuh semua hal itu. . . . Teruslah utamakan Kerajaan-Nya, dan hal-hal itu akan diberikan kepada kalian.”​—Lukas 12:22-31; Matius 6:25-33.

      Yesus lalu menunjukkan bahwa ”kawanan kecil”, yaitu orang-orang beriman yang jumlahnya hanya 144.000, akan mengutamakan Kerajaan Allah. Apa yang akan mereka terima? Yesus berkata, ”Bapak kalian sudah berkenan untuk memberi kalian Kerajaan itu.” Orang-orang ini tidak mengejar harta materi yang bisa dicuri atau hilang. Sebaliknya, mereka berupaya mendapatkan ”harta di surga yang tidak akan pernah habis”, karena di sanalah mereka akan memerintah bersama Kristus.​—Lukas 12:32-34.

  • Tetaplah Siaga, Pengurus yang Setia!
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Dua pria membawa lampu sambil menunggu kedatangan majikan mereka

      BAB 78

      Tetaplah Siaga, Pengurus yang Setia!

      LUKAS 12:35-59

      • PENGURUS YANG SETIA HARUS SELALU SIAGA

      • YESUS DATANG UNTUK MENIMBULKAN PERPECAHAN

      Yesus sudah menjelaskan bahwa hanya ”kawanan kecil” yang akan memerintah dalam Kerajaan surga. (Lukas 12:32) Berkat yang luar biasa itu harus mereka hargai. Yesus sekarang memberitahukan mengapa mereka tidak bisa bersantai-santai.

      Yesus ingin para muridnya siap menyambut dia ketika dia kembali. Dia mengatakan, ”Berpakaianlah dan bersiaplah, dan pastikan lampu minyak kalian tetap menyala. Kalian harus seperti budak-budak yang menunggu majikan mereka pulang dari pesta pernikahan. Saat dia datang dan mengetuk pintu, mereka bisa langsung membukakannya. Kalau majikan itu melihat mereka tetap berjaga-jaga saat dia datang, bahagialah budak-budak itu!”​—Lukas 12:35-37.

      Dari perumpamaan itu, para murid bisa langsung tahu sikap seperti apa yang Yesus inginkan. Yesus menyebutkan tentang budak-budak yang siap menunggu kedatangan majikan mereka. Yesus menjelaskan, ”Kalau [sang majikan] datang pada giliran jaga kedua [dari sekitar jam sembilan malam sampai tengah malam], atau bahkan ketiga [dari tengah malam sampai sekitar jam tiga pagi], dan melihat mereka tetap siaga, bahagialah budak-budak itu!”​—Lukas 12:38.

      Ini bukan sekadar nasihat tentang menjadi pekerja yang rajin. Buktinya sang Putra manusia, yaitu Yesus sendiri, ada dalam perumpamaan tersebut. Dia berkata, ”Kalian juga, tetaplah siaga, karena Putra manusia akan datang pada jam yang tidak kalian sangka.” (Lukas 12:40) Jadi di masa depan, Yesus akan datang, dan para pengikutnya, khususnya ”kawanan kecil”, harus siap.

      Petrus ingin lebih memahami maksud Yesus. Jadi dia bertanya, ”Tuan, apa perumpamaan ini hanya untuk kami atau untuk orang lain juga?” Untuk menjawab Petrus, Yesus menceritakan perumpamaan lain: ”Siapa sebenarnya pengurus yang setia, yang bijaksana, yang akan diangkat majikannya untuk mengurus para pelayan rumahnya, untuk terus memberi mereka cukup makanan pada waktu yang tepat? Bahagialah budak itu kalau saat majikannya datang, majikannya melihat dia sedang melakukan tugasnya! Aku memberi tahu kalian dengan sebenarnya, majikannya akan menugasi dia untuk mengurus semua harta miliknya.”​—Lukas 12:41-44.

      Majikan itu adalah Yesus, sang Putra manusia, sedangkan ”pengurus yang setia” adalah beberapa anggota ”kawanan kecil”. (Lukas 12:32) Yesus mengatakan bahwa pengurus itu akan terus memberikan ”cukup makanan pada waktu yang tepat” kepada ”para pelayan rumahnya”, sama seperti Yesus memberikan makanan rohani kepada Petrus dan para murid lainnya. Kedua perumpamaan itu juga menunjukkan bahwa Putra manusia akan datang di masa depan. Pada saat itu, Yesus akan melihat bahwa pengurus itu setia menjalankan tugasnya, yaitu memberikan makanan rohani bagi para pengikut Yesus.

      Yesus lalu menasihati para muridnya untuk menjaga pikiran dan tindakan mereka. Kalau mereka tidak hati-hati, mereka bahkan bisa memusuhi rekan-rekan mereka. Yesus berkata, ”Seandainya budak itu berkata dalam hati, ’Kedatangan majikanku masih lama,’ dan mulai memukuli para pelayan lelaki dan perempuan, serta makan dan minum sampai mabuk, majikannya akan datang pada hari yang tidak dia sangka dan jam yang tidak dia ketahui, dan akan menghukum dia seberat-beratnya dan memberinya tempat bersama orang-orang yang tidak setia.”​—Lukas 12:45, 46.

      Yesus mengatakan bahwa dia datang ”untuk menyalakan api di bumi”. Dan itulah yang terjadi. Ajaran Yesus mematahkan ajaran palsu serta tradisi manusia dan membuat orang-orang berselisih. Ini bahkan membuat keluarga terpecah belah, ”ayah melawan anak laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anak perempuan dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantu perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya”.​—Lukas 12:49, 53.

      Semua kata-kata Yesus itu terutama ditujukan bagi murid-muridnya. Sekarang, Yesus berbicara kepada kumpulan orang di sana. Kebanyakan dari mereka tidak mengakui bahwa Yesus adalah Mesias, padahal mereka sudah melihat banyak bukti. Maka Yesus berkata, ”Kalau kalian lihat awan gelap di sebelah barat, kalian langsung berkata, ’Akan ada hujan badai,’ dan itu terjadi. Dan kalau kalian lihat angin selatan bertiup, kalian berkata, ’Udara akan sangat panas,’ dan itu terjadi. Orang munafik, kalian tahu cuaca akan seperti apa dengan melihat bumi dan langit, tapi kenapa kalian tidak tahu caranya memahami hal-hal yang terjadi saat ini?” (Lukas 12:54-56) Jelaslah, mereka tidak siap menyambut sang Mesias.

  • Orang Yahudi yang Tidak Beriman Akan Dibinasakan
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Yesus menyembuhkan seorang wanita pada hari Sabat; ketua sinagoga marah

      BAB 79

      Orang Yahudi yang Tidak Beriman Akan Dibinasakan

      LUKAS 13:1-21

      • PELAJARAN DARI DUA MUSIBAH

      • SEORANG WANITA YANG BUNGKUK DISEMBUHKAN PADA HARI SABAT

      Yesus sudah sering berusaha membuat orang-orang memikirkan hubungan mereka dengan Allah. Kali ini, Yesus melakukannya lagi saat dia mengajar di depan rumah seorang Farisi.

      Beberapa orang menyebutkan tentang sebuah musibah. Mereka bercerita bahwa ”[Gubernur] Pilatus membunuh orang-orang Galilea yang sedang mempersembahkan korban”. (Lukas 13:1) Bagaimana ceritanya?

      Dengan bantuan para petugas bait, Pilatus mengambil uang dari perbendaharaan bait dan memakainya untuk membangun akuaduk, atau jembatan saluran air, ke Yerusalem. Ribuan orang Yahudi memprotes Pilatus, dan orang-orang Galilea itu mungkin dibunuh saat aksi protes tersebut. Orang-orang yang menceritakan kejadian ini mungkin merasa bahwa orang-orang Galilea itu dibunuh karena telah berbuat dosa. Apakah Yesus setuju?

      Dia bertanya, ”Apa kalian pikir itu terjadi karena orang-orang Galilea itu lebih berdosa daripada semua orang Galilea lainnya?” Menurut Yesus, tidak. Namun, dia menggunakan kejadian ini untuk memperingatkan orang Yahudi, ”Kalau kalian tidak bertobat, kalian semua akan binasa seperti mereka.” (Lukas 13:2, 3) Yesus lalu membahas kejadian lain yang kemungkinan masih berhubungan dengan pembuatan jembatan saluran air itu:

      ”Ke-18 orang yang mati tertimpa menara di Siloam, apa kalian pikir kesalahan mereka lebih besar daripada semua orang lain di Yerusalem?” (Lukas 13:4) Bisa jadi, kerumunan orang itu merasa bahwa orang-orang itu mati karena mereka berbuat dosa. Lagi-lagi, Yesus tidak setuju. Dia tahu bahwa musibah itu mungkin terjadi karena ”waktu dan kejadian yang tidak terduga”. (Pengkhotbah 9:11) Namun, mereka semua bisa belajar dari musibah itu. Yesus berkata, ”Kalau kalian tidak bertobat, kalian semua akan binasa seperti mereka.” (Lukas 13:5) Mengapa Yesus membahas soal ini sekarang?

      Cabang pohon ara yang berdaun tapi tidak berbuah

      Yesus memberikan perumpamaan: ”Ada orang yang punya pohon ara di kebun anggurnya. Dia mencari buah di pohon itu, tapi tidak menemukan satu pun. Lalu dia berkata kepada tukang kebunnya, ’Sudah tiga tahun saya cari buah di pohon ara ini, tapi tidak pernah ada. Tebang saja! Tidak ada gunanya pohon itu tumbuh di tanah kalau tidak berbuah.’ Tukang kebunnya menjawab, ’Tuan, coba kita lihat satu tahun lagi. Saya akan gali tanah di sekelilingnya dan menaruh pupuk. Kalau pohon ini nanti berbuah, ya bagus, tapi kalau tidak, tebang saja.’”​—Lukas 13:6-9.

      Selama lebih dari tiga tahun, Yesus telah berusaha memupuk iman orang-orang Yahudi. Namun, hanya sedikit yang menjadi pengikutnya dan bisa dianggap sebagai buah dari kerja kerasnya. Sekarang pada tahun keempat pelayanannya, Yesus berusaha lebih giat lagi. Dia mengabar di Yudea dan Perea, seolah menggali tanah dan menaruh pupuk di sekitar pohon ara Yahudi. Tapi, yang mendengarkan Yesus hanya sedikit. Secara keseluruhan, bangsa itu tidak bertobat dan akan dibinasakan.

      Penolakan orang-orang sekali lagi terlihat pada hari Sabat tak lama setelah itu. Yesus sedang mengajar di sinagoga, dan dia melihat seorang wanita yang tubuhnya bungkuk selama 18 tahun karena kerasukan roh jahat. Yesus merasa kasihan dan berkata kepada wanita itu, ”Kamu dibebaskan dari penyakitmu.” (Lukas 13:12) Yesus menyentuh wanita itu, dan dia pun langsung berdiri tegap dan memuji Allah.

      Seorang pria Israel menuntun sapinya keluar dari kandang

      Melihat hal tersebut, ketua sinagoga itu marah. Dia berkata, ”Ada enam hari untuk bekerja. Jadi kalau mau disembuhkan, datang saja di hari-hari itu, jangan di hari Sabat.” (Lukas 13:14) Ketua sinagoga itu tidak meragukan kuasa Yesus untuk menyembuhkan orang sakit. Yang dia permasalahkan adalah tindakan orang-orang yang minta disembuhkan pada hari Sabat. Jawaban Yesus sangat masuk akal: ”Orang munafik, bukankah di hari Sabat kalian melepaskan sapi atau keledai kalian dari kandang dan membawanya untuk diberi minum? Apalagi wanita ini, yang adalah keturunan Abraham dan sudah 18 tahun diikat Setan. Masa dia tidak boleh dilepaskan dari ikatannya ini pada hari Sabat?”​—Lukas 13:15, 16.

      Para penentang Yesus merasa malu, tapi kerumunan orang di sana senang melihat mukjizat Yesus. Setelah itu, Yesus memberitahukan dua perumpamaan tentang Kerajaan Allah, yang sebelumnya pernah dia ceritakan di Laut Galilea.​—Matius 13:31-33; Lukas 13:18-21.

  • Sang Gembala yang Baik dan Dua Kandang Domba
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Seorang gembala membuka pintu dan sekawanan domba masuk ke kandang

      BAB 80

      Sang Gembala yang Baik dan Dua Kandang Domba

      YOHANES 10:1-21

      • YESUS BERBICARA TENTANG GEMBALA YANG BAIK DAN DUA KANDANG DOMBA

      Yesus masih mengajar di Yudea. Dia sekarang berbicara tentang domba dan kandang domba. Orang Yahudi mengerti bahwa yang Yesus maksudkan bukan domba sungguhan. Mereka mungkin ingat kata-kata Daud ini: ”Yehuwa-lah Gembalaku. Aku tidak akan kekurangan apa pun. Dia bawa aku untuk berbaring di padang rumput.” (Mazmur 23:1, 2) Di mazmur lain, Daud mengundang bangsa Israel, ”Mari kita berlutut di hadapan Yehuwa, Pembuat kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat yang Dia gembalakan.” (Mazmur 95:6, 7) Jadi sejak dulu, bangsa Israel disamakan dengan kawanan domba.

      Bangsa Israel berada di dalam ”kandang domba” karena mereka terikat perjanjian Hukum Musa. Hukum itu seperti pagar yang melindungi mereka dari pengaruh buruk bangsa lain. Namun, ada sejumlah orang Israel yang menindas domba-domba Allah. Yesus berkata, ”Orang yang masuk ke kandang domba dengan memanjat tembok, tidak melalui pintu, pasti pencuri dan perampok. Tapi orang yang masuk melalui pintu adalah gembala domba.”​—Yohanes 10:1, 2.

      Siapakah pencuri dan perampok itu? Para pendengar Yesus mungkin teringat pada para penipu yang mengaku sebagai Mesias, atau Kristus. Orang-orang harus mengikuti sang ”gembala domba”, bukan para penipu itu.

      Yesus berkata tentang gembala ini, ”Penjaga pintu membukakan pintu bagi dia, dan domba-domba mendengarkan suaranya. Dia memanggil domba miliknya dengan nama mereka masing-masing dan memimpin mereka ke luar. Setelah membawa semua dombanya ke luar, dia berjalan di depan mereka, dan mereka mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Mereka tidak bakal mengikuti orang yang tidak dikenal, tapi akan lari dari orang itu, karena mereka tidak mengenal suara orang itu.”​—Yohanes 10:3-5.

      Sebelumnya, Yohanes Pembaptis, seperti seorang penjaga pintu, telah mengatakan bahwa orang-orang yang berada di bawah Hukum Musa harus mengikuti Yesus. Dan memang, ada orang-orang di Galilea maupun Yudea yang mengenali suara gembala mereka, Yesus. Yesus berkata bahwa dia akan ”memimpin mereka ke luar”, tapi para pendengar Yesus ”tidak mengerti maksudnya”. (Yohanes 10:6) Mereka mungkin berpikir, ’Ke mana? Apa manfaatnya mengikuti Yesus?’

      Yesus berkata, ”Sayalah pintu untuk domba-domba. Semua yang datang dan berpura-pura menjadi saya adalah pencuri dan perampok, tapi domba-domba tidak mendengarkan mereka. Sayalah pintunya. Siapa pun yang masuk melalui saya akan diselamatkan, dan dia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.”​—Yohanes 10:7-9.

      Orang-orang tahu bahwa Yesus bukanlah ”pintu”, atau perantara, untuk perjanjian Hukum Musa, yang sudah ada selama berabad-abad. Jadi, Yesus pasti memaksudkan bahwa domba yang dia ’pimpin ke luar’ akan masuk ke kandang lain. Apa manfaatnya bagi mereka?

      Yesus menjelaskan, ”Saya datang supaya domba-domba bisa memiliki kehidupan, dan memilikinya dengan limpah. Saya adalah gembala yang baik. Gembala yang baik menyerahkan nyawanya demi domba-domba.” (Yohanes 10:10, 11) Yesus pernah meyakinkan para muridnya, ”Jangan takut, kawanan kecil, karena Bapak kalian sudah berkenan untuk memberi kalian Kerajaan itu.” (Lukas 12:32) Jadi jelas, ”kawanan kecil” inilah yang akan Yesus bawa ke kandang yang baru supaya mereka bisa ”memiliki kehidupan, dan memilikinya dengan limpah”!

      Tapi, Yesus belum selesai. Dia melanjutkan, ”Saya juga punya domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini. Mereka pun harus saya bawa. Mereka akan mendengarkan suara saya, dan semuanya akan menjadi satu kawanan, dengan satu gembala.” (Yohanes 10:16) Menurut Yesus, ”domba-domba lain” itu tidak berasal ”dari kandang ini”. Mereka bukan bagian dari ”kawanan kecil” yang akan mewarisi Kerajaan surga. Dua kawanan domba ini punya masa depan yang berbeda, namun sama-sama mendapat manfaat dari pengorbanan Yesus. Dia mengatakan, ”Bapak mengasihi saya, karena saya menyerahkan nyawa saya.”​—Yohanes 10:17.

      Banyak orang berkata, ”Dia kesurupan dan gila.” Namun, yang lainnya mau mendengarkan dan mengikuti sang Gembala yang Baik. Mereka berkata, ”Orang yang kesurupan roh jahat tidak akan bicara begitu. Roh jahat tidak bisa membuka mata orang buta, kan?” (Yohanes 10:20, 21) Mereka mungkin membicarakan mukjizat Yesus baru-baru ini, yaitu menyembuhkan seorang pria yang terlahir buta.

  • Apa Maksudnya Yesus dan Allah Adalah Satu?
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
    • Orang-orang Yahudi mengambil batu untuk membunuh Yesus, tapi Yesus berhasil melarikan diri

      BAB 81

      Apa Maksudnya Yesus dan Allah Adalah Satu?

      YOHANES 10:22-42

      • ”SAYA DAN BAPAK ADALAH SATU”

      • YESUS DITUDUH MENGAKU SEBAGAI ALLAH, TAPI YESUS MEMBANTAHNYA

      Yesus sekarang pergi ke Yerusalem untuk menghadiri Perayaan Penahbisan (atau, Hanukah). Perayaan ini diadakan untuk memperingati penahbisan kembali bait. Lebih dari seratus tahun sebelumnya, Raja Antiokhus IV Epifanes dari Siria membangun mezbah di atas mezbah agung di bait. Belakangan, putra-putra seorang imam Yahudi merebut kembali Yerusalem dan menahbiskan lagi bait itu bagi Yehuwa. Sejak itu, penahbisan tersebut dirayakan setiap tahun pada tanggal 25 Khislew. Bulan Khislew sama dengan akhir November sampai awal Desember.

      Saat itu musim dingin. Ketika Yesus berjalan di bait, di Serambi Salomo, orang-orang Yahudi mengelilingi dia dan berkata, ”Sampai kapan kamu akan membiarkan kami bertanya-tanya? Kalau kamu Kristus, terus terang saja beri tahu kami.” (Yohanes 10:22-24) Yesus menjawab, ”Saya sudah beri tahu kalian, tapi kalian tidak percaya.” Yesus memang tidak pernah langsung memberi tahu mereka bahwa dialah Kristus, seperti dia memberi tahu wanita Samaria di dekat sumur. (Yohanes 4:25, 26) Namun, Yesus pernah berkata kepada mereka, ”Sebelum Abraham ada, saya sudah ada.”​—Yohanes 8:58.

      Yesus sudah melakukan banyak hal yang dinubuatkan tentang Kristus. Jadi, Yesus ingin orang-orang menyimpulkan sendiri bahwa dialah Kristus. Yesus juga sering melarang para murid untuk memberi tahu orang lain bahwa dia adalah Mesias. Tapi sekarang, Yesus dengan terus terang memberi tahu musuh-musuhnya, ”Pekerjaan yang saya lakukan dengan nama Bapak saya, itulah yang bersaksi tentang saya. Tapi kalian tidak percaya.”​—Yohanes 10:25, 26.

      Mengapa mereka tidak percaya? ”Karena kalian bukan domba-domba saya. Domba-domba saya mendengarkan suara saya. Saya mengenal mereka, dan mereka mengikuti saya. Saya akan memberi mereka kehidupan abadi, dan mereka tidak akan pernah dimusnahkan. Tidak ada yang akan merebut mereka dari tangan saya. Apa yang Bapak berikan kepada saya lebih berharga daripada segala hal lain.” Yesus melanjutkan, ”Saya dan Bapak adalah satu.” (Yohanes 10:26-30) Yesus sedang ada di bumi, sedangkan Bapaknya di surga. Jadi, Yesus tidak mungkin memaksudkan bahwa dia dan Bapaknya adalah pribadi yang sama. Maksud Yesus, dia dan Bapaknya sangat dekat dan punya satu tujuan.

      Kata-kata Yesus membuat orang Yahudi begitu marah sampai-sampai mereka sekali lagi mengambil batu untuk melempari Yesus. Tapi Yesus tidak takut. ”Saya menunjukkan kepada kalian banyak pekerjaan yang baik dari Bapak,” katanya. ”Pekerjaan mana yang membuat kalian melempari saya dengan batu?” Mereka menjawab, ”Bukan karena kamu melakukan pekerjaan yang baik, tapi karena kamu menghina Allah. . . . Kamu menjadikan dirimu suatu allah.” (Yohanes 10:31-33) Yesus tidak pernah mengaku sebagai suatu allah. Jadi mengapa dia dituduh begitu?

      Yesus berkata bahwa dia bisa melakukan hal-hal yang menurut orang Yahudi hanya bisa dilakukan oleh Allah. Misalnya, Yesus berkata bahwa dia akan memberikan kehidupan abadi bagi domba-dombanya. (Yohanes 10:28) Orang Yahudi lupa bahwa Yesus dengan terus terang mengakui bahwa dia menerima kuasa dari Bapaknya.

      Untuk membantah tuduhan itu, Yesus bertanya, ”Bukankah dalam Taurat kalian [di Mazmur 82:6] tertulis, ’Aku berkata, ”Kalian adalah allah-allah”’? Kalau orang-orang yang ditentang oleh firman Allah itu Dia sebut ’allah-allah’, . . . kenapa kalian berkata kepada saya, yang disucikan dan diutus ke dunia oleh Bapak, ’Kamu menghina Allah’, ketika saya berkata, ’Saya Putra Allah’?”​—Yohanes 10:34-36.

      Ya, Kitab Suci menyebut hakim manusia yang tidak adil sebagai ”allah-allah”. Jadi, mengapa orang Yahudi marah ketika Yesus berkata, ”Saya Putra Allah”? Yesus lalu mengatakan, ”Kalau saya tidak melakukan pekerjaan dari Bapak saya, jangan percaya kepada saya. Tapi kalau saya melakukannya, meskipun kalian tidak percaya kepada saya, percayalah karena pekerjaan saya itu, supaya kalian mengerti dan bisa semakin mengerti bahwa Bapak bersatu dengan saya, dan saya bersatu dengan Bapak.”​—Yohanes 10:37, 38.

      Mendengar itu, orang-orang Yahudi itu malah berusaha menangkap Yesus, tapi sekali lagi dia melarikan diri. Dia pergi dari Yerusalem dan menyeberangi Sungai Yordan ke daerah tempat Yohanes membaptis orang hampir empat tahun sebelumnya.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan