-
Yehuwa, ”Hakim Segenap Bumi” yang Tidak Memandang MukaMenara Pengawal—1992 | 1 Juli
-
-
Yehuwa, ”Hakim Segenap Bumi” yang Tidak Memandang Muka
”Bapa . . . tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya.”—1 PETRUS 1:17.
1, 2. (a) Mengapa kita harus merasa takut sekaligus lega atas gagasan bahwa Yehuwa adalah Hakim yang agung? (b) Dalam kasus hukum Yehuwa melawan bangsa-bangsa, peranan apa dimainkan hamba-hamba-Nya di bumi?
YEHUWA adalah ”Hakim segenap bumi” yang agung. (Kejadian 18:25) Sebagai Allah Yang Mahatinggi dari seluruh alam semesta, Ia memiliki hak sepenuhnya untuk menghakimi makhluk ciptaan-Nya. Hal ini merupakan gagasan yang menakutkan dan sekaligus melegakan. Musa, dengan cara yang menggerakkan hati, menyatakan paradoks ini dengan berkata, ”[Yehuwa], Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap; yang membela hak anak yatim dan janda dan menunjukkan kasihNya kepada orang asing dengan memberikan kepadanya makanan dan pakaian.”—Ulangan 10:17, 18.
2 Sungguh suatu keseimbangan yang mengagumkan! Allah yang besar, kuat dan dahsyat, namun tanpa memandang muka dan dengan pengasih membela kepentingan anak-anak yatim, janda-janda, serta orang asing. Siapa yang dapat menginginkan Hakim yang lebih pengasih daripada Yehuwa? Menggambarkan diri-Nya memiliki kasus hukum melawan bangsa-bangsa dari dunia Setan, Yehuwa mengundang hamba-hamba-Nya di bumi untuk menjadi saksi-saksi-Nya. (Yesaya 34:8; 43:9-12) Ia tidak bergantung kepada kesaksian mereka untuk membuktikan keilahian-Nya serta kedaulatan-Nya yang sah. Tetapi Ia memberikan saksi-saksi-Nya suatu hak yang sangat istimewa untuk memberi kesaksian kepada seluruh umat manusia tentang pengakuan mereka akan keunggulan-Nya. Saksi-saksi-Nya sendiri tunduk kepada kedaulatan-Nya yang sah, dan dengan kesaksian umum, mereka menggerakkan orang-orang lain untuk menempatkan diri di bawah kekuasaan Hakim Tertinggi itu.
Cara Yehuwa Menghakimi
3. Bagaimana cara Yehuwa menghakimi dapat disimpulkan, dan bagaimana hal ini digambarkan dalam kasus Adam dan Hawa?
3 Pada masa awal sejarah umat manusia, Yehuwa secara pribadi menghakimi para pelanggar tertentu. Contoh-contoh cara Ia menangani perkara-perkara hukum memberi pola bagi mereka di antara hamba-hamba-Nya yang akan bertanggung jawab melaksanakan proses pengadilan di kalangan umat-Nya. (Mazmur 77:12, 13) Cara Dia menghakimi dapat disimpulkan: tegas jika perlu, berbelas kasihan jika mungkin. Dalam kasus Adam dan Hawa, manusia sempurna yang atas kehendak sendiri telah memberontak, mereka tidak patut diberi belas kasihan. Maka, Yehuwa menjatuhkan hukuman mati atas mereka. Namun, belas kasihan-Nya bekerja bagi keturunan mereka. Yehuwa menunda pelaksanaan hukuman mati tersebut, dengan demikian membiarkan Adam dan Hawa memperoleh anak-anak. Dengan pengasih Ia menyediakan bagi keturunan mereka harapan akan pembebasan dari belenggu dosa dan kematian.—Kejadian 3:15; Roma 8:20, 21.
4. Bagaimana cara Yehuwa memperlakukan Kain, dan mengapa kasus ini patut diberi perhatian khusus?
4 Cara Yehuwa memperlakukan Kain patut diberi perhatian khusus karena merupakan kasus pertama yang tercatat yang melibatkan salah seorang keturunan yang tidak sempurna dari Adam dan Hawa, ”terjual di bawah kuasa dosa”. (Roma 7:14) Apakah Yehuwa mempertimbangkan hal ini dan memperlakukan Kain dengan cara yang berbeda dibanding dengan cara Dia memperlakukan orang-tuanya? Dan apakah kasus ini dapat memberikan pelajaran bagi para pengawas Kristen dewasa ini? Mari kita lihat. Mengetahui reaksi yang salah dari Kain ketika korbannya tidak diterima, Yehuwa dengan pengasih memperingatkan dia akan bahaya yang mengancamnya. Sebuah pepatah lama berbunyi, ’Mencegah lebih baik daripada mengobati.’ Yehuwa telah bertindak sejauh mungkin dengan cara memperingatkan Kain berkenaan membiarkan kecenderungannya berbuat dosa menguasai dia. Ia berusaha membantunya ”berbuat baik”. (Kejadian 4:5-7) Ini pertama kali Allah meminta seorang manusia yang berbuat dosa untuk bertobat. Setelah Kain menunjukkan sikap tidak mau bertobat dan melakukan kejahatan besar, Yehuwa menjatuhkan hukuman pembuangan baginya, meringankan hal ini dengan suatu dekrit yang melarang manusia-manusia lain membunuh dia.—Kejadian 4:8-15.
5, 6. (a) Bagaimana Yehuwa bertindak atas generasi sebelum Air Bah? (b) Apa yang Yehuwa lakukan sebelum melaksanakan penghakiman atas penduduk Sodom dan Gomora?
5 Sebelum Air Bah, ketika ’dilihat [Yehuwa], bahwa kejahatan manusia besar di bumi, hal itu memilukan hati-Nya’. (Kejadian 6:5, 6) Ia ’menyesal’ dalam arti menyesal bahwa mayoritas dari generasi sebelum Air Bah telah menyalahgunakan keinginan bebas mereka dan karena Ia harus melaksanakan penghakiman atas mereka. Namun, Ia memberi mereka cukup peringatan, dengan menggunakan Nuh selama bertahun-tahun sebagai ”pemberita kebenaran”. Setelah itu, Yehuwa tidak memiliki alasan untuk ’menyayangkan dunia orang-orang yang fasik itu’.—2 Petrus 2:5.
6 Demikian pula Yehuwa harus menangani kasus hukum atas penduduk yang bejat dari Sodom dan Gomora. Namun perhatikan bagaimana Ia bertindak. Ia telah mendengar ”keluh kesah” tentang tingkah laku yang mengejutkan dari orang-orang tersebut, mungkin hanya melalui doa-doa yang dipanjatkan Lot yang benar itu. (Kejadian 18:20; 2 Petrus 2:7, 8) Namun, sebelum bertindak, Ia ’turun’ untuk memeriksa fakta-faktanya dengan perantaraan para malaikat-Nya. (Kejadian 18:21, 22; 19:1) Ia juga meluangkan waktu untuk meyakinkan Abraham bahwa Ia tidak akan bertindak secara tidak adil.—Kejadian 18:23-32.
7. Dari contoh-contoh cara Yehuwa menghakimi, pelajaran apa yang diperoleh para penatua yang melayani dalam panitia pengadilan?
7 Apa yang para penatua dewasa ini dapat pelajari dari contoh-contoh ini? Dalam kasus Adam dan Hawa, Yehuwa memperlihatkan kasih serta timbang rasa kepada orang-orang yang, meskipun mempunyai hubungan keluarga dengan orang-orang yang bersalah, tidak dipersalahkan dalam kasus tersebut. Ia memperlihatkan belas kasihan terhadap keturunan Adam dan Hawa. Dalam kasus Kain, Yehuwa telah terlebih dahulu melihat bahaya yang mengancam Kain dan dengan pengasih mengajaknya berpikir, berupaya mencegah perbuatan dosa. Bahkan setelah membuangnya, Yehuwa bersikap timbang rasa terhadap Kain. Selanjutnya, Yehuwa melaksanakan penghakiman atas generasi sebelum Air Bah hanya setelah memperlihatkan panjang sabar yang besar. Jika dihadapkan kepada kejahatan yang terus-menerus, Yehuwa ’merasa pilu di hati-Nya’. Ia menyesal bahwa orang-orang memberontak terhadap peraturan-Nya yang adil-benar dan bahwa Ia terpaksa menjatuhkan hukuman atas mereka. (Kejadian 6:6; bandingkan Yehezkiel 18:31; 2 Petrus 3:9.) Dalam kasus Sodom dan Gomora, Yehuwa bertindak hanya setelah memeriksa fakta-faktanya. Sungguh merupakan contoh-contoh yang baik bagi orang-orang yang dewasa ini harus menangani kasus hukum!
Hakim-Hakim Manusiawi pada Zaman Patriarkhat
8. Hukum-hukum dasar apa dari Yehuwa telah dikenal pada zaman patriarkhat?
8 Meskipun tampaknya pada zaman itu tidak ada kaidah yang tertulis, masyarakat patriarkhat telah mengenali hukum-hukum dasar dari Yehuwa, dan hamba-hamba-Nya wajib menaatinya. (Bandingkan Kejadian 26:5.) Drama peristiwa di taman Eden telah memperlihatkan adanya kebutuhan untuk taat dan tunduk kepada kedaulatan Yehuwa. Kasus Kain telah menyingkapkan rasa tidak setuju Yehuwa atas pembunuhan. Segera setelah Air Bah, Allah memberi umat manusia hukum sehubungan dengan kesucian hidup, pembunuhan, hukuman mati, serta perihal makan darah. (Kejadian 9:3-6) Yehuwa dengan keras mengutuk perzinaan ketika peristiwa yang melibatkan Abraham, Sara, dan Abimelekh, raja dari Gerar, dekat Gaza.—Kejadian 20:1-7.
9, 10. Contoh-contoh apa yang memperlihatkan bahwa sistem yuridis telah ada dalam masyarakat patriarkhat?
9 Pada zaman itu para kepala keluarga bertindak sebagai hakim-hakim dan menangani perkara-perkara hukum. Sehubungan dengan Abraham, Yehuwa berkata, ”Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan [Yehuwa], dengan melakukan kebenaran dan keadilan.” (Kejadian 18:19) Abraham memperlihatkan sikap tidak mementingkan diri serta ketajaman pikiran dalam menangani perselisihan antara para gembalanya sendiri serta para gembala Lot. (Kejadian 13:7-11) Bertindak sebagai kepala patriarkhat dan hakim, Yehuda menjatuhkan hukuman rajam hingga mati dan dibakar atas menantunya, Tamar, karena percaya bahwa ia seorang pezina. (Kejadian 38:11, 24; bandingkan Yosua 7:25.) Namun, ketika ia mengetahui semua faktanya, ia menyatakan Tamar lebih benar daripada dirinya sendiri. (Kejadian 38:25, 26) Betapa pentingnya untuk mengetahui terlebih dahulu semua fakta sebelum membuat keputusan hukum!
10 Kitab Ayub menyinggung sistem yuridis dan memperlihatkan keinginan akan pengadilan yang tidak berat sebelah. (Ayub 13:8, 10; 31:11; 32:21) Ayub sendiri mengenang masa ketika ia menjadi hakim yang dihormati yang duduk di pintu gerbang kota, melaksanakan keadilan dan membela hak janda-janda serta anak-anak yatim. (Ayub 29:7-16) Maka, ada bukti bahwa di dalam masyarakat patriarkhat, ”para tua-tua” bertindak sebagai hakim-hakim di antara keturunan Abraham bahkan sebelum Eksodus dan undang-undang dasar yang Allah berikan bagi bangsa Israel. (Keluaran 3:16, 18) Sebenarnya, ketentuan-ketentuan dari perjanjian Taurat diberikan oleh Musa kepada ”para tua-tua”, atau penatua, dari bangsa Israel, yang mewakili umat itu.—Keluaran 19:3-7.
Sistem Yuridis Bangsa Israel
11, 12. Menurut dua sarjana Alkitab, apa yang membedakan sistem yuridis bangsa Israel dengan bangsa-bangsa lain?
11 Pelaksanaan keadilan di Israel sangat berbeda dari prosedur hukum yang berlaku di negeri-negeri sekitarnya. Tidak ada perbedaan yang dibuat antara hukum perdata dengan hukum pidana. Kedua-duanya dirangkai dengan hukum moral serta agama. Suatu tindak kejahatan terhadap tetangga merupakan tindak kejahatan terhadap Yehuwa. Dalam bukunya The People and the Faith of the Bible, sang penulis André Chouraqui menulis, ”Tradisi yuridis dari bangsa Ibrani berbeda dengan tradisi yuridis bangsa-bangsa tetangga, bukan hanya dalam definisi dari pelanggaran hukum serta hukuman-hukumannya tetapi dalam makna sesungguhnya dari hukum-hukum tersebut. . . . [Hukum] Taurat tidak dibedakan dari kehidupan sehari-hari; ia mengatur sifat dasar serta isi dari kehidupan sehari-hari dengan cara memberi berkat atau kutuk. . . . Di Israel . . . hampir tak mungkin membuat perbedaan yang jelas dalam aktivitas yuridis kota. Hal-hal tersebut tersembunyi dalam kesatuan kehidupan yang secara mutlak berpusat pada pemenuhan kehendak Allah yang hidup.”
12 Situasi yang unik ini menempatkan pelaksanaan yuridis di Israel pada tingkat yang jauh lebih tinggi dibanding bangsa-bangsa yang ada pada masa itu. Sarjana Alkitab Roland de Vaux menulis, ”Hukum Israel, tanpa memperhatikan segala wujudnya dalam bentuk dan isi, berbeda secara ekstrem dari ketentuan-ketentuan ’perjanjian-perjanjian’ dari Timur Tengah serta pasal-pasal dari ’undang-undang’ mereka. Hukum Israel adalah hukum yang bersifat agama. . . . Tidak ada undang-undang Timur Tengah yang dapat dibandingkan dengan hukum Israel, yang dianggap secara keseluruhan berasal dari Allah sebagai pengarangnya. Jika ia memuat, dan sering kali mencampuri peraturan-peraturan etis serta ritual, ini adalah karena ia mencakup seluruh bidang Perjanjian ilahi, dan karena Perjanjian ini mengatur hubungan antar manusia serta hubungan mereka dengan Allah.” Tidak mengherankan Musa bertanya, ”Bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil seperti seluruh hukum ini, yang kubentangkan kepadamu pada hari ini?”—Ulangan 4:8.
Hakim-Hakim di Israel
13. Dalam hal apa Musa merupakan contoh yang baik bagi para penatua dewasa ini?
13 Dengan sistem yuridis yang demikian tinggi, pria macam apa yang dibutuhkan untuk bertindak sebagai hakim? Mengenai hakim pertama yang ditunjuk di Israel, Alkitab berkata, ”Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.” (Bilangan 12:3) Ia tidak terlalu percaya diri. (Keluaran 4:10) Meskipun ia harus mengadili bangsa itu, kadang kala ia menjadi pembela mereka di hadapan Yehuwa, memohon kepada-Nya untuk mengampuni mereka dan bahkan mau mengorbankan dirinya sendiri demi kepentingan mereka. (Keluaran 32:11, 30-32) Dengan puitis ia berkata, ”Perkataanku menetes laksana embun, laksana hujan renai ke atas tunas muda, dan laksana dirus hujan ke atas tumbuh-tumbuhan.” (Ulangan 32:2) Ia sama sekali tidak mengadili bangsa itu dengan bersandar pada hikmatnya sendiri, tetapi menyatakan, ”Apabila ada perkara di antara mereka, maka mereka datang kepadaku dan aku mengadili antara yang seorang dan yang lain; lagipula aku memberitahukan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan Allah.” (Keluaran 18:16) Jika ragu-ragu, ia menyerahkan perkara tersebut kepada Yehuwa. (Bilangan 9:6-8; 15:32-36; 27:1-11) Musa merupakan contoh yang baik bagi para penatua yang dewasa ini ’menggembalakan kawanan milik Allah’ serta yang membuat keputusan-keputusan pengadilan. (Kisah 20:28) Semoga hubungan mereka dengan saudara-saudara mereka juga terbukti ”laksana hujan renai ke atas tunas muda”.
14. Apa saja persyaratan rohani bagi pria-pria yang dipilih oleh Musa sebagai hakim-hakim di Israel?
14 Pada waktunya, Musa tidak sanggup memikul sendiri tanggung jawab untuk menangani perkara-perkara yuridis bagi umat itu. (Keluaran 18:13, 18) Ia menerima saran mertuanya untuk memperoleh bantuan. Sekali lagi, pria-pria macam apa yang dipilih? Kita membaca, ”Kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; . . . Dari seluruh orang Israel Musa memilih orang-orang cakap dan mengangkat mereka menjadi kepala atas bangsa itu, menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. Mereka ini mengadili di antara bangsa itu sewaktu-waktu; perkara-perkara yang sukar dihadapkan mereka kepada Musa, tetapi perkara-perkara yang kecil diadili mereka sendiri.”—Keluaran 18:21-26.
15. Apa saja persyaratan bagi orang-orang yang melayani sebagai hakim-hakim di Israel?
15 Dapat dilihat bahwa usia bukanlah satu-satunya kriteria untuk memilih pria-pria untuk bertindak sebagai hakim-hakim. Musa mengatakan, ”Kemukakanlah dari suku-sukumu orang-orang yang bijaksana, berakal budi dan berpengalaman, maka aku akan mengangkat mereka menjadi kepala atas kamu.” (Ulangan 1:13) Musa pasti tahu akan apa yang Elihu muda katakan bertahun-tahun sebelumnya, ”Bukan [hanya, NW] orang yang lanjut umurnya yang mempunyai hikmat, bukan [hanya, NW] orang yang sudah tua yang mengerti keadilan.” (Ayub 32:9) Tentu, orang-orang yang ditunjuk haruslah ”berpengalaman”. Tetapi yang lebih penting mereka harus cakap, takut akan Allah, dapat dipercaya, yang membenci pengejaran suap dan yang bersikap bijaksana serta berakal budi. Oleh karena itu, nyata bahwa ”para kepala” dan ”para hakim” yang disebut dalam Yosua 23:2 dan 24:1 tidak berbeda dari ”para tua-tua” yang disebut dalam ayat-ayat yang sama itu melainkan dipilih dari antara mereka.—Lihat Insight on the Scriptures, Jilid 2, halaman 549.
Melaksanakan Keadilan
16. Apa yang perlu kita perhatikan dewasa ini sehubungan dengan instruksi yang Musa berikan kepada para hakim yang baru ditunjuk?
16 Sehubungan dengan instruksi yang diberikan kepada para hakim ini, Musa berkata, ”Pada waktu itu aku memerintahkan kepada para hakimmu, demikian: Berilah perhatian kepada perkara-perkara di antara saudara-saudaramu dan berilah keputusan yang adil di dalam perkara-perkara antara seseorang dengan saudaranya atau dengan orang asing yang ada padanya. Dalam mengadili jangan pandang bulu. Baik perkara orang kecil maupun perkara orang besar harus kamu dengarkan. Jangan gentar terhadap siapapun, sebab pengadilan adalah kepunyaan Allah. Tetapi perkara yang terlalu sukar bagimu, harus kamu hadapkan kepadaku [Musa], supaya aku mendengarnya.”—Ulangan 1:16, 17.
17. Siapa yang dilantik sebagai hakim-hakim, dan peringatan apa yang Raja Yosafat berikan kepada mereka?
17 Tentu, suatu perkara dapat diajukan kepada Musa hanya selama masa kehidupannya. Maka pengaturan lebih lanjut dibuat agar perkara-perkara yang lebih sulit diserahkan kepada imam-imam, kaum Lewi, dan terutama para hakim yang telah dilantik. (Ulangan 17:8-12; 1 Tawarikh 23:1-4; 2 Tawarikh 19:5, 8) Kepada hakim-hakim yang telah dilantik di kota-kota Yehuda, Raja Yosafat berkata, ”Pertimbangkanlah apa yang kamu buat, karena bukanlah untuk manusia kamu memutuskan hukum, melainkan untuk [Yehuwa] . . . Kamu harus bertindak dengan takut akan [Yehuwa], dengan setia dan dengan tulus hati, demikian: Dalam setiap perkara, yang disampaikan kepada kamu oleh rekan-rekanmu yang tinggal di kota-kota, . . . hendaklah kamu memperingatkan mereka, supaya mereka jangan bersalah terhadap [Yehuwa], sehingga murkaNya menimpa kamu dan rekan-rekanmu. Hendaklah kamu berbuat demikian, dan kamu tidak akan bersalah.”—2 Tawarikh 19:6-10.
18. (a) Apa beberapa dari prinsip-prinsip yang para hakim di Israel perlu terapkan? (b) Apa yang para hakim tersebut perlu selalu ingat, dan ayat-ayat mana memperlihatkan konsekuensi jika melupakannya?
18 Prinsip-prinsip yang para hakim di Israel harus terapkan antara lain adalah sebagai berikut: keadilan yang merata bagi yang kaya maupun miskin (Keluaran 23:3, 6; Imamat 19:15); secara ketat tidak memihak (Ulangan 1:17); tidak menerima suap. (Ulangan 16:18-20) Para hakim harus selalu mengingat bahwa orang-orang yang mereka adili adalah domba-domba Allah. (Mazmur 100:3) Sebenarnya, salah satu alasan mengapa Allah menolak Israel jasmani adalah karena imam-imam serta gembala-gembala mereka gagal mengadili dengan kebenaran dan memperlakukan umat itu dengan kekerasan.—Yeremia 22:3, 5, 25; 23:1, 2; Yehezkiel 34:1-4; Maleakhi 2:8, 9.
19. Apa manfaatnya bagi kita memeriksa standar-standar Yehuwa berkenaan keadilan sebelum Tarikh Masehi, dan apa yang akan dibahas dalam artikel berikut?
19 Yehuwa tidak berubah. (Maleakhi 3:6) Tinjauan singkat ini, tentang bagaimana penghakiman seharusnya dilaksanakan di Israel dan bagaimana Yehuwa memandang penyangkalan atas keadilan, seharusnya menyebabkan para penatua yang dewasa ini bertanggung jawab untuk membuat keputusan-keputusan hukum, berhenti sejenak untuk berpikir. Teladan Yehuwa sebagai Hakim, serta sistem yuridis yang Ia adakan di Israel, menetapkan prinsip-prinsip yang menjadi pola bagi pelaksanaan keadilan di dalam sidang Kristen. Hal ini akan kita lihat dalam artikel berikut.
-
-
Para Penatua, Berilah Keputusan yang Adil-BenarMenara Pengawal—1992 | 1 Juli
-
-
Para Penatua, Berilah Keputusan yang Adil-Benar
”Berilah perhatian kepada perkara-perkara di antara saudara-saudaramu dan berilah keputusan yang adil [”adil-benar”, NW].”—ULANGAN 1:16.
1. Sehubungan dengan pengadilan, pendelegasian wewenang apa yang telah berlangsung, dan apa artinya ini bagi hakim-hakim manusiawi?
SEBAGAI Hakim Tertinggi, Yehuwa telah mendelegasikan wewenang yuridis kepada Putra-Nya. (Yohanes 5:27) Selanjutnya, sebagai Kepala sidang Kristen, Kristus menggunakan hamba yang setia dan bijaksana serta Badan Pimpinannya untuk mengangkat para penatua, yang kadang kala harus bertindak sebagai hakim. (Matius 24:45-47; 1 Korintus 5:12, 13; Titus 1:5, 9) Sebagai hakim bawahan, mereka bertanggung jawab mengikuti dengan saksama teladan dari Hakim-Hakim surgawi, Yehuwa dan Yesus Kristus.
Kristus—Hakim Teladan
2, 3. (a) Nubuat apa mengenai Mesias memperlihatkan sifat-sifat Kristus sebagai Hakim? (b) Pokok-pokok apa yang khususnya patut diperhatikan?
2 Mengenai Kristus sebagai Hakim, secara nubuat ditulis, ”Roh [Yehuwa] akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan [”pengetahuan”, NW] dan takut akan [Yehuwa]; ya, kesenangannya ialah takut akan [Yehuwa], Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang. Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan [”adil-benar”, NW], dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri [”bumi”, NW] dengan kejujuran.”—Yesaya 11:2-4.
3 Perhatikan dalam nubuat tersebut sifat-sifat yang memungkinkan Yesus ’menghakimi dunia dengan adil [”adil-benar”, NW].’ (Kisah 17:31) Ia menghakimi selaras dengan roh Yehuwa, hikmat ilahi, pengertian, nasihat, dan pengetahuan. Perhatikan pula, ia menghakimi dalam takut akan Yehuwa. Maka, ”takhta pengadilan Kristus” adalah wakil dari ”takhta pengadilan Allah”. (2 Korintus 5:10; Roma 14:10) Ia berhati-hati dalam menghakimi perkara-perkara sesuai dengan cara Allah menghakiminya. (Yohanes 8:16) Ia tidak menghakimi hanya berdasarkan penampilan atau berdasarkan kabar angin. Ia menghakimi dengan kejujuran terhadap orang-orang yang lembut dan yang tertindas. Benar-benar Hakim yang mengagumkan! Dan betapa teladan yang baik bagi manusia yang tidak sempurna yang diminta untuk bertindak dalam kemampuan yuridis dewasa ini!
Hakim-Hakim Dunia
4. (a) Apa salah satu fungsi dari ke-144.000 selama pemerintahan Milenium dari Kristus? (b) Nubuat apa memperlihatkan bahwa beberapa dari antara kaum terurap akan diangkat sebagai hakim ketika masih di bumi?
4 Alkitab menunjukkan bahwa kaum terurap Kristen yang relatif sedikit, dimulai dengan ke-12 rasul, akan menjadi rekan-rekan hakim bersama Yesus Kristus selama Milenium. (Lukas 22:28-30; 1 Korintus 6:2; Wahyu 20:4) Sisa dari kaum terurap Israel rohani di bumi juga telah dihakimi dan dipulihkan pada tahun 1918-19. (Maleakhi 3:2-4) Berkenaan dengan pemulihan Israel rohani, telah dinubuatkan, ”Aku akan mengembalikan para hakimmu seperti dahulu, dan para penasihatmu seperti semula.” (Yesaya 1:26) Maka, seperti yang telah Ia lakukan ”semula” bagi Israel jasmani, Yehuwa telah memberikan kepada kaum sisa yang dipulihkan, para hakim serta para penasihat yang adil-benar.
5. (a) Siapa yang ”ditetapkan menjadi hakim-hakim” setelah pemulihan Israel rohani, dan bagaimana mereka digambarkan dalam buku Wahyu? (b) Oleh siapa para pengawas terurap sekarang dibantu dalam pekerjaan yuridis, dan bagaimana mereka dilatih menjadi hakim yang lebih baik?
5 Pada mulanya, ’orang-orang berhikmat’ yang ”ditetapkan menjadi hakim-hakim”, semuanya adalah orang tua-tua atau penatua yang terurap. (1 Korintus 6:4, 5, NW) Para pengawas terurap yang setia dan direspek di dalam buku Wahyu digambarkan berada di tangan kanan Yesus, yaitu berada di bawah pengawasan dan bimbingannya. (Wahyu 1:16, 20; 2:1) Sejak tahun 1935 kaum terurap telah menerima dukungan yang loyal dari ”kumpulan besar” yang terus bertambah, yang harapannya adalah untuk melewati ”kesusahan yang besar” serta hidup selama-lamanya di bumi firdaus. (Wahyu 7:9, 10, 14-17) Seraya ”perkawinan Anak Domba” mendekat, semakin banyak dari golongan ini diangkat oleh Badan Pimpinan terurap untuk melayani sebagai penatua dan hakim di lebih dari 66.000 sidang Saksi-Saksi Yehuwa seluas bumi.a (Wahyu 19:7-9) Melalui sekolah-sekolah khusus, mereka dilatih menangani tanggung jawab dalam masyarakat ”dunia baru”. (2 Petrus 3:13) Sekolah Pelayanan Kerajaan, yang diadakan pada akhir tahun 1991 di banyak negeri, menekankan pada cara menangani kasus-kasus pengadilan dengan benar. Para penatua yang melayani sebagai hakim harus meniru Yehuwa dan Yesus Kristus, yang mengadili dengan benar serta adil.—Yohanes 5:30; 8:16; Wahyu 19:1, 2.
Hakim-Hakim yang ’Hidup dengan Hormat dan Takut’
6. Mengapa para penatua yang melayani sebagai panitia pengadilan perlu ’hidup dengan hormat dan takut’?
6 Jika Kristus sendiri mengadili dengan rasa takut kepada Yehuwa dan dengan bantuan roh-Nya, terlebih lagi seharusnya para penatua yang tidak sempurna! Apabila mereka ditugaskan melayani dalam panitia pengadilan, mereka perlu ’hidup dengan hormat dan takut’, datang kepada ’Bapa yang tanpa memandang muka menghakimi’ untuk membantu mereka mengadili dengan adil-benar. (1 Petrus 1:17, NW) Mereka perlu mengingat bahwa mereka berurusan dengan nyawa manusia, ’jiwa’ manusia, sebagai ”orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya”. (Ibrani 13:17) Mengingat hal ini, pasti mereka juga bertanggung jawab di hadapan Yehuwa atas segala kesalahan yuridis yang mereka lakukan, yang seharusnya dapat dihindari. Dalam komentarnya atas Ibrani 13:17, J. H. A. Ebrard menulis, ”Merupakan tugas sang gembala untuk menjaga jiwa-jiwa yang menjadi tanggung jawabnya, dan . . . ia harus bertanggung jawab atas mereka semua, juga atas orang-orang yang telah hilang akibat kesalahannya. Ini merupakan perintah yang serius. Baiklah setiap rohaniwan dari firman mempertimbangkan, bahwa ia telah dengan sukarela melaksanakan tanggung jawab jabatan yang sangat berat ini.”—Bandingkan Yohanes 17:12; Yakobus 3:1.
7. (a) Apa yang perlu diingat oleh para hakim zaman modern, dan apa seharusnya tujuan mereka? (b) Pelajaran apa seharusnya diperoleh para penatua dari Matius 18:18-20?
7 Para penatua yang bertindak dalam fungsi yuridis perlu mengingat bahwa Hakim yang sesungguhnya atas setiap perkara adalah Yehuwa dan Yesus Kristus. Ingat apa yang diberitahukan kepada para hakim di Israel, ”Bukanlah untuk manusia kamu memutuskan hukum, melainkan untuk [Yehuwa], yang ada beserta kamu, bila kamu memutuskan hukum. Sebab itu, kiranya kamu diliputi oleh rasa takut kepada [Yehuwa]. . . . Hendaklah kamu berbuat demikian, dan [”agar”, NW] kamu tidak akan bersalah.” (2 Tawarikh 19:6-10) Dengan rasa takut yang hormat, para penatua yang mengadili suatu kasus perlu berbuat semaksimal mungkin untuk memastikan bahwa Yehuwa benar-benar ’bersama mereka dalam perkara pengadilan’. Keputusan mereka seharusnya secara saksama mencerminkan cara Yehuwa dan Kristus mempertimbangkan kasus tersebut. Apa yang mereka secara simbolis ’ikat’ (temukan bersalah) atau ’lepaskan’ (temukan tak bersalah) di bumi seharusnya telah diikat atau dilepaskan di surga—sebagaimana diungkapkan dalam apa yang ditulis dalam Firman Allah. Jika mereka berdoa kepada Yehuwa dalam nama Yesus, Yesus akan ”ada di tengah-tengah mereka” untuk membantu mereka. (Matius 18:18-20, catatan kaki NW; The Watchtower, 15 Februari 1988, halaman 9) Suasana saat berlangsungnya pemeriksaan kasus pengadilan hendaknya memperlihatkan bahwa Yesus benar-benar berada di tengah-tengah mereka.
Gembala-Gembala Sepenuh Waktu
8. Apa seharusnya yang menjadi perhatian utama para penatua, sebagaimana dicontohkan Yehuwa, dan Kristus Yesus? (Yesaya 40:10, 11; Yohanes 10:11, 27-29)
8 Para penatua tidaklah menghakimi sepenuh waktu. Mereka adalah gembala-gembala sepenuh waktu. Mereka adalah penyembuh, bukannya pemberi hukuman. (Yakobus 5:13-16) Pemikiran dasar di balik kata Yunani untuk pengawas (e·piʹsko·pos) adalah pelindung. The Theological Dictionary of the New Testament menyatakan, ”Menambah kata gembala [di 1 Petrus 2:25], istilah [e·piʹsko·pos] memaksudkan tugas penggembalaan yakni melindungi atau menjaga.” Ya, tanggung jawab utama mereka adalah menjaga domba-domba serta melindungi mereka, menjaga mereka tetap di dalam kawanan.
9, 10. (a) Bagaimana Paulus menandaskan tugas utama dari para penatua, maka pertanyaan apa yang perlu diajukan? (b) Apa yang dinyatakan secara tidak langsung dengan kata-kata Paulus di Kisah 20:29, maka bagaimana caranya para penatua perlu berupaya mengurangi kasus-kasus pengadilan?
9 Ketika berbicara kepada para penatua di sidang Efesus, rasul Paulus memberi penekanan pada tempatnya, ”Jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik [”pengawas”, NW] untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri.” (Kisah 20:28) Paulus menyoroti penggembalaan, bukannya pemberian hukuman. Ada baiknya beberapa penatua merenungkan pertanyaan berikut: ’Dapatkah kita menghemat banyaknya waktu yang diperlukan untuk memeriksa dan menangani kasus-kasus pengadilan apabila kita memberikan lebih banyak waktu serta usaha untuk penggembalaan?’
10 Memang, Paulus memperingatkan terhadap ”serigala-serigala yang ganas”. Tetapi bukankah ia mencela orang-orang ini karena ’tidak memperlakukan kawanan itu dengan lemah lembut’? (Kisah 20:29, NW) Dan meskipun ia menyatakan secara tidak langsung agar para pengawas mengeluarkan ”serigala-serigala” ini, tidakkah kata-katanya memperlihatkan bahwa para penatua perlu memperlakukan anggota-anggota lain dari kawanan tersebut ”dengan lemah lembut”? Jika seorang domba menjadi lemah secara rohani dan berhenti melayani Allah, apa yang ia butuhkan—dipukul atau disembuhkan, dihukum atau digembalakan? (Yakobus 5:14, 15) Karena itu, para penatua hendaknya dengan tetap tentu menjadwalkan waktu untuk penggembalaan. Hal ini akan membawa hasil yang baik berupa lebih sedikit waktu digunakan dalam kasus-kasus pengadilan yang menghabiskan banyak waktu, yang melibatkan kristiani yang telah melakukan dosa. Pastilah, para penatua harus terutama prihatin untuk menyediakan suatu sumber kelegaan dan penyegaran, dengan demikian memajukan perdamaian, ketenangan, dan kesejahteraan di antara umat Yehuwa.—Yesaya 32:1, 2.
Melayani sebagai Gembala-Gembala dan Hakim-Hakim yang Membawa Kebaikan
11. Mengapa para penatua yang melayani dalam panitia pengadilan perlu bertindak tanpa pandang bulu dan dengan ”hikmat yang dari atas”?
11 Penggembalaan secara lebih intensif sebelum seorang kristiani mengambil langkah yang salah kemungkinan besar akan mengurangi kasus-kasus pengadilan di antara umat Yehuwa. (Bandingkan Galatia 6:1.) Namun, karena dosa dan ketidaksempurnaan manusia, para pengawas Kristen dari waktu ke waktu mungkin harus menghadapi kasus-kasus perbuatan salah. Prinsip-prinsip apa seharusnya membimbing mereka? Prinsip-prinsip ini tidak berubah sejak zaman Musa atau masa awal kekristenan. Kata-kata Musa yang ditujukan kepada para hakim di Israel masih berlaku, ”Berilah perhatian kepada perkara-perkara di antara saudara-saudaramu dan berilah keputusan yang adil [”adil-benar”, NW] . . . Dalam mengadili jangan pandang bulu.” (Ulangan 1:16, 17) Tidak pandang bulu adalah karakteristik dari ”hikmat yang dari atas”, hikmat yang sangat penting bagi para penatua yang melayani dalam panitia pengadilan. (Yakobus 3:17; Amsal 24:23) Hikmat demikian akan membantu mereka melihat perbedaan antara kelemahan dengan kejahatan.
12. Dalam arti apa para hakim perlu menjadi tidak hanya adil-benar tetapi juga baik?
12 Para penatua harus ’memberi keputusan yang adil-benar’, selaras dengan standar-standar Yehuwa sehubungan dengan apa yang benar dan yang salah. (Mazmur 19:10) Namun, seraya mereka berusaha menjadi orang yang adil-benar, mereka juga perlu berupaya menjadi orang yang baik, dalam arti yang berbeda yang Paulus nyatakan dalam Roma 5:7, 8. Memberi komentar atas ayat-ayat ini, sebuah artikel dengan judul ”Adil-Benar”, dalam Insight on the Scriptures menyatakan, ”Penggunaan kata Yunaninya memperlihatkan bahwa pribadi yang patut diperhatikan, atau dibedakan karena kebaikan yaitu seseorang yang penuh kebajikan (ingin melakukan apa yang baik atau yang membawa manfaat bagi orang lain) serta dermawan (secara aktif memperlihatkan kebaikan-kebaikan demikian). Pribadi itu tidak sekadar memperhatikan apa yang dituntut keadilan melainkan berbuat lebih, dimotivasikan oleh timbang rasa yang menyeluruh kepada orang-orang lain serta ingin memberi manfaat serta bantuan bagi mereka.” (Jilid 2, halaman 809) Para penatua yang tidak hanya adil-benar tetapi juga baik akan memperlakukan orang-orang yang berbuat dosa dengan timbang rasa yang baik hati. (Roma 2:4) Mereka hendaknya ingin memperlihatkan kemurahan hati serta belas kasihan. Mereka harus melakukan sebisa-bisanya untuk membantu orang yang berbuat salah melihat perlunya bertobat, bahkan meskipun pada mulanya ia tampaknya tidak menanggapi upaya mereka.—Efesus 4:32–5:1; Yakobus 2:13; Yudas 22, 23.
Sikap Sepatutnya Saat Pemeriksaan
13. (a) Ketika seorang penatua bertindak sebagai hakim, ia tidak boleh berhenti menjadi apa? (b) Nasihat apa oleh Paulus berlaku pula pada saat pemeriksaan pengadilan?
13 Jika suatu situasi menuntut pemeriksaan pengadilan, para pengawas sepatutnya tidak lupa bahwa mereka tetap adalah gembala-gembala, berurusan dengan domba-domba Yehuwa, di bawah ”Gembala yang baik”. (Yohanes 10:11) Nasihat yang Paulus berikan untuk bantuan tetap tentu kepada domba yang berada dalam kesukaran berlaku juga saat pemeriksaan pengadilan. Ia menulis, ”Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan. Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.”—Galatia 6:1, 2.b
14. Bagaimana seharusnya para penatua memandang pemeriksaan-pemeriksaan pengadilan, dan bagaimana seharusnya sikap mereka terhadap seorang yang berbuat salah?
14 Sebaliknya daripada menganggap diri mereka sendiri sebagai hakim yang unggul, yang bertemu untuk menjatuhkan penghukuman, para penatua yang melayani dalam panitia pengadilan seharusnya memandang pemeriksaan itu sebagai aspek lain dari tugas penggembalaan mereka. Salah seorang dari domba-domba Yehuwa sedang dalam kesulitan. Apa yang dapat mereka lakukan untuk menyelamatkan dia? Apakah sudah terlalu terlambat untuk membantu domba ini yang telah tersesat dari kawanan? Kami harap tidak. Para penatua hendaknya memelihara pandangan yang positif berkenaan memperlihatkan belas kasihan bila hal ini patut. Bukannya mereka perlu merendahkan standar-standar Yehuwa jika suatu dosa serius telah dilakukan. Tetapi kesadaran mereka akan keadaan apa pun yang memperingan akan membantu mereka mengulurkan belas kasihan jika memungkinkan. (Mazmur 103:8-10; 130:3) Sayangnya, beberapa orang yang berbuat salah demikian keras kepala dalam sikap mereka sehingga para penatua harus memperlihatkan ketegasan, namun tidak pernah kasar.—1 Korintus 5:13.
Tujuan dari Pemeriksaan Pengadilan
15. Bila masalah serius muncul antara individu-individu, apa yang pertama-tama perlu dipastikan?
15 Jika problem yang serius timbul antara individu-individu, para penatua yang bijaksana mula-mula akan memeriksa apakah orang-orang yang terlibat telah berupaya menyelesaikan masalah itu secara pribadi, sesuai dengan Matius 5:23, 24 atau Matius 18:15. Jika ini gagal, mungkin nasihat oleh satu atau dua penatua akan cukup. Tindakan yuridis dibutuhkan hanya jika suatu dosa yang serius telah dilakukan yang dapat mengarah kepada pemecatan. (Matius 18:17; 1 Korintus 5:11) Harus ada bukti yang kuat dari Alkitab untuk membentuk panitia pengadilan. Jika sebuah panitia dibentuk, penatua-penatua yang paling memenuhi syarat harus dipilih untuk kasus yang khusus itu. (Lihat Menara Pengawal, 15 September 1989, halaman 18.)
16. Apa yang para penatua upayakan tercapai dengan mengadakan pemeriksaan pengadilan?
16 Apa yang para penatua upayakan tercapai dengan mengadakan pemeriksaan pengadilan? Pertama-tama, mustahil untuk berlaku adil-benar kecuali jika kebenarannya diketahui. Sebagaimana di Israel, masalah-masalah serius perlu ’diperiksa baik-baik’. (Ulangan 13:14; 17:4) Jadi, salah satu tujuan dari tindakan pemeriksaan adalah untuk mencari tahu fakta-fakta dari kasus tersebut. Namun ini dapat dan harus dilaksanakan disertai kasih. (1 Korintus 13:4, 6, 7) Ketika fakta-faktanya telah diketahui, para penatua akan melakukan apa yang perlu dilakukan untuk melindungi sidang dan mempertahankan di dalamnya standar-standar Yehuwa yang tinggi serta menjaga agar roh-Nya tetap tercurah dengan bebas. (1 Korintus 5:7, 8) Namun, salah satu tujuan dari tindakan pemeriksaan adalah untuk menyelamatkan seorang pedosa yang ada dalam bahaya, jika memungkinkan.—Bandingkan Lukas 15:8-10.
17. (a) Bagaimana seharusnya seorang tertuduh diperlakukan selama pemeriksaan, dan dengan tujuan apa? (b) Apa yang dituntut di pihak anggota-anggota panitia pengadilan?
17 Seorang tertuduh tidak pernah boleh diperlakukan selain sebagai seorang domba milik Allah. Ia harus diperlakukan dengan lemah lembut. Jika suatu dosa (atau dosa-dosa) telah dilakukan, tujuan para hakim yang adil-benar adalah untuk membantu si pedosa memperbaiki diri, mengerti kesalahan dari haluannya, bertobat, dan dengan demikian direbut dari ”jerat Iblis”. Hal ini akan menuntut ”seni mengajar”, ’menuntun dengan lemah lembut’. (2 Timotius 2:24-26; 4:2) Bagaimana jika si pedosa menyadari ia telah berdosa, benar-benar tertusuk hatinya, dan memohon pengampunan dari Yehuwa? (Bandingkan Kisah 2:37.) Jika panitia yakin bahwa ia secara tulus menginginkan bantuan, biasanya tidak perlu untuk memecatnya.—Lihat The Watchtower, 1 Januari 1983, halaman 31, paragraf 1.
18. (a) Bilamana panitia pengadilan perlu memperlihatkan ketegasan dalam memecat seorang pelanggar? (b) Mengingat situasi yang memilukan hati apa seharusnya para penatua upayakan sebisa-bisanya demi membantu domba yang tersesat?
18 Di lain pihak, jika para anggota panitia pengadilan berhadapan dengan kasus yang jelas dari kemurtadan tanpa penyesalan, atas kehendak sendiri memberontak melawan hukum-hukum Allah, atau kejahatan semata-mata, tugas mereka adalah untuk melindungi anggota-anggota lain dari sidang dengan memecat si pelanggar yang tidak bertobat itu. Panitia pengadilan tidak wajib untuk berulang kali bertemu dengan orang yang berbuat salah atau mendikte kata-kata untuk ia ucapkan, berupaya memaksa dia untuk bertobat, jika jelas ia tidak memperlihatkan kesedihan ilahi.c Dalam tahun-tahun belakangan ini pemecatan seluas dunia telah mencapai kira-kira 1 persen dari jumlah penyiar. Itu berarti dari antara kira-kira seratus domba yang tetap berada dalam kawanan, satu hilang—setidak-tidaknya untuk sementara waktu. Pertimbangkan waktu serta upaya yang dibutuhkan untuk membawa kembali satu orang ke dalam kawanan, tidakkah memilukan hati mengetahui bahwa puluhan ribu ’diserahkan kembali kepada Setan’ setiap tahunnya?—1 Korintus 5:5.
19. Apa yang tidak boleh dilupakan para penatua yang melayani dalam panitia pengadilan, maka apa yang akan menjadi tujuan mereka?
19 Para penatua yang mulai menangani kasus pengadilan perlu mengingat bahwa kebanyakan kasus perbuatan dosa dalam sidang menyangkut kelemahan, bukannya kejahatan. Mereka tidak pernah boleh melupakan ilustrasi Yesus tentang domba yang hilang, yang ia akhiri dengan kata-kata, ”Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.” (Lukas 15:7) Sungguh, ”Tuhan [”Yehuwa”, NW] . . . menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2 Petrus 3:9) Dengan bantuan Yehuwa, semoga panitia pengadilan di seluruh dunia berupaya sebisa-bisanya untuk menghasilkan sukacita di surga dengan membantu orang-orang yang berbuat salah melihat perlunya bertobat serta menetapkan langkah mereka kembali ke jalan yang sempit yang menuju kehidupan kekal.—Matius 7:13, 14.
[Catatan Kaki]
a Untuk kedudukan para penatua di antara domba-domba lain sehubungan dengan tangan kanan Kristus, lihatlah buku Wahyu—Klimaksnya yang Menakjubkan Sudah Dekat!, diterbitkan oleh the Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc., halaman 136, catatan kaki.
-