-
Apakah Allah Benar-Benar Mengenal Saudara?Menara Pengawal—1993 | 1 Oktober
-
-
Apakah Allah Benar-Benar Mengenal Saudara?
”[Yehuwa], . . . segala jalanku Kaumaklumi.”—MAZMUR 139:1, 3.
1. Seberapa meluaskah perasaan bahwa ’orang-orang lain tidak mengerti’ kekhawatiran, problem, serta tekanan yang kita hadapi?
APAKAH ada seseorang yang benar-benar mengerti kekhawatiran, tekanan, dan problem yang saudara hadapi? Di seluruh dunia terdapat jutaan orang, tua dan muda, yang keluarganya atau sanak-saudaranya tidak peduli akan apa yang terjadi atas diri mereka. Bahkan dalam keluarga-keluarga, banyak istri—ya, dan suami juga—merasa bahwa teman hidup mereka tidak benar-benar memahami tekanan yang membebani mereka. Kadang-kadang, dengan frustrasi mereka memprotes, ”Tetapi kau tidak mengerti!” Dan tidak sedikit anak-anak muda juga menyimpulkan bahwa tak seorang pun mengerti mereka. Namun, di antara orang-orang yang mendambakan pengertian yang lebih besar dari orang-orang lain, terdapat orang-orang yang kehidupannya belakangan memperoleh makna yang kaya. Bagaimana hal ini dapat terjadi?
2. Apa yang memungkinkan para penyembah Yehuwa memiliki kehidupan yang memberi kepuasan secara limpah?
2 Hal ini disebabkan, tidak soal apakah orang-orang lain sepenuhnya mengerti perasaan mereka atau tidak, mereka yakin bahwa Allah mengerti apa yang mereka alami dan bahwa, sebagai hamba-hamba-Nya, mereka tidak perlu menghadapi problem mereka seorang diri. (Mazmur 46:2) Lagi pula, Firman Allah bersama bantuan para penatua Kristen yang memiliki daya pengamatan memungkinkan mereka melihat apa yang ada di balik problem-problem pribadi mereka. Alkitab membantu mereka menghargai bahwa dinas mereka yang setia bernilai di mata Allah dan bahwa terdapat masa depan yang pasti bagi orang-orang yang menyandarkan harapan mereka kepada-Nya dan persediaan yang telah Ia buat melalui Yesus Kristus.—Amsal 27:11; 2 Korintus 4:17, 18.
3, 4. (a) Bagaimana penghargaan akan fakta bahwa ”[Yehuwa]lah Allah” dan bahwa Ia ”menjadikan kita” membantu kita memperoleh sukacita dalam pelayanan-Nya? (b) Mengapa kita memiliki keyakinan penuh akan perhatian Yehuwa yang penuh kasih?
3 Saudara mungkin mengenal Mazmur 100:2, yang berkata, ”Beribadahlah kepada [Yehuwa] dengan sukacita, datanglah ke hadapanNya dengan sorak-sorai!” Berapa banyak orang yang benar-benar beribadat kepada Yehuwa dengan sikap demikian? Alasan yang kuat untuk melakukan hal itu diberikan di ayat 3, yang mengingatkan kita, ”Ketahuilah, bahwa [Yehuwa]lah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umatNya dan kawanan domba gembalaanNya.” Dalam naskah Ibrani, Dia di sana disebut sebagai ’Elo·himʹ, dengan demikian memperlihatkan kebesaran-Nya dalam keagungan, kewibawaan, dan keunggulan. Ia satu-satunya Allah yang benar. (Ulangan 4:39; 7:9; Yohanes 17:3) Hamba-hamba-Nya mengenal Keilahian-Nya, tidak sekadar sebagai fakta yang telah diajarkan kepada mereka melainkan sebagai sesuatu yang mereka alami dan yang mereka buktikan melalui ketaatan, keyakinan, dan pengabdian.—1 Tawarikh 28:9; Roma 1:20.
4 Karena Yehuwa adalah Allah yang hidup, sanggup melihat bahkan hati kita, di mata-Nya tidak ada yang tersembunyi. Ia sepenuhnya menyadari apa yang terjadi dalam kehidupan kita. Ia mengerti apa yang menyebabkan timbulnya problem-problem yang kita hadapi serta kekalutan mental dan emosi yang mungkin diakibatkan oleh hal-hal tersebut. Sebagai Pencipta, Ia mengenal kita lebih baik daripada kita mengenal diri kita sendiri. Ia juga tahu bagaimana membantu kita mengatasi situasi kita dan bagaimana menyediakan kelegaan yang bertahan lama. Dengan pengasih Ia akan membantu kita—seperti seorang gembala yang menggendong seekor anak domba dalam pelukannya—seraya kita percaya kepada-Nya dengan segenap hati. (Amsal 3:5, 6; Yesaya 40:10, 11) Sebuah pelajaran dari Mazmur 139 dapat banyak membantu menguatkan keyakinan itu.
Pribadi yang Melihat Segala Jalan Kita
5. Apa yang dimaksud dengan Yehuwa ”menyelidiki” kita, dan mengapa hal itu bermanfaat?
5 Dengan penghargaan yang dalam, pemazmur Daud menulis, ”[Yehuwa], Engkau menyelidiki dan mengenal aku.” (Mazmur 139:1) Daud merasa yakin bahwa pengenalan Yehuwa akan dirinya bukan secara dangkal. Allah tidak memandang Daud sebagaimana manusia mungkin akan memandangnya, dengan hanya memperhatikan perawakan fisiknya, kefasihannya berbicara, atau keahliannya memainkan harpa. (1 Samuel 16:7, 18) Yehuwa telah ”menyelidiki” batin Daud dan telah melakukannya dengan keprihatinan yang penuh kasih atas kesejahteraan rohaninya. Jika saudara salah seorang dari hamba-hamba Yehuwa yang berbakti, Ia mengenal saudara tepat sebagaimana Ia mengenal Daud. Tidakkah hal ini menggugah perasaan syukur dan takjub dalam diri saudara?
6. Bagaimana Mazmur 139:2, 3 memperlihatkan bahwa Yehuwa mengetahui segala sesuatu yang kita lakukan, bahkan segala pikiran kita?
6 Semua kegiatan Daud terbuka di pandangan Yehuwa, dan Daud menyadari hal ini. ”Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri,” tulis sang pemazmur. ”Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi.” (Mazmur 139:2, 3) Fakta bahwa Yehuwa berada di surga, jauh dari bumi, tidak menghalangi-Nya untuk mengetahui apa yang Daud lakukan atau apa yang ia pikirkan. Ia ”memeriksa”, atau menyelidiki dengan saksama, kegiatan-kegiatan Daud, siang maupun malam, untuk mengetahui sifat kegiatan-kegiatan tersebut.
7. (a) Dengan menggunakan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Daud sebagai dasar, komentari beberapa hal dalam kehidupan kita yang Allah ketahui. (b) Bagaimana hendaknya kesadaran akan hal ini mempengaruhi kita?
7 Sewaktu kasih kepada Allah dan keyakinan akan kuasa-Nya yang menyelamatkan menggerakkan Daud sebagai seorang pemuda untuk merelakan diri melawan Goliat, raksasa dari Filistin, Yehuwa mengetahui hal itu. (1 Samuel 17:32-37, 45-47) Belakangan, sewaktu kebencian manusia memilukan hati Daud, manakala tekanan begitu besar sehingga ia mencucurkan air mata di malam hari, ia terhibur oleh pengetahuan bahwa Yehuwa mendengarkan permohonannya. (Mazmur 6:7, 10; 55:3-6, 23) Demikian pula, sewaktu hati yang penuh rasa syukur menyebabkan Daud merenungkan Yehuwa sepanjang kawal malam, Yehuwa benar-benar menyadarinya. (Mazmur 63:7; bandingkan Filipi 4:8, 9.) Pada suatu petang sewaktu Daud memperhatikan istri tetangganya yang sedang mandi, Yehuwa mengetahui hal itu juga, dan Ia melihat apa yang terjadi sewaktu Daud, meskipun untuk waktu yang singkat, membiarkan keinginan dosa mendesak Allah ke luar dari pikirannya. (2 Samuel 11:2-4) Belakangan, sewaktu nabi Natan diutus untuk menghadapkan Daud dengan seriusnya dosa yang ia lakukan, Yehuwa bukan saja mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Daud melainkan juga melihat hati yang bertobat yang menjadi sumber kata-kata tersebut. (2 Samuel 12:1-14; Mazmur 51:3, 19) Bukankah hal ini seharusnya membuat kita berpikir dengan serius tentang ke mana kita pergi, apa yang kita lakukan, dan apa yang ada dalam hati kita?
8. (a) Dengan cara apa ’perkataan pada lidah kita’ mempengaruhi kedudukan kita di hadapan Allah? (b) Bagaimana kelemahan dalam penggunaan lidah dapat diatasi? (Matius 15:18; Lukas 6:45)
8 Karena Allah mengetahui segala sesuatu yang kita lakukan, hendaknya tidak mengejutkan kita bahwa Ia mengetahui bagaimana kita menggunakan sebuah anggota tubuh kita, bahkan sekecil lidah sekalipun. Raja Daud menyadari hal ini, dan ia menulis, ”Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya [Yehuwa].” (Mazmur 139:4) Daud mengetahui dengan jelas bahwa orang-orang yang disambut sebagai tamu dalam kemah Yehuwa adalah orang-orang yang tidak memfitnah orang-orang lain dan yang menolak menggunakan lidah mereka untuk menyebarkan perincian gosip yang usil, yang akan membawa cela atas seorang teman dekat. Orang-orang yang diperkenan Yehuwa adalah orang-orang yang berbicara kebenaran bahkan di dalam hati mereka. (Mazmur 15:1-3; Amsal 6:16-19) Tak seorang pun di antara kita dapat mengendalikan lidah kita dengan sempurna, namun Daud tidak dengan lemah mengambil kesimpulan bahwa tak ada yang dapat ia lakukan untuk memperbaiki keadaannya. Ia menggunakan banyak waktu untuk menggubah dan menyanyikan mazmur-mazmur pujian bagi Yehuwa. Ia juga dengan leluasa menyatakan kebutuhannya akan bantuan dan berdoa memohon hal itu kepada Allah. (Mazmur 19:13-15) Apakah penggunaan lidah kita juga membutuhkan perhatian disertai doa yang sungguh-sungguh?
9. (a) Apa yang diperlihatkan oleh gambaran di Mazmur 139:5 berkenaan betapa saksamanya Allah mengetahui keadaan kita? (b) Ini meyakinkan kita akan hal apa?
9 Yehuwa tidak melihat kita atau situasi kita dari sudut pandangan yang terbatas. Ia memiliki gambaran selengkapnya, dari setiap sudut. Dengan menggunakan sebuah kota yang dikepung sebagai contoh, Daud menulis, ”Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung [”mengepung”, ”NW”] aku.” Dalam kasus Daud, Allah bukanlah musuh yang sedang mengepung; Ia, sebaliknya, adalah pelindung yang siap siaga. Daud menambahkan, ”Engkau menaruh tanganMu ke atasku,” dengan demikian memperlihatkan pengawasan dan perlindungan Allah yang dijalankan demi manfaat kekal orang-orang yang mengasihi Dia. Daud mengakui, ”Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.” (Mazmur 139:5, 6) Betapa lengkapnya, betapa saksamanya, pengenalan Allah akan hamba-hamba-Nya, sehingga kita tak dapat sepenuhnya memahami hal itu. Namun apa yang kita ketahui cukup untuk membuat kita yakin bahwa Yehuwa benar-benar mengerti kita dan bahwa bantuan yang Ia sediakan adalah yang terbaik.—Yesaya 48:17, 18.
Di Mana Pun Kita Berada, Allah Dapat Membantu Kita
10. Kebenaran yang menganjurkan apa disampaikan oleh gambaran yang jelas dalam Mazmur 139:7-12?
10 Dengan memandang perhatian Yehuwa yang penuh kasih dari sudut pandangan yang lain, sang pemazmur melanjutkan, ”Ke mana aku dapat pergi menjauhi rohMu, ke mana aku dapat lari dari hadapanMu?” Ia tidak ada keinginan untuk berupaya lari dari Yehuwa; sebaliknya, ia tahu bahwa di mana pun ia berada, Yehuwa tahu dan, melalui roh kudus, dapat membantunya. Ia meneruskan, ”Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tanganMu akan menuntun aku, dan tangan kananMu memegang aku. Jika aku berkata: ’Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,’ maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagiMu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.” (Mazmur 139:7-12) Ke mana pun kita pergi, keadaan apa pun yang mungkin kita hadapi, tidak dapat membuat kita berada di luar jangkauan pandangan Yehuwa atau di luar jangkauan roh kudus-Nya untuk membantu kita.
11, 12. (a) Meskipun Yunus melupakan hal itu untuk suatu waktu, bagaimana kesanggupan Yehuwa untuk melihat dan membantu diperlihatkan dalam kasus Yunus? (b) Bagaimana hendaknya pengalaman Yunus mendatangkan manfaat bagi kita?
11 Suatu ketika, nabi Yunus melupakan hal itu. Yehuwa telah menugaskannya untuk mengabar kepada orang-orang di Niniwe. Karena beberapa alasan, ia merasa tidak sanggup menjalankan penugasan ini. Mungkin karena orang-orang Asyur terkenal kejam, gagasan untuk melayani di Niniwe membuat Yunus takut. Maka ia berupaya bersembunyi. Di pelabuhan Yope, ia berhasil menumpang kapal yang menuju Tarsis (pada umumnya dikaitkan dengan Spanyol, lebih dari 3.500 kilometer sebelah barat Niniwe). Meskipun demikian, Yehuwa melihatnya naik kapal dan tidur di bawah di bagian palka. Allah juga mengetahui di mana Yunus berada sewaktu ia belakangan dilempar ke luar kapal, dan Yehuwa mendengar Yunus sewaktu ia berjanji dari dalam perut ikan besar bahwa ia akan membayar nazarnya. Setelah dibawa kembali ke daratan, Yunus diberi kesempatan lagi untuk memenuhi penugasannya.—Yunus 1:3, 17; 2:1–3:4.
12 Betapa jauh lebih baik jika sejak semula Yunus bersandar kepada roh Yehuwa agar membantunya melaksanakan penugasannya! Namun, belakangan Yunus dengan rendah hati mencatat pengalamannya, dan catatan tersebut telah membantu banyak orang sejak saat itu untuk memperlihatkan keyakinan kepada Yehuwa yang tampaknya begitu sulit dimiliki Yunus.—Roma 15:4.
13. (a) Penugasan-penugasan apa telah dengan setia dipenuhi Elia sebelum ia melarikan diri dari Ratu Izebel? (b) Bagaimana Yehuwa membantu Elia bahkan sewaktu ia berupaya bersembunyi di luar daerah Israel?
13 Pengalaman Elia sedikit berbeda. Ia dengan setia telah menyampaikan dekrit Yehuwa bahwa Israel akan menderita kemarau sebagai hukuman atas dosa-dosa mereka. (1 Raja 16:30-33; 17:1) Ia dengan berani telah menjunjung tinggi ibadat yang sejati dalam pertandingan antara Yehuwa dan Baal di Gunung Karmel. Dan ia telah menuntaskan pelaksanaan eksekusi atas 450 nabi Baal di wadi Sungai Kison. Akan tetapi sewaktu Ratu Izebel dengan marah bersumpah akan membunuh Elia, Elia lari dari negeri itu. (1 Raja 18:18-40; 19:1-4) Apakah Yehuwa berada di sana untuk membantu pada masa yang sulit ini? Ya, tentu. Sekalipun Elia telah mendaki sebuah gunung yang tinggi, seolah ke surga; sekalipun ia telah bersembunyi di sebuah gua jauh di perut bumi, seolah di dalam Sheol; sekalipun ia pergi ke pulau terpencil dengan kecepatan bagaikan cahaya fajar menyebar di atas bumi—tangan Yehuwa akan ada di sana untuk menguatkan dan membimbingnya. (Bandingkan Roma 8:38, 39.) Dan Yehuwa memang telah menguatkan Elia untuk perjalanannya tidak hanya dengan makanan tetapi juga dengan pertunjukan yang menakjubkan dari tenaga aktif-Nya. Karena dikuatkan dengan cara demikian, Elia melaksanakan tugas berikutnya sebagai seorang nabi.—1 Raja 19:5-18.
14. (a) Mengapa salah untuk berkesimpulan bahwa Allah ada di mana-mana? (b) Di bawah keadaan-keadaan apa Yehuwa telah dengan pengasih memelihara hamba-hamba-Nya pada zaman modern? (c) Bagaimana mungkin sekalipun kita berada di Sheol, Allah akan berada di sana?
14 Kata-kata nubuat di Mazmur 139:7-12 tidak memaksudkan bahwa Allah ada di mana-mana, bahwa Ia secara pribadi hadir di segala tempat pada segala waktu. Alkitab dengan jelas memperlihatkan kebalikannya. (Ulangan 26:15; Ibrani 9:24) Namun, hamba-hamba-Nya tidak pernah berada di luar jangkauan-Nya. Hal ini benar berkenaan orang-orang yang penugasan teokratisnya telah membawa mereka ke tempat-tempat jauh. Halnya benar bagi Saksi-Saksi yang loyal di kamp-kamp konsentrasi selama Perang Dunia II, dan halnya benar bagi para utusan injil yang ditahan tersendiri dalam sel-sel di Cina selama akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an. Halnya benar bagi saudara dan saudari kita yang tercinta di negeri Afrika Tengah yang berulang kali harus melarikan diri dari kampung mereka, bahkan dari negeri itu. Jika perlu, Yehuwa dapat menjangkau sampai ke Syeol, kuburan umum, dan membawa kembali orang-orang yang setia melalui kebangkitan.—Ayub 14:13-15; Lukas 20:37, 38.
Pribadi yang Benar-Benar Mengenal Kita
15. (a) Sejak seberapa dini Yehuwa dapat mengamati perkembangan kita? (b) Bagaimana luasnya pengenalan Allah akan diri kita diperlihatkan dengan disebutnya buah pinggang oleh sang pemazmur?
15 Di bawah ilham, sang pemazmur menarik perhatian kepada fakta bahwa pengenalan Allah akan diri kita mendahului bahkan saat kelahiran kita, dengan berkata, ”Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun [”menaungi”, ”NW”] aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepadaMu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.” (Mazmur 139:13, 14) Perpaduan gen dari ayah kita dan ibu kita pada saat pembuahan, menghasilkan pola yang sangat mempengaruhi potensi fisik dan mental kita. Allah mengerti potensi itu. Dalam mazmur ini, buah pinggang disebutkan secara khusus, yang sering digunakan dalam Alkitab untuk menggambarkan segi kepribadian yang paling dalam.a (Mazmur 7:10; Yeremia 17:10) Yehuwa telah mengenal seluk-beluk kita sejak kita belum lahir. Ia juga adalah Pribadi yang dengan perhatian yang pengasih merancang tubuh manusia sehingga sel yang dibuahi di dalam rahim seorang ibu membuat rumah untuk ”menaungi” janin dan melindunginya seraya ia bertumbuh.
16. (a) Dengan cara apa Mazmur 139:15, 16 menonjolkan penglihatan Allah yang dapat menembus sangat dalam? (b) Mengapa hendaknya hal ini menganjurkan kita?
16 Kemudian, dengan menekankan penglihatan Allah yang dapat menembus sangat dalam, sang pemazmur menambahkan, ”Tulang-tulangku tidak terlindung bagiMu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah [tampaknya suatu rujukan yang puitis bagi rahim ibunya namun juga suatu kiasan akan penciptaan Adam dari debu]; mataMu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitabMu semuanya tertulis hari-hari yang [anggota-anggota tubuh] akan dibentuk, sebelum ada satupun [anggota tubuh lainnya] dari padanya.” (Mazmur 139:15, 16) Tidak ada keraguan mengenai hal ini—tidak soal sesama manusia memahami kita atau tidak, Yehuwa memahami kita. Bagaimana hal ini hendaknya mempengaruhi kita?
17. Apabila kita menganggap pekerjaan-pekerjaan Allah menakjubkan, ini menggerakkan kita melakukan apa?
17 Penulis Mazmur 139 mengakui bahwa pekerjaan-pekerjaan Allah yang ia tulis dalam mazmur tersebut sangatlah menakjubkan. Apakah saudara merasa demikian pula? Sesuatu yang menakjubkan mendorong seseorang berpikir dengan serius atau mencurahkan perhatian penuh. Mungkin demikian pula tanggapan saudara terhadap pekerjaan-pekerjaan Yehuwa berupa ciptaan jasmani. (Bandingkan Mazmur 8:4, 5, 10.) Apakah saudara juga memberikan pemikiran semacam itu terhadap apa yang telah Ia lakukan dalam mendirikan Kerajaan Mesias, terhadap apa yang sedang Ia lakukan agar kabar baik diberitakan di seluruh bumi, dan terhadap cara Firman-Nya mengubah kepribadian manusia?—Bandingkan 1 Petrus 1: 10-12.
18. Jika kita mendapati pekerjaan Allah membangkitkan rasa takut, bagaimana ini akan mempengaruhi kita?
18 Apakah juga merupakan pengalaman saudara bahwa merenungkan pekerjaan Allah membangkitkan rasa takut, bahwa ini menghasilkan dalam diri saudara rasa takut yang sehat, yaitu yang dengan kuat memberi motivasi, yang memiliki pengaruh kuat atas kepribadian saudara dan cara saudara menggunakan kehidupan saudara? (Bandingkan Mazmur 66:5.) Jika demikian, hati saudara akan menggerakkan saudara untuk memuji Yehuwa, memuliakan-Nya, untuk membuat kesempatan guna memberi tahu orang-orang lain tentang maksud-tujuan-Nya dan perkara-perkara menakjubkan yang Ia sediakan bagi orang-orang yang mengasihi-Nya.—Mazmur 145:1-3.
-
-
”Selidikilah Aku, Ya Allah”Menara Pengawal—1993 | 1 Oktober
-
-
”Selidikilah Aku, Ya Allah”
”Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, . . . Tuntunlah aku di jalan yang kekal!”—MAZMUR 139:23, 24.
1. Bagaimana Yehuwa berurusan dengan hamba-hamba-Nya?
KITA semua senang berurusan dengan seseorang yang penuh pengertian, seseorang yang mempertimbangkan keadaan-keadaan kita, seseorang yang memberi bantuan sewaktu kita gagal, seseorang yang tidak menuntut dari kita hal-hal di luar kesanggupan kita. Allah Yehuwa berurusan dengan hamba-hamba-Nya dengan cara demikian. Mazmur 103:14 berkata, ”Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.” Dan Yesus Kristus, yang dengan sempurna mencerminkan Bapanya, menyampaikan undangan yang hangat ini, ”Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang [atau, ”Datanglah ke bawah kukku bersama aku”, catatan kaki NW] dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan.”—Matius 11:28-30.
2. Pertentangkanlah pandangan Yehuwa dengan pandangan manusia berkenaan (a) Yesus Kristus, dan (b) para pengikut Kristus.
2 Pandangan Yehuwa tentang hamba-hamba-Nya sering sangat berbeda dengan pandangan manusia. Ia melihat segala perkara dari sudut pandangan yang berbeda dan mempertimbangkan aspek-aspek yang sama sekali tidak diketahui orang-orang lain. Sewaktu Yesus Kristus berada di bumi, ia ”dihina dan dihindari orang”. Orang-orang yang tidak menaruh iman kepadanya sebagai sang Mesias menganggap ”dia tidak masuk hitungan”. (Yesaya 53:3; Lukas 23:18-21) Namun, di mata Allah, ia adalah ”Anak yang [Allah] kasihi”, yang kepadanya sang Bapa berkata, ”KepadaMulah Aku berkenan.” (Lukas 3:22; 1 Petrus 2:4) Di antara para pengikut Yesus Kristus terdapat orang-orang yang dipandang rendah karena mereka miskin secara materi dan menanggung banyak kesengsaraan. Namun, di mata Yehuwa dan Putra-Nya, orang-orang demikian kemungkinan kaya. (Roma 8:35-39; Wahyu 2:9) Mengapa ada perbedaan dalam sudut pandangan?
3. (a) Mengapa pandangan Yehuwa berkenaan orang-orang sering sangat berbeda dengan pandangan manusia? (b) Mengapa sangat penting bagi kita untuk menyelidiki orang macam apa kita dalam batin?
3 Yeremia 11:20 menjawab, ”[Yehuwa] . . . menguji batin [”buah pinggang”, NW] dan hati.” Ia melihat apa yang ada dalam batin kita, bahkan aspek-aspek kepribadian kita yang tersembunyi di mata orang-orang lain. Dalam penyelidikan-Nya, Ia terutama menekankan kepada sifat-sifat dan keadaan-keadaan yang penting bagi hubungan yang baik dengan-Nya, sifat-sifat yang paling memberi manfaat kekal bagi kita. Pengetahuan kita akan hal itu sangat menghibur; hal itu juga sangat serius. Karena Yehuwa memperhatikan apa yang ada dalam batin kita, penting bagi kita untuk memeriksa apa yang ada dalam batin kita jika kita ingin membuktikan diri sebagai orang-orang yang Ia inginkan dalam dunia baru-Nya. Firman-Nya membantu kita membuat pemeriksaan demikian.—Ibrani 4:12, 13.
Betapa Berharganya Pikiran Allah!
4. (a) Apa yang memotivasi pemazmur untuk menyatakan bahwa pikiran Allah berharga baginya? (b) Mengapa hendaknya pikiran tersebut berharga bagi kita?
4 Setelah merenungkan lebar dan dalamnya pengenalan Allah akan hamba-hamba-Nya, serta kesanggupan Allah yang tiada taranya untuk menyediakan bantuan apa pun yang mungkin mereka butuhkan, sang pemazmur Daud menulis, ”Dan bagiku, betapa sulitnya [”berharganya”, ”NW”] pikiranMu, ya Allah!” (Mazmur 139:17a) Pikiran tersebut, yang disingkapkan dalam Firman-Nya yang tertulis, jauh lebih tinggi daripada pikiran manusia mana pun, tidak soal betapa cerdas tampaknya gagasan mereka. (Yesaya 55:8, 9) Pikiran Allah membantu kita untuk tetap mengarahkan perhatian kepada perkara-perkara yang benar-benar penting dalam kehidupan dan untuk bergairah dalam dinas-Nya. (Filipi 1:9-11) Pikiran tersebut memperlihatkan kepada kita cara memandang perkara-perkara menurut cara Allah. Pikiran itu membantu kita tetap jujur terhadap diri kita sendiri, jujur mengakui kepada diri kita orang macam apa kita sebenarnya di dalam hati. Apakah saudara bersedia melakukan hal itu?
5. (a) Apa yang Firman Allah desak untuk kita pelihara ”terlebih daripada segala”? (b) Bagaimana catatan Alkitab berkenaan Kain dapat bermanfaat bagi kita? (c) Meskipun kita tidak berada di bawah Hukum Musa, bagaimana hal ini membantu kita untuk mengerti apa yang menyenangkan Yehuwa?
5 Manusia cenderung memberi terlalu banyak penekanan pada penampilan lahiriah, namun Firman Allah menasihati kita, ”Peliharakanlah hatimu terlebih daripada segala yang patut dipeliharakan.” (Amsal 4:23, Klinkert) Melalui berbagai petuah serta teladan, Alkitab membantu kita melakukan hal itu. Alkitab memberi tahu kita bahwa Kain kelihatannya membuat persembahan kepada Allah padahal di dalam hatinya ia meluap-luap dengan kekesalan, kemudian kebencian kepada saudaranya, Habel. Dan Alkitab mendesak kita untuk tidak menjadi seperti dia. (Kejadian 4:3-5; 1 Yohanes 3:11, 12) Alkitab mencatat tuntutan dalam Hukum Musa berkenaan ketaatan. Namun Alkitab juga menekankan bahwa tuntutan yang paling utama dari Hukum (Taurat) adalah bahwa orang-orang yang beribadat kepada Yehuwa harus mengasihi-Nya dengan sepenuh hati, pikiran, jiwa, dan kekuatan; dan dinyatakan bahwa hal penting berikutnya adalah perintah bahwa mereka mengasihi sesama mereka seperti diri mereka sendiri.—Ulangan 5:32, 33; Markus 12:28-31.
6. Dalam menerapkan Amsal 3:1, pertanyaan-pertanyaan apa hendaknya kita ajukan kepada diri sendiri?
6 Di Amsal 3:1, kita didesak untuk tidak sekadar memelihara perintah-perintah Allah, melainkan memastikan bahwa ketaatan merupakan pernyataan dari apa yang sesungguhnya ada dalam hati kita. Secara pribadi kita perlu menanyakan diri kita, ’Apakah demikian halnya dengan ketaatan saya kepada tuntutan-tuntutan Allah?’ Jika kita menyadari bahwa dalam beberapa hal motivasi atau cara berpikir kita kurang baik—dan tak seorang pun dari kita dapat mengatakan bahwa kita tidak bercela—maka kita perlu bertanya, ’Apa yang sedang saya lakukan untuk memperbaiki keadaan ini?’—Amsal 20:9; 1 Yohanes 1:8.
7. (a) Bagaimana celaan Yesus atas orang-orang Farisi di Matius 15:3-9 membantu kita dalam menjaga hati kita? (b) Keadaan-keadaan apa mungkin menuntut kita mengambil tindakan tegas untuk mendisiplin pikiran dan hati kita?
7 Sewaktu orang-orang Farisi Yahudi berpura-pura menghormati Allah sementara dengan licik memajukan praktek yang dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri, Yesus mengutuk mereka sebagai orang-orang munafik dan memperlihatkan bahwa ibadat mereka sia-sia. (Matius 15:3-9) Yesus juga memperingatkan bahwa untuk menyenangkan Allah, yang melihat hati, tidaklah cukup menempuh kehidupan moral yang tampak dari luar saja dan pada waktu yang sama, dengan tujuan memuaskan hawa nafsu, kita juga terus-menerus memuaskan diri dalam gagasan-gagasan yang amoral. Kita mungkin perlu mengambil tindakan yang drastis untuk mendisiplin pikiran dan hati kita. (Amsal 23:12; Matius 5:27-29) Disiplin semacam itu juga dibutuhkan jika sebagai hasil pekerjaan duniawi kita, tujuan kita dalam pendidikan, atau pilihan kita akan hiburan, kita menjadi peniru dunia ini, dengan membiarkan dunia ini membentuk kita sesuai standar-standarnya. Semoga kita tidak pernah lupa bahwa murid Yakobus menyebut orang-orang yang mengaku milik Allah namun yang ingin bersahabat dengan dunia ini sebagai ”orang-orang yang tidak setia”. Mengapa? Karena ”seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat”.—Yakobus 4:4; 1 Yohanes 2:15-17; 5:19.
8. Untuk mendapatkan manfaat sepenuhnya dari pikiran Allah yang berharga, apa yang perlu kita lakukan?
8 Agar memperoleh manfaat sepenuhnya dari pikiran Allah berkenaan bidang ini dan bidang-bidang lainnya, kita perlu menyisihkan waktu untuk membacanya atau mendengarkannya. Lebih daripada itu, kita perlu mempelajarinya, berbicara tentangnya, dan merenungkannya. Banyak pembaca dari Menara Pengawal dengan tetap tentu menghadiri perhimpunan sidang Saksi-Saksi Yehuwa, tempat Alkitab dibahas. Mereka membeli waktu dari kesibukan-kesibukan lain agar dapat melakukan hal tersebut. (Efesus 5:15-17) Dan apa yang mereka terima sebagai imbalan bernilai jauh lebih tinggi daripada kekayaan materi. Bukankah demikian yang saudara rasakan?
9. Mengapa beberapa orang yang menghadiri perhimpunan Kristen maju lebih pesat daripada orang-orang lain?
9 Namun, beberapa orang yang menghadiri perhimpunan ini membuat kemajuan rohani yang lebih pesat daripada orang-orang lain. Mereka menerapkan kebenaran lebih sepenuhnya dalam kehidupan mereka. Apa yang menyebabkannya? Sering kali, faktor utamanya adalah kerajinan mereka dalam pelajaran pribadi. Mereka menghargai bahwa kita tidak hidup hanya dari roti saja; makanan rohani setiap hari juga sama pentingnya seperti menyantap makanan jasmani dengan tetap tentu. (Matius 4:4; Ibrani 5:14) Maka mereka berupaya keras menggunakan setidak-tidaknya beberapa waktu setiap hari untuk membaca Alkitab atau publikasi-publikasi yang menjelaskan Alkitab. Mereka mempersiapkan untuk perhimpunan sidang, mempelajari pelajaran-pelajaran sebelumnya dan memeriksa ayat-ayatnya. Mereka melakukan lebih daripada sekadar membaca bahan; mereka merenungkannya. Pola belajar mereka termasuk memikirkan dengan serius bagaimana bahan pelajaran tersebut seharusnya mempengaruhi kehidupan mereka sendiri. Seraya mereka bertumbuh secara rohani, mereka merasa seperti sang pemazmur yang menulis, ”Betapa kucintai TauratMu! . . . Peringatan-peringatanMu ajaib.”—Mazmur 1:1-3; 119:97, 129.
10. (a) Untuk berapa lamakah sebaiknya kita terus mempelajari Firman Allah? (b) Bagaimana Alkitab memperlihatkan hal ini?
10 Tidak soal apakah kita telah mempelajari Firman Allah selama setahun, 5 tahun, atau 50 tahun, hal itu tidak pernah menjadi sekadar pengulangan—tidak jika pikiran Allah sangat berharga bagi kita. Tidak soal seberapa banyak yang telah dipelajari oleh siapa pun tentang Firman Allah, ada lebih banyak yang tidak kita ketahui. ”Betapa besar jumlahnya!” kata Daud. ”Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir.” Adalah di luar kesanggupan kita untuk menghitung pikiran Allah. Jika kita ingin menghitung pikiran Allah sepanjang hari dan jatuh tertidur ketika melakukan hal itu, sewaktu kita bangun di pagi hari, masih ada banyak yang perlu dipikirkan. Dengan demikian, Daud menulis, ”Apabila aku berhenti [”bangun”, ”BIS”], masih saja aku bersama-sama Engkau.” (Mazmur 139:17, 18) Untuk selama-lamanya akan ada lebih banyak yang dapat kita pelajari tentang Yehuwa serta jalan-jalan-Nya. Kita tidak akan pernah sampai pada taraf telah mengetahui semuanya.—Roma 11:33.
Membenci Apa yang Yehuwa Benci
11. Mengapa penting bukan saja untuk mengetahui pikiran Allah tetapi untuk memiliki perasaan yang sama dengan-Nya?
11 Pelajaran kita akan Firman Allah bukan sekadar dengan tujuan mengisi kepala kita dengan fakta-fakta. Seraya kita membiarkan pikiran Allah menembus hati kita, kita juga mulai memiliki perasaan yang sama dengan perasaan Allah. Betapa pentingnya hal tersebut! Jika kita tidak memperkembangkan perasaan demikian, apa akibatnya? Meski kita mungkin dapat mengulangi kembali apa yang Alkitab katakan, namun, kita mungkin akan memandang apa yang dilarang sebagai hal yang menyenangkan, atau kita mungkin merasa bahwa apa yang dituntut merupakan beban. Halnya benar bahwa bahkan jika kita membenci apa yang salah, kita mungkin perlu berjuang karena ketidaksempurnaan manusia. (Roma 7:15) Namun jika kita tidak mengerahkan upaya yang sungguh-sungguh untuk menyelaraskan apa yang ada dalam batin kita dengan apa yang benar, dapatkah kita berharap untuk menyenangkan Yehuwa ”yang menguji hati”?—Amsal 17:3.
12. Seberapa pentingkah kasih ilahi dan kebencian ilahi?
12 Kebencian ilahi adalah perlindungan ampuh melawan perbuatan salah, sama seperti kasih ilahi membuat melakukan apa yang benar menjadi suatu kesenangan. (1 Yohanes 5:3) Berulang kali Alkitab mendesak kita untuk memupuk kasih maupun kebencian. ”Hai orang-orang yang mengasihi [Yehuwa], bencilah kejahatan!” (Mazmur 97:10) ”Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.” (Roma 12:9) Apakah kita melakukan hal itu?
13. (a) Kita sepenuhnya setuju dengan doa Daud yang mana berkenaan pembinasaan orang-orang fasik? (b) Sebagaimana diperlihatkan dalam doa Daud, siapakah orang-orang fasik yang ia mohon agar dibinasakan oleh Allah?
13 Yehuwa dengan jelas telah menyatakan maksud-tujuan-Nya untuk membinasakan orang-orang jahat dari muka bumi dan mewujudkan bumi baru yang memiliki keadilbenaran. (Mazmur 37:10, 11; 2 Petrus 3:13) Para pecinta keadilbenaran mendambakan terwujudnya hal itu. Mereka sepenuhnya setuju dengan pemazmur Daud, yang berdoa, ”Sekiranya Engkau mematikan orang fasik, ya Allah, sehingga menjauh dari padaku penumpah-penumpah darah, yang berkata-kata dusta terhadap Engkau, dan melawan Engkau [”membawa namamu”, ”NW”] dengan sia-sia.” (Mazmur 139:19, 20) Daud secara pribadi tidak ingin membinasakan orang-orang jahat demikian. Ia berdoa agar pembalasan datang dari tangan Yehuwa. (Ulangan 32:35; Ibrani 10:30) Mereka bukanlah orang-orang yang dengan cara-cara tertentu semata-mata telah menyinggung perasaan Daud secara pribadi. Mereka telah menyalahgambarkan Allah, membawa nama-Nya dengan sia-sia. (Keluaran 20:7) Dengan tidak jujur, mereka mengaku melayani Dia, padahal mereka menggunakan nama-Nya untuk mendukung rencana-rencana jahat mereka sendiri. Daud tidak memiliki kasih bagi orang-orang yang memilih menjadi musuh-musuh Allah.
14. Apakah ada orang-orang fasik yang dapat dibantu? Jika ada, bagaimana caranya?
14 Terdapat miliaran orang yang tidak mengenal Yehuwa. Banyak dari mereka tanpa sadar mempraktekkan perkara-perkara yang diperlihatkan Firman Allah sebagai kejahatan. Jika mereka terus berkeras dalam haluan ini, mereka akan berada di antara orang-orang yang binasa pada waktu sengsara besar. Namun, Yehuwa tidak senang dengan kematian orang-orang jahat, kita pun hendaknya demikian. (Yehezkiel 33:11) Selama waktu mengizinkan, kita berupaya keras membantu orang-orang demikian belajar dan menerapkan jalan-jalan Yehuwa. Namun bagaimana jika beberapa orang memperlihatkan kebencian yang sangat kepada Yehuwa?
15. (a) Siapakah orang-orang yang dipandang sang pemazmur sebagai ’musuh’? (b) Bagaimana kita dewasa ini dapat memperlihatkan bahwa kita ”membenci” orang-orang yang memberontak melawan Yehuwa?
15 Tentang mereka, sang pemazmur berkata, ”Masakan aku tidak membenci orang-orang yang [sangat, ”NW”] membenci Engkau, ya [Yehuwa], dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau? Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku.” (Mazmur 139:21, 22) Karena mereka sangat membenci Yehuwa, maka Daud membenci mereka. Orang-orang murtad termasuk di antara orang-orang yang memperlihatkan kebencian mereka kepada Yehuwa dengan memberontak melawan Dia. Kemurtadan sebenarnya adalah suatu pemberontakan melawan Yehuwa. Beberapa orang murtad mengaku mengenal dan melayani Allah, namun mereka menolak ajaran-ajaran atau tuntutan-tuntutan yang dikemukakan dalam Firman-Nya. Orang-orang lain mengaku percaya Alkitab, namun mereka menolak organisasi Yehuwa dan dengan giat berupaya menghalangi pekerjaannya. Sewaktu mereka dengan sengaja memilih kejahatan demikian setelah mengenali apa yang benar, sewaktu hal yang jahat menjadi begitu berurat berakar sehingga ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari karakter mereka, maka seorang Kristen harus membenci (sesuai makna Alkitab untuk kata itu) orang-orang yang telah menjadikan diri mereka tidak terpisahkan dari kejahatan itu. Umat Kristen sejati memiliki perasaan yang sama dengan Yehuwa terhadap orang-orang murtad demikian; mereka tidak ingin mengetahui gagasan-gagasan yang murtad. Sebaliknya, mereka ”merasa jemu” terhadap orang-orang yang menjadikan diri mereka musuh-musuh Allah, namun mereka menyerahkannya kepada Yehuwa untuk melaksanakan pembalasan.—Ayub 13:16; Roma 12:19; 2 Yohanes 9, 10.
Sewaktu Allah Menyelidiki Kita
16. (a) Mengapa Daud ingin Yehuwa menyelidikinya? (b) Berkenaan hati kita sendiri apa yang hendaknya kita mohonkan kepada Allah agar membantu kita menyadarinya?
16 Daud tidak ingin menjadi seperti orang fasik dengan cara apa pun. Banyak orang berupaya menutupi apa yang ada dalam batin mereka, namun Daud dengan rendah hati berdoa, ”Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mazmur 139:23, 24) Sewaktu mengacu kepada hatinya, Daud tidak memaksudkan organ tubuh. Selaras dengan makna kiasan dari pernyataan ini, ia menunjuk kepada apa yang ada dalam batinnya, manusia batiniah. Kita juga hendaknya ingin Allah menyelidiki hati kita dan melihat apakah kita memiliki keinginan, perasaan, emosi, tujuan, pikiran, atau motivasi yang tidak patut. (Mazmur 26:2) Yehuwa mengundang kita, ”Hai anakku, berikanlah hatimu kepadaku, biarlah matamu senang dengan jalan-jalanku.”—Amsal 23:26.
17. (a) Sebaliknya daripada menutupi pikiran yang mencemaskan, apa yang hendaknya kita lakukan? (b) Perlukah kita merasa terkejut mendapatkan kecenderungan buruk dalam hati kita, dan apa yang hendaknya kita lakukan berkenaan hal ini?
17 Jika dalam diri kita tersembunyi pikiran-pikiran yang mencemaskan dan menyakitkan karena keinginan-keinginan yang buruk atau motivasi-motivasi yang salah atau karena suatu perbuatan salah di pihak kita, maka pasti kita ingin Yehuwa membantu kita membereskan masalahnya. Sebaliknya daripada kata-kata ”jalanku serong”, terjemahan Moffatt menggunakan pernyataan ”haluan yang salah”; The New English Bible berkata, ”Haluan apa pun yang mendukakan-Mu [yaitu, Allah].” Kita sendiri mungkin tidak memahami dengan jelas pikiran kita yang mencemaskan sehingga tidak tahu bagaimana menyatakan masalah kita kepada Allah, namun Ia memahami keadaan kita. (Roma 8:26, 27) Hendaknya tidak mengejutkan kita jika terdapat kecenderungan buruk dalam hati kita; namun, kita jangan memaafkannya. (Kejadian 8:21) Kita hendaknya mencari bantuan Allah untuk melenyapkannya sampai tuntas. Jika kita benar-benar mengasihi Yehuwa dan jalan-jalan-Nya, kita dapat mendekati Dia untuk bantuan demikian dengan keyakinan bahwa ”Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu”.—1 Yohanes 3:19-21.
18. (a) Bagaimana Yehuwa menuntun kita di jalan yang kekal? (b) Jika kita terus mengikuti bimbingan Yehuwa, pujian hangat apa dapat kita harapkan?
18 Selaras dengan doa sang pemazmur agar Yehuwa menuntunnya di jalan yang kekal, ya, Yehuwa memang menuntun hamba-hamba-Nya yang rendah hati dan taat. Ia menuntun mereka bukan saja pada jalan yang dapat berarti umur panjang karena mereka tidak dibinasakan sebelum waktunya akibat perbuatan jahat, melainkan juga dalam haluan yang menuntun kepada kehidupan kekal. Ia menanamkan dalam diri kita kebutuhan akan nilai korban tebusan Yesus. Melalui Firman-Nya dan organisasi-Nya, Ia menyediakan instruksi penting bagi kita agar kita dapat melakukan kehendak-Nya. Ia menekankan kepada kita pentingnya menyambut bantuan-Nya agar kita dalam batin menjadi macam orang yang kita akui di luar. (Mazmur 86:11) Dan Ia menganjurkan kita dengan prospek kesehatan yang sempurna dalam dunia baru yang adil-benar beserta suatu kehidupan yang abadi untuk digunakan dalam melayani-Nya, satu-satunya Allah yang benar. Jika kita terus dengan loyal menanggapi bimbingan-Nya, Ia sesungguhnya akan mengatakan kepada kita, sebagaimana kepada Putra-Nya, ”KepadaMulah Aku berkenan.”—Lukas 3:22; Yohanes 6:27; Yakobus 1:12.
-