PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Perayaan
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
    • PERAYAAN

      Perayaan merupakan bagian integral dari ibadat sejati kepada Allah, karena ditetapkan oleh Yehuwa bagi umat pilihan-Nya, Israel, melalui tangan Musa. Kata Ibrani khagh, yang diterjemahkan menjadi ”perayaan”, mungkin berasal dari sebuah kata kerja yang menunjukkan gerakan atau bentuk yang melingkar, tarian berputar-putar, dan oleh karena itu, berarti mengadakan perayaan atau pesta secara berkala. Moh·ʽedhʹ, yang juga diterjemahkan menjadi ”perayaan”, pada dasarnya memaksudkan waktu atau tempat berkumpul yang telah ditetapkan.—1Sam 20:35; 2Sam 20:5.

      Perayaan-perayaan, dan hari-hari istimewa yang serupa, dapat diuraikan sebagai berikut:

      PERAYAAN-PERAYAAN DI ISRAEL

      SEBELUM PEMBUANGAN

      PERAYAAN TAHUNAN

      1. Paskah, 14 Abib (Nisan)

      2. Kue Tidak Beragi, 15-21 Abib (Nisan)

      3. Minggu-Minggu, atau Pentakosta, 6 Siwan

      4. Peniupan Terompet, 1 Etanim (Tisri)

      5. Hari Pendamaian, 10 Etanim (Tisri)

      6. Pondok, 15-21 Etanim (Tisri), dengan pertemuan yang khidmat pada hari ke-22

      PERAYAAN BERKALA

      1. Sabat Mingguan

      2. Bulan Baru

      3. Tahun Sabat (setiap tahun ke-7)

      4. Tahun Yobel (setiap tahun ke-50)

      SETELAH PEMBUANGAN

      1. Perayaan Penahbisan, 25 Khislew

      2. Perayaan Purim, 14, 15 Adar

      Tiga Perayaan Akbar. Tiga ’perayaan musiman’ utama, yang kadang-kadang disebut perayaan ziarah karena semua pria datang ke Yerusalem untuk berkumpul, diadakan pada waktu yang ditetapkan dan berasal dari kata Ibrani moh·ʽedhʹ. (Im 23:2, 4) Namun, kata yang sering kali digunakan untuk secara eksklusif memaksudkan ketiga perayaan akbar tersebut adalah khagh, yang tidak hanya mengandung makna peristiwa yang terjadi secara berkala, tetapi juga waktu untuk bersukacita. Ketiga perayaan akbar ini adalah sebagai berikut:

      (1) Perayaan Kue Tidak Beragi (Kel 23:15). Perayaan ini dimulai pada hari setelah Paskah dan berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-21 pada bulan Abib (Nisan). Paskah jatuh pada tanggal 14 Nisan dan sebenarnya merupakan suatu hari untuk perayaan tersendiri, tetapi karena sangat berdekatan waktunya dengan Perayaan Kue Tidak Beragi, keduanya sering kali disebut sebagai Perayaan Paskah.—Mat 26:17; Mrk 14:12; Luk 22:7.

      (2) Perayaan Minggu-Minggu atau (yang belakangan disebut) Pentakosta, dirayakan pada hari ke-50, terhitung dari tanggal 16 Nisan, yaitu pada tanggal 6 Siwan.—Kel 23:16a; 34:22a.

      (3) Perayaan Pondok (Tabernakel) atau Pengumpulan. Perayaan ini berlangsung dari hari ke-15 sampai ke-21 pada bulan ketujuh, Etanim (Tisri), dengan pertemuan yang khidmat pada hari ke-22.—Im 23:34-36.

      Waktu, tempat, dan cara penyelenggaraan perayaan-perayaan ini semuanya ditetapkan oleh Yehuwa. Sebagaimana tersirat dari ungkapan yang digunakan, ”perayaan-perayaan musiman Yehuwa” berkaitan dengan berbagai musim dalam tahun kalender suci—awal musim semi, akhir musim semi, dan musim gugur. Betapa pentingnya hal tersebut, karena pada waktu-waktu itu buah-buah sulung dari ladang dan kebun anggur mendatangkan sukacita dan kebahagiaan yang besar bagi penduduk Tanah Perjanjian, dan karena itu penghargaan diberikan kepada Yehuwa sebagai Penyedia yang murah hati dari segala hal yang baik!

      Penyelenggaraan Umum untuk Perayaan-Perayaan Ini. Dalam perjanjian Hukum semua pria harus datang ”ke hadapan Yehuwa, Allahmu, di tempat yang dipilihnya” setiap tahun, yakni selama ketiga perayaan akbar tahunan. (Ul 16:16) Tempat yang akhirnya dipilih untuk pusat perayaan adalah Yerusalem. Tidak disebutkan apa hukuman spesifik bagi orang yang tidak menghadiri perayaan, kecuali perayaan Paskah; kelalaian untuk menghadirinya mendatangkan hukuman mati. (Bil 9:9-13) Meskipun demikian, kelalaian untuk menaati hukum-hukum Allah, termasuk yang berkaitan dengan berbagai perayaan dan sabat-Nya, akan mendatangkan penghukuman dan penderitaan atas seluruh bangsa. (Ul 28:58-62) Paskah harus dirayakan pada tanggal 14 Nisan atau, dalam keadaan-keadaan tertentu, satu bulan setelahnya.

      Tidak seperti kaum pria, para wanita tidak diwajibkan untuk mengadakan perjalanan guna menghadiri perayaan tahunan; namun, ada contoh beberapa wanita yang hadir dalam perayaan, seperti Hana, ibu Samuel (1Sam 1:7) dan Maria, ibu Yesus. (Luk 2:41) Wanita Israel yang mengasihi Yehuwa menghadiri perayaan-perayaan semacam itu jika keadaan memungkinkan. Sebenarnya, bukan cuma orang tua Yesus yang hadir secara teratur melainkan sanak saudara serta kenalan-kenalan mereka juga pergi bersama mereka.—Luk 2:44.

      Yehuwa berjanji, ”Tidak seorang pun akan menginginkan tanahmu selama engkau pergi untuk melihat muka Yehuwa, Allahmu, tiga kali dalam setahun.” (Kel 34:24) Sekalipun tidak ada pria yang ditinggalkan untuk menjaga kota dan ladang, telah terbukti bahwa sebelum kebinasaan Yerusalem pada tahun 70 M tidak ada bangsa asing yang pernah datang untuk merebut negeri orang Yahudi selama perayaan-perayaan mereka berlangsung. Namun, pada tahun 66 M, setelah bangsa Yahudi menolak Kristus, Cestius Gallus membunuh 50 orang di Lida pada waktu Perayaan Tabernakel.

      Tidak seorang pria pun boleh datang dengan tangan hampa; mereka harus membawa pemberian ”sesuai dengan berkat yang diberikan Yehuwa, Allahmu, kepadamu”. (Ul 16:16, 17) Di Yerusalem, mereka juga harus makan sepersepuluh bagian yang ’kedua’ (bukan bagian yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan orang Lewi [Bil 18:26, 27]) dari biji-bijian, anggur, serta minyak yang dihasilkan pada tahun itu, dan juga anak sulung dari lembu-sapi serta kambing-domba; dan dari semua ini, orang Lewi harus mendapat bagian. Akan tetapi, kalau tempat perayaan terlalu jauh, Hukum mengatur agar barang-barang tersebut dapat diuangkan; kemudian uang ini dapat dibelanjakan untuk makanan dan minuman yang dibutuhkan selama berada di tempat suci. (Ul 14:22-27) Peristiwa-peristiwa ini merupakan kesempatan untuk mempertunjukkan kesetiaan kepada Yehuwa dan harus dirayakan dengan sukacita; penduduk asing, anak lelaki yatim, dan janda harus diikutsertakan. (Ul 16:11, 14) Tentunya, hal ini dilakukan dengan catatan bahwa kaum pria di antara penduduk asing tersebut adalah penyembah Yehuwa yang bersunat. (Kel 12:48, 49) Selain persembahan rutin setiap hari, selalu ada korban-korban khusus yang dipersembahkan, dan terompet ditiup selama persembahan bakaran dan korban persekutuan dipersembahkan.—Bil 10:10.

      Tidak lama sebelum pembangunan bait, para imam diorganisasi kembali oleh Raja Daud; staf yang sangat besar yang terdiri dari ratusan imam keturunan Harun dibagi menjadi 24 regu, masing-masing dibantu oleh para asisten dari suku Lewi. (1Taw 24) Setiap regu yang terdiri dari para pekerja yang terlatih belakangan melayani dua kali setahun di bait, setiap kali selama seminggu, dan ketatalaksanaan yang diperlukan diatur oleh kepala keluarga pihak bapak. Dua Tawarikh 5:11 menunjukkan bahwa ke-24 regu imam itu semuanya melayani bersama-sama pada waktu bait ditahbiskan, yang berlangsung selama Perayaan Pondok, atau Tabernakel. (1Raj 8:2; Im 23:34) Alfred Edersheim mengatakan bahwa pada hari-hari perayaan, setiap imam boleh datang dan memberi bantuan dalam melaksanakan tugas-tugas di bait, tetapi selama Perayaan Tabernakel (Pondok) ke-24 regu itu semuanya wajib hadir.—The Temple, 1874, hlm. 66.

      Selama perayaan, banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukan oleh para imam, orang Lewi, dan kaum Netinim yang melayani bersama mereka. Satu contoh pekerjaan yang mereka lakukan diperlihatkan dalam uraian mengenai Perayaan Kue Tidak Beragi yang diselenggarakan oleh Raja Hizkia setelah ia mentahirkan bait; perayaan pada kesempatan ini diperpanjang selama tujuh hari lagi. Menurut catatan itu, Hizkia sendiri menyumbang 1.000 lembu jantan serta 7.000 domba untuk korban, dan para pembesar menyumbang 1.000 lembu jantan serta 10.000 domba.—2Taw 30:21-24.

      Hari-hari tertentu pada perayaan-perayaan ini merupakan pertemuan yang khidmat atau pertemuan kudus; hari-hari tersebut adalah sabat yang, sama dengan Sabat-Sabat mingguan, mewajibkan orang-orang untuk sama sekali berhenti dari urusan yang rutin. Mereka tidak boleh melakukan pekerjaan sekuler. Namun, berbeda dengan penyelenggaraan Sabat biasa, pekerjaan seperti menyiapkan makanan, yang dianggap melanggar hukum pada hari-hari Sabat mingguan, boleh dilakukan sehubungan dengan persiapan untuk penyelenggaraan perayaan. (Kel 12:16) Dalam hal ini, ”pertemuan kudus” selama perayaan berbeda dengan hari Sabat mingguan biasa (dan Sabat yang jatuh pada hari kesepuluh dari bulan ketujuh, Hari Pendamaian, waktu untuk berpuasa), manakala tidak ada pekerjaan apa pun yang boleh dilakukan, bahkan menyalakan api ”di mana pun engkau tinggal”.—Bdk. Imamat 23:3, 26-32 dengan ayat 7, 8, 21, 24, 25, 35, 36 dan Keluaran 35:2, 3.

      Peranan Perayaan dalam Kehidupan Bangsa Israel. Perayaan memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan nasional bangsa Israel. Sewaktu mereka masih berada dalam belenggu perbudakan di Mesir, Musa memberi tahu Firaun tentang alasan orang Israel meminta agar mereka dan ternak mereka diperbolehkan meninggalkan Mesir, yaitu bahwa ”kami akan mengadakan perayaan bagi Yehuwa”. (Kel 10:9) Perjanjian Hukum memuat banyak petunjuk yang terperinci mengenai penyelenggaraan perayaan. (Kel 34:18-24; Im 23:1-44; Ul 16:1-17) Selaras dengan perintah-perintah Allah, perayaan membantu semua yang hadir untuk memusatkan pikiran pada firman Allah dan tidak menjadi terlalu sibuk dengan urusan-urusan pribadi sehingga melupakan aspek rohani yang lebih penting dalam kehidupan sehari-hari mereka. Perayaan-perayaan ini juga mengingatkan bahwa mereka adalah umat bagi nama Yehuwa. Perjalanan pulang pergi ke perayaan dengan sendirinya membuka banyak kesempatan untuk membicarakan kebaikan Allah mereka dan berkat-berkat yang mereka nikmati setiap hari dan setiap musim. Perayaan memberikan waktu dan kesempatan untuk merenung, bergaul, dan membahas hukum Yehuwa. Perayaan-perayaan menambah pengetahuan mereka tentang negeri yang Allah berikan, memperdalam pengertian serta kasih di antara sesama orang Israel, dan memajukan persatuan dan ibadat yang bersih. Perayaan adalah saat-saat yang membahagiakan. Orang-orang yang hadir dipenuhi dengan pikiran serta jalan-jalan Allah, dan semua yang berpartisipasi dengan hati yang tulus akan menerima berkat rohani yang limpah. Sebagai contoh, pertimbangkan berkat-berkat yang dinikmati ribuan orang yang menghadiri Perayaan Pentakosta di Yerusalem pada tahun 33 M.—Kis 2:1-47.

      Bagi orang Yahudi, perayaan melambangkan kebahagiaan. Sebelum pembuangan di Babilon, manakala bangsa itu umumnya tidak lagi menghargai tujuan perayaan yang sebenarnya secara rohani, nabi Hosea dan nabi Amos mengatakan bahwa pada waktu Yerusalem ditelantarkan, yang segera terjadi sesuai dengan nubuat, perayaan yang penuh sukacita dan kebahagiaan akan berhenti, atau akan berubah menjadi peristiwa-peristiwa yang menyebabkan perkabungan. (Hos 2:11; Am 8:10) Setelah kejatuhan Yerusalem, Yeremia meratap bahwa ”jalan-jalan Zion berkabung, karena tidak ada satu pun yang datang ke perayaan”. Perayaan dan Sabat kini ’dilupakan’. (Rat 1:4; 2:6) Yesaya menggambarkan di muka kebahagiaan orang-orang yang kembali dari pembuangan di Babilon pada tahun 537 SM, dengan mengatakan, ”Kamu akan bernyanyi seperti pada malam hari ketika orang menyucikan dirinya untuk perayaan.” (Yes 30:29) Namun, tidak lama setelah mereka dipulihkan ke negeri yang Allah berikan, mereka kembali merusak perayaan-perayaan Yehuwa, sehingga, melalui nabi Maleakhi, Allah memperingatkan para imam bahwa tahi dari perayaan-perayaan mereka akan disebarkan ke muka mereka.—Mal 2:1-3.

      Para penulis Kitab-Kitab Yunani Kristen beberapa kali menyebutkan tentang perayaan, kadang-kadang memberikan penerapannya yang bersifat nubuat, kiasan, dan membahagiakan kepada orang Kristen. Namun, orang Kristen tidak diperintahkan untuk menyelenggarakan perayaan itu secara harfiah.—Kol 2:16, 17; lihat perayaan-perayaan di bawah judul masing-masing.

  • Perayaan Pondok
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
    • PERAYAAN PONDOK

      Dikenal juga sebagai Perayaan Tabernakel, atau Perayaan Pengumpulan, atau disebut ”perayaan Yehuwa” di Imamat 23:39. Instruksi mengenai penyelenggaraannya terdapat di Imamat 23:34-43, Bilangan 29:12-38, dan Ulangan 16:13-15. Perayaan ini berlangsung pada tanggal 15-21 Etanim, dan ada pertemuan khidmat pada tanggal 22. Etanim (Tisri; September-Oktober) pada mulanya adalah bulan pertama pada kalender Yahudi, tetapi setelah Eksodus dari Mesir, bulan ini menjadi bulan ketujuh pada tahun suci, karena Abib (Nisan; Maret-April), yang sebelumnya adalah bulan ketujuh, menjadi bulan pertama. (Kel 12:2) Perayaan Pondok merayakan pengumpulan hasil bumi, atau ”hasil tanah”, yang mencakup bulir biji-bijian, minyak, dan anggur. (Im 23:39) Perayaan ini disebut sebagai ”perayaan pengumpulan pada pergantian tahun”. Pertemuan kudus pada hari kedelapan merupakan akhir yang khidmat pada siklus perayaan pada tahun itu.—Kel 34:22; Im 23:34-38.

      Perayaan Pondok sebenarnya menandai akhir dari bagian utama tahun agraris bagi Israel. Maka itu, perayaan ini adalah saatnya bersukacita dan bersyukur atas semua berkat yang telah Yehuwa limpahkan berupa seluruh hasil panenan mereka. Selain itu, karena Hari Pendamaian telah diselenggarakan tepat lima hari sebelumnya, orang-orang sudah memiliki rasa damai dengan Yehuwa. Sekalipun hanya para pria yang wajib hadir, seluruh keluarga datang. Mereka harus tinggal di pondok-pondok (Ibr., suk·kohthʹ) selama tujuh hari perayaan. Biasanya tiap-tiap keluarga menempati satu pondok. (Kel 34:23; Im 23:42) Pondok-pondok ini didirikan di halaman dan di atas atap rumah-rumah, di halaman-halaman bait, di lapangan-lapangan, di jalan-jalan kota yang jauhnya tidak lebih dari satu hari Sabat perjalanan. Orang Israel harus menggunakan ”buah dari pohon-pohon yang semarak”, daun pohon palem, dahan pohon yang banyak cabangnya, dan pohon poplar. (Im 23:40) Pada zaman Ezra, yang digunakan untuk mendirikan bangunan-bangunan sementara ini adalah daun-daun zaitun dan pohon minyak, daun mirtel (sangat harum), dan daun palem, serta cabang-cabang pohon lainnya. Semua orang, baik kaya maupun miskin, tinggal di pondok-pondok, bahkan makan di sana selama ketujuh hari itu, dan pondok-pondok itu semuanya dibuat dari bahan yang sama, yang diambil dari bukit-bukit dan lembah-lembah negeri itu; hal ini menandaskan persamaan derajat bagi semua orang sehubungan dengan perayaan ini.—Neh 8:14-16.

      Satu hari sebelumnya, pada tanggal 14 Etanim, sebagian besar atau mungkin juga semua peserta perayaan sudah tiba di Yerusalem. Tanggal 14 adalah hari persiapan, kecuali jika Sabat mingguan jatuh pada hari itu, persiapan bisa dibuat lebih awal. Setiap orang sibuk mendirikan pondok, mentahirkan diri, mengurus persembahan yang telah dibawa, dan juga menikmati pergaulan yang penuh sukacita. Kota Yerusalem dan sekitarnya pun tampil unik dan indah, karena pondok-pondok terlihat di mana-mana di seluruh kota, di jalan-jalan serta kebun-kebun di sekeliling Yerusalem. Suasana perayaan juga dimeriahkan oleh keindahan buah-buahan dan dedaunan yang berwarna-warni, yang disertai keharuman mirtel. Setiap orang dengan antusias menunggu-nunggu bunyi tiupan terompet dari tempat yang lebih tinggi di bait pada awal malam di musim gugur, sebagai tanda dimulainya perayaan.

      Selama perayaan ini, korban yang dipersembahkan lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan perayaan mana pun sepanjang tahun. Persembahan korban dari seluruh bangsa, yang dimulai dengan 13 ekor lembu jantan pada hari pertama dan jumlahnya dikurangi satu ekor setiap hari, seluruhnya berjumlah 70 ekor lembu jantan yang dikorbankan, di samping 119 ekor anak domba, domba jantan, dan kambing, belum lagi persembahan biji-bijian dan anggur. Selama pekan itu, ribuan persembahan perorangan juga diberikan oleh para peserta. (Bil 29:12-34, 39) Pada hari kedelapan, manakala orang tidak boleh bekerja keras, seekor lembu jantan, domba jantan, dan tujuh ekor anak domba jantan yang berumur satu tahun dipersembahkan sebagai korban bakaran, disertai persembahan biji-bijian serta minuman, dan juga seekor kambing sebagai persembahan dosa.—Bil 29:35-38.

      Pada tahun Sabat, Hukum dibacakan kepada seluruh umat itu selama perayaan ini. (Ul 31:10-13) Kemungkinan besar, regu pertama dari ke-24 regu yang ditetapkan oleh Daud mulai berdinas di bait setelah Perayaan Pondok, mengingat bait yang dibangun Salomo ditahbiskan pada perayaan ini pada tahun 1026 SM.—1Raj 6:37, 38; 1Taw 24:1-18; 2Taw 5:3; 7:7-10.

      Ciri khas, atau hakikat utama, Perayaan Pondok adalah pengucapan syukur yang penuh sukacita. Kehendak Yehuwa adalah agar umat-Nya bersukacita karena Dia. ”Kamu harus bersukacita di hadapan Yehuwa, Allahmu.” (Im 23:40) Perayaan ini adalah waktu untuk mengucapkan syukur atas pengumpulan—bukan hanya untuk biji-bijian melainkan juga minyak dan anggur, yang banyak menambah kenikmatan hidup. Selama perayaan ini, orang-orang Israel dapat merenungkan dalam hati bahwa kemakmuran dan limpahnya hal-hal baik yang mereka nikmati tidak datang karena kekuatan mereka sendiri, tetapi karena kepedulian Yehuwa, Allah mereka, Dialah yang memberi mereka kemakmuran itu. Mereka harus memikirkan semua itu dalam-dalam, kalau tidak, seperti yang Musa katakan, ”Engkau menjadi tinggi hati dan melupakan Yehuwa, Allahmu, yang telah membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah budak.” Musa juga menyatakan, ”Ingatlah kepada Yehuwa, Allahmu, karena dialah yang memberikan kuasa kepadamu untuk memperoleh kekayaan; dengan maksud untuk melaksanakan perjanjiannya kepada bapak-bapak leluhurmu, yang ia buat dengan sumpah, seperti pada hari ini.”—Ul 8:14, 18.

      Israel diperintahkan untuk tinggal dalam pondok selama satu minggu, ”agar keturunanmu mengetahui bahwa aku telah menyuruh putra-putra Israel untuk tinggal di dalam pondok-pondok pada waktu aku membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Akulah Yehuwa, Allahmu”. (Im 23:42, 43) Dengan sukacita dan penuh syukur mereka akan mengingat perhatian Allah kepada mereka di padang belantara sewaktu mereka diberi pernaungan oleh Yehuwa, ’yang memerintahkan mereka untuk berjalan di padang belantara yang luas dan membangkitkan rasa takut, dengan ular berbisa serta kalajengking dan dengan tanah yang gersang, yang tidak ada airnya; yang telah mendatangkan air bagi mereka dari gunung batu yang keras; yang memberi mereka makan manna di padang belantara, yang tidak dikenal oleh bapak-bapak mereka’. (Ul 8:15, 16) Semua itu memberi mereka alasan untuk bersukacita karena perhatian dan kemurahan Allah yang terus bertambah-tambah kepada mereka.

      Corak-Corak yang Ditambahkan Belakangan. Suatu kebiasaan yang belakangan dipraktekkan, yang mungkin disinggung dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen (Yoh 7:37, 38) namun tidak dalam Kitab-Kitab Ibrani, ialah kebiasaan mengambil air dari Kolam Siloam dan mencurahkannya, bersama anggur, ke atas mezbah pada waktu korban pagi dipersembahkan. Menurut kebanyakan pakar, hal ini dilakukan selama tujuh hari perayaan itu namun tidak dilakukan pada hari kedelapan. Sang imam pergi ke Kolam Siloam dengan membawa kendi emas (kecuali pada hari pembukaan perayaan, yang adalah hari sabat; pada hari itu air diambil dari bejana emas di bait yang telah diisi dengan air dari Siloam sehari sebelumnya). Waktunya diperhitungkan agar ia dapat kembali dari Siloam dengan air itu tepat pada waktu para imam di bait siap untuk meletakkan bagian-bagian korban di atas mezbah. Seraya ia memasuki Halaman para Imam melalui Gerbang Air di bait, kedatangannya diumumkan dengan tiga kali tiupan terompet yang dilakukan para imam. Air itu kemudian dicurahkan ke dalam baskom yang bagian bawahnya berlubang sehingga air itu mengalir menuju alas mezbah; bersamaan dengan itu anggur dicurahkan ke dalam sebuah baskom. Kemudian musik bait mengiringi nyanyian Halel (Mazmur 113-118), dan pada waktu itu umat melambai-lambaikan cabang-cabang ­pohon palem ke arah mezbah. Upacara ini bisa jadi mengingatkan para peserta perayaan yang bersukacita akan kata-kata nubuat Yesaya, ”Dengan kesukaan besar kamu sekalian pasti akan menimba air dari mata air keselamatan.”—Yes 12:3.

      Upacara lain yang agak mirip adalah yang dilakukan setiap hari selama tujuh hari perayaan, para imam beriring-iringan, berjalan mengelilingi mezbah sambil bernyanyi, ”Ya, Yehuwa, berilah kiranya keselamatan! Ya, Yehuwa, karuniakanlah kiranya keberhasilan!” (Mz 118:25) Namun, pada hari ketujuh, mereka mengelilinginya tujuh kali.

      Menurut sumber-sumber para rabi, ada corak istimewa lain lagi dari perayaan ini yang, seperti pengambilan air dari Siloam, juga dilakukan pada masa Yesus berada di bumi. Upacara itu dimulai pada akhir hari ke-15 Tisri, yaitu hari pertama perayaan, yang sebenarnya adalah awal hari ke-16, yaitu hari kedua perayaan, dan dilakukan selama lima malam berturut-turut. Persiapan dilakukan di Halaman Kaum Wanita. Di halaman ini ada empat buah kaki pelita emas yang besar, yang masing-masing memiliki empat mangkuk emas. Empat pemuda keturunan imam menaiki tangga dengan membawa kendi minyak yang besar dan mengisi ke-16 mangkuk tersebut. Sumbu pelita-pelita itu dibuat dari pakaian tua para imam. Beberapa penulis Yahudi mengatakan bahwa pelita-pelita itu memancarkan cahaya yang sangat terang sehingga dapat terlihat dari jauh, menerangi halaman rumah-rumah di Yerusalem. Beberapa pria, termasuk sejumlah tua-tua, menari sambil membawa obor yang menyala di tangan mereka dan melantunkan nyanyian-nyanyian pujian, dengan diiringi alat-alat musik.

      Keterangan tambahan yang menarik adalah mengenai Yeroboam, yang memisahkan diri dari putra Salomo, Rehoboam, dan menjadi raja atas sepuluh suku di utara; ia menyelenggarakan (pada bulan kedelapan, bukan ketujuh) Perayaan Pondok tiruan, tampaknya untuk menjauhkan suku-suku tersebut dari Yerusalem. Tetapi, tentunya, korban-korban dipersembahkan kepada anak-anak lembu emas yang ia dirikan, yang bertentangan dengan perintah Yehuwa.—1Raj 12:31-33.

      Yesus mungkin menyinggung makna rohani Perayaan Pondok dan upacara pengambilan air Siloam sewaktu ”pada hari terakhir, hari besar dari perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru, katanya, ’Jika ada yang haus, biarlah ia datang kepadaku dan minum. Ia yang beriman kepadaku, sebagaimana dikatakan Ayat ini, ”Dari bagian dirinya yang paling dalam akan mengalir aliran-aliran air kehidupan.”’” (Yoh 7:37, 38) Selain itu, ia mungkin menyinggung tentang diteranginya Yerusalem oleh pelita dan obor yang ada di wilayah bait pada waktu perayaan, sewaktu ia belakangan mengatakan kepada orang Yahudi, ”Akulah terang dunia. Ia yang mengikuti aku tidak akan berjalan dalam kegelapan, tetapi akan mempunyai terang kehidupan.” (Yoh 8:12) Tidak lama setelah pembicaraannya dengan orang Yahudi, Yesus mungkin menghubungkan Siloam dengan perayaan tersebut dan pelita-pelitanya sewaktu ia bertemu dengan seorang pria yang buta sejak lahir. Setelah menyatakan kepada murid-muridnya, ”Akulah terang dunia,” ia meludah ke tanah dan membuat tanah liat dengan ludahnya, lalu menaruh tanah liatnya pada mata pria itu dan mengatakan kepadanya, ”Pergilah, basuhlah dirimu di kolam Siloam.”—Yoh 9:1-7.

      Orang-orang melambaikan cabang-cabang pohon palem pada perayaan ini; hal itu mengingatkan kita juga akan sejumlah besar orang yang melambaikan cabang-cabang pohon palem pada waktu Yesus memasuki Yerusalem tepat sebelum kematiannya, sekalipun bukan pada waktu Perayaan Pondok, melainkan sebelum Paskah. (Yoh 12:12, 13) Sekali lagi, rasul Yohanes, yang mendapat penglihatan tentang 144.000 budak Allah yang dimeteraikan pada dahi mereka, memberi tahu kita, ”Setelah hal-hal ini aku memandang, dan, lihat! suatu kumpulan besar dari orang-orang yang jumlahnya tidak seorang pun dapat menghitungnya, dari semua bangsa dan suku dan umat dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, mengenakan jubah putih; dan ada pelepah-pelepah palem di tangan ­mereka. Dan mereka terus berseru dengan suara keras, demikian, ’Kami berutang keselamatan kepada Allah kami, yang duduk di atas takhta, dan kepada Anak Domba.’”—Pny 7:1-10.

      Maka, sangatlah cocok bahwa Perayaan Pondok merupakan akhir bagian utama tahun agraris dan siklus perayaan dalam satu tahun. Segala sesuatu yang berkaitan dengannya bernapaskan sukacita, berkat-berkat yang limpah dari tangan Yehuwa, penyegaran, dan kehidupan.

  • Perayaan Penahbisan
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
    • PERAYAAN PENAHBISAN

      Perayaan Penahbisan (Ibr., khanuk·kahʹ) diadakan untuk memperingati pembebasan orang Yahudi dari kekuasaan Siria-Yunani dan penahbisan kembali bait di Yerusalem bagi Yehuwa; bait tersebut telah dicemari oleh Antiokhus IV Epifanes, yang menyebut dirinya The·osʹ E·pi·fa·nesʹ (”Allah Membuat Nyata”). Ia mendirikan sebuah mezbah di atas mezbah agung, yang sebelumnya digunakan untuk mempersembahkan persembahan bakaran setiap hari. (1 Makabe 1:54-59, Deuterokanonika terbitan LBI; AT) Pada peristiwa itu (25 Khislew 168 SM), untuk memperlihatkan kebencian dan penghinaannya kepada Yehuwa, Allah orang Yahudi, dan untuk mencemari bait-Nya senajis mungkin, Antiokhus mempersembahkan babi di atas mezbah itu dan menyuruh agar kaldu yang dibuatnya dari sebagian daging babi itu dipercikkan ke seluruh bait. Ia juga membakar gerbang-gerbang bait, merobohkan ruangan-ruangan untuk para imam, dan menyingkirkan mezbah emas serta meja roti pertunjukan dan kaki pelita emas. Bait Zerubabel dibaktikan kepada allah kafir Zeus dari Olimpus.

      Dua tahun kemudian, Yudas Makabe merebut kembali kota itu beserta baitnya. Tempat suci itu sudah ditelantarkan; lalang tumbuh di halaman-halaman bait. Yudas meruntuhkan mezbah tua yang sudah dicemari itu dan membangun mezbah baru dari batu-batu yang tidak dipotong. Yudas menyuruh orang-orang membuat bejana-bejana bait dan ia membawa masuk mezbah dupa, meja roti pertunjukan, dan kaki pelita ke dalam bait. Setelah kecemarannya disingkirkan, bait itu ditahbiskan kembali pada tanggal 25 Khislew, tahun 165 SM, tepat tiga tahun setelah Antiokhus mempersembahkan korbannya di atas mezbah tersebut untuk menyembah allah kafir. Persembahan-persembahan bakaran setiap hari diperbarui.—1 Makabe 4:36-54; 2 Makabe 10:1-9, Deuterokanonika terbitan LBI; AT.

      Kebiasaan Perayaan. Hakikat perayaan itu sendiri menjadikannya waktu yang penuh sukacita. Dalam cara penyelenggaraannya terdapat beberapa persamaan dengan Perayaan Pondok. Perayaan ini berlangsung selama delapan hari, mulai tanggal 25 Khislew dan seterusnya. (1 Makabe 4:59) Ada cahaya yang sangat terang di halaman-halaman bait, dan semua tempat tinggal pribadi diterangi dengan lampu-lampu hias. Talmud menyebutnya ”Pesta Cahaya”. Belakangan, ada yang memiliki kebiasaan menyalakan delapan buah lampu pada malam pertama dan mengurangi jumlahnya satu per satu setiap malam, dan ada pula yang mulai dengan sebuah lampu dan menambah jumlahnya sampai delapan. Lampu-lampu tersebut ditaruh di dekat pintu yang menuju ke jalan sehingga tidak hanya menerangi bagian dalam rumah tetapi juga terangnya dapat dilihat semua orang di luar. Lampu-lampu itu dinyalakan sambil diiringi oleh suara nyanyian yang memuji-muji Allah, sang Pembebas Israel. Mengenai permulaan perayaan tersebut, Yosefus mengatakan, ”Begitu banyak kesenangan yang mereka peroleh karena kebiasaan-kebiasaan mereka dipulihkan dan karena tanpa disangka-sangka mereka memperoleh hak untuk melakukan ibadat mereka setelah sekian lamanya waktu berlalu, sampai-sampai mereka membuat suatu hukum bahwa anak cucu mereka kelak harus merayakan pemulihan kembali fungsi bait selama delapan hari. Dan mulai hari itu sampai sekarang kami menyelenggarakan perayaan ini, yang kami sebut sebagai perayaan Cahaya, dan nama itu diberikan, saya kira, karena fakta bahwa hak untuk beribadat datang kepada kami sewaktu kami hampir tidak berani mengharapkannya.” (Jewish Antiquities, XII, 324, 325 [vii, 7]) Orang-orang boleh melakukan pekerjaan yang berat, karena perayaan itu tidak dianggap sebagai sabat.

      Sebelumnya, ada dua penahbisan bait, untuk bait pertama yang dibangun Salomo dan untuk bait kedua yang dibangun Zerubabel, yang dengan khidmat dirayakan setelah pembangunan rampung. Namun, penahbisan ini tidak diperingati setiap tahun seperti halnya penahbisan kembali bait kedua yang dilakukan Yudas Makabe. Tidak seperti ketiga perayaan akbar, manakala semua pria diwajibkan untuk menghadirinya di Yerusalem, Perayaan Penahbisan boleh dirayakan di berbagai kota, seperti halnya Perayaan Purim. (Kel 23:14-17; Est 9:18-32) Orang-orang di seluruh negeri berkumpul di sinagoga-sinagoga, bernyanyi dan bersukacita, membawa cabang-cabang pohon, dan sinagoga-sinagoga serta rumah-rumah pribadi diterangi dengan banyak lampu. Orang Yahudi merayakan perayaan ini sampai sekarang.

      Maknanya bagi Orang Kristen. Yesus berkunjung ke bait pada saat Perayaan Penahbisan pada musim dingin terakhir dari masa pelayanannya, pada tahun 32 M. Alkitab mencatat, ”Pada waktu itu perayaan penahbisan berlangsung di Yerusalem. Waktu itu musim dingin, dan Yesus sedang berjalan di bait di Serambi Salomo.” (Yoh 10:22, 23) Khislew, bulan kesembilan, sama dengan bulan November-Desember. Tentu saja, orang Yahudi pada umumnya tahu bahwa perayaan ini berlangsung pada musim dingin. Jadi, disebutkannya musim dingin dalam konteks ini bisa jadi menonjolkan keadaan cuacanya dan bukan musimnya, sebagai alasan Yesus memilih tempat yang beratap untuk mengajar, yakni di ”Serambi Salomo”. Serambi yang beratap ini terletak di sisi timur halaman luar bagi orang non-Yahudi, yakni tempat banyak orang berkumpul.—Kis 3:11; 5:12.

      Tidak ada pernyataan langsung dalam Alkitab bahwa Yehuwa memberi Yudas Makabe kemenangan dan membimbingnya sewaktu ia memperbaiki bait, melengkapi peralatannya, membuat perkakas-perkakas, dan akhirnya menahbiskan kembali bait. Namun, agar nubuat-nubuat tentang Yesus dan pelayanannya digenapi dan agar korban-korban orang Lewi berlangsung terus sampai korban terbesar Putra Allah dipersembahkan, bait harus tetap ada dan berbagai fungsinya harus tetap berjalan pada waktu sang Mesias tampil. (Yoh 2:17; Dan 9:27) Untuk melaksanakan maksud-tujuan-Nya yang tertentu sehubungan dengan ibadat kepada-Nya, Yehuwa pernah menggunakan orang-orang dari bangsa-bangsa asing, seperti Kores (Yes 45:1), maka terlebih lagi Ia pasti akan lebih suka menggunakan seseorang dari antara umat-Nya yang berbakti, yakni orang Yahudi.

      Apa pun keadaannya, bait masih berfungsi pada masa pelayanan Yesus Kristus. Bait Zerubabel telah dibangun kembali (diganti) dengan bait yang lebih megah oleh Herodes. Karena alasan itu dan karena mereka tidak menyukai Herodes, orang Yahudi biasanya menyebutkan dua bait saja, yakni bait Salomo dan Zerubabel. Kita tidak dapat menemukan kata-kata Yesus maupun tulisan murid-muridnya yang mengutuk Perayaan Penahbisan. Namun, di bawah perjanjian baru, orang Kristen tidak diperintahkan untuk mengadakan perayaan ini.—Kol 2:16; Gal 4:10, 11; Ibr 8:6.

  • Perayaan Bulan Baru
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
    • PERAYAAN BULAN BARU

      Allah memerintahkan kepada Israel bahwa pada setiap bulan baru, yang menandai permulaan bulan kamariah pada kalender Yahudi, mereka harus meniup terompet di depan persembahan-persembahan bakaran dan korban-korban persekutuan mereka. (Bil 10:10) Korban-korban khusus harus dipersembahkan pada hari itu selain korban harian yang tetap. Pada bulan baru, yang harus dipersembahkan sebagai persembahan bakaran adalah dua ekor lembu jantan, seekor domba jantan, dan tujuh ekor anak domba jantan yang berumur satu tahun, beserta persembahan biji-bijian dan anggur, juga seekor anak kambing untuk persembahan dosa.—Bil 28:11-15.

      Itu saja yang diperintahkan dalam Pentateukh sehubungan dengan perayaannya, tetapi belakangan perayaan bulan baru berkembang menjadi perayaan nasional yang penting. Di Yesaya 1:13, 14, perayaan ini disejajarkan dengan Sabat dan musim perayaan. Setidaknya pada zaman para nabi yang muncul belakangan, bangsa itu tidak melakukan urusan dagang pada hari bulan baru, sebagaimana ditunjukkan di Amos 8:5. Hal ini melebihi apa yang dituntut oleh Tulisan-Tulisan Kudus untuk hari bulan baru. Sekalipun demikian, sebagaimana diperlihatkan dalam dua ayat terakhir, pada waktu itu perayaan bulan baru Yahudi telah menjadi formalitas belaka, yang dibenci oleh Yehuwa.

      Hari bulan baru adalah hari yang dikhususkan untuk berkumpul dan berpesta. Hal ini terlihat dari apa yang disimpulkan Saul sewaktu Daud tidak muncul di meja Saul pada hari bulan baru. Saul berkata dalam hatinya, ”Sesuatu telah terjadi sehingga ia tidak tahir, sebab ia belum ditahirkan.” (1Sam 20:5, 18, 24, 26) Beberapa pekerjaan yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat memang boleh dilakukan pada hari itu, tetapi hari itu dipandang sebagai waktu untuk merenungkan hal-hal rohani. Orang-orang berkumpul dalam suatu pertemuan (Yes 1:13; 66:23; Mz 81:3; Yeh 46:3) atau mengunjungi nabi atau abdi Allah.—2Raj 4:23.

      Perayaan hari bulan baru tidak berkaitan dengan penyembahan bulan, sebagaimana dipraktekkan oleh sejumlah bangsa kafir, juga tidak ada hubungannya dengan astrologi.—Hak 8:21; 2Raj 23:5; Ayb 31:26-28.

      Yesaya menulis mengenai masa depan manakala semua makhluk akan berkumpul untuk membungkuk di hadapan Yehuwa pada hari bulan baru. (Yes 66:23) Dalam nubuat Yehezkiel, selama masa pembuangan di Babilon, ketika ia mendapat sebuah penglihatan tentang bait, Yehuwa berfirman kepadanya, ”Gerbang halaman dalam yang menghadap ke timur harus tetap tertutup selama enam hari kerja, dan pada hari sabat gerbang itu harus dibuka, dan pada hari bulan baru gerbang itu harus dibuka. Dan orang-orang di negeri itu harus membungkuk di pintu masuk gerbang itu pada hari-hari sabat dan pada bulan-bulan baru, di hadapan Yehuwa.”—Yeh 46:1, 3.

      Orang Yahudi zaman sekarang merayakan bulan baru dengan banyak upacara yang rumit dan memandang hari itu sangat penting. Namun, orang Kristen diberi tahu bahwa mereka tidak berkewajiban untuk merayakan bulan baru atau sabat, yang hanya merupakan bagian dari bayangan hal-hal yang akan datang, yang kenyataannya terdapat dalam diri Yesus Kristus. Perayaan-perayaan Israel jasmani memiliki makna simbolis dan penggenapan berupa banyak berkat melalui Putra Allah.—Kol 2:16, 17.

  • Perayaan Peniupan Terompet
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
    • PERAYAAN PENIUPAN TEROMPET

      Perayaan ini diadakan pada hari pertama (atau bulan baru) dari bulan ketujuh, Etanim (Tisri), dan merupakan perayaan yang mengawali tahun sekuler bagi orang Yahudi. Perayaan ini berbeda dengan Perayaan Bulan Baru pada ke-11 bulan lainnya karena dianggap lebih penting. Ada perintah tambahan sehubungan dengan Perayaan Peniupan Terompet, yaitu bahwa hari itu harus dikhususkan untuk hari pertemuan kudus, manakala pekerjaan yang menuntut kerja keras tidak boleh dilakukan.

      Nama perayaan tersebut diambil dari perintah, ”Kamu harus mengadakan istirahat penuh, peringatan dengan peniupan terompet.” ”Itu harus menjadi hari peniupan terompet bagimu.” Pada hari itu, seekor lembu jantan muda, seekor domba jantan, dan tujuh ekor anak domba jantan berumur satu tahun, yang tidak bercela, dipersembahkan beserta persembahan biji-bijian berupa tepung halus yang dilembapkan dengan minyak, dan juga seekor anak kambing jantan sebagai persembahan dosa. Semua itu dipersembahkan selain persembahan yang tetap setiap hari dan juga persembahan yang khusus diberikan untuk hari-hari bulan baru.—Im 23:24; Bil 29:1-6.

      Tentunya, perayaan ini merupakan perayaan yang penting, bukan hanya karena mengawali bulan yang merupakan permulaan tahun agraris dan tahun kerja yang baru, melainkan juga karena Hari Pendamaian jatuh pada hari ke-10 bulan itu dan Perayaan Pondok dimulai pada hari ke-15. Sebagian besar pengumpulan panenan dari tahun yang akan berlalu dituntaskan pada bulan tersebut. Panenan yang dikumpulkan pada bulan itu termasuk buah anggur untuk minuman, yang membuat hati manusia bersukacita, dan zaitun, yang antara lain merupakan bahan makanan serta sumber minyak untuk penerangan dan untuk digunakan sehubungan dengan banyak persembahan biji-bijian. (Mz 104:15) Perayaan ini benar-benar menandai permulaan bulan untuk bersyukur kepada Yehuwa.

  • Perayaan Kue Tidak Beragi
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
    • PERAYAAN KUE TIDAK BERAGI

      Perayaan ini dimulai pada tanggal 15 Nisan, satu hari setelah Paskah, dan berlangsung selama tujuh hari sampai tanggal 21 Nisan. (Lihat PASKAH.) Namanya diambil dari kue tidak beragi (Ibr., mats·tsohthʹ), yakni satu-satunya kue atau roti yang boleh disajikan selama tujuh hari perayaan itu. Adonan untuk roti ini diremas dengan air tanpa diberi ragi. Agar tidak terjadi fermentasi, roti ini harus dibuat dengan cepat.

      Hari pertama Perayaan Kue Tidak Beragi merupakan pertemuan yang khidmat, yang juga adalah hari sabat. Pada hari kedua, tanggal 16 Nisan, seberkas buah-buah sulung dari panenan barli, biji-bijian yang paling dahulu masak di Palestina, dibawa kepada imam. Sebelum perayaan ini, tidak ada biji-bijian baru, roti, atau biji-bijian panggang dari panenan baru yang boleh dimakan. Imam secara kiasan mempersembahkan buah-buah sulung itu kepada Yehuwa dengan menimang-nimang berkas biji-bijian itu, sedangkan seekor domba jantan yang sehat dan berumur setahun ke bawah dipersembahkan sebagai persembahan bakaran bersama persembahan biji-bijian yang dilembapkan dengan minyak dan persembahan minuman. (Im 23:6-14) Tidak ada perintah untuk membakar biji-bijian apa pun atau tepungnya di atas mezbah, seperti yang belakangan dilakukan oleh para imam. Selain persembahan buah sulung untuk umum atau bagi bangsa itu, diadakan juga penyelenggaraan bagi setiap keluarga dan individu yang mempunyai tanah di Israel untuk mempersembahkan korban-korban ucapan syukur selama perayaan itu berlangsung.—Kel 23:19; Ul 26:1, 2; lihat BUAH SULUNG.

      Makna. Pada waktu itu, menyantap kue tidak beragi merupakan hal yang selaras dengan instruksi yang Musa terima dari Yehuwa, sebagaimana dicatat di Keluaran 12:14-20, yang mencakup perintah tegas di ayat 19, ”Selama tujuh hari tidak boleh ada adonan khamir di rumahmu.” Di Ulangan 16:3, kue yang tidak beragi disebut ”roti penderitaan”, dan setiap tahun kue-kue ini mengingatkan orang Yahudi akan keberangkatan mereka yang tergesa-gesa dari tanah Mesir (ketika adonan mereka tidak sempat diragi [Kel 12:34]). Dengan demikian, orang Israel akan mengingat keadaan terbelenggu yang penuh penderitaan sebelum mereka dibebaskan, sebagaimana yang Yehuwa sendiri katakan, ”agar engkau ingat akan hari engkau keluar dari tanah Mesir sepanjang hari-hari kehidupanmu”. Terwujudnya kebebasan yang pada waktu itu mereka nikmati sebagai suatu bangsa dan pengakuan bahwa Yehuwa adalah Pembebas mereka menjadi latar yang cocok untuk perayaan pertama di antara tiga perayaan akbar tahunan yang diselenggarakan orang Israel.—Ul 16:16.

      Selama Prapembuangan. Dalam Alkitab, tercatat tiga kali Perayaan Kue Tidak Beragi yang diselenggarakan setelah orang Israel memasuki Tanah Perjanjian dan sebelum mereka dibuang ke Babilon. Namun, fakta bahwa hanya itu yang disebutkan tidak berarti bahwa perayaan ini tidak diadakan lagi. Sebaliknya, catatan yang pertama secara umum menyebutkan tentang semua perayaan dan segala pengaturan yang Salomo lakukan untuk menyelenggarakannya.—2Taw 8:12, 13.

      Dua catatan lainnya menyebutkan tentang keadaan-keadaan yang sangat istimewa. Salah satunya adalah dihidupkannya kembali Perayaan Kue Tidak Beragi setelah sekian lamanya diabaikan. Hal ini dilakukan pada tahun pertama masa pemerintahan Raja Hizkia yang setia. Sungguh menarik bahwa dalam kasus ini tidak ada cukup waktu untuk mempersiapkan perayaan tahunan itu pada tanggal 15 Nisan karena pekerjaan mentahirkan dan memperbaiki bait baru rampung pada tanggal 16 Nisan. Oleh karena itu, mereka memanfaatkan peraturan dalam Hukum untuk menyelenggarakannya pada bulan kedua. (2Taw 29:17; 30:13, 21, 22; Bil 9:10, 11) Perayaan itu benar-benar merupakan peristiwa yang penuh sukacita serta menghasilkan pemulihan ibadat, dan perayaan selama tujuh hari itu ternyata terlalu singkat sehingga diperpanjang selama tujuh hari lagi. Raja Hizkia dan para pembesarnya dengan murah hati menyumbangkan 2.000 ekor lembu dan 17.000 ekor domba guna menyediakan makanan bagi banyak sekali orang yang hadir.​—2Taw 30:23, 24.

      Penyelenggaraan perayaan itu mengawali kampanye yang besar melawan agama palsu, dan di banyak kota hal ini dilaksanakan sebelum para penyembah itu pulang ke rumah masing-masing. (2Taw 31:1) Diselenggarakannya Perayaan Kue Tidak Beragi mendatangkan berkat Yehuwa serta kebebasan dari ibadat kepada hantu-hantu, dan hal ini merupakan contoh bagus tentang manfaat yang dihasilkan bagi orang Israel karena mengadakan perayaan-perayaan tersebut.

      Catatan terakhir tentang Perayaan Kue Tidak Beragi pada masa prapembuangan adalah yang diadakan pada masa pemerintahan Raja Yosia yang dengan berani mengerahkan upaya untuk memulihkan ibadat murni kepada Yehuwa di Yehuda.—2Taw 35:1-19.

      Hanya itulah perayaan-perayaan yang secara khusus dicatat, tetapi sebelum zaman raja-raja, pastilah para hakim dan imam yang setia di Israel menaruh perhatian besar pada perayaan-perayaan tersebut. Belakangan, Daud maupun Salomo membuat pengaturan yang ekstensif agar keimaman berfungsi dengan sepatutnya, dan raja-raja Yehuda yang lain tentunya memastikan agar perayaan-perayaan diadakan secara rutin. Selain itu, Perayaan Kue Tidak Beragi diadakan secara cukup rutin pada masa pascapembuangan.

      Selama Pascapembuangan. Setelah orang Yahudi dibebaskan dari Babilon dan kembali ke Tanah Perjanjian, bait di Yerusalem dibangun kembali dan rampung berkat anjuran yang terus-menerus diberikan oleh nabi-nabi Yehuwa, Hagai dan Zakharia. (Ezr 5:1, 2) Pada tahun 515 SM, rumah Yehuwa yang telah dibangun kembali diresmikan dengan penuh sukacita, dan semua korban yang patut untuk Perayaan Kue Tidak Beragi dipersembahkan. Catatan di Ezra 6:22 menyatakan, ”Selanjutnya mereka mengadakan perayaan kue tidak beragi selama tujuh hari dengan sukacita.”

      Buku Maleakhi memperlihatkan bahwa setelah beberapa waktu, sekalipun ada awal yang bergairah untuk pemulihan ibadat sejati sewaktu orang-orang buangan kembali dari Babilon, para imam menjadi lalai serta angkuh, dan menganggap diri adil-benar. Dinas di bait menjadi cemoohan, sekalipun secara formalistis masih diselenggarakan. (Mal 1:6-8, 12-14; 2:1-3; 3:8-10) Yesus mendapati para penulis dan orang Farisi dengan sangat cermat menjalankan setiap perincian Hukum, di samping tradisi yang mereka tambahkan. Mereka dengan bersemangat menyelenggarakan perayaan-perayaan, termasuk Perayaan Kue Tidak Beragi, tetapi Yesus mengecam mereka sebab, akibat kemunafikan mereka, mereka tidak lagi menghargai makna yang sebenarnya dari penyelenggaraan-penyelenggaraan bagus yang Yehuwa sediakan agar mereka mendapat berkat.—Mat 15:1-9; 23:23, 24; Luk 19:45, 46.

      Makna Nubuat. Yesus Kristus memberi tahu makna simbolis ragi, seperti yang dicatat di Matius 16:6, 11, 12, ketika ia memperingatkan murid-muridnya, ”Teruslah buka matamu dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.” Sewaktu murid-muridnya bertukar pikiran di antara mereka sendiri dan menarik kesimpulan yang keliru mengenai apa yang ia maksudkan, ia dengan tandas mengatakan, ”’Bagaimana sampai kamu tidak memahami bahwa aku tidak berbicara kepadamu mengenai roti? Tetapi waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.’ Lalu mereka memahami bahwa ia mengatakan agar waspada . . . terhadap ajaran orang Farisi dan Saduki.” Selain itu, Lukas melaporkan bahwa pada kesempatan lain Yesus secara spesifik menyatakan, ”Waspadalah terhadap ragi orang Farisi, yang adalah kemunafikan.”—Luk 12:1.

      Rasul Paulus mengartikan ragi dengan cara serupa sehubungan dengan Perayaan Kue Tidak Beragi ketika ia menguraikan haluan yang hendaknya ditempuh orang Kristen. Di 1 Korintus 5:6-8, ia memberikan nasihat ini kepada saudara-saudara Kristennya, ”Tidak tahukah kamu bahwa sedikit ragi mengkhamirkan seluruh adonan? Singkirkan ragi yang lama, agar kamu menjadi adonan baru, sebab kamu memang tidak beragi. Karena sesungguhnya, Kristus, korban paskah kita, telah dikorbankan. Oleh karena itu, marilah kita melaksanakan perayaan, tidak dengan ragi yang lama, tidak juga dengan ragi keburukan dan kefasikan, melainkan dengan kue-kue tidak beragi, yaitu ketulusan hati dan kebenaran.”

      Pada tanggal 16 Nisan, hari kedua Perayaan Kue Tidak Beragi, imam besar menimang-nimang buah-buah sulung panenan barli, yakni panenan pertama tahun itu, atau yang mungkin disebut yang pertama dari buah sulung tanah itu. (Im 23:10, 11) Penting untuk diingat bahwa pada hari inilah, tanggal 16 Nisan, tahun 33 M, Yesus Kristus dibangkitkan. Sang rasul membandingkan Kristus dengan orang-orang lain yang dibangkitkan, dengan mengatakan, ”Tetapi sekarang Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai buah sulung dari antara orang-orang yang telah tidur dalam kematian. . . . Namun masing-masing menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung, setelah itu mereka yang menjadi milik Kristus, selama kehadirannya.” Kristus juga disebut ”yang sulung di antara banyak saudara”.—1Kor 15:20-23; Rm 8:29.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan