PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Pembebasan​—Betapa Didambakan!
    Menara Pengawal—1986 (Seri 26) | Menara Pengawal—1986 (Seri 26)
    • Pembebasan​—Betapa Didambakan!

      ”BERIKAN kepadaku kemerdekaan atau kematian!” seru patriot Amerika Patrick Henry lebih dari 200 tahun yang lalu. Bagi dia, kemerdekaan lebih berharga dari pada kehidupan itu sendiri. Selama berabad-abad, jutaan orang mempunyai perasaan yang sama.

      Tetapi, dalam separuh abad yang lampau, keinginan untuk merdeka telah mengambil dimensi baru. Jutaan rakyat jajahan telah membebaskan diri dari kekuasaan kolonial sebagai hasil dari usaha untuk memperoleh kemerdekaan politik. Gerakan-gerakan sosial, ekonomi, dan bahkan agama didirikan untuk mendapatkan kemerdekaan dari penindasan dan diskriminasi, apakah itu yang benar-benar nyata atau yang hanya khayalan belaka. Tidak pernah sebelumnya begitu banyak orang menginginkan pembebasan dari wewenang majikan dan pemerintahan, begitu banyak wanita dari wewenang suami dan ayah, dan begitu banyak anak dari wewenang orangtua serta guru-guru. Meskipun demikian, gerakan-gerakan pembebasan bukan hal baru. Sebenarnya, usianya sudah setua umur umat manusia sendiri. Buku sejarah yang paling tua di dunia, Alkitab, menceritakan lebih banyak lagi kepada kita. Inti dari kisahnya, yang terdapat dalam Kejadian 3:1-7, ialah sebagai berikut:

      Tidak lama setelah pria dan wanita diciptakan, wanita itu didekati oleh suatu makhluk malaikat. Tindakannya menyingkapkan keinginan untuk membebaskan diri dari wewenang Penciptanya. Jadi tidak mengherankan jika ia menegaskan bahwa apa yang dibutuhkan wanita itu dan suaminya adalah pembebasan. Tidakkah benar, ia berkilah, bahwa Allah telah memberikan pembatasan kepada mereka? Namun mengapa, ia bertanya, mereka tidak boleh makan dari ”buah pohon yang ada di tengah-tengah taman”? Bagaimanapun juga, ”pohon itu . . . sedap kepada pemandangan mata,” (Klinkert) bukan? Memang!

      Bebaskan dirimu, ia menganjurkan, maka ”matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” Betapa didambakan! Ya, pembebasan dari pemerintahan Allah yang ”menindas” dibuat sedemikian rupa sehingga kelihatan sama berharganya seperti kehidupan itu sendiri.

      ”Berikan kepadaku kemerdekaan atau kematian!” Adam dan Hawa mendapat kedua-duanya—dengan akibat kesedihan atas mereka sendiri dan kita! Bagaimana?

  • ”Segala Makhluk Sama-Sama Mengeluh”​—Mengapa?
    Menara Pengawal—1986 (Seri 26) | Menara Pengawal—1986 (Seri 26)
    • ”Segala Makhluk Sama-Sama Mengeluh”​—Mengapa?

      PRIA dan wanita pertama memalingkan diri dari Allah. Tetapi dengan mendapatkan ”pembebasan” yang mereka inginkan, akibatnya mereka harus mengatur urusan-urusan mereka sedapat-dapatnya. Tidak lama kemudian mereka menyadari bahwa usaha mereka yang paling baik masih jauh dari cukup. Karena tidak berpengalaman dan pengetahuan yang terbatas, timbul problem-problem.

      Itulah sebabnya mengapa banyak dari kita telah menjadi korban dari diskriminasi atau ketidakadilan. Itulah sebabnya kita semua harus diperbudak oleh ketidaksempurnaan manusia, mengapa kita menjadi sakit, menderita sakit jasmani dan mental, yang tidak normal, dan mencucurkan air mata kesedihan. Atau, seperti dikatakan dalam bahasa Alkitab, itulah sebabnya ”sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit.”—Roma 8:22.

      Usaha manusia yang pertama untuk mendapat kemerdekaan ternyata telah memperbudak dia. Kini, selama 60 abad ia telah berusaha memerdekakan diri dari akibat-akibat buruknya. Namun dengan hasil apa?

      Pembebasan Secara Politik

      Manusia telah mencoba segala bentuk pemerintahan. Pemerintahan yang menindas atau tidak adil, atau yang gagal memenuhi kebutuhan rakyat yang paling utama, telah disingkirkan atau bahkan digulingkan dengan kekerasan dan digantikan oleh yang lain—tetapi dengan hasil-hasil yang meragukan.

      Wartawan Lance Morrow, ketika berbicara tentang revolusi-revolusi politik, menyatakan, ”Sejarah telah memperlihatkan terlalu banyak drama perubahan yang bersifat utopia (suatu khayalan tentang sesuatu yang sempurna dan sangat diinginkan namun tidak praktis) yang berakhir dengan [pemerintahan] yang juga bersifat totaliter, kejam, sama seperti resim-resim yang mereka singkirkan—kemenangan dari semangat fanatisme yang penuh harap atas pengalaman.”

      Mengganti satu pemerintahan yang tidak sempurna dengan pemerintahan lain sama sekali bukan cara yang ideal untuk mewujudkan pembebasan sejati. Jadi, Raja Salomo yang bijaksana diilhami ilahi untuk menulis, ”Orang yang satu menguasai orang yang lain hingga ia celaka.” (Pengkhotbah 8:9) Jelaslah, ”segala makhluk [akan tetap] sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit” sampai pemerintahan yang sempurna mewujudkan pembebasan dari pemerintahan yang tidak sempurna.

      Pembebasan Dari Diskriminasi Nasional dan Ras

      Prasangka ras atau nasional secara langsung bertentangan dengan kebenaran Alkitab bahwa Allah ’telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia dari satu orang saja’ dan bahwa ”Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya.” (Kisah 17:26; 10:34, 35) Namun mereka yang berusaha untuk mendapat perlakuan yang sama sering telah gagal mendapatkannya, bahkan di kalangan bangsa-bangsa yang mengaku diri Kristen.

      Misalnya, pikirkan mengenai orang-orang kulit hitam. Ada orang-orang yang disebut Kristen yang mengaku bahwa warna kulit hitam adalah akibat dari kutukan ilahi atas Kanaan dan keturunannya, sehingga mereka direndahkan kepada kedudukan sebagai budak. Dalam hal ini mereka salah. Bangsa kulit hitam bukan keturunan dari Kanaan tetapi dari Kus dan kemungkinan dari Put. Dan tidak ada kutukan atas salah satu dari mereka.—Kejadian 9:24, 25; 10:6.

      Meskipun kenyataan ini, orang-orang kulit hitam sering kali mendapati diri mereka ditindas secara sosial dan ekonomi bahkan oleh sesama kulit hitam. Mereka mendambakan pembebasan. Namun gerakan pembebasan mereka, walaupun disertai dengan aksi-aksi dan barisan-barisan protes, tidak membuahkan banyak hasil. Karena tidak dapat mengubah hati sepenuhnya, mereka gagal untuk menghapus prasangka ras, ketidaktahuan agama, dan tidak adanya kasih akan sesama.

      Jadi ”segala makhluk [akan tetap] sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit” sampai diskriminasi ras dihapus oleh Kerajaan Allah melalui Kristus.

      Emansipasi Kaum Wanita

      Selama berabad-abad, kaum wanita mendapat perlakuan yang buruk dan sering dianggap warga kelas dua. Ini bukan kesalahan dari Pencipta mereka. Ia tidak menciptakan wanita dengan maksud agar pria menganggapnya sebagai obyek seks belaka. Pria juga tidak diperintahkan untuk berlaku sewenang-wenang atasnya. Sebagai istri dari pria, ia harus menjadi ’penolongnya,’ sebagai ”pelengkap bagi dia,” (NW) ”satu daging” dengan dia.—Kejadian 1:26-28; 2:18-24.

      Keinginan Hawa untuk bebas dari wewenang Allah yang pengasih telah menghasilkan bukan kemerdekaan melainkan penindasan yang keras. Karena menyadari ini sebelumnya, Allah menubuatkan, ”Engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.” (Kejadian 3:16) Bagi banyak wanita, kekuasaan pria yang tidak sempurna sangat tidak menyenangkan, dan sejumlah gerakan kaum wanita telah berusaha untuk melepaskan diri dari itu.

      Namun Gerakan Emansipasi Wanita, meskipun telah menghasilkan perubahan ke arah yang baik, telah gagal karena hal itu bertentangan dengan kemerdekaan yang seimbang yang dijanjikan Allah. ”Segala makhluk [akan tetap] sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit” sampai Kerajaan Allah mengajar semua pria untuk mengasihi ”isterinya sama seperti tubuhnya sendiri” dan memperlakukan ’perempuan tua sebagai ibu dan perempuan muda sebagai adik dengan penuh kemurnian.’—Efesus 5:28; 1 Timotius 5:2.

      Sebelum menjelaskan bagaimana saat tersebut akan tiba, kita harus menghadapi pertanyaan penting lain. Bagaimana seharusnya pandangan orang-orang Kristen terhadap gerakan-gerakan pembebasan dewasa ini?

      [Blurb di hlm. 3]

      Menggantikan satu pemerintahan yang tidak sempurna dengan pemerintahan lain yang juga tidak sempurna bukan penyelesaian untuk mewujudkan pembebasan sejati

      [Blurb di hlm. 3]

      Pembangkangan sipil, aksi-aksi, dan barisan-barisan protes tidak mengubah hati

      [Blurb di hlm. 4]

      Gerakan Emansipasi Wanita telah gagal karena bertentangan dengan kemerdekaan yang seimbang yang Allah janjikan

  • Bagaimana Seharusnya Perasaan Orang-Orang Kristen Terhadap Pembebasan
    Menara Pengawal—1986 (Seri 26) | Menara Pengawal—1986 (Seri 26)
    • Bagaimana Seharusnya Perasaan Orang-Orang Kristen Terhadap Pembebasan

      ORANG-ORANG Kristen menentang ”pembebasan” yang menolak wewenang yang dijalankan dengan benar. Mengapa? Karena dalam kenyataannya hal itu tidak memerdekakan—malahan memperbudak. Sebuah contoh yang sederhana mungkin dapat menggambarkan hal itu.

      Seorang remaja merasa kesal karena harus tunduk kepada wewenang orangtuanya, yang melarangnya untuk merokok dan minum minuman keras. Karena tidak menyadari bahwa wewenang mereka dijalankan demi kebaikannya sendiri, ia mendambakan kebebasan. Setelah menjadi dewasa dan meninggalkan rumah, ia akhirnya mendapatkan kebebasan yang selalu ia dambakan. Namun bertahun-tahun kemudian, setelah menjadi seorang perokok berat dan pecandu alkohol yang hampir sakit mental, dokternya memberitahu bahwa untuk alasan kesehatan ia harus meninggalkan rokok dan minuman keras. Ia merasa hal ini sulit untuk dilakukan. Pembebasannya telah mengakibatkan kecanduan, perbudakan.

      Pembebasan Dari Wewenang yang Mutlak

      Wewenang Allah adalah mutlak dan berdasarkan pada alasan bahwa Ia adalah Pencipta. Dengan demikian Ia berhak untuk menentukan bagi makhluk-makhlukNya apa tingkah laku yang benar itu, apa yang bersifat moral dan apa yang imoral. Standar-standar ini, yang ditetapkan demi kesejahteraan umat manusia, dengan jelas ditulis dalam Alkitab. ”Janganlah sesat,” katanya. ”Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”—1 Korintus 6:9, 10.

      Terutama dalam abad ke-20 yang serba modern dan bijaksana secara duniawi inilah, manusia telah berusaha untuk membebaskan diri dari pedoman moral sedemikian. Namun, meskipun adanya apa yang disebut pembebasan, ia tidak dapat membebaskan diri dari akibat-akibat mempraktekkan apa yang ditentukan Allah sebagai dosa. Sebaliknya dari bebas, orang-orang sedemikian telah menjadi budak dari keinginan, dan hawa nafsu mereka sendiri, seperti diperlihatkan oleh Yesus dengan jelas ketika ia mengatakan, ”Setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.”—Yohanes 8:34; lihat juga Roma 6:16.

      Pembebasan Dari Wewenang yang Relatif

      Para pejabat pemerintah berhak menjalankan kekuasaan dalam negara, para orangtua dalam keluarga, guru-guru dalam sistem sekolah, dan para penatua Kristen dalam sidang. Memang, wewenang tersebut hanya relatif. Misalnya, wewenang mutlak dari Yehuwa, yang memerintahkan agar hamba-hambaNya membaca FirmanNya dan bergaul dengan sesama Kristen, harus lebih diutamakan di atas wewenang yang relatif dari suami yang menuntut istrinya agar tidak melakukan hal-hal tersebut.—Kisah 5:29.

      Tetapi, karena mengakui wewenang negara yang relatif, orang-orang Kristen tidak dapat ikut ambil bagian dalam gerakan-gerakan pembebasan untuk menggulingkan kekuasaan tersebut. Mereka tidak dapat menyetujui pembangkangan sipil hanya karena mereka tidak menyetujui kebijaksanaan pemerintah, juga tidak dapat menganjurkan agar pajak tidak dibayar sebagai cara untuk memprotes kebijaksanaan tertentu. ”Barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah,” kata rasul Paulus, dan menambahkan, ”Siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.”—Roma 13:1-4.

      Namun bagaimana jika seorang pejabat pemerintah tidak adil dan menyalahgunakan wewenangnya? Bagaimana jika ia mengadakan diskriminasi terhadap pribadi-pribadi atau golongan minoritas yang tidak populer? Nasihat Alkitab ialah, ”Apabila di tempat hukum engkau melihat orang miskin teraniaya dan adilat dan kebenaran dijadikan rampasan, jangan engkau tercengang-cengang akan perbuatan yang demikian, karena Satu, yang tinggi dari pada segala ketinggian itu, ada mengamat-amatinya.” (Pengkhotbah 5:7, Klinkert) Mungkin kita dapat naik banding kepada pejabat pemerintahan atau pengadilan yang lebih tinggi. Namun bahkan meskipun keadilan tidak diperoleh dengan cara itu, hamba-hamba Allah dapat yakin bahwa, ”mata [Yehuwa] menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatanNya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia.”—2 Tawarikh 16:9.

      Halnya sama dalam satu keluarga. Jika suami atau ayah menyalahgunakan wewenang mereka, kita dapat yakin bahwa Allah akhirnya akan membetulkan masalah-masalah tersebut, dengan tidak mengijinkan adanya ketidakadilan dalam sistem baruNya yang benar yang segera akan tiba. Sementara itu, wanita dan anak-anak Kristen tetap menghormati prinsip kekepalaan Kristen, bahkan meskipun hal itu kadang-kadang disalahgunakan. Mereka menyadari bahwa hal itu tidak dimaksudkan untuk merendahkan tetapi untuk menjamin perdamaian dan persatuan dalam keluarga maupun sidang Kristen.—1 Korintus 11:3.

      ”Kemerdekaan” Dari Wewenang Dalam Sidang

      Mengenai kekepalaan dalam sidang Kristen, Firman Allah mengatakan, ”Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggungjawab atasnya.” (Ibrani 13:17) Meskipun wewenang dari para penatua ini relatif, hal itu telah ditugaskan kepada mereka oleh Allah melalui roh kudus. Jadi hal itu telah diberikan dengan cara yang lebih langsung dari pada wewenang relatif yang diberikan, misalnya, kepada para pejabat pemerintahan.—Kisah 20:28.

      Ada yang merasa bahwa peraturan-peraturan dan petunjuk-petunjuk yang dikeluarkan oleh organisasi Allah yang kelihatan bersifat terlalu membatasi, tidak memberikan cukup kebebasan pribadi. Hal ini menyebabkan mereka tidak bergabung lagi dengan Saksi-Saksi Yehuwa, mereka tidak lagi mau tunduk kepada orang-orang yang berjaga-jaga atas jiwa mereka. Meskipun menganggap diri telah dibebaskan, ”kemerdekaan” orang-orang ini, sebenarnya, telah kembali memperbudak mereka kepada kepercayaan dan praktek-praktek agama palsu.

      Orang-orang Kristen yang sejati menghormati wewenang, yaitu wewenang yang mutlak dari Allah dan wewenang yang relatif dari manusia. Pandangan yang benar terhadap wewenang ini mencegah mereka untuk menyalahgunakan kemerdekaan Kristen yang telah diberikan kepada mereka melalui pengetahuan tentang kebenaran.

      [Blurb di hlm. 4]

      Wewenang Allah adalah mutlak dan didasarkan pada alasan bahwa Ia adalah Pencipta

      [Blurb di hlm. 5]

      Orang-orang Kristen tidak memberontak melawan negara disebabkan oleh kebijaksanaan tertentu karena mereka harus mempertanggungjawabkan hal itu kepada Allah

      [Blurb di hlm. 6]

      Orang-orang Kristen sejati menghargai wewenang, yaitu wewenang yang mutlak dari Allah dan wewenang yang relatif

  • Menggunakan Kemerdekaan Kristen Dengan Benar
    Menara Pengawal—1986 (Seri 26) | Menara Pengawal—1986 (Seri 26)
    • Menggunakan Kemerdekaan Kristen Dengan Benar

      ORANG-ORANG Kristen telah ”dipanggil untuk merdeka,” namun mereka diperingatkan supaya tidak ”menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan.” (Galatia 5:13; 1 Petrus 2:16) Betapa menyedihkan jika seorang Kristen menyalahgunakan kemerdekaan Kristennya sehingga diperbudak lagi! Mari kita mengambil sebuah contoh.

      Banyak orang yang beragama diajar bahwa minum minuman keras adalah dosa. Pengetahuan yang saksama dari Alkitab akan memerdekakan dia dari gagasan yang salah ini, karena yang dikutuk Alkitab bukan minum minuman keras tetapi pemabukan. (Bandingkan Mazmur 104:14, 15 dengan 1 Korintus 6:10 dan 1 Petrus 4:3.) Jadi sekarang seorang Kristen yang telah dimerdekakan itu dapat merasa bebas untuk minum minuman keras sewaktu-waktu, namun jika ia mulai ”menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan,” ia dapat saja melakukannya dengan berlebihan, sehingga memperkembangkan ketergantungan kepada alkohol, dan bahkan diperbudak olehnya.

      Jadi, setelah dimerdekakan dari pandangan yang salah tentang rekreasi, pakaian dan dandanan, atau perilaku sosial, seorang Kristen tidak berani beralih kepada ekstrim yang satunya: menggunakan terlalu banyak waktu atau uang untuk hal-hal yang sebelumnya dilarang namun kini diijinkan. Ini merupakan penyalahgunaan atas kemerdekaan Kristen. Hal tersebut bisa saja menimbulkan akibat-akibat serius.

      Memberitakan Harapan Pembebasan

      Terutama sejak didirikannya Kerajaan Mesias Allah pada tahun 1914 janjiNya bahwa ”makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah” telah bergerak dengan cepat ke arah penggenapannya. (Roma 8:21) Kristus sudah membebaskan surga dari pengaruh Setan. (Wahyu 12:7-12) Tidak lama lagi ia akan menghancurkan Babel Besar, yang telah memperbudak manusia melalui kesalahan agama. Kemudian pada perang Allah di Armagedon, ia akan membebaskan umat manusia dari pemerintahan-pemerintahan manusia yang tidak sempurna dengan melenyapkannya sama sekali. (Daniel 2:44; Wahyu 18:21; 19:11-21) Ia bahkan akan membebaskan manusia dari pendukung utama perbudakan, pada waktu Setan di non-aktifkan sehingga tidak dapat ”lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu.”—Wahyu 20:2, 3.

      Menjelang akhir dari Pemerintahan Seribu Tahunnya, Kristus sudah akan memerdekakan manusia sama sekali dari semua akibat buruk dari gerakan pembebasan yang semula di Eden dulu. Kelompok-kelompok suku bangsa yang telah diperlakukan dengan kejam sudah akan dimerdekakan dari ketidakadilan atau diskriminasi. Kaum wanita sudah akan dibebaskan dari kekuasaan kaum pria yang menindas. Orang-orang yang sakit sudah akan dibebaskan dari penyakit. Orang-orang tua sudah akan dibebaskan dari akibat-akibat usia tua yang melemahkan. Dan, yang paling menakjubkan dari semua, orang-orang yang ditinggalkan sudah akan dibebaskan dari kesedihan, karena orang-orang mati yang mereka kasihi sudah dibebaskan dari kuburan! Wahyu 20:13–21:5; lihat juga Mazmur 146:5-10.

      Dengan mengabarkan berita ilahi tentang pembebasan ini, Saksi-Saksi Yehuwa jaman sekarang menggunakan kemerdekaan Kristen mereka sendiri dengan cara yang bermanfaat. Betapa picik jika mereka mendukung gerakan-gerakan pembebasan manusia, yang paling-paling, hanya dapat mendatangkan kebebasan yang semu dan yang, pada hakekatnya, mengaburkan harapan pembebasan yang sejati.

      Pertimbangkan: Saudara mempunyai kesempatan untuk hidup dan mengalami pembebasan yang jauh lebih mulia dari pada kemerdekaan yang dibicarakan oleh Patrick Henry. Selain itu, saudara mempunyai kesempatan untuk menikmati berkat-berkatnya setelah Armagedon, untuk kekal abadi!

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan