-
Apakah Kehidupan Abadi Itu Memang Mungkin?Menara Pengawal—1999 | 15 April
-
-
Apakah Kehidupan Abadi Itu Memang Mungkin?
”Guru, kebaikan apa yang harus kulakukan untuk memperoleh kehidupan abadi?”—MATIUS 19:16.
1. Apa yang dapat dikatakan tentang jangka hidup manusia?
RAJA Xerxes I dari Persia, yang di dalam Alkitab dikenal sebagai Ahasyweros, sedang menginspeksi pasukannya sebelum maju bertempur pada tahun 480 SM. (Ester 1:1, 2) Menurut sejarawan Yunani, Herodotus, sang raja menitikkan air mata sewaktu ia memeriksa pasukannya. Mengapa? ”Saya merasa sedih,” kata Xerxes, ”bila merenungkan singkatnya masa hidup manusia. Karena dari semua pria ini, tidak seorang pun akan hidup seratus tahun lagi.” Barangkali, saudara pun telah memperhatikan bahwa kehidupan ini begitu singkat dan bahwa tidak seorang pun ingin menjadi tua, sakit, dan mati. Ah, seandainya saja kita dapat menikmati hidup ini dalam kebahagiaan dan kesehatan seperti layaknya seorang pemuda!—Ayub 14:1, 2.
2. Harapan apa yang dimiliki banyak orang, dan mengapa?
2 Menarik, The New York Times Magazine edisi 28 September 1997 mengetengahkan artikel ”They Want to Live” (”Mereka Ingin Hidup”). Artikel itu mengutip pernyataan seorang peneliti yang berseru, ”Saya benar-benar percaya bahwa kita dapat menjadi generasi pertama yang hidup kekal!” Barangkali, saudara pun percaya bahwa kehidupan abadi itu mungkin. Saudara mungkin berpikir demikian karena Alkitab berjanji bahwa kita dapat hidup kekal di bumi ini. (Mazmur 37:29; Penyingkapan [Wahyu] 21:3, 4) Namun, beberapa orang percaya bahwa kehidupan abadi itu mungkin, karena alasan-alasan di luar Alkitab. Dengan membahas dua dari antara alasan-alasan tersebut, kita dapat dibantu untuk memahami bahwa kehidupan abadi itu memang mungkin.
Dirancang untuk Hidup Kekal
3, 4. (a) Mengapa ada orang yang percaya bahwa kita seharusnya dapat hidup kekal? (b) Apa yang Daud katakan tentang pembentukan dirinya?
3 Satu alasan mengapa banyak orang percaya bahwa manusia seharusnya dapat hidup kekal berkaitan dengan betapa luar biasanya cara kita dibuat. Sebagai contoh, cara kita dibentuk dalam rahim ibu kita benar-benar ajaib. Seorang ahli ternama dalam bidang penuaan menulis, ”Setelah melakukan mukjizat-mukjizat yang menghantar kita dari pembuahan hingga kelahiran dan berlanjut hingga kematangan seksual dan kedewasaan, alam memilih untuk tidak merancang semacam proses yang tampaknya lebih sederhana guna menghentikan proses penuaan, dan sehingga mukjizat-mukjizat tersebut dapat bertahan untuk selama-lamanya.” Ya, bila memperhatikan cara pembentukan kita yang menakjubkan, kita pasti bertanya-tanya: Mengapa kita harus mati?
4 Ribuan tahun yang lalu, penulis Alkitab bernama Daud merenungkan mukjizat-mukjizat tersebut, meskipun ia tidak dapat melihat ke dalam rahim secara harfiah sebagaimana para ilmuwan zaman sekarang. Daud merenungkan dalam-dalam pembentukan dirinya sendiri sewaktu menulis bahwa ia telah ’dinaungi dalam perut ibunya’. Ia mengatakan bahwa pada waktu itulah ’ginjalnya dibuat’. Ia juga menyebutkan pembentukan ’tulang-tulangnya’ ketika, sebagaimana yang ia amati, ”Aku dibuat di tempat yang tersembunyi.” Daud kemudian berbicara tentang ’ketika ia masih embrio’, dan sehubungan dengan embrio itu di dalam rahim ibunya, ia berkata, ”Semua bagiannya tertulis.”—Mazmur 139:13-16, NW.
5. Mukjizat-mukjizat apa saja yang terlibat sewaktu kita dibentuk di dalam rahim?
5 Jelas, dalam rahim sang ibu tidak ada cetak biru harfiah yang memuat pembentukan Daud. Tetapi, sewaktu merenungkan pembuatan ”ginjal”, ”tulang-tulang”, dan bagian-bagian tubuh lainnya, Daud melihat seolah-olah semua hal ini berkembang secara terencana—bahwa segala sesuatunya seolah-olah telah ”tertulis”. Halnya seolah-olah sel yang terbuahi di dalam diri ibunya mempunyai sebuah ruangan besar penuh buku yang berisi instruksi terperinci tentang pembentukan seorang bayi dan instruksi yang rumit ini diteruskan ke setiap sel baru yang terbentuk. Itulah sebabnya, majalah Science World dengan gaya metafora mengatakan bahwa ’setiap sel dalam sebuah embrio yang sedang berkembang mempunyai satu lemari lengkap berisi cetak biru’.
6. Apa buktinya bahwa kita, seperti yang Daud tulis, ”dibuat secara menakjubkan”?
6 Pernahkah terpikirkan oleh saudara cara kerja yang menakjubkan dari tubuh kita? Biolog Jared Diamond menyatakan, ”Kita mengganti sel-sel yang melapisi usus kita setiap beberapa hari, sel-sel yang melapisi kandung kemih diganti setiap dua bulan, dan sel-sel darah merah kita diganti setiap empat bulan.” Ia menyimpulkan, ”Alam memisah-misahkan diri kita dan menyatukan kembali diri kita setiap hari.” Apa arti sesungguhnya di balik semua itu? Itu berarti bahwa tidak soal sudah berapa tahun kita hidup—entah 8, 80, atau bahkan 800 tahun—tubuh jasmani kita selalu tetap muda. Seorang ilmuwan pernah memprakirakan, ”Dalam satu tahun, kira-kira 98 persen dari atom-atom dalam diri kita pada saat ini, akan digantikan oleh atom-atom lain yang kita ambil dari udara, makanan, dan minuman.” Sesungguhnya, seperti pujian Daud, kita ”dibuat secara menakjubkan”.—Mazmur 139:14, NW.
7. Berdasarkan rancangan tubuh jasmani kita, apa yang telah disimpulkan oleh beberapa orang?
7 Berdasarkan rancangan tubuh jasmani kita, seorang pakar dalam bidang penuaan berkata, ”Sungguh tidak jelas mengapa penuaan harus terjadi.” Jelaslah, kita seharusnya hidup selama-lamanya. Dan, itulah sebabnya mengapa manusia berupaya mewujudkan hal ini melalui teknologi mereka. Belum lama ini, Dr. Alvin Silverstein menulis dengan yakin dalam bukunya Conquest of Death (Penaklukan Kematian), ”Kita akan menyingkapkan seluk-beluk kehidupan. Kita akan memahami . . . bagaimana seseorang mengalami penuaan.” Apa konsekuensinya? Ia meramalkan, ”Tidak akan ada lagi orang yang ’tua’, karena pengetahuan yang akan memungkinkan ditaklukkannya kematian juga akan memberikan keremajaan yang kekal.” Bila mempertimbangkan penyidikan ilmiah modern terhadap pembentukan manusia, apakah gagasan tentang kehidupan abadi terdengar sedemikian mustahil? Masih ada lagi alasan yang jauh lebih kuat untuk percaya bahwa kehidupan abadi itu mungkin.
Hasrat untuk Hidup Kekal
8, 9. Sepanjang sejarah, hasrat apa yang secara alami dimiliki manusia?
8 Pernahkah saudara memperhatikan bahwa hidup kekal merupakan hasrat alami manusia? Seorang dokter menulis dalam sebuah jurnal Jerman, ”Dambaan akan kehidupan abadi mungkin sama tuanya dengan keberadaan umat manusia.” Ketika menguraikan kepercayaan beberapa orang Eropa zaman dahulu, The New Encyclopædia Britannica menyatakan, ”Orang-orang yang layak akan hidup selama-lamanya dalam suatu puri yang gemerlapan dan berlapiskan emas.” Dan, betapa besar upaya manusia untuk memuaskan hasrat dasar mereka akan kehidupan abadi!
9 The Encyclopedia Americana mengamati bahwa lebih dari 2.000 tahun yang lalu di Cina, ”para kaisar maupun rakyat [jelata], di bawah pimpinan pendeta-pendeta Tao, meninggalkan pekerjaan sehari-hari untuk mencari eliksir kehidupan”—yang konon disebut sumber air keremajaan. Bahkan, sepanjang sejarah, orang-orang percaya bahwa dengan makan berbagai ramuan, atau bahkan minum air tertentu, mereka akan awet muda.
10. Di zaman modern ini, upaya apa telah dikerahkan untuk memperpanjang usia?
10 Upaya-upaya di zaman modern untuk memuaskan hasrat bawaan manusia akan kehidupan abadi tidak kalah menakjubkannya. Salah satu contoh yang menonjol adalah praktek pembekuan manusia yang tidak berdaya menghadapi penyakit. Ini dilakukan dengan harapan untuk memulihkan kehidupan orang tersebut di masa mendatang apabila obat untuk penyakitnya telah dikembangkan. Seorang pendukung praktek yang dikenal sebagai kriogenik ini menulis, ”Bila optimisme kita terbukti benar dan bila kita telah berhasil mempelajari cara menyembuhkan serta memperbaiki segala kerusakan—termasuk kelemahan-kelemahan akibat usia lanjut—maka orang-orang yang sekarang ’mati’ akan memperoleh kehidupan yang diperpanjang hingga waktu tak terhingga di masa depan.”
11. Mengapa orang-orang berhasrat untuk hidup kekal?
11 Saudara mungkin bertanya, mengapa hasrat akan kehidupan abadi ini begitu terpatri dalam pikiran kita? Bukankah karena ”[Allah] telah menaruh kekekalan dalam pikiran manusia”? (Pengkhotbah 3:11, Revised Standard Version) Ini adalah perkara yang harus kita renungkan dengan sungguh-sungguh! Coba pikirkan: Mengapa kita memiliki hasrat bawaan akan kehidupan kekal—selama-lamanya—jika bukan karena Sang Pencipta memang bermaksud-tujuan agar hasrat ini terpuaskan? Dan, dapatkah dikatakan pengasih bila Dia menjadikan kita berhasrat untuk hidup kekal, namun kemudian membuat kita frustrasi dengan tidak pernah memungkinkan kita mewujudkan hasrat itu?—Mazmur 145:16.
Siapa yang Seharusnya Kita Percayai?
12. Keyakinan apakah yang dimiliki oleh beberapa orang, tetapi apakah saudara percaya bahwa keyakinan itu beralasan kuat?
12 Ke manakah, atau pada apakah, kita seharusnya menaruh kepercayaan untuk meraih kehidupan abadi? Pada teknologi manusia abad ke-20 atau barangkali abad ke-21? Artikel dalam The New York Times Magazine berjudul ”They Want to Live” (”Mereka Ingin Hidup”) berbicara tentang ”dewa: teknologi” dan tentang ”antusiasme terhadap potensi teknologi”. Seorang peneliti bahkan dilaporkan ”sangat yakin . . . bahwa tidak lama lagi teknik-teknik manipulasi genetika akan tersedia untuk menyelamatkan [kita] dengan cara menghentikan penuaan, mungkin membalikkan proses itu”. Akan tetapi, sebenarnya upaya-upaya manusia telah terbukti sama sekali tidak efektif dalam menghentikan penuaan maupun menaklukkan kematian.
13. Bagaimana struktur otak kita memperlihatkan bahwa kita dimaksudkan untuk hidup kekal?
13 Apakah ini berarti bahwa tidak ada jalan untuk meraih kehidupan abadi? Sama sekali tidak! Sebenarnya, ada satu jalan! Struktur otak kita yang menakjubkan, dengan kapasitasnya yang hampir tidak terbatas untuk belajar, seharusnya meyakinkan kita akan hal ini. Biolog molekuler James Watson menyebut otak kita sebagai ”benda paling kompleks yang pernah ditemukan di jagat raya kita ini”. Dan, neurolog Richard Restak berkata, ”Di jagat raya yang kita ketahui ini, tidak ada sesuatu yang sedikit pun menyerupai otak.” Untuk apa kita mempunyai otak yang sanggup menyimpan dan mencerna informasi yang hampir tidak terbatas serta tubuh yang dirancang untuk hidup selamanya kalau bukan dimaksudkan untuk menikmati kehidupan abadi?
14. (a) Sehubungan dengan kehidupan manusia, kesimpulan apa yang ditandaskan oleh para penulis Alkitab? (b) Mengapa kita seharusnya menaruh kepercayaan kepada Allah, bukannya kepada manusia?
14 Kalau begitu, apa satu-satunya kesimpulan yang masuk akal dan faktual yang harus kita ambil? Tidakkah saudara setuju bahwa kita dirancang dan diciptakan oleh Pencipta cerdas yang mahakuasa agar kita dapat hidup selama-lamanya? (Ayub 10:8; Mazmur 36:10; 100:3; Maleakhi 2:10; Kisah 17:24, 25) Oleh karena itu, bukankah kita seharusnya dengan bijaksana mengindahkan perintah terilham dari sang pemazmur Alkitab berikut ini, ”Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan”? Mengapa seharusnya kita tidak menaruh kepercayaan kepada manusia? Karena, seperti yang ditulis sang pemazmur, ”apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya”. Sesungguhnya, meskipun berpotensi untuk hidup kekal, manusia tidak berdaya sewaktu menghadapi kematian. Sang pemazmur menyimpulkan, ”Berbahagialah orang . . . yang harapannya pada [Yehuwa], Allahnya.”—Mazmur 146:3-5.
Apakah Ini Memang Maksud-Tujuan Allah?
15. Apa yang memperlihatkan bahwa Allah memang bermaksud-tujuan agar kita hidup kekal?
15 Tetapi, saudara mungkin bertanya: Apakah Yehuwa memang bermaksud-tujuan agar kita menikmati kehidupan abadi? Jawabannya, ya! Puluhan kali Firman-Nya menjanjikan hal itu. ”Karunia yang Allah berikan adalah kehidupan abadi,” demikian Alkitab meyakinkan kita. Yohanes, seorang hamba Allah, menulis, ”Inilah hal yang dijanjikan yang [Allah] sendiri janjikan kepada kita, kehidupan abadi.” Tidak heran, seorang pemuda bertanya kepada Yesus, ”Guru, kebaikan apa yang harus kulakukan untuk memperoleh kehidupan abadi?” (Roma 6:23; 1 Yohanes 2:25; Matius 19:16) Bahkan, rasul Paulus menulis tentang ”harapan kehidupan abadi sebagaimana Allah, yang tidak dapat berdusta, telah janjikan sebelum zaman yang sangat lama”.—Titus 1:2.
16. Apa maksudnya bahwa Allah telah menjanjikan kehidupan abadi ”sebelum zaman yang sangat lama”?
16 Apa maksudnya bahwa Allah menjanjikan kehidupan abadi ”sebelum zaman yang sangat lama”? Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksudkan rasul Paulus adalah, bahwa sebelum pasangan manusia pertama, Adam dan Hawa, diciptakan, Allah bermaksud-tujuan agar manusia seharusnya hidup selama-lamanya. Akan tetapi, seandainya yang Paulus maksudkan adalah suatu masa setelah manusia diciptakan dan sewaktu Yehuwa menyatakan maksud-tujuan-Nya, halnya pun masih jelas bahwa kehidupan abadi bagi manusia juga tercakup dalam kehendak Allah.
17. Mengapa Adam dan Hawa dikeluarkan dari taman Eden, dan mengapa kerub-kerub ditempatkan di jalan masuk taman itu?
17 Alkitab mengatakan bahwa di taman Eden, ’TUHAN Allah menumbuhkan dari bumi pohon kehidupan.’ Alasan dikeluarkannya Adam dari taman itu adalah agar ”jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup”—ya, hidup selama-lamanya! Setelah mengusir Adam dan Hawa dari taman Eden, Yehuwa menempatkan ”beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan”.—Kejadian 2:9; 3:22-24.
18. (a) Apa yang akan terjadi atas Adam dan Hawa seandainya mereka makan buah dari pohon kehidupan? (b) Apa yang dilambangkan dengan memakan buah pohon kehidupan itu?
18 Seandainya Adam dan Hawa diperbolehkan makan buah dari pohon kehidupan tersebut, apa yang akan terjadi atas mereka? Tentu saja, hak istimewa untuk hidup kekal di Firdaus! Salah seorang sarjana Alkitab berasumsi, ”Pohon kehidupan pasti memiliki suatu khasiat khusus yang memungkinkan tubuh manusia bebas dari kelemahan-kelemahan akibat usia lanjut, atau dari kemerosotan yang berakhir dalam kematian.” Ia bahkan menyatakan bahwa ”terdapat suatu ramuan berkhasiat dalam firdaus yang memungkinkan manusia melawan dampak-dampak” penuaan. Akan tetapi, Alkitab tidak mengatakan bahwa pohon kehidupan itu sendiri berkhasiat memberikan kehidupan. Sebaliknya, pohon itu hanya menggambarkan jaminan Allah untuk kehidupan abadi bagi barangsiapa yang diizinkan memakan buahnya.—Penyingkapan 2:7.
Maksud-Tujuan Allah Tidak Berubah
19. Mengapa Adam mati, dan mengapa kita, keturunannya, juga mati?
19 Sewaktu Adam berdosa, ia kehilangan hak kehidupan abadi bagi dirinya sendiri dan bagi semua bakal keturunannya. (Kejadian 2:17) Sewaktu ia menjadi seorang pedosa karena ketidaktaatannya, ia menjadi bercela dan tidak sempurna. Sejak saat itu, tubuh Adam seolah-olah terprogram untuk mati, seperti yang Alkitab katakan, ”upah yang dibayar oleh dosa adalah kematian”. (Roma 6:23) Selain itu, keturunan Adam yang tidak sempurna juga menjadi terprogram untuk mati, bukan untuk hidup kekal. Alkitab menjelaskan, ”Melalui satu orang [Adam] dosa masuk ke dalam dunia dan kematian melalui dosa, dan demikianlah kematian menyebar kepada semua orang karena mereka semua telah melakukan dosa.”—Roma 5:12.
20. Apa yang menunjukkan bahwa manusia dimaksudkan untuk hidup kekal di bumi?
20 Tetapi, bagaimana seandainya Adam tidak berdosa? Bagaimana seandainya ia menaati Allah dan diperkenankan memakan buah dari pohon kehidupan? Di mana ia akan menikmati karunia kehidupan abadi dari Allah? Di surga? Tidak! Allah tidak mengatakan apa pun perihal Adam dibawa ke surga. Tugas kerjanya adalah di bumi ini. Alkitab menjelaskan bahwa ”TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya”, dan Alkitab mengatakan, ”TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” (Kejadian 2:9, 15) Setelah Hawa diciptakan sebagai pasangan bagi Adam, keduanya diberi tugas kerja tambahan di bumi ini. Allah memberi tahu mereka, ”Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”—Kejadian 1:28.
21. Prospek-prospek menakjubkan apa yang dinikmati manusia pertama?
21 Bayangkan prospek menakjubkan yang Allah ulurkan kepada Adam dan Hawa di bumi melalui instruksi tersebut! Mereka akan dapat mengasuh putra-putri yang sehat-sempurna dalam Firdaus di bumi. Seraya anak-anak yang mereka kasihi bertumbuh dewasa, anak-anak ini juga akan beranak-cucu dan ikut melakukan pekerjaan yang menyenangkan untuk memelihara taman Firdaus itu. Karena semua binatang tunduk kepada mereka, umat manusia akan sangat puas. Bayangkan sukacita yang dirasakan sewaktu meluaskan batas-batas taman Eden sehingga seluruh bumi akhirnya menjadi suatu firdaus! Inginkah saudara menikmati kehidupan bersama anak-anak yang sempurna dalam tempat tinggal yang sedemikian indah di bumi, tanpa khawatir menjadi tua dan mati? Biarkan desakan hati saudara menjawab pertanyaan itu.
22. Mengapa kita dapat yakin bahwa Allah tidak mengubah maksud-tujuan-Nya bagi bumi?
22 Kalau begitu, sewaktu Adam dan Hawa tidak taat dan dikeluarkan dari taman Eden, apakah Allah mengubah maksud-tujuan-Nya bagi umat manusia untuk hidup kekal dalam Firdaus di bumi? Sama sekali tidak! Seandainya Allah berbuat demikian, itu berarti Ia mengaku kalah sehubungan dengan kesanggupan-Nya melaksanakan maksud-tujuan-Nya yang semula. Kita dapat yakin bahwa Allah melaksanakan apa yang Ia janjikan, sebagaimana Ia sendiri nyatakan, ”Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.”—Yesaya 55:11.
23. (a) Hal apa yang meneguhkan bahwa Allah memang bermaksud-tujuan agar orang-orang yang berkecenderungan adil-benar hidup kekal di bumi? (b) Apa yang akan kita bahas selanjutnya?
23 Bahwa maksud-tujuan Allah bagi bumi tidak berubah diperjelas dalam Alkitab, yang memuat janji Allah ini, ”Orang-orang benar akan mewarisi negeri [”bumi”, NW] dan tinggal di sana senantiasa.” Bahkan, Yesus Kristus mengatakan dalam Khotbahnya di Gunung bahwa orang-orang yang berwatak lembut akan mewarisi bumi. (Mazmur 37:29; Matius 5:5) Namun, bagaimana kita dapat memperoleh kehidupan abadi, dan apa yang harus kita lakukan untuk menikmati kehidupan demikian? Ini akan dibahas dalam artikel berikut.
-
-
Satu-satunya Jalan Menuju Kehidupan AbadiMenara Pengawal—1999 | 15 April
-
-
Satu-satunya Jalan Menuju Kehidupan Abadi
”Akulah jalan dan kebenaran dan kehidupan.”—YOHANES 14:6.
1, 2. Dengan apa Yesus mengumpamakan jalan menuju kehidupan abadi, dan apa inti perumpamaannya?
DALAM Khotbahnya yang terkenal di Gunung, Yesus mengumpamakan jalan menuju kehidupan abadi dengan sebuah jalan yang seseorang masuki melalui sebuah gerbang. Perhatikanlah, Yesus menandaskan bahwa jalan menuju kehidupan bukanlah jalan yang mudah, dengan mengatakan, ”Masuklah melalui gerbang yang sempit; karena lebar dan luaslah jalan yang menuntun ke dalam kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; sedangkan sempitlah gerbang dan sesaklah jalan yang menuntun ke dalam kehidupan [abadi], dan sedikit orang yang menemukannya.”—Matius 7:13, 14.
2 Apakah saudara memahami inti perumpamaan itu? Bukankah perumpamaan itu menyingkapkan bahwa hanya ada satu jalan menuju kehidupan dan bahwa kita dituntut untuk memberikan perhatian yang saksama agar tidak menyimpang dari jalan menuju kehidupan itu? Kalau begitu, apa satu-satunya jalan menuju kehidupan abadi ini?
Peranan Yesus Kristus
3, 4. (a) Bagaimana Alkitab memperlihatkan peranan Yesus yang sangat penting demi keselamatan kita? (b) Kapan Allah pertama-tama menyingkapkan bahwa umat manusia dapat memperoleh kehidupan abadi?
3 Jelaslah, Yesus mempunyai peranan penting sehubungan dengan jalan itu, seperti yang dinyatakan rasulnya, Petrus, ”Tidak ada keselamatan dalam siapa pun, karena tidak ada nama lain [selain nama Yesus] di bawah langit yang telah diberikan di antara manusia yang melaluinya kita harus diselamatkan.” (Kisah 4:12) Demikian pula, rasul Paulus menyatakan, ”Karunia yang Allah berikan adalah kehidupan abadi melalui Kristus Yesus Tuan kita.” (Roma 6:23) Yesus sendiri menyingkapkan bahwa satu-satunya jalan menuju kehidupan abadi adalah melalui dia, karena ia menyatakan, ”Akulah jalan dan kebenaran dan kehidupan.”—Yohanes 14:6.
4 Jadi, sangat penting bagi kita untuk menerima peranan Yesus dalam memungkinkan kehidupan abadi. Oleh karena itu, marilah kita menyelidiki peranannya secara lebih saksama. Tahukah saudara kapan, setelah Adam berdosa, Allah Yehuwa menyatakan bahwa umat manusia dapat menikmati kehidupan abadi? Persis setelah Adam berdosa. Marilah kita mengulas bagaimana disediakannya Yesus Kristus sebagai Juru Selamat umat manusia dinubuatkan untuk pertama kalinya.
Benih yang Dijanjikan
5. Bagaimana kita dapat mengidentifikasi ular yang memperdayakan Hawa?
5 Dengan bahasa lambang, Allah Yehuwa mengidentifikasi Juru Selamat yang dijanjikan itu. Hal ini dilakukan-Nya sewaktu Ia menjatuhkan hukuman atas ”ular itu” yang telah berbicara kepada Hawa dan menggoda wanita itu untuk tidak menaati Allah dengan memakan buah terlarang. (Kejadian 3:1-5) Tentu saja, ular itu bukanlah ular harfiah. Ia adalah makhluk roh yang sangat kuat yang di dalam Alkitab diidentifikasi sebagai ”ular yang semula, yang disebut Iblis dan Setan”. (Penyingkapan 12:9) Setan memanfaatkan binatang yang rendah ini sebagai penyambung lidahnya untuk memperdayakan Hawa. Maka, sewaktu menjatuhkan hukuman atas Setan, Allah berkata kepadanya, ”Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan wanita itu dan antara benihmu dan benihnya. Ia [benih wanita itu] akan meremukkan kepalamu dan engkau akan meremukkan tumitnya.”—Kejadian 3:15, NW.
6, 7. (a) Siapakah wanita yang melahirkan ”benih” itu? (b) Siapakah Benih yang dijanjikan itu, dan apa yang dicapainya?
6 Siapakah ”wanita” yang Setan musuhi, atau benci ini? Seperti halnya ”ular yang semula” tersingkap identitasnya di Penyingkapan pasal 12, demikian juga dengan wanita yang Setan benci ini. Perhatikan di ayat 1 bahwa wanita ini dikatakan ”berhiaskan matahari, berdiri di atas bulan, dan mengenakan dua belas bintang pada kepalanya”. Wanita ini menggambarkan organisasi surgawi Allah yang terdiri dari malaikat-malaikat yang setia, dan ”anak laki-laki” yang dilahirkannya menggambarkan Kerajaan Allah, dengan Yesus Kristus yang memerintah sebagai Raja.—Penyingkapan 12:1-5, The Jerusalem Bible.
7 Kalau begitu, siapakah ”benih”, atau keturunan wanita tersebut, yang disebutkan di Kejadian 3:15 (NW), yang akan meremukkan ’kepala’ Setan, dengan demikian memberinya sebuah pukulan maut? Dialah pribadi yang Allah utus dari surga untuk dilahirkan secara mukjizat dari seorang perawan, ya, dialah sang manusia, Yesus. (Matius 1:18-23; Yohanes 6:38) Penyingkapan pasal 12 menyingkapkan bahwa sebagai Penguasa surgawi yang telah dibangkitkan, sang Benih, Yesus Kristus, akan memimpin penaklukan atas Setan dan akan mendirikan, sebagaimana dikatakan Penyingkapan 12:10, ”kerajaan Allah kita dan wewenang Kristusnya”.
8. (a) Perkara baru apa yang Allah sediakan sehubungan dengan maksud-tujuan-Nya yang semula? (b) Terdiri dari siapakah pemerintahan baru Allah itu?
8 Jadi, Kerajaan di tangan Yesus Kristus ini merupakan perkara baru yang Allah sediakan sehubungan dengan maksud-tujuan-Nya yang semula bagi umat manusia, yakni menikmati kehidupan abadi di bumi. Setelah pemberontakan Setan, Yehuwa langsung bertindak untuk membatalkan semua akibat buruk kefasikan melalui pemerintahan Kerajaan-Nya yang baru ini. Sewaktu berada di bumi, Yesus menyingkapkan bahwa ia tidak akan sendirian dalam pemerintahan ini. (Lukas 22:28-30) Ada orang-orang lain yang akan diseleksi dari antara umat manusia, dan mereka ini akan bergabung dengan dia di surga untuk ikut memerintah, dengan demikian mereka ini membentuk bagian sekunder dari benih wanita itu. (Galatia 3:16, 29) Di Alkitab, rekan-rekan penguasa bersama Yesus—yang semuanya diambil dari antara umat manusia yang berdosa di bumi—disebutkan berjumlah 144.000 orang.—Penyingkapan 14:1-3.
9. (a) Mengapa Yesus perlu tampil di bumi sebagai manusia? (b) Bagaimana Yesus membatalkan pekerjaan si Iblis?
9 Akan tetapi, sebelum Kerajaan itu dapat mulai memerintah, sangat penting agar bagian primer dari benih itu, Yesus Kristus, tampil di bumi. Mengapa? Karena, ia telah dipilih oleh Allah Yehuwa sebagai Pribadi yang ”mematahkan [atau, membatalkan] pekerjaan Iblis”. (1 Yohanes 3:8) Pekerjaan Setan ini antara lain adalah menggoda Adam agar berdosa, sehingga mendatangkan kutuk dosa dan kematian atas semua keturunan Adam. (Roma 5:12) Yesus membatalkan pekerjaan Iblis ini dengan memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan. Dengan demikian, Yesus menyediakan dasar untuk membebaskan umat manusia dari kutuk dosa dan kematian serta membuka jalan menuju kehidupan abadi.—Matius 20:28; Roma 3:24; Efesus 1:7.
Yang Dihasilkan oleh Tebusan
10. Dalam hal apa Yesus dan Adam sebanding?
10 Karena kehidupan Yesus dipindahkan dari surga ke rahim seorang wanita, ia terlahir sebagai manusia sempurna, tidak ternodai dosa Adam. Ia berpotensi hidup kekal di bumi. Demikian pula, Adam diciptakan sebagai manusia sempurna dengan prospek menikmati kehidupan abadi di bumi. Rasul Paulus memaksudkan persamaan antara kedua pria ini ketika ia menulis, ”’Manusia pertama Adam menjadi jiwa yang hidup.’ Adam yang terakhir [Yesus Kristus] menjadi roh yang memberi kehidupan. Manusia pertama berasal dari bumi dan terbuat dari debu; manusia yang kedua berasal dari surga.”—1 Korintus 15:45, 47.
11. (a) Pengaruh apa yang didatangkan Adam dan Yesus atas umat manusia? (b) Bagaimana seharusnya kita memandang pengorbanan Yesus?
11 Persamaan antara kedua pria ini—bahwa hanya merekalah pria sempurna yang pernah hidup di bumi—ditandaskan oleh pernyataan Alkitab bahwa Yesus ”memberikan dirinya sendiri suatu tebusan yang sepadan bagi semua”. (1 Timotius 2:6) Dengan siapakah Yesus sepadan? Tentu saja, dengan Adam ketika ia masih sempurna! Dosa manusia pertama, Adam, menghasilkan kutuk kematian atas segenap keluarga umat manusia. Pengorbanan ”Adam yang terakhir” menyediakan dasar untuk pembebasan dari dosa dan kematian, sehingga kita dapat hidup kekal. Alangkah bernilainya korban Yesus ini! Rasul Petrus menyatakan, ”Bukan dengan hal-hal yang fana, dengan perak atau emas, kamu dibebaskan.” Sebaliknya, Petrus menjelaskan, ”Dengan darah berharga, seperti dari anak domba yang tidak bercacat dan tidak bernoda, bahkan darah Kristus.”—1 Petrus 1:18, 19.
12. Bagaimana Alkitab menggambarkan pembatalan kutuk kematian kita?
12 Dengan indah, Alkitab melukiskan cara pembatalan kutuk kematian atas keluarga manusia sebagai berikut, ”Melalui satu pelanggaran [pelanggaran Adam] akibatnya bagi segala macam orang adalah penghukuman, demikian pula melalui satu tindakan pembenaran [seluruh haluan integritas Yesus, yang puncaknya adalah kematian Yesus] akibatnya bagi segala macam orang adalah dinyatakannya mereka adil-benar untuk kehidupan. Karena sebagaimana melalui ketidaktaatan satu pria [Adam] banyak yang dijadikan pedosa, demikian pula melalui ketaatan satu orang [Yesus] banyak yang akan dijadikan adil-benar.”—Roma 5:18, 19.
Prospek yang Gemilang
13. Mengapa banyak orang merasa tidak ingin hidup kekal?
13 Sarana yang Allah sediakan ini seharusnya membuat kita sangat bahagia! Tidakkah saudara tergetar sewaktu mengetahui bahwa seorang Penyelamat telah disediakan? Sewaktu pertanyaan ”Apakah prospek hidup kekal menarik bagi Anda?” diajukan dalam sebuah survei surat kabar di sebuah kota besar di Amerika, cukup mengejutkan bahwa 67,4 persen dari para responden menjawab ”Tidak”. Mengapa mereka mengatakan tidak berminat untuk hidup kekal? Tampaknya karena kehidupan di bumi pada saat ini identik dengan begitu banyaknya problem. Seorang responden berkata, ”Sangat tidak menyenangkan untuk membayangkan diri saya berusia 200 tahun.”
14. Mengapa kehidupan kekal akan sepenuhnya diwarnai kesenangan?
14 Namun, Alkitab tidak berbicara tentang hidup kekal di suatu dunia tempat orang-orang menderita penyakit, usia tua, dan tragedi-tragedi lainnya. Tidak, karena sebagai Penguasa Kerajaan Allah, Yesus akan menghapus semua problem semacam itu yang disebabkan oleh Setan. Menurut Alkitab, Kerajaan Allah akan ’meremukkan dan menghabisi’ semua pemerintahan yang menindas di dunia ini. (Daniel 2:44) Pada waktu itu, sebagai jawaban atas doa yang Yesus ajarkan kepada pengikut-pengikutnya, ’kehendak’ Allah akan terjadi ”di bumi seperti di sorga”. (Matius 6:9, 10, TB) Dalam dunia baru Allah, setelah bumi dibersihkan dari segala keburukan, manfaat-manfaat tebusan Yesus akan diberlakukan sepenuhnya. Ya, semua orang yang memenuhi syarat akan dipulihkan sehingga memiliki kesehatan yang sempurna!
15, 16. Kondisi-kondisi apa akan terdapat dalam dunia baru Allah?
15 Bagi orang-orang yang hidup dalam dunia baru Allah, ayat Alkitab berikut ini akan berlaku, ”Biarlah tubuhnya menjadi lebih segar daripada semasa muda; biarlah ia kembali ke hari-hari kegagahan masa mudanya.” (Ayub 33:25, NW) Janji Alkitab lainnya juga akan tergenap, ”Mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai.”—Yesaya 35:5, 6.
16 Coba bayangkan: Tidak soal berapa usia fisik kita kelak, entah kita berusia 80, 800, atau bahkan lebih, tubuh kita akan tetap sehat walafiat. Keadaannya akan seperti yang Alkitab janjikan, ”Tidak seorangpun yang tinggal di situ akan berkata: ’Aku sakit.’” Pada waktu itu, janji berikut ini juga akan tergenap, ”[Allah] akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan kematian tidak akan ada lagi, juga tidak akan ada lagi perkabungan atau jeritan atau rasa sakit. Perkara-perkara yang terdahulu telah berlalu.”—Yesaya 33:24; Penyingkapan 21:3, 4.
17. Prestasi apa saja yang dapat kita harapkan dari orang-orang dalam di dunia baru Allah?
17 Dalam dunia baru itu, kita akan dapat memanfaatkan otak kita yang hebat ini menurut cara yang Pencipta kita maksudkan sewaktu Dia merancangnya dengan dilengkapi kesanggupan belajar yang tak terbatas. Bayangkanlah perkara-perkara luar biasa yang bisa kita capai! Dari unsur-unsur yang terkandung dalam bumi ini, manusia yang tidak sempurna sekalipun telah menghasilkan segala sesuatu yang kita lihat di sekeliling kita—telepon seluler, mikrofon, arloji, penyerantara (pager), komputer, pesawat terbang, dan masih banyak lagi. Tak satu pun yang dibuat dari bahan-bahan yang didatangkan dari suatu tempat yang sangat jauh di jagat raya. Dengan kehidupan tanpa akhir yang terbentang di hadapan kita, potensi untuk menghasilkan karya kreatif dalam Firdaus di bumi tidak akan terbatas!—Yesaya 65:21-25.
18. Mengapa kehidupan tidak akan pernah membosankan dalam dunia baru Allah?
18 Kehidupan tidak akan membosankan. Sekarang pun kita masih menanti-nantikan waktu makan berikutnya, meskipun kita mungkin telah puluhan ribu kali makan. Dalam kesempurnaan manusia kelak, kita bahkan akan lebih menikmati hasil-hasil yang lezat dari Firdaus di bumi. (Yesaya 25:6) Dan, kita akan mendapat kepuasan kekal dengan memelihara kehidupan binatang yang sangat banyak di bumi dan dengan menikmati keindahan terbenamnya matahari, keindahan gunung, sungai, dan lembah. Sungguh, kehidupan tidak akan pernah monoton dalam dunia baru Allah!—Mazmur 145:16.
Memenuhi Tuntutan-Tuntutan Allah
19. Mengapa masuk akal untuk percaya bahwa ada tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi untuk menerima karunia kehidupan dari Allah?
19 Menurut saudara, apakah karunia Allah yang luar biasa berupa kehidupan abadi di Firdaus akan diberikan begitu saja, tanpa dituntut upaya apa pun dari kita? Bukankah masuk akal jika Allah menuntut sesuatu? Sudah pasti. Allah tidak melemparkan begitu saja karunia tersebut kepada kita. Ia mengulurkannya kepada kita, tetapi kita harus berupaya meraih dan mengambilnya. Ya, upaya dibutuhkan. Saudara mungkin mengajukan pertanyaan yang juga pernah diajukan seorang penguasa muda yang kaya kepada Yesus, ”Kebaikan apa yang harus kulakukan untuk memperoleh kehidupan abadi?” Atau, saudara mungkin merangkai pertanyaan tersebut seperti yang diajukan seorang penjaga penjara di Filipi kepada rasul Paulus, ”Apa yang harus aku lakukan agar dapat diselamatkan?”—Matius 19:16; Kisah 16:30.
20. Apa tuntutan yang sangat penting untuk memperoleh kehidupan abadi?
20 Pada malam sebelum kematiannya, Yesus memperlihatkan satu tuntutan dasar ketika ia memanjatkan doa kepada Bapak surgawinya, ”Ini berarti kehidupan abadi, bahwa mereka terus memperoleh pengetahuan mengenai dirimu, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenai pribadi yang engkau utus, Yesus Kristus.” (Yohanes 17:3) Bukankah itu tuntutan yang masuk akal, yakni memperoleh pengetahuan tentang Yehuwa, Pribadi yang memungkinkan kehidupan abadi, dan pengetahuan tentang pribadi yang mati bagi kita, Yesus Kristus? Namun, masih ada lagi yang dituntut selain memperoleh pengetahuan demikian.
21. Bagaimana kita menunjukkan bahwa kita memenuhi tuntutan untuk memperlihatkan iman?
21 Alkitab juga mengatakan, ”Dia yang menjalankan iman kepada Putra memiliki kehidupan abadi.” Kemudian, Alkitab menambahkan, ”Dia yang tidak taat kepada Putra tidak melihat kehidupan, melainkan murka Allah tinggal atasnya.” (Yohanes 3:36) Saudara dapat memperlihatkan iman akan sang Putra dengan membuat perubahan dalam kehidupan saudara dan menyelaraskannya dengan kehendak Allah. Saudara harus menolak semua haluan yang salah yang mungkin pernah saudara ikuti dan bertindak untuk melakukan apa yang menyenangkan Allah. Saudara perlu melakukan apa yang rasul Paulus perintahkan, ”Karena itu, bertobat dan berbaliklah agar dosa-dosamu dihapus, supaya musim yang menyegarkan datang dari pribadi Yehuwa.”—Kisah 3:19.
22. Tindakan apa saja yang tercakup dalam mengikuti langkah-langkah Yesus?
22 Semoga kita tidak pernah lupa bahwa hanya dengan memperlihatkan iman akan Yesus, kita dapat menikmati kehidupan abadi. (Yohanes 6:40; 14:6) Kita memperlihatkan iman akan Yesus dengan ”mengikuti langkah-langkahnya dengan saksama”. (1 Petrus 2:21) Apa yang tercakup dalam hal itu? Dalam doanya kepada Allah, Yesus berseru, ”Lihat! Aku datang . . . untuk melakukan kehendakmu, oh, Allah.” (Ibrani 10:7) Sangatlah penting untuk meniru Yesus, bersedia melakukan kehendak Allah dan membaktikan kehidupan saudara kepada Yehuwa. Setelah itu, saudara perlu melambangkan pembaktian itu dengan pembaptisan air; Yesus pun memberikan dirinya untuk dibaptis. (Lukas 3:21, 22) Memang sudah sepantasnya kita mengambil langkah-langkah tersebut. Rasul Paulus menyatakan bahwa ”kasih Kristus telah mendesak kami”. (2 Korintus 5:14, 15) Dengan cara bagaimana? Kasih menggerakkan Yesus untuk memberikan kehidupannya bagi kita. Bukankah hal itu seharusnya menggerakkan kita untuk menanggapi dengan memperlihatkan iman akan dia? Ya, kita seharusnya terdesak untuk mengikuti teladannya yang pengasih yaitu memberikan dirinya untuk membantu orang-orang lain. Kristus hidup untuk melakukan kehendak Allah; kita harus berbuat serupa, tidak lagi hidup untuk diri sendiri.
23. (a) Orang-orang yang menerima kehidupan ditambahkan kepada apa? (b) Apa yang dituntut dari orang-orang dalam sidang Kristen?
23 Masih ada lagi yang dituntut. Alkitab mengatakan bahwa ketika 3.000 orang dibaptis pada Pentakosta 33 M, mereka ”ditambahkan”. Ditambahkan kepada apa? ”Mereka terus mengabdikan diri mereka dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam bersekutu dengan satu sama lain,” demikian penjelasan Lukas. (Kisah 2:41, 42) Ya, mereka berhimpun bersama untuk belajar Alkitab serta bergaul, dan dengan demikian ditambahkan kepada, atau menjadi bagian dari, sidang Kristen. Orang-orang Kristen masa awal menghadiri perhimpunan secara tetap tentu untuk memperoleh bimbingan rohani. (Ibrani 10:25) Dewasa ini, Saksi-Saksi Yehuwa pun berbuat demikian, dan mereka senang menganjurkan saudara untuk menghadiri perhimpunan bersama mereka.
24. Apakah ”kehidupan yang sebenarnya” itu, dan kapan itu akan terwujud?
24 Kini, jutaan orang sedang menempuh jalan sesak menuju kehidupan. Agar tetap berada di jalan yang sesak ini, upaya keras dibutuhkan! (Matius 7:13, 14) Paulus menunjukkan hal ini dalam imbauannya yang menghangatkan hati, ”Perjuangkan perjuangan yang baik dari iman, genggamlah kehidupan abadi dengan teguh yang untuknya engkau dipanggil.” Ketekunan dalam perjuangan ini dibutuhkan agar ”dapat menggenggam dengan teguh kehidupan yang sebenarnya”. (1 Timotius 6:12, 19) Kehidupan itu bukanlah kehidupan sekarang yang penuh kesakitan, kepedihan, dan penderitaan yang ditimpakan ke atas kita oleh dosa Adam. Sebaliknya, itu adalah kehidupan dalam dunia baru Allah, yang akan segera terwujud sewaktu korban tebusan Kristus diberlakukan bagi semua orang yang mengasihi Allah Yehuwa dan Putra-Nya setelah sistem perkara ini disingkirkan. Semoga kita semua memilih kehidupan—”kehidupan yang sebenarnya”—kehidupan abadi dalam dunia baru Allah yang gemilang.
-