PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g99 22/8 hlm. 18-23
  • Melayani Allah di Bawah Ancaman Kematian

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Melayani Allah di Bawah Ancaman Kematian
  • Sedarlah!—1999
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Mendapat Pendidikan yang Baik
  • Gerakan Agama Baru
  • Awal Masa Pemenjaraan Saya
  • Pertemuan yang Sudah Lama Dinantikan
  • Peristiwa Menjelang Pembaptisan
  • Penindasan Kembali
  • Sembilan Tahun Menderita
  • Dibebaskan, Namun Dipenjarakan Kembali
  • Dibebaskan, Namun Tetap Ditindas
  • Akhirnya, Bebas Mengabar!
  • Bagian 4​—Saksi-Saksi ke Bagian yang Paling Jauh di Bumi
    Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
  • Dari Aktivis Politik Menjadi Orang Kristen yang Netral
    Sedarlah!—2002
  • Allah Telah Menjadi Penolong Kami
    Sedarlah!—1999
  • Dari Sangat Miskin menjadi Sangat Kaya
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1999
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1999
g99 22/8 hlm. 18-23

Melayani Allah di Bawah Ancaman Kematian

SEBAGAIMANA DICERITAKAN OLEH JOÃO MANCOCA

Pada tanggal 25 Juni 1961, serombongan prajurit menggerebek perhimpunan Kristen kami di Luanda, Angola. Tiga puluh orang dari antara kami diseret ke penjara dan dipukuli hingga babak belur sampai-sampai prajurit-prajurit itu menjenguk kami setiap setengah jam untuk melihat apakah ada yang mati. Beberapa di antara mereka berkomentar bahwa Allah kami pastilah Allah yang benar, karena kami semua selamat.

SETELAH pemukulan itu, saya ditahan di penjara São Paulo selama lima bulan. Kemudian selama sembilan tahun berikutnya, saya dipindahkan dari satu penjara ke penjara lain dan lebih banyak dipukuli, disia-siakan, serta diinterogasi. Tidak lama setelah dibebaskan dari tahanan pada tahun 1970, saya ditangkap lagi, dan kali ini dimasukkan ke kamp maut yang terkenal di São Nicolau, sekarang bernama Bentiaba. Saya ditahan di sana selama dua setengah tahun.

Anda mungkin bertanya-tanya mengapa saya, seorang warga yang taat hukum, sampai dipenjarakan karena berbicara kepada orang-orang lain mengenai kepercayaan saya yang berdasarkan Alkitab dan di manakah saya pertama kali mengetahui kabar baik Kerajaan Allah.

Mendapat Pendidikan yang Baik

Saya lahir pada bulan Oktober 1925 di dekat kota Maquela do Zombo, di Angola sebelah utara. Ketika Ayah meninggal dunia pada tahun 1932, Ibu mengirim saya untuk tinggal dengan adik laki-lakinya di Kongo Belgia (sekarang Republik Demokratik Kongo). Itu bukanlah keinginan Ibu yang sebenarnya, namun ia tidak mampu menafkahi saya.

Paman saya beragama Kristen Baptis, dan ia menganjurkan saya untuk membaca Alkitab. Meskipun saya menjadi anggota gerejanya, rasa lapar rohani saya tidak terpuaskan oleh apa yang saya pelajari, saya juga tidak termotivasi untuk melayani Allah. Akan tetapi, paman saya, menyekolahkan saya dan membantu saya memperoleh pendidikan yang baik. Bahasa Prancis adalah salah satu hal yang saya pelajari. Kemudian, saya juga belajar bahasa Portugis. Setelah tamat sekolah, saya mendapatkan pekerjaan sebagai ahli telegrafi radio di stasiun radio pusat di Léopoldville (sekarang Kinshasa). Kemudian, ketika berusia 20 tahun, saya menikah dengan Maria Pova.

Gerakan Agama Baru

Pada tahun yang sama, tahun 1946, saya terpengaruh oleh seorang pemimpin paduan suara Angola yang sangat terpelajar yang adalah anggota Gereja Baptis. Ia bersemangat mendidik dan mengangkat derajat masyarakat berbahasa Kikongo yang tinggal di utara Angola. Ia telah memiliki terjemahan bahasa Portugis dari buku kecil yang dalam bahasa Inggris berjudul The Kingdom, the Hope of the World, yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal, dan disiarkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.

Sang pemimpin paduan suara menerjemahkan buku kecil ini ke dalam bahasa Kikongo dan menggunakannya untuk memimpin diskusi Alkitab mingguan bersama kami, sekelompok orang Angola yang bekerja di Kongo Belgia. Belakangan, pemimpin paduan suara ini menyurati kantor pusat Lembaga Menara Pengawal di Amerika Serikat dan mendapatkan lebih banyak lektur. Akan tetapi, informasi yang ia sampaikan kepada kami dicampur dengan ajaran-ajaran gereja. Jadi, saya tidak dapat membedakan dengan jelas antara ajaran Kekristenan sejati dan ajaran Susunan Kristen yang tidak berdasarkan Alkitab.

Akan tetapi, saya memperhatikan bahwa berita Alkitab yang dimuat dalam lektur Lembaga Menara Pengawal berbeda dari apa pun yang pernah saya dengar di Gereja Baptis. Misalnya, saya tahu bahwa Alkitab sangat menjunjung tinggi nama pribadi Allah, yakni Yehuwa, dan bahwa orang Kristen sejati dengan tepat menyebut diri mereka, Saksi-Saksi Yehuwa. (Mazmur 83:19; Yesaya 43:10-12) Selain itu, hati saya dihangatkan oleh janji Alkitab berupa kehidupan abadi dalam firdaus di bumi bagi orang-orang yang dengan setia melayani Yehuwa.​—Mazmur 37:29; Penyingkapan 21:3-5.

Meskipun pengetahuan saya tentang kebenaran Alkitab terbatas, saya merasa seperti nabi Yeremia, yang tidak dapat menahan hasratnya yang bernyala-nyala untuk berbicara tentang Allahnya, Yehuwa. (Yeremia 20:9) Dari antara anggota kelompok belajar Alkitab kami, ada yang ikut dengan saya untuk mengabar dari rumah ke rumah. Saya bahkan mengadakan perhimpunan umum di halaman rumah paman, mengundang orang dengan menggunakan undangan yang diketik. Pada satu kesempatan, 78 orang hadir. Maka, terbentuklah suatu gerakan agama baru di bawah arahan sang pemimpin paduan suara Angola.

Awal Masa Pemenjaraan Saya

Saya tidak tahu bahwa gerakan apa pun yang ada hubungannya dengan Lembaga Menara Pengawal ternyata dilarang di Kongo Belgia. Jadi, pada tanggal 22 Oktober 1949, beberapa di antara kami ditangkap. Sebelum kami diadili, sang hakim berbicara secara pribadi kepada saya dan mengupayakan agar saya dibebaskan, karena ia tahu bahwa saya seorang pegawai negeri. Namun supaya bebas, saya harus menghentikan gerakan yang telah terbentuk karena pengabaran kami, dan saya tidak mau melakukannya.

Setelah dua setengah bulan di penjara, kalangan berwenang memutuskan untuk memulangkan beberapa di antara kami yang berkebangsaan Angola ke negara kami. Akan tetapi, ketika kami kembali ke Angola, kalangan berwenang kolonial Portugis juga mencurigai kegiatan kami dan membatasi kebebasan kami. Lebih banyak anggota gerakan kami tiba dari Kongo Belgia, dan akhirnya kami berjumlah lebih dari 1.000 orang, tersebar di seluruh Angola.

Belakangan, para pengikut Simon Kimbangu, seorang pemimpin agama terkemuka, ikut dalam gerakan kami. Orang-orang ini tidak berminat mempelajari lektur Lembaga Menara Pengawal, karena mereka percaya bahwa Alkitab hanya dapat dijelaskan melalui medium roh. Mayoritas dalam gerakan kami mendukung pandangan itu, termasuk sang pemimpin paduan suara, yang masih dianggap sebagai pemimpin kami. Saya berdoa sungguh-sungguh agar Yehuwa menghubungkan kami dengan wakil yang sejati dari Lembaga Menara Pengawal. Saya berharap cara itu akan meyakinkan seluruh anggota gerakan kami untuk menerima kebenaran Alkitab dan menolak praktek yang tidak berdasarkan Alkitab.

Ada beberapa anggota gerakan yang tidak menyukai pengabaran yang dilakukan oleh beberapa di antara kami. Jadi, mereka mengadukan kami kepada kalangan berwenang dan menuduh kami sebagai pemimpin-pemimpin gerakan politik. Akibatnya, pada bulan Februari 1952 beberapa dari antara kami ditangkap, termasuk Carlos Agostinho Cadi dan Sala Ramos Filemon. Kami dikurung dalam sebuah sel tak berjendela. Akan tetapi, seorang sipir yang baik hati membawakan makanan dari istri-istri kami, juga sebuah mesin tik agar kami dapat membuat lebih banyak salinan buku kecil Lembaga Menara Pengawal.

Setelah tiga minggu, kami diasingkan ke Baia dos Tigres, daerah yang sangat kering di selatan Angola. Istri-istri kami menemani kami di sana. Kami dihukum empat tahun kerja paksa, bekerja untuk sebuah perusahaan perikanan. Baia dos Tigres tidak memiliki dermaga untuk kapal-kapal ikan, jadi istri-istri kami harus berjalan bolak-balik di air dari pagi hingga malam mengangkat muatan ikan yang berat dari kapal-kapal itu.

Dalam kamp penjara ini, kami menemukan anggota-anggota lain dari gerakan kami dan berupaya meyakinkan mereka agar belajar Alkitab kembali. Namun, mereka lebih suka mengikuti Toco, sang pemimpin paduan suara. Belakangan, mereka dijuluki Tocois.

Pertemuan yang Sudah Lama Dinantikan

Sewaktu berada di Baia dos Tigres, kami menemukan alamat kantor cabang Lembaga Menara Pengawal di Rodesia Utara (sekarang Zambia) dan menulis surat meminta bantuan. Surat kami diteruskan ke kantor cabang Afrika Selatan, yang surat-menyurat dengan kami, menanyakan bagaimana kami sampai tertarik pada kebenaran Alkitab. Kantor pusat Lembaga Menara Pengawal, di Amerika Serikat, diberi tahu tentang kami, maka diutuslah wakil khusus untuk menghubungi kami. Ia adalah John Cooke, seorang utusan injil, yang sudah memiliki pengalaman bertahun-tahun di negeri-negeri asing.

Setelah Saudara Cooke tiba di Angola, ia baru diizinkan kalangan berwenang Portugis untuk mengunjungi kami beberapa minggu kemudian. Ia tiba di Baia dos Tigres pada tanggal 21 Maret 1955, dan diizinkan untuk tinggal selama lima hari bersama kami. Penjelasan Alkitab yang ia berikan sangat memuaskan, dan saya yakin bahwa ia mewakili satu-satunya organisasi yang benar milik Allah Yehuwa. Pada hari terakhir kunjungannya, Saudara Cooke menyampaikan khotbah umum yang berjudul ”Kabar Baik Kerajaan Ini”. Sejumlah 82 orang hadir, termasuk camat Baia dos Tigres. Setiap orang yang hadir menerima salinan tercetak khotbah itu.

Selama lima bulan berada di Angola, Saudara Cooke menghubungi sejumlah Tocois, termasuk pemimpinnya. Namun, mayoritas tidak berminat menjadi Saksi-Saksi Yehuwa. Itulah sebabnya, saya dan teman-teman merasa berkewajiban untuk menegaskan pendirian kami kepada kalangan berwenang. Kami melakukannya melalui surat resmi, tertanggal 6 Juni 1956, dan mengirimkannya kepada ”Yang Mulia Gubernur Distrik Moçâmedes”. Kami menyatakan bahwa kami tidak lagi memiliki hubungan dengan para pengikut Toco dan kami hendaknya dipandang sebagai ”anggota Lembaga Saksi-Saksi Yehuwa”. Kami juga meminta agar diberi kebebasan beribadat. Akan tetapi, hukuman kami bukannya dikurangi, malah ditambah dua tahun.

Peristiwa Menjelang Pembaptisan

Kami akhirnya dibebaskan pada bulan Agustus 1958, dan sekembalinya kami ke Luanda, kami mendapati sekelompok kecil Saksi-Saksi Yehuwa. Kelompok ini telah diorganisasi setahun sebelumnya oleh Mervyn Passlow, seorang utusan injil yang diutus ke Angola untuk menggantikan John Cooke, namun ia telah dideportasi ketika kami tiba. Kemudian, pada tahun 1959, Harry Arnott, seorang utusan injil Saksi-Saksi Yehuwa, berkunjung. Akan tetapi, ia ditangkap ketika turun di bandar udara, sementara kami bertiga menunggu untuk bertemu dengan dia.

Dua orang lain, Manuel Gonçalves dan Berta Teixeira, Saksi-Saksi Portugis yang baru dibaptis, dibebaskan setelah diperingatkan agar tidak lagi mengadakan perhimpunan apa pun. Saudara Arnott dideportasi, dan saya diperingatkan bahwa jika saya tidak menandatangani dokumen yang menyatakan bahwa saya bukan lagi seorang Saksi, saya akan dikirim kembali ke Baia dos Tigres. Setelah tujuh jam diinterogasi, saya dibebaskan tanpa harus menandatangani apa pun sebelumnya. Seminggu kemudian, saya akhirnya dapat dibaptis, seperti teman-teman saya, Carlos Cadi dan Sala Filemon. Kami menyewa sebuah ruangan di Muceque Sambizanga, di pinggiran Luanda, yang menjadi lokasi sidang Saksi-Saksi Yehuwa yang pertama di Angola.

Penindasan Kembali

Semakin banyak orang berminat mulai hadir di perhimpunan. Beberapa datang untuk memata-matai kami, namun, kemudian menikmati perhimpunan dan belakangan menjadi Saksi-Saksi Yehuwa! Pentas politik berubah, dan situasi menjadi lebih sulit bagi kami setelah terjadi sebuah pemberontakan nasionalis pada tanggal 4 Februari 1961. Meskipun ada kabar palsu yang beredar tentang kami, pada tanggal 30 Maret, kami berhasil merayakan Peringatan kematian Kristus dengan hadirin sebanyak 130.

Pada bulan Juni, ketika saya sedang memimpin Pelajaran Menara Pengawal, perhimpunan kami digerebek oleh polisi militer. Wanita dan anak-anak dibebaskan, namun 30 pria yang ada pada waktu itu dibawa pergi, seperti yang dinyatakan pada awal artikel. Kami terus-menerus dipentungi dengan tongkat kayu selama dua jam. Selama tiga bulan berikutnya, saya muntah darah. Saya yakin saya bakal mati; bahkan orang yang memukuli saya yakin bahwa saya akan mati. Kebanyakan dari mereka yang dipukuli adalah siswa Alkitab yang masih baru, belum dibaptis, jadi saya berdoa sungguh-sungguh demi mereka, ”Yehuwa, tolong jaga domba-domba-Mu.”

Berkat pertolongan Yehuwa, tak seorang pun mati, sehingga anggota militer takjub akan hal ini. Beberapa prajurit tergerak untuk memuji Allah kami, yang menurut mereka telah sanggup menyelamatkan kami! Sebagian besar pelajar Alkitab akhirnya menjadi Saksi terbaptis, dan beberapa sekarang melayani sebagai penatua Kristen. Salah seorang di antara mereka, Silvestre Simão, kini adalah anggota Panitia Cabang Angola.

Sembilan Tahun Menderita

Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, saya menderita dalam banyak cara selama sembilan tahun berikutnya, dipindah-pindahkan dari satu ke lain penjara atau kamp kerja paksa. Di semua tempat ini, saya dapat memberikan kesaksian kepada para tahanan politik, banyak dari mereka sekarang telah menjadi Saksi-Saksi terbaptis. Maria, istri saya, dan anak-anak kami diizinkan untuk menemani saya.

Ketika kami sedang berada di kamp kerja paksa Serpa Pinto, empat tahanan politik kedapatan berupaya melarikan diri. Mereka disiksa dengan kejam sampai mati di hadapan semua tahanan untuk menakut-nakuti para tahanan lain agar tidak berpikir untuk lari. Komandan kamp kemudian menakut-nakuti saya di hadapan Maria dan anak-anak, ”Jika kamu kedapatan mengabar lagi, kamu akan dibunuh dengan cara yang sama seperti orang-orang yang berupaya melarikan diri itu.”

Akhirnya, pada bulan November 1966, kami dibawa ke São Nicolau, kamp maut yang mengerikan. Ketika kami tiba di sana, saya merasa ngeri karena ternyata administrator kamp yakni Tn. Cid adalah orang yang memukuli saya sampai hampir mati di penjara São Paulo! Belasan orang dibunuh secara sistematis setiap bulan, dan keluarga saya terpaksa menyaksikan pembunuhan yang brutal itu. Akibatnya, Maria mengalami gangguan saraf dan tidak pernah benar-benar pulih. Akhirnya, saya dapat memperoleh izin agar ia dan anak-anak dievakuasi ke Luanda, tempat kedua kakak saya, Teresa dan Joana, mengurus mereka.

Dibebaskan, Namun Dipenjarakan Kembali

Saya dibebaskan setahun kemudian, pada bulan September 1970, dan berkumpul kembali dengan keluarga saya serta semua saudara-saudari di Luanda. Saya sampai terharu melihat bagaimana pekerjaan pengabaran telah mengalami kemajuan setelah sembilan tahun saya tidak berada di sana. Ketika saya dijebloskan ke penjara pada tahun 1961, sidang di Luanda terdiri dari empat kelompok kecil. Sekarang, di sana ada empat sidang besar yang diorganisasi dengan baik dan dibantu setiap enam bulan oleh wakil keliling dari organisasi Yehuwa. Saya gembira sekali karena dibebaskan, namun kebebasan saya berumur pendek.

Pada suatu hari, direktur jenderal dari sebuah lembaga yang sekarang tidak ada lagi, yakni Polisi Investigasi dan Pertahanan Negara (PIDE), memanggil saya. Setelah menyanjung saya di hadapan anak perempuan saya, Joana, ia menyodorkan sebuah dokumen untuk saya tanda tangani. Dokumen itu menyebutkan jasa-jasa saya sebagai informan PIDE dan ia menjanjikan saya banyak materi sebagai imbalan. Ketika saya menolak untuk membubuhkan tanda tangan, saya diancam akan dikembalikan ke São Nicolau, konon di sana, saya tidak akan pernah bebas kembali.

Pada bulan Juni 1971, hanya empat bulan setelah saya dibebaskan, ancaman-ancaman itu dilaksanakan. Semuanya, 37 penatua Kristen dari Luanda ditangkap dan dikirim ke São Nicolau. Kami dipenjarakan di sana sampai bulan Agustus 1973.

Dibebaskan, Namun Tetap Ditindas

Pada tahun 1974, kebebasan beragama diumumkan di Portugal, kemudian kebebasan ini juga diumumkan di provinsi-provinsi jajahan Portugal. Pada tanggal 11 November 1975, Angola merdeka dari Portugal. Sungguh menggetarkan, pada bulan Maret tahun itu, kami dapat menikmati kebaktian wilayah dalam suasana bebas untuk pertama kalinya! Saya mendapatkan hak istimewa menyampaikan khotbah umum pada acara yang penuh sukacita ini di Stadion Olahraga, Luanda.

Akan tetapi, pemerintah yang baru menentang sikap kami yang netral, pada saat yang sama, perang saudara berkecamuk di seluruh Angola. Keadaan menjadi sedemikian kritis sehingga Saksi-Saksi kulit putih terpaksa melarikan diri ke luar negeri. Kami bertiga, saudara-saudara lokal, diberi tugas untuk mengawasi pekerjaan pengabaran di Angola, di bawah pengarahan kantor cabang Saksi-Saksi Yehuwa di Portugal.

Tidak lama kemudian, nama saya mulai muncul di surat kabar dan disiarkan di radio. Saya dituduh sebagai agen imperialisme internasional dan bertanggung jawab atas penolakan Saksi-Saksi Angola untuk ikut dinas militer. Akibatnya, saya dipanggil menghadap gubernur utama provinsi Luanda. Dengan penuh respek, saya menjelaskan kepadanya sikap netral Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh dunia, yaitu sikap yang diperlihatkan pengikut Yesus Kristus pada masa awal. (Yesaya 2:4; Matius 26:52) Ketika saya mengemukakan bahwa saya pernah dipenjarakan dan berada di kamp kerja paksa selama 17 tahun pada masa pemerintahan kolonial, ia memutuskan untuk tidak menangkap saya.

Memang, butuh keberanian pada masa-masa itu untuk melayani sebagai Saksi Yehuwa di Angola. Karena rumah saya diawasi, kami tidak lagi menggunakannya sebagai tempat berhimpun. Tetapi, seperti yang dikatakan rasul Paulus, ’kami ditekan dengan segala cara, tetapi tidak terimpit sehingga tidak dapat bergerak’. (2 Korintus 4:8) Kami tidak pernah menjadi tidak aktif dalam dinas. Saya terus mengabar, melayani sebagai rohaniwan keliling dan menguatkan sidang-sidang di provinsi Benguela, Huíla, dan Huambo. Pada waktu itu saya menggunakan nama samaran, Saudara Filemon.

Pada bulan Maret 1978, pekerjaan pengabaran kami kembali dilarang, dan saya mendapat informasi dari sumber yang dapat dipercaya bahwa kaum fanatik revolusioner berencana membunuh saya. Maka, saya mencari perlindungan di rumah seorang Saksi dari Nigeria yang bekerja di kedutaan Nigeria di Angola. Sebulan kemudian, ketika situasi tenang, saya kembali melayani saudara-saudara sebagai pengawas wilayah.

Meskipun ada pelarangan dan perang saudara, ribuan orang Angola menyambut pengabaran kami. Karena pertambahan bagus dalam jumlah orang-orang yang menjadi Saksi, suatu panitia negeri dibentuk untuk menangani pekerjaan pengabaran di Angola, di bawah pengarahan kantor cabang Portugal. Selama masa itu, saya sering mengadakan perjalanan ke Portugal, di sana saya menerima pelatihan yang berharga dari para rohaniwan yang cakap, juga perawatan medis yang dibutuhkan.

Akhirnya, Bebas Mengabar!

Sewaktu saya berada di kamp kerja paksa, para tahanan politik sering mengejek saya dan mengatakan bahwa saya tidak akan pernah bebas jika saya terus mengabar. Tetapi saya selalu menjawab, ”Belum waktunya bagi Yehuwa untuk membuka pintu, namun jika Ia melakukannya, tak seorang pun sanggup menutupnya.” (1 Korintus 16:9; Penyingkapan 3:8) Pintu kesempatan untuk mengabar tanpa pembatasan terbuka lebih lebar setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991. Pada waktu itu, kami mulai mengalami lebih banyak kebebasan beribadat di Angola. Pada tahun 1992, pekerjaan Saksi-Saksi Yehuwa disahkan. Akhirnya pada tahun 1996, kantor cabang Saksi-Saksi Yehuwa didirikan di Angola, dan saya ditunjuk sebagai anggota Panitia Cabang.

Selama saya bertahun-tahun di penjara, keluarga saya selalu terpelihara. Kami memiliki enam anak, dan lima di antaranya masih hidup. Putri kami Joana, meninggal dunia tahun lalu karena kanker. Empat di antara kelima anak kami yang masih hidup adalah Saksi-Saksi yang terbaptis, tinggal satu anak laki-laki yang belum dibaptis.

Ketika Saudara Cooke mengunjungi kami pada tahun 1955, seluruhnya ada empat orang Angola yang memberitakan kabar baik Kerajaan Allah. Sekarang, ada lebih dari 38.000 pemberita Kerajaan di negeri itu, dan mereka memimpin lebih dari 67.000 pengajaran Alkitab setiap bulan. Di antara orang-orang yang memberitakan kabar baik, banyak yang sebelumnya menganiaya kami. Hal ini benar-benar suatu imbalan, dan alangkah bersyukurnya saya kepada Yehuwa karena memelihara saya dan mengizinkan saya mewujudkan hasrat yang menggebu-gebu untuk memberitakan firman-Nya!—Yesaya 43:12; Matius 24:14.

[Peta di hlm. 20, 21]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

Republik Demokratik Kongo

Kinshasa

Angola

Maquela do Zombo

Luanda

São Nicolau (sekarang Bentiaba)

Moçâmedes (sekarang Namibe)

Baia dos Tigres

Serpa Pinto (sekarang Menongue)

[Keterangan]

Mountain High Maps® Copyright © 1997 Digital Wisdom, Inc.

[Gambar di hlm. 22, 23]

Bawah: Dengan John Cooke pada tahun 1955. Sala Filemon berada di sebelah kiri

Kanan: Reuni dengan John Cooke setelah 42 tahun

[Gambar di hlm. 23]

Dengan istri saya, Maria

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan