-
Halaman DuaSedarlah!—1990 (No. 33) | Sedarlah!—1990 (No. 33)
-
-
PERNAHKAH ANDA melihat suatu foto diri anda sendiri ketika masih anak-anak dan berpikir, ’Betapa pendeknya hidup ini’? Pernahkah anda bertanya-tanya, ’Dapatkah saya hidup jauh lebih lama daripada yang saya harapkan sekarang?’
Manusia sudah sejak lama berupaya hidup lebih panjang di atas bumi dalam kesegaran masa muda. Tetapi apakah kemungkinan itu hanya khayalan belaka? Pertimbangkanlah pandangan optimis dari beberapa orang, dan periksalah mengapa ada alasan yang kuat untuk bersikap optimis.
-
-
Upaya Mencapai Umur PanjangSedarlah!—1990 (No. 33) | Sedarlah!—1990 (No. 33)
-
-
Upaya Mencapai Umur Panjang
UPAYA mencapai umur panjang sudah hampir sama tuanya dengan kehidupan itu sendiri. Jadi tidaklah mengherankan jika sejarah, purba maupun modern, dipenuhi dengan cerita dan dongeng mengenai orang-orang yang mencari rahasia untuk panjang umur.
Misalnya, menurut sejarah romantis, penjelajah Spanyol Juan Ponce de León ingin mencari sumber air keremajaan ketika ia membuat perjalanan ke utara dari Puerto Rico pada tahun 1513. Namun orang-orang sezamannya menyatakan bahwa perjalanannya bertujuan mencari budak-budak dan suatu negeri baru. Ia menemukan, bukan sumber air untuk memulihkan keremajaan, melainkan apa yang kini disebut Florida. Meskipun demikian, dongeng tersebut tetap ada.
Melihat lebih ke belakang lagi dalam sejarah, cerita kepahlawanan dari Akadia mengenai Gilgamesh, yang diambil dari lempengan-lempengan tanah liat dari sebelum abad ke-18 S.M., mengisahkan bagaimana Gilgamesh dihantui perasaan takut mati setelah sahabatnya Enkidu meninggal. Kisah itu menuturkan perjalanan dan upayanya yang keras namun sia-sia dalam mencari keabadian hidup.
Belum lama berselang, pada tahun 1933, dalam novelnya Lost Horizon (Cakrawala yang Hilang), James Hilton menggambarkan negeri khayalan yang disebut Shangri-la. Di tempat itu penduduknya menikmati kehidupan yang hampir sempurna dengan umur yang sangat panjang dalam lingkungan seperti firdaus.
Bahkan dewasa ini, ada orang-orang yang khusus mengejar rencana-rencana yang lain dari biasa dan aneh yang menjanjikan kehidupan yang lebih baik dan lebih panjang. Tetapi, orang lain lagi mengambil cara yang lebih praktis. Mereka mengikuti peraturan kesehatan dengan cermat atau menjalani diet yang ketat dan melakukan gerak badan secara rutin. Mereka berharap hal ini akan membantu mereka tampak lebih muda dan merasa lebih sehat.
Semua ini menandaskan keinginan dasar manusia untuk hidup lebih lama dan lebih bahagia.
Pendekatan Ilmiah
Penelitian mengenai proses ketuaan dan problem-problem pada usia lanjut telah menjadi bidang ilmu pengetahuan yang serius. Para ilmuwan terkemuka merasa bahwa mereka hampir menemukan penyebab dari proses ketuaan. Ada yang berpendapat bahwa proses menjadi tua memang sudah diprogram dalam gen-gen (sel-sel pembawa sifat). Yang lain merasa bahwa hal itu merupakan akibat kumulatif dari penyakit-penyakit yang merusak dan hasil-hasil sampingan yang membahayakan dari metabolisme. Ada lagi orang-orang yang menganggap proses ketuaan disebabkan oleh hormon-hormon atau sistem kekebalan. Para ilmuwan berpendapat bahwa jika penyebab ketuaan dapat ditemukan, maka mungkin proses itu dapat ditiadakan.
Dalam upaya mencari keabadian hidup, batas antara ilmu pengetahuan dan fiksi ilmiah makin lama makin kabur. Cloning adalah salah satu contohnya. Gagasannya adalah membuat tiruan, atau memproduksi kembali tubuh yang sama dengan memanipulasi sel-sel dan gen-gen. Kemudian, bila bagian-bagian tubuh terkena penyakit atau rusak, organ yang baru dapat diambil dari tiruannya dan dicangkokkan, hampir sama seperti bagian yang rusak pada mobil diganti dengan suku cadang yang baru. Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa secara teori apa yang dapat dilakukan dengan cloning tidak ada batasnya.
Yang lebih jauh lagi ialah proses yang disebut cryonics. Menurut para pendukung teori ini, bila seseorang mati, tubuh dapat dibekukan, diawetkan sampai saat ditemukannya cara pengobatan yang dewasa ini belum ada. Kemudian tubuh dapat dicairkan, dihidupkan kembali, dan dipulihkan—mudah-mudahan kepada kehidupan yang lebih lama dan lebih bahagia.
Mengingat begitu banyak upaya dan jutaan dolar yang dikeluarkan dalam riset, apa hasilnya? Apakah kita lebih dekat kepada kelepasan dari kuk kematian dibanding ribuan juta orang yang hidup dan mati sebelum kita?
Apa Prospeknya?
Ditinjau dari pernyataan-pernyataan dan ramalan yang optimis dari orang-orang yang melakukan riset demikian tampaknya kehidupan yang jauh lebih lama daripada umumnya sudah hampir dapat dicapai. Berikut ini beberapa contoh yang dikumpulkan dari akhir tahun 1960-an.
”Pengetahuan yang kita peroleh dari penelitian tersebut akan memberi kita senjata-senjata yang kita perlukan untuk memerangi musuh terakhir—Maut. Dengan demikian keabadian yang relatif akan ada dalam jangkauan kita . . . Hal itu mungkin terwujud pada zaman kita.”—Alan E. Nourse, dokter dan penulis.
”Kita akan benar-benar menghapus problem ketuaan, sehingga hanya kecelakaan saja yang bisa menyebabkan kematian.”—Augustus B. Kinzel, pada waktu itu presiden dari Institut Salk Bidang Penelitian Biologis (di A.S.).
”Kekekalan (dalam arti kehidupan yang lamanya tidak tertentu) secara teknis dapat dicapai, bukan saja bagi keturunan kita melainkan juga bagi kita sendiri.”—Robert C. W. Ettinger dalam The Prospect of Immortality (Prospek Keabadian).
Meskipun pada waktu itu tidak semua ahli gerontologi (ilmu usia lanjut) dan para peneliti mempunyai antusiasme yang sama, namun konsensus umum dari para ahli tampaknya adalah bahwa pada permulaan abad ke-21, proses ketuaan akan dapat dikendalikan dan kehidupan dapat diperpanjang.
Kini seraya kita semakin dekat kepada awal abad ke-21, bagaimana keadaannya? Apakah kehidupan yang lebih panjang, apalagi kekekalan, sudah ada dalam jangkauan? Coba pikirkan hasil pengamatan berikut.
”Banyak ahli gerontologi akan setuju bahwa zaman ini adalah zaman yang sangat kacau bagi kita. Kita tidak tahu mekanisme apa yang ada di belakang proses ketuaan, dan juga kita tidak dapat mengukur cepatnya proses ketuaan menurut standar biokimia yang tepat.”—Journal of Gerontology, September 1986.
”Tidak seorang pun mengetahui dengan tepat apa gerangan proses ketuaan itu atau mengapa proses itu berbeda dalam setiap orang. Juga, tidak seorang pun mengetahui bagaimana caranya memperpanjang umur manusia, sekalipun ada pernyataan-pernyataan yang sering palsu dan kadang-kadang berbahaya dari para penjaja ’umur panjang’ dan orang-orang lain yang mengambil keuntungan dari rasa takut dan penyakit orang-orang lanjut usia.”—FDA Consumer, jurnal resmi dari Departemen Urusan Makanan dan Obat-obatan, A.S., Oktober 1988.
Jelaslah bahwa ramalan yang dibuat di masa lampau mengenai menaklukkan kematian dan memperpanjang kehidupan hingga tak terbatas, terlalu dibesar-besarkan. Kekekalan melalui ilmu pengetahuan masih merupakan khayalan. Apakah ini berarti bahwa sebelum ada terobosan yang berarti dalam ilmu pengetahuan atau teknologi, tidak akan ada yang dapat dilakukan untuk memperpanjang atau paling sedikit memperbaiki kehidupan?
Kehidupan yang Lebih Lama dan Lebih Bahagia Sekarang?
Sekalipun para peneliti belum menemukan rahasia umur panjang, mereka telah belajar banyak mengenai kehidupan dan proses ketuaan. Dan beberapa dari keterangan yang diperoleh dapat diterapkan dan bermanfaat.
Percobaan-percobaan dengan binatang, misalnya, telah menyingkapkan bahwa ”mengurangi makan secara terkendali dapat memperpanjang umur hidup maksimum lebih dari 50 persen dan menunda munculnya dan parahnya problem-problem yang berkaitan dengan usia”, demikian laporan Times dari London. Hal ini telah mengarah kepada penelitian untuk mengetahui apakah hal yang sama berlaku atas manusia.
Sebagai hasil, dalam bukunya The 120-Year Diet (Diet 120 Tahun), Dr. Roy Walford menganjurkan diet kalori rendah, lemak rendah dan gizi tinggi disertai dengan program gerak badan yang baik. Ia menyebutkan orang-orang dari Okinawa sebagai contoh. Dibandingkan dengan diet orang Jepang pada umumnya, diet mereka berkalori kira-kira 40 persen lebih rendah; namun ”orang yang berumur 100 tahun atau lebih jumlahnya 5 sampai 40 kali lebih banyak daripada di pulau-pulau lain di Jepang”.
Penduduk asli daerah Kaukasus di sebelah barat Uni Soviet adalah contoh dari umur panjang yang sering kali disebutkan. Sula Benet, yang tinggal di antara orang-orang Kaukasus, melaporkan dalam bukunya How to Live to Be 100 (Caranya Hidup sampai Usia 100 Tahun) bahwa ada suatu jumlah yang sangat besar dari orang-orang yang hidup sehat dan aktif yang berumur 100 tahun lebih, dan beberapa orang dikatakan hidup lebih lama dari 140 tahun. Ia mencatat bahwa ”dua faktor selalu ada dalam diet Kaukasus: 1. Tidak makan terlalu banyak . . . 2. Makan vitamin-vitamin alami yang terdapat dalam sayur-sayuran segar dalam dosis yang tinggi”. Tambahan pula, ”pekerjaan mereka bukan saja mengharuskan mereka melakukan gerak badan tetapi juga memberi mereka kepuasan karena mengetahui bahwa ini merupakan sumbangan yang berarti bagi masyarakat”.
Apa yang Dapat Anda Lakukan
Apakah pindah ke Okinawa atau daerah Kaukasus atau ke tempat lain yang penduduk aslinya menikmati kehidupan lebih panjang merupakan jalan keluar? Mungkin tidak. Namun ada beberapa hal yang dapat anda lakukan. Anda dapat meniru kebiasaan-kebiasaan yang baik dari mereka yang panjang umur dan mengikuti nasihat para dokter yang cakap, para ahli gizi, dan ahli kesehatan.
Hampir semuanya menyarankan kehidupan yang bersahaja. Hal ini tidak hanya berarti memperhatikan jumlah makanan yang dimakan tetapi juga kesadaran untuk makan makanan yang bergizi dan menyehatkan yang bisa diperoleh. Hasil baik dari gerak badan secara tetap tentu juga diakui banyak orang. Upaya yang sungguh-sungguh dalam menerapkan prinsip-prinsip ini dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang merugikan dari masyarakat modern, seperti merokok dan menyalahgunakan obat bius dan alkohol, pasti membuat anda merasa lebih sehat.
Maka masuk akal bahwa semakin baik kita merawat tubuh kita, semakin sehat kita. Dan semakin sehat kita, kemungkinan untuk hidup lebih lama akan semakin besar. Namun, tidak soal apa yang kita lakukan, jangka waktu kehidupan rata-rata tetap seperti apa yang dikatakan Alkitab, 70 atau 80 tahun. (Mazmur 90:10) Apakah ada harapan bahwa jangka waktu kehidupan ini dapat diperpanjang, dan jika demikian, untuk berapa lama?
[Kotak di hlm. 5]
BERAPA USIA ANDA?
Entah anda menyadarinya atau tidak, anda lebih tua daripada yang anda kira. Ilmu biologi memberi tahu kita bahwa pada waktu lahir, indung telur (ovarium) seorang wanita sudah berisi semua ova, atau telur, yang pernah akan ia hasilkan. Ini berarti bahwa jika ibu anda berusia 30 tahun pada saat ia mengandung anda, telur yang lambat-laun menjadi diri anda sudah berumur 30 tahun.
Hal itu mungkin tidak membuat anda merasa lebih tua, namun dari hari ke hari, anda bertambah tua. Tua atau muda, kita semua menjadi tua, dan kebanyakan dari antara kita ingin memperlambat proses tersebut—kalau bisa bahkan menghentikannya.
-
-
Berapa Lamakah Kita Dapat Hidup?Sedarlah!—1990 (No. 33) | Sedarlah!—1990 (No. 33)
-
-
Berapa Lamakah Kita Dapat Hidup?
”BANYAK ORANG yang hidup dewasa ini akan mempunyai kesempatan untuk menikmati kehidupan yang sangat panjang. Bahkan kekekalan sekarang seolah-olah tidak mustahil.”
”Jutaan yang Sekarang Hidup Tidak Akan Pernah Mati.”
Apakah perbedaan antara kedua pernyataan ini? Yang pertama adalah pernyataan dari Dr. Lawrence E. Lamb, seorang kolumnis kedokteran dan profesor, dalam bukunya Get Ready for Immortality (Bersiaplah untuk Hidup Abadi), yang diterbitkan pada tahun 1975. Yang kedua adalah judul suatu ceramah umum berikut bukunya oleh J. F. Rutherford, presiden kedua dari Lembaga Menara Pengawal. Ceramah umum tersebut pertama kali disampaikan di Los Angeles, Kalifornia, pada tahun 1918.
Dua pernyataan itu kelihatannya sama, namun, sangat berbeda dalam penalaran dan riset pendahuluan yang menghasilkan tema tersebut. Kata-kata Dr. Lamb merupakan pernyataan yang khas dari banyak orang yang disebut penganut paham kekekalan. Mereka berpendapat bahwa kemajuan dalam ilmu kedokteran, termasuk riset mengenai proses ketuaan, akan segera memecahkan misteri mengapa kita menjadi tua dan akhirnya akan menaklukkan kematian itu sendiri. Namun, tidak soal tingginya prestasi yang telah dicapai oleh sains modern dalam memperpanjang rata-rata jangka hidup dan dalam membantu banyak orang untuk menikmati kehidupan yang lebih baik, ramalan mengenai kekekalan masih tetap sampai di situ saja—suatu ramalan yang optimis.
J. F. Rutherford, sebaliknya, tidak membuat ramalan berdasarkan ilmu pengetahuan atau kedokteran. Pembahasannya berdasarkan Alkitab. Ia memperlihatkan melalui nubuat-nubuat Alkitab yang tergenap bahwa dunia umat manusia telah memasuki ”akhir zaman”. (Daniel 12:4) Kemudian ia menunjuk kepada harapan yang berdasarkan Alkitab bahwa sama seperti Nuh dan keluarganya selamat melewati akhir dunia pada zaman mereka, jutaan orang akan selamat melalui kebinasaan dunia ini dan hidup terus memasuki dunia baru yang adil-benar untuk menikmati hidup kekal dalam firdaus di bumi.—Matius 24:37-39; Wahyu 21:3, 4.
Bagi banyak dari antara hadirinnya, ceramah Rutherford sangat mengejutkan. Bahkan dewasa ini, banyak orang berpendapat bahwa ceramah mengenai kehidupan yang kekal di bumi di bawah pemerintahan Kerajaan Allah tidak realistis dan sukar untuk dipercaya. (Mazmur 37:10, 11, 29) Namun apakah keterangan Alkitab mengenai alasan kita menjadi tua dan mati benar-benar begitu sukar dipercaya? Sebenarnya, apa yang Alkitab katakan mengenai hal ini?
Diciptakan untuk Hidup, Bukan untuk Mati
Dengan logis, Alkitab dibuka dengan kisah tentang permulaan kehidupan manusia. Dalam pasal pertama dari buku Kejadian, kita membaca bahwa setelah menciptakan pasangan manusia yang pertama, ”Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ’Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’”—Kejadian 1:28.
Agar pasangan manusia yang pertama, Adam dan Hawa, dapat menjalankan tugas itu, mereka perlu hidup lama sekali, dan begitu pula keturunan mereka. Tetapi untuk berapa lama? Membaca terus dalam buku Kejadian dalam Alkitab, kita tidak menemukan jangka hidup tertentu yang ditetapkan untuk Adam dan Hawa. Sekalipun demikian, ada satu syarat yang harus mereka penuhi jika mereka ingin hidup terus. Allah berkata kepada Adam, ”Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”—Kejadian 2:17.
Jadi, kematian akan menimpa mereka hanya jika mereka tidak menaati perintah Allah. Kecuali itu, mereka mempunyai prospek untuk hidup selama-lamanya dalam Firdaus di bumi yang disebut Eden. Maka jelas, manusia diciptakan untuk hidup, bukan untuk mati.
Namun, catatan buku Kejadian selanjutnya menyatakan bahwa pasangan manusia yang pertama memilih untuk mengabaikan perintah Allah yang dinyatakan dengan jelas dan dengan demikian berbuat dosa. Haluan ketidaktaatan itu mendatangkan kutukan kematian atas mereka, dan selanjutnya atas keturunan mereka. Berabad-abad kemudian, rasul Paulus menerangkan, ”Dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.”—Roma 5:12.
Menurut hukum warisan, Adam dan Hawa hanya dapat mewariskan kepada keturunan mereka apa yang mereka sendiri miliki. Mereka telah diciptakan dengan kesanggupan untuk mewariskan kehidupan yang sempurna dan kekal kepada generasi-generasi yang akan datang. Tetapi setelah kehidupan mereka sendiri dinodai oleh dosa dan kematian, mereka tidak dapat lagi menurunkan warisan yang menakjubkan itu. Sejak itu dosa, ketidaksempurnaan, dan kematian telah menjadi bagian dari umat manusia, sekalipun banyak upaya untuk memperpanjang kehidupan.
Dalam beberapa hal, ini dapat diumpamakan seperti program komputer yang mempunyai cacat, atau mengalami gangguan. Jika gangguan tersebut tidak ditemukan dan diperbaiki, program tersebut tidak akan dapat bekerja dengan sepatutnya, dan hasilnya bisa mencelakakan. Manusia belum dapat menemukan, apalagi memperbaiki, cacat turunan yang mengakibatkan tubuh kita tidak berfungsi dengan benar, sehingga mengalami proses ketuaan dan kematian. Namun, Pencipta manusia, Allah Yehuwa, telah mengatur untuk memperbaikinya. Apa gerangan jalan keluar yang Ia sediakan?
Allah menyediakan kehidupan manusia sempurna dari Anak-Nya, Yesus Kristus, ”Adam yang akhir”, yang menggantikan Adam yang mula-mula sebagai bapa kita dan pemberi kehidupan. Oleh sebab itu, sebaliknya dari dijatuhi hukuman mati sebagai anak-anak si pedosa Adam, manusia yang taat dapat dianggap layak untuk menerima kehidupan kekal sebagai anak-anak dari ”Bapa yang Kekal” mereka, Yesus Kristus. Yesus sendiri menerangkan, ”Inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal.”—1 Korintus 15:45; Yesaya 9:5; Yohanes 3:16; 6:40.
Pada akhir pelayanannya di bumi, dalam doa kepada Bapa surgawinya, Yesus Kristus menyatakan syarat dasar untuk memperoleh pahala yang menakjubkan berupa kehidupan dengan mengatakan, ”Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”—Yohanes 17:3.
”Sepanjang Umur Pohon”
Bayangkan anda menanam benih pohon sequoia dan mengamati ini tumbuh sampai setinggi ratusan meter menjulang ke langit, menikmati pertumbuhannya sepanjang umur hidup pohon itu. Lalu bayangkan anda masih hidup ketika pohon itu mati dan menanam sebuah pohon lagi ribuan tahun kemudian, dan menikmati lagi pertumbuhan dan keindahannya.
Apakah gagasan itu realistis? Ya, karena ini berdasarkan janji dari Pencipta manusia, Allah Yehuwa, yang mengatakan, ”Umur umatKu akan sepanjang umur pohon.” (Yesaya 65:22) Janji ini membantu menjawab pertanyaan, Berapa lama manusia dapat hidup? Jawabannya adalah: terus sampai masa depan yang tidak tertentu, ya, sebenarnya untuk selamanya.—Mazmur 133:3.
Sebuah undangan sedang disampaikan sekarang, yaitu, ”’Marilah!’ Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: ’Marilah!’ Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma.” (Wahyu 22:17) Ini adalah undangan yang Allah Yehuwa sampaikan kepada semua orang berhati jujur. Undangan tersebut adalah untuk menerima manfaat dari persediaan rohani Allah untuk kehidupan kekal dalam firdaus di bumi.
Apakah anda memutuskan akan menerima undangan ini? Prospek anda untuk kehidupan yang lebih lama, kehidupan yang kekal, bergantung pada pilihan anda sekarang!
[Kotak di hlm. 7]
JANGKA WAKTU KEHIDUPAN
Orang yang lahir pada akhir dari abad ke-18 di Amerika Utara atau Eropa Barat dapat berharap untuk hidup sampai usia 35 atau 40 tahun. Dewasa ini, pria dan wanita di Amerika Serikat dapat berharap untuk hidup selama kira-kira 71 tahun untuk pria dan 78 tahun untuk wanita, dan kemajuan yang sama terdapat pula di negeri-negeri lain. Kita sudah lebih mewujudkan potensi kita untuk hidup lama. Namun apakah ada batas dari seberapa lama jangka waktu kehidupan dapat diperpanjang?
Tidak ada orang pada zaman sekarang yang pernah hidup atau diharapkan dapat hidup selama 500, 300, atau bahkan 200 tahun. Sekalipun kemajuan dalam ilmu kedokteran, jangka waktu kehidupan dewasa ini masih di bawah 80 tahun. Namun ada laporan mengenai orang-orang yang hidup sampai 140 atau bahkan 150 tahun. Dan pada zaman Alkitab, orang-orang hidup ratusan tahun lamanya. Apakah itu merupakan dongeng atau legenda belaka?
Patut diperhatikan, The New Encyclopædia Britannica menyatakan bahwa ”tepatnya berapa lama jangka waktu kehidupan manusia tidak diketahui”. Sebagaimana dijelaskan oleh artikel itu, andai kata ada orang yang hidup sampai 150 tahun, ”tidak ada alasan yang sah untuk menolak kemungkinan bahwa orang lain dapat hidup sampai 150 tahun dan satu menit. Dan jika 150 tahun dan satu menit dapat diterima, tidakkah juga demikian halnya dengan 150 tahun dan dua menit, dan seterusnya?” Artikel itu melanjutkan, ”Berdasarkan pengetahuan yang ada mengenai umur panjang, tidak ada angka yang tepat untuk jangka kehidupan manusia.”
Apa yang dapat kita simpulkan dari hal ini? Yaitu bahwa apa yang telah ditemukan oleh ilmu kedokteran mengenai proses ketuaan dan kematian didasarkan atas keadaan manusia sebagaimana yang kita lihat sekarang. Pertanyaan yang penting ialah apakah keadaan manusia memang selalu sama sejak dulu atau apakah keadaannya akan tetap sama. Janji Allah adalah, ”Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!” Dalam dunia baru yang segera datang, ”Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.”—Wahyu 21:4, 5.
[Gambar di hlm. 8, 9]
’Sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, mengalir ke luar dari takhta Allah.’—Wahyu 22:1
-