PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-2 “Nehemia”
  • Nehemia

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Nehemia
  • Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Bahan Terkait
  • Pokok-Pokok Penting Buku Nehemia
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2006
  • Buku Alkitab Nomor 16​—Nehemia
    “Segenap Alkitab Diilhamkan Allah dan Bermanfaat”
  • ”Teruslah Taklukkan Apa yang Jahat dengan Apa yang Baik”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2007
  • Nehemia, Buku
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
Lihat Lebih Banyak
Pemahaman Alkitab, Jilid 2
it-2 “Nehemia”

NEHEMIA

[Yah Menghibur].

1. Orang yang kembali bersama Zerubabel dari pembuangan di Babilon; ia mungkin seorang pemimpin.—Ezr 2:1, 2; Neh 7:7.

2. Putra Azbuk dan pembesar atas setengah distrik Bet-zur. Karena kota Bet-zur terletak di wilayah pegunungan Yehuda (Yos 15:21, 48, 58), Nehemia mungkin dari suku Yehuda. Pada tahun 455 SM, ia ikut memperbaiki tembok Yerusalem.—Neh 3:16.

3. Putra Hakalia dan saudara laki-laki Hanani; ia adalah juru minuman raja Persia, Artahsasta (Longimanus), dan belakangan ia menjadi gubernur orang-orang Yahudi, membangun kembali tembok Yerusalem, dan menulis buku Alkitab yang menyandang namanya.—Neh 1:1, 2, 11; 2:1; 5:14, 16.

Pada tahun ke-20 masa pemerintahan Raja Artahsasta, pada bulan Khislew (November-Desember), ketika berada di istana Syusyan, Nehemia menerima beberapa orang tamu, yaitu saudaranya, Hanani, serta orang-orang lain dari Yehuda. Ketika ditanyai olehnya, mereka memberi tahu dia tentang keadaan buruk orang-orang Yahudi dan bahwa tembok dan gerbang-gerbang Yerusalem masih berupa puing-puing. Mendengar hal ini, Nehemia merasa tersentuh dan menangis. Selama berhari-hari setelah itu, ia berkabung, terus berpuasa dan berdoa. Ia mengakui dosa Israel dan, atas dasar firman Allah kepada Musa (Ul 30:1-4), ia memohon kepada Yehuwa supaya ”ia mendapat belas kasihan” Raja Artahsasta, agar rencananya untuk membangun kembali tembok Yerusalem berhasil.—Neh 1.

Kemudian, pada bulan Nisan (Maret-April), doa-doa Nehemia terjawab. Raja memperhatikan bahwa muka Nehemia muram dan menanyakan penyebabnya. Nehemia pun memberi tahu raja tentang keadaan Yerusalem yang memprihatinkan. Ketika ditanya tentang apa yang hendak ia upayakan, Nehemia segera berdoa kepada Allah, dan memohon izin dari raja untuk kembali ke Yerusalem dan membangun kota itu. Permohonan itu dikabulkan. Selain itu, Nehemia mendapat surat-surat dari raja, yang memberinya hak untuk dengan bebas melewati daerah-daerah yang berada di bawah yurisdiksi para gubernur daerah di sebelah barat S. Efrat dan juga agar ia diberi kayu untuk proyek itu. Lalu, bersama para panglima pasukan militer dan penunggang-penunggang kuda, ia berangkat menuju Yerusalem.—Neh 2:1-9.

Tembok Yerusalem Dibangun Kembali. Setelah berada di Yerusalem selama tiga hari, Nehemia menginspeksi kota itu pada malam hari, tanpa sepengetahuan seorang pun kecuali beberapa orang yang menyertai dia. Hanya Nehemia yang menunggang seekor binatang, mungkin kuda atau keledai, sedangkan yang lain-lain berjalan kaki. Ada tempat yang dipenuhi dengan begitu banyak puing sehingga sulit dilewati. Tapi, Nehemia bisa menyelesaikan pemeriksaannya.—Neh 2:11-16.

Setelah peninjauan itu selesai, Nehemia mengemukakan rencananya kepada orang-orang Yahudi, dengan menarik perhatian mereka kepada campur tangan Yehuwa dalam masalah itu. Mereka pun menjadi bersemangat dan menanggapi dengan kata-kata, ”Marilah kita bangkit, dan kita akan membangun.” Meskipun diejek oleh Sanbalat, orang Horon, Tobia, orang Ammon, dan Gesyem, orang Arab, perbaikan dimulai kira-kira pada tanggal empat bulan Ab (Juli-Agustus).—Neh 2:17-20; bdk. Neh 6:15.

Seraya pekerjaan memperbaiki tembok Yerusalem mengalami kemajuan, Sanbalat dan Tobia terus menertawakan dan mencemooh proyek orang Yahudi itu. Nehemia membawakan hal ini dalam doa, ”dan hati bangsa itu terus bersemangat untuk bekerja”. Sewaktu tembok itu mencapai setengah dari tingginya, Sanbalat, Tobia, dan bangsa-bangsa tetangga memperhebat tentangan mereka, sampai-sampai berkomplot untuk memerangi Yerusalem. Nehemia berkali-kali menerima laporan tentang hal itu dari orang-orang Yahudi yang tinggal di dekat kota. Sekali lagi, Nehemia dengan sungguh-sungguh bersandar pada Yehuwa. Untuk menghadapi keadaan yang genting itu, ia mempersenjatai para pekerja, mengatur agar orang-orang lain berjaga-jaga, dan membuat sistem alarm. Nehemia bahkan tidak menanggalkan pakaiannya pada malam hari, agar ia siap bertarung andaikata penjaga memberikan tanda bahaya.—Neh 4.

Betapa pun gawatnya keadaan, hal ini tidak sampai membuat Nehemia tidak memberikan perhatian yang diperlukan kepada jerit tangis orang Yahudi. Ketika mendengar keluhan bahwa mereka ditindas karena harus membayar bunga, ia mengecam para bangsawan dan para wakil penguasa, dan mengatur suatu rapat yang besar dan setelah menyingkapkan kejahatan ini, ia memerintahkan agar keadaan ini diluruskan.—Neh 5:1-13.

Setelah itu, musuh membuat berbagai upaya untuk menghentikan pekerjaan pembangunan kembali. Empat kali mereka mencoba membujuk Nehemia agar meninggalkan proyeknya, tetapi ia memberi tahu mereka bahwa ia tidak dapat mengambil cuti dari pekerjaan besar yang sedang ia lakukan. Kemudian, Sanbalat mengirimkan sepucuk surat terbuka yang berisi tuduhan palsu dan mengusulkan agar mereka bertemu untuk berembuk. Nehemia menjawab, ”Hal-hal seperti yang kaukatakan belum pernah terjadi, tetapi dari hatimu sendiri engkau merancangnya.” Lalu Tobia dan Sanbalat mencoba siasat lain lagi, dengan membayar seorang Yahudi untuk menakut-nakuti Nehemia agar bersembunyi di dalam bait, dengan demikian menyebabkan Nehemia melakukan kesalahan. Akan tetapi, Nehemia tidak menyerah kepada rasa takut, dan pekerjaan perbaikan akhirnya selesai dengan sukses pada hari ke-25 bulan Elul (Agustus-September), hanya 52 hari setelah pekerjaan pembangunan dimulai. Meskipun demikian, Tobia terus mengirimkan surat-surat intimidasi kepada Nehemia.—Neh 6.

Setelah tembok itu rampung, Nehemia mengarahkan perhatiannya kepada pengorganisasian hamba-hamba bait. Berikutnya, ia menempatkan dua orang untuk memerintah atas kota itu, salah satunya ialah saudaranya, Hanani. Nehemia juga memberikan instruksi mengenai membuka dan menutup gerbang-gerbang kota dan penjagaan atasnya.—Neh 7:1-3.

Pendaftaran menurut Silsilah. Pada masa itu, penduduk Yerusalem hanya sedikit. Tampaknya, inilah sebabnya Allah menggerakkan hati Nehemia untuk mengumpulkan para bangsawan, para wakil penguasa, dan rakyat untuk mendaftar mereka menurut silsilah, sebab keterangan yang diperoleh dapat dijadikan dasar untuk mengambil langkah-langkah guna menambah jumlah penduduk Yerusalem. Rupanya, ketika ia sedang memikirkan masalah pendaftaran menurut silsilah ini, ia menemukan catatan tentang orang-orang yang telah kembali bersama Zerubabel dari pembuangan di Babilon.—Neh 7:4-7.

Hukum Ditaati Lagi. Mungkin, atas petunjuk Nehemia, suatu pertemuan diadakan di lapangan dekat Gerbang Air. Meskipun imam Ezra jelas mengambil pimpinan dalam memberikan pengajaran dari Hukum, Nehemia juga ikut ambil bagian dalam hal itu. (Neh 8:1-12) Selanjutnya, diadakanlah Perayaan Pondok yang berlangsung selama delapan hari. Dua hari kemudian, orang Israel berkumpul lagi. Pada pertemuan ini dibuatlah pengakuan secara umum atas dosa Israel, yang diikuti dengan pembuatan perjanjian pengakuan secara tertulis. Perjanjian pengakuan ini, atau ”pengaturan yang dapat dipercaya”, disahkan oleh para pembesar, orang Lewi, dan imam-imam. Nehemia, ”sang Tirsyata [gubernur]”, adalah yang pertama-tama mengesahkan itu dengan meterai. (Neh 8:13–10:1) Seluruh umat setuju untuk tidak menikah dengan orang asing, untuk menjalankan Sabat, dan mendukung dinas bait. Selanjutnya, satu dari setiap sepuluh orang dipilih melalui pengundian untuk menetap di Yerusalem.—Neh 10:28–11:1.

Setelah ini selesai, tembok Yerusalem diresmikan. Untuk acara ini, Nehemia menetapkan dua kelompok besar paduan suara dan arak-arakan ucapan syukur yang akan berbaris pada tembok menuju dua arah yang berlawanan. Ini dilaksanakan, dan akhirnya semua bertemu di bait untuk mempersembahkan korban. Selain itu, beberapa pria ditetapkan untuk mengawasi pengelolaan sumbangan bagi imam-imam dan orang Lewi.—Neh 12:27-47.

Kira-kira 12 tahun kemudian, pada tahun ke-32 masa pemerintahan Artahsasta, Nehemia meninggalkan Yerusalem. Ketika kembali, ia mendapati orang-orang Yahudi berada dalam keadaan memprihatinkan. Imam Besar Eliasyib telah membuat sebuah ruang makan di halaman bait untuk digunakan oleh Tobia, orang yang sebelumnya dengan sengit menentang pekerjaan Nehemia. Nehemia segera mengambil tindakan. Ia melemparkan semua perabotan Tobia ke luar ruang makan itu dan memerintahkan agar ruang makan itu ditahirkan.

Selain itu, Nehemia mengambil langkah-langkah untuk memastikan agar sumbangan bagi orang Lewi sampai ke tangan mereka dan agar Sabat dijalankan dengan saksama. Ia juga mendisiplin orang-orang yang telah memperistri wanita-wanita asing; putra-putra yang mereka peroleh melalui wanita-wanita ini bahkan tidak dapat berbicara dalam bahasa Yahudi. Ia berkata, ”Maka aku mengecam mereka, menyumpahi mereka, memukul beberapa pria dari antara mereka, mencabut rambut mereka, dan menyuruh mereka bersumpah demi Allah, ’Kamu tidak boleh memberikan putri-putrimu kepada putra-putra mereka, dan kamu tidak boleh menerima seorang pun dari antara putri-putri mereka bagi putra-putramu atau bagi dirimu sendiri.’”

Nehemia ”mengecam” orang-orang ini, tidak diragukan, dengan menegur dan menghardik mereka menurut hukum Allah, menyingkapkan tindakan mereka yang salah. Akibat perbuatan orang-orang ini, bangsa yang telah dipulihkan itu dapat kehilangan perkenan Allah, padahal Allah dengan baik hati memulangkan mereka dari Babilon untuk memulihkan ibadat sejati di Yerusalem. Nehemia ”menyumpahi mereka”, berarti ia menguraikan kembali hukuman yang disebutkan dalam hukum Allah bagi orang-orang yang melanggarnya. Ia ”memukul” mereka, mungkin bukan ia sendiri yang melakukannya, tetapi memerintahkan agar mereka didera sebagai tindakan hukum yang resmi. Ia ”mencabut (beberapa) rambut mereka”. Ini adalah lambang kemarahan yang adil-benar dan lambang perasaan terhina yang dinyatakan di hadapan orang banyak. (Bdk. Ezr 9:3.) Kemudian, Nehemia mengusir cucu Imam Besar Eliasyib, yang telah menjadi menantu Sanbalat, orang Horon itu.—Neh 13:1-28.

Nehemia, Teladan yang Sangat Bagus. Nehemia menonjol sebagai teladan yang sangat bagus dalam hal kesetiaan dan pengabdian. Ia tidak mementingkan diri, ia meninggalkan posisi penting sebagai juru minuman di istana Artahsasta untuk menangani pembangunan kembali tembok Yerusalem. Ada banyak musuh, tetapi Nehemia rela mempertaruhkan nyawanya menghadapi bahaya demi kepentingan bangsanya dan ibadat sejati. Ia tidak hanya memimpin pekerjaan perbaikan tembok Yerusalem, tetapi ia secara pribadi juga ikut bekerja dengan aktif. Ia tidak membuang waktu, berani dan tidak kenal takut, bersandar sepenuhnya pada Yehuwa, dan bertindak dengan bijaksana. Karena memiliki gairah untuk ibadat sejati, Nehemia mengenal hukum Allah dan menerapkannya. Ia ingin sekali membangun iman sesama orang Israel. Ia menunjukkan bahwa ia memiliki rasa takut yang patut akan Allah Yehuwa. Walaupun memberlakukan hukum Allah dengan bergairah, ia tidak bertindak sewenang-wenang demi kepentingan pribadi tetapi memperhatikan orang yang tertindas. Ia tidak pernah menuntut tunjangan makanan yang menjadi hak gubernur. Sebaliknya, ia menyediakan makanan untuk banyak orang atas biayanya sendiri. (Neh 5:14-19) Maka cocoklah apabila Nehemia berdoa, ”Ingatlah aku, oh, Allahku, demi kebaikan.”—Neh 13:31.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan