-
Apakah Saudara Menghargai Karunia Perkawinan?Menara Pengawal—2012 | 15 Mei
-
-
Apakah Saudara Menghargai Karunia Perkawinan?
”Semoga Yehuwa memberikan karunia kepadamu, dan kamu mendapatkan tempat istirahat, masing-masing di rumah suaminya.”—RUT 1:9.
CERMATI JAWABANNYA:
Apa buktinya bahwa hamba-hamba Allah pada zaman dahulu menghargai karunia perkawinan dari-Nya?
Bagaimana kita tahu bahwa Yehuwa menganggap serius siapa yang kita pilih sebagai teman hidup?
Nasihat Alkitab mana tentang perkawinan yang akan Saudara terapkan dalam kehidupan Saudara?
1. Bagaimana reaksi Adam ketika mendapat istri?
”INILAH akhirnya tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Dia akan disebut Wanita, karena dari pria dia diambil.” (Kej. 2:23) Kata-kata puitis ini diucapkan oleh manusia pertama, Adam. Ia sangat bahagia karena Yehuwa menciptakan istri yang cantik untuknya! Mula-mula, Allah membuatnya tertidur nyenyak, lalu mengambil salah satu tulang rusuknya dan menciptakan wanita itu. Adam menamainya Hawa. Kemudian, Allah menikahkan mereka. Karena Yehuwa menggunakan tulang rusuk Adam untuk menciptakan Hawa, mereka berdua lebih akrab daripada pasangan suami istri mana pun dewasa ini.
2. Mengapa pria dan wanita tertarik kepada satu sama lain?
2 Yehuwa menanamkan dalam diri manusia kesanggupan untuk saling mencintai, sehingga pria dan wanita bersatu menjadi suami dan istri. Kebanyakan orang yang telah menikah berharap bisa saling mencintai untuk selamanya.
MEREKA MENGHARGAI KARUNIA PERKAWINAN
3. Apa yang Abraham lakukan sewaktu mencarikan istri bagi Ishak?
3 Abraham sangat menghargai standar Yehuwa untuk perkawinan. Karena itu, ia mengutus hambanya yang tertua ke Mesopotamia untuk mencarikan istri bagi Ishak. Hamba ini berdoa meminta bantuan Yehuwa. Sebagai hasilnya, ia bertemu dengan Ribka, seorang wanita yang takut akan Allah, yang kemudian menjadi istri Ishak. Ribka ikut berperan dalam penggenapan janji Yehuwa untuk melestarikan garis keturunan Abraham. (Kej. 22:18; 24:12-14, 67) Dewasa ini, orang-orang memilih sendiri pasangan hidupnya. Meskipun kadang-kadang ada yang ingin membantu orang lain mencari pasangan hidup, ia hendaknya tidak melakukan hal itu jika tidak diminta. Selain itu, Allah tidak menjodohkan siapa pun. Namun, Ia memberikan bimbingan kepada orang Kristen dalam hal ini dan aspek kehidupan lainnya jika mereka meminta petunjuk-Nya dan mau dibimbing oleh roh-Nya.—Gal. 5:18, 25.
4, 5. Bagaimana Saudara tahu bahwa gadis Sulam dan sang gembala saling mencintai?
4 Seorang gadis Sulam yang cantik di Israel zaman dahulu tidak mau ditekan oleh teman-temannya untuk menjadi salah seorang dari banyak istri Raja Salomo. Ia mengatakan, ”Aku menyuruh kamu bersumpah, hai, putri-putri Yerusalem, agar kamu tidak berupaya membangunkan atau membangkitkan cinta dalam diriku sebelum dikehendakinya.” (Kid. 8:4) Gadis Sulam itu mencintai seorang gembala. Dengan rendah hati ia mengatakan, ”Aku hanyalah tanaman kumkuma di dataran pesisir, bunga lili di lembah-lembah.” Gembala itu pun menjawabnya, ”Bagaikan bunga lili di antara lalang berduri, demikianlah gadisku di antara anak-anak perempuan.” (Kid. 2:1, 2) Mereka benar-benar saling mencintai.
5 Karena gadis Sulam maupun sang gembala sangat mengasihi Allah, ikatan perkawinan mereka pasti akan kuat. Malah, gadis Sulam itu mengatakan kepada sang gembala kekasihnya, ”Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu; karena cinta itu sama kuatnya seperti kematian, kegigihan menuntut pengabdian yang eksklusif itu sama pantang menyerahnya seperti Syeol. Kobarannya seperti kobaran api, nyala api [dari] Yah. Air yang banyak tidak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai pun tidak dapat menghanyutkannya.” (Kid. 8:6, 7) Sewaktu mempertimbangkan untuk menikah, tidakkah sepatutnya seorang hamba Yehuwa mengharapkan komitmen yang sama dari pasangan hidupnya?
ALLAH MENGANGGAP SERIUS PILIHAN SAUDARA
6, 7. Bagaimana kita tahu bahwa Allah menganggap serius siapa yang kita pilih sebagai teman hidup?
6 Yehuwa menganggap serius siapa yang Saudara pilih sebagai teman hidup. Mengenai penduduk Kanaan, orang Israel diperintahkan, ”Jangan membentuk ikatan pernikahan dengan mereka. Jangan memberikan putrimu kepada putra mereka, dan jangan mengambil putri mereka bagi putramu; karena mereka akan membuat putramu tidak lagi mengikuti aku dan melayani allah-allah lain; dan kemarahan Yehuwa akan berkobar terhadap kamu, dan ia akan memusnahkan engkau dengan cepat.” (Ul. 7:3, 4) Berabad-abad kemudian, imam Ezra menyatakan, ”Kamu telah bertindak tidak setia karena kamu telah memberikan tempat tinggal kepada istri-istri asing sehingga menambah kesalahan Israel.” (Ezr. 10:10) Dan, rasul Paulus mengatakan kepada rekan-rekan Kristen-nya, ”Seorang istri terikat selama suaminya hidup. Namun jika suaminya tidur dalam kematian, ia bebas untuk menikah dengan siapa saja yang ia inginkan, asalkan dalam Tuan.”—1 Kor. 7:39.
7 Orang Israel pada zaman Ezra dinyatakan tidak taat karena menikahi istri-istri asing. Demikian pula, jika seorang hamba Yehuwa yang berbakti menikah dengan orang yang tidak seiman, ia tidak taat kepada Allah. Kita tidak boleh mencari dalih untuk tidak menaati perintah Alkitab yang tegas dalam hal ini. (Ezr. 10:10; 2 Kor. 6:14, 15) Seorang Kristen terbaptis yang menikah dengan orang yang tidak seiman menjadi contoh buruk bagi sidang dan tidak menghargai karunia perkawinan dari Allah. Ia bisa kehilangan hak istimewa tertentu di sidang. Dan, tentu tidak masuk akal untuk mengharapkan berkat Yehuwa sambil mengakui dalam doa, ’Yehuwa, saya memang sengaja tidak taat kepada-Mu tetapi, tolong, berkatilah saya.’
YEHUWA TAHU YANG TERBAIK
8. Mengapa kita harus mengikuti petunjuk Allah tentang perkawinan?
8 Orang yang menciptakan mesin tahu persis cara kerja mesin itu. Ia bisa memberikan petunjuk tentang cara merakitnya dengan benar. Bagaimana jika kita mengabaikan petunjuknya dan merakitnya sesuka kita? Hasilnya bisa celaka! Jadi, jika kita ingin agar perkawinan kita bahagia, kita harus mengikuti petunjuk yang diberikan Yehuwa, Pribadi yang menciptakan perkawinan.
9. Mengapa Yehuwa memberikan karunia perkawinan?
9 Yehuwa mengetahui segala sesuatu tentang manusia dan perkawinan. Ia menanamkan kebutuhan seksual dalam diri manusia agar mereka ’beranak-cucu dan bertambah banyak’. (Kej. 1:28) Allah memahami bahwa manusia bisa kesepian, sebab sebelum menciptakan wanita pertama, Ia berfirman, ”Tidak baik manusia hidup sendirian. Aku akan membuat teman yang cocok untuk membantunya.” (Kej. 2:18, Bahasa Indonesia Masa Kini) Karena itu, Yehuwa memberikan karunia perkawinan agar manusia bahagia.—Baca Amsal 5:15-18.
10. Bagaimana suami istri Kristen bisa menyenangkan Yehuwa bahkan dalam hubungan intim mereka?
10 Semua orang mewarisi dosa dan ketidaksempurnaan dari Adam, maka tidak ada perkawinan yang sempurna. Namun, hamba-hamba Yehuwa bisa menikmati kebahagiaan sejati jika mereka mengikuti Firman Allah. Misalnya, perhatikan nasihat Paulus yang jelas tentang hubungan intim dalam perkawinan. (Baca 1 Korintus 7:1-5.) Alkitab tidak mengatakan bahwa mempunyai anak adalah satu-satunya alasan untuk melakukan hubungan seksual. Keintiman itu bisa juga memenuhi kebutuhan emosi dan jasmani. Namun, Allah tentu tidak berkenan atas kebiasaan yang menyimpang. Dalam segi ini, suami dan istri Kristen harus memperlakukan satu sama lain dengan lembut dan menunjukkan kasih sayang sejati. Dan, mereka harus menghindari perbuatan yang akan membuat Yehuwa tidak senang.
11. Berkat apa yang Rut peroleh karena ia setia kepada Yehuwa?
11 Perkawinan seharusnya penuh sukacita dan tidak membuat sengsara. Rumah seorang Kristen semestinya menjadi tempat yang penuh damai. Perhatikan apa yang terjadi sekitar 3.000 tahun yang lalu. Naomi, seorang janda lansia, sedang melakukan perjalanan dari Moab ke Yehuda bersama menantu-menantunya yang juga janda, Orpa dan Rut. Naomi mendesak wanita-wanita muda itu untuk kembali ke bangsa mereka. Rut, wanita Moab itu, tetap tinggal bersama Naomi. Ia setia kepada Allah yang benar, dan mendapat ’upah yang sempurna dari Yehuwa, yang di bawah sayap-Nya ia mencari perlindungan’. (Rut 1:9; 2:12) Karena sangat menghargai karunia perkawinan dari Allah, Rut bersedia menjadi istri Boaz, seorang penyembah Yehuwa, yang usianya jauh lebih tua. Sewaktu dibangkitkan dalam dunia baru Allah kelak, ia pasti akan senang mengetahui bahwa ia telah menjadi nenek moyang Yesus Kristus. (Mat. 1:1, 5, 6; Luk. 3:23, 32) Alangkah besar berkat yang ia peroleh karena setia kepada Yehuwa!
NASIHAT AGAR PERKAWINAN SUKSES
12. Di mana kita bisa memperoleh nasihat yang baik tentang perkawinan?
12 Pencipta perkawinan memberi tahu kita bagaimana caranya agar perkawinan kita sukses. Yehuwa paling tahu tentang hal ini. Alkitab adalah satu-satunya sumber nasihat yang baik tentang perkawinan. Maka, seseorang yang memberikan nasihat harus berpaut pada standar dalam Alkitab. Sebagai contoh, rasul Paulus menulis di bawah ilham, ”Hendaklah kamu masing-masing secara perorangan juga mengasihi istrinya seperti dirinya sendiri; sebaliknya, istri harus memiliki respek yang dalam kepada suaminya.” (Ef. 5:33) Nasihat Alkitab itu begitu jelas sehingga tidak mungkin orang Kristen yang matang tidak memahaminya. Pertanyaannya adalah, Apakah mereka mau menerapkan Firman Yehuwa? Jika mereka benar-benar menghargai karunia perkawinan dari-Nya, mereka akan melakukannya.a
13. Apa akibatnya jika nasihat di 1 Petrus 3:7 tidak diikuti?
13 Suami Kristen harus memperlakukan istrinya dengan penuh kasih. Rasul Petrus menulis, ”Hai, suami-suami, tetaplah tinggal bersama mereka sesuai dengan pengetahuan, memberikan kehormatan kepada mereka karena mereka adalah bejana yang lebih lemah, yang feminin, karena kamu pun adalah ahli waris bersama mereka dari perkenan yang tidak selayaknya diperoleh berupa kehidupan, agar doa-doamu tidak terhalang.” (1 Ptr. 3:7) Doa suami bisa terhalang kalau ia tidak menerapkan nasihat Yehuwa. Hal itu bisa merusak kerohanian suami maupun istri, sehingga bisa menimbulkan stres, percekcokan, dan tindakan kekerasan.
14. Apa peran istri yang penuh kasih dalam kehidupan keluarga?
14 Seorang istri yang dibimbing oleh Firman Yehuwa dan roh kudus-Nya turut berperan untuk menjadikan rumahnya tempat yang tenang dan bahagia. Sudah sewajarnya suami yang takut akan Allah mengasihi istrinya dan melindunginya secara jasmani dan rohani. Karena mendambakan kasih suami, seorang istri tentu akan memperlihatkan sifat-sifat yang bisa membuat suaminya lebih mengasihinya. Menurut Amsal 14:1, ”Wanita yang benar-benar berhikmat membangun rumahnya, tetapi wanita yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri.” Istri yang baik dan penuh kasih sangat berperan agar keluarganya sukses dan bahagia. Ia juga menunjukkan bahwa ia benar-benar menghargai karunia perkawinan dari Allah.
15. Nasihat apa yang terdapat di Efesus 5:22-25?
15 Jika suami dan istri meniru cara Yesus memperlakukan sidangnya, mereka memperlihatkan rasa syukur atas karunia perkawinan dari Allah. (Baca Efesus 5:22-25.) Suami istri yang benar-benar saling mengasihi akan bertindak rendah hati, tidak suka mendiamkan satu sama lain, atau menunjukkan sifat buruk lainnya yang bisa merusak perkawinan mereka. Yehuwa akan memberkati pasangan seperti ini!
JANGAN ADA YANG MEMISAHKAN MEREKA
16. Mengapa ada orang Kristen yang tetap melajang?
16 Walaupun kebanyakan orang berencana menikah, beberapa hamba Yehuwa tetap melajang karena tidak dapat menemukan pasangan yang cocok di hati mereka dan di hati Yehuwa. Ada juga yang memiliki karunia kelajangan dari Allah, sehingga mereka bisa menggunakan lebih banyak waktu untuk melayani Yehuwa tanpa penyimpang perhatian. Dan, mereka pun merasa puas.—Mat. 19:10-12; 1 Kor. 7:1, 6, 7, 17.
17. (a) Apa yang Yesus katakan tentang perkawinan? (b) Jika seorang Kristen mulai mengingini suami atau istri orang lain, apa yang harus segera ia lakukan?
17 Orang Kristen yang masih lajang ataupun sudah menikah perlu mengingat kata-kata Yesus, ”Tidakkah kamu baca bahwa dia [Allah] yang menciptakan mereka sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan dan mengatakan, ’Karena alasan ini seorang pria akan meninggalkan bapaknya dan ibunya dan akan berpaut pada istrinya, dan keduanya akan menjadi satu daging’? Sehingga mereka bukan lagi dua, melainkan satu daging. Oleh karena itu, apa yang telah Allah letakkan di bawah satu kuk hendaknya tidak dipisahkan manusia.” (Mat. 19:4-6) Mengingini suami atau istri orang lain adalah dosa. (Ul. 5:21) Jika ada orang Kristen yang mulai memiliki keinginan seperti itu, ia harus mengerahkan segala upaya untuk segera menyingkirkannya, sekalipun ia harus merasakan kepedihan emosi yang besar karena telah membiarkan keinginan yang mementingkan diri itu bertumbuh. (Mat. 5:27-30) Pikiran seperti itu harus dikoreksi dan keinginan apa pun yang berdosa harus dikerat.—Yer. 17:9.
18. Bagaimana seharusnya perasaan kita terhadap karunia perkawinan dari Allah?
18 Banyak orang menghargai perkawinan walaupun mereka tidak mengenal Allah Yehuwa dan tidak tahu bahwa perkawinan adalah karunia yang menakjubkan dari-Nya. Bagaimana dengan kita? Sebagai hamba-hamba yang berbakti kepada ’Allah Yehuwa yang bahagia’, kita tentu senang menerima karunia perkawinan dari-Nya. Maka, kita akan menunjukkan penghargaan kita atas karunia itu melalui cara hidup kita.—1 Tim. 1:11.
[Catatan Kaki]
a Untuk pembahasan yang terperinci tentang perkawinan, lihat pasal 10 dan 11 buku ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”.
-
-
Tetaplah Optimis Meski Perkawinan GoyahMenara Pengawal—2012 | 15 Mei
-
-
Tetaplah Optimis Meski Perkawinan Goyah
”Kepada orang-orang yang menikah aku memberikan instruksi, namun bukan aku melainkan Tuan.”—1 KOR. 7:10.
DAPATKAH SAUDARA MENJELASKAN?
Apa maksudnya Allah menaruh suami istri di bawah satu kuk?
Bagaimana para penatua dapat membantu pasangan Kristen yang menghadapi problem perkawinan?
Bagaimana kita hendaknya memandang perkawinan?
1. Bagaimana orang Kristen memandang perkawinan? Mengapa?
SEWAKTU menikah, orang Kristen membuat ikrar di hadapan Allah, dan hal ini tidak boleh dianggap sepele. (Pkh. 5:4-6) Sebagai Pencipta perkawinan, Yehuwa telah menyatukan suami istri ”di bawah satu kuk”. (Mrk. 10:9) Di mata Allah, suami istri terikat di bawah kuk ini tidak soal apa yang diatur oleh hukum suatu negeri. Hamba-hamba Yehuwa harus memandang perkawinan sebagai sesuatu yang mengikat, tidak soal apakah sewaktu menikah mereka sudah menjadi penyembah Yehuwa atau belum.
2. Pertanyaan apa saja yang akan kita bahas dalam artikel ini?
2 Perkawinan yang sukses membuat orang sangat bahagia. Tetapi, apa yang dapat dilakukan jika perkawinan goyah? Apakah perkawinan seperti itu dapat dikuatkan lagi? Bantuan apa yang tersedia bagi suami istri yang perkawinannya bermasalah?
APAKAH AKAN BAHAGIA ATAU TIDAK?
3, 4. Apa yang bisa terjadi jika seseorang membuat keputusan yang tidak bijaksana sewaktu memilih teman hidup?
3 Jika perkawinan sukses, pasangan Kristen merasakan kebahagiaan, dan hal itu memuliakan Yehuwa. Namun, jika perkawinan gagal, pasangan itu bisa sangat sengsara. Orang Kristen yang berencana menikah bisa memulai perkawinan dengan baik jika ia mengikuti bimbingan Allah. Sebaliknya, seseorang yang membuat keputusan yang tidak bijaksana sewaktu memilih calon suami atau istri bisa menyesal dan pedih hati. Misalnya, ada anak muda yang mulai berpacaran padahal belum siap mengemban tanggung jawab kehidupan berumah tangga. Ada lagi yang mencari pasangan lewat Internet, lalu buru-buru menikah, dan tidak bahagia. Yang lain lagi melakukan dosa serius semasa berpacaran dan menikah. Tetapi, awal perkawinan mereka sudah diwarnai kurangnya respek terhadap satu sama lain.
4 Ada juga orang Kristen yang menikah tetapi tidak ”dalam Tuan” dan akibatnya menderita karena keluarga terbagi secara agama. (1 Kor. 7:39) Jika ini yang Saudara alami, berdoalah memohon pengampunan Allah dan bantuan-Nya. Ia tidak akan menyingkirkan dampak kesalahan di masa lalu, tetapi Ia akan membantu orang-orang yang bertobat untuk bertekun. (Mz. 130:1-4) Bertekadlah untuk selalu menyenangkan Dia, dan ’sukacita Yehuwa’ akan menguatkan Saudara.—Neh. 8:10.
JIKA PERKAWINAN BERMASALAH
5. Jika perkawinan tidak bahagia, pikiran apa yang harus dibuang jauh-jauh?
5 Orang yang perkawinannya tidak bahagia mungkin berpikir: ’Apakah ada gunanya menyelamatkan perkawinan ini? Andai saja aku menikahi orang lain, aku pasti lebih bahagia!’ Ia mungkin membayangkan bagaimana jika ia meninggalkan teman hidupnya dan berpikir: ’Aku mau bebas lagi! Bagaimana kalau aku bercerai saja? Meskipun tidak ada alasan berdasarkan Alkitab, aku pisah saja dan bisa menikmati hidupku lagi.’ Daripada memikirkan hal-hal itu dan membayangkan apa yang bisa terjadi, orang Kristen harus berupaya keras untuk memperbaiki situasinya dengan mencari bimbingan Allah dan menaatinya.
6. Apa maksud kata-kata Yesus di Matius 19:9?
6 Jika orang Kristen ingin bercerai, ia bisa jadi bebas atau tidak bebas menikah lagi menurut Alkitab. Yesus berkata, ”Barang siapa menceraikan istrinya, kecuali atas dasar percabulan, dan menikah dengan orang lain, berbuat zina.” (Mat. 19:9) ”Percabulan” memaksudkan perzinaan dan dosa seksual yang serius. Orang Kristen harus berdoa meminta bimbingan Allah jika ia mempertimbangkan untuk bercerai padahal teman hidupnya tidak melakukan percabulan.
7. Apa yang mungkin dipikirkan orang-orang jika perkawinan seorang Kristen gagal?
7 Perkawinan yang gagal bisa menunjukkan bahwa hubungan seseorang dengan Allah melemah. Rasul Paulus mengajukan pertanyaan serius ini, ”Jika sesungguhnya seorang pria tidak tahu bagaimana memimpin rumah tangganya sendiri, bagaimana ia akan mengurus sidang jemaat Allah?” (1 Tim. 3:5) Malah, jika suami dan istri mengaku sebagai orang Kristen, namun perkawinan mereka gagal, orang-orang akan menganggap bahwa mereka tidak menerapkan apa yang mereka ajarkan.—Rm. 2:21-24.
8. Jika orang Kristen memutuskan untuk berpisah, di mana letak kesalahannya?
8 Jika orang Kristen yang terbaptis berencana untuk berpisah atau bercerai tanpa dasar Alkitab, hubungan mereka dengan Allah pasti sedang bermasalah. Bisa jadi, salah seorang atau keduanya tidak menerapkan prinsip Alkitab. Jika mereka benar-benar ’percaya kepada Yehuwa dengan segenap hati’, mereka pasti bisa menyelamatkan perkawinan mereka.—Baca Amsal 3:5, 6.
9. Hasil baik apa yang dituai oleh orang Kristen yang berupaya menyelamatkan perkawinannya?
9 Banyak perkawinan yang tampaknya berada di ambang kehancuran ternyata bisa sukses. Orang Kristen yang tidak cepat menyerah sewaktu perkawinannya goyah sering kali menuai hasil baik. Perhatikan apa yang bisa terjadi dalam keluarga yang terbagi secara agama. Rasul Petrus menulis, ”Hai, istri-istri, tunduklah kepada suamimu, agar jika ada yang tidak taat kepada firman itu, mereka dapat dimenangkan tanpa perkataan melalui tingkah laku istri mereka, karena telah menjadi saksi mata dari tingkah lakumu yang murni yang disertai respek yang dalam.” (1 Ptr. 3:1, 2) Ya, berkat tingkah laku yang baik dari teman hidupnya, seorang suami atau istri yang tidak seiman dapat menerima kebenaran! Orang Kristen yang menyelamatkan perkawinan mereka menghormati Allah, dan seluruh keluarga mendapat manfaat.
10, 11. Problem tak terduga apa yang bisa timbul dalam perkawinan? Orang Kristen bisa yakin akan bantuan apa?
10 Banyak orang Kristen lajang memilih menikah dengan rekan seiman terbaptis karena ingin menyenangkan Yehuwa. Meskipun demikian, situasi yang tidak terduga bisa timbul. Misalnya, walaupun jarang terjadi, seorang suami atau istri bisa mengalami gangguan emosi yang berat. Atau, tidak lama setelah menikah, teman hidup menjadi penyiar tidak aktif. Sebagai contoh: Linda,a seorang Kristen yang bersemangat dan ibu yang pengasih, tidak berdaya ketika suaminya melakukan perbuatan salah dan tidak bertobat sehingga dipecat. Dalam situasi itu, seorang Kristen mungkin merasa bahwa perkawinan mereka tidak bisa diselamatkan. Apa yang harus mereka lakukan?
11 Saudara mungkin bertanya, ’Apakah aku harus terus mencoba menyelamatkan perkawinanku tidak soal apa yang terjadi?’ Tidak seorang pun dapat atau boleh membuat keputusan bagi Saudara. Namun, kita sebaiknya tidak menyerah walaupun tali perkawinan rapuh. Demi menjaga hati nuraninya tetap bersih, banyak orang Kristen bertekun meskipun perkawinannya bermasalah. Orang-orang seperti itu sangat berharga di mata Allah. (Baca 1 Petrus 2:19, 20.) Melalui Firman dan roh kudus-Nya, Yehuwa akan membantu orang Kristen yang dengan sungguh-sungguh berupaya memperkuat perkawinannya yang sudah rapuh.
MEREKA SIAP MEMBANTU
12. Bagaimana pandangan para penatua jika kita meminta bantuan mereka?
12 Jika Saudara menghadapi problem perkawinan, jangan ragu-ragu untuk meminta bantuan rohani dari orang Kristen yang matang. Para penatua adalah gembala di sidang dan mereka akan dengan senang hati mengarahkan Saudara kepada nasihat terilham dalam Alkitab. (Kis. 20:28; Yak. 5:14, 15) Jangan berpikir bahwa para penatua tidak akan merespek Saudara dan teman hidup Saudara jika Saudara meminta bantuan rohani dan membicarakan problem perkawinan yang serius dengan mereka. Mereka akan semakin mengasihi dan merespek Saudara karena mereka melihat Saudara sungguh-sungguh ingin menyenangkan Allah.
13. Nasihat apa yang terdapat di 1 Korintus 7:10-16?
13 Sewaktu membantu seorang Kristen yang teman hidupnya tidak seiman, para penatua dapat menggunakan nasihat Paulus, ”Kepada orang-orang yang menikah aku memberikan instruksi, namun bukan aku melainkan Tuan, agar seorang istri tidak pergi dari suaminya; tetapi jika ia benar-benar harus pergi, hendaklah ia tetap tidak menikah atau jika tidak, rukun kembali dengan suaminya; dan seorang suami janganlah meninggalkan istrinya. . . . Karena, hai, istri, bagaimana engkau tahu bahwa engkau tidak dapat menyelamatkan suamimu? Atau, hai, suami, bagaimana engkau tahu bahwa engkau tidak dapat menyelamatkan istrimu?” (1 Kor. 7:10-16) Benar-benar suatu berkat jika suami atau istri yang tidak seiman dapat menjadi hamba Yehuwa!
14, 15. Situasi apa saja yang membolehkan seorang istri Kristen meninggalkan suaminya? Mengapa orang Kristen perlu membawakan hal ini dalam doa dan dengan jujur memeriksa diri?
14 Situasi apa saja yang membolehkan istri Kristen untuk ’benar-benar pergi’ dan meninggalkan suaminya? Ada yang memilih untuk berpisah karena teman hidupnya dengan sengaja tidak memberikan nafkah. Ada juga yang berpisah karena penganiayaan fisik yang mengancam keselamatannya, atau teman hidup membuatnya tidak bisa beribadat.
15 Seseorang harus memutuskan sendiri apakah ia akan berpisah atau tidak. Namun, orang Kristen terbaptis hendaknya membawakan hal ini dalam doa dan dengan jujur memeriksa diri. Misalnya, apakah hanya gara-gara teman hidupnya yang tidak seiman itu ibadatnya kepada Yehuwa terganggu? Atau, apakah ia juga ikut bersalah karena melalaikan pelajaran Alkitab, perhimpunan, dan dinas pengabaran?
16. Mengapa orang Kristen hendaknya tidak buru-buru memutuskan untuk bercerai?
16 Kita hendaknya tidak buru-buru memutuskan untuk bercerai. Hubungan kita dengan Allah itu sangat bernilai, dan kita menghargai karunia perkawinan dari-Nya. Sebagai hamba Yehuwa, kita tidak ingin mendatangkan cela atas nama-Nya. Jadi, jangan sekali-kali bersiasat untuk meninggalkan teman hidup karena dalam hati ingin menikah dengan orang lain.—Yer. 17:9; Mal. 2:13-16.
17. Dalam situasi apa dapat dikatakan bahwa ”Allah telah memanggil kamu kepada kedamaian”?
17 Orang Kristen yang teman hidupnya tidak seiman hendaknya sungguh-sungguh berupaya memperkuat perkawinannya. Tetapi, jika semua upaya yang dikerahkan tidak berhasil menyelamatkan perkawinan, ia tidak perlu merasa bersalah jika teman hidupnya meninggalkan dia. ”Jika orang yang tidak percaya itu pergi, biarlah ia pergi,” kata Paulus. ”Dalam hal demikian seorang saudara atau saudari tidak terikat, tetapi Allah telah memanggil kamu kepada kedamaian.”—1 Kor. 7:15.b
BERHARAPLAH KEPADA YEHUWA
18. Sekalipun perkawinan tidak bisa diselamatkan, upaya kita bisa membuahkan hasil baik apa?
18 Sewaktu menghadapi problem perkawinan, mintalah keberanian kepada Yehuwa dan berharaplah selalu kepada-Nya. (Baca Mazmur 27:14.) Perhatikan Linda yang disebutkan tadi. Perkawinannya berakhir dengan perceraian, walaupun ia telah berupaya menyelamatkannya selama bertahun-tahun. Apakah ia merasa telah menyia-nyiakan waktunya? ”Sama sekali tidak,” katanya. ”Upaya saya memberikan kesaksian yang bagus kepada orang-orang. Hati nurani saya tetap bersih. Yang terutama, tahun-tahun itu telah membantu putri kami tetap kuat dalam kebenaran. Ia bertumbuh menjadi Saksi Yehuwa yang berbakti dan bersemangat.”
19. Apa hasilnya jika upaya dikerahkan untuk menyelamatkan perkawinan?
19 Seorang saudari bernama Marilyn bersyukur karena ia mengandalkan Allah dan mengerahkan upaya ekstra untuk menyelamatkan perkawinannya. ”Saya tergoda untuk berpisah dari suami karena ia tidak memberi nafkah dan membahayakan kerohanian saya,” katanya. ”Tetapi, suami saya pernah menjadi penatua sebelum ia terlibat bisnis yang berisiko. Ia mulai jarang berhimpun, dan kami tidak lagi berkomunikasi. Sebuah serangan teroris di kota kami membuat saya sangat ketakutan sehingga saya mengasingkan diri. Lalu, saya sadar kalau saya juga salah. Kami pun mulai saling berkomunikasi, memulai kembali pelajaran keluarga, dan teratur berhimpun. Para penatua dengan baik hati membantu. Perkawinan kami bersemi kembali. Akhirnya, suami saya memenuhi syarat lagi untuk menerima hak istimewa di sidang. Kami mendapat pelajaran pahit tetapi hasilnya membuat kami bahagia.”
20, 21. Sehubungan dengan perkawinan, apa tekad kita?
20 Entah kita masih lajang atau sudah menikah, mari kita selalu bertindak dengan berani dan berharap kepada Yehuwa. Jika kita menghadapi problem perkawinan, kita hendaknya dengan sungguh-sungguh berupaya menyelesaikannya karena orang yang dipersatukan dalam perkawinan ”bukan lagi dua, melainkan satu daging”. (Mat. 19:6) Dan, tetaplah ingat bahwa jika Saudara tidak meninggalkan teman hidup yang tidak seiman, sekalipun mengalami kesukaran, Saudara bisa menuai sukacita ketika teman hidup Saudara mau melayani Yehuwa.
21 Apa pun situasinya, kita perlu bertekad untuk selalu bertindak dengan bijaksana agar memberikan kesaksian yang baik kepada orang luar. Jika perkawinan kita bermasalah, mari kita berdoa dengan sungguh-sungguh, memeriksa motif kita dengan jujur, merenungkan prinsip Alkitab, dan meminta bantuan rohani dari para penatua. Yang terpenting, kita hendaknya bertekad untuk menyenangkan Allah Yehuwa dalam segala hal dan memperlihatkan penghargaan atas karunia-Nya yang menakjubkan berupa perkawinan.
[Catatan Kaki]
a Nama telah diubah.
b Lihat ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”, halaman 219-221; Menara Pengawal seri 54, halaman 17; The Watchtower 15 September 1975, halaman 575.
-