-
”Lihat! Budak Perempuan Yehuwa!”Tirulah Iman Mereka
-
-
PASAL TUJUH BELAS
”Lihat! Budak Perempuan Yehuwa!”
1, 2. (a) Sapaan apa yang Maria terima dari seorang tamu? (b) Dalam hal apa Maria seolah-olah sedang berada di persimpangan jalan?
MARIA melihat tamunya dengan mata penuh keheranan. Tamu itu tidak menanyakan ayah atau ibunya, tetapi datang untuk menemuinya! Maria yakin tamu itu bukan orang Nazaret. Karena kota itu kecil, kedatangan orang asing pasti langsung diketahui. Tamu ini pasti akan menarik perhatian, ke mana pun ia pergi. Ia menyapa Maria dengan sapaan yang sama sekali baru baginya, dengan mengatakan, ”Salam, hai, engkau yang sangat diperkenan, Yehuwa menyertai engkau.”—Baca Lukas 1:26-28.
2 Demikianlah Alkitab memperkenalkan Maria, putri Heli, dari kota Nazaret di Galilea. Pada waktu itu, ia seolah-olah sedang berada di persimpangan jalan. Ia sudah bertunangan dengan Yusuf si tukang kayu, yang tidak kaya tetapi beriman. Jadi, tampaknya Maria sudah merencanakan masa depannya—kehidupan yang sederhana sebagai istri yang mendukung suaminya, Yusuf, dan membesarkan anak-anak bersamanya. Namun tiba-tiba, ia berhadapan muka dengan tamu ini yang menyampaikan tugas dari Allah, suatu tanggung jawab yang akan mengubah kehidupannya.
3, 4. Untuk bisa mengenal Maria, apa yang perlu kita abaikan, dan kita perlu berfokus pada apa?
3 Saudara mungkin heran bahwa Alkitab tidak banyak bercerita tentang Maria. Hanya sedikit yang disebutkan tentang latar belakang serta kepribadiannya, sedangkan penampilannya sama sekali tidak disinggung. Namun, apa yang memang diceritakan Firman Allah tentang dirinya, sangat informatif.
4 Untuk bisa mengenal Maria, kita perlu menyingkirkan banyak konsep tentang dirinya yang diajarkan dalam berbagai agama. Jadi, marilah kita abaikan cara orang-orang menggambarkan dirinya dalam lukisan, batu pualam, atau patung. Mari kita kesampingkan juga teologi serta dogma rumit yang memberi wanita sederhana ini gelar muluk-muluk seperti ”Bunda Allah” dan ”Ratu Surga”. Sebaliknya, mari kita berfokus pada apa yang sebenarnya disingkapkan Alkitab. Hal ini memberi kita pemahaman yang berharga tentang imannya dan bagaimana itu bisa ditiru.
Kunjungan Malaikat
5. (a) Apa yang bisa kita pelajari dari reaksi Maria terhadap sapaan Gabriel? (b) Hal penting apa yang bisa kita pelajari dari teladan Maria?
5 Seperti yang mungkin Saudara ketahui, tamu Maria bukan manusia biasa. Ia adalah malaikat Gabriel. Ketika disapa dengan kata-kata ”yang sangat diperkenan”, Maria ”sangat terkejut” dan bertanya-tanya apa makna salam yang tidak lazim ini. (Luk. 1:29) Sangat diperkenan oleh siapa? Maria tidak mengharapkan untuk sangat diperkenan oleh manusia. Tetapi, sang malaikat memaksudkan perkenan Allah Yehuwa. Hal itu penting bagi Maria. Namun, ia tidak dengan sombong menganggap bahwa dirinya telah diperkenan Allah. Jika kita berupaya sungguh-sungguh untuk mendapat perkenan Allah, dan tidak dengan angkuh menganggap bahwa kita telah mendapatkannya, kita akan belajar hal penting yang Maria muda pahami dengan baik. Allah menentang orang yang angkuh, tetapi Ia mengasihi dan mendukung orang kecil dan orang yang rendah hati.—Yak. 4:6.
Maria tidak dengan sombong menganggap bahwa dirinya telah diperkenan Allah
6. Apa hak istimewa yang disampaikan sang malaikat kepada Maria?
6 Maria membutuhkan kerendahan hati demikian karena sang malaikat menyampaikan hak istimewa yang hampir tak terbayangkan. Ia menjelaskan bahwa Maria akan mengandung anak yang akan menjadi orang yang paling penting di antara semua umat manusia. Gabriel mengatakan, ”Allah Yehuwa akan memberikan kepadanya takhta Daud, bapaknya, dan ia akan berkuasa sebagai raja atas keturunan Yakub selama-lamanya, dan kerajaannya tidak akan berakhir.” (Luk. 1:32, 33) Maria tentu tahu tentang janji yang Allah buat dengan Daud lebih dari seribu tahun sebelumnya—bahwa salah seorang keturunannya akan memerintah selama-lamanya. (2 Sam. 7:12, 13) Maka, putranya akan menjadi Mesias yang selama berabad-abad telah ditunggu-tunggu umat Allah!
Malaikat Gabriel menyampaikan hak istimewa yang hampir tak terbayangkan kepada Maria
7. (a) Pertanyaan Maria menyingkapkan apa tentang dirinya? (b) Kaum muda bisa belajar apa dari Maria?
7 Yang lebih penting lagi, sang malaikat memberi tahu dia bahwa putranya akan ”disebut Putra dari Yang Mahatinggi”. Bagaimana mungkin seorang manusia biasa melahirkan Putra Allah? Sebenarnya, bagaimana mungkin Maria dapat melahirkan? Ia sudah bertunangan dengan Yusuf tetapi belum menikah dengannya. Pertanyaan ini Maria ajukan dengan kata-kata yang terus terang, ”Bagaimana hal itu bisa terjadi, karena aku tidak melakukan hubungan dengan seorang pria?” (Luk. 1:34) Perhatikan bahwa Maria berbicara tentang keperawanannya tanpa rasa malu sedikit pun. Ia justru menghargai kemurniannya. Dewasa ini, banyak anak muda tanpa pikir panjang bersedia menyerahkan keperawanan mereka dan suka mengejek orang yang mempertahankannya. Dunia sungguh telah berubah. Namun, Yehuwa tidak berubah. (Mal. 3:6) Seperti pada zaman Maria, Ia menghargai orang-orang yang berpaut pada standar moral-Nya.—Baca Ibrani 13:4.
8. Bagaimana Maria yang tidak sempurna bisa menghasilkan keturunan yang sempurna?
8 Meskipun Maria seorang hamba Allah yang setia, ia manusia yang tidak sempurna. Maka, bagaimana ia bisa melahirkan keturunan yang sempurna, yaitu Putra Allah? Gabriel menjelaskan, ”Roh kudus akan datang ke atasmu, dan kuasa Yang Mahatinggi akan menaungi engkau. Oleh karena itu, juga apa yang dilahirkan akan disebut kudus, Putra Allah.” (Luk. 1:35) Kudus berarti ”bersih”, ”murni”, ”suci”. Secara alami, manusia meneruskan keadaan mereka yang berdosa dan tidak bersih kepada keturunan mereka. Namun dalam kasus ini, Yehuwa akan melakukan mukjizat yang unik. Ia akan memindahkan kehidupan Putra-Nya dari surga ke rahim Maria lalu menggunakan tenaga aktif, atau roh kudus-Nya, untuk ”menaungi” Maria, melindungi sang anak dari noda dosa apa pun. Apakah Maria percaya akan janji malaikat itu? Bagaimana tanggapannya?
Tanggapan Maria kepada Gabriel
9. (a) Mengapa orang-orang yang skeptis salah ketika mereka meragukan kisah Maria? (b) Dengan cara apa Gabriel menguatkan iman Maria?
9 Orang-orang yang skeptis, termasuk beberapa teolog, merasa sulit untuk percaya bahwa seorang perawan bisa melahirkan anak. Meski berpendidikan tinggi, mereka tidak bisa memahami kebenaran yang sederhana. Seperti yang dikatakan Gabriel, ”bagi Allah tidak ada pernyataan yang mustahil”. (Luk. 1:37) Maria percaya bahwa Gabriel mengatakan kebenaran karena ia seorang wanita muda yang sangat beriman. Namun, iman tersebut bukan iman yang buta. Seperti siapa pun yang suka berpikir, Maria memerlukan bukti untuk dasar imannya. Gabriel siap memberikan lebih banyak bukti. Ia memberi tahu Maria tentang Elisabet, kerabatnya yang lebih tua dan yang sudah lama diketahui mandul. Allah secara mukjizat telah membuatnya bisa mengandung!
10. Mengapa kita hendaknya tidak berpikir bahwa hak istimewa yang Maria terima ini bukannya tanpa kekhawatiran atau tanpa kesukaran?
10 Nah, apa yang akan Maria lakukan? Tugas besar ini sudah di depan matanya dan ia memiliki bukti bahwa Allah akan melaksanakan semua yang telah dikatakan Gabriel. Kita hendaknya tidak berpikir bahwa hak istimewa ini bukannya tanpa kekhawatiran, tanpa kesukaran. Salah satu alasan, Maria memikirkan pertunangannya dengan Yusuf. Apakah mereka akan jadi menikah bila Yusuf tahu tentang kehamilannya? Alasan lain lagi, tugas itu sendiri tampaknya suatu tanggung jawab yang sangat berat. Ia harus mengandung kehidupan pribadi yang paling berharga di antara semua makhluk ciptaan Allah—Putra-Nya sendiri yang Ia kasihi! Maria harus mengasuhnya sewaktu ia masih bayi yang tak berdaya, dan melindunginya dalam dunia yang fasik. Benar-benar tanggung jawab yang berat!
11, 12. (a) Kadang-kadang, bagaimana reaksi dari bahkan pria-pria yang beriman dan kuat atas tugas yang sulit dari Allah? (b) Apa yang Maria tunjukkan tentang dirinya dari reaksinya kepada Gabriel?
11 Alkitab memperlihatkan bahwa bahkan pria-pria yang beriman dan kuat kadang-kadang bimbang untuk menerima tugas yang sulit dari Allah. Musa berkeberatan karena ia tidak cukup fasih berbicara untuk bertindak sebagai juru bicara Allah. (Kel. 4:10) Yeremia menolak karena ia ”hanyalah seorang anak muda”, terlalu muda untuk menerima tugas yang diberikan Allah kepadanya. (Yer. 1:6) Dan, Yunus lari dari tugasnya! (Yun. 1:3) Bagaimana dengan Maria?
12 Kata-kata sederhananya, yang mencerminkan kerendahan hati serta ketaatan, dikenal oleh banyak orang. Ia mengatakan kepada Gabriel, ”Lihat! Budak perempuan Yehuwa! Semoga itu terjadi atasku sesuai dengan pernyataanmu.” (Luk. 1:38) Seorang budak perempuan adalah hamba yang paling rendah; seluruh kehidupannya ada di tangan majikannya. Begitulah perasaan Maria tentang Majikannya, Yehuwa. Ia tahu bahwa ia aman dalam tangan-Nya, bahwa Yehuwa loyal terhadap orang-orang yang loyal terhadap-Nya, dan bahwa Allah akan memberkatinya seraya ia berupaya sebaik-baiknya memenuhi tugas yang sulit ini.—Mz. 18:25.
Maria tahu bahwa ia aman dalam tangan Allahnya yang loyal, Yehuwa
13. Jika kita merasa sulit atau bahkan mustahil untuk menjalankan permintaan Allah, bagaimana teladan Maria bisa membantu?
13 Kadang-kadang, Allah meminta kita melakukan apa yang tampaknya sulit, bahkan mustahil, di mata kita. Namun dalam Firman-Nya, Allah memberi kita banyak alasan untuk memercayai Dia, untuk menyerahkan diri kita dalam tangan-Nya, seperti yang dilakukan oleh Maria. (Ams. 3:5, 6) Bersediakah kita? Jika ya, Ia akan mengupahi kita, memberi kita alasan untuk membina iman yang lebih kuat lagi kepada-Nya.
Kunjungan kepada Elisabet
14, 15. (a) Bagaimana Yehuwa mengupahi Maria ketika ia mengunjungi Elisabet dan Zakharia? (b) Perkataan Maria yang dicatat di Lukas 1:46-55 menyingkapkan apa tentang dirinya?
14 Kata-kata Gabriel mengenai Elisabet sangat berarti bagi Maria. Dari antara semua wanita di dunia, siapa yang bisa lebih memahami situasinya daripada Elisabet? Maria bergegas pergi ke daerah pegunungan Yehuda, perjalanan yang mungkin makan waktu tiga atau empat hari. Ketika ia memasuki rumah Elisabet dan Zakharia, sang imam, Yehuwa mengupahi Maria dengan lebih banyak bukti nyata untuk memperkuat imannya. Elisabet mendengar salam Maria dan langsung merasakan bayi dalam rahimnya melompat karena gembira. Ia dipenuhi dengan roh kudus dan menyebut Maria sebagai ”ibu Tuanku”. Allah menyingkapkan kepada Elisabet bahwa putra Maria akan menjadi Tuannya, Sang Mesias. Selanjutnya, ia diilhami untuk memuji Maria karena ketaatannya yang disertai iman, dengan mengatakan, ”Berbahagialah juga ia yang percaya.” (Luk. 1:39-45) Ya, segala sesuatu yang Yehuwa janjikan kepada Maria akan menjadi kenyataan!
Persahabatan Maria dan Elisabet menjadi berkat bagi keduanya
15 Setelah itu, Maria pun berbicara. Kata-katanya dicatat dengan saksama di Alkitab. (Baca Lukas 1:46-55.) Itu adalah pernyataan Maria yang paling panjang yang dicatat dalam Alkitab, dan menyingkapkan banyak hal tentang dirinya. Sikapnya yang penuh syukur dan penghargaan terlihat sewaktu ia memuji Yehuwa karena telah memberkatinya dengan hak istimewa untuk menjadi ibu bagi Sang Mesias. Besarnya iman Maria nyata sewaktu ia berbicara tentang Yehuwa yang merendahkan orang yang angkuh dan berkuasa serta membantu orang yang rendah hati dan miskin yang berupaya melayani Dia. Kata-katanya juga menyiratkan luasnya pengetahuan Maria. Menurut sebuah perkiraan, lebih dari 20 kali ia merujuk ke Kitab-Kitab Ibrani!a
16, 17. (a) Bagaimana Maria dan putranya menunjukkan sikap baik yang juga perlu kita tiru? (b) Kunjungan Maria ke rumah Elisabet mengingatkan kita akan berkat apa?
16 Jelaslah, Maria merenungkan Firman Allah secara mendalam. Namun, ia tetap rendah hati, lebih suka menggunakan Alkitab untuk menjelaskan situasinya daripada mengemukakan pendapatnya sendiri. Putra yang saat itu bertumbuh dalam rahimnya juga akan memperlihatkan sikap yang sama, dengan mengatakan, ”Apa yang aku ajarkan bukanlah milikku, melainkan milik dia yang telah mengutus aku.” (Yoh. 7:16) Kita sebaiknya menanyai diri sendiri, ’Apakah saya juga merespek dan menghormati Firman Allah? Atau, apakah saya lebih menyukai gagasan dan ajaran saya sendiri?’ Sikap Maria sudah jelas.
17 Maria tinggal bersama Elisabet sekitar tiga bulan, dan pastilah menerima serta memberikan banyak anjuran. (Luk. 1:56) Kisah Alkitab yang menghangatkan hati ini mengingatkan kita akan pentingnya persahabatan. Jika kita mencari teman yang benar-benar mengasihi Allah kita, Yehuwa, kita pasti akan bertumbuh secara rohani dan lebih mendekat kepada-Nya. (Ams. 13:20) Akhirnya, tiba waktunya bagi Maria untuk pulang. Apa yang akan Yusuf katakan sewaktu ia tahu tentang keadaan Maria?
Maria dan Yusuf
18. Apa yang Maria ceritakan kepada Yusuf, dan bagaimana reaksi Yusuf?
18 Maria kemungkinan besar tidak menunggu sampai kehamilannya diketahui orang. Mau tidak mau ia harus berbicara kepada Yusuf. Sebelumnya, bisa jadi ia bertanya-tanya bagaimana tanggapan pria yang sopan dan takut akan Allah ini terhadap apa yang harus ia ceritakan. Meskipun begitu, ia mendekati Yusuf dan memberitahukan segala sesuatu yang telah dialaminya. Seperti yang mungkin Saudara bayangkan, Yusuf sangat bersusah hati. Ia mau memercayai gadis yang ia sayangi ini. Tetapi dari sudut pandang manusia, Maria sepertinya sudah tidak setia kepada Yusuf. Alkitab tidak pernah mengatakan apa yang tebersit dalam pikiran Yusuf. Namun, memang diceritakan bahwa ia memutuskan untuk menceraikan Maria karena kala itu pasangan yang bertunangan dianggap sudah menikah. Akan tetapi, ia tidak ingin Maria dipermalukan di hadapan umum atau dihukum, maka ia memilih untuk menceraikannya dengan diam-diam. (Mat. 1:18, 19) Maria pasti sedih melihat pria yang baik hati ini tersiksa oleh situasi ini. Namun, Maria tidak menyalahkan Yusuf ketika Yusuf tidak memercayainya.
19. Bagaimana Yehuwa membantu Yusuf melakukan apa yang benar?
19 Dengan penuh kebaikan, Yehuwa membantu Yusuf melakukan apa yang benar. Dalam mimpi, malaikat Allah memberi tahu dia bahwa kehamilan Maria memang suatu mukjizat. Hal itu pasti melegakan! Yusuf kini melakukan apa yang telah Maria lakukan sejak awal—ia bertindak selaras dengan bimbingan Yehuwa. Ia memperistri Maria dan mempersiapkan diri guna mengemban tanggung jawab unik untuk mengasuh Putra Yehuwa.—Mat. 1:20-24.
20, 21. Bagi orang yang sudah menikah dan berencana menikah, pelajaran apa yang bisa mereka ambil dari Maria dan Yusuf?
20 Orang yang sudah menikah—dan yang berencana untuk menikah—sebaiknya belajar dari pasangan muda ini yang hidup 2.000 tahun yang lalu. Ketika melihat istrinya yang masih muda memenuhi tugas dan kewajiban sebagai ibu, Yusuf pasti senang bahwa ia telah mendapat petunjuk dari malaikat Yehuwa. Yusuf tentu melihat pentingnya bersandar kepada Yehuwa sewaktu membuat keputusan penting. (Mz. 37:5; Ams. 18:13) Tidak diragukan, ia tetap berhati-hati dan pengasih sewaktu membuat berbagai keputusan sebagai kepala keluarga.
21 Di pihak lain, apa yang dapat kita simpulkan dari kesediaan Maria untuk menikah dengan Yusuf? Meskipun pada awalnya Yusuf mungkin merasa sulit memahami cerita yang disampaikan kepadanya, Maria menunggu keputusan Yusuf, karena dia akan menjadi kepala keluarga. Hal itu pastilah pelajaran yang baik bagi Maria, demikian pula bagi para wanita Kristen dewasa ini. Akhirnya, kejadian-kejadian ini kemungkinan besar mengajar Yusuf dan Maria tentang pentingnya komunikasi yang jujur dan terbuka.—Baca Amsal 15:22.
22. Apa fondasi pernikahan Yusuf dan Maria, dan kesempatan apa yang terbentang di hadapan mereka?
22 Pasangan muda ini pastilah memulai perkawinan mereka di atas fondasi yang terbaik. Mereka berdua mengasihi Allah Yehuwa di atas segalanya dan sangat ingin menyenangkan Dia dengan menjadi orang tua yang bertanggung jawab dan penuh perhatian. Tentu saja, berkat yang lebih besar menanti mereka—dan tantangan yang lebih besar juga. Di hadapan mereka terbentang kesempatan untuk membesarkan Yesus, yang akan bertumbuh menjadi tokoh terbesar yang pernah hidup di dunia.
a Dari beberapa rujukan yang ia buat, Maria sepertinya mengutip perkataan Hana, wanita beriman yang juga menerima berkat Yehuwa dalam hal memiliki anak.—Lihat kotak ”Dua Doa yang Mengesankan” di Pasal 6.
-
-
Ia Menarik ”Kesimpulan dalam Hatinya”Tirulah Iman Mereka
-
-
PASAL DELAPAN BELAS
Ia Menarik ”Kesimpulan dalam Hatinya”
1, 2. Lukiskan perjalanan Maria, dan mengapa perjalanan itu tidak terlalu nyaman baginya?
MARIA menyesuaikan posisi duduknya yang tidak nyaman. Sudah berjam-jam ia menunggangi binatang beban yang kecil itu. Di depan, Yusuf terus melangkah, menapaki jalan menuju Betlehem yang jauh. Maria sekali lagi merasakan ada yang bergerak-gerak dalam perutnya.
2 Maria sedang hamil besar; Alkitab menggambarkan dia pada saat itu dengan ungkapan ”hamil tua”. (Luk. 2:5) Seraya pasangan ini melewati ladang demi ladang, beberapa petani yang sedang membajak atau menabur bisa jadi mengangkat kepala dan heran mengapa ada wanita yang mau bepergian dalam kondisi seperti itu. Apa sebabnya Maria melakukan perjalanan yang begitu jauh dari rumahnya di Nazaret?
3. Tugas apa yang Maria terima, dan apa yang akan kita pelajari darinya?
3 Semuanya dimulai berbulan-bulan sebelumnya ketika wanita muda Yahudi ini menerima tugas yang unik dalam sepanjang sejarah manusia. Ia harus melahirkan anak yang akan menjadi Mesias, Putra Allah! (Luk. 1:35) Ketika hampir tiba saat melahirkan, ada tuntutan untuk pergi ke Betlehem. Selama perjalanan, Maria menghadapi berbagai hal yang menguji imannya. Mari kita lihat apa yang membantunya tetap kuat secara rohani.
Perjalanan ke Betlehem
4, 5. (a) Mengapa Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem? (b) Ketetapan Kaisar menggenapi nubuat apa?
4 Bukan hanya Yusuf dan Maria yang melakukan perjalanan itu. Kaisar Agustus baru saja mengeluarkan ketetapan agar orang-orang di negeri itu pulang ke daerah asal mereka untuk didaftarkan. Bagaimana Yusuf menanggapinya? Catatan itu berbunyi, ”Tentu, Yusuf juga pergi dari Galilea, dari kota Nazaret, ke Yudea, ke kota Daud yang disebut Betlehem, oleh karena ia anggota dari keturunan dan keluarga Daud.”—Luk. 2:1-4.
5 Ketetapan yang dikeluarkan Kaisar pada waktu itu bukan suatu kebetulan. Nubuat yang ditulis sekitar tujuh abad sebelumnya menyatakan bahwa Mesias akan lahir di Betlehem. Nah, kebetulan ada sebuah kota bernama Betlehem yang hanya berjarak 11 kilometer dari Nazaret. Namun, nubuat itu menyatakan bahwa dari ”Betlehem Efrata”-lah Mesias akan datang. (Baca Mikha 5:2.) Untuk sampai ke desa kecil itu dari Nazaret, orang-orang biasanya menempuh jarak sekitar 150 kilometer melalui Samaria. Ke Betlehem yang inilah Yusuf harus pergi, karena di sanalah tempat asal leluhur keluarga Raja Daud—yang juga leluhur Yusuf dan Maria.
6, 7. (a) Mengapa perjalanan ke Betlehem merupakan tantangan bagi Maria? (b) Dengan menjadi istri Yusuf, apa pengaruh hal itu terhadap keputusan Maria? (Lihat juga catatan kaki.)
6 Apakah Maria mau mendukung keputusan Yusuf untuk mematuhi ketetapan itu? Perjalanan itu akan sulit baginya. Kemungkinan besar saat itu awal musim gugur, maka hujan gerimis mungkin sering turun menjelang berakhirnya musim kering. Selain itu, Betlehem terletak di ketinggian 760 meter lebih—suatu pendakian yang cukup berat di akhir perjalanan mereka. Pendakian ini mungkin lebih lama daripada biasanya, karena mengingat kondisi Maria, mereka harus sering beristirahat. Di saat-saat seperti ini, seorang wanita muda pasti ingin tinggal di rumah saja, tempat keluarga dan teman-teman siap menolongnya jika nyeri bersalin mulai terasa. Pastilah untuk menempuh perjalanan ini, Maria harus berani.
Perjalanan ke Betlehem tidaklah mudah
7 Walau demikian, Lukas menulis bahwa Yusuf pergi ”untuk mendaftarkan diri bersama Maria”. Ia juga mencatat bahwa Maria ”telah diberikan [kepada Yusuf] sebagai istri”. (Luk. 2:4, 5) Menjadi istri Yusuf sangat memengaruhi keputusan-keputusan Maria. Ia memandang suaminya sebagai kepalanya sehubungan dengan hal-hal rohani, menerima peranan yang Allah berikan kepadanya sebagai penolong dengan mendukung keputusan suaminya.a Jadi, ia menghadapi tantangan iman ini dengan ketaatan penuh.
8. (a) Hal lain apa yang mungkin memotivasi Maria untuk pergi dengan Yusuf ke Betlehem? (b) Dalam hal apa teladan Maria menjadi inspirasi bagi orang-orang yang setia?
8 Apa lagi yang bisa jadi memotivasi Maria untuk taat? Tahukah ia nubuat tentang Betlehem sebagai tempat kelahiran Mesias? Alkitab tidak mengatakannya. Namun, kita tidak dapat menepis kemungkinan bahwa Maria tahu, karena fakta itu rupanya tidak asing di kalangan pemimpin agama dan kebanyakan orang. (Mat. 2:1-7; Yoh. 7:40-42) Maria mengenal baik Tulisan-Tulisan Kudus. (Luk. 1:46-55) Apa pun motifnya, entah Maria memutuskan untuk ikut pergi demi menaati suaminya, ketetapan pemerintah, atau nubuat Yehuwa sendiri—atau karena gabungan berbagai faktor—ia menjadi teladan yang sangat bagus. Yehuwa amat menghargai pria dan wanita yang memiliki sikap rendah hati dan taat. Dewasa ini, saat ketundukan sering menjadi salah satu sifat yang paling diremehkan, teladan Maria menjadi inspirasi bagi orang-orang yang setia di mana pun.
Kelahiran Kristus
9, 10. (a) Apa yang mungkin diingat Maria dan Yusuf seraya mendekati Betlehem? (b) Mengapa Yusuf dan Maria sampai bermalam di kandang ternak?
9 Maria pasti menarik napas lega ketika Betlehem mulai terlihat di kejauhan. Sambil mendaki lereng bukit, melewati kebun zaitun—tanaman yang terakhir dipanen—Maria dan Yusuf boleh jadi mengingat sejarah desa kecil ini. Desa ini sangat tidak berarti untuk diperhitungkan di antara kota-kota Yehuda, persis seperti kata nabi Mikha; namun, di sinilah tempat kelahiran Boaz, Naomi, dan belakangan Daud, semuanya lebih dari seribu tahun sebelumnya.
10 Maria dan Yusuf mendapati desa itu sudah penuh sesak. Orang-orang yang mau mendaftar sudah tiba lebih dahulu, sehingga mereka tidak mendapat tempat di kamar penginapan.b Tak ada lagi pilihan bagi mereka selain bermalam di kandang ternak. Kita bisa membayangkan betapa prihatinnya Yusuf melihat istrinya menderita rasa sakit yang luar biasa, yang kian menjadi-jadi. Justru di tempat seperti inilah, nyeri bersalinnya muncul.
11. (a) Mengapa para wanita di mana-mana bisa memahami apa yang Maria rasakan? (b) Dalam hal apa saja Yesus adalah ’anak sulung’?
11 Para wanita di mana-mana bisa memahami apa yang Maria rasakan. Sekitar 4.000 tahun sebelumnya, Yehuwa telah menubuatkan bahwa akibat dosa warisan, wanita akan menderita kesakitan sewaktu melahirkan. (Kej. 3:16) Tak ada bukti yang menyiratkan bahwa Maria mendapat perkecualian. Catatan Lukas dengan bijak tidak menyibak privasi seputar kondisi itu, dengan sekadar berkata, ”Dia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung.” (Luk. 2:7) Ya, ”anaknya yang sulung” telah lahir—yang sulung dari banyak anak Maria, semuanya paling tidak ada tujuh. (Mrk. 6:3) Namun, yang ini lain daripada yang lain. Anak ini bukan saja anak sulungnya melainkan ”yang sulung dari antara semua ciptaan” Yehuwa sendiri, Putra satu-satunya yang diperanakkan Allah!—Kol. 1:15.
12. Di mana Maria membaringkan bayinya, dan bagaimana faktanya berbeda dengan drama, lukisan, dan latar adegan Natal?
12 Pada saat inilah catatan itu menambahkan perincian yang terkenal, ”Dia membalutnya dengan lampin dan membaringkannya dalam sebuah palungan.” (Luk. 2:7) Drama, lukisan, dan latar adegan Natal di seluruh dunia memberikan gambaran yang terlalu sentimentil tentang situasi ini. Namun, perhatikan kenyataannya. Palungan adalah wadah makanan ternak. Keluarga ini menginap di kandang, sama sekali bukan tempat yang higienis atau bersih—baik dulu ataupun sekarang. Sebenarnya, mana ada orang tua yang mau memilih tempat seperti itu untuk melahirkan jika ada pilihan lain? Kebanyakan orang tua menginginkan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Betapa terlebih lagi Maria dan Yusuf ingin memberikan yang terbaik bagi Sang Putra Allah!
13. (a) Dengan cara apa Yusuf dan Maria memberikan yang terbaik dengan apa yang mereka miliki? (b) Bagaimana orang tua yang bijaksana dewasa ini bisa membuat prioritas seperti Yusuf dan Maria?
13 Akan tetapi, keterbatasan itu tidak membuat mereka getir; mereka sebisa-bisanya memberikan yang terbaik dengan apa yang mereka miliki. Misalnya, perhatikan bahwa Maria mengurus bayi itu, membungkusnya dengan lampin yang nyaman, lalu membaringkannya dengan hati-hati dalam palungan, memastikan agar ia tidak kedinginan dan aman. Meski khawatir akan keadaannya pada saat itu, Maria tidak mau tersimpangkan. Dia tetap berupaya memberikan yang terbaik. Dia dan Yusuf juga tahu bahwa memenuhi kebutuhan rohani anak ini merupakan hal yang paling penting yang bisa mereka lakukan. (Baca Ulangan 6:6-8.) Dewasa ini, orang tua yang bijaksana membuat prioritas serupa seraya membesarkan anak-anak mereka dalam dunia yang miskin secara rohani ini.
Kunjungan yang Membesarkan Hati
14, 15. (a) Mengapa para gembala bergegas untuk melihat bayi itu? (b) Apa yang dilakukan para gembala setelah berkunjung ke kandang ternak itu?
14 Suasana yang penuh damai itu mendadak terusik. Para gembala bergegas masuk ke kandang, ingin sekali melihat keluarga itu, khususnya sang bayi. Pria-pria ini bercerita dengan penuh semangat, wajah mereka memancarkan sukacita. Mereka bergegas datang dari lereng bukit tempat mereka tinggal bersama kambing-domba mereka.c Mereka memberitahukan pengalaman menakjubkan yang baru saja mereka alami kepada Yusuf dan Maria yang masih bingung. Tengah malam di lereng bukit, seorang malaikat tiba-tiba menampakkan diri kepada mereka. Kemuliaan Yehuwa bercahaya di sekeliling mereka, dan malaikat itu memberi tahu mereka bahwa Kristus, atau Mesias, baru saja lahir di Betlehem. Mereka akan mendapati anak itu terbaring dalam palungan, terbungkus lampin. Kemudian, terjadi sesuatu yang lebih spektakuler lagi—tampaklah berlaksa-laksa malaikat, menyanyikan kemuliaan bagi Yehuwa!—Luk. 2:8-14
15 Tidak mengherankan bahwa pria-pria yang rendah hati ini bergegas ke Betlehem! Mereka pasti terpukau melihat bayi yang baru lahir itu terbaring di sana persis seperti yang digambarkan sang malaikat. Mereka tidak menyimpan kabar baik ini bagi diri sendiri. ”Mereka memberitahukan perkataan [itu] . . . Dan semua orang yang mendengarnya heran atas perkara-perkara yang diberitahukan kepada mereka oleh gembala-gembala itu.” (Luk. 2:17, 18) Para pemimpin agama pada zaman itu memandang hina para gembala. Akan tetapi, Yehuwa pasti menghargai pria-pria yang rendah hati dan beriman ini. Namun, apa pengaruh kunjungan ini terhadap Maria?
Yehuwa pasti menghargai gembala-gembala yang rendah hati dan beriman ini
16. Bagaimana Maria menunjukkan bahwa ia pasti suka berpikir, dan apa kunci utama imannya?
16 Tenaga Maria tentu terkuras setelah perjuangannya melahirkan anak, tetapi ia mendengarkan setiap perkataan dengan penuh perhatian. Bukan itu saja, ”Maria mulai menyimpan semua perkataan ini, menarik kesimpulan dalam hatinya”. (Luk. 2:19) Wanita muda ini pasti suka berpikir. Ia tahu bahwa pesan malaikat ini sangat penting. Allahnya, Yehuwa, ingin agar dia mengetahui dan memahami identitas serta status putranya. Maka, ia tidak sekadar mendengar. Ia menyimpan perkataan itu dalam hatinya agar dapat direnungkan lagi dan lagi pada bulan-bulan serta tahun-tahun mendatang. Inilah kunci utama iman yang Maria pertunjukkan sepanjang hidupnya.—Baca Ibrani 11:1.
Maria dengan penuh perhatian mendengarkan para gembala dan menyimpan perkataan mereka dalam hatinya
17. Bagaimana kita bisa meniru teladan Maria dalam hal kebenaran rohani?
17 Maukah Saudara meniru teladan Maria? Yehuwa telah memenuhi halaman Firman-Nya dengan kebenaran rohani yang sangat penting. Akan tetapi, kalau ingin mendapat manfaatnya, pertama-tama kita harus memberikan perhatian pada kebenaran tersebut. Hal itu kita lakukan dengan membaca Alkitab secara teratur—bukan sekadar sebagai karya sastra melainkan sebagai Firman Allah terilham. (2 Tim. 3:16) Kemudian, seperti Maria, kita perlu menyimpan perkataan rohani dalam hati kita, menarik kesimpulan. Jika kita merenungkan apa yang kita baca dalam Alkitab, terus memikirkan bagaimana kita dapat lebih sepenuhnya menerapkan nasihat Yehuwa, iman kita akan mendapat cukup gizi untuk bertumbuh.
Lebih Banyak Perkataan yang Ia Simpan dalam Hatinya
18. (a) Bagaimana Maria dan Yusuf mematuhi Hukum Musa sewaktu Yesus masih bayi? (b) Persembahan yang Yusuf dan Maria berikan di bait menyingkapkan apa tentang keadaan ekonomi mereka?
18 Pada hari kedelapan, Maria dan Yusuf menyunat bayi itu sesuai dengan ketentuan Hukum Musa, dan menamainya Yesus seperti yang diperintahkan. (Luk. 1:31) Lalu, pada hari ke-40, mereka membawanya dari Betlehem ke bait di Yerusalem, yang berjarak beberapa kilometer, dan mempersembahkan korban pentahiran yang ditentukan Hukum bagi orang miskin—dua tekukur atau dua burung dara. Bahkan jika Yusuf dan Maria merasa malu karena tidak mampu mempersembahkan domba jantan dan seekor tekukur seperti orang tua lainnya, mereka menepis perasaan itu. Bagaimanapun, mereka sangat dikuatkan dengan berada di sana.—Luk. 2:21-24.
19. (a) Apa saja perkataan Simeon yang Maria simpan dalam hatinya? (b) Bagaimana reaksi Hana ketika ia melihat Yesus?
19 Seorang pria lansia bernama Simeon mendekati mereka dan memberi Maria lebih banyak perkataan untuk disimpan dalam hatinya. Pria ini mendapat janji bahwa sebelum meninggal, ia akan melihat Mesias, dan roh kudus Yehuwa menyatakan kepadanya bahwa si kecil Yesus itu adalah Juru Selamat yang dinubuatkan. Simeon juga memperingatkan Maria akan kepedihan hati yang akan ia tanggung suatu hari kelak. Dia berkata bahwa Maria akan merasa seolah-olah sebilah pedang panjang menembus dirinya. (Luk. 2:25-35) Meskipun mengisyaratkan sesuatu yang buruk, kata-kata itu bisa jadi telah membantu Maria bertekun sewaktu saat yang menyusahkan itu tiba, tiga dekade kemudian. Setelah Simeon, seorang nabiah bernama Hana melihat Yesus kecil dan mulai membicarakan dia kepada semua orang yang telah lama menanti-nantikan pembebasan Yerusalem.—Baca Lukas 2:36-38.
Maria dan Yusuf merasa sangat dikuatkan dengan berada di bait Yehuwa di Yerusalem
20. Mengapa keputusan Yusuf dan Maria untuk membawa Yesus ke bait terbukti sebagai keputusan yang bagus?
20 Alangkah bagusnya keputusan Yusuf dan Maria untuk membawa bayi mereka ke bait Yehuwa di Yerusalem! Dengan demikian, mereka memperkenalkan kepada putra mereka suatu kebiasaan seumur hidup untuk dengan setia hadir di bait Yehuwa. Di sana, mereka berbuat sebisa-bisanya sesuai dengan kesanggupan mereka dan menerima petunjuk dan dukungan moril. Maria pasti meninggalkan bait pada hari itu dengan iman yang lebih kuat, hati yang penuh dengan perkataan rohani untuk direnungkan dan diceritakan kepada orang lain.
21. Seperti Maria, bagaimana kita bisa memastikan agar iman kita semakin kuat?
21 Sungguh menyenangkan melihat para orang tua dewasa ini mengikuti teladan tersebut. Di kalangan Saksi-Saksi Yehuwa, para orang tua dengan setia membawa anak-anak mereka ke perhimpunan Kristen. Para orang tua tersebut berbuat sebisa-bisanya dalam ibadat, memberikan kata-kata anjuran kepada rekan-rekan seiman mereka. Dan, mereka pulang dengan tekad yang lebih kuat, perasaan yang lebih bahagia, dan memiliki banyak hal baik untuk diceritakan kepada orang lain. Sungguh senang dapat berkumpul bersama mereka! Seraya kita melakukannya, kita akan mendapati bahwa iman kita, seperti iman Maria, akan semakin kuat.
a Perhatikan kontras antara ayat ini dan uraian tentang perjalanan sebelumnya, ”Maria berangkat . . . dan bergegas” mengunjungi Elisabet. (Luk. 1:39) Pada waktu itu, sebagai wanita yang telah bertunangan tetapi belum menikah, Maria dapat bertindak tanpa berunding dengan Yusuf. Setelah menikah, perjalanan mereka berdua disebutkan sebagai perjalanan Yusuf, bukan Maria.
b Di kota-kota pada zaman itu, ada kebiasaan menyediakan sebuah kamar bagi para pengembara dan kafilah yang singgah.
c Fakta bahwa pada waktu itu para gembala ini tinggal di tempat terbuka bersama kambing-domba mereka meneguhkan apa yang ditunjukkan oleh kronologi Alkitab: Yesus tidak lahir pada bulan Desember sewaktu kawanan ternak dikandangkan dekat rumah, tetapi sekitar awal bulan Oktober.
-