PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w90 15/10 hlm. 21
  • Makna Warta Berita

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Makna Warta Berita
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1990
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Orang-Orang Homoseksual​—Sederajat di Hadapan Allah?
  • Risiko Darah Berlangsung Terus
  • Dinas Militer menurut Paus
  • Menyelamatkan Kehidupan Saudara dengan Darah​—Cara Bagaimana?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
  • Respek yang Saleh terhadap Darah
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1986 (s-28)
  • Apakah Homoseksualitas Dapat Dibenarkan?
    Sedarlah!—2012
  • Darah—Penting untuk Kehidupan
    Bagaimana Darah Dapat Menyelamatkan Kehidupan Anda?
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1990
w90 15/10 hlm. 21

Makna Warta Berita

Orang-Orang Homoseksual​—Sederajat di Hadapan Allah?

Di negara bagian Queensland, Australia, perilaku homoseksual​—bahkan secara pribadi dengan beberapa partner atas dasar mau sama mau​—dianggap melanggar hukum. Baru-baru ini, sebuah kelompok gereja-gereja besar di negara bagian itu menentang keras hukum tersebut; mereka menginginkan agar homoseksualitas tidak dianggap sebagai kejahatan.

Menurut surat kabar The Courier-Mail, Kelompok Keadilan Sosial dari Gereja Terpadu ini beranggotakan gereja Anglikan, Katolik Roma, Lutheran, Baptis, dan gereja Uniting serta Quakers (Perkumpulan Sahabat-Sahabat). Ketika menyatakan bahwa hukum yang menentang homoseksualitas didasarkan atas ketidaktahuan dan prasangka, kelompok itu mengatakan, ”Dukungan kami dalam masalah ini didasarkan atas keyakinan bahwa semua orang sederajat di hadapan Allah dan seharusnya sama di hadapan hukum. Kami yakin seseorang yang homoseksual tidak lebih atau tidak kurang daripada orang yang heteroseksual.”

Walaupun memang semua orang dilahirkan sederajat, bagaimana pandangan Allah tentang homoseksualitas? Dalam Alkitab, semua perilaku homoseksual dikutuk sebagai hal yang tidak wajar dan layak mendapat celaan dari Allah, yang mengakibatkan kematian. Ini tidak hanya berlaku di Israel purba tetapi juga pada zaman Kekristenan. (Imamat 18:22; Roma 1:26, 27) Kutukan tersebut jelas dan tidak perlu penafsiran, ”Orang berzinah, banci, orang pemburit . . . tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”​—1 Korintus 6:​9, 10.

Sebaliknya daripada menuntut agar homoseksualitas tidak dianggap sebagai kejahatan, umat Kristiani sejati mendesak mereka yang diperbudak oleh praktik yang mencela Allah ini agar membebaskan diri darinya dengan berpaling kepada Firman kebenaran Allah.

Risiko Darah Berlangsung Terus

Penyelidikan belakangan ini memperlihatkan bahwa ratusan kekeliruan telah dilakukan oleh Palang Merah Amerika dalam menangani darah yang tercemar. Hampir setengah dari 12 juta sampai 15 juta unit darah yang digunakan di Amerika Serikat setiap tahun disuplai oleh Palang Merah Amerika. Apabila unit darah yang dikeluarkan didapati tercemar, FDA (Administrasi Urusan Pangan dan Obat-Obatan), perwakilan dari pemerintah federal, harus diberi tahu. Namun, The New York Times menyatakan bahwa seorang inspektur federal mengemukakan bahwa Palang Merah sering lalai melakukannya. Ia menyatakan bahwa penelitian atas catatan mereka memperlihatkan bahwa 380 kejadian salah penanganan darah yang tercemar tidak pernah dilaporkan kepada pemerintah. Selanjutnya, dari 228 kasus AIDS yang bisa jadi disebabkan oleh transfusi darah, inspektur itu mendapati bahwa Palang Merah hanya melaporkan 4 kepada FDA.

Walaupun banyak orang masih menganggapnya sebagai penyelamat kehidupan, darah yang ditransfusikan menjadi penyebab kematian ribuan orang setiap tahun. Namun, para penyembah Allah yang sejati, dalam menaati hukum-hukum-Nya mengenai darah, pada waktu yang sama dilindungi dari bahaya transfusi. Allah memerintahkan, ”Janganlah engkau memakannya [darah]; engkau harus mencurahkannya ke bumi seperti air . . . supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, apabila engkau melakukan apa yang benar.”​—Ulangan 12:​23-25.

Dinas Militer menurut Paus

Tahun lalu paus berjumpa dengan lebih dari 7.000 taruna angkatan bersenjata di garnisun Cecchignola, di Roma. Pada waktu itu empat perwira muda yang mewakili garnisun mengajukan pertanyaan kepada paus apakah dinas militer selaras dengan hati nurani orang Kristiani. Secara spesifik, menurut surat kabar Kota Vatikan L’Osservatore Romano, mereka bertanya, ”Dapatkah seseorang menjadi orang Kristiani yang setia dan, pada waktu yang sama, menjadi prajurit yang setia?” Sebagai tanggapan, paus menjawab, ”Tidak ada masalah yang mendasar atau sesuatu yang tidak mungkin dalam mempersatukan panggilan Kristen dengan panggilan dinas militer. Jika kita memandang hal yang terakhir itu secara positif, ini dapat dianggap sebagai sesuatu yang indah, bermanfaat dan baik.”

Namun, apakah pandangan seperti itu selaras dengan kenetralan yang dipertahankan oleh umat Kristiani di masa awal? Dalam bukunya An Historian’s Approach to Religion, Arnold Toynbee menyebutkan kasus Maximilianus, seorang martir abad ketiga yang, ketika diancam hukuman mati oleh pengadilan Roma karena menolak dinas militer, mengatakan, ”Saya tidak mau berdinas. Kalian boleh memenggal kepala saya, tetapi saya tidak akan melayani kuasa-kuasa Dunia Ini; saya hendak melayani Allah saya.” Mengapa, walaupun pasti menghadapi kematian, ia menolak berpartisipasi dalam dinas militer? Karena ia menganggap para pengikut Yesus yang sejati ”bukan dari dunia” sebagaimana Yesus bukan bagian dari dunia. Selain itu, ia menganggap peperangan orang Kristiani adalah secara rohani, selaras dengan kata-kata Paulus, ”Kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi.”​—Yohanes 17:16; 2 Korintus 10:3, 4.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan