PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g90_No37 hlm. 4-7
  • Remaja Masa Kini—Tantangan-Tantangan yang Mereka Hadapi

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Remaja Masa Kini—Tantangan-Tantangan yang Mereka Hadapi
  • Sedarlah!—1990 (No. 37)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Revolusi dalam Keluarga
  • Kekhawatiran Ekonomi
  • Perubahan Kaidah dan Nilai Moral
  • Masa Depan Macam Apa?
  • Apa Saja Tantangannya?
    Sedarlah!—2009
  • Remaja Masa Kini—Suatu Gambaran Global
    Sedarlah!—1990 (No. 37)
  • Remaja Masa Kini—Menghadapi Tantangan Tahun 1990-an
    Sedarlah!—1990 (No. 37)
  • Kaum Remaja, Berjalanlah dengan Layak di hadapan Yehuwa
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2003
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1990 (No. 37)
g90_No37 hlm. 4-7

Remaja Masa Kini—Tantangan-Tantangan yang Mereka Hadapi

”RISET memperlihatkan bahwa masa remaja jelas termasuk masa yang paling membingungkan dan paling mendatangkan stres dalam kehidupan.” Demikian Dr. Bettie B. Youngs menulis dalam bukunya Helping Your Teenager Deal With Stress (Membantu Anak Remaja Anda Mengatasi Stres). Di masa lampau, kaum remaja sudah cukup sibuk oleh karena kemudaan mereka. Namun, dewasa ini, mereka harus menghadapi kerja keras pradewasa dan tekanan-tekanan hidup orang dewasa yang berat di tahun 1990-an.

Dr. Herbert Friedman menulis dalam majalah World Health, ”Peralihan dari keadaan anak menuju dewasa, tidak pernah terjadi dalam masa perubahan yang begitu dramatis, seperti peningkatan yang luar biasa dalam hal penduduk dunia, cepatnya urbanisasi yang menyertai hal itu, dan revolusi-revolusi teknologi dalam komunikasi dan perjalanan yang dalam waktu hampir sekejap menciptakan keadaan-keadaan yang sebelumnya tidak pernah ditemui.”

Maka seorang gadis remaja bernama Kathy mengatakan, ”Sulit sekali bertumbuh dewasa dalam waktu seperti masa kami hidup ini.” Kecanduan obat bius, bunuh diri, penyalahgunaan alkohol—hal-hal ini merupakan reaksi beberapa remaja terhadap tekanan-tekanan dan ketegangan akibat ”masa yang sukar”.—2 Timotius 3:1.

Revolusi dalam Keluarga

Dr. Youngs mengingat kembali, ”Orang-tua kami mempunyai waktu untuk kami. Banyak dari antara kami mempunyai ibu yang membuat pekerjaan membesarkan anak sebagai karir sepenuh waktu.” Namun dewasa ini, ”banyak wanita tidak dapat atau lebih suka tidak tinggal di rumah dan mendidik anak-anak mereka sepenuh waktu. Mereka bekerja dan harus mempertahankan karir dan keluarga. Tidak ada cukup waktu dalam satu hari; sesuatu harus diabaikan. Terlalu sering, yang diabaikan adalah waktu dan dukungan yang orang-tua dapat berikan kepada anak mereka. Selama masa yang paling peka dalam kehidupan, anak-anak remaja dibiarkan sendirian untuk mengatasi perubahan-perubahan fisik, mental dan emosi”.—Helping Your Teenager Deal With Stress.

Pada tahun-tahun 1990-an pasti akan terlihat struktur keluarga yang berubah secara dramatis akibat perceraian (50 persen dari perkawinan di Amerika Serikat berakhir dengan perceraian), kelahiran yang tidak sah, dan kecenderungan yang terus bertumbuh bagi pasangan-pasangan untuk hidup bersama tanpa menikah. Dewasa ini kira-kira 1 dari setiap 4 keluarga di Amerika Serikat dipimpin oleh orang-tua tunggal. Semakin banyak jumlah keluarga tiri yang terbentuk karena perkawinan kembali.

Apakah anak-anak dalam struktur keluarga demikian menanggung risiko kerusakan secara emosi atau secara psikologis? Beberapa orang menyatakan, misalnya, bahwa anak-anak dalam keluarga orang-tua tunggal lebih cenderung mengalami kesepian, kesedihan, dan ketidakamanan daripada anak-anak muda yang dibesarkan dalam keluarga tradisional. Memang, banyak keluarga yang berorang-tua tunggal dan keluarga tiri berfungsi tanpa kerugian yang mencolok bagi anak-anak. Namun, Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa Allah bermaksud agar anak-anak dibesarkan oleh dua orang-tua. (Efesus 6:1, 2) Sesuatu yang berbeda dengan situasi ideal ini pasti akan menimbulkan stres dan ketegangan tambahan.

Suatu revolusi dalam kehidupan keluarga juga berlangsung di banyak negeri berkembang. Di sana, struktur tradisional adalah keluarga besar, di mana semua anggota keluarga yang sudah dewasa ikut berperan membesarkan anak-anak. Urbanisasi dan industrialisasi dengan cepat memutuskan ikatan keluarga besar—dan aliran dukungan yang dibutuhkan oleh anak-anak muda.

Seorang wanita muda Afrika menulis, ”Tidak ada bibi atau sanak keluarga lainnya yang menasihati saya mengenai apa artinya bertumbuh dewasa. Para orang-tua mengharapkan agar pokok ini dibahas di sekolah—dan sekolah mengandalkan orang-tua untuk membahasnya. Pengertian bahwa anak-anak adalah kepunyaan masyarakat sudah tidak ada lagi.”a

Kekhawatiran Ekonomi

Kaum muda juga banyak mengkhawatirkan keadaan ekonomi dunia yang memburuk. Sebenarnya, 4 dari 5 remaja tinggal di negara berkembang dan menghadapi prospek kemiskinan seumur hidup dan pengangguran. Luv, penduduk India, yang berumur 17 tahun mengatakan, ”Di kalangan remaja di negeri kami, pada saat ini ada banyak pengangguran, jadi apakah mengherankan jika anak-anak muda menjadi sakit dan tidak bahagia, menjadi korban kejahatan, lari dari rumah atau bahkan bunuh diri?”

Remaja di negeri-negeri Barat yang kaya mempunyai rasa khawatir tersendiri mengenai uang. Misalnya, sebuah survai remaja A.S. melaporkan dalam majalah Children Today, ”Pada waktu ditanyai mengenai pokok khusus yang menyangkut mereka, para remaja cenderung untuk menyebutkan pokok-pokok mengenai keuangan dan masa depan.” Di antara sepuluh hal yang paling diprihatinkan para remaja adalah ”membiayai pendidikan tinggi”, ”negara yang sedang menuju depresi [ekonomi]”, dan ”penghasilan tidak cukup”.

Namun, sangat ironis, beberapa pakar percaya bahwa bahkan para remaja yang tidak kekurangan akan menderita pada akhirnya. Majalah Newsweek mengamati, ”Pada tahun 80-an, tiga dari empat murid kelas terakhir di S.M.A. [A.S.] bekerja 18 jam seminggu dan sering membawa pulang $200 sebulan”—uang saku yang barangkali lebih banyak daripada yang pernah dimiliki orang-tua mereka dahulu! Diperkirakan, ”penghasilan ini segera dibelanjakan untuk mobil, pakaian, stereo dan barang-barang lain bagi kenyamanan hidup remaja”.

Penulis Bruce Baldwin mencatat bahwa para remaja demikian ”bertumbuh dewasa dengan banyak pengharapan . . . bahwa kehidupan yang nyaman akan selalu tersedia bagi mereka tidak soal mereka mengembangkan rasa tanggung jawab pribadi dan motivasi untuk meraih hal-hal itu ataupun tidak”. Namun mereka akan ”menyadari kenyataan yang mengagetkan ketika mereka meninggalkan rumah. Keadaan rumah yang teratur sebenarnya begitu jauh dari hal-hal yang sebenarnya diharapkan dalam pasar dan dari tuntutan fungsi sebagai orang dewasa sehingga mereka mungkin mengalami sesuatu yang hampir sama dengan kejutan budaya (cultural shock)”.

Perubahan Kaidah dan Nilai Moral

Perubahan-perubahan yang dramatis dalam norma-norma moral dan nilai-nilai lain juga merupakan sumber kebingungan di kalangan kaum muda. ”Seks . . . pada masa muda nenek saya merupakan kata yang tidak pernah terdengar,” kata Ramani, seorang wanita muda dari Sri Langka. ”Seks dalam perkawinan tidak dibicarakan, bahkan tidak dalam keluarga atau dengan dokter, dan seks di luar perkawinan sama sekali tidak ada.” Namun, tabu-tabu kuno sudah tidak ada lagi. ”Seks remaja sudah praktis merupakan gaya kehidupan,” tuturnya.

Maka tidak heran, pada waktu sebuah survai dilakukan atas 510 murid sekolah menengah di Amerika Serikat, urutan kedua yang mengkhawatirkan mereka adalah ”bahwa mereka mungkin terkena AIDS”! Namun sekarang setelah pintu ”moralitas baru” terbuka lebar, rupanya tidak banyak remaja bersedia berbicara serius untuk menutupnya dengan mempraktikkan monogami—apalagi menunggu sampai perkawinan. Sebagaimana seorang remaja Perancis bertanya, ”Pada usia kami, dapatkah kami berjanji setia seumur hidup?” Maka AIDS dan penyakit kelamin menular lainnya akan terus mengancam kehidupan dan kesehatan banyak remaja.

Masa Depan Macam Apa?

Kaum muda merasakan kekhawatiran lain yang terus mengganggu. Kemungkinan untuk mewarisi bumi yang rusak—atmosfernya yang kehabisan ozon, temperaturnya yang membubung tinggi karena pengaruh rumah kaca, hutannya yang lebat menjadi gundul, udara serta airnya yang kurang baik untuk dihirup dan diminum—mengkhawatirkan banyak remaja. Sekalipun agak berkurang sekarang, ancaman perang nuklir membuat beberapa orang bertanya-tanya apakah umat manusia bahkan akan mempunyai suatu masa depan!

Maka jelaslah bahwa kaum muda dewasa ini menghadapi tantangan yang luar biasa besar. Tanpa bantuan, pengarahan, dan bimbingan, kebahagiaan mereka sekarang dan di masa depan dipertaruhkan. Dan tanpa harapan untuk masa depan, rasa aman tidak akan dapat diperoleh. Untunglah, bantuan bagi remaja masa kini sudah tersedia.

[Catatan Kaki]

a Kutipan ini dan kutipan-kutipan lain dari pernyataan kaum remaja di negara-negara berkembang diambil dari majalah World Health terbitan bulan Maret tahun 1989.

[Gambar di hlm. 6]

Terpecah-belahnya keluarga karena perceraian dan perpisahan telah membuat banyak remaja kehilangan dukungan orang-tua yang mereka butuhkan

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan