PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Timbul dan Tenggelamnya Setanisme
    Sedarlah!—1994 | 8 September
    • Timbul dan Tenggelamnya Setanisme

      Upacara Setanisme dilaksanakan oleh imam-imam berjubah hitam di ruangan bawah tanah yang gelap, sambil menyenandungkan doa-doa di hadapan korban yang diikat di atas altar, dengan cahaya lilin yang berkelap-kelip membiaskan bayangan yang menyeramkan di dinding seraya pemujaan kepada allah mereka, Setan, berlangsung. Dipersatukan oleh pengetahuan rahasia tentang beberapa gabungan misteri dengan sentuhan supernatural, para pengikutnya yang berusia muda pada petualangan dalam ilmu gaib ini menyukai suasana penuh getaran pesona. Mereka mendekati altar dengan perasaan aneh berupa kebanggaan pribadi.

      Apakah ini hanya sekadar mode yang tidak berbahaya, yang sebentar lagi akan hilang? Ataukah ini suatu kejahatan yang dilakukan hantu-hantu yang menyebar dalam masyarakat dewasa ini?

      BANYAK yang telah ditulis di berbagai surat kabar, majalah, dan buku tentang praktek-praktek yang mengerikan dari kultus setanik. Perincian kegiatan yang meluas dari kelompok-kelompok setanisme yang sadis telah ditayangkan di televisi dan radio nasional. Itu telah menjadi masalah utama kepolisian di kota-kota besar maupun kecil di Amerika, Eropa, dan Kanada.

      Setanisme memiliki daya tarik istimewa bagi anak muda zaman sekarang. Pendiri Church of Satan (Gereja Setan) menjelaskan alasannya, seperti dilaporkan dalam majalah ’Teen edisi Juni 1993, ”Sebaliknya daripada menyuruh para anggota menekan dorongan alami mereka, kami mengajarkan agar mereka hendaknya menuruti dorongan itu. Ini termasuk nafsu berahi, keinginan untuk balas dendam, dorongan kuat untuk mendapatkan harta materi.”

      Betapa Setan pasti merasa senang dengan ideologi yang diilhami dengan kejam ini karena itu bertentangan dengan prinsip-prinsip Kristen yang diilhami Allah!

      Setanisme sedang naik daun. Ajaran ini kian menjadi ancaman, namun kemusnahan ajaran ini sudah dekat. Ilahnya sudah mendapat vonis hukuman mati. Begitulah jadinya dunia Setan dan para pendukungnya, mengingat ”seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat”. (1 Yohanes 5:19; Roma 6:16)

  • Kaum Muda Zaman Sekarang​—Mangsa Empuk Setanisme?
    Sedarlah!—1994 | 8 September
    • Kaum Muda Zaman Sekarang​—Mangsa Empuk Setanisme?

      ”PEMUJAAN Setan meluas di kalangan anak muda,” demikian laporan sebuah surat kabar Finlandia tertanggal 27 Februari 1993. Menurut informasi yang didapatkan kepolisian di Tampere, Finlandia, para penjahat yang terlibat perdagangan obat bius sedang menyeret anak muda, khususnya remaja putri, ke dalam pemujaan setan. Dalam banyak kasus, para korban dan anggota baru ini adalah anak-anak berusia 10 hingga 15 tahun. ”Pemujaan Setan telah menemukan lahan subur di kalangan remaja belia masa kini,” demikian laporan surat kabar tersebut.

      ”Si pendatang baru, pemujaan Setan, bukan hanya gejala setempat (di Finlandia),” demikian peringatan surat kabar tersebut. ”Misalnya, majalah Star di Johannesburg Afrika Selatan baru-baru ini memperingatkan bahwa pemujaan Setan memikat anak muda berkulit putih yang kaya di negeri ini.” Sesungguhnya, pemujaan setan merupakan momok internasional bagi orang-tua maupun anak-anak.

      Pada dasarnya, Setanisme dengan tipu daya menjanjikan bahwa kita akan mendapat banyak dengan pengorbanan yang sangat kecil. ”Sembahlah iblis; lakukan pekerjaannya yang bejat, dan sebagai imbalannya, ia akan memberikan apa saja yang kamu inginkan. Dan itulah alasannya beberapa anak mendapati Setanisme sangat menarik,” demikian penjelasan majalah ’Teen.

      ”Saya percaya bahwa kita harus menjalani kehidupan sepuas-puasnya,” kata seorang remaja belia yang mengaku sebagai anggota sebuah kelompok setanik. ”Saya melihat dua kekuatan di alam: baik dan jahat. Semua hal yang orang katakan jahat, adalah hal-hal yang membuat kita senang. Dosa membawa kepuasan emosi, fisik dan mental,” katanya.

      Sewaktu seorang detektif sekaligus pakar kultus setanik di Denver, Kolorado, AS, ditanya mengapa ia berpikir kaum remaja kelihatannya gampang tergoda Setanisme, ia menjawab, ”Saya tidak akan pernah lupa apa yang dikatakan seorang remaja penganut Setanisme kepada saya. Ia berkata, ’Apa gunanya hidup? Kita akan hidup untuk hari ini dan berbuat semau kita. Tidak ada masa depan.’”

      Dr. Khalil Ahmad, direktur pelayanan remaja di Rumah Sakit Nova Scotia di Dartmouth, Kanada, mengemukakan pendapatnya sehubungan daya tarik Setanisme. ”Kaum remaja mencari-cari kesenangan. Anak-anak yang lemah, sering kali yang selalu gagal, tertarik pada [setanisme]. Itu memberi mereka perasaan semu akan kekuasaan.”

      Seorang polisi yang terkenal sekaligus detektif di San Francisco yang berwenang atas Setanisme mengulas permasalahannya, ”Dunia kita merupakan tempat yang apatis. Kita lebih prihatin terhadap diri sendiri daripada terhadap satu sama lain. Kita hidup dalam masyarakat yang kejam dan negatif. Anak-anak menganggap hal itu sebagai jalan hidup yang normal dan sebagai akibatnya mereka terjerumus ke dalam Setanisme.”

      Seberapa dalam keterlibatan anak-anak zaman sekarang dalam Setanisme? ”Anak-anak membunuh diri sendiri dan teman-teman mereka. Ini benar-benar masalah bagi kita,” demikian peringatan Larry Jones, letnan di kepolisian Boise, Idaho, AS, sekaligus presiden dari Cult Crime Impact Network (Jaringan Penyelidik Dampak Kejahatan Kultus, sebuah organisasi milik Susunan Kristen, red). Seorang petugas polisi lainnya dari negara bagian Illinois, yang melacak Setanisme sehubungan jabatannya sebagai polisi pembimbing untuk siswa sekolah menengah umum, mengatakan bahwa 90 persen anak muda yang mencoba-coba pemujaan iblis terlibat karena pemujaan itu sedang menjadi mode, namun 10 persen ”terjerumus di dalamnya, dan terlibat semakin dalam”.

      Sebuah surat kabar sekolah di Brooklyn, New York, School News Nationwide, edisi Januari-Februari-Maret 1994, pada rubrik ”Agama”, memuat artikel berjudul ”Mengapa Setanisme Menarik Bagi Remaja”. Di situ dilaporkan, ”Setelah dua anak lelaki berkelahi di kantin sekolah, si pemenang melompat dan tangannya membuat tanda salut yang aneh, berupa kepalan dengan telunjuk dan kelingking yang mengacung. Guru kesenian tidak habis pikir mengapa begitu banyak anak membuat gambar yang menyeramkan berupa manusia berkepala kambing. Dan buku-buku tentang ilmu gaib selalu hilang dari perpustakaan sekolah.

      ”Sebenarnya, anak-anak sedang bermain-main dengan kekuatan, pesona, dan misteri Setanisme. Bagi sebagian besar anak, itu menyenangkan dan menggairahkan. Bagi beberapa anak, itu serius—bahkan memautkan bagi Lloyd Gamble yang berusia 17 tahun—yang kehilangan nyawanya dalam suatu pengorbanan setanik.

      ”Setelah kematian Lloyd dan penangkapan adik lelakinya yang berusia 15 tahun atas tuduhan pembunuhan tersebut, orang-orang dewasa di distrik Monroe belajar mengenal tanda-tanda yang sebelumnya misterius: isyarat tangan yang adalah ’tanda iblis’, gambar kepala kambing dan buku yang memuaskan imajinasi remaja, upacara-upacara dan mantra-mantra.”

      Laporan terus berdatangan tentang anak-anak berusia belasan dan di bawah usia belasan tahun yang membunuh orang-tua mereka dan anggota keluarga mereka karena pemujaan Setan. Anak-anak telah dibunuh oleh anak lain dalam perbuatan semacam itu. Sebagaimana halnya penganut Setanisme dewasa, anak-anak telah menganiaya dan membunuh binatang. Binatang peliharaan keluarga telah dikorbankan di atas altar dalam suatu upacara setan. Tak terhitung banyaknya pembantaian yang dilakukan anak-anak yang menganut kepercayaan dari pemujaan Iblis.

      Apakah anak-anak dalam contoh-contoh di atas sekadar bermain-main dengan Setanisme? Apakah orang-orang yang sangat terlibat dalam pemujaan Iblis hanya sedikit, dan jarang? Tidak demikian, itulah jawaban mereka yang telah menyelidiki orang-orang yang mempraktekkan ilmu gaib ini. David Toma, mantan detektif kriminal yang kini menjadi penceramah bagi kaum remaja, mengatakan bahwa di setiap sekolah tempat ia berceramah, ia mengajukan pertanyaan yang sama, ”Berapa banyak dari antara kalian yang mengenal seseorang atau pernah mendengar tentang seseorang yang terlibat dalam praktek-praktek Setanisme?” Ia memperkirakan bahwa ”sepertiga siswa mengacungkan tangan”.

      Menurut Shane Westhoelter, presiden National Information Network, dari 30 hingga 40 persen siswa sekolah menengah umum terlibat dalam beberapa bentuk ilmu gaib. Selain itu, Westhoelter menyatakan bahwa hingga 70 persen dari seluruh kejahatan yang dilakukan para remaja di bawah usia 17 tahun dimotivasi oleh keterlibatan dalam ilmu gaib.

      [Blurb di hlm. 18]

      Pemujaan Setan telah menemukan lahan subur di kalangan kaum remaja zaman sekarang

  • Primadona Setanisme—Obat Bius dan Musik Heavy-Metal
    Sedarlah!—1994 | 8 September
    • Primadona Setanisme—Obat Bius dan Musik Heavy-Metal

      CARL A. RASCHKE, direktur Institut Humaniora dari Universitas Denver, menulis, ”Bukan suatu kebetulan bahwa obat bius, [musik] heavy metal, kebrutalan, dan kejahatan seksual telah menjadi lambang yang mengerikan yang membawa manusia kepada kehancuran seraya kita memasuki dekade ketiga dari Zaman Setan.” Ia juga mengatakan, ”Orang bilang musik rok heavy metal merupakan ciri khas Setanisme sebagaimana halnya lagu gerejani untuk kekristenan. Sangat sedikit orang ditobatkan ke dalam kekristenan hanya karena mendengarkan lagu-lagu gerejani di radio. Tetapi, musik heavy metal merupakan faktor pendorong yang amat kuat. Hal ini membenarkan kegiatan menjijikkan yang telah dilakukan anak-anak.”

      Ini adalah dakwaan kuat terhadap anggapan begitu banyak remaja zaman sekarang sebagai hiburan yang normal atas kekhawatiran hidup—musik heavy metal dan obat bius. Apakah tuduhan ini benar? Mungkinkah obat bius dan musik heavy metal merupakan gejala Setanisme? Pertimbangkan komentar mereka yang pernah berhadapan dengan kekejaman para pemuja setan dan mereka yang pernah menyelidikinya.

      ”Mungkin tidak terlalu mengejutkan, pesan yang menggebu-gebu dari musik heavy metal adalah ’religius’—dalam arti bahwa itu memproklamirkan kuasa yang lebih tinggi yang mengawasi alam semesta. Akan tetapi, kuasa itu bukanlah Allah,” tulis Raschke, dalam bukunya Painted Black. ”Itu . . . direkayasa oleh Archfiend sendiri.” Selain itu, ia mengatakan, ”Kekuasaan dan kekejaman setanik merupakan sesuatu yang terhadapnya anak-anak muda yang putus harapan, dan dengan hati nurani yang bantut, dapat dengan mudah terjerumus. . . . Kaum muda yang mempunyai banyak masalah dan dianiaya, melalui pengalaman pahit yang terpatri sejak masa kanak-kanak, percaya bahwa Kuasa Tertinggi pastilah bersifat jahat. Heavy metal meneguhkan ’teologi’ ini dan menuangkannya ke dalam musik.”

      Menurut Dr. Paul King dari Universitas Tennessee, yang memberikan pernyataan di hadapan Senat Amerika Serikat tentang musik heavy metal, musik pilihan sejumlah besar anak muda yang gelisah adalah yang mengandung ”tema yang tidak wajar yaitu kekejaman, kebencian, pemberontakan, hubungan seksual yang tidak sopan, penganiayaan terhadap wanita, dan pemuliaan Setan. Apabila gaya hidup seorang remaja melibatkan obat bius, musik ini bahkan semakin menjadi pilihan”. Musik heavy metal memuja dan mengagungkan kuasa kejahatan, kata King. Dalam musik heavy metal, ”perbuatan-perbuatan jahat dimuliakan pada tingkat tertinggi baru pada konser-konser”, katanya.

      Pertimbangkan akibat dari pesan yang jelas-jelas disampaikan oleh musik heavy metal dalam hal-hal berikut ini.

      Tahun lalu di New Jersey, AS, dua anak lelaki berusia 15 tahun secara brutal membunuh binatang peliharaan suatu keluarga, seekor anjing Labrador bernama Princess. ”Ia dijadikan korban bagi Setan,” demikian pernyataan mereka. Mereka mengikat anjing tersebut dengan rantai, menendanginya sampai mati, menarik lidahnya sampai putus, dan menggunakannya dalam upacara setanik. Mereka memantek bangkai anjing yang sudah dianiaya tersebut pada gantungan logam yang besar, dan menggantungkannya di pekarangan rumah tetangga. Lambang-lambang Setanik ditemukan pada kepala anjing tersebut, dan sebuah pentagram (lingkaran yang di dalamnya terdapat bintang bersegi lima​—suatu simbol Setanik) terukir di tanah di bawah bangkai anjing itu. Pada malam pembunuhan itu, mereka mendengarkan Deicide (yang artinya pembunuhan atas Allah), sebuah kelompok musik death-metal, yang penyanyi utamanya dengan sombong mengaku suka menyiksa dan membunuh binatang.

      Di Kalifornia, dua remaja yang sedang berpacaran, yang menurut teman-temannya, terobsesi dengan pemujaan Setan, dengan buas membunuh ibu si remaja putri dengan menikaminya dan memukulinya dengan kunci inggris. Di lingkungan yang sama, anak muda lainnya memanjatkan doa kepada Setan dan kemudian menembak ayahnya sampai mati. Polisi yang menyelidiki kasus kejahatan ini merasa yakin bahwa musik heavy metal adalah biang keladinya. ”Pada dasarnya, musik itu mengajarkan bahwa Anda tidak perlu mendengarkan orang-tua, dan Anda seharusnya hidup sesuka hati,” kata seorang pejabat kepolisian.

      Di Inggris, korban-korban dari pemerkosaan beruntun oleh anggota-anggota geng melaporkan kepada polisi bahwa salah seorang pemerkosa mempunyai tato lambang sebuah kelompok musik heavy metal yang liriknya mengandung pesan pemerkosaan dan kekejaman.

      Di Arkansas, AS, seorang remaja di daerah pinggiran berupaya membunuh orang-tuanya dengan memukuli mereka menggunakan pentung kemudian menyayat mereka dengan pisau daging. Polisi menemukan di dalam audio-tape-nya sebuah kaset yang siap memutar lagu dari sebuah kelompok musik heavy metal berjudul ”Altar Pengorbanan”, yang liriknya melengking nyaring, ”Imam besar menunggu, belati sudah di tangan, menumpahkan darah perawan yang murni. Pembantaian Setan, upacara kematian, jawablah setiap perintahnya. Masukilah dunia Setan . . . Pelajarilah kata-kata pujian yang suci, ’Hail Setan’.”

      Mengenai lengkingan lirik lagu-lagu lain yang dinyanyikan para anggota kelompok musik heavy metal—sering kali turut dinyanyikan penggemar mereka di konser-konser yang luar biasa liar, atau didengarkan melalui kaset audio selama berjam-jam​—apa pengaruh pesan-pesan demikian terhadap anak muda yang polos ini? Misalnya, pertimbangkan lirik ini, ”Setan majikan kita dalam kubangan kejahatan membimbing setiap langkah awal kita,” dan ”Cucurkanlah darahmu, dan biarlah mengalir kepadaku. Sambutlah tanganku dan serahkan kehidupanmu . . . Kau telah mencurahkan darah. Aku telah memiliki jiwamu.”

      ”Jika kita telah mengakui fakta bahwa pornografi dapat memotivasi seorang pemerkosa anak,” tulis Carl Raschke, ”mengapa kita tidak mempertimbangkan bahwa lirik yang meneriakkan bunuh, bantai, hajar, siksa, ganyang sebenarnya dapat mendorong seseorang yang otaknya tidak beres untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang persis seperti itu?”

      Itu adalah pendapat para peneliti di mana saja bahwa penyalahgunaan obat bius dan Setanisme tidak terpisahkan. Mantan detektif kriminal David Toma meratap bahwa ia ”belum pernah bertemu pemuja Setan yang tidak memakai obat bius”. Penggunaan obat bius, lapor majalah ’Teen, membuat rumit masalahnya bagi para remaja ”yang berpaling kepada pemujaan iblis, membuatnya semakin sukar menentukan mana sesungguhnya yang benar dan mana yang sekadar mirip sewaktu mereka sedang teler karena obat bius dan alkohol”.

      ”Heavy-metal berhubungan erat dengan penggunaan obat bius besar-besaran sama seperti lotre dengan penjudi berat,” kata Raschke. ”Remaja yang ketagihan obat meniru gaya hidup yang sok jago, brutal, mencuri dan berhubungan seksual dengan bebas—yang kesemuanya diperkuat oleh erangan dan raungan kelompok-kelompok musik metal.”

      Tanpa diragukan, anak muda menjadi mangsa empuk bagi pengaruh Setan apabila kewarasan sudah lenyap dari otaknya dan gagasan tentang penyimpangan dan kekejaman masuk menggantikannya.

      [Blurb di hlm. 21]

      Seseorang adalah mangsa empuk bagi pengaruh Setan apabila kewarasan sudah lenyap dari otaknya dan gagasan tentang penyimpangan dan kekejaman membanjirinya

      [Gambar di hlm. 20]

      Apa yang Anda masukkan ke dalam pikiran Anda?

  • Hari-Hari bagi Setanisme Telah Dihitung
    Sedarlah!—1994 | 8 September
    • Hari-Hari bagi Setanisme Telah Dihitung

      ALLAH Yehuwa menciptakan Adam dan Hawa, menempatkan mereka di taman firdaus, dan menyuruh mereka berkembang biak dan memenuhi bumi dengan keturunan yang adil-benar. Mereka harus memelihara taman itu, memperindah dan memeliharanya, serta hidup selamanya, semuanya itu jika mereka mengindahkan satu persyaratan sederhana: ’Jangan kamu makan dari pohon tertentu di tengah-tengah taman. Jika kamu memakannya, kamu akan mati.’—Kejadian 1:27, 28; 2: 8, 9, 15-17; Yesaya 45:18.

      Seorang malaikat yang perkasa memberontak melawan Allah dan menjadi Setan, yang artinya ”Penentang”, karena ia ingin merampas kekuasaan. Ia ingin mendapatkan penyembahan dari umat manusia bagi dirinya sendiri. Ia mempengaruhi Hawa untuk makan buah yang terlarang, mengatakan bahwa itu adalah makanan yang baik dan bahwa Hawa tidak akan mati melainkan akan seperti Allah, dapat memutuskan bagi diri sendiri apa yang baik dan apa yang jahat. Keputusan Hawa yang pertama adalah buruk; ia memutuskan bahwa baik untuk memakan buah terlarang itu. Hawa memakan buah itu, memberikan sebagian buah itu kepada Adam dan ia pun memakannya, sehingga keduanya akhirnya mati. Dengan demikian, Adam mendatangkan dosa dan kematian ke atas keturunan mereka, yang telah sekarat sejak saat itu. (Kejadian 3:1-6; Roma 5:12) Pasangan manusia pertama ini memilih untuk mengikuti Setan dan menjadi pengikut pertama dari pemujaan Setan. Hingga hari ini, jutaan orang telah memutuskan bahwa agama dari orang-tua mereka yang semula itu cukup baik bagi mereka. ”Apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati.”—Roma 6:16; Yohanes 17:15, 16; 1 Yohanes 5:19.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan